Dosen Pengampu:
Disusun Oleh :
Kelompok 1 Kelas H
1. Ahmad Syabana Rosyid (2111010005)
2. Alfina Dwi Hardianti (2111010009)
3. Annisa Ayu Kinanti (2111010012)
4. Selvie Adinda Putri (2111010135)
1
KATA PENGANTAR
Kelompok 1
2
A. PENGERTIAN DAN RUANG LINGKUP METODE STUDI ISLAM
Metodologi dapat diartikan sebagai suatu ilmu tentang cara yang digunakan
untuk memperoleh suatu kebenaran dengan menggunakan penelusuran dengan
urutan atau tata cara tertentu sesuai dengan apa yang akan dikaji atau diteliti
secara ilmiah. Dengan demikian, penggunaan metode dalam studi ilmiah disebut
metodologi, yang berasal dari kata methodos dan logos, yang berarti ilmu atau
bersifat ilmiah. Metodologi berasal dari tiga kata bahasa Yunani, metha, hetodos,
dan logos. Metha berarti menuju, melalui, dan mengikuti. Hetodos berarti jalan
atau cara. Maka ketika dua kata tersebut menjadi satu kata methodos (metode)
kata tersebut berarti jalan atau cara yang harus dilalui untuk mencapai sesuatu.
Terkait dengan studi Islam, metode berarti cara yang digunakan dalam
3
mempelajari Islam untuk memperoleh kebenaran tentang Islam. Akan tetapi,
metodologi studi Islam berarti ilmu tentang cara mempelajari/mengkaji Islam.
Metode yang digunakan akan berpengaruh terhadap hasil atau kesimpulan yang
diperoleh. Oleh karena itu, metode sangat penting dalam rangka studi Islam.
Perbedaan metode yang digunakan dalam mempelajari Islam akan melahirkan
perbedaan pula dalam hasil yang diperolehnya. Perbedaannya bisa sedikit atau
banyak, bisa mendasar atau hanya perbedaan yang sifatnya menyangkut
kedalaman informasi. Studi Islam merupakan istilah yang dipakai untuk kajian
yang meneliti dan mendalami tentang Islam. Studi Islam dikenal juga dengan
sebutan Dirasah Islamiyyah atau Islamic Studies. Secara terminologis, studi Islam
adalah kajian secara sistematis dan terpadu untuk mengetahui, memaknai, dan
menganalisis secara mendalam hal-hal yang berkaitan dengan Islam, baik
menyangkut pokok-pokok ajaran Islam, sumber ajaran Islam, sejarah Islam,
maupun realitas pelaksanaannya dalam kehidupan manusia, baik di kalangan
kaum muslimin maupun bukan muslim. Dengan demikian, studi Islam ruang
lingkupnya sangat luas, menyangkut segala hal yang berkaitan dengan Islam.
Dalam Alquran dan hadis yang merupakan sumber pokok ajaran Islam, dapat
ditemukan pembahasan semua aspek yang ada dalam semesta raya dan kehidupan
makhluk yang ada di dalamnya, bahkan tentang negeri yang belum diketahui
manusia sebelum mereka meninggal dunia, yaitu akhirat.
Studi Islam sangat luas, bukan hanya mempelajari masalah-masalah dunia saja,
tetapi juga masalah akhirat (kehidupan setelah kematian). Bukan hanya
mempelajari masalah ritual ibadah saja, tetapi menyangkut seluruh aktivitas
kehidupan manusia. Bukan hanya kaum muslimin, tetapi seluruh manusia. Yang
dimaksud seluruh aktivitas manusia adalah seluruh bidang kehidupan yang
melekat dengan aktivitas manusia, yang saat ini sudah dipilah dalam tiga kategori
atau bidang keilmuan, yaitu ilmu kealaman, ilmu sosial, dan budaya. Ilmu
kealaman, seperti ilmu fisika, biologi, ilmu kimia, matematika, dan kedokteran.
