Anda di halaman 1dari 12

BAB I

PENDAHULUAN
I.1 Latar Belakang
Ketika berbicara pendidikan maka kita akan berbicara mengenai definisi pendidikan.
Pendidikan merupakan aktifitas rasional yang membedakan manusia dengan makhluk hidup
lainnya. Hewan juga “belajar” tetapi lebih ditentukan oleh instingnya. Manusia belajar
dengan otaknya melalu rangkaian kegiatan menuju pendewasaan untuk mencapai kehidupan
yang lebih berarti. Pendidikan merupakan pilar utama terhadap perkembangan manusia dan
masyarakat bangsa tertentu. Karena itu diperlukan sejumlah landasan dan asas-asas tertentu
dalam menentukan arah dan tujuan pendidikan. Beberapa landasan pendidikan yang sangat
memegang peranan penting dalam menentukan tujuan pendidikan adalah landasan filosofis,
sosiologis, dan kultural, Selanjutnya landasan ilmiah dan teknologi akan mendorong
pendidikan untuk menjemput masa depan.
Selain itu, pendidikan merupakan kebutuhan bagi semua manusia, manusia yang
melupakan pendidikan bagaikan orang buta yang berjalan tanpa tongkat di tangannya.
Pendidikan memberikan banyak arti bagi kehidupan manusia di dalam kehidupannya. Karena
itulah manusia mempelajari filsafat pendidikan, landasan filsafat pendidikan perlu di kuasai
oleh para pendidik, karena pendidikan bersifat normative. Selain itu, pendidikan tidak hanya
di pahami melalui pendekatan ilmiah yang bersifat parsial dan deskriptif saja, melainkan
perlu dipandang secara holistik, adapun kajian pendidikan secara holistik dapat dilakukan
melalui pendekatan filosofis. Ada berbagai aliran filsafat pendidikan, antara lain Idealisme,
Realisme, Pragmatisme dan sebagainya. Pemahaman tentang filsafat pendidikan ini akan
membantu kita agar tidak terjerumus ke dalam filsafat lain yang menjerumuskan kita, di
samping itu, dengan mempelajari filsafat pendidikan berguna memperkokoh landasan Filsafat
pendidikan kita. Oleh karena itu akan kami bahas lebih dalam tentang filsafat pendidikan,
latar belakang dan seluk beluknya.

1
BAB II
PEMBAHASAN
2.1 Pengertian Filsafat Pendidikan
Definisi Filsafat secara Etimologis yaitu philosophia merupakan kata majemuk yang
terdiri dari atas philo dan shophia, dalam bahasa arab disebut falsafah. Philo artinya cinta,
Sophia (kebijaksanaan). Menurut Poedjawinata, philo artinya cinta, dalam arti luas, yaitu
ingin, dan karena itu lalu berusaha mencapai yang dinginkan itu. Sedangkan sophia artinya
kebijakan yang artinya pandai, pengertian yang mendalam. Dengan demikian secara
etimologis, philosopia berarti cinta kepada kebijaksanaan atau sahabat kebijaksanaan.
Menurut Ciceros (106-43 SM) penulis Romawi, orang yang pertama memakai kata-
kata filsafat adalah Phytagoras (497 SM), sebagai reaksi terhadap cendikiawan pada masanya
yang menamakan dirinya ”Ahli pengetahuan”. Phytagoras mengatakan bahwa pengetahuan
dalam artinya yang lengkap tidak sesuai untuk manusia . tiap-tiap orang yang mengalami
kesukaran-kesukaran dalam memperolehnya dan meskipun menghabiskan seluruh umurnya,
namun ia tidak akan mencapai tepinya. Jadi pengetahuan adalah perkara yang kita cari dan
kita ambil sebagian darinya tanpa mencakup keseluruhannya.
Oleh karena itu, datangnya kebijaksanaan bukan dari penglihatan saja, tetapi juga dari
penglihatan dan hati, atau dengan kata lain dengan mata hati dan pikiran yang tertuju kepada
alam yang ada di sekeling kita, banyak orang yang melihat tetapi tidak memperhatikan.
Sasaran pendidikan adalah manusia, yang mengadung banyak aspek dan sifatnya sangat
kompleks. Karena sangat kompleks tersebut, tidak ada satu batasan yang bias menjelaskan
Hakikat pendidikan secara lengkap. Batasan yang diberikan para ahli beranekaragam, karena
orientasi, konsep dasar yang digunakan, aspek yang menjadi tekanan atau falsafah yang
mendasarinya juga berbeda.
Menurut Ki Hajar Dewantara, Hakikat pendidikan ialah proses penanggulangan
masalah-masalah serta penemuan dan peningkatan kualitas hidup pribadi serta masyarakat
yang berlangsung seumur hidup. Pada tingkat permulaan pendidik lebih menentukan dan
mencampuri pendidikan peserta didik. Setelah itu pendidik hanya sebagai pengasuh yang
mendorong, membimbing, memberi teladan, menuntun serta menyediakan dan mengatur
kondisi untuk membelajarkan peserta didik sehingga dapat menghasilkan peserta didik yang
mampu memperbaharui diri secara terus menerus dan aktif menghadapi lingkungan
hidupnya.

