KURIKULUM 1947
Disusun Oleh :
KELOMPOK 1
KELAS 5 E
Puji syukur alhamdulillah kami panjatkan ke hadirat Tuhan Yang Maha Esa, karena
telah melimpahkan rahmat-Nya berupa kesempatan dan pengetahuan sehingga makalah ini bisa
selesai pada waktunya.
Terima kasih juga kami ucapkan kepada teman-teman yang telah berkontribusi dengan
memberikan ide-idenya sehingga makalah ini bisa disusun dengan baik dan rapi.
Kami berharap semoga makalah ini bisa menambah pengetahuan para pembaca.
Namun terlepas dari itu, kami memahami bahwa makalah ini masih jauh dari kata sempurna,
sehingga kami sangat mengharapkan kritik serta saran yang bersifat membangun demi
terciptanya makalah selanjutnya yang lebih baik.
Penyusun
DAFTAR ISI
Halaman Judul
Kata Pengantar
Daftar Isi
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
B. Rumusan Masalah
C. Tujuan
BAB II PEMBAHASAN
A. Pengertian
B. Sejarah Kurikulum di Indonesia
C. Landasan Yuridis Kurikulum 1947
D. Isi Kurikulum 1947
E. Ciri – ciri Kurikulum 1947
F. Kelebihan dan Kekurangan Kurikulum 1947
A. Kesimpulan
B. Saran
C. Penutup
DAFTAR PUSTAKA
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Pada dasarnya perkembangan kurikulum sebagai suatu disiplin ilmu, dewasa ini
berkembang sangat pesat, baik secara teoretis maupun praktis. Jika dahulu kurikulum
tradisional lebih banyak terfokus pada mata pelajaran dengan sistem penyampaian penuangan,
maka sekarang kurikulum lebih banyak diorientasikan pada dimensi-dimensi baru, seperti
kecakapan hidup, pengembangan diri, pembangunan ekonomi dan industry, era globalisasi,
dengan berbagai permasalahannya, politik, bahkan dalam praktiknya telah menyentuh dimensi
teknologi informasi dan komunikasi.
Kurikulum sendiri adalah sebagai kombinasi bahan untuk membentuk kerangka isi
materi serta metode belajar apa yang akan di terapkan oleh seorang guru untuk menyampaikan
pelajaran tersebut kepada siswa atau akan di ajarkan kepada siswa di sekolah. Jika ingin
membangun suatu bangsa, maka bangunlah yang pertama sistem pendidikannya, dan jika anda
ingin membangun pendidikan, maka bangunlah yang tersendiri.
Metode stimulus-respons ini sangat sering di gunakan oleh guru, karena metode ini
sangat baik untuk menumbuhkan semangat belajar siswa, karena dengan metode stimulus-
respons ini guru banyak memberikan rangsangan-rangsangan, seperti pertanyaan, tugas, dan
kuis. Yang menuntut peserta didik memberikan respons. Jika jawaban peserta didik betul,
maka harus segera diberitahukan karena merupakan reinforcement antara stimulus dengan
respons atau antara pertanyaan dengan jawaban. Jika salah harus diberikan perbaikan atau
feedback. Sehingga siswa dapat memberikan respons yang tepat dan tuntas (mastery learning).
Pendekatan pembelajaran ini secara individual, artinya peserta didik menghadapi tugas dengan
kecepatan masing-masing.
B. Rumusan Masalah
C. Tujuan
Makalah ini disusun untuk memenuhi tugas mata kuliah Kajian Kurikulum serta untuk
menambah wawasan kita mengenai Kurikulum Pendidikan di Indonesia, diantaranya:
PEMBAHASAN
A. Pengertian
Kata Kurikulum memiliki banyak arti yang berbeda tergantung dari posisi seseorang
dalam system pendidikan. Sebagai contoh, seorang pembuat kurikulum akan melihatnya
sebagai suatu rencana untuk pengalaman kurikulum di sekolah ( yang ideal); seorang guru akan
melihatnya sebagai pemerintah atau orang yang biasanya berada di luar ruang kelas yang
mengatakan padanya unutk mengajar (mempraktekkan); seorang siswa akan melihatnya
sebagai apa yang harus saya pelajari untuk lulus sekolah atau madrasah (kenyataan) dan orang
tua melihatnya sebagai apa yang sebenarnya telah dipelajari oleh anak saya di sekolah
(prestasi). Pihak lain mungkin akan melihatnya sebagai buku atau materi unutk guru dan siswa.
