Anda di halaman 1dari 11

HADIST TARBAWIH III

RAUDATUL MARDIAH
(20100120042)

JURUSAN PENDIDIKAN AGAMA ISLAM


FAKULTAS TARBIYAH DAN KEGURUAN

DOSEN PEMBIMBING:Dr.H.Muhammad Yahya.M.Ag

2022/2023
Pnegertian Filsafat pendidikan
Filsafat pendidikan adalah ilmu pengetahuan normatif dalam bidang pendidikan
merumuskan kaidah-kaidah, norma-norma dan/atau ukuran tingkah laku perbuatan yang
sebenarnya dilaksanakan oleh manusia dalam hidup dan kehidupannya.

-Pengertian Filsafat Pendidikan Islam


Filsafat pendidikan islam merupakan kajian filosofis mengenai berbagai masalah pendidikan
yang berlandaskan ajaran islam. Kajian filosofis digunakan dalam filsafat pendidikan islam
aratinya merupakan pemikiran secara mendalam, sistematik, radikal dan universal dalam
mencari kebenaran, inti, atau hakikat pendidikan islam.
Ruang lingkup Filsafat
Ruang lingkup filsafat pendidikan adalah semua aspek yang berhubungan dengan upaya
manusia untuk mengerti dan memahami hakekat pendidikan itu sendiri, yang berhubungan
dengan bagaimana pelaksanaan pendidikan yang baik dan bagaimana tujuan pendidikan itu
dapat dicapai seperti yang dicita-citakan.
Mempelajari filsafat pendidikan islam berarti memasuki arena pemikiran yang
mendasarsistematik, logis, dan menyeluruh (universal) tentang pendidikan, yang tidak hanya
dilatarbelakangi oleh pengetahuan agama islam saja, melainkan menuntut kita untuk
mempelajari ilmu-ilmu lain yang relevan. Pendapat ini memberi petunjuk bahwa ruang
lingkup filsafat pendidian islam adalah masalah-masalah yang terdapat dalam kegiatan
pendidikan, seperti masalah tujuan pendidikan, masalah guru, kurikulum, metode, dan
ligkungan.
- Tujuan Filsafat Pendidikan Islam
 Filsafat pendidikan menjadi ruang inspirasi
 FilsaFat pendidikan dalam peran analisis
 Filsafat pendidikan memiliki makna perskriptif
 Filsafat pendidikan dalam peran investigative
Filsafat pendidikan islam berfungsi sebagai alat analis, kritik, dan evaluasi, sehingga upaya
analisis, kritik, dan evaluasi terhadap produk pemikiran filsafat pendidikan islam yang ada,
sangat diperlukan sebagai perwujudan dari dinamika pemikiran manusia, serta untuk tidak
terjebak pada sikap statis dan stagnasi pemikiran dalam rangka pengembangan filsafat
pendidikan islam di Indonesia.
-Metode Filsafat Pendidikan Islam

Metode filsafat pendidikan islam dikutip dari buku karya Prof. Dr. H. Abd. Haris, M.Ag yang
berjudul filsaat pendidikan islam, memiliki enam metode, yaitu:

1. Metode Spekulatif dan kontemplatif


Spekulatif dan Kontemplatif, memiliki arti yang bisa dikatakan sama, yaitu
memikirkan dan merenungkan .

2. Metode Normatif

Metode normative adalah metode yang digunakan untuk mencari dan menetapkan
nilai, aturan, atau hukum tertentu.

3. Metode Analisis Konsep

Analisis konsep ini berarti menguraikan sesuatu pengertian yang bersifat tertentu

4. Metode Historis

Metode historis atau sejarah adalah cara mempelajari filsafat berdasarkan urutan
waktu perkembangan pemikiran filsafat yang telah terjadi setelah kelahirannya
sampai sekarang.

5. Metode Deduktif

Metode deduktif berarti penalaran dari suatu kebenaran umum ke sesuatu yang
khusus.