Ilmu sosial, seperti ilmu ekonomi, hukum, politik, dan pendidikan. Ilmu budaya,
seperti seni dan adat istiadat masyarakat.Dengan demikian, dapat dipahami bahwa
istilah Metodologi Studi Islam digunakan ketika seseorang ingin membahas
kajian-kajian tentang berbagai cara atau metode yang dapat digunakan dalam studi
Islam. Secara sederhana,
4
dilakukan terhadap Islam menggunakan prosedur-prosedur ilmiah sehingga
menghasilkan pengetahuan yang komprehensif tentang Islam dengan cara yang
cepat dan tepat. Tanpa metode yang tepat, sangat dimungkinkan terjadi kesalahan
dalam memahami Islam, menghasilkan pengetahuan yang tidak komprehensif,
bahkan menyimpang. Untuk itu, mempelajari Islam haruslah menggunakan
metode yang tepat, yang dicontohkan oleh para fuqaha dan ulama yang ber-
manhaj lurus. Selain itu, penggunaan metode yang tepat akan berdampak pada
pengembangan ilmu yang mendorong umat Islam memiliki kemampuan dalam
menjawab berbagai tantangan zaman sehingga Islam sebagai rahmatan lil 'alamin
dapat tercapai.
5
teologis, historis, sosiologis, dan yang lainnya yang dapat digunakan untuk
menghasilkan pemahaman yang utuh tentang Alquran. Bahkan untuk optimalnya
hasil yang akan diperoleh setelah mempelajari Alquran, hal pertama yang harus
diperhatikan dan dipelajari adalah bagaimana adab membaca dan mempelajari
Alquran.
Kedua, Islam harus dipelajari secara integral, tidak dengan cara parsial.
Artinya, ia dipelajari secara menyeluruh sebagai satu kesatuan yang bulat tidak
secara sebagian saja. Memahami Islam secara parsial akan membahayakan.
menimbulkan skeptis, bimbang, dan penuh karaguan.
Ketiga, Islam perlu dipelajari dari kepustakaan yang ditulis oleh para ulama
besar, kaum zu'ama, dan sarjana-sarjana Islam. Pada umumnya mereka memiliki
pemahaman Islam yang baik, yaitu pemahaman yang lahir dari perpaduan ilmu
yang dalam terhadap Alquran dan sunah Rasulullah dengan pengalaman yang
indah dari praktik ibadah yang dilakukan setiap hari. Berkaitan dengan cara ketiga
ini timbul permasalahan di sekitar mempelajari Islam dari literatur yang ditulis
para orientalis. Pada hemat penulis mempelajari Islam dari para orientalis tetap
bermanfaat, asalkan disertai ketelitian dan penuh kehati-hatian. Hal ini disebabkan
karena mereka jelas bukan orang Islam. Bagi mereka, Islam hanya sebagai sebuah
ilmu, bukan untuk dihayati dan diamalkan. Selain itu, tidak semua orientalis jujur
dan objektif dalam memahami Islam, dan tidak pula semua orientalis bersikap
benci dan berniat buruk pada Islam. Di antara para orientalis ada yang jujur dan
ada pula yang tidak jujur dalam memandang Islam. Berkenaan dengan ini
seseorang yang mempelajari Islam harus bersikap kritis, selektif, dan penuh
kehati-hatian serta telah kuat dalam memahami dasar-dasar ajaran Islam serta
telah terbukti ketaatannya dalam menjalankan ajaran Islam. Jika keadaan
6
demikian telah dipenuhi, yang bersangkutan boleh saja mempelajari Islam dari
kalangan orientalis. Sebagaimana hal ini dilakukan pemerintah melalui program
pengiriman sarjana agama Islam Strata 1 dan seterusnya untuk melanjutkan studi
ke beberapa negara di Barat dan Eropa.
