Anda di halaman 1dari 27

TUGAS METODOLOGI STUDI ISLAM

Disusun guna memenuhi tugas


Mata Kuliah; Metodologi Studi Islam
Dosen Pengampu ; Mufatihatut Taubah, S.Ag M.Pd

Disusun O;eh:

Intan Nur Fatikha ( 2210910024 )

PROGRAM STUDI TADRIS BIOLOGI


FAKULTAS TARBIYAH
INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI KUDUS
TAHUN 2022
METODOLOGI STUDI ISLAM
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Manusia adalah mahkluk sosial yang hidup di dunia dengan memiliki hak dan
kewajiban. Hak tersebut salah satunya adalah Pendidikan. Pendidikan adalah suatu proses
Panjang yang betujuan menghantarkan seseorang yang memiliki kekuatan spiritual dan
intelektual. Tempat dalam mencapai cita-cita melalui pendidikan itu sendiri adalah sekolah.
Sekolah merupakan bagian pokok atau utamauntuk mengembangkan berbagai karakter,
sikap, kemampuan serta keterampilanseorang individu. Dalam sekolah terdapat aktivitas
untukmengembangkanilmu pengetahuan, melatih mental, serta mengembangkan potensi. Pad
a dasarnya setiapmanusia mempunyai potensi, sehingga manusia mampu untuk hidup
berkembangdalam proses pembelajaran. Dalam proses pembelajaran sangat dibutuhkan tiga
hal penting yaitu materi pembelajaran, proses pembelajaran, dan hasil
pembelajarannya.Setiap sekolah memberikan materi pelajaran sesuai dengan tingkatannya.
Mengupas sedikit tentang akidah akhlak, Pokok dari akhlak terhadap Allahadalah
meyakini keberadaan Allah SWT dengan melalui keesaan-Nya serta sifatkesempurnaan-Nya.
Islam merupakan agma yang sanga kompleks. Sehingga dalammemahaminya pun dibutuhkan
cara yang tepat agar dapat tercapai suatu pemahaman yang utuh tentang islam.
Di indonesia sejak islam masuk pertama kalisampai saat ini telah timbul berbagai macam
pemahaman yang berbea mengenaiislam. Sehingga dibutuhkan penguasaan tentang cara-cara
yang digunakan dalammemahami islam. Maka dari itu, dalam makalah ini akan membahas
mengenai metodologi serta beberpa hal yang berkaitan dengan metodologi studi islam.
B. Rumusan Masalah
1. Bagaimana Pengantar Metodologi Studi Islam?
2. Bagaimana arti penting agama bagi manusia?
3. Bagaimana karakteristik ajaran agama islam?
4. Bagaimana kajian Al-Quran dalam studi islam?
5. Bagaimana kajian hadist dalam studi islam?
6. Bagaimana konsep normatif,islam historis,pemikiran islam dan metode studinya; ijtihat
sebagai metode studi?
7. Bagaimana pendekatan dalam studi agama?
8. Bagaimana studi islam Kawasan; pribumi islam?
9. Bagaiamana islam dan globalisasi?
10. Bagaimana wacana islam kontemporer; teori Fazlur Rahman?
11. Bagaimana aplikasi teori Fazlur Rahman dan pribumisasi islam dalam kancah lapangan?
12. Bagimana penelitian agama dan keagamaan?
C. Tujuan
1. Untuk memahami pengantar metodologi studi islam.
2. Untuk memahami arti penting agama bagi manusia.
3. Untuk memahami karakteristik ajaran agama islam.
4. Untuk memahami kajian Al-quran dalam studi islam.
5. Untuk memahami kajian hadist dalam studi islam.
6. Untuk memahami konsep normatif,islam historis, pemikiran islam dan metode studinya;
ijtihad sebagai metode studi.
7. Untuk memahami pendekatan dalam studi agama.
8. Untuk memahami studi islam Kawasan: pribumisasi islam.
9. Untuk memahami isalam dan globalisasi.
10. Untuk memahami wacana islam kontemporer: teori Fazlur Rahman.
11. Untuk memahami teori Fazlur Rahman dan pribumisasi islam dalam kancah lapangan.
12. Memahami penelitian agama dan keagamaan.

BAB II
PEMBAHASAN
A. Pengantar metodologi studi islam
 
Metode secara bahasa atau etimologi berasal dari bahasa Yunani, yaitu meta yang berarti
sepanjang dan hodos yang berarti jalan. Bermaksud bahwa suatu jalan yang di tempuh untuk
dalam suatu hal untuk mencapai suatu tujuan. Pengertian
lain, bahwa metode artinya suatu ilmu ataupun cara menyampaikan segala sesuatu kepada
orang lain.  Apabila metode bergabung dengan kata logos yang maknanyaakan
berubah. Logos bermakna “studi tentang” atau bisa juga diartikan “teori tentang”
Maka secara keseluruhan metodologi diartikan sebagai metode atau cara-cara yang
berlaku dalam kajian atau sebuah penelitian. Terlihat jelas bahwa artimetodologi merupakan
suatu cara-cara yang digunakan untuk mengakaji suatu ilmuataupun permasalahan secara
keseluruhan, sehingga menemukan titik temu.Metodologi adalah studi tentang metode yang
digunakan suatu bidang ilmu agarmemperoleh pengetahuan mengenai pokok persoalan dari
ilmu melalui aspektertentu melalui penyelidikan. Penyelidikan inilah yang nantinya akan
dijadikansebuah kunci jawaban atas segala perkara yang muncul.

Bahkan Metodologi juga suatu ilmu yang membicarakan bagaimana cara menyampaikan
atau menyajikan bahan pembelajaran sehingga dapat diserap, dipahami dan dikuasai oleh
anak didik, maka mempelajari metodologi saja, memang belum merupakan jaminan seorang
guru akan berhasil dengan baik akan tugasnya. Sebagai akibat dari perubahan sosial dan
kemajuan dibidang teknologi, maka munculah berbagai persoalan baruyang menuntut kepada
manusia untuk segera menyesuaikan dengan perubahan-perubahan tersebut1.

Contoh kegiatan metodologi studi islam, pada abad ke-14 sampai ke-16 Masehi
Aristoteles (384-322 SM) orang jenius melebihi dari Francis Bacon. Plato lebih jenius dari
Roger Baconn. Mengapa kedua orang bacon itu menjadi salah satu factor dalam kemajuan
sains, sekalipun kedua orang tersebut jauh lebih indah, tetapi membawa kemajuan-kemajuan
ilmiah dan kebangkitan. Sedangkan kedua orang jenius tidak mampu membawa Eropa kea

1
M.Ali hasan. Studi Islam Al-Quran dan As-Sunnah.(Jakarta:Raja Grafindo Persada.2000). hal:213.
rah kemajuan, justru sebaliknya, kedua orang tersebut membuat stagnasi dan kebodohan
dunia.2
 Pengertian Studi Islam
Metodologi perlu di sambung dengan studi agar berjalan secara
selaras.Studi ialah mempelajari sesuatu untuk mengerti level, mencari
pengetahuan tentang sesuatu di dalam hubungan sebab maupun akibatnya,
ditinjau dari jurusan tertentudengan metode tertentu. Metodologi berkaitan
dengan proses-proses kognitif yangdituntut oleh masalah-masalah yang
muncul dari ciri pokok studi itu sendiri. Dapatdikatakan bahwa metode
merupakan kombinasi sistematik dari proses-proseskognitif. Proses
kognitif dapat menjadikan sesuatu yang akan dikaji, lebih
mudah.Dalam mengkaji suatu ilmu harus dengan metode yang benar
agar tidak terjadikekeliuran dan kesalahpahaman. Apalagi memahami studi
islam ini, tidak bolehsembarangan dan main-main. Namun harus melalui
contoh dari Rasulullah SAW.Kehadiran agama Islam yang dibawa oleh Nabi
Muhammad diyakini dapatterwujudnya kebutuhan manusia sejahtera lahir dan
batin.
Sesuai dengan firman Allah yang artinya “dan kami tidak mengutus
engkau (Muhammad) melainkan untuk menjadi rahmat bagi seluruh alam.
Islam juga bukan hanya mengurusi sosial ibadah dan seluk beluk yang terkait
dengannya saja, mealinkan juga ikut terlibat memberikan jalan keluar yang
terbaik untuk mengatasi berbagai masalah.3 Salah satu ajaran islam yang harus
diterapkan adalah keimanan dan ketakwaan kita terhadap Allah. Iman serta
takwa merupkan konsep yang sangat penting untuk diketahui serta
dilaksanakan dalam kehidupan manusia. Hal ini dilakukan untuk memperoleh
keselamatan dunia dan akhirat. Studi islam suatu upaya membimbing untuk
merubah tingkah laku individu agar menjadi pribadi yang lebih baik yang ada
dalam syariat islam. Asal-usul dan pertumbuhan studi islam, Pendidikan islam
di Indonesia tidak pernah lepas dari semangat penyebaran islam yang
dilakukan secara insentif oleh para pendahulu dalam kerangka perpaduan
antara konteks keindonesian dengan keislaman4. 

B. Arti peting Agama bagi manusia


Agama adalah sebuah koleksi terorganisir dari kepercayaan, sistem budaya,
dan pandangan dunia yang menghubungkan manusia dengan tatanan/perintah dari
kehidupan. Banyak agama memiliki narasi, simbol, dan sejarah suci yang
dimaksudkan untuk menjelaskan makna hidup dan / atau menjelaskan asal usul
kehidupan atau alam semesta. Dari keyakinan mereka tentang kosmos dan manusia,
orang memperoleh moralitas, etika, hukum agama atau gaya hidup yang disukai.
Menurut beberapa perkiraan, ada sekitar 4.200 agama di dunia.

