Anda di halaman 1dari 7

KONSEP DASAR FILSAFAT PENDIDIKAN ISLAM

Makalah Di Susun Guna Memenuhi Tugas Mata Kuliah


Filsafat Pendidikan Islam

Dosen Pengampu : ARI ROHMAWATI, M.Phil

Oleh :

LAILATUL FAUZIAH (191210084)

Prodi : Pendidikan Agama Islam

FAKULTAS TARBIYAH

INSTITUT AGAMA ISLAM MA’ARIF NU (IAIM)

METRO LAMPUNG

2021 M
1. Pengertian Hakikat Pendidikan, Pendidikan Islam, dan hakikat filsafat yakni :
Hakikat Pendidikan merupakan upaya untuk memanusiakan manusia. Manusia
adalah makhluk tinggi derajatnya dibandingkan dengan makhluk lain. Hal ini
dikarenakan Tuhan telah menganu-gerahkan kemampuan berbahasa dan akal pikiran
atau rasio. Karenanya pendidikan merupakan usaha dengan sengaja dari orang dewasa
memberikan bimbingan kepada anak murid (peserta didik), dengan tujuan untuk
membina mental dan spiritual hingga tercapainya istilah insan kamil.1
Pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana
belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif mengembangkan
potensi dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual keagamaan, pengendalian diri,
kepribadian, kecerdsan, akhlak mulia, serta ketrampilan yang diperlukan dirinya,
masyarakat, bangsa dan negara. Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia Pendidikan
diartikan sebagai proses pengubahan sikap dan tata laku sesorang atau kelompok
orang dalam usaha mendewasakan manusia melalui upaya pengajaran dan pelatihan.2
Filsafat pendidikan pada hakekatnya adalah penerapan analisa filsafat terhadap
lapangan pendidikan. John Dewey mengatakan bahwa filsafat adalah teori umum dari
pendidikan, landasan dari semua pemikiran mengenai pendidikan. Pemikiran sesuai
cabang-cabang filsafat turut mempengaruhi pelaksanaan pendidikan.3
Pendidikan Islam adalah sistem pendidikan yang memberikan kemampuan
sseseorang untuk memimpin kehidupannya sesuai dengan cita-cita dan nilai-nilai
Islam yang telah menjiwai dan mewarnai corak kepribadiannya, dengan kata lain
pendidikan Islam adalah suatu sistem kependidikan yang mencakup seluruh aspek
kehidupan yang dibutuhkan oleh hamba Allah sebagaimana Islam telah menjadi
pedoman bagi seluruh aspek kehidupan manusia baik duniawi maupun ukhrawi.4
Kata filsafat berasal dari bahasa Yunani. Kata ini berasal dari kata philosophia
yang berarti cinta pengetahuan. Terdiri dari kata philos yang berarti cinta, senang dan
suka, serta kata shopia berarti pengetahuan, hikmah dan kebijaksanaan. Hasan Shadily
mengatakan bahwa filsafat menurut asal katanya adalah cinta akan kebenaran.
Dengan demikian, dapat diarik kesimpulan bahwa filsafat adalah cinta ilmu

1
LAILI ARFANI, “Mengurai Hakikat Pendidikan, Belajar dan Pembelajaran,” Pelita Bangsa Pelestari
Pancasila 11, no. 2 (2018).
2
Hasbi Siddik, “Hakikat Pendidikan Islam,” Al-Riwayah: Jurnal Kependidikan 8, no. 1 (2016): 89–103.
3
Muhammad Kristiawan, “Filsafat Pendidikan,” 2016.
4
Rahmat Hidayat dan Henni Syafriana Nasution, “Filsafat Pendidikan Islam: Membangun Konsep
Dasar Pendidikan Islam,” 2016.
pengetahuan atau kebenaran, suka kepada hikmah dan kebijaksanaan. Jadi, orang
yang berfilsafat adalah orang yang mencintai kebenaran, berilmu pengetahuan, ahli
hikmah dan bijaksana.5
Filsafat adalah ilmu pengetahuan yang komprehensif yang berusaha
memahami persoalan-persoalan yang timbul di dalam keseluruhan ruang lingkup
pengalaman manusia. Dengan demikian diharapkan agar manusia dapat mengerti dan
memiliki pandangan yang menyeluruh dan sistematis mengenai alam semesta dan
tempat manusia di dalamnya.6
Pengertian filsafat pendidikan Islam menurut beberapa pakar ialah studi
tentang pandangan filosofis dan sistem dari aliran filsafat terhadap masalah
kependidikan yang harus didasarkan pada ajaran Islam.7
Jadi dapat ditarik kesimpulan hakikat filsafat pendidikan islam adalah studi
dalam memahami masalah-masalah secara mendalam tentang pendidikan islam untuk
memperbaiki dan memberi solusi terhadap permasalahan yang timbul atau yang akan
timbul di dunia pendidikan islam. Di samping itu filsafat pendidikan Islam, juga
merupakan studi tentang penggunaan dan penerangan metode dan sistem filsafat
Islam dalam memecahkan problematika pendidikan umat Islam, dan selanjutnya
memberikan arah dan tujuan yang jelas terhadap pelaksanaan pendidikan umat Islam.

