Disusun Oleh :
PEMATERI 10
Alhamdullilah,puji syukur kami ucapkan atas kehadiran Allah Swt yang telah
memberikan hidayah dan rahmatnya sehingga kami dapat menyelesaikan makalah ini
dengan baik. Shalawat serta salam kepada jujungan nabi besar Muhammad Saw yang
telah membawa risallahnya kepada seluruh umat manusia. Adapun dalam penulisan
makalah ini, materi yang akan dibahas “metode memahami sumber ajaran islam”
Kami menyadari dalam penulisan makalah ini berkat bantuan dan tuntunan allah
swt dan tidak lepas dari bantuan berbagai pihak anggota kelompok. Terimakasih kepada
bapak Safaruddin Munthe, M.E.I selaku dosen yang mengampu matakuliah metodologi
studi islam besar harapan kami agar kiranya makalah ini bisa bermanfaat bagi penulis
dan pembaca. Untuk itu dalam kesempatan ini kami menghantarkan rasa hormat dan
terimaksih yang sebesar-besarnya kepada semuapihak yang membantu dalam
pembuatan makalah ini. Dan juga dalam penulisan makalah ini kami menyadari masih
banyak kekurangan, baikdalam penulisan maupun dalam pengetikan serta kepada para
pembaca untuk memberikan masukan-masukan yang bersifat membangun untuk
kesempurnaan makalah ini
Kelompok 10
2
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR....................................................................................2
BAB I PENDAHULUAN
BAB II PEMBAHASAN
A. Kesimpulan...........................................................................................25
B. Saran.....................................................................................................26
DAFTAR PUSTAKA......................................................................................27
3
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Islam merupakan agama samawi yang memiliki banyak dimensi. Untuk memahami
dimensi itu, diperlukan berbagai metodologi yang digali dari berbagai disiplin ilmu
yang dapat dipahami dari segi theologis dan normatif. Untuk memahami ajaran Islam
secara benar dan utuh, diperlukan metodologi yang sistematis, terstruktur dan
terorganisir dengan baik.
Sejak kedatangan Islam hingga saat ini pemahaman tentang metodologi studi Islam
sangat berbeda-beda. Hal itu disebabkan karena seseorang tersebut hanya menguasai
salah satu bidang saja. Seperti yang dapat dilihat ada orang yang penguasaannya
terhadap salah satu bidang keilmuan cukup mendalam, tetapi kurang memahami disiplin
ilmu keislaman lainnya, hingga saat ini pemahaman Islam yang terjadi di masyarakat
masih bercorak. Demikian pentingnya metodologi ini. Dan penguasaan metode yang
tepat dapat menyebabkan seseorang mengembangkan ilmu yang dimilikinya.
4
3. Bagaimana metodologi dalam filsafat dan teologi ( kalam ) ?
4. Bagaimana metodologi dalam tasawwuf dan mistis Islam ?
5. Bagaimana metodologi dalam kajian fiqih dan kaidah usuhuliyah ?
6. Bagaimana metodologi dalam pemikiran modern ?
7. Bagaimana metodologi dalam pendidikan Islam ?
8. Bagaimana metodologi dalam tekstualitas dan kontekstualitas ?
9. Bagaimana metodologi dalam muqaranah madzhab ?
C. Tujuan Masalah
5
BAB II
PEMBAHASAN
1. Pengertian Tafsir
Tafsir berasal dari bahasa Arab fassara, yufassiru, tafsiran yang berarti
penjelasan, pemahaman, dan perincian. Selain itu, tafsir dapat pula berarti al-idlah wa
al-tabyin, yaitu penjelasan dan keterangan.1Selain itu, pengertian tafsir sebagaimana
juga dikemukakan pakar Alquran dalam formulasi yang berbeda-beda, namun dengan
maksud atau esensinya sama.2 Salah satunya adalah Az-Zarkasyi. Beliau mengatakan
bahwa tafsir adalah ilmu yang fungsinya untuk mengetahui kandungan kitabullah yang
diturunkan kepada Nabi Muhammad saw.3
2. Model Tafsir
Seperti halnya ilmu pengetahuan lain, ilmu tafsir pun mengalami pertumbuhan
dan perkembangan, mulai dari masa nabi Muhammad sampai masa sekarang.