2
Yatimin Abdullah,Studi islam kontemporer.(Jakarta:Pustaka Sinar Harapan, 2010) hal:149
3
Abdullah Natta, Metodologi Studi Islam,(Jakarta: Raja Grafindo Persada,2010), hal:2-3
4
Abdurrahman An Nahlawi, Pendidikan Islam di rumah,sekolah,dan Masyarakat,(Jakarta:Gema Insani
Press,1995), hal:29
Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia, Agama adalah sistem yang
mengatur tata keimanan (kepercayaan) dan peribadatan kepada Tuhan Yang
Mahakuasa serta tata kaidah yang berhubungan dengan pergaulan manusia dan
manusia serta lingkungannya. Kata "agama" berasal dari bahasa
Sanskerta, āgama yang berarti "tradisi”. Kata lain untuk menyatakan konsep ini
adalah religi yang berasal dari bahasa Latin religio dan berakar pada kata kerja re-ligare yang
berarti "mengikat kembali". Maksudnya dengan berreligi, seseorang mengikat dirinya
kepada Tuhan.
Menurut filolog Max Müller, akar kata bahasa Inggris "religion", yang dalam bahasa
Latin religio, awalnya digunakan untuk yang berarti hanya "takut akan Tuhan atau dewa-
dewa, merenungkan hati-hati tentang hal-hal ilahi, kesalehan" ( kemudian
selanjutnya Cicero menurunkan menjadi berarti " ketekunan " ). [11][12] Max Müller menandai
banyak budaya lain di seluruh dunia, termasuk Mesir, Persia, dan India, sebagai bagian yang
memiliki struktur kekuasaan yang sama pada saat ini dalam sejarah. Apa yang disebut agama
kuno hari ini, mereka akan hanya disebut sebagai "hukum".
Pengertian agama menurut bahasa (etimologi) atau secara lughawi, menurut H.M

Syafaat, bahwa agama berarti “tidak kacau”. Kata agama itu berasal dari bahasa Sansekerta yaitu a

= tidak, gama = kacau (tidak kacau). Pengertian agama secara istilah adalah sesuatu yang

membawa peraturan yang merupakan hukum yang harus dipatuhi, menguasai diri seseorang dan

membuat ia tunduk dan patuh kepada Tuhan dengan menjalankan ajaran itu, membawa

kewajiban-kewajiban yang kalau tidak dijalankan menjadi utang.kewajiban dan kepatuhan


membawa faham pembalasan, menjalankan mendapat baik, mengingkarinya memperoleh balasan
buruk. Islam merupakan agama yang Allah turunkan kepada semua Rasul-Nya dari sejak

Rasul pertama hingga yang terakhir, agar ia menjadi rahmat bagi seluruh makhluk alam ini.  
Islam datang dalam bentuk konsep, aturan, undang-undang, prinsip serta ideologi yang harus
diberlakukan kepada setiap manusia agar manusia meraih kebahagiaan hidup didunia dan di
akhirat.
 Ruang lingkup ajaran islam

 Aqidah

Aqidah arti Bahasanya ikatan atau sangkutan. Bentuk jamaknya ialah aqa`id. Arti aqidah

menurut istilah ialah keyakinan hidup atau lebih khas lagi iman. Sesuai dengan maknanya

ini yang disebut aqidah ialah bidang keimanan dalam islam dengan meliputi semua hal

yang harus diyakini oleh seorang muslim/mukmin.


 Syari`ah

Syari`ah arti bahasanya jalan, arti istilahnya ialah peraturan Allah yang mengatur

hubungan manusia dengan tiga pihak Tuhan, sesame manusia dan alam seluruhnya,

peraturan Allah yang mengatur hubungan manusia dengan Tuhan disebut ibadah, dan

yang mengatur hubungan manusia sesame manusia dan alam seluruhnya disebut

muamalah.

 Akhlak

Akhlak berasal dari Bahasa arab jamat dari “khuluq” yang artinya perangai atau tabiat.

Akhlak ini meliputi akhlak manusia kepada tuhan, nabi/rosul,diri

sendiri,keluarga,keluarga tetangga,sesame umat muslim dan non muslim. Etika adalah

suatu ilmu yang menjelaskan arti baik dan buruk, menerangkan apa yang seharusnya

dilakukan oleh manusia kepada lainnya.

Secara garis besar pengertian agama berarti “ tidak kacau “. Kata agama berasal

dari Bahasa sansekerta yaitu a = tidak, gama = kacau ( tidak kacau) yang membawa

peraturan dan merupakan hukum yang harus dipatuhi, menguasai diri seseorang dan

membuat ia tunduk dan patuh kepada Tuhan dengan menjalnkan ajaran itu,  membawa

kewajiban-kewajiban yang kalau tidak dijalankan menjadi utang.kewajiban dan

kepatuhan membawa faham pembalasan, menjalankan mendapat baik, mengingkarinya

memperoleh balasan buruk.  Ruang lingkup agama secara umum memiliki tiga bidang

yang harus diperhatikan yaitu aqidah, syari’ah dan akhlak.

C. Karakteristik Ajaran Islam


Karakteristik tiap ajaran agama-agama memiliki perbedaan masing-masing
sesuai dengan pemikiran dan pemahaman terhadap Al-Kitab yang dipelajari
sebagai dasarnya dalam beragama. Islam pun mempunyai karakteristik sendiri,
berbeda dengan agama lain di dunia. Studi tentang karakteristik ajaran Islam
tidaklah mudah, karena ruang lingkup permasalahan yang sangat luas.
Mengenai karakteristik ajaran Islam yang berhubungan dengan bidang-bidang
yang ada dalam kehidupan sehari-hari. Misalnya dalam bidang kebudayaan,
pendidikan, sosial, ekonomi, politik dan sebagainya. Karakteristik tersebut
dapat kita lihat dalam sumber ajaran Al-Quran dan Hadis. Kedua sumber ini
memberi karakteristik tersendiri dalam bidang-bidang tersebut yang berguna
bagi kehidupan umat manusia sepanjang masa.5
Agama Islam adalah agama wahyu yang terakhir, diturunkan demi
kepentingan umat manusia melalui Rasulullah SAW. Sebagai agama terakhir, Islam
merupakan agama yang universal. Keuniversalan tersebut, antara lain Islam
memenuhi unsur-unsur sebagai agama dunia (universal) dan agama kemanusiaan.
Yang dimaksud dengan Islam merupakan agama yang universal yaitu, agama yang
pemberlakuannya tidak dibatasi oleh tempat dan waktu tertentu. Ia sesuai untuk
semua golongan manusia. Keuniversalan Islam pertama sekali kelihatan pada konsep
tauhid yang menjadi sendi ajarannya.6

Pengertian karakteristik itu berasal dari bahasa Inggris “character”, yang


berarti watak, karakter, dan sifat. Kemudian kata ini menjadi characteristic yang
memilikiarti sebagai sifat khas, yang membedakan antara satu dan lainnya. Dapat
disimpulkan bahwa yang dinamakan dengan karakteristik adalah sifat,watak,dan
keadaan yang melakat pada ajaran islam tersebut yang sekaligus dapat dikenali dan
dirasakan manfaat dan dampaknya oleh mereka yang mengamalkan ajaran islam
tersebut.7.
Karakteristik ajaran Islam dapat diartikan sebagai suatu ciri khas dari ajaran
yang diajarkan Nabi Muhammad yang mempelajari tentang berbagai ilmu
pengetahuan dan kehidupan manusia dalam berbagai bidang agama, muamalah, yang
didalamnya termasuk ekonomi, sosial, politik, pendidikan, kesehatan, pekerjaan,
lingkungan hidup, dan disiplin ilmu, yang kesemuanya itu berpedoman kepada Al-
Qur’an dan Hadis.8

Karakteristik ajaran islam diantaranya sebagai berikut:

1. Universal ( Menyeluruh )
Meskipun Islam Nusantara memberikan nuansa baru dalam beragama Islam
dengan memasukkan budaya dalam agamanya, namun cara beragama seperti
ini tidak menghilangkan kemurnian ajaran Islam itu sendiri, dengan

5
Nasrullah, Karakteristik Ajaran Islam, Jurnal Pemikiran dan Hukum Islam
6
Abuy Sodikin dan Badruzzaman, MetodologiStudi Islam, (Bandung: Tunas Nusantara,2000), hal.32
7
Natta Budiman, Study Islam Komprehensif. Kencana, Jakarta, 2012, hal.116.
8
M. Rozali, Metodologi Studi Islam Dalam Perspectives Multydisiplin Keilmuan,(Depok:PT Rajawali
Buana Pustaka, 2020), hal.35.
menjadikan Al Quran dan Hadits sebagai pedoman dan tuntunan dalam
kehidupan sosial masyarakat Indonesia.9

2. Tasamuh ( Toleransi )

Menurut Kamus Umum Bahasa Indonesia, Toleransi yang berasal dari kata
“toleran” berarti bersifat atau bersikap menenggang (menghargai,
membiarkan, membolehkan) terhadap pendirian (pendapat, pandangan,
kepercayaan, kebiasaan, dan sebagainya) yang berbeda dan atau yang
bertentangan dengan pndiriannya.10. Secara etimologi toleransi yang berasal
dari bahasa Arab “tasamuh” yang artinya ampun, maaf dan lapang dada. 11
Toleransi yang berasal dari bahasa Latin “tolerantia”, yang artinya
kelonggaran, kelembutan hati, keringanan dan kesabaran.

Adapun toleransi yang berkaitan dengan agama, toleransi beragama adalah


toleransi yang mencakup masalah-masalah keyakinan pada diri manusia yang
berhubungan dengan akidah atau yang berhubungan dengan ke-Tuhanan yang
diyakininya.

