Anda di halaman 1dari 17

MAKALAH

METODE PENDIDIKAN DALAM AL QURAN

Makalah ini disusun untuk memenuhi Tugas Mata Kuliah: Tafsir Tarbawi

Dosen Pengampu:

Masrul Isroni Nurwahyudi, MA

Disusun Oleh:

Alvi Nafi'atul Ilma 21201163

Zulfa Alfi Salmiyah 21201164

Nur Laili Syafaatillah 21201139

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN AGAMA ISLAM (PAI)

FAKULTAS TARBIYAH
INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI (IAIN) KEDIRI

2022

KATA PENGANTAR

Puji syukur kita panjatkan kehadirat ALLAH SWT atas berkat


rahmat dan ridhonya kami diberi kesehatan sehingga dapat menyusun
makalah ini.Sholawat serta salam senantiasa tercurahkan kepada
junjungan kita Nabi besar Muhamad SAW yang senantiasa memberi
petunjuk kepada umatnya dan semoga kita semua mendapatkan
syafa'atnya kelak di hari akhir.Dalam makalah ini kami akan membahas
tentang ''Metode Pendidikan Dalam Al Quran”.

Tidak lupa kami mengucapkan terima kasih kepada Bapak Masrul


Isroni Nurwahyudi, MA selaku dosen pengampu mata kuliah Tafsir
Tarbawi yang membimbing kami dalam pengerjaan tugas makalah ini.
Kami juga mengucapkan terima kasih kepada teman —teman kami yang
setia membantu kami dalam pembuatan makalah ini.

Kami menyadari bahwa makalah ini masih terdapat kekurangan.


Oleh karena itu kami mengharapkan saran dan kritik yang membangun
dari berbagai pihak. Semoga makalah ini dapat memberikan manfaat bagi
kita semua.

Kediri, 5 Maret 2022

Penyusun

1
DAFTAR ISI

KATA
PENGANTAR.............................................................................................1

DAFTAR
ISI............................................................................................................2

BAB I PENDAHULUAN

A.Latar
Belakang..........................................................................................3

B.Rumusan
Masalah.....................................................................................3

C.Tujuan.......................................................................................................3

BAB II PEMBAHASAN

A.Pengertian metode pendidikan dalam Al Quran


....................................4

B.Konsep metode pendidikan dalam Al Quran


.........................................5

C.Metode pendidikan dalam ayat Al Quran


..............................................6.

BAB III PENUTUP

2
A.Kesimpulan.............................................................................................
12

B.Saran.......................................................................................................
12

DAFTAR PUSTAKA..........................................................................................13

BAB I

PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG

Pendidikan merupakan kegiatan yang terencana dalam


meningkatkan kemampuan yang biasanya terjadi di bawah bimbingan
orang lain, tetapi juga memungkinkan secara otodidak. Sedangkan
pendidikan Islam adalah suatu sistem pendidikan yang memungkinkan
seseorang dapat mengarahkan kehidupannya sesuai dengan cita-cita
Islam, sehingga dengan mudah ia dapat membentuk hidupnya sesuai
1
dengan ajaran Islam .

Pendidikan Islam, dalam pelaksanaannya memerlukan metode


pembelajaran yang tepat untuk menghantarkan kegiatan pendidikannya ke
arah tujuan yang dicita-citakan. Bagaimanapun baik dan sempurnanya

1
Sudiyono,M. 2009, Ilmu Pendidikan Islam,Jakarta:Rineka Cipta

3
suatu kurikulum pendidikan Islam, tidak akan berarti apa-apa apabila tidak
memiliki metode atau cara yang tepat dalam mentransformasikannya
kepada peserta didik. Ketidaktepatan dalam penerapan metode secara
praktis akan menghambat proses belajar mengajar yang berakibat
terbuangnya waktu dan tenaga. Karenanya metode merupakan syarat
untuk efisiensi aktivitas kependidikan Islam. Hal ini berarti metode
merupakan hal yang esensial, karena tujuan pendidikan Islam akan
tercapai secara tepat guna manakala metode yang ditempuh benar-benar
tepat. Mengingat pentingnya hal tersebut dalam makalah ini akan dibahas
tentang metode pendidikan yang terkandung dalam beberapa ayat Al-
Qurán.

B. RUMUSAN MASALAH

1. Apa pengertian dari metode pendidikan dalam Al Quran?


2. Bagaimana konsep dari metode pendidikan dalam Al Quran?
3. Bagaimana penjelasan dari ayat-ayat yang membahas tentang metode
pendidikan dalam Al Quran?

