Makalah ini disusun untuk memenuhi Tugas Mata Kuliah: Tafsir Tarbawi
Dosen Pengampu:
Disusun Oleh:
FAKULTAS TARBIYAH
INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI (IAIN) KEDIRI
2022
KATA PENGANTAR
Penyusun
1
DAFTAR ISI
KATA
PENGANTAR.............................................................................................1
DAFTAR
ISI............................................................................................................2
BAB I PENDAHULUAN
A.Latar
Belakang..........................................................................................3
B.Rumusan
Masalah.....................................................................................3
C.Tujuan.......................................................................................................3
BAB II PEMBAHASAN
2
A.Kesimpulan.............................................................................................
12
B.Saran.......................................................................................................
12
DAFTAR PUSTAKA..........................................................................................13
BAB I
PENDAHULUAN
A. LATAR BELAKANG
1
Sudiyono,M. 2009, Ilmu Pendidikan Islam,Jakarta:Rineka Cipta
3
suatu kurikulum pendidikan Islam, tidak akan berarti apa-apa apabila tidak
memiliki metode atau cara yang tepat dalam mentransformasikannya
kepada peserta didik. Ketidaktepatan dalam penerapan metode secara
praktis akan menghambat proses belajar mengajar yang berakibat
terbuangnya waktu dan tenaga. Karenanya metode merupakan syarat
untuk efisiensi aktivitas kependidikan Islam. Hal ini berarti metode
merupakan hal yang esensial, karena tujuan pendidikan Islam akan
tercapai secara tepat guna manakala metode yang ditempuh benar-benar
tepat. Mengingat pentingnya hal tersebut dalam makalah ini akan dibahas
tentang metode pendidikan yang terkandung dalam beberapa ayat Al-
Qurán.
B. RUMUSAN MASALAH
C. TUJUAN
BAB II
PEMBAHASAN
4
Metode berasal dari dua perkataan yaitu meta yang artinya
melalui dan hodos yang artinya jalan atau cara. Metode dapat
diartikan sebagai suatu jalan yang dilalui untuk mencapai suatu
tujuan.2 Muhammad Athiyah al-Abrasyi mengartikan metode
sebagai jalan yang dilalui untuk memperoleh pemahaman pada
peserta didik. Sementara Abd al-Aziz mengartikan metode dengan
cara-cara memperoleh informasi, pengetahuan, pandangan,
kebiasaan berfikir, serta cinta kepada ilmu, guru dan
sekolah.3Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia yang dimaksud
dengan metode adalah cara kerja yang bersistem untuk
memudahkan pelaksanaan suatu kegiatan guna mencapai tujuan
yang ditentukan.4
2
Nur Ubbiyat, Ilmu Pendidikan Islam: Untuk IAIN, STAIN, PTAIS Fakultas Tarbiyah,
Komponen MKDK (Bandung: Pustaka Setia, 1999), hlm. 99.
3
Abdul Mupb & Jusuf Mudzakkir, Ilmu Pendidikan Islam, (Jakarta: Kencana Prenada
Media,2006), hlm. 166.
4
Departemen Pendidikan dan Kebudayaan, Kamus Besar Bahasa Indonesia, cet. II
(Jakarta:Pustaka, 1989), hlm. 581.
5
intelektual pribadi anak didik ke arah kedewasaan dan dapat
5
menerapkannya dalam kehidupan sehari-hari.
5
Armai Arief, 2002, Pengantar Ilmu dan Metodologi Pendidikan Islam, Jakarta: Ciputat
Pers, hlm. 40-41.
6
Metode kisah: Berkisah memiliki sentuhan khas yang menarik.
Pendengar seolah dibawa ke dalam latar dan setting sebagaimana
isi cerita. Nilai moral yang ada, secara bawah sadar akan merasuk
kepada siswa. Guru yang memiliki banyak amunisi kisah, bisa
mentransfer ilmu dan etika melalui cerita yang dibawakan.
Walaupun hampir sama dengan ceramah, berkisah terkesan lebih
efektif untuk menarik perhatian6.
