Anda di halaman 1dari 265

STKIP Muhammadiyah Pringsewu Lampung Buku Ajar Profesi Kependidikan i

DAFTAR ISI

Halaman
KATA PENGANTAR

I PENGERTIAN PROFESI, PROFESIONAL, 1


PROFESIONALITAS, PROFESIONALISME
A. A. Pengertian Profesi 2
B. B. Pengertian Profesional 8
C. C. Pengertian Profesionalitas 10
D. D. Pengertian Profesionalisme 11

II ORGANISASI PENDIDIKAN 19
A. Pengertian Organisasi Pendidikan 20
B. Bentuk-Bentuk Organisasi Pendidikan 25
C. Struktur Organisasi Pendidikan 26
D. Wewenang dan Tanggung Jawab Organisasi 30
Pendidikan
E. Organisasi Sekolah 32
F. Proses Belajar Mengajar dan Problematikanya 33
G. Pendekatan-Pendekatan Organisasi Pendidikan 39
H. Pentingnya Organisasi Pendidikan 41
I. Faktor-Faktor yang Perlu Dipertimbangkan dalam 42
Menyusun Organisasi Pendidikan
J. Contoh Susunan Organisasi 44

III KONSEP PROFESI KEPENDIDIKAN 52


A. Konsep Profesi Kependidikan 53
B. Syarat-Syarat Profesi Kependidikan 55
C. Kode Etik Profesi Kependidikan 57
D. Organisasi Profesional Keguruan 60

IV SIKAP PROFESI PENDIDIKAN 64


A. Landasan Yuridis 66
B. Aplikasi Sikap Profesional Guru terhadap 67
Pemimpin dalam Bentuk Contoh-Contoh Perilaku
dalam Pendidikan
C. Mengambangkan Sikap Profesional 69
D. Sikap Profesi Pendidikan terhadap Perundang- 70

STKIP Muhammadiyah Pringsewu Lampung Buku Ajar Profesi Kependidikan i


undangan
E. Sikap Profesi Pendidikan 72
F. Sikap Profesi Pendidikan Terhadap Organisasi 76
Pendidikan

V ADMINISTRASI PENDIDIKAN DALAM PROFESI


KEPENDIDIKAN 81
A. Pengertian dan Konsep Administrasi Pendidikan 81
B. Fungsi Administrasi Pendidikan 88
C. Lingkup Bidang Garapan Administrasi Pendidikan 95
Menengah
D. Peranan Guru dalam Administrasi Pendidikan 97

VI STANDAR NASIONAL PENDIDIKAN 99


A. Pengertian Standar Nasional pendidikan 100
B. Fungsi Standar Nasional Pendidikan 101
C. Tujuan Standar Nasional Pendidikan 102
D. Ruang Lingkup Standar Nasional Pendidikan 103

VII PROFESIONALISME GURU 109


A. Latar Belakang Lahirnya UU Guru dan Dosen 110
B. Guru professional 111
C. Guru Profesional dalam Perspektif Islam 113
D. Mengukur Keprofesionalan Guru 114
E. Penghargaan terhadap Guru Profesional 116

VIII KUALIFIKASI AKADEMIK dan KOMPETENSI GURU 122


A. Pengertian Kualifikasi Akademik 123
B. Standar Kualifikasi Akademik Guru Profesional di 124
Indonesia
C. Pengertian Kompetensi dan Standar Kompetensi 125
Guru

IX STANDAR KUALIFIKASI AKADEMIK DAN 135


KOMPETENSI KONSELOR
A. Kualifikasi Akademik Konselor 136
B. Kompetensi Konselor 136

STKIP Muhammadiyah Pringsewu Lampung Buku Ajar Profesi Kependidikan ii


X STANDAR TENAGA ADMINISTRASI 146
SEKOLAH/MADRASAH
A. Kualifikasi Dan Kompetensi Tenaga Administrasi 146
Sekolah/Madrasah Di Jenjang Pendidikan Dasar
Dan Menengah
B. Kualifikasi dan Kompetensi Tenaga Administrasi 149
Sekolah/Madrasah

XI KUALIFIKASI DAN KOMPETENSI 158


TENAGA PERPUSTAKAAN SEKOLAH/MADRASAH
A. Tenaga Perpustakaan pada Perpustakaan 160
Sekolah/Madrasah
B. Kualifikasi Kepala Perpustakaan 168
Sekolah/Madrasah
C. Kualifikasi Tenaga Perpustakaan 169
Sekolah/Madrasah
D. Kompetensi Pengelola Perpustakaan 169
Sekolah/Madrasah
E. Kompetensi Kepala Perpustakaan 170
Sekolah/Madrasah
F. Kompetensi Tenaga Perpustakaan 172
Sekolah/Madrasah

XII STANDAR KUALIFIKASI DAN KOMPETENSI 175


TENAGA LABORATORIUM

XIII STANDAR KOMPETENSI KEPALA SEKOLAH 192


A. Standar Kompetensi Kepala Sekolah 194
B. Kepemimpinan Kepala Sekolah 202

XIV STANDAR KUALIFIKASI DAN KOMPETENSI 208


PENGAWAS SEKOLAH
A. Standar Kualifikasi dan Kompetensi Pengawas 208
Sekolah
B. Hakekat Pengawasan Sekolah 213
C. Tugas Pokok Pengawas Sekolah/Madrasah 220

STKIP Muhammadiyah Pringsewu Lampung Buku Ajar Profesi Kependidikan iii


D. Fungsi Pengawas Sekolah 236
E. Kewenangan dan Hak Pengawas 238
F. Program Pengawasan Sekolah 239

XV GURU BERMUTU 242


A. Pendidikan Profesi Guru (PPG) 243
B. Pengertian Pendidikan Profesi Guru 243
C. Tujuan Pendidikan Profesi Guru 243
D. Syarat Pendidikan Profesi Guru 244

STKIP Muhammadiyah Pringsewu Lampung Buku Ajar Profesi Kependidikan iv


KATA PENGANTAR

Profesi di dalam dunia pendidikan dikenal dengan tenaga pendidik dan


tenaga kependidikan. Pendidik harus memiliki kualifikasi akademik dan
kompetensi sebagai agen pembelajaran, sehat jasmani dan rohani, serta
memiliki kemampuan untuk mewujudkan tujuan pendidikan nasional.
Sedangkan tenaga kependidikan meliputi kepala sekolah/madrasah,
pengawas satuan pendidikan, tenaga administrasi, tenaga perpustakaan,
tenaga laboratorium, teknisi, pengelola kelompok belajar, pamong belajar,
dan tenaga kebersihan. Sesuai Kerangka Kualifikasi Nasional Indonesia
(KKNI) untuk dapat menjadi pendidik (guru) saat ini tidak cukup sekedar
menyelesaikan pendidikan jenjang program sarjana di perguruan tinggi,
namun harus menempuh pendidikan profesi guru sesuai keahlian yang
didalaminya, agar profesionalisasinya semakin meningkat. Pendidik ini
diberi pelajaran tentang pendidikan dalam waktu relatif lama agar mereka
menguasai ilmu itu dan terampil melaksanakannya dilapangan. Minat,
bakat, kemampuan, dan potensi peserta didik tidak akan berkembang
secara optimal tanpa bantuan pendidik (guru). Sejak dahulu hingga
sekarang guru menempati tempat terhormat dimasyarakat. kewibawaanlah
yang menyebabkan guru dihormati sehingga masyarakat tidak meragukan
figur seorang guru. Masyarakat yakin bahwa gurulah yang dapat mendidik
anak mereka agar menjadi orang yang berkepribadian mulia. Dengan
kepercayaan yang diberikan masyarakat, maka dipundak guru diberikan
tugas dan tanggung jawab yang berat. Dengan begitu maka sebagai
seorang guru harus memiliki kepribadian yang unik. Disatu pihak guru
harus ramah, sabar, menunjukkan pengertian, memberikan kepercayaan,
dan menciptakan suasana aman. Akan tetapi, dilain pihak guru harus
memberikan tugas, mendorong siswa untuk mencapai tujuan, mengadakan
koreksi, menegur dan menilai. Seorang guru dalam mendidik perlu
memahami pikiran dan perasaan peserta didiknya. Sedangkan tenaga
kependidikan adalah tenaga/pegawai yang bekerja pada satuan pendidikan
selain tenaga pendidik. Tenaga kependidikan bertugas melaksanakan
administrasi, pengelolaan, pengembangan, pengawasan, dan pelayanan
teknis untuk menunjang proses pendidikan pada sekolah/madrasah.
Perbaikan kualitas pendidikan saat ini merupakan isu yang menarik
dan senantiasa menjadi diskusi oleh para pelaku pendidikan baik pendidik,
tenaga kependidikan, maupun stakeholders pendidikan lainnya. Pemerintah
saat ini sangat serius dengan perubahan – perubahan dan perbaikan
kurikulum dan standarisasi tenaga pendidik dan kependidikan, kemudian

STKIP Muhammadiyah Pringsewu Lampung Buku Ajar Profesi Kependidikan v


para guru senantiasa menyuarakan profesionalisme dan penghargaannya,
di lain sisi pemerhati atau pengawas pendidikan mengusahakan pendidikan
yang teoritik dan sistematis. Dalam hal ini pemerintah dan masyarakat
memberi prioritas untuk menjaga, melindungi dan menghormati profesi
guru. secara khusus pemerintah memberi jaminan finansial secara minimal
kepada tiap guru agar mereka dapat hidup layak dan bermartabat sebagai
guru. Masalah ini hanya bisa diatasi jika pemerintah dan masyarakat
memberi prioritas untuk menjaga, melindungi, dan menghormati profesi
guru. Secara khusus, pemerintah harus memberi jaminan finansial secara
minimal kepada tiap guru agar mereka dapat hidup layak dan bermartabat
sebagai guru. Sejauh ini, pemerintah telah memberikan suatu upaya untuk
meningkatkan profesionalisme guru dengan memberikan penghargaan
yang sering disebut dengan sertifikasi guru yang dimaksudkan untuk
memberikan penghargaan kepada guru, terutama memberi jaminan
ekonomi minimal agar para guru dapat hidup bermartabat, sehingga
sehingga mereka dapat memberi pelayanan bermutu bagi masyarakat dan
negara.
Buku Profesi Kependidikan ini disusun untuk memudahkan mahasiswa
memahami hal-hal terkait profesi kependidikan, meliputi: (1) Pengertian
profesi, professional, profesionalitas, dan profesionalisme; (2) Organisasi
Pendidikan; (3) Konsep profesi kependidikan; (4) Sikap profesi pendidikan;
(5) Administrasi pendidikan dalam profesi kependidikan; (6) Standar
nasional pendidikan; (7) Profesionalisme guru; (8) Kualifikasi akademik dan
kompetensi guru; (9) Standar kualifikasi akademik dan kompetensi
konselor; (10) Standar tenaga administrasi sekolah/madrasah; (11)
Kualifikasi dan kompetensi tenaga perpustakaan sekolah/madrasah; (12)
Kualifikasi dan kompetensi tenaga laboratorium; (13) Standar kompetensi
kepala sekolah; (14) Kualifikasi dan kompetensi pengawas
sekolah/madrasah; dan (15) Guru bermutu.
Pengelolaan bidang pendidikan dan kebudayaan yang merupakan
salah satu kewajiban Kabupaten/Kota sebagaimana yang diamanatkan
dalam pasal 11 ayat (2), Undang-undang Nomor 22 Tahun 1999, baik
dalam kewenangan maupun sumber pembiayaan akan menjadi sorotan
tajam yang perlu diperhatikan dalam pelaksanaannya, mengingat bahwa
pendidikan merupakan salah satu kebutuhan dasar bagi setiap warga
negara, sedangkan kebudayaan dapat menjadi ciri dan identitas suatu
bangsa. Dengan demikian pelaksanaan desentralisasi bidang pendidikan
dan kebudayaan harus mengacu pada pemenuhan kebutuhan terhadap
layanan pendidikan dan kebudayaan yang lebih cepat, efisien dan efektif.

STKIP Muhammadiyah Pringsewu Lampung Buku Ajar Profesi Kependidikan vi


Produk akhir dari buku ini hanya merupakan sebagian kecil dari hasil
telaah empirik dan pemikiran konseptual bagi pelaksanaan kinerja profesi
kependidikan, sebagai prakarsa untuk meningkatkan kualitas pengelolaan
pendidikan. Meski tulisan yang tersaji ini mungkin belum cukup menggugah
pelaku pendidikan untuk mengimplementasikannya, namun setidaknya
harapan penulis, buku ini dapat berguna sebagai point of reference bagi
pihak-pihak yang berkepentingan dalam pelaksanaan pengelolaan
pendidikan.
Pada kesempatan ini pula penulis ingin mengucapkan terima kasih
yang sebesar-besarnya kepada semua pihak terutama pihak-pihak yang
tulisannya penulis gunakan/kutip guna melengkapi tujuan penulisan dalam
setiap bagiannya, dan semua pihak yang telah memberikan inspirasi
sehingga tersusunnya buku ini.

Penulis

STKIP Muhammadiyah Pringsewu Lampung Buku Ajar Profesi Kependidikan vii


PENGERTIAN PROFESI, PROFESIONAL,
PROFESIONALITAS, PROFESIONALISME

Pendidikan adalah usaha sadar yang dengan sengaja


dirancangkan untuk mencapai tujuan yang telah ditetapkan. Dalam
usaha meningkatkan kualitas sumber daya pendidikan, guru
merupakan komponen sumber daya manusia yang harus dibina dan
dikembangkan terus-menerus. Pembentukan profesi guru
dilaksanakan melalui program pendidikan pra-jabatan maupun
program dalam jabatan. Guru adalah salah satu contoh dari sekian
jenis profesi, Profesi adalah pekerjaan yang membutuhkan pelatihan
dan penguasaan terhadap suatu pengetahuan khusus. Seseorang
yang memiliki suatu profesi tertentu, disebut profesional. Walaupun
begitu, istilah profesional juga digunakan untuk suatu aktivitas yang
menerima bayaran, sebagai lawan kata dari amatir. Menjadi
profesional dalam suatu profesi adalah tuntutan yang akhirnya mampu
meningkatkan kualitas keprofesian yang kita miliki.
Setelah mempelajari tentang bab ini diharapkan mahasiswa dapat
mengetahui tentang:
1. Pengertian profesi, profesional, profesionalitas, dan
profesionalisme;
2. Bagaimanakah Guru Profesional itu;
3. Untuk mengetahui lebih jauh tentang profesi;
4. Untuk mengetahui bagaimana profesional yang sebenarnya;
5. Untuk mengetahui prinsip-prinsip dan bagaimana cara-cara
meningkatkan profesionalitas guru dalam meningkatkan pendidikan
yang berkualitas;
6. Mengetahui lebih jauh tentang konsep dasar profesionalisme

PENDAHULUAN
Pendidikan adalah usaha sadar yang dengan sengaja
dirancangkan untuk mencapai tujuan yang telah ditetapkan. Dalam
usaha meningkatkan kualitas sumber daya pendidikan, guru
merupakan komponen sumber daya manusia yang harus dibina dan
dikembangkan terus-menerus. Pembentukan profesi guru
dilaksanakan melalui program pendidikan pra-jabatan maupun
program dalam jabatan. Guru adalah salah satu contoh dari sekian
jenis profesi, Profesi adalah pekerjaan yang membutuhkan pelatihan

STKIP Muhammadiyah Pringsewu Lampung Buku Ajar Profesi Kependidikan 1


dan penguasaan terhadap suatu pengetahuan khusus. Seseorang
yang memiliki suatu profesi tertentu, disebut profesional. Walaupun
begitu, istilah profesional juga digunakan untuk suatu aktivitas yang
menerima bayaran, sebagai lawan kata dari amatir. Menjadi
profesional dalam suatu profesi adalah tuntutan yang akhirnya mampu
meningkatkan kualitas keprofesian yang kita miliki.

PEMBAHASAN
A. Pengertian Profesi
Profesi itu suatu pekerjaan atau jabatan yang memerlukan suatu
persiapan melalui pendidikan dan pelatihan khusus. Biasanya sebutan
“profesi” selalu di kaitkan dengan pekerjaan atau jabatan yang di
pegang oleh seseorang, tetapi tidak semua pekerjaan atau jabatan
dapat disebut profesi karna profesi menuntut keahlian seseorang.
Sumber: Wikipedia.com. Dalam arti yang luas profesi menjadi
kegiatan apa saja dan siapa saja untuk memperoleh nafkah yang
dilakukan dengan suatu keahlian tertentu. Sedangkan dalam arti
sempit profesi berarti kegiatan yang dijalankan berdasarkan keahlian
tertentu dan sekaligus dituntut daripadanya pelaksanaan norma-norma
sosial dengan baik.
Istilah Profesi sudah cukup dikenal oleh semua pihak, dan
senantiasa melekat pada “guru” karena tugas guru sesungguhnya
merupakan suatu jabatan profesional. Pemahaman yang lebih tepat,
berikut, biasanya sebutan “profesi” selalu dikaitkan dengan pekerjaan
atau jabatan yang dipegang oleh seseorang, akan tetapi tidak semua
pekerjaan atau jabatan dapat disebut profesi karena profesi menuntut
keahlian para pemangkunya profesi merupakan suatu jabatan atau
pekerjaan yang menuntut keahlian atau keterampilan dari pelakunya.
Profesi adalah suatu pekerjaan yang dalam melaksanakan tugasnya
memerlukan/menuntut keahlian (expertise), menggunakan teknik-
teknik ilmiah, serta dedikasi yang tinggi. Keahlian diperoleh dari
lembaga pendidikan yang khusus diperuntukkan untuk itu dengan
kurikulum yang dapat dipertanggungjawabkan. Jadi suatu profesi
harus memiliki tiga pilar pokok, yaitu pengetahuan, keahlian, dan
persiapan akademik. Guru merupakan pendidik profesional dengan
tugas utama mendidik, mengajar, membimbing, melatih, dan
mengevaluasi peserta didik pada jalur pendidikan formal. Hal ini
mengandung arti bahwa suatu pekerjaan atau jabatan yang disebut

STKIP Muhammadiyah Pringsewu Lampung Buku Ajar Profesi Kependidikan 2


profesi tidak dapat dipegang oleh sembarang orang, akan tetapi
memerlukan suatu persiapan melelui pendidikan dan pelatihan yang
dikembangkan khusus untuk itu.

Ciri-ciri profesi
Secara umum ada beberapa ciri atau sifat yang selalu melekat
pada profesi, yaitu: pendidikan, pelatihan dan pengalaman yang
bertahun-tahun. Adapun secara khusus sifat yang selalu melekat pada
profesi adalah:
1. Adanya kaidah dan standar moral yang sangat tinggi. Hal ini
biasanya setiap pelaku profesi mendasarkan kegiatannya
pendidikan, pelatihan, dan pengalaman yang bertahun-tahun;
2. Adanya pengetahuan khusus, yang biasanya keahlian dan
keterampilan ini dimiliki berkat pada kode etik profesi;
3. Mengabdi pada kepentingan masyarakat, artinya setiap pelaksana
profesi harus meletakkan kepentingan pribadi di bawah
kepentingan masyarakat;
4. Ada izin khusus untuk menjalankan suatu profesi. Setiap profesi
akan selalu berkaitan dengan kepentingan masyarakat, dimana
nilai-nilai kemanusiaan berupa keselamatan, keamanan,
kelangsungan hidup dan sebagainya, maka untuk menjalankan
suatu profesi harus terlebih dahulu ada izin khusus;
5. Kaum profesional biasanya menjadi anggota dari suatu profesi.
Memahami ciri-ciri mum profesi tersebut, dapat disimpulkan
bahwa kaum profesional adalah orang-orang yang memiliki tolak ukur
perilaku yang berada di atas rata-rata. Di satu pihak ada tuntutan dan
tantangan yang sangat berat, tetapi di lain pihak ada suatu kejelasan
mengenai pola perilaku yang baik dalam rangka kepentingan
masyarakat. Seandainya semua bidang kehidupan dan bidang
kegiatan menerapkan suatu stándar profesional yang tinggi, bisa
diharapkan akan tercipta suatu kualitas masyarakat yang semakin
baik.

Syarat-syarat Profesi Guru


Guru Indonesia menyadari bahwa pendidikan adalah bidang
pengabdian terhadap Tuhan Yang Maha Esa, Bangsa dan Negara
serta kemanusiaan pada umumnya. Guru Indonesia yang berjiwa
pancasila dan setia pada Undang-Undang Dasar 1945, turut

STKIP Muhammadiyah Pringsewu Lampung Buku Ajar Profesi Kependidikan 3


bertanggung jawab atas terwujudnya cita-cita Proklamasi
Kemerdekaan Republik Indonesia.
Untuk jabatan guru, menurut National Education
Association (NEA) tahun 1948, maka profesi guru memerlukan
persyaratan/kriteria khusus yaitu:
1. Jabatan yang melibatkan kegiatan intelektual. Jabatan guru
memenuhi kriteria ini, karena mengajar melibatkan upaya yang
sifatnya sangat didominasi kegiatan intelektual. Selanjutnya,
kegiatan yang dilakukan anggota profesi adalah dasar bagi
persiapan dari semua kegiatan profesional lainnya.
2. Jabatan yang menggeluti suatu batang tubuh ilmu yang khusus.
Anggota suatu profesi menguasai bidang ilmu yang membangun
keahlian mereka dan melindungi masyarakat dari penyalahgunaan,
amatiran yang tidak terdidik, dan kelompok tertentu yang ingin
mencari keuntungan. Namun, belum ada kesepakatan tentang
bidang ilmu khusus yang melatari pendidikan atau keguruan
(Ornstein dan Levine, dalam Soetjipto dan Kosasi, 2004:19).
3. Jabatan yang memerlukan persiapan profesional yang lama
dibandingkan dengan pekerjaan yang memerlukan latihan umum
belaka. Terdapat perselisihan pendapat mengenai hal yang
membedakan jabatan profesional dan non-profesional yaitu dalam
penyelesaian pendidikan melalui kurikulum. Pertama, yakni
pendidikan melalui perguruan tinggi disediakan untuk jabatan
profesional, sedangkan yang kedua yakni pendidikan melalui
pengalaman praktek bagi jabatan non-profesional (Ornstein dan
Levine, 2004:21)
4. Jabatan yang memerlukan latihan dalam jabatan yang
berkesinambungan. Jabatan guru cenderung menunjukkan bukti
yang kuat sebagai jabatan profesional, sebab hampir tiap tahun
guru melakukan kegiatan latihan profesional, baik yang
mendapatkan penghargaan kredit maupun tidak. Justru disaat
sekarang ini bermacam-macam pendidikan profesional tambahan
diikuti guru dalam menyetarakan dirinya dengan kualifikasi yang
ditetapkan.
5. Jabatan yang menjanjikan karier hidup dan keanggotaan yang
permanen. Di luar negeri barangkali syarat jabatan guru sebagai
karier permanen merupakan titik yang paling lemah dalam
menuntut bahwa mengajar adalah jabatan profesional. Banyak guru
baru yang hanya bertahan selama satu atau dua tahun saja pada

STKIP Muhammadiyah Pringsewu Lampung Buku Ajar Profesi Kependidikan 4


profesi mengajar, setelah itu mereka pindah kerja kebidang lain
yang lebih menjanjikan bayaran yang lebih tinggi.
6. Jabatan yang memerlukan baku (standarnya) sendiri. Karena
jabatan guru menyangkut hajat orang banyak, maka baku untuk
jabatan guru ini sering tidak diciptakan oleh anggota profesi sendiri.
Baku jabatan guru masih sangat banyak diatur oleh pihak
pemerintah, atau pihak lain yang menggunakan tenaga guru
tersebut seperti yayasan pendidikan swasta.
7. Jabatan yang lebih mementingkan layanan diatas keuntungan
pribadi. Jabatan mengajar adalah jabatan yang mempunyai nilai
sosial yang tinggi. Guru yang baik akan sangat berperan dalam
mempengaruhi kehidupan yang lebih baik dari warga Negara masa
depan. Jabatan guru telah terkenal secara universal sebagai suatu
jabatan yang anggotanya termotivasi oleh keinginan untuk
membantu orang lain, bukan disebabkan oleh keuntungan ekonomi
ataupun keuangan.
8. Jabatan yang mempunyai organisasi profesional yang kuat dan
terjalin erat. Semua profesi yang dikenal mempunyai organisasi
profesional yang kuat untuk dapat mewadahi tujuan bersama dan
melindungi anggotanya. Dalam beberapa hal, jabatan guru telah
memenuhi kriteria ini dan dalam hal lain belum dapat dicapai. Di
Indonesia telah ada Persatuan Guru Seluruh Indonesia (PGRI)
yang merupakan wadah seluruh guru mulai dari guru taman kanak-
kanak sampai guru sekolah lanjutan tingkat atas, dan ada pula
Ikatan Sarjana Pendidikan Indonesia (ISPI) yang mewadahi seluruh
sarjana pendidikan.

Kriteria Pekerjaan Menjadi Sebuah Profesi


Dalam rangka memahami lebih lanjut tentang profesi perlu
diketahui adanya sepuluh macam kriteria yang diungkapkan
oleh Horton Bakkington dan Robers Patterson dalam studi tentang
jabatan profesi mengungkap sepuluh kriteria profesi, yaitu:
1. Profesi harus memenuhi kebutuhan masyarakat dan menggunakan
prinsip keilmuan yang dapat diterima masyarakat.
2. Profesi harus menuntut suatu latihan profesional yang memadai
dan membudaya.
3. Profesi menuntut suatu lembaga yang sistematis dan
terspesialisasi.

STKIP Muhammadiyah Pringsewu Lampung Buku Ajar Profesi Kependidikan 5


4. Profesi harus memberikan keterangan tentang ketrampilan yang
dibutuhkan di mana masyarakat umum tidak memilikinya.
5. Profesi harus sudah mengembangkan hasil dari pengalaman yang
sudah teruji.
6. Profesi harus merupakan tipe pekerjaan yang bermanfaat.
7. Profesi harus sudah memerlukan pelatihan kebijaksanaan dan
penampilan tugas.
8. Profesi harus mempunyai kesadaran ikatan kelompok sebagai
kekuatan yang mampu mendorong dan membina anggotanya.
9. Profesi harus dijadikan batu loncatan mencari pekerjaan lain.
10. Profesi harus mengakui kewajibannya dalam masyarakat dengan
meminta anggotanya memenuhi kode etik yang diterima dan
dibangunnya.
Dari kriteria-kriteria yang ditetapkan tersebut dapat disimpulkan
bahwa suatu pekerjaan dapat dikatakan pekerjaan profesi apabila
memenuhi ciri-ciri sebagai berikut:
1. Memenuhi spesialisasi dengan latar belakang teori yang luas
(pengetahuan dan keahlian).
2. Merupakan karir yang dibina secara organisatoris (keterkaitan
dalam organisasi profesi, memiliki kode etik dan pengabdian
masyarakat).
3. Diakui masyarakat sebagai suatu pekerjaan yang mempunyai
status profesional (memperoleh dukungan masyarakat,
perlindungan hukum dan mempunyai persyaratan kerja dan
jaminan hidup yang layak).
Sesuai dengan pengertian profesi dan ciri-ciri yang diungkapkan
tersebut, maka pekerjaan guru adalah tugas keprofesian, mengingat
hal-hal sebagai berikut:
1. Diperlukan persyaratan akademis dan adanya kode etik.
2. Semakin dituntut adanya kualifikasi agar tahu tentang
permasalahan perkembangan anak. (Shaleh, 2005:278-280).

