DAFTAR ISI
Halaman
KATA PENGANTAR
II ORGANISASI PENDIDIKAN 19
A. Pengertian Organisasi Pendidikan 20
B. Bentuk-Bentuk Organisasi Pendidikan 25
C. Struktur Organisasi Pendidikan 26
D. Wewenang dan Tanggung Jawab Organisasi 30
Pendidikan
E. Organisasi Sekolah 32
F. Proses Belajar Mengajar dan Problematikanya 33
G. Pendekatan-Pendekatan Organisasi Pendidikan 39
H. Pentingnya Organisasi Pendidikan 41
I. Faktor-Faktor yang Perlu Dipertimbangkan dalam 42
Menyusun Organisasi Pendidikan
J. Contoh Susunan Organisasi 44
Penulis
PENDAHULUAN
Pendidikan adalah usaha sadar yang dengan sengaja
dirancangkan untuk mencapai tujuan yang telah ditetapkan. Dalam
usaha meningkatkan kualitas sumber daya pendidikan, guru
merupakan komponen sumber daya manusia yang harus dibina dan
dikembangkan terus-menerus. Pembentukan profesi guru
dilaksanakan melalui program pendidikan pra-jabatan maupun
program dalam jabatan. Guru adalah salah satu contoh dari sekian
jenis profesi, Profesi adalah pekerjaan yang membutuhkan pelatihan
PEMBAHASAN
A. Pengertian Profesi
Profesi itu suatu pekerjaan atau jabatan yang memerlukan suatu
persiapan melalui pendidikan dan pelatihan khusus. Biasanya sebutan
“profesi” selalu di kaitkan dengan pekerjaan atau jabatan yang di
pegang oleh seseorang, tetapi tidak semua pekerjaan atau jabatan
dapat disebut profesi karna profesi menuntut keahlian seseorang.
Sumber: Wikipedia.com. Dalam arti yang luas profesi menjadi
kegiatan apa saja dan siapa saja untuk memperoleh nafkah yang
dilakukan dengan suatu keahlian tertentu. Sedangkan dalam arti
sempit profesi berarti kegiatan yang dijalankan berdasarkan keahlian
tertentu dan sekaligus dituntut daripadanya pelaksanaan norma-norma
sosial dengan baik.
Istilah Profesi sudah cukup dikenal oleh semua pihak, dan
senantiasa melekat pada “guru” karena tugas guru sesungguhnya
merupakan suatu jabatan profesional. Pemahaman yang lebih tepat,
berikut, biasanya sebutan “profesi” selalu dikaitkan dengan pekerjaan
atau jabatan yang dipegang oleh seseorang, akan tetapi tidak semua
pekerjaan atau jabatan dapat disebut profesi karena profesi menuntut
keahlian para pemangkunya profesi merupakan suatu jabatan atau
pekerjaan yang menuntut keahlian atau keterampilan dari pelakunya.
Profesi adalah suatu pekerjaan yang dalam melaksanakan tugasnya
memerlukan/menuntut keahlian (expertise), menggunakan teknik-
teknik ilmiah, serta dedikasi yang tinggi. Keahlian diperoleh dari
lembaga pendidikan yang khusus diperuntukkan untuk itu dengan
kurikulum yang dapat dipertanggungjawabkan. Jadi suatu profesi
harus memiliki tiga pilar pokok, yaitu pengetahuan, keahlian, dan
persiapan akademik. Guru merupakan pendidik profesional dengan
tugas utama mendidik, mengajar, membimbing, melatih, dan
mengevaluasi peserta didik pada jalur pendidikan formal. Hal ini
mengandung arti bahwa suatu pekerjaan atau jabatan yang disebut
Ciri-ciri profesi
Secara umum ada beberapa ciri atau sifat yang selalu melekat
pada profesi, yaitu: pendidikan, pelatihan dan pengalaman yang
bertahun-tahun. Adapun secara khusus sifat yang selalu melekat pada
profesi adalah:
1. Adanya kaidah dan standar moral yang sangat tinggi. Hal ini
biasanya setiap pelaku profesi mendasarkan kegiatannya
pendidikan, pelatihan, dan pengalaman yang bertahun-tahun;
2. Adanya pengetahuan khusus, yang biasanya keahlian dan
keterampilan ini dimiliki berkat pada kode etik profesi;
3. Mengabdi pada kepentingan masyarakat, artinya setiap pelaksana
profesi harus meletakkan kepentingan pribadi di bawah
kepentingan masyarakat;
4. Ada izin khusus untuk menjalankan suatu profesi. Setiap profesi
akan selalu berkaitan dengan kepentingan masyarakat, dimana
nilai-nilai kemanusiaan berupa keselamatan, keamanan,
kelangsungan hidup dan sebagainya, maka untuk menjalankan
suatu profesi harus terlebih dahulu ada izin khusus;
5. Kaum profesional biasanya menjadi anggota dari suatu profesi.
Memahami ciri-ciri mum profesi tersebut, dapat disimpulkan
bahwa kaum profesional adalah orang-orang yang memiliki tolak ukur
perilaku yang berada di atas rata-rata. Di satu pihak ada tuntutan dan
tantangan yang sangat berat, tetapi di lain pihak ada suatu kejelasan
mengenai pola perilaku yang baik dalam rangka kepentingan
masyarakat. Seandainya semua bidang kehidupan dan bidang
kegiatan menerapkan suatu stándar profesional yang tinggi, bisa
diharapkan akan tercipta suatu kualitas masyarakat yang semakin
baik.
B. Pengertian Profesional
“Profesional” adalah orang yang menyandang suatu jabatan atau
pekerjaan yang dilakukan dengan keahlian atau keterampilan yang
tinggi. Hal ini juga pengaruh terhadap penampilan atau performance
seseorang dalam melakukan pekerjaan profesinya. Seorang
profesional adalah seseorang yang menawarkan jasa atau layanan
sesuai dengan protokol atau peraturan dalam bidang yang dijalaninya
dan menerima gaji sebagai upah atas jasanya. Orang tersebut juga
merupakan anggota suatu entitas atau organisasi yang didirikan
sesuai dengan hukum di sebuah negara atau wilayah. Meskipun begitu
seringkali seseorang yang merupakan ahli dalam suatu bidang juga
disebut profesional dalam bidangnya meskipun bukan merupakan
anggota dari suatu entitas yang didirikan dengan sah. Sebagai contoh,
dalam dunia olahraga terdapat olahragawan profesional yang
merupakan kebalikan dari olahragawan amatir yang bukan
berpartisipasi dalam sebuah turnamen/kompetisi demi uang.
Mewujudkan untuk seseorang profesional, adalah orang yang
mempunyai profesi atau pekerjaan purna waktu dan hidup dari
pekerjaan itu dengan mengandalkan suatu keahlian yang tinggi. Atau
seorang profesional adalah seseorang yang hidup dengan
mempraktekkan suatu keahlian tertentu atau dengan terlibat dalam
suatu kegiatan tertentu yang menurut keahlian, sementara orang lain
melakukan hal yang sama sebagai sekedar hobi, untuk senang-
senang, atau untuk mengisi waktu luang dalam melakukan pekerjaan
di profesinya. Sumber : (Horn dkk., 1973. The advanced Learner’s
Dictionary of Current English, Great Britain: Oxford University hal.
733). Selain daripada itu karyawan profesional adalah seorang
karyawan yang digaji dan melaksanakan tugas sesuai petunjuk
Prinsip Profesionalitas
Menurut UU No. 14/2005 tentang Guru dan Dosen (Bab III pasal
7) prinsip profesionalitas guru dan dosen dinyatakan sebagai berikut:
D. Pengertian Profesionalisme
Profesionalisme merupakan suatu tingkah laku, suatu tujuan atau
suatu rangkaian kwalitas yang menandai atau melukiskan coraknya
suatu “profesi”. Profesionalisme mengandung pula pengertian
menjalankan suatu profesi untuk keuntungan/sumber penghidupan.
Disamping istilah profesionalisme, ada istilah yaitu profesi. Profesi
sering kita artikan dengan “pekerjaan” atau “job” kita sehari-hari. Tetapi
dalam kata profession yang berasal dari perbendaharaan Angglo
Saxon tidak hanya terkandung pengertian “pekerjaan” saja. Profesi
mengharuskan tidak hanya pengetahuan dan keahlian khusus melalui
persiapan dan latihan, tetapi dalam arti “profession” terpaku juga suatu
“panggilan”.
Ciri-Ciri/Karakteristik Profesionalisme
Berikut ini dikemukakan beberapa ciri-ciri/karakteristik dari
profesionalisme:
1. Profesionalisme menghendaki sifat mengejar kesempurnaan hasil
(perfect result), sehingga kita di tuntut untuk selalu mencari
peningkatan mutu.
2. Profesionalisme memerlukan kesungguhan dan ketelitian kerja yang
hanya dapat diperoleh melalui pengalaman dan kebiasaan.
3. Profesionalisme menuntut ketekunan dan ketabahan, yaitu sifat
tidak mudah puas atau putus asa sampai hasil tercapai.
