Anda di halaman 1dari 17

ANEKA METODOLOGI MEMAHAMI ISLAM

Makalah ini disusun untuk memenuhi tugas mata kuliah Metodologi Studi Islam

Dosen Pengampu: Dr. H. Iman Fadhilah, M.S.I.

MAKALAH

Disusun oleh kelompok 8:

1. Fika Rahmawati (22106011100)


2. Fitri Fatmawati (22106011125)
3. Muhamad Junaedi (22106011167)
4. M. Nauris Farjan Arifin (22106011264)

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN AGAMA ISLAM


UNIVERSITAS WAHID HASYIM SEMARANG
2023
KATA PENGANTAR

Assalamualaikum Wr.Wb

Puji syukur kami panjatkan kehadirat Allah SWT atas segala nikmat dan karunia-
Nya, sehingga makalah ini dapat kami susun hingga selesai dengan judul “Aneka
Metodologi Memahami Islam”. Sholawat serta salam semoga senantiasa tecurah
kepada Nabi Muhammad SAW, beserta keluarga, sahabat, dan seluruh pengikutnya.

Kami juga mengucapkan terimakasih kepada Bapak Dr. H. Iman Fadhilah, M.S.I.
selaku dosen pengampu mata kuliah Metodologi Studi Islam. Berkat tugas yang
diberikan ini, kami dapat menambah wawasan berkaitan dengan materi yang dibahas
dalam makalah ini. Kami juga mengucapkan banyak terima kasih kepada semua pihak
yang telah membantu dalam proses penyusunan makalah ini. Kami menyadari bahwa
makalah ini masih jauh dari sempurna. Maka sebab itu kami memohon maaf atas
kesalahan dan ketidak sempurnaan yang pembaca temukan dalam makalah ini. Kami
juga mengharapkan saran dan kritik dari pembaca agar kedepannya kami bisa
membuat makalah dengan lebih baik lagi. Semoga makalah ini bisa menambah
wawasan dan bermanfaat bagi pembaca.

Wassalamu’alaikum Wr.Wb

Semarang, 7 Maret 2023

Penyusun
DAFTAR ISI
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Memahami Islam secara menyeluruh adalah penting walaupun tidak secara detail.
Begitulah cara paling minimal untuk memahami agama paling besar sekarang ini agar
menjadi pemeluk agama yang mantap, dan untuk menumbuhkan sikap hormat bagi
pemeluk agama lainnya. Selain itu, untuk menghindari kesalahpahaman yang mana
memungkinkan timbulnya pandangan dan sikap negatif terhadap Islam.
Sejak kedatangan Islam pada abad ke-13 M hingga saat ini fenomena pemahaman
ke-Islaman umat Islam Indonesia masih ditandai oleh keadaan umat variatif, ada
sejumlah orang yang pengetahuannya tentang keislaman cukup luas dan mendalam,
namun tidak terkoordinasi dan tidak tersusun secara sistematik. Hal ini disebabkan
karena orang tersebut ketika menerima ajaran Islam tidak sistematik dan tidak
terorganisasikan secara baik. Selanjutnya kita melihat pula ada orang yang
penguasaannya terhadap salah satu bidang keilmuan cukup mendalam, tetapi kurang
memahami disiplin ilmu keislaman lainnya, hingga saat ini pemahaman Islam yang
terjadi di masyarakat masih bercorak parsial belum utuh dan belum pula komprehensif
dan sekalipun kita menjumpai kita menjumpai adanya pemahaman Islam yang sudah
utuh dan komprehensif, Namun semuanya itu belum tersosialisasikan secara merata
keseluruh masyarakat Islam.
Metode-metode yang digunakan untuk memahami Islam itu suatu saat mungkin
dipandang tidak cukup lagi, sehingga diperlukan pendekatan baru yang harus terus
digali oleh para pembaharu. Diantara metodologi-metodologi hasil galian para
pembaharu adalah metodologi Ulumul Tafsir, metodologi Ulumul Hadist, metodologi
Filsafat dan Teologi (Kalam), metodologi Tasawuf dan Mistis Islam. Metodogi inilah
yang akan diulas secara mendalam dalam makalah ini dengan tujuan lebih mengenal
tentang Metodologi memahami Islam.
B. Rumusan Masalah
1. Apa yang dimaksud dengan metodologi memahami islam?
2. Apa yang dimaksud metodologi ulumul tafsir?
3. Apa yang dimaksud metodologi ulumul hadits?
4. Apa yang dimaksud metodologi filsafat dan teologi (kalam)?
5. Apa yang dimaksud metodologi tasawuf dan mistis islam?
C. Tujuan Pembahasan
1. Untuk mengetahui pengertian metodologi memahami islam
2. Untuk mengetahui maksud dari metodologi ulumul tafsir
3. Untuk mengetahui maksud dari metodologi ulumul hadits
4. Untuk mengetahui maksud dari metodologi filsafat dan teologi (kalam)
5. Untuk mengetahui maksud dari metodologi tasawuf dan mistis islam
BAB II
PEMBAHASAN

