Anda di halaman 1dari 17

MAKALAH

PEMBELAJARAN AL-QUR’AN METODE JIBRIL


Diajukan Untuk Memenuhi Tugas
Mata Kuliah Pembelajaran Al-Qur’an di RA
Dosen Pengampu: Dr. Syam’iah, S.Pd.I., M.Ag.

Disusun oleh:
Kelompok 2/PIAUD 3A
Alfylda Febrianisany (1212100004)
Annisa Pratiwi Oktaviani (1212100006)
Annissa Maulani Shalihah (1212100007)
Mutiara Adelisa H L (1212100043)
Mutyara Fatimah Azzahra (1212100044)
Nabila Siti Ghaida (1212100045)
Nadia Husna (1212100046)

JURUSAN PENDIDIKAN ISLAM ANAK USIA DINI


FAKULTAS TARBIYAH DAN KEGURUAN UNIVERSITAS ISLAM
NEGERI SUNAN GUNUNG DJATI BANDUNG
2022/2023
KATA PENGANTAR

Puji syukur kami panjatkan kehadirat Allah SWT, karena berkat rahmat dan
karunia-Nya yang telah memberi kemudahan dalam penyusunan makalah berjudul
“Pembelajaran Al-Qur’an di RA” sehingga makalah ini dapat kami selesaikan
dengan baik. Shalawat serta salam semoga tercurah limpahkan kepada junjungan
alam Nabi Muhammad SAW.
Makalah ini disusun untuk memenuhi tugas mata kuliah Pembelajaran Al-
Qur’an di RA. Disamping itu, penulisan makalah ini juga bertujuan untuk
memberikan pengetahuan dan wawasan kepada pembaca dan juga bagi penulis.
Kami mengucapkan terimakasih kepada Ibu Dr. Syam’iah, S.Pd.I., M.Ag.,
selaku dosen pengampu mata kuliah Pembelajaran Al-Qur’an di RA yang telah
memberikan tugas ini kepada kami sehingga dapat menambah pengetahuan dan
wawasan baru.
Akhir kata, kami berharap semoga makalah ini bermanfaat serta dapat
menjadi bahan pengetahuan bagi pembaca sekalian.

Bandung, 15 November 2022

Penyusun

i
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR ............................................................................................. i
DAFTAR ISI ........................................................................................................... ii
BAB I ...................................................................................................................... 1
PENDAHULUAN .................................................................................................. 1
A. Latar Belakang ......................................................................................... 1
B. Rumusan Masalah .................................................................................... 2
C. Tujuan Penulisan ...................................................................................... 2
BAB II ..................................................................................................................... 4
PEMBAHASAN ..................................................................................................... 4
A. Pengertian metode jibril. .......................................................................... 4
B. Sejarah metode jibril. ............................................................................... 6
C. Langkah-langkah pembelajaran Al-Qur’an metode jibril. ....................... 7
D. Kekurangan dan kelebihan metode jibril.................................................. 9
BAB III ................................................................................................................. 13
PENUTUP ............................................................................................................. 13
A. Kesimpulan ............................................................................................. 13
DAFTAR PUSTAKA ........................................................................................... 14