2
Semua itu terlihat pada semboyan dan perlambangan yang dikemukakan oleh Ki
Hadjar Dewantara yaitu, ing ngarso sung tuludo artinya kalau pendidik berada dimuka, ia
memberi tauladan kepada pendidiknya; ing madya mangun karso artinya kalau pendidik
berada di tengah, dia membangun semangat berswakarya dan berkreasi pada peserta
didiknya; dan tut wuri handayani artinya kalau pendidik berada di belakang, dia mengikuti
dan mengarahkan peserta didiknya agar berani berjalan di depan dan sanggup
bertanggungjawab serta mencari jalan sendiri.
Sedangkan menurut Plato, Filsuf Yunani yang hidup dari tahun 429 SM- 346
mengatakan bahwa: “Pendidikan itu ialah membantu perkembangan masing- masing dari
jasmani dan akal dengan sesuatu yang memungkinkan tercapainya kesempurnaan.”
Sedangkan menurut Aristoteles, Filsuf terbesar Yunani, guru Iskandar Makedoni, yang
dilahirkan pada tahun 384 SM-322 SM mengatakan bahwa: “Pendidikan itu ialah
menyiapkan akal untuk pengajaran.”
Pemerintah, dalam UU Sisdiknas No.20 Tahun 2003 menyebutkan bahwa
“Pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana dan proses
pembelajaran agar peserta didik secara aktif mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki
kekuatan spiritual keagamaan, pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia, serta
keterampilan yang diperlukan dirinya, masyarakat, bangsa, dan Negara” (Pasal 1 ayat 1 UU
No.20 Tahun 2003). Filsafat pendidikan adalah pelaksanaan pandangan falsafah dan kaidah
falsafah dalam bidang pendidikan yang mencerminkan satu segi dari segi pelaksanaan
falsafah umum dan menitikberatkan kepada pelaksanaan prinsip- prinsip dan kepercayaan-
kepercayaan yang menjadi dasar falsafah umum dalam menyelesaikan masalah-masalah
pendidikan secara praktis. Masalah filsafat umum antara lain tentang hakikat hidup yang
baik, hakikat manusia yang ingin menerima pendidikan, hakikat masyarakat yang menjalani
proses sosial, dan hakikat realitas akhir yang ingin dicapai semua pengetahuan.
Menurut Kneller (dalam Sadulloh, 2008:72) filsafat pendidikan merupakan aplikasi
filsafat spekulatif, preskriptif, dan analitik. Dikatakan spekulatif karena berusaha membangun
teori-teori hakikat manusia, hakikat masyarakat, hakikat dunia yang sangat bermanfaat dalam
menafsirkan data sebagai hasil penelitian sains yang berbeda. Dikatakan preskriptif bila
filsafat pendidikan menentukan tujuan- tujuan yang harus diikuti dan dicapainya, dan
menentukan cara-cara yang tepat dan benar untuk digunakan dalam mencapai tujuan. Filsafat
pendidikan dikatakan analitik bila ingin menjelaskan pertanyaan-pertanyaan spekulatif dan
preskriptif seperti menguji rasionalitas yang berkaitan dengan ide-ide atau gagasan-gagasan
pendidikan, dan bagaimana konsistensinya dengan gagasan lain
3
2.2 Filsafat Sebagai Induk Ilmu Pengetahuan
Pengetahuan dimulai dari rasa ingin tahu, kepastian dimulai dari rasa ragu- ragu dan
filsafat dimulai dari keduanya. Dalam berfilsafat kita didorong untuk mengetahui apa yang
kita tahu dan apa yang belum kita tahu. Filsafat dalam pandangan tokoh-tokoh dunia
diartikan sebagai berikut :
a. Plato (427 – 348 SM), filsafat adalah ilmu pengetahuan yang berminat mencapai kebenaran
yang asli.
b. Aristoteles (382 – 322 SM), filsafat adalah ilmu pengetahuan yang meliputi kebenaran
yang terkandung dalam ilmu-ilmu metafisika, logika, retorika, ekonomi, politik dan estetika.
c. Al Kindi (801 M), filsafat adalah pengetahuan tentang realisasi segala sesuatu sejauh
jangkauan kemampuan manusia.
d. Al Farabi (870 – 950 M), filsafat adalah ilmu pengetahuan tentang alam wujud bagaimana
hakikat sebenarnya.
e. Prof. H. Muhammad Yamin, filsafat adalah pemusatan pikiran, sehingga manusia menemui
kepribadiannya. Di dalam kepribadiannya itu dialami sesungguhnya.

