Anda di halaman 1dari 8

KONSEP FILSAFAT, PENDIDIKAN, DAN FILSAFAT PENDIDIKAN

ZARIN NAFASARI

190141602033

A. KONSEP FILSAFAT

Dalam kehidupan modern ini, filsafat diartikan sebagai ilmu yang mencari hakikat
sesuatu berupaya melakukan penafsiran-penafsiran atas pengalaman-pengalaman
manusia dan merupakan suatu upaya untuk menjawab pertanyaan-pertanyaan yang
timbul dalam berbagai bidang kehidupan manusia. Jawaban tersebut merupakan suatu
hasil pemikiran yang mendasar dan digunakan untuk memecahkan persoalan-persoalan
yang berhubunan dengan aspek kehidupan manusia, termasuk aspek pendidikan. Ahdar
Djamaluddin. Jurnal Pendidikan dan Pemikiran Filsafat. Volume 1. Tahun 2018.
Halaman 129 Istilah “filsafat” dapat ditinjau dari dua segi, yakni: a). Segi semantik:
perkataan filsafat berasal dari bahasa arab ‘falsafah’, yang berasal dari bahasa yunani,
‘philosophia’, yang berarti ‘philos’= cinta, suka (loving), dan ’sophia’ = pengetahuan,
hikmah (wisdom). Jadi ‘philosophia’ berarti cinta kepada kebijaksanaan atau cinta kepada
kebenaran. Maksudnya, setiap orang yang berfilsafat diharapkan menjadi bijaksana. b).
Segi praktis: dilihat dari pengertian praktisnya, filsafat berarti ‘alam pikiran’ atau ‘alam
berpikir’.

Selain itu definisi dari filsafat banyak dicetuskan oleh para ahli filsafat atau filsuf seperti
Cicero yang berpendapat bahwa filsafat adalah sebagai "ibu dari semua seni" atau "the
mother of all the art" ia juga mendefinisikan filsafat sebagai ars vitae yang berarti seni
kehidupan. Mark Mason. Journal Educational Philosophy And Theory. Volume 40.
Tahun 2016. Halaman 7 Menurut Aristoteles, filsafat adalah ilmu (pengetahuan) yang
meliputi kebenaran yang di dalamnya terkandung ilmu-ilmu metafisika, logika, retorika,
etika, ekonomi, politik, dan estetika. Menurut Plato, filsafat merupakan pengetahuan
yang mencoba untuk mencapai pengetahuan tentang kebenaran yang asli. Menurut
Descrates, filsafat merupakan semua pengetahuan di mana Tuhan, alam, manusia menjadi
pokok penyelidikan. Ibnu Sina yang merupakan filsuf islam mengemukakan bahwa
filsafat adalah pengetahuan otonom yang perlu ditimba oleh manusia, sebab manusia
telah di karuniai akal oleh Allah. Filsafat merupakan suatu ilmu pengetahuan karena
dalam filsafat sendiri memiliki logika, metode dan juga sistem. Namun filsafat juga
merupakan studi tentang seluruh fenomena kehidupan dan pemikiran manusia secara
kritis dan juga dijabarkan dalam konsep mendasar.