A. Pengertian Metodologi Memahami Islam


Metodologi terdiri dari kata Metode dan Logos. Metode berasal dari Bahasa Yunani,
Metha (sepanjang/melewati), logos (jalan/cara). Jadi Metode adalah suatu ilmu tentang
cara atau langkah-langkah yang dtempuh dalam suatu disiplin tertentu untuk mencapai
tujuan tertentu. Sedangkan Logos berarti ilmu.
M. Santra Praja mengartikan metode sebagai ilmu cara menyampaikan sesuatu
kepada orang lain. Menurut JS. Badudu dan Sutan M. Zaini metode disebut dengan
pengajaran atau penelitian. Dalam bahasa arab diistilahkan dengan Thariqah, manhaj
dan Wasilah (Nata). Dalam kamus Bahasa Indonesia metodologi diartikan suatu untuk
mengungkapkan cara yang paling cepat dan tepat dalam melakukan sesuatu atau
dengan kata lain cara kerja yang bersistem untuk memudahkan pelaksanaan suatu
kegiatan unuk mencapai tujuan yang ditentukan.
Metode menurut istilah adalah ajaran yang memberi uraian, penjelasan, dan
penentuan nilai. Metode adalah suatu ilmu yang memberi pengajaran tentang sistem
dan langkah yang harus ditempuh dalam mencapai suatu penyelidikan keilmuan.
Jadi, Metodologi Memahami Islam adalah suatu ilmu yang memuat/berisi prosedur
atau langkah-langkah yang ditempuh dalam mempelajari islam, secara tepat cepat,
efektif dan efisien dari mulai menemukan fakta sampai melakukan generalisasi
(perluasan) baik islam sebagai sumber ajaran, islam sebagai pemahaman, sebagai
pengalaman.
Metode-metode yang digunakan untuk memahami Islam itu suatu saat mungkin
dipandang tidak cukup lagi, sehingga diperlukan pendekatan baru yang harus terus
digali oleh para pembaharu. Diantara metodologi-metodologi hasil galian para
pembaharu adalah metodologi Ulumul Tafsir, metodologi Ulumul Hadist, metodologi
Filsafat dan Teologi (Kalam), metodologi Tasawuf dan Mistis Islam.

B. Metodologi Ulumul Tafsir


1. Pengertian Tafsir
Tafsir berasal dari bahasa Arab fassara, yufassiru, tafsiran yang berarti penjelasan,
pemahaman, dan perincian. Selain itu, tafsir dapat pula berarti al-idlah wa al-tabyin,
yaitu penjelasan dan keterangan.1 Selain itu, pengertian tafsir sebagaimana juga
dikemukakan pakar Alquran dalam formulasi yang berbeda-beda, namun dengan
maksud atau esensinya sama. Salah satunya adalah Az-Zarkasyi. Beliau mengatakan
bahwa tafsir adalah ilmu yang fungsinya untuk mengetahui kandungan kitabullah yang
diturunkan kepada Nabi Muhammad saw.

