Anda di halaman 1dari 15

MAKALAH

Diajukan Untuk Memenuhi Tugas Kuliah Metode Study Islam

“Pengembangan lembaga pendidikan Islam ”

Dosen Pengampu:

Rudy Irawan, M.S.I

Disusun Oleh :
Kelompok 1 Kelas H
1. Ahmad Syabana Rosyid (2111010005)
2. Alfina Dwi Hardianti (2111010009)
3. Annisa Ayu Kinanti (2111010012)
4. Selvie Adinda Putri (2111010135)

JURUSAN PENDIDIKAN AGAMA ISLAM


FAKULTAS TARBIYAH DAN KEGURUAN
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI RADEN INTAN LAMPUNG
TAHUN AKADEMIK 2021/2022

1
KATA PENGANTAR

Puji syukur kita panjatkan kepada Allah Swt. Yang telah


memberikan limpahan rahmat dan nikmat-Nya sehingga kami dari
kelompok 1 dapat menyelesaikan tugas mata kuliah “Metode Studi Islam”
dengan pokok pembahasan mengenai “Pengembangan lembaga
pendidikan Islam ” ini dengan baik.
Sholawat teriring salam tak lupa kita sanjungkan keharibaan Nabi
kita Nabi Muhammad Saw. Semoga kita mendapat syafaatnya kelak di
yamuil kiyamah Aamin Yarabbal Alaamiin.
Atas tersusunnya makalah ini kami ucapkan terimakasih kepada
Bapak Rudi Irawan, M.S.I Selaku dosen pengampu mata kuliah “Metode
Studi Islam” yang telah memberikan bimbingan kepada penulis sehingga
kami termotivasi dalam menyelesaikan tugas ini.
Kami menyadari bahwa dalam penyusunan makalah ini masih ada
banyak kekurangan. Oleh karena itu, kami masih membutuhkan
bimbingan, kritik, serta saran yang membangun agar dapat menjadi
pelajaran untuk lebih baik lagi pada makalah-makalah berikutnya. Dan
semoga makalah ini dapat bermanfaat bagi penulis maupun pembaca.

Bandar Lampung, 26 Februari 2022

Kelompok 1

2
A. PENGERTIAN DAN RUANG LINGKUP METODE STUDI ISLAM

1. Pengertian Metode dan Studi Islam


Metode berasal dari bahasa Yunani methodos, yang terdiri dari dua kata, yaitu
metha dan hodos. Metha berarti melewati, menempuh, melalui, dan hodos berarti
cara atau jalan. Dengan demikian, metode dapat diartikan sebagai suatu cara atau
jalan yang ditempuh. Metode dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia dijelaskan
sebagai cara teratur yang digunakan untuk melaksanakan suatu pekerjaan agar
tercapai sesuai dengan yang dikehendaki; cara kerja yang bersistem untuk
memudahkan pelaksanaan suatu kegiatan guna mencapai tujuan yang ditentukan.
Dalam studi ilmiah, metode menyangkut masalah cara kerja untuk memahami
objek yang menjadi sasaran ilmu yang bersangkutan. Fungsi metode adalah
sebagai alat untuk mencapai tujuan, atau bagaimana cara melakukan atau
membuat sesuatu. Menurut istilah (terminologi), metode adalah ajaran yang
memberi uraian, penjelasan, dan penentuan nilai. Metode biasa digunakan dalam
penyelidikan keilmuan. Hugo F. Reading mengatakan bahwa metode adalah
kelogisan penelitian ilmiah, sistem tentang prosedur, dan teknik riset.

Apabila kata metode digabungkan dengan kata logos maknanya berubah.


Logos berarti "studi tentang" atau "teori tentang". Oleh karena itu, metodologi
tidak lagi sekadar kumpulan cara yang sudah diterima (well received), tetapi
berupa kajian tentang metode. Dalam metodologi dibicarakan kajian tentang cara
kerja ilmu pengetahuan. Pendek kata, apabila dalam metode tidak ada perbedaan,
refleksi, dan kajian atas cara kerja ilmu pengetahuan. Sebaliknya, dalam
metodologi terbuka luas untuk mengkaji, mendebat, dan merefleksi c kerja suatu
ilmu. Oleh karena itu, metodologi menjadi bagian dari sistematika filsafat,
sedangkan metode tidak.' Metodologi adalah ilmu tentang cara-cara atau langkah-
langkah yang tepat untuk memahami dan menganalisis suatu penjelasan serta
menerapkan cara.