Filsafat merupakan sebuah studi yang membahas segala fenomena yang ada di dalam
kehidupan dan pemikiran manusia secara kritis dan skeptis dengan mendalami sebab-
sebab terdalam, lalu dijabarkan secara teoritis dan mendasar. Berfilsafat artinya berpikir,
olah pikir. Namun tidak semua berpikir berarti berfilsafat. Berfilsafat adalah berpikir
secara mendalam dan sungguh-sungguh. Humam Mustajib. Jurnal Pendidikan dan
Ilmu Pengetahuan. Volume 5. Tahun 2016. Halaman 84 Sebuah semboyan
mengatakan bahwa “setiap manusia adalah filsuf”. Semboyan ini benar juga, sebab
semua manusia berpikir. Akan tetapi secara umum semboyan itu tidak benar, sebab tidak
semua manusia yang berpikir adalah filsuf. Tegasnya, filsafat adalah hasil akal seorang
manusia yang mencari dan memikirkan suatu kebenaran dengan sedalam-dalamnya.
Adapun pengertian Filsafat menurut beberapa ahli, yaitu:
1. Plato (428-348 SM): Pengetahuan yang berminat mencapai pengetahuan kebenaran
yang asli. Filsafat tidak lain dari pengetahuan tentang segala yang ada.
2. Aristoteles (384-322 SM): Filsafat adalah ilmu (pengetahuan) yang meliputi
kebenaran yang terkandung di dalamnya ilmuilmu metafisika, logika, retorika, etika,
ekonomi, politik, dan estetika. Kewajiban filsafat adalah menyelidiki sebab dan asas
segala benda. Dengan demikian filsafat bersifat ilmu umum sekali. Tugas
penyelidikan tentang sebab telah dibagi sekarang oleh filsafat dengan ilmu.
3. Francis Bacon: Filsafat adalah induk agung dari ilmu-ilmu, dan filsafat menangani
semua pengetahuan sebagai bidangnya.
4. Al Farabi: Filsafat adalah ilmu tentang alam maujud bagaimana hakikat sebenarnya.
5. Rene Descartes: Filsafat adalah kumpulan segala pengetahuan dimana Tuhan, alam
dan manusia menjadi pokok penyelidikan.
6. Menurut Paul Nartop: Filsafat adalah sebagai ilmu dasar hendak menentukan
kesatuan pengetahuan menusia dengan menunjukkan dasar akhir yang sama dan juga
yang memikul sekaliannya.
7. Menurut Bertrand Russel: Sebagai teologi , filsafat berisikan sebagai pemikir-
pemikiran mengenai masalah-masalah yang pengetahuan definitive tentangnya,
sampai sebegitu jauh, tidak bisa dipastikan. Namun seperti sains, filsafat lebih dapat
menarik perhatian akal manusia daripada otoritas tradisi maupun otoritas wahyu.

Pada zaman modern ini pada umunya orang telah sepakat untuk mempelajari ilmu filsafat
itu dengan dua cara, yaitu dengan mempelajari sejarah perkembangan sejak dahulu kala
hingga sekarang (metode historis), dan dengan cara mempelajari isi atau lapangan
pembahasannya yang diatur dalam bidang-bidang tertentu (metode sistematis). Setya
Widyawati. Jurnal Kependidikan. Volume 11. Tahun 2018. Halaman 88 Dalam
metode sistematis orang membahas langsung isi persoalan ilmu filsafat itu dengan tidak
mementingkan urutan zaman perjuangannya masing-masing. Orang membagi persoalan
ilmu filsafat itu dalam bidang-bidang tertentu. Misalnya, dalam bidang logika
dipersoalkan mana yang benar dan mana yang salah menurut pertimbangan akal,
bagaimana cara berpikir yang benar dan mana yang salah. Kemudian dalam bidang etika
dipersoalkan tentang manakah yang baik dan manakah yang buruk dalam pembuatan
manusia. Di sini tidak dibicarakan persoalan-persoalan logika atau metafisika. Dalam
metode sistematis ini para filsuf kita konfrontasikan satu sama lain dalam bidang-bidang
tertentu.

B. PENGERTIAN PENDIDIKAN

Pendidikan merupakan salah satu kunci yang sangat esensial dalam kehidupan manusia.
Dalam konteks dan ruang lingkup kehidupan suatu bangsa, pendidikan memiliki peranan
yang sangat penting dan strategis untuk menjamin kelangsungan dan perkembangan
perkembangan kehidupan bangsa tersebut. Toto Suharto. Jurnal Cakrawala
Pendidikan. Volume 1. Tahun 2017. Halaman 326 Secara Etimologi atau asal-usul,
kata pendidikan dalam bahasa inggris disebut dengan education, dalam bahasa latin
pendidikan disebut dengan educatum yang tersusun dari dua kata yaitu E dan Duco
dimana kata E berarti sebuah perkembangan dari dalam ke luar atau dari sedikit ke
banyak, sedangkan Duco berarti perkembangan yang sedang berkembang. Jadi secara
Etimologi pengertian pendidikan adalah proses mengembangkan kemampuan diri sendiri
dan kekuatan individu. Sedangkan pengertian pendidikan menurut ki hajar dewantara
adalah proses penunjang kekuatan kodrat sebagai manusia yang memiliki akal, dalam
menguasai pengetahuan pada peserta didik. Dengan tujuan manusia dapat meninggikan
derajatnya melalui pendidikan yang setinggi-tingginya.

