Anda di halaman 1dari 78

40 MACAM MODEL PEMBELAJARAN EFEKTIF

Model Pembelajaran EXAMPLE NON EXAMPLE



EXAMPLE NON EXAMPLE


A. Pengertian

Model Pembelajaran Example Non Example atau juga biasa di sebut example and non-example
merupakan model pembelajaran yang menggunakan gambar sebagai media pembelajaran. Metode
Example non Example adalah metode yang menggunakan media gambar dalam penyampaian materi
pembelajaran yang bertujuan mendorong siswa untuk belajar berfikir kritis dengan jalan memecahkan
permasalahan-permasalahan yang terkandung dalam contoh-contoh gambar yang disajikan.
Penggunaan media gambar ini disusun dan dirancang agar anak dapat menganalisis gambar
tersebut menjadi sebuah bentuk diskripsi singkat mengenai apa yang ada didalam gambar.
Penggunaan Model Pembelajaran Example Non Example ini lebih menekankan pada konteks analisis
siswa. Biasa yang lebih dominan digunakan di kelas tinggi, namun dapat juga digunakan di kelas
rendah dengan menenkankan aspek psikoligis dan tingkat perkembangan siswa kelas rendah seperti
:

a. kemampuan berbahasa tulis dan lisan,
b. kemampuan analisis ringan, dan
c. kemampuan berinteraksi dengan siswa lainnya
.
Model Pembelajaran Example Non Example menggunakan gambar dapat melalui OHP, Proyektor,
ataupun yang paling sederhana adalah poster. Gambar yang kita gunakan haruslah jelas dan
kelihatan dari jarak jauh, sehingga anak yang berada di belakang dapat juga melihat dengan jelas.

B. Ciri-ciri

Metode Example non Example juga merupakan metode yang mengajarkan pada siswa untuk belajar
mengerti dan menganalisis sebuah konsep. Konsep pada umumnya dipelajari melalui dua cara.
Paling banyak konsep yang kita pelajari di luar sekolah melalui pengamatan dan juga dipelajari
melalui definisi konsep itu sendiri. Example and Nonexample adalah taktik yang dapat digunakan
untuk mengajarkan definisi konsep.
Strategi yang diterapkan dari metode ini bertujuan untuk mempersiapkan siswa secara cepat dengan
menggunakan 2 hal yang terdiri dari example dan non-example dari suatu definisi konsep yang ada,
dan meminta siswa untuk mengklasifikasikan keduanya sesuai dengan konsep yang ada.
- Example memberikan gambaran akan sesuatu yang menjadi contoh akan suatu materi yang sedang
dibahas, sedangkan
- non-example memberikan gambaran akan sesuatu yang bukanlah contoh dari suatu materi yang
sedang dibahas.
Metode Example non Example penting dilakukan karena suatu definisi konsep adalah suatu konsep
yang diketahui secara primer hanya dari segi definisinya daripada dari sifat fisiknya. Dengan
memusatkan perhatian siswa terhadap example dan non-example diharapkan akan dapat mendorong
siswa untuk menuju pemahaman yang lebih dalam mengenai materi yang ada.
C Kelebihan dan Kekurangan.
Menurut Buehl (1996) keuntungan dari metode Example non Example antara lain:
1. Siswa berangkat dari satu definisi yang selanjutnya digunakan untuk memperluas pemahaman
konsepnya dengan lebih mendalam dan lebih komplek.
2. Siswa terlibat dalam satu proses discovery (penemuan), yang mendorong mereka untuk
membangun konsep secara progresif melalui pengalaman dari Example non Example
3. Siswa diberi sesuatu yang berlawanan untuk mengeksplorasi karakteristik dari suatu konsep
dengan mempertimbangkan bagian non example yang dimungkinkan masih terdapat beberapa
bagian yang merupakan suatu karakter dari konsep yang telah dipaparkan pada bagian example.
Kebaikan:
1. Siswa lebih kritis dalam menganalisa gambar.
2. Siswa mengetahui aplikasi dari materi berupa contoh gambar.
3. Siswa diberi kesempatan untuk mengemukakan pendapatnya.
Kekurangan:
1. Tidak semua materi dapat disajikan dalam bentuk gambar.
2. Memakan waktu yang lama.

D. Langkah-langkah :

1. Guru mempersiapkan gambar-gambar sesuai dengan tujuan pembelajaran
2. Guru menempelkan gambar di papan atau ditayangkan melalui OHP
3. Guru memberi petunjuk dan memberi kesempatan pada siswa
untuk memperhatikan/menganalisa gambar
4. Melalui diskusi kelompok 2-3 orang siswa, hasil diskusi dari analisa gambar tersebut dicatat pada
kertas
5. Tiap kelompok diberi kesempatan membacakan hasil diskusinya
6. Mulai dari komentar/hasil diskusi siswa, guru mulai menjelaskan materi sesuai tujuan yang ingin
dicapai
7. Kesimpulan


MODEL PEMBELAJARAN PICTURE AND PICTURE

MODEL PEMBELAJARAN PICTURE AND PICTURE

Salah satu model yang saat ini populer dalam pembelajaran adalah Model Pembelajaran Picture and
Picture ini merupakan salah satu bentuk model pembelajaran kooperatif. Model pembelajaran
kooperatif merupakan suatu model pembelajaran yang mengutamakan adanya kelompok-kelompok.
Pembelajaran kooperatif adalah pembelajaran yang secara sadar dan sistematis mengembangkan
interaksi yang saling asah, silih asih, dan silih asuh. Model pembelajaran Picture and Picture adalah
suatu metode belajar yang menggunakan gambar dan dipasangkan / diurutkan menjadi urutan logis.
Pembelajaran ini memiliki ciri Aktif, Inovatif, Kreatif, dan Menyenangkan. Model apapun yang
digunakan selalu menekankan aktifnya peserta didik dalam setiap proses pembelajaran. Inovatif
setiap pembelajaran harus memberikan sesuatu yang baru, berbeda dan selalu menarik minat
peserta didik. Dan Kreatif, setiap pembelajarnya harus menimbulkan minat kepada peserta didik
untuk menghasilkan sesuatu atau dapat menyelesaikan suatu masalah dengan menggunakan
metoda, teknik atau cara yang dikuasai oleh siswa itu sendiri yang diperoleh dari proses
pembelajaran.
Model Pembelajaran ini mengandalkan gambar sebagai media dalam proses pembelajaran. Gambar-
gambar ini menjadi factor utama dalam proses pembelajaran. Sehingga sebelum proses
pembelajaran guru sudah menyiapkan gambar yang akan ditampilkan baik dalam bentuk kartu atau
dalam bentuk carta dalam ukuran besar. Atau jika di sekolah sudah menggunakan ICT dalam
menggunakan Power Point atau software yang lain.
Menurut Johnson & Johnson , prinsip dasar dalam model pembelajaran kooperatif picture and picture
adalah sebagai berikut:
1. Setiap anggota kelompok (siswa) bertanggung jawab atas segala sesuatu yang dikerjakan dalam
kelompoknya.
2. Setiap anggota kelompok (siswa) harus mengetahui bahwa semua anggota kelompok mempunyai
tujuan yang sama.
3. Setiap anggota kelompok (siswa) harus membagi tugas dan tanggung jawab yang sama di antara
anggota kelompoknya.
4. Setiap anggota kelompok (siswa) akan dikenai evaluasi.
5. Setiap anggota kelompok (siswa) berbagi kepemimpinan dan membutuhkan keterampilan untuk
belajar bersama selama proses belajarnya.
6. Setiap anggota kelompok (siswa) akan diminta mempertanggungjawabkan secara individual materi
yang ditangani dalam kelompok kooperatif.
Sesuai dengan namanya, tipe ini menggunakan media gambar dalam proses pembelajaran yaitu
dengan cara memasang/mengurutkan gambar-gambar menjadi urutan yang logis. Melalui cara
seperti ini diharapkan siswa mampu berpikir dengan logis sehingga pembelajaran menjadi bermakna.
Langkah-langkah dalam Model Pembelajaran Picture and Picture adalah sebagai berikut:
1. Guru menyampaikan kompetensi yang ingin dicapai
Di langkah ini guru diharapkan untuk menyampaikan apakah yang menjadi Kompetensi Dasar mata
pelajaran yang bersangkutan. Dengan demikian maka siswa dapat mengukur sampai sejauh mana
yang harus dikuasainya. Disamping itu guru juga harus menyampaikan indicator-indikator
ketercapaian KD, sehingga sampai dimana KKM yang telah ditetapkan dapat dicapai oleh peserta
didik.
2. Menyajikan materi sebagai pengantar.
Penyajian materi sebagai pengantar sesuatu yang sangat penting, dari sini guru memberikan
momentum permulaan pembelajaran. Kesuksesan dalam proses pembelajaran dapat dimulai dari
sini. Karena guru dapat memberikan motivasi yang menarik perhatian siswa yang selama ini belum
siap. Dengan motivasi dan teknik yang baik dalam pemberian materi akan menarik minat siswa untuk
belajar lebih jauh tentang materi yang dipelajari.
3. Guru menunjukkan/memperlihatkan gambar-gambar kegiatan berkaitan dengan materi.
Dalam proses penyajian materi, guru mengajar siswa ikut terlibat aktif dalam proses pembelajaran
dengan mengamati setiap gambar yang ditunjukan oleh guru atau oleh temannya. Dengan Picture
atau gambar kita akan menghemat energy kita dan siswa akan lebih mudah memahami materi yang
diajarkan. Dalam perkembangakan selanjutnya sebagai guru dapat memodifikasikan gambar atau
mengganti gambar dengan video atau demontrasi yang kegiatan tertentu.
4. Guru menunjuk/memanggil siswa secara bergantian memasang/mengurutkan gambar-gambar
menjadi urutan yang logis.
Di langkah ini guru harus dapat melakukan inovasi, karena penunjukan secara langsung kadang
kurang efektif dan siswa merasa terhukum. Salah satu cara adalah dengan undian, sehingga siswa
merasa memang harus menjalankan tugas yang harus diberikan.
Gambar-gambar yang sudah ada diminta oleh siswa untuk diurutan, dibuat, atau dimodifikasi.
5. Guru menanyakan alasan/dasar pemikiran urutan gambar tersebut.
Setelah itu ajaklah siswa menemukan rumus, tinggi, jalan cerita, atau tuntutan KD dengan indicator
yang akan dicapai. Ajaklah sebanyak-banyaknya peran siswa dan teman yang lain untuk membantu
sehingga proses diskusi dalam PBM semakin menarik.
6. Dari alasan/urutan gambar tersebut guru memulai menanamkan konsep/materi sesuai dengan
kompetensi yang ingin dicapai.
Dalam proses diskusi dan pembacaan gambar ini guru harus memberikan penekanan-penekanan
pada hal ini dicapai dengan meminta siswa lain untuk mengulangi, menuliskan atau bentuk lain
dengan tujuan siswa mengetahui bahwa hal tersebut penting dalam pencapaian KD dan indicator
yang telah ditetapkan. Pastikan bahwa siswa telah menguasai indicator yang telah ditetapkan.
7. Kesimpulan/rangkuman
Di akhir pembelajaran, guru bersama siswa mengambil kesimpulan sebagai penguatan materi
pelajaran


Kelebihan dan kekurangan model pembelajaran Picture and Picture:
Kelebihan:
1. Guru lebih mengetahui kemampuan masing-masing siswa.
2. Melatih berpikir logis dan sistematis.
3. Membantu siswa belajar berpikir berdasarkan sudut pandang suatu subjek bahasan dengan
memberikan kebebasan siswa dalam praktik berpikir,
4. Mengembangkan motivasi untuk belajar yang lebih baik.
5. Siswa dilibatkan daiam perencanaan dan pengelolaan kelas
Kekurangan:
1. Memakan banyak waktu
2. Banyak siswa yang pasif.
3. Guru khawatir bahwa akan terjadi kekacauan dikelas.
4. Banyak siswa tidak senang apabila disuruh bekerja sama dengan yang lain
5. Dibutuhkan dukungan fasilitas, alat dan biaya yang cukup memadai

KESIMPULAN
Model pembelajaran Picture and Picture adalah suatu metode belajar yang menggunakan gambar
dan dipasangkan / diurutkan menjadi urutan logis. Pembelajaran ini memiliki ciri Aktif, Inovatif, Kreatif,
dan Menyenangkan. Model Pembelajaran ini mengandalkan gambar sebagai media dalam proses
pembelajaran. Gambar-gambar ini menjadi factor utama dalam proses pembelajaran.
Menurut Johnson & Johnson , prinsip dasar dalam model pembelajaran kooperatif picture and picture
adalah sebagai berikut:

1. Setiap anggota kelompok (siswa) bertanggung jawab atas segala sesuatu yang dikerjakan dalam
kelompoknya.
2. Setiap anggota kelompok (siswa) harus mengetahui bahwa semua anggota kelompok mempunyai
tujuan yang sama.
3. Setiap anggota kelompok (siswa) harus membagi tugas dan tanggung jawab yang sama di antara
anggota kelompoknya.
4. Setiap anggota kelompok (siswa) akan dikenai evaluasi.
5. Setiap anggota kelompok (siswa) berbagi kepemimpinan dan membutuhkan keterampilan untuk
belajar bersama selama proses belajarnya.
6. Setiap anggota kelompok (siswa) akan diminta mempertanggungjawabkan secara individual materi
yang ditangani dalam kelompok kooperatif.
Langkah-langkah dalam Model Pembelajaran Picture and Picture adalah sebagai berikut:
1. Guru menyampaikan kompetensi yang ingin dicapai
2. Menyajikan materi sebagai pengantar.
3. Guru menunjukkan/memperlihatkan gambar-gambar kegiatan berkaitan dengan materi.
4. Guru menunjuk siswa secara bergantian untuk mengurutkan gambar-gambar secara logis
5. Guru menanyakan alasan/dasar pemikiran urutan gambar tersebut.
6. Dari alasan/urutan gambar tersebut guru memulai menanamkan konsep/materi sesuai dengan
kompetensi yang ingin dicapai.
7. Kesimpulan/rangkuman


Model Pembelajaran Numbered Head Together (NHT)

Model Pembelajaran Numbered Head Together (NHT)



Model Pembelajaran Kooperatif Tipe NHT, Pembelajaran kooperatif merupakan strategi
pembelajaran yang mengutamakan adanya kerjasama antar siswa dalam kelompok untuk mencapai
tujuan pembelajaran. Para siswa dibagi ke dalam kelompok-kelompok kecil dan diarahkan untuk
mempelajari materi pelajaran yang telah ditentukan. Tujuan dibentuknya kelompok kooperatif adalah
untuk memberikan kesempatan kepada siswa agar dapat terlibat secara aktif dalam proses berpikir
dan dalam kegiatan-kegiatan belajar. Dalam hal ini sebagian besar aktifitas pembelajaran berpusat
pada siswa, yakni mempelajari materi pelajaran serta berdiskusi untuk memecahkan masalah

Pembelajaran kooperatif tipe NHT merupakan salah satu tipe pembelajaran kooperatif yang
menekankan pada struktur khusus yang dirancang untuk mempengaruhi pola interaksi siswa dan
memiliki tujuan untuk meningkatkan penguasaan akademik. Tipe ini dikembangkan oleh Kagen dalam
Ibrahim (2000: 28) dengan melibatkan para siswa dalam menelaah bahan yang tercakup dalam suatu
pelajaran dan mengecek pemahaman mereka terhadap isi pelajaran tersebut.
Ibrahim mengemukakan tiga tujuan yang hendak dicapai dalam pembelajaran kooperatif dengan tipe
NHT yaitu :



1. Hasil belajar akademik stuktural
Bertujuan untuk meningkatkan kinerja siswa dalam tugas-tugas akademik.
2. Pengakuan adanya keragaman
Bertujuan agar siswa dapat menerima teman-temannya yang mempunyai berbagai
latar belakang.
3. Pengembangan keterampilan social
Bertujuan untuk mengembangkan keterampilan sosial siswa.
Keterampilan yang dimaksud antara lain berbagi tugas, aktif bertanya, menghargai
pendapat orang lain, mau menjelaskan ide atau pendapat, bekerja dalam kelompok dan sebagainya.

Kelebihan dan kekurangan model pembelajaran Numbered Heads Together adalah sebagai berikut :
Kelebihan:
- Setiap siswa menjadi siap semua
- Dapat melakukan diskusi dengan sungguh-sungguh.
- Siswa yang pandai dapat mengajari siswa yang kurang pandai.
Kelemahan:
- Tidak terlalu cocok untuk jumlah siswa yang banyak karena membutuhkan waktu yang lama..
- Tidak semua anggota kelompok dipanggil oleh guru

Penerapan pembelajaran kooperatif tipe NHT merujuk pada konsep Kagen dalam Ibrahim (2000: 29),
dengan tiga langkah yaitu :
a) Pembentukan kelompok;
b) Diskusi masalah;
c) Tukar jawaban antar kelompok
Langkah-langkah tersebut kemudian dikembangkan oleh Ibrahim (2000: 29) menjadi enam langkah
sebagai berikut :

Langkah 1. Persiapan
Dalam tahap ini guru mempersiapkan rancangan pelajaran dengan membuat Skenario Pembelajaran
(SP), Lembar Kerja Siswa (LKS) yang sesuai dengan model pembelajaran kooperatif tipe NHT.

Langkah 2. Pembentukan kelompok
Dalam pembentukan kelompok disesuaikan dengan model pembelajaran kooperatif tipe NHT. Guru
membagi para siswa menjadi beberapa kelompok yang beranggotakan 3-5 orang siswa. Guru
memberi nomor kepada setiap siswa dalam kelompok dan nama kelompok yang berbeda. Kelompok
yang dibentuk merupakan percampuran yang ditinjau dari latar belakang sosial, ras, suku, jenis
kelamin dan kemampuan belajar. Selain itu, dalam pembentukan kelompok digunakan nilai tes awal
(pre-test) sebagai dasar dalam menentukan masing-masing kelompok.

Langkah 3. Tiap kelompok harus memiliki buku paket atau buku panduan
Dalam pembentukan kelompok, tiap kelompok harus memiliki buku paket atau buku panduan agar
memudahkan siswa dalam menyelesaikan LKS atau masalah yang diberikan oleh guru.

Langkah 4. Diskusi masalah
Dalam kerja kelompok, guru membagikan LKS kepada setiap siswa sebagai bahan yang akan
dipelajari. Dalam kerja kelompok setiap siswa berpikir bersama untuk menggambarkan dan
meyakinkan bahwa tiap orang mengetahui jawaban dari pertanyaan yang telah ada dalam LKS atau
pertanyaan yang telah diberikan oleh guru. Pertanyaan dapat bervariasi, dari yang bersifat spesifik
sampai yang bersifat umum.

Langkah 5. Memanggil nomor anggota atau pemberian jawaban
Dalam tahap ini, guru menyebut satu nomor dan para siswa dari tiap kelompok dengan nomor yang
sama mengangkat tangan dan menyiapkan jawaban kepada siswa di kelas.

Langkah 6. Memberi kesimpulan
Guru bersama siswa menyimpulkan jawaban akhir dari semua pertanyaan yang berhubungan dengan
materi yang disajikan.

Ada beberapa manfaat pada model pembelajaran kooperatif tipe NHT terhadap siswa yang hasil
belajar rendah yang dikemukakan oleh Lundgren dalam Ibrahim (2000: 18), antara lain adalah :
Rasa harga diri menjadi lebih tinggi
1. Memperbaiki kehadiran
2. Penerimaan terhadap individu menjadi lebih besar
3. Perilaku mengganggu menjadi lebih kecil
4. Konflik antara pribadi berkurang
5. Pemahaman yang lebih mendalam
6. Meningkatkan kebaikan budi, kepekaan dan toleransi
7. Hasil belajar lebih tinggi

KESIMPULAN
Model pembelajaran ini baik digunakan karena model ini mengajarkan kepada siswa untuk lebih siap
dalam menguasai materi serta belajar menerima keanekaragaman dengan kelompok lain, karna
dalam model ini siswa dituntut untuk berdiskusi untuk memecahkan suatu masalah.
Pada dasarnya tidak ada model pembelajaran yang cocok untuk setiap pokok bahasan, karena setia
model atau metode mengajar masing-masing memiliki kelebihan dan kekurangan oleh karenanya
guru dituntut untuk pandai memilih model pembelajaran yang sesuai.


Metode Belajar Cooperative script

metode belajar Cooperative script


Skrip kooperatif adalah metode belajar dimana siswa bekerja berpasangan dan secara lisan
mengikhtisarkan bagian-bagian dari materi yang dipelajari.
Langkah-langkah:
1. Guru membagi siswa untuk berpasangan.
2. Guru membagikan wacana / materi tiap siswa untuk dibaca dan membuat ringkasan.
3. Guru dan siswa menetapkan siapa yang pertama berperan sebagai pembicara dan siapa
yang berperan sebagai pendengar.
4. Pembicara membacakan ringkasannya selengkap mungkin, dengan memasukkan ide-ide
pokok dalam ringkasannya. Sementara pendengar menyimak / mengoreksi / menunjukkan ide-ide
pokok yang kurang lengkap dan membantu mengingat / menghapal ide-ide pokok dengan
menghubungkan materi sebelumnya atau dengan materi lainnya.
5. Bertukar peran, semula sebagai pembicara ditukar menjadi pendengar dan sebaliknya, serta
lakukan seperti di atas.
6. Kesimpulan guru.
7. Penutup.
Kelebihan:
Melatih pendengaran, ketelitian / kecermatan.
Setiap siswa mendapat peran.
Melatih mengungkapkan kesalahan orang lain dengan lisan.
Kekurangan:
Hanya digunakan untuk mata pelajaran tertentu
Hanya dilakukan dua orang (tidak melibatkan seluruh kelas sehingga koreksi hanya sebatas
pada dua orang tersebut).


model pembelajaran Kepala bernomor struktur
Model pembelajaran Kepala bernomor struktur
1. Pengertian
Untuk mengembangkan potensi to live together salah satunya melalui model pembelajaran
kooperatif. Aktivitas pembelajaran kooperatif menekankan pada kesadaran siswa perlu belajar untuk
mengaplikasikan pengetahuan, konsep, keterampilan kepada siswa yang membutuhkan atau
anggota lain dalam kelompoknya, sehingga belajar kooperatif dapat saling menguntungkan antara
siswa yang berprestasi rendah dan siswa yang berprestasi tinggi.

Berdasarkan penelitian yang dilakukan Slavin (Ibrahim, 2000:16) tentang pengaruh pembelajaran
kooperatif terhadap hasil belajar pada semua tingkat kelas dan semua bidang studi menunjukkan
bahwa kelas kooperatif menunjukkan hasil belajar akademik yang signifikan lebih tinggi dibandingkan
kelompok kontrol.
Salah satu model pembelajaran kooperatif yaitu tipe NHT (Numbered Heads Together). Model ini
dapat dijadikan alternatif variasi model pembelajaran sebelumnya. Dibentuk kelompok heterogen,
setiap kelompok beranggotakan 3-5 siswa, setiap anggota memiliki satu nomor, guru mengajukan
pertanyaan untuk didiskusikan bersama dalam kelompok. Guru menunjuk salah satu nomor untuk
mewakili kelompoknya. Menurut Muhammad Nur (2005) model pembelajaran kooperatif tipe NHT
pada dasarnya merupakan sebuah variasi diskusi kelompok dengan ciri khasnya adalah guru hanya
menunjuk seorang siswa yang mewakili kelompoknya tanpa memberitahu terlebih dahulu siapa yang
akan mewakili kelompoknya tersebut. Sehingga cara ini menjamin keterlibatan total semua siswa.
Cara ini upaya yang sangat baik untuk meningkatkan tanggung jawab individual dalam dalam diskusi
kelompok.

Number Head Together adalah suatu Model pembelajaran yang lebih mengedepankan kepada
aktivitas siswa dalam mencari, mengolah, dan melaporkan informasi dari berbagai sumber yang
akhirnya dipresentasikan di depan kelas (Rahayu, 2006). NHT pertama kali dikenalkan oleh Spencer
Kagan dkk (1993). Model NHT adalah bagian dari model pembelajaran kooperatif struktural, yang
menekankan pada struktur-struktur khusus yang dirancang untuk mempengaruhi pola interaksi siswa.
Struktur Kagan menghendaki agar para siswa bekerja saling bergantung pada kelompok-kelompok
kecil secara kooperatif. Struktur tersebut dikembangkan sebagai bahan alternatif dari sruktur kelas
tradisional seperti mangacungkan tangan terlebih dahulu untuk kemudian ditunjuk oleh guru untuk
menjawab pertanyaan yang telah dilontarkan. Suasana seperti ini menimbulkan kegaduhan dalam
kelas, karena para siswa saling berebut dalam mendapatkan kesempatan untuk menjawab
pertanyaan peneliti (Tryana, 2008). Menurut Kagan (2007) model pembelajaran NHT ini secara tidak
langsung melatih siswa untuk saling berbagi informasi, mendengarkan dengan cermat serta berbicara
dengan penuh perhitungan, sehingga siswa lebih produktif dalam pembelajaran.

2. Ciri-ciri Pembelajaran Kooperatif (Dalam model Pembelajaran Kepala bernomor struktur)
Sebagai seorang guru dalam memberikan pelajaran kepada siswa tentu ia akan memilih manakah
model pembelajaran yang tepat diberikan untuk materi pelajaran tertentu.


Ciri-ciri pembelajaran kepala bernomer struktur sebagai berikut:
1) Penomoran
Penomoran adalah hal yang utama di dalam NHT, dalam tahap ini guru membagi siswa menjadi
beberapa kelompok atau tim yang beranggotakan tiga sampai lima orang dan memberi siswa nomor
sehingga setiap siswa dalam tim mempunyai nomor berbeda-beda, sesuai dengan jumlah siswa di
dalam kelompok.
2) Pengajuan Pertanyaan
Langkah berikutnya adalah pengajuan pertanyaan, guru mengajukan pertanyaan kepada siswa.
Pertanyaan yang diberikan dapat diambil dari materi pelajaran tertentu yang memang sedang di
pelajari, dalam membuat pertanyaan usahakan dapat bervariasi dari yang spesifik hingga bersifat
umum dan dengan tingkat kesulitan yang bervariasi pula.
3) Berpikir Bersama
Setelah mendapatkan pertanyaan-pertanyaan dari guru, siswa berpikir bersama untuk menemukan
jawaban dan menjelaskan jawaban kepada anggota dalam timnya sehingga semua anggota
mengetahui jawaban dari masing-masing pertanyaan.
4) Pemberian Jawaban
Langkah terakhir yaitu guru menyebut salah satu nomor dan setiap siswa dari tiap kelompok yang
bernomor sama mengangkat tangan dan menyiapkan jawaban untuk seluruh kelas, kemudian guru
secara random memilih kelompok yang harus menjawab pertanyan tersebut, selanjutnya siswa yang
nomornya disebut guru dari kelompok tersebut mengangkat tangan dan berdiri untuk menjawab
pertanyaan. Kelompok lain yang bernomor sama menanggapi jawaban tersebut.

3. Langkah langkah Kepala bernomor struktur

1. Siswa dibagi dalam kelompok, setiap siswa dalam setiap kelompok mendapat nomor
2. Penugasan diberikan kepada setiap siswa berdasarkan nomorkan terhadap tugas yang berangkai
Misalnya : siswa nomor satu bertugas mencatat soal. Siswa nomor dua mengerjakan soal dan siswa
nomor tiga melaporkan hasil pekerjaan dan seterusnya
3. Jika perlu, guru bisa menyuruh kerja sama antar kelompok. Siswa disuruh keluar dari kelompoknya
dan bergabung bersama beberapa siswa bernomor sama dari kelompok lain. Dalam kesempatan ini
siswa dengan tugas yang sama bisa saling membantu atau mencocokkan hasil kerja sama mereka
4. Laporkan hasil dan tanggapan dari kelompok yang lain
5. Kesimpulan
4. Kelebihan dan kelemahan model pembelajaran kepala bernomor struktur

5. Kelebihan dan kekurangan


1) Kelebihan
a. Dapat meningkatkan prestasi belajar siswa.
b. Mampu memperdalam pamahaman siswa.
c. Melatih tanggung jawab siswa.
d. Menyenangkan siswa dalam belajar.
e. Mengembangkan rasa ingin tahu siswa.
f. Meningkatkan rasa percaya diri siwa.
g. Mengembangkan rasa saling memiliki dan kerjasama.
h. Setiap siswa termotivasi untuk menguasai materi.
i. Menghilangkan kesenjangan antara yang pintar dengan tidak pintar.
j. Tercipta suasana gembira dalam belajar. Dengan demikian meskipun saat pelajaran menempati
jam terakhir pun,siswa tetap antusias belajar.

2) Kelemahan
a. Ada siswa yang takut diintimidasi bila Memberi nilai jelek kepada anggotanya (bila kenyataannya
siswa lain kurang mampu menguasai materi)
b. Ada siswa yang mengambil jalan pintas dengan meminta tolong pada temannya untuk mencarikan
jawabnya.Solusinya mengurangi poin pada siswa yang membantu dan dibantu .
c. Apabila pada satu nomer kurang maximal mengerjakan tugasnya, tentu saja mempengaruhi
pekerjaan pemilik tugas lain pada nomer selanjutnya.


Model Pembelajaran STUDENT TEAMS- ACHIEVEMENT DIVISIONS
(STAD)

Model Pembelajaran STUDENT TEAMS- ACHIEVEMENT DIVISIONS (STAD)
Model pembelajaran STAD termasuk model pembelajaran kooperatif. Semua model
pembelajaran kooperatif ditandai dengan adanya struktur tugas, struktur tujuan dan struktur
penghargaan. Dalam proses pembelajaran dengan model pembelajaran kooperatifsiswa didorong
untuk bekerjasama pada suatu tugas bersama dan mereka harus mengkoordinasikan usahanya
untuk menyelesaikan tugas yang diberikan guru. Tujuan model pembelajaran kooperaif adalah
prestasi belajar akademik siswa meningkat dan siswa dapat menerima berbagai keragaman dari
temannya, serta pengembangan keterampilan sosial.