3. Tawasuth

Tawasuth, adalah sikap tengah – tengah atau sedang di antara dua sikap, tidak
terlalu keras (fundamentalis) dan terlalu bebas (liberalisme). Dengan sikap inilah
Islam bisa di terima di segala lapisan masyarakat. 12. Tawasuth sebagai sikap
“pertengahan”, seperti ditegaskan dalam Q.S. Al- Baqorah (2):143, yang
menyebut umat islam sebagai pertengahan, yang adil dan pilihan, karena mereka
akan menjadi sanksi atas perbuatan yang menyimpang dari kebenaran.

Penerapan sikap Tawasuth (dengan berbagai dimensinya) bukan berarti bersifat


serba boleh (kompromistik) dengan mencampuradukan semua unsur
(sinkretisme). Juga bukan mengucilkan diri dan menolak pertemuan dengan
unsure lain. Karakter At Tawasuth dalam Islam adalah titik tengah diantara dua

9
Pd, H. M., & Martanti, B. H. (2020). PROBLEMATIKA MEMAHAMI AGAMA ISLAM. El Huda IAI
Qomarul Huda Bagu NTB, 11(01),135-150
10
W. J. S. Poerwadarminto, Kamus Umum Bahasa Indonesia, (Jakarta:Balai Pustaka,1986), Hal.184.

11
Ahmad Warson Munawir, Kamus Arab Indonesia al-Munawi, (Yogyakarta: Balai Pustaka Progresif,
t.th.), Hal. 1098
12
ujung (At Tatharuf =ekstrimisme), dan hal itu merupakan kebaikan yang sejak
semula telah diletakkan Allah SWT.

4. Ta`dul

Ta’adul yang berarti tegak lurus, tidak condong ke kanan atau kiri. Kata ini
diambil dari al-’adlu yang berarti keadilan atau i’dilu atau bersikap adillah.
Ta’adul berarti lurus.13. Ta’adul ialah sikap adil dalam menyikapi suatu persoalan.
Adil adalah sikap proporsional dalam menyikapi persoalan berdasarkan hak dan
kewajiban.

5. Tawazun
Tawazun adalah sikap berimbang dalam melakukan
pertimbanganpertimbangan hukum atau kebijakan. Dalam hal sosialpolitik
pun, sikap tawazun diwujudkan dengan pertimbangan secara komprehensif
dan holistik, baik ekonnomi-politik, geopolitik, sosio-kultur, dan hal-hal
lainnya.
 Prinsip ajaran islam
o Prinsip yang sesuai dengan Fitrah Manusia
o Prinsip Kesemibangan
o Prinsip Peribadatan yang indah,dinamis dan natural
o Prinsip Muamalat
Karakteristik ajaran Islam dapat diartikan sebagai suatu ciri khas dari ajaran yang
diajarkan Nabi Muhammad yang mempelajari tentang berbagai ilmu pengetahuan
dan kehidupan manusia dalam berbagai bidang agama, muamalah, yang didalamnya
termasuk ekonomi, sosial, politik, pendidikan, kesehatan, lingkungan hidup, akidah,
serta ibadah yang kesemuanya itu berpedoman kepada Al-Qur’an dan Hadis.
Prinsip‐prinsip ajaran Islam merupakan asas atau dasar yang di jadikan landasan serta
pedoman bagi umat Islam. Beberapa prinsip‐prinsip ajaran Islam yakni: prinsip yang
sesuai dengan fitrah manusia, prinsip keseimbangan, prinsip peribadatan yang indah,
dinamis serta natural, prinsip muamalat, serta prinsip Al‐Qur`an sebagai software atau
informasi dari langit yang dahsyat. Semua prinsip tersebut sangat cocok serta
berhubungan dengan konsep karakteristik Islam.

13
Deradikalisasi Agama Dalam Pemahaman Teks-Teks Literatur Pendidikan Pesantren, Jurnal Wahana
Akademika Vol. 2 No. 2, Oktober 2015
D. Kajian Al-Quran Dalam Studi Islam
Al-Qur’an adalah kitab suci yang berisi petunjuk bagi kehidupan umat manusia.
Oleh karena itu wajib bagi umat Islam untuk memahami Al-Qur’an dengan sebaik-baiknya
sehingga Al-Qur’an bisa kita pahami dengan benar lalu kita gunakan sebagai pedoman hidup.
Al-Qur’an adalah mu’jizat terbesar Nabi Muhammad saw. Kemu’jizatannya itu diantaranya
terletak pada fashahah dan balaghah-nya, keindahan susunan dan gaya bahasanya yang tidak
ada tandingannya. Di dalam Al-Quran terkandung nilai-nilai luhur yang mencakup seluruh
aspek kehidupan manusia dalam berhubungan dengan Tuhan maupun hubungan manusia
dengan sesama manusia lainnya dan hubungan manusia dengan alam sekitarnya. Yusuf
Qardhawi mengemukakan tentang prinsip-prinsip dan tema-tema pokok yang terkandung
dalam Al-Quran yang meliputi; tentang meluruskan Akidah dan kepercayaan, menetapkan
kemuliaan manusia dan hak-haknya, menyembah Allah SWT dan bertakwa kepada-Nya,
membersihkan jiwa manusia, membentuk keluarga dan berlaku adil kepada kaum wanita, dan
mengajak membangun dunia manusia yang saling menolong.
A. Kaidah dalam Memahami Al-Quran
a. Kaidah Dhamir
b. Tnakir dan Ta`rif
c. Kaidah Isim Mufrad dan Bentuk Jamak
d. Pengulangan Kata Benda (isim)
e. Muqobalah Jamak dengan Jamaka tau Mufrad
B. Metode Penafsiran Al-quran
Kata tafsir berasal dari bahasa Arab, yaitu fassaara, yufassiru, tafsiran yang
berarti penjelasan, pemahaman, dan perincian. Selain itu, tafsir dapat pula berarti al-
idlah wa al-tabyin, yaitu penjelasan dan keterangan. Imam al-Zarqani mengatakan
bahwa tafsir adalah ilmu yang membahas kandungan al-Qur’an baik dari segi
pemahaman makna atau arti sesuai yang dikehendaki Allah Swt menurut kadar
kesanggupan manusia. Selanjutnya Abu Hayyan, sebagaimana dikutip al-Suyuti,
mengatakan bahwa tafsir adalah ilmu yang didalamnya terdapat pembahasan
mengenai cara mengucapkan lafal-lafal al-Qur’an disertai makna serta hukum-hukum
yang terkandung didalamnya.14. Dalam mengkaji kandungan al-Qur’an ada empat
metode tafsir yang dikemukakan oleh Al-Farmawi, yaitu :
a. Metode Tahlily (Deskriptif/Analisis)
Kata tahlili berasal dari bahasa Arab halalla-yuhalillu-tahlilan
yang berarti mengurai atau menganalisa. Metode Tafsir Tahlily adalah
suatu metode tafsir yang bermaksud menjelaskan kandungan ayat-ayat

14
Abuddin Nata, Metodologi Studi Islam, (Jakarta: Raja Grafindo Persada, 2011), 209-211
al-Qur’an dari seluruh aspeknya. Dalam metode ini, seorang mufasir
akan mengungkap makna setiap kata dan susunan kata secara rinci
dalam setiap ayat untuk memahami ayat tersebut secara koheren

b. Metode Ijmaly (Global)


Metode Tafsir Ijmaly adalah metode tafsir yang menafsirkan
ayat-ayat al-Qur’an dengan cara mengemukakan makna global. .
Mufasir menyebutkan rangkaian ayat al-Qur’an yang panjang, atau
sekelompok ayat al-Qur’an yang pendek, kemudian menyebutkan
maknanya secara umum tanpa panjang lebar maupun terlalu singkat.

c. Metode Muqarin
Tafsir Muqarin adalah upaya yang dilakukan oleh mufasir
dalam memahami satu ayat atau lebih kemudian membandingkan
dengan ayat lain yang memiliki kedekatan atau kemiripan tema tapi
redaksinya berbeda, atau memiliki kemiripan redaksi tapi maknanya
berbeda, atau membandingkannya dengan teks hadis Nabi, perkataan
sahabat, dan tabi’in. Tafsir Muqarin juga bisa berupa perbandingan
teks lintas kitab samawi (seperti Al Qur’an dengan Injil, Taurat atau
Zabur).15

d. Metode Mawadhu`I (Tematik/Global)


Metode tafsir maudhu’iy juga disebut dengan metode tematik
yaitu menghimpun ayat-ayat al-Qur’an yang mempunyai maksud yang
sama, dalam arti, sama-sama membicarakan satu topik masalah dan
menyusunnya berdasar kronologi serta sebab turunnya ayat-ayat
tersebut.
C. Studi Al-Quran Secara Ilmiah
Isyarat ilmiah dalam al-Qur’an merupakan salah satu aspek I’jaz al-Qur’an
yang lazim dikenal dengan I’jaz ‘ilmy. Membahas hubungan dan isyarat
ilmiah dalam al-Qur’an, penting mengutip pendapat Quraish Shihab bahwa
melihat isyarat ilmiah dalam al-Qur’an bukan berarti dengan melihat misalnya
adakah teori relativitas atau bahasan tentang angkasa luar, tetapi yang lebih

15
Fahd Ar Rumi, Buhuth Fi Usuk Al-Tafsir wa Manahijuhu, (Maktabah al-Tawbah, 1419 H), 60
utama adalah adakah jiwa ayat-ayatnya menghalangi kemajuan ilmu
pengetahuan atau sebaliknya, serta adakah satu ayat al-Qur’an yang
bertentangan dengan hasil penemuan ilmiah yang sudah mapan? dengan kata
lain meletakkan al-Qur’an pada sisi social psychology dan bukan pada sisi
“history of scientific progress” (sejarah perkembangan ilmu pengetahuan)
E. Kajian Hadist Dalam Studi Islam
Menurut mayoritas ulama, hadis adalah sebagai salah satu sumber ajaran agama
islam.3Dalam agama islam hadis ialah sesuatu yang istimewa karena telah mendapatkan
tempat dihati umat islam, dalam artian umat islam benar-benar sudah menerimanya sebagai
hukum atau ajaran agama islam. Berikut ini adalah kedudukan hadis beserta dalil-dalil
kehujjahannya yaitu:
o Hadist sebagai sumber hukum
Kedudukan hadis merupakan sumber hukum bagi umat islam. Dalam segi tingkatan
ajaran agama islam hadis menjadi dasar hukum islam yang kedua setelah al-
Qur’an ,dikarenakan hadis sebagai penjelas terhadap al-Qur’an. Ayat-ayat dari al-
Qur’an sebagai pokok asal sedangkan hadis sebagai penjelas yang dibangun
karenanya

o Dalil-dalil kehujjahan hadist


Dalil kehujjahan hadis adalah keberadaan hadis itu sendiri sebagai sumber
pokok ajaran islam. Ass-Syaukani (w. 1250) juga mempertegas bahwa para
ulama sepakat atas kehujjahan hadis atau sunnah secara mandiri sebagai
sumber hukum Islam seperti alQur’an dalam menghalalkan yang halal dan
mengharamkan yang haram.16.