Abudin Nata mengemukakan pendapatnya terkait suatu


pekerjaan dikatakan profesi apabila memenuhi tiga kriteria sebagai
berikut:
1. Mengandung unsur pengabdian.
Setiap profesi dikembangkan untuk memberikan pelayanan tertentu
kepada masyarakat. Setiap orang yang mengaku menjadi
pengembang dari suatu profesi tertentu harus benar-benar yakin

STKIP Muhammadiyah Pringsewu Lampung Buku Ajar Profesi Kependidikan 6


bahwa dirinya memiliki pengetahuan dan keterampilan yang
memadai untuk memberikan pelayanan kepada masyarakat
tersebut.
2. Mengandung unsur idealisme
Setiap profesi bukanlah sekedar mata pencari atau bidang
pekerjaan yang mendatangkan materi saja melainkan dalam profesi
itu tercakup pengertian pengabdian pada sesuatu yang luhur dan
idealis, seperti mengabdi untuk tegaknya keadilan, kebenaran
meringankan beban penderitaan sesama manusia.
3. Mengandung unsur pengembangan
Setiap bidang profesi mempunyai kewajiban untuk
menyempurnakan prosedur kerja yang mendasari pengabdiannya
secara terus-menerus. Secara teknis profesi tidak boleh berhenti
atau mandek. Kalau kemandekan teknik ini terjadi profesi itu
dianggap sedang mengalami proses kelayuan atau sudah mati.
Dengan demikian, profesipun manjadi punah dari kehidupan
masyarakat (Nata, 2001:139).
Adapun dalam Sardiman Wolmer dan Mills mengatakan bahwa
suatu pekerjaan itu dikatakan sebagai profesi apabila memenuhi
kriteria sebagai berikut:
1. Memiliki spesialisasi dengan latar belakang yang luas.
2. Merupakan karir yang dibina secara organisatoris.
3. Diakui masyarakat sebagai pekerjaan yang mempunyai status
profesional. (Sardiman, 2007:164).
Sedangkan Rahman Natawijaya mengemukakan beberapa
kriteria sebagai ciri suatu profesi sebagai berikut:
1. Ada standar kerja yang baku dan jelas.
2. Ada lembaga pendidikan khusus yang menghasilkan pelakunya
dengan program pendidikan yang baik.
3. Ada organisasi yang memadai pelakunya untuk mempertahankan
dan memperjuangkan eksistensi dan kesejahteraannya.
4. Ada etika dan kode etik yang mengatur prilaku para pelakunya
dalam memperlakukan kliennya.
5. Ada sistem imbalan terhadap jasa layanannya yang adil dan baku .
6. Ada pengakuan masyarakat (profesional penguasa dan awam)
terhadap pekerjaan itu sebagai suatu profesi

STKIP Muhammadiyah Pringsewu Lampung Buku Ajar Profesi Kependidikan 7


Kode Etik Profesi Keguruan
Setiap profesi, seperti telah di bicarakan dalam berbagai
terdahulu, harus mempunyai kode etik profesi. Dengan demikian
jabatan dokter umum notaris, guru dan lain-lain yang merupakan
bidang pekerjaan profesi mempunyi kode etik. Pengertian kode etik
menurut undang undang nomor 8 tahun 1974 tentang pokok
kepegawaian menyatakan bahwa pegawai negeri sipil mempunyai
kode etik sebagai pedoman sikap tingkah laku dan perbuatan di dalam
dan di luar kedinasan.

B. Pengertian Profesional
“Profesional” adalah orang yang menyandang suatu jabatan atau
pekerjaan yang dilakukan dengan keahlian atau keterampilan yang
tinggi. Hal ini juga pengaruh terhadap penampilan atau performance
seseorang dalam melakukan pekerjaan profesinya. Seorang
profesional adalah seseorang yang menawarkan jasa atau layanan
sesuai dengan protokol atau peraturan dalam bidang yang dijalaninya
dan menerima gaji sebagai upah atas jasanya. Orang tersebut juga
merupakan anggota suatu entitas atau organisasi yang didirikan
sesuai dengan hukum di sebuah negara atau wilayah. Meskipun begitu
seringkali seseorang yang merupakan ahli dalam suatu bidang juga
disebut profesional dalam bidangnya meskipun bukan merupakan
anggota dari suatu entitas yang didirikan dengan sah. Sebagai contoh,
dalam dunia olahraga terdapat olahragawan profesional yang
merupakan kebalikan dari olahragawan amatir yang bukan
berpartisipasi dalam sebuah turnamen/kompetisi demi uang.
Mewujudkan untuk seseorang profesional, adalah orang yang
mempunyai profesi atau pekerjaan purna waktu dan hidup dari
pekerjaan itu dengan mengandalkan suatu keahlian yang tinggi. Atau
seorang profesional adalah seseorang yang hidup dengan
mempraktekkan suatu keahlian tertentu atau dengan terlibat dalam
suatu kegiatan tertentu yang menurut keahlian, sementara orang lain
melakukan hal yang sama sebagai sekedar hobi, untuk senang-
senang, atau untuk mengisi waktu luang dalam melakukan pekerjaan
di profesinya. Sumber : (Horn dkk., 1973. The advanced Learner’s
Dictionary of Current English, Great Britain: Oxford University hal.
733). Selain daripada itu karyawan profesional adalah seorang
karyawan yang digaji dan melaksanakan tugas sesuai petunjuk

STKIP Muhammadiyah Pringsewu Lampung Buku Ajar Profesi Kependidikan 8


pelaksanaan tugas dan petunjuk pelayanan teknis yang dibebankan
kepadanya. Karena profesional terkait dengan pendapatan, tidak
hanya terkait dengan keahlian. Seseorang dinyatakan profesional
apabila memenuhi kriteria sebagai berikut: Experties (ketrampilan
khusus), Responsibility (punya rasa tanggungjawab), dan
Corporateness (kesejawatan, yaitu orang dengan profesi sama
biasanya berkumpul dalam organisasi profesi, yang memiliki kode etik
yang disepakati dan dipatuhi bersama).
Penyandangan dan penampilan “professional” ini telah mendapat
pengakuan, baik segara formal maupun informal. Pengakuan secara
formal diberikan oleh suatu badan atau lembaga yang mempunyai
kewenangan untuk itu, yaitu pemerintah dan atau organisasi profesi.
Sedang secara informal pengakuan itu diberikan oleh masyarakat luas
dan para pengguna jasa suatu profesi. Sebagai contoh misalnya
sebutan “guru professional” adalah guru yang telah mendapat
pengakuan secara formal berdasarkan ketentuan yang berlaku, baik
dalam kaitan dengan jabatan ataupun latar belakang pendidikan
formalnya.
Karakteristik Guru profesional adalah sebagai berikut:
1. Memahami siswa dan bagaimana mereka belajar
2. Menguasai mata pelajaran dan menguasai mata pelajaran dan
menguasai bagaimana cara mengajarkan
3. Bertanggung jawab mengolah kelas dan memonitor
perkembangan belajar siswa
4. Berfikir secara sistematis bagaimana tugas mengajar dijalankan
dan memiliki gambaran bagaimana pelaksanaan tugasnya.
5. Guru adalah warga masyarakat pembelajar.
Pengakuan ini dinyatakan dalam bentuk surat keputusan, ijazah,
akta, sertifikat, dsb baik yang menyangkut kualifikasi maupun
kompetensi. Sebutan “guru professional” juga dapat mengacu kepada
pengakuan terhadap kompetensi penampilan unjuk kerja seorang guru
dalam melaksanakan tugas-tugasnya sebagai guru. Dengan demikian,
sebutan “profesional’’ didasarkan pada pengakuan formal terhadap
kualifikasi dan kompetensi penampilan unjuk kerja suatu jabatan atau
pekerjaan tertentu.

STKIP Muhammadiyah Pringsewu Lampung Buku Ajar Profesi Kependidikan 9


C. Pengertian Profesionalitas
Profesionalitas adalah suatu sebutan terhadap kualitas sikap para
anggota suatu profesi terhadap profesinya serta derajat pengetahuan
dan keahlian yang mereka miliki untuk dapat melakukan tugas-
tugasnya. Dengan demikian, sebutan profesionalitas
lebih menggambarkan suatu “keadaan” derajat keprofesian seseorang
dilihat dari sikap, pengetahuan, dan keahlian yang diperlukan untuk
melaksanakan tugasnya sebagai guru dengan kemampuan maksimal.

Cara meningkatkan profesionalitas guru


Guru yang profesional adalah guru yang menguasai karakteristik
bahan ajar dan karakteristik pesreta didik. Karakteristik bahan ajar
meliputi konsep, prinsip, teori yang terdapat dalam bahan ajar.
Karakteristik peserta didik meliputi potensi, sikap, minat, akhlak mulia,
dan personality/kepribadian peserta didik. Penguasaan karakteristik
bahan ajar dan peserta didik diperlukan untuk menentukan metode
dan strategi pembelajaran. Selain itu karakteristik guru sebagai
pendidik harus dapat menyesuaian dengan bahan ajar dan peserta
didik. Guru harus memahami bagaimana peserta didik belajar dan
mampu meningkatkan minat pada mata pelajaran dan meningkatkan
motivasi belajar. Peserta didik juga belajar akhlak mulia melalui
pengamatan terhadap prilaku guru ketika melaksanakan proses
pembelajaran di kelas dan ketika di luar kelas di sekolah.
Dalam melaksanakan proses pembelajaran di kelas guru harus
mendorong peserta didik untuk bertanya. Menurut John Dewey (2001),
kemampuan individu untuk bertanya berdasar pengalaman merupakan
hal yang penting dalam pendidikan. Pengalaman dapat membentuk
pemikiran atau pengetahuan seseorang. Peserta didik yang tidak
pernah bertanya tidak akan bertambah pengetahuannya. Apalagi
apabila peserta didik tidak tahu apa yang akan ditanyakan dan tidak
tahu apa yang tidak diketahuinya. Untuk itu guru yang profesional
harus mendorong peserta didik untuk bertanya.

Prinsip Profesionalitas
Menurut UU No. 14/2005 tentang Guru dan Dosen (Bab III pasal
7) prinsip profesionalitas guru dan dosen dinyatakan sebagai berikut:

STKIP Muhammadiyah Pringsewu Lampung Buku Ajar Profesi Kependidikan 10


1. Profesi guru dan dosen merupakan bidang pekerjaan khusus yang
dilaksanakan berdasarkan prinsip sebagai berikut:
a. memiliki bakat, minat, panggilan jiwa, dan idealisme;
b. memiliki komitmen untuk meningkatkan mutu pendidikan,
keimanan, ketakwaan, dan akhlak mulia;
c. memiliki kualifikasi akademik dan latar belakang pendidikan
sesuai dengan bidang tugas;
d. memiliki kompetensi yang diperlukan sesuai dengan bidang
tugas;
e. memiliki tanggung jawab atas pelaksanaan tugas
keprofesionalan;
f. memperoleh penghasilan yang ditentukan sesuai dengan
prestasi kerja;
g. memiliki kesempatan untuk mengembangkan keprofesionalan
secara berkelanjutan dengan belajar sepanjang hayat;
h. memiliki jaminan perlindungan hukum dalam melaksanakan
keprofesionalan; dan
i. memiliki organisasi profesi yang mempunyai kewenangan
mengatur hal-hal yang berkaitan dengan tugas keprofesionalan
guru.
2. Pemberdayaan profesi guru atau pemberdayaan profesi dosen
diselenggarakan melalui pengembangan diri yang dilakukan secara
demokratis, berkeadilan, tidak diskriminatif, dan berkelanjutan
dengan menjunjung tinggi hak asasi manusia, nilai keagamaan,
nilai kultural, kemajemukan bangsa, dan kode etik profesi.

D. Pengertian Profesionalisme
Profesionalisme merupakan suatu tingkah laku, suatu tujuan atau
suatu rangkaian kwalitas yang menandai atau melukiskan coraknya
suatu “profesi”. Profesionalisme mengandung pula pengertian
menjalankan suatu profesi untuk keuntungan/sumber penghidupan.
Disamping istilah profesionalisme, ada istilah yaitu profesi. Profesi
sering kita artikan dengan “pekerjaan” atau “job” kita sehari-hari. Tetapi
dalam kata profession yang berasal dari perbendaharaan Angglo
Saxon tidak hanya terkandung pengertian “pekerjaan” saja. Profesi
mengharuskan tidak hanya pengetahuan dan keahlian khusus melalui
persiapan dan latihan, tetapi dalam arti “profession” terpaku juga suatu
“panggilan”.

STKIP Muhammadiyah Pringsewu Lampung Buku Ajar Profesi Kependidikan 11


Dengan begitu, maka arti “profession” mengandung dua unsur.
Pertama unsure keahlian dan kedua unsur panggilan. Sehingga
seorang “profesional” harus memadukan dalam diri pribadinya
kecakapan teknik yang diperlukan untuk menjalankan pekerjaannya,
dan juga kematangan etik. Penguasaan teknik saja tidak membuat
seseorang menjadi “profesional”. Kedua-duanya harus menyatu.

Ciri-Ciri/Karakteristik Profesionalisme
Berikut ini dikemukakan beberapa ciri-ciri/karakteristik dari
profesionalisme:
1. Profesionalisme menghendaki sifat mengejar kesempurnaan hasil
(perfect result), sehingga kita di tuntut untuk selalu mencari
peningkatan mutu.
2. Profesionalisme memerlukan kesungguhan dan ketelitian kerja yang
hanya dapat diperoleh melalui pengalaman dan kebiasaan.
3. Profesionalisme menuntut ketekunan dan ketabahan, yaitu sifat
tidak mudah puas atau putus asa sampai hasil tercapai.
4. Profesionalisme memerlukan integritas tinggi yang tidak
tergoyahkan oleh “keadaan terpaksa” atau godaan iman seperti
harta dan kenikmatan hidup.
5. Profesionalisme memerlukan adanya kebulatan fikiran dan
perbuatan, sehingga terjaga efektivitas kerja yang tinggi.
Ciri-ciri/karakteristik tersebut menunjukkan bahwa tidaklah mudah
menjadi seorang pelaksana profesi yang profesional, harus ada
kriteria-kriteria tertentu yang mendasarinya. Lebih jelas lagi bahwa
seorang yang dikatakan profesional adalah mereka yang sangat
kompeten atau memiliki kompetensikompetensi tertentu yang
mendasari kinerjanya.

Kode Etik Profesi


Kode yaitu tanda-tanda atau simbol-simbol yang berupa kata-
kata, tulisan atau benda yang disepakati untuk maksud-maksud
tertentu, misalnya untuk menjamin suatu berita, keputusan atau suatu
kesepakatan suatu organisasi. Kode juga dapat berarti kumpulan
peraturan-peraturan yang sistematis dan strategis untuk mengatur
orang-orang didalamnya.
Kode etik yaitu norma atau azas yang diterima oleh suatu
kelompok tertentu sebagai landasan tingkah laku sehari-hari di

STKIP Muhammadiyah Pringsewu Lampung Buku Ajar Profesi Kependidikan 12


masyarakat maupun di tempat kerja. Menurut UU No. 8 tentang
Pokok-Pokok Kepegawaian, Kode etik profesi adalah pedoman sikap,
tingkah laku dan perbuatan dalam melaksanakan tugas dan dalam
kehidupan sehari-hari. Kode etik profesi sebetulnya tidak merupakan
hal yang baru. Sudah lama diusahakan untuk mengatur tingkah laku
moral suatu kelompok khusus dalam masyarakat melalui ketentuan-
ketentuan tertulis yang diharapkan akan dipegang teguh oleh seluruh
kelompok itu. Salah satu contoh tertua adalah SUMPAH
HIPOKRATES yang dipandang sebagai kode etik pertama untuk
profesi dokter.
Kode etik bisa dilihat sebagai produk dari etika terapan, seban
dihasilkan berkat penerapan pemikiran etis atas suatu wilayah tertentu,
yaitu profesi. Tetapi setelah kode etik ada, pemikiran etis tidak
berhenti. Kode etik tidak menggantikan pemikiran etis, tapi sebaliknya
selalu didampingi refleksi etis. Supaya kode etik dapat berfungsi
dengan semestinya, salah satu syarat mutlak adalah bahwa kode etik
itu dibuat oleh profesi sendiri. Kode etik tidak akan efektif kalau di drop
begitu saja dari atas yaitu instansi pemerintah atau instansi-instansi
lain; karena tidak akan dijiwai oleh cita-cita dan nilai-nilai yang hidup
dalam kalangan profesi itu sendiri. Instansi dari luar bisa
menganjurkan membuat kode etik dan barang kali dapat juga
membantu dalam merumuskan, tetapi pembuatan kode etik itu sendiri
harus dilakukan oleh profesi yang bersangkutan. Supaya dapat
berfungsi dengan baik, kode etik itu sendiri harus menjadi hasil self
regulation (pengaturan diri) dari profesi.
Dengan membuat kode etik, profesi sendiri akan menetapkan
hitam atas putih niatnya untuk mewujudkan nilai-nilai moral yang
dianggapnya hakiki. Hal ini tidak akan pernah bisa dipaksakan dari
luar. Hanya kode etik yang berisikan nilai-nilai dan cita-cita yang
diterima oleh profesi itu sendiri yang bis mendarah daging dengannya
dan menjadi tumpuan harapan untuk dilaksanakan untuk dilaksanakan
juga dengan tekun dan konsekuen. Syarat lain yang harus dipenuhi
agar kode etik dapat berhasil dengan baik adalah bahwa
pelaksanaannya di awasi terus menerus. Pada umumnya kode etik
akan mengandung sanksi-sanksi yang dikenakan pada pelanggar
kode etik. Kode etik mengandung sanksi terhadap pelanggaran yang
terjadi. Sanksi pelanggaran kode edtik dapat berupa: Sanksi moral dan
Sanksi yang dikeluarkan dari organisasi.

STKIP Muhammadiyah Pringsewu Lampung Buku Ajar Profesi Kependidikan 13


Kode Etik Profesi merupakan bagian dari etika profesi. Kode etik
profesi merupakan lanjutan dari norma-norma yang lebih umum yang
telah dibahas dan dirumuskan dalam etika profesi. Kode etik ini lebih
memperjelas, mempertegas dan merinci norma-norma ke bentuk yang
lebih sempurna walaupun sebenarnya norma-norma tersebut sudah
tersirat dalam etika profesi. Dengan demikian kode etik profesi adalah
sistem norma atau aturan yang ditulis secara jelas dan tegas serta
terperinci tentang apa yang baik dan tidak baik, apa yang benar dan
apa yang salah dan perbuatan apa yang dilakukan dan tidak boleh
dilakukan oleh seorang profesional, yang bertujuan untuk:
1. Untuk menjunjung tinggi martabat profesi.
2. Untuk menjaga dan memelihara kesejahteraan para anggota.
3. Untuk meningkatkan pengabdian para anggota profesi.
4. Untuk meningkatkan mutu profesi.
5. Untuk meningkatkan mutu organisasi profesi.
6. Meningkatkan layanan di atas keuntungan pribadi.
7. Mempunyai organisasi profesional yang kuat dan terjalin erat.
8. Menentukan baku standarnya sendiri.
Kode etik berfungsi sebagai:
1. Memberikan pedoman bagi setiap anggota profesi tentang prinsip
profesionalitas yang digariskan.
2. Sebagai sarana kontrol sosial bagi masyarakat atas profesi yang
bersangkutan.
3. Mencegah campur tangan pihak di luar organisasi profesi tentang
hubungan etika dalam keanggotaan profesi. Etika profesi sangatlah
dibutuhkan dalam berbagai bidang.
Kode etik yang ada dalam masyarakat Indonesia cukup banyak
dan bervariasi. Umumnya pemilik kode etik adalah organisasi
kemasyarakatan yang bersifat nasional, misalnya Ikatan Penerbit
Indonesia (IKAPI), kode etik Ikatan Penasehat HUKUM Indonesia,
Kode Etik Jurnalistik Indonesia, Kode Etik Advokasi Indonesia dan
lain-lain. Ada sekitar tiga puluh organisasi kemasyarakatan yang telah
memiliki kode etik. Suatu gejala agak baru adalah bahwa sekarang ini
perusahaan-perusahan swasta cenderung membuat kode etik sendiri.
Rasanya dengan itu mereka ingin memamerkan mutu etisnya dan
sekaligus meningkatkan kredibilitasnya dan karena itu pada prinsipnya
patut dinilai positif.
Pada kesempatan lain Profesionalisme dinyatakan sebagai mutu,
kualitas dan tindak tanduk yang merupakan cirri suatu profesi atau

STKIP Muhammadiyah Pringsewu Lampung Buku Ajar Profesi Kependidikan 14


orang yang professional (Diknas , 2001: 897). Dan guru adalah orang
yang pekerjaannya (mata pencahariannya, profesinya) mengajar
(Diknas, 2001: 377). Profesionalisme merupakan sikap dari seorang
profesional. Artinya sebuah terminologi yang menjelaskan bahwa
setiap pekerjaan hendaklah dikerjakan oleh seseorang yang
mempunyai keahlian dalam bidangnya atau profesinya. Menurut
Supriadi, penggunaan istilah profesionalisme menunjuk pada derajat
penampilan seseorang sebagai profesional atau penampilan suatu
pekerjaan sebagai suatu profesi, ada yang profesionalismenya tinggi,
sedang dan rendah. Profesionalisme juga mengacu kepada sikap dan
komitmen anggota profesi untuk bekerja berdasarkan standar yang
tinggi dan kode etik profesinya.
Konsep profsionalisme, seperti dalam penelitian yang
dikembangkan oleh Hall, kata tersebut banyak digunakan peneliti
untuk melihat bagaimana para profesional memandang profesinya,
yang tercermin dari sikap dan perilaku mereka. Konsep
profesionalisme dalam penelitian Sumardi dijelaskan bahwa ia memiliki
lima muatan atau prinsip, yaitu: Pertama, afiliasi komunitas
(community affilition) yaitu menggunakan ikatan profesi sebagai acuan,
termasuk di dalamnya organisasi formal atau kelompok-kelompok
kolega informal sumber ide utama pekerjaan. Melalui ikatan profesi ini
para profesional membangun kesadaran profesi. Kedua, kebutuhan
untuk mandiri (autonomy demand) merupakan suatu pendangan
bahwa seseorang yang profesional harus mampu membuat keputusan
sendiri tanpa tekanan dari pihak lain (pemerintah, klien, mereka yang
bukan anggota profesi). Setiap adanya campur tangan (intervensi)
yang datang dari luar, dianggap sebagai hambatan terhadap
kemandirian secara profesional. Banyak yang menginginkan pekerjaan
yang memberikan hak-hak istimewa untuk membuat keputusan dan
bekerja tanpa diawasi secara ketat. Rasa kemandirian dapat berasal
dari kebebasan melakukan apa yang terbaik menurut yang
bersangkutan dalam situasi khusus. Ketiga, keyakinan terhadap
peraturan sendiri/profesi (belief self regulation) dimaksud bahwa yang
paling berwenang dalam menilai pekerjaan profesional adalah rekan
sesama profesi, bukan “orang luar” yang tidak mempunyai kompetensi
dalam bidang ilmu dan pekerjaan mereka. Keempat, dedikasi pada
profesi (dedication) dicerminkan dari dedikasi profesional dengan
menggunakan pengetahuan dan kecakapan yang dimiliki. Keteguhan
tetap untuk melaksanakan pekerjaan meskipun imbalan ekstrinsik

STKIP Muhammadiyah Pringsewu Lampung Buku Ajar Profesi Kependidikan 15


dipandang berkurang. Sikap ini merupakan ekspresi dari pencurahan
diri yang total terhadap pekerjaan. Pekerjaan didefinisikan sebagai
tujuan. Totalitas ini sudah menjadi komitmen pribadi, sehingga
kompensasi utama yang diharapkan dari pekerjaan adalah kepuasan
ruhani dan setelah itu baru materi, dan yang kelima, kewajiban sosial
(social obligation) merupakan pandangan tentang pentingnya profesi
serta manfaat yang diperoleh baik oleh masyarakat maupun
profesional karena adanya pekerjaan tersebut.
Kelima pengertian tersebut merupakan kreteria yang digunakan
untuk mengukur derajat sikap profesional seseorang. Berdasarkan
defenisi tersebut maka profesionalisme adalah konsepsi yang
mengacu pada sikap seseorang atau bahkan bisa kelompok, yang
berhasil memenuhi unsur-unsur tersebut secara sempurna.
Profesionalisme merupakan suatu tingkah laku, suatu tujuan atau
suatu rangkaian kwalitas yang menandai atau melukiskan coraknya
suatu “profesi”. Profesionalisme mengandung pula pengertian
menjalankan suatu profesi untuk keuntungan atau sebagai sumber
penghidupan.

Dimensi Peningkatan Profesionalisme Guru:


1. Penguasaan bidang studi kurikulum
Diharapkan guru menguasai struktur dan meteri kurikulum bidang
studi, dengan mengorganisasikan materi kurikulum bidang studi,
menguasai dan memanfaatkan teknologi informasi dan komunikasi
dalam pembelajaran.
2. Pemahaman karakteristik peserta didik
Pada kegiatan pembelajaran dikelas guru memainkan peran
penting terutama dalam membantu peserta didik untuk membangun
sikap positip terhadap belajar, membngkitkan rasa ingin tau,
mendorong kemandirian dan ketepatan intelektual serta
menciptakan kondisi-kondisi untuk sukses dalam belajar.
3. Penguasaan pembelajaran yang mendidik
Kinerja guru mempunyai kriteria tertentu. Dalam rangka
pelaksaanan proses pembelajaran yang efektif. Guru harus mampu
mengoptimalkan potensi peserta didik untuk mengatualisasikan
kemampuanya dikelas, dan harus mampu melakukan kegiantan
pembelajaran yang telah dilakukan.
4. Pengembangan kepribadian dan profesionalitas

STKIP Muhammadiyah Pringsewu Lampung Buku Ajar Profesi Kependidikan 16


Guru di harapkan mampu melakukan tugas dengan profesinya
dengan baik pengetahuan, ketrampilan dan kemampuan, yang
mampu di laksanakan dalam proses belajar mengembangkan
profesionalitas guru dapat melalui berbagai usaha dan latihan
contoh nya dalam aplikasii dan penerapan ilmu keterampilan dan
kepribadian, seperti sikap teliti dan disiplin terbentuk sebagai salah
satu dari keuletan dalam suatu pekerjan.

Simpulan
Profesi, adalah pekerjaan yang dilakukan sebagai kegiatan pokok
untuk menghasilkan nafkah hidup dan yang mengandalkan suatu
keahlian. Profesional, adalah orang yang mempunyai profesi atau
pekerjaan purna waktu dan hidup dari pekerjaan itu dengan
mengandalkan suatu keahlian yang tinggi. Atau seorang profesional
adalah seseorang yang hidup dengan mempraktekkan suatu keahlian
tertentu atau dengan terlibat dalam suatu kegiatan tertentu yang
menurut keahlian, sementara orang lain melakukan hal yang sama
sebagai sekedar hobi, untuk senang-senang, atau untuk mengisi
waktu luang. Konsep dasar profesionalisme adalah kunci dalam suatu
profesi, karena hal inilah yang mendasari seseorang untuk bisa
menjadi profesional dalam menjalankan profesi yang dimiliki. Guru
adalah salah satu dari profesi, dewasa ini memiliki profesi haruslah
mampu menjadi profesional. Karena tuntutan perkembangan dan hal
ini sejalan dengan dinamisasi sistem pendidikan. Menjadi seorang
guru harus profesional karena nantinya guru’lah yang akan melahirkan
generasi profesionalisme melalui profesinya itu.

DAFTAR PUSTAKA
E. Mulyasa. (2008). Menjadi Guru Profesional Menciptakan
Pembelajaran Kreatif dan Menyenangkan. Bandung: Remaja
Rosdakarya.
Pusat Bahasa Departemen Pendidikan Nasional, Kamus Besar
Bahasa Indonesia (Edisi III). (2001). Jakarta: Balai Pustaka.

Rusman. (2011). Mode-model Pembelajaran Mengembangkan


Profesionalisme Guru, Jakarta: Rajagrafindo Persada.

STKIP Muhammadiyah Pringsewu Lampung Buku Ajar Profesi Kependidikan 17


Soetjipto, kosasi raflis. (2009). Profesi Keguruan. Jakarta: PT Rineka
Cipta

Sjafri Sairin, (2003). Membangun Profesionalisme Muhammadiyah,


(Yogyakarta: Lembaga Pengembangan Tenaga Profesi
[LPTP].

http://obyramadhani.wordpress.com/2010/02/26/bab-2-pengertian-
profesi-dan-profesionalisme/

http://id.shvoong.com/social-sciences/education/2203091-pengertian-
profesionalisme-guru/#ixzz1pThRMoc4

STKIP Muhammadiyah Pringsewu Lampung Buku Ajar Profesi Kependidikan 18


ORGANISASI PENDIDIKAN

PENDAHULUAN
Secara umum organisasi adalah kerjasama sekelompok orang
dalam suatu struktur yang kompak dengan hubungan kerja yang jelas
agar yang satu akan mampu melengkapi yang lain dalam rangka
mencapai tujuan bersama. Organisasi pendidikan berarti seluruh
proses dalam memilih seseorang dalam mengelola pendidikan serta
sarana dan prasarana dalam menunjang tugas mencapai tujuan
pendidikan, penetapan tugas, tanggung jawab dan wewenangnya.
Pendidikan merupakan usaha yang berproses, dilakukan melalui
runtunan aktivitas langkah demi langkah dan tahap demi tahap, bukan
usaha sekali jadi. Mendidik berarti melibatkan diri dalam proses, dan
berpendidikan berarti mengalami proses pendidikan. Atas dasar itu,
maka dalam proses pendidikan dibutuhkan usaha sistematis,
terstruktur, dan memakai pola manajemen serta organisasi dalam
mengelola pendidikan dan pembelajaran.
Pentingnya organisasi dalam sekolah dimaksudkan agar proses
pendidikan berjalan sesuai tujuan yang diharapkan. Untuk itu, seluruh
komponen pendidikan diarahkan pada partisipasi aktif guna
menunjang tujuan dimaksud. Tujuan pendidikan mengarahkan
perbuatan mendidik. Fungsi ini menunjukkan pentingnya perumusan
dan pembatasan tujuan pendidikan secara jelas. Tanpa tujuan yang
jelas, proses pendidikan akan berjalan tidak efektif dan tidak efisien,
bahkan tidak menentu dan salah dalam menggunakan metode,
sehingga tidak mencapai manfaat. Tujuanlah yang menentukan
metode apa yang seharusnya digunakan untuk mencapainya.
Setelah mempelajari tentang bab ini diharapkan mahasiswa dapat
mengetahui tentang:
1. Pengertian organisasi, organisasi pendidikan, organisasi sekolah;
2. Unsur-unsur organisasi pendidikan;
3. Bentuk-bentuk organisasi pendidikan;
4. Struktur organisasi pendidikan;;
5. Wewenang dan tanggung jawab organisasi pendidikan;
6. Organisasi sekolah;
7. Proses belajar mengajar dan problematikanya.

