Anda di halaman 1dari 15

FILSAFAT PENDIDIKAN

 Pengertian Filsafat
Filsafat secara harfiah berasal dari kata “philo”, berarti cinta dan “sophos”
berarti ilmu atau hikmah. Secara etimologi filsafat merupakan cinta terhadap
ilmu atau hikmah.
Pengertian lainnya (Yunani) dari kata philosophia, yaitu cinta kepada
kebijaksanaan atau cinta pada kebenaran.
 Pengertian Filsfat Menurut Para Ahli
1. TW Moore → teori pendidikan yang dikemas dalam sebuah sistem konsep yang
terdiri dari teori umum dan teori khusus pendidikan.
2. Brubacher → ilmu yang mencari hakikat dengan pertanyaan yang bersumber pada
dunia pendidikan
3. Mulder → proses berfikir tentang diri sendiri ataupun pengembangan tentang
masalah yang terjadi dan ditemui di dalam kehidupan sehari-hari dan yang
dihadapi dunia sehingga ditemukan jawaban kesimpulan yang kemudian berubah
menjnadi cabang ilmu baru atau menjadi tambahan ilmu lama menjadi ilmu baru.
4. Louis Kattsof → ilmu filsafat memiliki jangkauan yang luas yaitu meliputi segala
pengetahuan ilmu yang tidak diketahui manusia
5. Menurut UU No. 20 tahun 2003 tentang sisitem Pendidikan Nasional meliputi
kegiatan bimbingan, latihan dan pengajaran
6. Herbert Spencer → filsafat pendidikan dibagi menjadi tiga tingktat, yaitu
tingkat pengetahuan umum, pengetahuan yang terstruktur dan pengetahuan yang
komprehensif
 Harold H Titus memaknai filsafat sebagai:
- Sikap tentang hidup dan tentang alam semesta
- Metode pemikiran reflektif dan penyelidikan akliah
- Seperangkat masalah
- Seperangkat teori dan sistem pemikiran
 Endang Saifuddin Anshari meyebut filsafat merupakan:
- Ilmu istimewa yang mencoba menjawab masalah- masalah yang tidak dapat
dijawab oleh ilmu pengetahuan biasa, berada di luar atau di atas jangkauan
ilmu pengetahuan biasa.
- Hasil daya upaya manusia dengan akal budinya untuk memahami (mendalami
dan menyelami) secara radikal dan integral serta sistematik hakikat sarwa
yang ada: hakikat tuhan, alam semesta dan manusia
 Fuad Hassan menyatakan:
- Filsafat ialah suatu ikhtiar untuk berpikir radikal; radikal dalam arti mulai
dari radix-nya suatu gejala, dari akarnya suatu hal yang hendak
dimasalahkan. Dan dengan penjajagan yang radikal itu, filsafat berusaha
untuk sampai kepada kesimpulan-kesimpulan yang universilFuad Hassan,
Berkenalan dengan Existensialisme, Jakarta, 1973]
 Ruang Lingkup Filsafat Pendidikan
1. Merumuskan secara tegas sifat hakikat pendidikan (the nature of education)
2. Merumuskan sifat hakikat manusia, sebagai subjek dan objek pendidikan (the
nature of man)
3. Merumuskan hubungan antara filsafat Negara (ideologi), filsafat pendidikan
dan politik pendidikan (sistem pendidikan)
4. Merumuskan secara tegas hubungan antara filsafat, filsafat pendidikan,
agama dan kebudayaan
5. Merumuskan hubungan antara filsafat, filsafat pendidikan, dan teori
pendidikan
6. Merumuskan sistem nilai-norma atau isi moral pendidikan yang merupakan
tujuan pendidikan
7. Membuat para peserta didik dapat memahami apa saja yang sebenarnya harus
diketahui dan juga dipelajari selama menempuh jalur pendidikan tertentu
8. Memberikan pemahaman menyeluruh mengani dunia pendidikan dan
Meningkatkan kualitas pendidikan
9. Membuat para pelaku di bidang pendidikan mampu memberikan materi
pendidikan lebih baik lagi
10. menciptakan generasi pendidik dan tenaga pengajar yang berkalitas
 Aliran-aliran Filsafat Pendidikan
