Anda di halaman 1dari 16

MAKALAH

KURIKULUM 1947

Mata Kuliah Kajian Kurikulum


Dosen Pengampu : Dr. Sri Mulyati, M.Pd

Disusun Oleh :

KELOMPOK 1

1. Riza Santika Rahmawati (1752000132)


2. Maya Diani (1752000133)
3. Peni Ismiaji (1752000136)
4. Santi Nur Anggraini (1752000169)

KELAS 5 E

PENDIDIKAN GURU SEKOLAH DASAR


FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS VETERAN BANGUN NUSANTARA
SUKOHARJO
2019
KATA PENGANTAR

Puji syukur alhamdulillah kami panjatkan ke hadirat Tuhan Yang Maha Esa, karena
telah melimpahkan rahmat-Nya berupa kesempatan dan pengetahuan sehingga makalah ini bisa
selesai pada waktunya.

Terima kasih juga kami ucapkan kepada teman-teman yang telah berkontribusi dengan
memberikan ide-idenya sehingga makalah ini bisa disusun dengan baik dan rapi.

Kami berharap semoga makalah ini bisa menambah pengetahuan para pembaca.
Namun terlepas dari itu, kami memahami bahwa makalah ini masih jauh dari kata sempurna,
sehingga kami sangat mengharapkan kritik serta saran yang bersifat membangun demi
terciptanya makalah selanjutnya yang lebih baik.

Sukoharjo, Oktober 2019

Penyusun
DAFTAR ISI

Halaman Judul

Kata Pengantar

Daftar Isi

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
B. Rumusan Masalah
C. Tujuan

BAB II PEMBAHASAN

A. Pengertian
B. Sejarah Kurikulum di Indonesia
C. Landasan Yuridis Kurikulum 1947
D. Isi Kurikulum 1947
E. Ciri – ciri Kurikulum 1947
F. Kelebihan dan Kekurangan Kurikulum 1947

BAB III PENUTUP

A. Kesimpulan
B. Saran
C. Penutup

DAFTAR PUSTAKA
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Pada dasarnya perkembangan kurikulum sebagai suatu disiplin ilmu, dewasa ini
berkembang sangat pesat, baik secara teoretis maupun praktis. Jika dahulu kurikulum
tradisional lebih banyak terfokus pada mata pelajaran dengan sistem penyampaian penuangan,
maka sekarang kurikulum lebih banyak diorientasikan pada dimensi-dimensi baru, seperti
kecakapan hidup, pengembangan diri, pembangunan ekonomi dan industry, era globalisasi,
dengan berbagai permasalahannya, politik, bahkan dalam praktiknya telah menyentuh dimensi
teknologi informasi dan komunikasi.

Kurikulum sendiri adalah sebagai kombinasi bahan untuk membentuk kerangka isi
materi serta metode belajar apa yang akan di terapkan oleh seorang guru untuk menyampaikan
pelajaran tersebut kepada siswa atau akan di ajarkan kepada siswa di sekolah. Jika ingin
membangun suatu bangsa, maka bangunlah yang pertama sistem pendidikannya, dan jika anda
ingin membangun pendidikan, maka bangunlah yang tersendiri.

Dengan demikian, konsep kurikulum teknologis dapat berbentuk aplikasi teknologi


pendidikan dan dapat juga berbentuk penggunaan perangkat keras dan perangkat lunak dalam
pendidikan. Prosedur pembelajaran didasarkan pada psikologi behaviorisme dan teori
stimulus-respons (S – R Bond). Artinya, tujuan yang dirumuskan harus berbentuk perilaku
(behavioral objective) yang dapat diukur dan diamati serta diarahkan untuk menguasai
sejumlah kompetensi.