STKIP Muhammadiyah Pringsewu Lampung Buku Ajar Profesi Kependidikan 19


PEMBAHASAN
A. PENGERTIAN ORGANISASI PENDIDIKAN
Organisasi secara umum dapat diartikan memberi struktur atau
susunan yakni dalam penyusunan penempatan orang-orang dalam
suatu kelompok kerja sama, dengan maksud menempatkan hubungan
antara orang-orang dalam kewajiban-kewajiban, hak-hak dan
tanggung jawab masing-masing. Dalam suatu susunan atau struktur
organisasi dapat dilihat bidang, tugas dan fungsi masing-masing
kesatuan serta hubungan vertikal horizontal antara kesatuan-kestuan
tersebut. Dalam penyelenggaraan pendidikan lembaga pendidikan
tidak dapat lepas dari organisasi negara.
Untuk organisasi ini Mulyani A Nurhadi membedakan menjadi dua
yaitu organisasi makro dan mikro. Organisasi pendidikan makro adalah
organisasi pendidikan dilihat dari segi organisasi secara luas. Dalam
struktur organisasi, organisasi pendidikan pada tingkat makro
dibedakan atas: Departemen Pendidikan dan Kebudayaan tingkat
Pusat, Kantor Wilayah Departemen Pendidikan dan Kebudayaan,
Kantor Pendidikan Dan Kebudayaan di Kabupaten/Kotamadya dan
Kantor Pendidikan dan Kebudayaan tingkat Kecamatan. Sedangkan
organisasi pendidikan mikro adalah organisasi pendidikan dilihat
dengan titik tolak dengan unit-unit yang ada pada suatu sekolah atau
lembaga pendidikan penyelenggara langsung proses belajar mengajar.
Struktur disetiap sekolah atau lembaga tidak seluruhnya sama.
Mungkin disuatu sekolah terdapat sesuatu unit sekolah yang disekolah
lain tidak terdapat karena disebabkan kekurangan tenaga atau sarana
lain.
Organisasi pendidikan adalah sistem yang bergerak dan berperan
dalam merumuskan tujuan pendewasaan manusia sebagai mahluk
sosial agar mampu berinteraksi dengan lingkungan. Dengan begitu
disana kita bisa belajar bagaimana cara menyikapi diri kita ketika
berhadapan dengan suatu masalah sehingga kita bisa
menyelesaikannya. Dengan pendewasaan maka kita dapat menyikapi
masalah kita dengan baik dan kita juga mampu berinteraksi sebagai
mana peran kita didalam suatu lingkungan.
Definisi organisasi pendidikan dari para ahli: Organization is the
form of every human association for the attainment of comon purpose
(James D. Oony) An organization as a system of cooperative activities
of two or more persons (Chester I. Barnard). Dari definisi tersebut kita

STKIP Muhammadiyah Pringsewu Lampung Buku Ajar Profesi Kependidikan 20


dapat menyimpulkan bahwa organisasi adalah sebuah bentuk atau
sistem yang terdiri dari sekelompok manusia yang berkerjasama untuk
mencapai tujuan bersama. Oleh sebab itu sekolah dikatakan sebagai
sebuah organisasi karena sekolah didirikan untuk mencapai tujuan
bersama khususnya di bidang pendidikan.
Organisasi pendidikan pada hakekatnya mengandung unsur:
1. Penanggung Jawab
Penanggung jawab pendidikan yang sesungguhnya adalah orang tua,
ayah dan ibu. Abdullah Nasikh ‘Ulwan, sebagaimana dikutip Qomari
Anwar, berpendapat bahwa orang tua memiliki kewajiban untuk
bertanggung jawab terhadap anak-anaknya dalam bidang kehidupan
biologis, intelektual, psikis, sosial dan seksnya. Kesehatan dan
kesadaran di berbagai bidang tersebut adalah tanggung jawab orang
tua.
Anak memiliki kebutuhan biologis yang perlu diperhatikan secara
saksama agar tetap sehat dan seimbang, misalnya makan, minum,
olah raga, istirahat, tidur, dan sebagainya. Dalam hal-hal seperti
tersebut agaknya tidak mungkin bila hanya dilakukan dengan sebatas
nasehat, akan tetapi perlu melatih, mengawasi dan mengarahkan
mereka sehingga memiliki kesadaran dan kebiasaan baik dalam
hidupnya. Menumbuhkan kesadaran sehingga anak-anak berkembang
sesuai dengan kesucian fitrahnya ini memang sulit tetapi jelas harus
diupayakan oleh setiap orang tua yang merasa bertanggung jawab
terhadap pendidikan anaknya.

2. Pelaksana
Setidaknya terdapat dua pandangan mengenai sentral determinan
pendidikan. Sebagian ahli dan pemerhati pendidikan berpandangan
bahwa guru merupakan unsur determinan pendidikan yang paling
utama. Pandangan ini melahirkan pola pendidikan teacher centered,
guru adalah sentral proses pendidikan. Sebaliknya, sebagian
berpandangan bahwa anak didik atau siswalah yang menjadi unsur
determinan pendidikan. Pandangan ini mengimplikasikan pola
pendidikan student centered, anak didik merupakan sentral orientasi
dalam proses pendidikan. Kedua pandangan tersebut berangkat dari
suatu paradigma bahwa proses pendidikan bisa terjadi cukup dengan
guru dan murid. Keduanya merupakan unsur determinan pendidikan.

STKIP Muhammadiyah Pringsewu Lampung Buku Ajar Profesi Kependidikan 21


a. Guru
Guru adalah penentu masa depan. Ia pendidik, pembimbing dan
pemimpin sejati bagi masyarakatnya. Karena itu guru perlu memiliki
sifat sebagai berikut:
1) Guru harus memiliki kesadaran bahwa dirinya harus memikul
amanah dan tanggung jawab dalam mendidik generasi muda. Ia
harus cermat dalam menginteraksikan ilmu termasuk yang
berkaitan dengan ubudiyah langsung kepada Tuhan.
2) Sebagai guru yang baik tentulah dia melakukan persiapan yang
sempurna. Karenanya wajar pula bila berbagai kebutuhan guru
“dicukupi” oleh pihak berwenang agar mereka dapat berkhidmat
secara tulus dalam bidang tugasnya.
3) Bila ternyata suatu saat penghargaan terhadap guru kurang
memadai hendaknya guru dengan niat sucinya. sejak semula dapat
memahami dan tetap mengabdi karena yang mereka cari bukanlah
penghargaan dari manusia semata apalagi hanya dalam bentuk
materi/benda.
4) Seorang guru hendaknya berhati lembut, berwawasan luas, berjiwa
mulia, berakhlak terpuji dan menarik, hingga walaupun mereka
tidak menampilkan alat peraga atau alat bantu lainnya guru akan
tetap menjadi perhatian murid-muridnya.
5) Karena guru merupakan teladan dan menjadi sentra penglihatan
para muridnya, maka guru harus selalu tampil rapi agar dapat
dijadikan figur oleh para muridnya.
6) Seorang guru hendaknya jujur, satu kata satu perbuatan. Hindari
sikap munafik karena sekali melakukan kebohongan akan sulit lagi
mengembalikan kejujuran yang sebelumnya telah dibangan secara
bersusah payah.
7) Kendatipun tidak berhubungan langsung dengan para muridnya,
aplikasi nilai kebenaran hendaknya dicerminkan pula dalam rumah
tangganya. Karena dengan demikian murid akan mendapat sajian
nyata bahwa ajaran guru dapat diihat dalam kehidupan nyata
masyarakat, lebih khusus dalam keluarga terdekat guru.
8) Seorang guru harus siap memberikan kasih sayang kepada para
muridnya. Bahkan dalam rangka mempermudah, menjalankan
tugas sebagai guru maka guru perlu menunjukkan “hubungan
dekatnya” dengan para muridnya.
Dewasa ini dikembangkan corak pendidikan yang lebih berorientasi
kepada kompetensi anak didik. Tetapi kenyataan ini tidak

STKIP Muhammadiyah Pringsewu Lampung Buku Ajar Profesi Kependidikan 22


mengurangi arti dari peran guru dalam proses pendidikan. Pada
pola pendidikan apapun eksistensinya guru tetap penting. Guru
tetap merupakan unsur dasar pendidikan yang sangat berpengaruh
terhadap proses pendidikan.
Peranan dan fungsi guru merupakan keharusan yang tak dapat
diingkari. Tidak ada pendidikan tanpa “kehadiran guru”. Guru
merupakan penentu arah dari sistimatika pembelajaran mulai dari
kurikulum, sarana, bentuk pola, sampai kepada usaha bagaimana
anak didik seharusnya belajar dengan baik dan benar dalam rangka
mengakses diri akan pengetahuan dan nilai-nilai hidup. Guru sudah
semestinya memiliki karakteristik profesional. Karakter profesional
tersebut di antaranya:
1) Komitmen terhadap profesionalitas yang melekat pada dirinya, sikap
edukatif, komitmen terhadap mutu proses dan hasil kerja.
2) Menguasai dan mampu mengembangkan serta menjelaskan fungsi
ilmu dalam kehidupan, mampu menjelaskan dimensi teoritis dan
praktisnya.
3) Mendidik dan menyiapkan anak didik yang memiliki kemampuan
berkreasi, mengatur dan memelihara hasil kreasinya supaya tidak
menimbulkan malapetaka bagi dirinya, masyarakat dan
lingkungannya.
4) Mampu menjadikan dirinya sebagai model dan pusat anutan,
teladan dan konsultan bagi anak didik.
5) Mampu bertanggung jawab dalam membangun peradaban di masa
depan.
Arifin menegaskan bahwa guru yang profesional adalah guru yang
mampu mengejawantahkan seperangkat fungsi dan tugas keguruan
dalam lapangan pendidikan berdasarkan keahlian yang diperoleh
melalui pendidikan dan latihan khusus di bidang pekerjaan yang
mampu mengembangkan kekaryaannya itu secara ilmiah. Tidak hanya
itu, guru yang profesional adalah guru yang memiliki kecakapan dalam
manajemen kelas dalam rangka proses pembelajaran yang efektif dan
efisien.

b. Murid
Murid sangat penting karena merekalah sesungguhnya yang akan
menjadi “receipent” dari sebuah pendidikan. Karena itu karakter dan
sifat serta sikap mereka harus dipelajari, dicermati dan dijadikan

STKIP Muhammadiyah Pringsewu Lampung Buku Ajar Profesi Kependidikan 23


pertimbangan dalam memberikan suatu materi pendidikan. Mereka
perlu diperkenalkan suatu materi yang dapat mengantarkan diri
mereka kepada tercapainya insan kamil. Murid harus diberi peluang
atau kesempatan untuk mempelajari, mengkaji, mengamati serta
menganalisa seluruh fenomena yang terjadi di muka bumi ini. Bila
kepada mereka telah diperkenalkan dan dilatih oleh cara berpikir
secara logis tetapi tetap dalam kerangka acuan orang beriman niscaya
mereka akan mendapatkan konsep yang islami dalam melakukan
penelitian yang jelas dan tertib, ilmiah dan logis. Bagi orang beriman
semua persoalan betapapun ilmiah dan logisnya tetap akan dikaitkan
dengan nilai dan jiwa keimanan. Di samping itu kepada murid juga
perlu diperkenalkan praktik materi-materi keagamaan dan tetap
mendapatkan keteladanan dan pengawasan dari guru. Tanpa itu
dimungkinkan mereka akan terkacaukan oleh perbedaan antara teori
yang mereka peroleh dari guru di sekolah dengan kenyataan yang
dialami oleh guru atau bahkan lingkungannya.
Murid merupakan subyek dan obyek. Oleh karenanya aktivitas
kependidikan tidak akan terlaksana tanpa keterlibatan murid di
dalamnya. Pengertian yang utuh tentang konsep murid merupakan
salah satu faktor yang perlu diketahui dan dipahami oleh seluruh
pihak, terutama pendidik yang terlibat langsung dalam proses
pendidikan. Murid merupakan orang yang belum dewasa dan memiliki
sejumlah potensi dasar yang masih perlu dikembangkan. Murid
merupakan makhluk Tuhan yang memiliki fitrah jasmani maupun
rohani yang belum mencapai taraf kematangan baik bentuk, ukuran,
maupun perimbangan pada bagian-bagian lainnya. Dari segi rohaniah,
ia memiliki bakat, memiliki kehendak, perasaan dan pikiran yang
dinamis dan perlu dikembangkan. Agar pelaksanaan proses
pendidikan dapat mencapai tujuan yang diinginkannya, maka setiap
murid hendaknya senantiasa menyadari tugas dan kewajibannya.
Menurut Asma Hasan Fahmi, diantara tugas dan kewajiban yang perlu
dipenuhi murid adalah:
1) Murid hendaknya senantiasa membersihkan hatinya sebelum
menuntut ilmu. Hal ini disebabkan karena belajar adalah ibadah
dan tidak sah ibadah kecuali dengan hati yang bersih.
2) Tujuan belajar hendaknya ditujukan untuk menghiasi ruh dengan
berbagai sifat keutamaan.
3) Memiliki kemauan yang kuat untuk mencari dan menuntut ilmu di
berbagai tempat.

STKIP Muhammadiyah Pringsewu Lampung Buku Ajar Profesi Kependidikan 24


4) Setiap murid wajib menghormati pendidiknya.
5) Murid hendaknya belajar secara sungguh-sungguh dan tabah dalam
belajar.
Di samping penjelasan di atas, pendidik hendaknya memiliki
kesiapan dan kesediaan untuk belajar dengan tekun, baik secara fisik
maupun mental. Dengan kesiapan dan kesediaan fisik psikis, maka
aktivitas kependidikan yang diikuti akan terlaksana secara efektif dan
efisien.

B. BENTUK-BENTUK ORGANISASI PENDIDIKAN


Setiap unit kerja dipimpin oleh seorang kepala/pimpinan yang
menduduki posisi menurut tingkat unit kerjanya di dalam keseluruhan
organisasi. Posisi, tanggung jawab dan wewenang di dalam suatu
kelompok formal terikat pada struktur dan dibatasi oleh peraturan-
peraturan yang mendasari pembentukan organisasi kerja tersebut.
Hubungan kerja yang didasari wewenang dan tanggung jawab, baik
secara vertikal maupun horizontal dan diagonal akan menunjukan pola
tertentu sebagai mekanisme kerja. Dengan kata lain pembagian tugas,
pelimpahan wewenang dan tanggung jawab serta arus perwujudan
tugas, akan menggambarkan tipe atau bentuk organisasi kerja.

Tipe-tipe organisasi antara lain:


1. Organisasi Lini (Line Organization), dalam tipe ini semua hak dan
kekuasaan berada pada pimpinan tertinggi. Personal yang lain
disebut bawahan tidak mempunyai hak dan kekuasaan sekecil apa
pun karena hanya berkedudukan sebagai pelaksana tugas dari
atasan. Tidak dibenarkan adanya inisiatif dan kreativitas, semua
tugas harus dilaksanakan sebagaimana diperintahkan. Saluran
perintah dan penyampaian tanggung jawab dalam organisasi tipe
ini dilakukan melalui prosedur dari atas ke bawah dan sebaliknya.
2. Organisasi Staf (Staff Organization), dalam tipe ini semua hak,
kekuasaan dan tanggung jawab dibagi habis pada unit kerja yang
ada secara bertingkat. Setiap unit memperoleh sebagian hak dalam
menentukan kebijakan sepanjang tidak bertentangan dengan
kebijaksanaan umum dari pimpinan tertinggi. Wewenang dan
tanggung jawab dilimpahkan secara luas, sehingga pimpinan
berkedudukan sebagai koordinator. Tanggung jawab disampaikan

STKIP Muhammadiyah Pringsewu Lampung Buku Ajar Profesi Kependidikan 25


secara bertingkat sesuai dengan hak dan kekuasaan yang
dilimpahkan.
3. Bentuk Gabungan (Line and Staff Organization) Tipe ini sebagai
gabungan dari kedua tipe di atas, menempatkan pimpinan tertinggi
sebagai pemegang hak dan kekuasaan tertinggi dan terakhir. Tidak
semua hak, kekuasaan dan tanggung jawab dibagi habis pada unit
kerja yang ada, tugas yang bersifat prinsipil tetap berada pada
atasan/pimpinan tetinggi. Pimpinan unit kerja sebagai staf
memperoleh wewenang dalam bidang kerja masing-masing
sepanjang tidak berhubungan dengan tugas yang menjadi
wewenang atau kekuasaan pimpinan tertinggi.
4. Organisasi Fungsional (Fungsional Organization) Dalam tipe ini
pembagian hak dan kekuasaan dilakukan berdasar fungsi yang
diemban oleh unit kerja dan terbatas pada tugas-tugas yang
memerlukan keahlian khusus. Sehingga personal yang diangkat
dan menerima wewenang untuk menjalankan kekuasaan
diserahkan pada orang yang mempunyai keahlian dalam bidang
kerja masing-masing. Wewenang yang dilimpahkan dibatasi
mengenai bidang teknis yang memerlukan keahlian tertentu secara
khusus.

C. STUKTUR ORGANISASI PENDIDIKAN


Pengertian struktur organisasi pendidikan adalah struktur yang
mendasari keputusan para Pembina atau Pendiri sekolah untuk
mengawali suatu proses perencanaan sekolah yang strategis.
Organisasi pendidikan juga dapat dikatakan sebagai seperangkat
hukum yang mengatur formasi dan administrasi atau tata laksana
organisasi-organisasi pendidikan di Indonesia. Struktur Organisasi
merupakan segi formal dalam pengorganisasian karena merupakan
kerangka yang terdiri dari satuan-satuan kerja dan fungsi-fungsi yang
memiliki wewenang dan tanggung jawab yang bersifat
hirarkhi/bertingkat. Dalam struktur organisasi dimungkinkan dibentuk
hubungan informal, yang diwujudkan dalam bentuk hubungan kerja
yang mungkin dikembangkan karena hubungan pribadi antarpersonal
yang memikul beban kerja dengan wewenang dan tanggung jawab
masing-masing. Pengelompokkan satuan kerja harus
memperhitungkan Beban Tugas dan Sifat pekerjaan dan spesialisasi
yang diperlukan untuk melaksakannya, agar antara satu dengan yang

STKIP Muhammadiyah Pringsewu Lampung Buku Ajar Profesi Kependidikan 26


lain terdapat keseimbangan dalam memberikan sumbangan untuk
mencapai tujuan. Pengelompokan satuan kerja berdasarkan beban
kerja sejenis, tidak berarti pengkotakan atau pembagian kerja
terkotak-kotak sehingga bagian satu terlepas dari bagian yang lain.
Bentuk pembagian kerja dalam sebuah sistem: Sub Sistem yang
bersifat struktural, Mengandung pembagian satuan kerja atas dasar
hirarki jabatan/kepangkatan dari yang terendah sampai tertinggi; Sub
Sistem yang bersifat Fungsional, Pembagian satuan kerja atas
dasar fungsi yang diemban dalam satu kelompok kerjasama manusia;
Sub Sistem yang bersifat Sektoral, Pembagian satuan kerja
berdasarkan struktur organisasi yang terdapat dalam satu unit
organisasi.
Bagan Struktur Organisasi, Bagan yang menggambarkan saluran
wewenang dan tanggung jawab masing-masing bidang dalam suatu
unit organisasi yang menunjukkan komunikasi formal dalam
melaksanakan beban tugas untuk mencapai tujuan. Tiga Bentuk
Organisasi, Line Organization, Garis komando dari atas ke bawah
dalam hubungan kerja yang bersifat otoritatif; Staff Organization, Garis
kebijaksanaan menyebar secara horisontal dalam hubungan kerja
yang demokratis; Line and Staff Organization, Garis komando yang
bersifat instruktif dan garis kebijaksanaan yang bersifat demokratis.
Organisasi harus menganut azas-azas sebagai berikut:
Organisasi harus Fungsional; Pengelompokan satuan kerja harus
menggambarkan pembagian kerja; Organisasi harus mengatur
pelimpahan wewenang dan tanggungjawab; Organisasi harus
mencerminkan rentangan control; Organisasi harus mengandung satu
kesatuan perintah; Organisasi harus fleksibel dan seimbang.
Macam-macam Struktur Organisasi Struktur Organisasi
pendidikan yang pokok ada dua macam yaitu sentralisasi dan
desentralisasi. Di antara kedua struktur tersebut terdapat beberapa
struktur campuran yakni yang lebih cenderung ke arah sentralisasi
mutlak dan yang lebih mendekati disentralisasi tetapi beberapa bagian
masih diselenggarakan secara sentral. Pada umumnya, struktur
campuran inilah yang berlaku dikebanyakan negara dalam
menyelenggarakan pendidikan dan pengajaran bagi bangsanya.

1. Struktur Sentralisasi
Di negara-negara yang organisasi pendidikannya di jalankan
secara sentral, yakni yang kekuasaan dan tanggung jawabnya

STKIP Muhammadiyah Pringsewu Lampung Buku Ajar Profesi Kependidikan 27


dipusatkan pada suatu badan di pusat pemerintahan maka pemerintah
daerah kurang sekali atau sama sekali tidak mengambil bagian dalam
administrasi apapun. Segala sesuatu yang mengenai urusan-urusan
pendidikan, dari menentukan kebijakan (policy) dan perencanaan,
penentuan struktur dan syarat-syarat personel, urusan kepegawaian,
sampai kepada penyelenggaraan bangunan-bangunan sekolah,
penentuan kurikulum, alat-alat pelajaran, soal-soal dan
penyelenggaraan ujian-ujian, dan sebagainya. Semuanya ditentukan
dan ditetapkan oleh dan dari pusat. Sedangkan bawahan dan sekolah-
sekolah hanya merupakan pelaksana-pelaksana pasif dan tradisional
semata-mata.
Sesuai dengan sistem sentralisasi dalam organisasi pendidikan
ini, kepala sekolah dan guru-guru dalam kekuasaan dan tanggung
jawabnya, serta dalam prosedur-prosedur pelaksanaan tugasnya
sangat dibatasi oleh peraturan-peraturan dan instruksi-instruksi dari
pusat yang diterimanya melalui hierarchi atasannya. Dalam sistem
sentralisasi semacam ini, ciri-ciri pokok yang sangat menonjol adalah
keharusan adanya uniformitas (keseragaman) yang sempurna bagi
seluruh daerah di lingkungan negara itu. Keseragaman itu meliputi
hampir semua kegiatan pendidikan, teutama di sekolah-sekolah yang
setingkat dan sejenis.
Adapun keburukan/keberatan yang prinsipal ialah :
a. Bahwa administrasi yang demikian cenderung kepada sifat-sifat
otoriter dan birokratis. Menyebabkan para pelaksana pendidikan,
baik para pengawas maupun kepala sekolah serta guru-guru
menjadi orang-orang yang pasif dan bekerja secara rutin dan
tradisional belaka.
b. Organisasi dan administrasi berjalan sangat kaku dan seret,
disebabkan oleh garis-garis komunikasi antara sekolah dan pusat
sangat panjang dan berbelit-belit, sehingga kelancaran
penyelesaian persoalan-persoalan kurang dapat terjamin.
c. Karena terlalu banyak kekuasaan dan pengawasan sentral, timbul
penghalang-penghalang bagi inisiatif setempat, dan mengakibatkan
uniformalitas yang mekanis dalam administrasi pendidikan, yang
biasanya hanya mampu untuk sekedar hanya membawa hasil-hasil
pendidikan yang sedang atau sedikit saja.

STKIP Muhammadiyah Pringsewu Lampung Buku Ajar Profesi Kependidikan 28


2. Struktur Desentralisasi
Di negara-negara yang organisasi pendidikannya di-
desentralisasi, pendidikan bukan urusan pemerintah pusat, melainkan
menjadi tanggung jawab pemerintah daerah dan rakyat setempat.
Penyelenggaraan dan pengawasan sekolah-sekolah pun berada
sepenuhnya dalam tangan penguasa daerah. Kemudian pemerintah
daerah membagi-bagikan lagi kekuasaannya kepada daerah yang
lebih kecil lagi, seperti kabupaten/kotapraja, distrik, kecamatan dan
seterusnya dalam penyelengaraan dan pembangunan sekolah, sesuai
dengan kemampuan, kondisi-kondisi, dan kebutuhan masing-msing.
Tiap daerah atau wilayah diberi otonomi yang sangat luas yang
meliputi penentuan anggaran biaya, rencana-rencana pendidikan,
penentuan personel/guru, gaji guru-guru pegawai sekolah, buku-buku
pelajaran, juga tentang pembangunan, pemakaian serta pemeliharaan
gedung sekolah. Dengan struktur organisasi pendidikan yang
dijalankan secara desentralisasi seperti ini, kepala sekolah tidak
semata-mata merupakan seorang guru kepala, tetapi seorang
pemimpin, profesional dengan tanggung jawab yang luas dan
langsung terhadap hasil-hasil yang dicapai oleh sekolahnya. Ia
bertanggung jawab langsung terhadap pemerintahan dan masyarakat
awasan dan sosial-control yang langsung dari pemerintahan dan
masyarakat setempat. Hal ini disebabkan karena kepala sekolah dan
guru-guru adalah petugas-petugas atau karyawan-karyawan pendidik
yang dipilih, diangkat, dan diberhentikan oleh pemerintah daerah
setempat. Tentu saja, sistem desentralisasi yang ekstrim seperti ini
ada kebaikan dan keburukannya.
Beberapa kebaikan yang mungkin terjadi ialah:
a. Pendidkan dan pengajaran dapat disesuaikan dengan memenuhi
kebutuhan masyarakat setempat.
b. Kemungkinan adanya persaingan yang sehat diantara daerah atau
wilayah sehingga masing-masing berlomba-lomba untuk
menyelenggarakan sekolah dan pendidikan yang baik.
c. Kepala sekolah, guru-guru, dan petugas-petugas pendidikan yang
lain akan bekerja dengan baik dan bersungguh-sungguh karena
dibiayai dan dijamin hidupnya oleh pemerintah da masyarakat
setempat.