ii
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Dalam proses pembelajaran Al-Qur’an, metode mempunyai kedudukan
yang sangat penting dalam upaya penyampaian tujuan. Karena metode
menjadi sarana dalam menyampaikan materi pelajaran yang tersusun dalam
kurikulum. Tanpa metode, suatu materi pelajaran tidak akan dapat berproses
secara efisien dan efektif dalam kegiatan belajar mengajar menuju tujuan
pendidikan.
Metode pendidikan yang tidak efektif akan menjadi penghambat
kelancaran proses belajar mengajar sehingga banyak tenaga dan waktu
terbuang sia-sia. Oleh karena itu metode yang diterapkan oleh seorang guru
akan berdaya guna dan berhasil guna jika mampu dipergunakan dalam
mencapai tujuan pendidikan yang telah ditetapkan. (Arifin H.M, 2003)
Metode pembelajaran Al-Qur’an adalah cara atau jalan yang harus
dilalui dalam proses belajar mengajar Al-Qur’an dengan tujuan agar dapat
membaca dan mempelajari Al-Qur’an dengan baik dan benar serta lancar.
Al-Qur'an merupakan kalamullah (kitab suci) yang diturunkan kepada
Nabi Muhammad sebagai mu'jizat yang terbesar, dimana di dalamnya
terdapat pedoman dalam mencapai kebahagiaan hidup yang hakiki. Oleh
karena itu, setiap manusia memiliki kewajiban untuk membaca, mengahayati,
dan mengamalkannya.
Menurut Imam Jalaluddin As-Suyuti, "Mengajarkan Al-Qur'an pada
anak-anak merupakan salah satu diantara pilar-pilar Islam, sehingga mereka
bisa tumbuh di atas fitrah. Begitu juga cahaya hikmah akan terlebih dahulu
masuk ke dalam hati mereka, sebelum dikuasai oleh hawa nafsu dan dinodai
oleh kemaksiatan dan kesesatan.” (Suwaid, 2003). Sedangkan menurut Ibnu
Khaldun, dalam Muqaddimah, “Mengajarkan Al-Qur’an kepada anak-anak
merupakan salah satu syiar agama yang awal mulanya dijalankan oleh para
ulama, dan kemudian secara berjenjang ke seluruh wilayah dakwah karena
merasakan mantapnya keimanan dan keyakinan disebabkan ayat-ayat Al-
Qur’an dan lafal hadits.” (Amin & Samsul, 2007)

1
Pembelajaran Al-Qur’an sangat penting bagi anak-anak maupun orang
dewasa muslim. Karena Al-Qur’an merupakan kitab suci agama Islam yang
dibawa oleh Nabi Muhammad SAW, dengan perantaraan Malaikat Jibril.
Adapun cara membacanya tidak semudah seperti membaca buku-buku biasa
akan tetapi ada tata cara membacanya sendiri. Al-Qur’an harus dibaca secara
tartil, dan harus memiliki ilmu cara membaca Al-Qur’an atau yang disebut
dengan ilmu tajwid. Apabila seseorang salah dalam mempelajari Al-Qur’an
atau sembarangan dalam membacanya dan tidak mengikuti kaidah-kaidah
membaca Al-Qur’an, maka akan fatal akibatnya.
Agar dalam kegiatan pembelajaran Al-Qur'an dapat berjalan dengan
lancar, banyak sekali solusi yang digunakan yaitu dengan menggunakan
metode-metode cara cepat baca Al-Qur'an seperti: metode Iqro', metode
Tilawati, metode Baghdadi, metode Nahdliyah, metode Barqy, metode
Qiro'ati, dan lain-lain. Namun, di sini yang penulis gunakan untuk mengatasi
masalah ini adalah metode Jibril.
Berdasarkan pemaparan di atas maka penulis akan menjelaskan
mengenai metode jibril dalam pembelajaran Al-Qur’an.

B. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang masalah, maka masalah pokok yang akan
dibahas dalam makalah ini yaitu sebagai berikut:
1. Apa yang dimaksud dengan metode jibril?
2. Bagimana sejarah adanya metode jibril?
3. Langkah-langkah apa saja yang dilakukan dalam pembelajaran Al-
Qur’an metode jibril?
4. Apakah ada kekurangan dan kekurangan dari metode jibril?

C. Tujuan Penulisan
Sejalan dengan rumusan masalah diatas, makalah ini disusun dengan
tujuan untuk mengetahui:
1. Pengertian metode jibril.
2. Sejarah metode jibril.

2
3. Langkah-langkah pembelajaran Al-Qur’an metode jibril.
4. Kekurangan dan kelebihan metode jibril.