Metode stimulus-respons ini sangat sering di gunakan oleh guru, karena metode ini
sangat baik untuk menumbuhkan semangat belajar siswa, karena dengan metode stimulus-
respons ini guru banyak memberikan rangsangan-rangsangan, seperti pertanyaan, tugas, dan
kuis. Yang menuntut peserta didik memberikan respons. Jika jawaban peserta didik betul,
maka harus segera diberitahukan karena merupakan reinforcement antara stimulus dengan
respons atau antara pertanyaan dengan jawaban. Jika salah harus diberikan perbaikan atau
feedback. Sehingga siswa dapat memberikan respons yang tepat dan tuntas (mastery learning).
Pendekatan pembelajaran ini secara individual, artinya peserta didik menghadapi tugas dengan
kecepatan masing-masing.
B. Rumusan Masalah

1. Apa pengertian Kurikulum ?


2. Bagaimana sejarah Kurikulum di indonesia ?
3. Apa landasan yuridis Kurikulum 1947 ?
4. Bagaimana isi Kurikulum 1947 ?
5. Apa saja ciri-ciri Kurikulum 1947 ?
6. Apa kelebihan dan kekurangan Kurikulum 1947 ?

C. Tujuan

Makalah ini disusun untuk memenuhi tugas mata kuliah Kajian Kurikulum serta untuk
menambah wawasan kita mengenai Kurikulum Pendidikan di Indonesia, diantaranya:

1. Untuk mengertahui pengertian Kurikulum


2. Untuk mengertahui sejarah Kurikulum
3. Untuk mengetahui landasan yuridis Kurikulum 1947
4. Untuk mengetahui isi Kurikulum 1947
5. Untuk mengetahui ciri-ciri Kurikulum 1947
6. Untuk mengetahui kelebihan dan kekurangan Kurikulum 1947
BAB II

PEMBAHASAN

A. Pengertian
Kata Kurikulum memiliki banyak arti yang berbeda tergantung dari posisi seseorang
dalam system pendidikan. Sebagai contoh, seorang pembuat kurikulum akan melihatnya
sebagai suatu rencana untuk pengalaman kurikulum di sekolah ( yang ideal); seorang guru akan
melihatnya sebagai pemerintah atau orang yang biasanya berada di luar ruang kelas yang
mengatakan padanya unutk mengajar (mempraktekkan); seorang siswa akan melihatnya
sebagai apa yang harus saya pelajari untuk lulus sekolah atau madrasah (kenyataan) dan orang
tua melihatnya sebagai apa yang sebenarnya telah dipelajari oleh anak saya di sekolah
(prestasi). Pihak lain mungkin akan melihatnya sebagai buku atau materi unutk guru dan siswa.
istilah kurikulum di gunakan pertama kali pada olahraga pada zaman Yunani kuno yang berasal
dari kata curir dan curer, yang artinya jarak yang harus ditempuh oleh seorang atlit. Pada waktu
itu , orang mengistilahkan dengan tempat berpacu atau tempat berlari dari mulai start sampai
finish. (Wina(Sanjaya,200:1) Istilah Kurikulum kemudian digunakan dalam dunia pendidikan.
Dalam dunia pendidikan, para ahli memiliki pandangan yang beragam tentang
kurikulum. Pengertian kurikulum berkembang sejalan dengan perkembangan praktik dan teori
pendidikan.
Pengertian kurikulum yang ditinjau dari beberapa sudut pandang :
1. Pengertian Kurikulum Secara Tradisional
Dalam pandangan lama kurikulum dipandang sebagai kumpulan mata pelajaran yang harus
disampaikan oleh guru atau dipelajari oleh siswa. Pelajaran-pelajaran materi apa yang harus
ditempuh di sekolah madrasah, itulah kurikulum. Kurikulum dalam arti sejumlah mata
pelajaran yang harus ditempuh oleh murid, menurut Oemar Hamalik, mempunyai implikasi
bahwa mata pelajaran pada hakekatnya adalah pengalaman masa lampau dan tujuan
mempelajarinya adalah untuk memperoleh ijazah.
Perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi berdampak pada pergeseran fungsi sekolah.
Seiring dengan perkembangan informasi dan teknologi sekolah tidak saja dituntut untuk
rnembekalai berbagai macam ilmu pengetahuan yang sangat cepat berkembang, tetapi juga
dituntut untuk dapat mengembangkan minat bakat, membentuk moral kepribadian, bahkan
berbagai macam ketrampilan yang dibutuhkan untuk memenhuni dunia kerja. Pergeseran
fungsi sekolah tersebut berdampak pada pergeseran makna kurikulum, dimana kurikulum
tidak lagi dipandang sebagai mata pelajaran akan tetapi dianggap sebagai pengalaman belajar
siswa. dijelaskan oleh William F. Pinar da bukunya What is Curriculum Theory, yang menjelas
bahwa kurikulum pada saat mi adalah dimaknai sebagai pengalaman belajar. Pergeseran makna
ini disebab pengaruh humanisme, seni, dan perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi.