Dalam kamus Bahasa Indonesia, filsafat dapat diartikan sebagai berikut :


1. Teori atau analisis logis tentang prinsip-prinsip yang mendasari pengaturan, pemikiran
pengetahuan, sifat alam semesta.
2. Prinsip-prinsip umum tentang suatu bidang pengetahuan
3. Ilmu yang berintikan logika, estetika, metafisika, dan epistemologi
4. Falsafah

Tujuan filsafat adalah mengumpulkan pengetahuan manusia sebanyak mungkin dan


menerbitkan serta mengatur semua itu dalam bentuk sistematik. Dengan demikian filsafat
memerlukan analisa secara hati-hati terhadap penalaran- penalaran sudut pandangan yang
menjadi dasar suatu tindakan. Semua ilmu baik ilmu sosial maupun ilmu alam bertolak dari
pengembangannya yaitu filsafat. Pada awalnya filsafat terdiri dari tiga segi yaitu apa yang
disebut benar dan apa yang disebut salah (logika), mana yang dianggap baik dan mana yang
dianggap buruk (etika), apa yang termasuk indah dan apa yang termasuk jelek (estetika).

4
Kemudian ketiga cabang utama itu berkembang lagi menjadi cabang- cabang filsafat
yang mempunyai bidang kajian yang lebih spesifik. Cabang-cabang filsafat tersebut antara
lain mencakup:
1. Epistemologi (Filsafat Pengetahuan)
2. Etika (Filsafat Moral)
3. Estetika (Filsafat Seni)
4. Metafisika
5. Politik (Filsafat Pemerintahan)
6. Filsafat Agama
7. Filsafat Ilmu
8. Filsafat Pendidikan
9. Filsafat Hukum
10. Filsafat Sejarah
11. Filsafat Matematika

Ilmu tersebut pada tahap selanjutnya menyatakan diri otonom, bebas dari konsep-
konsep dan norma-norma filsafat. Namun demikian ketika ilmu tersebut mengalami
pertentangan-pertentangan maka akan kembali kepada filsafat sebagai induk dari ilmu
tersebut.