6. Metode Terpadu

-Hubungan Antara Filsafat, Teori, dan Praktik Pendidikan

ketiga hal tersebut merupakan tiga serangkai yang hanya dapat dibedakan, tetapi tidak
dapat dipisahkan, dapat dikatakan bahwa filsafat melahirkan teori, kemudian teori
dipakai atau diterapkan dalam praktek. Dapat pula terjadi hal sebaliknya, bahwa
praktek pendidikan akan melahirkan teori pendidikan. Berdasarkan hal tersebut,
ketiganya memiliki keterkaitan silaturrahmi yang erat.

Selanjutnya bagaimanakah pandangan para ahli mengenai pendidikan dalam arti yang
lazim digunakan dalam praktek pendidikan. Dalam hubungan ini dijumpai berbagai
rumusan yang berbeda-beda. Ahmad D. Marimba, misalnya mengatakan bahwa
pendidikan adalah bimbingan atau pimpinan secara sadar oleh si pendidik terhadap
perkembangan jasmani dan rohani si – terdidik menuju terbentuknya kepribadian
yang utama.

Berdasarkan rumusannya ini, Marimba menyebutkan ada lima unsur utama dalam
pendidikan, yaitu: (1) Usaha (kegiatan) yang bersifat bimbingan, pimpinan atau
pertolongan yang dilakukan secara sadar; (2) Ada pendidik, pembimbing atau
penolong; (3) Ada yang di didik atau si terdidik; dan (4) Adanya dasar dan tujuan
dalam bimbingan tersebut, dan. 5) Dalam usaha tentu ada alat-alat yang dipergunakan.
Sebagai suatu agama, Islam memiliki ajaran yang diakui lebih sempurna dan
kompherhensif dibandingkan dengan agama-agama lainnya yang pernah diturunkan
Tuhan sebelumnya. Sebagai agama yang paling sempurna ia dipersiapkan untuk
menjadi pedoman hidup sepanjang zaman atau hingga hari akhir. Islam tidak hanya
mengatur cara mendapatkan kebahagiaan hidup di akhirat, ibadah dan penyerahan diri
kepada Allah saja, melainkan juga mengatur cara mendapatkan kebahagiaan hidup di
dunia termasuk di dalamnya mengatur masalah pendidikan. Sumber untuk mengatur
masalah pendidikan. Sumber untuk mengatur kehidupan dunia dan akhirat tersebut
adalah al Qur’an dan al Sunnah.

Sebagai sumber ajaran, al Qur’an sebagaimana telah dibuktikan oleh para peneliti
ternyata menaruh perhatian yang besar terhadap masalah pendidikan dan pengajaran.
Demikian pula dengan al Hadist, sebagai sumber ajaran Islam, di akui memberikan
perhatian yang amat besar terhadap masalah pendidikan. Nabi Muhammad SAW,
telah mencanangkan program pendidikan seumur hidup (long life education ).

Dari uraian diatas, terlihat bahwa Islam sebagai agama yang ajaran-ajarannya
bersumber pada al- Qur’an dan al Hadist sejak awal telah menancapkan revolusi di
bidang pendidikan dan pengajaran. Langkah yang ditempuh al Qur’an ini ternyata
amat strategis dalam upaya mengangkat martabat kehidupan manusia. Kini di akui
dengan jelas bahwa pendidikan merupakan jembatan yang menyeberangkan orang
dari keterbelakangan menuju kemajuan, dan dari kehinaan menuju kemuliaan, serta
dari ketertindasan menjadi merdeka, dan seterusnya.

Dasar pelaksanaan Pendidikan Islam terutama adalah al Qur’an dan al Hadist Firman
Allah : “ Dan demikian kami wahyukan kepadamu wahyu (al Qur’an) dengan perintah
kami. Sebelumnya kamu tidaklah mengetahui apakah iman itu, tetapi kami
menjadikan al Qur’an itu cahaya yang kami kehendaki diantara hamba-hamba kami.
Dan sesungguhnya kamu benar-benarbenar memberi petunjuk kepada jalan yang
benar ( QS. Asy-Syura : 52 )” Dan Hadis dari Nabi SAW : “ Sesungguhnya orang
mu’min yang paling dicintai oleh Allah ialah orang yang senantiasa tegak taat kepada-
Nya dan memberikan nasihat kepada hamba-Nya, sempurna akal pikirannya, serta
mengamalkan ajaran-Nya selama hayatnya, maka beruntung dan memperoleh
kemenangan ia” (al Ghazali, Ihya Ulumuddin hal. 90)”

