PENDIDIKAN ISLAM
Makalah
Dipresentasikan pada Seminar Mata Kuliah Filsafat Pendidikan Islam
Pascasarjana Konsentrasi Pendidikan dan Keguruan
UIN Alauddin Makassar
Oleh
MUH. AKMAL SHAFAR
8010032202
Dosen Pengampu
Prof. Dr. H. Moh. Natsir Mahmud, M.A.
Dr. H. A. Marjuni, M.Pd.
1
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Islam adalah agama yang bersumber dari wahyu Allah yang mengandung
sementara filsafat mencari kebenaran, akan tetapi kebenaran agama tidak akan
dapat dirasakan kecuali orang yang berakal, karenanya kebenaran agama harus
digali agar lebih jelas dan penggaliannya dilakukan dengan menggunakan nalar
filsafat.1
pendidikan umum dan pendidikan Islam. Dua hal ini telah menjadikan suatu
orang yang beragama Islam, dan lembaganya adalah lembaga Islam, materinya di
dominasi oleh ajaran-ajaran Islam dari al-Qur'an dan al-Hadis sebagai landasan
sebenarnya serupa tapi tidak sama, ini disebabkan oleh pengertian dan
1
Harun Nasution, Filsafat Islam dalam Jalaluddin Rakhmat (et.al), Petualangan
Spiritualitas; Meraih Makna Diri Menuju Kehidupan Abadi (Cet.I; Pustaka Pelajar, 2008), h. 222.
2
pemahaman setiap manusia berbeda, akan tetapi pada hakikatnya semua ilmu 222
22
Pembahasan mengenai filsafat Islam tidak bisa terlepas dari pembicaraan
filsafat secara umum, karena berfikir filsafat merupakan hasil usaha manusia yang
berkesinambungan di seluruh alam semesta ini. Sedang akal merupakan salah satu
anugerah Allah swt yang paling istimewa bagi manusia, yang mana sudah menjadi
sifat bagi akal manusia yang selalu ingin mengetahui segala sesuatu termasuk
berdasarkan hasil usaha aktif manusia yaitu melalui indra dan akal, dan ada yang
ajaran Islam, atau dengan kata lain yang menjadi ruhnya adalah ajaran Islam. 3
terhadap kependidikan yang berkaitan dengan ajaran agama Islam tentang hakikat
menjadi manusia muslim yang seluruh pribadinya dijiwai oleh ajaran Islam.
Filsafat pendidikan Islam adalah filsafat tentang pendidikan bercorak Islam yang
2
Sirajuddin Zar, Filsafat Islam; Filosof dan Filsafatnya (Cet.IV; PT.RajaGrafindo
Persada, 2010), h. 2.
3
Abuddin Nata, Filsafat Pendidikan Islam, (Cet. I; Jakarta: Logos, 1997), h. 15
3
Islam sebagai agama yang ajaran-ajarannya bersumber pada Al-Qur’an
dan Al-Hadis sejak awal telah menancapkan revolusi di bidang pendidikan dan
pengajaran. Langkah yang ditempuh Al-Qur’an ini ternyata amat strategis dalam
upaya mengangkat martabat kehidupan manusia. Kini diakui dengan jelas bahwa
Dengan demikian tidak dapat diingkari bahwa Islam sebagai agama wahyu telah
ilmu pengetahuan di Barat, meski umat Islam secara tidak langsung banyak
terpengaruh oleh dunia filsafat Yunani, tetapi kebenaran pemikiran para filosof
B. Rumusan Masalah
4
BAB II
PEMBAHASAN
Filsafat berasal dari bahasa Yunani yang tersusun dari dua kata yaitu
philos dan sophia. Philos berarti senang, gemar, atau cinta. Dengan begitu filsafat
dapat diartikan sebagai suatu kecintaan kepada kebijaksanaan. Kata lain dari
filsafat adalah hakikat dan hikmah, jadi kalau ada orang yang mengatakan, “Apa
hikmah dari semuanya ini?”, berarti mencari latar belakang terdalam kejadian
sesuatu dengan kajian secara filsafati, yaitu apa, bagaimana dan mengapa sesuatu
itu terjadi yang dalam filsafat disebut dengan ontologi, epistomologi, dan
Pengertian filsafat menurut Harold Titus ada lima, yaitu sebagai berikut:
4. Filsafat adalah analisa logis dari bahasan serta penjelasan tentang arti
4
Djadja Saefullah, Pengantar Filsafat, (cet.3 PT Refika Aditama, Bandung), h. 1
5
5. Filsafat adalah sekumpulan problema-problema yang langsung mendapat
perhatian dari manusia dan yang dicarikan jawabannya oleh ahli filsafat.5
Filsafat adalah suatu pemikiran yang membutuhkan pola pikir yang jernih, kritis
menemukan hasil pemikiran yang baik dan dapat dibuktikan kebenaran yang
pemikiran yang baik, bijaksana, dan dapat diterima. Filsafat mengajar manusia
dihadapi.