4. Profesionalisme memerlukan integritas tinggi yang tidak
tergoyahkan oleh “keadaan terpaksa” atau godaan iman seperti
harta dan kenikmatan hidup.
5. Profesionalisme memerlukan adanya kebulatan fikiran dan
perbuatan, sehingga terjaga efektivitas kerja yang tinggi.
Ciri-ciri/karakteristik tersebut menunjukkan bahwa tidaklah mudah
menjadi seorang pelaksana profesi yang profesional, harus ada
kriteria-kriteria tertentu yang mendasarinya. Lebih jelas lagi bahwa
seorang yang dikatakan profesional adalah mereka yang sangat
kompeten atau memiliki kompetensikompetensi tertentu yang
mendasari kinerjanya.
Simpulan
Profesi, adalah pekerjaan yang dilakukan sebagai kegiatan pokok
untuk menghasilkan nafkah hidup dan yang mengandalkan suatu
keahlian. Profesional, adalah orang yang mempunyai profesi atau
pekerjaan purna waktu dan hidup dari pekerjaan itu dengan
mengandalkan suatu keahlian yang tinggi. Atau seorang profesional
adalah seseorang yang hidup dengan mempraktekkan suatu keahlian
tertentu atau dengan terlibat dalam suatu kegiatan tertentu yang
menurut keahlian, sementara orang lain melakukan hal yang sama
sebagai sekedar hobi, untuk senang-senang, atau untuk mengisi
waktu luang. Konsep dasar profesionalisme adalah kunci dalam suatu
profesi, karena hal inilah yang mendasari seseorang untuk bisa
menjadi profesional dalam menjalankan profesi yang dimiliki. Guru
adalah salah satu dari profesi, dewasa ini memiliki profesi haruslah
mampu menjadi profesional. Karena tuntutan perkembangan dan hal
ini sejalan dengan dinamisasi sistem pendidikan. Menjadi seorang
guru harus profesional karena nantinya guru’lah yang akan melahirkan
generasi profesionalisme melalui profesinya itu.
DAFTAR PUSTAKA
E. Mulyasa. (2008). Menjadi Guru Profesional Menciptakan
Pembelajaran Kreatif dan Menyenangkan. Bandung: Remaja
Rosdakarya.
Pusat Bahasa Departemen Pendidikan Nasional, Kamus Besar
Bahasa Indonesia (Edisi III). (2001). Jakarta: Balai Pustaka.
http://obyramadhani.wordpress.com/2010/02/26/bab-2-pengertian-
profesi-dan-profesionalisme/
http://id.shvoong.com/social-sciences/education/2203091-pengertian-
profesionalisme-guru/#ixzz1pThRMoc4
PENDAHULUAN
Secara umum organisasi adalah kerjasama sekelompok orang
dalam suatu struktur yang kompak dengan hubungan kerja yang jelas
agar yang satu akan mampu melengkapi yang lain dalam rangka
mencapai tujuan bersama. Organisasi pendidikan berarti seluruh
proses dalam memilih seseorang dalam mengelola pendidikan serta
sarana dan prasarana dalam menunjang tugas mencapai tujuan
pendidikan, penetapan tugas, tanggung jawab dan wewenangnya.
Pendidikan merupakan usaha yang berproses, dilakukan melalui
runtunan aktivitas langkah demi langkah dan tahap demi tahap, bukan
usaha sekali jadi. Mendidik berarti melibatkan diri dalam proses, dan
berpendidikan berarti mengalami proses pendidikan. Atas dasar itu,
maka dalam proses pendidikan dibutuhkan usaha sistematis,
terstruktur, dan memakai pola manajemen serta organisasi dalam
mengelola pendidikan dan pembelajaran.
Pentingnya organisasi dalam sekolah dimaksudkan agar proses
pendidikan berjalan sesuai tujuan yang diharapkan. Untuk itu, seluruh
komponen pendidikan diarahkan pada partisipasi aktif guna
menunjang tujuan dimaksud. Tujuan pendidikan mengarahkan
perbuatan mendidik. Fungsi ini menunjukkan pentingnya perumusan
dan pembatasan tujuan pendidikan secara jelas. Tanpa tujuan yang
jelas, proses pendidikan akan berjalan tidak efektif dan tidak efisien,
bahkan tidak menentu dan salah dalam menggunakan metode,
sehingga tidak mencapai manfaat. Tujuanlah yang menentukan
metode apa yang seharusnya digunakan untuk mencapainya.
Setelah mempelajari tentang bab ini diharapkan mahasiswa dapat
mengetahui tentang:
1. Pengertian organisasi, organisasi pendidikan, organisasi sekolah;
2. Unsur-unsur organisasi pendidikan;
3. Bentuk-bentuk organisasi pendidikan;
4. Struktur organisasi pendidikan;;
5. Wewenang dan tanggung jawab organisasi pendidikan;
6. Organisasi sekolah;
7. Proses belajar mengajar dan problematikanya.
2. Pelaksana
Setidaknya terdapat dua pandangan mengenai sentral determinan
pendidikan. Sebagian ahli dan pemerhati pendidikan berpandangan
bahwa guru merupakan unsur determinan pendidikan yang paling
utama. Pandangan ini melahirkan pola pendidikan teacher centered,
guru adalah sentral proses pendidikan. Sebaliknya, sebagian
berpandangan bahwa anak didik atau siswalah yang menjadi unsur
determinan pendidikan. Pandangan ini mengimplikasikan pola
pendidikan student centered, anak didik merupakan sentral orientasi
dalam proses pendidikan. Kedua pandangan tersebut berangkat dari
suatu paradigma bahwa proses pendidikan bisa terjadi cukup dengan
guru dan murid. Keduanya merupakan unsur determinan pendidikan.
b. Murid
Murid sangat penting karena merekalah sesungguhnya yang akan
menjadi “receipent” dari sebuah pendidikan. Karena itu karakter dan
sifat serta sikap mereka harus dipelajari, dicermati dan dijadikan
1. Struktur Sentralisasi
Di negara-negara yang organisasi pendidikannya di jalankan
secara sentral, yakni yang kekuasaan dan tanggung jawabnya
E. ORGANISASI SEKOLAH
Secara umum, organisasi diartikan sebagai memberi struktur atau
susunan dalam penempatan orang-orang dalam suatu kelompok kerja
sama, dengan maksud menempatkan hubungan antara orang-orang
dalam kewajiban-kewajiban, hak-hak dan tanggung jawab masing-
masing. Hal tersebut dimaksudkan agar tersusun suatu pola kegiatan
untuk menuju ke arah tercapainya tujuan bersama. Suryosubroto
berpendapat bahwa organisasi adalah aktivitas dalam membagi-bagi
kerja, menggolong-golongkan jenis pekerjaan, memberi wewenang,
menetapkan saluran perintah dan tanggung jawab kepada para
pelaksana.
Organisasi sekolah sudah seharusnya mempunyai organisasi
yang baik agar tujuan pendidikan tercapai sepenuhnya. Seperti
diketahui, unsur personal di dalam lingkungan sekolah adalah kepala
sekolah, guru, karyawan dan murid. Disamping itu sekolah sebagai
lembaga pendidikan formal ada di bawah instansi atasan, baik itu
kantor dinas atau kantor wilayah departemen yang bersangkutan. Di
Indonesia, kepala sekolah adalah jabatan tertinggi di sekolah itu,
sehingga ia berperan sebagai pemimpin sekolah dan dalam struktur
organisasi sekolah ia dudukkan pada tempat paling atas.
Dalam penyelenggaran organisasi sekolah, hendaknya tugas-
tugas dan tanggung jawab untuk mencapai tujuannya dibagi secara
merata dengan baik sesuai dengan kemampuan, fungsi dan
wewenang yang telah ditentukan. Melalui struktur organisasi yang ada
2. Jenis Sekolah
Berdasarkan jenis sekolah, kita membedakan ada sekolah umum
dan sekolah kejuruan. Sekolah umum adalah sekolah-sekolah yang
program pendidikannya bersifat umum dan bertujuan utam untuk
melajutkan studi ketingkat yang lebih tinggi lagi. Sedangkan yang
dimaksud sekolah kejuruan adalah sekolah-sekolah yang
pendidikannya mengarah kepada pemberian bekal kecakapan atau
keterampilan khusus setelah selesai studinya, anak didik dapat
langsung memasuki dunia kerja dalam masyrakat.
Dengan melihat perbedaan program pendidikan (kurikulum dan
tujuan) yang hendak dicapai maka struktur organisasi pendidikan yang
berlainan jenis tersebut pasti berlainan pula. Perbedaan organisasi ini
mungkin dapat digambarkan antara lain sebagai berikut : Pada
sekolah kejuruan terdapat petugas (koordinator) praktikum, sedangkan
pada sekolah umum tidak. Pada sekolah kejuruan terdapat petugas
bagian ketenaga kerjaan penempatan alumni, sedangkan pada
sekolah umum tidak.