1. PENGERTIAN MODEL PEMBELAJARAN TIPE STAD
1. Menurut wina (2008:242) menjelaskan bahwa pembelajaran kooperatif merupakan model
pembelajaran menggunakan sistem pengelompokkan atau tim kecil,yaitu antara 4-5 orang yang
mempunyai latar belakang kemampuan akademik,jenis kelamin,ras atau suku yang berbeda
(heterogen)

2. Johnson (dalam Etin Solihatin,2005 :4 ) menyatakan bahwa :pembelajaran kooperatif adalah
pemanfaatan kelompok kecil dalam pembelajaran yang memungkinkan siswa bekerja sama.
3. Slavin ( dalam Wina,2008:242) mengemukakan dua alasan bahwa : pembelajaran kooperatif
merupakan bentuk pembelajaran yang dapat memperbaiki pembelajaran selama
ini. Pertama,beberapa penelitian membuktikan bahwa penggunaan pembelajaran kooperatif dapat
meningkatkan prestasi belajar siswa sekaligus dapat menngkatkan kemampuan hubungan
sosial,menumbuhkan sikap menerima kekurangan diri dan orang lain,serta dapat meningkatkan
harga diri.kedua,pembelajaran kooperatif dapat merealisasikan kebutuhan siswa dalam
belajar,berfikir,memecahkan masalah dan mengintegrasikan pengetahuan dengan keterampilan.


2. Prinsip Pembelajaran Kooperatif sebagai berikut.
a. Setiap anggota kelompok (siswa) bertanggung jawab atas segala sesuatu yang dikerjakan
dalam kelompoknya.
b. Setiap anggota kelompok (siswa) harus mengetahui bahwa semua anggota kelompok
mempunyai tujuan yang sama.
c. Setiap anggota kelompok (siswa) harus membagi tugas dan tanggung jawab yang sama
diantara anggota kelompoknya.
d. Setiap anggota kelompok (siswa) akan dikenai evaluasi.
e. Setiap anggota kelompok (siswa) berbagi kepemimpinan dan membutuhkan keterampilan
untuk belajar bersama selama proses belajarnya.
f. Setiap anggota kelompok (siswa) akan diminta mempertanggungjawabkan secara
individual materi yang ditangani dalam kelompok kooperatif.

3. Ciri Pembelajaran Kooperatif
Masih menurut Nur dalam Chotimah (2007), ciri-ciri pembelajaran kooperatif sebagai
berikut.
a. Siswa dalam kelompok secara kooperatif menyelesaikan materi belajar sesuai kompetensi
dasar yang akan dicapai.
b. Kelompok dibentuk dari siswa yang memiliki kemampuan yang berbeda-beda, baik tingkat
kemampuan tinggi, sedang dan rendah. Jika mungkin anggota kelompok berasal dari ras, budaya,
suku yang berbeda serta memperhatikan kesetaraan gender.
c. Penghargaan menekankan pada kelompok dari pada masing-masing individu.
4. Sintaks Model Pembelajaran STAD
Langkah-langkah model pembelajaran STAD dapat dilihat pada tabel 2.1 seperti
berikut.
Tabel 2.1 Enam Langkah Model Pembelajaran STAD

Model pembelajaran STAD dikembangkan oleh Robert Slavin dan temantemannya di
Universitas John Hopkins. Siswa dalam suatu kelas tertentu dipecah menjadi kelompok dengan
anggota 4-5 orang, setiap kelompok haruslah heterogen, terdiri atas laki-laki dan perempuan, berasal
dari berbagai suku, memiliki kemampuan tinggi, sedang dan rendah. Anggota tim menggunakan
lembar kegiatan atau perangkat pembelajaran yang lain untuk menuntaskan materi pelajarannya dan
kemudian saling membantu satu sama lain untuk memahami bahan pelajaran melalui diskusi dan
kuis.

Sintaks model Pembelajaran STAD dalam Chotimah (2007) antara lain :
Langkah Indikator Tingkah laku guru
Langkah 1






Langkah 2


Langkah 3



Langkah 4




Langkah 5






Langkah 6
Menyampaikan tujuan dan
memotivasi siswa





Menyajikan informasi


Mengorganisasikan siswa ke
dalam kelompok- kelompok
belajar

Membimbimg kelompok belajar



Evaluasi






Memberikan penghargaan
Guru menyampaikan tujuan
pembelajaran dan
mengkomunikasikan
kompetensi dasar
yang akan dicapai serta
memotivasi siswa

Guru menyajikan informasi
kepada siswa

Guru menginformasikan
pengelom-pokkan
Siswa

Guru memotivasi serta
memfasilitasi kerja siswa dalam
kelompok-kelompok belajar

Guru mengevaluasi hasil belajar
tentang
materi pembelajaran yang telah
dilaksanakan



Guru memberi penghargaan
hasil belajar
individual dan kelompok

a. Guru membentuk kelompok yang anggotanya 4 orang secara heterogen.
b. Guru menyajikan pelajaran.
c. Guru memberi tugas pada kelompok untuk dikerjakan oleh anggota-anggota kelompok
d. Peserta didik yang bisa mengerjakan tugas/soal menjelaskan kepada anggota kelompok
lainnya sehingga semua anggota dalam kelompok itu mengerti.
e. Guru memberi kuis/pertanyaan kepada seluruh peserta didik. Pada saat menjawab
kuis/pertanyaan peserta didik tidak boleh saling membantu.
f. Guru memberi penghargaan (rewards) kepada kelompok yang memiliki nilai/poin
tertinggi.
g. Guru memberikan evaluasi.
h. Penutup.

Dalam STAD, penghargaan kelompok didasarkan atas skor yang didapatkan oleh
kelompok dan skor kelompok ini diperoleh dari peningkatan individu dalam setiap kuis.
Sumbangan poin peningkatan siswa terhadap kelompoknya didasarkan atas ketentuan
pada tabel 2.2 berikut.

Tabel 2.2 Kriteria Pemberian Skor Peningkatan STAD
Catatan: Nilai kuis sebelumnya dapat digunakan sebagai skor dasar
(Sumber:Slavin, 1995 dalam Parlan, 2006:17)
Skor kelompok untuk setiap kelompok didasarkan pada sumbangan poin peningkatan
yang diperoleh oleh setiap anggota kelompok yaitu dengan menjumlah seluruh poin
peningkatan anggota kelompok dibagi dengan jumlah anggota kelompok. Penghargaan
kelompok diberikan dengan empat kriteria seperti pada tabel 2.3 berikut.
Tabel 2.3 Predikat Keberhasilan Kelompok
Kriteria Nilai Perkembangan

Excellent
The best teams
Good teams
General teams
22,6 30
15,1 22,5
7,6 15,0
7,5

(Sumber: Slavin, 1995 dalam Supriyo, 2008:50)
5. Kelebihan dan Kekurangan pembelajaran Tipe STAD
A) Kelebihan model pembelajaran Kooperatif STAD
Menurut Davidson (dalam Nurasma,2006:26) :
a) Meningkatkan kecakapan individu
b) Meningkatkan kecakapan kelompok
Skor Kuis Poin peningkatan
Lebih dari 10 point di bawah skor dasar
1-10 point di bawah skor dasar
Skor dasar sampai 10 poin di atas skor dasar
Lebih dari 10 poin di atas skor dasar
Hasil sempurna (tidak mempertimbangkan skor dasar
5
10
20
30
30

c) Meningkatkan komitmen
d) Menghilangkan prasangka buruk terhadap teman sebaya
e) Tidak bersifat kompetitif
f) Tidak memiliki rasa dendam

B) Kekurangan model pembelajaran kooperatif STAD
a) Menurut Slavin (dalam Nurasma 2006:2007 )yaitu:
b) Konstribusi dari siswa berprestasi rendah menjadi kurang
c) Siswa berprestasi tinggi akan mengarah pada kekecewaan karena peran anggota yang pandai lebih
dominan.


E. Hubungan Penerapan Model STAD dengan Motivasi dan Prestasi Belajar Siswa
Dalam proses belajar mengajar guru sebagai pelaksana pengajaran harus dapat
menciptakan kondisi yang dapat melibatkan siswa secara aktif. Dengan demikian diharapkan terjadi
interaksi antara guru dan siswa yang pada umumnya akan merasa mendapat motivasi yang tinggi
apabila guru melibatkan siswa secara aktif dalam proses belajar mengajar. Selain itu siswa akan lebih
memahami dan mengerti konsep-konsep fisika secara benar.

Pembelajaran kooperatif dapat meningkatkan motivasi belajar siswa secara konsisten baik
bagi siswa yang memiliki kemampuan tinggi, sedang dan rendah, dan resistensi (daya lekat) terhadap
materi pelajaran menjadi lebih panjang (Ellyana, 2007). Pembelajaan kooperatif yang dikemas dalam
kegiatan pembelajaran yang bervariasi dengan model STAD dapat menumbuhkan motivasi dan
prestasi belajar siswa. Pengajaran fisika yang disajikan dengan model
pembelajaran STAD memungkinkan untuk memberikan pengalaman-pengalaman sosial sebab
mereka akan bertanggung jawab pada diri sendiri dan anggota kelompoknya. Keberhasilan anggota
kelompok merupakan tugas bersama.

Dalam pembelajaran STAD ini anggota kelompok berasal dari tingkat prestasi yang berbeda-
beda, sehingga melatih siswa untuk bertoleransi atas perbedaan dan kesadaran akan perbedaan.
Disamping itu pembelajaran yang disajikan dengan model STAD akan melatih siswa untuk
menceriterakan, menulis secara benar apa yang diteliti dan diamati. Apabila ditinjau dari proses
pelaksanaannya, kegiatan model pembelajaran STAD lebih membawa siswa untuk memahami materi
yang disajikan oleh guru, karena siswa aktif dalam proses belajar mengajar. Berdasarkan uraian di
atas, pengajaran fisika yang disajikan dengan dengan penerapan model pembelajaran STADakan
dapat meningkatkan motivasi dan prestasi belajar siswa


Model Pembelajaran Jigsaw

Model Pembelajaran Jigsaw

A. Pengertian
Jigsaw adalah tipe pembelajaran kooperatif yang dikembangkan oleh Elliot Aronsons. Model
pembelajaran ini didesain untuk meningkatkan rasa tanggung jawab siswa terhadap pembelajarannya
sendiri dan juga pembelajaran orang lain. Siswa tidak hanya mempelajari materi yang diberikan,
tetapi mereka juga harus siap memberikan dan mengajarkan materi tersebut kepada
kelompoknya.Pada model pembelajaran jigsaw ini keaktifan siswa (student centered) sangan
dibutuhkan, dengan dibentuknya kelompok-kelompok kecil yang beranggotakan 3-5 orang yang terdiri
dari kelompok asal dan kelompok ahli.

Dalam Pembelajaran Kooperatif Model Jigsaw, siswa dibagi dalam beberapa kelompok belajar yang
heterogen yang beranggotakan 3-5 orang dengan menggunakan pola kelompok asal dan kelompok
ahli. Kelompok asal adalah kelompok awal siswa terdiri dari berapa anggota kelompok ahli yang
dibentuk dengan memperhatikan keragaman dan latar belakang. Guru harus trampil dan mengetahui
latar belakang siswa agar terciptanya suasana yang baik bagi setiap angota kelompok. Sedangkan
kelompok ahli, yaitu kelompok siswa yang terdiri dari anggota kelompok lain (kelompok asal) yang
ditugaskan untuk mendalami topik tertentu untuk kemudian dijelaskan kepada anggota kelompok
asal.
Para anggota dari kelompok asal yang berbeda, bertemu dengan topik yang sama dalam kelompok
ahli untuk berdiskusi dan membahas materi yang ditugaskan pada masing-masing anggota kelompok
serta membantu satu sama lain untuk mempelajari topik mereka tersebut. Disini, peran guru adalah
mefasilitasi dan memotivasi para anggota kelompok ahli agar mudah untuk memahami materi yang
diberikan. Setelah pembahasan selesai, para anggota kelompok kemudian kembali pada kelompok
asal dan mengajarkan pada teman sekelompoknya apa yang telah mereka dapatkan pada saat
pertemuan di kelompok ahli.Para kelompok ahli harus mampu untuk membagi pengetahuan yang di
dapatkan saat melakuakn diskusi di kelompok ahli, sehingga pengetahuan tersebut diterima oleh
setiap anggota pada kelompok asal. Kunci tipe Jigsaw ini adalah interdependence setiap siswa
terhadap anggota tim yang memberikan informasi yang diperlukan. Artinya para siswa harus memiliki
tanggunga jawab dan kerja sama yang positif dan saling ketergantungan untuk mendapatkan
informasi dan memecahkan masalah yang biberikan.

B. Langkah- Langkah dalam metode jigsaw

Sesuai dengan namanya, teknis penerapan tipe pembelajaran ini maju mundur seperti gergaji.
Menurut Arends (1997), langkah-langkah penerapan model pembelajaran Jigsaw, yaitu:

1. Awal kegiatan pembelajaran
a. Persiapan
1. Melakukan Pembelajaran Pendahuluan
Guru dapat menjabarkan isi topik secara umum, memotivasi siswa dan menjelaskan tujuan
dipelajarinya topik tersebut.
2. Materi
Materi pembelajaran kooperatif model jigsaw dibagi menjadi beberapa bagian pembelajaran
tergantung pada banyak anggota dalam setiap kelompok serta banyaknya konsep materi
pembelajaran yang ingin dicapai dan yang akan dipelajari oleh siswa.
3. Membagi Siswa Ke Dalam Kelompok Asal Dan Ahli
Kelompok dalam pembelajarn kooperatif model jigsaw beranggotakan 3-5 orang yang heterogen baik
dari kemampuan akademis, jenis kelamin, maupun latar belakang sosialnya
4. Menentukan Skor Awal
Skor awal merupakan skor rata-rata siswa secara individu pada kuis sebelumnya atau nilai akhir
siswa secara individual pada semester sebelumnya.


2. Rencana Kegiatan
1. Setiap kelompok membaca dan mendiskusikan sub topik masing-masing dan menetapkan anggota
ahli yang akan bergabung dalam kelompok ahli.
2. Anggota ahli dari masing-masing kelompok berkumpul dan mengintegrasikan semua sub topik
yang telah dibagikan sesuai dengan banyaknya kelompok.
3. Siswa ahli kembali ke kelompok masing-masing untuk menjelaskan topik yang didiskusikannya.
4. Siswa mengerjakan tes individual atau kelompok yang mencakup semua topik.
5. Pemberian penghargaan kelompok berupa skor individu dan skor kelompok atau menghargai
prestasi kelompok.

3. Sistem Evaluasi
Dalam evaluasi ada tiga cara yang dapat dilakukan:
1. Mengerjakan kuis individual yang mencaukup semua topik.
2. Membuat laporan mandiri atau kelompok.
3. Presentasi
Materi Evaluasi
- Pengetahuan (materi ajar) yang difahami dan dikuasai oleh mahasiswa.
- Proses belajar yang dilakukan oleh mahasiswa.

C. Kelebihan
Bila dibandingkan dengan metode pembelajaran tradisional, model pembelajaran Jigsaw memiliki
beberapa kelebihan yaitu:
1. Mempermudah pekerjaan guru dalam mengajar,karena sudah ada kelompok ahli yang bertugas
menjelaskan materi kepada rekan-rekannya
2. Pemerataan penguasaan materi dapat dicapai dalam waktu yang lebih singkat
3. Metode pembelajaran ini dapat melatih siswa untuk lebih aktif dalam berbicara dan berpendapat.


D. Kelemahan
Dalam penerapannya sering dijumpai beberapa permasalahan yaitu :
1. Siswa yang aktif akan lebih mendominasi diskusi, dan cenderung mengontrol jalannya diskusi.
Untuk mengantisipasi masalah ini guru harus benar-benar memperhatikan jalannya diskusi. Guru
harus menekankan agar para anggota kelompok menyimak terlebih dahulu penjelasan dari tenaga
ahli. Kemudian baru mengajukan pertanyaan apabila tidak mengerti.
2. Siswa yang memiliki kemampuan membaca dan berfpikir rendah akan mengalami kesulitan untuk
menjelaskan materi apabila ditunjuk sebagai tenaga ahli. Untuk mengantisipasi hal ini guru harus
memilih tenaga ahli secara tepat, kemudian memonitor kinerja mereka dalam menjelaskan materi,
agar materi dapat tersampaikan secara akurat.
3. Siswa yang cerdas cenderung merasa bosan.
Untuk mengantisipasi hal ini guru harus pandai menciptakan suasana kelas yang menggairahkan
agar siswa yang cerdas tertantang untuk mengikuti jalannya diskusi.
4. Siswa yang tidak terbiasa berkompetisi akan kesulitan untuk mengikuti proses pembelajaran.


MODEL PEMBELAJARAN BERBASIS MASALAH (PROBLEM BASED
INTRODUCTION)

PROBLEM BASED INTRODUCTION (PBI)
MODEL PEMBELAJARAN BERBASIS MASALAH


Sejarah Metode Pembelajaran Berbasis Masalah
Pembelajaran Berbasis Masalah dirintis dalam ilmu kesehatan di McMaster University di Kanada
pada tahun 1960-an yang diresmikan pada tahun 1968. (Neufeld & Barrows, 1974), karena siswa
tidak mampu menerapkan sejumlah besar mereka pengetahuan ilmiah dasar untuk situasi klinis. Tak
lama kemudian, tiga sekolah medis lain - University of Limburg di Maastricht (Belanda), University of
Newcastle (Australia), dan University of New Mexico (Amerika) mengambil McMaster model
pembelajaran berbasis masalah. (diadopsi oleh lain program-program sekolah kedokteran (Barrows,
1996) dan juga telah diadaptasi untuk instruksi sarjana (Boud dan Feletti, 1997; Duch et al, 2001. ;
Amador et al, 2006))

Landasan Teoretik Model Pembelajaran Berbasis Masalah
Temuan-temuan dari psikologi kognitif menyediakan landasan teoretis untuk meningkatkan
pengajaran secara umum dan khsususnya problem based learning (PBL). Premis dasar dalam
psikologi kognitif adalah belajar merupakan proses konstruksi pengetahuan baru yang berdasarkan
pada pengetahuan terkini. Mengikuti Glaser (1991) secara umum diasumsikan bahwa belajar adalah
proses yang konstruktif dan bukan penerimaan. Proses-proses kognitif yang disebut metakognisi
mempengaruhi penggunaan pengetahuan, dan faktor-faktor sosial dan kontektual mempengaruhi
pembelajaran.


A. Pengertian Metode Pembelajaran Berbasis Masalah

Menurut Suherman (2003: 7)
Model pembelajaran dimaksudkan sebagai pola interaksi siswa dengan guru di dalam kelas yang
menyangkut strategi, pendekatan, metode, dan teknik pembelajaran yang diterapkan dalam
pelaksanaan kegiatan belajar mengajar di kelas.

Konsep yang dikemukakan Suherman menjelaskan bahwa model pembelajaran adalah suatu bentuk
bagaimana interaksi yang tercipta antara guru dan siswa berhubungan dengan strategi, pendekatan,
metode, dan teknik pembelajaran yang digunkan dalam proses pembelajaran.

Gijselaers ( 1996)
Pembelajaran berbasis masalah diturunkan dari teori bahwa belajar adalah proses dimana
pembelajar secara aktif mengkontruksi pengetahuan.

Konsep ini menjelaskan bahwa belajar terjadi dari aksi siswa, dan pendidik hanya berperan dalam
memfasilitasi terjadinya aktivitas kontruksi pengetahuan oleh pembelajar. Pendidik harus
memusatkan perhatiannya untuk membantu siswa dalam mencapai keterampilan self directed
learning.


Tujuan Metode Pembelajaran Berbasis Masalah

Departemen Pendidikan Nasional (2003)
Pembelajaran berbasis masalah membuat siswa menjadi pembelajar yang mandiri, artinya ketika
siswa belajar, maka siswa dapat memilih strategi belajar yang sesuai, terampil menggunakan strategi
tersebut untuk belajar dan mampu mengontrol proses belajarnya, serta termotivasi untuk
menyelesaikan belajarnya itu.

Dari pengertian ini, dikatakan bahwa tujuan utama pembelajaran berbasis masalah adalah untuk
menggali daya kreativitas siswa dalam berpikir dan memotivasi siswa untuk terus belajar.

Muslimin Ibrahim (2000:7)
Pembelajaran berdasarkan masalah tidak dirancang untuk membantu guru memberikan informasi
sebanyak-banyaknya kepada siswa, akan tetapi pembelajaran berbasis masalah dikembangkan
untuk membantu siswa mengembangkan kemampuan berfikir, pemecahan masalah, dan ketrampilan
intelektual, belajar berbagai peran orang dewasa melalui pelibatan mereka dalam pengalaman nyata
atau simulasi dan menjadi pembelajar yang mandiri.

Dari pengertian ini kita dapat mngetahui bahwa pembelajaran berbasis masalah ini difokuskan untuk
perkembangan belajar siswa, bukan untuk membantu guru mengumpulkan informasi yang nantinya
akan diberikan kepada siswa saat proses pembelajaran.


Dari beberapa definisi di atas, dapat ditarik kesimpulan bahwa Pembelajaran berbasis masalah
(problem based learning) bertujuan untuk:
1. membantu siswa mengembangkan ketrampilan berfikir dan ketrampilan pemecahan masalah,
2. belajar peranan orang dewasa yang otentik,
3. menjadi siswa yang mandiri,
4. untuk bergerak pada level pemahaman yang lebih umum, membuat kemungkinan transfers
pengetahuan baru,
5. mengembangkan pemikiran kritis dan keterampilan kreatif
6. meningkatkan kemampuan memecahkan masalah
7. meningkatkan motivasi belajar siswa
8. membantu siswa belajar untuk mentransfer pengetahuan dengan situasi baru

B. Prinsip-Prinsip Metode Pembelajaran Berbasis Masalah

Berdasar pada pandangan psikologi kognitif terdapat tiga prinsip pembelajaran yang berkaitan
dengan PBL

1. Belajar adalah proses konstruktif dan bukan penerimaan. Pembelajaran tradisional didominasi oleh
pandangan bahwa belajar adalah penuangan pengetahuan ke kepala pebelajar. Kepala pebelajar
dipandang sebagai kotak kosong yang siap diisi melalui repetisi dan penerimaan. Pengajaran lebih
diarahkan untuk penyimpanan informasi oleh pebelajar pada memorinya seperti menyimpan buku-
buku di perpustakaan. Pemanggilan kembali informasi bergantung pada kualitas nomer panggil(call
number) yang digunakan dalam mengklasifikasikan informasi. Namun, psikologi kognitif modern
menyatakan bahwa memori merupakan struktur asosiatif. Pengetahuan disusun dalam jaringan antar
konsep, mengacu pada jalinan semantik. Ketika belajar terjadi informasi baru digandengkan pada
jaringan informasi yang telah ada. Jalinan semantik tidak hanya menyangkut bagaimana menyimpan
informasi, tetapi juga bagaimana informasi itu diinterpretasikan dan dipanggil.

2. Knowing About Knowing (metakognisi) Mempengaruhi Pembelajaran.
Prinsip kedua yang sangat penting adalah belajar adalah proses cepat, bila pebelajar mengajukan
keterampilan-keterampilan self monitoring, secara umum mengacu pada metakognisi (Bruer, 1993
dalam Gijselaers, 1996). Metakognisi dipandang sebagai elemen esensial keterampilan belajar
seperti setting tujuan (what am I going to do), strategi seleksi (how am I doing it?), dan evaluasi
tujuan (did it work?). Keberhasilan pemecahan masalah tidak hanya bergantung pada pemilikan
pengetahuan konten (body of knowledge), tetapi juga penggunaan metode pemecahan masalah
untuk mencapai tujuan. Secara khusus keterampilan metokognitif meliputi kemampuan memonitor
prilaku belajar diri sendiri, yakni menyadari bagaimana suatu masalah dianalisis dan apakah hasil
pemecahan masalah masuk akal?

3. Faktor-faktor Kontekstual dan Sosial Mempengaruhi Pembelajaran. Prinsip ketiga ini adalah
tentang penggunaan pengetahuan. Mengarahkan pebelajar untuk memiliki pengetahuan dan untuk
mampu menerapkan proses pemecahan masalah merupakan tujuan yang sangat ambisius.
Pembelajaran biasanya dimulai dengan penyampaian pengetahuan oleh pembelajar kepada
pebelajar, kemudian disertai dengan pemberian tugas-tugas berupa masalah untuk meningkatkan
penggunaan pengetahuan. Namun studi-studi menunjukkan bahwa pebelajar mengalami kesulitan
serius dalam menggunakan pengetahuan ilmiah (Bruning et al, 1995). Studi juga menunjukkan bahwa
pendidikantradisional tidak memfasilitasi peningkatan peman masalah-maslah fisika walaupun secara
formal diajarkan teori fisika ( misalnya, Clement, 1990).

Bridges (1992) dan Charlin (1998)
Dalam melaksanakan proses pembelajaran PBM ini, Bridges dan Charlin telah menggariskan
beberapa ciri-ciri utama seperti berikut.
1. Pembelajaran berpusat dengan masalah.
2. Masalah yang digunakan merupakan masalah dunia sebenarnya yang mungkin akan dihadapi oleh
siswa dalam kerja profesional mereka di masa depan.
3. Pengetahuan yang diharapkan dicapai oleh siswa saat proses pembelajaran disusun berdasarkan
masalah.
4. Para siswa bertanggung jawab terhadap proses pembelajaran mereka sendiri.
5. Siswa aktif dengan proses bersama.
6. Pengetahuan menyokong pengetahuan yang baru.
7. Pengetahuan diperoleh dalam konteks yang bermakna.
8. Siswa berpeluang untuk meningkatkan serta mengorganisasikan pengetahuan.
9. Kebanyakan pembelajaran dilaksanakan dalam kelompok kecil.

Kriteria Pemilihan Bahan Pembelajaran Berbasis Masalah
1. Bahan pelajaran harus mengandung isu-isu yang mengandung konflik yang bisa bersumber dari
berita,rekaman,video dan lain sebagainya.
2. Bahan yang dipilih adalah bahan yang bersifat familiar dengan siswa,sehingga setiap siswa dapat
mengikutinya dengan baik.
3. Bahan yang dipilih merupakan bahan yang berhubungan dengan kepentingan orang
banyak,sehingga terasa manfaatnya.
4. Bahan yang dipilih adalah bahan yang mendukung tujuan atau kompetensi yang harus dimiliki oleh
siswa sesuai dengan kurikulum yang berlaku.
5. Bahan yang dipilih sesuai dengan minat siswa sehingga setiap siswa merasa perlu untuk
mempelajarinya.


Langkah-langkah Pembelajaran Berbasis Masalah

Pannen (2001)
Langkah-langkah pemecahan masalah dalam pembelajaran PBL paling sedikit ada delapan tahapan,
yaitu:
1. mengidentifikasi masalah,
2. mengumpulkan data,
3. menganalisis data,
4. memecahkan masalah berdasarkan pada data yang ada dan analisisnya,
5. memilih cara untuk memecahkan masalah,
6. merencanakan penerapan pemecahan masalah,
7. melakukan ujicoba terhadap rencana yang ditetapkan, dan
8. melakukan tindakan (action) untuk memecahkan masalah.

Arends (2004)
Ada 5 fase (tahap) yang perlu dilakukan untuk mengimplementasikan PBL.
Fase Aktivitas guru
Fase 1: Mengorientasikan mahasiswa pada masalah. Menjelaskan tujuan pembelajaran, logistik yang
diperlukan, memotivasi mahasiswa terlibat aktif pada aktivitas pemecahan masalah yang dipilih
Fase 2: Mengorganisasi mahasiswa untuk belajar. Membantu mahasiswa membatasi dan
mengorganisasi tugas belajar yang berhubungan dengan masalah yang dihadapi
Fase 3: Membimbing penyelidikan individu maupun kelompok. Mendorong mahasiswa
mengumpulkan informasi yang sesuai, melaksanakan eksperimen, dan mencari untuk penjelasan dan
pemecahan
Fase 4: Mengembangkan dan menyajikan hasil karya. Membantu mahasiswa merencanakan dan
menyiapkan karya yang sesuai seperti laporan, video, dan model, dan membantu mereka untuk
berbagi tugas dengan temannya.
Fase 5: Menganalisis dan mengevaluasi proses pemecahan masalah. Membantu mahasiswa
melakukan refleksi terhadap penyelidikan dan proses-proses yang digunakan selama
berlangusungnya pemecahan masalah.

Berikut langkah-langkah PBM.
1. Guru memulai sesi awal PBM dengan presentasi permasalahan yang akan dihadapi oleh siswa.
2. Siswa terstimulus untuk berusaha menyelesaikan permasalahan di lapangan.
3. Siswa mengorganisasikan apa yang telah mereka pahami tentang permasalahan dan mencoba
mengidentifikasi hal-hal terkait.
4. Siswa berdiskusi dengan mengajukan pertanyaan tentang hal-hal yang tidak mereka pahami.
5. Guru mendampingi siswa untuk fokus terhadap pertanyaan yang dianggap penting.
6. Setelah periode self-study, sesi kedua dilakukan.
7. Pada awal sesi ini siswa diharapkan dapat membagi pengetahuan baru yang mereka peroleh.
8. Siswa menguji validitas dari pendekatan awal dan menyaringnya.
9. Siswa berlatih mentransfer pengetahuan dalam konteks nyata melalui pelaporan di kelas.

Dalam penyelidikan suatu masalah, hal-hal yang perlu diperhatikan adalah sebagai berikut.
1. Membaca dan menganalisis skenario dan situasi masalah.
Periksa pemahaman Anda tentang skenario dengan mendiskusikan hal itu dalam kelompok Anda.
Sebuah upaya kelompok mungkin akan lebih efektif dalam menentukan apa faktor-faktor kunci dalam
situasi ini. Karena ini adalah situasi pemecahan masalah nyata, grup Anda akan harus secara aktif
mencari informasi yang diperlukan untuk memecahkan masalah.



2. Daftar hipotesis, ide, atau firasat
Tulis dalam daftar teori atau hipotesis tentang penyebab masalah atau ide-ide tentang bagaimana
untuk memecahkan masalah. Anda juga akan mendukung atau menolak ide-ide sebagai hasil
penyelidikan Anda. Daftar ide yang berbeda lain yang perlu ditangani.