1. Aliran Filsafat Eksistensialisme
Aliran filsafat yang pahamnya berpusat pada manusia individu yang
bertanggung jawab atas kemauannya yang bebas tanpa memikirkan secara
mendalam mana yang benar dan mana yang tidak benar
2. Aliran filsafat Perennial
Aliran filsafat Perennial berpegang pada nilai-nilai atau norma-norma yang
bersifat abadi.
3. Aliran Filsafat Esensialisme
Filsafat ini menginginkan agar manusia kembali kepada kebudayaan lama
karena kebudayaan lama telah banyak melakukan kebaikan untuk manusia,
termasuk dalam pendidikan yang harus berpijak pada nilai-nilai yang memiliki
kejelasan dan tahan lama yang memberikan kestabilan dan nilai-nilai terpilih yang
mempunyai tata yang jelas.
4. Aliran Filsafat Progresivisme
Suatu aliran yang menekankan, bahwa pendidikan bukanlah sekedar
pemberian sekumpulan pengetahuan kepada subjek didik tetapi hendaklah berisi
aktivitas-aktivitas yang mengarah pada pelatihan kemampuan berpikir mereka.
Dengan demikian mereka dapat berpikir secara sistematis melalui cara-cara
ilmiah seperti memberikan analisis, pertimbangan dan pembuatan kesimpulan
menuju pemilihan alternatif yang paling memungkinkan untuk pemecahan masalah
yang dihadapi.
5. Aliran Filsafat Rekonstruktivisme
Suatu aliran yang berusaha merombak tata susunan lama dan membangun tata
hidup kebudayaan yang menjawab permasalahan-permasalahan dunia modern.
Aliran rekonstruksionisme, pada prinsipnya, sepaham dengan aliran perenialisme,
yaitu hendak melampaui krisis kebudayaan modern.
 Hubngan Filsafat dengan Filsafat Pendidikan
1. memberikan pengetahuan/ pendidikan atau menunjukkan sebab-sebab, tetapi
yang tak begitu mendalam
2. memberi arah bagi teori pendidikan yang memiliki relevansi dengan kehidupan
yang nyata
3. memberikan petunjuk dan arah dalam pengembangan teori-teori pendidikan
menjadi ilmu pendidikan
4. digunakan untuk memecahkan problematika dan menyusun teori-teori
pendidikan oleh para ahli
 Manfaat Filsafat Pendidikan
1. Menjadi salah satu landasan dalam perkembangan ilmu pendidikan
2. Menjadi landasan dari kebijakan mengenai program pendidikan
3. Menjadi landasan untuk berkarya dan juga mengabdi di bidang pendidikan
4. Menentukan kurikulum dan juga materi yang harus diajarkan dalam bidang
pendidikan
5. Memberikan pemahaman menyeluruh mengani dunia pendidikan
6. Membuat para pelaku di bidang pendidikan mampu memberikan materi
pendidikan lebih baik lagi dan Meningkatkan kualitas pendidikan
7. menciptakan generasi pendidik dan tenaga pengajar yang berkalitas
8. Membuat para peserta didik dapat memahami apa saja yang sebenarnya harus
diketahui dan juga dipelajari selama menempuh jalur pendidikan tertentu
 Pengertian Pendidikan
1. USAHA SADAR
2. KEPRIBADIAN & KEMAMPUAN
3. DI DALAM & DI LUAR SEKOLAH
4. BERLANGSUNG SEUMUR HIDUP
1. pendidikan merupakan upaya nyata untuk memfasilitasi individu lain, dalam
mentalnya sehingga dapat survive di dalam mencapai kemandirian serta
kematangan kompetisi kehidupannya;
2. pendidikan adalah pengaruh bimbingan dan arahan dari orang dewasa kepada
orang lain, untuk menuju kearah kedewasaan, kemandirian serta kematangan
mentalnya;
3. pendidikan merupakan aktivitas untuk melayani orang lain dalam
mengeksplorasi segenap potensi dirinya, sehingga terjadi proses perkembangan
kemanusiaannya agar mampu berkompetisi di dalam lingkup kehidupannya (Insan
Cerdas dan Kompetitif).

