Anda di halaman 1dari 11

PENGERTIAN FILSAFAT PENDIDIKAN ISLAM

Makalah Ini Disusun Guna Untuk Memenuhi Tugas Mata Kuliah


Filsafat Pendidikan Islam
Dosen Pengampu: Nur Kholida, M.Pd

Oleh Kelompok 1 :
Lutfi Amrulloh 211210081
Alvia Lestari 211210186

Progam Studi Pendidkan Agama Islam

FAKULTAS TARBIYAH
INSTITUT AGAMA ISLAM MA’ARIF (IAIMNU)
METRO LAMPUNG
2022 M/1443 H
KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat Allah Tuhan yang maha esa atas segala limpahan
rahmat,taufik dan hidayah Nya sehingga kami dapat menyelesaikan penyusunan
makalah ini guna memenuhi tugas mata kuliah Filsafat Pendidikan Islam dengan
Judul Pengertian Filsafat Pendidikan Islam
Tak lupa kami juga mengucapkan terimakasih banyak kepada Ibu Nur
Kholida, M.Pd selaku Dosen pengampu mata kuliah filsafat pendidikan islam
yang telah memberikan bimbingan dalam menyelesaikan makalah ini
Penulis menyadari bahwa dalam pemulisan makalah ini masih jauh dari
kata sempurna serta kesalahan yang penulis yakini di luar batas kemampuan kami.
Maka dari itu kami dengan senang hati menerima kritik dan saran guna untuk
membangun para pembaca. Penulis berharap makalah ini dapat bermanfaat bagi
semua pihak.

Metro, 13 September 2022

Kelompok 1
BAB 1
PENDAHULUAH

A. LATAR BELAKANG
Filsafat pendidikan islam berarti memasuki arena pemikiran
yang mendasar, sistematis, logis, dan menyeluruh tentang pendidikan,
yang tidak hanya di latarbelakangi oleh ilmu agama islam, melainkan
menuntut kita untuk mempelajari ilmu-ilmu lain yang relevan. Melakukan
pemikiran filosofis pada hakikatnya adalah usaha menggerakkan semua
potensi psikologis manusia seperti pikiran, kecerdasan, kemauan,
perasaan, ingatan serta pengamatan panca indra tentang gejala kehidupan,
terutama manusia dan alam sekitarnya sebagai ciptaan Tuhan. Keseluruhan
proses pemikiran tersebut didasari oleh teori-teori dari berbagai disiplin
ilmu dan dengan pengalaman pengalaman yang mendalam serta luas
tentang masalah kehidupan, kenyataan dalam alam raya, dan dalam dirinya
sendiri.
Sebagai hasil pikiran bercorak khas Islam, Filsafat
Pendidikan Islam pada hakikatnya adalah konsep berpikir tentang
kependidikan yang bersumber atau berlandaskan ajaran agama Islam,
tentang hakikat kemampuan manusia untuk dapat dibina dan
dikembangkan serta dibimbing menjadi manusia muslim yang seluruh
pribadinya dijiwai oleh ajaran Is lam, serta mengapa manusia harus dibina
menjadi hamba Allah yang berkepribadian demikian. Sarana dan upaya
apa sajakah yang dapat mengantarkan pencapaian cita-cita demikian dan
sebagainya.

Bila dilihat dari fungsinya, maka Filsafat Pendidikan Islam


merupakan pemikiran mendasar yang melandasi dan mengarahkan proses
pelaksanaan pendidikan Islam. Oleh karena itu, filsafat ini juga
memberikan gambaran tentang sampai di mana proses tersebut dapat
direncanakan dan dalam ruang lingkup serta dimensi bagaimana proses
tersebut dilaksanakan.

B. RUMUSAN MASALAH
1. Apa yang di maksud Filsafat Pendidikan Islam?
2. Apa Saja Ruang Lingkup Filsafat Pendidikan Islam?
3. Apa Kegunaan Filsafat Pendidikan Islam?
4. Apa Tujuan Filsafat Pendidikan Islam?

BAB II
PEMBAHASAN

A. Pengertian Filsafat Pendidikan Islam


Berikut ini dikemukakan pengertian filsafat dalam
kaitannya dengan pendidikan pada umumnya dari beberapa ahli pikir
sebagai berikut.