7
{ ۞ یٰۤـَأُّﯾَﻬﺎ
َ ل
ُ ﺳﻮ
ُ ل َﻣۤﺎ َﺑِّﻠۡﻎ ٱﻟَّﺮ
َ ﻚ ُأﻧِﺰ
َ ﻚ ِﻣﻦ ِإَﻟۡﯿ
َۖ ﻢ َوِإن َّرِّﺑ
ۡ ﻞ َّﻟ
ۡ ﺖ َﻓَﻤﺎ َﺗۡﻔَﻌ َ ﺳاَﻟَﺘُﻪۚۥ َﺑَّﻠۡﻐ
َ ﻚ َوٱﻟَّﻠُﻪ ِر
َ ﺼُﻤ
ِ ﻦ َﯾۡﻌ َ ِﻣ
ِۗ ن ٱﻟَّﻨﺎ
س َّ ﻦ ٱۡﻟَﻘۡﻮَم َﯾۡﻬِﺪی َﻟﺎ ٱﻟَّﻠَﻪ ِإ َ ﻚٰـِﻓِﺮﯾ
َ } ٱۡﻟ
Artinya : Hai Rasul, sampaikanlah apa yang diturunkan kepadamu dari
Tuhanmu. Dan jika tidak kamu kerjakan (apa yang diperintahkan itu,
berarti) kamu tidak menyampaikan amanat-Nya. Allah memelihara
kamu dari (gangguan) manusia. Sesungguhnya Allah tidak memberi
petunjuk kepada orang-orang yang kafir”. (QS: Al-Maidah Ayat: 67)
Abu Hurairah (RA) menuturkan bahawa ketika Rasulullah
SAW beserta para sahabatnya tiba di sebuah desa, mereka (para
sahabat) melihat sebatang pohon besar untuk berteduh, dan
mereka menyarankan kepada Nabi SAW untuk berteduh di
bawahnya untuk sesaat. Nabi SAW pun mengiyakan saran para
sahabatnya, dan tidur di bawahnya, sedang para sahabat tidur di
tempat lain. Saat Nabi SAW sedang tertidur kerana istirahat, tiba-
tiba datang seorang badui dengan menghunus pedang dan
membangunkan Nabi SAW sambil berkata, "Wahai Muhammad,
sekarang katakan padaku, siapa yang dapat menyelamatkanmu
dariku?" Beliau menjawab, "Allah." Maka turunlah ayat di atas.
(Hadis hasan, riwayat Ibnu Hibban)
8
pendidikan dimana guru tidak sekadar menyampaikan pengajaran
kepada murid, akan tetapi dalam metode itu terkandung beberapa
persyaratan guna terciptanya efektivitas proses belajar mengajar.
Beberapa persyaratan yang dimaksud adalah :
{ع
ُ ﻰ ٱۡد
ٰ ﻞ ِإَﻟ
ِ ﺳِﺒﯿ
َ ﻚ
َ ﺤۡﻜَﻤِﺔ َرِّﺑ
ِ ﻈِﺔ ِﺑﭑۡﻟ
َ ﻋ
ِ ﺴَﻨِۖﺔ َوٱۡﻟَﻤۡﻮ
َ ﺤ
َ جٰـِدۡﻟُﻬﻢ ٱۡﻟ
َ ﯽ ِﺑﭑَّﻟِﺘﯽ َو
َ ﻫِ ﻦ
ُۚ ﺴ
َ ﺣ ۡ ن َأ
َّ ﻚ ِإَ ﻫَﻮ َرَّﺑ ُ ﻢ
ُ ﻋَﻠ
ۡ ِﺑَﻤﻦ َأ
َّ ﺿ
ﻞ َ ﻋﻦ َ ﺳِﺒﯿِﻠِﻪۦ
َ ﻫَﻮ ُ ﻢ َوُ ﻋَﻠ ۡ ﻦ َأ
َ } ِﺑﭑۡﻟُﻤۡﻬَﺘِﺪﯾ
Artinya “Serulah (manusia) kepada jalan Tuhan-mu dengan hikmah dan
pelajaran yang baik dan bantahlah mereka dengan cara yang baik.
Sesungguhnya Tuhanmu Dialah yang lebih mengetahui tentang siapa
yang tersesat dari jalan-Nya dan Dialah yang lebih mengetahui
orang-orang yang mendapat petunjuk”. (QS: An-Nahl Ayat: 125)
Para mufasir berbeda pendapat seputar sabab an-nuzul
(latar belakang turunnya) ayat ini. Al-Wahidi menerangkan bahwa
ayat ini turun setelah Rasulullah SAW. menyaksikan jenazah 70
sahabat yang syahid dalam Perang Uhud, termasuk Hamzah,
paman Rasulullah. Al-Qurthubi menyatakan bahwa ayat ini turun di
Makkah ketika adanya perintah kepada Rasulullah SAW, untuk
melakukan gencatan senjata (muhadanah) dengan pihak Quraisy.