3
BAB II
PEMBAHASAN

A. Pengertian metode jibril.


Metode secara etimologi, istilah ini berasal dari bahasa yunani
"metodos" kata ini berasal dari dua suku kata yaitu: "metha" yang berarti
melalui atau melewati dan "hodos" yang berarti jalan atau cara. Metode
berarti jalan yang di lalui untuk mencapai tujuan. Dalam kamus bahasa
indonesia "metode" adalah cara yang teratur dan berfikir baik untuk mencapai
maksud. Sehingga dapat di pahami bahwa metode berarti suatu cara yang
harus dilalui untuk menyajikan bahan pelajaran agar mencapai tujuan
pelajaran.
Metode adalah strategi yang tidak bisa ditinggalkan dalam proses
belajar mengajar. Setiap kali mengajar guru pasti menggunakan metode.
Metode yang di gunakan itu pasti tidak sembarangan, melainkan sesuai
dengan tujuan pembelajaran.
Pada dasarnya, terminologi (istilah) metode Jibril yang digunakan
sebagai nama dari metode pembelajaran Al-Qur'an yang diterapkan di
Pesantren Ilmu Al-Qur'an (PIQ) Singosari Malang, adalah dilatarbelakangi
perintah Allah SWT kepada Nabi Muhammad SAW untuk mengikuti bacaan
Al-Qur'an yang telah dibacakan oleh inalaikat Jibril, sebagai penyampai
wahyu, Allah SWT berfirman:

Artinya: "Apabila telah selesai kami baca (Yakni Jibril membacanya)


maka ikutilah bacaannya itu". (QS. Al-Qiyamah: 18)
Berdasarkan ayat diatas, maka intisari teknik dari Metode Jibril adalah
taqlid-taqlid (menirukan), yaitu santri menirukan bacaan gurunya. Dengan
demikian metode Jibril bersifat teacher-centris, dimana posisi guru sebagai
sumber belajar atau pusat informasi dalam proses pembelajaran.
Selain itu praktek Malaikat Jibril dalam membacakan ayat kepada Nabi
Muhammad SAW adalah dengan tartil (berdasarkan tajwid yang baik dan
benar). Karena itu, metode Jibril juga diilhami oleh kewajiban membaca Al-
Qur'an secara tartil.

4
Allah SWT berfirman:
‫ال‬
Artinya : "... Dan bacalah (olehmu) Al-Qur'an dengan tartil.” (QS.
Muzammil : 4)
Dan metode Jibril juga diilhami oleh peristiwa turunnya wahyu secara
bertahap yang memberikan kemudahan kepada para sahabat untuk
menghafalnya dan memaknai makna-makna yang terkandung didalamnya.
Di dalam metode Jibril, tujuan intraksional umum pembelajaran Al-
Qur'an adalah kita membaca Al-Qur'an dengan tartil sesuai dengan perintah
Allah SWT. Indikasinya kita mampu menguasai ilmu-ilmu tajwid baik-
secara praktis maupun teoritis pada saat ia membaca Al-Qur'an dengan
demikian, metode Jibril berupaya mencetak generasi Qur'ani yang selalu
mempelajari Al-Qur'an dan mengajarkannya.
Melalui metode Jibril inilah nantinya menghafal Al-Qur'an bisa berjalan
secara efektif, sehingga terwujudlah hasil yang diinginkan yaitu menjadi
insan Qur'ani, bisa menghafalnya dengan baik dan benar dan sekaligus
mengamalkan Al-Qur'an dengan baik dalam aplikasi kehidupannya.
Konsep dari Metode Jibril sendiri adalah talqin (membacakan) dan
taklid (Menirukan). Arti Talqin dalam bahasa Arab ialah tafhim, yakni
memahamkan atau memberi faham. Kamus al Marbawi memperluas arti itu,
yaitu mengajar dan memberi ingat. (Marbawi, 1995). Kamus Munjid lebih
mempertegas lagi, yaitu: Memberi peringatan dengan mulut secara
berhadap-hadapan. (Ma’luf, 2014). Pengertian secara bahasa yang terakhir
inilah yang digunakan sebagai kata operasional dalam metode ini, yaitu siswa
menirukan bacaan gurunya. Begitu pula dengan definisi kata Taqlid adalah
menggunakan definisi secara Bahasa yang berarti Mengikuti pendapat
seorang faqih,atau seorang imam,tanpa mengetahui dalil atau sumber
hukumnya. (Syafe’i, 1999). Dengan demikian, Metode Jibril bersifat
teacher-centeris, dimana guru sumber belajar dan pusat informasi dalam
proses pembelajaran. (Taufiqurrahman, 2005).
Teknik dasar Metode Jibril bermula dengan membaca satu ayat atau
waqaf, lalu diturunkan oleh guru yang mengaji. guru membaca satu-dua kali