istilah kurikulum di gunakan pertama kali pada olahraga pada zaman Yunani kuno yang berasal
dari kata curir dan curer, yang artinya jarak yang harus ditempuh oleh seorang atlit. Pada waktu
itu , orang mengistilahkan dengan tempat berpacu atau tempat berlari dari mulai start sampai
finish. (Wina(Sanjaya,200:1) Istilah Kurikulum kemudian digunakan dalam dunia pendidikan.
Dalam dunia pendidikan, para ahli memiliki pandangan yang beragam tentang
kurikulum. Pengertian kurikulum berkembang sejalan dengan perkembangan praktik dan teori
pendidikan.
Pengertian kurikulum yang ditinjau dari beberapa sudut pandang :
1. Pengertian Kurikulum Secara Tradisional
Dalam pandangan lama kurikulum dipandang sebagai kumpulan mata pelajaran yang harus
disampaikan oleh guru atau dipelajari oleh siswa. Pelajaran-pelajaran materi apa yang harus
ditempuh di sekolah madrasah, itulah kurikulum. Kurikulum dalam arti sejumlah mata
pelajaran yang harus ditempuh oleh murid, menurut Oemar Hamalik, mempunyai implikasi
bahwa mata pelajaran pada hakekatnya adalah pengalaman masa lampau dan tujuan
mempelajarinya adalah untuk memperoleh ijazah.
Perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi berdampak pada pergeseran fungsi sekolah.
Seiring dengan perkembangan informasi dan teknologi sekolah tidak saja dituntut untuk
rnembekalai berbagai macam ilmu pengetahuan yang sangat cepat berkembang, tetapi juga
dituntut untuk dapat mengembangkan minat bakat, membentuk moral kepribadian, bahkan
berbagai macam ketrampilan yang dibutuhkan untuk memenhuni dunia kerja. Pergeseran
fungsi sekolah tersebut berdampak pada pergeseran makna kurikulum, dimana kurikulum
tidak lagi dipandang sebagai mata pelajaran akan tetapi dianggap sebagai pengalaman belajar
siswa. dijelaskan oleh William F. Pinar da bukunya What is Curriculum Theory, yang menjelas
bahwa kurikulum pada saat mi adalah dimaknai sebagai pengalaman belajar. Pergeseran makna
ini disebab pengaruh humanisme, seni, dan perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi.
Dan beberapa definisi kurikulum yang telah disebutkan di atas bisa diambil kesimpulan,
bahwa kurikulum merupakan pengalaman peserta didik baik di sekolah atau madrasah maupun
di luar sekolah di bawah bimbingan sekolah. Kurikulum tidak hanya terbatas pada mata
pelajaran, tetapi meliputi segala sesuatu yang dapat mempengaruhi perkembangan peserta
didik, dan bisa menentukan arah atau mengantisipasi sesuatu yang akan terjadi. Dengan kata
lain kurikulum haruslah menunjukkan kepada apa yang sebenarnya haru dipelajari oleh peserta
didik.