 Makna Praktis Pendidikan


Pendidikan adalah segala usaha orang dewasa dalam pergaulannya dengan anak-
anak untuk memimpin perkembangan jasmani dan rohani kearah kedewasaan.
- Pertama, membantu siswa untuk menyadari dan mengidentifikasi nilai-nilai
mereka sendiri serta nilai-nilai orang lain;
- Kedua, membantu siswa, supaya mereka mampu berkomunikasi secara
terbuka dan jujur dengan orang lain. berhubungan dengan nilai-nilainya
sendiri.
- KETIGA, membantu siswa, supaya mereka mampu menggunakan secara
bersama- sama kemampuan berpikir rasional dan kesadaran emosional, untuk
memahami perasaan, nilai-nilai, dan pola tingkah laku mereka sendiri
(Superka, et. al.1976).
 Hubungan Fungsional Filsafat dan Pendidikan
- Filsafat adalah merupakan salah satu cara pendekatan yang digunakan oleh
para ahli pendidikan dalam memecahkan problematika pendidikan dan
menyusun pendidikannya, disamping metode-metode ilmiah lainnya.
- Filsafat berfungsi memberikan arah agar teori pendidikan yang telah
dikembangkan oleh para ahlinya, yang berdasarkan dan menurut pandangan
dan aliran filsafat tertentu, mempunyai relevansi dalam praktek
kependidikan dan kebutuhan hidup yang juga berkembang dalam masyarakat.
 HUBUNGAN FILSAFAT DENGAN PENDIDIKAN
Hubungan antara filsafat dan pendidikan. terkait dengan persoalan logika, yaitu:
logika formal yang dibangun atas prinsif koherensi, dan logika dialektis dibangun
atas prinsip menerima dan membolehkan kontradiksi. Hubungan interakif antara
filsafat dan pendidikan berlangsung dalam lingkaran kultural dan pada akhirnya
menghasilkan apa yang disebut dengan filsafat pendidikan

 Hubungan Suplementer Filsafat dan Pendidikan


Filsafat pendidikan dan sistem atau teori pendidikan dan hubungan antara
keduanya adalah yang satu suplemen terhadap yang lain dan keduanya diperlukan
oleh setiap guru sebagai pendidik dan bukan hanya sebagai pengajar bidang studi
tertentu.
HAKEKAT PENDIDIKAN
 Pengertian Hakikat Pendidikan
Menurut UU SISDIKNAS No.20 tahun 2003, Pendidikan adalah usaha sadar dan
terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran agar
peserta didik secara aktif mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki
kekuatan keagamaan spiritual, pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan, akhlak
mulia, serta keterampilan yang diperlukan dirinya dan masyarakat.
 Fungsi Pendidikan
Berdasarkan Pasal 3 UU No. 20 Tahun 2003 menjelaskan bahwa fungsi
pendidikan adalah untuk mengembangkan potensi peserta didik agar menjadi
manusia yang beriman dan bertaqwa, berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap,
kreatif, mandiri, dan menjadi warga negara yang demokratis serta bertanggung
jawab, serta untuk mencerdaskan kehidupan bangsa, mengembangkan manusia
Indonesia secara keseluruhan, membentuk insan yang berkualitas dan mampu
berperan sebagai agent of change dalam mengatasi berbagai persoalan
pembangunan nasional, dan membentuk masyarakat yang mandiri, demokratis,
bermartabat, dan mencintai lingkungan serta mampu mewujudkan tatanan
masyarakat yang maju, harmonis, dan dinamis berdasarkan Pancasila dan
Undang-Undang Dasar 1945.
 Tujuan Pendidikan
Tujuan Pendidikan Di dalam UU. No. 20 Tahun 2003 Tentang sistem pendidikan
nasional pasal 3 adalah untuk mengembangkan potensi peserta didik agar
menjadi manusia yang beriman dan bertaqwa kepada Tuhan Yang Maha Esa,
berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri, dan menjadi warga
negara yang demokratis serta bertanggung jawab.
 Landasan Pendidikan
1. Landasan Filosofis