5
lagi yang masing-masing ditirukan oleh orang-orang yang mengaji.
Kemudian guru membaca ayat atau lanjutan ayat berikutnya dan ditirukan
kembali oleh semua yang hadir. Begitulah seterusnya, sehingga mereka dapat
menirukan bacaan guru dengan pas. (Al-Kisah:50).

B. Sejarah metode jibril.


Menurut KHM Basori Alwi, sebagai pencetus metode Jibril, bahwa
tekhnik dasar metode Jibril bermula dengan membaca satu ayat Waqaf, lalu
ditirukan oleh seluruh orang yang mengaji. Guru membaca satu-dua kali lagi,
yang masing-masing ditirukan oleh orang-orang yang mengaji. Kemudian,
guru membaca ayat atau lanjutan ayat berikutnya, dan ditirukan oleh semua
yang hadir. Begitulah seterusnya, sehingga mereka dapat menirukan bacaan
guru dengan pas dan benar. (Taufiqurrahman, 2005).
Metode jibril, menurut KHM. Basori Alwi, diadopsi dari Imam Al-
Jazari. Dikisahkan, bahwa ketika Imam Al-Jazari berkunjung kemesir, dia
diminta untuk mengajar Al-Qur’an kepada masyarakat. Karena banyaknya
orang yang mengaji, beliau tidak mengajar mereka satu-persatu, melainkan
dengan cara menyuruh seseorang membaca satu ayat, lalu ditirukan oleh
semua orang. Selanjutnya orang disamping orang pertama diisuruh membaca
ayat berikutnya, yang ditirukan lainnya. Begitu seterusnya sehingga semua
orang kebagian giliran membaca. Dengan demikian, secara langsug terjadi
proses tashih (membenarkan bacaan yang salah) dan waktu pembelajaran
berlangsung efisien. Tekhnik tashih atas bacaan Al-Qur’an oleh santri kepada
guru yang mujawwid seperti halnya diatas, juga dilakukan oleh Nabi
Muhammad SAW. Sejarah menyebutkan bahwa Rasulullah SAW selalu
menampilkan bacaan Al-Qur’an untuk ditashih dihadapan malaikat jibril
sekali dalam stiap tahun, tepatnya pada bulan Ramadhan bahkan pada tahun
dimana Nabi Muhammad SAW wafat dan menampilkan bacaannya sebanyak
2 (dua) kali dihadapan malaikat jibril untuk ditashih.
Secara historis, metode jibril adalah praktet pembelajaran Al-Qur’an
yang diterapkan oleh Nabi Muhammad SAW kepada para sahabtanya karena
secara metodologis, beliau mengajarkan kepada para sahabat seperti halnya
yang beliau terima dari malaikat jibril. Yakni, Nabi Muhammad SAW