Berdasarkan upaya penafsiran Alquran sejak zaman Rasulullah saw. hingga saat ini.
Lahirlah penafsiran yang lebih banyak disebabkan oleh tuntunan perkembangan zaman
dan masyarakat.
Jika ditelusuri perkembangan tafsir Alquran sejak dahulu sampai sekarang,
maka dapat ditemukan bahwa penafsiran Alquran secara garis besar melalui empat cara
(metode) yaitu:
a. Metode Tahlily ( Analisis )
Metode tahlily atau yang dinamai oleh Baqir Al-Shadr sebagai metode tajzi’iy
adalah suatu metode tafsir yang menjelaskan tentang kandungan ayat-ayat Alquran.4
1
Abuddin Nata, Metodologi Studi Islam, ( Jakarta : PT Raja Grafindo Persada, 2007 ), h. 209.
2
Ibid., h. 210.
3
Ibid.
4
Atang Abd Hakim & Jaih Mubarok, Metodologi Studi Islam. Edisi Revisi (Bandung: Remaja
Rosdakarya, cet XI, 2009), h. 162
6
Metode Ijmali atau disebut juga dengan metode global adalah cara menafsirkan
ayat-ayat Alquran dengan menunjukkan kandungan makna yang terdapat pada suatu
ayat secara global. Dalam praktiknya metode ini sering disamakan dengan metode
tahlily karena itu seringkali metode ini tidak di bahas secara tersendiri. Dengan metode
ini cukup dengan menjelaskan kandungan yang terkandung dalam ayat tersebut secara
garis besar.5
c. Metode Muqarin
Metode muqarin adalah suatu metode tafsir Alquran yang dilakukan dengan
cara membandingkan ayat Alquran yang satu dengan yang lainnya, yaitu ayat-ayat yang
mempunyai kemiripan atau membandingkan ayat Alquran dengan hadis-hadis Nabi
Muhammad saw.6
d. Metode Maudlu’iy
Model penelitian tafsir yang dikembangkan oleh H.M. Quraish Shihab lebih
banyak bersifat eksploratif, deskriptif, analitis dan perbandingan, yaitu model penelitian
yang berupaya menggali sejauh mungkin produk tafsir yang dilakukan ulama-ulama
tafsir terdahulu berdasarkan berbagai literatur tafsir baik yang primer, yakni yang ditulis
oleh ulama tafsir yang bersangkutan maupun ulama lainnya, data-data yang dihasilkan
dari berbagai literatur tersebut kemudian dideskripsikan secara lengkap serta dianalisis
5
Abuddin Nata, op. cit., h. 220.
6
Mukti Ali, Metode Memahami Agama Islam (Jakarta: Bulan Bintang, 1991), h. 62.
7
Abuddin Nata, op. cit., h. 222.
7
dengan menggunakan pendekatan kategorisasi dan perbandingan. Sehingga, Qurasih
Shihab telah meneliti hampir seluruh karya tafsir yang dilakukan para ulama terdahulu. 8
Dari penelitian tersebut telah dihasilkan beberapa kesimpulan yang berkenaan dengan
tafsir. Antara lain tentang :
8
B. Metodologi Ulumul Hadis
1. Pengertian Hadis
Model penelitian yang dilakukan oleh para ulama hadis antara lain sebagai
berikut :
ِ َّالزب ۗ ُِر َواَ ْنز َْلنَٓا اِلَ ْيكَ ال ِّذ ْك َر لِتُبَيِّنَ لِلن
َاس َما نُ ِّز َل اِلَ ْي ِه ْم َولَ َعلَّهُ ْم يَتَفَ َّكرُوْ ن ِ بِ ْالبَي ِّٰن.
ُّ ت َو
11
Abuddin Nata, op. cit., h. 234.