Pendidikan mempunyai makna yang lebih luas dari pembelajaran, tetapi pembelajaran
merupakan sarana yang ampuh dalam menyelenggarakan pendidikan. Jadi pembelajaran
merupakan bagian dari pendidikan. Pendidikan sebagai usaha sadar yang dilakukan oleh
keluarga, masyarakat dan pemerintah melalui kegiatan bimbingan, pembelajaran, dan
atau latihan yang berlangsung di sekolah dan di luar sekolah. Usaha sadar tersebut
dilakukan dalam bentuk pembelajaran di kelas, dimana ada pendidik yang melayani para
siswanya melakukan kegiatan belajar, dan pendidik menilai atau mengukur tingkat
keberhasilan belajar siswa tersebut dengan prosedur yang telah ditentukan. A Muttaqin.
Jurnal Dinamika Pendidikan. Volume 1. Tahun 2015. Halaman 68 Proses
pembelajaran merupakan proses yang mendasar dalam aktivitas pendidikan di sekolah.
Dari proses pembelajaran tersebut siswa memperoleh hasil belajar yang merupakan hasil
dari suatu interaksi tindak belajar yaitu mengalami proses untuk meningkatkan
kemampuan mentalnya dan tindak mengajar yaitu membelajarkan siswa. Untuk lebih
jelas tentang konsep pembelajaran penulis uraikan dalam pokok bahasan tersendiri
tentang pembelajaran.
Pendidikan harus dapat menyiapkan warga Negara untuk menghadapi masa depannya.
pendidikan adalah proses pengubahan sikap dan tata laku seseorang atau kelompok orang
dalam usaha mendewasakan manusia melalui upaya pengajaran dan pelatihan. Baso Tola.
Jurnal Irfani. Volume 10. Tahun 2015. Halaman 56 Pendidikan  adalah sebagai usaha
sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran untuk
peserta didik secara aktif mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki kekuatan
spiritual keagamaan, pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia, serta
keterampilan yang diperlukan dirinya dan masyarakat. Sebagai proses pembentukan
pribadi, pendidikan diartikan sebagi suatu kegiatan yang sistematis dan sistemik terarah
kepada terbentuknya kepribadian peserta didik. Proses pembentukan pribadi melalui 2
sasaran yaitu pembentukan pribadi bagi mereka yang belum dewasa oleh mereka yang
sudah dewasa dan bagi mereka yang sudah dewasa atas usaha sendiri. Pengertian
Pendidikan dapat diartikan sebagai usaha sadar dan sistematis untuk mencapai taraf hidup
atau  untuk kemajuan lebih baik. Secara sederhana, Pengertian pendidikan adalah proses
pembelajaran bagi peserta didik untuk dapat mengerti, paham, dan membuat manusia
lebih kritis dalam berpikir.
Dalam arti sederhana pendidikan diartikan sebagai usaha manusia untuk membina
kebribadiannya sesuai dengan nilai-nilai di dalam masyarakat dan kebudayaannya. Dalam
perkembangannya, istilah pendidikan atau paedagogic berarti bimbingan atau
pertolongan yang diberikan secara sengaja oleh orang dewasa agar menjadi dewasa.
Selanjutnya pendidikan, diartikan sebagai usaha yang dijalankan oleh seseorang atau
kelompok orang lain agar menjadi dewasa atau mencapai tingkat hidup yang lebih tinggi.
Ahmad Salim. Jurnal Ilmu Pendidikan. Volume 5. Tahun 2017. Halaman 16 Proses
pendidikan merupakan kegiatan mobilitas segenap komponen pendidikan oleh pendidik
terarah kepada pencapaian tujuan pendidikan, Kualitas proses pendidikan menggejala
pada dua segi, yaitu kualitas komponen dan kualitas pengelolaannya , pengelolaan proses
pendidikan meliputi ruang lingkup makro, meso, mikro. Adapun tujuan utama
pemgelolaan proses pendidikan yaitu terjadinya proses belajar dan pengalaman belajar
yang optimal.
Tujuan Pendidikan:

1. Berdasarkan UU No. 2 Tahun 1985 yang berbunyi bahwa tujuan pendidikan yaitu
mencerdaskan kehidupan bangsadan mengembangkan manusia yang seutuhnya yaitu
yang beriman dan bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa dan berbudi pekerti luhur,
memiliki pengetahuan dan keterampilan, kesehatan jasmani dan rohani, kepribadian
yang mantap dan mandiri serta rasa tanggung jawab kemasyarakatan bangsa.
2. Berdasarkan MPRS No. 2 Tahun 1960 bahwa tujuan pendidikan adalah membentuk
pancasilais sejati berdasarkan ketentuan-ketentuan yang dikehendaki oleh pembukaan
UUD 1945 dan isi UUD 945.
3. Berdasarkan UU. No.20 Tahun 2003 mengenai Sistem Pendidikan Nasional dalam
pasal 3, bahwa tujuan pendidikan nasional adalah mengembangkan potensi peserta
didik agar menjadi manusia yang beriman dan bertakwa kepada Tuhan Yang Maha
Esa, berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri, dan menjadi warga
negara yang demokratis serta bertanggung jawab.