DAFTAR PUSTAKA
PENDAHULUAN
PEMBAHASAN
SIMPULAN
DAFTAR PUSTAKA
http://beautifulindonesiaandpeace.blogspot.com/2009/01/makalah-
profesi-keguruan.html
http://iwan-rio-purba.blogspot.com/2010/11/organisasi-profesi-guru-
indonesia.html
http://www.google.co.id/2009/11/jenis-jenis-organisasi-
kependidikan.html
PENDAHULUAN
Profesi adalah suatu pekerjaan yang dalam melaksanakan
tugasnya memerlukan/menuntut keahlian, menggunakan teknik-teknik
ilmiah, serta dedikasi yang tinggi. Keahlian diperoleh dari lembaga
pendidikan yang khusus diperuntukkan untuk itu dengan kurikulum
yang dapat di pertanggung jawabkan. Pada dasarnya profesi guru
adalah profesi yang sedang tumbuh. Walaupun ada yang berpendapat
bahwa guru adalah jabatan semi profesional, namun sebenarnya lebih
dari itu. Hal ini dimungkinkan karena jabatan guru hanya dapat
diperoleh pada lembaga pendidikan yang lulusannya menyiapkan
tenaga guru, adanya organisasi profesi, kode etik dan ada aturan
tentang jabatan fungsional guru (SK Menpan No. 26/1989). Semakin
dituntutnya profesionalitas seorang guru, maka guru sebagai tenaga
pengajar dan pemberi informasi kepada siswanya tentu harus
mengetahui bagaimana seorang guru yang profesional itu.
Secara umum, sikap profesional seorang guru dilihat dari faktor
luar. Akan tetapi, hal tersebut belum mencerminkan seberapa baik
potensi yang dimiliki guru sebagai seorang tenaga pendidik. Menurut
PP No. 74 Tahun 2008 pasal 1.1 Tentang Guru dan UU. No. 14 Tahun
2005 pasal 1.1 Tentang Guru dan Dosen, guru adalah pendidik
profesional dengan tugas utama mendidik, mengajar, membimbing,
mengarahkan, melatih, menilai, dan mengevaluasi peserta didik pada
pendidikan anak usia dini jalar pendidikan formal, pendidikan dasar,
dan pendidikan menengah.
PEMBAHASAN
A. LANDASAN YURIDIS
Sikap profesional seorang guru terhadap pemimpin memiliki
landasan yuridis yakni terdapat pada kode etik guru no 9 yang
berbunyi “guru melaksanakan segala kebijakan pemerintah dalam
bidang pendidikan” dengan adanya kode etik guru tersebut guru
dituntut memiliki sekap profesional terhadap pemimpin baik pemimpin
pusat maupun pemimpin sekolah. Dalam kerjasama yang dituntut
pemimpin tersebut guru diberi tuntutan akan kepatuhan dalam
melaksanakan arahan dan petunjuk yang diberikan dalam bentuk
usaha dan kritis yang membangun demi pencapaian tujuan yang telah
digariskan bahwa sikap seorang guru terhadap pemimpin harus positif,
dalam pengertian harus kerjasama dalam mensukseskan program
yang sudah disepakati, baik disekolah maupun diluar sekolah.
2. Tempat Kerja
Sudah menjadi pengetahuan umum bahwa suasana yang baik di
tempat kerja akan meningkatkan produktivitas. Hal ini disadari dengan
sebaik-baiknya oleh setiap guru, dan guru berkewajiban menciptakan
suasana yang demikian dalam lingkungannya. Untuk menciptakan
suasana kerja yang baik ini ada dua hal yang harus diperhatikan
yaitu: (a) guru sendiri, (b) hubungan guru dengan orang tua dan
masyarakat sekeliling. Terhadap guru sendiri dengan jelas juga
dituliskan dalam salah satu butir dari Kode Etik yang berbunyi: “Guru
menciptakan suasana sekolah sebaik-baiknya yang menunjang
berhasilnya proses belajar mengajar”. Oleh sebab itu, walaupun
dengan penyediaan alat belajar yang cukup, pengaturan organisasi
kelas yang mantap, ataupun pendekatan biaya lainnya yang
diperlukan, suasana harmonis di sekolah tidak akan terjadi bila
personil yang terlibat di dalamnya, yakni kepala sekolah, guru, staf
administrasi dan siswa, tidak menjalin hubungan yang baik di antara
3. Teman Sejawat
Dalam ayat 7 Kode Etik Guru disebutkan bahwa memelihara
hubungan seprofesi semangat kekeluargaan, kesetiakawanan sosial.
Ini berarti bahwa: (1) Guru hendaknya menciptakan dan memelihara
hubungan sesama guru dalam lingkungan kerjanya, dan (2) Guru
hendaknya menciptakan dan memelihara semangat kekeluargaan
dan kesetiakawanan sosial di dalam di luar lingkungan kerjanya.
Dalam hal ini Kode Etik Guru Indonesia menunjukkan kepada kita
betapa pentingnya hubungan yang harmonis perlu diciptakan dengan
mewujudkan perasaan bersaudara yang mendalam antara sesama
anggota profesi. Hubungan sesama anggota profesi dilihat dari dua
segi, yakni hubungan formal dan hubungan kekeluargaan. Hubungan
formal yaitu hubungan dalam tugas atau dalam tugas kedinasan.
Hubungan kekeluargaan adalah suatu hubungan dalam lingkungan
kerja maupun keseluruhan sebagai penunjang tercapainya
keberhasilan anggota profesi dalam membawakan.
Hubungan Guru Berdasarkan Lingkungan Kerja. Seperti
diketahui, dalam setiap sekolah terdapat seorang kepala sekolah dan
beberapa orang guru ditambah dengan beberapa orang personel
sekolah lainnya sesuai dengan kebutuhan sekolah tersebut. Berhasil
tidaknya sekolah membawa misinya akan banyak bergantung kepada
SIMPULAN
Sebagai salah seorang anggota organisasi, baik organisasi, baik
organisasi guru maupun organisasi yang lebih besar (Departemen
Pendidikan dan Kebudayaan) guru akan selalu berada dalam
bimbingan dan pengawasan pihak atasan. Dari organisasi guru, ada
strata kepemimpinan mulai dari pengurus cabang, daerah, sampai ke
pusat. Begitu juga sebagai anggota keluarga besar Dipdikbud, ada
pembagian pengawasan mulai dari kepala sekolah, kakandep, dan
seterusnya sampai ke menteri Pendidikan dan Kebudayaan.
Sudah jelas bahwa pemimpin suatu unit atau organisasi akan
mempunyai kebijaksanaan dan arahan dalam memimpin
organissasinya, dimana tiap anggota organisasi dituntut berusaha
untuk bekerja sama dalam melaksanakan tujuan organisasi tersebut.
Seorang guru juga harus mampu mengembangkan sikap prfesionalnya
baik itu pada masa prajabatan maupun pada masa jabatan.
DAFTAR PUSTAKA
Ahmad Azhar. Sikap profesional seorang guru. yogyakarta: UII. 2011
Hasan, Ani M.2004. Profesi Keguruan. Htpp://www.Profesi-
Kependidikan.wordpress.com
http://seldiorcc.blogspot.com/2011/09/sikap-profesi-guru-terhadap-
peraturan.html
http://ifzanul.blogspot.com/2010/06/hakikat-fungsi-dan-tujuan-
organisasi.html
b. Di bidang keterampilan:
2) Menguasai cara blejar yang baik.
3) Memiliki keterampilan memecahkan masalah dengan sistematik.
4) Mampu membaca/memahami isi bacaan yang agak lanjut dalam
bahasa Indonesia dan bacaan sederhana dalam bahasa inggris
yang berguna baginya.
5) Memiliki keterampilan mengadakan komunikasi sosial dengan
orang lain, lisan maupun tulisan, dan keterampilan mengekspresi
diri sendiri ,lisan maupun tertulis.
6) Memiliki keterampilan olah raga dan kebiasaan olah raga.
7) Memliki keterampilan sekurang-kurangnya dalam satu cabang
kesenian.
8) Memiliki keterampilan dalam segi kesejahteraan keluarga dan segi
kesehatan.
9) Menguasau sekurang-kurangnya satu jenis keteampilan untuk
bekerja sesua dengan minat dan kebutuhan lingkungan.
b.Pengorganisasian
Pengorganisasian di sekolah dapat didefinisikan sebagai
keseluruhan proses untuk memilih dan memilah orang-orang (guru dan
pesonel sekolah lainnya) serta mengalokasikan prasarana dan sarana
untuk menunjung tugas orang-orang itu dalam rangka mencapai tujuan
sekolah. Termasuk didalam kegiatan pengorganisasian adalah
penetapan tugas, tanggung jawab, dan wewenang orang-orang
tersebut serta mekanisme kerjanya sehingga dapat menjadi
tercapainya tujuan sekolah itu.
Ada beberapa hal pokok yang dapat dipedomani dan
diperhatikan dalam hubungannya dengan pengorganisasian ini.
Seringkali orang menamakan hal pokok tersebut sebagai prinsip
c.Pengarahan
Pengarahan diartikan sebagai suatu usaha untuk menjaga agar
apa yang telah direncanakan dapat berjalan seperti yang dikehendaki.