luas, dan holistik, untuk mengetahui hakikat sesuatu yang ada, seperti hakikat
adanya alam, manusia, agama, ilmu, teknologi, pendidikan, dan agama.6 Ilmu
yang dimiliki manusia tidak dibawa sejak lahir, akan tetapi diperlukan pendidikan
kesadaran terhadap nilai-nilai kemanusiaan. Oleh karena itu ilmu pendidikan tidak
Manusia adalah makhluk yang luhur. Sadar akan nilai-nilai luhur yang
5
Jalaluddin dan Umar Said, Filsafat Pendidikan Islam: Konsep dan Perkembangan
Pemikirannya, (Jakarta: Raja Grafindo Persada, 1999), h. 9
6
Juliansyah Noor, Metodologi Penelitian, (cet. 1 Kencana Prenanda Media Group Jakarta:
2011), h. 4
6
rasio manusia berusaha berusaha menemukan hakikat alam melalui perenungan
filsafat. Kebutuhan hidupnya secara praktis sudah dipenuhi oleh produk ilmu
dan bantuan dari filsafat untuk membantu penyelesaiannya. Dalam hal ini,
katanya “pais” yang berarti anak dan “again” yang artinya membimbing. Jadi,
dari bahasa Yunani “educare” yang berarti membawa keluar yang tersimpan
dalam jiwa anak, untuk dituntun agar tumbuh dan berkembang.8 Pendidikan
anak, baik melalui pendidikan formal maupun pendidikan non formal sehingga
anak tersebut dapat mengembangkan dan dapat membuktikan ilmu yang telah
didapatkan.
7
Jusrin Efendi Pohan, Filsafat Pendidikan, (cet. 1 PT RajaGrafindo Persada, Depok:
2019), h. 10
8
Syafril, Zelhendri Zen, Dasar-dasar Ilmu Pendidikan, (cet.1 kencana, 2017), h. 26
9
Ahmad Syalabi, Tarikh al-Tarbiyah al-Islamiyat, (Kairo: al-Kasyaf, 1945), h. 21
7
Tarbiyah berasal dari kata Rabb. Walaupun kata ini memiliki banyak arti akan
penjelasan lain, kata at-Tarbiyah berasal dari tiga kata, yaitu: Pertama, Rabba-
Yarbu yang berarti bertambah, tumbuh dan berkembang (QS. Ar Ruum / 30:39).
َ ُ ُ َٰ َ َ َ ٓ َّ َ ْ ُ ۡ َ َ َ ِّ َّ َٰ َ ۡ َ ٓ ْ َ ُ ۡ َ ٗ َ ٓ
يدون َو ۡج َه ِّند ٱّللِِّۖ َو َما َءات ۡي ُتم مِّن زكوة ٖ ت ِّر
َو َما َءات ۡي ُتم مِّن رِّبا ل َِّيبوا ِِّف أمو ِّل ٱنلاس فَل يربوا ع
َ ُ ۡ ۡ ُ َ َٰٓ َ ُ َ َّ
ٱّللِّ فأ ْولئِّك ه ُم ٱل ُمضعِّفون
Dan sesuatu riba (tambahan) yang kamu berikan agar dia bertambah pada harta
manusia, maka riba itu tidak menambah pada sisi Allah. Dan apa yang kamu
berikan berupa zakat yang kamu maksudkan untuk mencapai keridhaan Allah,
maka (yang berbuat demikian) itulah orang-orang yang melipat gandakan
(pahalanya).