C. TUJUAN

1. untuk memahami pengertian metode pendidikan dalam Al Quran

2. untuk mengetahui konsep dari metode pendidikan dalam Al Quran

3. untuk mengetahui ayat-ayat Al-Quran yang menjelaskan tentang


metode pendidikan

BAB II

PEMBAHASAN

A. Pengertian Metode Pendidikan Dalam Al-Quran

4
Metode berasal dari dua perkataan yaitu meta yang artinya
melalui dan hodos yang artinya jalan atau cara. Metode dapat
diartikan sebagai suatu jalan yang dilalui untuk mencapai suatu
tujuan.2 Muhammad Athiyah al-Abrasyi mengartikan metode
sebagai jalan yang dilalui untuk memperoleh pemahaman pada
peserta didik. Sementara Abd al-Aziz mengartikan metode dengan
cara-cara memperoleh informasi, pengetahuan, pandangan,
kebiasaan berfikir, serta cinta kepada ilmu, guru dan
sekolah.3Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia yang dimaksud
dengan metode adalah cara kerja yang bersistem untuk
memudahkan pelaksanaan suatu kegiatan guna mencapai tujuan
yang ditentukan.4

Dari beberapa defenisi di atas dapat disimpulkan bahwa


metode pembelajaran adalah cara yang digunakan pendidik dalam
menyampaikan materi pendidikan kepada peserta didik guna
mencapai tujuan yang diharapkan. Di dalam al-Qur'an banyak
metode yang bisa diterapkan untuk menyampaikan kalam-kalam
Allah kepada manusia. Hal ini secara implisit menyatakan bahwa,
variasi metode-metode yang digunakan akan membentuk peranan
yang sangat penting. Maka metode-metode verbal yang terdapat
pada al Qur'an akan memberi petunjuk pengajaran di sini.

Sementara itu, pendidikan dalam arti umum mencakup


segala usaha dan perbuatan dari generasi tua untuk mengalihkan
pengalamannya, pengetahuannya, kecakapannya, serta
keterampilannya kepada generasi muda untuk memungkinkannya
melakukan fungsi hidupnya dalam pergaulan bersama, dengan
sebaik-baiknya.

Sedangkan pendidikan Islam dalam arti sempit, adalah


bimbingan yang dilakukan seseorang yang kemudian disebut
pendidik., terhadap orang lain yang kemudian disebut peserta didik.
Terlepas dari apa dan siapa yang membimbing, yang pasti
pendidikan diarahkan untuk mengembangkan manusia dari
berbagai aspek dan dimesnsinya, agar ia berkembang secara
maksimal. Pendidikan juga adalah usaha membimbing dan
membina serta bertanggung jawab untuk mengembangkan

2
Nur Ubbiyat, Ilmu Pendidikan Islam: Untuk IAIN, STAIN, PTAIS Fakultas Tarbiyah,
Komponen MKDK (Bandung: Pustaka Setia, 1999), hlm. 99.
3
Abdul Mupb & Jusuf Mudzakkir, Ilmu Pendidikan Islam, (Jakarta: Kencana Prenada
Media,2006), hlm. 166.
4
Departemen Pendidikan dan Kebudayaan, Kamus Besar Bahasa Indonesia, cet. II
(Jakarta:Pustaka, 1989), hlm. 581.

5
intelektual pribadi anak didik ke arah kedewasaan dan dapat
5
menerapkannya dalam kehidupan sehari-hari.

Dengan demikian dapat kita katakan bahwa metode


pendidikan islam adalah suatu jalan atau cara untuk mencapai
tujuan pendidikan melalui aktivitas dan usaha manusia untuk
meningkatkan kepribadiannya dengan jalan membina potensi-
potensi pribadi.

B. Konsep Metode Pendidikan Dalam Al-Quran

Metode pendidikan Islam secara luas adalah cara yang


digunakan dalam upaya mendidik. Metode yang dimaksudkan
mencakup metode mengajar secara umum. Dalam ilmu pengajaran
dapat ditemukan banyak metode mengajar. Dari literatur pendidikan
Barat dapat diketahui banyak metode mengajar seperti metode
ceramah, tanya jawab, diskusi, bermain peran, pemberian tugas, dll.
Metode yang ada akan terus bertambah sesuai kemajuan
perkembangan teori-teori pengajaran. Metode-metode yang
dikembangkan di Barat dapat juga digunakan untuk memperkaya
teori tentang metode pendidikan Islam.

Yang dapat membantu seseorang dalam mengajar tidak


hanya seperti apa metode pendidikan itu saja, akan tetapi petunjuk
bagaimana rencana langkah-langkah proses pengajaran. Menurut
Robert Glaster, langkah pertama membuat persiapan mengajar
yakni membuat tujuan yang hendak dicapai pada jam pelajaran
yang bersangkutan. Tujuan pendidikan tingkat pertama adalah
menjadi manusia yang baik. Tujuan yang dimaksudkan harus
khusus dan operasional. Khusus artinya tujuan itu hanya mencakup
satu pola tingkah laku, sedangkan operasional maksudnya memiliki
tujuan yang jelas sehingga mudah dalam pengevaluasian.

Metode untuk menanamkan rasa Iman adalah sebagai


berikut:

Metode Hiwar (dialog): percakapan antara dua pihak atau lebih


secara bergantian. Contoh: hiwar di dalam al Quran seperti dalam
QS. Al Baqarah: 30 dialog Allah dengan malaikat atau QS. Yusuf: 4
Dialog nabi Yusuf dengan ayahnya.