2. Landasan Sosiologis

3. Landasan Hukum

4. Landasan Kultural

5. Landasan Psikologis

6. Landasan Ilmiah dan Teknologi

7. Landasan Ekonomi

8. Landasan Sejarah

9. Landasan Religius

 Asas-Asas Pokok Pendidikan Nasional


1. Asas Tut Wuri Handayani
2. Asas Belajar Sepanjang Hayat

3. Asas Kemandirian dalam Belajar

 Teori Pendidikan
1). Teori Pendidikan Klasik (Classical Education)
Teori pendidikan klasik berlandaskan pada filsafat klasik, seperti perenialisme,
essensialisme, dan eksistensialisme, yang memandang bahwa pendidikan
berfungsi sebagai upaya memelihara, mengawetkan dan meneruskan warisan
budaya. Teori pendidikan ini lebih menekankan peranan isi pendidikan dari pada
proses.
2).Teori Pendidikan Personal (Personalized Education)
Dalam hal ini, peserta didik menjadi pelaku utama pendidikan, sedangkan
pendidik hanya menempati posisi kedua, yang lebih berperan sebagai
pembimbing, pendorong, fasilitator dan pelayan peserta didik.
3) Teknologi Pendidikan
Teknologi pendidikan yaitu suatu konsep pendidikan yang mempunyai persamaan
dengan pendidikan klasik tentang peranan pendidikan dalam menyampaikan
informasi. Namun diantara keduanya ada yang berbeda. Dalam teknologi
pendidikan, yang lebih diutamakan adalah pembentukan dan penguasaan
kompetensi atau kemampuankemampuan praktis, bukan pengawetan dan
pemeliharaan budaya lama.
4) Teori Pendidikan Interaksional
Pendidikan interaksional yaitu suatu konsep pendidikan yang bertitik tolak dari
pemikiran manusia sebagai makhluk sosial yang senantiasa berinteraksi dan
bekerja sama dengan manusia lainnya.
 Pilar-pilar Pendidikan
1. Learning to know