Tujuan pendidikan memuat gambaran tentang nilai-nilai yang baik, luhur, pantas, benar,
dan indah untuk kehidupan. Pendidikan memiliki dua fungsi yaitu memberikan arah
kepada segenap kegiatan pendidikan dan merupakan sesuatu yang ingin dicapai oleh
segenap kegiatan pendidikan. Adapun unsure-unsur yang terlibat dalam pendidikan antara
lain:

1. Subjek yang dibimbing (peserta didik).


2. Orang yang membimbing (pendidik).
3. Interaksi antara peserta didik dengan pendidik (interaksi edukatif)
4. Ke arah mana bimbingan ditujukan (tujuan pendidikan)
5. Pengaruh yang diberikan dalam bimbingan (materi pendidikan)
6. Cara yang digunakan dalam bimbingan (alat dan metode)
7. Tempat dimana peristiwa bimbingan berlangsung (lingkungan pendidikan)

Ada sebuah penelitian di Amerika Serikat yang melaporkan bahwa peran otak kiri
yang berkaitan dengan logika dan intelektual, pada keberhasilan seseorang dalam
mencapai kesuksesan hanya 4%. Porsi terbesar untuk mencapai kesuksesan yakni 96%
didominasi peran otak kanan yang berkaitan dengan kreatifitas dan
inovasi. Sayangnya, pola pendidikan yang dapat membantu perkembangan otak kanan
kurang diperhatikan di Indonesia. Fadhil Hikmawan. Jurnal Sains dan Psikologi.
Volume 6. Tahun 2017. Halaman 36 Oleh karena itu, pengembangan emosi dann
kepribadian yang dapat menuntun seseorang menjadi manusia arif dan bijaksana
menjadi terlalaikan. Padahal, untuk bisa membangun suatu bangsa yang kuat
diperlukan orang yang tidak hanya berintelektual tinggi, tetapi juga terhadap kondisi
yang terjadi. Selain itu, bangsa Indonesia pun memerlukan orang yang punya
kebijaksanaan tinggi untuk menghadapi segala persoalan dengan tepat. Keseimbangan
antara fungsi otak kiri dan otak kanan sangat ditentukan oleh pola pendidikan jenis
apakah yang diterima seorang murid. Tapi pola pendidikan ideal seperti ini sangat
langka di Indonesia yang cenderung lebih mengarah pada transfer of knowledge dari
pada pendidikan dalam arti membimbing seorang anak didik menjadi manusia yang
mengenal dirinya sendiri tapi peka terhadap apa yang terjadi dengan lingkungan sekitar
dirinya.
C. FILSAFAT PENDIDIKAN