9
kepada manusia apa yang telah diturunkan kepada mereka dan agar mereka
memikirkan, QS An-Nahl Ayat 44
Al-Hafidz Zain Al-Din ‘Abd Al-Rahim bin Al-Husain Al-Iraqy yang hidup
tahun 725-806 tergolong ulama generasi pertama yang banyak melakukan penelitian
hadis. Dari hasil penelitian yang dituangkan dalam buku Al-Taqyid wa Al-Idlah Syarh
Muqaddimah Ibn Ash-Shalah, ia menjelaskan bahwa hadis pada prinsipnya
memperjelas, merinci, bahkan membatasi pengertian lahir dari ayat-ayat Alquran.
Penelitian yang dilakukan bercorak eksploratif dengan menggunakan pendekatan
historis dan disajikan secara deskriptif analisis.13
Dari segi bahasa , filsafat Islam terdiri dari gabungan kata filsafat dan Islam.
Kata filsafat berasal dari kata philo yang berarti cinta, dan kata sophos yang berarti ilmu
atau Hikmah.
12
Ibid., h. 244-245.
13
Abuddin Nata, op. cit., h. 247.
10
Filsafat Islam berdasar pada ajaran Islam yang bersumberkan Alquran dan
hadis, pembahasannya mencakup bidang kosmalogi, bidang metafisika, masalah
kehidupan di dunia, kehidupan di akhirat, ilmu pengetahuan, dan lain sebagainya. Untuk
dapat mengembangkan pemikiran filsafat Islam diperlukan metode dan pendekatan
secara seksama.
Berbagai metode penelitian filsafat Islam dilakukan oleh para ahli dengan
tujuan untuk dijadikan bahan perbandingan bagi pengembangan filsafat Islam
selanjutnya. Diantaranya adalah sebagai berikut :
Ahmad Fuad Al-Bahwani termasuk pemikir modern dari Mesir yang banyak
mengkaji dan meneliti bidang filsafat Islam. Metode yang ditempuh adalah penelitian
14
Muhaimin et.al., op. Cit., h. 175.
15
Ibid., h. 179.
11
kepustakaan, yaitu penelitian yang menggunakan bahan-bahan kepustakaan. Sifat-sifat
dan coraknya adalah penelitian deskriptif kualitatif, sedangkan pendekatannya adalah
pendekatan yang bersifat campuran, yaitu pendekatan historis, pendekatan kawasan dan
tokoh. Melalui pendekatan historis, ia mencoba menjelaskan latar belakang timbulnya
pemikiran dalam Islam, sedangkan dengan pendekatan kawasan ia mencoba membagi
tokoh-tokoh filosofi menurut tempat tinggal mereka, dan dengan pendekatan tokoh, ia
mencoba mengemukakan berbagai pemikiran filsafat sesuai dengan tokoh yang
mengemukakannya.16
Dari uraian diatas dapat disimpulkan bahwa pada umumnya penelitian yang
dilakukan para ahli bersifat penelitian kepustakaan, yakni penelitian yang menggunakan
bahan-bahan gerakan sebagai sumber rujukannya. Metode yang digunakan umumnya
bersifat deskriptif analitis. Sedangkan pendekatan yang digunakan umumnya
pendekatan historis, kawasan, substansial.
Selain filsafat ada pula metodologi yang menggunakan teologi atau ilmu
kalam. Teologi atau ilmu kalam adalah ilmu yang pada intinya berhubungan dengan
masalah ketuhanan. Dengan ilmu ini diharapkan seseorang menjadi yakin dalam hatinya
secara mendalam dan mengikatkan dirinya hanya pada Tuhan. Menurut Ibn Khaldun,
sebagaimana dikutip A.Hanafi, ilmu kalam ialah ilmu berisi alasan-alasan yang
mempertahankan kepercayaan-kepercayaan ilmu dengan menggunakan dalil-dalil
pikiran dan berisi bantahan terhadap orang-orang yang menyeleweng dari kepercayaan-
kepercayaan aliran golongan salaf dan ahli sunnah.
Secara umum penelitian ilmu kalam ada dua bagian yakni penelitian yang
bersifat dasar (penelitian pemula) dan penelitian yang bersifat lanjutan atau
pengembangan dari penelitian dasar. Dan peneliti tersebut akan diuraikan di bawah ini.
1. Penelitian Pemula
a. Model Abu Manshur Muhammad bin Muhammad bin Mahmud Al-Maturidy Al-
Samarqandy
16
Ibid., h. 263.