Metodologi dapat diartikan sebagai suatu ilmu tentang cara yang digunakan
untuk memperoleh suatu kebenaran dengan menggunakan penelusuran dengan
urutan atau tata cara tertentu sesuai dengan apa yang akan dikaji atau diteliti
secara ilmiah. Dengan demikian, penggunaan metode dalam studi ilmiah disebut
metodologi, yang berasal dari kata methodos dan logos, yang berarti ilmu atau
bersifat ilmiah. Metodologi berasal dari tiga kata bahasa Yunani, metha, hetodos,
dan logos. Metha berarti menuju, melalui, dan mengikuti. Hetodos berarti jalan
atau cara. Maka ketika dua kata tersebut menjadi satu kata methodos (metode)
kata tersebut berarti jalan atau cara yang harus dilalui untuk mencapai sesuatu.
Terkait dengan studi Islam, metode berarti cara yang digunakan dalam

3
mempelajari Islam untuk memperoleh kebenaran tentang Islam. Akan tetapi,
metodologi studi Islam berarti ilmu tentang cara mempelajari/mengkaji Islam.
Metode yang digunakan akan berpengaruh terhadap hasil atau kesimpulan yang
diperoleh. Oleh karena itu, metode sangat penting dalam rangka studi Islam.
Perbedaan metode yang digunakan dalam mempelajari Islam akan melahirkan
perbedaan pula dalam hasil yang diperolehnya. Perbedaannya bisa sedikit atau
banyak, bisa mendasar atau hanya perbedaan yang sifatnya menyangkut
kedalaman informasi. Studi Islam merupakan istilah yang dipakai untuk kajian
yang meneliti dan mendalami tentang Islam. Studi Islam dikenal juga dengan
sebutan Dirasah Islamiyyah atau Islamic Studies. Secara terminologis, studi Islam
adalah kajian secara sistematis dan terpadu untuk mengetahui, memaknai, dan
menganalisis secara mendalam hal-hal yang berkaitan dengan Islam, baik
menyangkut pokok-pokok ajaran Islam, sumber ajaran Islam, sejarah Islam,
maupun realitas pelaksanaannya dalam kehidupan manusia, baik di kalangan
kaum muslimin maupun bukan muslim. Dengan demikian, studi Islam ruang
lingkupnya sangat luas, menyangkut segala hal yang berkaitan dengan Islam.
Dalam Alquran dan hadis yang merupakan sumber pokok ajaran Islam, dapat
ditemukan pembahasan semua aspek yang ada dalam semesta raya dan kehidupan
makhluk yang ada di dalamnya, bahkan tentang negeri yang belum diketahui
manusia sebelum mereka meninggal dunia, yaitu akhirat.

Studi Islam sangat luas, bukan hanya mempelajari masalah-masalah dunia saja,
tetapi juga masalah akhirat (kehidupan setelah kematian). Bukan hanya
mempelajari masalah ritual ibadah saja, tetapi menyangkut seluruh aktivitas
kehidupan manusia. Bukan hanya kaum muslimin, tetapi seluruh manusia. Yang
dimaksud seluruh aktivitas manusia adalah seluruh bidang kehidupan yang
melekat dengan aktivitas manusia, yang saat ini sudah dipilah dalam tiga kategori
atau bidang keilmuan, yaitu ilmu kealaman, ilmu sosial, dan budaya. Ilmu
kealaman, seperti ilmu fisika, biologi, ilmu kimia, matematika, dan kedokteran.
Ilmu sosial, seperti ilmu ekonomi, hukum, politik, dan pendidikan. Ilmu budaya,
seperti seni dan adat istiadat masyarakat.Dengan demikian, dapat dipahami bahwa
istilah Metodologi Studi Islam digunakan ketika seseorang ingin membahas
kajian-kajian tentang berbagai cara atau metode yang dapat digunakan dalam studi
Islam. Secara sederhana,

Metodologi Studi Islam (MSI) adalah suatu ilmu yang mempelajari


seperangkat metode atau cara yang dapat digunakan untuk melakukan kajian-
kajian seputar studi Islam, baik secara normatif, filosofis, historis, komparatif, dan
sebagainya. Metodologi Studi Islam merupakan suatu kajian atas seperangkat
konsep-konsep tentang paradigma, pendekatan, dan metode yang dipergunakan
untuk mengkaji dan meneliti Islam sebagai objek studi. Pengkajian yang

4
dilakukan terhadap Islam menggunakan prosedur-prosedur ilmiah sehingga
menghasilkan pengetahuan yang komprehensif tentang Islam dengan cara yang
cepat dan tepat. Tanpa metode yang tepat, sangat dimungkinkan terjadi kesalahan
dalam memahami Islam, menghasilkan pengetahuan yang tidak komprehensif,
bahkan menyimpang. Untuk itu, mempelajari Islam haruslah menggunakan
metode yang tepat, yang dicontohkan oleh para fuqaha dan ulama yang ber-
manhaj lurus. Selain itu, penggunaan metode yang tepat akan berdampak pada
pengembangan ilmu yang mendorong umat Islam memiliki kemampuan dalam
menjawab berbagai tantangan zaman sehingga Islam sebagai rahmatan lil 'alamin
dapat tercapai.