Dari ayat dan hadis di atas tadi dapat diambil kesimpulan :

Bahwa al Qur’an diturunkan kepada umat manusia untuk memberi petunjuk kearah
jalan hidup yang lurus dalam arti memberi bimbingan dan petunjuk kearah jalan yang
diridloi Allah SWT.
Menurut Hadist Nabi, bahwa diantara sifat orang mukmin ialah saling menasihati
untuk mengamalkan ajaran Allah, yang dapat diformulasikan sebagai usaha atau
dalam bentuk pendidikan Islam.
Al Qur’an dan Hadist tersebut menerangkan bahwa nabi adalah benar-benar pemberi
petunjuk kepada jalan yang lurus, sehingga beliau memerintahkan kepada umatnya
agar saling memberi petunjuk, memberikan bimbingan, penyuluhan, dan pendidikan
Islam. Bagi umat Islam maka dasar agama Islam merupakan fondasi utama keharusan
berlangsungnya pendidikan. Karena ajaran Islam bersifat universal yang
kandungannya sudah tercakup seluruh aspek kehidupan ini.
Pendidikan dalam arti umum mencakup segala usaha dan perbuatan dari generasi tua
untuk mengalihkan pengalamannya, pengetahuannya, kecakapannya, serta
keterampilannya kepada generasi muda untuk memungkinkannya melakukan fungsi
hidupnya dalam pergaulan bersama, dengan sebaik-baiknya. Corak pendidikan itu erat
hubungannya dengan corak penghidupan, karenanya jika corak penghidupan itu
berubah, berubah pulalah corak pendidikannya, agar si anak siap untuk memasuki
lapangan penghidupan itu. Pendidikan itu memang suatu usaha yang sangat sulit dan
rumit, dan memakan waktu yang cukup banyak dan lama, terutama sekali dimasa
modern dewasa ini. Pendidikan menghendaki berbagai macam teori dan pemikiran
dari para ahli pendidik dan juga ahli dari filsafat, guna melancarkan jalan dan
memudahkan cara-cara bagi para guru dan pendidik dalam menyampaikan ilmu
pengetahuan dan pengajaran kepada para peserta didik. Kalau teori pendidikan
hanyalah semata-mata teknologi, dia harus meneliti asumsi-asumsi utama tentang sifat
manusia dan masyarakat yang menjadi landasan praktek pendidikan yang
melaksanakan studi seperti itu sampai batas tersebut bersifat dan mengandung unsur
filsafat. Memang ada resiko yang mungkin timbul dari setiap dua tendensi itu,
teknologi mungkin terjerumus, tanpa dipikirkan buat memperoleh beberapa hasil
konkrit yang telah dipertimbangkan sebelumnya didalam sistem pendidikan, hanya
untuk membuktikan bahwa mereka dapat menyempurnakan suatu hasil dengan
sukses, yang ada pada hakikatnya belum dipertimbangkan dengan hati-hati
sebelumnya.

Sedangkan para ahli filsafat pendidikan, sebaiknya mungkin tersesat dalam abstraksi
yang tinggi yang penuh dengan debat tiada berkeputusan,akan tetapi tanpa adanya
gagasan jelas buat menyelesaikan pekerjaan-pekerjaan yang ideal. Tidak ada satupun
dari permasalahan kita mendesak dapat dipecahkan dengan cepat atau dengan
mengulang-ulang dengan gigih kata-kata yang hampa. Tidak dapat dihindari, bahwa
orang-orang yang memperdapatkan masalah ini, apabila mereka terus berpikir,yang
lebih baik daripada mengadakan reaksi, mereka tentu akan menyadari bahwa mereka
itu telah membicarakan masalah yang sangat mendasar.

