Anda di halaman 1dari 27

UPAYA MENINGKATKAN KETERAMPILAN BERBICARA SISWA

DENGAN MENGGUNAKAN METODE PEMBELAJARAN


KOOPERATIF TIPE JIGSAW PADA MATA PELAJARAN IPS

(Penelitian Tindakan Kelas di Kelas V Sekolah Dasar Negeri Citere 1 Kabupaten


Bandung Tahun Ajaran 2013-2014)

Proposal

Disusun untuk memenuhi salah satu tugas mata kuliah Metode Penelitian
Pendidikan SD di semester ganjil

Dosen : Drs. Dharma Kesuma, M.Pd.

Effy Mulyasari, M.Pd.

Oleh :

Nama : Neneng Is Windi

NIM : 1003562

Jurusan : PGSD IPS 2010

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN GURU SEKOLAH DASAR

JURUSAN PEDAGOGIK

FAKULTAS ILMU PENDIDIKAN

UNIVERSITAS PENDIDIKAN INDONESIA

2013
A. JUDUL PENELITIAN
UPAYA MENINGKATKAN KETERAMPILAN BERBICARA
SISWA DENGAN MENGGUNAKAN METODE PEMBELAJARAN
KOOPERATIF TIPE JIGSAW PADA MATA PELAJARAN IPS
(Penelitian Tindakan Kelas di Kelas V Sekolah Dasar Negeri Citere 1
Kabupaten Bandung Tahun Ajaran 2013-2014)

B. BIDANG PENELITIAN
1. Mata pelajaran yang dikaji dalam penelitian ini adalah Ilmu
Pengetahuan Sosial (IPS)
2. Bidang kajian penelitian ini adalah keterampilan berbicara siswa pada
mata pelajaran IPS kelas V.

C. LATAR BELAKANG MASALAH


Ilmu Pengetahuan Sosial (IPS) merupakan salah satu mata pelajaran yang
diberikan mulai dari SD/MI/SDLB sampai SMP/MTs/SMPLB. IPS mengkaji
seperangkat peristiwa, fakta, konsep, dan generalisasi yang berkaitan dengan isu
sosial. Pada jenjang SD/MI mata pelajaran IPS memuat materi Geografi, Sejarah,
Sosiologi, dan Ekonomi. Melalui mata pelajaran IPS, peserta didik diarahkan
untuk dapat menjadi warga negara Indonesia yang demokratis, dan bertanggung
jawab, serta warga dunia yang cinta damai.
Di masa yang akan datang peserta didik akan menghadapi tantangan berat
karena kehidupan masyarakat global selalu mengalami perubahan setiap saat.
Oleh karena itu mata pelajaran IPS dirancang untuk mengembangkan
pengetahuan, pemahaman, dan kemampuan analisis terhadap kondisi social
masyarakat dalam memasuki kehidupan bermasyarakat yang dinamis. Mata
pelajaran IPS disusun secara sistematis, komprehensif, dan terpadu dalam proses
pembelajaran menuju kedewasaan dan keberhasilan dalam kehidupan di
masyarakat. Dengan pendekatan tersebut diharapkan peserta didik akan
memperoleh pemahaman yang lebih luas dan mendalam pada bidang ilmu yang
berkaitan.
Keterampilan berbicara merupakan salah satu keterampilan berbahasa
yang harus dikuasai siswa karena kompetensi keterampilan berbicara adalah
komponen terpenting dalam tujuan pembelajaran. Pembelajaran keterampilan
berbicara perlu mendapat perhatian agar siswa mampu berkomunikasi dengan
baik. Perkembangan teknologi informasi yang lebih canggih saat ini seperti media
cetak, media elektronik, dan berbagai hiburan telah menggusur kegiatan berbicara
siswa. Hal demikian diperburuk oleh sikap orang tua yang tidak memperhatikan
anak-anaknya karena orang tua sibuk bekerja. Orang tua membiarkan anak-
anaknya larut dalam tayangan televisi yang dapat menghambat perkembangan
keterampilan berbahasa yang bersifat produktif, salah satunya adalah keterampilan
berbicara.

Biasanya siswa lancar berkomunikasi dalam situasi tidak resmi atau di luar
sekolah, tetapi ketika mereka diminta berbicara di depan kelas siswa mengalami
penurunan kelancaran berkomunikasi. Penulis telah mengamati bahwa ada
sejumlah siswa masih merasa takut berdiri di hadapan teman sekelasnya. Bahkan
tidak jarang terlihat beberapa siswa berkeringat dingin, berdiri kaku, lupa yang
akan dikatakan apabila ia berhadapan dengan sejumlah siswa lainnya.
Sebagaimana disebutkan oleh Supriyadi (2005: 179) bahwa :

Sebagian besar siswa belum lancar berbicara dalam bahasa Indonesia.


Siswa yang belum lancar berbicara tersebut dapat disertai dengan sikap
siswa yang pasif, malas berbicara, sehingga siswa merasa takut salah dan
malu, atau bahkan kurang berminat untuk berlatih berbicara di depan
kelas.
Para siswa dalam proses pendidikannya dituntut untuk dapat
mengekspresikan pengetahuan yang telah mereka miliki secara lisan mereka pun
harus terampil mengajukan pertanyaan untuk menggali dan mendapatkan
informasi apalagi dalam kegiatan diskusi, tanya jawab, debat antarsiswa, mereka
dituntut terampil adu argumentasi, terampil menjelaskan persoalan dan
pemecahannya, dan terampil menarik simpati para pendengarnya. Interaksi antara
pembicara dan pendengar ada yang langsung dan ada pula yang tidak langsung.
Interaksi langsung dapat bersifat dua arah atau multi arah, sedangkan interaksi tak
langsung bersifat searah. Pembicara berusaha agar pendengar memahami atau
menangkap makna apa yang disampaikannya. Komunikasi lisan dalam setiap
contoh berlangsung dalam waktu, tempat, suasana yang tertentu pula. Sarana
untuk menyampaikan sesuatu itu mempergunakan bahasa lisan. Dengan konsep
dasar berbicara sebagai alat untuk berkomunikasi ini, pengajaran keterampilan
berbicara diharapkan aktif interaktif baik dua arah atau multi arah. Dengan
demikian pengajaran keterampilan berbicara bukan lagi sesuatu yang monoton
dan tanpa makna, namun mendapat respon yang aktif dari audien.