2. Pengertian Kurikulum Secara Modern :


Menurut Saylor J. Gallen & William N. Alexander dalam bukunya “Curriculum Planning”
menyatakan Kurikulum adalah “Keseluruhan usaha sekolah untuk mempengaruhi belajar baik
berlangsung dikelas, dihalaman maupun diluar sekolah”. Menurut B. Ragan, beliau
mengemukakan bahwa “Kurikulum adalah semua pengalaman anak dibawah tanggung jawab
sekolah”. Menurut Soedijarto, “Kurikulum adalah segala pengalaman dan kegiatan belajar
yang direncanakan dan diorganisir untuk diatasi oleh siswa atau mahasiswa untuk mencapai
tujuan pendidikan yang telah ditetapkan bagi suatu lembaga pendidikan”.
Selain itu, kurikulum dalam pandangan modern juga berarti pada methodology. Misalnya,
Hilda Taba dalam bukunyanya Curriculum Development, menuliskan Currikulum is, after all,
a way of preparing young people to participate as productive members of our culturer”.
Artinya, kurikulum adalah cara mempersiapkan manusia untuk berpartisipasi sebagai anggota
yang produktif dan suatu budaya. Sesuai penjelasan David Pratt bahwa: “A curriculum is
anorganized set of formal educational and or training intentions “. Artinya, kurikulum adalah
seperangkat organisasi pendidikan formal atau pusat-pusat latihan.
Dari berbagai pengertian kurikulum diatas dapat disimpulkan bahwa kurikulum ditinjau dari
pandangan modern merupakan suatu usaha terencana dan terorganisir untuk menciptakan suatu
pengalaman belajar pada siswa dibawah tanggung jawab sekolah atau lembaga pendidikan
untuk mencapai suatu tujuan.

Menurut S.Nasution kurikulum dapat ditinjau sebagai berikut :


1. Kurikulum dapat dilihat sebagai produk yakni sebagai hasil karya para pengembang
kurikulum, biasanya dalam suatu panitia. Hasilnya dituangkan dalam bentuk buku atau
pedoman kurikulum, misalnya berisisejumlah mata pelajaran yang harus diajarkan.
2. Kurikulum dapat pula dipandang sebagai program,yakni alat yang dilakukan oleh sekolah
atau madrasah untuk mencapai tujuannya. ini dapat berupa mengajarkan berbagai mata
pelajaran tetapi dapat juga meliputi segala kegiatan yang dianggap dapat mempengaruhi
perkembangan siswa misalnya perkumpulan sekolah atau madrasah, pertandingan,pramuka,
warung sekolah atau madrasah dan lain-lain.
3. Kurikulum dapat pula dipandang sebagai hal-hal yang diharapkan akan dipelajari siswa,
yakni pengetahuan, sikap, keterampilan tertentu. Apa yang diharapkan akan dipelajari tidak
selalu sama dengan apa yang benar-benar dipelajari.
4. Kurikulum sebagai pengalaman siswa. Ketiga pandangan di atas berkenaan dengan
perencanaan kurikulum sedangkan pandangan ini mengenai apa yang secara aktual menjadi
kenyataan pada tiap siswa. Ada kemungkinan, bahwa apa yang diwujudkan pada diri anak
berbeda dengan apa yang diharapkan menurut rencana.

Dan beberapa definisi kurikulum yang telah disebutkan di atas bisa diambil kesimpulan,
bahwa kurikulum merupakan pengalaman peserta didik baik di sekolah atau madrasah maupun
di luar sekolah di bawah bimbingan sekolah. Kurikulum tidak hanya terbatas pada mata
pelajaran, tetapi meliputi segala sesuatu yang dapat mempengaruhi perkembangan peserta
didik, dan bisa menentukan arah atau mengantisipasi sesuatu yang akan terjadi. Dengan kata
lain kurikulum haruslah menunjukkan kepada apa yang sebenarnya haru dipelajari oleh peserta
didik.