 Fungsi hadist
Fungsi hadis terhadap al-Qur’an secara umum adalah menjelaskan
makna isi dari al-Qur’an atau penjelasan tersebut diperinci oleh para ulama ke
berbagai bentuk penjelasan.17.

 Bayan at-Taqrir
memperkuat atau mengokohkan apa yang telah diterangkan di dalam al-
Qur’an, sehingga maknanya tidak perlu dipertanyakan lagi.18. Ayat yang di taqrirkan
oleh hadis tentu saja yang sudah jelas maknanya hanya memerlukan penegasan
supaya jangan sampai kaum muslimin salah menyimpulkan.

16
Asy-Syaukan Muhammad bin Ali (w. 1250 H), Irsyât Al-Fuhûl ilâ Tahqîq Al-Haq min ‘Ilmi Al- ‘Ushul.
hlm. 160-161.
17
Abdul Majid Khon, Ulumul Hadis.hlm.16
18
6 Munizer Suparta, Ilmu Hadist.hlm.58.
o Bayan at-Tafsir
Bayan At-Tafsir adalah hadis yang berfungsi untuk memberikan rician dan
tafsiran terhadap ayat al-Qur’an yang masih bersifat global atau ayat yang
maknanya umum19. Contoh ayat -ayat al-quran yang masih bersifat umum seperti
zakat,puasa, sholat dan lain sebagainya20
o Bayan at Tasyri`
Bayan at Tasyri’ adalah mewujudkan hukum atau ajaranajaran yang dapat
tidak didapati dalam al-Qur’an atau dalam al Qur’an hanya terdapat pokok-
pokoknya saja21. Hadis yang mengandung bayan at Tasyri contohnya hadis yang
berbicara tentang penetapan haramnya mengumpulkan wanita bersaudara
untuk menjadi istri dan hukum merjam pezina yang masih perawan.
o Bayan al Nasakh
Bayan al Nasakh adalah penjelasan hadis yang menghapus ketentuan
hukum yang terdapat pada al-Qur’an. Para ulama juga mendefinisikan bayan al-
Nasakh berarti ketentuan yang datang dan dapat menghapuskan ketentuan
terdahulu, dikarenakan ketentuan yang baru dianggap lebih cocok dengan
lingkungannya dan lebih luas.
Studi hadist secara ilmiah
studi hadis adalah ilmu yang membicarakan tentang keadaan atau sifat para
perawi dan yang diriwayatkan. Studi atau ilmu hadis ini terbagi menjadi dua macam,
yakni ilmu hadis riwayah dan ilmu hadis dirayah. 22
1) Ilmu Hadis Riwayah

Ilmu hadis riwayah adalah ilmu yang mempelajari tentang periwayatan secara teliti dan
berhati-hati bagi segala sesuatu yang disandarkan kepada Nabi baik berupa perkataan,
perbuatan, dan persetujuan. Objek pembahasan ilmu ini hanya fokus pada periwayatan
yang menyangkut diri nabi dari segala aspek tersebut. Ilmu hadist ini berfungsi menjaga
hadist secara hati hati dari segala kesalahan dan kekurangan dalam periwayatan.

2) Ilmu Hadis Dirayah

Ilmu hadis dirayah adalah ilmu yang membahas tentang kaidah-kaidah untuk
mengetahui keadaan sanad dan matan hadis serta menentukan keshahihannya.
Adapun faedah mempelajari ilmu hadis ini yaitu dapat mengetahui kualitas sebuah
hadis apakah dapat diterima ataupun ditolak setelah mengaplikasikan kaidah-
kaidah yang ditetapkan.
Dapat disimpulkan bahwa Hadis adalah sesuatu yang dinisbatkan kepada
Nabi Muhammad Saw. baik berupa perkataan, perbuatan, ketetapan maupun
sifatnya baik sebelum diangkat menjadi rasul ataupun sesudahnya. Hadis memiliki

19
Munizer Suparta, Imu Hadist.hlm.61
20
Muhammad Abu Zahwa, Al Hadist Wa al Muhadditsun.hlm.24
21
Hamiduh Abbas Mutawali, As sunnah an nabawiyah wa makanatuha fit tasyri’.hlm.64
22
Al-Khatib Muhammad Ajaj , Al-Mukhtashar Al-Wajîz fî ‘Ulûm Al Hadîts,hlm.263-268
kedudukan yang sangat penting dalam al-Qur’an yaitu sebagai sumber hukum bagi
umat islam, dan hadis menjadi dasar hukum islam yang kedua setelah alQur’an.
Selain adanya kedudukan hadis, terdapat juga dalil kehujjahan hadis yang berfungsi
untuk menegaskan keberadaan hadis itu sendiri sebagai sumber pokok ajaran islam.
Fungsi (bayan) hadis terhadap al-Qur’an sangat penting untuk kita ketahui sebagai
umat islam. Terdapat empat fungsi hadis yakni bayan atTaqrir, bayan At-Tafsir,
bayan at Tasyri’, serta bayan al-Nasakh. Studi atau ilmu hadis secra ilmiah terbagi
menjadi dua macam, yakni ilmu hadis riwayah dan ilmu hadis dirayah. Ilmu riwayah
berkaitan dengan diri Nabi baik dari segi perkataan, perbuatan, ataupun persetujuan
beliau. Sedangkan, Ilmu hadis dirayah mempelajari tentang kaidah-kaidah hadis
serta menentukan keshahihannya.

F. Normatif,islam historis,pemikiran islam dan metode studinya; ijtihad


sebagai metode studi
A. Pengertian ijtihad
mengerahkan segala kemampuan untuk menanggung beban. Menurut bahasa,
Kata ijtihad berasal dari kata “ijtihada-yajtahidu-ijtihadan” yang berarti ijtihad
artinya bersungguh-sungguh dalam mencurahkan pikiran. Menrut istilah, ijtihad
artinya mencurahkan segenap tenaga dan pikiran secara bersungguh-sugguh untuk
menetapkan suatu hukum (yang sulit), dan dalam prakteknya digunakan untuk
sesuatu yang sulit. Oleh karena itu, tidak disebut ijtihad apabila tidak ada unsur
kesulitan dalam suatu pekerjaan . Secara etimologi, berijtihad berarti mecurahkan
segenap kemampuan untuk mencari syariat untuk memulai metode tertentu.

B. Kualifikasi mujtahid
Orang-orang yang melakukan ijtihad dinamakan mujtahid dan harus
memenuhi syarat syarat tertentu.
1. Syarat-syarat umum:
 Baliqh
 Berakal
 Sehat jasmani dan rohani
 Kuat daya nalarnya
 Benar-benar beriman
2. Syarat-syarat pokok :
 Memahami Al-qur’an
 Mengerti tentang sunah
 Mengetahui ilmu Diroyah Hadist
 Mengetahui Hadist yang nasikh dan Mansukh
 Mengetahui maksud-maksud hukum.
3. Syarat-syarat penting, diantaranya:
 Menguasai bahasa Arab
 Mengetahui asbab al-muzul
 Mengetahui ushul fiqh
 Mengenal manusia dan kehidupan sekitarnya
4. Syarat-syarat pelengkap, diantaranya:
 Mengetahui hal-hal yang di ijma’-kan dan yang di-ikhtilaf- kan
 Mengetahui asbab Al-wurud hadist
 Bersifat adil dan taqwa
C Fungsi ijtihad
Fungsi utama ijtihad adalah mengistimbatkan hukum (menggali, dan
menemukan) hukum syara'. Ijtihad merupakan alat ilmiah dan pandangan yang
diperlukan untuk menghampiri berbagai segi kehidupan baru dari segi ajaran
islam. Melalui ijtihad, hukum islam akan selalu up to date dan fungsional
dalamkehidupan pribadi dan sosial. Dalam kajian fiqih dan ushul fiqh ijtihad
menjadi sumber hukum yang ketiga setelah al-quran dan hadits meskipun menjadi
sumber hukum yang ketiga, tetapi kedudukan ijtihad sangat penting karena nash
tidak dapat menjelaskan dirinya sendiri tanpa bantuan akal manusia.23
Tentang kebenaran hasil ijtihad, ulama terbelah dalam 2 pendapat. yaitu
kelompok musawwibat dan kelompok mukhattiat. Kelompok musawwibat
berpadapat bahwa mujtahid berfungsi sebagai penemu dan pembuat hukum
(munsy al-hukmi), Kedudukannya sama dengan Allah swt. Schngga al-qur'an dan
hadits dapat sebagai sumber hukum. Kelompok mkhatti at berpendapat lain,
bahwa fungsi mujtahid adalah pengungkap hukum (kasy al-bukmi), bukan
pembuat hukum. Hasil ijtihadnya relatif, bisa benar bisa juga salah. Ijtihad
berkedudukan sebagai metode bukan sumber hukum.
D. Lapangan Ijtihad
Adapun lapangan ijtihad (majal al-ijtihad), adalah masalah-masalah yang
diperbolehkan penetapan hukumnya dengan cara ijtihad, yang dalam istilah teknis
ushul fiqh disebut mujtahid fih. Sebagaimana dijelaskan oleh Imam al-Ghazali,
bahwa lapangan ijtihad adalah setiap hukum syara’ yang tidak memiliki dalil yang
qath’I, baik dalam pengertian qath’i ad-dalalah maupun qath’i al-wurud.
Az-Zuhaili menegaskan adanya dua lapangan ijtihad berikut ini: pertama, sesuatu
yang tidak dijelaskan sama sekali oleh Allah swt dan nabi Muhammad saw dalam
al-Qur’an dan as-Sunah (ma la nashshaha fi ashlain). Dan kedua, sesuatu yang
ditetapkan berdasarkan dalil zhanni as-tsubut wa ad-dalalah atau salah satunya—
zhanni as-tsubut atau zhanni ad-dalalah. Sedangkan As-Syaukani menegaskan
bahwa yang menjadi lahan ijtihad hanyalah jenis hokum kedua (hukum zhanni),
seraya dia kuatkan dengan menukil pendapat ahli fikih as-Syafi’i, Fakr ar-Razi (w.
606 H), yang menyebutkan bahwa yang menjadi objek ijtihad ialah segenap
hukum syara’ yang bukan didasarkan atas dalil yang qath’i. Ringkasnya, lahan