12
ditahkik oleh Fatullah Khalif, magister dalam bidang sastra pada Universitas
Cambridge. Dalam buku tersebut selain dikemukakan riwayat hidup secara singkat dari
Al-Maturidy, juga telah dikemukakan berbagai masalah yang detail dan rumit di dalam
ilmu kalam.17
Model ‘Abd Al-Jabbar bin Ahmad membahas secara detail tentang lima ajaran
pokok Mu’tazilah dan juga berbagai masalah teologi.
d. Model Thahawiyah
f. Model Al-Ghozali
Model Al-Ghozali membahas tentang ilmu zat Allah dan kenabian Muhammad
saw.
g. Model Al-Amidy
17
Mukti Ali, op. cit., h. 249.
13
Model ini membahas tentang sifat-sifat wajib bagi Allah, sifat-sifat jaiz Allah,
pembahasan tentang keesaan Allah Ta’ala, perbuatan yang bersifat wajib al-Wujud,
tentang tidak ada penciptaan selain Allah, tentang barunya alam serta tidak adanya sifat
tasalsun dan tentang imamah.18
h. Model Al-Syahrastani
Model ini membahas tentang baharunya alam, Tauhid, tentang sifat-sifat azali,
hakikat ucapan manusia, tentang Allah sebagai Maha Mendengar dan perbuatan yang
dilakukan seorang hamba sebelum datangnya syari’at.19
i. Model Al-Bazdani
2. Penelitian Lanjutan
18
Mukti Ali, op. cit., h. 291.
19
Abuddin Nata, op. cit., h. 276.
20
Ibid., h. 277.
14
c. Model Abd Al-Lathif Muhammad Al-‘Asyr
Harun Nasution yang dikenal sebagai Guru Besar Filsafat dan Teologi banyak
mencurahkan perhatiannya pada penelitian di bidang pemikiran teologi Islam ( Ilmu
Kalam ). Dan beliau mengemukakan berbagai aliran teologi Islam lengkap dengan
tokoh-tokoh dan pemikirannya.
Dari segi kebahasaan terdapat sejumlah kata atau istilah yang menghubungkan
orang dengan tasawuf. Harun Nasution misalnya menyebutkan lima istilah yang
terhubung dengan tasawuf, yaitu al-suffah (ahl al-suffah), yaitu orang yang ikut pindah
dengan nabi dari Makkah ke madinah, saf, yaitu barisan yang dijumpai dalam
melaksanakan shalat berjama’ah, sufi yaitu bersih dan suci, sophos (bahasa Yunani :
Hikmah) dan suf (kain wol kasar ).21 Dengan demikian dari segi kebahasaan tasawuf
21
Ahmad Norma Permata, Metodologi Studi Agama (Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 2000), h. 139
15
menggambarkan keadaan yang selalu berorientasi kepada kesucian jiwa, mengutamakan
panggilan Allah, berpola hidup sederhana, mengutamakan kebenaran dan rela berkorban
demi tujuan-tujuan yang lebih mulia di sisi Allah. Sedangkan mistisme adalah Islam
yang diberi nama Tasawuf dan oleh kaum orientalis barat disebut sufisme.
Sayyed Husein Nasr selama ini dikenal sebagai ilmuwan Muslim kenama abad
modern. Hasil penelitiannya dalam bidang tasawuf ia sajikan dalam bukunya yang
berjudul Tasawuf Dulu dan Sekarang. Di dalam buku tersebut disajikan hasil
penelitiannya di bidang tasawuf dengan menggunakan pendekatan tematik, yaitu
pendekatan yang mencoba menyajikan ajaran tasawuf sesuai dengan tema tertentu. Di
dalamnya dinyatakan bahwa tasawuf merupakan sarana menjalin hubungan yang intens
dengan Tuhan dalam upaya mencapai keutuhan manusia.
Dari uraian singkat di atas terlihat bahwa model penelitian tasawuf yang
diajukan Husein Nasr adalah penelitian kualitatif dengan pendekatan tematik yang
berdasarkan pada studi kritis terhadap ajaran tasawuf yang pernah berkembang dalam
sejarah.