2.3. Pendidikan Sebagai Cabang Ilmu Dari Filsafat


Sebagaimana cabang ilmu lainnya pendidikan merupakan cabang dari filsafat. Namun
pendidikan bukan merupakan filsafat umum/murni melainkan filsafat khusus atau terapan.
Dalam filsafat umum yang menjadi objeknya adalah kenyataan keseluruhan segala sesuatu,
sedangkan filsafat khusus mempunyai objek kenyataan salah satu aspek kehidupan manusia.
Filsafat Pendidikan dapat diartikan juga upaya mengembangkan potensi- potensi manusiawi
peserta didik baik potensi fisik potensi cipta, rasa, maupun karsanya, agar potensi itu menjadi
nyata dan dapat berfungsi dalam perjalanan hidupnya. Dasar pendidikan adalah cita-cita
kemanusiaan universal. Pendidikan bertujuan menyiapkan pribadi dalam keseimbangan,
kesatuan. organis, harmonis, dinamis. guna mencapai tujuan hidup kemanusiaan. Filsafat
pendidikan adalah filsafat yang digunakan dalam studi mengenai masalah-masalah
pendidikan. Filsafat pendidikan dalam arti luas dapat dibedakan menjadi dua macam yaitu
Filsafat Praktek Pendidikan dan Filsafat Ilmu Pendidikan.

5
Filsafat Praktek Pendidikan diartikan sebagai analisis kritis dan komprehensif tentang
bagaimana seharusnya pendidikan diselenggarakan dan dilaksanakan dalam kehidupan.
Sedangkan Filsafat Ilmu Pendidikan secara konsepsional diartikan sebagai analisis kritis
komprehensif tentang pendidikan sebagai salah satu bentuk teori pendidikan yang dihasilkan
melalui riset baik kuantitatif maupun kualitatif. Jika dalam Filsafat Praktek Pendidikan
biasanya membahas mengenai 3 (tiga) masalah pokok yaitu apakah sebenarnya pendidikan
itu, apakah tujuan pendidikan itu sebenarnya, dan dengan cara apa tujuan pendidikan dapat
dicapai, maka dalam Filsafat Ilmu Pendidikan membahas mengenai struktur ilmu dan
kegunaan ilmu bagi kepentingan praktis dan pengetahuan tentang kenyataan. Objek dalam
Filsafat Ilmu
Pendidikan dapat dibedakan dalam 4 (empat) macam yaitu :
1. Ontologi Ilmu Pendidikan, yang membahas tentang hakikat subtansi dan pola organisasi
Ilmu Pendidikan
2. Epistomologi Ilmu Pendidikan, yang membahas tentang hakikat objek formal dan material
Ilmu Pendidikan
3. Metodologi Ilmu Pendidikan, yang membahas tentang hakikat cara-cara kerja dalam
menyusun ilmu pengetahuan
4. Aksiologi Ilmu Pendidikan, yang membahas tentang hakikat nilai kegunaan teoritis dan
praktis Ilmu Pendidikan

Pendidikan dihadapkan pada perumusan tujuan yang mendasar dan mendalam,


sehingga diperlukan analisis dan pemikiran filosofis. Selain perumusan tujuan, seluruh aspek
dalam pendidikan mulai dari konsep, perencanaan, pelaksanaan sampai dengan evaluasi
membutuhkan pemikiran filosofis.
Menurut Al-Syaibany dalam Jalaludin & Idi (2007: 19), filsafat pendidikan adalah
aktivitas pikiran yang teratur yang menjadikan filsafat sebagai jalan untuk mengatur,
menyelaraskan, dan memadukan proses pendidikan. Artinya, filsafat pendidikan dapat
menjelaskan nilai-nilai dan maklumat-maklumat yang diupayakan untuk mencapainya.
Dalam hal ini, filsafat, filsafat pendidikan, dan pengalaman kemanusiaan merupakan faktor
yang integral.