B. Sejarah Kurikulum di Indonesia


1. Kurikulum 1947, “Rentjana Pelajaran 1947”
Kurikulum pertama yang lahir pada masa kemerdekaan memakai istilah dalam bahasa
Belanda “leer plan” artinya rencana pelajaran, istilah ini lebih popular dibanding istilah
“curriculum 2 ” (bahasa Inggris).
Perubahan arah pendidikan lebih bersifat politis, dari orientasi pendidikan Belanda ke
kepentingan nasional. Sedangkan asas pendidikan ditetapkan Pancasila. Kurikulum yang
berjalan saat itu dikenal dengan sebutan “Rentjana Pelajaran 1947”, yang baru
dilaksanakan pada tahun 1950.
Sejumlah kalangan menyebut sejarah perkembangan kurikulum diawali dari
Kurikulum 1950. Bentuknya memuat dua hal pokok: (1) daftar mata pelajaran dan jam
pengajaranya; (2) garis-garis besar pengajaran. Pada saat itu, kurikulum pendidikan di
Indonesia masih dipengaruhi sistem pendidikan kolonial Belanda dan Jepang, sehingga
hanya meneruskan yang pernah digunakan sebelumnya. Rentjana Pelajaran 1947 boleh
dikatakan sebagai pengganti sistem pendidikan kolonial Belanda. Karena suasana
kehidupan berbangsa saat itu masih dalam semangat juang merebut kemerdekaan maka
pendidikan sebagaidevelopment conformism lebih menekankan pada pembentukan
karakter manusia Indonesia yang merdeka dan berdaulat dan sejajar dengan bangsa lain di
muka bumi ini.
Orientasi Rencana Pelajaran 1947 tidak menekankan pada pendidikan pikiran. Yang
diutamakan adalah : pendidikan watak, kesadaran bernegara dan bermasyarakat. Materi
pelajaran dihubungkan dengan kejadian sehari-hari, perhatian terhadap kesenian dan
pendidikan jasmani.

2. Kurikulum 1952, “Rentjana Pelajaran Terurai 1952”


Setelah “Rentjana Pelajaran 1947”, pada tahun 1952 kurikulum di Indonesia
mengalami penyempurnaan. Kurikulum ini lebih merinci setiap mata pelajaran yang
kemudian diberi nama “Rentjana Pelajaran Terurai 1952”. Kurikulum ini sudah mengarah
pada suatu sistem pendidikan nasional. Yang paling menonjol dan sekaligus ciri dari
kurikulum 1952 ini bahwa setiap rencana pelajaran harus memperhatikan isi pelajaran
yang dihubungkan dengan kehidupan sehari-hari. Silabus mata pelajarannya menunjukkan
secara jelas bahwa seorang guru mengajar satu mata pelajaran, (Djauzak Ahmad,
Dirpendas periode1991-1995).