Suharsimi Arikunto (1988) memberikan definisi pengarahan sebagai
penjelasan, petunjuk,serta pertimbangan dan bimbingan terhadap para
petugas yang terlibat, baik secara struktural maupun fungsional agar
pelaksanaan tugas dapat berjalan dengan lancar.
Kegiatan pengarahan dapat dilakukan dengan berbagai
cara,antara lain dengan: melaksanakan orientasi tentang pekerjaan
yang akan dilakukan individu atau kelompok, dan memberikan
petunjuk umum dan petunjuk khusus, baik secara lisan maupun
tertulid, secara langsung maupun tidak langsung (Suharsimi,1988).
d.Pengkoordinasian
Pengkoordinasian di sekolah diartikan sebagai usaha untuk
menyatupadukan kegiatan dari berbagai individu atau unit disekolah
agar kegiatan mereka berjalan selaras dengan anggota atau unit-unit
lainnya dalam usaha mencapai tujuan sekolah. Usaha
pengkoordinasian dapat dilakukan melalui berbagai cara seperti:
melaksanakan penjelasan singkat ,mengadakan rapat
kerja,memberikan petunjuk pelaksanaan dan petunjuk teknis,dan
memberikan balikan tentang hasil suatu kegiatan .
e.Pembiayaan
Pembiayaan sekolah adalah kegiatan mendapatkan biaya serta
mengelola anggaran pendapatan dan belanja pendidikan menengah.
Kegiatan ini dimulai dari perencanaan biaya, usaha untuk
f.Penilaian
Dalam sewaktu-waktu tertentu, sekolah pada umumnya atau
anggota organisasi sekolah seperti guru,kepala sekolah, dan murid
pada khususnya harus melakukan penilaian tentang seberapa jauh
tujuan yang telah ditetapkan tercapai, serta mengetahui kekuatan dan
kelemahan program yang dilaksanakan. Secara lebih rinci maksud
penilaian adalah untuk: memperoleh dasar bagi pertimbangan apakah
pada akhir suatu periode kerja pekerjaan tersebut berhasil, menjamin
cara bekerja yang efektif dan efisien,memperoleh fakta-fakta tentang
kesukaran-kesukaran dan untuk menghindarkan situasi yanng dapat
merusak ,serta memajukan kesanggupan para guru dan orang tua
murid dalam mengembangkan organisasi sekolah. Penilaian dapat
dilakukan dengan mengadakan penelitian atau pengamatan kegiatan-
kegiatan yang dilakukan dalam lembaga pendidikan.
DAFTAR PUSTAKA
PENDAHULUAN
Berdasarkan pembukaan UUD 1945 bahwa salah satu tujuan
nasional Negara Kesatuan Republik Indonesia adalah mencerdaskan
kehidupan bangsa. Hal ini diperkuat dalam UUD 1945 pasal 31 yang
intinya menjelaskan bahwa setiap warga negara Indonesia berhak
memperoleh pengajaran (pendidikan). Jadi, ini mengindikasikan
bahwa negara mempunyai kewajiban dan tanggung jawab untuk
memenuhi pendidikan tiap-tiap warga negaranya guna mewujudkan
tujuan nasional, yaitu mencerdaskan kehidupan bangsa. Pendidikan
sebagai suatu proses yang bertujuan, dikatakan berjalan baik
manakala pendidikan mampu berperan secara proporsif, konteksual
dan komprehensif dalam menjawab sekaligus memenuhi kebutuhan
masyarakat serta tuntutan perubahan dan perkembangan zaman.
Untuk mencapai hal tersebut, maka diperlukan suatu sistem/perangkat
pendidikan, baik yang bersifat lunak (software) maupun keras
(hardware). Adapun salah satu perangkat pendidikan tersebut yakni
Undang-Undang, dalam hal ini Undang-Undang Sistem Pendidikan
Nasional, yang pada proses selanjutnya memerlukan penjabaran
dalam bentuk Peraturan Pemerintah. Sebagai suatu perangkat lunak,
keberadaan UU Sisdiknas ini perlu dikaji dan dirumuskan secara
proporsional. Karena UU Sisdiknas tersebut berisikan bagaimana
tujuan, visi, misi hingga mekanisme prosedural pendidikan diatur
dengan tidak melepaskan konteks sosial-politik pada saat itu dan
masa depan. Di Indonesia UU Sisdiknas ini tertuang dalam UU Nomor.
20 tahun 2003. Untuk operasionalnya, UU No. 20 Tahun 2003 tersebut
masih memerlukan penjabaran, dan salah satu penjabarannya
tersebut tertuang dalam Peraturan Pemerintah No. 19 tahun 2005
disempurnakan kembali dalam Peraturan Pemerintah Nomor 32 tahun
2013 tentang Standar Nasional Pendidikan.
Setelah mempelajari bab ini diharapkan mahasiswa dapat
mengetahui tentang:
1. Pengertian standar nasional pendidikan;
2. Fungsi standar nasional pendidikan;
3. Tujuan standar nasional pendidikan;
4. Ruang lingkup standar nasional pendidikan.
b. Tujuan Institusional
Tujuan institusional adalah tujuan yang harus dicapai oleh setiap
lembaga pendidikan. Dalam Permendiknas No. 22 Tahun 2007
dikemukakan bahwa tujuan pendidikan tingkat satuan pendidikan
dasar dan menengah dirumuskan sebagai berikut:
c. Tujuan Kurikuler
Tujuan kurikuler adalah tujuan yang harus dicapai oleh setiap
bidang studi atau mata pelajaran.
4.Standar proses
Standar proses adalah standar nasional pendidikan yang berkaitan
dengan pelaksanaan pembelajaran pada satu satuan pendidikan
untuk mencapai standar kompetensi lulusan. (Permendiknas
Nomor 41 Tahun 2007 dan Permendikbud Nomor 65 tahun 2013)
tentang Standar Proses untuk Satuan Pendidikan Dasar dan
Menengah. Dari pengertian tersebuts, ada beberapa hal yang perlu
di garis bawahi. Pertama, standar nasional pendidikan yang berarti
SIMPULAN
Kata pendidikan berasal dari kata didik yang mendapat awalan
pen dan ahiran an yang berati perbuatan, hal, cara, yang berkenaan
dengan mendidik, pengetahuan tentang mendidik dan berarti pula
pemeliharaan, latihan- latihan, yang meliputi lahir dan batin. Sedang
dalam pengertian yang lazim digunakan pengertian Pendidikan adalah
usaha membina dan mengembangkan pribadi manusia baik aspek
rohaniyah maupun jsmaniyah serta berlangsung setahap demi
setahap. Pendidikan dalam makna yang umum dapat diberi arti
sebagai komunikasi terorganisasi dan berkelanjutan yang disusun
untuk menumbuhkan kegiatan belajar. Sedang pendidikan menurut
undang- undang dasar Republik Indonesia nomor 20 tahun 2003
tentang sisitem pendidikan nasional pendidikan adalah usaha sadar
dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan proses
pembelajaran agar peserta didik secara aktif mengembangkan potensi
dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual keagamaan, pengendalian
diri, kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia, serta keterampilan yang
diperlukan dirinya, masyarakat bangsa dan negara.
Standar menurut W.J. S. Poerwadarminta adalah ukuran, atau
sesuatu yang dipakai sebagai contoh atau dasar yang sah bagi ukuran
. Sedang arti nasional adalah kebangsaan. Adapun Standar nasional
pendidikan adalah kriteria minimal tentang sisitem pendidikan
diseluruh wilayah hukum negara kesatuan republik indonesia .jadi
standar nasional pendidikan adalah batas minimal tentang sisitem
pendidikan bagi penyelenggara pendidikan bisa melakukan suatu
proses pendidikan diseluruh wilayah hukum negara kesatuan Republik
Indonesia.
DAFTAR PUSTAKA
PEMBAHASAN
A. Latar Belakang Lahirnya UU Guru dan Dosen.
B. Guru Profesional.
Dalam Pasal 1 UU No 14 tahun 2005 tentang Guru dan Dosen
(selanjutnya disingkat UUGD) disebutkan bahwa Guru adalah pendidik
profesional dengan tugas utama mendidik, mengajar, membimbing,
ً سئ
ُوَل َ َس ْم َع َوا ْل َبص ََر َوا ْل ُفؤَا َد ُك ُّل أُولَ ِئكَ كَان
ْ ع ْنهُ َم َّ ْس لَكَ ِب ِه ِع ْل ٌم ِإنَّ ال ُ َو ََل ت َ ْق
َ ف َما لَي
Artinya:
Dan janganlah kamu mengikuti apa yang kamu tidak mengetahui
pengetahuan tentang hal itu, (karena) sesungguhnya pendengaran,
penglihatan, dan hati, semuanya itu akan di tanya. (Q.S. Al-Isra’ :
36)
Firman tersebut sudah sangat tegas menjelaskan bahwa seorang
guru mestilah memiliki kompetensi profesional sebagaimana
diamanatkan dalam UUGD. Dalam kaitan ini, al-Ghazali pernah
berkata, “Hendaklah guru mengamalkan ilmunya, jangan perkataannya
membohongi perbuatannya. Perumpamaan guru yang membimbing
murid, bagaikan ukiran dan tanah liat atau bayangan dengan tongkat.