Pentingnya keterampilan berbicara atau bercerita dalam komunikasi juga


diungkapkan oleh Supriyadi (2005:178) bahwa:

Apabila seseorang memiliki keterampilan berbicara yang baik, dia akan


memperoleh keuntungan sosial maupun profesional.

Keuntungan sosial berkaitan dengan kegiatan interaksi sosial antarindividu.


Sedangkan, keuntungan profesional diperoleh sewaktu menggunakan bahasa
untuk membuat pertanyaa-pertanyaan, menyampaikan fakta-fakta dan
pengetahuan, menjelaskan dan mendeskripsikan. Keterampilan berbahasa lisan
tersebut memudahkan siswa berkomunikasi dan mengungkapkan ide atau gagasan
kepada orang lain

Selain itu pentingnya penguasaan keterampilan berbicara untuk siswa


Sekolah Dasar juga dinyatakan oleh Supriyadi (2005:179), bahwa :

Pembelajaran keterampilan berbicara penting dikuasai siswa agar mampu


mengembangkan kemampuan berpikir, membaca, menulis, dan menyimak.
Kemampuan berpikir mereka akan terlatih ketika mereka
mengorganisasikan, mengonsepkan, mengklarifikasikan, dan
menyederhanakan pikiran, perasaan, dan ide kepada orang lain secara
lisan.
Nurhatim (2009:1) mengemukakan bahwa:

Berbicara merupakan salah satu aspek yang penting dibelajarkan kepada


siswa karena berbicara melibatkan kegiatan produktif siswa dalam
menyampaikan ujaran secara lisan.

Akan tetapi, masalah yang terjadi di lapangan adalah tidak semua siswa
mempunyai kemampuan berbicara yang baik. Pada kenyataannya menurut
pelaksanaan pembelajaran dari jenjang Sekolah Dasar sampai Sekolah Menengah
Atas masih terkesan bahwa guru terlalu banyak menyuapi materi, guru kurang
mengajak siswa untuk lebih aktif menyimak, berbicara, membaca, dan menulis.
Proses pembelajaran di kelas yang tidak relevan dengan yang
diharapkan, mengakibatkan kemampuan berbicara siswa menjadi rendah. Oleh
sebab itu, pembinaan keterampilan berbicara harus dilakukan sedini
mungkin. Salah satu alternatif yang dapat dilakukan dalam pembelajaran
keterampilan berbicara siswa Sekolah Dasar adalah penerapan metode
pembelajaran kooperatif tipe Jigsaw pada pelajaran IPS. Sepert yang diungkapkan
oleh Rusman (2008:203) bahwa :

Dalam model pembelajaran jigsaw ini siswa memiliki banyak kesempatan


untuk mengemukanakan pendapat, dan mengelolah imformasi yang
didapat dan dapat meningkatkan keterampilan berkomunikasi, anggota
kelompok bertanggung jawab atas keberhasilan kelompoknya dan
ketuntasan bagian materi yang dipelajari, dan dapat menyampaikan kepada
kelompoknya.

Berdasarkan uraian latar belakang tersebut maka dalam penelitian ini


penulis mengambil judul Upaya Meningkatkan Keterampilan Berbicara
Siswa Dengan Menggunakan Metode Pembelajaran Kooperatif Tipe Jigsaw
Pada Mata Pelajaran IPS.

D. RUMUSAN MASALAH
Berdasarkan latar belakang yang telah peneliti paparkan, peneliti
merumuskan masalah dalam penelitian sebagai berikut :
1. Bagaimana keterampilan berbicara siswa kelas V SDN Citere I Kab.
Bandung?
2. Bagaimana pelaksanaan metode pembelajaran kooperatif tipe Jigsaw pada
siswa kelas V SDN Citere I Kab. Bandung?
3. Bagaimana peningkatan keterampilan berbicara siswa melalui metode
pembelajaran kooperatif tipe Jigsaw di kelas V SDN Citere 1 Kab.
Bandung?
E. TUJUAN PENELITIAN
Berdasarkan rumusan masalah, peneliti melakukan penelitian dengan
tujuan sebagai berikut :
1. Untuk mengetahui keterampilan berbicara siswa kelas V SDN Citere I
Kab. Bandung.
2. Untuk mengetahui pelaksanaan pembelajaran menggunakan metode
pembelajaran kooperatif tipe Jigsaw di kelas V SDN Citere 1 Kab.
Bandung.
3. Untuk mengetahui peningkatan keterampilan berbicara siswa melalui
metode pembelajaran kooperatif tipe Jigsaw di kelas V SDN Citere 1 Kab.
Bandung.

F. MANFAAT HASIL PENELITIAN


Adapun dalam penelitian ini manfaat yang dapat diberikan adalah sebagai
berikut :

1. Manfaat Teoritis
a. Untuk menambah dam memperluas cakrawala pengetahuan.
b. Bagi para pengembang pengetahuan, hasil penelitian ini dapat
digunakan sebagai acuan untuk penelitian lebih lanjut, khususnya
dalam mendesain pembelajaran di sekolah dasar.

2. Manfaat Praktis
a. Diharapkan dengan penelitian ini para guru khusunya peneliti sebagai
guru IPS semakin kreatif dan inovatif dalam menyampaikan materi
pelajaran dengan menggunakan metode pembelajaran yang menarik.
b. Bagi peserta didik, diharapakan dapat mendorong untuk aktif dalam
mengembangkan kemampuan dan keterampilan dalam proses
pembelajaran.
c. Bagi sekolah, sebagai masukan dan dapat dikembangkan dalam
pembelajaran pada pembelajaran lain.
d. Bagi masyarakat, dapat menambah wawasan pengetahuan tentang
perkembangan dunia pendidikan saat ini.
G. KAJIAN PUSTAKA

1. Keterampilan Berbicara

a. Pengertian Keterampilan Berbicara


Berbicara merupakan salah satu keterampilan berbahasa dalam
kehidupan sehari-hari. Seseorang lebih sering memilih berbicara untuk
berkomunikasi, karena komunikasi lebih efektif jika dilakukan dengan
berbicara. Berbicara memegang peranan penting dalam kehidupan
sehari-hari. Beberapa ahli bahasa telah mendefinisikan pengertian
berbicara, diantaranya sebagai berikut.
Depdikbud (1984:3/1985:7) menjelaskan, bahwa:

Berbicara secara umum dapat diartikan suatu penyampaian maksud


(ide, pikiran, isi hati) seseorang kepada orang lain dengan
menggunakan bahasa lisan sehingga maksud tersebut dapat
dipahami oleh orang lain.
Pengertian berbicara secara khusus banyak dikemukakan oleh para
pakar.