3. Kurikulum 1968
Kelahiran Kurikulum 1968 bersifat politis, mengganti Rencana Pendidikan 1964 yang
dicitrakan sebagai produk Orde Lama. Dari segi tujuan pendidikan, Kurikulum 1968
bertujuan bahwa pendidikan ditekankan pada upaya untuk membentuk manusia Pancasila
sejati, kuat, dan sehat jasmani, mempertinggi kecerdasan dan keterampilan jasmani, moral,
budi pekerti, dan keyakinan beragama. Dalam kurikulum ini tampak dilakukannya
perubahan struktur kurikulum pendidikan dari Pancawardhana menjadi pembinaan jiwa
pancasila, pengetahuan dasar, dan kecakapan khusus. Kurikulum 1968 merupakan
perwujudan dari perubahan orientasi pada pelaksanaan UUD 1945 secara murni dan
konsekuen. Kurikulum 1968 menekankan pendekatan organisasi materi pelajaran:
kelompok pembinaan Pancasila, pengetahuan dasar, dan kecakapan khusus. Mata
pelajaran dikelompokkan menjadi 9 pokok. Djauzak menyebut Kurikulum 1968 sebagai
kurikulum bulat. "Hanya memuat mata pelajaran pokok saja," . Muatan materi pelajaran
bersifat teoritis, tidak mengaitkan dengan permasalahan faktual di lapangan. Titik beratnya
pada materi apa saja yang tepat diberikan kepada siswa di setiap jenjang pendidikan. Isi
pendidikan diarahkan pada kegiatan mempertinggi kecerdasan dan keterampilan, serta
mengembangkan fisik yang sehat dan kuat.
4. Kurikulum 1975
Kurikulum 1975 menekankan pada tujuan, agar pendidikan lebih efektif dan efisien.
latar belakangi lahirnya kurikulum ini adalah pengaruh konsep di bidang manejemen, yaitu
MBO (management by objective) yang terkenal saat itu," Metode, materi, dan tujuan
pengajaran dirinci dalam Prosedur Pengembangan Sistem Instruksional (PPSI), yang
dikenal dengan istilah "satuan pelajaran", yaitu rencana pelajaran setiap satuan bahasan.
Setiap satuan pelajaran dirinci menjadi : tujuan instruksional umum (TIU), tujuan
instruksional khusus (TIK), materi pelajaran, alat pelajaran, kegiatan belajar-mengajar,
dan evaluasi. Kurikulum 1975 banyak dikritik. Guru dibuat sibuk menulis rincian apa yang
akan dicapai dari setiap kegiatan pembelajara kurikulum 1984.

5. Kurikulum 1984
Kurikulum 1984 mengusung process skill approach. Meski mengutamakan
pendekatan proses, tapi faktor tujuan tetap penting. Kurikulum ini juga sering disebut
"Kurikulum 1975 yang disempurnakan". Posisi siswa ditempatkan sebagai subjek belajar.
Dari mengamati sesuatu, mengelompokkan, mendiskusikan, hingga melaporkan. Model ini
disebut Cara Belajar Siswa Aktif (CBSA) atau Student Active Leaming (SAL). Konsep
CBSA yang elok secara teoritis dan bagus hasilnya di sekolah-sekolah yang diujicobakan,
mengalami banyak deviasi dan reduksi saat diterapkan secara nasional. Sayangnya, banyak
sekolah kurang mampu menafsirkan CBSA. Yang terlihat adalah suasana gaduh di ruang
kelas lantaran siswa berdiskusi, di sana-sini ada tempelan gambar, dan yang menyolok guru
tak lagi mengajar model berceramah. Akhiran penolakan CBSA bermunculan.

6. Kurikulum 1994 dan Suplemen Kurikulum 1999


Kurikulum 1994 merupakan hasil upaya untuk memadukan kurikulum-kurikulum
sebelumnya, terutama kurikulum 1975 dan 1984. Sayang, perpaduan antara tujuan dan
proses belum berhasil. Sehingga banyak kritik berdatangan, disebabkan oleh beban belajar
siswa dinilai terlalu berat, dari muatan nasional sampai muatan lokal. Materi muatan lokal
disesuaikan dengan kebutuhan daerah masing-masing, misalnya bahasa daerah kesenian,
keterampilan daerah, dan lain-lain. Berbagai kepentingan kelompok-kelompok
masyarakat juga mendesak agar isu-isu tertentu masuk dalam kurikulum. Akhirnya,
Kurikulum 1994 menjelma menjadi kurikulum super padat. Kejatuhan rezim Soeharto
pada 1998, diikuti kehadiran Suplemen Kurikulum 1999. Tapi perubahannya lebih pada
menambal sejumlah materi pelajaran saja.