Sebagai ajaran (doktrin) Islam mengandung sistem nilai diatas mana proses
pendidikan Islam berlangsung dan dikembangkan secara konsisten menuju tujuannya.
Sejalan dengan pemikiran ilmiah dan filosofis dari pemikir-pemikir sesepuh muslim,
maka sistem nilai-nilai itu kemudian dijadikan dasar bangunan (struktur) pendidikan
islam yang memiliki daya lentur normatif menurut kebutuhan dan kemajuan.

Pendidikan Islam mengidentifikasi sasarannya yang digali dari sumber ajarannya


yaitu Al Quran dan Hadist, meliputi empat pengembangan fungsi manusia :

Menyadarkan secara individual pada posisi dan fungsinya ditengah-tengah makhluk


lain serta tanggung jawab dalam kehidupannya.
Menyadarkan fungsi manusia dalam hubungannya dengan masyarakat, serta tanggung
jawabnya terhadap ketertiban masyarakatnya.
Menyadarkan manusia terhadap pencipta alam dan mendorongnya untuk beribadah
kepada Nya
Menyadarkan manusia tentang kedudukannya terhadap makhluk lain dan
membawanya agar memahami hikmah tuhan menciptakan makhluk lain, serta
memberikan kemungkinan kepada manusia untuk mengambil manfaatnya
Setelah mengikuti uraian diatas kiranya dapat diketahui bahwa Filsafat Pendidikan
Islam itu merupakan suatu kajian secara filosofis mengenai masalah yang terdapat
dalam kegiatan pendidikan yang didasarkan pada al Qur’an dan al Hadist sebagai
sumber primer, dan pendapat para ahli, khususnya para filosof Muslim, sebagai
sumber sekunder.

Dengan demikian, filsafat pendidikan Islam secara singkat dapat dikatakan adalah
filsafat pendidikan yang berdasarkan ajaran Islam atau filsafat pendidikan yang
dijiwai oleh ajaran Islam, jadi ia bukan filsafat yang bercorak liberal, bebas, tanpa
batas etika sebagaimana dijumpai dalam pemikiran filsafat pada umumnya.

C. Ruang Lingkup Filsafat Pendidikan Islam

Penjelasan mengenai ruang lingkup ini mengandung indikasi bahwa filsafat


pendidikan Islam telah diakui sebagai sebuah disiplin ilmu. Hal ini dapat dilihat dari
adanya beberapa sumber bacaan, khususnya buku yang menginformasikan hasil
penelitian tentang filsafat pendidikan Islam. Sebagai sebuah disiplin ilmu, mau tidak
mau filsafat pendidikan Islam harus menunjukkan dengan jelas mengenai bidang
kajiannya atau cakupan pembahasannya. Muzayyin Arifin menyatakan bahwa
mempelajari filsafat pendidikan Islam berarti memasuki arena pemikiran yang
mendasar, sistematik. Logis, dan menyeluruh (universal) tentang pendidikan, ysng
tidak hanya dilatarbelakangi oleh pengetahuan agama Islam saja, melainkan menuntut
kita untuk mempelajari ilmu-ilmu lain yang relevan. Pendapat ini memberi petunjuk
bahwa ruang lingkup filsafat Pendidikan Islam adalah masalah-masalah yang terdapat
dalam kegiatan pendidikan, seperti masalah tujuan pendidikan, masalah guru,
kurikulum, metode, dan lingkungan.

D. Kegunaan Filsafat Pendidikan Islam

Prof. Mohammad Athiyah Abrosyi dalam kajiannya tentang pendidikan Islam telah
menyimpulkan 5 tujuan yang asasi bagi pendidikan Islam yang diuraikan dalam “ At
Tarbiyah Al Islamiyah Wa Falsafatuha “ yaitu :