Dalam masyarakat muslim, pemahaman tentang keluasan studi Islam belum


merata. Dalam implementasi kehidupan masih ada kaum muslimin yang
memisahkan antara ilmu dunia dan akhirat, ilmu agama dan ilmu umum. Alquran
sebagai sumber utama dan pertama ajaran Islam sudah dijamin otentisitasnya oleh
Allah . Di antaranya melalui banyaknya hafiz hafizah, orang-orang yang hafal
Alquran. isi dan kandungannya tidak mudah dikurangi, ditambah, atau diubah
oleh tangan-tangan manusia. Hal ini menjadikan otentisitas Alquran sebagai
wahyu Allah tetap terpelihara sehingga isinya tidak akan bertentangan dengan
temuan ilmu pengetahuan manusia. Demikian halnya dengan hadis sebagai
sumber pokok kedua setelah Alquran, juga telah memiliki metode telusur yang
luar biasa dalam menyeleksi berita tentang Nabi Muhammad sebagai penjelas
Alquran.

2. Ruang Lingkup Kajian Metodologi Studi Islam


Ruang lingkup kajian Metodologi Studi Islam ada dua, yaitu metode dan studi
Islam. Ruang lingkup kajian Metode dalam buku ini hanya yang bersifat gari
besar, tidak membahas metodologi sebagai sebuah ilmu, juga tidak mendalam
sampai pada teknis penelitian. Terkait metodologi dan teknis penelitian akan
dibahas secara lebih mendalam dalam mata kuliah Metodologi Penelitian, Metode
Penelitian Hukum/Muamalah, dan mata kuliah sejenis lainnya. Terkait metode
dalam mempelajari atau memahami Islam, beberapa ulama mengemukakan bahwa
Islam harus dilihat dari berbagai dimensi untuk memperoleh kesimpulan yang
utuh. Untuk itu diperlukan upaya, waktu, tenaga, pikiran, dan kesungguhan yang
luar biasa. Sebagai contoh, ketika mempelajan Alquran, ada banyak dimensi yang
dapat digunakan dalam memahaminya. Salah satunya adalah aspek linguistik dan
sastra Alquran yang telah dipelajari para sarjana secara terperinci. Namun, jika
hanya aspek kebahasaan saja yang digunakan dalam mempelajari dan memahami
Alquran maka hasil yang diperoleh bisa tepat, tetapi belum menyeluruh
menggambarkan tentang Alquran sebagai objek kajian yang setelah diteliti harus
diamalkan. Oleh karena itu, ada dimensi-dimensi lain, seperti aspek filosofis,

5
teologis, historis, sosiologis, dan yang lainnya yang dapat digunakan untuk
menghasilkan pemahaman yang utuh tentang Alquran. Bahkan untuk optimalnya
hasil yang akan diperoleh setelah mempelajari Alquran, hal pertama yang harus
diperhatikan dan dipelajari adalah bagaimana adab membaca dan mempelajari
Alquran.

Nasruddin Razak mengemukakan bahwa metode memahami Islam harus


menyeluruh (komprehensif). Menurutnya, memahami Islam secara menyeluruh
penting walaupun tidak secara detail. Hal ini akan menghindarkan diri dari
kesalahpahaman terhadap ajaran Islam yang akan berakibat pada pola hidup
beragama yang salah. Menurutnya ada empat cara memahami Islam:"Pertama,
Islam harus dipelajari dari sumbernya yang asli, yaitu Alquran dan sunah
Rasulullah. Kekeliruan memahami Islam, orang hanya mengenalnya dari sebagian
ulama dan pemeluknya yang telah jauh dari bimbingan Alquran dan sunah, atau
melalui pengenalan dari sumber kitab-kitab fiqh dan tasawuf yang semangatnya
sudah tidak sesuai dengan perkembangan zaman. Mempelajari Islam dengan cara
demikian akan menjadikan orang tersebut sebagai pemeluk Islam yang sinkretis,
hidup penuh bid'ah dan khurafat, yaitu telah tercampur dengan hal-hal yang tidak
Islami, jauh dari ajaran Islam yang murni.

Kedua, Islam harus dipelajari secara integral, tidak dengan cara parsial.
Artinya, ia dipelajari secara menyeluruh sebagai satu kesatuan yang bulat tidak
secara sebagian saja. Memahami Islam secara parsial akan membahayakan.
menimbulkan skeptis, bimbang, dan penuh karaguan.