2. Learning to do

3. Learning to live together

4. learning to be

5. learning how to learn


SISTEM PENDIDIKAN NASIONAL
 Sistem Pendidikan Nasional Indonesia
System pendidikan nasional merupakan upaya terencana dalam mewujudkan
proses dan suasana pembelajaran supaya pelajar aktif dalam mengembangkan
potensi dirinya. Dengan system pendidikan, diharapkan peserta didik memiliki
kecerdasan, akhlak, pengendalian diri, maupun keterampilan yang berguna bagi
diri sendiri, masyarakat, maupun Negara. Tahapan jenjang pendidikan mulai dari
1. TK
2. Sekolah Dasar (SD)
3. Sekolah Menengah Pertama (SMP)
4. Sekolah Menengah Atas (SMA)
5. Perguruan Tinggi
 Fungsi Pendidikan Nasional
- Mengembangkan Kemampuan
- Membentuk watak
- Mencerdaskan Kehidupan Bangsa
 Tujuan Pendidikan
- Bertakwa terhadap Tuhan Yang Maha Esa
- Berakhlak Mulia
- Bertanggung Jawab
 Tujuan Pendidikan Nasional
Pasal 31 ayat 1 – 5 UUD 1945 mendapat amandemen keempat pada siding
tahunan MPR 2022 tanggal 1-11 Agustus 2022. Paal 1 ayat 1 – 5 merupakan UUD
1945 bab XIII tentang pendidikan dan kebudayaan UUD 1945. Pasal 31 ayat 1-5
UUD 1945 mengatur tentang kewajiban dan hak warga Negara Indonesia dalam
pendidikan, kewajiban pemerintah di bidang pendidikan dasar dan sistim
pendidikan, dan anggaran pendidikan nasional.
Setiap warga negara berhak mendapatkan Pendidikan, sebagaimana tercantum di
Pasal 31 ayat (1) UUD 1945, yang menegaskan bahwa warga indonesia berhak dan
berkewajiban mendapatkan pendidkian dan untuk mewujudkan pembangunan
nasional dibidang pendidikan diperlukan peningkatan dan penyempurnaan
penyelenggaraan Pendidikan nasional untuk mewujudkan pembangunan nasional
dibidang pendidikan diperlukan peningkatan dan penyempurnaan penyelenggaraan
pendidikannasional Pembangunan nasional di bidang Pendidikan adalah upaya
mencerdaskan kehidupan bangsa dan meningkatkan kualitas manusia Indonesia
dalam mewujudkan masyarakat yang maju, adil dan makmur serta memungkinkan
para warganya mengembangkandiri baik berkenaan dengan aspek jasmaniah
maupunrohaniah berdasarkan Pancasila dan Undang- Undang Dasar 1945 Undang-
Undang Dasar 1945 mengamanatkan upaya untuk mencerdaskan kehidupan
bangsa serta agarPemerintah mengusahakan dan menyelenggarakan satusistem
pengajaran nasional yang diatur denganUndang-undang
 Dasar Tujuan Pendidikan Nasional
Sehubungan dengan hal-hal tersebut dalam rangka memantapkan ketahanan
nasional serta mewujudkan masyarakat maju yang berakar pada kebudayaan
bangsa dan persatuan nasional yang berwawasan Bhinneka Tunggal Ika
berdasarkan Pancasila dan Undang- Undang Dasar 1945 perlu ditetapkan
Undang-undang tentang Sistem Pendidikan Nasional (UU SISDIKNAS).
Sistem pendidikan nasional adalah satu keseluruhan yang terpadu dari semua
satuan dan kegiatan pendidikan yang berkaitan satu dengan lainnya untuk
mengusahakan tercapainya tujuan pendidikan nasional, yaitu bertujuan
mencerdaskan kehidupan bangsa dan mengembangkan manusia Indonesia
seutuhnya, yaitu manusia yangberiman dan bertaqwa terhadap Tuhan Yang Maha
Esa dan berbudipekerti luhur, memiliki pengetahuan dan keterampilan,
kesehatan jasmani dan rohani. kepribadian yang mantap dan mandiri sertarasa
tanggung jawab kemasyarakatan dan kebangsaan
 Pembelajaran sebagai sistem
Persbelajaran sebagai Sistem adalah proses Interaksi yang dilakukan antara
peserta didik dengan pendidik dalam suatu lingkungan belajar tertentu dengan
susunan dan terjadi umpan balik diantara keduanya Adapun beberapa
elemen/komponen pembelajaran sebagai sistem masuk (input):
- Kurikulum
- Peserta didik
- instruktur
sarana dan prasarana proses(process)
- Materi
- Metode
- Media
- Evaluasi
Pembelajaran berbasis proyektor (PBP) Pengeluaran(output)
Peserta dengan kompetenel tertentu Umpan Balik(Feedback)
 Mengevaluasi Inovasi Pendidikan
Inovasi pendidikan adalah suatu gagasan, produk, atau pekerjaan baru yang