Tarigan (1986:3), mengemukakan:

Berbicara adalah kemampuan seseorang dalam mengucapkan


bunyi-bunyi artikulasi atau kata-kata yang bertujuan untuk
mengekspresikan, menyatakan serta menyampaikan pikiran,
gagasan dan perasaan orang tersebut.
Kamus Besar Bahasa Indonesia (1996:144) menyatakan bahwa:

Berbicara adalah suatu berkata, bercakap, berbahasa atau


melahirkan pendapat, dengan berbicara manusia dapat
mengungkapkan ide, gagasan, perasaan kepada orang lain sehingga
dapat melahirkan suatu intraksi.
Berdasarkan beberapa pengertian yang dikemukakan di atas, dapat
disimpulkan bahwa berbicara adalah suatu kemampuan seseorang
untuk bercakap-cakap dengan mengujarkan bunyi-bunyi bahasa untuk
menyampaikan pesan berupa ide, gagasan, maksud atau perasaan
untuk melahirkan intraksi kepada orang lain.
b. Tujuan Berbicara
Tujuan utama dari berbicara adalah untuk berkomunikasi. Agar
dapat menyampaikan pikiran secara efektif, maka sebaiknya
pembicara memahami makna segala sesuatu yang ingin disampaikan,
pembicara harus mengevaluasi efek komunikasinya terhadap para
pendengarnya.

Tujuan umum berbicara menurut Djago Tarigan (1990:149)


terdapat lima golongan berikut ini:

1) Menghibur
2) Menginformasikan
3) Menstimulasi
4) Meyakinkan
5) Menggerakkan

Berdasarkan uraian di atas maka dapat disimpulkan bahwa


seseorang melakukan kegiatan berbicara selain untuk berkomunikasi
juga bertujuan untuk mempengaruh orang lain dengana maksud apa
yang dibicarakan dapat diterima oleh lawan bicaranya dengan baik.
Adanya hubungan timbal balik secara aktif dalam kegiatan bebricara
antara pembicara dengan pendengar akan membentuk kegiatan
berkomunikasi menjadi lebih efektif dan efisien.

c. Faktor Penunjang Kegiatan Berbicara


Berbicara atau kegiatan komunikasi lisan merupakan kegiatan
individu dalam usaha menyampaikan pesan secara lisan kepada
sekelompok orang, yang disebut juga audience atau majelis. Supaya
tujuan pembicaraan atau pesan dapat sampai kepada audience dengan
baik, perlu diperhatikan beberapa faktor yang dapat menunjang
keefektifan berbicara. Kegiatan berbicara juga memerlukan hal-hal di
luar kemampuan berbahasa dan ilmu pengetahuan. Pada saat berbicara
diperlukan: 1) penguasaan materi, 2) bahasa, 3) keberanian dan
ketenangan, 4) kesanggupan menyampaikan ide dengan lancar dan
teratur.
Faktor penunjang pada kegiatan berbicara sebagai berikut. Faktor
kebahasaan, meliputi :

a) ketepatan ucapan,
b) penempatan tekanan nada, sendi atau durasi yang sesuai,
c) pilihan kata,
d) ketepatan penggunaan kalimat serta tata bahasanya,
e) ketepatan sasaran pembicaraan.

Sedangkan faktor nonkebahasaan, meliputi:

a) sikap yang wajar, tenang dan tidak kaku,


b) pendangan harus diarahkan ke lawan bicara,
c) kesediaan menghargai orang lain,
d) gerak-gerik dan mimik yang tepat,
e) kenyaringan suara,
f) kelancaran,
g) relevansi, penalaran,
h) penguasaan topik.

Berdasarkan uraian di atas, maka dapat disimpulkan bahwa faktor-


faktor yangmempengaruhi kegiatan berbicara adalah faktor urutan
kebahasaan (linguitik) dan nonkebahasaan (nonlinguistik).

d. Faktor Penghambat Kegiatan Berbicara


Ada kalanya proses komunikasi mengalami gangguan yang
mengakibatkan pesan yang diterima oleh pendengar tidak sama
dengan apa yang dimaksudkan oleh pembicara. Tiga faktor penyebab
gangguan dalam kegiatan berbicara, yaitu:
1) Faktor fisik, yaitu faktor yang ada pada partisipan sendiri dan
faktor yang berasal dari luar partisipan
2) Faktor media, yaitu faktor linguitisk dan faktor nonlinguistik,
misalnya lagu, irama, tekanan, ucapan, isyarat gerak bagian
tubuh
3) Faktor psikologis, kondisi kejiwaan partisipan komunikasi,
misalnya dalam keadaan marah, menangis, dan sakit.

2. Metode Pembelajaran Kooperatif Jigsaw

a. Pengertian Metode Pembelajaran Kooperatif


Pembelajaran merupakan suatu proses yang sistematis yang
mengisyaratkan adanya orang yang mengajar dan belajar dengan
didukung oleh komponen lainnya, seperti kurikulum, dan fasilitas
belajar mengajar. Dalam proses tersebut, terdapat kegiatan memilih,
menetapkan, dan mengembangkan metode atau pendekatan untuk
mencapai hasil pembelajaran yang diinginkan. pembelajaran
merupakan suatu kegiatan yang dilakukan secara sistematis yang
diawali dengan persiapan mengajar (prainstruksional), proses
pembelajaran (instruksional) dan diakhiri penilaian atau evaluasi.
Kunci pokok pembelajaran ada pada guru (pengajar), tetapi bukan
berarti hanya guru yang aktif sedang murid pasif. Pembelajaran
menuntut keaktifan kedua belah pihak yang sama-sama menjadi
subjek pembelajaran agar proses pembelajaan dapat berlangsung
optimal dalam mencapai tujuan pembelajaran.