6
Filsafat pendidikan juga bisa didefinisikan sebagai kaidah filosofis dalam bidang
pendidikan yang menggambarkan aspek-aspek pelaksanaan falsafah umum dan
menitikberatkan pada pelaksanaan prinsip-prinsip dan kepercayaan yang menjadi dasar dari
filsafat umum dalam upaya memecahkan persoalan-persoalan pendidikan secara praktis.

Menurut Hasan Langgulung dalam bahasannya tentang filsafat pendidikan diberi definisi
sebagai berikut:

1. Filsafat pendidikan adalah penerapan metoda dan pandangan filsafat dalam bidang
pengalaman manusia yang disebut pendidikan. Filsafat pendidikan adalah mencari
konsep-konsep yang dapat menyelaraskan gejala yang berbeda-beda dalam
pendidikan dan suatu rencana menyeluruh, menjelaskan intilah-istilah pendidikan,
mengajukan asumsi-asumsi dasar tempat tegaknya pernyataan-pernyataan khusus
mengenai pendidikan dan menyingkapkan klasifikasi-klasifikasi yang berhubungan
antara pendidikan dan bidang-bidang kepribadian manusia.
2. Filsafat pendidikan adalah aktivitas pemikiran teratur yang menjadikan filsafat
sebagai medianya untuk menyusun proses pendidikan, menyelaraskan,
mengharmoniskan, dan penerapan nilai-nilai dan tujuan-tujuan yang ingin dicapainya.
3. Filsafat pendidikan adalah aktivitas yang dikerjakan oleh pendidik dan filsuf-filsuf
untuk menjelaskan proses pendidikan menyelaraskan, mengkritik dan mengubahnya
berdasar pada masalah-masalah budaya.
4. Filsafat pendidikan adalah teori atau ideology pendidikan yang muncul dari sikap
filsafat seorang pendidik, dari pengalaman-pengalamannya dalam pendidikan dan
kehidupan dari kajiannya tentang berbagai ilmu yang berhubungan dengan
pendidikan, dan berdasar itu pendidik dapat mengetahui sekolah berkembang.

Sementara Dewey dalam Jalaludin & Idi (2007:20) menyampaikan bahwa filsafat
pendidikan merupakan suatu pembentukan kemampuan dasar yang fundamental, baik yang
menyangkut daya pikir (intelektual) maupun daya perasaan (emosional), menuju tabiat
manusia

7
Sementara menurut Thompson (Arifin, 1993:2), filsafat artinya melihat suatu masalah
secara total dengan tanpa ada batas atau implikasinya; ia tidak hanya melihat tujuan, metode
atau alat-alatnya, tapi juga meneliti dengan saksama hal-hal yang dimaksud. Keseluruhan
masalah yang dipikirkan oleh filosof tersebut merupakan suatu upaya untuk menemukan
hakikat masalah, sedangkan suatu hakikat itu dapat dibakukan melalui proses kompromi.

Lebih jauh Barnadib (Jalaludin & Idi, 2007:20), menyatakan bahwa filsafat pendidik-
an merupakan ilmu yang pada hakikatnya merupakan jawaban dari pertanyaan-pertanyaan
dalam bidang pendidikan. Baginya filsafat pendidikan merupakan aplikasi sesuatu analisis
filosofis terhadap bidang pendidikan.

Sedangkan menurut seorang ahli filsafat Amerika, Brubachen (Arifin, 1993:3), filsafat
pendidikan adalah seperti menaruh sebuah kereta di depan seekor kuda, dan filsafat
dipandang sebagai bunga, bukan sebagai akar tunggal pendidikan. Filsafat pendidikan itu
berdiri secara bebas dengan memperoleh keuntungan karena punya kaitan dengan filsafat
umum.