STKIP Muhammadiyah Pringsewu Lampung Buku Ajar Profesi Kependidikan 29


Adapun keburukannya adalah sebagai berikut:
a. Karena otonomi yang sangat luas, kemungkinan program
pendidikan diseluruh negara akan berbeda-beda. Hal ini akan
menimbulkan perpecahan bangsa.
b. Hasil pendidikan dan pengajaran tiap-tiap daerah atau wilayah
sangat berbeda-beda, baik mutu, sifat maupun jenisnya, sehngga
menyulitkan bagi pribadi murid dalam mempraktekkan
pengetahuan atau kecakapannya dikemudian hari di dalam
masyarakat yang lebih luas.
c. Kepala sekolah, guru-guru, dan petugas pendidikan lainnya
cenderung untuk menjadi karyawan-karyawan yang materialistis,
sedangkan tugas dan kewajiban guru pada umumnya lain dari pada
karyawan-karyawan yang bukan guru.
d. Penyelenggaraan dan pembiayaan pendidikan yang diserahkan
kepada daerah atau wilayah itu mungkin akan sangat memberatkan
beban mayarakat setempat. (Ngalim Purwanto, 1991:26-27)

D. WEWENANG DAN TANGGUNG JAWAB ORGANISASI


PENDIDIKAN

Setelah mengetahui struktur sekolah seperti apa, maka sebaiknya


kita juga harus tahu apa saja wewenang dan tanggung jawab sekolah.
Sebelum itu kita lihat pengertian dari wewenang dan tanggung jawab
itu sendiri. Wewenang (Authority) merupakan syaraf yang berfungsi
sebagai penggerak dari pada kegiatan-kegiatan. Wewenang yang
bersifat informal, untuk mendapatkan kerjasama yang baik dengan
bawahan. Disamping itu wewenang juga tergantung pada kemampuan
ilmu pengetahuan, pengalaman dan kepemimpinan. Wewenang
berfungsi untuk menjalankan kegiatan-kegiatan yang ada dalam
organisasi. Wewenang dapat diartikan sebagai hak untuk memerintah
orang lain untuk melakukan atau tidak melakukan sesuatu agar tujuan
dapat tercapai. T. Hani Handoko membagi wewenang dalam dua
sumber, yaitu teori formal (pandangan klasik) dan teori penerimaan.
Wewenang formal merupakan wewenang pemberian atau pelimpahan
dari orang lain.
Wewenang ini berasal dari tingkat masyarakat yang sangat tinggi
dan secara hukum diturunkan dari tingkat ke tingkat. Berdasarkan teori
penerimaan (acceptance theory of authority) wewenang timbul hanya
bila hal diterima oleh kelompok atau individu kepada siapa wewenang

STKIP Muhammadiyah Pringsewu Lampung Buku Ajar Profesi Kependidikan 30


tersebut dijalankan dan ini tidak tergantung pada penerima (reciver).
Chester Bamard mengatakan bahwa seseorang bersedia menerima
komunikasi yang bersifat kewenangan bila memenuhi: 1. Memahami
komunikasi tersebut, 2. Tidak menyimpang dari tujuan organisasi, 3.
Mampu secara mental dan phisik untuk mengikutinya.
Agar wewenang yang dimiliki oleh seseorang dapat di taati oleh
bawahan maka diperlukan adanya:
1. Kekuasaan (power) yaitu kemampuan untuk melakukan hak
tersebut, dengan cara mempengaruhi individu, kelompok,
keputusan. Menurut jenisnya kekuasaan dibagi menjadi dua yaitu:
a. Kekuasaan posisi (position power) yang didapat dari wewenang
formal, besarnya ini tergantung pada besarnya pendelegasian
orang yang menduduki posisi tersebut.
b. Kekuasaan pribadi (personal power) berasal dari para pengikut
dan didasarkan pada seberapa besar para pengikut
mengagumi, respek dan merasa terikat pada pimpinan. Macam-
macam kekuasaan: 1) Kekuasaan balas jasa (reward power)
berupa uang, suaka, perkembangan karier dan sebagainya yang
diberikan untuk melaksanakan perintah atau persyaratan
lainnya; 2) Kekuasaan paksaan (Coercive power) berasal dari
apa yang dirasakan oleh seseorang bahwa hukuman (dipecat,
ditegur, dan sebagainya) akan diterima bila tidak melakukan
perintah; 3) Kekuasaan sah (legitimate power) berkembang dari
nilai-nilai intern karena seseorang tersebut telah diangkat
sebagai pemimpinnya.
2. Kekuasaan pengendalian informasi (control of information power)
berasal dari pengetahuan yang tidak dipercaya orang lain, ini
dilakukan dengan pemberian atau penahanan informasi yang
dibutuhkan.
3. Kekuasaan panutan (referent power) didasarkan atas identifikasi
orang dengan pimpinan dan menjadikannya sebagai panutan.
4. Kekuasaan ahli (expert power) yaitu keahlian atau ilmu
pengetahuan seseorang dalam bidangnya.
Tanggung jawab dan akuntabilitas tanggung jawab
(responsibility) yaitu kewajiban untuk melakukan sesuatu yang timbul
bila seorang bawahan menerima wewenang dari atasannya.
Akuntabilitas yaitu permintaan pertanggung jawaban atas pemenuhan
tanggung jawab yang dilimpahkan kepadanya. Yang penting untuk
diperhatikan bahwa wewenang yang diberikan harus sama dengan

STKIP Muhammadiyah Pringsewu Lampung Buku Ajar Profesi Kependidikan 31


besarnya tanggung jawab yang akan diberikan dan diberikan
kebebasan dalam menentukan keputusan-keputusan yang akan
diambil.
Pengaruh (influence) yaitu transaksi dimana seseorang dibujuk
oleh orang lain untuk melaksanakan suatu kegiatan sesuai dengan
harapan orang yang mempengaruhi. Pengaruh dapat timbul karena
status jabatan, kekuasaan dan menghukum, pemilikan informasi
lengkap juga penguasaan saluran komunikasi yang lebih baik. Setelah
melihat pengertian wewenang dan tanggung jawab tersebut, dapat
disimpulkan bahwa wewenang dan tanggung jawab sekolah adalah
hak dari organisasi pendidikan untuk memerintah orang lain untuk
melakukan sesuatu disertai pertanggungjawaban dari organisasi
pendidikan dalam mengambil keputusan agar tujuan dapat tercapai.

E. ORGANISASI SEKOLAH
Secara umum, organisasi diartikan sebagai memberi struktur atau
susunan dalam penempatan orang-orang dalam suatu kelompok kerja
sama, dengan maksud menempatkan hubungan antara orang-orang
dalam kewajiban-kewajiban, hak-hak dan tanggung jawab masing-
masing. Hal tersebut dimaksudkan agar tersusun suatu pola kegiatan
untuk menuju ke arah tercapainya tujuan bersama. Suryosubroto
berpendapat bahwa organisasi adalah aktivitas dalam membagi-bagi
kerja, menggolong-golongkan jenis pekerjaan, memberi wewenang,
menetapkan saluran perintah dan tanggung jawab kepada para
pelaksana.
Organisasi sekolah sudah seharusnya mempunyai organisasi
yang baik agar tujuan pendidikan tercapai sepenuhnya. Seperti
diketahui, unsur personal di dalam lingkungan sekolah adalah kepala
sekolah, guru, karyawan dan murid. Disamping itu sekolah sebagai
lembaga pendidikan formal ada di bawah instansi atasan, baik itu
kantor dinas atau kantor wilayah departemen yang bersangkutan. Di
Indonesia, kepala sekolah adalah jabatan tertinggi di sekolah itu,
sehingga ia berperan sebagai pemimpin sekolah dan dalam struktur
organisasi sekolah ia dudukkan pada tempat paling atas.
Dalam penyelenggaran organisasi sekolah, hendaknya tugas-
tugas dan tanggung jawab untuk mencapai tujuannya dibagi secara
merata dengan baik sesuai dengan kemampuan, fungsi dan
wewenang yang telah ditentukan. Melalui struktur organisasi yang ada

STKIP Muhammadiyah Pringsewu Lampung Buku Ajar Profesi Kependidikan 32


tersebut, orang akan mengetahui apa tugas kepala sekolah, apa tugas
guru, apa tugas karyawan (Tata Usaha). Dengan organisasi yang baik
dapat dihindari tindakan kepala yang menunjukkan kekuasaan yang
berlebihan (otoriter), suasana kerja dapat lebih berjiwa demokratis
karena timbulnya partisipasi aktif dari semua pihak yang bertanggung
jawab.
Dalam mengelola sistem pendidikan diperlukan berbagai
penguasaan ilmu serta ketrampilan, antara lain:
1. Perencanaan, yang dimaksud ialah perencanaan mikro (sekolah)
maupun perencanaan masyarakat sekitar sampai kepada
perencanaan pembangunan daerah dalam kaitan dengan otonomi
daerah.
2. Pengorganisasian, hal ini diperlukan pengetahuan mengenai
organisasi dan teori-teori organisasi serta bentuk-bentuk dan
mekanisme serta kinerja masing-masing organisasi.
3. Aktualisasi. Dalam hal ini diperlukan konsep-konsep mengenai
manajemen, teori-teori mengenai mobilisasi sumber-sumber yang
tersedia untuk mewujudkan suatu program atau suatu rencana
kerja.
4. Pengawasan. Pengetahuan berbagai bentuk pengawasan untuk
memilih yang sesuai dengan kondisi serta tingkat perkembangan
suatu organisasi.
5. Budget. Di sini diperlukan pengetahuan mengenai penyusunan
RAPBS maupun pada tingkat daerah dalam rangka kerja sama
antar lembaga pendidikan.
6. Administrasi pendidikan. Di dalam arti mikro diperlukan
pengetahuan mengenai administrasi pendidikan sekolah yang
efektif antara lain dengan menggunakan teknologi komunikasi,
komputer yang akan mempermudah tugas-tugas administrasi.
7. Pemantauan dan pelaporan. Di dalam kaitan ini dikembangkan
Program EMIS (Educational Management Information System)
dalam lingkup sekolah maupun lingkup daerah.
8. Evaluasi. Di dalam hal ini evaluasi perilaku dalam rangka
pencapaian misi yang telah ditetapkan.

F. PROSES BELAJAR MENGAJAR DAN PROBLEMATIKANYA


Dewasa ini masyarakat sering mempertanyakan kualitas
pendidikan yang tidak sebaik dulu. Padahal infrastruktur maupun

STKIP Muhammadiyah Pringsewu Lampung Buku Ajar Profesi Kependidikan 33


suprastruktur pendidikan sekarang ini boleh dibilang jauh lebih maju
bila dibanding zaman dulu. Pelatihan guru sering dilakukan, berbagai
alat dan buku telah tercukupi, namun ternyata tidak berpengaruh sama
sekali. Hal tersebut menimbulkan penilaian dari masyarakat antara
biaya, tenaga dan waktu yang dikeluarkan dengan dampak yang
dihasilkan belum seimbang. Lalu dimana letak kesalahannya?
Mengapa input yang begitu banyak dan berharga tidak berpengaruh
secara signifikan terhadap produk pendidikan?
Slamet mengatakan bahwa penyebab rendahnya kualitas
pendidikan adalah karena aspek pengelolaan atau manajemen.
Secara internal hal tersebut disebabkan oleh penerapan pendekatan
input-output yang berliku. Terlalu mengedepankan aspek input pada
penyelesaian hampir semua kasus pendidikan di sekolah. Seakan-
akan mutu pendidikan akan meningkat dengan sendirinya apabila
sejumlah input ditambahkan. Misalnya kekurangan guru, ditambah
guru. Belum punya laboratorium, dibangun laboratorium dan
seterusnya. Ada satu faktor yang terlupakan, yaitu bagaimana
berbagai input tersebut dipertemukan dan berinteraksi di dalam proses
belajar mengajar. Ada kecenderungan, proses berinteraksinya
berbagai input tersebut disimplifikasikan sedemikian rupa. Seakan
proses belajar mengajar di depan kelas akan dengan sendirinya
menjadi baik apabila gurunya telah ditatar, kualifikasinya ditingkatkan
dan peralatan yang mendukung pada proses belajar mengajar telah
dilengkapi.
Proses mengajar di kelas dapat dicermati dari dua sudut
pandang. Pertama menyatakan bahwa mengajar adalah proses
mentransfer ilmu pengetahuan dan ketrampilan kepada siswa. Proses
mengajar tersebut telah terpolakan sedemikian rupa sehingga banyak
guru yang tidak melakukan persiapan-persiapan yang diperlukan.
Kedua menyatakan bahwa proses mengajar tidak lain adalah
memotivasi siswa untuk belajar. Dalam kerangka yang demikian, maka
penumbuhan minat siswa menjadi kegiatan kunci untuk mengantarkan
siswa pada aktivitas belajar. Bila motivasi siswa telah ditumbuhkan
sedemikian rupa, maka guru adalah pamong semata. Ia membimbing
siswanya untuk mengenal lebih dalam, melalui tahapan-tahapan untuk
sampai pada hasil belajar.
Proses belajar dari sudut pandang siswa yang menjadi sasaran
kegiatan mengajar para guru adalah kegiatan aktif. Dan siswa akan
aktif belajar apabila dari dalam dirinya tumbuh minat untuk belajar.

STKIP Muhammadiyah Pringsewu Lampung Buku Ajar Profesi Kependidikan 34


Hanya dengan minat proses belajar akan menghasilkan sesuatu yang
dapat diingat atau dipraktikkan. Sering gagalnya proses belajar
mengajar, menurut Slamet, penyebabnya adalah aspek pengelolaan
yang kurang profesional. Baik pengelolaan kelas maupun pengelolaan
sekolah. Kunci kelemahannya terletak pada kurang profesionalnya
guru dan kepala sekolah. Didukung pula oleh frekuensi supervisi kelas
yang relatif jarang, baik yang dilakukan oleh kepala sekolah maupun
pengawas.
Pemimpin merupakan inti dari manajemen, karena pemimpin
merupakan penggerak dari semua sumber-sumber dan alat-alat
(resources) yang tersedia bagi suatu organisasi. Resourses ini
digolongkan kepada dua golongan besar yakni 1) Human Resources
dan 2) Non Human Resources. Tugas dasar pemimpin adalah
membentuk dan memelihara lingkungan dimana manusia bekerjasama
dalam suatu kelompok yang terorganisir dengan baik, menyelesaikan
tugas mencapai tujuan yang telah ditetapkan. Kepemimpinan
merupakan aktivitas manajerial yang penting di dalam setiap
organisasi khususnya dalam pengembalian kebijakan dan keputusan
sebagai inti dari kepemimpinan. Tidak semua orang dapat menjadi
pemimpin yang efektif dalam suatu organisasi.
Pemimpin yang efektif adalah pemimpin yang anggotanya dapat
merasakan bahwa kebutuhan mereka terpenuhi, baik kebutuhan
bekerja, motivasi, rekreasi, kesehatan, sandang, pangan, tempat
tinggal, maupun kebutuhan lainnya yang pantas didapatkan. Pendek
kata, semua kebutuhan .anggota dalam organisasi terpenuhi dengan
baik. Oleh karena itu masing-masing bagian harus bekerja maksimal
sesuai dengan porsinya dan menjalankan tugas sesuai dengan job
masing-masing. Kepala Sekolah mempunyai tugas merencanakan,
mengorganisasikan, mengarahkan, mengkoordinasikan, mengawasi
dan mengevaluasikan seluruh kegiatan pendidikan di sekolah.
Mengatur proses belajar mengajar, mengatur administrasi kantor. Agar
kegiatan kepala sekolah dapat mencapai sasaran secara optimal
diperlukan adanya jadwal kerja kepala sekolah yang meliputi kegiatan-
kegiatan rutin harian, mingguan, bulanan, semesteran dan tahunan.
Guru mempunyai tugas pokok melaksanakan pendidikan dan
pengajaran di sekolah berdasarkan kurikulum yang berlaku. Tata
Usaha/Karyawan, tugas tata usaha sekolah dikomandani oleh kepala
unit tata usaha dengan melaksanakan urusan ketatausahaan sekolah
yang meliputi kegiatan: penyusunan program tata usaha sekolah,

STKIP Muhammadiyah Pringsewu Lampung Buku Ajar Profesi Kependidikan 35


penyusunan keuangan sekolah, penyusunan kepegawaian,
pembinaan dan pengembangan karier pegawai tata usaha,
penyusunan perlengkapan sekolah, penyusunan dan pengajian data
dan penyusunan laporan kegiatan tata usaha sekolah.
Pengorganisasian di sekolah atau organisasi pendidikan adalah
keseluruhan proses untuk memilih orang-orang (guru dan personel
sekolah lainnya) serta mengalokasikan prasarana dan sarana untuk
menunjang tugas dalam rangka mencapai tujuan sekolah, penetapan
tugas, tanggung jawab dan wewenang. Semua pekerjaan yang hendak
dilakukan untuk mencapai tujuan, harus diperinci, direncanakan, serta
diatur dengan sistematis. Tugas, kewajiban, hak dan tanggung jawab
yang hendak diserahkan kepada petugas atau pejabat yang
bertanggung jawab, harus dirinci sejelas-jelasnya dan harus pula
benar-benar dapat mereka pahami. Kepala sekolah sebagai
administrator harus mengorganisasikan semua sumber daya secara
efektif dan efisien sesuai dengan peraturan, untuk mencapai tujuan
yang telah ditetapkan. Dalam melakukan tugasnya sehari-hari, kepala
sekolah dibantu oleh guru, pegawai tata usaha sekolah dan pegawai
lainnya yang ada di bawah pembinaannya. Kegiatan sekolah meliputi
semua kegiatan yang berkaitan langsung dengan pendidikan sekolah.
Dalam melaksanakan tugas, kepala sekolah dapat menunjuk seorang
atau beberapa orang guru yang diberi tugas untuk melaksanakan
suatu kegiatan sekolah. Kepala Sekolah bertanggung jawab
sepenuhnya terhadap pelaksanaan kegiatan yang dipimpinnya.
Berikut ini adalah pembagian wewenang dan tanggung jawab
dalam organisasi pendidikan:
1. Kepala sekolah Wewenang dan Tanggung Jawab, antara lain:
a. Menjaga terlaksananya dan ketercapaian program kerja sekolah
b. Menjabarkan, melaksanakan dan mengembangkan
Pembelajaran Kurikulum/Program
c. Mengembangkan SDM
d. Melakukan pengawasan dan supervisi tenaga pendidik dan
kependidikan
e. Melakukan hubungan kerjasama dengan pihak luar
f. Merencanakan, mengelola dan mempertanggung jawabkan
keuangan
g. Mengangkat dan menetapkan personal struktur organisasi
h. Menetapkan Program Kerja Sekolah
i. Mengesahkan perubahan kebijakan mutu organisasi

STKIP Muhammadiyah Pringsewu Lampung Buku Ajar Profesi Kependidikan 36


j. Melegalisasi dokumen organisasi
k. Memutuskan mutasi siswa
l. Mengusulkan promosi dan mutasi pendidik dan tenaga
kependidikan
m. Menerbitkan dokumen yang dikeluarkan sekolah
n. Memberi pembinaan warga sekolah
o. Memberi penghargaan dan sanksi
p. Memberi penilaian kinerja pendidik dan tenaga kependidikan
2. Komite sekolah Wewenang dan Tangung jawab, antara lain:
a. Memberikan masukan terhadap kebijakan mutu pendidikan
b. Mengawasi kebijakan sekolah.
3. Kepala Tata usaha Wewenang dan tanggung jawab tata usaha,
antara lain:
a. Menyusun dan melaksanakan program tata usaha sekolah.
b. Menyusun dan melaksanakan kegiatan keuangan sekolah.
c. Mengurus administrasi kepegawaian.
d. Mengurus administrasi kesiswaan.
e. Menyusun administrasi perlengkapan sekolah.
f. Menyusun dan menyajikan data statistik sekolah.
g. Menyusun administrasi lainnya.
h. Melaporkan semua tugas dan tanggung jawabnya kepada
kepala sekolah secara berkala.
4. Wakil Kepala Sekolah Bidang Kurikulum Wewenang dan
tanggung jawab, antara lain:
a. Menyusun program kerja bidang Kurikulum/Program
b. Mengkoordinasikan pelaksanaan dan pengembangan
Kurikulum/Program
c. Memantau pelaksanaan Pembelajaran
d. Menyelenggarakan rapat koordinasi Kurikulum
e. Mengkoordinasikan pengelolaan perpustakaan
f. Mengkoordinasikan pelaksanaan evaluasi pembelajaran
g. Menyusun kalender pendidikan dan jadwal pembelajaran
h. Melaporkan hasil pelaksanaan Pembelajaran
i. Mengusulkan tugas mengajar pada masing-masing guru
j. Menghitung dan melaporkan jam mengajar guru
k. Merencanakan kebutuhan tenaga pendidik dan kependidikan
l. Memeriksa, menyetujui rencana pembelajaran tiap program
Pembelajaran
m. Memverifikasi Kurikulum

STKIP Muhammadiyah Pringsewu Lampung Buku Ajar Profesi Kependidikan 37


n. Merencanakan dan melaksanakan bimbingan belajar dan try out
kelas 3

5. Wakil Kepala Sekolah Bidang Kesiswaan Wewenang dan tanggung


jawab, antara lain:
a. Mengkoordinasikan PSB (Penerimaan Siswa Baru)
b. Mengkoordinasikan pelaksanaan Masa Orientasi peserta didik
(MOS)
c. Mengkoordinasikan pemilihan kepengurusan dan diklat OSIS
d. Mengkoordinasikan penjaringan dan pendistribusian semua
bentuk beasiswa
e. Mengkoordinasikan pelaksanaan 4 K (ketertiban, kedisiplinan,
keamanan, dan kekeluargaan)
f. Membina program kegiatan OSIS
g. Memeriksa dan menyetujui rencana kerja pengurus Osis
h. Melakukan tindakan terhadap siswa terkait pelanggaran tata
tertib siswa
i. Mengkoordinasikan pelaksanaan kegiatan lomba
j. Mengkoordinasikan ekstrakurikuler
k. Mengkoordinasikan peringatan hari-hari besar
6. Ketua program keahlian Wewenang dan tanggung jawab, antara
lain:
a. Mengkoordinasikan tugas guru dalam pembelajaran
b. Mengkoordinasikan pengembangan bahan ajar
c. Memetakan kebutuhan sumber daya untuk pembelajaran
d. Memetakan dunia industri yang relevan
e. Mengkoordinasikan program praktik kerja industri
f. Melaksanakan ujian produktif
g. Menginventarisasi fasilitas pembelajaran program keahlian
h. Melaporkan ketercapaian program kerja
i. Melakukan langkah-langkah efisien dan efektif guna kelancaran
pembelajaran di program keahlian
j. Memberi masukan penilaian kinerja pendidik
k. Memberi sanksi kepada siswa yang melanggar tata tertib.
l. Mengusulkan kebutuhan pendidik dan tenaga kependidikan
m. Mengusulkan kebutuhan bahan dan peralatan pembelajaran
n. Mengusulkan kesejahteraan pendidik dan tenaga kependidikan
program keahlian

STKIP Muhammadiyah Pringsewu Lampung Buku Ajar Profesi Kependidikan 38


7. Guru Wewenang dan tanggung jawab, antara lain:
a. Mengetahui tugas pokoknya sendiri yaitu memberikan pelajaran
sesuai dengan bidang studi
b. Mengevaluasi hasil pekerjaannya.
c. Mewakili kepala sekolah dan orang tua siswa di kelas.
d. Mengetahui tugas-tugas yang diberikan kepada siswa dan
memeriksa hasil tugas itu untuk dinilai.
e. Memperhatikan kelakuan dan kerajinan siswa sebagai bahan
laporan kepada kepala sekolah, wali kelas, dan guru BP.
f. Memecahkan masalah-masalah pelajaran yang dihadapi siswa
untuk memberikan bimbingan pelajaran kepada siswa yang
cerdas, siswa yang kurang cerdas, dan siswa yang membandel.
g. Memperhatikan hasil ulangan UAMBN, US dan UN, dan mengisi
daftar nilai siswa.
h. Melaporkan kepada kepala sekolah tentang hasil kerjanya.

8. Siswa Wewenang dan tanggung jawab, antara lain:


a. Menuntut ilmu sebaik-baiknya
b. Mempertanggung jawabkan hasil pembelajarannya
c. Mematuhi peraturan yang sudah di tetapkan oleh pihak sekolah

G. PENDEKATAN-PENDEKATAN ORGANISASI PENDIDIKAN


1. Peningkatan Mutu Pendidikan
Menurut Mulyani A. Nurhadi ketika menyampaikan makalahnya
pada seminar nasional Peningkatan Kualitas Pendidikan (2005)
dengan mengutip hasil penelitian yang dilakukan David Chapman dan
Don Adam terhadap 19 penelitian oleh Simon dan Alexander terhadap
11 penelitian diberbagai negara serta Woessman menunjukkan
berbagai faktor yang mempengaruhi mutu hasil pendidikan secara
signifikan. Rangkuman hasil penelitian itu dapat digambarkan sebagai
berikut:
Komponen Faktor Kunci
a. Guru/tenaga pendidik
- lama mengajar di kelas
- lamanya persiapan mengajar
- pemilihan metode mengajar
- memberikan pekerjaan rumah
- pengalaman

STKIP Muhammadiyah Pringsewu Lampung Buku Ajar Profesi Kependidikan 39


- tingkat pendidikan
b. Buku
- digunakan untuk belajar
- jumlah jam membaca di rumah
- digunakan untuk pekerjaan rumah
- penggunaan lembar kerja
c. Laboratorium
- efektivitas penggunaan laboratorium
d. Manajemen
- kreasi meningkatkan akuntabilitas
- kreasi mengoptimalkan sumber daya
- membagi informasi
- pemberdayaan dan komitmen
- mobilisasi masyarakat
- struktur organisasi yang mendukung
- kepemimpinan sekolah
Melalui hasil penelitian tersebut kita selayaknya membangun
pendidikan untuk mencerdaskan dan memberadapkan bangsa sesuai
arah pembangunan nasional untuk mentransformasikan peradaban
Indonesia agraris menuju peradaban industrial yang canggih, elok, dan
unggul.

2. Perencanaan Pembangunan Pendidikan


Menurut Beeby (dalam Jusuf Enoch, 1992), bahwa perencanaan
pendidikan adalah suatu usaha melihat ke masa depan dalam hal
menentukan kebijaksanaan, prioritas dan biya pendidikan dengan
mempertimbangkan kenyataan-kenyataan yang ada dalam bidang
ekonomi, sosial, dan politik untuk pengembangan potensi sistem
pendidikan nasional, memenuhi kebutuhan bangsa dan anak didik
yang dilayani oleh sistem tersebut.
Permasalahan yang dihadapi pendidikan nasional kita pada
umumnya sebagai berikut:
a. Tingkat pendidikan rendah
b. Dinamika struktur penduduk belum terakomodasi
c. Kesenjangan tingkat pendidikan
d. Fasilitas pendidikan belum memadai
e. Kualitas pendidikan rendah
f. Manajemen belum efektif, efisien, dan akuntabel
g. Anggaran rendah

STKIP Muhammadiyah Pringsewu Lampung Buku Ajar Profesi Kependidikan 40


Bila demikian halnya permasalahan yang dihadapi oleh pendidikan,
maka kebijakan yang ditempuh dalam merencanakan pendidikan
harus dapat mewujudkan 3 (tiga) program kegiatan yaitu:
a. Perluasan dan pemerataan kesempatan belajar
b. Peningkatan mutu dan relevansi
c. Governance dan akuntabilitas

H. PENTINGNYA ORGANISASI PENDIDIKAN


Organisasi secara umum dapat diartikan memberi struktur atau
susunan yakni dalam penyusunan/ penempatan orang-orang dalam
suatu kelompok kerja sama, dengan maksud menempatkan hubungan
antara orang-orang dalam kewajiban-kewajiban, hak-hak dan
tanggung jawab masing-masing. Penentuan struktur, hubungan tugas
dan tanggung jawab itu dimaksudkan agar tersusun suatu pola
kegiatan untuk menuju ke arah tercapainya tujuan bersama.
Organisasi pendidikan yang baik menghendaki agar tugas-tugas
dan tanggung jawab dalam menjalankan penyelenggaraan sekolah
untuk mencapai tujuannya dibagi secara merata dengan baik sesuai
dengan kemampuan dan wewenang yang telah ditentukan. Sekolah
sebagai lembaga pendidikan sesudah semestinya mempunyai
organisasi yang baik agar tujuan pendidikan formal ini tercapai
sepenuhnya. Kita mengetahui unsur personal di dalam lingkungan
sekolah adalah, kepala sekolah, guru, karyawan, dan murid.
Di samping itu sekolah sebagai lembaga pendidikan formal ada di
bawah instansi atasan baik itu kantor dinas atau kantor wilayah
departemen yang bersangkutan. Di negara kita, kepala sekolah adalah
jabatan tertinggi di sekolah itu, sehingga ia berperan sebagai
pemimpin sekolah dan dalam struktur organisasi pendidikan ia
didudukkan pada tempat paling atas. Melalui struktur organisasi yang
ada tersebut orang akan mengetahui apa tugas dan wewenang kepala
sekolah, apa tugas guru, apa tugas karyawan sekolah (yang biasa
dikenal sebagai pengawai tata usaha).
Demikian juga terlihat apakah di suatu sekolah dibentuk satuan
tugas (unit kerja) tertentu seperti bagian UKS (Usaha Kesehatan
Sekolah), bagian perpustakaan, bagian kepramukaan, dan lain-lain
sehingga keadaan ini tentunya akan memperlancar jalannya "roda"
pendidikan di sekolah tersebut. Dengan organisasi yang baik dapat
dihindari tindakan kepala sekolah yang menunjukkan kekuasaan yang

STKIP Muhammadiyah Pringsewu Lampung Buku Ajar Profesi Kependidikan 41


berlebihan (otoriter). Suasana kerja dapat lebih berjiwa demokratis
karena timbulnya partisipasi aktif dari semua pihak yang bertanggung
jawab. Partisipasi aktif yang mendidik (pedagogis) dapat digiatkan
melalui kegairahan murid sendiri yang bergerak dengan wadah OSIS
(Organisasi Siswa Intra Sekolah). Oleh karena itu di dalam memikirkan
pembentukan organisasi pendidikan, maka fungsi dan peranan OSIS
tidak boleh dilupakan.

I. FAKTOR-FAKTOR YANG PERLU DIPERTIMBANGKAN DALAM


MENYUSUN ORGANISASI PENDIDIKAN
1. Tingkat Sekolah
Berdasarkan tingkatnya sekolah yang ada di Indonesia dapat
dibedakan atas:
a. Sekolah Dasar (SD)
b. Sekolah Lanjutan Tingkat Pertama (SLTP)
c. Sekolah Lanjutan Tingkat Atas (SLTA)
d. Perguruan Tinggi
Keadaan fisik dan perkembangan jiwa anak jelas berbeda antara
anak tingkat yang satu dengan tingka berikutnya. Contohnya : di
sekolah dasar biasanya tidak ada seksi bimbingan penyuluhan
(Guidance and Conseling) sebab masalah ini merupakan tugas
rangkapan dari kepala sekolah, dan hingga saat ini yang memegang
adalah pemerintah dan Kementerian Pendidikan tidak atau belum
mengangkat seorang pembimbing khusus bagi sekolah dasar.
Lain halnya dengan sekolah lanjutan, biasanya tersedia satu orang
tenaga konselor atau pembimbing dengan tugas pokoknya sebagai
pembimbing. Karena itu biasanya di sekolah lanjutan dalan struktur
organisasinya kita dapati seksi GC (Guidance and Conseling/ seksi
bimbingan penyuluhan). Masih banyak bidang-bidang lain yang
ditangani secara khusus pada sekolah lanjutan tetapi tidak demikian
pada sekolah dasar, misalnya masalah Organisasi Intara Sekolah
(OSIS), penggarapan majalah dinding, pengelolaan perpustakaan
sekolah, dan bagian pengajaran yang menangani kelancaran dan
pengembangan kurikulum/program pendidikan dan pengajaran.
Pada perguruan tinggi yang kita jumpai banyak bidang tugas yang
ditangani secara khusus lebih banyak daripada tugas-tugas dari
sekolah lanjutan. Ciri khas perguruan tinggi di Indonesia yang
mengemban tugas Tri Dharma perguruan tinggi yakni pendidikan,

STKIP Muhammadiyah Pringsewu Lampung Buku Ajar Profesi Kependidikan 42


penelitian dan pengabdian kepada masyarakat memungkinkan
perguruan tinggi berkembang secara otonom, sehingga semakin
bervariasi susunan organisasinya.