1. John Dewey memandang pendidikan sebagai suatu proses


pembentukan kemampuan dasar yang fundamental, baik menyangkut
daya pikir (intelektual) maupun daya perasaan (emosional), menuju ke
arah tabiat manusia dan manusia biasa. Dari itu maka filsafat
pendidikan dapat juga diartikan sebagai teori umum pendidikan1
2. Van Cleve Morris menyatakan, "Secara ringkas kita mengatakan
bahwa pendidikan adalah studi filosofis, karena ia pada dasarnya
bukan alat sosial semata untuk mengalihkan cara hidup secara
menyeluruh kepada setiap generasi, tetapi ia juga menjadi agen
(lembaga) yang melayani hati nurani masyarakat dalam perjuangan
mencapai hari depan yang lebih baik."2

1
John Dewey, Democracy and Education, p. 383
2
Van Cleve Morris, Becomming an Education, p.57.
Jadi, dilihat dari tugas dan fungsinya, pendidikan harus dapat
menyerap, mengolah, dan menganalisis serta menjabarkan aspirasi dan
idealitas masyarakat
Dengan demikian, jelaslah filsafat pendidikan itu adalah
filsafat yang memikirkan tentang masalah kependidikan. Oleh karena
ada kaitan dengan pendidikan, filsafat diartikan sebagai teori
pendidikan dengan segala tingkat. Karena dengan memahami
filsafatnya, orang akan dapat mengembangkan secara konsisten ilmu-
ilmu pengetahuan yang dipelajari. Filsafat mengkaji dan memikirkan
tentang hakikat segala sesuatu secara menyeluruh, sistematis, terpadu,
universal, dan radikal, yang hasilnya menjadi pedoman dan arah dari
perkembangan ilmu-ilmu yang bersangkutan. Untuk menyelesaikan
permasalahan kependidikan, ada tiga disiplin ilmu yang membantu
filsafat pendidikan, yaitu
1) etika atau teori tentang nilai
2) teori ilmu pengetahuan atau epistimologi, dan
3) teori tentang realitas atau kenyataan dan yang ada di balik
kenyataan, yang disebut metafisika
Dalam kaitannya dengan filsafat pendidikan Islam,
pemikiran para ahli filsafat pendidikan pada umumnya, seperti telah
disebutkan di atas, perlu kita jadikan bahan acuan yang memberikan
ruang lingkup pemikiran filsafat pendidikan Islam. Kita berpendirian
bahwa semua ilmu pengetahuan yang ada relevansinya dengan filsafat
pendidikan Islam harus kita ambil untuk bahan memperdalam dan
memperluas studi kita. Dari mana pun datangnya hikmah itu, kita ambil
dan kita manfaatkan. Demikian perintah Nabi Besar Muhammad saw.
Untuk itulah kita harus bersikap lapang dada.
B. Ruang Lingkup Filsafat Pendidikan Islam
Dalam rangka menggali, menyusun, dan mengembangkan pemikiran
kefilsafatan tentang pendidikan, terutama pendidikan Islam, kiranya perlu
diikuti pola dan sistem pemikiran dan kefilsafatan pada umumnya.
Adapun pola dan sistem pemikiran kefilsafatan sebagai suatu ilmu adalah
sebagai berikut.
1. Pemikiran kefilsafatan harus bersifat sistematis, dalam arti bahwa cara
berpikirnya bersifat logis dan rasional tentang hakikat permasa lahan
yang dihadapi. Hasil pemikirannya tersusun secara sistematis, artinya
