Anda di halaman 1dari 28

Hakekat Filsafat

dan
Filsafat Pendidikan
Oleh:
Sih Yunika Purbawati dan Nur Hamidah
Hakekat Filsafat

Apa hakekat dari filsafat?


Filsafat adalah hasil daya upaya manusia dengan akal budinya
untuk memahami atau mendalami secara radikal dan integral
serta sistematis hakikat sarwa yang ada, yaitu: hakikat Tuhan,
hakikat alam semesta, hakikat manusia serta sikap manusia
sebagai konsekuensi dari paham tersebut.
Filsafat merupakan bagian dari kebenaran

KEBENARA
N

ILMU /
AGAMA FILSAFAT SAINS
Pengertian Filsafat

01 02
Secara Etimologis Secara Terminologis
Filsafat → Philosophia (Yunani) Philos/ Secara terminologi, istilah filsafat adalah
philein → Cinta Sophia/shopos → pengetahuan yang berminat mencapai
Kebijaksanaan/ Kearifan/ Wisdom pengetahuan kebenaran yang asli
Filsafat → Cinta kebijaksanaan/ Ilmu

Filsafat sebagai metode Filsafat sebagai output


cara bertindak menurut sistem aturan Pengetahuan atau kebenaran yang
tertentu berdasarkan objek formal bersandar pada akal atau rasio, baik
yang ditentukan menurut suatu menyangkut objek materi yang
pendapat dan pemikiran khas untuk berwujud (fisika) atau yang tidak
berfilsafat berwujud (metafisika)
Filsafat Pendidikan
Menurut Prof. Imam Barnadib: Filsafat
Pendidikan pada dasarnya merupakan
penerapan suatu analisis filosofis
terhadap lapangan pendidikan.

John Dewey: Filsafat merupakan teori


umum dari pendidikan, landasan dari
semua pemikiran mengenai pendidikan.
Filsafat pendidikan adalah filsafat yang digunakan dalam
studi mengenai masalah-masalah pendidikan (Amka,
2019, hlm. 22).
Filsafat pendidikan adalah
aktivitas pemikiran teratur yang
menjadikan filsafat sebagai
medianya untuk menyusun proses
pendidikan, menyelaraskan,
mengharmoniskan dan
menerangkan nilai-nilai dan
tujuan yang ingin dicapai. Jadi,
terdapat kesatuan yang utuh
antara filsafat, filsafat pendidikan,
dan pengalaman manusia.
Landasan / Sistematika
Filsafat Pendidikan
Filsafat membentuk dan memberikan asumsi-asumsi
dasar bagi setiap ilmu pengetahuan, tidak terkecuali
pendidikan. Saat filsafat membahas ilmu alam, maka
diperoleh filsafat ilmu alam. Ketika filsafat
mempertanyakan konsep dari hukum, maka
terbentuklah filsafat hukum, dan ketika filsafat
mengkaji permasalahan pendidikan, maka terciptalah
cabang filsafat ini (Kneller, 1971, hlm.4).
Hubungan Filsafat dan Pendidikan

Berfilsafat berarti mencari nilai-nilai ideal (cita-


cita) yang lebih baik, sedangkan pendidikan
mengaktualisasikan nilai-nilai ini dalam
kehidupan manusia. Pendidikan bertindak
mencari arah yang terbaik, dengan berbekal
teori-teori pendidikan yg diberikan antara lain
oleh pemikiran filsafat .
Dasar Pendidikan

Filsafat mengadakan tinjauan yang luas terhadap


realita termasuk manusia, maka dibahaslah antara
lain pandangan dunia dan pandangan hidup. Konsep-
konsep ini selanjutnya menjadi dasar atau landasan
penyusunan tujuan dan metodologi pendidikan.
Sebaliknya pengalaman pendidik dalam realita
menjadi masukan dan pertimbangan bagi filsafat
utk mengembangkan pemikiran pendidikan.
Filsafat memberi dasar-dasar dan nilai-nilai
yang sifatnya das Sollen (yang seharusnya)
Praktis pendidikan mengimplementasikan
dasar-dasar tersebut, tetapi juga memberi
masukan dari realita terhadap pemikiran ideal
pendidikan dan manusia. Jadi, ada hubungan
timbal balik di antara keduanya.
Manfaat Belajar Filsafat Pendidikan