16
ajaran yang terdapat dalam tasawuf berdasarkan literatur yang ditulis oleh para ulama
terdahulu serta dengan mencari sandaran pada Alquran.22
Penelitian yang ditempuh Kautsar adalah studi tentang tokoh dengan pahamnya
yang khas, Ibn Arabi dengan pahamnya Wahdat al-wujud23.
Harun Nasution, Guru besar dalam Teologi dan Filsafat Islam juga menaruh
perhatian terhadap penelitian di bidang tasawuf. Hasil penelitiannya dituangkan dalam
bukunya yang berjudul Falsafat dan Mitisisme Dalam Islam. Dan pendekatan yang
digunakan adalah pendekatan tematik.24
Fiqh menurut bahasa berarti tahu atau paham Menurut istilah berarti syari’at.
Dalam kaitan ini dijumpai pendapat yang mengatakan bahwa hukum Islam atau fiqh
adalah sekelompok dengan syari’at yaitu ilmu yang berkaitan dengan amal perbuatan
manusia yang diambil dari nash Alquran atau Al-sunnah. Sedangkan kaidah ushuliyah
adalah Hukum kulli (umum) yang dibentuk menjadi perantara dalam pengambilan
kesimpulan fiqh dari dalil-dalil, dan cara penggunaan dalil serta kondisi pengguna dalil.
22
Abuddin Nata, op. cit., h. 290-291.
23
Ibid., h. 291.
24
Ibid., h. 292.
17
Secara global, kaidah-kaidah ushul fiqh bersumber dari naql (Alquran dan
Sunnah), ‘Akal (prinsip-prinsip dan nilai-nilai), bahasa (Ushul at tahlil al lughawi),
yang secara terperinci dijelaskan dibawah ini :
a. Alquran.
b. As Sunnah
ۗ ابِ ُك ْمssَ َل ا ْنقَلَ ْبتُ ْم ع َٰلٓى اَ ْعقsِا ِٕى ْن َّماتَ اَوْ قُتs۟ sَ ُل ۗ اَفs ِه الرُّ ُسsِت ِم ْن قَ ْبل ْ ََو َما ُم َح َّم ٌد اِاَّل َرسُوْ لٌۚ قَ ْد َخل
َض َّر هّٰللا َ َش ْيـًٔا َۗو َسيَجْ ِزى هّٰللا ُ ال ٰ ّش ِك ِر ْين
ُ َّ َو َم ْن يَّ ْنقَلِبْ ع َٰلى َعقِبَ ْي ِه فَلَ ْن ي.
Dan Muhammad hanyalah seorang Rasul; sebelumnya telah berlalu beberapa
rasul. Apakah jika dia wafat atau dibunuh kamu berbalik ke belakang (murtad)?
Barangsiapa berbalik ke belakang, maka ia tidak akan merugikan Allah sedikit pun.
Allah akan memberi balasan kepada orang yang bersyukur. QS. Ali Imran: 144.
Jika seluruh perintah Allah telah disampaian oleh Rasulullah kepada umat,
selesailah tugasnya dan wajib bagi umat untuk memperhatikan risalah yang di
sampaikan oleh rasulullah.
Banyak sekali ayat Alquran yang menjelaskan bahwa sunnah Rasulullah adalah
merupakan salah satu sumber agama Islam, diantaranya firman Allah dalam surat Ali
Imran ayat: 53,132,144, 172 juga didalam surat An Nisa ayat: 42, 59, 61, 64, 65, dan
masih banyak lagi.
18
c. Ijma’
1. Ijma’ Sahabat bahwa “hukum yang di hasilkan dari hadis ahad dapat di terima”.
2. Ijma’ Sahabat bahwa “hukum terbagi menjadi 5 macam”.
3. Ijma’ Sahabat bahwa “syariat nabi Muhammad menghapus seluruh syariat yang
sebelumnya”.
d. Akal
Akal memiki kedudukan yang tinggi didalam syariat islam, karena tidak akan
paham Islam tanpa akal. Sebagai contoh, Apa dalil yang menunjukkan bahwa Allah itu
ada? Jika dijawab Alquran, Apa dalil yang menunjukkan bahwa Alquran benar-benar
dari Allah? Jika dijawab I’jaz, apa dalil yang menunjukkan bahwa I’jazul quran sebagai
dalil bahwa alqur’an bersumber dari Allah swt.? Dan seterusnya. Dengan demikian
dapat dipahami bahwa Islam tidak akan dipahami tanpa akal, oleh karena itulah akal
merupakan syarat taklif dalam Islam.