23
Abdul Wahab Khalaf, Ilmu Ushul Fiqh, (Jakarta: Dar Al-Manar, 1973), hal 17
ijtihad menurut as-Syaukani adalah: (1) Sesuatu yang semula tidak ditemukan
hukumnya di dalam nash secara langsung; dan (2) sesuatu yang ditemukan
hukumnya24 secara langsung dalam nash, tetapi bukan dalam nash yang qath’i.

G. Pendekatan Dalam Studi Agama


1. Pendektaan Normativitas Dalam Studi Agama
a. Pendekataan Filologi
filologi diartikan sebagai suatu keahlian yang diperlukan untuk mengkaji
peninggalan berupa tulisan yang berasal dari kurun waktu beratus-ratus tahun
sebelumnya. Salah satu tujuan dari diadakannya pengkajian terhadap teks yang ada di
dalam naskah lama pada saat itu adalah untuk menemukan bentuk teks yang asli serta
untuk mengetahui maksud dari pengarangnya dengan jalan menyisihkan
kesalahankesalahan yang terdapat di dalamnya.
Mengambil pengertian filologi dalam kamus besar bahasa Indonesia adalah
ilmu tentang bahasa, kebudayaan, pranata, dan sejarah suatu bangsa sebagaimana
terdapat dalam bahan-bahan tertulis. Maka yang dimaksud dengan istilah filologi
adalah usaha dalam memahami teks sebuah naskah dengan memperhatikan berbagai
kajian, yang dimaksudkan untuk memurnikannya dari kesalahan-kesalahan dalam
proses penyalinan. Sebagai suatu disiplin ilmu, filologi lahir disebabkan oleh
beberapa faktor. Menurut Baroroh, faktor-faktor penyebab lahirnya filologi sebagai
disiplin ilmu adalah sebagai berikut

1) Munculnya informasi tentang masa lampau di dalam sejumlah karya tulisan.


2) Anggapan bahwa nilai-nilai yang terkandung dalam peninggalan tulisan masa
lampau masih relevan dengan kehidupan sekarang ini.
3) Kondisi fisik dan substansi materi informasi akibat rentang waktu yang panjang.
4) Faktor sosial budaya yang melatarbelakangi penciptaan karya-karya tulisan masa
lampau yang tidak ada lagi atau tidak sama dengan latar sosial budaya pembacanya
masa kini
5) Keperluan untuk mendapatkan hasil pemahaman yang akurat.
b. Pendektaan Teologis Normatif
Pendektaan teologis normative dalam memahmi agama secara harfiah dapat
diartikan sebagai upaya memahami agama dan menggunakan kerangaka ilmu
ketuhanan yang bertolak dari suatu keyakinan bahwa wujud emperik dari suatu
keagamaan dianggab sebagai yang paling benar dibandingkan dengan yang lainnya .
Berkenaan dengan pendektaan teologi tersebut , Amin Abdullah mengatakan bahwa
pendektaan teologi semata -mata tidak dapat memecahkan masalah esensial pluralitas
agama saat sekrang ini . terlebih -lebih lagi kenyataan demikian harus ditambhaakan
bahwa doktrin teologi , pada dasanya memang tidak pernah bediri sendiri, terlepas
24
Rusli, Konsep Ijtihad as-Syaukani, 100-101
7
dari jaringan institusi atau kelembagaan sosial kemesyarakataan yang mendukung
keberadaanya kepentingan ekonomi , sosial, politik , pertahanaan selalu menyertai
pemikiraan teologis yang sudah enelompokkan dan mengkristal dalam suatu
komunitas masyarakat tertentu.
Perbedaan dalam bentuk forma teologis terjadi di antara berbgai mazhab dan
aliran teologi keagamaan adalah merupakan realitis dan telah menyesejarah . dari
uraiaan tersebut terlihat bahwa pendektaan teologis dalam memahami agama
menggunakan cara berfikir deduktif , yaitu cara berfikir yang berwal dari keyakinan
yang diyakini benar dan mutlak adanya, karena ajaran yang berasal adari tuhan , sudh
pasti benar, sehingga tidak perlu di dipertanyakan terlebih dahulu , melainka dimulai
dari keyakinan dan selanjutnya diperkuat dengan dalil-dalil dan argumentasi.
Pendektaan teologis ini selanjunya erat kaitannya dengan pendektaan
normative yaitu suatu pendektaan yang memandang agama dari segi ajaraannya yang
pokok dan asli dari tuhan yang di dalamnnya belum terdapat penalraan pemikiran
manusia. Dalam pendektaan teologi ini agama dilihat sebagai suatu kebenaraan
mutlak dari tuhan , tidak ada kekurangan sedikitpun dan Nampak bersikap ideal .
dalam kaitan ini aama tampil sangat prima dengan seperanhkat cirinya yang khas .
untuk agama islam misalnya , secara normative pasti benar , menjunjung nilai-nilai
luhur , untuk bidang sosial , agama tampil menawarkan nilai-nilai kemanusiaan ,
kebersamaan , kesetiaan kawan , tolong menolong, tentang rasa , persamaan derajat
dan sebaginnya. Untuk bidang ekonomi agama tampil menawarkan keadilan ,
kebersamaan , kejujuran dan saling menguntungkan .
2 .Pendektaan Historitas Dalam Studi Islam
a. Pendektaan Antropologis
Pendektaan antroplogis dalam memahami agama dapat diartikam sebagai salah satu
upaya memahmi agama dengan cara melihat wujud pratek kegamaan yang tumbuh dan
berkembang dalam masyarakat . melalui pendektaan ini agama Nampak akrab dan dekat
dengan masalah -masalah yang dihadapi manusia dan berupaya mejelaskan dan memberikan
jawabnnya. Melalui pendekataan antropologis sebagimana tersebut diatas terlihat demgan
jelas hubungan agama dengan berbagai masalah kehidupan manusia dan dengan itu pula
agama terlihat akrab dan fungsional dengan berbgai fenomena kehidupan manusia .
b. Pendekatan budaya
Untuk memahami fenomena agama diperlukan metodologi khusus, yaitu pendekatan
kebudayaan yang diharapkan dapat menjelaskan dan menguraikan kompleksitas
permasalahan tersebut. Dengan demikian pendekatan kebudayaan bertujuan untuk
meningkatkan tingkat humanitas manusia, atau mengembangkan sikap dan perilaku
humaniora manusia itu sendiri.Memahami fenomena agama sebagai fenomena kebudayaan
tidak bisa dilepaskan dari fakta empiris yang membuktikan bahwa agama sering mengalami
kegersangan prinsip dan paradigma, serta hanya berkutat pada tataran normatif-formalistik,
menjauh dari konteks masyarakat.
Memahami agama sebagai kebudayaan akan memberikan pemahaman yang luas
dalam mengkaji permasalahan-permasalahan sosial budaya masyarakat. Pendidikan Islam
yang diharapkan dapat memberikan kontribusi dalam membangun sebuah kekuatan moral
bagi masyarakat tentu harus berjuang keras dalam mencari pemecahannya.
c. Pendekatan historis
Sejarah atau historis adalah suatu ilmu yang didalamnnya dibahas berbagai peristiwa
dengan memperhatikan unsur tempat , waktu , obyek , latar belakang dan pelaku dari
peristiwa tersebut . menurut ilmu ini segala peristiwa dan dapat diacak dengan melihat kapan
peristiwa itu terjadi , dimana , apa sebabnya, siapa yang terlibat dalam peristiwa tersebut .
Melalui pendekatan sejarah ini seseorang diajak untuk memasuki keadaan yang
sebenarnya berkenaan dengan penerapan suatu peristiwa. sini, maka seseorang tidak akan
memahami agama keluar dari konteks historisnya, karena pemahaman demikian itu akan
menyesatkan orang yang memahaminya. Seseorang yang ingin memahami al-Qur'an secara
misalnya, yang bersangkutan harus mempelajari sejarah turunnya al-Qu atau kejadian-
kejadian yang mengiringi turunnya al-Qur'an yang selanjut disebut sebagai Ilmu Asbab al-
Nuzul (Ilmu tentang Sebab-sebab Ayat Al-Qur'an) yang pada intinya berisi sejarah turunnya
ayat Dengan Ilmu Asbabun Nuzul ini seseorang akan dapat mengetahui yang terkandung
dalam suatu ayat yang berkenaan dengan hukum dan ditujukan untuk memelihara syari'at dari
kekeliruan memahaminya.
3. Pendekatan Historitas dalam Studi Agama
a. Pendekataan Sosiologi
sosiologi adalah suatu ilmu yang menggambarkan tentang keadaan masyarakat
lengkap dengan struktur,lapisan serta berbagai gejala sosial lainnya yang saling berkaitan.
Dengan ilmu fenomena sosial dapat dianalisa dengan faktor-faktor yang mendorong
terjadinya hubungan, mobilitas sosial serta keyakinan-keyakinan yang mendasari terjadinya
proses tersebut.
Selanjutnya sosiologi dapat digunakan sebagai salah satu pendekatan dalam
memahami agama. Hal demikian dapat dimengerti, karena banyak kajian agama yang baru
dapat dipahami secara proporsional dan tepat menggunakan jasa bantuan dari ilmu sosiologi:
Dalam agama Islam dapat dijumpai peristiwa Nabi Yusuf yang dahulu budak lalu akhirnya
bisa jadi di Mesir. Mengapa dalam melaksanakan tugasnya Nabi Musa harus dibantu oleh
Nabi Harun, dan masih banyak lagi contoh yang lain. Beberapa peristiwa tersebut baru dapat
dijawab dan sekaligus dapat ditemukan hikmahnya dengan bantuan ilmu sosial. Tanpa ilmu
sosial peristiwa-peristiwa tersebut sulit dijelaskan dan sulit pula dipahami maksudnya. Di
sinilah letaknya sosiologi salah satu alat dalam memahami ajaran agama.
b. Pendekatan Filosofis
Secara harfiah, kata filsafat berasal dari kata philo yang berarti kepada kebenaran,
ilmu dan hikmah. Selain itu filsafat dapat pula mencari hakikat sesuatu, berusaha menautkan
sebab dan akibat usaha menafsirkan pengalaman-pengalaman manusia.25 filsafat pada intinya
berupaya menjelaskan inti, hakikat, atau hikmah mengenai sesuatu yang berta di balik obyek
formanya. Filsafat mencari sesuatu yang mendasar, asas dan inti yang terdapat di balik yang
bersifat lahiriah.