6
mentalqinkan atau membacakan Al-Qur’an untuk kemudian diikuti oleh para
sahabatnya dengan bacaan yang sama persis. Oleh karenanya, metode
pengajaran Nabi Muhammad SAW adalah metodenya Malaikat Jibril
sebagaimana perintah Allah SWT. (Yahya, 2005). Yang diturunkan lainnya.
Dengan demikian, secara langsung, terjadi proses tashih (membenarkan
bacaan yang salah) dan waktu pembelajaran berlangsung efisien.Cara
tersebut, menurut beliau, dikombinasikan dengan cara mengajar Imam Abu
Abdir Rahman As-Sulamy, Seorang ahli Qiro’ah pada awal era kebangkitan
islam. Dikisahkan, bahwa As-Sulamy mengajar dimasjid jami’ Al-Umami
Damaskus dengan membagi pada santri kelompok kelompok. Sulami
mengajar 10 orang, lalu masing-masing dari mereka mengajar 10 orang
dibawahnya, sehingga selruhnya berjumlah 1.000 orang.

C. Langkah-langkah pembelajaran Al-Qur’an metode jibril.


Dengan adanya langkah-langkah untuk mengimplementasikan
metode jibril akan sangat mempermudah seorang guru untuk mengajarkan
santri dalam membaca al-Qur’an. Oleh sebab itu maka perlu diperhatikan
langkah-langkah sebagai berikut (Hakim, 2021):
1) Sistem Pengajaran Membaca:
a. Guru mengenalkan nama huruf-huruf Hijaiyah secara keseluruhan.
b. Guru memberikan contoh bacaanya dan lakukan secara berulang
c. Murid melakukan pengucapan bacaan yang telah dicontohkan tadi
secara bersamaan (guru dan murid).
d. Lakukan latihan membaca huruf-huruf yang terangkai dengan yang
terputus-putus.
e. Jika murid terdapat kesalahan pada saat membacanya, maka hanya
cukup memberikan kode tidak perlu memberikan contoh lagi.
f. Bila murid tetap salah, maka guru memberi contoh lagi dan
ditirukan berulang-ulang oleh para murid. Hingga seorang murid
menguasainya
2) Pentashihan:
a. Lakukan 15 menit pertama untuk mengulang materi sebelumnya, 30
menit penambahan materi, dan 15 menit terakhir untuk pentashihan

7
b. Dilakukan berkelompok menurut alokasi waktu yang tersedia.
3) Evaluasi
a. Untuk EBTA (Evaluasi Belajar Tahap Akhir), sebaiknya, bentuk
ujian ditentukan oleh guru.
b. Murid dinyatakan tidak lulus, apabila ada 5 huruf diantara huruf-
huruf hijaiyah yang belum dikuasai dengan tepat dan benar, baik cara
membaca maupun cara menulisnya.
c. Murid dinyatakan lulus, bila telah menguasai membaca dan
menulis huruf-huruf yang terangkai dengan tepat, lancar dan benar.
(Taufiqurrochman, 2005).
Dalam Metode Jibril terdapat 2 (dua) tahap, yaitu: tahqiq dan tartil.
1) Tarqiq, tahap pengenalan huruf, suara, kata, dan kalimat. Lakukan secara
pelan.
Menurut Annuri, bahwa tingkatan dalam membaca Al-Qur’an adalah
sebagai berikut: At-Tahqiq, adalah bacaan seperti tartil tetapi lebih
tenang dan perlahan-lahan. (Taufiqurrahman, 2005). Tahap ini dimulai
dengan pengenalan huruf dan suara hingga katadankalimat. Tahap ini
memperdalam pengucapan terhadap sebuah huruf dengan tepat dan
benar sesuai dengan makhraj dan sifat-sifat huruf.
2) Tartil, pembelajaran membaca Al-qur'an dengan durasi sedang bahkan
cepat.
Tahap ini merupakan pengenalan dan memberikan contoh
pengucapan sebuah ayat, kemudian murid menirukan nya secara berulang.
Serta pengenalan hukum ilmu tajwid.
Untuk menghafal Qur'an, baca 5 ayat 5 ayat secara berulang , setelah 5
ayat pertama sudah di luar kepala maka lakukan membaca 5 ayat selanjutnya.
Kemudian murid menyetorkan hafalannya kepada gurunya.
Dengan adanya dua tahap (Tahqiq dan Tartil) tersebut, maka
Metode Jibril dapat di katagorikan sebagai metode Konvergensi (gabungan)
dari metodesintesis (Tarkibiyah) dan metode analisis (Tahliliyah). Itu
artinya, Metode Jibril bersifat komprehenship, karena mampu
mengakomodir kedua macam metode membaca. Karena itu, Metode Jibril