2. Jenis Sekolah
Berdasarkan jenis sekolah, kita membedakan ada sekolah umum
dan sekolah kejuruan. Sekolah umum adalah sekolah-sekolah yang
program pendidikannya bersifat umum dan bertujuan utam untuk
melajutkan studi ketingkat yang lebih tinggi lagi. Sedangkan yang
dimaksud sekolah kejuruan adalah sekolah-sekolah yang
pendidikannya mengarah kepada pemberian bekal kecakapan atau
keterampilan khusus setelah selesai studinya, anak didik dapat
langsung memasuki dunia kerja dalam masyrakat.
Dengan melihat perbedaan program pendidikan (kurikulum dan
tujuan) yang hendak dicapai maka struktur organisasi pendidikan yang
berlainan jenis tersebut pasti berlainan pula. Perbedaan organisasi ini
mungkin dapat digambarkan antara lain sebagai berikut : Pada
sekolah kejuruan terdapat petugas (koordinator) praktikum, sedangkan
pada sekolah umum tidak. Pada sekolah kejuruan terdapat petugas
bagian ketenaga kerjaan penempatan alumni, sedangkan pada
sekolah umum tidak.

3. Besar Kecilnya Sekolah


Sekolah yang besar tentulah memiliki jumlah mirid, jumlah kelas,
jumlah tenaga guru, dan karyawan serta fasilitas yang memadai.
Sekolah yang kecil adalah sekolah yang cukup memenuhi syarat
minimal dari ketentuan yang berlaku. Tipe sekolah secara implisit
menunjukkan besar kecilnya sekolah yang bersangkutan. Dengan
begitu akan mempengaruhi penyusunan struktur organisasi pendidikan
karena makin besar jumlah murid tentu saja semakin beraneka ragam
kegiatan yang dapat dilakukan baik yang bersifat kurikuler maupun
kegiatan-kegiatan penunjang pendidikan.

d. Letak dan Lingkungan


Sekolah Letak sebuah sekolah dasar yang ada di daerah
pedesaan aan mempengaruhi kegiatan sekolah tersebut, berbeda
dengan sekolah dasar yang ada di kota, demikian pula sekolah
lanjutan pertama yang kini mulai didirikan hampir di setiap daerah
kecamatan, kegiatan dan programnya tentulah berbeda dengan

STKIP Muhammadiyah Pringsewu Lampung Buku Ajar Profesi Kependidikan 43


sekolah-sekolah lanjutan di kota apalagi di kota besar. Ada
kecenderungan yang nyata, bahwa sekolah-sekolah di pedesaan lebih
berintegrasi dengan masyarakat sekitarnya. Hal ini berakibat pula ada
hubungan yang lebih akrab diantara orang tua murid dengan sekolah.
Dari segi keadaan lingkungan atau masyarakat sekitar sekolah
mungkin ada dalam lingkungan masyarakat petani, masyrakat
nelayan, masyarakat buruh, masyarakat pegawai negeri, dan lain-lain.
Perhatikan kelompok masyarakat yang berbeda ini terhadap dunia
pendidikan bagi anak-anak mereka di sekolah pasti menunjukkan
berbagai variasi perbedaan. Oleh karenanya dalam penyusunan
struktur organisasi pendidikan, hal-hal tersebut perlu diperhatikan.

J. CONTOH SUSUNAN ORGANISASI PENDIDIKAN


Peranan dari masing-masing struktur organisasi pendidikan
antara lain adalah sebagai berikut:
Kepala Sekolah, berperan dalam dan bertugas sebagai
edukator, manajer, administrator, supervisor, leader, inovator dan
motivator (EMASLIM). Dalam penerapannya kepala sekolah bertugas
memimpin dan mengkoordinasikan semua pelaksanaan rencana kerja
harian, mingguan, bulanan catur wulan dan tahunan. Mengadakan
hubungan dan kerjasama dengan pejabat-pejabat resmi setempat
dalam usaha pembinaan sekolah.

a. Kepala Sekolah Sebagai Edukator Dalam melakukan fungsinya


sebagai edukator,
Kepala sekolah memiliki strategi yang tepat untuk meningkatkan
profesionalisme tenaga kependidikan di sekolahnya. Fungsi kepala
sekolah sebagai edukator adalah menciptakan iklim sekolah yang
kondusif, memberikan nasehat kepada warga sekolah, memberikan
dorongan kepada tenaga kependidikan serta melaksanakan model
pembelajaran yang menarik, seperti team teaching, moving class dan
mengadakan program akselerasi bagi peserta didik yang cerdas di
atas normal. Upaya yang dapat dilakukan kepala sekolah dalam
meningkatkan kinerjanya sebagai edukator, khususnya dalam
peningkatkan kinerja tenaga kependidikan dan prestasi belajar anak
didik dapat dideskripsikan sebagai berikut:
- Mengikutsertakan para guru dalam penataran atau pelatihan untuk
menambah wawasannya; memberikan kesempatan kepada guru-

STKIP Muhammadiyah Pringsewu Lampung Buku Ajar Profesi Kependidikan 44


guru untuk meningkatkan pengetahuan dan keterampilannya
dengan belajar ke jenjang pendidikan yang lebih tinggi.
- Berusaha menggerakkan tim evaluasi hasil belajar peserta didik
agar giat bekerja, kemudian hasilnya diumumkan secara terbuka
dan diperlihatkan di papan pengumuman. Hal ini bermanfaat untuk
memotivasi para peserta didik agar lebih giat belajar dan
meningkatkan prestasinya.
- Menggunakan waktu belajar secara efektif di sekolah dengan cara
memotivasi guru dan siswa.

b. Kepala Sekolah Sebagai Manajer Sebagai manajer,


Kepala sekolah mau dan mampu mendayagunakan sumber daya
sekolah dalam rangka mewujudkan visi, misi, dan mencapai tujuannya.
Kepala sekolah mampu menghadapi berbagai persoalan di sekolah,
berpikir secara analitik, konseptual, harus senantiasa berusaha
menjadi juru penengah dalam memecahkan berbagai masalah, dan
mengambil keputusan yang memuaskan stakeholders sekolah.
Memberikan peluang kepada tenaga kependidikan untuk
meningkatkan profesinya. Semua peranan tersebut dilakukan secara
persuasif dan dari hati ke hati. Dalam rangka melakukan peran dan
fungsinya sebagai manajer, kepala sekolah perlu memiliki strategi
yang tepat untuk memberdayakan tenaga kependidikan melalui
persaingan yang membuahkan kerja sama (cooperation), memberikan
kesempatan kepada tenaga kependidikan untuk meningkatkan
profesinya, dan mendorong keterlibatan seluruh tenaga kependidikan
dalam berbagai kegiatan yang menunjang program sekolah.

c. Kepala Sekolah Sebagai Administrator


Kepala sekolah sebagai administrator memiliki hubungan erat
dengan berbagai aktivitas pengelolaan administrasi yang bersifat
pencatatan, penyusunan, dan pendokumenan seluruh program
sekolah. Secara spesifik, kepala sekolah perlu memiliki kemampuan
untuk mengelola kurikulum, mengelola administrasi kearsipan, dan
administrasi keuangan. Kegiatan tersebut perlu dilakukan secara
efektif dan efisien agar dapat menunjang produktivitas sekolah. Untuk
itu, kepala sekolah harus mampu menjabarkan kemampuan di atas ke
dalam tugas-tugas operasional.

STKIP Muhammadiyah Pringsewu Lampung Buku Ajar Profesi Kependidikan 45


d. Kepala Sekolah Sebagai Supervisor Sebagai supervisor,
Kepala sekolah mensupervisi pekerjaan yang dilakukan oleh
tenaga kependidikan. Sergiovani dan Starrat (1993) menyatakan
bahwa supervisi merupakan suatu proses yang dirancang secara
khusus untuk membantu para guru dan supervisor mempelajari tugas
sehari-hari di sekolah, agar dapat menggunakan pengetahuan dan
kemampuannya untuk memberikan layanan yang lebih baik pada
orang tua peserta didik dan sekolah, serta berupaya menjadikan
sekolah sebagai komunitas belajar yang lebih efektif.

e. Kepala Sekolah Sebagai Leader


Kepala sekolah sebagai pemimpin harus mampu memberikan
petunjuk dan pengawasan, meningkatkan kemauan dan kemampuan
tenaga kependidikan, membuka komunikasi dua arah dan
mendelegasikan tugas. Wahjosumijo (1999) mengemukakan bahwa
kepala sekolah sebagai pemimpin harus memiliki karakter khusus
yang mencakup kepribadian, keahlian dasar, pengalaman dan
pengetahuan profesional, serta pengetahuan administrasi dan
pengawasan. Kemampuan kepala sekolah sebagai pemimpin dapat
dianalisis dari aspek kepribadian, pengetahuan terhadap tenaga
kependidikan, visi dan misi sekolah, kemampuan mengambil
keputusan dan kemampuan berkomunikasi. Sedangkan kepribadian
kepala sekolah sebagai pemimpin akan tercermin dalam sifatnya yang:
jujur, percaya diri, tanggung jawab, berani mengambil resiko dan
keputusan, berjiwa besar, emosi yang stabil, dan teladan.

f. Kepala Sekolah Sebagai Inovator Dalam rangka melakukan peranan


dan fungsinya sebagai inovator,
Kepala sekolah perlu memiliki strategi yang tepat untuk menjalin
hubungan yang harmonis dengan lingkungan, mencari gagasan baru,
mengintegrasikan setiap kegiatan, memberikan teladan kepada tenaga
kependidikan dan mengembangkan model-model pembelajaran yang
inovatif. Kepala sekolah sebagai inovator dalam meningkatkan
profesionalisme tenaga kependidikan akan tercermin dari caranya
melakukan pekerjaan secara konstruktif, kreatif, delegatif, integratif,
rasional, obyektif, pragmatis, keteladanan, disiplin, adaptable, dan
fleksibel. Kepala sekolah sebagai inovator harus mampu mencari,
menemukan dan melaksanakan berbagai pembaruan di sekolah.
Gagasan baru tersebut misalnya moving class. Moving class adalah

STKIP Muhammadiyah Pringsewu Lampung Buku Ajar Profesi Kependidikan 46


mengubah strategi pembelajaran dari pola kelas tetap menjadi kelas
bidang studi, sehingga setiap bidang studi memiliki kelas tersendiri,
yang dilengkapi dengan alat peraga dan alat-alat lainnya. Moving class
ini biasa dirangkaikan dengan pembelajaran terpadu, sehingga dalam
suatu laboratorium bidang studi dijaga oleh beberapa guru yang
bertugas memberikan kemudahan kepada peserta didik dalam belajar.

g. Kepala Sekolah Sebagai Motivator Sebagai motivator,


Kpala sekolah memiliki strategi yang tepat untuk memberikan
motivasi kepada para tenaga kependidikan dalam melakukan berbagai
tugas dan fungsinya. Motivasi ini dapat ditumbuhkan melalui
pengaturan lingkungan fisik, suasana kerja, disiplin, dorongan,
penghargaan secara efektif dan penyediaan berbagai sumber belajar
melalui pengembangan Pusat Sumber Belajar (PSB).

h. Kepala Sekolah Sebagai Pejabat Formal


Di dalam lingkungan organisasi, kepemimpinan terjadi melalui
dua bentuk, yaitu kepemimpinan formal dan kepemimpinan informal.
Kepemimpinan formal terjadi apabila jabatan atau otoritas formal
dalam organisasi diisi oleh orang yang ditunjuk atau dipilih melalui
proses seleksi. Sedangkan kepemimpinan informal terjadi ketika
kedudukan pemimpin dalam suatu organisasi diisi oleh orang yang
muncul dan berpengaruh terhadap orang lain karena kecakapan
khusus yang dimiliki atau sumber daya yang dimilikinya dirasakan
mampu memecahkan persoalan organisasi serta memenuhi
kebutuhan anggota organisasi.
Sebagai pejabat formal, pengangkatan seseorang menjadi kepala
sekolah harus didasarkan atas prosedur dan peraturan yang berlaku.
Prosedur dan peraturan tersebut dirancang dan ditentukan oleh suatu
unit yang bertanggung jawab dalam bidang sumber daya manusia.
Dalam hal ini perlu ada kerjasama dengan unit yang berkaitan dengan
pengelolaan dan penyelenggaraan sekolah. Peranan kepala sekolah
sebagai pejabat formal secara singkat dapat disimpulkan bahwa
kepala sekolah diangkat dengan surat keputusan oleh atasan yang
mempunyai kewenangan dalam pengangkatan sesuai dengan
prosedur dan ketentuan yang berlaku; memiliki tugas dan tanggung
jawab yang jelas serta hak-hak dan sanksi yang perlu dilaksanakan;
secara hirarki mempunyai atasan langsung, atasan yang lebih tinggi

STKIP Muhammadiyah Pringsewu Lampung Buku Ajar Profesi Kependidikan 47


dan memiliki bawahan; dan mempunyai hak kepangkatan, gaji dan
karier.
a. Komite Sekolah, berperan dalam membina dan menghimpun
potensi warga sekolah dalam rangka mendukung penyelenggaraan
sekolah yang berkualitas.

b. Kepala Urusan Tata Usaha, berperan dalam menyusun program


tata usaha sekolah, mengurus administrasi ketenagaan dan siswa,
membina dan pengembangan karier pegawai tata usaha sekolah,
menyusun administrasi perlengkapan sekolah, menyusun dan
penyajian data/statistik sekolah, membuat laporan kegiatan tata
usaha.

c. Wakil Kepala Sekolah Bidang Kurikulum, berperan dalam


menyusun program pengajaran, pembagian tugas guru dan jadwal
pelajaran, jadwal ulangan/evaluasi, kriteria
kenaikan/ketidaknaikan/kelulusan, mengarahkan pembuatan
satpel, membina lomba akademis, dan MGMP.

d. Wakil Kepala Sekolah Bidang Kesiswaan, berperan dalam


menyusun program pembinaan OSIS, melaksanakan
pembimbingan dan pengarahan kegiatan OSIS, pemilihan siswa
teladan/penerima beasiswa, mutasi siswa, program ekstra kurikuler,
membuat laporan kegiatan kesiswaan secara berkala.

e. Wakil Kepala Sekolah Bidang Sarana, berperan dalam menyusun


rencana kebutuhan sarana dan prasarana, mengkoordinasikan
pendayagunaan sarana dan prasarana, pengelola pembiayaan
alat-alat pengajaran, dan menyusun laporan pelaksanaan urusan
sarana dan prasarana secara berkala

f. Wakil Kepala Sekolah Bidang Humas, berperan dalam mengatur


dan menyelenggarakan hubungan sekolah dengan orang tua/wali
siswa, membina hubungan antar sekolah, komite sekolah, lembaga
dan instansi terkait, dan membuat laporan pelaksanaan hubungan
masyarakat secara berkala.

g. Koordinator BP, berperan dalam mengatasi kesulitan belajar


siswa/ siswi, mengatasi kebiasaan-kebiasaan yang tidak baik yang

STKIP Muhammadiyah Pringsewu Lampung Buku Ajar Profesi Kependidikan 48


dilakukan siswa/ siswi pada asaat proses belajar mengajar
berlangsung, mengatasi kesulitan yang berhubungan dengan:
kesehatan jasmani, kelanjutan studi, perencanaan dan pemilihan
jenis pekerjaan setelah mereka tamat, dan masalah sosial
emosional sekolah yang bersumber dari sikap murid yang
bersangkutan terhadap dirinya sendiri, keluarga, lingkungan
sekolah, dan lingkungan yang lebih luas.

h. Dewan guru, berperan dalam mendidik, membimbing dan


mengarahkan siswa dan siswi melalui proses belajar mengajar di
sekolah serta berperan dalam pembentukan kepribadian setiap
siswa dan siswi.

Berikut adalah contoh pembagian tugas dan Struktur Organisasi


MAN Gegempalan Panjalu Ciamis. Disusun sedemikian rupa
berdasarkan tujuan organisasi (kelembagaan) yang berfokus pada misi
dan visi sekolah dalam rangka mencapai tujuan pendidikan nasional.
Kepala Sekolah: bertugas memimpin dan mengkoordinasikan semua
pelaksanaan rencana kerja harian, mingguan, bulanan catur wulan dan
tahunan. Mengadakan hubungan dan kerjasama dengan pejabat-
pejabat resmi setempat dalam usaha pembinaan sekolah. Wakil
Kepala Sekolah Bidang Kurikulum, bertugas membuat perencanaan
dan mengkoordinasikan pembagian tugas guru-guru per catur wulan,
merekap daya serap dan target pencapaian kurikulum per catur wulan
dan per tahun pelajaran, serta segala kegiatan yang berhubungan
dengan urusan kurikulum dan pengajaran bidang intra-kurikuler. Wakil
Kepala sekolah Bidang Kesiswaan, bertugas membuat perencanaan
penerimaan siswa baru kelas I, mutasi siswa kelas II dan III dan
pendaftaran ulang siswa. Membina dan membimbing OSIS
(Organisasi Siswa Intra Sekolah) dan mengkoordinasikan semua yang
berkaitan dengan kegiatan siswa di bidang ekstra-kurikuler. Wakil
Kepala Sekolah Bidang Sarana dan Prasarana Pendidikan, bertugas
mengkoordinasikan segala kegiatan yang berkaitan dengan
pengadaan, pemeliharaan dan penghapusan barang-barang
inventaris/non inventaris baik fisik maupun non-fisik milik sekolah.
Kepala Tata Usaha, bertugas mengkoordinasikan seluruh kegiatan
yang berkaitan dengan administrasi sekolah, meliputi penyusunan
program tahunan, kepegawaian, keuangan, pelaporan, inventaris dan
kesiswaan.

STKIP Muhammadiyah Pringsewu Lampung Buku Ajar Profesi Kependidikan 49


Simpulan
Organisasi pendidikan adalah sistem yang bergerak dan berperan
dalam merumuskan tujuan pendewasaan manusia sebagai mahluk
sosial agar mampu berinteraksi dengan lingkungan. Dengan begitu
disana kita bisa belajar bagaimana cara menyikapi diri kita ketika
berhadapan dengan suatu masalah sehingga kita bisa
menyelesaikannya. Dengan pendewasaan maka kita dapat menyikapi
masalah kita dengan baik dan kita juga mampu berinteraksi sebagai
mana peran kita didalam suatu lingkungan. Begitu pula dengan
struktur organisasi pendidikan. Struktur organisasi pendidikan adalah
struktur yang mendasari keputusan para Pembina atau Pendiri sekolah
untuk mengawali suatu proses perencanaan sekolah yang strategis.
Struktur oganisasi juga tidak lepas dengan wewenang dan tanggung
jawab.
Wewenang yaitu hak untuk memerintah orang lain untuk
melalukan atau tidak melakukan sesuatu agar tujuan dapat tercapai.
Sedangkan tanggung jawab yaitu permintaan pertanggung jawaban
atas pemenuhan tanggung jawab yang dilimpahkan kepadanya.
Pertanggung jawaban sendiri memiliki arti sebagai penjumlahan
kegiatan yang telah dilakukan karena pendiskripsian wewenang.
Selain itu ada juda pendekatan-pendekatannya. Yaitu, Peningkatan
Mutu Pendidikan dan perencanaan pembangunan. Dengan demikian
organisasi pendidikan dapat tercapai.
Usaha pengorganisasian sekolah adalah sebagai usaha untuk
meningkatkan efisiensi dan efektivitas kerja bermuara pada
produktivitas kerja yang terarah pada tujuan institusional masing-
masing. Sekolah sebagai organisasi kerja yang didalamnya
bekerjasama sejumlah personal sangat tergantung pada manuasia
yang menjadi penggeraknya. Sebuah sekolah harus diorganisasi
sebagai lembaga pendidikan untuk mencapai tujauan institusional
tersebut. Untuk itu pengorganisasian sebuah sekolah harus difokuskan
pada usaha mengarahkan semua kemampuan, untuk membantu
perkembangan potensi yang dimiliki anak-anak secara maksimal, agar
berguna bagi dirinya sendiri dan masyarakatnya.

DAFTAR PUSTAKA

Aditya Media.Nawawi, Hadari. (1989). Organisasi Kelas sebagai


Lembaga Pendidikan. Jakarta: Haji Masagung.

STKIP Muhammadiyah Pringsewu Lampung Buku Ajar Profesi Kependidikan 50


Marlina. (2010). Struktur Organisasi. [online] tersedia. 25 April 2011.

Pmancoffeemix. (2010). Kurikulum Organisasi pendidikan. [online]


tersedia. 25 April 2011.

Direktorat Tenaga Kependidikan. (2008). Pendidikan dan Pelatihan


Pengorganisasian Sekolah. [online] tersedia. 25 April 2011.

STKIP Muhammadiyah Pringsewu Lampung Buku Ajar Profesi Kependidikan 51


KONSEP PROFESI KEPENDIDIKAN

PENDAHULUAN

Dikalangan profesi-profesi yang ada, terdapat kesepakatan


tentang pengertian profesi, yaitu profesi menunjuk pada suatu
pekerjaan atau jabatan yang menuntut keahlian, tanggung jawab, dan
kesetian terhadap profesi. Namun, ketika dilacak secara mendalam
apa dibalik batasan itu, banyak perbedaan ditemukan. Seluk beluk
profesi tidaklah sederhana,bahkan mulai konsep dasar tentang profesi
terdapat perbedaan mendasar. Misalnya profesi tertentu mensyaratkan
anggotanya layak disebut profesional manakala pendidikannya sarjan
keatas, dalam profesi lain hal ini tidak penting.
Dalam percakapan sehari-hari sering terdengar istilah profesi atau
profesional. Seseorang mengatakan bahwa profesinya sebagai
seorang dokter;yang lain mengatakan bahwa profesinya sebagai
arsitek, atau ada pula sebagai pengacara, guru, penyanyi, penari,
tukang koran, dan sebagainya. Para staf dan kariawan instansi militer
dan pemerintahan juga tidak henti-hentinya menyatakan akan
meningkatkan keprofesionalannya. Ini berarti bahwa jabatan mereka
adalah suatu profesi juga.
Kalau diamati dengan cermat macam-macam profesi yang
disebutkan tersebut, belum dapat dilihat dengan jelas apa yang
merupakan kriteria bagi suatu pekerjaan sehingga dapat disebut suatu
profesi itu. Kelihatannya, kriterianya dapat bergerak dari segi
pendidikan formal yang diperlukan bagi seseorang untuk mendapatkan
suatu profesi, sampai pada suatu kemampuan yang dituntut seseorang
dalam melakukan tugasnya. Dokter dan arsitek harus melalui
pendidikan tinggi yang cukup lama, dan menjalankan pelatihan berupa
pemagangan, yang juga tidak memakan waktu yang tidak sedikit
sebelum mereka diijinkan memangku jabatannya. Setelah itu, mereka
juga dituntut untuk selalu meningkatkan pengetahuan dan ketrampilan
mereka dengan tujuan meningkatkan kualitas layanannya kepada
khalayak.
Sementara itu untuk menjadi pedagang atau petinju mungkin
tidak diperlukan pendidikan tinggi, malah pendidikan khusus sebelum
memangku jabatan itupun tidak perlu, meskipun latihan, baik sebelum
atau setelah menduduki jabatan itu, tentu saja sangat diperlukan.
Oleh karena itu, agar tidak menimbulkan kerancuan dalam

STKIP Muhammadiyah Pringsewu Lampung Buku Ajar Profesi Kependidikan 52


pembicaraan selanjutnya kita harus memperjelas pengertian profesi
itu.
Setelah mahasiswa mempelajari bab ini diharapkan mahasiswa
mengetahui tentang:
1. Konsep profesi kependidikan;
2. Pengertian dan syarat-syarat profesi;
3. Kode etik profesi kependidikan dan organisasi profesional
kependidikan.

PEMBAHASAN

A. KONSEP PROFESI KEPENDIDIKAN

Pendidikan adalah investasi Sumber Daya Manusia (SDM) jangka


panjang. Oleh Sebab itu, tidak heran apabila suatu Negara
menempatkan Pendidikan sebagai variable utama dalam konteks
pembangunan bangsa dan negaranya, termasuk di Negara Indonesia.
Dalam konteks The Founding Father, tujuan kemerdekaan Indonesia
adalah ikut serta dalam mencerdaskan kehidupan bangsa sesuai isi
Pembukaan Undang-undang dasar 1945. Dengan kata lain sudah
tercipta sebuah komitmen mulia yang harus dilaksanakan Negara ini.
Dewasa ini pendidikan di Indonesia dihadapkan dengan beberapa
permasalahan. Rendahnya kualitas guru di Indonesia merupakan
rangkaian dari rantai masalah pendidikan di Indonesia yang harus
diberantas hingga ke akarnya. Hal ini berkaitan dengan peran guru
yang merupakan komponen penting dalam dunia pendidikan yang
berada di barisan terdepan.
Secara leksikal, perkatan profesi itu ternyata mengandung
berbagai makna dan pengertian. Pertama, profesi itu menunjukan dan
mengungkapkan suatu kepercayaan (to professs means to trust),
bahkan suatu keyakinan (to belief in) atas suatu kebenaran (ajaran
agama) atau kredibilitas seseorang (Hornby 1962) dalam buku Profesi
pendidikan, Udin Saifuddin, 2009). Istilah profesi dalam kehidupan
sehari-hari digunakan untuk menunjukkan tentang pekerjaan
seseorang. Seseorang yang bekerja sebagai dokter,dikatakan
profesinya sebagai dokter dan orang yang pekerjaannya mengajar di
sekolah dikatakan profesinya sebagai Guru. Bahkan ada orang yang
mengatakan bahwa profesinya sebagai tukang batu, tukang parkir,
pengamen, penyanyi, pedagang dan sebagainya.Jadi istilah profesi

STKIP Muhammadiyah Pringsewu Lampung Buku Ajar Profesi Kependidikan 53


dalam konteks ini, sama artinya dengan pekerjaan atau tugas yang
dilakukan seseorang dalam kehidupannya sehari-hari.
Menurut ornstein dan levine (1984) yang dikutip oleh Firgiawianto
(2012), Soetjipto dan Raflis Kosasih (1999) bahwa suatu pekerjaan
atau jabatan dapat disebut profesi bila pekerjaan atau jabatan itu
dilakukan dengan:
1. Melayani masyarakat merupakan merupakan karier yang akan
dilaksanakan sepanjang hayat (tidak berganti-ganti pekerjaan).
2. Memerlukan bidang ilmu dan keterampilan tertentu diluar
jangkauan khalayak ramai (tidak setiap orang melakukannya).
3. Menggunakan hasil penelitian dan aplikasi dari teori praktik (teori
baru dikembangkandari hasil penelitian).
4. Memerlukan pelatihan khusus dengan waktu yang panjang.
5. Terkendali berdasarkan lisensi baku dan mempunyai persyaratan
masuk (untuk menduduki jabatan tersebut memerlukan izin
tertentuatau ada persyaratan khusus yang ditentukan untuk dapat
mendudukinya).
6. Otonomi dalam mebuat keputusan tentang ruang lingkup kerja
tertentu (tidak diatur oleh orang lain).
7. Menerima tanggung jawab terhadap keputusan yang diambil dan
tampilan untuk kerjanya berhubungan dengan layanan yang
diberikan (langsung bertanggung jawab terhadap apa yang
diputuskannya, tidak dipindahkan keatasan instansi yang lebih
tinggi). Mempunyai sekumpulan unjuk kerja yang baku.
8. Mempunyai komitmen terhadap jabatan dan klien dengan
penekanan terhadap layanan yang akan diberikan.
9. Menggunakan administrator untuk memudahkan profesi, relatif
bebas dari supervise dalam jabatan (misalnya dokter memakai
tenaga administrasi untuk mendata klien, sementara tidak ada
supervise dari luar terhadap pekerjaan dokter sendiri).
10. Mempunyai organisasi yang diatur oleh anggota profesi sendiri.
11. Mempunyai asosiasi profesi dan atau kelompok “elit”.
12. Mempunyai kadar kepercayaan yang tinggi dari publik.
13. Mempunyai status sosial dan ekonomi yang tinggi.
Pengertian profesi yang senada dengan pengertian tersebut,
Sanusi dkk (1991) yang dikutip oleh Firgiawianto (2012), Soetjipto dan
Raflis Kosasih (1999) mengutarakan ciri-ciri utama suatu profesi
sebagai berikut:

STKIP Muhammadiyah Pringsewu Lampung Buku Ajar Profesi Kependidikan 54


1. Suatu jabatan memiliki fungsi signifikasi sosial yang menentukan
(krusial).
2. Jabatan yang menuntut keterampilan/keahlian tertentu.
3. Keterampilan/keahlian yang dituntut jabatan itu didapat melalui
pemecahan masalah dengan menggunakan teori dan metode
ilmiah.
4. Jabatan itu berdasarkan pada batang tubuh disiplin ilmu yang jelas
sistematik dan explicit, bukan hanya sekedar pendapat khalayak
umum.
5. Jabatan itu merlukan pendidikan perguruan tinggi dengan waktu
yang cukup lama.
6. proses pendidikan untuk jabatan itu juga merupakan aplikasi dan
sosialisasi nilai-nilai profesional itu sendiri.
7. Dalam memberikan layanan kepada masyarakat anggota profesi itu
berpegang teguh pada kode etik yang diKontrol oleh organisasi
profesi.
8. Tiap anggota profesi mempunyai kebebasan dalam memberikan
judgement terhadap permasalahan profesi yang dihadapinya.
9. Dalam prakteknya melayani masyarakat, anggota profesi otonom
bebas dari campur tangan orang lain.
10. Jabatan itu mempunyai prestise yang tinggi dalam masyarakat oleh
karenanya memperoleh imbalan tinggi pula.