25
DR.H.Abdudin Nata, MA,buku Metodologi Studi Islam ; penerbit PT RajaGrafindo Persada ,Jakarta hal 42-43
Melalui pendekatan filosofis ini, seseorang tidak akan terjebak pada pengamalan
agama yang bersifat formalistik, yakni mengamalkan agama dengan susah payah tapi tidak
memiliki makna apa-apa, kosong tanpa arti.yang mereka dapatkan dari pengamalan agama
tersebut hanyalah pengakuan formalistik, misalnya sudah haji, sudah menunaikan rukun
Islam yang kelima lan berhenti sampai di situ. Mereka tidak dapat merasakan nilai-nilai
spiritual yang terkandung di dalamnya

H. Studi Islam Kawasan: pribumisasi islam


Ada sekelompok orang yang memakai islam yang dibawa Muhammad SAW itu
berbudaya Arab dan harus diikuti apa adanya. Kelompok ini lebih memakai islam tekstual
dan kelompok ini sering disebut dengan kelompok fundamentalis. Ada juga kelompok yang
memadai islam sebagai nilai yang tidak terbatas pada waktu dan tempat sehingga bisa
masuk kedalam seluruh budaya yang ada. Islam adalah nilai universal yang tidak lekang oleh
waktu. Kelompok ini lebih disebut dengan kelompok substanif. Seperti islam yang ada di
Arab Saudi yang sangat berbeda dengan islam yang ada di amerika.
Pribuminasi Islam
Konsep pribuminasi isam pertama kali muncul tasa gagasan Gus Dur pada tahun
1980-an. Konsep ini menggambarkan isla yang mana adalah agama yang normative Tuhan.
Pribuminasi bukan upaya menghindarkan timbulnya perlawanan dari kekuatan budaya-
budaya setempat, dan bukannya proses menyamakan praktik keagamaan masyarakat
Muslim di Timur Tengah. Inti dari pribuminasi islam adalah kebutuhan,bukan untuk
memghindari polarisasi antara agama dan budaya, sebab polarisasi demikian memang tidak
terhindarkan26. Dalam menyebarkan agama islam, para wali songo menggunakan
pendekatan budaya tradisional lokal sebagai metode dakwahnya. Hal ini sangat berbeda
dengan penyebaran agama islam di Timur Tengah yang lebih menggunakan jalur invasi
militersebagai jalur dakwahnya.
Isalam pribumisebagai jawaban dari islam tekstual mengandalkan tiga hal, pertama
islam memiliki sifat konstektual. Kedua, islam pribumi sebagai progresif,ketiga, islam
pribumi memiliki karakter liberatif27

I. Islam dan Globalisasi


> Diskursus Globalisasi
Globalisasi merupakan diskursus yang banyak mengundang perdebatan masyarakat
dunia, baik yang setuju (pro) maupun yang anti (kontra). Mereka yang setuju pada
umumnya berangkat dari pemahaman bahwa globalisasi adalah suatu keniscayaan sejarah
yang harus diterima dengan lapang dada. Sementara itu, yang anti-globalisasi melihat pada
akibat yang timbul dari globalisasi itu sendiri, terutama pengaruhnya yang destruktif bagi
lingkungan hidup. Secara prinsip, globalisasi merupakan sebuah proses ‘penyatuan’ dunia,
yang secara perlahan, tetapi pasti mulai menghilangkan sekat-sekat negara dan bangsa.
26
Abdurrahman Wahid, Pergulatan Negara, Agama dan Kebudayaan (Jakarta Desantara,2001),Hlm.111
27
Inul Fitriah,”Pemikiran Abdurrahman Wahid tentang Pribuminasi Islam”dalam teosofi jurnal tasawuf
dan pemikiran islam No.1 (Surabaya:Fakultas Ushuluddin IAIN Surabaya,2013),Hlm.43
Proses penyatuan ini melibatkan manusia, informasi, perdagangan, dan modal. Derasnya
arus informasi yang masuk lintas benua telah menghilangkan halangan-halangan yang
diakibatkan oleh batas-batas dimensi ruang dan waktu. Oleh karenanya, suatu peristiwa
yang terjadi di belahan bumi akan segera bisa diketahui di belahan bumi lainnya. 28.
Kecenderungan globalisasi ini telah melanda hampir semua aspek kehidupan, mulai
dari ekonomi, teknologi, kebudayaan, pendidikan, hingga agama. Berikut akan dibahas
secara singkat aspek-aspek berikut:
 Aspek Ekonomi
John Naisbitt dan Patricia Aburdence menyatakan globalisasi ekonomi dalam tiga
pernyataan; (a) kekuatan-kekuatan ekonomi dunia telah melintas batas ikatan-ikatan
nasional, mengakibatkan pada demokrasi yang lebih, kebebasan yang lebih, kesempatan
yang lebih, dan kesejahteraan yang lebih besar, (b) pada ekonomi global, pertimbangan-
pertimbangan ekonomi hampir selalu berkaitan dengan pertimbangan-pertimbangan politis,
dan (c) pada ekonomi global, presiden, perdana menteri, dan parlemen akan semakin tidak
berguna.29 Secara jelas, adanya globalisasi ekonomi ini ditandai oleh semangat perdagangan
bebas (free trade) lintas negara di dunia. Untuk hal ini, umumnya telah dibuat kesepakatan-
kesepakatan antarnegara yang menuju arah tersebut. Di Eropa, misalnya, sejak tahun 1992
telahdiberlakukan mata uang euro yang menandai mulainya era pasar bebas antar-12
negara Eropa. Demikian juga di Amerika dan Kanada yang telah memulai hal yang sama
pada tahun 1988.