8
bersifat fleksibel, dimana metode ini dapat diterapkan sesuai kondisi dan
situasi, sehingga memudahkan guru dalam menghadapi problematika
pembelajaran Al-Qur'an

D. Kekurangan dan kelebihan metode jibril.


Menurut (Fitriyah, 2008) setiap metode pembelajaran pasti memiliki
kelebihan dan kekurangan dalam penerapannya, dan begitu pula yang terjadi
pada metode Jibril. Adapun kelebihan dan kekurangan dari metode Jibril
antara lain:
a. Kelebihan Metode Jibril
1) Metode Jibril mempunyai landasan teoritis yang ilmiah berdasarkan
wahyu dan landasan sesuai dengan teori-teori metodologi
pembelajaran. Dengan demikian metode Jibril selain menjadi salah
satu khazanah ilmu pengetahuan juga bisa menjadi objek penelitian
bagi para peneliti dan para guru untuk dikembangkan.
2) Metode Jibril lebih memprioritaskan penerapan teori-teori ilmu tajwid,
sehingga santri diharapkan mampu memahami dan menerapkan ilmu
tajwid, baik secara teoritis dan praktis. Apalagi penerapan ilmu tajwid
tersebut mulai diperkenalkan sejak ditingkat kanak-kanak dan pemula,
sehingga proses pelatihan artikulasi bagi santri lebih mudah diarahkan
oleh guru ketika duduk ditingkat lanjutan.
3) Metode Jibril sebagai metode konvergensi (sintesis dan analitis)
dengan metode Jam’i (aradh dan talqin), adalah metode
komprehensif. Metode Jibril bersifat fleksibel, kondisional dan mudah
diterapkan oleh guru sesuai dengan potensi yang ada, situasi dan
kondisi pembelajaran. Karena itu bagian dari kurikulum pembelajaran
yang menggunakan metode Jibril (seperti: tujuan pembelajaran,
materi, media dan jenjang pendidikan) dapat saja dikembangkan dan
disesuaikan dengan kebutuhan. Dengan demikian metode ini dapat
leluasa diterapkan diberbagai lembaga pendidikan seperti TPA, TPQ,
Majlis Ta’lim, Madrasah Diniyah, Pondok Pesantren maupun
lembaga formal dan informal lainnya.