5
Armai Arief, 2002, Pengantar Ilmu dan Metodologi Pendidikan Islam, Jakarta: Ciputat
Pers, hlm. 40-41.

6
Metode kisah: Berkisah memiliki sentuhan khas yang menarik.
Pendengar seolah dibawa ke dalam latar dan setting sebagaimana
isi cerita. Nilai moral yang ada, secara bawah sadar akan merasuk
kepada siswa. Guru yang memiliki banyak amunisi kisah, bisa
mentransfer ilmu dan etika melalui cerita yang dibawakan.
Walaupun hampir sama dengan ceramah, berkisah terkesan lebih
efektif untuk menarik perhatian6.

Metode amtsal (perumpamaan): seperti metode ceramah.


Perumpamaan akan merangsang makna yang tersirat didalamnya
dan harus logis agar mudah dipahami.

Metode teladan: dengan menjadikan Rasulullah sebagai suri


tauladan. pada dasarnya anak memang suka meniru, murid-murid
cenderung meneladani pendidiknya. Dan teladan untuk guru adalah
Rasulullah.

Metode Khotbah: Paparan melalui ceramah menjadi upaya yang


paling banyak digunakan dalam penyampaian materi atau persuasi.
Khutbah harus disesuaikan dengan tingkat kesanggupan peserta
didik. Metode ceramah digunakan dengan pertimbangan jumlah
mahasiswa yang cukup banyak. Metode ceramah berupa
penjelasan konsep, prinsip, dan fakta7.

Metode pembiasaan: pembiasaan intinya adalah pengulangan.


Guru menggunakan cara pembiasaan yang baik pada anak didik
sehingga terbentuklah sikap yang akan berpengaruh dalam
hidupnya.

Metode Ibrah dan Mauidhoh. Dengan mengambil pelajaran dari


peristiwa yang telah terjadi kemudin diberi mauidhoh atau nasehat
yang baik.

Metode Targhib dan Tarhib: Tarhib adalah sebuah janji terhadap


kesenangan, kenikmatan. Dan Tarhib adalah ancaman terhadap
dosa yang telah dilakukan. Guru bisa menggunakan metode ini
dalam pengajaran, siswa akan termotivasi untuk mendapatkan nilai
yang bagus.

C. Ayat-ayat Al-Quran yang Membahas Tentang Metode Pendidikan

1. QS. Al Maidah (5): 67


6
Abdul Rachman Shaleh, Pendidikan Agama dan Pembangunan Watak
Bangsa, (Jakarta: Rajagrafindo Persada, 2005), hal. 202.
7
Martinis Yamin, Desain Baru Pembelajaran Konstruktivistik…, hal. 100

7
{ ۞ ‫یٰۤـَأُّﯾَﻬﺎ‬
َ ‫ل‬
ُ ‫ﺳﻮ‬
ُ ‫ل َﻣۤﺎ َﺑِّﻠۡﻎ ٱﻟَّﺮ‬
َ ‫ﻚ ُأﻧِﺰ‬
َ ‫ﻚ ِﻣﻦ ِإَﻟۡﯿ‬
َۖ ‫ﻢ َوِإن َّرِّﺑ‬
ۡ ‫ﻞ َّﻟ‬
ۡ ‫ﺖ َﻓَﻤﺎ َﺗۡﻔَﻌ‬ َ ‫ﺳاَﻟَﺘُﻪۚۥ َﺑَّﻠۡﻐ‬
َ ‫ﻚ َوٱﻟَّﻠُﻪ ِر‬
َ ‫ﺼُﻤ‬
ِ ‫ﻦ َﯾۡﻌ‬ َ ‫ِﻣ‬
ِۗ ‫ن ٱﻟَّﻨﺎ‬
‫س‬ َّ ‫ﻦ ٱۡﻟَﻘۡﻮَم َﯾۡﻬِﺪی َﻟﺎ ٱﻟَّﻠَﻪ ِإ‬ َ ‫ﻚٰـِﻓِﺮﯾ‬
َ ‫} ٱۡﻟ‬
Artinya : Hai Rasul, sampaikanlah apa yang diturunkan kepadamu dari
Tuhanmu. Dan jika tidak kamu kerjakan (apa yang diperintahkan itu,
berarti) kamu tidak menyampaikan amanat-Nya. Allah memelihara
kamu dari (gangguan) manusia. Sesungguhnya Allah tidak memberi
petunjuk kepada orang-orang yang kafir”. (QS: Al-Maidah Ayat: 67)
Abu Hurairah (RA) menuturkan bahawa ketika Rasulullah
SAW beserta para sahabatnya tiba di sebuah desa, mereka (para
sahabat) melihat sebatang pohon besar untuk berteduh, dan
mereka menyarankan kepada Nabi SAW untuk berteduh di
bawahnya untuk sesaat. Nabi SAW pun mengiyakan saran para
sahabatnya, dan tidur di bawahnya, sedang para sahabat tidur di
tempat lain. Saat Nabi SAW sedang tertidur kerana istirahat, tiba-
tiba datang seorang badui dengan menghunus pedang dan
membangunkan Nabi SAW sambil berkata, "Wahai Muhammad,
sekarang katakan padaku, siapa yang dapat menyelamatkanmu
dariku?" Beliau menjawab, "Allah." Maka turunlah ayat di atas.
(Hadis hasan, riwayat Ibnu Hibban)