Meskipun demikian, ada satu hal yang harus di perhatikan dengan seksama,
bahwa akal tidak bisa berkerja sendiri tanpa syar’i. Akal hanyalah sarana untuk
mengetahui hukum-hukum Allah melalui dalil-dalil al quran dan hadis. Allah lah yang
menjadi hakim, dan akal merupakan sarana untuk memahami hukum-hukum Allah
tersebut.
e. Perkataan Sahabat
3. Model Penelitian
19
a. Model Harun Nasution
Sebagai guru besar dalam bidang teologi dan filsafat, Harun Nasution juga
mempunyai perhatian terhadap fiqih. Penelitiannya dalam bidang fiqih ini dituangkan
dalam bukunya yang berjudul Islam Ditinjau dari Berbagai Aspeknya. Melalui
penelitiannya secara ringkas namun mendalam terhadap hukum Islam dengan
menggunakan pendekatan Sejarah. Selanjutnya melalui pendekatan sejarah Harun
Nasution membagi perkembangan fiqih dalam empat periode yaitu periode nabi,
periode sahabat, periode ijtihad dan periode taklid. Model penelitian yang digunakan
Harun Nasution adalah penelitian eksploratif, deskriptif dengan menggunakan
pendekatan sejarah.
Tujuan dari penelitian yang dilakukan adalah untuk mengetahui materi fatwa
yang dikemukakan Majelis Ulama Indonesia (MUI) serta latar belakang sosial politik
yang melatar belakangi timbulnya fatwa tersebut. Hasil penelitiannya di tuangkan ke
dalam empat bab.
1. Pengertian
20
Sebagian Umat Islam hingga saat ini nampak ada perasaan masih belum mau
menerima apa yang dimaksud dengan pembaharuan Islam. Hal ini disebabkan karena
salah persepsi dalam memahami pembaruan Islam. Mereka memandang bahwa
pembaharuan Islam adalah membuang ajaran Islam yang lama dan diganti dengan
ajaran Islam yang baru.
2. Model Penelitian
Salah satu buku yang memuat hasil penelitian tetang pemikiran modern dalam
Islam yang dilakukan oleh Deliar Noer berjudul Gerakan Modern Islam di Indonesia.
Dari judulnya terlihat bahwa penelitian yang digunakan bersifat deskriptif analitis, yaitu
penelitian yang coba mendeskripsikan gerakan modern Islam di Indonesia yang terjadi
pada tahun 1900-1942.
21
G. Metodologi Pendidikan Islam
1. Pengertian
Dari segi bahasa pendidikan dapat diartikan sebagai perbuatan (hal, cara, dan
sebagainya) mendidik; dan berarti pula pengetahuan tentang mendidik, atau
pemeliharaan badan, batin, dan sebagainya. Dalam bahasa Arab, para pakar pendidikan
pada umumnya menggunakan kata tarbiyah untuk arti pendidikan. Sedangkan Ki Hajar
Dewantara mendefinisikan pendidikan Islam adalah daya upaya untuk memajukan
pertumbuhan budi pekerti (kekuatan batin, karakter), pikiran (intelect),dan tubuh anak
yang antara satu dan yang lainnya saling berhubungan agar dapat memajukan
kesempurnaan hidup. Dan ada 4 metode dalam metodologi pendidikan Islam ini, yaitu
metode Ta’lim, Tabyiin, Tafshil, dan Tafhim.
22
Salah satu penelitian yang berkenaan dengan lembaga pendidikan Islam adalah
penelitian yang digunakan oleh Karel A. Steenbrink dalam bukunya yang berjudul
Pesantren, Madrasah dan Sekolah Tinggi Pendidikan Islam dalam Kurun Modern.