B. SYARAT-SYARAT PROFESI KEPENDIDIKAN


National Education Association (Sucipto dan Raflis Kosasih
(1999) menyusun sejumlah syarat atau kriteria yang mesti ada dalam
jabatan guru, yaitu:
1. Jabatan yang melibatkan kegiatan intelektual. Jelas sekali bahwa
jabatan Guru memenuhi kriteria ini, karena mengajar melibatkan
upaya – upaya yang sifatnya didominasi oleh kegiatan intelektual.
2. Jabatan yang menggeluti suatu batang tubuh ilmu yang khusus.
Semua jabatan mempunyai monopoli pengetahuan yang
memisahkan anggota mereka dari orang awam. Anggota-anggota
suatu profesi menguasai bidang ilmu yang membangun keahlian
mereka dan melindungi masyarakat dari penyalahgunaan, amatiran
yang tidak terdidik, dan kelompok tertentu yang mencari
keuntungan. Terdapat berbagai pendapat tentang apakah mengajar
memenuhi persyaratan ini. Mereka yang bergerak dibidang

STKIP Muhammadiyah Pringsewu Lampung Buku Ajar Profesi Kependidikan 55


pendidikan menyatakan bahwa mengajar telah mengembangkan
secara jelas bidang khusus yang sangat penting dalam
mempersiapkan guru yang berwenang. Sebaliknya, ada yang
berpendapat bahwa mengajar belum mempunyai batang tubuh ilmu
khusus yang dijabarkan secara ilmiah.
3. Jabatan yang memerlukan persiapan profesional yang lama
(bandingkan dengan pekerjaan yang memerlukan latihan umum
belaka).
4. Anggota kelompok guru dan yang berwenang didepartemen
pendidikan dan kebudayaan berpendapat bahwa persiapan
profesional yang cukup lama amat perlu untuk mendidik guru yang
berwenang.konsep ini menjelaskan keharusan memenuhi
kurikulum keguruan tinggi, yang terdiri dari pendidikan
umum,profesional, dan khusus, sekurang – kurangnya empat tahun
bagi guru pemula ( S1 di LPTK).
5. Jabatan yang memerlukan latihan dalam jabatan yang
berkesinambungan.
6. Jabatan guru cenderung menunjukan bukti yang kuat sebagai
jabatan profesional, sebab hampir setiap tahun guru melakukan
7. berbagai pelatihan profesional. Malahan pada saat sekarang
bermacam – macam pendidikan profesional tambahan diikuti guru
– guru dalam menyetarakan dirinya dengan kualifikasi yang telah
ditetapkan.
8. Jabatan yang menjanjikan karir hidup dan keanggotaan yang
permanen. Di Indonesia tidak begitu banyak guru yang pindah
kebidang lain, walaupun bukan berarti pula bahwa jabatan guru di
Indonesia mempunyaipendpatan yang tinggi. Alasannya mungkin
karena lapangan kerja dan sistem pindah jabatan yang agak sulit.
Dengan demikian kriteria ini dapat dipenuhi oleh jabatan guru di
Indonesia.
9. Jabatan yang menentukan baku (standarnya) sendiri. Karena
jabatan guru menyangkut hajat orang banyak, maka baku untuk
jabatan guru ini sering tidak diciptakan oleh anggota profesi sendiri.
Baku jabatan guru masih sangat banyak diatur oleh pihak
pemerintah, atau pihak lain yang menggunakan tenaga guru
tersebut seperti yayasan pendidikan swasta. Jadi kriteria ini belum
dapat secara keseluruhan dipenuhi oleh jabatan guru.
10. Jabatan yang lebih mementingkan layanan diatas keutungan
pribadi.

STKIP Muhammadiyah Pringsewu Lampung Buku Ajar Profesi Kependidikan 56


11. Jabatan guru telah terkenal secara universal sebagai suatu jabatan
yang anggotanya termotivasi oleh keinginan untuk membantu
orang lain, bukan disebabkan oleh keuntungan ekonomi dan
keuangan. Kebanyakan guru memilih jabatan ini berdasarkan apa
yang dianggap baik oleh mereka yakni mendapatkan kepuasan
rohaniah ketimbang kepuasan ekonomi atau lahiriah.
12. Jabatan yang mempunyai organisasi yang kuat dan terjalin rapat.
Semua profesi mempunyai organisasi profesional yang kuat untuk
dapat mewadahi tujuan bersama dan melindungi anggotanya. Di
Indonesia telah ada Persatuan Guru Republik Indonesia (PGRI)
yang merupakan wadah seluruh guru mulai dari guru TK sampai
guru sekoolah lanjutan atas, danada pula ISPI yang mewadahi
seluruh sarjana pendidikan.
Lebih khusus Sanusi dkk (1991) yang dikutip oleh Soetjipto dan
Raflis Kosasih mengajukan 6 asumsi yang melandasi perlunya
profesionalisasi dalam pendidikan, yakni sebagai berikut:
1. Subjek pendidikan adalah manusia yang memiliki kemauan,
pengetahuan, emosi, dan perasaan.
2. Tenaga semiprofesional, merupakan tenaga kependidikan yang
berkualifikasi pendidikan tenaga kependidikan D3 atau setara telah
berwenang mengajar secara mandiri tetapi masih harus melakukan
konsultasi dengan tenaga kependidikan yang lebih tinggi jenjang
profesionalnya, baik dalam hal perencanaan, pelaksanaan,
penilaian maupun pengendalian pengajaran.
3. Tenaga para profesional, merupakan tenaga kependidikan yang
berkualifikasi pendidikan tenaga kependidikan D2 kebawah, yang
memerlukan pembinaan dalam perencanaan, penilaian, dan
pengenndalian pengajaran.

C. KODE ETIK PROFESI KEPENDIDIKAN

Setiap profesi, seperti telah di bicarakan dalam bagian terdahulu,


harus mempunyai kode etik profesi. Dengan demikian ,jabatan dokter,
notaris, arsitek, guru dan lain-lain yang merupakan bidang pekerjaan
profesi mempunyai kode etika. Sama halnya dengan kata profesi
sendiri, penafsiran tentang kode etik juga belum memiliki pengertian
yang sama. Sebagai contoh, dapat dicantumkan beberapa pengertian
kode etik, antara lain sebagai berikut:

STKIP Muhammadiyah Pringsewu Lampung Buku Ajar Profesi Kependidikan 57


1. Pengertian Kode Etik Profesi

a. Menurut undang-undang nomor 8 tahun 1974 tentang Pokok-pokok


Kepegawaian, Pasal 28 undang-undang ini dengan jelas
menyatakan bahwa “Pegawai Negeri Sipil mempunyai Kode Etik
sebagai pedoman sikap, tingkah laku dan perbuatan di dalam dan
di luar kedinasan.”Dalam penjelasan undang-undang tersebut
dinyatakan bahwa dengan adanya kode Etik ini, pegawai negeri
sipil aparatur negeri, abdi negara, dan abdi masyrakat mempunyai
pedoman sikap, tingkah laku, dan perbuatan dalam melaksanakan
tugasnya dan pergaulan hidup sehari-hari. Selanjutnya dalam kode
etik pegawai negeri sipil itu digariskan pula prinsip-prinsip pokok
tentang pelaksanaan tugas dan tanggung jawab pegawai negeri.
b. Dalam pidato pembukaan Kongres PGRI XIII, Basuni sebagai
Ketua Umum PGRI menyatakan bahwa Kode Etik Guru Indonesia
merupakan landasan moral dan pedoman tingkah laku guru warga
PGRI dalam melaksanakan panggilan pengabdian nya bekerja
sebagai guru (PGRI,1973). Dari pendapat ketua umum PGRI ini
dapat di tarik kesimpulan bahwa dalam Kode Etik Guru Indonesia
terdapat dua unsur pokok yakni:1) sebagai landasan moral. 2)
sebagai pedoman tingkah laku.
Dari uraian tersebut nampak bahwa kode etik suatu profesi adalah
norma-norma yang harus diindahkan oleh setiap anggota profesi di
dalam melaksanaka tugas profesinya dan dalam hidupnya di
masyarakat. Norma-norma tersebut berisi petunjuk-petunjuk bagi para
anggota profesi tentang bagaimana mereka melaksanakan profesinya
dan larangan-larangan, yaitu ketentuan-ketentuan tentang apa yang
tidak boleh diperbuat atau dilaksanakan oleh mereka, tidak saja dalam
melaksanakan tugas profesi mereka, melainkan juga menyangkut
tingkah laku anggota profesi pada umumnya dalam pergaulan nya
sehari-hari di dalam masyarakat.

2. Tujuan Kode Etik Profesi

Menurut Hermawan(1979), tujuan umum kode etik profesi adalah:


a. Untuk menjunjung tinggi martabat profesi. Diharapkan kode etik
dapat menjaga pandangan dan kesan dari pihak luar atau
masyarakat, agar mereka tidak memandang rendah atau remeh
profesi yang bersangkutan.

STKIP Muhammadiyah Pringsewu Lampung Buku Ajar Profesi Kependidikan 58


b. Untuk menjaga dan memelihara kesejahteraan para anggotanya.
Kesejahteraan yang dimaksud meliputi kesejahteraan lahir
(material) maupaun kesejahteraan bathin (spiritual/mental).
c. Untuk meningkatkan pengabdian para anggota profesi. Hal ini
berkaitan dengan peningkatan kegiatan pengabdian profesi,
sehingga anggota profesi dapat dengan mudah mengetahui tugas
dan tanggung jawab dalam melaksanakan tugasnya.
d. Untuk meningkatkan mutu profesi. Untuk itulah kode etik memuat
norma-norma atau anjuran agar anggota profesi selalu berusaha
untuk meningkatkan mutu pengabdian para anggotanya.
e. Untuk meningkatkan mutu organisasi profesi. Setiap anggota
profesi diwajibkan secara aktif berpartisifasi dalam membina
organisasi profesi dan kegiatan-kegiatan yang direncanakan oleh
organisasi.

3. Penetapan Kode Etik

Kode etik hanya dapat ditetapkan oleh suatu organisasi profesi


yang berlakudan mengikat paraanggotanya. Penetapan kode etik
lazim dilakukan pada kongres organisasi profesi. Dengan demikian,
penetapan kode etik tidak boleh dilakukan oleh orang secara
perorangan, melainkan harus dilakukan oleh orang-orang yang diutus
atas nama anggota-anggota profesi dari oraginsasi tersebut.

4. Sanksi Pelanggaran Kode Etik

Sering juga kita jumpai,bahwa ada kalanya Negara mencampuri


urusan profesi, sehingga hal-hal yang semula hanya merupakan kode
etik dari suatu profesi tertentu dapat meningkat menjadi peraturan
hukum atau undang-undang. Apabila halnya demikian, maka aturan
yang mulanya sebagai landasan moral dan pedoman tingkah laku
meningkat menjadi aturan yang memberikan sanksi-sanksi hukum
yang sifatnya memaksa, baik berupa sanksi perdata maupun sanksi
pidana.
Pada umumnya, karena kode etik adalah landasan moral dan
merupakan pedoman sikap, tingkah laku, dan perbuatan maka sanksi
terhadap pelanggaran kode etik adalah sanksi moral. Barang siapa
melanggar kode etik akan mendapat celaan dari rekan-rekannya,
sedangkan sanksi yang dianggap terberat adalah sipelanggar

STKIP Muhammadiyah Pringsewu Lampung Buku Ajar Profesi Kependidikan 59


dikeluarkan dari organisasi profesi. Adanya kode Etik dalam suatu
organisasi profesi tertentu, menandakan bahwa organisasi profesi itu
telah mantap.

5. Kode Etik Guru Indonesia


Setiap profesi pasti mempunyai kode etik. Kode etik guru
Indonesia merupakan kumpulan nilai-nilai dan norma-norma yang
harus ditaati. Fungsi kode etik profesi kependidikan adalah serbagai
landasan moral dan pedoman tingkah laku setiap guru anggota PGRI
dalam menunaikan tugas sebagai guru, baik di dalam maupun di luar
sekolah serta dalam kehidupan sehari-hari di masyarakat. Adapun
kode etik guru Indonesia adalah :
a. Guru berbakti membimbing peserta didik untuk mrmbentuk
manusia Indonesia seutuhnya yang berjiwa Pancasila.
b. Guru memiliki dan melaksanakan kejujuran profesional.
c. Guru berusaha memperoleh informasi tentang peserta didik
sebagai bahan melakukan bimbingan dan pembinaan.
d. Guru menciptakan suasana sekolah sebaik-baiknya yang
menunjang berhasilnya proses belajar-mengajar.
e. Guru memelihara hubungan baik dengan orang tua murid dan
masyarakat sekitarnya untuk membina peran serta dan rasa
tanggung jawab bersama terhadap pendidikan.
f. Guru secara pribadi dan bersama-sama mengembangkan dan
meningkatkan mutu dan martabat profesinya.
g. Guru memelihara hubungan seprofesi, semangat kekeluargaan,
dan kesetiakawanan sosial.
h. Guru secara bersama-sama memelihara dan meningkatkan mutu
organisasi PGRI serana sarana perjuangan dan pengabdian.
i. Guru melaksanakan segala kebijakan pemerintah dalam bidang
pendidikan.

D. ORGANISASI PROFESIONAL KEGURUAN


Organisasi Profesi kependidikan adalah suatu wadah yang
memayungi guru dan menyatukan gerak langkah anggotanya
berdasarkan misi-misi yang ada di organisasi serta melindungi
masyarakat dari layanan yang tidak semestinya.

STKIP Muhammadiyah Pringsewu Lampung Buku Ajar Profesi Kependidikan 60


Jenis-jenis organisasi kependidikan antara lain :
a. Persatuan Guru Republik Indonesia (PGRI).
b. Musyawarah Guru Mata Pelajaran (MGMP); bertujuan untuk
meningkatkan mutu dan profesionalisasi dari guru dalam
kelompoknya masing-masing.
c. Ikatan Sarjana Pendidikan Indonesia (ISPI).
ISPI yang saat ini telah mempunyai divisi –divisi antara lain : Ikatan
Petugas Bimbingan Indonesia (IPBI), Himpunan Sarjana
Administrasi Pendidikan Indonesia (HISAPIN), dan lain – lain.
Hubungan formal antara organisasi – organisasi ini dengan PGRI
masih belum tampak secara nyata, sehingga belum didapatkan
kerjasama yang saling menguntungkan dalam meningkatkan mutu
anggotanya.

SIMPULAN

Profesi itu suatu pekerjaan atau jabatan seseorang. Suatu


pekerjaan dapat dikatakan sebagai sebuah profesi tentu saja memiliki
syarat –syarat tertentu misalnya saja memerlukan keahlian atau
pelatihan khusus dibidangnya. Jika seseorang telah memiliki suatu
profesi maka tentu saja memilki suatu norma – norma atau nilai – nilai
yang harus dipatuhi sebagai konsekuensi dari profesinya,inilah yang
disebut Kode Etik Profesi. Sebuah profesi yang dijalani oleh seseorang
merupakan tanggungjawab yang ada pada diri seseorang yang
memiliki kemampuan dan disiplin ilmu serta kode etik dalam
menjalankan profesinya. Sehingga seseorang yang 'professional'
dalam menjalankan profesinya, mendapatkan pengakuan yang baik
terhadap hasil dari profesinya oleh masyarakat dimana ia menjalankan
profesinya. dan juga tentunya mendapatkan lisensi atau legalitas dari
instansi yang berwenang atas profesi yang dijalaninya.
Profesi adalah suatu pekerjaan, tapi tidak semua pekerjaan adalah
profesi. Suatu profesi biasanya memiliki asosiasi profesi, kode etik,
serta proses sertifikasi dan lisensi yang khusus untuk bidang profesi
tersebut. Profesi juga merupakan suatu pekerjaan yang membutuhkan
pelajaran, pelatihan dan penguasaan terhadap suatu pengetahuan
khusus. Profesi mempunyai karakteristik sendiri yang
membedakannya dari pekerjaan lainnya. Misalnya bahwa profesi
harus memiliki keterampilan yang berdasar pada pengetahuan

STKIP Muhammadiyah Pringsewu Lampung Buku Ajar Profesi Kependidikan 61


tertentu. Profesi adalah suatu jabatan atau pekerjaan seseorang. Tapi
tidak semua pekerjaan dikatakan sebagai profesi. Profesi
membutuhkan kealian khusus atau kriteria tertentu. Misalnya seorang
dokter. Seseorang berprofesi sebagai dokter jika ia telah melakukan
pendidikan tertentu dalam jangka waktu yang cukup lama. Jika
seseorang memiliki suatu profesi maka seseorang tersebut seseorang
tersebut ditunut bertanggung jawab atas profesi yang dijalaninya
sebagai suatu konsekuensi. Suatu profesi hendaknya mempunyai
suatu organisasi dimana organisasi tersebut berfungsi untuk menaungi
para anggota profesi. Contohnya IDI( ikatan Dokter Indonesia).
Berdasarkan kajian teoreitik yang menjelaskan tentang konsep
profesi kependidikan, dapat disimpulkan bahwa Profesi merupakan
suatu jabatan atau pekerjaan dimana jabatan ini memerlukan kriteria
tertentu. Jika seseorang memiliki suatu profesi maka seseorang
tersebut seseorang tersebut ditunut bertanggung jawab atas profesi
yang dijalaninya sebagai suatu konsekuensi. Suatu profesi hendaknya
mempunyai suatu organisasi dimana organisasi tersebut berfungsi
untuk menaungi para anggota profesi. Jika sudah mempunyai
organisasi maka anggota – anggota profesi akan membuat suatu kode
etik untuk mengendalikan para anggota profesi tersebut.

DAFTAR PUSTAKA

Mamonto,Firgiawanto. (2012). Konsep Dasar Profesi Kependidikan.


(online).

http://tugas2kuliah.wordpress.com. jumat 01/3/13

Soetjipto dan Raflis Kosasi,(1999).Profesi Keguruan.Jakarta:Rineka


Cipta.

Udin Syafruddin Saud,(2009). Pengembangan Profesi Guru. Bandung:


ALFABETA

Depdikbud RI. (1976). Kurikulum Sekolah 1975, Garis-Garis Besar


Program Pengajaran. Buku III D, Pedoman Administrasi dan
Supervisi. Jakarta: Balai Pustaka.

STKIP Muhammadiyah Pringsewu Lampung Buku Ajar Profesi Kependidikan 62


Mujtahid. (2009). Pengembangan Profesi Guru. Malang: UIN-Malang
Press (Anggota IKAPI).

Saud, Udin Syaepudin. 2009. Pengembangan Profesi Guru. Cetakan


II. Bandung: CV.Alfabeta.

Soetjipto dan Raflis Kosasi. 2009. Profesi Keguruan. Cetakan IV.


Jakarta: Rineka Cipta.

Kunandar.(2007). Guru Profesional, Jakarta: Rajawali Pers,

Soetjipto dan Kosasi, Raflis. (2000). Profesi Keguruan, Jakarta: Rineka


Cipta,

Hamalik, Oemar. (2008). Pendidikan Guru Berdasarkan Pendekatan


Kompetensi. Jakarta: Bumi Aksara.

Syamsuddin, M. Abin. (1999). Pengembangan Profesi dan Kinerja


Tenaga Kependidikan. Bandung: Universitas Pendidikan
Indonesia.

Tim Pengampu. (2012). Profesi Kependidikan. Medan: Universitas


Negeri Medan.

Dekdikbud RI. (1984). Pedoman Pembinaan Guru Mata Pelajaran


Pendidikan Sejarah Perjuangan Bangsa. Jakarta: Balitbang
Dikbud.

http://beautifulindonesiaandpeace.blogspot.com/2009/01/makalah-
profesi-keguruan.html

http://iwan-rio-purba.blogspot.com/2010/11/organisasi-profesi-guru-
indonesia.html

http://www.google.co.id/2009/11/jenis-jenis-organisasi-
kependidikan.html

STKIP Muhammadiyah Pringsewu Lampung Buku Ajar Profesi Kependidikan 63


SIKAP PROFESI PENDIDIKAN

PENDAHULUAN
Profesi adalah suatu pekerjaan yang dalam melaksanakan
tugasnya memerlukan/menuntut keahlian, menggunakan teknik-teknik
ilmiah, serta dedikasi yang tinggi. Keahlian diperoleh dari lembaga
pendidikan yang khusus diperuntukkan untuk itu dengan kurikulum
yang dapat di pertanggung jawabkan. Pada dasarnya profesi guru
adalah profesi yang sedang tumbuh. Walaupun ada yang berpendapat
bahwa guru adalah jabatan semi profesional, namun sebenarnya lebih
dari itu. Hal ini dimungkinkan karena jabatan guru hanya dapat
diperoleh pada lembaga pendidikan yang lulusannya menyiapkan
tenaga guru, adanya organisasi profesi, kode etik dan ada aturan
tentang jabatan fungsional guru (SK Menpan No. 26/1989). Semakin
dituntutnya profesionalitas seorang guru, maka guru sebagai tenaga
pengajar dan pemberi informasi kepada siswanya tentu harus
mengetahui bagaimana seorang guru yang profesional itu.
Secara umum, sikap profesional seorang guru dilihat dari faktor
luar. Akan tetapi, hal tersebut belum mencerminkan seberapa baik
potensi yang dimiliki guru sebagai seorang tenaga pendidik. Menurut
PP No. 74 Tahun 2008 pasal 1.1 Tentang Guru dan UU. No. 14 Tahun
2005 pasal 1.1 Tentang Guru dan Dosen, guru adalah pendidik
profesional dengan tugas utama mendidik, mengajar, membimbing,
mengarahkan, melatih, menilai, dan mengevaluasi peserta didik pada
pendidikan anak usia dini jalar pendidikan formal, pendidikan dasar,
dan pendidikan menengah.

STKIP Muhammadiyah Pringsewu Lampung Buku Ajar Profesi Kependidikan 64


Profesional adalah pekerjaan atau kegiatan yang dilakukan oleh
seseorang dan menjadi sumber penghasilan kehidupan yang
memerlukan keahlian, kemahiran, dan kecakapan yang memenuhi
standar mutu atau norma tertentu serta memerlukan pendidikan
profesi (UU. No. 14 Tahun 2005 Tentang Guru dan Dosen pasal 1.4).
Guru sebagai pendidik professional dituntut untuk selalu menjadi
teladan bagi masyarakat di sekelilingnya. Masyarakat akan melihat
bagaimana sikap dan perbuatan guru sehari-hari, apakah memang
ada yang patut diteladani atau tidak.
Walaupun segala perilaku guru selalu diperhatikan masyarakat,
tetapi guru memiliki beberapa perilaku yang berhubungan dengan
profesinya, hal yang berhubungan dengan pola tingkah laku guru
dalam memahami, menghayati, serta mengamalkan sikap
profesionalnya, pola pikir itu membahas tentang sasaranya. Sasaran
sikap keprofesional guru ada tujuh yakni: 1. Sikap terhadap peraturan
perundang-undangan; 2. Sikap terhadap organisasi profesi; 3. Sikap
terhadap teman sejawat; 4. Sikap terhadap anak didik; 5. Sikap
terhadap tempat kerja; 6. Sikap terhadap pemimpin; 7. Sikap terhadap
pekerjaan
Guru sebagai seorang anggota organisasi, dan seseorang yang
bekerja di sekolah yang dipimpin oleh seorang pemimpin (kepala
sekolah) seorang guru harus memiliki sikap profesioanal terhadap
pemimpinya, baik pemimpin sekolah maupun pemimpin organisasi.
Dalam kerjasama dengan para pemimpinya guru di tuntut patuh dalam
melaksanakan arahan dan petunjuk yang diberikan kepada guru.

STKIP Muhammadiyah Pringsewu Lampung Buku Ajar Profesi Kependidikan 65


Setelah mempelajari bab ini diharapkan mahasiswa dapat
mengetahui tentang:
1. Informasi tentang sikap profesional guru terhadap pemimpin
2. Sikap profesional guru terhadap pemimpin.
3. Pengembangan sikap profesi
4. Bagaimanakah sikap profesi pendidikan terhadap peraturan
perundang – undangan?
5. Bagaimanakah sikap profesi pendidikan terhadap pekerjaan,
tempat kerja, teman sejawat, dan pimpinan?
6. Bagaimanakah sikap profesi pendidikan terhadap organisasi
pendidikan?

PEMBAHASAN

A. LANDASAN YURIDIS
Sikap profesional seorang guru terhadap pemimpin memiliki
landasan yuridis yakni terdapat pada kode etik guru no 9 yang
berbunyi “guru melaksanakan segala kebijakan pemerintah dalam
bidang pendidikan” dengan adanya kode etik guru tersebut guru
dituntut memiliki sekap profesional terhadap pemimpin baik pemimpin
pusat maupun pemimpin sekolah. Dalam kerjasama yang dituntut
pemimpin tersebut guru diberi tuntutan akan kepatuhan dalam
melaksanakan arahan dan petunjuk yang diberikan dalam bentuk
usaha dan kritis yang membangun demi pencapaian tujuan yang telah
digariskan bahwa sikap seorang guru terhadap pemimpin harus positif,
dalam pengertian harus kerjasama dalam mensukseskan program
yang sudah disepakati, baik disekolah maupun diluar sekolah.

STKIP Muhammadiyah Pringsewu Lampung Buku Ajar Profesi Kependidikan 66


Guru juga dituntut melaksanakan segala kebijakan pemimpin demi
tercapainya tujuan yang positif. Sebagai salah seorang anggota
organisasi, baik organisasi, baik organisasi guru maupun organisasi
yang lebih besar (Departemen Pendidikan dan Kebudayaan) guru
akan selalu berada dalam bimbingan dan pengawasan pihak atasan.
Dari organisasi guru, ada strata kepemimpinan mulai dari pengurus
cabang, daerah, sampai ke pusat. Begitu juga sebagai anggota
keluarga besar Dipdikbud, ada pembagian pengawasan mulai dari
kepala sekolah, kakandep, dan seterusnya sampai ke menteri
Pendidikan dan Kebudayaan. Sudah jelas bahwa pemimpin suatu unit
atau organisasi akan mempunyai kebijaksanaan dan arahan dalam
memimpin organissasinya, dimana tiap anggota organisasi dituntut
berusaha untuk bekerja sama dalam melaksanakan tujuan organisasi
tersebut.

B. APLIKASI SIKAP PROFESIONAL GURU TERHADAP PEMIMPIN


DALAM BENTUK CONTOH-CONTOH PERILAKU DALAM
PENDIDIKAN

Seorang guru harus mampu menerapkan sikap profesionalnya


terhadap pemimpin dalam kehidupanya sehari-hari berikut adalah
beberapa contoh-contoh penerapan sikap seorang guru terhadap
pemimpinya:

1. Contoh kepada pemimpin (kepala sekolah)


Dalam sebuah sekolah seorang kepala sekolah memiliki
beberapa program kerja yang melibatkan guru-guru sekolah tersebut.