Salah satu pendekatan pembelajaran di sekolah adalah


pembelajaran kooperatif. Pembelajaran kooperatif adalah pendekatan
yang berorientasi pada kegiatan kerjasama antara siswa dalam bentuk
kelompok sehingga siswa dapat belajar bersama dalam suasana
kelompok. Pembelajaran kooperatif berasal dari kata cooperative yang
artinya mengerjakan sesuatu secara bersama-sama dengan saling
membantu satu sama lainnya sebagai satu kelompok atau satu tim.
Slavin (1995) mengemukakan, pembelajaran kooperatif adalah suatu
model pembelajaran dimana kelompok belajar dan bekerja dalam
kelompok-kelompok kecil yang berjumlah empat orang secara
kolaboratif sehingga dapat merangsang siswa lebih bergairah dalam
belajar. Sedangkan Johnsosn, dalam Hasan (1994) mengemukakan,
bahwa pembelajarn kooperatif mengandung arti bekerja bersama
dalam mencapai tujuan bersama. Dalam kegiatan Kooperatif, siswa
mencari hasil yang menguntungkan bagi seluruh anggota kelompok.
Belajar kooperatif adalah pemanfaatan kelompok kecil untuk
memaksimalkan belajar mereka dan belajar anggota lainnya dalam
kelompok itu. Prosedur pembelajarn kooperatif dirancang untuk
mengaktivitaskan siswa melalui inkuiri dan perbincangan
mengaktivitaskan siswa melalui inkuiri dan perbincangan dalam
kelompok kecil yang terdiri atas 4-5 orang.

Berdasarkan pendapat di atas, maka pembelajaran kooperatif


merupakan salah satu pendekatan pembelajaran yang dapat diterapkan
guru di sekolah sesuai dengan tuntutan materi pelajaran yang
mengandung unsur kerjasama antara siswa dalam kelas dalam
melakukan kerja kelompok. Penekanan pendekatan ini adalah
mengaktifkan siswa dalam pembelajaran melalui kerjasama antar
siswa dalam suasana belajar berkelompok.

b. Pengertian Metode Pembelajaran Kooperatif Tipe Jigsaw


Teknik mengajar Jigsaw dikembangkan oleh Aronson sebagai
metode Cooperative Learning. Teknik ini dapat digunakan dalam
pengajaran membaca, menulis,berbicara, ataupun mendengarkan.
Dalam Teknik ini, guru memperhatikan skemataatau latar belakang
pengalaman siswa dan membantu siswa mengaktifkan schemata ini
agar bahan pelajaran menjadi lebih bermakna. Selain itu, siswa
bekerja sama dengan sesama siswa dalam suasana gotong royong dan
mempunyai kesempatan untuk mengolah informasi dan meningkatkan
ketrampilan berkomunikasi.

Model pembelajaran kooperatif tipe Jigsaw dideskripsikan sebagai


strategi pembelajaran dimana siswa dikelompokkan dalam kelompok-
kelompok yang disebut kelompok asal. Kemudian siswa juga
menyusun kelompok ahli yang terdiri dari perwakilan kelompok
asal untuk belajar dan/atau memecahkan masalah yang spesifik.
Setelah kelompok ahli selesai melaksanakan tugas maka anggota
kelompok ahli kembali ke kelompok asal untuk menerangkan hasil
pekerjaan mereka di kelompok ahli tadi. Teknik Jigsaw
mengkondisikan siswa untuk beraktifitas secara kooperatif dalam dua
kelompok, yaitu kelompok asal dan kelompok ahli. Aktifitas tersebut
meliputi saling berbagi pengetahuan, ide, menyanggah, memberikan
umpan balik dan mengajar rekan sebaya. Seluruh aktifitas tersebut
dapat menciptakan lingkungan belajar dimana siswa secara aktif
melaksanakan tugas sehingga pembelajaran lebih bermakna.

Kegiatan yang dilakukan pada model pembelajaran kooperatif


Jigsaw sebagai berikut:

1) Melakukan mambaca untuk menggali informasi. Siswa


memeperoleh topik-topik permasalahan untuk di baca sehingga
mendapatkan imformasi dari permasalahan tersebut.
2) Diskusi kelompok ahli. Siswa yang telah mendapatka topik
permasalahan yang sama bertemu dalam satu kelompok atau
kita sebut dengan kelompok ahli untuk membicaran topik
permasalahan tersebut.
3) Laporan kelompok, kelompok ahli kembali ke kelompok asal
dan menjelaskan dari hasil yang didapat dari diskusi tim ahli.
4) Kuis dilakukan mencakup semua topik permasalahan yang
dibicarakan tadi.
5) Perhitungan sekor kelompok dan menetukan penghargaan
kelompok.

Sedangkan menurut Stepen, Sikes and Snapp (1978 ) yang dikutip


Rusman (2008), mengemukakan langkah-langkah Metode
Pembelajaran Kooperatif Jigsaw sebagai berikut:

1) Siswa dikelompokan sebanyak 1 sampai dengan 5 orang


sisiwa.
2) Tiap orang dalam team diberi bagian materi berbeda
3) Tiap orang dalam team diberi bagian materi yang ditugaskan
4) Anggota dari team yang berbeda yang telah mempelajari
bagian sub bagian yang sama bertemu dalam kelompok baru
(kelompok ahli) untuk mendiskusiksn sub bab mereka.
5) Setelah selesai diskusi sebagai tem ahli tiap anggota kembali
kedalam kelompok asli dan bergantian mengajar teman satu
tem mereka tentang sub bab yang mereka kusai dan tiap
anggota lainnya mendengarkan dengan seksama.
6) Tiap tim ahli mempresentasikan hasil diskusi.
7) Guru memberi evaluasi.
8) Penutup

c. Kelebihan Metode Pembelajaran Kooperatif Tipe Jigsaw


Adapun kelebihan metode pembelajaran kooperatif tipe Jigsaw,
yakni sebagai berikut:

1) Siswa diajarkan bagaimana bekerjasama dalam kelompok


2) Siswa yang lemah dapat terbantu dalam menyelesaikan
masalah
3) Menerapkan bimbingan sesama teman
4) Rasa harga diri siswa yang lebih tinggi
5) Memperbaiki kehadiran
6) Penerimaan terhadap perbedaan individu lebih besar
7) Sikap apatis berkurang
8) Pemahaman materi lebih mendalam
9) Meningkatkan motivasi belajar
10) Dalam proses belajar mengajar siswa saling ketergantungan
positif
11) Setiap anggota siswa berhak menjadi ahli dalam kelompok
12) Dapat memberikan kesempatan kepada siswa untuk
bekerjasama dengan kelompok lain
13) Setiap siswa saling mengisi satu sama lain.
d. Kelemahan Metode Pembelajaran Kooperatif Tipe Jigsaw
Adapun kelemahan metode kooperatif tipe jigsaw, yakni sebagai
berikut :

1) Keadaan kondisi kelas yang ramai,sehingga membuat siswa


binggung dan pembelajran kooperatif tipe jigsaw merupakan
pembelajaran baru;
2) Jika guru tidak meningkatkan agar siswa selalu menggunakan
ketrampilan-ketrampilan kooperatif dalam kelompok masing-
masing maka dikhawatirksn kelompok akan macet
3) Siswa lemah dimungkinkan menggantungkan pada siswa yang
pandai
4) Jika jumlah anggota kelompok kurang akan menimbulkan
masalah,misal jika ada anggota yang hanya memboncengdalam
menyelesaikan tugas-tugas dan pasif dalam diskusi
5) Membutuhkan waktu yang lebih lama apalagi bila ada penataan
ruang belum terkondiki dengan baik, sehingga perlu waktu
merubah posisi yang dapat juga menimbulkan gaduh serta
butuh waktu dan persiapan yang matang sebelum model
pembelajaran ini bisa berjalan dengan baik

3. Pembelajaran IPS
Ilmu Pengetahuan Sosial (IPS) merupakan salah satu mata
pelajaran yang diberikan mulai dari SD/MI/SDLB sampai
SMP/MTs/SMPLB. IPS mengkaji seperangkat peristiwa, fakta, konsep,
dan generalisasi yang berkaitan dengan isu sosial. Pada jenjang SD/MI
mata pelajaran IPS memuat materi Geografi, Sejarah, Sosiologi, dan
Ekonomi. Melalui mata pelajaran IPS, peserta didik diarahkan untuk dapat
menjadi warga negara Indonesia yang demokratis, dan bertanggung jawab,
serta warga dunia yang cinta damai.

Istilah Ilmu Pengetahuan Sosial, disingkat IPS, merupakan nama


mata pelajaran di tingkat sekolah dasar dan menengah atau nama program
studi di perguruan tinggi identik dengan istilah social studies. Istilah IPS
di sekolah dasar merupakan nama mata pelajaran yang berdiri sendiri
sebagai integrasi dari sejumlah konsep disiplin ilmu sosial, humaniora,
sains bahkan berbagai isu dan masalah sosial kehidupan. Sapriya (2009:
20) menyatakan bahwa:

Materi IPS untuk jenjang sekolah dasar tidak terlihat aspek


disiplin ilmu karena lebih dipentingkan adalah dimensi pedagogik
dan psikologis serta karakteristik kemampuan berpikir peserta didik
yang bersifat holistik.

Somantri, dalam Sapriya (2008:9) menyatakan bahwa:

Pendidikan IPS adalah penyederhanaan atau adaptasi dari disiplin


ilmu-ilmu sosial dan humaniora, serta kegiatan dasar manuasia
yang diorganisasikan dan disajikan secara ilmiah dan
pedagogis/psikologis untuk tujuan pendidikan.

Adanya mata pelajaran IPS di Sekolah Dasar para siswa


diharapkan dapat memiliki pengetahuan dan wawasan tentang konsep-
konsep dasar ilmu sosial dan humaniora, memiliki kepekaan dan
kesadaran terhadap masalah sosial di lingkungannya, serta memiliki
keterampilan mengkaji dan memecahkan masalahmasalah sosial tersebut.
Pembelajaran IPS lebih menekankan pada aspek pendidikan dari pada
transfer konsep karena dalam pembelajaran IPS siswa diharapkan
memperoleh pemahaman terhadap sejumlah konsep dan mengembangkan
serta melatih sikap, nilai, moral dan ketrampilannya berdasarkan konsep
yang telah dimilikinya. IPS juga membahas hubungan antara manusia
dengan lingkungannya. Lingkungan masyarakat dimana anak didik
tumbuh dan berkembang sebagai bagian dari masyarakat dan dihadapkan
pada berbagai permasalahan di lingkungan sekitarnya. Berdasarkan uraian
di atas peneliti menyimpulkan bahwa pembelajaran IPS sebagai proses
belajar yang mengintegrasikan konsep-konsep terpilih dari berbagai ilmu-
ilmu sosial dan humaniora siswa agar berlangsung secara optimal.
H. DEFINISI OPERASIONAL
Agar tidak terjadi kesalahpahaman dalam pengertian judul penelitian,
maka penulis mendefinisikannya sebagai berikut :

1. Keterampilan Berbicara
Keterampilan berbicara adalah komunikasi lisan sebagai media setiap
individu untuk menuangkan ide, gagasan, pemikiran kepada orang lain
untuk kepentingan sesuatu. Linguis berkata bahwa speaking is language.
Berbicara adalah keterampilan bahasa yang berkembang pada kehidupan
anak; yang hanya didahului oleh keterampilan menyimak dan pada masa
tersebutlah kemampuan berbicara atau berujar dipelajari. Setelah dianalisis
dapat dirumuskan indikator berbicara secara khusus sesuai dengan metode
seperti pada uraian berikut :
a) Menguasai materi yang akan disampaikan,
b) Berani mengemukakan saran, pendapat ataupun sanggahan atas materi
yang telah dipelajari,
c) Mampu berinteraksi, baik dengan teman ataupun guru di kelas selama
pembelajaran berlangsung,
d) Ketepatan penggunaan kalimat serta tata bahasanya.