2. Pengertian Cabang Filsafat Metafisika, Epistomologi, dan aksiologi


Metafisika adalah bidang telaah filsafati yang merupakan tempat berpijak dari
setiap pemikiran filsafati termasuk pemikiran ilmiah Supernaturalisasi adalah paham
yang menyatakan bahwa terdapat wujud-wujud bersifat gaib (supernatural) dan ujud-
ujud ini bersifat lebih tinggi atau lebih kuasa dibandingkan dengan alam yang nyata.8
Metafisika berasal dari bahasa Yunanimeta physhika (sesudah fisika). Kata
metafisika ini juga memiliki berbagai arti. Metafisika dapat berarti upaya untuk
mengkarakteris-tikkan eksistensi atau realita sebagai suatu keseluruhan. Namun
secara umum metafisika adalah suatu pembahasan filsafat yang komprehensif
mengenai seluruh realitas atau tentang segala sesuatu yang ada.9

5
Afifuddin Harisah, Filsafat Pendidikan Islam Prinsip dan Dasar Pengembangan (Deepublish, 2018).
6
Harisah.
7
Muhammad Dahri dan Ibnu Hajar Sainuddin, “KONSEP DASAR FILSAFAT PENDIDIKAN ISLAM,” t.t.
8
Jujun S. Suriasumantri, “Filsafat ilmu,” Jakarta: Pustaka Sinar Harapan, 2007.
9
H. Mohammad Adib, Filsafat Ilmu: Ontologi, Epistemol ogi, Aksiologi, dan Logika Ilmu Pengetahuan
(Pustaka Pelajar, 2011).
Metafisika merupakan cabang filsafat yang mengkaji hakikat: hakikat dunia,
hakikat manusia termasuk hakikat anak. Anak adalah manusia yang terdiri dari
jasmani atau rohani atau keduanya. Metafisika memiliki implikasi penting untuk
pendidikan karena kurikulum sekolah berdasarkan apa yang kita ketahui mengenai
realita.10
Epistemologi adalah cabang filsafat yang mempelajari asal mula atau sumber,
struktur, metode, dan validitas pengetahuan. Secara etimologi, istilah epistemologi
berasal dari Yunani episteme (pengetahuan) dan logos (ilmu/teori). Logika merupakan
cabang filsafat yang berkenaan dengan kegiatan berpikir dan bahasa. Dalam hal ini
logika dapat didefinisikan sebagai ilmu bernalar secararuntut dan sistematis yang
disampaikan dengan menggunakan bahasa. Tentu dalam hal ini terdapat sejumlah
aturan yang harus ditaati agar pernyataan-pernyataan yang disampaikan sah dan dapat
diterima oleh akal sehat baik diri kita sendiri maupun orang lain.11
Aksiologi adalah Secara etimologis, aksiologi berasal dari bahasa Yunani
Kuno, yaitu “aksios” yang berarti nilai dan kata “logos” berarti teori. Jadi, aksiologi,
merupakan cabang filsafat yang mempelajari nilai. Dengan kata lain, aksiologi adalah
teori nilai. Suriasumantri (1990) mendefinisikan aksiologi sebagai teori nilai yang
berkaitan dengan kegunaan dari pengetahuan yang di peroleh. Aksiologi dalam
Kamus Bahasa Indonesia (1995) adalah kegunaan ilmu pengetahuan bagi kehidupan
manusia, kajian tentang nilai-nilai khususnya etika. Menurut Wibisono seperti yang
dikutip Surajiyo (2007), aksiologi adalah nilai-nilai sebagai tolak ukur kebenaran,
etika dan moral sebagai dasar normatif penelitian dan penggalian, serta penerapan
ilmu. Dalam Encyclopedia of Philosophy dijelaskan bahwa aksiologi disamakan
dengan value and valuation.12
3. Aliran Filsafat Pendidikan
Aliran perenialisme lebih menekankan pada kebenaran, keabadian, keindahan
pada warisan budaya. Pendidikan yang menganut aliran ini menekankan pada
kebenaran absolut, universal yang tidak terikat pada tempat dan waktu. Aliran ini
bersifat masa lampau, dimana aliran ini kembali pada nilai-nilai budaya.13