7. Kurikulum 2004
“KBK (Kurikulum Berbasis Kompetensi” Sebagai pengganti kurikulum 1994
adalah kurikulum 2004, yang disebut dengan Kurikulum Berbasis Kompetensi (KBK).
Suatu program pendidikan berbasis kompetensi harus mengandung tiga unsur pokok,
yaitu: pemilihan kompetensi yang sesuai; spesifikasi indikator-indikator evaluasi untuk
menentukan keberhasilan pencapaian kompetensi; dan pengembangan pembelajaran.
KBK memiliki ciri-ciri sebagai berikut : Menekankan pada ketercapaian kompetensi siswa
baik secara individual maupun klasikal, berorientasi pada hasil belajar (learning outcomes)
dan keberagaman. Kegiatan pembelajaran menggunakan pendekatan dan metode yang
bervariasi, sumber belajar bukan hanya guru, tetapi juga sumber belajar lainnya yang
memenuhi unsur edukatif. Penilaian menekankan pada proses dan hasil belajar dalam
upaya penguasaan atau pencapaian suatu kompetensi. Struktur kompetensi dasar KBK ini
dirinci dalam komponen aspek, kelas dan semester. Keterampilan dan pengetahuan dalam
setiap mata pelajaran, disusun dan dibagi menurut aspek dari mata pelajaran tersebut.
Pernyataan hasil belajar ditetapkan untuk setiap aspek rumpun pelajaran pada setiap level.
Perumusan hasil belajar adalah untuk menjawab pertanyaan, “Apa yang harus siswa
ketahui dan mampu lakukan sebagai hasil belajar mereka pada level ini?”. Hasil belajar
mencerminkan keluasan, kedalaman, dan kompleksitas kurikulum dinyatakan dengan kata
kerja yang dapat diukur dengan berbagai teknik penilaian. Setiap hasil belajar memiliki
seperangkat indikator. Perumusan indikator adalah untuk menjawab pertanyaan,
“Bagaimana kita mengetahui bahwa siswa telah mencapai hasil belajar yang diharapkan?”

8. Kurikulum 2006, KTSP (Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan)


Pelaksanaan KBK masih dalam uji terbatas, namun pada awal tahun 2006, uji terbatas
tersebut dihentikan. Dan selanjutnya dengan terbitnya permen nomor 24 tahun 2006 yang
mengatur pelaksanaan permen nomor 22 tahun 2006 tentang standar isi kurikulum dan
permen nomor 23 tahun 2006 tentang standar kelulusan, lahirlah kurikulum 2006 yang
pada dasarnya sama dengan kurikulum 2004. Perbedaan yang menonjol terletak pada
kewenangan dalam penyusunannya, yaitu mengacu pada jiwa dari desentralisasi sistem
pendidikan. Pada kurikulum 2006, pemerintah pusat menetapkan standar kompetensi dan
kompetensi dasar, sedangkan sekolah dalam hal ini guru dituntut untuk mampu
mengembangkan dalam bentuk silabus dan penilaiannya sesuai dengan kondisi sekolah
dan daerahnya. Hasil pengembangan dari semua mata pelajaran, dihimpun menjadi sebuah
perangkat yang dinamakan Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP). Penyusunan
KTSP menjadi tanggung jawab sekolah di bawah binaan dan pemantauan dinas pendidikan
daerah dan wilayah setempat.

9. Kurikulum 2013
Pemerintah melakukan pemetaan kurikulum berbasis kompetensi yang pernah
diujicobakan pada tahun 2004 (curriculum based competency). Kompetensi dijadikan
acuan dan pedoman bagi pelaksanaan pendidikan untuk mengembangkan berbagai ranah
pendidikan; pengetahuan, keterampilan, dan sikap dalam seluruh jenjang dan jalur
pendidikan, khususnya pada jalur pendidikan sekolah. Kurikulum 2013 berbasis
kompetensi memfokuskan pada pemerolehan kompetensi-kompetensi tertentu oleh peserta
didik.

C. Landasan Yuridis Kurikulum 1947


Kurikulum 1947 merupakan kurikulum pertama yang diciptakan oleh bangsa Indonesia
dengan dasar landasan hukum yang berlaku Indonesia. Dengan menteri pertama adalah
Mr.Suwandi yang digantikan oleh Mr Ali Sastro Amidjojo mencoba meneruskan usaha yang
telah dilakukan oleh Mr Suwandi bersama BPKNIP. Tugas pokok dari badan ini adalah
menyususn RUUPP dengan mempergunakan bahan yang pernah diperbincangkan dalam
kongres Pendidikan Nasioanl. Setah itu menteri pendidikan di ganti oleh Ki Hajar Dewantara.
Pada tahun itu pula RUUPP dapat diselesaikan dan diajukan ke Badan Pekerja Komite
Nasional Indonesia pusat namun belum sempat dibahas karena kota yogyakarta saat itu
diduduki oleh Belanda.