Untuk membantu pembentukan akhlak yang mulia. Islam menetapkan bahwa


pendidikan akhlak adalah jiwa pendidikan Islam.
Persiapan untuk kehidupan dunia dan kehidupan akhirat. Pendidikan Islam tidak
hanya menaruh perhatian pada segi keagamaan saja dan tidak hanya dari segi
keduniaan saja, tetapi dia menaruh perhatian kepada keduanya sekaligus.
Menumbuhkan ruh ilmiah pada pelajaran dan memuaskan untuk mengetahui dan
memungkinkan ia mengkaji ilmu bukan sekedar sebagai ilmu. Dan juga agar
menumbuhkan minat pada sains, sastra, kesenian, dalam berbagai jenisnya.
Menyiapkan pelajar dari segi profesional, teknis, dan perusahaan supaya ia dapat
mengusai profesi tertentu, teknis tertentu dan perusahaan tertentu, supaya dapat ia
mencari rezeki dalam hidup dengan mulia di samping memelihara dari segi
kerohanian dan keagamaan.
Persiapan untuk mencari rezeki dan pemeliharaan segi-segi kemanfaatan. Pendidikan
Islam tidaklah semuanya bersifat agama atau akhlak, atau sprituil semata-mata, tetapi
menaruh perhatian pada segi-segi kemanfaatan pada tujuan-tujuan, kurikulum, dan
aktivitasnya. Tidak lah tercapai kesempurnaan manusia tanpa memadukan antara
agama dan ilmu pengetahuan.
E. Metode Pengembangan Filsafat Pendidikan Islam

Sebagai suatu metode, pengembangan filsafat pendidikan Islam biasanya memerlukan


empat hal sebagai berikut :

Pertama, bahan-bahan yang akan digunakan dalam pengembangan filsafat pendidikan.


Dalam hal ini dapat berupa bahan tertulis, yaitu al Qur’an dan al Hadist yang disertai
pendapat para ulama serta para filosof dan lainnya ; dan bahan yang akan di ambil
dari pengalaman empirik dalam praktek kependidikan.

Kedua, metode pencarian bahan. Untuk mencari bahan-bahan yang bersifat tertulis
dapat dilakukan melalui studi kepustakaan dan studi lapangan yang masing-masing
prosedurnya telah diatur sedemikian rupa. Namun demikian, khusus dalam
menggunakan al Qur’an dan al Hadist dapat digunakan jasa Ensiklopedi al Qur’an
semacam Mu’jam al Mufahras li Alfazh al Qur’an al Karim karangan Muhammad
Fuad Abd Baqi dan Mu’jam al muhfars li Alfazh al Hadist karangan Weinsink.

Ketiga, metode pembahasan. Untuk ini Muzayyin Arifin mengajukan alternatif


metode analsis-sintesis, yaitu metode yang berdasarkan pendekatan rasional dan logis
terhadap sasaran pemikiran secara induktif, dedukatif, dan analisa ilmiah.

Keempat, pendekatan. Dalam hubungannya dengan pembahasan tersebut di atas harus


pula dijelaskan pendekatan yang akan digunakan untuk membahas tersebut.
Pendekatan ini biasanya diperlukan dalam analisa, dan berhubungan dengan teori-
teori keilmuan tertentu yang akan dipilih untuk menjelaskan fenomena tertentu pula.
Dalam hubungan ini pendekatan lebih merupakan pisau yang akan digunakan dalam
analisa. Ia semacam paradigma (cara pandang) yang akan digunakan untuk
menjelaskan suatu fenomena.

Islam dengan sumber ajarannya al Qur’an dan al Hadist yang diperkaya oleh
penafsiran para ulama ternyata telah menunjukkan dengan jelas dan tinggi terhadap
berbagai masalah yang terdapat dalam bidang pendidikan. Karenanya tidak heran ntuk
kita katakan bahwa secara epistimologis Islam memilki konsep yang khas tentang
pendidikan, yakni pendidikan Islam.
Demikian pula pemikiran filsafat Islam yang diwariskan para filosof Muslim sangat
kaya dengan bahan-bahan yang dijadikan rujukan guna membangun filsafat
pendidikan Islam. Konsep ini segera akan memberikan warna tersendiri terhadap
dunia pendidikan jika diterapkan secara konsisten. Namun demikian adanya
pandangan tersebut bukan berarti Islam bersikap ekslusif. Rumusan, ide dan gagasan
mengenai kependidikan yang dari luar dapat saja diterima oleh Islam apabila
mengandung persamaan dalam hal prinsip, atau paling kurang tidak bertentangan.
Tugas kita selanjutnya adalah melanjutkan penggalian secara intensif terhadap apa
yang telah dilakukan oleh para ahli, karena apa yang dirumuskan para ahli tidak lebih
sebagai bahan perbangdingan, zaman sekarang berbeda dengan zaman mereka dahulu.
Karena itu upaya penggalian masalah kependidikan ini tidak boleh terhenti, jika kita
sepakat bahwa pendidikan Islam ingin eksis ditengah-tengah percaturan global.