2. Model Tafsir
Ilmu tafsir mengalami pertumbuhan dan perkembangan, mulai dari masa nabi
Muhammad sampai masa sekarang. Berdasarkan upaya penafsiran Alquran sejak
zaman Rasulullah saw. hingga saat ini. Lahirlah penafsiran yang lebih banyak
disebabkan oleh tuntunan perkembangan zaman dan masyarakat.
Jika ditelusuri perkembangan tafsir Alquran sejak dahulu sampai sekarang, maka
dapat ditemukan bahwa penafsiran Alquran secara garis besar melalui empat cara yaitu:

a. Model Tahlily (Analisis)


Model tahlily atau yang dinamai oleh Baqir Al-Shadr sebagai metode tajzi’iy
adalah suatu metode tafsir yang menjelaskan tentang kandungan ayat-ayat Alquran.2

b. Model Ijmali (Global)


Model Ijmali atau disebut juga dengan metode global adalah cara menafsirkan
ayat-ayat Alquran dengan menunjukkan kandungan makna yang terdapat pada suatu
ayat secara global. Dalam praktiknya metode ini sering disamakan dengan model
tahlily karena itu seringkali model ini tidak di bahas secara tersendiri. Dengan model
ini cukup dengan menjelaskan kandungan yang terkandung dalam ayat tersebut secara
garis besar.

c. Model Muqarin
Model muqarin adalah suatu metode tafsir Alquran yang dilakukan dengan cara
membandingkan ayat Alquran yang satu dengan yang lainnya, yaitu ayat-ayat yang

1 Abuddin Nata, Metodologi Studi Islam, (Jakarta: PT Raja Grafindo Persada, 2007), h. 209.
2 Atang Abd Hakim & Jaih Mubarok, Metodologi Studi Islam. Edisi Revisi (Bandung: Remaja Rosdakarya, cet
XI, 2009), h. 162.
mempunyai kemiripan atau membandingkan ayat Alquran dengan hadis-hadis Nabi
Muhammad saw.3

d. Model Maudlu’iy
Pada model maudlu’iy ini berupaya menghimpun ayat-ayat Alquran dari berbagai
surat yang berkaitan dengan persoalan atau topik yang diterapkan sebelumnya.
Kemudian penafsir membahas dan menganalisis kandungan ayat-ayat tersebut sehingga
menjadi satu kesatuan yang utuh tentang masalah yang di bahas.

3. Model Penelitian Ulumul Tafsir


a. Model Quraish Shihab
Model penelitian tafsir yang dikembangkan oleh H.M. Quraish Shihab lebih
banyak bersifat eksploratif, deskriptif, analitis dan perbandingan, yaitu model
penelitian yang berupaya menggali sejauh mungkin produk tafsir yang dilakukan
ulama-ulama tafsir terdahulu berdasarkan berbagai literatur tafsir baik yang primer,
yakni yang ditulis oleh ulama tafsir yang bersangkutan maupun ulama lainnya, data-
data yang dihasilkan dari berbagai literatur tersebut kemudian dideskripsikan secara
lengkap serta dianalisis dengan menggunakan pendekatan kategorisasi dan
perbandingan. Sehingga, Qurasih Shihab telah meneliti hampir seluruh karya tafsir
yang dilakukan para ulama terdahulu. Dari penelitian tersebut telah dihasilkan beberapa
kesimpulan yang berkenaan dengan tafsir. Antara lain tentang:

1) Periodisasi pertumbuhan dan perkembangan tafsir


2) Corak-corak penafsiran
3) Macam-macam metode penafsiran Alquran
4) Syarat-syarat dalam menafsirkan Alquran, dan
5) Hubung tafsir modern.