sebagaimana yang terdapat dalam QS. al-Fatihah 1: 2 (alhamdu lil Allahi rabb al-
yang sama. Berdasarkan hal ini, maka Allah swt adalah pendidik yang Maha
pendidikan Islam adalah bersumber pada pendidikan yang diberikan Allah sebagai
10
Ibn Abdullah Muhammad bin Ahmad al-Anshary al-Qurthubiy, Tafsir Qurthuby, Juz 1,
(Kairo: Dar al-Sya’biy. tt), h. 120
11
Abdurrahman An-Nahlawi, Prinsip-prinsip dan Metode Pendidikan Islam, (Bandung:
CV. Diponegoro,1992), h. 31
12
Omar Muhammad Al-Thoumy Al-Syaibani, Falasafah Pendidikan Islam, (Jakarta: Bulan
Bintang, 1979), h. 41
8
pengertian pendidikan Islam yang dikandung dalam term al-tarbiyah terdiri atas
empat unsur pendekatan, yaitu memelihara dan menjaga fitrah anak didik
secara bertahap.
berbagai ilmu pengetahuan pada jiwa individu tanpa adanya batasan dan
ketentuan tertentu.
Terjemahnya:
2013) h. 216
9
kepadamu Al Kitab dan Al-Hikmah, serta mengajarkan kepada kamu apa
yang belum kamu ketahui.14
kepada kaum muslimin. Menurut Abdul Fatah Jalal, apa yang dilakukan Rasul
bukan hanya sekedar membuat Islam bisa membaca, melainkan membawa kaum
muslimin kepada nilai pendidikan tazkiyah an-nafs (penyucian diri) dari segala
segala yang bermanfaat untuk diketahui. Oleh karena itu, makna al-ta’lim tidak
memiliki potensi yang dibawa sejak lahir. Oleh karena itu manusia diharapkan
ditanamka kedalam diri manusia (peserta didik) tentang tempat-tempat yang tepat
pengakuan tempat Tuhan yang tepat dalam tatanan wujud dan kepribadiannya.
mengubah tingkah laku individu peserta didik pada kehidupan pribadi, masyarakat
14
Departemen Agama RI, Al-Qur’an dan Terjemahnya, h. 17
15
Abdul Fatah Jalal, Azaz-azaz Pendidikan Islam, Terj. Harry Noer Ali, (Bandung: CV.
Diponegoro, 1988), h. 29-30
10
dan alam sekitarnya. Proses tersebut dilakukan dengan cara pendidikan dan
pengajaran sebagai suatu aktivitas asasi dan profesi di antara sekian banyak
peserta didik hidup lebih dinamis dengan berdasarkan nilai-nilai yang tinggi dan
kehidupan yang mulia. Dengan proses tersebut diharapkan akan terbentuk pribadi
peserta didik yang sempurna, baik yang berkaitan dengan potensi akal, perasaan
maupun perbuatannya.17
sesuai dengan ideologi Islam. Melalui pendekatan ini, ia akan dapat dengan
proses pendidikan tentulah berorientasi pada sifat dan hakikat anak didik sebagai
sehingga akal dan kecerdasan anak didik dapat berfungsi dan berkembang dengan
baik.18 Faktor yang mendukung pendidikan yang baik adalah lingkungan, seperti
16
Omar Muhammad Al-Syaibaniy, Falsafah Pendidikan Islam, h. 399
17
Muhammad Fadhil Al-Jamaly, Nahwa Tarbiyat Mukminat, (al-Syirkat al-Tunisiyat li
alTauzi’ 1977), h. 3
18
Jalaluddin, Abdullah Idi, Filsafat Pendidikan, (cet.6 PT RajaGrafindo Persada: 2017),
h. 86
11
dan kemampuan sehingga bermanfaat bagi diri dan sebagai warga negara
Indonesia.
minatnya.
turun temurun dan terjadinya proses interaksi sepanjang hayat. Proses pendidikan
pendidikan merupakan salah satu kegiatan yang wajib hukumnya bagi pria dan
wanita, dan berlangsung seumur hidup sejak dari buaian hingga ke liang lahat.
sebagai bagian yang tak terpisahkan dengan hidup dan kehidupan umat manusia,
12
antara manusia dengan alam, dan hubungannya antara manusia dengan manusia
lain.
yang dilakukan secara sadar dan terencana agar terbina suatu kepribadian yang
pendidikan Islam adalah mengandung tujuan yang bersifat ideal dan universal.