Metode penelitian yang digunakan adalah pengamatan ( observasi ).
23
yang terdapat dalam berbagai madzhab dengan membandingkan satu sama lain agar
dapat melihat tingkat kehujjahan yang dimiliki oleh masing-masing madzhab tersebut,
serta mencari segi-segi persamaan dan perbedaannya.
BAB III
PENUTUP
24
A. Kesimpulan
1. Berdasarkan pada adanya upaya penafsiran Alquran dari sejak zaman Rasulullah
saw. hingga saat ini. Ulumul Tafsir digunakan untuk mengetahui kandungan
kitabullah (Alquran) yang diturunkan kepada Nabi Muhammad saw..
2. Metodologi Ulumul Hadis merupakan metodologi yang digunakan untuk
mengetahui fungsi terhadap Alquran dan hadis serta menekankan fungsi dan
maksud firman Allah.
3. Berbagai metode penelitian filsafat Islam dilakukan para ahli dengan tujuan untuk
dijadikan bahan perbandingan bagi perkembangan filsafat Islam selanjutnya.
4. Tasawuf merupakan salah satu bidang studi Islam yang memusatkan perhatian
pada aspek rohani manusia yang dapat menimbulkan akhlaq mulia di dalam
tasawuf.
5. Pada metodologi ini dapat diketahui bahwa model penelitian yang digunakan
adalah penelitian eksploratif, deskriptif dan menggunakan pendekatan sejarah.
Serta dapat mengetahui latar belakang sosial politik yang dikembangkan MUI.
6. Pemikiran modern dapat diartikan arah pemikiran yang maju menuju kepada
pembaharuan, pemikiran ini ada dua macam yaitu metode pemikiran modern yang
sekuler dan agamis.
7. Metodologi pendidikan Islam merupakan cara atau usaha yang dilakukan untuk
kegiatan bimbingan dan pengajaran dalam memahami Islam.
8. Metodologi tekstual menekankan pada signifikansi teks-teks Alquran dan Hadis
sebagai kajian Islam dan mengacu apa adanya yang tertera dalam Alquran atau
Hadis. Metodologi kontekstual merupakan metode untuk memahami dalam
kerangka konteksnya, baik ruang dan waktu.
9. Metodologi muqaranah madzhab yaitu cara memahami Islam dengan
membandingkan hukum yang terdapat dalam berbagai madzhab.
B. Saran
25
dari kesempurnaan, kebenaran maupun keluasan serta kedalaman analisis dalam
kajiannya. Kritik dan saran yang kontruktif dari para pembaca sangat penulis butuhkan
demi kesempurnaan dalam pembuatan makalah selanjutnya.
DAFTAR PUSTAKA
26
Abuddin Nata, Metodologi Studi Islam, ( Jakarta : PT Raja Grafindo Persada, 2007 ), h.
209.
Ibid., h. 210.
Ibid.
Atang Abd Hakim & Jaih Mubarok, Metodologi Studi Islam. Edisi Revisi (Bandung:
Remaja Rosdakarya, cet XI, 2009), h. 162.
Abuddin Nata, op. cit., h. 220.
Mukti Ali, Metode Memahami Agama Islam (Jakarta: Bulan Bintang, 1991), h. 62.
Abuddin Nata, op. cit., h. 222.
Ibid., h. 214.
M. Atho Muzhar, Pendekatan Studi Islam (Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 1999), h. 172.
Muhaimin et.al., Dimensi-Dimensi Studi Islam (Surabaya: Karya Abditama, 1994), h.
218.
Abuddin Nata, op. cit., h. 234.
Ibid., h. 244-245.
Abuddin Nata, op. cit., h. 247.
Muhaimin et.al., op. Cit., h. 175.
Ibid., h. 179.
Ibid., h. 263.
Mukti Ali, op. cit., h. 249.
Mukti Ali, op. cit., h. 291.
Abuddin Nata, op. cit., h. 276.
Ibid., h. 277.
Ahmad Norma Permata, Metodologi Studi Agama (Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 2000),
h. 139
Abuddin Nata, op. cit., h. 290-291.
Ibid., h. 291.
Ibid., h. 292.
27