Menurut Dr. Dardiri, dalam bukunya Humaniora, Filsafat, dan Logika, disebukan
bahwa cabang-cabang filsafat adalah sebagai berikut :

Metafisika, filsafat yang berkenaan dengan membongkar hal-hal yang ada di luar
objek. Misalnya berkaitan dengan fungsi, manfaatnya, sebab munculnya, atau
bagaimana terbentuknya
Epistemologi, filsafat yang berkenaan dengan bagaimana seseorang menghasilkan
pemikiran atau pengetahuan tertentu
Metodologi, Filsafat yang berkenaan dengan cara seseorang dalam melakukan
penelitian atau pemeriksaan pemikiran atau menghasilkan pengetahuan
Estetika, Filsafat yang berkenaan dengan nilai keindahan suatu realitas
Etika, Filsafat yang berkenaan dengan nilai baik atau buruk suatu perilaku
Logika, Filsafat yang berkenaan dengan valid atau tidaknya suatu pernyataan atau
pemikiran diambil kesimpulan
Filsafat Pendidikan Islam Menurut Ilmuwan
Pendidikan adalah proses dimana seseorang mendapatkan suatu pengajaran, proses
pembelajaran yang outputnya adalah adanya perubahan baik dalam hal pengetahuan,
perilaku, ketrampilan, keahlian, atau cara pandang terhadap sesuatu. Pendidikan
bertujuan agar siswa didik atau orang yang didik mendapatkan suatu perubahan
signifikan dalam hidupnya untuk bisa melakukan hal-hal yang dituju dengan benar.

Ada beberapa ilmuwan yang berbicara dan menyatakan teorinya tentang filsafat
pendidikan islam. Diantaranya adalah sebagai berikut :

Menurut Muhammad As-Said, pendidikan Islam adalah pendidikan Islami,


pendidikan yang punya karakteristik dan sifat keislaman, yakni pendidikan yang
didirikan dan dikembangkan di atas dasar ajaran Islam
Menurut Fatah Yasin mengutip pendapat dari HM. Arifin, ilmu pendidikan Islam
adalah teori, konsep dan atau pengetahuan tentang pendidikan yang berdasarkan
Islam.
Menurut Sudiyono, pendidikan Islam sebagian ada yang menitikberatkan pada segi
pembentukan akhlak anak, sebagian lagi menuntut pendidikan teori dan praktik, dan
sebagian lainnya menghendaki terwujudnya kepribadian muslim, dan lain-lain.
Berikut adalah penjelasan mengenai hakikat pendidikan islam :

Filsafat Pendidikan Islam Berdasar Nilai Dasar Islam


Filsafat pendidikan islam secara umum merupakan cara pandang atau dasar-dasar
mengenai bagaimana islam melalukan proses pendidikan baik secara formal ataupun
informal. Filsafat ilmu pendidikan islam pada dasarnya mengedepankan beberapa
aspek yang menjadi penenganan dalam prosesnya.

Berorientasi pada Ketauhidan


“Dialah Yang hidup kekal, tiada Tuhan (yang berhak disembah) melainkan Dia; maka
sembahlah Dia dengan memurnikan ibadat kepada-Nya. Segala puji bagi Allah Tuhan
semesta alam” (QS Al-Mu’min : 65)

Islam pada dasarnya mendasarkan ajaran dan aturannya berdasarkan pada Ketauhidan,
yaitu berdasarkan atas apa yang telah Allah perintahkan. Konsep manusia dalam islam
pun menjelaskan bahwa hidup, berkembang, dan matinya manusia adalah dalam
kerangka menjalankan perintah Allah. Tidak ada aturan dan juga pengetahuan islam
yang tidak berdasarkan atas ketauhidan. Untuk itu, Tauhid seperti bangunan yang
merupakan pondasi-nya. Tanpa tauhid maka akan rusak dan rapuh lah segala ajaran
pada manusia.