3. Daftar apa yang dikenal.
Buat pos berjudul "Apa yang kita ketahui?" pada selembar kertas. Kemudian temukan informasi yang
terkandung dalam skenario.

4. Mengembangkan sebuah pernyataan masalah.
Suatu pernyataan masalah harus berasal dari analisis Anda apa yang Anda ketahui. Dalam satu atau
dua kalimat Anda harus dapat menjelaskan apa yang grup Anda sedang mencoba untuk
menyelesaikan, memproduksi, menanggapi, tes, atau mencari tahu. Pernyataan masalah mungkin
harus direvisi sebagai informasi baru ditemukan dan dibawa ke menanggung pada situasi.

5. Daftar apa yang dibutuhkan.
Siapkan daftar pertanyaan Anda pikir perlu dijawab untuk memecahkan masalah. Rekam mereka di
bawah daftar kedua berjudul: "Apa yang kita perlu tahu?" Beberapa jenis pertanyaan yang mungkin
sesuai. Beberapa orang mungkin alamat konsep atau prinsip-prinsip yang perlu dipelajari untuk
mengatasi situasi. Pertanyaan lain mungkin dalam bentuk permintaan untuk informasi lebih lanjut.
Pertanyaan-pertanyaan ini akan membimbing pencarian yang mungkin akan terjadi on-line, di
perpustakaan, atau dalam pencarian out-of-kelas yang lain.

6. Daftar tindakan yang mungkin.
Daftar rekomendasi, solusi, atau hipotesis di bawah judul: "Apa yang harus kita lakukan?". Daftar
rencana Anda untuk penyelidikan. Rencana ini mungkin termasuk mempertanyakan ahli,
mendapatkan data online, atau mengunjungi perpustakaan.

7. Mengumpulkan dan Menganalisis informasi.
Bagilah tanggung jawab untuk mengumpulkan, mengorganisir, menganalisis, dan menafsirkan
informasi dari banyak sumber. Menganalisis informasi yang anda kumpulkan. Anda mungkin perlu
merevisi pernyataan masalah. Anda dapat mengidentifikasi laporan masalah yang lebih. Pada titik ini,
grup Anda mungkin akan merumuskan dan menguji hipotesis untuk menjelaskan masalah. Beberapa
masalah mungkin tidak memerlukan hipotesis, bukan solusi yang dianjurkan atau pendapat
(berdasarkan data riset Anda) mungkin tepat.

8. Menyajikan temuan-temuannya.
Siapkan laporan di mana Anda membuat rekomendasi, prediksi, kesimpulan, atau solusi lainyang
tepat untuk masalah berdasarkan data Anda dan latar belakang. Bersiaplah untuk mendukung
rekomendasi Anda. Jika sesuai, pertimbangkan presentasi multimedia dengan menggunakan
gambar, grafik, atau suara.


Pelaksanaan Pembelajaran Bedasarkan Masalah

Pierce dan Jones (Ratnaningsih, 2003)
Mereka mengemukakan bahwa kejadian-kejadian yang harus muncul pada waktu pelaksanaan
pembelajaran berbasis masalah adalah sebagai berikut:
a. Keterlibatan (engagement) meliputi mempersiapkan siswa untuk berperan sebagai pemecah
masalah yang bisa bekerja sama dengan pihak lain, menghadapkan siswa pada situasi yang
mendorong untuk mampu menemukan masalah dan meneliti permasalahan sambil mengajukkan
dugaan dan rencana penyelesaian.
b. Inkuiri dan investigasi (inquiry dan investigation) yang mencakup kegiatan mengeksplorasi dan
mendistribuskan informasi.
c. Performansi (performnace) yaitu menyajikan temuan.
d. Tanya jawab (debriefing) yaitu menguji keakuratan dari solusi dan melakukan refleksi terhadap
proses pemecahan masalah.

A. Tugas Perencanaan.
Pembelajaran Bedasarkan Masalah memerlukan banyak perencanaan seperti halnya model-model
pembelajaran yang berpusat pada siswa lainnya.

1. Penetapan Tujuan.
Pertama mendiskripsikan bagaimana pembelajaran berdasarkan masalah direncanakan untuk
membantu tercapainya tujuan-tujuan tertentu misalnya ketrampilan menyelidiki, memahami peran
orang dewasa dn membantu siswa menjadi pebelajar yang mandiri Hendaknya difikirkan dahulu
dengan matang tujuan yang hendak dicapai sehingga dapat dikomunikasikan dengan jelas kepada
siswa

2. Merancang situasi masalah yang sesuai
Dalam pembelajaran berdasarkan masalah guru memberikan kebebasan siswa untuk memilih
masalah yang akan diselidiki, karena cara ini meningkatkan motivasi siswa. Masalah sebaiknya
otentik ( berdasarkan pada pengalaman dunia nyata siswa ), mengandung teka-teki dan tidak
terdefinisikan secara ketat, memungkinkan kerjasama, bermakna bagi siswa dan konsisten dengan
tujuan kurikulum.

3. Organisasi sumber daya dan rencana logistik.
Dalam pembelajaran berdasarkan masalah guru mengorganisasikan sumber daya dan
merencanakan kebutuhan untuk penyelidikan siswa karena dalam model pembelajaran ini
dimungkinkan siswa bekerja dengan beragam material dan peralatan, pelaksanaan dapat dilakukan
didalam maupun diluar kelas.

B. Tugas interaktif
1. Orientasi siswa pada masalah.
Siswa perlu memahami bahwa pembelajaran berdasarkan masalah tidak untuk memperoleh
informasi baru dalam jumlah besar, tetapi pembelajaran ini adalah kegiatan penyelidikan terhadap
masalah-masalah yang penting dan untuk menjadi pelajar yang mandiri. Oleh karena itu cara yang
baik dalam menyajikan masalah adalah dengan menggunakan kejadian-kejadian yang
mencengangkan dan menimbulkan misteri sehingga merangsang untuk memecahkan masalah
tersebut.

2. Mengorganisasikan siswa untuk belajar.
Dalam pembelajaran berdasarkan masalah siswa memerlukan bantuan guru untuk merencanakan
penyelidikan dan tugas-tugas pelaporan. Mengorganisasikan siswa ke dalam kelompok belajar
kooperatif juga diperlukan pengembangan ketrampilan kerja sama di anatara siswa dan saling
membantu untuk menyelidiki masalah secara bersama.

3. Membantu penyelidikan mandiri dan kelompok.
a. guru membantu siswa dalam pengumpulan informasi dari berbagai sumber, siswa diberi
pertanyaan yang membuat siswa memimikirkan masalah dan jenis informasi yang dibutuhkan untuk
pemecahan masalah sehingga siswa diajarkan menjadi penyelidik yang aktif dan dapat
menggunakan metode yang sesuai untuk memecahkan masalah tersebut. Membantu penyelidikan
mandiri dan kelompok
b. Guru mendorong pertukaran ide secara bebas dan penerimaan sepenuhnya ide-ide tersebut. Guru
mendorong siswa dalam pengumpulan informasi dari berbagai sumber, siswa diberi pertanyaan yang
membuat mereka memikirkan masalah dan jenis informasi yang dibutuhkan untuk pemecahan
masalah. Selama tahap penyelidikan guru memberi bantuan yang dibutuhkan tanpa mengganggu
siswa.
c. Puncak kegiatan pembelajaran berdasarkan masalah adalah penciptaan dan peragaan artifak
seperti laporan, poster, model-model fisik, videotape dsb. Tugas guru pada tiap akhir pembelajaran
berbasis masalah adalah membantu siswa menganalisis dan mengevaluasi proses berfikir mereka
sendiri, dan ketrampilan penyelidikan yang mereka gunakan.

4. Analisis dan evaluasi proses pemecahan masalah. Tugas guru pada tahap akhir pembelajaran
berdasarkan masalah adalah membantu siswa menganalisis dan mengevaluasi proses berpikir
mereka sendiri dan ketrampilan penyelidikan yang mereka gunakan.

C. Lingkungan Belajar dan Tugas-tugas Managemen
Guru perlu memberikan seperangkat aturan, sopan santun kepada siswa untuk mengendalikan
tingkah laku siswa ketika mereka melakukan penyelidikan sehingga terciptanya kenyamanan,
kemudahan siswa dalam melakukan aktivitasnya.

D. Asesmen dan evaluasi
Penilaian yang dilakukan guru tidak hanya terbatas dengan tes kertas dan pensil ( paper and paper
tes ) tetapi termasuk menemukan prosedur penilaian alternative yang dapat digunakan untuk
mengukur pekerjaan siswa. Penetapan kriteria penilaian tugas-tugas kinerja/ hasil karya harus
dilakukan pada awal-awal pembelajaran dan harus dapat dikerjakan oleh pebelajar (Fottrell, 1996).
Kriteria penilaian itu harus didiskusikan terlebih dahulu bersama pebelajar di kelas. Diskusi ini
meliputi berapa grade yang harus mereka capai dan siapa yang akan menilai mereka (pembelajar,
pebelajar, atau ahli luar).

Penilaian pada pembelajaran berbasis masalah berorientasi pada proses dengan tujuan untuk
menilai ketrampilan berkomunikasi, bekerjasama, penerimaan siswa terhadap tanggung jawab
belajar, kemampuan belajar bagaimanan belajar ( learning to learn ), penyelesaian dan penggunaan
sumber serta pengembangan ketrampilan memecahkan masalah. Dalam pembelajaran berbasis
masalah guru berperan dalam mengembangkan aspek kognitif dan metakognitif siswa, bukan
sekedar sumber pengetahuan dan penyebar informasi. Disamping itu siswa bukan sebagai
pendengar yang pasif tetapi berperan aktif sebagai problem.

Peran guru, siswa dan masalah dalam pembelajaran berbasis masalah dapat digambarkan sebagai
berikut:
Guru sebagai pelatih
Siswa sebagai problem solver
Masalah sebagai awal tantangan dan motivasi
Asking about thinking ( bertanya tentang pemikiran)
memonitor pembelajaran
probbing ( menantang siswa untuk berfikir )
menjaga agar siswa terlibat
mengatur dinamika kelompok
menjaga berlangsungnya proses
peserta yang aktif
terlibat langsung dalam pembelajaran
membangun pembelajaran
menarik untuk dipecahkan
menyediakan kebutuhan yang ada hubungannya dengan pelajaran yang dipelajari

Muslimin Ibrahim menjelaskan bahwa dalam menerapkan model pembelajaran berbasis masalah
membutuhkan banyak latihan dan perlu membuat ke putusan-keputusan khusus pada fase-fase
perencanaan, interaksi dan setelah pembelajaran.

Arends (2004) menyatakan bahwa ada tiga hasil belajar (outcomes) yang diperoleh pebelajar yang
diajar dengan PBL yaitu:
1. Inkuiri dan ketrampilan melakukan pemecahan masalah.
Siswa yang melakukan inkuiri dalam pempelajaran akan menggunakan ketrampilan berpikir tingkat
tinggi (higher-order thinking skill) dimana mereka akan melakukan operasi mental seperti induksi,
deduksi, klasifikasi, dan reasoning.
2. Belajar model peraturan orang dewasa (adult role behaviors), dan
3. Ketrampilan belajar mandiri (skills for independent learning).


E. Kelebihan dan Kekurangan Metode Pembelajaran Berbasis Masalah dalam Pemanfaatannya

Kelebihan Pembelajaran Berbasis Masalah dalam pemanfaatannya adalah sebagai berikut.
1. Mengembangkan pemikiran kritis dan keterampilan kreatif
2. Meningkatkan kemampuan memecahkan masalah
3. Meningkatkan motivasi siswa dalam belajar
4. Membantu siswa belajar untuk mentransfer pengetahuan dengan situasi baru
5. Dapat mendorong siswa/mahasiswa mempunyai inisiatif untuk belajar secara mandiri
6. Mendorong kreativitas siswa dalam pengungkapan penyelidikan masalah yang telah ia lakukan
7. Dengan PBM akan terjadi pembelajaran bermakna.
8. Dalam situasi PBM, siswa/mahasiswa mengintegrasikan pengetahuan dan ketrampilan secara
simultan dan mengaplikasikannya dalam konteks yang relevan.
9. PBM dapat meningkatkan kemampuan berpikir kritis, menumbuhkan inisiatif siswa/mahasiswa
dalam bekerja, motivasi internal untuk belajar, dan dapat mengembangkan hubungan interpersonal
dalam bekerja kelompok.

Kekurangan Pembelajaran Berbasis Masalah dalam pemanfaatannya adalah sebagai berikut.
1. Kurang terbiasanya peserta didik dan pengajar dengan metode ini. Peserta didik dan pengajar
masih terbawa kebiasaan metode konvensional, pemberian materi terjadi secara satu arah.
2. Kurangnya waktu pembelajaran. Proses PBM terkadang membutuhkan waktu yang lebih banyak.
Peserta didik terkadang memerlukan waktu untuk menghadapi persoalan yang diberikan. Sementara,
waktu pelaksanaan PBM harus disesuaikan dengan beban kurikulum.
3. Menurut Fincham et al. (1997), "PBL tidak menghadirkan kurikulum baru tetapi lebih pada
kurikulum yang sama melalui metode pengajaran yang berbeda," (hal. 419).
4. Siswa tidak dapat benar-benar tahu apa yang mungkin penting bagi mereka untuk belajar,
terutama di daerah yang mereka tidak memiliki pengalaman sebelumnya.
5. Seorang guru mengadopsi pendekatan PBL mungkin tidak dapat untuk menutup sebagai bahan
sebanyak kursus kuliah berbasis konvensional. PBL bisa sangat menantang untuk melaksanakan,
karena membutuhkan banyak perencanaan dan kerja keras bagi guru. Ini bisa sulit pada awalnya
bagi guru untuk "melepaskan kontrol" dan menjadi fasilitator, mendorong siswa untuk mengajukan
pertanyaan yang tepat daripada menyerahkan mereka solusi







F. Kesimpulan

Pembelajaran Berbasis Masalah pertama kali dicetuskan pada akhir tahun 1960-an di sekolah
kedokteran di McMaster University di Kanada.

Pembelajaran Berbasis Masalah adalah suatu proses pembelajaran yang keterlibatan siswanya lebih
besar dalam pemecahan suatu masalah melalui tahap-tahap metode ilmiah sehingga siswa dapat
mempelajari pengetahuan yang berhubungan dengan masalah yang disajikan oleh pendidik dengan
berbekal pengetahuan yang dimiliki sebelumnya sehingga dari prior knowledge ini akan terbentuk
pengetahuan dan pengalaman baru.
Ciri-ciri Pembelajaran dengan model PBL dimulai oleh adanya masalah (dapat dimunculkan oleh
siswa atau guru), kemudian siswa memperdalam pengetahuannya tentang apa yang mereka telah
ketahui dan apa yang mereka perlu ketahui untuk memecahkan masalah tersebut. Siswa dapat
memilih masalah yang dianggap menarik untuk dipecahkan sehingga mereka terdorong berperan
aktif dalam belajar.

Masalah yang dijadikan sebagai fokus pembelajaran dapat diselesaikan siswa melalui kerja kelompok
sehingga dapat memberi pengalaman-pengalaman belajar yang beragam pada siswa seperti
kerjasama dan interaksi dalam kelompok, disamping pengalaman belajar yang berhubungan dengan
pemecahan masalah seperti membuat hipotesis, merancang percobaan, melakukan penyelidikan,
mengumpulkan data, menginterpretasikan data, membuat kesimpulan, mempresentasikan,
berdiskusi, dan membuat laporan. Keadaan tersebut menunjukkan bahwa model PBL dapat
memberikan pengalaman yang kaya kepada siswa. Dengan kata lain, penggunaan PBL dapat
meningkatkan pemahaman siswa tentang apa yang mereka pelajari sehingga diharapkan mereka
dapat menerapkannya dalam kondisi nyata pada kehidupan sehari-hari.

Pembelajaran Berbasis Masalah bertujuan untuk memotivasi belajar siswa agar menjadi mandiri,
membantu siswa mengembangkan ketrampilan berfikir dan ketrampilan pemecahan masalah,
membuat kemungkinan transfers pengetahuan baru, belajar peranan orang dewasa yang otentik,

Prinsip-Prinsip Metode Pembelajaran Berbasis Masalah adalah proses konstruktif dan bukan
penerimaan, Knowing About Knowing (metakognisi) mempengaruhi pembelajaran, danFaktor-faktor
kontekstual dan sosial mempengaruhi pembelajaran.

Kriteria pemilihan bahan Pembelajaran Berbasis Masalah adalah :
1. Bahan pelajaran harus mengandung isu-isu yang mengandung konflik
2. Bahan yang dipilih adalah bahan yang bersifat familiar dengan siswa
3. Bahan yang dipilih merupakan bahan yang berhubungan dengan kepentingan orang banyak
4. Bahan yang dipilih adalah bahan yang mendukung tujuan atau kompetensi yang harus dimiliki oleh
siswa
5. Bahan yang dipilih sesuai dengan minat siswa

Langkah- langkah model Pembelajaran Berdasarkan Masalah, yaitu :
1. Orientasi siswa kepada masalah
2. Mengorganisasikan siswa untuk belajar
3. Membimbing penyelidikan individual maupun kelompok
4. Mengembangkan dan menyajikan hasil karya
5. Menganalisis dan mengevaluasi proses pemecahan masalah

Pelaksanaan Pembelajaran Bedasarkan Masalah adalah sebagai berikut.
A. Tugas Perencanaan.
1. Penetapan Tujuan.
2. Merancang situasi masalah yang sesuai.
3. Organisasi sumber daya dan rencana logistik.
B. Tugas interaktif
1. Orientasi siswa pada masalah.
2. Mengorganisasikan siswa untuk belajar.
3. Membantu penyelidikan mandiri dan kelompok.
4. Analisis dan evaluasi proses pemecahan masalah.
C. Lingkungan Belajar dan Tugas-tugas Managemen.
D. Asesmen dan evaluasi
Arends (2004) menyatakan bahwa ada tiga hasil belajar (outcomes) yang diperoleh pebelajar yang
diajar dengan Pembelajaran Berbasis Masalah, yaitu:
1. Inkuiri dan ketrampilan melakukan pemecahan masalah.
2. Belajar model peraturan orang dewasa (adult role behaviors), dan
3. Ketrampilan belajar mandiri (skills for independent learning).

Kelebihan Pembelajaran Berbasis Masalah dalam pemanfaatannya adalah sebagai berikut.
1. Mengembangkan pemikiran kritis dan keterampilan kreatif dan mandiri
2. Meningkatkan motivasi dan kemampuan memecahkan masalah
3. Membantu siswa belajar untuk mentransfer pengetahuan dengan situasi baru
4. Dengan PBM akan terjadi pembelajaran bermakna.
5. Dalam situasi PBM, siswa/mahasiswa mengintegrasikan pengetahuan dan ketrampilan secara
simultan dan mengaplikasikannya dalam konteks yang relevan.
6. PBM dapat meningkatkan kemampuan berpikir kritis, menumbuhkan inisiatif siswa/mahasiswa
dalam bekerja, motivasi internal untuk belajar, dan dapat mengembangkan hubungan interpersonal
dalam bekerja kelompok.

Kekurangan Pembelajaran Berbasis Masalah dalam pemanfaatannya adalah sebagai berikut.
1. Kurang terbiasanya peserta didik dan pengajar dengan metode ini.
2. Kurangnya waktu pembelajaran.
3. Siswa tidak dapat benar-benar tahu apa yang mungkin penting bagi mereka untuk belajar.
4. Seorang guru sulit menjadi fasilitator yang baik.


MODEL PEMBELAJARAN ARTIKULASI

MODEL PEMBELAJARAN ARTIKULASI

Ibarat pakaian yang penuh variasi lengkap dengan berbagai corak warna dan modelnya, semua itu
adalah dengan tujuan agar si pemakai merasa nyaman, aman, terlindung, juga agar merasa percaya
diri dan dihargai/dihormati orang lain. Orang lain yang memandang cara berpakaian pun akan merasa
senang, simpati, bahkan mungkin tertarik akan performa dan potongan/model pakaian tersebut. Maka
secara lugas dapat dikatakan bahwa tujuan daripada berpakaian sudah tercapai.

Demikian juga dengan pembelajaran. Banyak ragam strategi pembelajaran, pendekatan, metode
pembelajaran dan juga model pembelajaran. Tujuan dilaksanakannya berbagai macam strategi
pembelajaran, metode pembelajaran dan model pembelajaran adalah agar guru/pendidik lebih
mudah, lebih efektif dan efisien dalam menerapkan suatu pembelajaran sehingga apa yang menjadi
tujuan pembelajaran akan mudah tercapai secara maksimal.
Bagi peserta didik akan menimbulkan perasaan senang, termotivasi, tertantang sehingga
pembelajaran pun menjadi lebih bermakna dan PAIKEM (Pembelajaran Aktif Inovatif Kreatif Efektif
dan Menyenangkan ). Tidak ada lagi pembelajaran yang monoton dan menjemukan.
Khusus model pembelajaran, ternyata jumlahnya cukup banyak. Hal ini karena selalu ada inovasi-
inovasi baru yang dilakukan oleh kalangan guru/pendidik, ahli pendidikan dan kaum cerdik
cendikiawan baik dari dalam negeri maupun dari luar negeri.
Efektif atau tidaknya suatu model pembelajaran diterapkan, tidak ditentukan oleh kecanggihan suatu
model pembelajaran saja, karena pada prinsipnya tidak ada satu model pembelajaran pun yang
terbaik. Model pembelajaran yang terbaik adalah model pembelajaran yang relevan dengan tujuan
yang hendak dicapai. Dari sekian model pembelajaran, berikut penulis sampaikan salah satu contoh
model pembelajaran yakni model pembelajaran Artikulasi.


1. Pengertian Model Pembelajaran Artikulasi

Model pembelajaran Artikulasi merupakan model yang prosesnya seperti pesan berantai, artinya apa
yang telah diberikan Guru, seorang siswa wajib meneruskan menjelaskannya pada siswa lain
(pasangan kelompoknya). Di sinilah keunikan model pembelajaran ini. Siswa dituntut untuk bisa
berperan sebagai penerima pesan sekaligus berperan sebagai penyampai pesan.
Model pembelajaran artikulasi merupakan model pembelajaran yang menuntut siswa aktif dalam
pembelajaran dimana siswa dibentuk menjadi kelompok kecil yang masing-masing siswa dalam
kelompok tersebut mempunyai tugas mewawancarai teman kelompoknya tentang materi yang baru
dibahas. Konsep pemahaman sangat diperlukan dalam mode pembelajaran ini.
2. Langkah-langkah Model Pembelajaran Artikulasi
1. Guru menyampaikan kompetensi yang ingin dicapai.
2. Guru menyajikan materi sebagaimana biasa.
3. Untuk mengetahui daya serap siswa, bentuklah kelompok berpasangan dua orang.
4. Menugaskan salah satu siswa dari pasangan itu menceritakan materi yang baru diterima dari guru
dan pasangannya mendengar sambil membuat catatan-catatan kecil, kemudian berganti peran.
Begitu juga kelompok lainnya.
5. Menugaskan siswa secara bergiliran/diacak menyampaikan hasil wawancaranya dengan teman
pasangannya sampai sebagian siswa sudah menyampaikan hasil wawancaranya.
6. Guru mengulangi/menjelaskan kembali materi yang sekiranya belum dipahami siswa.
7. Kesimpulan/penutup.
3. Kelemahan dan kelebihan Pembelajaran Artikulasi
Kelemahan dan kelebihan dari pembelajaran artikulasi ini antara lain:
A. Kelemahannya:
a. Untuk mata pelajaran tertentu
b. Waktu yang dibutuhkan banyak
c. Materi yang didapat sedikit
d. Banyak kelompok yang melapor dan perlu dimonitor
e. Lebih sedikit ide yang muncul
f. Jika ada perselisihan tidak ada penengah

B. Kelebihannya:
a. Semua siswa terlibat (mendapat peran)
b. Melatih kesiapan siswa
c. Melatih daya serap pemahaman dari orang lain
d. Cocok untuk tugas sederhana
e. Interaksi lebih mudah
f. Lebih mudah dan cepat membentuknya
g. Meningkatkan partisipasi anak


MODEL PEMBELAJARAN MIND MAPPING

MODEL PEMBELAJARAN MIND MAPPING

1. Pengertian
Mind mapping merupakan cara untuk menempatkan informasi ke dalam otak dan mengambilnya
kembali ke luar otak. Bentuk mind mapping seperti peta sebuah jalan di kota yang mempunyai
banyak cabang. Seperti halnya peta jalan kita bisa membuat pandangan secara menyeluruh tentang
pokok masalah dalam suatu area yang sangat luas. Dengan sebuah peta kita bisa merencanakan
sebuah rute yang tercepat dan tepat dan mengetahui kemana kita akan pergi dan dimana kita
berada.
Mind mapping bisa disebut sebuah peta rute yang digunakan ingatan, membuat kita bisa menyusun
fakta dan fikiran sedemikian rupa sehingga cara kerja otak kita yang alami akan dilibatkan sejak awal
sehingga mengingat informasi akan lebih mudah dan bisa diandalkan daripada menggunakan teknik
mencatat biasa..
Mind mapping, disebut pemetaan pikiran atau peta pikiran, adalah salah satu cara mencatat materi
pelajaran yang memudahkan siswa belajar. Mind mapping bisa juga dikategorikan sebagai teknik
mencatat kreatif.
Dikategorikan ke dalam teknik kreatif karena pembuatan mind mapping ini membutuhkan
pemanfaatan imajinasi dari si pembuatnya. Siswa yang kreatif akan lebih mudah membuat mind
mapping ini. Begitu pula, dengan semakin seringnya siswa membuat mind mapping, dia akan
semakin kreatif.
Konsep Mind Mapping asal mulanya diperkenalkan oleh Tony Buzan tahun 1970-an. Teknik ini
dikenal juga dengan nama Radiant Thinking. Sebuah mind map memiliki sebuah ide atau kata
sentral, dan ada 5 sampai 10 ide lain yang keluar dari ide sentral tersebut. Mind Mapping sangat
efektif bila digunakan untuk memunculkan ide terpendam yang kita miliki dan membuat asosiasi di
antara ide tersebut. Mind Mapping juga berguna untuk mengorganisasikan informasi yang dimiliki.
Bentuk diagramnya yang seperti diagram pohon dan percabangannya memudahkan untuk
mereferensikan satu informasi kepada informasi yang lain.
Mind mapping merupakan tehnik penyusunan catatan demi membantu siswa menggunakan seluruh
potensi otak agar optimum. Caranya, menggabungkan kerja otak bagian kiri dan kanan. Dengan
metode mind mapping siswa dapat meningkatkan daya ingat hingga 78%.
Perbedaan Catatan Biasa dan Mind Maping
Catatan biasa :
a. Catatan Biasa
b. Hanya berupa tulisan-tulisan saja
c. Hanya dalam satu warna
d. Untuk mereview ulang diperlukan waktu yang lama
e. Waktu yang diperlukan untuk belajar lebih lama
f. Statis

Mind mapping :
a. Peta pikiran
b. Berupa tulisan, simbol, dan gambar
c. Berwarna warni
d. Untuk mereview ulang diperlukan waktu yang pendek
e. Waktu yang diperlukan untuk belajar lebih cepat dan efektif
f. Membuat individu menjadi kreatif
Dari uraian tersebut, peta pikiran (mind mapping) adalah satu teknik mencatat yang mengembangkan
gaya belajar visual. Peta pikiran memadukan dan mengembangkan potensi kerja otak yang terdapat
di dalam diri seseorang. Dengan adanya keterlibatan kedua belahan otak maka kan memudahkan
seserorang untuk mengatur dan mengingat segala bentuk informasi, baik secara tertulis maupun
secara verbal. Adanya kombinasi warna, simbol, bentuk dan sebagainya memudahkan otak dalam
menyerap informasi yang diterima.Peta pikiran yang dibuat oleh siswa dapat bervariasi setiap hari.
Hal ini disebabkan karena berbedanya emosi dan perasaan yang terdapat dalam diri siswa setiap
harinya. Suasana menyenangkan yang diperoleh siswa ketika berada di ruang kelas pada saat
proses belajar akan mempengaruhi penciptaan peta pikiran. Tugas guru dalam proses belajar adalah
menciptakan suasana yang dapat mendukung kondisi belajar siswa terutama dalam proses
pembuatan mind mapping.(Sugiarto,Iwan. 2004. Mengoptimalkan Daya Kerja Otak Dengan Berfikir.)
Cara membuat mind mapping, terlebih dahulu siapkan selembar kertas kosong yang diatur dalam
posisi landscape kemudian tempatan topik yang akan dibahas di tengah-tengah halaman kertas
dengan posisi horizontal. Usahakan menggunakan gambar, simbol atau kode pada mind mapping
yang dibuat. Dengan visualisasi kerja otak kiri yang bersifat rasional, numerik dan verbal bersinergi
dengan kerja otak kanan yang bersifat imajinatif, emosi, kreativitas dan seni. Dengan ensinergikan
potensi otak kiri dan kanan, siswa dapat dengan lebih mudah menangkap dan menguasai materi
pelajaran.
Selain itu, siswa dapat menggunakan kata-kata kunci sebagai asosiasi terhadap suatu ide pada
setiap cabang pemikiran berupa sebuah kata tunggal serta bukan kalimat. Setiap garis-garis cabang
saling berhubungan hingga ke pusat gambar dan diusahakan garis-garis yang dibentuk tidak lurus
agar tidak membosankan. Garis-garis cabang sebaiknya dibuat semakin tipis begitu bergerak
menjauh dari gambar utama untuk menandakan hirarki atau tingkat kepentingan dari masing-masing
garis.
Model pembelajaran Mind Mapping sangat baik digunakan untuk pengetahuan awal siswa atau untuk
menemukan alternatif jawaban. Dipergunakan dalam kerja kelompok secara berpasangan ( 2 orang ).
Langkah-langkah pembelajarannya :
1. Guru menyampaikan kompetensi yang ingin dicapai.
2. Guru menyajikan materi sebagaimana biasa.
3. Untuk mengetahui daya serap siswa, bentuklah kelompok berpasangan dua orang.
4. Menugaskan salah satu siswa dari pasangan itu menceritakan materi yang baru diterima dari guru
dan pasangannya mendengar sambil membuat catatan-catatan kecil, kemudian berganti peran.
Begitu juga kelompok lainnya.
5. Menugaskan siswa secara bergiliran/diacak menyampaikan hasil wawancaranya dengan teman
pasangannya. Sampai sebagian siswa sudah menyampaikan hasil wawancaranya.
6. Guru mengulangi/menjelaskan kembali materi yang kiranya belum dipahami siswa.
7. Kesimpulan/penutup.