Keempat, Islam hendaknya dipelajari dari ketentuan normatif teologis yang ada
dalam Alquran, baru kemudian dihubungkan dengan kenyataan historis, empiris,
dan sosiologis yang ada di masyarakat. Dengan cara demikian, dapat diketahui
tingkat kesesuaian atau kesenjangan antara Islam yang berada pada tataran
normatif teologis yang ada dalam Alquran dengan Islam yang ada pada tataran
historis, sosiologis, dan empiris. Kesalahan sementara orang mempelajari Islam,
menurut Nasruddin Razak adalah dengan jalan mempelajari kenyataan umat Islam
an sich, bukan agama Islam yang dipelajarinya. Sikap konservatif sebagian
golongan Islam, keterbelakangannya di bidang pendidikan, keawaman,
kebodohan, disintegrasi, dan kemiskinan masyarakat Islam itulah yang dinilai
sebagai Islamnya sendiri. Mengambil kesimpulan tentang citra Islam berdasarkan
sampel yang tidak valid dan tidak representatif dapat menyebabkan wajah Islam
tampil kurang pas atau bahkan tidak sesuai dengan kenyataan di lapangan. Untuk
mencitrakan Islam misalnya, mengapa tidak pula menyertakan sampel dari
kalangan Islam yang maju, berpendidikan tinggi, penuh kedamaian, memiliki
kekayaan, dan sebagainya.
Dengan ini seseorang yang mempelajari Islam harus bersikap kritis, selektif, dan
penuh kehati-hatian serta telah kuat dalam memahami dasar-dasar ajaran Islam
serta telah terbukti ketaatannya dalam menjalankan ajaran Islam. Jika keadaan
demikian telah dipenuhi, yang bersangkutan boleh saja mempelajari Islam dari
kalangan orientalis. Sebagaimana hal ini dilakukan pemerintah melalui program
pengiriman sarjana agama Islam Strata 1 dan seterusnya untuk melanjutkan studi
ke beberapa negara di Barat dan Eropa.
7
Keempat, Islam hendaknya dipelajari dari ketentuan normatif teologis yang ada
dalam Alquran, baru kemudian dihubungkan dengan kenyataan historis, empiris,
dan sosiologis yang ada di masyarakat. Dengan cara demikian, dapat diketahui
tingkat kesesuaian atau kesenjangan antara Islam yang berada pada tataran
normatif teologis yang ada dalam Alquran dengan Islam yang ada pada tataran
historis, sosiologis, dan empiris. Kesalahan sementara orang mempelajari Islam,
menurut Nasruddin Razak adalah dengan jalan mempelajari kenyataan umat Islam
an sich, bukan agama Islam yang dipelajarinya. Sikap konservatif sebagian
golongan Islam, keterbelakangannya di bidang pendidikan, keawaman,
kebodohan, disintegrasi, dan kemiskinan masyarakat Islam itulah yang dinilai
sebagai Islamnya sendiri
Adapun lingkup kajian studi Islam sangat luas, menyangkut segala sesuatu yang
terkait dengan Islam, seperti sumber pokok ajaran Islam, yaitu Alquran dan hadis,
sumber tambahan yang dikenal dengan istilah ijtihad beserta metodenya,tetapi
penelitian dilakukan dalam sisi yang lainnya, seperti sejarahnya, keluasan
maknanya, dan lain sebagainya.
Sejarah dan penyebaran Islam, isi atau kandungan ajaran Islam, baik yang terkait
dengan keimanan, peribadahan dan aturan kemasyarakatan lainnya, menyangkut
masyarakat dan peradaban kaum musliminnya, tokoh ulama dan pemimpinnya di
setiap zaman, karya ulama di berbagai bidang keilmuan, dan lain sebagainya.
Studi Islam adalah pengetahuan yang dirumuskan dari ajaran Islam yang
dipraktikkan dalam sejarah dan kehidupan manusia, sedangkan pengetahuan
agama pengetahuan yang sepenuhnya diambil dari ajaran-ajaran Allah dan Rasul-
Nya secara murni tanpa dipengaruhi sejarah, seperti aqidah, ibadah, membaca
Alquran, dan akhlak.
A. doktrin dari Tuhan yang sebenarnya bagi para pemeluknya sudah final
dalam arti absolut, dan diterima apa adanya.
8
B. Sebagai gejala budaya, yang berarti seluruh yang menjadi kreasi manusia
dalam kaitannya dengan agama, termasuk pemahaman orang terhadap
doktrin agamanya.