2. Model Pembelajaran Jigsaw


Model pembelajaran Jigsaw merupakan model belajar kooperatif dengan
cara siswa belajar dalam kelompok kecil yang terdiri atas empat sampai
dengan enam orang secara heterogen dan siswa bekerja sama salaing
ketergantungan positif dan bertanggung jawab secara mandiri.

3. Pengertian Pembelajaran IPS


Mata pelajaran Ilmu Pengetahuan Sosial (IPS) adalah salah satu mata
pelajaran yang berusaha membekali wawasan dan keterampilan siswa
Sekolah Dasar untuk mampu beradaptasi dan bermasyarakat serta
menyesuaikan dengan perkembangan dalam era globalisasi. Melalui mata
pelajara Ilmu Pengetahuan Sosial, siswa diarahkan, dibimbing, dan dibantu
untuk menjadi warga Negara Indonesia dan warga dunia yang efektif
(KTSP, 2006).Upaya mata pelajaran IPS untuk membimbing siswa agar
menjadi warga negara Indonesia yang baik dan warga dunia yang efektif
merupakan tantangan yang berat karena dinamika masyarakat terus
berkembang dan era globalisasi selalu mengalami perubahan di setiap saat.

I. HIPOTESIS TINDAKAN
Berdasarkan rumusan masalah yang telah diuraikan peneliti sebelumnya,
maka dapat dirumuskan hipotesis penelitian sebagai berikut : Penggunaan
metode pembelajaran tipe Jigsaw dalam mata pelajaran IPS dapat meningkatkan
keterampilan siswa dalam berbicara.

J. METODE DAN PROSEDUR PENELITIAN

1. Metode Penelitian
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui bagaimana kemampuan
awal berbicara kemudian bagaimana proses pembelajaran melalui metode
pembelajaran kooperatif tipe Jigsaw, serta bagaiman hasil pembelajaran
setelah digunakannya metode jigsaw. Metode penelitian adalah cara yang
digunakan oleh peneliti dalam mengumpulkan data penelitiannya. Metode
yang digunakan dalam penelitian ini adalah Penelitian Tindakan Kelas
melalui pendekatan kualitatif.
PTK merupakan salah satu jenis penelitian yang dilakukan guru
sebagai pengelola program penelitian. Kasbolah, 1995:15 (dalam Ningrum
2009:4) menjelaskan bahwa:
Penelitian Tindakan Kelas adalah penelitian tindakan yang dalam
bidang pendidikan yang dilaksanakan dalam kawasan kelas dengan tujuan
untuk memperbaiki dan atau kualitas pembelajaran.

Dengan melakukan PTK berarti guru akan dapat melihat kembali apa
yang sudah dilakukan dalam upaya meningkatkan pembelajaran kelas
selama ini. PTK merupakan salah satu upaya untuk guru dalam bentuk
berbagai kegiatan yang dilakukan untuk memperbaiki atau meningkatkan
mutu pembelajaran di kelas. Selain itu, PTK juga merupakan kegiatan
yang langsung berhubungan dengan tugas guru dilapangan.
Dari beberapa pengertian di atas, dapat disimpulkan bahwa PTK
adalah penelitian yang dilakukan guru kepada siswa di dalam sebuah
ruangan atau kelas yang bertujuan untuk mengelola pembelajaran sehingga
kegiatan dan hasil pembelajaran tersebut dapat mengalami peningkatan.
Selanjutnya metode penelitian yang dugunakan yang digunakan dalam
penelitian ini adalah metode kualitatif. Sugiyono (2009:233)
mengemukakan bahwa:
Metode kualitatif merupakan prosedur penelitian yang menghasilkan
data deskriptif berupa kata-kata tertulis atau lisan dari orang-orang dan
perilaku yang diamati.

Rancangan model PTK yang dilaksanakan dalam penelitian ini adalah


model spiral atau siklus yang diadaptasi dari Kemmis dan Taggart (dalam
Ningrum 2009:22), karena dengan menggunakan model ini apabila pada
awal pendidikan ditemukan kekurangan, maka perencanaan dan
pelaksanaan tindakan perbaikan masih dapat dilanjutkan pada siklus
selanjutnya sampai target yang diinginkan. Model PTK tersebut memiliki
4 tahapan siklus, yaitu: (1) perencanaan tindakan, (2) pelaksanaan
tindakan, (3) pengamatan, (4) refleksi.
Adapun secara singkat tindakan akan dibagi tahapan atau siklus, yang
setiap siklus berisi empat langkah, yaitu:
a. Perencanaan Tindakan (Planning)
1) Menetapkan jumlah siklus yaitu tiga siklus, tiap siklus
dilaksanakan satu kali pertemuan tatap muka.
2) Menetapkan kelas yang dijadikan objek penelitian yaitu kelas V SD
Negeri Citere 1, Kecamatan Pangalengan, Kabupaten Bandung.
3) Menetapkan kompetensi dasar yang akan dilakukan penelitian
4) Menyusun perangkat pembelajaran, meliputi :
a) Penyusunan Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP)
b) Pembuatan Lembar Kerja Siswa (LKS)
c) Merancang alat pengumpul data
5) Menetapkan observer

b. Pelaksanaan Tindakan (Action)