9
4) Metode Jibril kendati pendekatan yang digunakan bersifat teacher
centris akan tetapi dalam proses pembelajarannya metode Jibril selalu
menekankan sifat pro aktif dari santri.
5) Lahirnya metode Jibril tidak hanya berawal dari kajian teoritis
terhadap berbagai metode yang ada, tetapi metode Jibril adalah
kristalisasi dari eksperimen (percobaan) pembelajaran yang telah
dilakukan oleh K.H.M. Basori Alwi dan segenap para santrinya baik
di dalam maupun di luar Pesantren Ilmu Al-Qur’an Singosari Malang.
Hal ini telah dilakukan bertahun-tahun hingga out-put dari metode
Jibril dapat dibuktikan dengan lahirnya para qori’ dan santri yang
mumpuni dalam membaca Al-Qur’an secara tartil dan mengukir
banyak prestasi.
6) Metode Jibril dapat diterapkan untuk semua kalangan baik ditingkat
kanak-kanak, pemuda, dawasa maupun kalangan orang tua. Hal itu
karena metode Jibril selain menitik beratkan pada teknik pembelajaran
juga pada skill guru.
7) Metode Jibril memiliki kurikulum pembelajaran yang komplit terdiri
dari: tujuan pembelajaran, materi ajar, media, klasifikasi jenjang
pendidikan, diskripsi tehnik-tehnik pengajaran dan system evaluasi.
8) Materi pelajaran ilmu-ilmu tajwid yang disajikan melalui metode jibril
sangat mudah dipahami, ringkas dan lengkap sehingga mudah
dipraktikan secara langsung.
9) Metode Jibril dilengkapi dengan media pengajaran yang memadai
seperti materi ajar untuk anak-anak (kitab Bil-Qalam), materi tadrib
an-nutq (bina ucap), buku pokok-pokok ilmu tajwid, kaset, MP3 dan
VCD.
b. Kekurangan Metode Jibril
1) Kekurangan Metode Jibril dari pihak guru:
a) Guru tidak memiliki syahadah (ijazah) dari PIQ yang menyatakan
bahwa ia harus lulus dan berhak untuk mengajarkan Al-Qur’an
dengan metode Jibril. Dengan demikian, skill guru dalam hal tartil
dan tajwid kurang memadai.

10
b) Guru kurang mendalami metodologi pengajaran Al-Qur’an yang
berkembang, terutama metode Jibril sehingga implementasi
metode tersebut tidak maksimal.
c) Pengalaman mengajar guru sangat minim, sehingga ia merasa
kesulitan mencari solusi pemecahan atas problematika yang
dihadapi dan merasa kesulitan dalam menerapkan metode Jibril.
d) Jumlah guru sangat terbatas untuk siswa yang banyak, akibatnya
teknik tashih tidak berjalan dengan baik dan intensitas evaluasi
menjadi minim.
e) Guru kurang konsisten dalam menerapkan metode Jibril sehingga
ia membuat improfisasi sendiri yang terkadang menyimpang dari
tujuan pembelajaran. Biasanya hal itu terjadi karena guru kurang
sabar untuk melihat hasil dari metode yang dijalankan.
f) Guru tidak memahami peserta didiknya terutama ilmu jiwa anak
sehingga proses pembelajaran berjalan kaku dan membosankan.
g) Guru kurang memiliki kafa’ah (kecukupan) ilmu-ilmu Al-Qur’an
dan ilmu agama yang lain. Akibatnya ia merasa kesulitan dalam
mengatasi persoalan baru yang berkembang di masyarakat.
h) Tidak ada kesamaan visi diantara guru. Sementara itu mitra guru
yang lain tidak memahami metode Jibril atau tidak sepakat dengan
metode Jibril.
2) Kekurangan metode jibril dari pihak santri:
a) Santri tidak diuji sebelum mengikuti pembelajaran atau tidak ada
penyaringan yang ketat sehingga kemampuan para santri dalam
satu kelas tidak sama. Ada santri yang terlalu pandai dan ada santri
yang tertinggal.
b) Jumlah santri dalam satu kelas terlalu banyak.
c) Santri tidak memiliki kemampuan yang kuat untuk belajar, karena
kurangnya dukungan dan perhatian orang tua.
d) Waktu belajar yang sangat singkat.
e) Lingkungan dan latar belakang yang kurang mendukung kemajuan
prestasi belajar.