C. Agamaraksi sosial, yaitu realitas umat Islam.
Dengan demikian, studi Alquran dan hadis sebagai bagian dari studi Islam
menyangkut sumber pokok ajaran Islam, adalah bagian yang sangat penting dalam
lingkup studi Islam. Dari sisi doktrin keyakinan (dimensi uluhiyyah) kedua
sumber tersebut merupakan hal yang tidak perlu diteliti, kebenarannya sudah
mutlak berdasarkan keimanan yang tertanam dalam diri manusia. Namun, banyak
aspek yang harus dipelajari terkait dengan dua sumber pokok ajaran Islam ini,
dimulai dari mempelajari tentang arti Alquran dan hadis secara bahasa, secara
istilah, sejarah dan perkembangannya, karya-karya kitab tafsir dan hadis beserta
ulamanya, perkembangan ilmu-ilmu tentang Alquran dan hadis (Ulumul Quran
dan Ulumul Hadis), sampai pada metode memahaminya.
Bagi umat Islam, mempelajari Islam adalah hal yang sangat penting dalam rangka
memantapkan keimanan dan mengamalkan ajaran Islam, sedangkan bagi non
muslim hanya sekadar diskursus ilmiah, bahkan mungkin mencari kelemahan
Islam.
Hai orang-orang yang beriman, masuklah kamu ke dalam Islam keseluruhan, dan
janganlah kamu turut langkah-langkah setan. Sesungguhnya, setan itu musuh yang
nyata bagimu. (QS. Al-Baqarah (2): 208)¹¹
9
Ayat di atas menjelaskan bahwa umat Islam harus mengikuti ajaran agama
yang diturunkan Allah secara menyeluruh, menyangkut ajaran aqidah (keimanan),
ajaran syariah (hukum), dan ajaran akhlak (norma). Semua ajaran dalam Islam
harus diyakini dengan sepenuh hati tanpa keraguan sedikit pun karena itu datang
dari Allah. Untuk itu, diperlukan metode memahami Islam supaya melahirkan
kesadaran pengamalan yang komprehensif.
Manusia tidaklah diberi pengetahuan oleh Allah kecuali hanya sedikit saja.
Sehingga ilmu Allah yang mahaluas tidak mungkin dapat dijangkau oleh akal
manusia seluruhnya. Seperti firman Allah dalam Surah Al-Kahf ayat 109
Selain itu, dalam Alquran Surah Al-Isra’ ayat 85. Allah juga menjelaskan bahwa
akal manusia tidak dapat menjangkau semua ilmu Allah 5. Misalkan saja
10
komprehensif digunakan dalam rangka mempelajari dengan pendekatan teologis
dan normatif sebagai acuannya. Pendekatan teologis mengacu pada ajaran
keimanan Islam yang bersumber pada tauhid, sedangkan pendekatan normatif
mengacu kepada sumber ajaran pokok Islam, yaitu Alquran dan hadis.Landasan
pentingnya pendekatan teologis sebagai acuan dalam studi Islam dapat kita lihat
dalam Alquran Surah Al-Isra’ ayat 85. Allah yang menjelaskan bahwa akal
manusia tidak dapat menjangkau semua ilmu Allah . Misalkan saja tentang ruh,
yaitu
Dengan dasar ayat ini, kita bisa memahami tentang “RUH” dalam ajara Islam
mengacu pada wahyu yang disampaikan Allah 3e dalam ayat di atas, un ruh
manusia tidak banyak mengetahui kecuali sedikit saja.Tauhid sebagai landasan
umat Islam mempelajari Islam, yaitu kesadaran bah sumber ilmu adalah Allah,
dan ilmu manusia hanya sedikit saja. Seperti firm Allah dalam Alquran Surah Al-
Kahf ayat 109:
Saat ini umat Islam masih sangat terbelakang dan lemah dalam segala bidang
kehidupan sosial budaya.Dalam posisi problematis ini, umat Islam hanya
berpegang pada ajaran ajaran hasil penafsiran ulama terdahulu yang merupakan
warisan doktriner turun-temurun kemudian dianggapnya sebagai sebuah ajaran,
berarti mereka mengalami kemandekan intelektual yang pada gilirannya akan
menghadapi masa depan yang suram. Di sisi lain, mereka melakukan usaha
pembaruan dan pemikiran kembali secara kritis dan rasional terhadap ajaran-
ajaran Islam, akan dianggap umat yang meninggalkan atau tidak setia lagi
terhadap ajaran Islam yang dianggapnya sudah matang dan sempurna. Melalui
pendekatan yang objektif rasional, studi Islam diharapkan memberikan alternatif
pemecahan masalah atau jalan keluar dari kondisi yang problematis tersebut.