Tujuan tersebut dapat dijabarkan pada tingkat yang lebih rendah lagi, menjadi
tujuan yang bercorak nasional, institusional, terminal, klasikal, per bidang studi,
per pokok ajaran, sampai dengan setiap kali melaksanakan kegiatan belajar
mengajar.19
dan berkembang sejak sebelum Indonesia merdeka hingga sekarang. Hal ini dapat
pendidikan umum sebagai suatu mata pelajaran atau mata kuliah saja, maupun
19
Abuddin Nata, Metodologi studi Islam, (PT Raja grafindo Persada, Jakarta: 2008), h. 94
13
Pendidikan Islam sebagaimana pendidikan lainnya memiliki berbagai
aspek. Aspek tersebut dapat dilihat dari segi cakupan materi didikannya,
sebagai sebuah ilmu. Dari segi aspek materi didikannya, pendidikan Islam
aspek materi pendidikan Islam tersebut dapat dilihat dalam al-Qur’an dan al-
Sunnah serta pendapat para ulama. Pendapat lain mengatakan bahwa materi
pendidikan Islam itu pada prinsipnya ada dua, yaitu materi didikan yang
berkenaan dengan masalah keduniaan dan materi didikan yang berkenaan dengan
masalah keakhiratan.20
menjadi dasar yang menjadi tumpuan suatu sistem pendidikan. Filsafat pendidikan
memiliki peranan penting dalam suatu sistem pendidikan karena berfungsi sebagai
membantu penyelesaiannya. Dalam hal ini, pendidikan tidak bisa eksis tanpa
20
Abuddin Nata, Metodologi studi Islam, (PT Raja grafindo Persada, Jakarta: 2008), h.
340-341.
14
B. Ruang Lingkup Filsafat Pendidikan Islam
merupakan pengkajian dari aspek ontologis filsafat pendidikan Islam. Setiap ilmu
(objek material) dan yang akan dipandang (objek formal). Perbedaan suatu ilmu
pengetahuan dengan ilmu lainnya terletak pada sudut pandang (objek formal)
filsafat. Pendidikan pada umumnya, yaitu segala sesuatu yang ada. Segala sesuatu
yang ada ini mencakup “ada yang tampak” dan “ada yang tidak tampak”. Ada
yang tampak adalah dunia empiris, dan ada yang tidak tampak adalah alam
metafisis. Adapun objek formal filsafat pendidikan Islam adalah sudut pandang
yang menyeluruh, radikal, dan objektif tentang pendidikan Islam untuk dapat
diketahui hakikatnya.
adalah yang tercakup dalam objek material filsafat, yaitu mencari keterangan
secara radikal mengenai Tuhan, manusia, dan alam yang tidak bisa dijangkau oleh
aksiologi.
Secara mikro objek kajian filsafat pendidikan Islam adalah hal-hal yang
atau komponen pendidikan ini ada lima, yaitu tujuan pendidikan, pendidik,
15
peserta didik, alat pendidikan (kurikulum, metode, dan evaluasi pendidikan), dan
lingkungan pendidikan.21
sesuai dengan makalah ini, maka cukup disajikan ruang lingkup pembahasan
1. Ontologi
Ontologi terdiri dari dua suku kata, yakni ontos dan logos. Ontos berarti
sesuatu yang berwujud dan logos berarti ilmu. Jadi ontologi dapat diartikan
Dalam konsep filsafat ilmu Islam, segala sesuatu yang ada ini meliputi
yang nampak dan yang tidak nampak (metafisis). Filsafat pendidikan Islam
bertitik tolak pada konsep the creature of God, yaitu manusia dan alam. Sebagai
berpijak dari human sebagai dasar perkembangan dalam pendidikan. Ini berarti
bahwa seluruh proses hidup dan kehidupan manusia itu adalah transformasi
pendidikan. Sehingga yang menjadi dasar kajian atau dalam istilah lain sebagai
objek kajian (ontologi) filsafat pendidikan Islam seperti yang termuat di dalam
21
Toto Suharto, Filsafat Pendidikan Islam, h. 45-48
22
Mohammad Adib, Filsafat Ilmu: Ontologi, Epitemologi, Aksiologi, dan Logika Ilmu
Pengetahuan, (Pustaka Pelajar, Yogyakarta: 2011), h. 69
16
a. Pendidikan dan tingkah laku manusia serta akhlaknya selain dipengaruhi oleh
b. Lingkungan dan yang termasuk dalam alam raya adalah segala yang
diciptakan oleh Allah swt baik makhluk hidup maupun benda-benda alam;
c. Setiap wujud (keberadaan) memiliki dua aspek, yaitu materi dan roh. Dasar
nyata dan alam ghaib, alam materi dan alam ruh, alam dunia dan alam
akhirat;
kemampuan dirinya.23
apakah bentuk dari suatu meja, pasti setiap orang berbeda-beda pendapat
mengenai bentuknya, tetapi jika ditanyakan bahanya pastilah meja itu substansi
dengan kualitas materi, inilah yang dimaksud dari setiap orang bahwa suatu meja
itu suatu realita yang kongkrit. Plato mengatakan jika berada di dua dunia yang
kita lihat dan kita hayati dengan kelima panca indra kita nampaknya cukup nyata
atau real.