Kisah ini diceritakan sangat indah oleh Ibnu Katisr dalam


menafsirkan Surat Al-Maidah ayat 67 ini. Beliau menguraikan : Pada
awalnya Nabi merasa takut untuk menyampaikan risalah kenabian.
Namun karena ada dukungan lansung dari Allah maka keberanian
itu muncul. Dukungan dari Allah sebagai pihak pemberi wewenang
menimbulkan semangat dan etos dakwah nabi dalam
menyampaikan risalah. Nabi tidak sendirian, di belakangnya ada
semangat “Agung”, ada pemberi motivasi yang sempurna yaitu
Allah SWT. Begitu pun dalam proses pembelajaran harus ada
keberanian, tidak ragu-ragu dalam menyampaikan materi. Sebab
penyampaian materi sebagai pewarisan nilai merupakan amanat
agung yang harus diberikan. Bukankah nabi berpesan ; “yang hadir
hendaknya menyampaikan kepada yang tidak hadir” . Sehingga
Allah berfirman sebagai penegasan dukungan keselamatan :
wallahu yashimuka minannas Allah memelihara kamu dari
(gangguan) manusia

Nilai tarbawy yang dapat diambil dari ayat tersebut di atas,


yaitu bahwa metode tabligh adalah suatu metode yang dapat
diperkenalkan dalam dunia pendidikan modern. Yaitu suatu metode

8
pendidikan dimana guru tidak sekadar menyampaikan pengajaran
kepada murid, akan tetapi dalam metode itu terkandung beberapa
persyaratan guna terciptanya efektivitas proses belajar mengajar.
Beberapa persyaratan yang dimaksud adalah :

a. Aspek kepribadian guru yang selalu menampilkan sosok uswah


hasanah, suri tauladan yang baik bagi murid-muridnya.
b. Aspek kemampuan intelektual yang memadai.
c. Aspek penguasaan metodologis yang cukup sehingga mampu
meraba
dan membaca kejiwaan dan kebutuhan murid-muridnya
d. Aspek spiritualitas dalam arti pengamal ajaran Islam yang
istiqomah.
Apabila keempat persyaratan di atas dipenuhi oleh seorang
guru, maka materi yang disampaikan kepada murid akan
merupakan qoulan baligha, yaitu ucapan yang komunikatif dan
efektif.

2. QS. An Nahl (16): 125

{‫ع‬
ُ ‫ﻰ ٱۡد‬
ٰ ‫ﻞ ِإَﻟ‬
ِ ‫ﺳِﺒﯿ‬
َ ‫ﻚ‬
َ ‫ﺤۡﻜَﻤِﺔ َرِّﺑ‬
ِ ‫ﻈِﺔ ِﺑﭑۡﻟ‬
َ ‫ﻋ‬
ِ ‫ﺴَﻨِۖﺔ َوٱۡﻟَﻤۡﻮ‬
َ ‫ﺤ‬
َ ‫جٰـِدۡﻟُﻬﻢ ٱۡﻟ‬
َ ‫ﯽ ِﺑﭑَّﻟِﺘﯽ َو‬
َ ‫ﻫ‬ِ ‫ﻦ‬
ُۚ ‫ﺴ‬
َ ‫ﺣ‬ ۡ ‫ن َأ‬
َّ ‫ﻚ ِإ‬َ ‫ﻫَﻮ َرَّﺑ‬ ُ ‫ﻢ‬
ُ ‫ﻋَﻠ‬
ۡ ‫ِﺑَﻤﻦ َأ‬
َّ ‫ﺿ‬
‫ﻞ‬ َ ‫ﻋﻦ‬ َ ‫ﺳِﺒﯿِﻠِﻪۦ‬
َ ‫ﻫَﻮ‬ ُ ‫ﻢ َو‬ُ ‫ﻋَﻠ‬ ۡ ‫ﻦ َأ‬
َ ‫} ِﺑﭑۡﻟُﻤۡﻬَﺘِﺪﯾ‬
Artinya “Serulah (manusia) kepada jalan Tuhan-mu dengan hikmah dan
pelajaran yang baik dan bantahlah mereka dengan cara yang baik.
Sesungguhnya Tuhanmu Dialah yang lebih mengetahui tentang siapa
yang tersesat dari jalan-Nya dan Dialah yang lebih mengetahui
orang-orang yang mendapat petunjuk”. (QS: An-Nahl Ayat: 125)
Para mufasir berbeda pendapat seputar sabab an-nuzul
(latar belakang turunnya) ayat ini. Al-Wahidi menerangkan bahwa
ayat ini turun setelah Rasulullah SAW. menyaksikan jenazah 70
sahabat yang syahid dalam Perang Uhud, termasuk Hamzah,
paman Rasulullah. Al-Qurthubi menyatakan bahwa ayat ini turun di
Makkah ketika adanya perintah kepada Rasulullah SAW, untuk
melakukan gencatan senjata (muhadanah) dengan pihak Quraisy.
Akan tetapi, Ibn Katsir tidak menjelaskan adanya riwayat yang
menjadi sebab turunnya ayat tersebut.