11
Sebagai agama yang rahmatan lil ‘alamin, Islam tentunya mempunyai konsep
ajaran yang bersifat manusiawi dan universal, yang dapat menyelamatkan umat
manusia dan alam semesta dari kehancurannya. Akan tetapi, kondisi kehidupan
sosial budaya dan peradaban umat Islam dalam keadaaan lemah dan tidak berdaya
berhadapan dengan budaya dan peradaban manusia dan dunia modern. Di sinilah
urgensinya studi Islam, yaitu untuk menggali ajaran-ajaran Islam yang asli dan
murni, dan yang bersifat manusiawi.
c. Mengembalikan ajaran islam yang asli dan murniserta islam yang Rahmatan
lil’Alami
Urgensi studi islam disini untuk menggali kembali ajaran islam yang murni,
ketika dewasa ini ajaran islam murni sudah mulai terpinggirkan dikarenakan
perkembangan zaman. Dengan mengembalikan ajaran islam yang asli dan murni
ini maka diharapkan akan mewujudkan islam yang rahmatan lil’alamin. Sehingga
nilai-nilai islam bisa beradaptasi dan berhadapan dengan perkembangan zaman.
Kajian islam yang minim metodologi akan melahirkan muslim yang tidak
mampu menggali potensinya sendiri dan miskin kreatifitas. Kajian islam tersebut
gagal menjadi daya dobrak bagi kemajuan masyarakat. Melalui metodologi studi
islam diharapkan masyarakat islam mengalami kemajuan dan tidak tertinggal lagi
oleh barat.
12
Menuntut ilmu merupakan kewajiban bagi setiap muslim sejak
dilahirkan sampai meninggal. Artinya, dalam mempelajari islam
pun sama, harus dilakukan sepanjang hayat.
3. Mempelajari islam akan mengantarkan pada kebahagiaan dunia
dan akhirat hanya amalan yang benar yang akan mengantarkan
umat islam ke surga yang dijanjikan Allah.
1. Metode Komparasi
Metode komparasi adalah sebuah metode perbandingan. Penerapan metode
komparasi dalam studi islam berarti membandingkan agama islam dengan agama-
agama lainnya.
2. Metode filologi
Metode filologi merupakan sebuah metode untuk mengkaji sebuah teks atau
sesuatu yang dapat dijadikan sebagai sumber referensi atau rujukan.
13
3. Metode Deskriptif
Metode deskriptif merupakan sebuah metode untuk menggambarkan, atau
menguraikan suatu objek yang akan diteliti, baik berupa orang, lembaga
masyarakat, atau objek lainnya berdasarkan fakta yang tampak atau apa adanya.
4. Metode Filsafat
Metode filsafat merupakan sebuah metode untuk menyelidiki makna dibalik
sebuah kenyataan atau teori yang telah ada untuk disusun dalam sebuah sistem
pengetahuan yang sistematis.
Pada masa yang sama di Eropa (Spanyol) terdapat pusat kebudayaan yang
merupakan tandingan pusat kebudayaan di Baghdad, tepatnya di Universitas
Cordova yang didirikan oleh salah satu Khalifah dinasti Bani Umayyah, yaitu
Abdurrahman III (929-961). Dibagian timur Baghdad juga didirikan Madrasah
Nizhamiah yang didirikan oleh perdana menteri Nizam Al-Muluk, di Kairo
(Mesir) didirikan Universitas Al-Azhar yang didirikan oleh dinasti Fatimiyah.
Dengan demikian, pusat Pendidikan Islam pada Masa Kejayaan Islam adalah
Baghdad, Spanyol, dan Mesir.
14
didirikan Universitas Damaskus. Dan di Indonesia didirikan di 53 Perguruan
Tinggi Agama Islam Negeri (PTAIN) yang terdiri dari 11 UIN, 23 IAIN, dan 19
STAIN. Disamping PTAIN studi Islam terdapat dibeberapa Universitas swasta,
seperti UNISBA (Bandung), UNISSULA (Semarang), UII (Yogyakarta) dan
UMY (Yogyakarta).
15