Menjadikan mhs lebih kritis dan lebih dapat


berpikir reflektif dalam memandang persoalan
pendidikan Memperluas cakrawala berpikir
mahasiswa agar lebih arif dalam memahami
problem pendidikan Memecahkan problem-
problem dasar kependidikan dengan
menggunakan kebebasan intelektual dan
tanggung jawab sosial.
Kedudukan Filsafat Pendidikan

sebagai Fondasi dan Teori Pendidikan Ilmu


pendidikan merupakan ilmu interdisipliner.
Ilmu pendidikan dibangun atas dasar atau
fondasi utama: Filsafat Psikologi Sosiologi Jadi,
Ilmu pendidikan hampir pasti mempunyai dasar
filosofisnya, disamping dasar psikologis dan
sosiologis.
Ruang Lingkup Filsafat Pendidikan

1. Merumuskan secara tegas sifat hakiki pendidikan


2. Merumuskan hakikat manusia sebagai subjek dan objek
pendidikan.
3. Merumuskan hubungan antara filsafat, filsafat pendidikan,
agama dan kebudayaan
4. Merumuskan hubungan antara filsafat, filsafat pendidikan
dan teori pendidikan.
5. Merumuskan hubungan antara filsafat negara (ideologi),
filsafat pendidikan dan politik pendidikan (sistem pendidikan)
6. Merumuskan sistem nilai dan norma atau isi moral
pendidikan yg menjadi tujuan pendidikan.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa kurikulum
merdeka belajar yang digagas Menteri Pendidikan,
Kebudayaan, Riset dan Teknologi (Mendikbud
Ristek) Nadiem Makarim sejalan dengan
aliran progresivisme
Salah satu aliran filsafat sebagai landasan filosofis dalam
pengembangan kurikulum adalah Aliran progresif atau
progressivisme, yaitu suatu gerakan dan perkumpulan yang
didirikan pada tahun 1918 yang berpendapat bahwa pengetahuan
yang benar pada masa kini mungkin tidak benar di masa
mendatang.

Pendidikan harus terpusat pada anak bukannya memfokuskan


pada guru atau bidang muatan tertentu. Menurut Progresivisme,
kurikulum itu hendaknya tidak bersifat universal melainkan
berbeda-beda sesuai dengan kondisi yang ada; disesuaikan
dengan sifat-sifat peserta didik (minat, bakat, dan kebutuhan
setiap peserta didik) atau chil centered; berbasis pada masyarakat;
dan bersifat fleksibel dan dapat berubah atau direvisi.
Dasar Filsafat di Indonesia
mengikuti Filosofi Pendidikan
dari Ki Hajar Dewantara
Filosofi KHD yang pertama mengartikan pendidikan sebagai tempat persemaian benih-
benih kebudayaan dalam masyarakat, menyadarkan kami para pendidik bahwa untuk
menciptakan manusia Indonesia yang beradab maka salah satu kunci untuk
mewujudkannya yaitu melalui pendidikan.
Pemikiran Filosofis Pendidikan Ki Hajar Dewantara
Sistem Among

Sistem Among adalah suatu sistem pembelajaran yang mengedepankan


pembentukan manusia secara utuh. Suatu metode yang tidak menghendaki
‘perintah-paksaan’, melainkan memberi ‘tuntunan’ bagi hidup anak-anak agar
dapat berkembang dengan subur dan selamat, baik lahir maupun batinnya.
Sistem among bertujuan untuk membangun hubungan emosional yang kuat
antara guru, siswa, dan orang tua untuk menciptakan lingkungan pendidikan yang
optimal.
Kodrat Alam dan Kodrat Zaman

Kodrat alam adalah sifat alami manusia yang harus dikembangkan, seperti sifat
kejujuran, ketulusan, tanggung jawab dan lain-lainnya. Sedangkan kodrat zaman
adalah keadaan dan tantangan yang dihadapi oleh manusia pada zaman tertentu.
Untuk berhasil dalam kehidupan, Ki Hajar Dewantara percaya bahwa anak-anak
harus dididik dengan mempertimbangkan kedua faktor ini. Anak-anak harus
diajarkan sifat-sifat yang sesuai dengan kodrat alam mereka dan keterampilan
yang sesuai dengan tuntutan zaman.
Asas Tri Kon