Bagaimana mungkin tanah liat dapat terukir sendiri tanpa ada alat
untuk mengukirnya dan bagaimana mungkin bayangan akan lurus
kalau tongkatnya bengkok.” Memang, adakalanya seorang guru dalam
mengajar menemui permasalahan. Keadaan yang demikian
mengharuskan adanya suatu program yang disebut on-service
training. Kegiatan ini dapat dilakukan dengan mengadakan pertemuan
berkala dan rutin di antara para guru yang mempunyai bagian sama,
sehingga terjadi tukar pikiran di antara para guru itu dalam mencari
alternatif pemecahannya.
SIMPULAN
DAFTAR PUSTAKA
PEMBAHASAN
A. Pengertian Kualifikasi Akademik
Menurut kamus besar bahasa Indonesia, kualifikasi adalah
pendidikan khusus untuk memperoleh suatu keahlian atau keahlian
yang diperlukan untuk mencapai sesuatu (menduduki jabatan dsb).
Sedangkan akademik memiliki arti akademis. Jadi kualifikasi akademik
adalah keahlian atau kecakapan khusus dalam bidang pendidikan baik
sebagai pengajar pelajaran, administrasi pendidikan dan seterusnya
yang diperoleh dari proses pendidikan. Tidak ada perbedaan antara
Peraturan Pemerintah Nomor 19 Tahun 2005 dan Peraturan
Pemerintah Nomor 32 Tahun 2013 tentang pengertian kualifikasi
akademik. Kualifikasi akademik diartikan sebagai tingkat pendidikan
minimal yang harus dipenuhi oleh seorang pendidik yang dibuktikan
dengan ijazah dan/atau sertifikat keahlian yang relevan sesuai
ketentuan perundang-undanangan yang berlaku.
Kualifikasi guru dapat dipandang sebagai pekerjaan yang
membutuhkan kemampuan yang mumpuni. Kualifikasi guru berbeda
sesuai pada tiap tingkatnya. Baik itu guru PAUD/TK/RA sampai pada
tingkat pendidikan menengah. Dijelaskan dalam Undang-Undang
Republik Indonesia Nomor 14 Tahun 2005 tentang Guru dan Dosen,
Bab IV Bagian Kesatu Kualifikasi, Kompetensi, dan Sertifikasi Pasal 8
dan 9 yang dihimpun oleh Redaksi Sinar Grafika (2005: 7) sebagai
berikut: 1) Pasal 8, “Guru wajib memiliki kualifikasi akademik,
kompetensi, sertifikasi pendidikan, sehat jasmai dan rohani, serta
mmiliki kemampuan untuk mewujudkan tujuan pendidikan nasional”; 2)
Pasal 9, “Kualifikasi akademik sebagaimana dimaksud dalam Pasal 8
3. Kompetensi Kepribadian
Kompetensi kepribadian merupakan kemampuan personal yang
mencerminkan kepribadian yang mantap, stabil, dewasa, arif dan
berwibawa, menjadi teladan bagi peserta didik, dan berakhlak mulia.
Kepribadian yang mantap dan stabil memiliki indikator esensial, yakni
bertindak sesuai dengan norma hukum, bertindak sesuai dengan
norma sosial, bangga sebagai guru, dan memiliki konsistensi dalam
bertindak sesuai dengan norma. Kepribadian yang dewasa memiliki
indikator esensial, yakni menampilkan kemandirian dalam bertindak
sebagai pendidik dan memiliki etos kerja sebagai guru. Kepribadian
yang arif memiliki indikator esensial, yakni menampilkan tindakan yang
didasarkan pada kemanfaatan peserta didik, sekolah, dan masyarakat
serta menunjukkan keterbukaan dalam berpikir dan bertindak.
Kepribadian yang berwibawa memiliki indikator esensial, yakni
memiliki perilaku yang berpengaruh positif terhadap peserta didik dan
memiliki perilaku yang disegani. Kepribadian yang berakhlak mulia dan
dapat menjadi teladan memiliki indikator esensial, yakni bertindak
sesuai dengan norma religius (iman dan taqwa, jujur, ikhlas, suka
menolong), dan memiliki perilaku yang diteladani peserta didik.
Didalamnya juga diharapkan tumbuhnya kemandirian guru dalam
menjalankan tugas serta senantiasa terbiasa membangun etos kerja.
Sehingga semua sifat ini memberikan pengaruh positif terhadap
kehidupan guru dalam kesehariannya.
Seorang guru harus mempunyai kemampuan yang berkaitan
dengan kemantapan dan integritas kepribadian seorang guru.
Sehingga guru dituntut harus mampu membelajarkan siswanya
tentang disiplin diri, belajar membaca, mencintai buku, menghargai
waktu, belajar bagaimana cara belajar, mematuhi aturan atau tata
tertib, dan belajar bagaimana harus berbuat. Semua itu akan berhasil
jika guru juga disiplin dalam melaksanakan tugas dsn kewajibannya.
4. Kompetensi Sosial
Kompetensi sosial merupakan kemampuan guru untuk
berkomunikasi dan berinteraksi secara harmonis dengan peserta didik,
sesama pendidik, tenaga kependidikan, orangtua/wali peserta didik,
dan masyarakat sekitar. Indikasinya, guru mampu berkomunikasi dan
bergaul secara harmonis peserta didik, sesame pendidik, dan dengan
tenaga kependidikan, serta dengan orang tua/wali peserta didik dan
masyarakat sekitar. Menurut Adam (1983) menyimpulkan tiga
komponen yang memungkinkan seseorang membangun dan menjalani
hubungan yang positif dengan teman sebaya, yaitu pengetahuan
tentang keadaan emosi yang tepat untuk situasi sosial tertentu
(pengetahuan sosial), kemampuan untuk berempati dengan orang lain
(empati), dan percaya pada kekuatan diri sendiri (locus of control).
Sedangkan La Fontana dan Cillesen (2002) menuliskan bahwa
kompetensi sosial dapat dilihat sebagai perilaku prososial, altruistik,
dan dapat bekerja sama. Anak-anak yang sangat disukai dan yang
dinilai berkompetensi sosial oleh orang tua dan guru-guru pada
umumnya mampu mengatasi kemarahan dengan baik, mampu
merespon secara langsung, melakukan cara-cara yang dapat
SIMPULAN
Kualifikasi mendorong seseorang untuk memiliki suatu “keahlian
atau kecakapan khusus”.Dalam dunia pendidikan, kualifikasi
dimengerti sebagain keahlian atau kecakapan khusus dalam bidang
pendidikan, baik sebagai pengajar mata pelajaran, administrasi
pendidikan dan seterusnya. Bahkan, kualifikasi terkadang dapat dilihat
dari segi derajat lulusannya. Seperti dalam UU Sisdiknas 2003,
ditetapkan bahwa untuk menjadi guru Sekolah Dasar (SD) harus
lulusan Strara S-1, tentu saja jika ingin menjadi guru yang mengajar
DAFTAR PUSTAKA
Kunandar. (2007). Guru Profesional. Jakarta: PT Raja Grafindo
Persada.
http://my.opera.com/winsolu/blog/pengertian-kompetensi. (diakses
pada tanggal 16 maret 2013).
(http://my.opera.com/winsolu/blog/pengertian-kompetensi):
PENDAHULUAN
Keberadaan konselor dalam sistem pendidikan nasional
dinyatakan sebagai salah satu kualifikasi pendidik, sejajar dengan
kualifikasi guru, dosen, pamong belajar, tutor, widyaiswara,
fasilitator, dan instruktur (UU No. 20 Tahun 2003 Pasal 1 Ayat
6). Masing-masing kualifikasi pendidik, termasuk konselor,
memiliki keunikan konteks tugas dan ekspektasi kinerja. Standar
kualifikasi akademik dan kompetensi konselor dikembangkan dan
dirumuskan atas dasar kerangka pikir yang menegaskan konteks
tugas dan ekspektasi kinerja konselor. Konteks tugas konselor
berada dalam kawasan pelayanan yang bertujuan mengembangkan
potensi dan memandirikan konseli dalam pengambilan keputusan dan
pilihan untuk mewujudkan kehidupan yang produktif, sejahtera, dan
peduli kemaslahatan umum. Pelayanan dimaksud adalah
pelayanan bimbingan dan konseling. Konselor adalah pengampu
pelayanan ahli bimbingan dan konseling, terutama dalam jalur
pendidikan formal dan nonformal.
Ekspektasi kinerja konselor dalam menyelenggarakan
pelayanan ahli bimbingan dan konseling senantiasa digerakkan
oleh motif altruistik, sikap empatik, menghormati keragaman, serta
mengutamakan kepentingan konseling, dengan selalu mencermati
dampak jangka panjang dari pelayanan yang diberikan. Sosok utuh
kompetensi konselor mencakup kompetensi akademik dan
profesional sebagai satu keutuhan. Kompetensi akademik
merupakan landasan ilmiah dari kiat pelaksanaan pelayanan
profesional bimbingan dan konseling. Kompetensi akademik
merupakan landasan bagi pengembangan kompetensi
profesional, yang meliputi: 1) memahami secara mendalam konseli
yang dilayani; 2) menguasai landasan dan kerangka teoretik
bimbingan dan konseling; 3) menyelenggarakan pelayanan
bimbingan dan konseling yang memandirikan; dan 4)
mengembangkan pribadi dan profesionalitas konselor secara
berkelanjutan.