10
Kristiawan, “Filsafat Pendidikan.”
11
Totok Wahyu Abadi, “Aksiologi: Antara Etika, Moral, dan Estetika,” KANAL: Jurnal Ilmu Komunikasi
4, no. 2 (2016): 187–204.
12
Abadi.
13
Zaibun Nisa, “Aliran Filsafat Pendidikan Perenialisme,” Filsafat Pendidikan Islam, 2020.
Aliran perennialisme ini mengambil analogi realitas sosial budayamanusia,
seperti realitas pohon bunga yang terus menerus mekar dari musim ke musim, datang
dan pergi, berubah warna secara tetap sepanjang masa, dengan gejala yang terus ada
dan sama.14
filsafat pendidikan esensialisme bertitik tolak dari kebenaran yang dianggap
telah terbukti selama berabad-abad lamanya. Jika dilihat dari segi proses
perkembangannya, esensialisme merupakan perpaduan antara ide-ide filsafat dealisme
dan realisme. Aliran tersebut akan tampak lebih mantap dan kaya akan ide-ide,
apabilahanya mengambil salah satu dari aliran atau posisi sepihak. Pertemuan dua
aliran tersebutbersifat elektik, yakni keduanya berposisi sebagai pendukung, tidak ada
yang melebur menjadi satu atau tidak melepaskan identitasdan ciri masing-masing.15
Esensialisme adalah aliran filsafat pendidikan yang merupakan kombinasi
filsafat idealisme dan realisme. Dua aliran ini bertemu sebagai pendukung
esensialisme, akan tetapi tidak lebur menjadi satu dan tidak melepaskan sifatnya yang
utama pada dirinya masing-masing Aliran ini mendasarkan pada nilai-nilai
kebudayaan yang telah ada sejak awal peradaban umat manusia, di
sampingmendasarkan pada lingkungan sosial.16
Aliran filsafat pendidikan Esensialisme dapat ditelusuri dari aliran filsafat
yang menginginkan agar manusia kembali kepada kebudayaan lama, karena
kebudayaan lama telah banyak melakukan kebaikan untuk manusia.17
Progresivisme merupakan teori yang mucul dalam reaksi terhadap pendidikan
tradisional yang selalu menekankan kepada metode formal pengajaran. Pada dasarnya
teori ini menekankan beberapa prinsip, antara lain proses pendidikan berawal dan
berakhir pada peserta didik, Peserta didik adalah sesuatu yang aktif, bukan pasif,
Peran guru hanya sebagai fasilitator, pembimbing, dan pengarah, Sekolah harus
menciptakan iklim yang bersifat kooperatif dan demokratif, Aktifitas pembelajaran
lebih focus pada pemecahan masalah bukan untuk mengajarkan materi kajian.18
Aliran Progresivismeini merupakan salah satu aliran filsafat pendidikan yang
berkembang pesat pada permulaan abad ke XX dan sangat berpengaruh dalam
14
AINUL YAQIN dan FAHRIZAL MUHAINI, “ALIRAN-ALIRAN FILSAFAT PENDIDIKAN,” t.t.
15
H. A. Yunus, “Telaah aliran Pendidikan progresivisme dan esensialisme dalam perspektif filsafat
Pendidikan,” Jurnal Cakrawala Pendas 2, no. 1 (2016).
16
Hidayat dan Nasution, “Filsafat Pendidikan Islam.”
17
YAQIN dan MUHAINI, “ALIRAN-ALIRAN FILSAFAT PENDIDIKAN.”
18
Yunus, “Telaah aliran Pendidikan progresivisme dan esensialisme dalam perspektif filsafat
Pendidikan.”
pembaruan pendidikan. Perkembangan tersebut terutama didorong terutama oleh
aliran naturalisme dan eksperimentalisme, instrumentalisme, evironmentalisme, dan
pragmatisme sehingga progresivisme sering disebut sebagai salah satu dari aliran tadi.
Progresivisme dalam pandangannya, selalu berhubungan dengan pengertian heliberal
road to cultural yakni liberal bersifal leksibel (lentur dan tidak kaku), toleran dan ber-
sikap terbuka, serta ingin mengetahui dan menyelidiki demi pengembangan
pengalaman.19
Aliran Rekonstruksionalisme adalah aliran untuk mencari kesepakatan semua
orang mengenai tujuan utama yang dapat mengatur tata kehidupan manusia dalam
suatu tataran baru seluruh lingkungannya. Maka, melalui lembaga dan proses
pendidikan, aliran ini ingin merombak tata susunan lama, dan membangun tata
susunan hidup ke-budayaan yang sama sekali baru. Tujuan tersebut hanya dapat
diwujudkan melalui usaha bersama dan bekerja sama semua bangsa.20