b. Model Ahmad Al-Syarbashi


Pada tahun 1985 Ahmad Asy-Syarhasbi melakukan penelitian tentang tafsir
dengan menggunakan metode deskriptif, eksploratif, dan analisis sebagaimana yang
dilakukan Quraish Shihab. Sumber yang digunakan adalah bahan-bahan bacaan atau

3 Mukti Ali, Metode Memahami Agama Islam (Jakarta: Bulan Bintang, 1991), h. 62.
kepustakaan yang ditulis para ulama tafsir seperti Ibnu Jarir Ath-Thabrari, Az-
Zamakhsyari, Jalaluddin As-Suyuthi, Ar-Raghib Al-Ashfahani, Asy-Syatibi, haji
kahlifah, dan buku tafsir yang lainnya.4 Hasil penelitiannya mencakup tiga bidang:

1) Mengenali sejarah penafsiran Al-qur’an yang dibagi kedalam tafsir pada masa
sahabat nabi
2) Mengenai Corak tafsir
3) Mengenai pergerakan pembaharuan dibidang tafsir

Selanjutnya mengenai gerakan pembaharuan di bidang tafsir, Ahmad Al-


Syarbashi mendasarkan pada beberapa karya lama yang muncul awal Abad ke-20.
Langkah selanjutnya ia menghimpun dan menambah penjelasan seperlunya dalam
sebuah kitab tafsir yang diberi nama tafsir Al-Manar yaitu kitab tafsir yang
mengandung pembaharuan dan sesuai dengan perkembangan zaman.

c. Model Syaikh Muhammad Al-Ghazali


Syaikh Muhammad Al-Ghazali dikenal sebagai tokoh pemikir Islam abad modern
yang produktif. Banyak hasil penelitian yang ia lakukan, termasuk dalam bidang tafsir
Alquran. Muhammad Al-Ghazali menempuh cara penelitian tafsir yang bercorak
eksploratif, deskriptif, dan analitis dengan berdasar pada rujukan kitab-kitab tafsir yang
ditulis ulama terdahulu. Kemudian Muhammad Al-Ghazali mengemukakan ada juga
tafsir yang bercorak dialogis, seperti yang pernah dilakukan oleh Al-Razi dalam
tafsirnya Al-Tafsir al-kabir.

C. Metodologi Ulumul Hadits


1. Pengertian Hadits
Secara bahasa hadits berarti al-khabar, yang berarti ma yutahaddats bih wa yunqal,
yaitu sesuatu yang diperbincangkan, dibicarakan atau diberitakan dan dialihkan dari
seseorang kepada orang lain. Ulama ahli ushul fiqih mengatakan hadits adalah segala
perkataan, perbuatan dan taqrir nabi yang berkaitan dengan penetapan hukum.

4 M. Atho Muzhar, Pendekatan Studi Islam (Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 1999), h. 172.
Berdasarkan pengertian di atas, hadits adalah segala sesuatu yang bersumber dari
Nabi baik ucapan, perbuatan maupun ketetapan yang berhubungan dengan hukum
Allah yang disyari’atkan kepada manusia.

2. Model Penelitian Ulumul Hadits


a. Model penelitian Quraish Shihab
Meneliti dua sisi dai keberadaan Hadis, yaitu mengenai hubungan Hadis dan Al
Qur’an serta fungsi dan posisi Sunnah dalam tafsir. Bahan-bahan penelitian yang
digunakan adalah bahan kepustakaan atau bahan bacaan. Sedangkan sifat penelitiannya
adalah deskriptif analitis, dan bukan uji hipotesis.

b. Model penelitian Mushtafa As-Siba’i


Penelitian yang dilakukan Mushthafa Al-Siba’iy dalam bukunya itu bercorak
eksploratif dengan menggunakan pendekatan historis dan disajikan secara deskriptif
analitis. Yakni dalam sistem penyajian menggunakan pendekatan kronologi urutan
waktu dalam sejarah. Hasil penelitian yang dilakukan Mushthafa Al-Siba’iy antara lain
mengenai sejarah proses terjadi dan tersebarnya hadis mulai dari Rasulullah sampai
sekarang.