dapat digunakan sebagai pembaharu untuk mencapai tujuan pendidikan atau
memecahkan masaah dalam dunia pendidikan
 Sasaran Inovasi Pendidikan
- Guru
- Siswa
- Kurikulum
- Fasilitas
- Masyarakat
 Bentuk inovasi pendidikan
- Model top-down
Model inovasi yang diciptakan oleh atasan dan ditujuan kepada bawahan. Ex:
inovasi yang diciptakan kementrian pendidikan kebudayaan, olahraga, IPTEK,
dan menyasar semua lembaga pendidikan yang didukungnya.
- Model bottom-up
Model inoovasi pendidikan yang diciptakan dari bawah untuk menjamin dan
meningkatkan mutu pendidikan.
TIGA PUSAT PENDIDIKAN
• Pendidikan Informal
Menurut undang-undang nomor 20 tahun 2003, pendidikan informal adalah jalur
pendidikan keluarga dan lingkungan yang berbentuk kegiatan belajar secara
mandiri.
• Ciri-ciri Pendidikan Informal
- Tidak ada syarat khusus yang harus dipenuhi.
- Siswa tidak perlu mengikuti ujian.
- Melakukan proses pendidikan dalam lingkungan keluarga dan komunitas.
- Tidak memiliki kursus, jadwal, atau penilaian.
- Tidak memiliki tingkatan jenjang Pendidikan
- Tidak dikelola. Terlepas dari usia Orang tua dan orang sekitar berperan
sebagai guru
 Tujuan Pendidikan Informal
- Menumbuhkan kreativitas
- Membentuk karakter / kepribadian dan potensi diri seseorang
- Membantu untuk tumbuh secara fisik dan mental dalam lingkungan keluarga
dan masyarakat.
- Mengembangkan metode berpikir dan bertindak kritis.
- Mengembangkan sikap etis
- Mengembangkan nilai-nilai spiritual
 Contoh Pendidikan Informal
- Pendidikan budi pekerti
- Pendidikan agama
- Pendidikan etika
- Pendidikan moral
 PENDIDIKAN FORMAL
- Dilansir dari isi UU Sisdiknas Tahun 2003 Pendidikan Formal, Pendidikan
Formal adalah jalur pendidikan yang terstruktur dan berjenjang yang terdiri
atas pendidikan dasar, pendidikan menengah, dan pendidikan tinggi.
- Pendidikan dasar adalah jejang pendidikan pada jalur pendidikan formal yang
melandasi jejang pendidikan menengah dan berbentuk sekolah dasar (SD),
dan madrasah ibtidaiyah (MI), atau bentuk lain sederajat. Pendidikan
sekolah menengah pertama dan madrasah tsanawiyah (MTs) juga tergolong
sebagai pendidikan dasar.
- Pendidikan menengah adalah jejang pendidikan pada jalur pendidikan formal
yang merupakan lanjutan pendidikan dasar dan berbentuk sekolah menengah
atas (SMA), madrasah aliyah (MA), sekolah menengah kejuruan (SMK), dan
madrasah aliyah kejuruan (MAK) atau bentuk lain sederajat .
- Pendidikan tinggi adalah jenjang pendidikan setelah pendidikan menengah
yang mencakup program diploma, sarjana, magister, doktor, profesi, dan
spesialis, yang diselenggarakan oleh perguruan tinggi berdasarkan
kebudayaan bangsa Indonesia. Syarat sebagai lembaga pendidikan formal
adalah pendidikan diadakan di tempat tertentu seperti gedung sekolah,
teratur secara sistematis, serta mempunyai jenjang dan kurun waktu
tertentu. Pendidikan formal biasanya berlangsung dari taman kanak-kanak
hingga perguruan tinggi.
 Tujuan Pendidikan Formal
- Membantu lingkungan keluarga untuk mendidik dan mengajar, memperbaiki,
memperluas pengetahuan, dan tingkah laku peserta didik yang dibawa dari
keluarga serta membantu pengembangan bakat.
- Mengembangkan keperibadian peserta didik lewat kurikulum agar :Peserta
didik dapat bergaul dengan lingkungan sekolahnya.Mempersiapkan peserta
didik terjun di masyarakat berdasarkan norma yang berlaku.
- Membentuk dasar atau pondasi cara-cara/pola berpikir yang sistematis dan
konseptual secara konsisten dan terarah.Melatih dan menanamkan sikap
mental dan emosional yang matang, dewasa dan mandiri. Sehingga biasanya
seorang yang berpendidikan tinggi lebih dapat mengendalikan sikap dan
emosinya secara baik.
 Cirri-ciri Pendidikan Formal
- Memiliki kurikulum yang jelas.
- Materi pembelajaran yang digunakan bersifat akademis.
- Memberlakukan syarat tertentu bagi peserta didik.