Akan tetapi, Ibn Katsir tidak menjelaskan adanya riwayat yang
menjadi sebab turunnya ayat tersebut.
9
nasihat yang baik (nasihat-nasihat atau perkataan yang halus) dan
debatlah mereka dengan debat terbaik (debat yang terbaik seperti
menyeru manusia kepada Allah dengan ayat-ayat-Nya dan menyeru
manusia kepada hujah). Sesungguhnya Rabb-mu, Dialah Yang
Mahatahu, yakni Mahatahu tentang siapa yang sesat dari jalan-Nya,
dan Dia Mahatahu atas orang-orang yang mendapatkan petunjuk.
Maka Allah membalas mereka. Hal ini terjadi sebelum ada perintah
berperang. Ketika Hamzah dibunuh (dicincang dan meninggal dunia
pada Perang Uhud)”
10
{ ﺷۡﺌَﻨﺎ َوَﻟۡﻮِ ﻦٰـُهَ لٰـِﻛَّﻨُﻪۤۥ ِﺑَﻬﺎ َﻟَﺮَﻓۡﻌ
َ ﺧَﻠَﺪ َوۡ ض ِإَﻟﻰ َأ ِ ﻫَﻮٰﯨُۚﻪ َوٱَّﺗَﺒَﻊ ٱۡﻟَﺄۡر َ ﻞ َﻓَﻤَﺜُﻠُﻪۥ
ِ ﺐ َﻛَﻤَﺜِ ﻞ ِإن ٱۡﻟَﻜۡﻠ
ۡ ﺤِﻤۡ ﻋَﻠۡﯿِﻪ َﺗ
َ
ۡﺚ َﺗۡﺘُﺮۡﻛُﻪ َأۡو َﯾۡﻠَﻬﺚ
ۚ ٰ َّذ َﯾۡﻠَﻬ َ ﻞ ِﻟ
ﻚ ُ ﻦ ٱۡﻟَﻘۡﻮِم َﻣَﺜ َ یٰـِﺗَﻨۚﺎ َﻛَّﺬُﺑﻮ۟ا ٱَّﻟِﺬﯾ
َ بَٔـا
ِ ﺺِ ﺼ ُ ﺺ َﻓﭑۡﻗَ ﺼ َ ﻢ ٱۡﻟَﻘ
ۡ َﻟَﻌَّﻠُﻬ
َﺳۤﺎَء {َﯾَﺘَﻔَّﻜُﺮون
َ ﻦ ٱۡﻟَﻘۡﻮُم َﻣَﺜًﻠﺎ َ یٰـِﺗَﻨﺎ َﻛَّﺬُﺑﻮ۟ا ٱَّﻟِﺬﯾ
َ بَٔـا
ِ ﻢ ۡ ﺴُﻬ
َ ن َﻛﺎُﻧﻮ۟ا َوَأﻧُﻔ َ ﻈِﻠُﻤﻮ
ۡ } َﯾ
Artinya : Dan kalau Kami menghendaki, sesungguhnya Kami tinggikan
(derajat)nya dengan ayat-ayat itu, tetapi dia cenderung kepada dunia
dan menurutkan hawa nafsunya yang rendah, maka perumpamaannya
seperti anjing jika kamu menghalaunya diulurkannya lidahnya dan
jika kamu membiarkannya dia mengulurkan lidahnya (juga).
Demikian itulah perumpamaan orang-orang yang mendustakan ayatayat
Kami. Maka ceritakanlah (kepada mereka) kisah-kisah itu agar
mereka berfikir.” (QS: Al-A'raf Ayat: 176) Amat buruklah perumpamaan
orang-orang yang mendustakan ayatayat Kami dan kepada diri mereka
sendirilah mereka berbuat zalim.”(QS: Al-A'raf Ayat: 177)
11
terhadap ayat-ayat itu, tetapi dia mengekal yakni cenderung menetap terus
menerus di dunia menikmati gemerlapnya serta merasa bahagia dan
tenang menghadapinya dan menurutkan dengan antusias hawa nafsunya
yang rendah, maka perumpamaannya adalah seperti anjing yang selalu
menjulurkan lidahnya.