c. Model penelitian Muhammad al-Ghazali


Penelitian yang dilakukan Muhammad Al-Ghazali termasuk penelitian eksploratif
yaitu membahas, mengkaji, dan menyelami sedalam-dalamnya hadis dari berbagai
aspek.

d. Model penelitian Zain al-Din ‘Abd Al-Rahim bin Al-Husain Al-Iraqy


Zain Al-Din ‘Abd Al-Rahim bin Al-Husain Al-Iraqy yang hidup tahun 725-806
tergolong ulama generasi pertama yang banyak melakukan penelitian hadis. Dari hasil
penelitian yang dituangkan dalam buku Al-Taqyid wa Al-Idlah Syarh Muqaddimah Ibn
Ash-Shalah, ia menjelaskan bahwa hadis pada prinsipnya memperjelas, merinci,
bahkan membatasi pengertian lahir dari ayat-ayat Alquran. Penelitian yang dilakukan
bercorak eksploratif dengan menggunakan pendekatan historis dan disajikan secara
deskriptif analisis.
D. Metodologi Filsafat dan Teologi (Kalam)
Filsafat secara bahasa merupakan kata serapan dari bahasa yunani yaitu filosofia,
yang diturunkan dari kata kerja filosofien yang memiliki makna “mencintai
kebijaksanaan”. Sehingga istilah filsafat seharusnya lebih dimaknai pada kebijaksanaan
yang belum diraih dan sedang diusahakan, sedangkan filsuf sendiri merupakan istilah
yang dipakai untuk menyebut orang yang berusaha mencari kebijaksanaan.5
Filsafat dalam kajian studi Islam merupakan salah satu cara yang digunakan untuk
mengungkap permasalahan dan memperoleh solusi atas permasalahan tersebut.
Pendekatan filosofis berupaya mencari jawaban atas segala sesuatu atau hikmah di
balik objek formal (fisik) dengan ciri khas, mendalam, radikal, dan sistematis.6
Ilmu kalam (ilmu teologi) adalah salah satu bidang studi yang sangat dekat dengan
kajian keislamanan. Ilmu ini kerapkali menjadi rujukan untuk menyelesaikan masalah
aqidah dan ketuhanan. selain itu ilmu kalam juga sering digunakan dalam debat lintas
agama untuk membangun argumen-argumen berkenaan dengan tuhan. Kalam secara
etimologi berasal dari bahasa arab yang bermakna "perkataan", "pembicaraan",
"percakapan", atau "firman".7
Sedangkan secara terminologi Ibnu Kaldun menyatakan bahwa “ilmu kalam ialah
ilmu yang berisi alasan alasan yang mempertahankan kepercayaan-kepercayaan iman
degan menggunakan dalil-dalil pikiran dan berisi bantahan terhdap orang orang yang
menyeleweng dari kepercayaan-kepercayaan aliran golongan salaf dan ahli sunah.8
Berbagai metode penelitian filsafat Islam dilakukan oleh para ahli dengan tujuan
untuk dijadikan bahan perbandingan bagi pengembangan filsafat Islam selanjutnya.
Diantara adalah sebagai berikut:

1. H. Amin Abdullah
Menggunakan metode deskriptif, pendekatan studi tokoh dengan cara melakukan
studi komparatif.

5 Harun Hadiwijono, Sari Sejarah Filsafat Barat 1 (Yogyakarta: Kanisius, 1980), 7.


6 Dede Ahmad Ghazaki dan Heri Gunawan, Studi Islam: Suatu Pendekatan Dengan Pendekatan Interdisipliner
(Bandung: PT Remaja Rosdakarya, 2015), 66.
7 Murtadha Mutahhari, Mengenal Ilmu Kalam (Jakarta: Zahra Publishing House, 2002), 26. 9
8 Nata, Metodologi Studi Islam, 21
2. Sheila Mc Donough
Menggunakan metode penelitian kategori kualitatif, corak penelitian deskriptif
analitis, pendekatan tokoh dan komparatif studi

3. Otto Horrossowitz
Menggunakan penelitian kategori kualitatif, metode deskriptif analitis, pendekatan
historis dan tokoh.