Jika ditelaah lebih jauh, filsafat dan pendidikan adalah dua hal yang tidak dapat
dipisahkan, baik dilihat dari proses, jalan, maupun tujuannya. Hal ini sangat dipahami
karena pendidikan pada hakikatnya merupakan hasil spekulasi filsafat, terutama pada
filsafat nilai, yaitu terkait dengan ketidakmampuan manusia dalam menghindari fitrahnya
sebagai diri yang selalu mendabakan makna-kesamaan di dalam proses, ruang etika, dan
ruang pragmatis. Manusia selalu menjadi satu-satunya primata yang menyerukan
kebaikan, cinta dan kebenaran. Namun, bersamaan dengan itu, manusia pula satu-satunya
makhluk yang dapat membunuh diri dan sesamanya dengan begitu tanpa alasan sama
sekali, selain hanya sebuah kesenangan. Dalam ruang ini pendidikan bagi hidup manusia
menjadi suatu hal yang penting untuk membawanya pada hidup yang bermakna. Dengan
adanya pendidikan, manusia akan mampu menjalani hidupnya dengan baik dan benar.
Manusia dapat tertawa, menangis, bicara, dan diam mengambil ukuran-ukuran yang
tepat. Ini sangat berbeda dengan banyak diri yang tidak terdidik. Hubungan ini menurut
pakar merupakan ilmu yang paling tertua dibandingkan dengan ilmu pengetahuan yang
lainnya. Muh Nursikin. Journal of Education. Volume 1. Tahun 2015. Halaman 303-
334 Oleh karena itu mereka menyebut bahwa filsafat merupakan induk dari semua ilmu-
ilmu pengetahuan di muka bumi. Berdasarkan filsafat, pendidikan berkepentingan
membangun filsafat hidup agar dapat dijadikan pedoman dalam menjalani kehidupan
sehari-hari. Untuk selanjutnya, kehidupan sehari-hari tersebut selalu dlaam keteraturan.
Jadi terhadap pendidikan, filsafat memberikan sumbangan berupa kesadaran menyeluruh
tentang asal mula,eksistensi, dan tujuan hidup manusia. Tanpa filsafat, pendidikan tidak
dapat berbuat apa apa dan tidak tahu apakah yang harus dikerjakan, sebaliknya, tanpa
pendidikan, filsafat tetap berada pada utopianya.
Filsafat pendidikan adalah filsafat yang digunakan dalam studi mengenai masalah-
masalah pendidikan. Filsafat akan menentukan “mau dibawa kemana” siswa kita. Filsafat
merupakan perangkat nilai-nilai yang melandasi dan membimbing ke arah pencapaian
tujuan pendidikan. Nicholas C. Burbules. Springer International Journal. Volume 12.
Tahun 2018. Halaman 35 Oleh sebab itu, filsafat yang dianut oleh suatu bangsa atau
kelompok masyarakat tertentu atau yang dianut oleh perorangan (dalam hal ini
Dosen/Guru) akan sangat mempengaruhi tujuan pendidikan yang ingin dicapai Falsafah
yang dianut oleh suatu Negara bagaimanapun akan mewarnai tujuan pendidikan di negara
tersebut. Dengan demikian, tujuan pendidikan suatu negara akan berbeda dengan Negara
lainnya, disesuaikan dengan falsafah yang dianut oleh negara-negara tersebut. Tujuan
pendidikan pada dasarnya merupakan rumusan yang komprehemsif mengenai apa yang
seharusnya dicapai. Tujuan itu memuat pernyataan-pernyataan (statement) mengenai
berbagai kemampuan yang diharapkan dapat dimiliki oleh siswa selaras dengan sistem
nilai dan falsafah yang dianut. Hal ini menunjukkan adanya keterkaitan yang sangat erat
antara filsafat yang dianut dengan tujuan pendidikan yang dirumuskan.
Filsafat pada awalnya mempersoalkan siapa manusia itu. Kajian terhadap persoalan ini
menelusuri hakekat manusia sehingga muncul beberapa asumsi tentang manusia.
Misalnya, manusia adalah makhluk religi, makhluk sosial, makhluk yang berbudaya, dan
sebagainya. La Rajab. Jurnal Penelitian Sains dan Pendidikan. Volume 3. Tahun
2016. Halaman 101 Dari telaah tersebut filsafat mencoba menelaah tiga pokok
persoalan, yaitu hakekat benar-salah (logika/ ilmu), hakekat baik - buruk (etika), dan
hakekat indah - tidak indah (estetika). Pada dasarnya, pandangan hidup manusia
mencakup ketiga aspek tersebut, sehingga ketiga aspek tersebut sangat diperlukan dalam
pendidikan, terutama dalam menentukan arah dan tujuan pendidikan. Suatu masyarakat
memiliki kebiasaan yang menjadi pembeda dengan masyarakat lainnya. Kebiasaan-
kebiasaan tersebut menjadi cikal budaya.
Budaya menjadi semacam perekat sosial dalam suatu masyarakat. Tanpa masyarakat
tidak akan ada budaya, dan tanpa budaya tidak akan ada masyarakat (Smith, Stanley, and
Shores, 1957 dalam Zais S.R. 1976: 157. Syabuddin Gade. Jurnal Ilmiah Didaktita.
Volume 12. Tahun 2015. Halaman 89 Setiap masyarakat bangga dengan budayanya dan
cendrung menganggap budaya mereka yang paling baik, oleh sebab itu wajar bila mereka
selalu ingin mewariskan nilai-nilai budaya yang dipakai pada generasi muda, seiring
kemajuan zaman dan berkembangnya pengetahuan, orang tua tidak mampu lagi
menanamkan nilai dan pengetahuan secara langsung kepada anak mereka, dan untuk itu
didirikan sekolah. Pendidikan memerlukan lembaga di luar keluarga, yang berperan
dalam upaya membentuk masyarakat ideal. Anak didik ada sebagaimana ia berada,
sedangkan masyarakat dan negara menginginkan anak didik terbina sesuai ideology yang
telah digariskan. Maka muncul pertanyaan “apa yang harus dilakukan pendidik untuk
membawa anak didik itu mewujudkan tujuan tersebut?”.