1) Kegiatan Pendahuluan
a) Menyampaikan pelaksanaan PTK
b) Sebagai apersepsi, siswa diingatkan kembali tentang
Kompetensi Dasar berkaitan dengan materi pembelajaran
c) Memotivasi siswa bahwa IPS itu menyenangkan
d) Menyebutkan dan menuliskan judul pembelajaran
e) Menyebutkan Kompetensi Dasar yang ingin dicapai
2) Kegiatan Inti
a) Tahap Kooperatif
(1) Siswa dibagi dalam enam kelompok kecil yang
anggotanya empat orang dan diberi nomor kepala A, B, C,
D.
(2) Kepada setiap kelompok dibagikan tugas yang tidak sama,
masing-masing nomor kepala mendapat tugas yang
berbeda.
(3) Tugas disajikan dalam bentuk LKS yang disiapkan oleh
peneliti.
b) Tahap Ahli
Siswa yang memiliki tugas yang sama (yang berasal dari
kelompok kooperatif) membahas tugas dengan
diskusi/bekerjasama dan mempersiapkan diri untuk
menyampaikan hasil diskusinya kepada masing-masing
anggota kelompok kooperatif asal.
c) Tahap Kooperatif Asal
(1) Setiap anggota kembali ke kelompok kooperatif masing-
masing yang telah menjadi ahli dan
mengajarkan/menginformasikan hasil diskusi kelompok
ahli secara bergiliran.
(2) Setiap kelompok menyusun laporan secara tertulis.
(3) Mempresentasikan hasil diskusi kelompok dengan
menunjuk salah satu kelompok.
3) Kegiatan Penutup
a) Memberi penekanan tentang konsep penting yang harus
dikuasai siswa.
b) Membantu siswa menarik kesimpulan.
c) Memberikan tugas rumah berdasarkan topik pada rencana
pembelajaran.

c. Pengamatan (Observation)
Pengamatan atau observasi dilakukan bersamaan dengan
pelaksanaan pembelajaran IPS. Observasi dilakukan untuk mengenali,
merekam, dan mendokumentasikan setiap indikator dari proses dan
hasil yang dicapai, baik yang ditimbulkan oleh tindakan rencana
maupun akibat sampingan. Observasi dapat dilakukan sendiri oleh
peneliti atau kolaborator yang memang diberi tugas untuk hal itu.
Fungsi diadakan observasi yaitu untuk mengetahui kesesuaian
pelaksanaan tindakan dengan rencana tindakan yang telah disusun
sebelumnya dan untuk mengetahui seberapa jauh pelaksanaan tindakan
yang sedang berlangsung dapat diharapkan akan menghasilkan
perubahan ke arah yang diinginkan. Yang terpenting dari kegiatan
pengamatan adalah dapat mengenali sejak dini apakah tindakan yang
dilakukan mengarah kepada terjadinya perubahan proses pembelajaran
sesuai yang diharapkan.

d. Refleksi (Reflection)
Refleksi dilakukan sebagai evaluasi dari kegiatan pembelajaran yang
sudah dilakukan. Apakah pembelajaran yang sudah dilakukan sudah
dilaksanakan dengan baik dan pencapaian hasil sesuai harapan ataukan
belum. Jika dirasakan hasil yang diperoleh belum sesuai harapan dan
masih banyak hambatan yang ditemui, maka harus dilakukan tindakan
lanjutan dengan perbaikan yang sudah dilakukan dari hasil evaluasi
pada tindakan sebelumnya.
Langkah-langkah penelitian yang akan ditempuh apabila digambarkan
adalah sebagai berikut :
Observasi Awal

Rumusan Masalah

Refleksi

Perencanaan

Refleksi I Pelaksanaan

Observasi

Perencanaan

Refleksi II Pelaksanaan

Observasi

Perencanaan

Refleksi III Pelaksanaan

Observasi

Kesimpulan
2. Setting Penelitian
Penelitian ini akan dilakukan di SDN Citere I yang terletak di Jln.
Citere, Kecamatan Pangalengan, Kabupaten Bandung Selatan.
Dalam penilitian ini penulis mengambil lokasi di SDN Citere dengan
pertimbangan jarak rumah dengan tempat penelitian cukup dekat dan
mengefektifkan waktu serta dana yang tersedia, sehingga memudahkan
dalam mencari data, peluang waktu yang luas dan subyek penelitian yang
sangat sesuai dengan profesi penulis.

3. Subjek Penelitian
Subjek penelitian ini adalah siswa kelas V semester II SDN Citere I
tahun pelajaran 2013/2014 sebanyak 35 orang terdiri atas 22 orang
perempuan dan 13 laki-laki.

4. Tempat dan Waktu Penelitian


Penelitian dilaksanakan pada bulan Februari s/d April 2014 selama
kurang lebih 3 bulan, dan agar tidak mengganggu kegiatan belajar
mengajar maka penelitian ini dilaksanakan secara bersamaan dengan
kegiatan pembelajaran.

5. Teknik Pengumpulan Data dan Analisis Data


Penelitian ini menggunakan penelitian kualitatif, salah satu penelitian
kualitatif adalah berlatar alami dan adanya sumber data yang berlangsung.
Oleh sebab itu kehadiran peneliti di lapangan mutlak diharuskan.
Instrumen yang digunakan dalam penelitian ini adalah dengan
menggunakan lembar observasi aktifitas guru, wawancara, catatan
lapangan, dan penilaian terhadap keterampilan berbicara siswa.

a. Observasi
Observasi merupakan kegiatan mengamati hasil dari suatu
tindakan yang dilaksanakan terhadap siswa yang diteliti. Observasi
juga sebagai suatu metode pengumpul data mengenai kinerja guru
dan aktifitas siswa selama berlangsungnya pembelajaran menulis
puisi.
b. Wawancara
Wawancara merupakan suatu proses interaksi dan komunikasi.
Wawancara berisi pertanyaan yang diajukan kepada orang yang
dianggap dapat memberikan informasi yang diperlukan. Peneliti
mengadakan wawancara dengan siswa pada setiap akhir
pembelajaran.

c. Catatan Lapangan
Catatan lapangan pada dasarnya berisi deskripsi atau paparan
tentang latar kelas dan aktivitas pembelajaran. Catatan terutama
tentang interaksi belajar mengajar baikguru siswa maupun siswa-
siswa.
d. Instrumen Tes
Sebagai evaluasi serta untuk menilai sejarah hasil kemampuan
menulis paragraf terhadap siswa yang dilakukan penuls pada
setiap siklus.

Pada penelitian dilakukan juga analisis data karena analisis data


merupakan bagian yang penting dalam sebuah penelitian. Hal ini perlu
dilakukan karena analisis data yang diperoleh pada penelitian memberi arti
penting. Analisis data dalam PTK adalah suatu kegiatan mencermati atau
menelaah, menguraikan dan mengkaitkan setiap informasi yang terkait
dengan kondisi awal, proses belajar dan hasil pembelajaran untuk
memperoleh simpulan tentang keberhasilan tindakan perbaikan
pembelajaran.
Dalam hal ini peneliti menggunakan metode analisis deskriptif
kualitatif, dengan teknik Penelitian Tindakan Kelas (Classroom Action
Research).