4. Fakhry
Menggunakan pendekatan campuran yakni pendekatan historis, kawasan, dan
substansi.

5. Harusn Nasution
Menggunakan pendekatan tokoh dan pendekatan historis, penelitian deskriptif,
penelitian kategori kualitatif.

6. Ahmad Fuad Al-Ahwani


Menggunakan metode kepustakaan, corak penelitian deskriptif kualitatif, pendekatan
campuran yakni pendekatan historis, kawasan, dan tokoh.

Dari uraian diatas dapat disimpulkan bahwa pada umumnya penelitian yang
dilakukan para ahli bersifat penelitian kepustakaan, yakni penelitian yang
menggunakan bahan-bahan gerakan sebagai sumber rujukannya. Metode yang
digunakan umumnya bersifat deskriptif analitis.

Teologi adalah ilmu yang pada intinya berhubungan dengan masalah penelitian.
Teologi adalah ilmu yang pada intinya berhubungan dengan masalah ketuhanan.
Dengan ilmu ini diharapkan seseorang menjadi yakin dalam hatinya secara mendalam
dan mengikatkan dirinya hanya pada alam sebagai Tuhan. Secara umum penelitian ilmu
kalam ada dua bagian yakni penelitian yang bersifat dasar (penelitian pemula) dan
penelitian yang bersifat lanjutan atau pengembangan dari penelitian. Diantaranya
adalah sebagai berikut:
❖ Penelitian pemula
1. Abu Mansur Muhammad
Mengemukakan riwayat hidup secara singkat dari Al-Maturidy, juga berbagai
masalah yang detail dan rumit di bidang ilmu kalam.

2. Al-Imam Abi Al-Hasan


Membahas masalah-masalah yang rumit dan mendetail tentang teologi.

3. Abd Al-Jabbar Bin Ahmad


Membahas secara detail lima ajaran pokok mu’tazilah dan juga berbagai masalah
teologi.

4. Al-Imam al-Haramain Al-Juwainy


Membahas tentang penciptaan alam, kitab tauhid, akidah, kesucian allah SWT,
ta’wil, sifat-sifat bagi allah, illat atau sebab.

5. Al-Bazdani
Mengemukakan tentang perbedaan pendapat para ulama’ mengenai ilmu kalam.

Dapat disimpulkan bahwa penelitian pemula bersifat eksploratif yakni menggali


sejauh mungkin ajaran teologi Islam yang diambil dari Al-Qur’an dan hadsit serta
berbagai pendapat yang dijumpai dari para pemikir di bidang teologi Islam. Pendekatan
yang digunakan adalah pendekatan doktriner atau substansi ajaran, karena yang dicari
adalah rumusan ajaran dari berbagai golongan atau aliran yang ada dalam ilmu kalam.

❖ Penelitian lanjutan
1. Abu Zahrah
Mengangkat masalah obyek-obyek yang dijadikan pangkal pertentangan oleh
berbagai aliran dalam bidang politik yang berdampak pada masalah teologi.

2. Ali Mushthofa Al-Ghurabi


Memusatkan penelitiannya pada masalah berbagai aliran yang tedapat dalam Islam
serta pertumbuhan ilmu kalam di kalangan masyarakat Islam.
3. Abd Al-Lathif Muhammad Al-Asyr
Membahas tentang pokok-pokok yang menyebabkan timbulnya perbedaan pendapat
di kalangan umat Islam.

4. Ahmad Mahmud Shubdi


Berbicara mengenai aliran Mu’tazilah dan aliran Asy’ariyah.