Unjuk kerja konselor sangat dipengaruhi oleh kualitas
penguasaan ke empat komptensi tersebut yang dilandasi
B. Kompetensi Konselor
Rumusan Standar Kompetensi Konselor telah dikembangkan
dan dirumuskan atas dasar kerangka pikir yang menegaskan
konteks tugas dan ekspektasi kinerja konselor. Namun bila ditata ke
dalam empat kompetensi pendidik sebagaimana tertuang dalam PP
19/2005, maka rumusan kompetensi akademik dan profesional
A. KOMPETENSI PEDAGOGIK
B. KOMPETENSI KEPRIBADIAN
D. KOMPETENSI PROFESIONAL
PENDAHULUAN
Di masyarakat/dunia pendidikan masih ada beberapa jabatan
yang belum diperhatikan/agak terlupakan yaitu tenaga administrasi
yang keberadaannya banyak mendukung atau sangat berperan dalam
memajukan pendidikan. Tenaga administrasi ini banyak diangkat
tanpa memperhatikan kompetensi (tenaga honorer) bahkan pegawai
yang bersangkutan tidak/kurang tahu tugas jabatannya, tulisan ini
bertujaun untuk membantu dalam pelaksanaan tugas maupun untuk
PNS dalam menyusun Sasaran Kerja Pegawai (SKP) yang harus di
buat/dilaksanakan pada tahun 2014 semoga bermanfaat.
KOMPETENSI TEKNIS
NO JABATAN KOMPETENSI
SIMPULAN
Dari uraian di atas dapat disimpulkan sebagai berikut:
a. Kualitas dan kompetensi tenaga administrasi sekolah/madrasah
merupakan suatu komponen yang sangat berkaitan dengan proses
pembelajaran yang bermutu.
b. Untuk mencapai standar nasional pendidikan di sekolah/madrasah,
setiap tenaga administrtasi sekolah/madrasah wajib memenuhi
standar kualifikasi dan kompetensi sesuai dengan ketetapan yang
mengatur tentang itu.
c. Pemenuhan standar kualifikasi dan kompetensi tenaga
administrasisekolah/madrasah akan dapat mengimbangi kualitas
pendidik dalam proses pembelajaran di sekolah/ madrasah.
d. Standar kualifikasi dan kompetensi sudah merupakan hak bagi
setiap tenaga administrasi sekolah/madrasah yang saat ini sudah
bekerja di sekolah/madrasah atau tenaga administrasi
sekolah/madrasah dalam jabatan, sehingga wajib dipenuhi oleh
penyelenggara sekolah/madrasah.
e. Kelalaian penyelenggara sekolah/madrasah untuk mematuhi
ketentuan standar ini akan dianggap sebagai suatu pelanggaran
dan dapat dikenakan sanksi, lebih-lebih apabila sudah melanggar
hak asasi setiap tenaga administrasi sekolah/madrasah di
sekolah/madrasah itu.
PEMBAHASAN
(Dikutip dari Bab III Pasal 5: Keputusan Menteri Pendayagunaan Apartur Negara
Nomor 132/132/KEP/M.PAN/12/2002.)
Tabel 2
Jenjang Jabatan dan Pangkat Pustakawan
Jabatan Jenjang Pangkat
1. Pustakawan 1. Pustakawan 1. Pengatur Muda
Tingkat Pelaksana tingkat I, golongan
Terampil 2. Pustakawan Ruang II/b: Pengatur,
Pelaksana golongan ruang II/c;
Lanjutan Pengatur Tingkat I.
3. Pustakawan Golongan ruang II/d
Penyelia 2. Penata Muda,
golongan ruang III/a;
Penata Muda Tingkat
I, golongan ruang III/b
3. Penata, golongan
ruang III/c; Penata
Tingkat I, golongan
ruang III/d
2. Pustakawan 1. Pustakawan 1. Penata Muda,
Tingkat Ahli Pertama golongaqn III/a,
2. Pustakawan Muda Penata Muda Tingkat
3. Pustakawan I, golongan ruang III/b
Madya 2. Penata, golongqan
4. Pustakawan III/c, Penata Tingkat I,
Utama golongan ruang III/d
3. Pembina ,. Golongan
IV/a, Pembina
Tingkat I golongan
ruang IV/b, Pembina
Utama Muda,
golongan ruang IV/c
4. Pembina Utama
Madya, golongaqn
ruang IV/d, Pembina
Utama, golongan
Tabel 3
Kompetensi Kepala Perpustakaan Sekolah/Madrasah
Dimensi
No. Kompetensi
Kompetensi
Tabel 4
Kompetensi Tenaga Perpustakaan Sekolah/Madrasah
Dimensi
No. Kompetensi
Kompetensi
SIMPULAN
DAFTAR PUSTAKA
PEMBAHASAN
KEPALA LABORATORIUM
Memanfaatkan Menyusun
laboratorium untuk panduan/penuntun (manual)
kepentingan praktikum
pendidikan dan
Merancang kegiatan
penelitian di
laboratorium untuk
sekolah/madrasah
pendidikan dan penelitian
Melaksanakan kegiatan
laboratorium untuk
kepentingan pendidikan dan
penelitian
Mempublikasikan karya tulis
ilmiah hasil kajian/inovasi
TEKNISI LABORATORIUM
KOMPETENSI KHUSUS
Membuat peralatan
Teknisi Laboratorium
Bahasa
Teknisi Laboratorium
Komputer
Memelihara kelancaran
jaringan komputer (LAN)
Mengoperasikan program
aplikasi sesuai dengan
kebutuhan mata pelajaran
LABORAN LABORATORIUM
C. Laboran sekolah/madrasah
a. Minimal lulusan program satu (D1) yang relevan dengan jenis
laboratorium, yang diselenggarakan oleh perguruan tinggi yang
ditetapkan oleh pemerintah
b. Memiliki sertifikat laboran sekolah/madrasah dari perguruan
tinggi yang ditetapkan oleh pemerintah.
A. Kompetensi kepribadian
Kompetensi kepribadian diklasifikasikan menjadi beberapa
kompetensi diantaranya adalah:
1. Menampilkan diri sebagai pribadi yang dewasa, mantap, dan
berakhlak mulia.
Kompetensi ini memiliki beberapa sub-kompetensi diantaranya
adalah:
a. Bertindak secara konsisten sesuai dengan norma agama,
hukum, sosial, dan budaya nasional Indonesia
b. Berprilaku arif
c. Berprilaku jujur
d. Menunjukan kemandirian
e. Menunjukan rasa percaya diri
f. Berupaya meningkatkan kemampuan diri
B. Kompetensi sosial
Kompetensi sosial diklasifikasikan menjadi beberapa kompetensi
diantaranya adalah :
1. Bekerja sama dalam peleksanaan tugas
Kompetensi ini memiliki beberapa sub-kompetensi diantaranya
adalah:
a. Menyadari kekuatan dan kelemahan baik diri maupun stafnya.
b. Memiliki wawasan tentang pihak lain yang dapat diajak kerja
sama.
c. Bekerjasama dengan berbagai pihak secara efektif
2. Berkomunikasi secara lisan dan tulisan.
Kompetensi ini memiliki beberapa sub-kompetensi diantaranya
adalah:
a. Berkomunikasi dengan berbagai pihak secara santun, empatik,
dan efektif.
b. Memanfaatkan berbagai peralatan teknologi informasi dan
komunikasi.
C. Kompetensi manajerial
Kompetensi manajerial diklasifikasikan menjadi beberapa
kompetensi diantaranya adalah:
1. Merencanakan kegiatan dan pengembangan laboratorium
sekolah/madrasah.
a. Menyusun rencana pengembangan laboratorium.
b. Merencanakan pengelolaan laboratorium
c. Megembangkan system admnistrasi laboratorium
d. Menyusun prosedur operasi standar (POS) kerja
laboratorium.