Kendati kaitan ini tidak penting, tapi yang terjadi ialah suatu keterpaduan antara
pandangan filosofis dengan filsafat pendidikan, karena filsafat sering diartikan sebagai teori
pendidikan dalam segala tahap. Lebih jauh, Alwasilah (2008: 15) menyatakan bahwa filsafat
pendidikan dapat didefinisikan sebagai teori yang mendasari alam pikiran ihwal pendidikan
atau suatu kegiatan pendidikan.

2.4. Pengertian filsafat menurut para ahli :

 Plato
Plato mendefinisikan lebih sederhana dan singkat tentang filsafat. Dimana ilmu
filsafat adalah upaya untuk mencapai pengetahuan dan mengetahui tentang kebenaran yang
sebenarnya.

 Hasbullah Bakry
Filsafat menurut Hasbullah Bakry adalah ilmu yang secara spesifik mendalami
tentang ilmu alam semesta, mendalami manusia dan mendalami ketuhanan demi
menghasilkan pengetahuan lebih jauh. Memikirkan ilmu tersebut hingga ke esensinya untuk
menemukan makna filosofisnya.

8
 filsafat yang dikemukakan Titus (1985:3-4) sebagai berikut :
a) Filsafat adalah suatu sikap tentang hidup dan alam semesta.
b) Filsafat adalah suatu metode berpikir refkletif dan penelitian penalaran.
c) Filsafat adalah suatu perangkat masalah-masalah.
d) Filsafat adalah seperangkat teori dan sistem berpikir.

 Menurut Sondang P. Siagian


Filsafat berarti cinta kepada kebijaksanaan. Untuk menjadi bijaksana berarti harus
berusaha mengetahui tentang sesuatu dengan sedalam-dalamnya, baik mengenai hakikat
adanya sesuatu, fungsi, ciri-ciri, kegunaan, masalah dan sekaligus pemecahannya. Berfilsafat
merupakan salah satu kegiatan manusia yang memiliki peran penting dalam menentukan dan
menemukan eksistensinya, kegiatan yang dimaksud merupakan kegiatan berpikir yang khas,
yaitu radikal, sistematis, dan universal untuk mencari kebenaran yang sesungguhnya dari
segala sesuatu. Berdasarkan penjelasan di atas maka dapat disimpulkan bahwa filsafat adalah
pemikiran /ilmu yang mempelajari yang bersifat sistematis dan universal tentang alam
semesta, ketuhanan, manusia, dan makna hidup yang dipelajari secara mendalam guna
mencari hakikat kebenaran

 Al- syaibany
Filsafat pendidikan adalah aktivitas fikiran yang teratur yang menjadikan filasafat
tersebut sebagai jalan untuk mengatur, menyelaraskan dan memadukan proses pendidikan.
 Jhon dewey
Filasafat pendidikan merupakan suatu pembentukan kemampuan dasar yang
fundamental, baik yang menyangkut daya fikir ( intelektual) maupun daya perasaan
( emosional), menuju tabiat manusia.
 Imam barnadid
Filsafat pendidikan adalah ilmu yang pada hakikatnya merupakan jawaban dari
pertanyaan-pertanyaan dalam bidasng pendidikan baginya filsafat pendidikan merupakan
aplikasi suatu analaisis filosofis terhadap bidang pendidikan.
 Brubachen
Filsafat penddikan adalah seperti menaruh sebuah kereta didepan seekor kuda, dan
filsafat dipandang sebagai bunga, bukan sebagai akar tunggal pendidikan. Filsafat
pendidikan berdiri secara bebas memperoeh keuntungan karena mempunyai kaitan dengan
filsafat umum.
9
 Randal curren
Filsafat pendidikan adalah penerapan serangkaian keyakinan-keyakinan filsafat dalam
praktik pendidikan Dengan pengertian konsep pendidikan sehingga dapat dijelaskan
mengenai filsafat pendidikan.Hal ini jelas menyangkut suatu pengertian konsep filsafat yang
diterapakan kedalam bidang pendidikan.
Menurut Dictionary of Education oleh Carter V.Good filsafat pendidikan itu
adalah:
1. Suatu upaya yang hati-hati,kritis dan sistematik secara intelektual untuk melihat
pendidikan sebagai suatu keseluruhan dan sebagai satu bagian keseluruhan dari budaya
manusia.
2. Suatu filsafat yang menyangkut atau yang diterapkan terhadap proses pendidikan umum
atau pendidikan swasta dan digunakan sebagi dasra bagi ketentuan umum,bagi penafsirannya
dan untuk mengevaluasi masalah-masalah pendidikan yang menyangkut tujuan,pelaksanaan
sehari-hari,hasil-hasilnya,keperluan-keperluan siswa dan masyarakat,bahan-bahan yang
digunakan dalam belajar dan semua segi yang diperlukan dilapangan. Sebagai kesimpulannya
,bahwa yang dimaksud dengan filsafat pendidikan itu adalah ilmu untuk memahami sedalam-
dalamnya hakikat pendidikan dari berbagai segi seperti eksistensi, fungsi, ciri-ciri, kegunaan,
pelaku, hasil-hasil, tujuan, kurikulum, masalah-masalah serta cara-cara memecahkan masalah
itu.