5. Ali Sami Al-Nasyr dan Ammar Jam’iy Al-Thaliby


Mengungkap tentang pemikiran kau Salaf yang berasal dari tokoh-tokohnya yang
menonjol.

6. Harun Nasution
Mengemukakan tentang sejarah timbulnya persoalan-persoalan teologi dalam Islam,
berbagai aliran teologi Islam lengkap dengan tokoh-tokoh dan pemikirannya.

Dari berbagai penelitian lanjutan tersebut dapat diketahui bahwa penelitiannya


termasuk penelitian kepustakaan, yaitu penelitian yang mendasarkan pada data yang
terdapat dalam berbagai sumber rujukan di bidang teologi Islam. Corak penelitiannya
yaitu deskriptif, yaitu penelitian yang tekannya pada kesungguhan dalam
mendeskripsikan data selengkap mungkin.

E. Metodologi Tasawuf dan Mistis Islam


Al-Kurdi mencatatkan bahwa tasawuf adalah suatu ilmu mengenai pembersihan al-
nafs (jiwa) dari pada unsur-unsur keji serta menghiasinya dengan berbagai sifat terpuji
dan dapat mengetahui jalan yang pantas menuju allah.
Menurut al-Anshari, beliau mendefinisikan tasawuf sebagai suatu ilmu yang boleh
diketahui berkaitan dengan takziyah (pembersihan) al-nafs dan pemurnian akhlak serta
pembangunan lahir dan batin dalam proses untuk mencapai kebahagiaan abadi.
Sedangkan al-Ghazali mengartikan ilmu tasawuf adalah ilmu batin yang sukar untuk
diterangkan.
Secara ringkasnya, dapat disimpulkan bahwa ilmu tasawuf merupakan salah satu
ilmu mistisme. Di dalam agama Islam dikenal juga sebagai sufisme. Sufisme
merupakan suatu ilmu pembersihan jiwa yang memerlukan kepada pengamalan dan
menjalani proses tertentu untuk sampai kepada Allah SWT. Metodologi Tasawuf dan
mistis Islam yaitu hubungan langsung dan disadari dengan tuhan, sehingga disadari
benar bahwa seseorang berada dihadirat tuhan. Berbagai bentuk dan model penelitian
tasawuf adalah sebagai berikut:
1. Sayyed Husein Nasr
Modal penelitiannya kualitatif, pendekatan tematik yang berdasarkan pada studi
kritis terhadap ajaran tasawuf yang pernah berkembang dalam sejarah.

2. Mustafa Zahri
Penelitiannya bersifat eksploratif, menekankan pada ajaran yang terdapat dalam
tasawuf berdasarkan literatur yang ditulis oleh para ulama terdahulu serta dengan
mencari sandaran ada Al-Qur’an dan Al-Hadist.

3. Kautsar Azharri Noor


Penelitian yang ditempuh adalah studi tentang tokoh dengan pahamnya yang khas.

4. Harun Nasution
Pendekatan tematik, bersifat deskriptif eksploratif.

5. A. J. Arberry
Penelitian bersifat deskriptif, pendekatan kombinasi antar pendekatan tematik
dengan pendekatan tokoh, menggunakan analisa kesejahteraan.

6. Imam Al-Ghozali
Penelitian bersifat deskriptif

Dari uraian tersebut diatas maka tampaknya terdapat tiga model pendekatan
pemikiran tasawuf, yakni pendekatan tematik, pendekatan tokoh, dan pendekatan
kombinasi, antar keduanya. Pendekatan tematik adalah penelusuran tema-tema tertentu
sebagai jalan untuk dekat pada Allah. Sedangkan pendekatan tokoh adalah mengenai
tokoh-tokoh tasawuf tertentu berikut ajaran-ajarannya. Selanjutnya pendekatan
kombinasi ialah menggunakan Al-Qur’an dan Al-Hadist sebagai standar dalam
memahami tema-tema dari ajaran tasawuf berikut mengenal tokohnya.
BAB III
PENUTUP