Dalam pendidikan islam, maka orientasinya adalah pada Ketauhidan pula. Dalam
melakukan pendidikan dan ajaran-ajarannya kepada manusia, Tauhid menjadi nilai
dasar yang harus ada. Untuk itu pendidikan islam senantiasa mengajarkan pada
Ketuhanan Yang Maha Esa, fungsi iman kepada Allah, manfaat beriman kepada
Allah, dengan Allah sebaagai satu-satunya Illah yg layak untuk disembah.

Ajaran ini jika tidak dipedulikan maka akan berefek pada kesalahan cara pandang dan
berpengetahuan. Misalnya saja bagi yang tidak beriman kepada Allah, sebagai
ketauhidan, maka dia akan menganggap bahwa Alam semesta tidaklah ada pencipta,
yang ada hanyalah materi yang berdiri sendiri. Untuk itu ada rukun islam dan rukun
iman, yang menjadi basic ketauhidan dan ibadah kepada Allah SWT.

Berorientasi pada pembentukan Akhlak


Sesungguhnya Allah menyuruh (kamu) berlaku adil dan berbuat kebajikan, memberi
kepada kaum kerabat, dan Allah melarang dari perbuatan keji, kemungkaran dan
permusuhan. Dia memberi pengajaran kepadamu agar kamu dapat mengambil
pelajaran (QS : An Nahl : 90)

Cara pandang islam adalah menitikberatkan pada pembentukan akhlak. Islam hadir
juga untuk membenahi dan mengajak manusia pada akhlak yang baik. Tanpa agama,
akhlak yang baik tidak akan bisa diketahui. Akhlak islam lahir dan berasal langsung
dari Allah. Untuk itu. Bimbingan akhlak selain dari Allah tidak akan mampu
memecahkan masalah.

Contoh pembahasan akhlak islam misalnya adalah sifat marah dalam islam dan sifat
sombong dalam islam yang dilarang untuk dijadikan sebagai moral dan diberikan
solusi untuk mengatasinya.

Pelajaran akhlak lain yang wajib untuk diberikan kepada manusia dan khususnya
umat islam saat ini salah satunya adalah bagaimana pergaulan dalam islam. Banyak
orang yang cerdas dan pintar, namun dalam hal akhlak dan etika pergaulan sangat
jauh dari etika yang universal, mengedepankan moralitas dan keadilan. Untuk itu,
pendidikan islam salah satunya pada pembentukan akhlak wajib memberikan ini pada
ummat islam.

Berorientasi pada Pengembangan Ilmu Pengetahuan


“Dan janganlah kamu mengikuti apa yang kamu tidak mempunyai pengetahuan
tentangnya. Sesungguhnya pendengaran, penglihatan dan hati, semuanya itu akan
diminta pertanggungan jawabnya”. (QS : Al Isra : 36)

Orientasi dari pendidikan islam salah satunya adalah mengembangkan ilmu


pengetahuan untuk kemaslahatan di masyarakat. Ilmu pengetahuan adalah alat yang
harus dikembangkan dan terus diproses untuk pemecahan masalah. Islam sendiri
sangat menekankan sekali ilmu pengetahuan dan meminta semua
pertanggungjawaban ilmu yang kita miliki. Bahkan ilmu pengetahuan sering kali
disebut dengan sunnatullah yaitu bagian dari hukum Allah yang merupakan ayat tidak
tertulis.

Fungsi agama pun juga salah satunya sebagai pengetahuan yang memberikan dasar,
petunjuk, dan tuntunan kepada manusia. Dalam pendidikan hal ini tentu menjadi hal
yang wajib untuk diajarkan.