2. Epistemologi
logos yang berarti ilmu. Jadi epistemologi adalah ilmu yang membahas tentang
23
Ahmad Syari’i, Filsafat Pendidikan Islam, (Pustaka Firdaus, Jakarta: 2005), h. 123
17
pengetahuan, yakni cabang filsafat yang membicarakan tentang cara memperoleh
epistemologi adalah suatu cabang filsafat yang menyoroti atau membahas tentang
tata cara, teknik, atau prosedur mendapatkan ilmu dan keilmuan. Tata cara, teknik,
atau prosedur mendapatkan ilmu dan keilmuan adalah dengan metode non-ilmiah,
untungan (trial and error); akal sehat (common sense); prasangka; otoritas
Dalam kajian pemikiran Islam terdapat juga beberapa aliran besar dalam
24
Mohammad Adib, Filsafat Ilmu: Ontologi, Epitemologi, Aksiologi, dan Logika Ilmu
Pengetahuan, (Pustaka Pelajar, Yogyakarta: 2011), h. 123
18
sistem berfikir dalam Islam, yakni bayani, burhani dan irfani, yang masing-
bersumber pada nash, ijma’, dan ijtihad. Jika dikaitkan dengan epistemologi,
menempatkan teks (wahyu) sebagai sebuah kebenaran mutlak. Adapun akal hanya
menempati tingkat sekunder dan bertugas hanya untuk menjelaskan teks yang ada.
Salah satu kelemahannya adalah kurang peduli terhadap isu-isu keagamaan yang
maka mau tidak mau harus menghubungkan dengan pola berfikir irfani dan
burhani. Jika masing-masing tetap kokoh pada pendiriannya dan tidak mau
membuka diri, berdialog, dan saling melengkapi satu sama lain, sulit rasanya studi
Kata burhani diambil dari bahasa Arab, al-burhan yang berarti argumentasi
yang kuat dan jelas. Sedangkan kata yang memiliki makna sama dengan al-burhan
dalam bahasa Inggris adalah demonstration. Arti dari kata demonstration adalah
berfikir sesuai dengan alur tertentu atau penalaran yang dapat dipertanggung
19
yang integratif, sistemik, dan sistematis. Ciri daripada pengetahuan demonstratif
ada tiga. Pertama, pokok bahasannya jelas dan pasti. Kedua, universal dan tidak
suatu proposisi dengan cara konklusi atau deduksi. Sedangkan dalam pengertian
manusia berupa pengalaman dan akal tanpa dasar teks wahyu suci, yang
realitas dan empiris; alam, sosial, dan humanities. Artinya ilmu diperoleh sebagai
di alam nyata, baik yang bersifat sosial maupun alam. Corak berfikir yang
‘Irfan dalam bahasa Arab semakna dengan ma’rifah yang diartikan dengan
pengetahuan yang tertinggi, yang dihadirkan ke dalam qalb dengan cara kasyf
atau ilham. Di kalangan kaum sufi sendiri, ma’rifah diartikan sebagai pengetahuan
20
pemikiran Islam menjadi mekanisme kontrol perimbangan pemikiran dari dalam.
berjalan baik dan sesuai harapan. Dalam kondisi ini, perpaduan ini ternyata juga
membawa dampak yang kurang produktif, baik berupa ketegangan, konflik, dan
Karena menggunakan intuisi ini, maka status keabsahannya acapkali digugat, baik
3. Aksiologi
manusia. Dengan kata lain, apa yang dapat disumbangkan ilmu terhadap
Dalam bahasan lain, tujuan keilmuan dan pendidikan Islam yang berusaha
untuk mencapai kesejahteraan manusia di dunia dan akhirat ini sesuai dengan
Maqasid al-Syariah yakni tujuan Allah saw dan Rasul-Nya dalam merumuskan
nilai-nilai dan sasaran syara' yang tersirat dalam segenap atau bagian terbesar dari
26
Mohammad Adib, Filsafat Ilmu: Ontologi, Epitemologi, Aksiologi, dan Logika Ilmu
Pengetahuan, (Pustaka Pelajar, Yogyakarta: 2011), h. 74-75
21
dan rahasia syariah, yang ditetapkan oleh al-Syari' dalam setiap ketentuan hukum.