Jawaban pertanyaan ini berupa konsep-konsep tentang isi dan proses pendidikan yang
mempertemukan potensi anak didik dan gambaran ideal menurut masyarakat dan
Negara tersebut (Barnadib, 1990: 14). Pertanyaan ini bersifat filosofis dan memerlukan
jawaban yang filosofis pula dan ini merupakan pendidikan pada hakekatnya adalah
penerapan analisa filsafat terhadap lapangan pendidikan. Achmad samawi. Jurnal
Ilmu Pendidikan: Jurnal Kajian Teori dan Praktik. Volume 28. Tahun 2015.
Halaman 73 John Dewey mengatakan bahwa filsafat adalah teori umum dari
pendidikan, landasan dari semua pemikiran mengenai pendidikan (Barnadib,1990: 14-
15). Pemikiran sesuai cabang-cabang filsafat turutmempengaruhi pelaksanaan
pendidikan. Metafisika merupakan cabang filsafat yang mengkaji hakikat: hakikat
dunia, hakikat manusia termasuk hakikat anak. Anak adalah manusia yang terdiri dari
jasmani atau rohani kurikulum sekolah berdasarkan apa yang kita ketahui mengenai
realita (Sadullah, 2007: 76-77). Kenyataannyaapa yang harus diajarkan di sekolah,
selalu memiliki pandangan mengenai realita.
DAFTAR PUSTAKA

A Muttaqin. Implikasi Aliran Filsafat Pendidikan dalam Pengembangan Kurikulum Pendidikan.


Jurnal Dinamika Pendidikan. Volume 1. Tahun 2015. Halaman 67-92
Achmad Samawi. Filsafat Pendidikan John Dewey dan Implikasinya terhadap Pendidikan
Nasional. Jurnal  Ilmu Pendidikan: Jurnal Kajian Teori dan Praktik. Volume 28. Tahun
2015. Halaman 71-88
Ahdar Djamaluddin. Filsafat Pendidikan. Jurnal Pendidikan dan Pemikiran Filsafat. Volume 1.
Tahun 2018. Halaman 124-137
Ahmad Salim. Implikasi Aliran Filsafat Pendidikan Pada Manajemen Pendidikan. Jurnal Ilmu
Pendidikan. Volume 5. Tahun 2017. Halaman 13-28
Baso Tola. Fungsi Filsafat Pendidikan Terhadap Ilmu Pendidikan. Jurnal Irfani. Volume 10.
Tahun 2015. Halaman 54-62
Nicholas C. Burbules. Philosophy of Education. Springer International Journal. Volume 12.
Tahun 2018. Halaman 33-47
Fadhil Hikmawan. Perspektif Filsafat Pendidikan Terhadap Psikologi Pendidikan Humanistik.
Jurnal Sains dan Psikologi. Volume 6. Tahun 2017. Halaman 31-36
Humam Mustajib. Filsafat Pendidikan Hasan Langgulung. Jurnal Pendidikan dan Ilmu
Pengetahuan. Volume 5. Tahun 2016. Halaman 83-96
La Rajab. Filsafat Pendidikan (Suatu Analisis Filosofis Pemikiran Pendidikan). Jurnal Penelitian
Sains dan Pendidikan. Volume 3. Tahun 2016. Halaman 99-111
Mark Mason. Complexity Theory And The Philosophy Of Education. Journal Educational
Philosophy And Theory. Volume 40. Tahun 2016. Halaman 4-18

Muh Nursikin. Aliran-Aliran Filsafat Pendidikan dan Implementasinya dalam Pengembangan


Kurikulum Pendidikan. Journal of Education. Volume 1. Tahun 2015. Halaman 303-334
Syabuddin Gade. Konsep Pendidikan Antara Dewey Dan Asy-Syaibani. Jurnal Ilmiah Didaktita.
Volume 12. Tahun 2015. Halaman 86-105
Setya Widyawati. Filsafat Sebagai Landasan Pengembangan Ilmu Pendidikan. Jurnal Seni
Budaya. Volume 11. Tahun 2018. Halaman 87-96
Toto Suharto. Konsep Dasar Pendidikan. Jurnal Cakrawala Pendidikan. Volume 1. Tahun 2017.

Anda mungkin juga menyukai