Nilai tarbawy yang dapat diambil dari ayat tersebut di atas adalah
bahwa Al-Qur‟an menyuguhkan Islam sebagai manhaj untuk bergerak.
Juga untuk memandu perjalanan manusia langkah demi langkah mendaki
puncak tertinggi, sesuai dengan program dan ketentuan-ketentuannya. Di
tengah gerak riilnya, Islam membentuk system kehidupan bagi manusia,
membangun prinsip-prinsip syariatnya, dan kaidah-kaidah ekonomi, social,
dan politik mereka. Kemudian dengan akalnya yang berpedoman pada
Islam, manusia menciptakan aturan-aturan hukum fikih, ilmu kealaman,
ilmu jiwa, dan semua kebutuhan hidup praktis mereka yang riil. Mereka
menciptakannya, sedang di dalam jiwanya terdapat kehangatan dan
motivasi akidah, keseriusan melaksanakan syariat dan merealisasikannya,
dan kebutuhan-kebutuhan hidup riil dengan arahan — arahannya.
12
untuk mengimplementasikan petunjuknya di dalam hati dan di dalam alam
kehidupan.
{ﻢ
ۡ ﻒ َﺗَﺮ َأَﻟ
َ ب َﻛۡﯿ َ ﺿَﺮ
َ ﻃِّﯿَﺒﺔ ࣰَﻛِﻠَﻤﺔ ا ࣰَﻣَﺜﻞ ٱﻟَّﻠُﻪ َ ࣰ ﺠَﺮة َ ﺸَ ﻃِّﯿَﺒٍﺔ ࣲَﻛ َ ﺻُﻠَﻬﺎ ۡ ﻋَﻬﺎ ࣱَﺛﺎِﺑﺖ َأ ُ ِﻓﯽ َوَﻓۡﺮ
ﺴَﻤۤﺎِء
َّ ﯽ { ٱﻟ
ۤ ﻞ ُأُﻛَﻠَﻬﺎ ُﺗۡﺆِﺗ
َّ ﻦ ُﻛ
ِۭ ﺣﯿ
ِ ن
ِ ب َرِّﺑَﻬۗﺎ ِﺑِﺈۡذ
ُ ﻀِﺮۡ ل ٱﻟَّﻠُﻪ َوَﯾ
َ س ٱۡﻟَﺄۡﻣَﺜاِ ﻢ ِﻟﻠَّﻨﺎ
ۡ ن َﻟَﻌَّﻠُﻬ
َ } َﯾَﺘَﺬَّﻛُﺮو
13
perasaan atau menimbulkan rasa jijik bagi yang mendengarnya.
Demikian pula halnya kata-kata yang baik yang kita ucapkan kepada
orang lain, misalnya dalam memberikan Ilmu pengetahuan yang
berguna, manfaatnya akan didapat oleh orang banyak. Dan setiap
orang yang memperoleh Ilmu dari seorang guru haruslah bersyukur
kepada Allah karena pada hakikatnya ilmu yang telah diperolehnya
melalui karunia dan rahmat Allah SWT.
BAB III
8
Syakira, I. Anggi,R. Ayat-ayat Al-Quran tentang Metode Pendidkan.STAI Sukabumi: 2017.
14
PENUTUP
A. KESIMPULAN
a. Al Maidah ayat 67
d. Ibrahim ayat 24 — 25
B. SARAN
15
DAFTAR PUSTAKA
Nur Ubbiyat, Ilmu Pendidikan Islam: Untuk IAIN, STAIN, PTAIS Fakultas
Tarbiyah, Komponen MKDK (Bandung: Pustaka Setia, 1999), hlm. 99.
Abdul Mupb & Jusuf Mudzakkir, Ilmu Pendidikan Islam, (Jakarta: Kencana
Prenada Media,2006), hlm. 166.
Departemen Pendidikan dan Kebudayaan, Kamus Besar Bahasa Indonesia,
cet. II (Jakarta:Pustaka, 1989), hlm. 581.
Armai Arief, 2002, Pengantar Ilmu dan Metodologi Pendidikan Islam,
Jakarta: Ciputat Pers, hlm. 40-41
Abdul Rachman Shaleh, Pendidikan Agama dan Pembangunan Watak
Bangsa, (Jakarta: Rajagrafindo Persada, 2005), hal. 202.
Martinis Yamin, Desain Baru Pembelajaran Konstruktivistik…, hal. 100
16