Ketiga, Islam perlu dipelajari dari kepustakaan yang ditulis oleh para ulama
besar, kaum zu'ama, dan sarjana-sarjana Islam. Pada umumnya mereka memiliki
pemahaman Islam yang baik, yaitu pemahaman yang lahir dari perpaduan ilmu
yang dalam terhadap Alquran dan sunah Rasulullah dengan pengalaman yang
indah dari praktik ibadah yang dilakukan setiap hari. Berkaitan dengan cara ketiga
ini timbul permasalahan di sekitar mempelajari Islam dari literatur yang ditulis
para orientalis. Pada hemat penulis mempelajari Islam dari para orientalis tetap
bermanfaat, asalkan disertai ketelitian dan penuh kehati-hatian. Hal ini disebabkan
karena mereka jelas bukan orang Islam. Bagi mereka, Islam hanya sebagai sebuah
ilmu, bukan untuk dihayati dan diamalkan. Selain itu, tidak semua orientalis jujur
dan objektif dalam memahami Islam, dan tidak pula semua orientalis bersikap
benci dan berniat buruk pada Islam. Di antara para orientalis ada yang jujur dan
ada pula yang tidak jujur dalam memandang Islam. Berkenaan dengan ini
seseorang yang mempelajari Islam harus bersikap kritis, selektif, dan penuh
kehati-hatian serta telah kuat dalam memahami dasar-dasar ajaran Islam serta
telah terbukti ketaatannya dalam menjalankan ajaran Islam. Jika keadaan

6
demikian telah dipenuhi, yang bersangkutan boleh saja mempelajari Islam dari
kalangan orientalis. Sebagaimana hal ini dilakukan pemerintah melalui program
pengiriman sarjana agama Islam Strata 1 dan seterusnya untuk melanjutkan studi
ke beberapa negara di Barat dan Eropa.

Keempat, Islam hendaknya dipelajari dari ketentuan normatif teologis yang ada
dalam Alquran, baru kemudian dihubungkan dengan kenyataan historis, empiris,
dan sosiologis yang ada di masyarakat. Dengan cara demikian, dapat diketahui
tingkat kesesuaian atau kesenjangan antara Islam yang berada pada tataran
normatif teologis yang ada dalam Alquran dengan Islam yang ada pada tataran
historis, sosiologis, dan empiris. Kesalahan sementara orang mempelajari Islam,
menurut Nasruddin Razak adalah dengan jalan mempelajari kenyataan umat Islam
an sich, bukan agama Islam yang dipelajarinya. Sikap konservatif sebagian
golongan Islam, keterbelakangannya di bidang pendidikan, keawaman,
kebodohan, disintegrasi, dan kemiskinan masyarakat Islam itulah yang dinilai
sebagai Islamnya sendiri. Mengambil kesimpulan tentang citra Islam berdasarkan
sampel yang tidak valid dan tidak representatif dapat menyebabkan wajah Islam
tampil kurang pas atau bahkan tidak sesuai dengan kenyataan di lapangan. Untuk
mencitrakan Islam misalnya, mengapa tidak pula menyertakan sampel dari
kalangan Islam yang maju, berpendidikan tinggi, penuh kedamaian, memiliki
kekayaan, dan sebagainya.

Kenyataan empiris, historis, dan sosiologis tentang Islam yang ada di


masyarakat merupakan upaya atau bentuk pendekatan yang dilakukan manusia
dalam mengamalkan Islam, namun Islam dengan citranya yang ideal terdapat
dalam Alquran dan sunah. Oleh karena itu, dalam mempelajari Islam (studi
Islam), pendekatan normatif (yang merujuk pada Alquran dan sunah sebagai
sumber pokok ajaran Islam) sangatlah penting dilakukan dalam setiap penelitian
apa pun tentang Islam, di samping pendekatan teologis. Adapun lingkup kajian
studi Islam sangat luas, menyangkut segala sesuatu yang terkait dengan Islam,
seperti sumber pokok ajaran Islam, yaitu Alquran dan hadis, sumber tambahan
yang dikenal dengan istilah ijtihad beserta metodenya,

Dengan ini seseorang yang mempelajari Islam harus bersikap kritis, selektif, dan
penuh kehati-hatian serta telah kuat dalam memahami dasar-dasar ajaran Islam
serta telah terbukti ketaatannya dalam menjalankan ajaran Islam. Jika keadaan
demikian telah dipenuhi, yang bersangkutan boleh saja mempelajari Islam dari
kalangan orientalis. Sebagaimana hal ini dilakukan pemerintah melalui program
pengiriman sarjana agama Islam Strata 1 dan seterusnya untuk melanjutkan studi
ke beberapa negara di Barat dan Eropa.