2. Prinsip Dasar Mind Mapping
Mind Mapping menggunakan teknik penyaluran gagasan dengan menggunakan kata kunci bebas,
simbol, gambar, dan menggambarkan secara kesatuan dengan menggunakan teknik pohon.
3. Kelebihan dan Kekurangan mind mapping

Beberapa manfaat memiliki mind maping antara lain :
a. Merencana
b. Berkomunikasi
c. Menjadi Kreatif
d. Menghemat Waktu
e. Menyelesaikan Masalah
f. Memusatkan Perhatian
g. Menyusun dan Menjelaskan Fikiran-fikiran
h. Mengingat dengan lebih baik
i. Belajar Lebih Cepat dan Efisien
j. Melihat gambar keseluruhan
Ada beberapa kelebihan saat menggunakan teknik mind mapping ini, yaitu :
a. Cara ini cepat
b. Teknik dapat digunakan untuk mengorganisasikan ide-ide yang muncul dikepala anda
c. Proses mengganbar diagram bisa memunculkan ide-ide yang lain.
d. Diagram yang sudah terbentuk bisa menjadi panduan untuk menulis.
Kekurangan model pembelajaran mind mapping:
a. Hanya siswa yang aktif yang terlibat
b. Tidak sepenuhnya murid yang belajar
c. Jumlah detail informasi tidak dapat dimasukkan


KESIMPULAN

Jadi model pembelajaran mind mapping adalah suatu model pembelajaran untuk menempatkan
informasi ke dalam otak dan mengambilnya kembali ke luar otak. Bentuk mind mapping seperti peta
sebuah jalan di kota yang mempunyai banyak cabang. Model pembelajaran Mind Mapping sangat
baik digunakan untuk pengetahuan awal siswa atau untuk menemukan alternatif jawaban.
Dipergunakan dalam kerja kelompok secara berpasangan ( 2 orang ).
Mind Mapping menggunakan teknik penyaluran gagasan dengan menggunakan kata kunci bebas,
simbol, gambar, dan menggambarkan secara kesatuan dengan menggunakan teknik pohon.
Mind mapping, disebut pemetaan pikiran atau peta pikiran, adalah salah satu cara mencatat materi
pelajaran yang memudahkan siswa belajar. Mind mapping bisa juga dikategorikan sebagai teknik
mencatat kreatif.
Dikategorikan ke dalam teknik kreatif karena pembuatan mind mapping ini membutuhkan
pemanfaatan imajinasi dari si pembuatnya. Siswa yang kreatif akan lebih mudah membuat mind
mapping ini. Begitu pula, dengan semakin seringnya siswa membuat mind mapping, dia akan
semakin kreatif.
Kelebihan :
a. Cara ini cepat
b. Teknik dapat digunakan untuk mengorganisasikan ide-ide yang muncul dikepala anda
c. Proses mengganbar diagram bisa memunculkan ide-ide yang lain.
d. Diagram yang sudah terbentuk bisa menjadi panduan untuk menulis.
Kekurangan :
a. Hanya siswa yang aktif yang terlibat
b. Tidak sepenuhnya murid yang belajar
c. Jumlah detail informasi tidak dapat dimasukkan


METODE MAKE A MATCH
METODE MAKE A MATCH
1. PENGERTIAN
Pembelajaran terpusat pada guru sampai saat ini masih menemukan beberapa kelemahan.
Kelemahan tersebut dapat dilihat pada saat berlangsungnya proses pembelajaran di kelas, interaksi
aktif antara siswa dengan guru atau siswa dengan siswa jarang terjadi. Siswa kurang terampil
menjawab pertanyaan atau bertanya tentang konsep yang diajarkan. Siswa kurang bisa bekerja
dalam kelompok diskusi dan pemecahan masalah yang diberikan. Mereka cenderung belajar sendiri-
sendiri. Pengetahuan yang didapat bukan dibangun sendiri secara bertahap oleh siswa atas dasar
pemahaman sendiri. Karena siswa jarang menemukan jawaban atas permasalahan atau konsep
yang dipelajari.

Ternyata suatu penelitian telah membuktikan setelah dilakukan evaluasi terhadap hasil belajar siwa
tenyata dengan pendekatan seperti itu hasil belajar siswa dirasa belum maksimal. Hal ini tampak
pada pencapaian nilai akhir siswa .

Rendahnya pencapaian nilai akhir siswa ini, menjadi indikasi bahwa pembelajaran yang dilakukan
belum efektif. Nilai akhir dari evaluasi belajar belum mencakup penampilan dan partisipasi siswa
dalam pembelajaran, hingga sulit untuk mengukur keterampilan siswa .

Untuk memperbaiki hal tersebut perlu disusun suatu pendekatan dalam pembelajaran yang lebih
komprehensip dan dapat mengaitkan materi teori dengan kenyataan yang ada di lingkungan
sekitarnya .Atas dasar itulah mencoba dikembangkan pendekatan kooperatif dalam pembelajaran
dengan metode make a match.

Model pembelajaran kooperatif didasarkan atas falsafah homo homini socius, falsafah ini
menekankan bahwa manusia adalah mahluk sosial (Lie, 2003:27). Sedangkan menurut Ibrahim
(2000:2) model pembelajaran kooperatif merupakan model pembelajaran yang membantu siswa
mempelajari isi akademik dan hubungan sosial. Ciri khusus pembelajaran kooperatif mencakup lima
unsur yang harus diterapkan, yang meliputi; saling ketergantungan positif, tanggung jawab
perseorangan, tatap muka, komunikasi antar anggota dan evaluasi proses kelompok (Lie, 2003:30)

Model pembelajaran kooperatif bukanlah hal yang sama sekali baru bagi guru. Model pembelajaran
kooperatif merupakan suatu model pembelajaran yang mengutamakan adanya kelompok-kelompok.
Setiap siswa yang ada dalam kelompok mempunyai tingkat kemampuan yang berbeda-beda (tinggi,
sedang dan rendah) dan jika memungkinkan anggota kelompok berasal dari ras, budaya, suku yang
berbeda serta memperhatikan kesetaraan jender. Model pembelajaran kooperatif mengutamakan
kerja sama dalam menyelesaikan permasalahan untuk menerapkan pengetahuan dan keterampilan
dalam rangka mencapai tujuan pembelajaran.

Guna meningkatkan partisipasi dan keaktifan siswa dalam kelas, guru menerapkan metode
pembelajaran make a match. Metode make a match atau mencari pasangan merupakan salah satu
alternatif yang dapat diterapkan kepada siswa. Penerapan metode ini dimulai dari teknik yaitu siswa
disuruh mencari pasangan kartu yang merupakan jawaban/soal sebelum batas waktunya, siswa yang
dapat mencocokkan kartunya diberi poin.

2. PRINSIP ATAU CIRI-CIRI
Teknik metode pembelajaran make a match atau mencari pasangan dikembangkan oleh Lorna
Curran (1994). Salah satu keunggulan tehnik ini adalah siswa mencari pasangan sambil belajar
mengenai suatu konsep atau topik dalam suasana yang menyenangkan. Langkah-langkah
penerapan metode make a match sebagai berikut:
1. Guru menyiapkan beberapa kartu yang berisi beberapa konsep atau topik yang cocok untuk sesi
review, satu bagian kartu soal dan bagian lainnya kartu jawaban.
2. Setiap siswa mendapatkan sebuah kartu yang bertuliskan soal/jawaban.
3. Tiap siswa memikirkan jawaban/soal dari kartu yang dipegang.
4. Setiap siswa mencari pasangan kartu yang cocok dengan kartunya. Misalnya: pemegang kartu
yang bertuliskan bela negara akan berpasangan dengan kartu yang bertuliskan soal sikap dan
perilaku warga negara yang dijiwai oleh kecintaannya kepada negara dalam menjamin kelangsungan
hidup bangsa dan negara .
5. Setiap siswa yang dapat mencocokkan kartunya sebelum batas waktu diberi poin.
6. Jika siswa tidak dapat mencocokkan kartunya dengan kartu temannya (tidak dapat menemukan
kartu soal atau kartu jawaban) akan mendapatkan hukuman, yang telah disepakati bersama.
7. Setelah satu babak, kartu dikocok lagi agar tiap siswa mendapat kartu yang berbeda dari
sebelumnya, demikian seterusnya.
8. Siswa juga bisa bergabung dengan 2 atau 3 siswa lainnya yang memegang kartu yang cocok.
9. Guru bersama-sama dengan siswa membuat kesimpulan terhadap materi pelajaran.
Pada penerapan metode make a match, diperoleh beberapa temuan bahwa metode make a match
dapat memupuk kerja sama siswa dalam menjawab pertanyaan dengan mencocokkan kartu yang
yang ada di tangan mereka, proses pembelajaran lebih menarik dan nampak sebagian besar siswa
lebih antusias mengikuti proses pembelajaran, dan keaktifan siswa tampak sekali pada saat siswa
mencari pasangan kartunya masing-masing. Hal ini merupakan suatu ciri dari pembelajaran
kooperatif seperti yang dikemukan oleh Lie (2002:30) bahwa, Pembelajaran kooperatif ialah
pembelajaran yang menitikberatkan pada gotong royong dan kerja sama kelompok.

3. KELEBIHAN DAN KEKURANGAN
Pembelajaran kooperatif metode make a match memberikan manfaat bagi siswa, di antaranya
sebagai berikut:
1. Mampu menciptakan suasana belajar aktif dan menyenangkan
2. Materi pembelajaran yang disampaikan lebih menarik perhatian siswa
3. Mampu meningkatkan hasil belajar siswa mencapai taraf ketuntasan belajar secara klasikal
87,50% .
4. Suasana kegembiraan akan tumbuh dalam proses pembelajaran (Let them move)
5. Kerjasama antar sesama siswa terwujud dengan dinamis.
6. Munculnya dinamika gotong royong yang merata di seluruh siswa.


Tak ada gading yang tak retak , begitu pula pada metode ini. Di samping manfaat yang dirasakan
oleh siswa, pembelajaran kooperatif metode make a match berdasarkan temuan di lapangan
mempunyai sedikit kelemahan yaitu:
1. Diperlukan bimbingan dari guru untuk melakukan kegiatan
2. Waktu yang tersedia perlu dibatasi jangan sampai siswa terlalu banyak bermain-main dalam
proses pembelajaran.
3. Guru perlu persiapan bahan dan alat yang memadai.
4. Pada kelas yang gemuk (<30 siswa/kelas) jika kurang bijaksana maka yang muncul adalah
suasana seperti pasar dengan keramaian yang tidak terkendali. Tentu saja kondisi ini akan
mengganggu ketenangan belajar kelas di kiri kanannya. Apalagi jika gedung kelas tidak kedap suara.
Tetapi hal ini bisa diantisipasi dengan menyepakati beberapa komitmen ketertiban dengan siswa
sebelum pertunjukan dimulai. Pada dasarnya menendalikan kelas itu tergantung bagaimana kita
memotivasinya pada langkah pembukaan.
4. KESIMPULAN
Berdasarkan pada kegiatan belajar mengajar penggunaan metode make a match, siswa nampak
lebih aktif mencari pasangan kartu antara jawaban dan soal. Dengan metode pencarian kartu
pasangan ini siswa dapat mengidentifikasi permasalahan yang terdapat di dalam kartu yang
ditemukannya dan menceritakannya dengan sederhana dan jelas secara bersama-sama.

Pada penerapan metode make a match, diperoleh beberapa temuan bahwa metode make a match
dapat memupuk kerja sama siswa dalam menjawab pertanyaan dengan mencocokkan kartu yang
yang ada di tangan mereka, proses pembelajaran lebih menarik dan nampak sebagian besar siswa
lebih antusias mengikuti proses pembelajaran, dan keaktifan siswa tampak sekali pada saat siswa
mencari pasangan kartunya masing-masing.

Kegiatan yang dilakukan guru ini merupakan upaya guru untuk menarik perhatian sehingga pada
akhirnya dapat menciptakan keaktifan dan motivasi siswa dalam diskusi. Hal ini sejalan dengan
pendapat Hamalik (1994:116), Motivasi yang kuat erat hubungannya dengan peningkatan keaktifan
siswa yang dapat dilakukan dengan strategi pembelajaran tertentu, dan motivasi belajar dapat
ditujukan ke arah kegiatan-kegiatan kreatif. Apabila motivasi yang dimiliki oleh siswa diberi berbagai
tantangan, akan tumbuh kegiatan kreatif. Selanjutnya, penerapan metode make a match dapat
membangkitkan keingintahuan dan kerja sama di antara siswa serta mampu menciptakan kondisi
yang menyenangkan. Hal ini sesuai dengan tuntutan dalam kurikulum tingkat satuan pendidikan
(KTSP) bahwa pelaksanaan proses pembelajaran mengikuti standar kompetensi, yaitu: berpusat
pada siswa; mengembangkan keingintahunan dan imajinasi; memiliki semangat mandiri, bekerja
sama, dan kompetensi; menciptakan kondisi yang menyenangkan; mengembangkan beragam
kemampuan dan pengalaman belajar; karakteristik mata pelajaran.


Model Pembelajaran Tipe Think Pair Share (TPS)

Model Pembelajaran Tipe Think Pair Share (TPS)

Strategi think pair share (TPS) atau berpikir berpasangan berbagai adalah merupakan jenis
pembelajaran kooperatif yang dirancang untuk mempengaruhi pola interaksi siswa.
A. Pengertian
Strategi think pair share ini berkembang dari penelitian belajar kooperatif dan waktu tunggu.
Pertama kali dikembangkan oleh Frang Lyman dan Koleganya di universitas Maryland sesuai yang
dikutip Arends (1997),menyatakan bahwa think pair share merupakan suatu cara yang efektif untuk
membuat variasi suasana pola diskusi kelas. Dengan asumsi bahwa semua resitasi atau diskusi
membutuhkan pengaturan untuk mengendalikan kelas secara keseluruhan, dan prosedur yang
digunakan dalam think pair share dapat memberi siswa lebih banyak waktu berpikir, untuk merespon
dan saling membantu. Guru memperkirakan hanya melengkapi penyajian singkat atau siswa
membaca tugas, atau situasi yang menjadi tanda tanya . Sekarang guru menginginkan siswa
mempertimbangkan lebih banyak apa yang telah dijelaskan dan dialami .Guru memilih menggunakan
think-pair-share untuk membandingkan tanya jawab kelompok keseluruhan.

B. Langkah-langkah
Langkah 1 : Berpikir ( thinking )
Guru mengajukan suatu pertanyaan atau masalah yang dikaitkan dengan pelajaran, dan meminta
siswa menggunakan waktu beberapa menit untuk berpikir sendiri jawaban atau masalah.

Langkah 2 : Berpasangan ( pairing )
Selanjutnya guru meminta siswa untuk berpasangan dan mendiskusikan apa yang telah mereka
peroleh. Interaksi selama waktu yang disediakan dapat menyatukan jawaban jika suatu pertanyaan
yang diajukan menyatukan gagasan apabila suatu masalah khusus yang diidentifikasi. Secara normal
guru memberi waktu tidak lebih dari 4 atau 5 menit untuk berpasangan.

Langkah 3 : Berbagi ( sharing )
Pada langkah akhir, guru meminta pasangan-pasangan untuk berbagi dengan keseluruhan kelas
yang telah mereka bicarakan. Hal ini efektif untuk berkeliling ruangan dari pasangan ke pasangan
dan melanjutkan sampai sekitar sebagian pasangan mendapat kesempatan untuk melaporkan.
Arends, (1997) disadur Tjokrodihardjo, (2003).


Model Pembelajaran Think Pair and Share menggunakan metode diskusi berpasangan yang
dilanjutkan dengan diskusi pleno. Dengan model pembelajaran ini siswa dilatih bagaimana
mengutarakan pendapat dan siswa juga belajar menghargai pendapat orang lain dengan tetap
mengacu pada materi/tujuan pembelajaran

Langkah-langkah model pembelajaran Think Pair and Share adalah sebagai berikut :
1. Guru menyampaikan inti materi dan kompetensi yang ingin dicapai.
2. Siswa diminta untuk berfikir tentang materi/permasalahan yang disampaikan guru.
3. Siswa diminta berpasangan dengan teman sebelahnya (kelompok 2 orang) dan
mengutarakan hasil pemikiran masing-masing.
4. Guru memimpin pleno kecil diskusi, tiap kelompok mengemukakan hasil diskusinya.
5. Berawal dari kegiatan tersebut, Guru mengarahkan pembicaraan pada pokok permasalahan
dan menambah materi yang belum diungkapkan para siswa.

C. Kelebihan TPS (Think-Pair-Share)
1. Memberi siswa waktu lebih banyak untuk berfikir, menjawab, dan saling membantu satu sama lain.
2. Meningkatkan partisipasi akan cocok untuk tugas sederhana.
3. Lebih banyak kesempatan untuk konstribusi masing-masing anggota kelompok.
4. Interaksi lebih mudah.
5. Lebih mudah dan cepat membentuk kelompoknya.
6. Seorang siswa juga dapat belajar dari siswa lain serta saling menyampaikan idenya untuk
didiskusikan sebelum disampaikan di depan kelas.
7. Dapat memperbaiki rasa percaya diri dan semua siswa diberi kesempatan untuk berpartisipasi
dalam kelas.
8. Siswa dapat mengembangkan keterampilan berfikir dan menjawab dalam komunikasi antara satu
dengan yang lain, serta bekerja saling membantu dalam kelompok kecil.
9. Siswa secara langsung dapat memecahkan masalah, memahami suatu materi secara berkelompok
dan saling membantu antara satu dengan yang lainnya, membuat kesimpulan (diskusi) serta
mempresentasikan di depan kelas sebagai salah satu langkah evaluasi terhadap kegiatan
pembelajaran yang telah dilakukan.
10. Memungkinkan siswa untuk merumuskan dan mengajukan pertanyaan-pertanyaan mengenai materi
yang diajarkan karena secara tidak langsung memperoleh contoh pertanyaan yang diajukan oleh
guru, serta memperoleh kesempatan untuk memikirkan materi yang diajarkan.
11. Siswa akan terlatih menerapkan konsep karena bertukar pendapat dan pemikiran dengan temannya
untuk mendapatkan kesepakatan dalam memecahkan masalah.
12. Siswa lebih aktif dalam pembelajaran karena menyelesaikan tugasnya dalam kelompok, dimana tiap
kelompok hanya terdiri dari 2 orang.
13. Siswa memperoleh kesempatan untuk mempersentasikan hasil diskusinya dengan seluruh siswa
sehingga ide yang ada menyebar.
14. Memungkinkan guru untuk lebih banyak memantau siswa dalam proses pembelajaran.
15. Meningkatkan pencurahan waktu pada tugas. Penggunaan metode pembelajaran TPS menuntut
siswa menggunakan waktunya untuk mengerjakan tugas-tugas atau permasalahan yang diberikan
oleh guru di awal pertemuan sehingga diharapkan siswa mampu memahami materi dengan baik
sebelum guru menyampaikannya pada pertemuan selanjutnya.
16. Memperbaiki kehadiran. Tugas yang diberikan oleh guru pada setiap pertemuan selain untuk
melibatkan siswa secara aktif dalam proses pembelajaran juga dimaksudkan agar siswa dapat selalu
berusaha hadir pada setiap pertemuan. Sebab bagi siswa yang sekali tidak hadir maka siswa
tersebut tidak mengerjakan tugas dan hal ini akan mempengaruhi hasil belajar mereka.
17. Angka putus sekolah berkurang. Model pembelajaran TPS diharapkan dapat memotivasi siswa
dalam pembelajaran sehingga hasil belajar siswa dapat lebih baik daripada pembelajaran dengan
model konvensional.
18. Sikap apatis berkurang. Sebelum pembelajaran dimulai, kencenderungan siswa merasa malas
karena proses belajar di kelas hanya mendengarkan apa yang disampaikan guru dan menjawab
semua yang ditanyakan oleh guru. Dengan melibatkan siswa secara aktif dalam proses belajar
mengajar, metode pembelajaran TPS akan lebih menarik dan tidak monoton dibandingkan metode
konvensional.
19. Penerimaan terhadap individu lebih besar. Dalam model pembelajaran konvensional, siswa yang aktif
di dalam kelas hanyalah siswa tertentu yang benar-benar rajin dan cepat dalam menerima materi
yang disampaikan oleh guru sedangkan siswa lain hanyalah pendengar materi yang disampaikan
oleh guru. Dengan pembelajaran TPS hal ini dapat diminimalisir sebab semua siswa akan terlibat
dengan permasalahan yang diberikan oleh guru.
20. Hasil belajar lebih mendalam. Parameter dalam PBM adalah hasil belajar yang diraih oleh siswa.
Dengan pembelajaran TPS perkembangan hasil belajar siswa dapat diidentifikasi secara bertahap.
Sehingga pada akhir pembelajaran hasil yang diperoleh siswa dapat lebih optimal.
21. Meningkatkan kebaikan budi, kepekaan dan toleransi. Sistem kerjasama yang diterapkan dalam
model pembelajaran TPS menuntut siswa untuk dapat bekerja sama dalam tim, sehingga siswa
dituntut untuk dapat belajar berempati, menerima pendapat orang lain atau mengakui secara sportif
jika pendapatnya tidak diterima.

D. Kelemahan TPS (Think-Pair-Share)
1. Membutuhkan koordinasi secara bersamaan dari berbagai aktivitas.
2. Membutuhkan perhatian khusus dalam penggunaan ruangan kelas.
3. Peralihan dari seluruh kelas ke kelompok kecil dapat menyita waktu pengajaran yang berharga.
Untuk itu guru harus dapat membuat perencanaan yang seksama sehingga dapat meminimalkan
jumlah waktu yang terbuang.
4. Banyak kelompok yang melapor dan perlu dimonitor.
5. Lebih sedikit ide yang muncul.
6. Jika ada perselisihan,tidak ada penengah.
7. Menggantungkan pada pasangan.
8. Jumlah siswa yang ganjil berdampak pada saat pembentukan kelompok, karena ada satu siswa
tidak mempunyai pasangan.
9. Ketidaksesuaian antara waktu yang direncanakan dengan pelaksanaannya.
10. Metode pembelajaran Think-Pair-Share belum banyak diterapkan di sekolah.
11. Sangat memerlukan kemampuan dan ketrampilan guru, waktu pembelajaran berlangsung guru
melakukan intervensi secara maksimal.
12. Menyusun bahan ajar setiap pertemuan dengan tingkat kesulitan yang sesuai dengan taraf berfikir
anak
13. Mengubah kebiasaan siswa belajar dari yang dengan cara mendengarkan ceramah diganti dengan
belajar berfikir memecahkan masalah secara kelompok, hal ini merupakan kesulitan sendiri bagi
siswa.
14. Sangat sulit diterapkan di sekolah yang rata-rata kemampuan siswanya rendah dan waktu yang
terbatas.
15. Jumlah kelompok yang terbentuk banyak.
16. Sejumlah siswa bingung, sebagian kehilangan rasa percaya diri, saling mengganggu antar siswa
karena siswa baru tahu metode TPS.


MODEL PEMBELAJARAN DEBAT

Model pembelajaran DEBAT

A. PENGERTIAN DEBAT
Debat adalah kegiatan adu argumentasi antara dua pihak atau lebih, baik secara perorangan maupun
kelompok, dalam mendiskusikan dan memutuskan masalah dan perbedaan. Secara formal, debat
banyak dilakukan dalam institusi legislatif seperti parlemen, terutama di negara-negara yang
menggunakan sistem oposisi. Dalam hal ini, debat dilakukan menuruti aturan-aturan yang jelas dan
hasil dari debat dapat dihasilkan melalui voting atau keputusan juri.

Contoh lain debat yang diselenggarakan secara formal adalah debat antar kandidat legislatif dan
debat antar calon presiden/wakil presiden yang umum dilakukan menjelang pemilihan umum.
Debat kompetitif adalah debat dalam bentuk permainan yang biasa dilakukan di tingkat sekolah dan
universitas. Dalam hal ini, debat dilakukan sebagai pertandingan dengan aturan ("format") yang jelas
dan ketat antara dua pihak yang masing-masing mendukung dan menentang sebuah pernyataan.
Debat disaksikan oleh satu atau beberapa orang juri yang ditunjuk untuk menentukan pemenang dari
sebuah debat. Pemenang dari debat kompetitif adalah tim yang berhasil menunjukkan pengetahuan
dan kemampuan debat yang lebih baik.
B. DEBAT KOMPETITIF DALAM PENDIDIKAN
Tidak seperti debat sebenarnya di parlemen, debat kompetitif tidak bertujuan untuk menghasilkan
keputusan namun lebih diarahkan untuk mengembangkan kemampuan-kemampuan tertentu di
kalangan pesertanya, seperti kemampuan untuk mengutarakan pendapat secara logis, jelas dan
terstruktur, mendengarkan pendapat yang berbeda, dan kemampuan berbahasa asing (bila debat
dilakukan dalam bahasa asing).
Namun demikian, beberapa format yang digunakan dalam debat kompetitif didasarkan atas debat
formal yang dilakukan di parlemen. Dari sinilah muncul istilah "debat parlementer" sebagai salah satu
gaya debat kompetitif yang populer. Ada berbagai format debat parlementer yang masing-masing
memiliki aturan dan organisasinya sendiri.
Kejuaraan debat kompetitif parlementer tingkat dunia yang paling diakui adalah World Universities
Debating Championship (WUDC) dengan gaya British Parliamentary di tingkat universitas dan World
Schools Debating Championship (WSDC) untuk tingkat sekolah menengah atas.
Kompetisi debat bertaraf internasional umumnya menggunakan bahasa Inggris sebagai pengantar.
Tidak ada bantuan penerjemah bagi peserta manapun. Namun demikian, beberapa kompetisi
memberikan penghargaan khusus kepada tim yang berasal dari negara-negara yang hanya
menggunakan bahasa Inggris sebagai bahasa kedua (English as Second Language - ESL).
Negara-negara yang terkenal dengan tim debatnya antara lain Inggris, Australia, Irlandia, dan
Amerika Serikat. Di Asia, negara yang dianggap relatif kuat antara lain Filipina dan Singapura.
1. Debat kompetitif di Indonesia
Di Indonesia, debat kompetitif sudah mulai berkembang, walaupun masih didominasi oleh kompetisi
debat berbahasa Inggris. Kejuaraan debat parlementar pertama di tingkat universitas adalah Java
Overland Varsities English Debate (JOVED) yang diselenggarakan tahun 1997 di Universitas Katolik
Parahyangan, Bandung, dan diikuti oleh tim-tim dari berbagai wilayah di P. Jawa. Kejuaraan debat
se-Indonesia yang pertama adalah Indonesian Varsity English Debate (IVED) 1998 di Universitas
Indonesia. Hingga kini (2006), kedua kompetisi tersebut diselenggarakan setiap tahun secara bergilir
di universitas yang berbeda.
Sejak 2001, Indonesia telah mengirimkan delegasi ke WSDC. Delegasi tersebut dipilih setiap
tahunnya melalui Indonesian Schools Debating Championship (ISDC) yang diselenggarakan oleh
Departemen Pendidikan Nasional bekerjasama dengan Association for Critical Thinking (ACT).


2. Berbagai gaya debat parlementer
Dalam debat kompetitif, sebuah format mengatur hal-hal antara lain:
1. jumlah tim dalam satu debat
2. jumlah pembicara dalam satu tim
3. giliran berbicara
4. lama waktu yang disediakan untuk masing-masing pembicara
5. tatacara interupsi
6. mosi dan batasan-batasan pendefinisian mosi
7. tugas yang diharapkan dari masing-masing pembicara
8. hal-hal yang tidak boleh dilakukan oleh pembicara
9. jumlah juri dalam satu debat
10. kisaran penilaian
Selain itu, berbagai kompetisi juga memiliki aturan yang berbeda mengenai:
Penentuan topik debat (mosi) - apakah diberikan jauh hari sebelumnya atau hanya beberapa saat
sebelum debat dimulai (impromptu)
Lama waktu persiapan - untuk debat impromptu, waktu persiapan berkisar antara 15 menit (WUDC)
hingga 1 jam (WSDC)
Perhitungan hasil pertandingan - beberapa debat hanya menggunakan victory point (VP) untuk
menentukan peringkat, namun ada juga yang menghitung selisih (margin) nilai yang diraih kedua tim
atau jumlah vote juri (mis. untuk panel beranggotakan 3 juri, sebuah tim bisa menang 3-0 atau 2-1)
Sistem kompetisi - sistem gugur biasanya hanya digunakan dalam babak elimiasi (perdelapan final,
perempat final, semifinal dan final); dalam babak penyisihan, sistem yang biasa digunakan adalah
power matching
Format debat parlementer sering menggunakan peristilahan yang biasa dipakai di debat parlemen
sebenarnya:

Topik debat disebut mosi (motion)
Tim Afirmatif (yang setuju terhadap mosi) sering disebut juga Pemerintah (Government), tim Negatif
(yang menentang mosi) disebut Oposisi (Opposition)
Pembicara pertama dipanggil sebagai Perdana Menteri (Prime Minister), dan sebagainya
Pemimpin/wasit debat (chairperson) dipanggil Speaker of The House
Penonton/juri dipanggil Members of the House (Sidang Dewan yang Terhormat)
Interupsi disebut Points of Information (POI)

a. Australian Parliamentary/Australasian Parliamentary ("Australs")
Gaya debat ini digunakan di Australia, namun pengaruhnya menyebar hingga ke kompetisi-kompetisi
yang diselenggarakan di Asia, sehingga akhirnya disebut sebagai format Australasian Parliamentary.
Dalam format ini, dua tim beranggotakan masing-masing tiga orang berhadapan dalam satu debat,
satu tim mewakili Pemerintah (Government) dan satu tim mewakili Oposisi (Opposition), dengan
urutan sebagai berikut:
Pembicara pertama pihak Pemerintah - 7 menit
Pembicara pertama pihak Oposisi - 7 menit
Pembicara kedua pihak Pemerintah - 7 menit
Pembicara kedua pihak Oposisi - 7 menit
Pembicara ketiga pihak Pemerintah - 7 menit
Pembicara ketiga pihak Oposisi - 7 menit
Pidato penutup pihak Oposisi - 5 menit
Pidato penutup pihak Pemerintah - 5 menit

Pidato penutup (Reply speech) menjadi ciri dari format ini. Pidato penutup dibawakan oleh pembicara
pertama atau kedua dari masing-masing tim (tidak boleh pembicara ketiga). Pidato penutup dimulai
oleh Oposisi terlebih dahulu, baru Pemerintah.
Mosi dalam format ini diberikan dalam bentuk pernyataan yang harus didukung oleh pihak
Pemerintah dan ditentang oleh Pihak Oposisi, contoh:
(This House believes that) Globalization marginalizes the poor.
(Sidang Dewan percaya bahwa) Globalisasi meminggirkan masyarakat miskin.
Mosi tersebut dapat didefinisikan oleh pihak Pemerintah dalam batasan-batasan tertentu dengan
tujuan untuk memperjelas debat yang akan dilakukan. Ada aturan-aturan yang cukup jelas dalam hal
apa yang boleh dilakukan sebagai bagian dari definisi dan apa yang tidak boleh dilakukan.