A. KESIMPULAN
Sejak kedatangan Islam pada abad ke-13 M hingga saat ini fenomena pemahaman
ke-Islaman umat Islam Indonesia masih ditandai oleh keadaan umat variatif. Hingga
saat ini pemahaman Islam yang terjadi di masyarakat masih bercorak parsial belum
utuh dan belum pula komprehensif. Oleh karena itu metode memiliki peranan sangat
penting dalam kemajuan dan kemunduran pemahaman Islam. Metode-metode yang
digunakan untuk memahami Islam itu suatu saat mungkin dipandang tidak cukup lagi,
sehingga diperlukan pendekatan baru yang harus terus digali oleh para pembaharu.
Diantara metodologi-metodologi hasil galian para pembaharu adalah metodologi Tafsir
dan Studi Al-Qur’an, metodologi Ulumul Hadist, metodologi Filsafat dan Teologi
(Kalam), metodologi Tasawuf dan Mistis Islam.
Model penelitian tafsir adalah suatu contoh, ragam, acuan atau macam dari
penyelidikan secara seksama terhadap penafsiran Al-Qur’an. Penelitian terhadap Hadist
dikaji oleh beberapa ulama dengan berbagai metode yang digunakannya. Penelitian
yang dilakukan para ahli filsafat bersifat penelitian kepustakaan, yakni penelitian yang
menggunakan bahan-bahan gerakan sebagai sumber rujukannya. Metode yang
digunakan umumnya bersifat deskriptif analitis. Sedangkan pendekatan yang digunakan
umumnya pendekatan historis, kawasan, substansial. Secara umum penelitian ilmu
kalam ada dua bagian yakni penelitian yang bersifat dasar (penelitian pemula) dan
penelitian yang bersifat lanjutan atau pengembangan dari penelitian. Dalam metode
tasawuf, terdapat tiga modal pendekatan pemikiran, yakni pendekatan tematik,
pendekatan tokoh, dan pendekatan kombinasi antar keduanya.

B. SARAN
Demikian makalah Aneka metodologi memahami islam dalam mata kuliah
Metodologi Studi Islam yang tentunya masih jauh dari kesempurnaan. Kami sadar
bahwa ini merupakan proses dalam menempuh pembelajaran, untuk itu kami
mengharap kritik serta saran yang membangun demi kesempurnaan hasil diskusi kami.
Harapan kami semoga dapat dijadikan suatu ilmu bagi kita semua. Amin.
DAFTAR PUSTAKA

Ali, Mukti. Metode Memahami Agama Islam. Jakarta: Bulan Bintang, 1991.
Ghazaki, Dede Ahmad, and Heri Gunawan. Studi Islam: Suatu Pendekatan Dengan
Pendekatan Interdisipliner. Bandung: PT Remaja Rosdakarya, 2015.
Hadiwijono, Harun. Sari Sejarah Filsafat Barat 1. Yogyakarta: Kanisius, 1980.
Hakim, Atang Abd & Jaih Mubarok, Metodologi Studi Islam. Edisi Revisi. Bandung:
Remaja Rosdakarya, cet XI, 2009.
Khairunnas, Rajab. 2007. Al-Maqam dan al-Ahwal dalam Tasawuf. JurnalUsuluddin. (25):
1-28.
Mutahhari, Murtadha. Mengenal Ilmu Kalam. Jakarta: Zahra Publishing House, 2002.
Muzhar, M. Atho. Pendekatan Studi Islam. Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 1999.
Nasution, Harun, Falsafat dan Mistisme Dalam Islam, (Jakarta: Bulan Bintang, 1973).
Nata, Abuddin, Metodologi Studi Islam, (Jakarta: Rajawali Press, 1998)
Nata, Abuddin. Metodologi Studi Islam, Jakarta: PT Raja Grafindo Persada, 2007.
Supiana dkk, Ulumul Qur’an, (Bandung: Pustaka Islamika, 2002).

Anda mungkin juga menyukai