 Aspek Teknologi
Kehidupan manusia di masa sekarang maupun yang akan datang, banyak
bergantung kepada teknologi. Era cyber banyak mengubah tatanan dan struktur kehidupaan
umat manusia. Hadirnya media internet dewasa ini telah banyak memunculkan sisi-sisi
kehidupan, yang barangkali tidak pernah ada dalam bayangan orang pada satu abad yang lalu.
Kemajuan teknologi membawa perubahan yang drastis pada sektor industri dan sistem
ekonomi.
 Aspek Budaya
Kebudayaan merupakan cara hidup keseharian manusia dalam sebuah masyarakat atau
organisasi. Pada zaman dulu, manusia dalam sebuah komunitas masyarakat bisa berperang
karena mempertahankan kebudayaan hidup mereka yang dicemari oleh pihak lain. Saat ini,
pola pikir dan cara hidup manusia sudah banyak berubah dan menuju globalisasi. Paloma
Picacco menyatakan: “the world is becoming more and more cosmopolitan, and we are all
influencing each other”.30 Ada beberapa kategori kebudayaan di dunia ini yang telah berada
dalam bentuk globalisasi, yaitu makanan (food), pakaian (fashion), film, musik dan hiburan,
penerbitan, siaran televisi, dan bahasa.
28
Khusnul Khotimah. JURNAL DAKWAH DAN KOMUNIKASI Jurusan Dakwah STAIN Purwokerto KOMUNIKA ISSN:
1978-1261 Vol.3 No.1 Januari-Juni 2009 pp.114-132 Islam dan Globalisasi: Sebuah Pandangan tentang
Universalitas Islam
29
John Naisbitt dan Patricia Aburdence, Megatrends 2000(New York: Avon Book, 1990), hal. 1.
30
Paloma Picasso dalam Megatrends, OP.Cit. hal. 116.
 Aspek Pendidikan
Di negara-negara maju seperti Amerika Serikat, Kanada, Inggris, dan Australia,
memang sengaja secara eksplisit memiliki bidang studi ‘global education’. Isu pokok studi ini
adalah memperkenalkan aspek budaya bangsa-bangsa lain di dunia pada siswa mereka. Di
lihat dari tujuan pendidikan nasional mereka, negara maju memang siap menghadapi gerakan
globalisasi. Misalnya, Amerika Serikat dalam dokumen America 200: An Education Strategy,
terdapat enam tujuan pendidikan nasional Amerika Serikat. Salah satunya bahwa Amerika
serikat memang ingin memiliki pengaruh secara global. Untuk mencapai cita-cita itu,
pendidikan Nasional diformulasikan sebagai: US student will be first in the world in science
and mathematics achievement.8 Globalisasi dalam dunia pendidikan ini juga bisa dilihat dari
banyaknya pelajar-pelajar yang menekuni pendidikan secara lintas negara. Belum lagi dengan
adanya sistem ‘perkuliahan jarak jauh’ yang memungkinkan sebuah universitas membuka
cabangnya di negara lain.
 Aspek Agama
Persoalan agama merupakan sesuatu yang tidak bisa diabaikan dalam globalisasi karena
semenjak masa renaissance peran agama secara bertahap mulai dikebiri sehingga menjadi
tuntutan pada setiap pemuka agama untuk bisa merelevankan ajaran agamanya agar tetap bisa
eksis dalam tatanan baru dunia global. Kehidupan beragama yang eksklusif dan tidak toleran,
barangkali sudah saatnya dikubur dalam-dalam, dan masing-masing agama, dan bersiap
untuk menawarkan sesuatu yang berarti dalam pembentukan tatanan kehidupan global.
Pengaruh globalisasi, tentunya tidak bisa dibatasi hanya pada persoalan yang telah diangkat
di atas, tetapi lebih dari itu, langkah pembahasannya merambah hampir semua segi
kehidupan. Sebagai umat beragama (Islam), kita harus merespon problem yang muncul
sebagai konsekuensi logis dari kehadiran globalisasi dengan mendasarkan pada universalitas
ajaran Islam. Oleh karenanya, pemahaman bahwa Islam merupakan ajaran global adalah
suatu keharusan yang tidak bisa di tawartawar lagi.
>ISLAM SEBAGAI AJARAN GLOBAL (UNIVERSAL)
Globalisme atau universalisme Islam merupakan sebuah pemahaman yang
berangkat dari fakta tekstual historis bahwa risalah Islam ditujukan untuk semua umat,
segenap ras dan bangsa, serta untuk semua lapisan masyarakat. Ia bukan risalah untuk
bangsa tertentu yang beranggapan bahwa dialah bangsa terpilih, dan karenanya semua
manusia harus tunduk kepadanya. Meskipun pada awalnya berada di dalam tubuh suatu
bangsa, sekelompok bangsa atau hanya sekelompok individu, ia adalah satu dalam arti,
bahwa ia meliputi seluruh manusia.
> sebagai Acuan Tata Nilai yang Dinamis
Islam sebagai ajaran agama yang universal mampu menjadi tata nilai sebagai
acuan bagi kehidupan yang serba berkembang dan dinamis, sekaligus menunjukan
keagungan, keutuhan, dan keunikannya. Keunikan Islam dalam tata nilai tersebut dapat
dilihat pada:
Pertama, syari’at Islam adalah tata nilai, aturan, dan norma ciptaan Allah SWT, yang
mengetahui segala sesuatu yang dibutuhkan oleh manusia. Tata nilai tersebut dibuat sesuai
dengan sendi umum kemanusiaan, baik secara individu maupun sosial kemasyarakatan.
Kedua, seluruh tata nilai dalam ajaran Islam dimaksudkan untuk kesejahteraan agar manusia
terpelihara agamanya, dirinya, akalnya, kehormatannya, dan harta bendanya. Ajaran Islam
tidak pernah menyuruh, kecuali kepada hal-hal yang munkar, tidak pernah melarang kecuali
yang mungkar, tidak pernah menghalalkan kecuali yang baik, dan tidak pernah
mengharamkan kecuali yang buruk.31
Ketiga, syumuliyah, yaitu mencakup semua segi kehidupan manusia. Ia adalah ajaran yang
berkaitan dengan sistem keyakinan, aturan, moral, pemikiran, ilmu pengetahuan, nilai-nilai
kemanusiaan, hukum, sistem keluarga, serta hubungan antarmanusia, yang saling
berhubungan dan tidak terpisahkan satu dengan yang lainnya.
MEMOSISIKAN ISLAM DALAM GLOBALISASI
Dari pemaparan keuniversalitas Islam di atas, dapat dipahami, bahwa secara
prinsip, Islam sangatlah relevan sebagai ajaran global. Persoalannya kemudian, bagaimana
memosisikan Islam dalam percaturan globalisasi? Dalam hal ini, dapat digarisbawahi bahwa
Islam sebagai ajaran global yang memiliki ajaran universal merupakan bagian yang tidak bisa
dipisahkan dari globalisasi. Menyikapi problema globalisasi, maka prinsip-prinsip ajaran
Islam yang universal bisa dijadikan dasar berpijak bagi umat Islam. Di sinilah, pemahaman
yang tepat terhadap nash menjadi syarat yang harus dipenuhi. Islam pada prinsipnya satu
secara aqidah, tetapi pada bidang-bidang yang lainnya, boleh jadi berbeda, atau malah
bertentangan. Namun demikian, semua itu secara keseluruhan tetap berada dalam naungan
Islam.32
Pada aspek budaya, Islam memiliki kebudayaan sendiri yang kosmopolit, tetapi Islam juga
mengakui eksistensi kebudayaan lokal. Kosmopolitanisme budaya Islam dibentuk oleh
budaya lokal, tempat Islam itu tersebar. Sebagai bukti konkret, kita mengenal Islam Jawa,
Islam Madura, Islam Iran dan lain sebagainya, yang meskipun secara kultur tidak sama,
tetapi tetap dalam kesatuan Islam. Islam pada waktu berasimilasi yang membentuk tatanan
kebudayaan baru yang khas.
Pada aspek teknologi, Islam menghendaki teknologi yang tepat guna, dalam arti, tidak hanya
memberikan kemudahan dan kenyamanan, tetapi juga tetap menempatkan manusia
sebagai subjek penentu. Teknologi juga tidak boleh mengeksploitasi alam secara membabi
buta sehingga merusak ekologi yang ada. Globalisasi yang berangkat dari penggunaan
teknologi yang merusak ekologi inilah yang dilarang dalam Islam
Pada aspek pendidikan, tawaran yang hendak disampaikan oleh Islam adalah pendidikan
yang integralistik. Berbeda dengan pendidikan umum dewasa ini, Islam tidak menghendaki
dualisme pendidikan. Pendidikan selain diperuntukkan untuk mencapai ‘kebahagiaan’ dunia,
juga seyogyanya diwarnai dengan nilai-nilai transendensi kepada Sang Maha Pendidik, yaitu
Allah SWT. Pendidikan seyogyanya mengutamakan kepentingan moralitas sebagai bagian
yang esensial dalam tata kehidupan manusi. Namun demikian, tidak berarti antipati
terhadap modernisme yang merupakan produk Barat. Oleh karena itu, pendidikan
31
al-A’raf: 157
32
Khusnul Khotimah. JURNAL DAKWAH DAN KOMUNIKASI Jurusan Dakwah STAIN Purwokerto KOMUNIKA
ISSN: 1978-1261 Vol.3 No.1 Januari-Juni 2009 pp.114-132 Islam dan Globalisasi: Sebuah Pandangan tentang
Universalitas Islam.
merupakan sistem bagi pengembangan iptek yang berangkat dari ajaran al-Qur’an dan
Sunnah, sebagai pembaharuan pemikiran yang dapat merespon tantangan zaman tanpa
mengabaikan aspek teologis dogmatis, dan sebagai sarana untuk menumbuhkembangkan
sikap dan mental manusia yang benar-benar bertakwa kepada Tuhan tanpa mengenal batas
akhir.33

