Anda di halaman 1dari 9

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

enurut islam pendidikan adalah pemberi corak hitam putihnya perjalanan hidup seseorang. Oleh karena
itu ajaran islam menetapkan bahwa pendidikan merupakan salah satu kegiatan yang wajib hukumnya
bagi pria dan wanita, dan berlangsung seumur hidup, semenjak dari buaian hingga ajal datang.

Kedudukan tersebut secara tidak langsung telah menempatkan pendidikan sebagai bagian yang
tak terpisahkan dengan hidup dan kehidupan umat manusia. Dalam hal ini Dewey berpendapat bahwa
pendidikan sebagai salah satu kebutuhan hidup (a necessity of life) salah satu fungsi sosial (a social
function) sebagai bimbingan (as direction), sebagai sarana pertumbuhan (as means of growth), yang
mempersiapkan dan membukakan serta membentuk disiplin hidup, lewat transmisi baik dalam bentuk
informal, maupun nonformal. Bahkan lebih jauh Lodge mengatakan bahwa : Pendidikan dan proses
hidup dan kehidupan manusia itu berjalan serentak, tidak terpisah satu sama yang lain.

Dengan demikian pendidikan menyandang misi keseluruhan aspek kebutuhan hidup dan
berproses sejalan dengan dinamikanya hidup serta perubahan-perubahan yang terjadi. Sebagai akibat
logisnya maka pendidikan senantiasa mengandung pemikiran dan kajian, baik secara konseptual
maupun operasionalnya, sehingga diperoleh relefansi dan kemampuan menjawab tantangan serta
memecahkan masalah-masalah yang dihadapi umat manusia.

Pemikiran dan kajian tentang pendidikan dilakukan oleh para ahli dalam berbagai sudut tinjauan
dan disiplin ilmu seperti agama, filsafat, sosiologi, ekonomi, politik, sejarah, dan antropologi. Sudut
tinjauan ini menyebabkan lahirnya cabang ilmu pengetahuan kependidikan yang berpangkal dari sudut
tinjauannya, yaitu pendidikan agama, filsafat pendidikan, sosiologi pendidikan, sejarah pendidikan,
ekonomi pendidikan, politik pendidikan dan sebagainya.[1]

Maka dari itu sangat diperluhkan untuk mempelajari tentang pengertian filsafat pendidikan Islam
serta Ruang lingkup filsafat pendidikan islam guna untuk menambah wawasan mengenai perihal
tersebut.

B. Rumusan Masalah

Berangkat dari latar belakang maka kami menarik beberapa rumusan masalah yang patut untuk
diperbincangkan, diantaranya:

1. Apa arti dari filsafat, pendidikan dan islam?

2. Apa pengertian dari filsafat pendidikan islam?


3. Bagaimana ruang lingkup filsafat pendidikan islam?

C. Tujuan dan Kegunaan

· Tujuan

Agar mahasiswa dapat memahami pengertian Filsafat Pendidikan Islam dan Ruang lingkup Filsafat
Pendidikan Islam

· Kegunaan

Ketika kita telah mempelajari materi tersebut maka kita dapat mengaplikasikannya dalam kehidupan
sehari-hari

BAB II

PEMBAHASAN

Konotasi bila mendengar kata filsafat, maka segera akan menunjuk sesuatu yang bersifat prinsip atau
dasar. Bahkan selain itu, banyak dikaitkan dengan suatu pandangan hidup yang mengandung nilai-nilai
dasar tertentu, seperti filsafat Pancasila dan filsafat Islam. Filsafat sebenarnya berasal dari kata atau
bahasa Yunani philosophia. Dari kata philosophia ini kemudian banyak diperoleh pengertian-pengertian
filsafat, baik dari segi pengertiannya secara harfiah atau etimologi maupun dari segi kandungannya.

Menurut Prof. Dr. Harun Nasution, filsafat berasal dari kata Yunani yang tersusun dari dua kata philein
dalam arti cinta dan sophos dalam arti hikmat (wisdom). Orang Arab memindahkan kata Yunani
philosophia ke dalam bahasa mereka dengan menyesuaikannya dengan tabiat susunan kata-kata Arab,
yaitu Falsafa dengan pola fa’lala, fa’lalah dan fi’lal. Dengan demikian kata benda dari kata kerja faalsafa
seharusnya menjadi falsafah atau filsaf. Selanjutnya kata filsafat yang banyak terpakai dalam bahasa
Indonesia, menurut Prof. Dr. Harun Nasution bukan berasal dari kata Arab falsafah dan bukan puladari
kata Barat Philosophy[2].