4. Relevansi filsafat pendidikan islam terhadapat Pendidikan agama islam


Dalam hubungan filsafat Pendidikan Islam dengan pendidikan agama islam
adalah mengenai hal-hal yang bersifat teknis operasional pendidikan dan segala hal
yang mendasari serta mewarnai corak sistem pemikiran. Dengan demikian, secara
umum pembahasan filsafat pendidikan Islam ini adalah pemikiran yang serba
mendalam, mendasar, sistematis, terpadu,logis, menyeluruh dan universal mengenai
konsep-konsep tersebut mulai dari perumusan tujuan pendidikan, kurikulum, guru,
metode, lingkungan, dan seterusnya.
Dengan demikian relevansi filsafat pendidikan Islam dengan pendidikan
agama islam adalah kesinambungan anatara kegiatan Pendidikan agama Islam, seperti
msalah tujuan pendidikan agama Islam, masalah guru, kurikulum, metode dan
lingkungan. pemikiran yang serba mendalam, mendasar, sistematis, terpadu,
menyeluruh, dan universal mengenai konsep-konsep yang berkaitan dengan
pendidikan atas dasar ajaran agama Islam.21

DAFTAR PUSTAKA

19
YAQIN dan MUHAINI, “ALIRAN-ALIRAN FILSAFAT PENDIDIKAN.”
20
YAQIN dan MUHAINI.
21
Dahri dan Sainuddin, “KONSEP DASAR FILSAFAT PENDIDIKAN ISLAM.”
LAILI ARFANI, “Mengurai Hakikat Pendidikan, Belajar dan Pembelajaran,” Pelita
Bangsa Pelestari Pancasila 11, no. 2 (2018).
Hasbi Siddik, “Hakikat Pendidikan Islam,” Al-Riwayah: Jurnal Kependidikan 8, no. 1
(2016): 89–103.
Muhammad Kristiawan, “Filsafat Pendidikan,” 2016.
Rahmat Hidayat dan Henni Syafriana Nasution, “Filsafat Pendidikan Islam:
Membangun Konsep Dasar Pendidikan Islam,” 2016.
Afifuddin Harisah, Filsafat Pendidikan Islam Prinsip dan Dasar Pengembangan
(Deepublish, 2018).
Harisah.
Muhammad Dahri dan Ibnu Hajar Sainuddin, “KONSEP DASAR FILSAFAT
PENDIDIKAN ISLAM,” t.t.
Jujun S. Suriasumantri, “Filsafat ilmu,” Jakarta: Pustaka Sinar Harapan, 2007.
H. Mohammad Adib, Filsafat Ilmu: Ontologi, Epistemol ogi, Aksiologi, dan Logika
Ilmu Pengetahuan (Pustaka Pelajar, 2011).
Kristiawan, “Filsafat Pendidikan.”
Totok Wahyu Abadi, “Aksiologi: Antara Etika, Moral, dan Estetika,” KANAL: Jurnal
Ilmu Komunikasi 4, no. 2 (2016): 187–204.
Abadi.
Zaibun Nisa, “Aliran Filsafat Pendidikan Perenialisme,” Filsafat Pendidikan Islam,
2020.
AINUL YAQIN dan FAHRIZAL MUHAINI, “ALIRAN-ALIRAN FILSAFAT
PENDIDIKAN,” t.t.
H. A. Yunus, “Telaah aliran Pendidikan progresivisme dan esensialisme dalam
perspektif filsafat Pendidikan,” Jurnal Cakrawala Pendas 2, no. 1 (2016).
Hidayat dan Nasution, “Filsafat Pendidikan Islam.”
YAQIN dan MUHAINI, “ALIRAN-ALIRAN FILSAFAT PENDIDIKAN.”
Yunus, “Telaah aliran Pendidikan progresivisme dan esensialisme dalam perspektif
filsafat Pendidikan.”
YAQIN dan MUHAINI, “ALIRAN-ALIRAN FILSAFAT PENDIDIKAN.”
YAQIN dan MUHAINI.
Dahri dan Sainuddin, “KONSEP DASAR FILSAFAT PENDIDIKAN ISLAM.”

Anda mungkin juga menyukai