7
Keempat, Islam hendaknya dipelajari dari ketentuan normatif teologis yang ada
dalam Alquran, baru kemudian dihubungkan dengan kenyataan historis, empiris,
dan sosiologis yang ada di masyarakat. Dengan cara demikian, dapat diketahui
tingkat kesesuaian atau kesenjangan antara Islam yang berada pada tataran
normatif teologis yang ada dalam Alquran dengan Islam yang ada pada tataran
historis, sosiologis, dan empiris. Kesalahan sementara orang mempelajari Islam,
menurut Nasruddin Razak adalah dengan jalan mempelajari kenyataan umat Islam
an sich, bukan agama Islam yang dipelajarinya. Sikap konservatif sebagian
golongan Islam, keterbelakangannya di bidang pendidikan, keawaman,
kebodohan, disintegrasi, dan kemiskinan masyarakat Islam itulah yang dinilai
sebagai Islamnya sendiri

Kenyataan empiris, historis, dan sosiologis tentang Islam yang ada di


masyarakat merupakan upaya atau bentuk pendekatan yang dilakukan manusia
dalam mengamalkan Islam, namun Islam dengan citranya yang ideal terdapat
dalam Alquran dan sunah. Oleh karena itu, dalam mempelajari Islam (studi
Islam), pendekatan normatif (yang merujuk pada Alquran dan sunah sebagai
sumber pokok ajaran Islam) sangatlah penting dilakukan dalam setiap penelitian
apa pun tentang Islam, di samping pendekatan teologis.

Adapun lingkup kajian studi Islam sangat luas, menyangkut segala sesuatu yang
terkait dengan Islam, seperti sumber pokok ajaran Islam, yaitu Alquran dan hadis,
sumber tambahan yang dikenal dengan istilah ijtihad beserta metodenya,tetapi
penelitian dilakukan dalam sisi yang lainnya, seperti sejarahnya, keluasan
maknanya, dan lain sebagainya.

Sejarah dan penyebaran Islam, isi atau kandungan ajaran Islam, baik yang terkait
dengan keimanan, peribadahan dan aturan kemasyarakatan lainnya, menyangkut
masyarakat dan peradaban kaum musliminnya, tokoh ulama dan pemimpinnya di
setiap zaman, karya ulama di berbagai bidang keilmuan, dan lain sebagainya.
Studi Islam adalah pengetahuan yang dirumuskan dari ajaran Islam yang
dipraktikkan dalam sejarah dan kehidupan manusia, sedangkan pengetahuan
agama pengetahuan yang sepenuhnya diambil dari ajaran-ajaran Allah dan Rasul-
Nya secara murni tanpa dipengaruhi sejarah, seperti aqidah, ibadah, membaca
Alquran, dan akhlak.

A. doktrin dari Tuhan yang sebenarnya bagi para pemeluknya sudah final
dalam arti absolut, dan diterima apa adanya.

8
B. Sebagai gejala budaya, yang berarti seluruh yang menjadi kreasi manusia
dalam kaitannya dengan agama, termasuk pemahaman orang terhadap
doktrin agamanya.
C. Agamaraksi sosial, yaitu realitas umat Islam.
Dengan demikian, studi Alquran dan hadis sebagai bagian dari studi Islam
menyangkut sumber pokok ajaran Islam, adalah bagian yang sangat penting dalam
lingkup studi Islam. Dari sisi doktrin keyakinan (dimensi uluhiyyah) kedua
sumber tersebut merupakan hal yang tidak perlu diteliti, kebenarannya sudah
mutlak berdasarkan keimanan yang tertanam dalam diri manusia. Namun, banyak
aspek yang harus dipelajari terkait dengan dua sumber pokok ajaran Islam ini,
dimulai dari mempelajari tentang arti Alquran dan hadis secara bahasa, secara
istilah, sejarah dan perkembangannya, karya-karya kitab tafsir dan hadis beserta
ulamanya, perkembangan ilmu-ilmu tentang Alquran dan hadis (Ulumul Quran
dan Ulumul Hadis), sampai pada metode memahaminya.

A. KEGUNAAN DAN URGENSI MEMPELAJARI METODE STUDI


ISLAM
1. Kegunaan Mempelajari Metode Studi Islam

Bagi umat Islam, mempelajari Islam adalah hal yang sangat penting dalam rangka
memantapkan keimanan dan mengamalkan ajaran Islam, sedangkan bagi non
muslim hanya sekadar diskursus ilmiah, bahkan mungkin mencari kelemahan
Islam.