Dari pengertian secara etimologi itu, ia memberikan definisi filsafat sebagai berikut :

· Pengetahuan tentang hikmah

· Pengetahuan tentang prinsip atau dasar-dasar

· Mencari kebenaran

· Membahas dasar-dasar dari apa yang dibahas

Dengan demikian ia berpenndapat bahwa intisari filsafat ialah “berfikir menurut tata tertib (logika)
dengan bebas (tidak terikat pada tradisi, dogma serta agama) dan dengan sedalam-dalamnya sehingga
sampai ke dasar-dasar persoalannya. Adanyapengertian atau definisi yang bermacam-macam itu
terungkapkan juga oleh Drs. Sidi Gazalba, bahwa para filosof mempunyai pengertian atau definisi
tentang filsafat sendiri-sendiri.[3]
A. Arti dari Filsafat, Pendidikan dan Islam

Filsafat Pendidikan Islam mengandung 3 (tiga) komponen kata, yaitu filsafat, pendidikan dan Islam.
Untuk memahami pengertian Filsafat Pendidikan Islam akan lebih baik jika dimulai dari memahami
makna masing-masing komponen kata untuk selanjutnya secara menyeluruh dari keterpaduan ketiga
kata tadi dengan kerangka pikir sebagai berikut:

Filsafat menurut Sutan Zanti Arbi (1988) berasal dari kata benda Yunani Kuno philosophia yang secara
harpiah bermakna “kecintaan akan kearifan”.makna kearifan melebihi pengetahuan, karena kearifan
mengharuskan adanya pengetahuan dan dalam kearifan terdapat ketajaman dan kedalaman. Sedangkan
John S. Brubacher (1962) berpendapat filsafat dari kata Yunani filos dan sofia yang berarti “cinta
kebijaksanaan dan ilmu pengetahuan”.[4]

Secara istilah, filsafat mengandung banyak pengertian sesuai sudut pandang para ahli bersangkutan,
diantaranya:

a. Mohammad Noor Syam (1986) merumuskan pengertian filsafat sebagai aktifitas berfikir murni
atau kegiatan akal manusia dalam usaha mengerti secara mendalam segala sesuatu

b. Menurut Hasbullah Bakry (dalam Prasetya, 1997) filsafat adalah ilmu yang menyelidiki segala
sesuatu dengan mendalam mengenai ketuhanan, alam semesta dan manusia sehingga dapat
menghasilkan pengetahuan tentang bagaimana hakekatnya sejauh yang dapat dicapai akal manusia dan
bagaimana sikap manusia itu seharusnya setelah mengetahui pengetahuan itu[5].

Kajian dan telaah filsafat memang sangat luas, karena itu filsafat merupakan sumber pengetahuan.
Namun paling tidak, ada 2 hal pokok yang dapat kita mengerti dari istilah filsafat, yaitu : Pertama,
aktivitas berfikir manusia secara menyeluruh, mendalam dan spekulatif terhadap sesuatau baik
mengenai ketuhanan, alam semesta maupun manusia itu sendiri guna menemukan jawaban hakikat
sesuatu itu. Kedua, ilmu pengetahuan yang mengkaji, menelaah atau menyelidiki hakikat sesuatu yang
berhubungan dengan ketuhanan, manusia dan alam semesta secara menyeluruh, mendalam dan
spekulatif dalam rangka memperoleh jawaban tentang hakikat sesuatu itu yang akhirnya temuan itu
menjadi pengetahuan[6].