- Proses pendidikannya cukup lama.
- Penyelenggaran pendidikan berasal dari pihak pemerintah maupun swasta.
- Tenaga pengajar harus memenuhi klasifikasi tertentu.
- Peserta didik mengikuti ujian formal.
- Adanya pemberlakukan administrasi yang seragam.
 Pentingnya Pendidikan Formal
Dengan pendidikan orang akan mampu untuk menata masa depanya dengan
bijaksana, dan dapat berfikir lebih kritis dalam memecahkan sutu masalah yang
terjadi di dalam kehidupannya. Denga kita mengerti tentang pendidikan, maka
kita akan mampu untuk membantu pemerintah untuk menciptakan suatu lapangan
pekerjaan sehingga tidak banyak pengangguan yang ada di Indonesia.
 PENDIDIKAN NON FORMAL
Pendidikan non formal atau luar sekolah adalah segala upaya pendidikan
sistematis dan terorganisir yang diselenggarakan di luar sistem persekolahan.
Tujuannya adalah untuk mengembangkan potensi peserta didik sesuai dengan
usia dan kebutuhannya.
 Manfaat Pendidikan Non Formal
- Sebagai Komplemen atau Pelengkap dari Pendidikan Sekolah
- Sebagai sebuah Suplemen atau Tambahan dari Pendidikan Sekolah
- Sebagai Substitusi atau Pengganti dari Pendidikan Sekolah
 Contoh Pendidikan Non Formal
- Lembaga Kursus dan Pelatihan
- Kelompok Belajar
- Pusat Kegiatan Belajar Masyarakat
- Majelis Taklim
- Satuan Pendidikan Sejenis
 Ciri-ciri Pendidikan Non Formal
- Memiliki waktu belajar yang lebih singkat dibandingkan pendidikan formal.
- Program dan kegiatan pendidikan non formal disesuaikan dengan tuntutan
pemenuhan kebutuhan belajar yang cenderung bersifat mendesak.
- Materi pelajaran yang diberikan bersifat praktis dan dapat segera
dimanfaatkan.
- Pendidikan non formal tidak mengenal kelas atau jenjang seperti pendidikan
formal.
- Waktu dan tempat belajar dari pendidikan non formal disesuaikan dengan
situasi dan kondisi peserta didik dan lingkungannya
- Tujuan dari pendidikan non formal adalah menaikkan status sosial atau
menciptakan lapangan pekerjaan.
 TRIPUSAT PENDIDIKAN
Tripusat pendidikan adalah istilah dalam bidang pendidikan yang berarti
memberdayakan sinergitas lingkungan keluarga, sekolah, dan masyarakat.
Istilah Tri Pusat Pendidikan dipopulerkan oleh Bapak Pendidikan Nasional, yaitu
Ki Hajar Dewantara. Istilah ini menerangkan bahwa pendidikan berlangsung di
tiga lingkungan, baik di keluarga, sekolah, dan masyarakat.
Tripusat pendidikan adalah 3 pusat yang bertanggung jawab atas
terselenggaranya pendidikan.Di dalam UU nomor 20 tahun 2003 tentang sistem
pendidikan nasional dalam pasal 13 ayat 1 disebutkan bahwa jalur pendidikan
terdiri atas pendidikan formal, non formal dan informal yang dapat saling
melengkapi dan saling memperkaya.
Tiga pusat Pendidikan ini yang sangat bertanggung jawab dalam upaya
terselenggaranya pendidikan baik pendidikan informal di keluarga, pendidikan
formal di sekolah dan pendidikan non formal di masyarakat yang dapat saling
melengkapi dan memperkaya antara satu dengan lainnya.
1. Pendidikan Keluarga, Pendidikan di dalam keluarga sangatlah penting
dalam membentuk kepribadian seorang anak. Adanya pendidikan
karakter yang terdapat dalam hidup keluarga sifatnya kuat dan murni
dan tidak akan sama dengan pendidikan yang ada di tempat lain.
2. Pendidikan Sekolah, Pusat pendidikan ini mempunyai kewajiban dalam
mengupayakan kecerdasan berpikir (perkembangan intelektual) dan juga
pemberian ilmu pengetahuan kepada peserta didik. Sekolah diharapkan
bisa mewadahi peserta didik dalam mengembangkan potensi yang
dimiliki.
3. Pendidikan Masyarakat, lingkungan masyarakat adalah suatu lingkungan
di mana seseorang bisa beraktivitas dan juga melakukan upaya
mengembangkan potensi yang dimilikinya. Dalam hal ini masyarakat dapat
memiliki upaya membentuk watak atau karakter seseorang. Perlu
dukungan dari masyarakat supaya seorang anak dapat bisa tumbuh dan
berkembang dalam suatu lingkungan masyarakat yang baik.