A. Agar Umat Islam Mampu Memahami dan Mengamalkan Islam Secara


Kaffah
Seiring dengan berkembangnya zaman dan semakin banyaknya komunitas
umat Islam, saat ini kita dihadapkan pada tantangan kehidupan dan budaya
modern yang sangat kompleks.Islam dipahami secara utuh, integral dari
berbagai macam pendekatan dan sudut pandang sehingga menghasilkan
kesimpulan yang berdasarkan pada argumentasi yang lengkap untuk
kemudian diamalkan. Allah berfirman dalam Surah Al-Baqarah ayat 208:

Hai orang-orang yang beriman, masuklah kamu ke dalam Islam keseluruhan, dan
janganlah kamu turut langkah-langkah setan. Sesungguhnya, setan itu musuh yang
nyata bagimu. (QS. Al-Baqarah (2): 208)¹¹

9
Ayat di atas menjelaskan bahwa umat Islam harus mengikuti ajaran agama
yang diturunkan Allah secara menyeluruh, menyangkut ajaran aqidah (keimanan),
ajaran syariah (hukum), dan ajaran akhlak (norma). Semua ajaran dalam Islam
harus diyakini dengan sepenuh hati tanpa keraguan sedikit pun karena itu datang
dari Allah. Untuk itu, diperlukan metode memahami Islam supaya melahirkan
kesadaran pengamalan yang komprehensif.

Manusia tidaklah diberi pengetahuan oleh Allah kecuali hanya sedikit saja.
Sehingga ilmu Allah yang mahaluas tidak mungkin dapat dijangkau oleh akal
manusia seluruhnya. Seperti firman Allah dalam Surah Al-Kahf ayat 109

Katakanlah (Muhammad), “Seandainya lautan menjadi tinta untuk (menulis)


kalimat-kalimat Tuhanku, maka pasti habislah lautan itu sebelum selesai
(penulisan) kalimat-kalimat Tuhanku, meskipun Kami datangkan tambahan
sebanyak itu (pula).” (QS. Al-Kahf (18): 109)

Selain itu, dalam Alquran Surah Al-Isra’ ayat 85. Allah juga menjelaskan bahwa
akal manusia tidak dapat menjangkau semua ilmu Allah 5. Misalkan saja

Tentang ruh, yaitu

Dun mereka benarnya kepadamu (Muhammad) tentang ruh Katakurdih, “Radh it


wwwasak wwwsan Tuhanku, sedangkan kamu diberi pengetahuan harrya sediku.”
(QS. Al-Isrå (17): 85)”

Upaya mempelajari, memahami Islam secara menyeluruh, artinya mem pelajari


Islam bukan hanya ajaran ibadahnya saja, ajaran aqidah atau ajaran akhlaknya
saja, tetapi keseluruhan ilmu yang terkait dengan Islam. Artinya, seluruh ilmu
yang ada dalam sumber ajaran Islam (Alquran dan hadis) yang eliputi seluruh
aktivitas kehidupan bahkan kehidupan akhirat nanti.

Berbagai pendekatan, model, dan metode dapat digunakan dalam usaha


memahami Islam secara kaffah. Metode, pendekatan, dan model, secara

10
komprehensif digunakan dalam rangka mempelajari dengan pendekatan teologis
dan normatif sebagai acuannya. Pendekatan teologis mengacu pada ajaran
keimanan Islam yang bersumber pada tauhid, sedangkan pendekatan normatif
mengacu kepada sumber ajaran pokok Islam, yaitu Alquran dan hadis.Landasan
pentingnya pendekatan teologis sebagai acuan dalam studi Islam dapat kita lihat
dalam Alquran Surah Al-Isra’ ayat 85. Allah yang menjelaskan bahwa akal
manusia tidak dapat menjangkau semua ilmu Allah . Misalkan saja tentang ruh,
yaitu

Dan mereka bertanya kepadamu (Muhammad) tentang ndh. Katakanlah, “Ruh


termasuk unisan Tuhanku, sedangkan kamu diberi pengetahuan hanya sedik (QS.
Al-Isrå (17): 85)

Dengan dasar ayat ini, kita bisa memahami tentang “RUH” dalam ajara Islam
mengacu pada wahyu yang disampaikan Allah 3e dalam ayat di atas, un ruh
manusia tidak banyak mengetahui kecuali sedikit saja.Tauhid sebagai landasan
umat Islam mempelajari Islam, yaitu kesadaran bah sumber ilmu adalah Allah,
dan ilmu manusia hanya sedikit saja. Seperti firm Allah dalam Alquran Surah Al-
Kahf ayat 109:

Katakanlah (Muhammad), “Seandainya lautan menjadi tinta untuk (mm) kalimat-


kalimat Tuhanku, maka pasti habislah lautan itu sebelum selesa (penulisan)
kalimat-kalimat Tuhanku, meskipun Kami datangkan tambahan sebanyak itu
(pula).” (QS. Al-Kahf (18): 109)

b. Alternatif Menyelesaikan Problematika Hidup Umat Islam

Saat ini umat Islam masih sangat terbelakang dan lemah dalam segala bidang
kehidupan sosial budaya.Dalam posisi problematis ini, umat Islam hanya
berpegang pada ajaran ajaran hasil penafsiran ulama terdahulu yang merupakan
warisan doktriner turun-temurun kemudian dianggapnya sebagai sebuah ajaran,
berarti mereka mengalami kemandekan intelektual yang pada gilirannya akan
menghadapi masa depan yang suram. Di sisi lain, mereka melakukan usaha
pembaruan dan pemikiran kembali secara kritis dan rasional terhadap ajaran-
ajaran Islam, akan dianggap umat yang meninggalkan atau tidak setia lagi
terhadap ajaran Islam yang dianggapnya sudah matang dan sempurna. Melalui
pendekatan yang objektif rasional, studi Islam diharapkan memberikan alternatif
pemecahan masalah atau jalan keluar dari kondisi yang problematis tersebut.

11
Sebagai agama yang rahmatan lil ‘alamin, Islam tentunya mempunyai konsep
ajaran yang bersifat manusiawi dan universal, yang dapat menyelamatkan umat
manusia dan alam semesta dari kehancurannya. Akan tetapi, kondisi kehidupan
sosial budaya dan peradaban umat Islam dalam keadaaan lemah dan tidak berdaya
berhadapan dengan budaya dan peradaban manusia dan dunia modern. Di sinilah
urgensinya studi Islam, yaitu untuk menggali ajaran-ajaran Islam yang asli dan
murni, dan yang bersifat manusiawi.

c. Mengembalikan ajaran islam yang asli dan murniserta islam yang Rahmatan
lil’Alami

Urgensi studi islam disini untuk menggali kembali ajaran islam yang murni,
ketika dewasa ini ajaran islam murni sudah mulai terpinggirkan dikarenakan
perkembangan zaman. Dengan mengembalikan ajaran islam yang asli dan murni
ini maka diharapkan akan mewujudkan islam yang rahmatan lil’alamin. Sehingga
nilai-nilai islam bisa beradaptasi dan berhadapan dengan perkembangan zaman.

d. Sebagai solusi agar umat islam mengalami kemajuan

Kajian islam yang minim metodologi akan melahirkan muslim yang tidak
mampu menggali potensinya sendiri dan miskin kreatifitas. Kajian islam tersebut
gagal menjadi daya dobrak bagi kemajuan masyarakat. Melalui metodologi studi
islam diharapkan masyarakat islam mengalami kemajuan dan tidak tertinggal lagi
oleh barat.

e. Dapat memahami perbedaan berdasarkan ilmu

Dengan mempelajari metode dalam studi islam, seorang muslim diharapkan


dapat memahami mengapa bisa terjadi perbedaan dalam memahami islam,
terhindar dari sikap permusuhan dan merasa paling benar, serta merendahkan
orang lain, tanpa harus kehilangan sikap tegas dan komitmen terhadap pilihan
pendapatnya.

A. URGENSI MEMPELAJARI METODE STUDI ISLAM


Urgensi mempelajari metode studi islam adalah sebagai berikut :

1. Mempelajari islam adalah kewajiban individu muslim dan


muslimah Agama islam mewajibkan umatnya untuk selalu
menuntut ilmu. Hal ini dikarenakan ilmu yang membuat seseorang
dapat mengamalkan agama dengan benar.

2. Mempelajari islam adalah kewajiban sepanjang hidup

12
Menuntut ilmu merupakan kewajiban bagi setiap muslim sejak
dilahirkan sampai meninggal. Artinya, dalam mempelajari islam
pun sama, harus dilakukan sepanjang hayat.
3. Mempelajari islam akan mengantarkan pada kebahagiaan dunia
dan akhirat hanya amalan yang benar yang akan mengantarkan
umat islam ke surga yang dijanjikan Allah.

B. METODE MEMAHAMI ISLAM


Islam merupakan agama yang universal, yang mengatur seluruh aspek kehidupan
manusia. Ketika islam diterapkan secara kaffah makan akan mendatangkan
kemaslahatan hidup manusia, baik di dunia maupun di akhirat. Hasruddin Razak
menyatakan bahwa ada 4 cara untuk dapat memahami islam secara kaffah, yaitu
sebagai berikut :

1. Islam harus dipelajari langsung dari sumbernya yang asli, yaitu


Alquran dan sunnah (hadis).
Banyak terjadi khilafiyyah terutama dalam masalah-masalah
furu’ berkenaan dengan aliran pemikiran dan mazhab yang bersumber dari
pemahaman para ulama.