Pendidikan adalah ikhtiar atau usaha manusia dewasa untuk mendewasakan peserta didik agar menjadi
manusia mandiri dan bertanggung jawab baik terhadap dirinya maupun segala sesuatu di luar dirinya,
orang lain, hewan dan sebagainya. Ikhtiar mendewasakan mengandung makna sangat luas, transfer
pengetahuan dan keterampilan, bimbingan dan arahan penguasaan pengetahuan, keterampilan dan
pembinaan kepribadian, sikap moral dan sebagainya. Demikian pula peserta didik, tidak hanya diartikan
manusia muda yang sedang tumbuh dan berkembang secara biologis dan psikologis tetapi manusia
dewasa yang sedang mempelajari pengetahuan dan keterampilan tertentu guna memperkaya
kemampuan, pengetahuan dan keterampilan dirinya juga dukualifikasikan sebagai peserta didik. Hadari
Nawawi (1988) mendefinisikan pendidikan sebagai usaha sadar untuk mengembangkan kepribadian dan
kemampuan manusia, baik di dalam maupun di luar sekolah. Dengan redaksi yang berbeda, Hasan
Langgulung (1986) mengartikan pendidikan sebagai usaha untuk mengubah dan memimndahkan nilai
kebudayaan kepada setiap individu dalam suatu masyarakat

Islam menurut Harun Nasution (1979) adalah segala agama yang ajaran-ajarannya diwahyukan Tuhan
kepada manusia melalui Nabi Muhammad SAW sebagai Rasul. Islam adalah agama yang seluruh
ajarannya bersumber dari Al-Qur’an dan Al-Hadis dalam rangka mengatur dan menuntun kehidupan
manusia dalam hubungannya dengan Allah, sesama manusia dan dengan alam semesta[7].

B. Pengertian Filsafat Pendidikan Islam

Berdasarkan pemikiran dan bahasan di atas, maka Filsafat Pendidikan Islam adalah suatu aktifitas befikir
menyeluruh dan mendalam dalam rangka merumuskan konsep, menyelenggarakan dan/atau mengatasi
berbagai problem Pendidikan Islam dengan mengkaji kandungan makna dan nilai-nilai dalam Al-Qur’an
dan Al-Hadis. Dari sisi lain, Filsafat Pendidikan Islam diartikan sebagai ilmu pengetahuan yang mengkaji
secara menyeluruh dan mendalam kandungan makna dan nilai-nilai al-Qur’an/al-Hadis guna
merumuskan konsep dasar penyelenggaraan bimbingan, arahan dan pembinaan peserta didik agar
menjadi manusia dewasa sesuai tuntunan ajaran islam[8].

Menurut Zuhairini, dkk (1955) Filsafat Pendidikan Islam adalah studi tentang pandangan filosofis dan
sistem dan aliran filsafat dalam islam terhadap masalah-masalah kependidikan dan bagaimana
pengaruhnya terhadap pertumbuhan dan perkembangan manusia muslim dan umat islam. Selain itu
Filsafat Pendidikan Islam mereka artikan pula sebagai penggunaan dan penerapan metode dan sistem
filsafat Islam dalam memecahkan problematika pendidikan umat islam yang selanjutnya memberikan
arah dan tujuan yang jelas terhadap pelaksanaan pendidikan umat Islam.

Sedangkan Abuddin Nata (1997) mendefinisikan Filsafat Pendidikan Islam sebagai suatu kajian filosofis
mengenai berbagai masalah yang terdapat dalam kegiatan pendidikan yang didasarkan pada al-Qur’an
dan al-Hadis sebagai sumber primer, dan pendapat para ahli khususnya filosof muslim sebagai sumber
sekunder. Selain itu, Filsafat Pendidikan Islam dikatakan Abuddin Nata suatu upaya menggunakan jasa
filosofis, yakni berfikir secara mendalam, sistematik, radikal dan universal tentang masalah-masalah
pendidikan, seperti masalah manusia (anak didik), guru, kurikulum, metode dan lingkungan dengan
menggunakan al-Qur’an dan al-Hadis sebagai dasar acuannya.

Tanpa mempersoalkan apakah Filsafat Pendidikan Islam itu sebagai aktifitas berfikir mendalam,
menyeluruh dan spekulatif atau ilmu pengetahuan yang melakukan kajian menyeluruh, mendalam dan
spekulatif mengenai masalah-masalah pendidikan dari sumber wahyu Allah, baik al-Qur’an maupun al-
Hadis, paling tidak terdapat 2 hal pokok yang patut diperhatikan dari pengertian Filsafat Pendidikan
Islam:

1. Kajian menyeluruh, mendalam dan spekulatif terhadap kandungan al-Qur’an/al-Hadis dalam


rangka merumuskan konsep dasar pendidikan islam. Artinya, Filsafat Pendidikan Islam memberikan
jawaban bagaimana pendidikan dapat dilaksanakan sesuai sengan tuntunan nilai-nilai Islam. Misalnya
saja ketika muncul pertanyaan bagaimana aplikasi pendidikan Islam menghadapi peluang dan tantangan
millenium II, maka Filsafat Pendidikan Islam melakukan kajian mendalam dan menyeluruh, sehingga
melahirkan konsep pendidikan islam yang akan diaktualisasikan di era millenium III.