Tri Kon terdiri dari tiga aspek: kontinu, konvergen, dan konsentris. Kontinu berarti
pendidikan yang harus dilaksanakan secara berkesinambungan, dilakukan terus
menerus dengan membuat perencanaan yang baik.
Konvergen berarti pendidikan yang dilakukan bisa mengambil dari berbagai
sumber di luar negeri, namun harus disesuaikan dengan kebutuhan yang kita
miliki sendiri. Konsentris berarti pendidikan yang dilakukan tidak lepas dari
kepribadian bangsa kita sendiri.
Tri Pusat Pendidikan

Dalam kehidupan anak, ada tiga tempat penting yang menjadi pusat pendidikan bagi mereka, yaitu
alam keluarga, alam perguruan (sekolah) dan alam pergerakan pemuda (masyarakat).
Keluarga adalah pusat pendidikan pertama yang penting dalam membentuk karakter anak. Sekolah
bertanggung jawab untuk memberikan pengetahuan dan keterampilan yang dibutuhkan dalam
kehidupan.
Sedangkan masyarakat sebagai pusat pendidikan yang terakhir bertugas membantu membentuk
karakter anak dan mempersiapkannya untuk kehidupan sosial.
Ki Hajar Dewantara memandang pendidikan sebagai tanggung jawab bersama antara keluarga,
sekolah, dan masyarakat. Oleh karena itu, ia menekankan perlunya kerja sama antara ketiga pusat
pendidikan tersebut untuk menciptakan pendidikan yang holistik dan efektif.
Berhamba pada Anak

Istilah "berhamba" mungkin terdengar aneh ketika digunakan konteks pendidikan. Namun, pada
intinya, KHD berbicara tentang pentingnya fokus pada kebutuhan dan kepentingan anak dalam
proses pendidikan.
Seorang anak atau murid harus menjadi pusat perhatian dalam pendidikan. Pendidikan harus
diarahkan pada pelayanan kepada anak, yang artinya bahwa proses pendidikan harus didasarkan
pada kebutuhan dan kepentingan anak.
Hal ini sejalan dengan pandangan bahwa setiap anak adalah individu yang unik dan berhak
mendapatkan pendidikan yang sesuai dengan kebutuhan dan bakatnya masing-masing. Sehingga
guru harus memperlakukan muridnya dengan kasih sayang dan memahami kebutuhan mereka
secara individual
Budi Pekerti

Budi pekerti mencakup nilai-nilai kebajikan seperti sopan santun, kejujuran, kerja
sama, dan tanggung jawab. Ki Hajar Dewantara percaya bahwa dengan mempelajari
nilai-nilai ini, anak-anak akan menjadi individu yang baik dan bermanfaat bagi
masyarakat.
Maka dari itu, pendidikan harus menanamkan nilai-nilai tersebut pada anak sejak
dini. Guru harus menjadi contoh yang baik dalam berperilaku dan mengajarkan
anak-anak untuk menjadi individu yang bertanggung jawab dan memiliki moral
yang baik.
Ing Ngarso Sung Tuladha
Ing Madya Mangun Karsa
Tut Wuri Handayani

Slogan ini bermakna "di depan memberikan contoh, di tengah memberi dorongan, di belakang
memberikan dukungan".
Ini berarti seorang pendidik harus menjadi contoh yang baik bagi anak didiknya, memberikan
dorongan dan motivasi agar anak didiknya agar berkembang dengan baik, dan memberikan
dukungan yang dibutuhkan agar anak didiknya dapat mencapai kesuksesan.
Filosofi Pendidikan Nasional Ki Hadjar Dewantara menjadi titik awal
untuk menjadi agen perubahan dan pemimpin pembelajaran dalam
transformasi pendidikan di sekolah.

Kita bisa menerapkan konsep pemikiran-pemikiran filosofis Ki Hadjar


Dewantara dan relevansinya dengan penerapan pendidikan abad ke-21
pada konteks lokal (nilai-nilai luhur sosial-budaya) di tempat asal, serta
bersikap reflektif kritis terhadap pemikiran filosofis Ki Hadjar
Dewantara dan relevansinya terhadap konteks pendidikan di daerah
asal.
Thanks!

Anda mungkin juga menyukai