D. Isi Kurikulum 1947


Kurikulum 1947 merupakan kurikulum pertama yang lahir pada masa kemerdekaan
lebih tepatnya dua tahun setelah merdeka dengan menggunakan istilah dalam bahasa
Belanda “leer plan” yang berarti “rencana pelajaran”. Pendidikan pada masa-masa awal
kemerdekaan berada di bawah kendali Suryadi Suryaningrat yang menjabat sebagai Menteri
Pengajaran dan menyusun kurikulum 1947. Kurikulum 1947 di Indonesia pada saat itu masih
dipengaruhi oleh sistem pendidikan colonial Belanda dan Jepang, sehingga hanya meneruskan
yang pernah digunakan sebelumnya. Kurikulum 1947 yang berjalan saat itu dikenal dengan
sebutan “Rentjana Pelajaran 1947”, dan yang baru dilaksanakan disekolah-sekolah pada
tahun 1950, Asas pendidikannya ditetapkan oleh Pancasila.
Kurikulum pada saat itu meneruskan kurikulum yang sudah digunakan oleh belanda
karena pada saat itu bangsa Indonesia sedang merasakan suasana kehidupan yang berbangsa
dalam semangat juangnya untuk merebut kemerdekaan. Sehingga pendidikan
sebagai development conformism atau ciri utama pada kurikulum ini menekankan pada
pembentukan karakter manusia Indonesia yang merdeka, berdaulat, dan sejajar dengan bangsa
lain di dunia. Kemudian kurikulum 1947 tidak mengutamakan pikiran, namun pendidikan
watak, kesadaran bernegara dan bermasyarakat.
Di dalam kurikulum 1947 hanya memuat dua hal pokok saja, yaitu daftar mata pelajaran
beserta jam pengajaran dan garis-garis besar pengajarannya. Materinya berhubungan dengan
kejadian dalam kehidupan sehari-hari dan perhatiannya kepada kesenian dan pendidikan
jasmani. Di masa itu terdapat 16 mata pelajaran untuk tingkat Sekolah Rakyat yang khususnya
berada di Jawa, Sunda, dan Madura. Antara lain, Bahasa Indonesia, Bahasa Daerah,
Berhitung,Ilmu Alam, Ilmu Hayat, Ilmu Bumi, Sejarah, Menggambar, Menulis, Seni Suara,
Pekerjaan Tangan, Pekerjaan Keputrian, Gerak Badan, Kebersihan dan Kesehatan, Didikan
Budi Pekerti, dan Pendidikan Agama.
Silabus mata pelajarannya lebih menekankan seorang guru mengajar satu mata
pelajaran, pada masa itu dibentuklah kelas masyarakat yaitu sekolah khusus bagi lulusan
sekolah rakyat 6 tahun yang tidak melanjutkan ke jenjang sekolah menengah pertama (SMP).
Pada kelas masyarakat tersebut mengajarkan berbagai keterampilan seperti pertanian,
pertukangan, dan perikanan. Tujuannya agar anak mampu memilki kemampuan yang setara
seperti jenjang sekolah menengah pertama (SMP) dan bisa langsung bekerja.

E. Ciri-ciri kurikulum 1947


Ciri-ciri kurikulum 1947 antaralain :
a. Pendidikan sebagai development conformism , lebih menekankan pada pembentukan
karakter manusia Indonesia merdeka dan berdaulat dan sejajar dengan bangsa selain
dimuka bumi ini.
b. Rencana Pelajaran 1947 baru dilaksanakan sekolah sekolah pada 1950.
c. Rencana Pelajaran 1947 mengurangi pendidikan pikiran dalam arti kognitif, namun
yang diutamakan pendidikan watak atau perilaku (value, attitude).
d. Fokusnya pada pengembangan daya cipta, rasa, karsa, karya, dan moral
(Pancawardhana).
e. Pembelajaran dipusatkan pada program pancawardhana yaitu pengembangan moral,
kecerdasan, emosional, kerigelan dan jasmani.