2. Kajian menyeluruh, mendalam dan spekulatif dalam rangka mengatasi berbagai probelam yang
dihadapi pendidikan islam. Misalnya ketika suatu konsep pendidikan islam diterapkan dan ternyata
dihadapkan kepada berbagai problema, maka ketika itu dilakukan kajian untuk mengatasi berbagi
problema tadi. Aktivitas melakukan kajian menghasilkan konsep dan prilaku mengatasi problem
pendidikan islam tersebut merupakan makna dari Filsafat Pendidikan Islam.

Sebenarnya antara kajian mendalam, menyeluruh dan spekulatif merumuskan konsep dasar pendidikan
islam dengan pikiran mengatasi problematika pendidikan Islam sulit untuk dapat dipisahkan secara
tegas, sebab ketika suatu problem pendidikan islamdipecahkan melalui hasil sebuah kajian mendasar
menyeluruh, maka hasil tersebut sesungguhnya menjadi konsep dasar pelaksanaan pendidikan islam
selanjutnya. Sebaliknya ketika suatu rumusan pemikiran pendidikan islam dibuat, misalnya konsep
pendidikan di era globalisasi yang penuh persaingan kualitatif maka sebetulnya konsep yang dihasilkan
tadi merupakan antisipatif menghadapi problem pendidikan islam di era millenium III yang di tandai
globalisasi informasi dan persaingan kualitatif[9].

Perpaduan antara agama dan akal fikiran membuat kita untuk menjelaskan persoalan khusus (misalnya
tentang universalisme), pemikiran pengakuan, dan menjawab keberatan-keberatan utama yang
ditujukan pada solusi Aristotealismenya, yaitu dengan menyempurnakan metode skolastiknya[10].

C. Ruang Lingkup Filsafat Pendidikan Islam

Pemikiran dan kajian tentang Filsafat Pendidikan Islam menyangkut 3 hal pokok, yaitu: penelaahan
tentang filsafat, pendidikan dan penelaahan tentang islam. Karena itu, setiap orang yang berminat dan
menerjunkan diri dalam dunia Filsafat Pendidikan Islam seharusnya memahami dan memiliki modal
dasar tentang filsafat, pendidikan dan Islam.

Kajian dan pemikiran mengenai pendidikan pada dasarnya menyangkut aspek yang sangat luas dan
menyeluruh bahkan seluruh aspek kebutuhan dan/atau kehidupan umat manusia, khususnya umat
islam. Ketika dilakukan kajian dan dirumuskan pemikiran mengenai tujuan Pendidikan Islam, maka tidak
dapat dilepaskan dari tujuan hidup umat manusia. Karena tujuan pendidikan Islam pada hakekatnya
dalam rangka mencapai tujuan hidup umat manusia, sehingga esensi dasar tujuan pendidikan islam
sebetulnya sama dengan tujuan hidup umat manusia. Menurut Ahmad D. Marimba (1989)
sesungguhnya tujuan pendidikan islam identik dengan tujuan hidup setiap muslim

Sebagai contoh, firman Allahh dalam surah Ali Imran (3) ayat 102:

“hai orang-orang yang beriman, bertaqwalah kamu kepada Allah dengan ketaqwaan yang
sempurna dan janganlah kamu mati, melainkan dalam keadaan muslim”.

Ayat ini menggambarkan tujuan hidup umat manusia Islam yang harus mencapai derajat ketaqwaan, di
mana ketaqwaan itu harus senantiasa melekat dalam kehidupan umat manusia hingga akhir hayatnya.
Filsafat Pendidikan Islam merumuskan tujuan pendidikan dalam rangka mencapai tujuan hidup umat
manusia. Bila tujuan hidup umat islam untuk mencapai derajat ketaqwaan yang sempurna sebagaimana
disebutkan di atas, maka tujuan pendidikan islam yang dirumuskan Filsafat Pendidikan Islam tentu
pembinaan peserta/anak didik rangka menjadi manusia muttaqin. Dengan demikian, mewujudkan
ketaqwaan dalam diri setiap individu umat islam guna mencapai posisi manusia muttaqin selain menjadi
tujuan hidup setiap muslim sekaligus pula menjadi tujuan akhir pendidikan Islam[11].