6. Prosedur Penelitian
a. Siklus I
1) Perencanaan
a) Mendiskusikan dengan guru tentang langkah-langkah,
metode, dan media yang akan digunakan untuk
meningkatkan kualitas pembelajaran
b) Menyesuaikan rancangan penelitian dengan pokok bahasan
c) Menyusun Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP)
d) Mempersiapkan media yang akan digunakan untuk
mengaplikasikan metode demonstrasi
e) Mempersiapkan perangkat-perangkat pembelajaran yang
perlu disiapkan dan dikembangkan, yaitu: lembaran-
lembaran evaluasi dan instrumen lain berikut kriteria
penilaian dan kunci jawaban yang akan disiapkan dan
dikembangkan.
f) Mempersiapkan alat-alat untuk dokumentasi kegiatan
pembelajaran

2) Pelaksanaan
a) Guru dan siswa bertanya jawab tentang perjuangan para
tokoh pejuang pada masa penjajahan Belanda.
b) Guru membagi siswa menjadi beberapa kelompok (5
kelompok) dengan kemampuan siswa yang heterogen;
c) Pembagian materi pada setiap kelompok;
d) Siswa dengan materi/soal yang sama bergabung dalam
kelompok ahli dan berusaha menguassai materi sesuai
dengan soal yang diterima;
e) Setiap kelompok siswa berdiskusi mengenai tugas yang
diterima oleh masing-masing perwakilan kelompok;
f) Siswa berdiskusi dan mencatat hasil diskusi untuk
ditampilkan didepan kelas;
g) Guru meminta setiap siswa untuk kembali ke kelompok
asal;
h) Setelah selesai diskusi sebagai tim ahli tiap anggota
kembali ke kelompok asal dan bergantian
menginformasikan kepada teman satu tim mereka tentang
subbab yang mereka kuasai dan tiap anggota lainnya
mendengarkan denga sungguh-sungguh;
i) Siswa mempresentasikan soal atau materi yang telah
didiskusikan;
j) Guru memberi kesempatan kepada siswa untuk bertanya
jawab antara kelompok yang tampil didepan kelas dengan
kelompok lainnya;
k) Guru mengulang kegiatan tersebut sampai semua
perwakilan kelompok maju ke depan untuk
mempresentasikan materi yang telah didiskusikan;
l) Guru memberikan penguatan dalam bentuk lisan, tulisan,
isyarat, maupun hadiah terhadap keberhasilan siswa;
m) Guru memberikan kesempatan kepada siswa untuk bertanya
apabila ada siswa yang menghadapi kesulitan;
n) Guru memberi motivasi kepada siswa yang kurang atau
belum berpartisipasi aktif.
o) Melaksanakan evaluasi post tes.
p) Refleksi bersama teman sejawat melakukan observasi untuk
melihat kekurangan atau kelebihan dari pelajaran siklus I
untuk perbaikan pada siklus II.

3) Observasi
Guru mengobservasi kesesuaian rencana dengan
aplikasinya pada saat berlangsungnya proses belajar mengajar.
Guru juga mengobservasi ketercapaian indikator kognitif dan
indikator afektif pada saat kegiatan pembelajaran berlangsung.

4) Refleksi
Refleksi dilakukan untuk mengevaluasi kekurangan dan
kelebihan proses belajar mengajar pada siklus I. Kekurangan
dapat diperbaiki pada siklus berikutnya
Perencanaan, pelaksanaaan, dan refleksi pada siklus II
dapat dilakukan atas hasil evaluasi dari siklus I. Apabila pada
siklus II belum juga mengarah kepada perubahan proses
pembelajaran dan hasil belajar maka dapat dilakukan siklus III.
Siklus dapat dihentikan jika hasil belajar yang diinginkan telah
tercapai.

K. JADWAL PENELITIAN

BULAN PELAKSANAAN
JENIS
NO Februari Maret April Mei Juni
KEGIATAN
1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4
1 Observasi

2 Penyusunan
Proposal

3 Pengajuan
proposal

4 Pelaksanaan
proposal

6 Penyusunan
Penelitian
L. DAFTAR PUSTAKA
A, Zufina Nazha. (2012). Penggunaan Model Pembelajaran Kooperatif
Tipe Jigsaw Untuk Meningkatkan Hasil Belajar Siswa Mata Pelajaran
IPS. Bandung: Skripsi Pendidikan Guru Sekolah Dasar UPI. Tidak
Diterbitkan.

Eka. 2012. Makalah Keterampilan Berbicara.


http://truestoryeka.wordpress.com/2012/01/28/makalah-keterampilan-
berbicara/, (diakses 11 November 2013)

Fadhly. 2010. Model Pembelajaran Kooperatif Teknik Jigsaw.


http://belajarpsikologi.com/model-pembelajaran-kooperatif-jigsaw/ .
(diakses 11 November 2013)

Jari, Darma. 2012. Keterampilan Berbicara.


http://profesorfairuz.blogspot.com/2012/01/keterampilan-
berbicara.html, (diakses 11 November 2013)

Ningrum, Epon. (2009). Penelitian Tindakan Kelas Panduan Praktis dan


Contoh. Bandung: Buana Nusantara.

Novitalia, Fitri. (2010). Bermain Drama Untuk Meningkatkan


Keterampilan Berbicara Siswa Kelas V SDN 1 Gudangkahuripan
Lembang Kabupaten Bandung Barat. Bandung : Skripsi Pendidikan
Guru Sekolah Dasar UPI. Tidak Diterbitkan.

Sapriya. (2008). Pendidikan IPS. Bandung: Labolatorium PKn UPI.

Sugiyono. (2009). Metode Penelitian Kuantitatif, Kualitatif, dan R&D.


Bandung: Alfabeta.

Supriyadi, dkk. 2005. Pendidikan Bahasa Indonesia 2. Jakarta:


Depdikbud.

Tarigan, H.G. 1986. Berbicara sebagai suatu Keterampilan Berbahasa.


Bandung: Angkasa.

Anda mungkin juga menyukai