Menurut Syathibi tujuan akhir hukum tersebut adalah satu, yaitu mashlahah atau
pemikiran tentang masalah nilai-nilai termasuk nilai tinggi dari Tuhan, misalnya
nilai moral, nilai agama, dan nilai keindahan (estetika).28 Jika aksiologi ini dinilai
dari sisi ilmuwan, maka aksiologi dapat diartikan sebagai telaah tentang nilai -
nilai yang dipegang ilmuwan dalam memilih dan menentukan prioritas bidang
27
http://maqasid-syariah.blogspot.com/2009/01/maqasid-al-syariah.html diunduh pada
Jum’at 28 Oktober 2020/ 10:20
28
Muzayyin Arifin, Filsafat Pendidikan Islam, (Bumi Aksara, Jakarta: 2010), h. 8
22
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
bagaimana hakekat sesuatu sejauh yang dapat dicapai oleh akal dan indra dan
sejauh yang dapat dicapai oleh akal dan indra manusia (Rasio dan Empirik) dan
tersebut.
bertanggung jawab baik terhadap dirinya maupun segala sesuatu di luar dirinya.
Islam adalah keyakinan yang seluruh ajarannya bersumber dari al-Qur’an dan al-
dengan alam semesta. Secara ontologis pemikiran ini berkaitan dengan tujuan
pendidikan Islam.
23
mengkaji kandungan makna dan nilai-nilai berdasarkan dalam al-Qur’an dan al-
Hadis.
Islam untuk lebih maju, dan disyukuri perkembangan tersebut tidak terlepas dari
al-Qur’an dan al-Hadis sebagai pedoman umat Islam dan sebagai sumber ilmu
pengetahuan.
24
DAFTAR PUSTAKA
http://maqasid-syariah.blogspot.com/2009/01/maqasid-al-syariah.html diunduh
pada Jum’at 28 Oktober 2020/ 10:20
Ibn Abdullah Muhammad bin Ahmad al-Anshary al-Qurthubiy, Tafsir Qurthuby,
Juz 1, Kairo: Dar al-Sya’biy. tt
Jalal Abdul Fatah, Azaz-azaz Pendidikan Islam, Terj. Harry Noer Ali, Bandung:
CV. Diponegoro, 1988
Nasution Harun, Filsafat Islam dalam Jalaluddin Rakhmat (et.al), Petualangan
Spiritualitas; Meraih Makna Diri Menuju Kehidupan Abadi , Cet.I; Pustaka
Pelajar, 2008
25
------------------, Filsafat dan Mistisisme dalam Islam, Bulan Bintang, Jakarta,
1998
-----------------, Islam Ditinjau dari Berbagai Aspeknya, Jilid II, UI Press, Cet. Vi,
Jakarta:1986
Nata Abuddin, Filsafat Pendidikan Islam, Cet. I; Jakarta: Logos, 1997
-----------------, Metodologi studi Islam, PT Raja grafindo Persada, Jakarta: 2008
Noor Juliansyah, Metodologi Penelitian, cet. 1 Kencana Prenanda Media Group
Jakarta: 2011
Muhammad Fadhil Al-Jamaly, Nahwa Tarbiyat Mukminat, al-Syirkat al-Tunisiyat
li alTauzi’ 1977
Mohammad Adib, Filsafat Ilmu: Ontologi, Epitemologi, Aksiologi, dan Logika
Ilmu Pengetahuan, Pustaka Pelajar, Yogyakarta: 2011
Pohan Jusrin Efendi, Filsafat Pendidikan, cet. 1 PT RajaGrafindo Persada, Depok:
2019
Said Umar dan Jalaluddin, Filsafat Pendidikan Islam: Konsep dan Perkembangan
Pemikirannya, Jakarta: Raja Grafindo Persada, 1999
Saefullah Djadja, Pengantar Filsafat, cet.3 PT Refika Aditama, Bandung
Syalabi Ahmad, Tarikh al-Tarbiyah al-Islamiyat, Kairo: al-Kasyaf, 1945
------------------, Filsafat Pendidikan Islam, Pustaka Firdaus, Jakarta: 2005
Zar Sirajuddin, Filsafat Islam; Filosof dan Filsafatnya Cet.IV; PT.RajaGrafindo
Persada, 2010
Zen Zelhendri, Syafril, , Dasar-dasar Ilmu Pendidikan, cet.1 kencana, 2017
26