Tidak ada interupsi dalam format ini.
Juri (adjudicator) dalam format Australs terdiri atas satu orang atau satu panel berjumlah ganjil.
Dalam panel, setiap juri memberikan voting-nya tanpa melalui musyawarah. Dengan demikian,
keputusan panel dapat bersifat unanimous ataupun split decision.
Di Indonesia, format ini termasuk yang pertama kali dikenal sehingga cukup populer terutama di
kalangan universitas. Kompetisi debat di Indonesia yang menggunakan format ini adalah Java
Overland Varsities English Debate (JOVED) dan Indonesian Varsity English Debate (IVED).



b. Asian Parliamentary ("Asians")
Format ini merupakan pengembangan dari format Australs dan digunakan dalam kejuaraan tingkat
Asia. Perbedaannya dengan format Australs adalah adanya interupsi (Points of Information) yang
boleh diajukan antara menit ke-1 dan ke-6 (hanya untuk pidato utama, tidak pada pidato penutup).
Format ini juga mirip dengan World Schools Style yang digunakan di WSDC.
Di Indonesia, format ini digunakan dalam ALSA English Competition (e-Comp) yang diselenggarakan
(hampir) setiap tahun oleh ALSA LC [[Universitas Indonesia].

c. British Parliamentary ("BP")
Gaya debat parlementer ini banyak dipakai di Inggris namun juga populer di banyak negara, sebab
format inilah yang digunakan di kejuaraan dunia WUDC. Dalam format ini, empat tim beranggotakan
masing-masing dua orang bertarung dalam satu debat, dua tim mewakili Pemerintah (Government)
dan dua lainnya Oposisi (Opposition), dengan susunan sebagai berikut:
Opening Government: Opening Opposition:
Prime Minister Leader of the Opposition
Deputy Prime Minister Deputy Leader of the Opposition
Closing Government: Closing Opposition
Member of the Government Member of the Opposition
Government Whip Opposition Whip


Urutan berbicara adalah sebagai berikut:
Prime Minister - 7 menit
Leader of the Opposition - 7 menit
Deputy Prome Minister - 7 menit
Deputy Leader of the Opposition - 7 menit
Member of the Government - 7 menit
Member of the Opposition - 7 menit
Government Whip - 7 menit
Opposition Whip - 7 menit

Setiap pembicara diberi waktu 7 menit untuk menyampaikan pidatonya. Di antara menit ke-1 dan ke-
6, pembicara dari pihak lawan dapat mengajukan interupsi (Points of Information). Bila diterima,
pembicara yang mengajukan permintaan interupsi tadi diberikan waktu maksimal 15 detik untuk
menyampaikan sebuah pertanyaan yang kemudian harus dijawab oleh pembicara tadi sebelum
melanjutkan pidatonya.
Juri dalam debat BP bisa satu orang atau satu panel berjumlah ganjil. Di akhir debat, juri menentukan
urutan kemenangan dari peringkat 1 sampai 4 untuk debat tersebut. Dalam panel, keputusan
sebisanya diambil berdasarkan mufakat. Bila mufakat tidak tercapai, Ketua Panel akan membuat
keputusan terakhir.
Di Indonesia, format ini digunakan dalam kompetisi Founder's Trophy yang diselenggarakan
olehKomunitas Debat Bahasa Inggris Universitas Indonesia setiap tahun.



d. Format World Schools
Format yang digunakan dalam turnamen World Schools Debating Championship (WSDC) dapat
dianggap sebagai kombinasi BP dan Australs. Setiap debat terdiri atas dua tim, Proposisi dan
Oposisi, beranggotakan masing-masing tiga orang. Urutan pidato adalah sebagai berikut:
Pembicara pertama Proposisi - 8 menit
Pembicara pertama Oposisi - 8 menit
Pembicara kedua Proposisi - 8 menit
Pembicara kedua Oposisi - 8 menit
Pembicara ketiga Proposisi - 8 menit
Pembicara ketiga Oposisi - 8 menit
Pidato penutup Oposisi - 4 menit
Pidato penutup Proposisi - 4 menit

Pidato penutup (reply speech) dibawakan oleh pembicara pertama atau kedua masing-masing tim
(tidak boleh pembicara ketiga) dan didahului oleh pihak Oposisi dan ditutup oleh pihak Proposisi.
Aturan untuk interupsi (Points of Information - POI) mirip dengan format BP. POI hanya dapat
diberikan antara menit ke-1 dan ke-7 pidato utama dan tidak ada POI dalam pidato penutup.
Di Indonesia, format ini digunakan dalam kejuaraan Indonesian Schools Debating Championship
(ISDC). Beberapa SMU di Indonesia yang pernah mengadakan kompetisi debat juga menggunakan
format ini.



e. American Parliamentary
Debat parlementer di Amerika Serikat diikuti oleh dua tim untuk setiap debatnya dengan susunan
sebagai berikut:
Government
Prime Minister (PM)
Member of the Government (MG)
Opposition
Leader of the Opposition (LO)
Member of the Opposition (MO)

Debat parlementer diadakan oleh beberapa organisasi berbeda di Amerika Serikat di tingkat
pendidikan menengah dan tinggi. National Parliamentary Debate Association (NPDA), American
Parliamentary Debate Association (APDA), dan National Parliamentary Tournament of Excellence
(NPTE) menyelenggarakan debat parlementer tingkat universitas dengan susunan pidato sebagai
berikut:
Prime Minister - 7 menit
Leader of the Opposition - 8 menit
Member of the Government - 8 min
Member of the Opposition - 8 min
Leader of the Opposition Rebuttal - 4 min
Prime Minister Rebuttal - 5 min

California High School Speech Association (CHSSA) dan National Parliamentary Debate League
(NPDL) menyelenggarakan debat parlementer tingkat sekolah menengah dengan susunan pidato
sebagai berikut:

Prime Minister - 7 menit
Leader of the Opposition - 7 menit
Member of the Government - 7 menit
Member of the Opposition - 7 menit
Leader of the Opposition Rebuttal - 5 menit
Prime Minister Rebuttal - 5 menit

Dalam semua format tersebut kecuali CHSSA, interupsi berupa pertanyaan dapat ditanyakan kepada
pembicara keempat pidato pertama, kecuali pada menit pertama dan terakhir pidato. Dalam format
CHSSA, keenam pidato semuanya dapat diinterupsi.
Di Indonesia, format debat ini belum populer dan belum ada kompetisi reguler yang
menggunakannya.

3. Debat kompetitif selain debat parlementer
Debat Proposal
Dalam gaya Debat Proposal (Policy Debate), dua tim menjadi penganjur dan penentang sebuah
rencana yang berhubungan dengan topik debat yang diberikan. Topik yang diberikan umumnya
mengenai perubahan kebijakan yang diinginkan dari pemerintah. Kedua tim biasanya memainkan
peran Afirmatif (mendukung proposal) dan Negatif (menentang proposal). Pada prakteknya,
kebanyakan acara debat tipe ini hanya memiliki satu topik yang sama yang berlaku selama setahun
penuh atau selama jangka waktu lainnya yang sudah ditetapkan.
Bila dibandingkan dengan debat parlementer, debat proposal lebih mengandalkan pada hasil riset
atas fakta-fakta pendukung (evidence). Debat ini juga memiliki persepsi yang lebih luas mengenai
argumen. Misalnya, sebuah proposal alternatif (counterplan) yang membuat proposal utama menjadi
tidak diperlukan dapat menjadi sebuah argumen dalam debat ini. Walaupun retorika juga penting dan
ikut memengaruhi nilai setiap pembicara, pemenang tiap babak umumnya didasari atas siapa yang
telah "memenangkan" argumen sesuai dengan fakta pendukung dan logika yang diberikan. Sebagai
konsekuensinya, juri kadang-kadang membutuhkan waktu yang lama untuk mengambil keputusan
karena semua fakta pendukung harus diperiksa terlebih dahulu.
Di Amerika Serikat, Debat Proposal adalah tipe debat yang lebih populer dibandingkan debat
parlementer. Kegiatan ini juga telah dicoba dikembangkan di Eropa dan Jepang dan gaya debat ini
ikut memengaruhi bentuk-bentuk debat lain. Di AS, Debat Proposal tingkat SMU diselenggarakan
oleh NFL dan NCFL. Di tingkat universitas, debat ini diselenggarakan oleh National Debate
Tournament (NDT), Cross Examination Debate Association (CEDA), National Educational Debate
Association, dan Great Plains Forensic Conference.
Debat Proposal terdiri atas dua tim beranggotakan masing-masing dua orang dalam tiap debatnya.
Setiap pembicara membawakan dua pidato, satu pidato konstruktif (8 atau 9 menit) yang berisi
argumen-argumen baru dan satu pidato sanggahan (4, 5, atau 6 menit) yang tidak boleh berisi
argumen baru namun dapat berisi fakta pendukung baru untuk membantu sanggahan. Biasanya,
sehabis setiap pidato konstruktif, pihak lawan diberikan kesempatan untuk melakukan pemeriksaan
silang (cross-examination) atas pidato tersebut. Setiap isu yang tidak ditanggapi oleh pihak lawan
dianggap sudah diterima dalam debat. Dewan juri secara seksama mencatat semua pernyataan yang
dibuat dalam suatu babak (sering disebut flow).
Di Indonesia, format debat ini belum populer dan belum ada kompetisi reguler yang
menggunakannya.
Lincoln-Douglas Debate
Nama gaya debat ini diambil dari debat-debat terkenal yang pernah dilakukan di Senat Amerika
Serikat antara kedua kandidat Lincoln dan Douglas. Setiap debat gaya ini diikuti oleh dua pedebat
yang bertarung satu sama lain.
Argumen dalam debat ini terpusat pada filosofi dan nilai-nilai abstrak, sehingga sering disebut
sebagai debat nilai (value debate). Debat LD kurang menekankan pada fakta pendukung (evidence)
dan lebih mengutamakan logika dan penjelasan.
Di Indonesia, format debat ini belum populer dan belum ada kompetisi reguler yang
menggunakannya.

C. KEGIATAN LAIN YANG SERUPA
Model United Nations
Model United Nations adalah kegiatan yang banyak dilakukan di tingkat sekolah dan universitas di
dunia. Dalam kegiatan ini, peserta memainkan peran sebagai delegasi Perserikatan Bangsa-bangsa
(PBB) yang mewakili negara tertentu (dalam kompetisi internasional, negara yang diwakili umumnya
bukan negara asal sebenarnya dari tim tersebut).
Di Indonesia, kegiatan ini relatif belum berkembang. Namun, Jakarta International School (JIS),
sebuah sekolah internasional di ibukota, memiliki kegiatan ekstrakurikuler ini.
Moot court
Kompetisi Moot court biasa dilakukan oleh mahasiswa hukum di tingkat universitas.

D. MODEL PEMBELAJARAB DEBATE
Debat adalah model pembalajaran dengan sisntaks: siswa menjadi 2 kelompok kemudian duduk
berhadapan, siswa membaca materi bahan ajar untuk dicermati oleh masing-masing kelompok,
sajian presentasi hasil bacaan oleh perwakilan salah satu kelompok kemudian ditanggapi oleh
kelompok lainnya begitu seterusnya secara bergantian, guru membimbing membuat kesimpulan dan
menambahkannya bila perlu.
E. MODEL PEMBELAJARAN DEBAT AKTIF
Membuat pembelajaran yang menarik dan sekaligus mengaktifkan siswa banyak sekali caranya.
Salah satu cara yang bisa digunakan adalah dengan model debat aktif.

Model debat aktif
Model pembelajaran debat aktif merupakan modifikasi dari model-model diskusi terbuka yang terjadi
di kalangan kampus. Bagaimana membawa suasana debat tersebut di pada jenjang pendidikan yang
lebih rendah. Dimana pelaku debat adalah siswa SD yang belum banyak menguasai konsep atau
argumentasi yang kuat untuk mempertahankan pendapatnya?
Model pembelajaran debat aktif tersebut dapat dilakukan dengan langkah-langkah sebagai berikut:
Buatlah sebuah pernyataan yang kontroversi terhadap materi yang telah kita berikan sebelumnya.
Misalnya ayam sebenarnya juga termasuk binatang carnivora (pemakan daging).
Bentuk siswa dalam 2 kelompok besar di dalam kelas.
Satu kelompok adalah sebagai kelompok PRO atau pendukung pernyataan tersebut, sementara
satu kelompok yang lain adalah sebagai kelompok KONTRA atau kelompok yang menolak
pernyataan tersebut.
Silahkan tanyakan kepada kelompok PRO, mengapa mereka mendukung pernyataan tersebut.
Alasan-alasan apa yang menguatkan pernyataan tersebut?
Sementara untuk kelompok KONTRA harus mempertahankan pendapatnya tersebut juga disertai
dengan argumentasi-argumentasi yang masuk akal.
Atur lalu-lintas debat agar tidak terjadi Debat kusir.

F. LANGKAH LANGKAH MODEL PEMBELAJARAN DEBAT
1. Guru membagi dua kelompok peserta debat yang satu pro dan yang lainnya kontra
2. Guru memberikan tugas untuk membaca materi yang akan didebatkan oleh kedua kelompok diatas
3. Setelah selesai membaca materi guru mrnunjuk salah satu anggota kelompok pro untuk berbicara,
saat itu ditanggapi atau dibantah oleh kelompok kontra. Demikian seterusnya sampai sebagian besar
siswa bisa mengemukakan pendapatnya
4. Sementara siswa menympaikan gagasannya, guru menulis inti/ide-ide darisetiap pembicaraan
dipapan tulis. Sampai sejumlah ide yang diharapkan guru terpenuhi
5. Guru menambahkan konsep atau ide yang belum terungkap
6. Dari data-data yang ada di papan tersebut, guru mengajak siswa membuat kesimpulan atau
rangkuman yang mengacu pada topik yang ingin dicapai.
G. KELEBIHAN MODEL PEMBELAJARAN DEBAT
1. Memantapkan pemahaman konsep siswa terhadap materi pelajaran yang telah diberikan.
2. Melatih siswa untuk bersikap kritis terhadap semua teori yang telah diberikan.
3. Melatih siswa untuk berani mengemukakan pendapat.

H. KEKURANGAN MODEL PEMBELAJARAN DEBAT
1. Ketika menyampaikan pendapat saling berebut
2. Saling adu argument yang tak kunjung selesai bila guru tidak menengahi
3. Siswa yang pandai berargumen akan slalu aktif tapi yang kurang pandai berargumen hanya diam
dan pasif.


Model Pembelajaran Role Playing

Model Pembelajaran Role Playing

A. Metode Role Playing
adalah suatu cara penguasaan bahan-bahan pelajaran melalui pengembangan imajinasi dan
penghayatan siswa. Pengembangan imajinasi dan penghayatan dilakukan siswa dengan
memerankannya sebagai tokoh hidup atau benda mati. Permainan ini pada umumnya dilakukan lebih
dari satu orang, hal itu bergantung kepada apa yang diperankan.
B. Tujuan pembelajaran Role Playing
Menurut Zuhaerini (1983: 56), model ini digunakan apabila pelajaran dimaksudkan untuk: (a)
menerangkan suatu peristiwa yang di dalamnya menyangkut orang banyak, dan berdasarkan
pertimbangan didaktik lebih baik didramatisasikan daripada diceritakan, karena akan lebih jelas dan
dapat dihayati oleh anak; (b) melatih anak-anak agar mereka mampu menyelesaikan masalah-
masalah sosial-psikologis; dan (c) melatih anak-anak agar mereka dapat bergaul dan memberi
kemungkinan bagi pemahaman terhadap orang lain beserta masalahnya.

C. langkah-langkah model pembelajaran role playing
Langkah-langkah model pembelajaran ini adalah: guru menyiapkan scenario pembelajaran, menunjuk
beberapa siswa untuk mempelajari skenario tersebut, pembentukan kelompok siswa, penyampaian
kompetensi, menunjuk siswa untuk melakonkan skenario yang telah dipelajarinya, kelompok siswa
membahas peran yang dilakukan oleh pelakon, presentasi hasil kelompok, bimbingan penyimpulan
dan refleksi.

D. Pengertian dan ciri-ciri pembelajaran Role Playing

Bermain peran pada prinsipnya merupakan pembelajaran untuk menghadirkan peran-peran yang
ada dalam dunia nyata ke dalam suatu pertunjukan peran di dalam kelas/pertemuan, yang kemudian
dijadikan sebagai bahan refleksi agar peserta memberikan penilaian terhadap . Misalnya: menilai
keunggulan maupun kelemahan masing-masing peran tersebut, dan kemudian memberikan saran/
alternatif pendapat bagi pengembangan peran-peran tersebut. Pembelajaran ini lebih menekankan
terhadap masalah yang diangkat dalam pertunjukan, dan bukan pada kemampuan pemain dalam
melakukan permainan peran
.
Role playing adalah sejenis permainan gerak yang didalamnya ada tujuan, aturan dan sekaligus
melibatkan unsur senang (Jill Hadfield, 1986). Dalam role playing murid dikondisikan pada situasi
tertentu di luar kelas, meskipun saat itu pembelajaran terjadi di dalam kelas, dengan menggunakan
bahasa Inggris. Selain itu, role Playing sering kali dimaksudkan sebagai suatu bentuk aktivitas
dimana pembelajar membayangkan dirinya seolah-olah berada di luar kelas dan memainkan peran
orang lain (Basri Syamsu, 2000).

Dalam role playing murid diperlakukan sebagai subyek pembelajaran, secara aktif melakukan praktik-
praktik berbahasa (bertanya dan menjawab dalam bahasa Inggris) bersama teman-temannya pada
situasi tertentu. Belajar efektif dimulai dari lingkungan yang berpusat pada diri murid (Departemen
Pendidikan Nasional Direktorat Jenderal Pendidikan Dasar dan Menengah, 2002). Lebih lanjut prinsip
pembelajaran PKn standar kompetensi memahami kebebasan berorganisasi, dan menghargai
keputusan bersama, murid akan lebih berhasil jika mereka diberi kesempatan memainkan peran
dalam bermusyawarah, melakukan pemungutan suara terbanyak dan bersikap mau menerima
kekalahan sehingga dengan melakukan berbagai kegiatan tersebut dan secara aktif berpartisipasi,
mereka akan lebih mudah menguasai apa yang mereka pelajari (Boediono, 2001). Jadi, dalam
pembelajaran murid harus aktif, karena tanpa adanya aktivitas, maka proses pembelajaran tidak
mungkin terjadi
.
Sementara itu, sesuai dengan pengalaman penelitian sejenis yang telah dilakukan, manfaat yang
dapat diambil dari role playing adalah: Pertama, role playing dapat memberikan semacam hidden
practise, dimana murid tanpa sadar menggunakan ungkapan-ungkapan terhadap materi yang telah
dan sedang mereka pelajari. Kedua, role playing melibatkan jumlah murid yang cukup banyak, cocok
untuk kelas besar. Ketiga, role playing dapat memberikan kepada murid kesenangan karena role
playing pada dasarnya adalah permainan. Dengan bermain murid akan merasa senang karena
bermain adalah dunia siswa. Masuklah ke dunia siswa, sambil kita antarkan dunia kita (Bobby
DePorter, 2000: 12)
E. kelebihan dan kekurangan role playing


Kelebihan Metode Role Playing

Kelebihan metode Role Playing melibatkan seluruh siswa berpartisipasi, mempunyai kesempatan
untuk memajukan kemampuannya dalam bekerja sama. Siswa juga dapat belajar menggunakan
bahasa dengan baik dan benar. Selain itu, kelebihan metode ini adalah, sebagai berikut:

1) Siswa bebas mengambil keputusan dan berekspresi secara utuh.
2) Permainan merupakan penemuan yang mudah dan dapat digunakan dalam situasi dan waktu yang
berbeda.
3) Guru dapat mengevaluasi pengalaman siswa melalui pengamatan pada waktu melakukan
permainan.
4) Dapat berkesan dengan kuat dan tahan lama dalam ingatan siswa. Disamping merupakan
pengaman yang menyenangkan yang saling untuk dilupakan
5) Sangat menarik bagi siswa, sehingga memungkinkan kelas menjadi dinamis dan penuh antusias
6) Membangkitkan gairah dan semangat optimisme dalam diri siswa serta menumbuhkan rasa
kebersamaan dan kesetiakawanan sosial yang tinggi
7) Dapat menghayati peristiwa yang berlangsung dengan mudah, dan dapat memetik butir-butir
hikmah yang terkandung di dalamnya dengan penghayatan siswa sendiri
8) Dimungkinkan dapat meningkatkan kemampuan profesional siswa, dan dapat menumbuhkan /
membuka kesempatan bagi lapangan kerja

Kelemahan Metode Role Playing

Hakekatnya sebuah ilmu yang tercipca oleh manusia tidak ada yang sempurna,semua ilmu ada
kelebihan dan kekurangan.Jika kita melihat metode Role Playing dalam dalam cakupan cara dalam
prooses mengajar dan belajar dalam lingkup pendidikan tentunya selain kelebihan terdapat
kelemahan.

Kelemahan metode role palying antara lain:

1. Metode bermain peranan memelrukan waktu yang relatif panjang/banyak
2. Memerlukan kreativitas dan daya kreasi yang tinggi dari pihak guru maupun murid. Dan ini tidak
semua guru memilikinya
3. Kebanyakan siswa yang ditunjuk sebagai pemeran merasa malu untuk memerlukan suatu adegan
tertentu
4. Apabila pelaksanaan sosiodrama dan bermain pemeran mengalami kegagalan, bukan saja dapat
memberi kesan kurang baik, tetapi sekaligus berarti tujuan pengajaran tidak tercapai
5. Tidak semua materi pelajaran dapat disajikan melalui metode ini


MODEL PEMBELAJARAN GROUP INVESTIGATION

MODEL PEMBELAJARAN GROUP INVESTIGATION



Group Investigationn merupakan salah satu bentuk model pembelajaran kooperatif yang
menekankan pada partisipasi dan aktivitas siswa untuk mencari sendiri materi (informasi) pelajaran
yang akan dipelajari melalui bahan-bahan yang tersedia, misalnya dari buku pelajaran atau siswa
dapat mencari melalui internet. Siswa dilibatkan sejak perencanaan, baik dalam menentukan topik
maupun cara untuk mempelajarinya melalui investigasi. Tipe ini menuntut para siswa untuk memiliki
kemampuan yang baik dalam berkomunikasi maupun dalam keterampilan proses kelompok.
Model Group Investigation dapat melatih siswa untuk menumbuhkan kemampuan berfikir mandiri.
Keterlibatan siswa secara aktif dapat terlihat mulai dari tahap pertama sampai tahap akhir
pembelajaran.

Dalam metode Group Investigation terdapat tiga konsep utama, yaitu: penelitian atau enquiri,
pengetahuan atauknowledge, dan dinamika kelompok atau the dynamic of the learning group, (Udin
S. Winaputra, 2001:75). Penelitian di sini adalah proses dinamika siswa memberikan respon terhadap
masalah dan memecahkan masalah tersebut. Pengetahuan adalah pengalaman belajar yang
diperoleh siswa baik secara langsung maupun tidak langsung. Sedangkan dinamika kelompok
menunjukkan suasana yang menggambarkan sekelompok saling berinteraksi yang melibatkan
berbagai ide dan pendapat serta saling bertukar pengalaman melaui proses saling beragumentasi.

Slavin (1995) dalam Siti Maesaroh (2005:28), mengemukakan hal penting untuk melakukan
metode Group Investigationadalah:

1. Membutuhkan Kemampuan Kelompok.
Di dalam mengerjakan setiap tugas, setiap anggota kelompok harus mendapat kesempatan
memberikan kontribusi. Dalam penyelidikan, siswa dapat mencari informasi dari berbagai informasi
dari dalam maupun di luar kelas.kemudian siswa mengumpulkan informasi yang diberikan dari setiap
anggota untuk mengerjakan lembar kerja.

2. Rencana Kooperatif.
Siswa bersama-sama menyelidiki masalah mereka, sumber mana yang mereka butuhkan, siapa yang
melakukan apa, dan bagaimana mereka akan mempresentasikan proyek mereka di dalam kelas.
3. Peran Guru.
Guru menyediakan sumber dan fasilitator. Guru memutar diantara kelompok-kelompok
memperhatikan siswa mengatur pekerjaan dan membantu siswa mengatur pekerjaannya dan
membantu jika siswa menemukan kesulitan dalam interaksi kelompok.

Para guru yang menggunakan metode GI umumnya membagi kelas menjadi beberapa kelompok
yang beranggotakan 5 sampai 6 siswa dengan karakteristik yang heterogen, (Trianto, 2007:59).
Pembagian kelompok dapat juga didasarkan atas kesenangan berteman atau kesamaan minat
terhadap suatu topik tertentu. Selanjutnya siswa memilih topik untuk diselidiki, melakukan
penyelidikan yang mendalam atas topik yang telah dipilih, kemudian menyiapkan dan
mempresentasikan laporannya di depan kelas.

B. Langkah-Langkah dalam Menggunakan Model Group Investigation

Langkah-langkah penerapan metode Group Investigation, (Kiranawati (2007), dapat dikemukakan
sebagai berikut:

1. Seleksi topik
Para siswa memilih berbagai subtopik dalam suatu wilayah masalah umum yang biasanya
digambarkan lebih dulu oleh guru. Para siswa selanjutnya diorganisasikan menjadi kelompok-
kelompok yang berorientasi pada tugas (task oriented groups) yang beranggotakan 2 hingga 6 orang.
Komposisi kelompok heterogen baik dalam jenis kelamin, etnik maupun kemampuan akademik.

2. Merencanakan kerjasama
Para siswa bersama guru merencanakan berbagai prosedur belajar khusus, tugas dan tujuan umum
yang konsisten dengan berbagai topik dan subtopik yang telah dipilih dari langkah 1 diatas.

3. Implementasi
Para siswa melaksanakan rencana yang telah dirumuskan pada langkah b). pembelajaran harus
melibatkan berbagai aktivitas dan keterampilan dengan variasi yang luas dan mendorong para siswa
untuk menggunakan berbagai sumber baik yang terdapat di dalam maupun di luar sekolah. Guru
secara terus-menerus mengikuti kemajuan tiap kelompok dan memberikan bantuan jika diperlukan.

4. Analisis dan sintesis
Para siswa menganalisis dan mensintesis berbagai informasi yang diperoleh pada langkah 3 dan
merencanakan agar dapat diringkaskan dalam suatu penyajian yang menarik di depan kelas.

5. Penyajian hasil akhir
Semua kelompok menyajikan suatu presentasi yang menarik dari berbagai topik yang telah dipelajari
agar semua siswa dalam kelas saling terlibat dan mencapai suatu perspektif yang luas mengenai
topik tersebut. Presentasi kelompok dikoordinir oleh guru.

6. Evaluasi
Guru beserta siswa melakukan evaluasi mengenai kontribusi tiap kelompok terhadap pekerjaan kelas
sebagai suatu keseluruhan. Evaluasi dapat mencakup tiap siswa secara individu atau kelompok, atau
keduanya.

C. Tahapan-tahapan Dalam Group Investigation

Enam Tahapan di dalam Pembelajaran Kooperatif dengan Metode Group Investigationdapat dilihat
pada table berikut, (Slavin, 1995) dalam Siti Maesaroh (2005:29-30):






























D. Ciri-Ciri Model Group Investigation

Model pembelajaran Group Investigation merupakan model yang sulit diterapkan dalam pembelajaran
kooperatif. Model pembelajaran ini mempunyai cirri-ciri, yakni sebagai berikut:

1. Pembelajaran kooperatif dengan metode Group Investigation berpusat pada siswa, guru hanya
bertindak sebagai fasilitator atau konsultan sehingga siswa berperan aktif dalam pembelajaran.

2. pembelajaran yang dilakukan membuat suasana saling bekerjasama dan berinteraksi antar siswa
dalam kelompok tanpa memandang latar belakang, setiap siswa dalam kelompok memadukan
berbagai ide dan pendapat, saling berdiskusi dan beragumentasi dalam memahami suatu pokok
bahasan serta memecahkan suatu permasalahan yang dihadapi kelompok.

3. pembelajaran kooperatif dengan metode Group Investigation siswa dilatih untuk memiliki
kemampuan yang baik dalam berkomunikasi, semua kelompok menyajikan suatu presentasi yang
menarik dari berbagai topik yang telah dipelajari, semua siswa dalam kelas saling terlihat dan
mencapai suatu perspektif yang luas mengenai topik tersebut.

Tahap I
Mengidentifikasi topik
dan membagi siswa ke
dalam kelompok.
Guru memberikan kesempatan bagi siswa untuk
memberi kontribusi apa yang akan mereka
selidiki. Kelompok dibentuk berdasarkan
heterogenitas.
Tahap II
Merencanakan tugas.
Kelompok akan membagi sub topik kepada
seluruh anggota. Kemudian membuat
perencanaan dari masalah yang akan diteliti,
bagaimana proses dan sumber apa yang akan
dipakai.
Tahap III
Membuat penyelidikan.
Siswa mengumpulkan, menganalisis dan
mengevaluasi informasi, membuat kesimpulan
dan mengaplikasikan bagian mereka ke dalam
pengetahuan baru dalam mencapai solusi
masalah kelompok.