Tafsir Al-Jalaalayn “Serulah (manusia, wahai Muhammad) ke


jalan Rabb-mu (agamaNya) dengan hikmah (dengan al-Quran) dan

9
nasihat yang baik (nasihat-nasihat atau perkataan yang halus) dan
debatlah mereka dengan debat terbaik (debat yang terbaik seperti
menyeru manusia kepada Allah dengan ayat-ayat-Nya dan menyeru
manusia kepada hujah). Sesungguhnya Rabb-mu, Dialah Yang
Mahatahu, yakni Mahatahu tentang siapa yang sesat dari jalan-Nya,
dan Dia Mahatahu atas orang-orang yang mendapatkan petunjuk.
Maka Allah membalas mereka. Hal ini terjadi sebelum ada perintah
berperang. Ketika Hamzah dibunuh (dicincang dan meninggal dunia
pada Perang Uhud)”

Nilai tarbawiyah yang dapat diambil dari ayat tersebut di atas


menyangkut metode atau cara melakukan dakwah. Ayat tersebut
juga mengisyaratkan adanya tiga tipologi manusia dalam kaitannya
dengan penyikapan terhadap dakwah dan pendidikan, yaitu :

a. Mereka yang dengan segala kemampuan nalar dan nuraninya selalu


berusaha menemukan kebenaran sejati, untuk mengajak dan
mendidik manusia dalam tipe ini cukup dengan metode al-hikmah.
b. Mereka yang dengan keluguannya atau karena keterbatasan
kemampuan berfikirnya selalu menerima taqlid dalam menerima
kebenaran. Untuk mengajak dan mendidik mereka ke jalan Allah
swt lebih efektif dengan metode al-mau‟idhat al-hasanat.
c. Mereka yang dengan segala kecongkakannya selalu berusaha
menetang kebenaran. Bagi manusia dalam kelompok ini cara
berdakwah dan memberikan pendidikannya harus dengan cara
jadal (adu argumentasi) tetapi dengan cara-cara lunak dan santun.
Ketiga tipologi tersebut akan ditemukan juga dari siswa oleh setiap
guru di sekolah. Ada anak yang kritis, yang baru akan menerima dan
mengakui sesuatu yang disampaikan guru kalau ia sudah betul-betul
memahaminya. Ada juga anak-anak yang selalu menerima apa yang
disampaikan gurunya tanpa mau banyak bertanya ini dan itu. Bahkan ada
anak-anak yang selalu membangkang terhadap gurunya. Untuk itu
menghadapi ketiga tipologi anak tersebut seoran guru harus pandai
memilih metode pendidikan yang tepat.

3. QS. Al Araf (7): 176 — 177

10
{ ‫ﺷۡﺌَﻨﺎ َوَﻟۡﻮ‬ِ ‫ﻦٰـُه‬َ ‫لٰـِﻛَّﻨُﻪۤۥ ِﺑَﻬﺎ َﻟَﺮَﻓۡﻌ‬
َ ‫ﺧَﻠَﺪ َو‬ۡ ‫ض ِإَﻟﻰ َأ‬ ِ ‫ﻫَﻮٰﯨُۚﻪ َوٱَّﺗَﺒَﻊ ٱۡﻟَﺄۡر‬ َ ‫ﻞ َﻓَﻤَﺜُﻠُﻪۥ‬
ِ ‫ﺐ َﻛَﻤَﺜ‬ِ ‫ﻞ ِإن ٱۡﻟَﻜۡﻠ‬
ۡ ‫ﺤِﻤ‬ۡ ‫ﻋَﻠۡﯿِﻪ َﺗ‬
َ
ۡ‫ﺚ َﺗۡﺘُﺮۡﻛُﻪ َأۡو َﯾۡﻠَﻬﺚ‬
ۚ ‫ٰ َّذ َﯾۡﻠَﻬ‬ َ ‫ﻞ ِﻟ‬
‫ﻚ‬ ُ ‫ﻦ ٱۡﻟَﻘۡﻮِم َﻣَﺜ‬ َ ‫یٰـِﺗَﻨۚﺎ َﻛَّﺬُﺑﻮ۟ا ٱَّﻟِﺬﯾ‬
َ ‫بَٔـا‬
ِ ‫ﺺ‬ِ ‫ﺼ‬ ُ ‫ﺺ َﻓﭑۡﻗ‬َ ‫ﺼ‬ َ ‫ﻢ ٱۡﻟَﻘ‬
ۡ ‫َﻟَﻌَّﻠُﻬ‬
َ‫ﺳۤﺎَء {َﯾَﺘَﻔَّﻜُﺮون‬
َ ‫ﻦ ٱۡﻟَﻘۡﻮُم َﻣَﺜًﻠﺎ‬ َ ‫یٰـِﺗَﻨﺎ َﻛَّﺬُﺑﻮ۟ا ٱَّﻟِﺬﯾ‬
َ ‫بَٔـا‬
ِ ‫ﻢ‬ ۡ ‫ﺴُﻬ‬
َ ‫ن َﻛﺎُﻧﻮ۟ا َوَأﻧُﻔ‬ َ ‫ﻈِﻠُﻤﻮ‬
ۡ ‫} َﯾ‬
Artinya : Dan kalau Kami menghendaki, sesungguhnya Kami tinggikan
(derajat)nya dengan ayat-ayat itu, tetapi dia cenderung kepada dunia
dan menurutkan hawa nafsunya yang rendah, maka perumpamaannya
seperti anjing jika kamu menghalaunya diulurkannya lidahnya dan
jika kamu membiarkannya dia mengulurkan lidahnya (juga).
Demikian itulah perumpamaan orang-orang yang mendustakan ayatayat
Kami. Maka ceritakanlah (kepada mereka) kisah-kisah itu agar
mereka berfikir.” (QS: Al-A'raf Ayat: 176) Amat buruklah perumpamaan
orang-orang yang mendustakan ayatayat Kami dan kepada diri mereka
sendirilah mereka berbuat zalim.”(QS: Al-A'raf Ayat: 177)