Dari beberapa uraian tadi dapat diketengahkan bahwa pada dasarnya ruang lingkup kajian Filsafat
Pendidikan Islam bertumpu pada pendidikan islam itu sendiri, baik menyangkut rumusan/konsep dasar
pelaksanaan maupun rumusan pikiran antisipatif mengatasi problematika yang dihadapi dalam
pelaksanaan pendidikan Islam.[12].

Dimana arah dan ruang lingkup Filsafat Pendidikan Islam mempunyai dua orientasi; objektif teoritis dan
objektif praktis. Orientasi pertama menghendaki penelitian agama agar bersifat murni dan teoritis
melalui bidang-bidang berikut:

Ø Tradisi agama yang mencakup sumber-sumber ajaran agama yang diyakini sebagai sumber
kebenaran abadi.

Ø Bidang yang mencakup dasar-dasar eksistensi agama yang dapat dilakukan dengan pendekatan
teologis

Ø Bidang yang menyangkut prilaku kegamaan dan aturan-aturan agama yang mengatur bagaimana
pemeluk agama harus berrilaku sesuai dengan ajaran agamanya.

Ø Bidang eksperimen atau pengalaman keagamaan, baik pengalaman pribadi maupun masyarakat
penganut agama[13].

Dengan adanya pendidikan ini maka dapat diketahui bakat dan kemampuan anak-anak didik, sehingga
bakat dan kemampuan tersebut dapat di bina dan dikembangkan. Dan menjadi tugas seorang pendidik
utnuk membntu anak didik untuk mengetahui bakat dan kemampuannya. Di samping itu, pendidik juga
berkewajiban untuk menemukan kesulitan-kesulitan yang membatasi perkembangan potensinya serta
membantu menghilangkan hambatan itu untuk mencapai kemajuan anak didik[14].

Dalam rangka menggali, menyusun, dan mengembangkan fikiran kefilsafatan tentang pendidikan
terutama pendidikan islam, kiranya perlu di ikuti pola dan sistem pemikiran dan kefilsafatan pada
umumnya.

Adapun pola dan sistem pemikiran kefilsafatan sebagai suatu ilmu adalah sebagai berikut.

1. Pemikiran kefilsafatan harus bersifat sistematis, dalam arti bahwa cara berfikirnya bersifat logis dan
rasional tentang hakikat permasalahan yang dihadapi. Hasil pemikirannya tersusun secara sistematis
artinya satu bagian dengan bagian yang lainnya saling berhubungan secara bulat dan terpadu.

2. Tinjauan terhadap permasalahan yang dipikirkan bersifat radikal artinya menyangkut persoalan-
persoalan sampai ke akar-akarnya.

3. Ruang lingkup pemikirannya bersifat universal, artinya persoalan-persoalan yang difikirkan


mencakup hal-hal yang menyeluruh dan mengandung generalisasi bagi semua jenis dan tignkat
kenyataan yang ada di alam ini, termasuk kehidupan umat manusia, baik di masa sekarang maupun di
masa mendatang.

4. Meskipun pemikiran yang dilakukan lebih bersifat spekulatif , artinya pemikiran yang tidak di dasari
pembuktian-pembuktian empiris atau eksperimental (seperti dalam ilmu alam), tetapi mengandung
nilai-nilai objektif, oleh karena permasalahannya adalah suatu realitas (kenyaaan) yang ada pada objek
yang difikirnkannya[15]

BAB III

PENUTUP

Kesimpulan

Filsafat adalah ilmu yang menyelidiki segala sesuatu dengan mendalam mengenai ketuhanan, alam
semesta dan manusia sehingga dapat menghasilkan pengetahuan tentang bagaimana hakekatnya sejauh
yang dapat dicapai akal manusia dan bagaimana sikap manusia itu seharusnya setelah mengetahui
pengetahuan itu. Pendidikan adalah ikhtiar atau usaha manusia dewasa untuk mendewasakan peserta
didik agar menjadi manusia mandiri dan bertanggung jawab baik terhadap dirinya maupun segala
sesuatu di luar dirinya, orang lain, hewan dan sebagainya. Islam adalah agama yang seluruh ajarannya
bersumber dari Al-Qur’an dan Al-Hadis dalam rangka mengatur dan menuntun kehidupan manusia
dalam hubungannya dengan Allah, sesama manusia dan dengan alam semesta[16].