Berorientasi pada Rahmatan lil Alamin


Islam adalah agama yang rahmatan lil alamin. Kehadirannya bukan malah merusak,
tapi justru melakukan pembangunaan dan penyelesaian masalah untuk kebaikan,
keadilan, dan kesejahteraan manusia. Ada juga keutamaan adil terhadap diri sendiri
dan keadilan terhadap orang lain yang diajarkan islam. Tidak ada satupun ajaran islam
yang bertentangan dengan fitrah manusia.

Islam yang membawakan nafas terorisme, pembunuhan, kekacauan hakikatnya bukan


Islam itu sendiri. Ajaran islam senantiasa membawa solusi, kedamaian, dan juga
toleransi dengan tidak harus menyamakan semua ajaran agama. Islam selalu
menekankan pada fitrah yang bahagia, memberikan manfaat, dan juga menyelesaikan
permasalahan umat. Hal ini sebagaimana hakikat manusia menurut islam yang
memiliki fitrah mencari bahagia, kedamaian, dan keadilan. Bukan mengarah pada
kerusakan, kebencian, dan kehancuran.
Tidak ada satu nabi dan rasul pun yang diturunkan Allah untuk keburukan dan
membawakan keburukan. Setiap dari mereka senantiasa mengajarkan akhlak dan juga
kebaikan yang dibawa di masyarakatnya. Macam-macam mukjizat nabi pun
memberikan bukti bahwa mereka senantiasa dibimbing Allah untuk kebaikan di
masyarakatnya. Membawakan perubahan yang lebih baik. Bisa kita lihat bagaimana
Nabi Muhammad dalam membangun mekkah yang awalnya jahiliah menjadi yang
berlandaskan tauhid.

Untuk itu, pendidikan islam harus pula mengajarkan bagaimana sesama manusia dan
antar umat beragama saling bertoleransi. Toleransi tidak berarti mengikuti dan
mencampurkan agama, akan tetapi saling menghargai pilihan beribadah dan
kepercayaan masing-masing. Ada banyak manfaat toleransi antar umat beragama,
salah satunya menjadikan masyarakat lebih damai, aman, dan tentram.

Dasar Filsafat Pendidikan Islam


Islam memiliki dasar-dasar dalam filsafat dan tujuan pendidikan islam. Dasar
pendidikan islam adalah dasar dari islam itu sendiri yang tidak boleh bertentangan dan
bersebrangan dengan landasan islam itu sendiri.

Al-Quran
Al-Quran adalah dasar dari petunjuk umat islam. Termasuk dalam pendidikan pun,
islam mendasarkannya pada ajaran yang telah disampaikan oleh Al-Quran. Al-Quran
adalah hidayah Allah kepada manusia yang merupakan petunjuk-petunjuk kebenaran.
Tidak semuanya dalam Al-Quran memiliki petunjuk teknis, namun dalam aspek dasar
atau prinsip Al-Quran telah mengajarkannya.

Ajaran dan Sunnah Rasul


Ajaran dan Sunnah Rasul adalah petunjuk umat islam juga yang harus diikuti. Secara
umum sunnah dan ajaran rasul secara prinsip tidak mungkin bertentangan dengan Al-
Quran. Untuk itu, dalam pelaksanaan secara teknis bisa berbeda namun secara prinsip
maka tidak boleh bertentangan.

Misalnya, dulu Rasulullah dalam teknis melakukan pendidikan belum ada teknologi
dengan berbagai macam seperti sekarang seperti Infocus, Video, Laptop dsb. Asalkan
tidak dimanfaatkan untuk hal-hal negatif, tentu islam sangat memperbolehkan bahkan
lebih baik jika memiliki teknologi yang dikembangkan oleh orang-orang islam pula.

Ilmu Pengetahuan dan Hukum-Hukum Universal


Ilmu pengetahuan dan hukum-hukum universal adalah yang juga harus dikembangkan
dan dijadikan landasan oleh umat islam dalam menyelesaikan masalah. Penyelesaian
masalah yang tidak berdasarkan pengetahuan dan hukum universal tentunya akan
melanggar fitrah dari manusia itu sendiri.

Anda mungkin juga menyukai