satu bagian dengan bagian lainnya saling berhubungan secara bulat dan
terpadu.
2. Tinjauan terhadap permasalahan yang dipikirkan bersifat radikal,
artinya menyangkut persoalan-persoalan mendasar sampai ke akar-
akarnya.
3. Ruang lingkup pemikirannya bersifat universal, artinya persoalan
persoalan yang dipikirkan mencakup hal-hal yang menyeluruh dan
mengandung generalisasi bagi semua jenis dan tingkat kenyataan yang
ada di alam ini, termasuk kehidupan umat manusia, baik di masa
sekarang maupun di masa mendatang.
4. Meskipun pemikiran yang dilakukan lebih bersifat spekulatif, artinya
pemikiran yang tidak didasari pembuktian-pembuktian empiris atau
eksperimental (seperti dalam ilmu alam), tetapi mengandung nilai nilai
objektif, oleh karena permasalahannya adalah suatu realitas
(kenyataan) yang ada pada objek yang dipikirkannya
Pola dan sistem berpikir filosofis demikian dilaksanakan dalam ruang
lingkup yang menyangkut bidang-bidang sebagai berikut.
a. Cosmologi, yaitu suatu pemikiran dalam permasalahan yang
berhubungan dengan alam semesta, ruang dan waktu,
kenyataan hidup manusia sebagai ciptaan Tuhan, serta proses
kejadian dan perkembangan hidup manusia di alam nyata, dan
sebagainya.
b. Ontologi, yaitu suatu pemikiran tentang asal usul kejadian alam
semesta, dari mana dan ke arah mana proses kejadiannya.
Pemikiran ontologis akhimya akan menentukan suatu kekuatan
yang menciptakan alam semesta ini, apakah Pencipta itu Satu
TZat (Monoisme) ataukah Dua Zat (Dualisme) atau banyak Zat
(Pluralisme). Dan apakah kekuatan penciptaan alam semesta ini
bersifat kebendaan ataukah roh. Bilamana kekuatan itu bersifat
kebendaan, paham ini disebut materialisme dan bila bersifat
roh, paham ini disebut spiritualisme (serba roh).
c. Philosophy of mind, yaitu pemikiran filosofis tentang jiwa dan
bagaimana hubungannya dengan jasmani serta bagaimana
tentang kebebasan berkehendak manusia (free will), dan
sebagainya.
d. Epistemologi, yaitu pemikiran tentang apa dan bagaimana
sumber pengetahuan manusia diperoleh; apakah dari akal
pikiran (aliran Rasionalisme) atau dari pengalaman pancaindra
(aliran Empirisme) atau dari ide-ide (aliran Idealisme) atau dari
Tuha (aliran Teologisme). Juga pemikiran tentang validitas
pengetahuan manusia, artinya sampai di mana kebenaran
pengetahuan kita menimbulkan berbagai paham seperti
idealisme yang beranggapan bahwa kebenaran itu terletak
dalam ide, sedang realisme beranggapan bahwa kebenaran
terletak pada kenyataan yang ada (realitas). Juga paham
pragmatisme bahwa kebenaran itu terletak pada kemanfaatan
atau kegunaannya, bukan pada ide atau realitas.
e. Aksiologi, yaitu suatu pemikiran tentang masalah nilai-nilai
termasuk nilai-nilai tinggi dari Tuhan. Misalnya, nilai moral,
nilai agama, nilai keindahan (estetika). Aksiologi ini
mengandung pengertian lebih luas daripada etika atau higher
values of life (nilai-nilai kehidupan yang bertaraf lebih tinggi)3.