D. Kompetensi Profesional
Kompetensi profesional diklasifikasikan menjadi beberapa
kompetensi diantaranya adalah :
1. Menerapkan gagasaan, teori, dan prinsip kegiatan laboratorium
sekolah/madrasah
a. Mengikuti perkembangan pemikiran tentang pemanfaatan
kegiatan laboratorium sebagai wahana pendidikan.
b. Menerapkan hasil inovasi atau kajian laboratrium
2. Memanfaatkan laboratorium untuk kepentingan penelitian di
sekolah/madrasah.
a. Menyusun panduan/panutan praktikum
b. Merancang kegiatan laboratorium untuk pendidikan dan
penilitian
SIMPULAN
DAFTAR PUSTAKA
http://fitheyalisyi.wordpress.com/teknologi-pendidikan/kualifikasi-dan-
kompetensi-tenaga-kependidikan/
http://jodenmot.wordpress.com/2012/12/26/standard-mutu-pendidikan
http://indo-dinamis.blogspot.com/2013/04/kualifikasi-akademik-
kompetensi-guru.html
http://www.m-edukasi.web.id/2013/02/perlunya-standar-tenaga-
laboratorium.html
PENDAHULUAN
Pemerintah Republik Indonesia pada tanggal 16 Mei 2005
menetapkan standar pendidikan melalui Peraturan Pemerintah Nomor
19 Tahun 2005 yaitu Standar Nasional Pendidikan. Standar Nasional
Pendidikan berfungsi sebagai dasar dalam perencanaan,
pelaksanaan, dan pengawasan pendidikan dalam rangka
mewujudkan pendidikan nasional yang bermutu. (Pasal 3 PP 19
Tahun 2005). Selanjutnya dalam Pasal 4 PP 19 Tahun 2005
disebutkan Standar Nasional Pendidikan bertujuan menjamin mutu
pendidikan nasional dalam rangka mencerdaskan kehidupan bangsa
dan membentuk watak serta peradaban bangsa yang bermartabat.
Lingkup Standar Nasional Pendidikan sebagaimana ada dalam pasal
2 PP Nomor 19 Tahun 2005 meliputi: a) standar isi adalah ruang
lingkup materi dan tingkat kompetensi yang dituangkan dalam kriteria
tentang kompetensi tamatan, kompetensi bahan kajian, kompetensi
mata pelajaran, dan silabus pembelajaran yang harus dipenuhi oleh
peserta didik pada jenjang dan jenis pendidikan tertentu; b) standar
proses adalah standar nasional pendidikan yang berkaitan dengan
pe-laksanaan pembelajaran pada satu satuan pendidikan untuk
mencapai standar kompetensi lulusan; c) standar kompetensi lulusan
adalah kualifikasi kemampuan lulusan yang mencakup sikap,
pengetahuan, dan keterampilan; d) standar pendidik dan tenaga
kependidikan adalah kriteria pendidikan prajabatan dan kelayakan
fisik maupun mental, serta pendidikan dalam jabatan; e) standar
sarana dan prasarana adalah standar nasional pendidikan yang
berkaitan dengan kriteria minimal tentang ruang belajar, tempat
berolahraga, tempat beribadah, perpustakaan, laboratorium, bengkel
kerja, tempat bermain, tempat berkreasi dan berekreasi, serta sumber
belajar lain, yang diperlukan untuk menunjang proses pembelajaran,
termasuk penggunaan teknologi informasi dan komunikasi; f) standar
pengelolaan adalah standar nasional pendidikan yang berkaitan
dengan perencanaan, pelaksanaan, dan pengawasan kegiatan
pendidikan pada tingkat satuan pendidikan, kabupaten/kota, provinsi,
atau nasional agar tercapai efisiensi dan efektivitas penyelenggaraan
1. Kompetensi Kepribadian
Kompetensi yang harus dimiliki kepala sekolah dalam dimensi
kompe-tensi keribadian antara lain: (1) berakhlak mulia,
mengembangkan budaya dan tradisi akhlak mulia, dan menjadi
teladan akhlak mulia bagi komunitas di sekolah/madrasah; (2)
memiliki integritas kepribadian sebagai pemimpin; (3) memiliki
keinginan yang kuat dalam pengembangan diri sebagai kepala
sekolah/madrasah; (4) bersikap terbuka dalam melaksanakan tugas
pokok dan fungsi; (5) mengen-dalikan diri dalam menghadapi masalah
dalam pekerjaan sebagai kepala sekolah/ madrasah; dan (6) memiliki
bakat dan minat jabatan sebagai pemimpin pendi-dikan.
Dengan merujuk pada teori sifat atau trait theory dalam
kepemimpinan, pada dasarnya teori sifat memandang bahwa
keefektifan kepemimpinan itu berto-lak dari sifat-sifat atau karakter
yang dimiliki seseorang. Keberhasilan kepemim-pinan itu sebagian
besar ditentukan oleh sifat-sifat kepribadian tertentu, misalnya harga
diri, prakarsa, kecerdasan, kelancaran berbahasa, kreatifitas termasuk
ciri-ciri fisik yang dimiliki seseorang. Pemimpin dikatakan efektif bila
memiliki sifat-sifat kepribadian yang baik. Sebaliknya, pemimpin
dikatakan tidak efektif bila tidak menunjukkan sifat-sifat kepribadian
yang baik.
Seorang kepala sekolah yang memiliki dimensi kompetensi
kepribadian sebagaimana disyaratkan dalam 6 kompetensi maka
dijamin tidak akan ada kasus korupsi keuangan, kecurangan dalam
ujian (baik UASBN atau UN), etos kerja rendah, dan lain sebagainya.
Sebaliknya, yang ada adalah kepala sekolah yang konsisten,
dedikasi/etos kerja yang tinggi, disiplin, mandiri, tranparan, terbuka
atas saran dan kritik, tidak mudah putus asa, dan memiliki jiwa
kepemimpinan yang sesuai dengan kebutuhan sekolah. Kompetensi
kepribadian dapat diukur melalui psikotes, khususnya jiwa
2. Kompetensi Manajerial
3. Kompetensi Kewirausahaan
Dimensi kompetensi kewirausahaan dalam Permendiknas No. 13
Tahun 2007 terdiri atas lima kompetensi, yaitu: (1) menciptakan
inovasi yang berguna bagi pengembangan sekolah/madrasah; (2)
bekerja keras untuk mencapai keberhasilan sekolah/madrasah
sebagai organisasi pembelajar yang efektif; (3) memiliki motivasi yang
kuat untuk sukses dalam melaksanakan tugas pokok dan fungsinya
sebagai pemimpin sekolah/madrasah; (4) pantang menyerah dan
selalu mencari solusi terbaik dalam menghadapi kendala yang
dihadapi sekolah/madrasah; dan (5) memiliki naluri kewirausahaan
dalam mengelola kegiatan produksi/jasa sekolah/madrasah sebagai
sumber belajar peserta didik. Ranah kompetensi nomor 1 sampai
dengan nomor 4 merupakan jiwa, sikap, dan perilaku kewirausahaan
yang harus dimiliki oleh kepala sekolah di seluruh jenjang pendidikan.
Sedangkan ranah ke-5, yang harus memiliki adalah kepala SMK
karena bidang kegiatan pendidikan di SMK diantaranya mengelola
kegiatan produksi/jasa. Contoh SMK jurusan perhotelan memiliki
kegiatan jasa perhotelan sehingga peserta didik dapat memanfaatkan
sepenuhnya hotel yang dimiliki sekolah sebagai sumber belajar.
Demikian pula SMK jurusan otomotif dengan kegiatan jasa bengkel.
Sedangkan bagi kepala SD, SMP, SMA kegiatan produksi/jasa
terbatas. Kebanyakan yang ada yaitu koperasi sekolah. Walaupun
demikian, naluri kewirausahaan harus dimiliki oleh seluruh kepala
sekolah.
4. Kompetensi Supervisi
Selama ini kegiatan supervisi yang dilakukan oleh kepala
sekolah merupakan kegiatan insidental. Kegiatan ini biasanya
dilaksanakan bagai guru yang akan naik pangkat atau untuk mengisi
DP3 (Daftar Penilaian Pelaksanaan Pekerjaan Pegawai). Kegiatan ini
dilakukan kepala sekolah dengan sekadar melakukan kunjungan
kelas dan menilai performa guru. Setelah kagiatan ini selesai maka
selesailah kegiatan supervisi ini. Supervisi dalam pengertian intinya
adalah kegiatan membantu guru bukan hanya untuk memvonis guru
5. Kompetensi Sosial
Sekolah merupakan organisasi pembelajar (learning
organization) di mana sekolah selalu berhadapan dengan stake
holder. Kemampuan yang diperlukan untuk berhadapan dengan
stakeholder adalah kemampun berkomunikasi dan berinteraksi yang
efektif. Agar terbina hubungan yang baik antara sekolah dengan
orang tua, sekolah dengan kantor/dinas yang membawahinya maka
kepala sekolah harus mampu mengkomunikasikannya. Setiap
kegiatan yang melibatkan dua orang atau lebih pasti membutuhkan
komunikasi. Pembagian kerja administrasi dalam manajemen
pendidikan yang meliputi 6 substansi manajemen pendidikan juga
memerlukan komunikasi. Ketrampilan berkomunikasi sangat
diperlukan dalam membina hubungan sosial. Bagi kepala sekolah,
kegiatan komunikasi bermanfaat, antara lain untuk: (a) penyampaian
program yang disampaikan dimengerti oleh warga sekolah, (b)
mampu memahami orang lain, (c) gagasannya diterima oleh orang
lain, dan (d) efektif dalam menggerakkan orang lain melakukan
sesuatu.
Kebutuhan sekolah yang belum terpenuhi oleh pemerintah perlu
mendapatkan bantuan dari pihak lain. Oleh karena itu kepala sekolah
harus mampu menjalin kerja sama dengan berbagai pihak demi
DAFTAR PUSTAKA
Hechinger, F. (1981). Effective School, Effective Principal. Reston,
VA: NASSP.
