Anda di halaman 1dari 1

Pada tahun 1973 pemerintah mengadakan Proyek Perintis Sekolah

Pmbangunan (PPSP) diseluruh IKIP negeri di Indonesia, sebagai sekolah laboratorium.


Dengan adanya PPSP,  sebelum kebijakan di bidang pendidikan didesiminasikan
secara nasional, terlebih dahulu diterapkan/dirintis secara terbatas (pilot projek) di
sekolah-sekolah laboratorium. Oleh karena itu, kemudian dikembangkan Kurikulum
PPSP 1973. Rasionalnya, untuk meningkatkan mutu pendidikan, proses belajar-
mengajar perlu menerapkan sistem belajar tuntas dan maju berkelanjutan melalui
sistem modul (Soedijarto, 1975). Hasil dari rintisan ini sangat menggembirakan, namun
oleh pengembilan kebijakan pada waktu itu, dianggap terlalu mahal biayanya sehingga
tidak layak untuk didesiminasikan secara nasional.
Kurikulum 1973 sebagai pengganti kurikulum 1968 menggunakan prinsip prinsip di
antaranya sebagai berikut:
a) Berorientasi pada tujuan. Dalam hal ini pemerintah merumuskan tujuan-tujuan
yang harus dikuasai oleh siswa yang lebih dikenal dengan khirarki tujuan
pendidikan, yang meliputi: tujuan pendidikan nasional, tujuan institusional, tujuan
kurikuler, tujuan instruksional umum dan tujuan instruksional khusus.
b) Menganut pendekatan integrative dalam arti bahwa setiap pelajaran memiliki arti
dan peranan yang menunjang kepada tercapainya tujuan-tujuan yang lebih
integratif.
c) kepada efisiensi dan efektivitas dalam hal daya dan waktu.
d) pendekatan sistem instruksional yang dikenal dengan Prosedur Pengembangan Sistem
Instruksional (PPSI). Sistem yang senantiasa mengarah kepada tercapainya tujuan yang spesifik,
dapat diukur dan dirumuskan dalam bentuk tingkah laku siswa.
e) psikologi tingkah laku dengan menekankan kepada stimulus respon (rangsang-jawab) dan latihan
(drill).

Anda mungkin juga menyukai