Terdapat riwayat yang mengatakan bahwa dia adalah seorang laki-


laki dari bani Israel yang bernama Bal‟am bin Ba‟ura‟. Riwayat lain
mengatakan bahwa orang itu adalah seorang laki-laki dari Palestina yang
dictator. Riwayat lain juga mengatakan bahwa dia adalah orang Arab yang
bernama Umayyah bin Shalt. Adapula riwayat yang mengatakan bahwa dia
adalah seseorang yang hidup sezaman dengan masa Rasulullah, yang
bernama Amir al-Fasik. Dan, ada pula riwayat yang mengatakan bahwa
orang tersebut semasa dengan Nabi Musa a.s. Ada lagi riwayat yang
mengatakan bahwa dia hidup sepeninggal Nabi Musa a.s , yaitu sezaman
dengan Yusya‟ bin Nun yang memerangi para dictator bani Israel sesudah
mereka kebingungan dan terkatung-katung di padang pasir selama empat
puluh tahun. Yakni, sesudah bani Israel tidak mau memenuhi perintah
Allah untuk memasukinya dan berkata kepada Nabi Musa a.s.,”Maka
pergilah engkau bersama Tuhanmu, lalu perangilah mereka, sedang kami
menunggu di sini.”

Diriwayatkan juga di dalam menafsirkan ayat-ayat yang diberikan


kepadanya bahwa ayat-ayat itu adalah nama Allah yang teragung. Orang
itu berdo‟a dengan menyebutnya, lalu dikabulkan do‟anya. Sebagaimana
juga ada riwayat yang mengatakan bahwa ayat — ayat itu adalah kitab suci
yang diturunkan, sedang dia adalah seorang Nabi. Setelah itu, terdapat
keterangan yang berbeda-beda mengenai perincian cerita tersebut.

Kedua ayat ini menguraikan keadaan siapapun yang melepaskan


diri dari pengetahuan yang telah dimilikinya. Allah SWT menyatakan bahwa
sekiranya Kami menghendaki, pasti Kami menyucikan jiwanya dan
meninggikan derajatnya dengannya yakni melalui pengamalannya

11
terhadap ayat-ayat itu, tetapi dia mengekal yakni cenderung menetap terus
menerus di dunia menikmati gemerlapnya serta merasa bahagia dan
tenang menghadapinya dan menurutkan dengan antusias hawa nafsunya
yang rendah, maka perumpamaannya adalah seperti anjing yang selalu
menjulurkan lidahnya.

Kedua ayat diatas juga memberikan perumpamaan orang yang


berpengetahuan, sampai-sampai pengetahuan itu melekat pada dirinya
seperti melekatnya kulit pada dagingnya. Namun dia menguliti dirinya
dengan melepaskan tuntunan pengetahuannya. Dia diibaratkan seekor
anjing yang terengah-engah sambil menjulurkan lidahnya. Biasanya yang
terengahengah adalah yang letih atau kehausan membutuhkan air, tetapi
anjing terengah-engah bukan hanya ketika letih ataupun haus, tapi
sepanjang hidupnya dia selalu demikian. Sama dengan orang yang
memperoleh pengetahuan tetapi terjerumus mengikuti hawa nafsunya.
Seharusnya pengetahuan tersebut membentengi dirinya dari perbuatan
buruk. Dari Ayat tersebut juga bisa jadi tinjauan kita menggunakan metode
menakut-nakuti dan memikirkan Nikmat ini telah memfokuskan perhatian
mereka terhadap apa yang mereka rasakan berupa nikmat
ditempatkannya dimuka bumi, dan dijadikannya bumi itu sebagai tempat
tinggal mereka yang dilengkapi berbagai pemenuhan kebutuhan pokok
dan kesempurnaan manusia.