Tahap IV
Mempersiapkan tugas
akhir.
Setiap kelompok mempersiapkan tugas akhir
yang akan dipresentasikan di depan kelas.
Tahap V
Mempresentasikan tugas
akhir.
Siswa mempresentasikan hasil kerjanya.
Kelompok lain tetap mengikuti.
Tahap VI
Evaluasi.
Soal ulangan mencakup seluruh topik yang telah
diselidiki dan dipresentasikan.
4. adanya motivasi yang mendorong siswa agar aktif dalam proses belajar mulai dari tahap pertama
sampai tahap akhir pembelajaran.

5. pembelajaran kooperatif dengan metode Group Investigation suasana belajar terasa lebih efektif,
kerjasama kelompok dalam pembelajaran ini dapat membangkitkan semangat siswa untuk memiliki
keberanian dalam mengemukakan pendapat dan berbagi informasi dengan teman lainnya dalam
membahas materi pembelajaran.


E. Kelebihan dan Kelemahan Model Group Investigation

Di dalam pemanfaatannya atau penggunaannya model pembelajaran group investigation juga
mempunyai kelemahan dan kelebihan, yakni sebagai berikut:

Kelebihan pembelajaran model group investigation:

1. Pembelajaran dengan kooperatif model Group Investigation memiliki dampak positif dalam
meningkatkan prestasi belajar siswa.
2. Penerapan metode pembelajaran kooperatif model Group Investigation mempunyai pengaruh positif,
yaitu dapat meningkatkan motivasi belajar siswa.
3. Pembelajaran yang dilakukan membuat suasana saling bekerjasama dan berinteraksi antar siswa
dalam kelompok tanpa memandang latar belakang.
4. Model pembelajaran group investigation melatih siswa untuk memiliki kemampuan yang baik dalam
berkomunikasi dan mengemukakan pendapatnya.
5. Memotivasi dan mendorong siswa agar aktif dalam proses belajar mulai dari tahap pertama sampai
tahap akhir pembelajaran.
Kelemahan pembelajaran dengan model group investigation:
Model pembelajaran group investigation merupakan model pembelajaran yang kompleks dan sulit
untuk dilaksanakan dalam pembelajaran kooperatif. Kemudian pembelajaran dengan menggunakan
model pembelajaran group investigation juga membutuhkan waktu yang lama.


Model Pembelajaran Talking Stick
Model Pembelajaran Talking Stick
A. Sejarah Talking Stick

Talking Stick (tongkat berbicara) adalah metode yang pada mulanya digunakan oleh penduduk asli
Amerika untuk mengajak semua orang berbicara atau menyampaikan pendapat dalam suatu forum
(pertemuan antarsuku), sebagaimana dikemukakan Carol Locust berikut ini :The talking stick has
been used for centuries by many Indian tribes as a means of just and impartial hearing. The talking
stick was commonly used in council circles to decide who had the right to speak. When matters of
great concern would come before the council, the leading elder would hold the talking stick, and begin
the discussion. When he would finish what he had to say, he would hold out the talking stick, and
whoever would speak after him would take it. In this manner, the stick would be passed from one
individual to another until all who wanted to speak had done so. The stick was then passed back to
the elder for safe keeping.
Artinya:

Tongkat berbicara telah digunakan selama berabad-abad oleh sukusuku Indian sebagai alat
menyimak secara adil dan tidak memihak. Tongkat berbicara sering digunakan kalangan dewan
untuk memutuskan siapa yang mempunyai hak berbicara. Pada saat pimpinan rapat mulai berdiskusi
dan membahas masalah, ia harus memegang tongkat berbicara. Tongkat akan pindah ke orang lain
apabila ia ingin berbicara atau menanggapinya. Dengan cara ini tongkat berbicara akan berpindah
dari satu orang ke orang lain jika orang tersebut ingin mengemukakan pendapatnya. Apabila semua
mendapatkan giliran berbicara, tongkat itu lalu dikembalikan lagi ke ketua/pimpinan rapat.
Dari penjelasan di atas dapat disimpulkan bahwa talking stick dipakai sebagai tanda seseorang
mempunyai hak suara (berbicara) yang diberikan secara bergiliran/bergantian.

B. Talking Stick Sebagai Model Pembelajaran

Talking stick termasuk salah satu model pembelajaran kooperatif. Model pembelajaran ini dilakukan
dengan bantuan tongkat, siapa yang memegang tongkat wajib menjawab pertanyaan dari guru
setelah siswa mempelajari materi pokoknya. Pembelajaran Talking Stick sangat cocok diterapkan
bagi siswa SD, SMP, dan SMA/SMK. Selain untuk melatih berbicara, pembelajaran ini akan
menciptakan suasana yang menyenangkan dan membuat siswa aktif. Langkah-langkah
penerapannya dapat dilakukan sebagai berikut.

1. Guru membentuk kelompok yang terdiri atas 5 orang.
2. Guru menyiapkan sebuah tongkat yang panjangnya 20 cm.
3. Guru menyampaikan materi pokok yang akan dipelajari, kemudian memberikan kesempatan para
kelompok untuk membaca dan mempelajari materi pelajaran.
4. Siswa berdiskusi membahas masalah yang terdapat di dalam wacana.
5. Setelah kelompok selesai membaca materi pelajaran dan mempelajari isinya, guru
mempersilahkan anggota kelompok untuk menutup isi bacaan.
6. Guru mengambil tongkat dan memberikan kepada salah satu anggota kelompok, setelah itu guru
memberi pertanyaan dan anggota kelompok yang memegang tongkat tersebut harus menjawabnya,
demikian seterusnya sampai sebagian besar siswa mendapat bagian untuk menjawab setiap
pertanyaan dari guru.
7. Siswa lain boleh membantu menjawab pertanyaan jika anggota kelompoknya tidak bisa menjawab
pertanyaan.
8. Guru memberikan kesimpulan.
9. Guru melakukan evaluasi/penilaian, baik secara kelompok maupun individu.
10. Guru menutup pembelajaran.

C. Kelebihan dan Kekurangan

Kelebihan:
1. Menguji kesiapan siswa.
2. Melatih membaca dan memahami dengan cepat.
3. Agar lebih giat belajar (belajar dahulu).

Kekurangan:
Membuat siswa gelisah, gundah gulana dan lain2 (becanda).


D. Kesimpulan

1. talking stick dipakai sebagai tanda seseorang mempunyai hak suara (berbicara) yang diberikan
secara bergiliran/bergantian.
2. Model pembelajaran ini membuat anak didik ceria, senang, dan melatih mental anak didik untuk
siap pada kondisi dan siatuasi apapun


Model Pembelajaran Bertukar Pasangan

Model Pembelajaran Bertukar Pasangan
1. Pengertian
Model pembelajaran Bertukar Pasangan termasuk pembelajaran dengan tingkat mobilitas cukup
tinggi, di mana siswa akan bertukar pasangan dengan pasangan lainnya dan nantinya harus kembali
ke pasangan semula/pertamanya.
Dan model pembelajaran bertukar pasangan ini merupakan salah satu pembelajaran kooperatif yaitu
pembelajaran yang dikembangkan dari teori kontruktivisme karena mengembangkan struktur kognitif
untuk membangun pengetahuan sendiri melalui berpikir rasional (Rustaman et al., 2003: 206).

Jadi ,model pembelajaran cooperative learning adalah salah satu model pembelajaran yang
menempatkan siswa sebagai subjek pembelajaran (student oriented). Dengan suasana kelas yang
demokratis, yang saling membelajarkan memberi kesempatan peluang lebih besar dalam
memberdayakan potensi siswa secara maksimal.dan menekankan pada sikap atau perilaku bersama
dalam bekerja atau membantu di antara sesama dalam struktur kerjasama yang teratur dalam
kelompok, yang terdiri dari dua orang atau lebih belajar dengan sejumlah siswa sebagai anggota
kelompok kecil yang tingkat kemampuannya berbeda. Dalam menyelesaikan tugas kelompoknya,
setiap siswa anggota kelompok harus saling bekerja sama dan saling membantu untuk memahami
materi pelajaran., Belajar dikatakan belum selesai jika salah satu teman dalam kelompok belum
menguasai bahan pelajaran.
Model pembelajaran cooperative learning akan dapat memberikan nunasa baru di dalam
pelaksanaan pembelajaran oleh semua bidang studi atau mata pelajaran yang diampu guru. Karena
pembelajaran cooperative learning dan beberapa hasil penelitian baik pakar pendidikan dalam
maupun luar negeri telah memberikan dampak luas terhadap keberhasilan dalam proses
pembelajaran. Dampak tersebut tidak saja kepada guru akan tetapi juga pada siswa, dan interaksi
edukatif muncul dan terlihat peran dan fungsi dari guru maupun siswa.
Peran guru dalam pembelajaran cooperative learning sebagai fasilitator, moderator, organisator dan
mediator terlihat jelas. Kondisi ini peran dan fungsi siswa terlihat, keterlibatan semua siswa akan
dapat memberikan suasana aktif dan pembelajaran terkesan de-mokratis, dan masing-masing siswa
punya peran dan akan memberikan pengalaman belajarnya kepada siswa lain.

2. Ciri-ciri Pembelajaran Kooperatif (Dalam model Pembelajaran Bertukar Pasangan)
Sebagai seorang guru dalam memberikan pelajaran kepada siswa tentu dia akan memilih manakah
model pembelajaran yang tepat diberikan untuk materi pelajaran tertentu. Dalam hal ini Muslim
Ibrahim (dalam Depdiknas, 2005 : 46) mengemukakan ciri-ciri pembelajaran kooperatif sebagai
berikut:
a. Siswa bekerja dalam kelompok secara kooperatif untuk menuntaskan materi belajarnya.
b. Kelompok dibentuk dari siswa yang memiliki kemampuan tinggi, sedang dan rendah.
c. Bila mungkin anggota kelompok berasal dari ras, budaya, suku, jenis kelamin yang berbeda.
d. Penghargaan lebih berorientasi pada individu.

3. Langkah-langkah pembelajarannya
1. Siswa dibentuk berkelompok secara berpasangan/2 orang (guru bisa menunjuk pasangannya atau
siswa memilih sendiri pasangannya).
2. Guru memberikan tugas dan siswa mengerjakan tugas dengan pasangannya.
3. Setelah selesai setiap pasangan bergabung dengan satu pasangan dari kempok yang lain.
4. Kedua pasangan tersebut bertukar pasangan, kemudian pasangan yang baru ini saling
menanyakan dan mencari kepastian jawaban mereka.
5. Temuan baru yang didapat dari pertukaran pasangan kemudian dibagikan kepada pasangan
semula.
6. Kesimpulan.
7. Penutup.

4. Keunggulan dan Kelemahannya
Keunggulan :
1. Setiap siswa termotivasi untuk menguasai materi.
2. Menghilangkan kesenjangan antara yang pintar dengan tidak pintar.
3. Mendorong siswa tampil prima karena membawa nama baik kelompok lamanya
4. Tercipta suasana gembira dalam belajar. Dengan demikian meskipun saat pelajaran menempati
jam terakhir pun,siswa tetap antusias belajar.

Kelemahan :
1. Ada siswa yang takut diintimidasi bila memberi nilai jelek kepada anggotanya (bila kenyataannya
siswa lain kurang kurang mampu menguasai materi)
Solusinya , lembar penilaian tidak diberi nama si penilai.
2. Ada siswa yang mengambil jalan pintas ,dengan meminta tolong pada temannya untuk mencarikan
jawabnya.
Solusinya mengurangi poin pada siswa yang membantu dan dibantu.

5. Contoh model pembelajarannya
Pada Kompetensi Dasar (KD) Menaati Peraturan Perundang-undangan Nasional. misalnya siswa
dibagi menjadi beberapa kelompok masing masing mempunyai tugas berbeda. Misalnya mempelajari
sikap kritis terhadap peraturan perundangan yang tidak mengakomodasi aspirasi rakyat , sikap patuh
terhadap peraturan perundangan nasional.
Kemudian masing-masing anggota kelompok membentuk kelompok baru,sehingga kelompok baru
tersebut tersebut berisi siswa dari grup sikap kritis dan sikap patuh dan seterusnya.
Dalam kelompok baru tersebut setiap siswa menerangkan apa yang telah dipelajari.Ada penilaian
antar siswa dalam kelompok baru tersebut. Meliputi keaktivan, dalam diskusi serta kemampuan
menerangkan dan kemampuan menjawab pertanyaan.


KESIMPULAN
Dari uraian-uraian di atas dapat kita simpulkan bahwa :
Model pembelajaran Bertukar Pasangan termasuk pembelajaran dengan tingkat mobilitas cukup
tinggi, di mana siswa akan bertukar pasangan dengan pasangan lainnya dan nantinya harus kembali
ke pasangan semula/pertamanya.
Dan model pembelajaran bertukar pasangan ini merupakan salah satu pembelajaran kooperatif yaitu
pembelajaran yang dikembangkan dari teori kontruktivisme karena mengembangkan struktur kognitif
untuk membangun pengetahuan sendiri melalui berpikir rasional (Rustaman et al., 2003: 206).
Dan ciri-ciri Pembelajaran Kooperatif (Dalam model Pembelajaran Bertukar Pasangan) Muslim
Ibrahim (dalam Depdiknas, 2005 : 46) mengemukakan ciri-ciri pembelajaran kooperatif sebagai
berikut:
a. Siswa bekerja dalam kelompok secara kooperatif untuk menuntaskan materi belajarnya.
b. Kelompok dibentuk dari siswa yang memiliki kemampuan tinggi, sedang dan rendah.
c. Bila mungkin anggota kelompok berasal dari ras, budaya, suku, jenis kelamin yang berbeda.
d. Penghargaan lebih berorientasi pada individu.

Langkah-langkah pembelajarannya :
1. Siswa dibentuk berkelompok secara berpasangan/2 orang (guru bisa menunjuk pasangannya atau
siswa memilih sendiri pasangannya).
2. Guru memberikan tugas dan siswa mengerjakan tugas dengan pasangannya.
3. Setelah selesai setiap pasangan bergabung dengan satu pasangan dari kempok yang lain.
4. Kedua pasangan tersebut bertukar pasangan, kemudian pasangan yang baru ini saling
menanyakan dan mencari kepastian jawaban mereka.
5. Temuan baru yang didapat dari pertukaran pasangan kemudian dibagikan kepada pasangan
semula.
6. Kesimpulan.
7. Penutup.

Keunggulan :

1. Setiap siswa termotivasi untuk menguasai materi.
2. Menghilangkan kesenjangan antara yang pintar dengan tidak pintar.
3. Mendorong siswa tampil prima karena membawa nama baik kelompok lamanya
4. Tercipta suasana gembira dalam belajar. Dengan demikian meskipun saat pelajaran menempati
jam terakhir pun,siswa tetap antusias belajar.
Kelemahan :
1. Ada siswa yang takut diintimidasi bila memberi nilai jelek kepada anggotanya (bila kenyataannya
siswa lain kurang kurang mampu menguasai materi)
Solusinya , lembar penilaian tidak diberi nama si penilai.
2. Ada siswa yang mengambil jalan pintas ,dengan meminta tolong pada temannya untuk mencarikan
jawabnya.
Solusinya mengurangi poin pada siswa yang membantu dan dibantu.


MODEL PEMBELAJARAN SNOWBALL THROWING

MODEL PEMBELAJARAN SNOWBALL THROWING

Pengertian model pembelajaran snowball throwing
Model Snowball Throwing merupakan salah satu model pembelajaran yang dikembangkan
berdasarkan pendekatan kontekstual (CTL). Snowball Throwing yang menurut asal katanya berarti
bola salju bergulir dapat diartikan sebagai model pembelajaran dengan menggunakan bola
pertanyaan dari kertas yang digulung bulat berbentuk bola kemudian dilemparkan secara bergiliran di
antara sesama anggota kelompok. Dilihat dari pendekatan yang digunakan dalam pembelajaran
siswa Pkn, model Snowball Throwing ini memadukan pendekatan komunikatif, integratif, dan
keterampilan proses.

Kegiatan melempar bola pertanyan ini akan membuat kelompok menjadi dinamis, karena kegiatan
siswa tidak hanya berpikir, menulis, bartanya, atau berbicara. Akan tetapi mereka juga melakukan
aktivitas fisik yaitu menggulung kertas dan melemparkannya pada siswa lain. Dengan demikian, tiap
anggota kelompok akan mempersiapkan diri karena pada gilirannya mereka harus menjawab
pertanyaan dari temannya yang terdapat dalam bola kertas.
Dalam metode (Snowball Throwing), guru berusaha memberikan kesempatan kepada siswa untuk
mengembangkan keterampilan menyimpulkan isi berita atau informasi yang mereka peroleh dalam
konteks nyata dan situasi yang kompleks. Guru juga memberikan pengalaman kepada siswa melalui
pembelajaran terpadu dengan menggunakan proses yang saling berkaitan dalam situasi dan konteks
komunikasi alamiah baik sosial, sains, hitungan dan lingkungan pergaulan.
Dibentuk kelompok yang diwakili ketua kelompok untuk mendapat tugas dari guru kemudian masing-
masing siswa membuat pertanyaan yang dibentuk seperti bola (kertas pertanyaan) lalu dilempar ke
siswa lain yang masing-masing siswa menjawab pertanyaan dari bola yang diperoleh.

Langkah-langkah:
1. Guru menyampaikan materi yang akan disajikan.
2. Guru membentuk kelompok-kelompok dan memanggil masing-masing ketua kelompok untuk
memberikan penjelasan tentang materi.
3. Masing-masing ketua kelompok kembali ke kelompoknya masing-masing, kemudian menjelaskan
materi yang disampaikan oleh guru kepada temannya.
4. Kemudian masing-masing siswa diberikan satu lembar kerja untuk menuliskan pertanyaan apa
saja yang menyangkut materi yang sudah dijelaskan oleh ketua kelompok.
5. Kemudian kertas tersebut dibuat seperti bola dan dilempar dari satu siswa ke siswa yang lain
selama kurang lebih 5 menit.
6. Setelah siswa mendapat satu bola / satu pertanyaan diberikan kesempatan kepada siswa untuk
menjawab pertanyaan yang tertulis dalam kertas berbentuk bola tersebut secara bergantian.
7. Guru memberikan kesimpulan.
8. Evaluasi.
9. Penutup.

Kesimpulan:
Penggunaan pendekatan pembelajaran snowball throwing dalam meningkatkan keaktifan belajar
siswa ini dirasakan cukup efektif karena mampu menumbuh kembangkan potensi intelektual, sosial,
dan emosional yang ada dalam diri siswa. Di sini siswa akan terlatih untuk mengemukakan gagasan
dan perasaan secara cerdas dan kreatif, serta mampu menemukan dan menggunakan kemampuan
analitis dan imajinatif yang ada dalam dirinya untuk menghadapi berbagai persoalan yang muncul
dalam kehidupan sehari-hari.
Di dalam model pembelajaran snowball throwing ini kurang tepat digunakan untuk mata pelajaran
atau bidang study ilmu pengetahhuan social. Karena ilmu pengetahuan social adalah ilmu yang
cakupan materi pembelajarannya sangat luas, membutuhkan pengembangan yang mendalam karena
materinya selalu berkembang. Sedangkan di sini pembelajaran hanya berkutat pada pengetahuan
siswa saja. Jadi, yang lebih tepat menggunakan model pembelajaran snowball throwing ini adalah
jenis-jenis mata pelajaran ilmu pengetahuan alam atau eksak yang cenderung menggunakan rumus
yang relatif tetap. Guru akan lebih mudah mengarahkan jalannya pembelajaran di kelas.

Kelebihan:
1. Melatih kesiapan siswa.
2. Saling memberikan pengetahuan.
Kekurangan:
1. Penngetahuan tidak luas hanya berkutat pada pengetahuan sekitar siswa.
2. Tidak efektif.


Pengertian Model Pembelajaran Student Facilitator and Explaining
Pengertian Model Pembelajaran Student Facilitator and
Explaining
Model Pembelajaran Student Facilitator and Explaining merupakan model pembelajaran dimana
siswa/peserta didik belajar mempresentasikan ide/pendapat pada rekan peserta didik lainnya. Model
pembelajaran ini efektif untuk melatih siswa berbicara untuk menyampaikan ide/gagasan atau
pendapatnya sendiri.
Model pembelajaran ini akan relevan apabila siswa secara aktif ikut serta dalam merancang materi
pembelajaran yang akan dipresentasikan. Untuk itu pembelajaran pada apresiasi drama akan lebih
sesuai dikarenakan siswa secara aktif ikut serta baik itu dalam kegiatan apresiasi maupun bisa
berupa ekspresi sastra sebagai pelakunya.


Langkah-langkah pembelajarannya :
1. Guru menyampaikan kompetensi yang ingin dicapai/KD.
2. Guru mendemonstrasikan/menyajikan garis-garis besar materi pembelajaran.
3. Memberikan kesempatan siswa untuk menjelaskan kepada siswa lainnya, misalnya melalui
bagan/peta konsep. Hal ini bisa dilakukan secara bergiliran
4. Guru menyimpulkan ide/pendapat dari siswa.
5. Guru menerangkan semua materi yang disajikan saat itu.
6. Penutup
Kelebihan Model Pembelajaran Student Facilitator and Explaining
siswa diajak untuk dapat menerangkan kepada siswa lain, dapat mengeluarkan ide-ide yang ada
dipikirannya sehingga lebih dapat memahami materi tersebut.



Kekurangan Model Pembelajaran Student Facilitator and Explaining:
1. Adanya pendapat yang sama sehingga hanya sebagian saja yang tampil.
2. Banyak siswa yang kurang aktif
Kesimpulan
Dalam Model pembelajaran ini akan dapat berjalan sesuai dengan yang diharapkap apabila siswa
secara aktif ikut serta dalam merancang materi pembelajaran yang akan dipresentasikan maka siswa
akan lebih bisa mengerti dan mampu memahaminya untuk mengungkapkan ide, selain itu juga dapat
mengajak peserta didik mandiri dalam mengembangkan potensi mengungkapkan gagasan
berpendapat.


MODEL PEMBELAJARAN COURSE REVIEW HORAY

MODEL PEMBELAJARAN COURSE REVIEW HORAY


A. Pengertian

Model pembelajaran Course Review Horay merupakan model pembelajaran yang dapat menciptakan
suasana kelas menjadi meriah dan menyenangkan karena setiap siswa yang dapat menjawab benar
maka siswa tersebut diwajibkan berteriakhore! atau yel-yel lainnya yang disukai.

Jadi, model pembelajaran course review horay ini merupakan suatu model pembelajaran yang dapat
digunakan guru agar dapat tercipta suasana pembelajaran di dalam kelas yang lebih menyenangkan.
Sehingga para siswa merasa lebih tertarik. Karena dalam model pembelajaran course review horay
ini, apabila siswa dapat menjawab pertanyaan secara benar maka siswa tersebut diwajibkan
meneriakan kata hore ataupun yel-yel yang disukai dan telah disepakati oleh kelompok maupun
individu siswa itu sendiri.

Model pembelajaran course review horay juga merupakan suatu metode pembelajaran dengan
pengujian pemahaman siswa menggunakan soal dimana jawaban soal dituliskan pada kartu atau
kotak yang telah dilengkapi nomor dan untuk siswa atau kelompok yang mendapatkan jawaban atau
tanda dari jawaban yang benar terlebih dahulu harus langsung berteriak horay atau menyanyikan
yel-yel kelompoknya.

Jadi, dalam pelaksanaan model pembelajaran course review horay ini pengujian pemahaman siswa
dengan menggunakan kotak yang berisi nomor untuk menuliskan jawabannya. Dan siswa yang lebih
dulu mendapatkan tanda atau jawaban yang benar harus langsung segera menyoraki kata-kata
horay atau menyoraki yel-yelnya.

Agar pemahaman konsep materi yang akan dibahas dapat dikaji secara terarah maka seiring dengan
perkembangan dunia pendidikan pembelajaran Corse Review Horay menjadi salah satu alternative
sebagai pembelajaran yang mengarah pada pemahaman konsep. Pembelajaran Course Review
Horay, merupakan salah satu pembelajaran kooperatif yaitu kegiatan belajar mengajar dengan cara
pengelompokkan siswa ke dalam kelompok-kelompok kecil.

Pembelajaran Course Review Horay yang dilaksanakan merupakan suatu pembelajaran dalam
rangka pengujian terhadap pemahaman konsep siswa menggunakan kotak yang diisi dengan soal
dan diberi nomor untuk menuliskan jawabannya. Siswa yang paling terdahulu mendapatkan tanda
benar langsung berteriak horay atau yel-yel lainnya. Melalui Pembelajaran Course Review Horay
diharapkan dapat melatih siswa dalam menyelesaikan masalah dengan pembentukkan kelompok
kecil.

B. Langkah-Langkah Model Pembelajaran Course Review Horay

1. Guru menyampaikan kompetensi yang ingin dicapai.

2. Guru menyajikan atau mendemonstrasikan materi sesuai topik dengan tanya jawab

3. Guru membagi siswa dalam kelompok-kelompok.

4. Untuk menguji pemahaman siswa disuruh membuat kartu atau kotak sesuai dengan kebutuhan
dan diisi dengan nomor yang ditentukan guru.

5. Guru membaca soal secara acak dan siswa menuliskan jawabannya didalam kartu atau kotak yang
nomornya disebutkan guru.

6. Setelah pembacaan soal dan jawaban siswa telah ditulis didalam kartu atau kotak, guru dan siswa
mendiskusikan soal yang telah diberikan tadi.

7. Bagi yang benar,siswa memberi tanda check list ( ) dan langsung berteriak horay atau
menyanyikan yel-yelnya.

8. Nilai siswa dihitung dari jawaban yang benar dan yang banyak berteriak horay .

9. Guru memberikan rewardv pada yang memperoleh nilai tinggi atau yang banyak memperoleh
horay.

10. Penutup


C. Kelebihan Model Pembelajaran Corse Review Horay

a. Pembelajarannya menarik dan mendorong siswa untuk dapat terjun kedalamnya.
b. Pembelajarannya tidak monoton karena diselingi sedikit hiburan sehingga suasana tidak
menegangkan.
c. Siswa lebih semangat belajar karena suasana pembelajaran berlangsung menyenangkan
d. Melatih kerjasama

D. Kelemahan Model Pembelajaran Course Review Horay

a. Siswa aktif dan pasif nilainya disamakan
b. Adanya peluang untuk curang


METODE DEMONSTRASI DAN EKSPERIMEN

METODE DEMONSTRASI DAN EKSPERIMEN
Yang di maksud dengan Metode Demonstrasi dan Eksperimen ialah suatu upaya atau praktek
dengan menggunaka peragaan yang di tujukan pada siswa yang tujuannya ialah agar supaya semua
sisiwa lebih mudah dalam memahami dan mempraktekan dari apa yang telah di perokehnya dan
dapat mengatasi sutu permasalah apabila terdapat perbedaan .

A. Metode Demonstrasi

1. Pengertian Metode Demonstrasi

Yang di maksud dengan Metode Demonstrasi ialah metode mengajar dengan menggunakan
peragaan untuk memperjelas suatu pengertian atau untuk memperlihatkan bagaimana berjalannya
suatu proses pembentukan tertentu pada siswa.

Untuk memperjelas pengertian tersebut dalam prakteknya dapat di lakukan oleh guru atau anak didik
itu sendiri. Metode Demonstran cukup baik apabila di gunakan dalam penyampaian bahan pelajaran
fiqih, misalnya bagaiamana cara berwudu, shalat, memandikan orang mati, tawaf pada waktu haji,dan
yang lainnya.


2. prinsip-prinsip metode demonstrasi sebagai berikut:

a. Menciptakan suasana/hubungan baik dengan siswa sehingga ada keinginan dan kemauan dari
siswa untuk menyaksikan apa yang didemonstrasikan;
b. Mengusahakan agar demonstrasi itu dapat jelas bagi siswa yang sebelumnya tidak memahami,
mengingat siswa belum tentu dapat memahami apa yang dimaksud dalam demonstrasi karena
keterbatasan daya ingat;
c. Memikirkan dengan cermat sebelum mendemonstrasikan suatu pokok bahasan/topik tertentu
tentang adanya kesulitan yang akan ditemui siswa sambil memikirkan dan mencari cara untuk
mengatasinya.
Aspek penting dalam metode demonstrasi:
a. Demonstrasi akan menjadi metode yang tidak wajar bila alat yang digunakan untuk
mendemonstrasikan tidak dapat diamati dengan seksama oleh siswa;
b. Demonstrasi menjadi kurang efektif bila tidak diikuti oleh aktivitas di mana siswa sendiri dapat ikut
memperhatikan dan menjadikan aktivitas mereka sebagai pengalaman yang berharga;
c. Tidak semua hal yang didemonstrasikan di dalam kelas, misal alat terlalu besar;
d. Hendaknya dilakukan dalam hal-hal yang bersifat praktis;
e. Sebagai pendahuluan, berilah pengertian dan landasan teori dari apa yang akan didemonstrasikan;
f. Persiapan dan perencanaan yang matang
g. Metode belajar sebagai tindakan dan langkah konkrit tidak dapatlepas dari filosofi yang
mendasarinya. Dasar filosofi ini bersifat lebih abstrak yang melihat totalitas manusia sebagai
pelaksana pendidikan baiksebagai pendidik maupun peserta didik. Sebagai pendidik, manusia
mempunyai tanggung jawab untuk mentransfer dan mengembangkan ilmu pengetahuan, sikap, nilai
serta keterampilan pada peserta didik. Sebagai peserta didik, manusia dilihat sebagai makhluk Tuhan
yang mempunyai potensi untuk dikembangkan sumber dayanya, baik aspek penalarannya, aspek
sikap hatinya maupun aspek keterampilan perilakunya. Sebagai khalifah/wakil Allah di muka bumi,
manusia harus mencerminkan sifat-sifat Ilahiyah dalam kehidupan dunia di muka bumi ini. Untuk
dapat memerankannya manusia harus mengembangkan
potensinya baik dari segi intelektualnya, moralnya maupun profesionalnya.
Pengembangan ini tidak lain melalui proses pendidikan


3. Adapun aspek yang penting dalam menggunakan Metode Demonstrasi adalah:

a. Demonstrasi akan menjadi metode yang tidak wajar apabila alat yang di Demonstrasikan tidak bisa
di amati dengan seksama oleh siswa. Misalnya alatnya terlalu kecil atau penjelasannya tidak jelas.
b. Demonstrasi menjadi kurang efektif bila tidak di ikuti oleh aktivitas di mana siswa sendiri dapat ikut
memperhatikan dan menjadi aktivitas mereka sebagai pengalaman yang berharga.
c. Tidak semua hal dapat di Demonstrasikan di kelas karna sebab alat-alat yang terlalu besar atau
yang berada di tempat lain yang tempatnya jauh dari kelas.
d. Hendaknya dilakukan dalam hal-hal yang bersifat praktis
e. Sebagai pendahuluan, berilah pengertian dan landasan teori dari apa yang akan di
Demonstrasikan.