11
3) Kekurangan metode jibril dari pihak lembaga pendidikan:
a) Lembaga tidak memiliki visi dan misi yang jelas.
b) Kurikulum lembaga pendidikan yang tidak disusun dengan baik
dan terkesan asal-asalan.
c) Para pengelola lembaga pendidikan tidak memiliki komitmen
bersama untuk mensukseskan proses pembelajaran dengan metode
Jibril.
d) Lembaga kurang berkomunikasi dengan orang tua santri dan
masyarakat sekitarnya.
e) Lembaga terlalu eksklusif, tidak mau bekerja sama dengan pihak
lain.
f) Lembaga kurang melakukan studi banding dan tidak
melaksanaklan evaluasi terhadap berbagai langkah dan kebijakan
yang telah dilaksanakan.
g) Lembaga tidak berinisiatif meningkatkan mutu guru, seperti
penyelenggaraan workshop, pelatihan, kursus, dan seminar.
h) Lembaga tidak memiliki sarana dan prasarana yang memadai dan
kendala utama yang sering dikeluhkan adalah masalah dana.

12
BAB III
PENUTUP

A. Kesimpulan
Al-Qur'an adalah kalam Allah SWT, yang di turunkan kepada
Nabi dan Rasul terakhir melalui malaikat Jibril AS. yang tertulis dalam
mushaf dan sampai kepada kita dengan jalan tawatur (mutawatir),
membacanya merupakan ibadah yang di awali dengan surat al-Fatihah
dan di akhiri dengan surat an-Nas.
Berdasarkan dari penjelasan diatas bahwa penerapan pembelajaran
membaca Al-Quran adalah sebuah tindakan yang dilakukan untuk
mencapai suatu pembelajaran atau suatu proses untuk membaca al-qur'an
dengan baik dan benar sesuai dengan kaidah tajwid dan tartil.
Permasalahannya adalah Problematika terbesar ummat islam justru terdapat
pada ketidakmampuan mereka dalam membaca al quran yang benar.
mirisnya lagi, angka tersebut mencapai 65% dari populasi Ummat islam
Indonesia.
Metode Jibril membantu memberikan solusi problematika tersebut,
praktis, efektif dan akurat. Khususnya ketika kita berhadapan dengan
Imam Masjid dan Musholla, yang tidak mampu mebacaal quran dengan
baik dan benar.

13
DAFTAR PUSTAKA

Amin, & Samsul, M. (2007). Menyiapkan Masa Depan Anak Secara Islami.
Jakarta: Azmah.
Arifin H.M. (2003). Ilmu Pendidikan Islam Tinjauan Teoritis & Praktis
Berdasarkan Pendekatan Terdisipliner. Jakarta: Bumi Aksara.
Fitriyah, Z. (2008). Metode Jibril Sebuah Alternatif Sistem Pembelajaran Baca
Tulis Al-Qur'an di Pesantren Ilmu Al-Qur'an Singosari Malang (Doctoral
Dissertation). Malang: Universitas Islam Negeri Maulana Malik Ibrahim.
Hakim, L. (2021). Eksistensi Metode Jibril Dalam BinaBaca Al-Quran.
SALIMIYA: Jurnal Studi Ilmu Keagamaan Islam, 2(4).
Ma’luf, L. (2014). al Munjid fil Lughoh wal A'lam. Beirut: Daar AlMusyriq.
Marbawi, M. I. (1995). qomus Al Marbawi. Semarang: Al Nasyr.
Suwaid, M. N. (2003). Mendidik Anak Bersama Nab. (S. A. Sayyid, Trans.) Solo:
Pustaka Arafah.
Syafe’i, R. (1999). ilmu Ushul Fiqh. Bandung: Pustaka Setia.
Syam'iah. (n.d.). Pembelajaran Al-Qur'an di Raudhatul Athfal.
Taufiqurrahman. (2005). Metode Jibril. Malang: Ikatan Alumni PIQ.
Taufiqurrochman. (2005). MetodeJibril, Metode PIQ-Singosari Bimbingan H.M.
Bashori Alwi. Malang: IKAPIQ.
Yahya, b. '. (2005). Cara Mudah & Menghafal Al-Qur'an. Jakarta: Pustaka Imam
Asy-Syafi'i.

14

Anda mungkin juga menyukai