Nilai tarbawy yang dapat diambil dari ayat tersebut di atas adalah
bahwa Al-Qur‟an menyuguhkan Islam sebagai manhaj untuk bergerak.
Juga untuk memandu perjalanan manusia langkah demi langkah mendaki
puncak tertinggi, sesuai dengan program dan ketentuan-ketentuannya. Di
tengah gerak riilnya, Islam membentuk system kehidupan bagi manusia,
membangun prinsip-prinsip syariatnya, dan kaidah-kaidah ekonomi, social,
dan politik mereka. Kemudian dengan akalnya yang berpedoman pada
Islam, manusia menciptakan aturan-aturan hukum fikih, ilmu kealaman,
ilmu jiwa, dan semua kebutuhan hidup praktis mereka yang riil. Mereka
menciptakannya, sedang di dalam jiwanya terdapat kehangatan dan
motivasi akidah, keseriusan melaksanakan syariat dan merealisasikannya,
dan kebutuhan-kebutuhan hidup riil dengan arahan — arahannya.

Inilah manhaj Al-Qur‟an di dalam membentuk jiwa muslim dan


kehidupan islami. Adapun kajian teoritis yang semata-mata hanya kajian,
maka yang demikian inilah ilmu yang tidak dapat melindungi pemiliknya
dari kecenderungan kepada kehidupan dunia, dorongan hawa nafsu, dan
godaan setan. Ilmu bukan semata-mata pengetahuan. Tetapi, semestinya
ia dapat menciptakan akidah yang hangat, bersemangat, dan bergerak

12
untuk mengimplementasikan petunjuknya di dalam hati dan di dalam alam
kehidupan.

4. QS. Ibrahim (14): 24 — 25

{‫ﻢ‬
ۡ ‫ﻒ َﺗَﺮ َأَﻟ‬
َ ‫ب َﻛۡﯿ‬ َ ‫ﺿَﺮ‬
َ ‫ﻃِّﯿَﺒﺔ ࣰَﻛِﻠَﻤﺔ ا ࣰَﻣَﺜﻞ ٱﻟَّﻠُﻪ‬ َ ࣰ ‫ﺠَﺮة‬ َ ‫ﺸ‬َ ‫ﻃِّﯿَﺒٍﺔ ࣲَﻛ‬ َ ‫ﺻُﻠَﻬﺎ‬ ۡ ‫ﻋَﻬﺎ ࣱَﺛﺎِﺑﺖ َأ‬ ُ ‫ِﻓﯽ َوَﻓۡﺮ‬
‫ﺴَﻤۤﺎِء‬
َّ ‫ﯽ { ٱﻟ‬
ۤ ‫ﻞ ُأُﻛَﻠَﻬﺎ ُﺗۡﺆِﺗ‬
َّ ‫ﻦ ُﻛ‬
ِۭ ‫ﺣﯿ‬
ِ ‫ن‬
ِ ‫ب َرِّﺑَﻬۗﺎ ِﺑِﺈۡذ‬
ُ ‫ﻀِﺮ‬ۡ ‫ل ٱﻟَّﻠُﻪ َوَﯾ‬
َ ‫س ٱۡﻟَﺄۡﻣَﺜا‬ِ ‫ﻢ ِﻟﻠَّﻨﺎ‬
ۡ ‫ن َﻟَﻌَّﻠُﻬ‬
َ ‫} َﯾَﺘَﺬَّﻛُﺮو‬

Artinya : “Tidakkah kamu perhatikan bagaimana Allah telah membuat


perumpamaan kalimat yang baik seperti pohon yang baik, akarnya
teguh dan cabangnya (menjulang) ke langit,” (QS: Ibrahim Ayat: 24) “Pohon
itu memberikan buahnya pada setiap musim dengan seizin
Tuhannya. Allah membuat perumpamaan-perumpamaan itu untuk
manusia supaya mereka selalu ingat.” (QS: Ibrahim Ayat: 25)
Berdasar satu riwayat yang menyatakan („Abdullah) putra „
Umar ra. Berkata bahwa suatu ketika kami berada di sekeliling
Rasulullah SAW., lalu beliau bersabda :” Beritahulah aku tentang
sebuah pohon yang serupa dengan seorang muslim, memberikan
buahnya pada setiap musim! “ Putra Umar berkata: “Terlintas dalam
benakku bahwa pohon itu adalah pohon kurma, tetapi aku lihat Abu
Bakar dan Umar tidak berbicara, maka aku segan berbicara.”Dan
seketika Rasul SAW., tidak mendengar jawaban dari hadirin, beliau
bersabda: “Pohon itu adalah pohon kurma”. Setelah selesai
pertemuan dengan Rasul SAW itu, aku berkata kepada (ayahku) „
Umar: ”Hai Ayahku! Demi Allah telah terlintas dalam benakku bahwa
yang dimaksud adalah pohon kurma. “Beliau berkata: “Mengapa
engkau tidak menyampaikannya?”Aku menjawab: “Aku tidak
melihat seorang pun berbicara, maka aku pun segera berbicara.” „
Umar ra. Berkata :”Seandainya engkau menyampaikannya maka
sungguh itu lebih kusukai dari ini dan itu.”HR.Bukhari, Muslim, at-
Tirmidzi dan lain-lain.