Dan adapun sebaiknya dalam Mendemonstrasikan pelajaran tersebut guru harus terlebih dulu
Mendemonstrasikan dengan sebaik-baiknya, baru di ikuti oleh murid-muridnya yang sesuai dengan
petunjuk.

4. Adapun dalam metode demonstran ini memiliki kelebihan dan ada juga kekurangannya
sebagaimana yang akan di paparkan di bawah ini.

Kelebihan metode demonstran adalah:


Perhatian anak didik dapat di pusatkan, dan titik berat yang di anggap penting oleh guru dapat di
amati
Perhatian anak didik akan lebih terpusat pada apa yang di Demonstrasikan, jadi proses anak didik
akan lebih terarah dan akan mengurangi perhatian anak didik kepada masalah lain
Dapat merangsang siswa untuk lebih aktif dalam mengikuti proses belajar
Dapat menambah pengalaman anak didik
Bisa membantu siswa ingat lebih lama tentang materi yang di sampaikan
Dapat mengurangi kesalah pahaman karna pengajaran lebih jelas dan kongkrit
Dapat menjawab semua masalah yang timbul di dalam pikiran setiap siswa karna ikut serta
berperan secara langsung.

Setelah melihat beberapa keuntungan dari metode demonstransi tersebut, maka dalam bidang setudi
agama, banyak hal-hal yang dapat di demonstrasikan terutama dalam bidang ibadat, seperti
pelaksanaan shalat, zakat dan yang lainnya.
Apabila teori menjalankan ibadah yang betul dan baik telah di miliki oleh anak didik, maka guru harus
mencoba mendemonstrasikan di depan para murit. Dan apabila anak didik sedang
mendemonstrasikan ibadah, guru harus mengamati langkah dari langkah dari setiap gera-gerik murid
tersebut,
sehingga apabila ada kesalahan atau kekurangannya guru berkewajiban memperbaikinya. Tindakan
mengamati segi-segi yang kurang baik lalu memperbaikinya akan memberikan kesan yang dalam
pada diri anak didik, karna guru telah memberi pengalaman kepada anak didik baik bagi anak didik
yang menjalankan Demonstrasi ataupun bagi yang menyaksikannya.


Dari segi kelemahan atau metode demonstran adalah:

Memerlukan waktu yang cukup banyak
Apabila terjadi kekurangan media, metode demonstrasi menjadi kurang efesien
Memerlukan biaya yang cukup mahal, terutama untuk membeli bahan-bahannya
Memerlukan tenaga yang tidak sedikit
Apabila siswa tidak aktif maka metode demonstran menjadi tidak efektif.


5. Adapun langkah-langkah dalam penerapan metode demonstrasi adalah:

a. Perencanaan
Dalam perencanaan hal-hal yang dilakukan ialah ;
a. Merumuskan tujuan yang baik dari sudut kecakapan atau kegiatan yang di harapkan dapat tercapai
setelah metode demontrasi berakhir
b. Menetapkan garis-garis besar langkah-langkah demonstrasi yang akan di laksanakan
c. Memperhitungkan waktu yang di butuhkan
d. Selama demonstrasi berlangsung guru haru intropeksi diri apakah:
Keterangan-keterangan dapat di dengar dengan jelas oleh siswa
Apakah semua media yang di gunaka telah di tempatkan pada posisi yang baik, hingga semua
siswa dapat melihat semuanya dengan jelas
Siswa di sarankan membuat catatan yang dianggap perlu
e. Menetapkan rencana penilaian terhadap kemampuan anak didik


b. Pelaksanaannya:
Hal-hal yang mesti di lakukan adalah:
1. Memeriksa hal-hal tersebut di atas untuk kesekian kalinya
2. Melakukan demonstrasi dengan menarik perhatian siswa
3. Mengingat pokok-pokok materi yang akan di demonstrasikan agar mencapai sasaran
4. Memperhatikan kedaan siswa, apakah semuanya mengikuti demonstrasi dengan baik
5. Memberikan kesempatan pada siswa untuk aktif
6. Menghindari ketegangan


6. Evaluasi:

Dalam kegiatan evaluasi ini dapat berupa pemberian tugas, seperti membuat laporan,menjawab
pertanyaan, mengadakan latihan lebih lanjut, baik di sekolah ataupun di rumah.

7. Hal-hal yang perlu di perhatikan dalam penggunaan metode demonstrasi tersebut adalah:
Rumuskan secara spesific yang dapat di capai oleh siswa.
Susun langkah-langkah yag akan dilakukan dengan demontrasi secara teratur sesuai dengan
skenario yang telah di rencanakan.
Menyipkan peralatan yang di butuhkan sebelum demonstrasi dimulai.
Usahakan dalam melakukan demonstrasi tersebut sesuai dengan kenyataan sebenarnya.

B. Metode Eksperimen

a. Pengertian Metode Eksperimen

Metode Eksperimen adalah Metode atau cara di mana guru dan murit bersama-sama mengerjakan
sesuatu latihan atau percobaan untuk mengetahui pengaruh atau akibat dari sesuatu aksi.
Sedangkan menurut Ramayulis, dalam bukunya Metodologi pendidikan agama Islam
mendefinisikan bahwa Metode Eksperimen ialah suatu metode mengajar yang di lakukan murid untuk
melakuka percobaan-percobaan pada mata pelajaran tertentu.
Sedangkan menurut Zakiyah Daradjat tidak memberikan pengertian jelas, ia hanya mengatakan
bahwa Metode Eksperimen adalah metode percobaan yang biasanya di lakuka dalam mata pelajaran
tertentu.
Sedangkan menurut Departeman Agama memberi definisi bahwa Metode Eksperimen adalah
peraktek pengajaran yan melibatkan anak didik pada pekerjaan akademis, latihan dan pemecahan
masalah atau topik seperti: shalat, puasa, haji, pembangunan masarakat dan lain-lainnya.


b. Metode Eksperimen dalam pendidikan Agama Islam

Hal yang menarik tentang metode ini dalam pendidikan agama Islam ialah bahwa metode ini ada
kolerasinya dengan pendidikan agama Islam terutama bidang studi fiqih.
Kongkritnya adalah Ketika ingin membuktikan apakah segenangan air termasuk air suci atau air najis
atau air yang suci tidak mensucikan, maka hal ini harus di buktikan secara langsung dan di adakan
penelitian secara ilmiah, maka metode Eksperiman dapat membuktikannya dengan tepat.


c. Target metode Eksperimen

Adapun target Metode Eksperimen adalah
1) Murit dapat membuktikan kebenaran riil dari teori-teori hukum yang berlaku
2) Diharapkan dengan metode ini murit dapat kepuasan dari hasil belajarnya


d. Langkah-langkah metode eksperimen
Menerangkan Metode Eksperimen
Membicarakan terlebih dahulu permasalahan yang seknifikasi untuk di angkat
Sebelum guru menetapkan alat yang di perlukan langkah-langkah apa saja yang harus di variebel-
variebel apa yang harus di kontrol
Setelah eksperimen di lakukan guru harus mengumpulkan laporan, memproses kegiatan, dan
mengadakan tes untuk menguji pemahaman murit



e. Kelebihan dan kekurangan Metode Eksperimen ialah:
1) Kelebihannya

Menambah keaktifan untuk berbuat dan memecahkan sendiri sebuah permasalahan
Dapat melaksanakan metode ilmiah dengan baik

2) Segi kekurangannya

Tidak semua mata pelajaran dapat menggunakan metode ini
Murid yang kurang mempunyai daya intelektual yang kuat kurang baik hasilnya.

Sebaiknya Metode Eksperimen ini di terapkan bagi pelajaran-pelajaran yang belum di ajarka atau di
terangkan oleh metode lain sehingga Metode Eksperimen ini terasa benar fungsinya bagi siswa.

Hal-hal yang Perlu di perhatikan dalam melakukan Metode Eksperimen adalah sebagai berikut;
1. Persiapkan terlebih dahulu bahan-bahan yang di butuhkan
2. Usahakan siswa terlibat langsung sewaktu mengadakan eksperimen
3. Sebelum di laksanakan eksperimen siswa terlebih dahulu di berikan penjelasan dan petunjuk-
petunjuk seperlunya

1. Lakukan pengelompokan atau masing-masing individu melakukan percobaan yang telah di
rencanakan bila hasilnya belum memuaskan dapat di ulangi lagi untuk membuktikn kebenaranya
2. Setiap kelompok atau individu dapat melaporkan hasil percobaanya secara tertulis.



C. Metode Demonstrasi dan Eksperimen

Metode Demonstrasi Dan Eksperimen ini cocok digunakan apabila:
1. Untuk memberikan latihan keterampilan tertetu pada siswa.
2. Untuk memudahkan penjelasan yang di berikan agar siswa langsung mengetahui dan dapat
terampil dan melakukannya.
3. Untuk membantu siswa dalam memahami sesuatu proses secara cermat dan teliti.

Keuggulan Metode Demonstrasi dan Eksperiaen ini adalah:

a. Perhatian siswa akan dapat terpusat sepenuhnya pada anak yang di Demonstrasikan atau di
Eksperienkan
b. Memberikan pengalaman praktis yang dapat membentuk ingatan yang kuat dan keterampilan
dalam berbuat
c. Hal-hal yang menjadi teka-teki siswa dapat terjawab melalui eksperimen
d. Menghindarkan kesalahan siswa dalam mengambil kesimpulan karena mereka mengamati secara
langsung jalannya proses demonstrasi yang di adakan atau eksperimen.

Kelemahan Metode Demonstrasi dan Eksperimen adalah:
1. Persiapa dan pelaksanaannya memakan waktu lama
2. Metode ini tidak efektif apabila tidak di tunjang dengan peralatan yang lengkap sesuai dengan
kebutuhan
3. Sukar di laksanakan bila siswa belum matang kemampuan untuk melaksanakannya

Saranya Untuk Metode Demonstrasi dan Eksperimen
1. Lakukan Metode Demonstrasi dan Eksperimen dalam hal-hal yang bersifat praktis dan urgent
dalam masarakat
2. Arahkan pendemonstrasian dan eksperimen agar murid-murid mendapatkan pengertian yang jelas,
pembentukan sikap serta kecakapan praktis
3. Usahakan agar semua anak dapat mengikuti demonstrasi dan eksperimen
4. Berilah pengertian sejelas-jelasmya landasan teori dari apa yang hendak di demonstrasikan
maupun di eksperimenkan

Kesimpulan

Metode demonstrasi adalah salah satu metode mengajar dengan menggunakan peragaan untuk
memperjelas suatu pengertian atau untuk memperlihatkan bagaimana melakukan sesuatu dengan
jalan mendemonstrasikan terlebih dulu kepada siswa
Metode ini dapat menghilangkan varbalisme sehingga siswa akan semakin memahami materi
pelajaran. Akan tetapi ada beberapa hal yang perlu di perhatikan agar metode ini dapat berjalan
dengan efektif dan efesien.

Metode Eksperimen adalah suatu metode di mana murid melakukan pekerjaan akademis dalam mata
pelajaran tertentu dengan menyaksikan peragaan-peragaan tersebut.
Namun yang perlu di perhatikan oleh guru tentang Metode Demonstrasi dan Eksperimen ialah karna
kedua metode ini memiliki kekurangan dan kelebihan.


Model pembelajaran Explicit instruction
Model pembelajaran Explicit instruction
A. Pengertian

Pembelajaran langsung khusus dirancang untuk mengembangkan belajar siswa tentang
pengetahuan prosedural dan pengetahuan deklaratif yang dapat diajarkan dengan pola selangkah
demi selangkah.

Model Direct Intruction merupakan suatu pendekatan mengajar yang dapat membantu siswa dalam
mempelajari keterampilan dasar dan memperoleh informasi yang dapat diajarkan selangkah demi
selangkah. Pendekatan mengajar ini sering disebut Model Pengajaran Langsung (Kardi dan
Nur,2000a :2). Arends (2001:264) juga mengatakan hal yang sama yaitu :A teaching model that is
aimed at helping student learn basic skills and knowledge that can be taught in a step-by-step
fashion. For our purposes here, the model is labeled the direct instruction model. Apabila guru
menggunakan model pengajaran langsung ini, guru mempunyai tanggung jawab untuk
mengudentifikasi tujuan pembelajaran dan tanggung jawab yang besar terhadap penstrukturan
isi/materi atau keterampilan, menjelaskan kepada siswa, pemodelan/mendemonstrasikan yang
dikombinasikan dengan latihan, memberikan kesempatan pada siswa untuk berlatih menerapkan
konsep atau keterampilan yang telah dipelajari serta memberikan umpan balik.

Model pengajaran langsung ini dirancang khusus untuk menunjang proses belajar siswa yang
berkaitan dengan pengetahuan prosedural dan pengetahuan deklaratif yang terstruktur dengan baik,
yang dapat diajarkan dengan pola kegiatan yang bertahap, selangkah demi selangkah. Hal yang
sama dikemukakan oleh Arends (1997:66) bahwa: The direct instruction model was specifically
designed to promote student learning of procedural knowledge and declarative knowledge that is well
structured and can be taught in a step-by-step fashion.

Lebih lanjut Arends (2001:265) menyatakan bahwa: Direct instruction is a teacher-centered model
that has five steps:establishing set, explanation and/or demonstration, guided practice, feedback, and
extended practiceA direct instruction lesson requires careful orchestration by the teacher and a
learning environment that businesslike and task-oriented. Hal yang sama dikemukakan oleh Kardi
dan Nur (2000a : 27), bahwa suatu pelajaran dengan model pengajaran langsung berjalan melalui
lima fase: (1) penjelasan tentang tujuan dan mempersiapkan siswa, (2) pemahaman/presentasi
materi ajar yang akan diajarkan atau demonstrasi tentang keterampilan tertentu, (3) memberikan
latihan terbimbing, (4) mengecek pemahaman dan memberikan umpan balik, (5) memberikan latiham
mandiri.

B. Prinsip

Pembelajaran ini cocok untuk menyampaikan materi yang sifatnya algoritma-prosedural, langkah
demi langkah bertahap.
Pembelajaran langsung khusus dirancang untuk mengembangkan belajar siswa tentang
pengetahuan prosedural dan pengetahuan deklaratif yang dapat diajarkan dengan pola selangkah
demi selangkah.
Langkah-langkah:
1.Menyampaikan tujuan dan mempersiapkan siswa.
2. Mendemonstrasikan pengetahuan dan ketrampilan.
3. Membimbing pelatihan.
4. Mengecek pemahaman dan memberikan umpan balik.
5. Memberikan kesempatan untuk latihan lanjutan
Sintaknya adalah:
1. sajian informasi kompetensi,
2. mendemontrasikan pengetahuan dan ketrampilan procedural,
3. membimbing pelatihan-penerapan,
4. mengecek pemahaman dan balikan,
5. penyimpulan dan evaluasi,
6. refleksi.
C. Kesimpulan
Model pembelajaran explicit instruction merupakan model pembelajaran secara langsung agar sisiwa
dapat memahami serta benar-benar mengetahui pengetahuan secara menyeluruh dan aktiv dalam
suatu pembelajaran. Jadi model pembelajaran ini sangat cocok diterapakan dikelas dalam materi
tertentu yang bersifat dalil pengetahuan agar proses berpikir siswa dapat mempunyai keterampilan
procedural.

D. Kelebihan dan Kekurangan
Kelebihan:
1. Siswa benar-benar dapat menguasai pengetahuannya.
2. Semua siswa aktif / terlibat dalam pembelajaran.
Kekurangan:
1. Memerlukan waktu lama sehingga siswa yang tampil tidak begitu lama.
2. Untuk mata pelajaran tertentu.


MODEL PEMBELAJARAN CIRC (Cooperative, Integrated, Reading,
and Composition)

MODEL PEMBELAJARAN CIRC (Cooperative, Integrated, Reading, and
Composition)

A. Pengertian Model Pembelajaran CIRC
Terjemahan bebas dari CIRC adalah komposisi terpadu membaca dan menulis secara koperatif
kelompok.
Model pembelajaran Cooperative Integrated Reading and Composition-CIRC (Kooperatif Terpadu
Membaca dan Menulis) merupakan model pembelajaran khusus Mata pelajaran Bahasa Indonesia
dalam rangka membaca dan menemukan ide pokok, pokok pikiran atau,tema sebuah wacana/kliping.

Model pembelajaran Cooperative Integrated Reading and Composition (CIRC) ini dapat dikategorikan
pembelajaran terpadu.
Menurut Fogarty (1991), berdasarkan sifat keterpaduannya, pembelajaran terpadu dapat
dikelompokkan menjadi:
1) model dalam satu disiplin ilmu yang meliputi model connected (keterhubungan) dan model nested
(terangkai);
2) model antar bidang studi yang meliputi model sequenced (urutan), model shared (perpaduan),
model webbed (jaring laba-laba), model theaded (bergalur) dan model integreted (terpadu);
3) model dalam lintas siswa.

Dalam pembelajaran CIRC atau pembelajaran terpadu setiap siswa bertanggung jawab terhadap
tugas kelompok. Setiap anggota kelompok saling mengeluarkan ide-ide untuk memahami suatu
konsep dan menyelesaikan tugas (task), sehingga terbentuk pemahaman yang dan pengalaman
belajar yang lama. Model pembelajaran ini terus mengalami perkembangan mulai dari tingkat
Sekolah Dasar (SD) hingga sekolah menengah. Proses pembelajaran ini mendidik siswa berinteraksi
sosial dengan lingkungan.

Prinsip belajar terpadu ini sejalan dengan empat pilar pendidikan yang digariskan UNESCO dalam
kegiatan pembelajaran. Empat pilar itu adalah belajar untuk mengetahui (learning to know), belajar
untuk berbuat (learning to do), belajar untuk menjadi diri sendiri (learning to be), dan belajar hidup
dalam kebersamaan (Learning to live together), (Depdiknas, 2002).

B. Langkah - Langkah Pembelajaran CIRC
Langkah-langkah pembelajarannya sebagai berikut :
1. Membentuk kelompok yang anggotanya 4 orang siswa secara heterogen.
2. Guru memberikan wacana/kliping sesuai dengan topik pembelajaran.
3. Siswa bekerja sama saling membacakan dan menemukan ide pokok dan memberi tanggapan
terhadap wacana/kliping dan ditulis pada lembar kertas.
4. Mempresentasikan/membacakan hasil kelompok.
5. Guru dan siswa membuat kesimpulan bersama.
6. Penutup.
Dari setiap fase tersebut di atas dapat kita perhatikan dengan jelas sebagai berikut:
a. Fase Pertama, Pengenalan konsep. Fase ini guru mulai mengenalkan tentang suatu konsep atau
istilah baru yang mengacu pada hasil penemuan selama eksplorasi. Pengenalan bisa didapat dari
keterangan guru, buku paket, atau media lainnya.
b. Fase Kedua, Eksplorasi dan aplikasi. Fase ini memberikan peluang pada siswa untuk mengungkap
pengetahuan awalnya, mengembangkan pengetahuan baru, dan menjelaskan fenomena yang
mereka alami dengan bimbingan guru minimal. Hal ini menyebabkan terjadinya konflik kognitif pada
diri mereka dan berusaha melakukan pengujian dan berdiskusi untuk menjelaskan hasil
observasinya. Pada dasarnya, tujuan fase ini untuk membangkitkan minat, rasa ingin tahu serta
menerapkan konsepsi awal siswa terhadap kegiatan pembelajaran dengan memulai dari hal yang
kongkrit. Selama proses ini siswa belajar melalui tindakan-tindakan mereka sendiri dan reaksi-reaksi
dalam situasi baru yang masih berhubungan, juga terbukti menjadi sangat efektif untuk menggiring
siswa merancang eksperimen, demonstrasi untuk diujikannya.
c. Fase Ketiga, Publikasi. Pada fase ini Siswa mampu mengkomunikasikan hasil temuan-temuan,
membuktikan, memperagakan tentang materi yang dibahas. Penemuan itu dapat bersifat sebagai
sesuatu yang baru atau sekedar membuktikan hasil pengamatannya.. Siswa dapat memberikan
pembuktian terkaan gagasan-gagasan barunya untuk diketahui oleh teman-teman sekelasnya. Siswa
siap menerima kritikan, saran atau sebaliknya saling memperkuat argumen.

C. Kelebihan Model Pembelajaran CIRC
Kelebihan dari model pembelajaran terpadu atau (CIRC) antara lain:
1) Pengalaman dan kegiatan belajar anak didik akan selalu relevan dengan tingkat perkembangan
anak;
2) kegiatan yang dipilih sesuai dengan dan bertolak dari minat siswa dan kebutuhan anak;
3) seluruh kegiatan belajar lebih bermakna bagi anak didik sehingga hasil belajar anak didik akan
dapat bertahan lebih lama;
4) pembelajaran terpadu dapat menumbuh-kembangkan keterampilan berpikir anak;
5) pembelajaran terpadu menyajikan kegiatan yang bersifat pragmatis (bermanfaat) sesuai dengan
permasalahan yang sering ditemuai dalam lingkungan anak;
6) pembelajaran terpadu dapat menumbuhkan motivasi belajar siswa kearah belajar yang dinamis,
optimal dan tepat guna;
7) menumbuhkembangkan interaksi sosial anak seperti kerjasama, toleransi, komunikasi dan respek
terhadap gagasan orang lain;
8) membangkitkan motivasi belajar, memperluas wawasan dan aspirasi guru dalam mengajar
(Saifulloh, 2003).

D. Kekurangan Model Pembelajaran CIRC
Kerurangan dari model pembelajaran CIRC tersebut antara lain:
Dalam model pembelajaran ini hanya dapat dipakai untuk mata pelajaran yang menggunakan
bahasa, sehingga model ini tidak dapat dipakai untuk mata pelajaran seperti: matematika dan mata
pelajaran lain yang menggunakan prinsip menghitung.

E. Kesimpulan
Model pembelajaran ini sangat bagus dipakai karena dengan menggunakan model ini siswa dapat
memahami secara langsung peristiwa yang terjadi di dalam kehidupan dengan materi yang
dijelaskan.


MODEL PEMBELAJARAN INSIDE OUTSIDE CIRCLE (LINGKARAN
BESAR LINGKARAN KECIL)

MODEL PEMBELAJARAN INSIDE OUTSIDE CIRCLE (LINGKARAN BESAR
LINGKARAN KECIL)


Teknik mengajar lingkaran besar dan lingkaran kecil (inside outside circle) dikembangkan oleh
Spencer Kagan untuk memberikan kesempatan pada siswa agar saling berbagi informasi pada saat
yang bersamaan.
Bahan pelajaran yang paling cocok digunakan dengan teknik ini adalah bahan yang membutuhkan
pertukaran pikiran dan informasi antar siswa. Salah satu keunggulan teknik ini adalah adanya struktur
yang jelas yang memungkinkan siswa untuk berbagi dengan pasangan yang berbeda dengan singkat
danteratur. Selain itu siswa bekerja dengan sesama siswa dalam suasana gotong royong dan
mempunyai banyak kesempatan untuk mengolah informasi dan meningkatkan keterampilan
berkomunikasi.

Langkah-langkah :
1. Separuh kelas (atau seperempat jika jumlah siswa terlalu banyak) berdiri membentuk lingkaran
kecil dan menghadap ke luar.
2. Separuh kelas lainnya membentuk lingkaran diluar lingkaran pertama menghadap ke dalam.
3. Dua siswa yang berpasangan dari lingkaran kecil
danhttp://www.scribd.com/doc/50827028/73/INSIDE-OUTSIDE-CIRCLE-LINGKARAN-KECIL-
LINGKARAN-BESAR besar berbagi informasi. Pertukaran informasi bisa dilakukan oleh semua
pasangan dalam waktu yang bersamaan.
4. Kemudian siswa yang di lingkaran kecil diam di tempat, sementara siswa yang di lingkaran besar
bergeser, satu atau dua langkah searah jarum jam.
5. Sekarang giliran siswa berada di lingkaran besar yang membagi informasi demikian seterusnya.

Siswa saling membagi informasi pada saat yang bersamaan dengan pasangan yang berbeda dengan
singkat dan teratur.

Kelebihan :
Mendapatkan informasi yang berbeda pada saat yang bersamaan.
Kekurangan :
Membutuhkan ruang kelas yang besar.
Terlalu lama sehingga tidak konsentrasi dan disalahgunakan untuk bergurau, juga rumit untuk
dilakukan.

Materi yang cocok dengan model pembelajaran.
1. IPA kelas 5 Bab V
Penyesuaian Makhluk Hidup
a. Penyesuaian diri pada hewan
1. Penyesuaian diri untuk memperoleh makanan.
2. Penyesuaian diri untuk melindungi diri dari musuhnya.
b. Penyesuaian diri pada tumbuhan
1. Penyesuaian diri tumbuhan dengan lingkungan tertentu.
2. Penyesuaian diri untuk melindungi diri dari musuhnya.

Alasan :
Pada pembelajaran dengan menggunakan model outside - inside - circle (lingkaran besar - lingkaran
kecil) ini. Terlebih dahulu guru menyampaikan informasi dengan menjelaskan isi materi (penyesuaian
makhluk hidup). Menurut saya materi penyesuaian makhluk hidup sangat cocok untuk model outside
- inside - circle (lingkaran besar - lingkaran kecil). Karena materi ini sering ditemui anak dalam
kehidupan sehari-hari, melalui penjelasan dari guru tentang penyesuaian makhluk hidup maka anak
memadukan apa yang dilihatnya dalam kehidupan sehari-hari dengan informasi yang disampaikan
oleh guru, sehingga pada saat anak membentuk lingkaran besar dan lingkaran kecil yang selanjutnya
anak akan menyampaikan informasi, anak mudah mengingat informasi yang akan dia sampaikan
kepada teman pasangannya, materi ini juga memiliki cakupan isi/materi yang cukup banyak sehingga
memudahkan guru untuk membagi materi sesuai dengan siswa yang membentuk lingkaran, karna
masing masing-masing anak membawa informasi yang berbeda untuk teman pasangannya.

2. IPA Kelas 5 Bab XIV
Sumber Daya Alam
a. Sumber Daya Alam di Lingkungan Sekitar
1. Sumber daya alam yang dapat diperbaharui
2. Sumber daya alam yang tidak dapat diperbaharui
b. Penggunaan Sumber Daya Alam
1. Mineral
2. Kegiatan manusia yang mengubah permukaan bumi

Alasan :
Pada pembelajaran menggunakan model outside - inside - circle (lingkaran besar - lingkaran kecil).
saya materi ini cocok untuk model inside (outside - circle) (lingkaran besar - lingkaran kecil) karena
materinya dapat dikembangkan oleh anak berdasarkan pengetahuan dan pengalaman mereka.
Misalnya : materi tentang kegiatan manusia yang mengubah permukaan bumi, jika guru
menggunakan soal pertanyaan dalam pertukaran pikiran dan informasi untuk setiap anak, maka
mempermudah pekerjaan guru dalam membuat pertanyaan, pertanyaan yang sama dapat diberikan
kepada beberapa anak, karena kemungkinan jawaban yang akan mereka dapat dari teman
pasangannya berbeda. Dengan model pembelajaran outside - inside - circle materi akan mudah
dipahami oleh anak karena materi ini dapat disampaikan dengan singkat dan eratur, misalnya
berkaitan dengan sumber daya alam yang dapat diperbaharui, dan tidak dapat diperbaharui,
sehingga dengan model pembelajaran outside - inside - circle ini cakupan materi yang cukup luas
dapat dipahami dan dikembangkan oleh anak.

3. Pendidikan kewarganegaraan kls XI Semester II
Pentingnya nilai dalam kehidupan
Pentingnya nilai dalam kehidupan bangsa
Pancasila sebagai sumber nilai
a. Pancasila sebagai sumber nilai hokum
b. Pancasila sebagai sumber nilai etik
Menurut saya materi ini cocok dan bias digunakan dalam model pembelajaran IOC dikarnakan materi
yang disampaikan tidak terlalu sulit dan melatih tingkat pemikiran siswa karna yang dibahas dalam
materi ini menyangkut kehidupan sehari-hari dan bangsa.