J. Wacana Islam Kontemporer; Teori Fazlur Rahman


Fazlur Rahman (133211919-1408/1988) dikenal sebagai salah satu dari
intelektual Islam modern yang dikenal. Keahliannya tercermin dalam berbagai
kutipan yang dimuat dalam serangkaian buku dan artikel mulai dari mata pelajaran
filsafat, teologi, tasawuf, dan hukum hingga perkembangan Islam modern. Mengenai
yang terakhir, tantangan kehidupan modern tampaknya telah mendorong Rahman
untuk menemukan resep yang dapat mengatasi masalah yang dihadapi, dan percaya
bahwa beberapa pandangan yang dianut di kalangan umat Islam secara default.
Rahman berpendapat bahwa selama ini penafsiran ayat Al-Qur'an cenderung
dilakukan secara terpisah dan menafsirkan ayat demi ayat, sehingga masalah yang
dihadapi bukan diselesaikan dan justru menimbulkan masalah baru. Sebagai contoh,
komentator klasik dan abad pertengahan menerapkan interpretasi ayat berdasarkan
kronologi naskah. Sayangnya, mungkin merujuk ke bagian lain, tetapi tidak
diproduksi secara sistematis. Sementara komentator modern klasik telah berusaha
untuk menafsirkan Al-Qur'an sejalan dengan perkembangan ilmu pengetahuan dan
teknologi, tampaknya lebih reaktif dan memberikan kerangka konseptual untuk
interpretasi sistematis metodologi.
Menurut Rahman, diperlukan seperangkat metode yang sistematis dan
komprehensif untuk melakukan reinterpretasi Al-Qur'an. Secara global, proses
interpretasi dilakukan dengan mekanisme gerak ganda. Artinya, dari situasi sekarang
ke situasi di mana Al-Qur'an diturunkan, dan kemudian kembali ke situasi sekarang.
Sebab, sebagaimana dikemukakan Rahman, al-Qur'an merupakan respon ilahi
terhadap situasi sosial-moral masyarakat Arab sebagaimana dikomunikasikan melalui
Nabi Muhammad SAW. Misalnya, isu mekanisme perdagangan yang sedang
berkembang di komunitas IV{ekkah saat itu. Pernyataan Al-Qur'an menunjukkan
betapa kronisnya masalah masyarakat: praktik penyembahan berhala, eksploitasi
orang miskin, praktik bisnis yang tidak adil, dan kurangnya tanggung jawab sosial
dalam arti luas. Kajian ini semakin menarik karena metodologi penafsiran Al-Qur'an
33
H.A.R. Tilaar, Beberapa Agende Reformasi Pendidikan Nasional dalam Perspektif Abad 21(Magelang: Tera
Indonesia, 1998), hal. 31.
yang dihadirkan Rahman berbeda dengan metodologi yang digunakan selama ini, atau
setidaknya menghadirkan nuansa baru. dari awal berdirinya hingga saat ini. Secara
umum, Al-Qur'an ditafsirkan dalam empat cara. global (ijmali), analitis (tahlili),
komparatif (muqaran), dan tematik (mawdhu'i).
K. Aplikasi Teori Fazlur Rahman dan Pribumisasi Islam dalam Kancah
Lapangan
Pemikiran Islam Rahman terbukti menjadi sosok yang menarik dalam
merumuskan metode penafsiran Al-Qur'an. Orisinalitas metode penafsiran yang
dirumuskan terletak pada penggunaan filsafat, ilmu-ilmu sosial, dan humaniora.
Fazlur Rahman mengkritisi bahwa metode interpretasi klasik cenderung
menggunakan pendekatan tersendiri sehingga menimbulkan masalah baru. Dalam
mengkaji Hadits, Rahman menggunakan pendekatan historis-sosiologis untuk
menciptakan nuansa baru yang dinamis dan kreatif, yang secara bertahap
mengejawantahkan pesan moral sunnah Nabi untuk memfasilitasi perubahan guna
menjawab tantangan zaman.

Fazlur Rahman adalah seorang pemikir dalam berbagai kajian keilmuan, ia telah
berhasil menghasilkan buku-buku yang ia tulis sendiri, di antaranya yaitu; Avicenna’s
Psychology (1952), Prophecy in Islam (1958),  Ibn Sina, De Anima (Arabic Text)
(1959), Islamic Methodology in History (1965), Islam (1966), Philosophy of Mulla
Sadra Shirazi (1975), Major Themes of the Qur’an (1980),  Islam and Modernity:
Transformation of an Intellectual Tradition (1982), Health and Medicine in Islamic
Tradition (1987). Selain buku-buku yang telah disampaikan, Fazlur Rahman juga
menulis berbagai artikel mengenai keislaman34.

Fazlur Rahman memiliki metodologi memahami Qur‟an yang dikenal dengan


teori Double Movement35. Double Movement memiliki artian mengenai metode
interpretasi yang melibatkan dua gerakan, gerakan pertama menyimpang dari situasi
saat ini, ketika Al-Qur'an diturunkan, dan gerakan kedua adalah mengembalikan dari
situasi Al-Qur'an. Sampai saat ini mengasumsikan sifat bertahap dari wahyu.

34
Fazlur Rahman, Islamic Methodology in History, (Pakistan: Islamic Research Institute`s,t.t),halaman li.
35
Metode ini memberikan pemahaman yang sistematis dan kontekstualis, sehingga menghasilkan suatu
penafsiran yang tidak atomistik, literalis dan tekstualis, melainkan penafsiran yang mampu menjawab
persoalan-persoalan kekinian. Adapun yang dimaksud dengan gerakan ganda adalah: dimulai dari situasi
sekarang ke masa Al-Qur‟an diturunkan dan kembali lagi ke masa kini. (Fazlur Rahman, Islam and Modernitas:
Tranformation of An Intellectual Tradition, (Chicago and London: Univercity Press, 1982), halaman 6
Berbagai tradisi pada masyarakat atau pribumisasi Islam antara lain: tradisi
ambruk, tradisi selimpat, dan tradisi sirit. Tradisi ambruk adalah tradisi bahwa pria
yang melamar atau melamar wanita sebelum kontrak pernikahan dipenuhi tetap
tinggal di rumah pengantin wanita. Setelah lamaran diterima, orang tua memutuskan
tanggal pernikahan sesuai dengan praktik saat ini. Jika tanggal yang cocok ditemukan,
orang tua pengantin pria menyerahkan anak itu kepada keluarga pengantin wanita.
Tradisi Selimpat berjalan dalam situasi berikut: Misalnya, orang sakit, orang yang
akan menikah, ibu hamil, anak-anak yang baru pertama kali terjun ke sungai,
khitanan, dll. Menurut masyarakat, selipat merupakan tanda bahwa leluhur sungai
dipanggil untuk menjaga keturunannya yang berisi 2 lembar, 2 lembar daun sirih, 2
buah cerutu nipa isi tembakau, sebilah pisau, ditaruh dalam wadah, dan isinya lainnya.
daripada pisau dilempar. Pembuangan ke sungai Setelah dibuang, wadah akan diisi
dengan air. Airnya kemudian dioleskan ke badan dan mandi.
Tradisi Sirit atau kawin paksa, tradisi ini bukanlah perkawinan yang dilandasi
cinta kasih. Jika tidak, posisi perempuan yang diculik akan lebih buruk dari sudut
pandang adat. Wanita ini juga dapat dianggap tidak layak, sehingga semacam upacara
adat harus dilakukan untuk mengembalikan pamornya - pernikahan. Menurut Islam,
pernikahan harus didasarkan pada kehendak bebas, persetujuan kedua belah pihak,
kebebasan memilih,
L. Penelitian Agama dan Kagamaan
Secara sematik, penelitian atau riset berasal dari kata re yang berarti Kembali
dan to searchyang berarti mencari, memahami,megkaji,mencari jawaban dan lainnya.
Penelitian adalah suatu metode studi yang dilakukan seseorang melalui penyelidikan,
sehingga diperoleh pemecahan yang tepat pada pemecahan masalah tersebut.
Penlitian sebagai ilmu menggunakan metode ilmiah dalam arti penemuan,
pengembangan atau penguji kebenaran dilakukan mengumpulkan dan menganalisis
data secara teliti,jelas,sistematik dan dapat dipertanggung jawabkan secara
epistemology.
Penelitian agama bisa menimbulkan beberapa penelitian.pertama, penelitian
agama ialah mencari Kembali kebenaran suatu agama yang di anggap benar.
Pengertian ini bisa dipersoalkan karena dalam prespektif agama samawi, agama itu
bukan hasil penelitian manusia, melainkan dari Tuhan melalui wahyu dan diterima
oleh para rasul-Nya. Kedua, penelitian agama berarti metode untuk mencari
kebenaran agama untuk menemukan dan memahami kebenaran agama sebagai
realitas empiris dan bagaimana penyikapan terhadap realitas tersebut. Ketiga
penelitian agama berarti menliti fenomena yang ditimbulkanoleh agama dan
penyikapan masyarakat terhadap agama.
Agama yang memiliki dimensi intelektual, spiritual,mistikaldan institusional,
menurut Abdullah adalah lamdasan terbentuknya suatu “masyarakat kognitif” artinya
agama yang terbentuk oleh komunitas dan diikat oleh keyakinan akan terbentuknya
suatu kebenaran yang hakiki yang memungkinkan berlakunya suatu patokan
pengetahuan. Agama merupakan salah satu aspek kehidupan yang harus dimiliki oleh
manusia yang ada didunia. Agama tersusun oleh dua kata yaitu a artinya tidak gama,
artinya pergi. Jadi agama bisa diartikan tidak pergi tetapi di tempati dan diwariskan
secara turun temurun.
Atho` Mudzar mengukip pendapat Middleton, guru besar antropologi di New
York University, berpendapat bahwa penelitian agama bebeda dengan penelitian
keagamaan. Penelitian agama lebih mengutamakan pada teori agama, sehingga
sasaranya terletak pada pokok, yaitu ritus,mitos dan magic. Sedangkan penlitian
keagamaan lebih mengutamakan pada agama sebagi system keagamaan. Sedangkan
menurut Juhaya S. Pratja, penelitian agama adalah tentang ajaran agama tersebut
terhadap praktik-praktik yang dilakukan oleh manusia secara individual dan kolektif.
Model penelitian keagamaan dengan peneliti agama dan penelitian hidup keagamaan . Jamari
menjelaskan bahwa kajian sosiologi agama adalah dengan menggunakan metode ilmiah.
Berikut metode yang digunakan:
 Analisis data
Tujuan penelitian sejarah adalah untuk membuat rekontruksi masa lampau secara
sistematis dan obyektif,dengan cara mengumpulkan, mengevaluasi,memverifikasi
serta mensistematikan bukti-bukti untuk menegakan fakta dan memperleh
kesimpulan.
 Analisis Lintas Budaya
Analisis lintas budya bisa diartikan dengan ilmu antropologi, karena antropologi
mengkaji kebudayaan manusia. Oleh karena itu dari segi antropologi kta dapat
memilah-milah bagian islam yang merupakan ajaran murni dan ajaran yang
bercorak budaya local tersebut.
 Eksperimen

 Observasi
 Riset Survei dan Analisis Statistik
Penelitian survey dilakukan dengan penyusunan kuesioner,interview dengan
sampel dari satu populasi. Sampel bisa berupa keagamaan atau penduduk.

Anda mungkin juga menyukai