Kedua ayat diatas mengajarkan kepada semua ummat agar


membiasakan dari menggunakan ucapan yang baik, yang
berfaedah bagi dirinya dan bermanfaat bagi orang lain. Ucapan
seseorang menunjukkan watak dan kepribadiannya serta adab dan
sopan santunnya. Sebaliknya, setiap muslim harus menjauhi
ucapan dan kata-kata yang jorok, yang dapat menimbulkan
kemarahan, kebencian, permusuhan dan menyinggung

13
perasaan atau menimbulkan rasa jijik bagi yang mendengarnya.
Demikian pula halnya kata-kata yang baik yang kita ucapkan kepada
orang lain, misalnya dalam memberikan Ilmu pengetahuan yang
berguna, manfaatnya akan didapat oleh orang banyak. Dan setiap
orang yang memperoleh Ilmu dari seorang guru haruslah bersyukur
kepada Allah karena pada hakikatnya ilmu yang telah diperolehnya
melalui karunia dan rahmat Allah SWT.

Nilai tarbawy yang dapat diambil dari ayat tersebut di atas


adalah bahwa perumpamaan adalah salah satu metode yang dapat
diterapkan dalam proses pendidikan dan pengajaran. Melalui
ungkapan-ungkapan pemisalan, anak didik akan mudah memahami
materi pelajaran dan akan lebih termotivasi untuk melakukan karya-
karya nyata dan positif. Gambaran perumpamaan pada ayat di atas
tentang pohon bagus yang akarnya kokoh menancap ke dasar bumi
dan cabangnya menjulang ke angkasa untuk sebuah kalimah
thayyibah, bertujuan agar obyek yang diajak bicara lebih mudah
memahami pentingnya memiliki prinsip tauhid yang kuat dalam
menempuh perjalanan kehidupan di dunia ini.8

BAB III

8
Syakira, I. Anggi,R. Ayat-ayat Al-Quran tentang Metode Pendidkan.STAI Sukabumi: 2017.

14
PENUTUP

A. KESIMPULAN

Metode pendidikan islam adalah suatu jalan atau cara untuk


mencapai tujuan pendidikan melalui aktivitas dan usaha manusia untuk
meningkatkan kepribadiannya dengan jalan membina potensi-potensi
pribadi. Menurut Robert Glaster, langkah pertama membuat persiapan
mengajar yakni membuat tujuan yang hendak dicapai pada jam pelajaran
yang bersangkutan. Tujuan pendidikan tingkat pertama adalah menjadi
manusia yang baik. Tujuan yang dimaksudkan harus khusus dan
operasional. Khusus artinya tujuan itu hanya mencakup satu pola tingkah
laku, sedangkan operasional maksudnya memiliki tujuan yang jelas
sehingga mudah dalam pengevaluasian. Ayat-ayat Alquran yang
membahas tentang metode pendidikan:

a. Al Maidah ayat 67

b. An Nahl ayat 125

c. Al Araf ayat 176 — 177

d. Ibrahim ayat 24 — 25

B. SARAN

Dalam bidang pendidikan kita harus bisa dapat


mempraktekkan metode pendidikan yang telah dicontohkan
Rasulullah yang tercantum dalam Al Quran.

15
DAFTAR PUSTAKA

Dr. Ahmad Tafsir, Ilmu Pendidikan dalam Perspektif Islam, 2014, Bandung:


PT Remaja Rosdakarya

Sudiyono,M. 2009, Ilmu Pendidikan Islam,Jakarta:Rineka Cipta

Nur Ubbiyat, Ilmu Pendidikan Islam: Untuk IAIN, STAIN, PTAIS Fakultas
Tarbiyah, Komponen MKDK (Bandung: Pustaka Setia, 1999), hlm. 99.
Abdul Mupb & Jusuf Mudzakkir, Ilmu Pendidikan Islam, (Jakarta: Kencana
Prenada Media,2006), hlm. 166.
Departemen Pendidikan dan Kebudayaan, Kamus Besar Bahasa Indonesia,
cet. II (Jakarta:Pustaka, 1989), hlm. 581.
Armai Arief, 2002, Pengantar Ilmu dan Metodologi Pendidikan Islam,
Jakarta: Ciputat Pers, hlm. 40-41
Abdul Rachman Shaleh, Pendidikan Agama dan Pembangunan Watak
Bangsa, (Jakarta: Rajagrafindo Persada, 2005), hal. 202.
Martinis Yamin, Desain Baru Pembelajaran Konstruktivistik…, hal. 100

16

Anda mungkin juga menyukai