F. Kelemahan dan Kelebihan Kurikulum 1947


Dalam mengembangkan suatu kurikulum tentunya memiliki suatu kelemahan dan
kelebihan yang terdapat dalam kurikulum tersebut. Beberapa kelemahan dari kurikulum 1947,
yaitu :
1. Dalam pengajarannya mengarah pada pola pengajaran penjajahan karena masih dalam
masa penjajahan kolonial Belanda dan Jepang.
2. Orientasi yang terdapat kurikulum 1947 lebih kepada ranah afektif dan belum mengarah
pada ranah kognitif dan psikomotorik.
3. Titik beratnya pada materi apa saja yang tepat diberikan kepada siswa di setiap jenjang
pendidikan.
4. Peserta didik bergantung sepenuhnya kepada pendidik sehingga tidak
terjadi pengembangan secara individual.
5. Belum diterapkan di sekolah-sekolah sehingga belum memberikan dampak pada
terlaksananya pendidikan dan terbentuknya bangsa Indonesia hingga secara resmi
dilaksanakan pada tahun 1950.

Kemudian beberapa kelebihan dari kurikulum 1947, yaitu :

1. Mencerminkan kesadaran sebagai bangsa yang berdaulat, dan mendudukan pendidikan


sebagai faktor penting dalam memperkokoh berdirinya negara indonesia melalui
persatuan dan kesatuaan untuk mengusir penjajah.
2. Memiliki fungsi strategis yang dapat mempersatukan bangsa Indonesia melalui
pendidikan.
3. Mengadopsi pengalaman pendidikan Indonesia yang telah lalu dari penjajahan sehingga
dapat memudahkan penyusunan kurikulum.
4. Disusun dengan landasan filosofis masyarakat indonesia sebagai suatu sistem yang dapat
menentukan arah hidup serta menggambarkan nilai-nilai apa yang paling dihargai dalam
hidup berbangsa dan bernegara.
BAB III
PENUTUP

A. Kesimpulan
Pasca kemerdekaan, kurikulum pendidikan nasional telah mengalami perubahan, yaitu
pada tahun 1947, 1952, 1964, 1968, 1975, 1984, 1994, 2004, 2006, dan 2013. Perubahan
tersebut merupakan konsekuensi logis dari terjadinya perubahan sistem politik, sosial budaya,
ekonomi, dan iptek dalam masyarakat berbangsa dan bernegara.
Pengembangan kurikulum sebenarnya merupakan salah satu upaya untuk
meningkatkan kualitas pendidikan di Indonesia. Ia sebagai instrument yang membantu praktisi
pendidikan untuk memenuhi kebutuhan peserta didik dan kebutuhan masyarakat.
Pengembangan kurikulum merupakan alat untuk membantu guru melakukan tugasnya
mengajar dan memenuhi kebutuhan masyarakat . Kurikulum merupakan salah satu alat untuk
membina dan mengembangkan siswa menjadi manusia yang bertakwa, kepada Allah SWT,
berakhlak mulia, sehat cerdas, berilmu, cakap, kreatif, dan mampu menjadi warga negara yang
bertanggung jawab.
Terdapat berbagai macam pertimbangan atau landasam untuk mengembangkan
kurikulum menjadi yang lebih baik. Diantaranya adalah landasan filosofis, landasan sosiologis,
landasan psikologis, dan organisatoris. Terdapat empat standar kualitas pendidikan yaitu:
1. Guru
2. Kurikulum
3. Atmosfer akademik, dan
4. Sumber keilmuan.
Mutu atau kualitas pendidikan ditentukan oleh kualitas dan komitmen seorang guru.
DAFTAR PUSTAKA

https://www.academia.edu/35945223/MAKALAH_KURIKULUM_SEJARAH_DAN_PERK
EMBANGANNYA_DI_INDONESIA

http://hasanahmukti.blogspot.com/2015/12/pengertian-kurikulum-makalah.html

https://www.academia.edu/10886047/Pengertian_dan_Sejarah_Kurikulum_Pendidikan_di_In
donesia

https://ardianzz.wordpress.com/2015/01/09/makalah-pengantar-kurikulum/

http://blog.unnes.ac.id/wiwinwahyu99/2017/12/02/kurikulum-1947/

https://www.academia.edu/10886047/Pengertian_dan_Sejarah_Kurikulum_Pendidikan_di_In
donesia

Anda mungkin juga menyukai