2. Islam harus dipelajari secara integral, yaitu secara meyeluruh


sebagai satu kesatuan yang bulat.
3. Islam perlu dipelajari dari kepustakaan yang ditulis oleh para
ulama besar, kaum zu’ama, dan ulama-ulama islam.
4. Islam hendaknya dipelajari dari ketentuan normatif teologis yang
ada didalam Alquran, baru kemudian dihubungkan dengan keadaan
historis, empiris dan sosiologis yang ada dimasyarakat.
Selain metode diatas, ada beberapa metode lain yang telah dirumuskan para ahli
untuk memahami islam dengan sempurna, yaitu :

1. Metode Komparasi
Metode komparasi adalah sebuah metode perbandingan. Penerapan metode
komparasi dalam studi islam berarti membandingkan agama islam dengan agama-
agama lainnya.

2. Metode filologi
Metode filologi merupakan sebuah metode untuk mengkaji sebuah teks atau
sesuatu yang dapat dijadikan sebagai sumber referensi atau rujukan.

13
3. Metode Deskriptif
Metode deskriptif merupakan sebuah metode untuk menggambarkan, atau
menguraikan suatu objek yang akan diteliti, baik berupa orang, lembaga
masyarakat, atau objek lainnya berdasarkan fakta yang tampak atau apa adanya.

4. Metode Filsafat
Metode filsafat merupakan sebuah metode untuk menyelidiki makna dibalik
sebuah kenyataan atau teori yang telah ada untuk disusun dalam sebuah sistem
pengetahuan yang sistematis.

SEJARAH PERKEMBANGAN STUDI ISLAM

1. Studi Islam pada Masa Klasik


Pendidikan Islam pada masa awal perkembangan dilaksanakan di masjid-masjid
dengan mata pencaharian mereka adalah berdagang. Mahmud Yunus menjelaskan
bahwa pusat pendidikan pada masa itu yaitu Mekkah dan Madinah (Syam),
Bashrah dan Kuffah (Irak), Damaskus dan Palestina (Syam), dan Fustat (Mesir).

2. Studi Islam pada Masa Kejayaan Islam


Setelah perkembangannya, studi Islam dipusatkan di ibukota negara yaitu
Baghdad. Di istana Bani Abbas pada masa berkuasanya putra Harun Ar-Rasyid,
yaitu Al-Makmun (813-833), didirikanlah Bait Al-Hikmah sebagai pusat
pengembangan ilmu pengetahuan yang mempunyai fungsi ganda, yaitu sebagai
perpustakaan dan lembaga pendidikan (sekolah), dan sebagai pusat penerjemahan
Yunani kuno kedalam bahasa Arab dalam rangka akselerasi pengembangan ilmu
pengetahuan.

Pada masa yang sama di Eropa (Spanyol) terdapat pusat kebudayaan yang
merupakan tandingan pusat kebudayaan di Baghdad, tepatnya di Universitas
Cordova yang didirikan oleh salah satu Khalifah dinasti Bani Umayyah, yaitu
Abdurrahman III (929-961). Dibagian timur Baghdad juga didirikan Madrasah
Nizhamiah yang didirikan oleh perdana menteri Nizam Al-Muluk, di Kairo
(Mesir) didirikan Universitas Al-Azhar yang didirikan oleh dinasti Fatimiyah.
Dengan demikian, pusat Pendidikan Islam pada Masa Kejayaan Islam adalah
Baghdad, Spanyol, dan Mesir.

3. Studi Islam pada Masa Modern


Studi Islam sekarang ini mengalami perkembangan yang cukup pesat hampir di
seluruh dunia, baik itu Negara Islam maupun non-Islam. Di Negara Islam terdapat
pusat Studi Islam, seperti Universitas Ummul Quro di Arab Saudi, dan
Universitas Al-Azhar di Kairo. Di Iran didirikan Universitas Teheran. Di Syiria

14
didirikan Universitas Damaskus. Dan di Indonesia didirikan di 53 Perguruan
Tinggi Agama Islam Negeri (PTAIN) yang terdiri dari 11 UIN, 23 IAIN, dan 19
STAIN. Disamping PTAIN studi Islam terdapat dibeberapa Universitas swasta,
seperti UNISBA (Bandung), UNISSULA (Semarang), UII (Yogyakarta) dan
UMY (Yogyakarta).

Studi Islam pada negara non-Islam diselenggarakan di beberapa negara yaitu


India,
Amerika, Inggris, dan Kanada. Di India pusat Pendidikan Islam terdapat
Universitas Aligarh dan Jamia Millia Islamia. Di Amerika di selenggarakan
di Chicago University.

15

Anda mungkin juga menyukai