STKIP Muhammadiyah Pringsewu Lampung Buku Ajar Profesi Kependidikan 67


Isi proker itu adalah mendidik anak supaya mahir dalam ilmu IPTEK
dan dibarengi dengan kecakapan IPTEK. Maka ketika seorang guru
memiliki sikap profesional terhadap pemimpinya, ia harus mampu
membantu dalam menjalankan program kerja kepala sekolah dan akan
memberikan saran-saran dan kritikan yang membangun sehingga
akan tercapainya tujuan dari kepala sekolah yang ingin membangun
untuk menjadi lebih baik
2. Contoh kepada pemimpin (ketua organisasi)
Organisasi disini adalah organisasi PGRI yang merupakan wadah
perkumpulan guru seleruh indonesia. Dalam organisasi yang memiliki
seorang pemimpin yang menginginkan seluruh anggotanya mampu
mencerdaskan bangsa. Seorang guru yang memiliki sikap profesional
terhadap pemimpin maka ia akan merasa tertuntut untuk memenuhi
perintah pemimpinnya, dengan memulai dengan totalitas dengan
profesinya sebagai seorang guru yang profesional dalam
menyampaikan pelajaran demi tercapainya perintah pemimpin
tersebut.
3. Contoh kepada pemimpin (pemerintah)
Dalam hal ini pemimpin yang dimaksud adalah pemimpin pusat
atau Departemen pendidikan yang di ketuai oleh Mendiknas. Masalah
yang sekarang berkembang adalah mengenai UN yang ditetapkan
menuai banyak kritikan dari banyak kalangan guru, seharusnya
sebagai guru yang memiliki sikap profesional terhadap pemimpin guru
dituntut untuk menjalankan UN sebagaimana mestinya bukan dengan
mencoreng nama baik pendidikan Indonesia dengan membuat
contekan untuk peserta didiknya.

STKIP Muhammadiyah Pringsewu Lampung Buku Ajar Profesi Kependidikan 68


C. MENGEMBANGKAN SIKAP PROFESIONAL

Untuk meningkatkan mutu, baik mutu profesional maupun mutu


layanan, guru harus meningkatkan sikap profesioalnya. Ini berarti dari
ketujuh sasaran penyikapan harus selalu dipupuk dan dikembangkan.
Pengembangan sikap profesional ini meliputi; Pengembangan sikap
selama pendidikan prajabatan, Pengembangan sikap selama dalam
jabatan.
1. Pengembangan sikap selama pendidikan prajabatan
Calon guru didik dalam berbagai pengetahuan, sikap dan
keterampilan yang diperlukan dalam pekerjaanya nanti yang
merupakan pendidikan persiapan mahasiswa untuk meniti karir dlam
bidang pendidikan dan pengajaran. Karena tugasnya yang bersifat
unik, guru selalu menjadi panutan bagi siwanya, dan bahkan bagi
masyarakat sekelilingnya. Oleh sebab itu, bagaimana guru bersikap
terhadap pekerjaan dan jabatannya selalu perhatian siswa dan
masyarakat. Pembentukan sikap yang baik tidak mungkin muncul
begitu saja, tetapi harus dibina sejak calon guru memulai pendidikan di
lembaga pendidikan guru. Berbagai usaha dan latihan, contoh-conto
dan aplikasi penerapan ilmu, keterampilan dan bahkan sikap
profesional dirancang dan dilaksanakan selama calon guru berada
dalam pendidikan prajabatan. Sering juga pembentukan sikap tertentu
terjadi sebagai hasil sampingan (by-product) dari pengetahuan yang
diperoleh calon guru. Sikap teliti dan disiplin, misalnya dapat terbentuk
sebagai hasil sampingan dari hasil belajar matematika yang benar,
karena belajar matematika selalu menuntut ketelitian dan kedisiplinan
penggunaan aturan atau prosedur yang telah ditentukan. Sementara

STKIP Muhammadiyah Pringsewu Lampung Buku Ajar Profesi Kependidikan 69


itu tentu saja pembentukan sikap dapat diberikan dengan memberikan
pengetahuan, pemahaman, dan penghayatan khusus yang
direncanakan, sebagaimana halnya mempelajari pedoman
penghayatan dan pengalaman Pancasila (P4) yang diberikan kepada
seluruh siswa sejak dari sekolah dasar sampai perguruan tinggi.
2. Pengembangan sikap selama dalam jabatan
Pengembangan sikap profesional tidak berhenti apabila calon
guru selesai mendapatkan pendidikan prajabatan. Banyak usaha yang
dapat dilakukan dalam rangka prningkatan sikap profesional keguruan
dalam masa pengabdiannya sebagai guru. Peningkatan ini dapat
dilakukan dengan car formal melalui kegiatan mengikuti penataran,
lokakarya, seminar, atau kegiata ilmiah lainnya, ataupun cara informal
melalui media massa televisi, radio, koran, dan majalah maupun
publikasi lainnya. Kegiatan ini selain dapat meningkatkan pengetahuan
dan keterampilan, sekaligus dapat juga meningkatkan sikap
profesional keguruan.

D. SIKAP PROFESI PENDIDIKAN TERHADAP PERUNDANG-


UNDANGAN

Profesi adalah suatu pekerjaan yang dalam melaksanakan


tugasnya memerlukan atau menuntut keahlian, menggunakan teknik-
teknik, serta dedikasi yang tinggi. Pendidikan adalah suatu usaha
sadar untuk menyiapkan peserta didik agar berperan aktif dan positif
dalam hidupnya sekarang dan yang akan datang. Jadi pengertian
profesi pendidikan adalah satu kegiatan atau pekerjaan sesuai
keahliannya yang diberikan atau diajarkan kepada peserta didik agar

STKIP Muhammadiyah Pringsewu Lampung Buku Ajar Profesi Kependidikan 70


bisa berperan aktif dalam hidupnya sekarang dan masa datang.
Ciri-ciri atau kriteria suatu profesi ialah adanya kode etik yang
dijadikan sebagai satu pedoman perilaku anggota berserta sanksi
yang jelas dan tegas terhadap pelanggar kode etik tersebut. Begitu
juga dengan guru. Guru memiliki kode etik karena guru merupakan
salah satu profesi yang ada di Indonesia berdasarkan UU Nomor 14
Tahun 2005 tentang Guru dan Dosen (Pasal 1) yang berbunyi: “Guru
adalah pendidikan profesional dengan tugas utama mendidik,
mengajar, membimbing, mengarahkan, melatih, menilai dan
mengevaluasi peserta didik pada jalur pendidikan formal, pada
jenjang pendidikan dasar dan pendidikan menengah”.
Dengan Kode Etik Guru Indonesia dapat menempatkan guru
sebagai profesi terhormat, mulia, dan bermartabat yang dilindungi
undang-undang. Maka dari itu perlu sikap profesional dalam setiap
sasaran. Sasaran sikap keprofesional guru yaitu: Sikap terhadap
peraturan perundang-undangan, Sikap terhadap organisasi profesi,
Sikap terhadap teman sejawat, Sikap terhadap anak didik, Sikap
terhadap tempat kerja, Sikap terhadap pemimpin, Sikap terhadap
pekerjaan. Sikap-skap tersebut harus benar-benar dipahami oleh guru
karena citra guru yang berkembang di masyarakat baik. Masyarakat
akan melihat bagaimana sikap dan perbuatan guru itu sehari-hari,
apakah memang ada yang patut ditaladani atau tidak. Bagaimana guru
meningkatkan pelayanannya, meningkatkan pengetahuannya,
memberikan arahan dan dorongan kepada anak didiknya, cara guru
berpakaian, berbicara serta bergaul baik dengan siswa, teman-

STKIP Muhammadiyah Pringsewu Lampung Buku Ajar Profesi Kependidikan 71


temannya serta anggota masyarakat, sering menjadi perhatian
masyarakat luas.
Di samping itu, bagaimana sikap guru terhadap peraturan
perundang-undangan juga menjadi perhatian masyarakat luas. Apalagi
saat ini pemerintah banyak mengeluarkan kebijaksanaan-
kebijaksanaan yang berhubungan dengan dunia pendidikan.
Kebijaksanaan tersebut menjadi peraturan perundang-undangan yang
wajib ditaati oleh guru, sebab guru merupakan unsur aparatur negara
dan abdi Negara mutlak perlu mematuhi kebijaksanaan-kebijaksanaan
pemerintah dalam bidang pendidikan,. Hal ini juga dipertegas dalam
kode etik guru butir Sembilan bahwa Guru melaksanakan segala
kebijaksanaan pemerintah dalam bidang pendidikan (PGRI, 1973).
Kode etik guru Indonesia mengatur agar guru Indonesia tetap
melaksanakan ketentuan-ketentuan yang merupakan kebijaksanaan
pemerintah dalam bidang pendidikan. Dasar ini menunjukkan bahwa
guru Indonesia harus tunduk dan taat kepada pemerintah Indonesia
dalam menjalankan tugas pengabdiannya. Di sini sikap profesional
guru dituntut karena akan dilihat oleh khalayak banyak. Sehingga guru
harus cermat dan bijak dalam menanggapi berbagai peraturan
perundang-undangan yang telah dibuat dan disahkan oleh pemerintah.
Jadi sangatlah jelas bahwa seorang guru harus menampilkan sikap
yang baik/positif terhadap peraturan perundang-undangan yang telah
dikeluarkan oleh pemerintah. (Hasan, Ani M. 2004.)

STKIP Muhammadiyah Pringsewu Lampung Buku Ajar Profesi Kependidikan 72


E. SIKAP PROFESI PENDIDIKAN
1. Pekerjaan
Profesi guru berhubungan dengan anak didik, yang secara alami
mempunyai persamaan dan perbedaan. Tugas melayani orang yang
beragam sangat memerlukan kesabaran dan ketelatenan yang tinggi,
terutama bila berhubungan dengan peserta didik yang masih kecil.
Barangkali tidak semua orang dikaruniai sifat seperti itu, namun bila
seseorang telah memilih untuk memasuki profesi guru, ia dituntut
untuk belajar dan berlaku seperti itu.

2. Tempat Kerja
Sudah menjadi pengetahuan umum bahwa suasana yang baik di
tempat kerja akan meningkatkan produktivitas. Hal ini disadari dengan
sebaik-baiknya oleh setiap guru, dan guru berkewajiban menciptakan
suasana yang demikian dalam lingkungannya. Untuk menciptakan
suasana kerja yang baik ini ada dua hal yang harus diperhatikan
yaitu: (a) guru sendiri, (b) hubungan guru dengan orang tua dan
masyarakat sekeliling. Terhadap guru sendiri dengan jelas juga
dituliskan dalam salah satu butir dari Kode Etik yang berbunyi: “Guru
menciptakan suasana sekolah sebaik-baiknya yang menunjang
berhasilnya proses belajar mengajar”. Oleh sebab itu, walaupun
dengan penyediaan alat belajar yang cukup, pengaturan organisasi
kelas yang mantap, ataupun pendekatan biaya lainnya yang
diperlukan, suasana harmonis di sekolah tidak akan terjadi bila
personil yang terlibat di dalamnya, yakni kepala sekolah, guru, staf
administrasi dan siswa, tidak menjalin hubungan yang baik di antara

STKIP Muhammadiyah Pringsewu Lampung Buku Ajar Profesi Kependidikan 73


sesamanya. Penciptaan suasana kerja menantang harus dilengkapi
dengan terjalinnya hubungan yang baik dengan orang tua dan
masyarakat di sekitarnya. Ini dimaksudkan untuk membina peran
serta dan rasa tanggung jawab bersama terhadap pendidikan.

3. Teman Sejawat
Dalam ayat 7 Kode Etik Guru disebutkan bahwa memelihara
hubungan seprofesi semangat kekeluargaan, kesetiakawanan sosial.
Ini berarti bahwa: (1) Guru hendaknya menciptakan dan memelihara
hubungan sesama guru dalam lingkungan kerjanya, dan (2) Guru
hendaknya menciptakan dan memelihara semangat kekeluargaan
dan kesetiakawanan sosial di dalam di luar lingkungan kerjanya.
Dalam hal ini Kode Etik Guru Indonesia menunjukkan kepada kita
betapa pentingnya hubungan yang harmonis perlu diciptakan dengan
mewujudkan perasaan bersaudara yang mendalam antara sesama
anggota profesi. Hubungan sesama anggota profesi dilihat dari dua
segi, yakni hubungan formal dan hubungan kekeluargaan. Hubungan
formal yaitu hubungan dalam tugas atau dalam tugas kedinasan.
Hubungan kekeluargaan adalah suatu hubungan dalam lingkungan
kerja maupun keseluruhan sebagai penunjang tercapainya
keberhasilan anggota profesi dalam membawakan.
Hubungan Guru Berdasarkan Lingkungan Kerja. Seperti
diketahui, dalam setiap sekolah terdapat seorang kepala sekolah dan
beberapa orang guru ditambah dengan beberapa orang personel
sekolah lainnya sesuai dengan kebutuhan sekolah tersebut. Berhasil
tidaknya sekolah membawa misinya akan banyak bergantung kepada

STKIP Muhammadiyah Pringsewu Lampung Buku Ajar Profesi Kependidikan 74


semua manusia yang terlibat di dalamnya. Agar setiap personel
sekolah dapat berfungsi sebagaimana mestinya, mutlak adanya
hubungan yang baik dan harmonis di antara sesama personel yaitu
hubungan baik antara kepala sekolah dengan guru, guru dengan
guru, dan kepala sekolah ataupun guru dengan semua personel
sekolah lainnya. Semua personel sekolah ini harus dapat
menciptakan hubungan baik dengan anak didik di sekolah tersebut.
Sikap profesional lain yang perlu ditumbuhkan oleh guru adalah sikap,
ingin bekerja sama, saling harga menghargai, saling pengertian, dan
rasa tanggung jawab. Jika ini sudah berkembang, akan tumbuh rasa
senasib sepenanggungan serta menyadari akan kepentingan
bersama, tidak mementingkan kepentingan diri sendiri dengan
mengorbankan kepentingan orang lain dalam suatu hubungan, wajar
jika terdapat perbedaan pikiran, sikap, watak, dan lain sebagainya.
Tetapi dengan perbdeaan itu akan menjadi indah dan lancar, karena
kita saling melengkapi. Adalah kebiasaan kita pada umumnya, untuk
bersikap kurang sungguh-sungguh dan kurang bijaksana, sehingga
hal ini menimbulkan keretakan di antara sesama kita. Hal ini tidak
boleh terjadi karena kalau diketahui oleh murid ataupun orang tua
murid, apalagi masyarakat luas, mereka akan resah dan tidak
percaya kepada sekolah.
Hubungan Guru Berdasarkan Lingkungan Keseluruhan.
Kalau kita ambil sebagai contoh profesi kedokteran, maka dalam
sumpah dokter yang diucapkan pada upacara pelantikan dokter baru,
antara lain terdapat kalimat yang menyatakan bahwa setiap dokter
akan memperlakukan teman sejawatnya sebagai saudara kandung.

STKIP Muhammadiyah Pringsewu Lampung Buku Ajar Profesi Kependidikan 75


Dengan ucapan ini para dokter menganggap profesi mereka sebagai
suatu keluarga yang harus dijunjung tinggi dan ditnuliakan.
4. Pimpinan
Sebagai salah seorang anggota organiasi, baik organisasi guru
maupun organisasi yang lebih besar (Departemen Pendidikan dan
Kebudayaan) guru akan selalu berada dalam bimbingan dan
pengawasan pihak atasan. Dari organisasi guru, ada strata
kepemimpinan mulai dari pengurus cabang, daerah, sampai pusat.
Begitu juga sebagai anggota keluarga besar Depdikbud, ada
pembagian pengawasan mulai dari kepala Sekolah, kakandep, dan
seterusnya sampai ke Menteri Pendidikan dan Kebudayaan.
(http://seldiorcc.blogspot.com/2011/09/sikap-profesi-guru-terhadap-
peraturan.html)

F. SIKAP PROFESI PENDIDIKAN TERHADAP ORGANISASI


PENDIDIKAN

Sesuai dengan hakikat profesi dan ciri-cirinya, dapatlah diterima


bahwa jabatan kependidikan atau keguruan merupakan suatu profesi.
Pekerjaan sebagai guru muncul dari kepercayaan masyarakat dan
mengabdikan diri pada masyarakat. Pekerjaan itu menuntut
keterampilan tertentu yang dipersiapkan melalui proses pendidikan
dan latihan yang relatif lama, serta dilakukan dalam lembaga tertentu
yang dapat dipertanggungjawabkan. Seperti IKIP, FKIP di pelbagai
universitas dan sekolah tinggi serta LPTK lainnya. Profesi keguruan
didukung oleh suatu disiplin ilmu, yaitu ilmu keguruan dan ilmu
pendidikan. Profesi ini juga memiliki kode etik dan organisasi

STKIP Muhammadiyah Pringsewu Lampung Buku Ajar Profesi Kependidikan 76


profesinya. Dari pekerjaan ini seroang guru memperoleh imbalan
finansial dari masyarakat sebagai konsekuensi dari layanan yang
diberikannya. Organisasi profesi kependidikan berfungsi sebagai
pemersatu seluruh anggota profesi dalam kiprahnya menjalankan
tugas keprofesiannya, dan memiliki fungsi peningkatan kemampuan
profesional profesi ini.
Macam-macam organisasi pendidikan di Indonesia, secara
kuantitas, tidak berlebihan jika banyak kalangan pendidik menyatakan
bahwa organisasi profesi kependidikan di indonesia berkembang pesat
bagaikan tumbuhan di musim penghujan. Sampai sampai ada
sebagian pengemban profesi pendidikan yang tidak tahu menahu
tentang organisasi kependidikan itu. Yang lebih dikenal kalangan
umum adalah PGRI.
Disamping PGRI yang satu-satunya organisasi yang diakui oleh
pemerinta juga terdapat organisasi lain yang disebut Musyawarah
Guru Mata Pelajaran (MGMP) yang didirikan atas anjuran Departeman
Pendidikan dan Kebudayaan. Sayangnya, organisasi ini tidak ada
kaitan yang formal dengan PGRI. Selain itu ada juga organisasi
profesional guru yang lain yaitu ikatan serjana pendidikan indonesia
(ISPI), yang sekarang suda mempunyai nanyak devisi yaitu Ikatan
Petugas Bimbingan Belajar (IPBI), Himpunan Serjana Administrasi
Pendidikan Indonesia (HSPBI), dan lain-lain, hubungannya secara
formal dengan PGRI juga belum tampak secara nyata, sehingga belum
didapatkan kerjasama yang saling menunjang dalam meningkatkan
mutu anggotanya dan tujuan peran profesi pendidikan terhadap
organisasi pendidikan sebagaimana dijelaskan dalam PP No. 38 tahun

STKIP Muhammadiyah Pringsewu Lampung Buku Ajar Profesi Kependidikan 77


1992, pasal 61, ada lima misi dan tujuan organisasi kependidikan,
yaitu: meningkatkan dan atau mengembangkan. Sedangkan visinya
secara umum ialah terwujudnya tenaga kependidikan yang
profesional.
1. Meningkatkan dan mengembangkan karier anggota
2. Meningkatkan dan mengembangkan kemampuan anggota.
3. Meningkatkan dan mengembangkan kewenangan profesional
anggota.
4. Meningkatkan dan atau mengembangkan martabat anggota.
5. Meningkatkan dan mengembangkan kesejahteraan

SIMPULAN
Sebagai salah seorang anggota organisasi, baik organisasi, baik
organisasi guru maupun organisasi yang lebih besar (Departemen
Pendidikan dan Kebudayaan) guru akan selalu berada dalam
bimbingan dan pengawasan pihak atasan. Dari organisasi guru, ada
strata kepemimpinan mulai dari pengurus cabang, daerah, sampai ke
pusat. Begitu juga sebagai anggota keluarga besar Dipdikbud, ada
pembagian pengawasan mulai dari kepala sekolah, kakandep, dan
seterusnya sampai ke menteri Pendidikan dan Kebudayaan.
Sudah jelas bahwa pemimpin suatu unit atau organisasi akan
mempunyai kebijaksanaan dan arahan dalam memimpin
organissasinya, dimana tiap anggota organisasi dituntut berusaha
untuk bekerja sama dalam melaksanakan tujuan organisasi tersebut.
Seorang guru juga harus mampu mengembangkan sikap prfesionalnya
baik itu pada masa prajabatan maupun pada masa jabatan.

STKIP Muhammadiyah Pringsewu Lampung Buku Ajar Profesi Kependidikan 78


Profesi adalah suatu pekerjaan yang dalam melaksanakan
tugasnya memerlukan atau menuntut keahlian, menggunakan teknik-
teknik, serta dedikasi yang tinggi. Pendidikan adalah suatu usaha
sadar untuk menyiapkan peserta didik agar berperan aktif dan positif
dalam hidupnya sekarang dan yang akan datang. Jadi pengertian
profesi pendidikan adalah satu kegiatan atau pekerjaan sesuai
keahliannya yang diberikan atau diajarkan kepada peserta didik agar
bisa berperan aktif dalam hidupnya sekarang dan masa datang.
Guru memiliki kode etik karena guru merupakan salah satu
profesi yang ada di Indonesia berdasarkan UU Nomor 14 Tahun 2005
tentang Guru dan Dosen (Pasal 1) yang berbunyi: “Guru adalah
pendidikan profesional dengan tugas utama mendidik, mengajar,
membimbing, mengarahkan, melatih, menilai dan mengevaluasi
peserta didik pada jalur pendidikan formal, pada jenjang
pendidikan dasar dan pendidikan menengah”.
Sasaran sikap keprofesional guru yaitu: Sikap terhadap peraturan
perundang-undangan, Sikap terhadap organisasi profesi, Sikap
terhadap teman sejawat, Sikap terhadap anak didik, Sikap terhadap
tempat kerja, Sikap terhadap pemimpin, Sikap terhadap pekerjaan.
Dan tujuan peran profesi pendidikan terhadap organisasi pendidikan
sebagaimana dijelaskan dalam PP No. 38 tahun 1992, pasal 61, ada
lima misi dan tujuan organisasi kependidikan, yaitu: meningkatkan dan
atau mengembangkan.
Sedangkan visinya secara umum ialah terwujudnya tenaga
kependidikan yang profesional. 1. Meningkatkan dan
mengembangkan karier anggota; 2. Meningkatkan dan

STKIP Muhammadiyah Pringsewu Lampung Buku Ajar Profesi Kependidikan 79


mengembangkan kemampuan anggota; 3. Meningkatkan dan
mengembangkan kewenangan profesional anggota; 4. Meningkatkan
dan atau mengembangkan martabat anggota; 5. Meningkatkan dan
mengembangkan kesejahteraan.

DAFTAR PUSTAKA
Ahmad Azhar. Sikap profesional seorang guru. yogyakarta: UII. 2011
Hasan, Ani M.2004. Profesi Keguruan. Htpp://www.Profesi-
Kependidikan.wordpress.com

http://seldiorcc.blogspot.com/2011/09/sikap-profesi-guru-terhadap-
peraturan.html

http://ifzanul.blogspot.com/2010/06/hakikat-fungsi-dan-tujuan-
organisasi.html

STKIP Muhammadiyah Pringsewu Lampung Buku Ajar Profesi Kependidikan 80


ADMINISTRASI PENDIDIKAN DALAM PROFESI KEPENDIDIKAN

A. Pengertian dan Konsep Administrasi Pendidikan


Untuk memahami peranan administrasi pendidikan dalam sistem
pendidikan nasional ,perlu dibahas:
1.Pengertian Administrasi Pendidikan
Administrasi pendidikan seringkali disalahartikan sebagai semata-
mata ketatausahaan pendidikan. Namun dari uraian berikut ini akan
diketahui bahwa pengertian admnisitrasi pendidikan sebenarnya
adalah bukan sekedar itu. Mendefinisikan administrasi pendidikan
tidak begitu mudah, karena ia menyangkut pengertian yang luas.
Culbertson (1982), mengatakan bahwa Schwab pada tahun enam
puluhan telah mendiskusikan bagaimana kompleksnya admnistrasi
pendidikan sebagai ilmu.Ia memperkirakan bahwa ada sekitar 50.000
masalah yang mungkin timbul dalam pelaksanaan administrasi
pendidikan. Angka ini ia perkirakan dari berbagai fenomena yang ada
kaitannya dengan administrasi pendidikan, seperti masyarakat,
sekolah guru, murid, orang tua, dan variabel yang berhubungan
dengan itu.
Kajian tentang administrasi pendidikan secara mendalam bukan
menjadi tujuan penulisan buku ini, karena hal itu menyangkut masalah
pembicaraan yang lebih mendalam tentang pendekatan, objek, dan
etika dalam ilmu itu. Oleh karena itu, perlu dicari upaya pemahaman
tentang pengertian administrasi pendidikan sesuai dengan maksud
penulisan buku ini. Barangkali pengertian itu akan lebih mudah
dipahami kalau kita mencoba melukiskan administrasi pendidikan dari
berbagai sudut pandang, dan mencoba memahaminya dari sudut
pandang itu.
Administrasi pendidikan mempunyai pengertian kerja sama untuk
mencapai tujuan pendidikan .Seperti kita ketahui,tujuan pendidikan itu
merentang dari tujuan yang sederhana sampai dengan tujuan yang
kompleks,tergantung lingkup dan tingkat pengertian pendidikan yang
dimaksud.Tujuan pendidikan dalam satu jam pelajaran dikelas satu
sekolah menengah pertama,misalnya,lebih mudah dirumuskan dan
dicapai dibandingkan dengan tujuan pendidikan luar sekolah untuk
orang dewasa, atau tujuan pendidikan nasional.Jika tujuan itu
kompleks, maka cara mencapai tujuan itu juga kompleks,dan
seringkali tujuan yang demikian itu tidak dapat dicapai oleh satu orang

STKIP Muhammadiyah Pringsewu Lampung Buku Ajar Profesi Kependidikan 81


saja,tetapi harus melalui kerja sama dengan orang lain,dengan segala
aspek kerumitannya.
Pada tingkat sekolah, sebagai salah satu bentuk kerja sama
dengan pendidikan misalnya ,terdapat tujuan sekolah.Untuk mencapai
tujuan pendidikan disekolah itu diperlukan kerja sama diantara semua
personel sekolah (guru,murid ,kepala sekolah,staf tata usaha),dan
orang diluar sekolah yang ada kaitannya dengan sekolah (orang
tua,kepala kantor departemen P dan K,dokter puskesmas,dan lain-
lain).Kerja sama dalam menyelenggarakan sekolah harus dibina
sehingga semua yang terlibat dalam urusan sekolah tersebut
memberikan sumbangannya secara maksimal.Kerja sama untuk
mencapai tujuan pendidikan dengan berbagai aspeknya ini dapat
dipandang sebagai administrasi pendidikan.
Admnistrasi pendidikan mengandung pengertian proses untuk
mencapai tujuan pendidikan .Proses itu dimulai dari perencanaan
,pengorganisasian,pengarahan,pemantauan,dan
penilaian.Perencanaan meliputi kegiatan menetapkan apa yang ingin
dicapai ,bagaimana mencapainya ,berapa lama,berapa orang yang
diperlukan, dan berapa banyak biayanya.Perencanaan ini dibuat
sebelum suatu tindakan dilaksanakan.
Pengorganisasian diartikan sebagai kegiatan membagi tugas-
tugas kepada orang yang terlibat dalam kerja sama pendidikan
tadi.Karena tugas-tugas ini demikian banyak dan tidak dapat
diselesaikan oleh satu orang saja,maka tugas-tugas ini dibagi untuk
dikerjakan masing-masing anggota organisasi.
Pengkoordinasian mengandung makna menjaga agar tugas-tugas
yang telah dibagi itu tidak dikerjakan menurut kehendak yang
mengerjakannya saja,tetapi menuruti aturan sehingga menyumbang
terhadap pencapaian tujuan yang telah ditetapkan atau
disepakati.Tiap-tiap orang harus mengetahui tugas masing-masing
sehingga tumpang tindih yang tidak perlu dapat dihindarkan.Di
samping itu,dalam menjalankan tugas pendidikan ,pengaturan waktu
merupakan hal penting.Ada kegiatan yang harus didahulukan,ada
yang harus dilakukan kemudian dan ada pula yang harus dikerjakan
secara berbarengan.
Pengarahan diperlukan agar kegiatan yang dilakukan bersama itu
tetap melalui jalur yang telah ditentukan,tidak terjadi penyimpangan
yang dapat menimbulkan terjadinya pemborosan .Semua orang yang
bekerja untuk mencapsi tujuan yang telah ditetapkan sebelumnya

STKIP Muhammadiyah Pringsewu Lampung Buku Ajar Profesi Kependidikan 82


,harus tetap ingat dan secara konsisten menuju tujuan itu.Kadang-
kadang karena beberapa faktor ,perumusan tujuan itu tidak jelas
,sehingga cara mencapainya pun tidak jelas.Dalam keadaan demikian
,diperlukan pula adanya pengarahan .Agar pengarahan ini sesuai
dengan apa yang telah ditetapkan,diperlukan pengarah yang
mempunyai kemampuan kepemimpinan ,yaitu kemampuan untuk
mempengaruhi orang lain agar mereka mau bekerja sebaik-baiknya
dalam mencapai tujuan bersama.
Disamping pengarahan,suatu kerja sama juga memerlukan
proses pemantauan (monitoring) ,yaitu suatu kegiatan untuk
mengumpulkan data dalam usaha mengetahui sudah sampai
seberapa jauh kegiatan pendidikan telah mencapai tujuannya, dan
kesulitan apa yang ditemui dalam pelaksananaan itu.Pemantauan
dilakukan untuk mendapatkan bukti-bukti atau data dalam menetapkan
apakah tujuan tercapai atau tidak.Dengan perkataan lain ,kegiatan
pemantauan atau monitoring adalah kegiatan untuk mengumpulkan
data tentang penyelenggaraan suatu proses pencapaian tujuan.Data
itu dipakai untuk mengidentifikasi apakah proses pencapaian tujuan
berjalan dengan baik,apakah ada penyimpangan dalam kegiatan
itu,serta kelemahan apa yang didapatkan dalam penyelenggaraan
kegiatan tersebut.
Proses kerja sama pendidikan itu akhirnya harus dinilai untuk
melihat apakah tujuan yang telah ditetapkan tercapai,dan kalau tidak
apakah hambatan-hambatannya.Penilaian ini dapat berupa penilaian
proses kegiatan atau penilaian hasil kegiatan itu.
Administrasi pendidikan dapat dilihat dengan kerangka berpikir
sistem.Sistem adalah keseluruhan yang terdiri dari bagian-bagian dan
bagian-bagian itu berinteraksi dalam suatu proses untuk mengubah
masukan menjadi keluaran.
Mutu lulusan akan sangat tergantung kepada mutu masukan
,masukan instrumental,dan proses itu sendiri.Dengan demikian
,kemampuan awal murid ,latar belakang murid,dan keadaan orang tua
murid sebagai masukan mentah.Mutu juga sangat tergantung kepada
mutu guru,mutu sarana dan prasarana,mutu dan iklim kerja sama
antara guru dengan murid ,guru dengan guru,serta guru dengan
kepala sekolah ,sebagai masukan instrumental .Kesemuanya ini
menentukan kualitas proses belajar-mengajar ,yang pada gilirannya
sangat menentukan kulaitas lulusan itu.Hal tersebut dapat diketahui
dari berbagai hasil penelitian tentang unjuk kerja sekolah dan murid.