Filsafat Pendidikan Islam adalah suatu aktifitas befikir menyeluruh dan mendalam dalam rangka
merumuskan konsep, menyelenggarakan dan/atau mengatasi berbagai problem Pendidikan Islam
dengan mengkaji kandungan makna dan nilai-nilai dalam Al-Qur’an dan Al-Hadis.

Pemikiran dan kajian tentang Filsafat Pendidikan Islam menyangkut 3 hal pokok, yaitu: penelaahan
tentang filsafat, pendidikan dan penelaahan tentang islam.

DAFTAR PUSTAKA

Arifin Muzayyin, 2005, Filsafat Pendidikan Islam, Jakarta: Bumi Aksara.

Beavers Tedd, 2001, Paradigma Filsafat Pendiikan Islam, Jakarta: Riora Cipta.

Praja Juhaya, 2002, Filsafat dan Metodologi Ilmu dalam Islam, Jakarta: Teraju

Syar’I Ahmad, 2005, Filsafat Pendidikan Islam, Jakarta: Pustaka Firdaus.

Tafsir Ahmad, 2010, Filsafat Pendidikan Islam, Bandung: Rosdakarya.

Zuhairini, 2008, Filsafat Pendidikan Islam, Jakarta: Bumi Aksara.

FOOTNOTE

[1] Dra. Zuhairini, Filsafat Pendidikan Islam (cetakan ke4; Jakarta. Bumi Aksara, 2008), h.1

[2] Dra. Zuhairini, Filsafat Pendidikan Islam (cetakan ke4; Jakarta. Bumi Aksara, 2008), h.3

[3] Dra. Zuhairini, Filsafat Pendidikan Islam (cetakan ke4; Jakarta. Bumi Aksara, 2008), h.4

[4] H. Ahmad Syar’I M.Pd, Filsafat Pendidikan Islam. (cetakan ke 1; Jakarta. Pustaka Firdaus, 2005) h.1

[5] H. Ahmad Syar’I M.Pd, Filsafat Pendidikan Islam. (cetakan ke 1; Jakarta. Pustaka Firdaus, 2005) h.2

[6] H. Ahmad Syar’I M.Pd, Filsafat Pendidikan Islam. (cetakan ke 1; Jakarta. Pustaka Firdaus, 2005) h.3

[7] H. Ahmad Syar’I M.Pd, Filsafat Pendidikan Islam. (cetakan ke 1; Jakarta. Pustaka Firdaus, 2005) h.4
[8] H. Ahmad Syar’I M.Pd, Filsafat Pendidikan Islam. (cetakan ke 1; Jakarta. Pustaka Firdaus, 2005) h.5

[9] H. Ahmad Syar’I M.Pd, Filsafat Pendidikan Islam. (cetakan ke 1; Jakarta. Pustaka Firdaus, 2005) h.7

[10] Tedd D. Beavers, Paradigma Filsafat Pendidikan Islam (cetakan I; Jakarta. Riora Cipta, 2001) h.137

[11] H. Ahmad Syar’I M.Pd, Filsafat Pendidikan Islam. (cetakan ke 1; Jakarta. Pustaka Firdaus, 2005) h.8

[12] H. Ahmad Syar’I M.Pd, Filsafat Pendidikan Islam. (cetakan ke 1; Jakarta. Pustaka Firdaus, 2005) h.9

[13] Prof. Dr. Juhaya S. Praja, Filsafat dan Metodologi Ilmu Dalam Islam. (cetakan ke 1; Jakarta. Teraju,
2002) h.13

[14] H. Ahmad Syar’I M.Pd, Filsafat Pendidikan Islam. (cetakan ke 1; Jakarta. Pustaka Firdaus, 2005) h.15

[15] Prof. H. Muzayyin Arifin, M.Ed, Filsafat Pendidikan Islam (cetakan ke 3; Jakarta. Bumi Aksara, 2005)
h.7

[16] H. Ahmad Syar’I M.Pd, Filsafat Pendidikan Islam. (cetakan ke 1; Jakarta. Pustaka Firdaus, 2005) h.4

Anda mungkin juga menyukai