3. Kurikulum 1968
Kelahiran Kurikulum 1968 bersifat politis, mengganti Rencana Pendidikan 1964 yang
dicitrakan sebagai produk Orde Lama. Dari segi tujuan pendidikan, Kurikulum 1968
bertujuan bahwa pendidikan ditekankan pada upaya untuk membentuk manusia Pancasila
sejati, kuat, dan sehat jasmani, mempertinggi kecerdasan dan keterampilan jasmani, moral,
budi pekerti, dan keyakinan beragama. Dalam kurikulum ini tampak dilakukannya
perubahan struktur kurikulum pendidikan dari Pancawardhana menjadi pembinaan jiwa
pancasila, pengetahuan dasar, dan kecakapan khusus. Kurikulum 1968 merupakan
perwujudan dari perubahan orientasi pada pelaksanaan UUD 1945 secara murni dan
konsekuen. Kurikulum 1968 menekankan pendekatan organisasi materi pelajaran:
kelompok pembinaan Pancasila, pengetahuan dasar, dan kecakapan khusus. Mata
pelajaran dikelompokkan menjadi 9 pokok. Djauzak menyebut Kurikulum 1968 sebagai
kurikulum bulat. "Hanya memuat mata pelajaran pokok saja," . Muatan materi pelajaran
bersifat teoritis, tidak mengaitkan dengan permasalahan faktual di lapangan. Titik beratnya
pada materi apa saja yang tepat diberikan kepada siswa di setiap jenjang pendidikan. Isi
pendidikan diarahkan pada kegiatan mempertinggi kecerdasan dan keterampilan, serta
mengembangkan fisik yang sehat dan kuat.
4. Kurikulum 1975
Kurikulum 1975 menekankan pada tujuan, agar pendidikan lebih efektif dan efisien.
latar belakangi lahirnya kurikulum ini adalah pengaruh konsep di bidang manejemen, yaitu
MBO (management by objective) yang terkenal saat itu," Metode, materi, dan tujuan
pengajaran dirinci dalam Prosedur Pengembangan Sistem Instruksional (PPSI), yang
dikenal dengan istilah "satuan pelajaran", yaitu rencana pelajaran setiap satuan bahasan.
Setiap satuan pelajaran dirinci menjadi : tujuan instruksional umum (TIU), tujuan
instruksional khusus (TIK), materi pelajaran, alat pelajaran, kegiatan belajar-mengajar,
dan evaluasi. Kurikulum 1975 banyak dikritik. Guru dibuat sibuk menulis rincian apa yang
akan dicapai dari setiap kegiatan pembelajara kurikulum 1984.
5. Kurikulum 1984
Kurikulum 1984 mengusung process skill approach. Meski mengutamakan
pendekatan proses, tapi faktor tujuan tetap penting. Kurikulum ini juga sering disebut
"Kurikulum 1975 yang disempurnakan". Posisi siswa ditempatkan sebagai subjek belajar.
Dari mengamati sesuatu, mengelompokkan, mendiskusikan, hingga melaporkan. Model ini
disebut Cara Belajar Siswa Aktif (CBSA) atau Student Active Leaming (SAL). Konsep
CBSA yang elok secara teoritis dan bagus hasilnya di sekolah-sekolah yang diujicobakan,
mengalami banyak deviasi dan reduksi saat diterapkan secara nasional. Sayangnya, banyak
sekolah kurang mampu menafsirkan CBSA. Yang terlihat adalah suasana gaduh di ruang
kelas lantaran siswa berdiskusi, di sana-sini ada tempelan gambar, dan yang menyolok guru
tak lagi mengajar model berceramah. Akhiran penolakan CBSA bermunculan.
7. Kurikulum 2004
“KBK (Kurikulum Berbasis Kompetensi” Sebagai pengganti kurikulum 1994
adalah kurikulum 2004, yang disebut dengan Kurikulum Berbasis Kompetensi (KBK).
Suatu program pendidikan berbasis kompetensi harus mengandung tiga unsur pokok,
yaitu: pemilihan kompetensi yang sesuai; spesifikasi indikator-indikator evaluasi untuk
menentukan keberhasilan pencapaian kompetensi; dan pengembangan pembelajaran.
KBK memiliki ciri-ciri sebagai berikut : Menekankan pada ketercapaian kompetensi siswa
baik secara individual maupun klasikal, berorientasi pada hasil belajar (learning outcomes)
dan keberagaman. Kegiatan pembelajaran menggunakan pendekatan dan metode yang
bervariasi, sumber belajar bukan hanya guru, tetapi juga sumber belajar lainnya yang
memenuhi unsur edukatif. Penilaian menekankan pada proses dan hasil belajar dalam
upaya penguasaan atau pencapaian suatu kompetensi. Struktur kompetensi dasar KBK ini
dirinci dalam komponen aspek, kelas dan semester. Keterampilan dan pengetahuan dalam
setiap mata pelajaran, disusun dan dibagi menurut aspek dari mata pelajaran tersebut.