C. Kegunaan Filsafat Pendidikan Islam


Fisafat pendidikan Islam sebagai sebuah disiplin ilmu
mempunyai fungsi atau kegunaan untuk memberikan dasar dan arah

3
George thomas white Petrick, Inroduction to Philosophy,p.67-69.
pengembangan pendidikan secara teoritis dan praktis serta memberikan
jawaban yang realistik terhadap berabagai permasalahan pendidikan
terutam pada proses transformasi zaman, dan kebutuhan umat Islam.
Secara khusus Omar Muhammad al-Toumy al-Syaibany, berpendapat
bahwa ada tiga kegunaan mempelajari filsafat pendidikan Islam. Pertama,
filsafat pendidikan Islam dapat menolong para perancang pendidikan dan
pelaksana pendidikan (guru) untuk membentuk pemikiran sehat terhadap
proses pendidikan, menolong proses penvapaian tujuan pendidikan,
memberikan solusi terhadap problematika pendidikan, memperbaiki dan
meningkatkan pelaksanaan pendidikan, meningkatkan kualitas
pembelajaran, bimbingan dan pelaksanaan evaluasi pendidikan. Kedua,
filsafat pendidikan menjadi asas terbaik untuk penilaian pendidikan Islam
dalam arti menyeluruh (komprehensif). Ketiga, filsafat pendidikan Islam
akan menolong dalam memberikan pendalaman pikiran bagi faktor-faktor
spiritual, kebudayaan, sosial, ekonomi, dan politik di suatu negara.4
D. Tujuan Filsafat Pendidikan Islam
Tujuan filsafat pendidikan Islam dapat dikemukakan dalam
berbagai sudut pandang. Pertama, secara ideal filsafat pendidikan Islam
mempunyai tujuan untuk memberikan pemahaman yang lebih mendalam
dan objektif terhadap berbagai konsep pendidikan Islam yang bersumber
pada ajaran Islam yaitu al Qur'an dan al-Hadits. Kedua, tujuan studi
filsafat pendidikan memperluas cakrawala pemikiran umat Islam tentang
arti penting pendidikan Islam yang secara dinamis berkembang mengikuti
kemajuan peradaban dan kebudayaan, demi kemajuan umat Islam. Ketiga,
mempelajari filsafat dapat menawarkan dan mencari solusi strategis bagi
berbagai problematika pendidikan Islam secara mendalam, sekaligus dapat
dijadikan pedoman bagi upaya inovasi pendidikan Islam yang lebih
modern, tanpa tercerabut dari akar ajaran Islam,

4
Omar Muhammad al-Toulany As-Syaibany, Pengantar Filsafat Pendidikan,(Jakarta,Bulan
Bintang;19790,h.25.
Mempelajari filsafat berarti melakukan pendalaman
terhadap kualitas konsep berpikir manusia tentang hakikat segala yang
ada. Dengan begitu mempelajari filsafat membutuhkan konsentrasi
pemikiran dan perenungan mendalam terhadap obyek-obyek pemikiran
manusia baik yang inderawi maupun non-inderawi. Dalam konteks filsafat
yang lebih khusus, terutama dalam bidang filsafat pendidikan, kajian
pemikiran di bidang pendidikan tersebut mempunyai ciri yang sangat
spesifik dalam seluruh bidang dan lapangan pengkajian pendidikan Islam,
termasuk studi terhadap bermacam-macam problem pendidikan Islam
yang membutuhkan pemecahan secara filosofis. Kerena mempelajari
filsafat pendidikan Islam sesungguhnya melatih seseorang untuk
memasuki arena pemikiran yang mendasar, sistematis, logis, dan
menyeluruh (universal) dan membutuhkan seperangkat ilmu-ilmu yang
relevan." 5
Oleh karena itu kegunaan filsafat pendidikan Islam secara
umum, menurut Muzayyin Arifin dapat dipetakan dalam tiga dimensi.
Pertama, memberikan landasan dan sekaligus mengarahkan pada proses
pelaksanaan pendidikan yang berdasarkan ajaran Islam. Kedua, melakukan
kritik dan koreksi terhadap proses pelaksanaan pendidikan. Ketiga,
melakukan evaluasi terhadap metode dari proses pendidikan.6

5
MuzayyinArifin,Filsafat Pendidikan Islam (Jakarta; Bumi Aksara,2003),h,1.
6
MuzayyinArifin,Filsafat Pendidikan Islam (Jakarta; Bumi Aksara,2003),h,2.
BAB III
PEBUTUP

A. Kesimpulan

DAFTAR PUSTAKA
John Dewey, Democracy and Education, p. 383
Van Cleve Morris, Becomming an Education, p.57.
George thomas white Petrick, Inroduction to Philosophy,p.67-69.
Omar Muhammad al-Toulany As-Syaibany, Pengantar Filsafat Pendidikan,
(Jakarta,Bulan Bintang;19790,h.25.
MuzayyinArifin,Filsafat Pendidikan Islam (Jakarta; Bumi Aksara,2003),h,1.
MuzayyinArifin,Filsafat Pendidikan Islam (Jakarta; Bumi Aksara,2003),h,2.

Anda mungkin juga menyukai