10
BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Filsafat pendidikan adalah pelaksanaan pandangan falsafah dan kaidah falsafah dalam
bidang pendidikan yang mencerminkan satu segi dari segi pelaksanaan falsafah umum dan
menitikberatkan kepada pelaksanaan prinsip- prinsip dan kepercayaan- kepercayaan yang
menjadi dasar falsafah umum dalam menyelesaikan masalah-masalah pendidikan secara
praktis. filsafat pendidikan merupakan aplikasi filsafat spekulatif, preskriptif, dan analitik.
Pengetahuan dimulai dari rasa ingin tahu, kepastian dimulai dari rasa ragu- ragu dan
filsafat dimulai dari keduanya. Dalam berfilsafat kita didorong untuk mengetahui apa yang
kita tahu dan apa yang belum kita tahu. Tujuan filsafat adalah mengumpulkan pengetahuan
manusia sebanyak mungkin dan menerbitkan serta mengatur semua itu dalam bentuk
sistematik. Dengan demikian filsafat memerlukan analisa secara hati-hati terhadap penalaran-
penalaran sudut pandangan yang menjadi dasar suatu tindakan. Sebagaimana cabang ilmu
lainnya pendidikan merupakan cabang dari filsafat.
Namun pendidikan bukan merupakan filsafat umum/murni melainkan filsafat khusus
atau terapan. Filsafat Pendidikan dapat diartikan juga upaya mengembangkan potensi-
potensi manusiawi peserta didik baik potensi fisik potensi cipta, rasa, maupun karsanya, agar
potensi itu menjadi nyata dan dapat berfungsi dalam perjalanan hidupnya. Dasar pendidikan
adalah cita-cita kemanusiaan universal.

3.2 Saran
Tentunya terhadap penulis sudah menyadari jika dalam penyusunan makalah di atas
masih banyak ada kesalahan serta jauh dari kata sempurna. Adapun nantinya penulis akan
segera melakukan perbaikan susunan makalah itu dengan menggunakan pedoman dari
beberapa sumber dan kritik yang bisa membangun dari para pembaca

11
DAFTAR PUSTAKA
Arbi, Sutan Zanti. 1988. Pengantar Kepada Filsafat Pendidikan.Jakarta: Depdikbud Dikti
PPLPTK.

Kristiawan, Muhammad. 2016. filsafat pendidikan. Jogjakarta: Valia Pustaka.


Tafsir,

Ahmad. 2015. Filsafat Umum akal dan hati sejak Thales sampai Capra. Bandung: Remaja
Rosda karya.

Sadullah, Uyoh. 2011. Pengantar Filsafat Pendidikan. Bandung: Alfabeta.

https://www.academia.edu/9255385/Landasan_Filsafat_Pendidikan diakses 1
oktober 2019

12

Anda mungkin juga menyukai