Pernyataan hasil belajar ditetapkan untuk setiap aspek rumpun pelajaran pada setiap level.
Perumusan hasil belajar adalah untuk menjawab pertanyaan, “Apa yang harus siswa
ketahui dan mampu lakukan sebagai hasil belajar mereka pada level ini?”. Hasil belajar
mencerminkan keluasan, kedalaman, dan kompleksitas kurikulum dinyatakan dengan kata
kerja yang dapat diukur dengan berbagai teknik penilaian. Setiap hasil belajar memiliki
seperangkat indikator. Perumusan indikator adalah untuk menjawab pertanyaan,
“Bagaimana kita mengetahui bahwa siswa telah mencapai hasil belajar yang diharapkan?”
9. Kurikulum 2013
Pemerintah melakukan pemetaan kurikulum berbasis kompetensi yang pernah
diujicobakan pada tahun 2004 (curriculum based competency). Kompetensi dijadikan
acuan dan pedoman bagi pelaksanaan pendidikan untuk mengembangkan berbagai ranah
pendidikan; pengetahuan, keterampilan, dan sikap dalam seluruh jenjang dan jalur
pendidikan, khususnya pada jalur pendidikan sekolah. Kurikulum 2013 berbasis
kompetensi memfokuskan pada pemerolehan kompetensi-kompetensi tertentu oleh peserta
didik.
A. Kesimpulan
Pasca kemerdekaan, kurikulum pendidikan nasional telah mengalami perubahan, yaitu
pada tahun 1947, 1952, 1964, 1968, 1975, 1984, 1994, 2004, 2006, dan 2013. Perubahan
tersebut merupakan konsekuensi logis dari terjadinya perubahan sistem politik, sosial budaya,
ekonomi, dan iptek dalam masyarakat berbangsa dan bernegara.
Pengembangan kurikulum sebenarnya merupakan salah satu upaya untuk
meningkatkan kualitas pendidikan di Indonesia. Ia sebagai instrument yang membantu praktisi
pendidikan untuk memenuhi kebutuhan peserta didik dan kebutuhan masyarakat.
Pengembangan kurikulum merupakan alat untuk membantu guru melakukan tugasnya
mengajar dan memenuhi kebutuhan masyarakat . Kurikulum merupakan salah satu alat untuk
membina dan mengembangkan siswa menjadi manusia yang bertakwa, kepada Allah SWT,
berakhlak mulia, sehat cerdas, berilmu, cakap, kreatif, dan mampu menjadi warga negara yang
bertanggung jawab.
Terdapat berbagai macam pertimbangan atau landasam untuk mengembangkan
kurikulum menjadi yang lebih baik. Diantaranya adalah landasan filosofis, landasan sosiologis,
landasan psikologis, dan organisatoris. Terdapat empat standar kualitas pendidikan yaitu:
1. Guru
2. Kurikulum
3. Atmosfer akademik, dan
4. Sumber keilmuan.
Mutu atau kualitas pendidikan ditentukan oleh kualitas dan komitmen seorang guru.
DAFTAR PUSTAKA
https://www.academia.edu/35945223/MAKALAH_KURIKULUM_SEJARAH_DAN_PERK
EMBANGANNYA_DI_INDONESIA
http://hasanahmukti.blogspot.com/2015/12/pengertian-kurikulum-makalah.html
https://www.academia.edu/10886047/Pengertian_dan_Sejarah_Kurikulum_Pendidikan_di_In
donesia
https://ardianzz.wordpress.com/2015/01/09/makalah-pengantar-kurikulum/
http://blog.unnes.ac.id/wiwinwahyu99/2017/12/02/kurikulum-1947/
https://www.academia.edu/10886047/Pengertian_dan_Sejarah_Kurikulum_Pendidikan_di_In
donesia