Contoh RPP model pembelajaran ini :

Rencana Pelaksanaan Pembelajaran ( RPP )
Model pembelajaran IOC

Mata Pelajaran : Pendidikan Kewarganegaraan
Kelas / semester : XI / (dua)
Hari / tanggal :
Alokasi Waktu : 2 JP x 40 menit

St standar Kompetisi :
Menganalisis pentingnya nilai dalam kehidupan

K kompetisi Dasar :
Mendiskripsikan pentingnya nilai dalam kehidupan bangsa
Mendeskripsiskan pancasila sebagai sumber nilai
Mendeskripsikan nilai pancasila sebagai sumber norma hokum
Mendeskripsikan nilai pancasila sebagai sumber norma etik

A. Indikator :
Menjelaskan pentingnya nilai pancasila dalam kehidupan

B. Tujuan pembelajaran :
1. memahami pentingnya nilai dalam kehidupan
2. Mengetahui pentingnya nilai pancasila sebagai norma hukum
3. Mengetahui pentingnya pancasila sebagai sumber nilai etik

C. Materi pembelajaran :
LKS Pendidikan kewarganegaran untu SMA kelas XI semeeter II
Nilai sosial adalah nilai yang dianut oleh suatu masyarakat, mengenai apa yang dianggap baik dan
apa yang dianggap buruk oleh masyarakat. Sebagai contoh, orang menanggap menolong memiliki
nilai baik, sedangkan mencuri bernilai buruk. Woods mendefinisikan nilai sosial sebagai petunjuk
umum yang telah berlangsung lama, yang mengarahkan tingkah laku dan kepuasan dalam kehidupan
sehari-hari.
pancasila sebagai dasar negara dan ideologi nasional membawa
konsekuensi logis bahwa nilai-nilai pancasila dijadikan landasan pokok, landasan
fundamental bagi penyelenggaraan negara Indonesia.
Nilai-nilai pancasila selanjutnya dijabarkan dalam berbagai peraturan
perundangam yang ada. Perundang-undangan, ketetapan, keputusan, kebijaksanaan
pemerintah, program-program pembangunan, dan peraturan-peraturan lain pada
hakikatnya merupakan nilai instrumental sebagai penjabaran dari nilai-nilai
dasar pancasila.
Upaya lain dalam mewujudkan pancasila sebagai sumber nilai adalah dengan
menjadikan nilai dasar Pancasila sebagai sumber pembentukan norma etik (norma
moral) dalam kehidupan bermasyarakat, berbangsa, dan bernegara. Nilai-nilai
pancasila adalah nilai moral
D. Metode Pembelajaran
1. Kerja kelompok
2. Presentasi
3. Diskusi
4. Tanya jawab
E. Langkah-langkah Pembelajaran :
1. Pendahuluan
1) Salam, sapa dan berdoa bersama
2) Apersepsi tentang materi
3) Membagi kelompok yng anggotanya 4 orang secara heterogen berdasarkan tingkat kemampuan
membaca.
2. Kegiatan Inti
1) Menjelaskan pembagian tugas kelompok
2) Guru memberikan wacana / kliping sesuai topic pembelajaran
3) Siswa bekerjasama saling membacakan dan menemukan ide pokok dan memberi tanggapan
terhadap wacana / kliping dan ditulis pada lembar kerja.
4) Mempresentasikan / membaca hasil kelompok.
3. Kegiatan akhir
1) Guru menyimpulkan materi bersama murid
2) Penutup

F. Sumber bahan :
- Buku paket buku paket pendidikan kewarganegaraan kelas XI semester II
- LKS Pendidikan kewarganegaran untu SMA kelas XI semeeter II
- Kliping tentang pentingnya nilai dalm kehidupan berbangsa dan bernegara

G. Penilaian
- Test perbuatan dalam kegiatan
- Tes lisan


MODEL PEMBELAJARAN COOPERATIVE LEARNING (TEBAK KATA)

MODEL PEMBELAJARAN COOPERATIVE LEARNING (TEBAK KATA)
A. Pengertian
Metode ini berguna untuk kelas yang aktif dalam kelas. Pengertian aktif terdapat 2 (dua) macam,
yaitu:
1. aktif dalam arti selalu atau suka berbicara meski tidak dalam pembelajaran,
2. aktif dalam arti siswa mau dan mampu berfikir dan bertanya jika menemukan kesulitan.

Dalam buku Cooperative Learning PAIKEM oleh Agus Suprijono menjelaskan pembelajaran aktif
yaitu; Pembelajaran adalah proses belajar dengan menempatkan peserta didik sebagai center stage
performance, dengan proses pembelajaran yang menarik sehingga siswa dapat merespon
pemelajaran dengan suasana yang menyenangkan. Sedangkan aktif adalah siswa atau peserta didik
mampu dan dapat bertanya, mempertanyakan, dan mengemukakan gagasan.
Maka dari itu, berlangsungnya proses pembelajaran tidak terlepas dengan lingkungan sekitar atau
tidak terbatas pada empat dinding kelas. Melainkan pembelajaran dapat terlaksana dengan
pendekatan lingkungan menghapus kejenuhan dan menciptakan peserta didik yang cinta terhadap
lingkungan sekitar. Sedikit contoh metode Pembelajaran Aktif yaitu dengan Metode Tebak kata.
Model pembelajaran tebak kata adalah model pembelajaran yang menggunakan media kartu teka-
teki yang berpasangan dengan kartu jawaban teka-teki. Permainan tebak kata dilaksanakan dengan
cara siswa menjodohkan kartu soal teka-teki dengan kartu jawaban yang tepat. Melalui permainan
tebak kata, selain anak menjadi tertarik untuk belajar juga memudahkan dalam menanamkan konsep
pelajaran IPS dalam ingatan siswa. Jadi, guru mengajak siswa untuk bermain tebak kata dengan
menggunakan media kartu dari kertas karton dalam mata pelajaran IPS.

Dalam menerapkan metode permainan ada beberapa hal yang harus disiapkan adalah sebagai
berikut :
1. siapkan materi yang akan di sampaikan.
2. siapkan bahan ajar yang di butuhkan.
3. siapkan kata kunci yang akan di pertanyakan.
Media: :
Buat kartu ukuran 10X10 cm dan isilah ciri-ciri atau kata-kata lainnya yang mengarah pada jawaban
(istilah) pada kartu yang ingin ditebak. Buat kartu ukuran 5X2 cm untuk menulis kata-kata atau istilah
yang mau ditebak (kartu ini nanti dilipat dan ditempel pada dahi ataudiselipkan di telinga.

Langkah-langkah :
1. Guru menjelaskan kompetensi yang ingin dicapai atau materi 45 menit.
2. Guru menyuruh siswa berdiri berpasangan di depan kelas
3. Seorang siswa diberi kartu yang berukuran 1010 cm yang nanti dibacakan pada pasangannya.
Seorang siswa yang lainnya diberi kartu yang berukuran 52 cm yang isinya tidak boleh dibaca
(dilipat) kemudian ditempelkan di dahi atau diselipkan ditelinga.
4. Sementara siswa membawa kartu 1010 cm membacakan kata-kata yang tertulis didalamnya
sementara pasangannya menebak apa yang dimaksud dalam kartu 1010 cm. jawaban tepat bila
sesuai dengan isi kartu yang ditempelkan di dahi atau telinga.
5. Apabila jawabannya tepat (sesuai yang tertulis di kartu) maka pasangan itu boleh duduk. Bila
belum tepat pada waktu yang telah ditetapkan boleh mengarahkan dengan kata-kata lain asal jangan
langsung memberi jawabannya.
6. Dan seterusnya

CONTOH KARTU:
BERDASARKAN SIKAP YANG DITUNJUKKAN.
tidak memandang perbedaan sebagai usaha mencari alternatif
yang dicari adalah kambing hitam bukan peraturannya yang mungkin salah.

TIPE BUDAYA POLITIK APAKAH AKU...?

JAWABAN:

TIPE BUDAYA POLITIK MILITAN

B. Prinsip atau Ciri-Ciri
Pembelajaran berlangsung menyenangkan
Siswa diarahkan untuk aktif
Menggunakan media kartu
C. Kelebihan dan Kekurangan dalam Pemanfaatannya
Kelebihannya :
a. anak akan mempunyai kekayaan bahasa.
b. Sangat menarik sehingga setiap siswa ingin mencobanya.
c. Siswa menjadi tertarik untuk belajar
d. memudahkan dalam menanamkan konsep pelajaran dalam ingatan siswa.
Kekurangannya :
a. memerlukan waktu yang lama sehingga materi sulit tersampaikan.
b. Bila siswa tidak menjawab dengan benar maka tidak semua siswa dapat maju karena waktu
terbatas.
D. Kesimpulan
Jadi, mopdel pembelajaran Tebak Kata merupakan salah satu model pembelajaran Cooperative
Lerning, dengan proses pembelajaran yang menarik agar siswa menjadi berminat atau tertarik untuk
belajar, mempermudah dalam menanamkan konsep-konsep dalam ingatan siswa. Selain itu siswa
juga diarahkan untuk aktif, yaitu siswa atau peserta didik mampu dan dapat bertanya,
mempertanyakan, dan mengemukakan gagasan.


MODEL PEMBELAJARAN WORD SQUARE

MODEL PEMBELAJARAN WORD SQUARE
Pengertian
Model pembelajaran Word Square merupakan pengembangan dari metode ceramah yang diperkaya.
Hal ini dapat diidentifikasi melalui pengelompokkan metode ceramah yang diperkaya yang
berorientasi kepada keaktifan siswa dalam pembelajaran sebagaimana disebutkan oleh Mujiman
(2007)
Model Pembelajaran Word Square merupakan model pembelajaran yang memadukan kemampuan
menjawab pertanyaan dengan kejelian dalam mencocokan jawaban pada kotak-kotak jawaban. Mirip
seperti mengisi Teka-Teki Silang tetapi bedanya jawabannya sudah ada namun disamarkan dengan
menambahkan kotak tambahan dengan sembarang huruf/angka penyamar atau pengecoh. Model
pembelajaran ini sesuai untuk semua mata pelajaran.Tinggal bagaimana Guru dapat memprogram
sejumlah pertanyaan terpilih yang dapat merangsang siswa untuk berpikir efektif. Tujuan huruf/angka
pengecoh bukan untuk mempersulit siswa namun untuk melatih sikap teliti dan kritis.
Word Square merupakan salah satu dari sekian banyak metode pembelajaran yang dapat
dipergunakan guru dalam mencapai tujuan pembelajaran. Metode ini merupakan kegiatan belajar
mengajar dengan cara guru membagikan lembar kegiatan atau lembar kerja sebagai alat untuk
mengukur tingkat pemahaman siswa terhadap materi pelajaran yang telah diajarkan.
Instrument utama metode ini adalah lembar kegiatan atau kerja berupa pertanyaan atau kalimat yang
perlu dicari jawabannya pada susunan huruf acak pada kolom yang telah disediakan.
Langkah-Langkah Model Pembelajaran Word Square
Langkah-langkah Model Pembelajaran Word Square adalah sebagai berikut :

1. Guru menyampaikan materi sesuai kompetensi yang ingin dicapai.
2. Guru membagikan lembaran kegiatan sesuai contoh.
3. Siswa menjawab soal kemudian mengarsir huruf dalam kotak sesuai jawaban secara vertikal,
horizontal maupun diagonal.
4. Berikan poin setiap jawaban dalam kotak.

CONTOH JAWABAN (Untuk Mapel PKn)
S Y E N I E K K K
A G U A N D M E N
N B A R T I R T D
G A N R N R S U S
U D G T U T G R Z
I O O L S A I U I
N R P A I P A N F
I A S O L I O A U
S R I N H B C N U

CONTOH SOALNYA :
1. Asas dalam menentukan kewarganegaraan seseorang berdasarkan tempat orang tersebut
dilahirkan disebut asas
2. Negara Indonesia memakai asas kewarganegaraan berdasarkan keturunan yang disebut asas ius
3. Seseorang yang mempunyai dua kewarganegaraan dari dua Negara yang berbeda disebut...
4. Hak dimiliki seseorang untuk memilih kewarganegaraannya disebut hak...
5. Penentuan kewarganegaraan seseorang berdasarkan kelahiran dan

Kekurangan dan Kelebihan Model Pmebelajaran Word Square
Beberapa kelebihan dari model pembelajaran Word Square yaitu:
1. Kegiatan tersebut mendorong pemahaman siswa terhadap materi pelajaran.
2. Melatih untuk berdisiplin.
3. Dapat melatih sikap teliti dan kritis.
4. Merangsang siswa untuk berpikir efektif.
Model pembelajaran ini mampu sebagai pendorong dan penguat siswa terhadap materi yang
disampaikan. Melatih ketelitian dan ketepatan dalam menjawab dan mencari jawaban dalam lembar
kerja. Dan tentu saja yang ditekankan disini adalah dalam berpikir efektif, jawaban mana yang paling
tepat.

Sedangkan beberapa kekurangan dari model pembelajaran word square yaitu:
1. Mematikan kreatifitas siswa.
2. Siswa tinggal menerima bahan mentah.
3. Siswa tidak dapat mengembangkan materi yang ada dengan kemampuan atau potensi yang
dimilikinya.
Dalam model pembelajaran ini siswa tidak dapat mengembangkan kreativitas masing-masing, dan
lebih banyak berpusat pada guru. Karena siswa hanya menerima apa yang disampaikan oleh guru,
dan jawaban dari lembar kerja pun tidak bersifat analisis, sehingga siswa tidak dapat menggali lebih
dalam materi yang ada dengan model pembelajaran word square ini.

Dari penjelasan tentang model pembelajaran word square maka dapat disimpulkan bahwa model
pembelajaran word square adalah suatu pengembangan dari metode ceramah namun untuk
mengetahui pemahaman siswa tentang materi yang telah disampaikan maka diberikan lembar kerja
yang didalamnya berisi soal dan jawaban yang terdapat dalam kotak kata. Membutuhkan suatu
kejelian dan ketelitian dalam mencari pilihan jawaban yang ada dengan tepat. Namun sebagaimanan
model pembelajaran yang lainnya, model pembelajaran word square mempunyai kekurangan dan
kelebihan. Kekurangan dari model pembelajaran ini yaitu siswa hanya menerima bahan mentah dari
guru dan tidak dapat mengembangkan kreativitasnya, karena siswa hanya dituntut untuk mencari
jawaban bukan untuk mengembangkan pikiran siswa masing-masing. Sedangkan kelebihannya yaitu
meningkatkan ketelitian, kritis dan berfikir efektif siswa. Karena siswa dituntut untuk mencari jawaban
yang paling tepat dan harus jeli dalam mencari jawaban yangada dalam lembar kerja.


Model pembelajaran Scramble
Model Pembelajaran Scramble tampak seperti Model Pembelajaran Word Square, bedanya jawaban
soal tidak dituliskan di dalam kotak-kotak jawaban, tetapi sudah dituliskan namun dengan susunan
yang acak, nah siswa nanti bertugas mengkoreksi ( membolak-balik huruf ) jawaban tersebut
sehingga menjadi jawaban yang tepat/ benar.
Model pembelajaran scramble tampak seperti model pembelajaran word square, bedanya jawaban
soal tidak dituliskan di dalam kotak-kotak jawaban, tetapi sudah dituliskan, namun dengan susunan
yang acak, jadi siswa bertugas mengoreksi (membolak-balik huruf) jawaban tersebut sehingga
menjadi jawaban yang tepat / benar.

Kelebihan Model pembelajaran Scramble :
1. Memudahkan mencari jawaban
2. Mendorong siswa untuk belajar mengerjakan soal tersebut
3. Semua siswa terlibat
4. Kegiatan tersw dapat mendorong pemahaman siswa terhadap materi pelajaran
5. Melatih untuk disiplin

Kekurangan model pembelajaran scramble
1. Siswa kurang berfikir kritis
2. Bisa saja mencontek jawaban teman lainnya
3. Mematikan kreatifitas siswa
4. Siswa tinggal menerima bahan mentah

Langkah-langkah Model pembelajaran scramble :
1. Guru menyajikan materi sesuai topic, misalnya guru menyajikan materi pelajaran tentang Tata
Surya
2. Setelah selesai menjelaskan tentang Tata Surya, guru membagikan lembar kerja dengan jawaban
yang diacak susunannya.
3. Media yang digunakan dalam model pembelajaran scramble :
4. Buat pertanyaan yang sesuai dengan TPK
5. Buat jawaban yang diacak hurufnya

Media :
Buatlah pertanyaan yang sesuai dengan kompetensi yang ingin dicapai
Buat jawaban yang diacak hurufnya
Langkah-langkah pembelajarannya sebagai berikut :
Guru menyajikan materi sesuai kompetensi yang ingin dicapai.
Membagikan lembar kerja sesuai contoh.
Susunlah huruf-huruf pada kolom B sehingga merupakan kata kunci (jawaban) dari pertanyaan pada
kolom A!

Kolom A

1. Sebelum mengenal uang orang melakukan pertukaran dengan cara
2. digunakan sebagai alat pembayaran yang sah
3. Uang saat ini banyak dipalsukan
4. Nilai bahan pembuatan uang disebut nilai
5. Kemampuan uang untuk ditukar dengan sejumlah barang atau jasa disebut nilai
6. Nilai perbandingan uang dalam negeri dengan mata uang asing disebut
7. Nilai yang tertulis pada uang disebut nilai
8. dorongan seseorang menyimpan uang untuk keperluan jual beli disebut
9. perintah tertulis dari seseorang yang mempunyai rekening di bank untuk membayar sejumlah uang
disebut



Kolom B

1. TARREB . ( Contoh : jawaban yang benarBARTER )
2. GANU
3. TRASEK
4. KISTRINI
5. LIRI
6. SRUK
7. MINALON .
8. SAKSITRAN
9. KEC


MODEL PEMBELAJARAN
TAKE AND GIVE


A. Pengertian Model Pembelajaran Take and Give
Model Pembelajaran menerima dan memberi (Take and Give) merupakan model pembelajaran
yang memiliki sintaks, menuntut siswa mampu memahami materi pelajaran yang diberikan guru dan
teman sebayanya (siswa lain).
Kelebihan :
Siswa akan lebih cepat memahami penguasaan materi dan informasi karena mendapatkan
informasi dari guru dan siswa yang lain.
Dapat menghemat waktu dalam pemahaman dan penguasaan siswa akan informasi.
Kelemahan:
Bila informasi yang disampaikan siswa kurang tepat (salah) maka informasi yang diterima
siswa lain pun akan kurang tepat.

B. Media Model Pembelajaran Take and Give
a) Siapkan Kartu dengan ukuran 10 x 15 cm untuk sejumlah siswa.
b) Setiap kartu berisi nama siswa, bahan belajar (sub materi) dan nama yang diberi informasi,
kompetensi dan sajian materi.

1. Contoh Kartu :
NAMA SISWA :
SUB MATERI :
NAMA YANG DIBERI :
1.
2.
3. dst.

C. Langkah-langkah Umum
1. Guru menyiapkan kelas sebagaimana mestinya.
2. Guru menjelaskan materi sesuai kompetensi yang sudah direncanakan selama 45 menit.
3. Untuk memantapkan penguasaan siswa akan materi yang sudah dijelaskan, setiap siswa
diberikan satu kartu untuk dipelajari (dihapal) selama 5 menit.
4. Kemudian guru meminta semua siswa berdiri dan mencari teman pasangan untuk saling
menginformasikan materi yang telah diterimanya. Tiap siswa harus mencatat nama teman
pasangannya pada kartu yang sudah diberikan.
5. Demikian seterusnya sampai semua siswa dapat saling memberi dan menerima materi masing-
masing (take and give).
6. Guru mengevaluasi keberhasilan model pembelajaran take and give dengan memberikan siswa
pertanyaan yang tidak sesuai dengan kartunya (kartu orang lain).
7. Guru dan siswa membuat kesimpulan bersama mengenai materi pelajaran.
8. Guru menutup pelajaran.

D. Materi Pembelajaran IPA yang Sesuai untuk Model Pembelajaran Take and Give
1. Materi Pelajaran IPA kelas 5
Bab I Alat Pernafasan
Sub Materi : Alat pernafasan pada manusia
Bab II Pencernaan Makanan Pada Manusia
Sub Materi : Alat pencernaan pada manusia
Bab V Penyesuaian Diri Makhluk Hidup terhadap Lingkungannya.
Sub Materi : Cara hewan menyesuaikan diri dengan lingkungannya.
2. Materi Pelajaran IPA kelas 6
Bab 1 Ciri Khusus Makhluk Hidup
Sub Materi : ciri khusus hewan terhadap lingkungannya.
Bab 4 Keseimbangan Ekosistem
Sub Materi : kegiatan manusia yang dapat mempengaruhi keseimbangan ekosistem.
Bab 11 Energi dalam kehidupan Sehari-hari
Sub Materi : guna energi listrik dalam rumah tangga

E. Alasan Pemilihan Materi yang Sesuai
Pemilihan materi yang sesuai untuk model pembelajaran take and give adalah materi yang
mengandung informasi yang singkat, jelas dan padat. Hal ini dikarenakan model pembelajaran ini
lebih menekankan pada unsur ingatan dengan materi yang ringan dan mudah serta membutuhkan
pemahaman yang cepat. Pembelajaran model ini pun tidak memerlukan pemahaman materi dengan
teknik pelajaran praktek maupun diskusi.


Model Pembelajaran Consept Sentence

Model Pembelajaran Consept Sentence


Metodologi mengajar adalah ilmu yang mempelajari cara-cara untuk melakukan aktivitas yang
tersistem dari sebuah lingkungan yang terdiri dari pendidik dan peserta didik untuk saling berinteraksi
dalam melakukan suatu kegiatan sehingga proses belajar berjalan dengan baik dalam arti tujuan
pengajaran tercapai.

Agar tujuan pengajaran tercapai sesuai dengan yang telah dirumuskan oleh pendidik, maka perlu
mengetahui, mempelajari beberapa metode mengajar, serta dipraktekkan pada saat mengajar.
Pengertian
Consepct sentence merupakan salah satu teknik dari cooperative Learning,dimana siswa belajar
dengan kelompoknya untuk membuat beberapa kalimat sesuai dengan kata kunci yang telah
diberikan oleh guru kepada siswa.Pembentukan kelompok didasarkan pada kartu kata yang dimiliki
oleh setiap siswa.Setiap siswa membentuk satu kalimat yang telah dipelajari
sebelumnya.Consecptsentence ini dibuat seperti games sehingga siswa bersemangat untuk
memenangkan games ini.Setiap kelompok akan membahas pola kalimat yang telah diberikan oleh
guru ,setelah diberikan batas waktu tertentu ,maka setiap kelompok harus mengirim wakil dari
masing-masing kelompok sebanyak dua orang kedepan .Wakil dari kelompok diharuskan membuat
beberapa dari kata kunci yang ada berdasarkan kata kunci yang telah diberikan
Proses kelompok terjadi ketika anggota kelompok mendiskusikan seberapa baik mereka mencapai
tujuan dan memelihara kerjasama yang efektif. Para siswa perlu mengetahui tingkat-tingkat
keberhasilan pencapaian tujuan dan efektivitas kerjasama yang telah dilakukan.
Untuk memperoleh informasi itu, para siswa perlu mengadakan perbaikan-perbaikan secara
sistematis tentang bagaimana mereka telah bekerja sama sebagai satu tim, dalam hal :

Seberapa baik tingkat pencapaian tujuan kelompok
Bagaimana mereka saling membantu satu sama lain
Bagaimana mereka bersikap dan bertingkah laku positif untuk memungkinkan setiap individu dan
kelompok secara keseluruhan menjadi berhasil, dan
Apa yang mereka butuhkan untik melakukan tugas-tugas yang akan datang supaya lebih berhasil.

Ciri-ciri
Siswa dibentuk kelompok heterogen dan membuat kalimat dengan minimal 4 kata kunci sesuai materi
yang disajikan.
Langkah-langkah:
1. Guru menyampaikan tujuan.
2. Guru menyajikan materi secukupnya.
3. Guru membentuk kelompok yang anggotanya kurang lebih 4 orang secara heterogen.
4. Menyajikan beberapa kata kunci sesuai materi/ topik yang disajikan.
5. Tiap kelompok disuruh membuat beberapa kalimat dengan menggunakan minimal 4 kata kunci
setiap kalimat.
6. Hasil diskusi kelompok didiskusikan lagi secara pleno yang dipandu guru.
7. Kesimpulan.
Kelebihan:
1. Lebih memahami kata kunci dari materi pokok pelajaran.
2. Siswa yang lebih pandai mengajari siswa yang kurang pandai.
Kekurangan:
1. Hanya untuk mata pelajaran tertentu.
2. Untuk yang pasif mengambil jawaban dari temannya.


Model Pembelajaran Complete Sentence

Model Pembelajaran Complete Sentence

1. Pengertian
Model pembelajaran complete sentence adalah model pembelajaran mudah dan sederhana di mana
siswa belajar melengkapi paragraf yang belum sempurna dengan menggunakan kunci jawaban yang
tersedia.

Langkah-langkah pembelajarannya sebagai berikut :
1. Guru menyampaikan kompetensi yang ingin dicapai.
2. Guru Menyampaikan materi secukupnya atau siswa disuruh membacakan buku atau modul
dengan waktu secukupnya.
3. Guru membentuk kelompok 2 atau 3 orang secara heterogen.
4. Guru membagikan lembar kerja berupa paragraf yang kalimatnya belum lengkap.
5. Siswa berdiskusi untuk melengkapi kalimat dengan kunci jawaban yang tersedia.
6. Siswa berdiskusi secara berkelompok.
7. Setelah jawaban didiskusikan, jawaban yang salah diperbaiki. Tiap peserta membaca sampai
mengerti atau hafal.
8. Kesimpulan.A

2. Prinsip/ ciri-ciri Complete sentence
a. Soal yang disampaikan berupa kalimat yang belum lengkap, sehingga makna/ arti kalimat tersebut
belum dapat dimengerti
b. Kalimat yang banyak dan saling berkaitan dalam sebuah paragrap, dan belum sempurna serta
belum dimengerti maknanya
c. Kalimat dapat dilengkapi dengan pilihan kata yang disediakan
d. Harus diisi dengan kata-kata tertentu, misal istilah keilmuan/ kata asing.
e. Jawaban dari kalimat yang belum lengkap itu sudah disediakan


3. Kelebihan/kekurangan model pembelajaran complete sentence
a. Kelebihan
1. Mudah dibuat guru, hanya dengan menghilangan satu kata dalam kalimat
2. Siswa tidak perlu menjelaskan jawabannya, hanya perlu memadukan rumpang/tidak jawabannya.
3. Siswa diajarkan untuk mengerti dan hafal mengenai materi

b. Kekurangan
1. Guru kurang kreatif dan inovasi dalam membuat soal
2. Siswa kurang terpacu mencari jawaban karena hanya cukup menebak kata, karena biasanya
hanya kata hubung.
3. Kurang cocok untuk dipergunakan dalam setiap bidang studi.

4. Kesimpulan
Model pembelajaran complete sentence adalah model pembelajaran yang sederhana di mana siswa
belajar melengkapi paragraf yang belum sempurna dengan menggunakan kunci jawaban yang
tersedia. Model pembelajaran ini sebenarna mempermudah guru namun terkadang gurunya kurang
inovatif dan kreatif dalam membuat soalnya. Dan siswanya kurang terpacu untuk mencari
jawabannya karena hanya tinggal menebak kaata-kata yang rumpang yang jawabannya telah
disediakan.


PEMBELAJARAN TIME TOKEN
PEMBELAJARAN TIME TOKEN


A. MODEL PEMBELAJARAN TIME TOKEN

Model pembelajaran Time Token Arends merupakan salah satu contoh kecil dari penerapan
pembelajaran yang demokratis di sekolah. Proses pembelajaran yang demokratis adalah proses
belajar yang menempatkan siswa sebagai subyek. Mereka harus mengalami sebuah perubahan ke
arah yang lebih positif. Dari yang tidak bisa menjadi bisa, dari tidak paham menjadi paham, dan dari
tidak tahu menjadi tahu. Di sepanjang proses belajar itu, aktivitas siswa menjadi titik perhatian utama.
Dengan kata lain mereka selalu dilibatkan secara aktif. Guru dapat berperan untuk mengajak siswa
mencari solusi bersama terhadap permasalahan yang ditemui.
Model ini digunakan (Arends, 1998) untuk melatih dan mengembangkan ketrampilan sosial agar
siswa tidak mendominasi pembicaraan atau diam sama sekali. Guru memberi sejumlah kupon
berbicara dengan waktu 30 detik per kupon pada tiap siswa. Sebelum berbicara, siswa
menyerahkan kupon terlebih dahulu pada guru. Setiap tampil berbicara satu kupon. Siswa dapat
tampil lagi setelah bergiliran dengan siswa lainnya. Siswa yang telah habis kuponnya tak boleh bicara
lagi. Siswa yang masih memegang kupon harus bicara sampai semua kuponnya habis.

B. LANGKAH MODEL PEMBELAJARAN TIME TOKEN ARENDS
Adapun langkah-langkah dari model pembelajaran Time Token Arends ini adalah sebagai berikut :
1. Guru menjelaskan tujuan pembelajaran/ KD.
2. Guru mengkondisikan kelas untuk melaksanakan diskusi klasikal.
3. Guru memberi tugas pada siswa.
4. Guru memberi sejumlah kupon berbicara dengan waktu 30 detik per kupon pada tiap siswa.
5. Guru meminta siswa menyerahkan kupon terlebih dahulu sebelum berbicara atau memberi
komentar. Setiap tampil berbicara satu kupon. Siswa dapat tampil lagi setelah bergiliran dengan
siswa lainnya. Siswa yang telah habis kuponnya tak boleh bicara lagi. Siswa yang masih memegang
kupon harus bicara sampai semua kuponnya habis. Demikian seterusnya hingga semua anak
berbicara.
6. Guru memberi sejumlah nilai sesuai waktu yang digunakan tiap siswa
(Pada RPP ini, tiap siswa maju ke depan untuk membacakan puisi secara bergiliran dan siswa yang
lain mengomentari puisi yang dibaca siswa dengan menggunakan kupon berbicara)

C. KELEBIHAN DAN KEKURANGAN MODEL PEMBELAJARAN TIME TOKEN ARENDS
Kelebihan Model Time Token Arends
- Mendorong siswa untuk meningkatkan inisiatif dan partisipasinya.
- Siswa tidak mendominasi pembicaraan atau diam sama sekali
- Siswa menjadi aktif dalam kegiatan pembelajaran
- Meningkatkan kemampuan siswa dalam berkomunikasi (aspek berbicara)
- Melatih siswa untuk mengungkapkan pendapatnya.
- Menumbuhkan kebiasaan pada siswa untuk saling mendengarkan, berbagi, memberikan masukan
dan keterbukaan terhadap kritik
- Mengajarkan siswa untuk menghargai pendapat orang lain.
- Guru dapat berperan untuk mengajak siswa mencari solusi bersama terhadap permasalahan yang
ditemui.
- Tidak memerlukan banyak media pembelajaran.
Kekurangan Model Time Token Arends
- Hanya dapat digunakan untuk mata pelajaran tertentu saja.
- Tidak bisa digunakan pada kelas yang jumlah siswanya banyak.
- Memerlukan banyak waktu untuk persiapan dan da

Anda mungkin juga menyukai