PENDAHULUAN
Dalam upaya meningkatkan mutu pendidikan, kompetensi
pengawas sekolah merupakan salah satu faktor yang penting. Namun
banyak orang yang belum mengetahui tentang standar kualifikasi dan
kompetensi pengawas sekolah. Kompetensi pengawas sekolah
meliputi kompetensi kepribadian, kompetensi sosial, kompetensi
supervisi manajerial, kompetensi supervisi akademik, kompetensi
evaluasi pendidikan, kompetensi penelitian dan pengembangan.
Setelah mempelajari bab ini diharapkan mahasiswa dapat
mengetahui tentang:
1. Pengertian standar kualifikasi dan kompetensi pengawas sekolah;
2. Hakikat pengawasan sekolah;
3. Tugas Pokok dan Fungsi Pengawas Satuan Pendidikan
4. Kewenangan dan hak pengawas
5. Program pengawasan sekolah
1. Kepribadian
a. Menyadari akan tugas dan tanggungjawabnya sebagai
pengawas satuan pendidikan yang profesional
b. Kreatif dalam bekerja dan memecahkan masalah baik yang
berkaitan dengan kehidupan pribadinya maupun tugas-tugas
profesinya
c. Memiliki rasa ingin tahu akan hal-hal baru tentang pendidikan
dan ilmu pengetahuan, teknologi dan seni yang menunjang
profesinya.
3. Supervisi Akademik
a. Memahami konsep, prinsip, teori dasar, karakteristik, dan
kecenderungan perkembangan bidang ilmu yang menjadi isi
4. Evaluasi Pendidikan
a. Membimbing guru dalam menentukan aspek-aspek yang
penting dinilai untuk tiap bidang pengembangan/mata pelajaran
yang termasuk dalam rumpunnya.
b. Membimbing guru dalam menentukan kriteria dan indikator
keberhasilan pembelajaran tiap bidang pengembangan/mata
pelajaran yang termasuk dalam rumpunnya.
c. Menyusun kriteria dan indikator keberhasilan pendidikan pada
satuan pendidikan yang menjadi binaannya
d. Menilai kemampuan guru dalam melaksanakan pembelajaran
pada tiap bidang pengembangan/mata pelajaran yang termasuk
dalam rumpunnya.
e. Menilai kemampuan kepala sekolah dalam mengelola satuan
pendidikan.
f. Menilai kinerja staf sekolah dalam melaksanakan tugas
pokoknya.
g. Menilai kinerja sekolah dan menindaklanjuti hasilnya untuk
keperluan akreditasi sekolah.
h. Mengolah dan menganalisis data hasil penilaian kinerja
sekolah, kinerja kepala sekolah, kinerja guru, dan kinerja staf
sekolah.
2) Melaksanakan Pembinaan
a) Kegiatan supervisi kegiatan manajerial meliputi pembinaan dan
pemantauan pelaksanaan manajemen sekolah merupakan
kegiatan dimana terjadi interaksi langsung antara pengawas
satuan pendidikan dengan kepala sekolah dan tenaga
kependidikan lainnya. Kegiatan ini dilaksanakan di sekolah
binaan.
b) Pelaksanaan pembinaan dengan menggunakan format dan
instrumen yang ditentukan oleh dinas pendidikan di
kabupaten/kota bersangkutan.
Pengawasan
Pengawasan
Manajerial
Akademik
Rincian Tugas (Administrasi
(Teknis Pendidikan/
dan Manajemen
Pembelajaran)
Sekolah)
SIMPULAN
Pengawas satuan pendidikan/sekolah adalah pejabat fungsional
yang berkedudukan sebagai pelaksana teknis untuk melakukan
pengawasan pendidikan terhadap sejumlah sekolah tertentu yang
ditunjuk/ditetapkan dalam upaya meningkatkan kualitas proses dan
hasil belajar/bimbingan untuk mencapai tujuan pendidikan. Dalam
satu kabupaten/kota, pengawas sekolah dikoordinasikan dan dipimpin
oleh seorang koordinator pengawas (Korwas) sekolah/satuan
pendidikan.
Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia, definisi kualifikasi
adalah keahlian yang diperlukan untuk melakukan sesuatu, atau
menduduki jabatan tertentu. Dalam definisi lain kualifikasi diartikan
sebagai hal-hal yang dipersyaratkan baik secara akademis dan teknis
untuk mengisi jenjang kerja tertentu.
Kompetensi pengawas sekolah meliputi kompetensi kepribadian,
kompetensi sosial, kompetensi supervisi manajerial, kompetensi
supervisi akademik, kompetensi evaluasi pendidikan, kompetensi
penelitian dan pengembangan. Kualifikasi pengawas
sekolah/madrasah terdapat dalam Lampiran Peraturan Menteri
Pendidikan Nasional Nomor 12 Tahun 2007 Tanggal 28 Maret 2007
Standar Pengawas Sekolah/Madrasah.
DAFTAR PUSTAKA
________. (2007). Permendiknas no 12 tahun 2007 tentang
Kompetensi Pengawas Sekolah
www.pengawas20.wordpress.com/2009/05/20/36-kompetensi-inti-
yang-harus-dikuasai-pengawas-agar-menjadi-pengawas-
sekolah-yang-profesional/
PENDAHULUAN
Aturan Nilai:
91-100: Amat Baik
76-90: Baik
61-75: cukup
51-60: sedang
< 50: Kurang
Nilai diatas 76 maka akan diterbitkan Sertifikat Guru Induksi Guru
Pemula oleh Dinas Pendidik. Jika Kurang nilai 76 maka akan
diperpanjang 1 Tahun lagi. Program PIGP dilaksanakan di sekolah
selama 1 tahun.
Tugas Harian:
1. Mengenalkan guru baru dengan tugas-tugas administratif sehari-
hari yang harus dilakukan semua guru .
2. Menemui/menyapa guru baru untuk menunjukkan perhatian
3. Mengunjungi ruang kelas guru baru untuk memberikan rasa
nyaman dan dukungan.
Kegiatan pendukung:
1. Bertemu dengan guru baru/pemula tiap pagi sebelum pelajaran
dimulai
2. Berbicara pada guru pemula/baru pada akhir waktu pelajaran
setiap hari dan membicarakan kesulitan-kesulitan yang mungkin
dialami guru dan mencari jalan keluarnya.
3. Siap untuk mendengarkan
4. Bersikap positif dan konstruktif
5. Memberikan rasa aman dan nyaman bagi guru baru
Penanganan Permasalahan
Hasil pemantauan dan evaluasi yang dituangkan dalam laporan
dapat berisi hal-hal yang positif maupun hal yang negatif tentang
keberhasilan program induksi yang dilakukan oleh guru pemula.
Dengan demikian terdapat potensi adanya permasalahan yang
ditemui dalam sebagai hasil pemantauan dan evaluasi. Untuk
menangani permasalahan tersebut maka dapat diuraikan bahwa:
1. Mentor, menangani masalah teknis yang berhubungan dengan
kemajuan program induksi yang dilaksakan oleh guru pemula,
termasuk penyediaan fasilitas penduikung bagi guru pemula dalam
melaksanakan tugas awalnya.
2. Kepala Sekolah, menangani masalah pada level sekolah atau
masalah teknis yang tidak dapat ditangani oleh mentor, termasuk
perijinan, pelaksanaan evalluasi dan pelaporan.
3. Pengawas Sekolah, menangani masalah yang berhubungan
dengan hasil evaluasi program induksi dan rekomendasi terhadap
guru pemula, termasuk perbaikan pelaksanaan tugas apabila
ditemukan terjadinya kekurangan dalam mencapai indikatoir
keberhasilan program induksi.
4. Dinas nPendidikan, menangani masalah yang berhubungan
dengan hasil evaluasi program induksi dan rekomendasi terhadap
guru pemula, termasuk menangani keluhan atas pelaksanaan
program induksi di sebuah sekolah.
5. Badan Kepegawaian Daerah, menangani masalah yang
berhubungan dengan hasil evaluasi program induksi dan
SIMPULAN
Pendidikan profesi guru yang lebih sering disingkat PPG
merupakan suatu program pendidikan yang diberikan untuk para
sarjana pendidikan atau diploma 4 yang bukan jurusan pendidikan
namun memiliki bakat serta minatnya untuk menjadi guru. Tujuan
pendidikan profesi guru adalah menghasilkan calon guru yang
memiliki kemampuan mewujudkan tujuan pendidikan nasional.
Program Induksi guru pemula adalah kegiatan orientasi pelatihan
di tempat kerja, pengembangan dan praktik pemecahan berbagai
permasalahan dalam proses pemebelajaran atau bimbingan dan
konseling bagi guru pemula pada sekolah/madrasah ditempat
tugasnya. Tujuan program induksi guru pemula adalah Beradaptasi
dengan iklim kerja dan budaya sekolah, dan Melaksanakan
pekerjaannya sebagai guru profesional di sekolah.
DAFTAR PUSTAKA
http://akhmadsudrajat.wordpress.com/2010/09/04/sekilas-tentang-
program-induksi-bagi-guru-pemula/
http://indritjitrawangsa.blogspot.com/