 KETERKAITAN ANTARA TIGA TRI PUSAT


Kemudian bisa disimpulkan, keterkaitan antara pendidikan di keluarga, sekolah,
dan masyarakat adalah sebagai berikut.
1. Orangtua atau keluarga merupakan sumber keteladanan pertama bagi anak.
Namun, keluarga juga memiliki keterbatasan. Artinya, tidak semua pendidikan
bisa diberikan orangtua di rumah.
2. Keterbatasan pendidikan oleh keluarga bisa dimaksimalkan di sekolah. Sekolah
menjadi tempat menimba ilmu pengetahuan sekaligus pendidikan karakter secara
formal.
3. Keterampilan yang diperoleh anak, baik dari keluarga maupun sekolah, akan
diimplementasikan di masyarakat. Jika ada kekurangan, masyarakat akan
menjadi kontrol atas kekuarangan tersebut. Jadi, masyarakat memiliki peran
sebagai pendukung dan pelengkap Pendidikan formal seorang anak.
 MENGAVALUASI PENGEMBANGAN KECERDASAN JAMAK PROGRAM
PENDIDIKAN
- Kecerdasan adalah kemampuan memecahkan masalah dan membuat suatu
produk yang bermanfaat bagi kehidupan . Kecerdasan jamak adalah teori
kecerdasan yang mengemukakan bahwa individu memiliki paling tidak 8 jenis
kecerdasan, yaitu kecerdasan verbal-linguistik, logis matematis, visual-
spasial, kinestetik, musik, intrapribadi, antarpribadi, dan naturalis.
- Teori kecerdasan jamak ini penting dikemukakan untuk membantu
para guru / pendidik dalam menyiapkan kegiatan pembelajaran yang dapat
menstimulasi berbagai jenis kecerdasan yang dimiliki anak sehingga seluruh
kemampuan dapat berkembang secara optimal. Adapun implikasi teori
kecerdasan jamak dalam proses pendidikan dan pembelajaran adalah
bahwa pengajar perlu memperhatikan modalitas kecerdasan dengan cara
menggunakan berbagai strategi dan pendekatan sehingga anak akan dapat
belajar sesuai dengan gaya belajar masing-masing.
 JENIS KECERDASAN JAMAK
• Kecerdasan Logika atau Matematika (Math-Smart)
Menurut Munif Chatib dalam buku Sekolah Anak-anak Juara mengemukakan
bahwa kecerdasan logika atau matematika adalah kemampuan dalam berhitung,
mengukur dan mempertimbangkan proposisi dan hipotesis, serta menyelesaikan
operasi-operasi angka-angka.
• Kecerdasan Bahasa (Word-Smart)
Kecerdasan Linguistik atau Bahasa adalah Kemampuan berpikir dalam bentuk
kata-kata, menggunakan bahasa untuk mengekspresikan, dan menghargai makna
yang kompleks.
• Kecerdasan Visual Spasial (Picture-Smart)
Muhammad Yaumi dalam bukunya yang berjudul Pembelajaran Berbasis Multiple
Intelligences mengemukakan bahwa kecerdasan visual spasial adalah cara
pandang seseorang dalam proyeksi tertentudan kapasitas untuk berpikir dalam
tiga cara dimensi
• Kecerdasan Musik (Music-Smart)
Kecerdasan musik adalah kemampuan seseorang yang punya sensitivitas pada
pola titi nada, melodi, ritme, dan nada.
• Kecerdasan Fisik/Kinestesis (Body-Smart)
Kecerdasan fisik adalah kemampuan belajar lewat tindakan dan pengalaman
melalui praktik langsung.
• Kecerdasan Naturalis(Nature-Smart)
Jenis kecerdasan naturalis ini berkaitan erat hubungannya dengan lingkungan,
flora dan fauna, yang tidak hanya menyenangi alam untuk dinikmati
keindahannya.Kecerdasan Intrapersonal (Self-Smart)
• Kecerdasan Intrapersonal
kemampuan membuat persepsi yang akurat tentang diri sendiri dan menggunakan
pengetahuan semacam itu dalam merencanakan dan mengarahkan kehidupan
seseorang.
• Kecerdasan Interpersonal (People-Smart)
kemampuan memahami dan berinteraksi dengan oranglain secara efektif.
• Kecerdasan Eksistensial (Spiritual-Smart)
Menurut Munif Chatib dalam bukunya yang berjudul Orangtuanya Manusia
mengemukakan bahwa kecerdasan eksistensial adalah kemampuan merasakan dan
menghayati berbagai pengalaman ruhani atas pelajaran atau pemahaman sesuai
keyakinan kepada Tuhan.

Anda mungkin juga menyukai