STKIP Muhammadiyah Pringsewu Lampung Buku Ajar Profesi Kependidikan 83


Jika kita melihat administrasi pendidikan sebagai sistem,maka kita
berusaha melihat bagian-bagian sistem itu serta interaksinya satu
sama lain.Bagian-bagian itu sering juga disebut dengan komponen
.Dengan meninjau komponen-komponen tersebut serta hubungannya
satu dengan lainnya ,diharapkan kita dapata menemukan kekurangan-
kekurangannya,sehingga dapat menetapkan apa yang sebaiknya
dilakukan untuk memperbaiki komponen itu atau mengembangkannya.
Admnistrasi pendidikan juga dapat dilihat dari segi
manajemen.Jika administrasi dilihat dari sudut ini,perhatian tertuju
kepada usaha untuk melihat apakah pemanfaatan sumber-sumber
yang ada dalam mencapai tujuan pendidikan sudah mencapai sasaran
yang ditetapkan dan apakah dalam pencapaian tujuan itu tidak terjadi
pemborosan.Sumber yang dimaksud dapat sumber
manusia,uang,sarana,dan prasarana maupun waktu.
Administrasi pendidikan juga dapat dilihat dari segi
kepemimpinan.Administrasi pendidikan dilihat dari kepemimpinan
merupakan usaha untuk menjawab pertanyaan bagaiamana
kemampuan administrator pendidikan itu,apakah ia dapat
melaksanakan tut wuri handayani,ing madyo mangun karso,dan ing
ngarso sungtulodo dalam pencapaian tujuan pendidikan.Dengan
perkataan lain ,bagaimana ia menggerakkan orang lain untuk bekerja
lebih giat dengan mempengaruhi dan mengawasi ,bekerja bersama-
sama ,dan memberi contoh.Sudah barang tentu administrator yang
ingin berhasil harus memahami teori dan praktek
kepemimpinannya,serta mampu dan mau untuk melaksanakan
pengetahuan dan kemauannya itu.
Administrasi pendidikan juga dapat dilihat dari proses
pengambilan keputusan .Kita tahu bahwa melakukan kerja sama dan
memimpin kegiatan sekelompok orang bukanlah pekerjaan yang
mudah.Setiap kali,administrator dihadapkan kepada bermacam-
macam masalah,dan ia harus memecahkan masalah itu.Untuk
memecahkan masalah tersebut diperlukan kemampuan dalam
mengambil keputusan,yaitu memilih kemungkinan tindakan yang
terbaik dari sejumlah kemungkinan-kemungkinan tindakan yang dapat
dilakukAN.Setiap hari kita sebagai individu pun harus juga mengambil
keputusan ,sebab memang untuk setiap aspek kehidupan kita
dihadapkan kepada banyak pilihan ,apalagi kalau kita mempunyai
tugas menjadi guru atau memimpin organisasi.Dalam melaksanakan
tugasnya,setiap guru harus mengambil keputusan apa yang terbaik

STKIP Muhammadiyah Pringsewu Lampung Buku Ajar Profesi Kependidikan 84


bagi muridnya.Karena mengambil keputusan selalu ada risikonya
,maka guru harus mempelajari bagaimana mengambil keputusan yang
baik .Administrasi pendidikan merupakan ilmu yang dapat menuntun
pengambilan keputusan pendidikan yang baik.
Administrasi pendidikan juga dapat dilihat dari segi
komunikasi.Komunikasi dapat diartikan secara sederhana sebagai
usaha untuk membuat orang lain mengerti apa yang kita
maksudkan,dan kita juga mengerti apa yang dimaksudkan orang lain
itu.Jika dalam kerja sama pendidikan tidak ada komunikasi ,maka
orang yang bekerja sama itu saling tidak mengetahui apa yang
dikerjakan atau apa yang dimaui teman sekerjanya .Bila hal ini terjadi
sebenarnya kerja sama itu tidak ada dan oleh karena itu
administrasipun tidak ada.
Administrasi pendidikan seringkali diartikan dalam pengertian
yang sempit yaitu kegiatan ketatausahaan yang intinya adalah
kegiatan rutin catat-mencatat, mendokumentasikan kegiatan,
menyelenggarakan surat-menyurat dengan segala aspeknya, serta
mempersiapkan laporan. Pengertian yang demikian tidak terlalu salah,
karena setiap aspek kegiatan administrasi dengan pengertian diatas,
selalu memerlukan kegiatan pencatatan. Hanya yang perlu diingat,
kegiatan tata usaha itu tidak seluruhnya mencerminkan pengertian
administrasi dalam arti seperti yang diapaprkan pada butir-butir diatas.
Uraian diatas mencoba menjelaskan pengertian administrasi
pendidikan,tanpa mengemukakan definisi dengan satu pengertian
saja.Seperti telah disinggung di muka,satu definisi saja tidak dapat
menjelaskan dengan gamblang administrasi pendidikan,karena
administrasi pendidikan mempunyai banyak muka (dimensi). Perlu
pula dicatat, bahwa administrasi pendidikan dapat pula ditinjau dari
cakupannya. Ada administrasi pendidikan pada satuan pendidikan
seperti administrasi pendidikan sekolah dasar, sekolah menengah,
perguruan tinggi serta kursus-kursus.; dan ada pula administrasi
pendidikan yang dilihat dari cakupan wlayah, yaitu tingkat kecamatan,
kabupaten, provinsi dan nasional. Pusat perhatian bab ini adalah
administrasi pendidikan pada tingkat sekolah menengah.

2.Konsep Administrasi Pendidikan


a.Sistem Pendidikan Nasional
Barangkali cara yang paling baik untuk memahami sistem
pendidikan nasional adalah dengan membaca definisi sistem

STKIP Muhammadiyah Pringsewu Lampung Buku Ajar Profesi Kependidikan 85


pendidikan nasional itu dari Undang-Undang Republik Indonesia
Nomor 2 Tahun 1989 tentang Sistem Pendidikan Nasional.Supaya o
tentik dan tidak keliru, ada baiknya dikutip langsung Bab 1 Pasal 1
Ayat 3 Undang-Undang tersebut sebaga berikut: “Sistem pendidikan
nasional adalah satu keseluruhan yang terpadu dari semua satuan dan
kegiatan pendidikan yang berkaitan satu dengan lainnya untuk
mengusahakan tercapainya tujuan pendidikan nasional.”
Dalam penjelasan undang-undang tersebut,dikemukakan bahwa
sebutan sistem pendidikan nasional merupakan perluasan dari
pengertian sistem pengajaran nasional yang termaktub dalam Undang-
Undang Dasar 1945 Bab XIII Pasal 31 Ayat 2. Perluasan ini
memungkinkan Undang-Undang Nomor 2 Tahun 1989 tidak
membatasi pada pengajaran saja, melainkan meluas kepada masalah
yang berhubungan dengan pembentukan manusia indonesia.
Beberapa hal lain yang kita temukan mengenai sistem pendidikan
nasional dalam undang-undang itu adalah : (a) sistem pendidikan
nasionla merupakan alat dan sekaligus tujuan yang sangat penting
dalam mencapai cita-cita nasional; (b) sistem pendidikan nasional
dilaksanakan secara semeseta, menyeluruh dan terpadu.Ssemesta
diartikan sebagai terbuka bagi seluruh rakyat dan berlaku diseluruh
wilayah negara:menyeluruh diartikan sebagai mencakup semua jalur
,jenjang,dan jenis pendidikan naisonal itu dengan seluruh usaha
pembangunan nasional; (c) pengelolaan sistem pendidikan nasional
adalah tanggung jawab menteri P dan K (UUSPN No 2/89 Pasal 49).
Pertama,sistem pendidikan nasional mempunyai satuan dan
kegiatan.Satuan pendidikan adalaha lembaga kegiatan belajar-
mengajar yang dapat mempunyai wujud sekolah, kursus, kelompok
belajar, ataupun bentuk lain yang berlangsung dalam bangunan
tertentu atau tidak.Yang terakhir ini misalnya satuan pendidikan yang
penyelenggaraannya menggunakan sistem jarak jauh. Dengan
kegiatan pendidikan yang dimaksudkan untuk semua usaha yang
ditujukan dalam mencapai tujuan pendidikan.Kegiatan itu dapat
berlangsung dalam satuan pendidikan atau dalam unit lain yang
terkait, seperti yayasan. Dengan perkataan lain ,kegiatan yang
dimaksud merupakan kegiatan yang dilakukan oleh unsur atau
komponen sistem dalam mencapai tujuan pendidikan baik sendiri-
sendiri atau melalui interaksi dengan sesamanya .
Kedua,Sistem pendidikan nasional adalah alat dan tujuan dalam
mencapai cita-cita pendidikan nasional. Sebagai alat berarti sistem itu

STKIP Muhammadiyah Pringsewu Lampung Buku Ajar Profesi Kependidikan 86


merupakan wadah yang dialaminya terdapat kegiatan untuk mencapai
tujuan pendidikan nasional. Sebagai tujuan, sistem pendidikan
nasional memberikan rambu-rambu ke mana arah dan bagaimana
seharusnya pendidikan nasional itu dikelola.
Ketiga, sebagai suatu sistem ,pendidikan nasional harus dilihat
sebagai keseluruhan unsur atau komponen dan kegiatan pendidikan
yang ada di nusantara ini.Unsur-unsur yang membentuk sistem ini
saling berkaitan satu sama lain dan saling menunjang dalam rangka
pencapaian tujuan pendidikan nasional. Jika kita mengacu kepada
penjelasan Undang-Undang Nomor 2/1989, maka dapat kita temukan
bahwa ciri sistem pendidikan nasional itu adalah: (a) berakar kepada
kebudayaan nasional berdasarkan Pancasila dan UUD 1945, (b)
merupakan suatu kebulatan yang dikembangkan dalam usaha
mencapai tujuan nasional, (c) mencakup jalur pendidikan sekolah dan
luar sekolah, dan (d) mengatur jenjang, kurikulum, penetapan
kebijaksanaan (terpusat dan tak terpusat), tanggung jawab
penyelenggaraan pendidikan, kriteria dan kedudukan
penyelenggaraan pendidikan oleh pemerintah dan masyarakat,
kebebasan penyelenggaraan pendidikan, serta kemudahan untuk
mendapatkan pendidikan yang sesuai dengan peserta didik dan
lingkungan.
Unsur-unsur sistem pendidikan nasional menurut Undang-undang
Nomor 2/1989 itu dapat dibedakan atas:
a. Unsur I : Dasae, fungsi, dan tujuan sistem (Bab I)
b. Unsur II : Norma yang dipakai dalam sistem (Bab III, X,
XI,XII, XII, Bab XVIII, XV, Bab XIX, XX)
c. Unsur III : Jenjang pendidikan (Bab V)
d. Unsur IV : Peserta didik (Bab VI)
e. Unsur V : Tenaga kependidikan (Bab VII)
f. Unsur VI : Sumber daya pendidikan (Bab VIII)
g. Unsur VII : Kurikulum (Bab IX)
h. Unsur VII : Organisasi (Bab XIV,XV)

b.Sekolah sebagai Bagisn Sitem Pendidikan Nasional


Telah disebutkan bahwa jenjang pendidikan adalah unsur atau
komponen sistem pendidikan nasional,yaitu termasuk dalam
komponen organisasi.Jenjang pendidikan terdiri atas pendidikan
dasar,pendidikan menengah,pendidikan tinggi.Pendidikan dasar

STKIP Muhammadiyah Pringsewu Lampung Buku Ajar Profesi Kependidikan 87


merupakan pendidikan sembilan tahun,terdiri dari program pendidikan
enam tahun disekolah dasar dan program tiga tahun disekolah lanjutan
tingkat pertama.Bentuk satuan pendidikan dasar terdiri atas sekolah
dasar dan sekolah dasar luar biasa.Jika kita bebrbicara tentang
sekolah menengah,maka kita berbicara tentang dua jenjang
sekolah,karena sekolah menengah pertama berada dijenjang dasar
,sedangkan sekolah diatas sekolah menengah pertama berada pada
jenjang pendidikan menengah.Program pendidikan S1 dan LPTK
,dirancang untuk mengajar pada jenjang pendidikan
menengah,meskipun dengan kurikulum yang fleksibel (luwes) lulusan
S1 itu juga mampu mengajar pada pendidikan dasar.
Didalam peraturan pemerintah republik indonesia Nomor 29
Tahun 1990 tentang Pendidikan Menangah ,pendidikan menengah
didefinisikan sebagai pendidikan yang diselenggarakan bagi lulusan
pendidikan dasar.Pendidikan menengah mempunyai bentuk satuan
pendidikan yang terdiri atas : sekolah menengah umum,sekolah
menengah kejuruan,sekolah menengah keagaaman,sekolah
menengah kedinasan,dan sekolah menengah luar biasa.Sebagai
suatu unsur atau komponen nasional,sekolah menengah harus ikut
menyumbang terhadap tercapainya tujuan pendidikan nasional.
Berikut ini diberikan bagan yang melihat sistem pendidikan dari
unsur-unsur yang ada didalamnya .Sebagai suatu proses
sistem,pendidikan mempunyai masukan yang diolah melalui proses
tertentu untuk dijadikan keluaran.Peserta didik sebagai
masukan,diolah dalam proses pendidikan dan keluaran sebagai
lulusan.Untuk memudahkan unsur-unsur sistem pendidikan itu
didefinisikan sebagai unsur yang tercantum dalam Undang-Undang
Nomor 2 Tahun 1989.

B. Fungsi Administrasi Pendidikan


1.Tujuan Pendidikan Menengah
Tujuan institusional sekolah menengah adalah tujuan yang
dijabarkan dari tujuan pendidikan nasional .Didalam UUD Pasal 31
Ayat 2, disebutkan bahwa “Pemerintah mengusahakan dan
menyelenggarakan satu sistem pengajaran nasional, yang diatur
dengan undang-undang.”Undang-undang Republik Indonesia Nomor 2
Tahun 1989 disebutkan bahwa tujuan nasional pendidikan adalah
mencerdaskan kkehidupan bangsa dan mengembangkan manusia
Indonesia seutuhnya, yaitu manusia yang beriman dan bertakwa

STKIP Muhammadiyah Pringsewu Lampung Buku Ajar Profesi Kependidikan 88


terhadap Tuhan Yang Maha Esa dan berbudi pekerti luhur, memiliki
kepribadian yang mantap dan mandiri, serta mempunyai rasa
tanggung jawab kemasyarakatan dan kebangsaan.
Tujuan nasional tersebut kemudian dijabarkan dalam tujuan
institusional, yaitu tujuan untuk tiap jenjang pendidikan. Peraturan
Pemerintah Nomor 29 Tahun 1990 adalah peraturan yang mengatur
institusi pendidikan menengah. Dalam peraturan pemerintah tersebut
dinyatakan bahwa tujuan pendidikaan menengah adalah:
meningkatkan pengetahuan siswa untuk melanjutkan pendidikan pada
jenajang yang lebih tinggi dan untuk mengembangkan diri sejalan
dengan perkembangan ilmu pengetahuan, teknologi dan kesenian,
dan menigkatkan kemampuan siswa sebagai anggota masyarakat
dalam mengadakan hubungan timbal-balik dengan lingkungan
sosial,budaya, dan alam sekitarnya. Di dalam Pasal 3 peraturan
tersebut juga disebutkan nahwa pendidikan menengah umum
mengutamakan penyiapan siswa untuk melanjutkan pendidikan pada
jenjang pendidikan tinggi,pendidikan kejuruan mengutamakan
penyiapan siswa untuk memasuki lapangan kerja serta
mengembangkan sikap profesional, pendidikan menengah keagamaan
mengutamakan penyiapan siswa dalam penguasaan pengetahuan
khusus tentang ajaran agama yang bersangkutan, pendidikan
menengah kedinasan mengutamakan peningkatan pegawai negeri
atau calon pegawai negeri dalam pelaksanaan tugas kedinasan ,dan
pendidikan menengah luar biasa diselennggarakan khusus untuk
siswa yang menyandang kelainan fisik dan/atau mental.
Tujuan sekolah menengah merupakan bagian dari tujuan
pendidikan diatas. Didalam PPNo .29 Tahun 1990 itu, tidak kita temui
tujuan dari berbagai jenis sekolah menengah secara rinci. Namin
demikian, kita dapat menemukan contoh rincian tujuan sekolah
menengah itu didalam kurikulum sekolah menengah tahun 1975.
Sebagai contoh tujuan khusus Sma dalam kurikulum 1975
berdasarkan keputusan Menteri No.008-E/U/1975 yang untuk
keperluan pemahaman sekolah menengah,tujuan ini masih relevan
untuk kita kemukakan.
Tujuan itu khusus SMA mencakup bidang
pengetahuan,keterampilan,serta nilai dan sikap. Menurut kurikulum itu,
tujuan khusus SMA ialah agar lulusan SMA dapat memenuhi kriteria
sebagai berikut:
a. Di bidang pengetahuan:

STKIP Muhammadiyah Pringsewu Lampung Buku Ajar Profesi Kependidikan 89


1) Memiliki pengetahuan tentang agama dan atau kepercayaan
kepada Tuhan Yang Maha Esa dan atau kepercayaan kepada
Tuhan Yang Maha Esa.
2) Memiliki pengetahuan tentang dasar-dasar kenegaraan dan
pemerintahan sesuai dengan undang-undang Dasar 1945.
3) Memiliki pengetahuan yang fungsional tentang fakta dan kejadian
penting aktual,baik lokal ,regional,nasional maupun internasional.
4) Menguasai pengetahauan dasar dalam bidang matematika,ilmu
pengetahuan alam,ilmu pengetahuan sosial ,dan bahasa
(khususnya bahasa indonesia dan bahasa inggris),serta mengausai
pengetahuan lanjutan yang cukup dalam satu atau beberapa dari
bidang pengetahuan tersebut diatas.
5) Memiliki pengetahuan tentang berbagai jenis dan jenajng pekerjaan
yang ada dimasyarakat serta syarat-syaratnya.
6) Memilikipengetahuan tentang berbagai unsur kebudayaan dan
tradisi nasional.
7) Memiliki pengetahuan dasar tentang kependudukan ,kesejahteraan
keluarga,dan kesehatan.

b. Di bidang keterampilan:
2) Menguasai cara blejar yang baik.
3) Memiliki keterampilan memecahkan masalah dengan sistematik.
4) Mampu membaca/memahami isi bacaan yang agak lanjut dalam
bahasa Indonesia dan bacaan sederhana dalam bahasa inggris
yang berguna baginya.
5) Memiliki keterampilan mengadakan komunikasi sosial dengan
orang lain, lisan maupun tulisan, dan keterampilan mengekspresi
diri sendiri ,lisan maupun tertulis.
6) Memiliki keterampilan olah raga dan kebiasaan olah raga.
7) Memliki keterampilan sekurang-kurangnya dalam satu cabang
kesenian.
8) Memiliki keterampilan dalam segi kesejahteraan keluarga dan segi
kesehatan.
9) Menguasau sekurang-kurangnya satu jenis keteampilan untuk
bekerja sesua dengan minat dan kebutuhan lingkungan.

c. Di bidang nilai dan sikap:


1) Menerima dan melaksanakan Pancasila dan Undang-Undang
Dasar 1945.

STKIP Muhammadiyah Pringsewu Lampung Buku Ajar Profesi Kependidikan 90


2) Menerima dan melaksanakan ajara agama dan kepercayaan
terhadap Tuhan Yang Maha Esa yang dianutnya ,serta
menghormati ajaran agama dan kepercayaan terhadap Tuhan
Yang Maha Esa yang dianut orang lain.
3) Mencintai sesama manusia ,bangsa,dan lingkungan sekitarnya.
4) Memiliki sikap demokratis dan tenggang rasa.
5) Memiliki rasa tanggung jawab dalam pekerjaaan dan masyarakat.
6) Dapat mengpresiasikan kebudayaan dan tradisi nasional.
7) Percaya pada diri sendiri dan bersikap mahakarya.
8) Memiliki minat dan sikap positif terhadap ilmu pengetahuan.
9) Memiliki kesadaran akan displin dan patuh pada peraturan yang
berlaku bebas dan jujur.
10) Memiliki inisiatif,daya kreatif,sikap kritis,rasional dan objektif
dalam memecahkan persoalan.
11) Memiliki sikap hemat dan produktif.
12) Memiliki minat dan sikap yang postif dan konstruktif terhadap olah
raga dan uharus hidup sehat.
13) Menghargai setiap jenis pekerjaan dan prestasi kerja di masyrakat
tanpa memandang tinggi rendahnya nilai sosial/ekonomi masing-
masing jenis pekerjaaan tersebut dan berjiwa pengabdian pada
masyarakat.
14) Memiliki kesadaran menghargai waktu.
Tujuan nasional serta tujuan institusionalitu harus selalu dijadikan
pedoman sekolah dan guru dalam melaksanakan tugas-tugasnya.
Untuk guru, tujuan-tujusn tersebut perlu dijabarkan lagi ke dalam
tujuan yang lebih sempit sehingga dijadikan pedoman operasional
dalam mengajar. Berturut-turut institusional itu dijabarkan secara
hierarki menjadi tujuan: kurikuler, instruksional umum, dan
instruksional khusus.

Adapun penjelasan masing-masing tujuan itu adalah:


1) Tujuan kurikuler, yaitu tujuan suatu mata pelajaran dalam suatu
institusi ,misalnya tujuan pengajaran sejarah disekolah menengah
umum.
2) Tujuan instruksional umum, yaitu tujuan suatu pokok bahasan
tertentu suatu mata pelajaran dalam satu tingkat dan dalam suatu
jenjang institusi; misalnya tujuan pengajaran sejarah kelas dan
sekolah menengah umum.

STKIP Muhammadiyah Pringsewu Lampung Buku Ajar Profesi Kependidikan 91


3) Tujuan instruksional khusus,yaitu tujuan suatu mata pelajaran
dalam suatu periode atau unit waktu tertentu dalam suatu tingkat
pada jenjang institusi; misalnya tujuan pengajaran sejarah selama
tiga minggu masing-masing tiga jam pengajaran dikelas satu
sekolah menengah umum.

2. Proses sebagai Fungsi Administrasi Pendidikan Menengah


a. Perencanaan
Perencanaan adalah pemilihan dari sejumlah alternatif tentang
penetapan prosedur pencapaian, serta perkiraan sumber yang dapat
disediakan untuk mencapai tujuan tersebut. Yang dimaksud dengan
sumber meliputi sumber manusia, material, uang, dan waktu.Dalam
perencanaan, kita mengenal beberapa tahap, yaitu tahap : identifikasi
masalah, perumusan masalah, penetapan tujuan, identifikasi alternatif,
pemilihan alternatif dan elaborasi alternatif.
Proses perencanaan disekolah hars dilaksanakan secara
kolaboratif, artinya dengan mengikutsertakan personel sekolah dalam
semua tahap perencanaan itu. Pengikutsertaan ini akan menimbulkan
perasaan ikut memiliki yang dapat memberikan dorongan kepada guru
dan personel sekolah yang lain untuk berusaha agar rencana tersebut
berhasil. Lingkup perencanaan meliputi semua komponen administrasi
pendidikan seperti yang telah disebutkan dimuka, yaitu perencanaan
kurikulum, kemuridan, keuangan, prasarana dan sarana,
kepegawaian, layanan khusus, hubungan masyarakat, proses belajar-
mengjar, dan ketatausahaan sekolah.
Perencanaan pendidikan di pendidikan menengah dapat
dibedakan atas beberapa kategori menurut: jangkauan waktunya,
timbulnya, besarnya, pendekatan serta pelakunya.
Menurut jangkauan waktunya ,perencanaan dipendidikan
menengah dapat dibagi menjadi perencanaan jangka pendek yaitu
perencanaan yang dibuat untuk dilaksanakan dalam waktu
seminggu,sebulan sampai dua tahun; perencanaan jangka menengah
yaitu perencanaan yang dbuat untuk jangka waktu 3 sampai tujuh
tahun; dan perencanaan jangka panjang, yaitu perencanaan yang
dibuat untuk jangka waktu 8 sampai 25 tahun.P embagian waktu ini
bersifat kira-kira, dan tiap ahli dapat saja memberikan batas yang
berlainan. Jadi pemengalan waktu ini hanya merupakan ancar-ancar.
Menurut timbulnya, perencanaan dapat dibedakan atas
perencanaan yang berasal dari bawah, misalnya mulai dari guru-

STKIP Muhammadiyah Pringsewu Lampung Buku Ajar Profesi Kependidikan 92


kepala sekolah-dinas pendidikan kabupaten/kota, dinas pendidikan
provinsi, kementrian pendidikan dan kebudayaan sampai kepada guru.
Dari sudut besarannya ,perencanaan dapat dibedakan atas
perencanaan makro, yaitu perencanaan pada tingkat nasional atau
tingkat departemen; perencanaan meso, yaitu pada tingkat direktorat
jendral, direktorat atau provinsi sampai tingkat kantor departemen
kecamatan; dan perencanaan mikro, yaitu yang dilaksanakan pada
tingkat sekolahan atau kelas.
Menurut pendekatannya perencanaan dapat dibedakan menjadi
perencanaan terpadu, yaitu perencanaan yang menyatukan semua
sumber dalam rangka mencapai tujuan serta melihat penggunaan
sumber itu dalam kaitannya dengan pengelolaan sekolah secara
menyeluruh; dan perecanaan tercerai, yaitu hanya melihat sumber
secara terpisah-pisah untuk tujuan tertentu. Disamping itu,juga dapat
dibedakan antara perencanaan berdasarkan program, yaitu yang
didasarkan atas program yang dibuat secara menyeluruh
(komprehensif) dan perencanaan tambal sulam, yaitu perencanaan
yang dbuat berdasarkan kecendrungan pengalaman sebelumnya saja,
tanpa dilihat adanya kemungkinan perubahan, misalnya diperlukan
program baru atau dihapuskannya program lama. Misalnya, dalam
pengembangan kurikulum, isi kurikulum dapat dirombak dan diganti
yang baru atau hanya sekadar ditambah disana-sini pada bagian yang
dianggap kurang. Menurut pelakunya perencanaan dapat dibedakan
atas perencanaan individual, yang dilakukan guru secara sendiri-
sendiri ,perencanaan kelompok, dan perencanaan lembaga, yaitu
perencanaan yang berlaku dan dibuat oleh sekolah.

b.Pengorganisasian
Pengorganisasian di sekolah dapat didefinisikan sebagai
keseluruhan proses untuk memilih dan memilah orang-orang (guru dan
pesonel sekolah lainnya) serta mengalokasikan prasarana dan sarana
untuk menunjung tugas orang-orang itu dalam rangka mencapai tujuan
sekolah. Termasuk didalam kegiatan pengorganisasian adalah
penetapan tugas, tanggung jawab, dan wewenang orang-orang
tersebut serta mekanisme kerjanya sehingga dapat menjadi
tercapainya tujuan sekolah itu.
Ada beberapa hal pokok yang dapat dipedomani dan
diperhatikan dalam hubungannya dengan pengorganisasian ini.
Seringkali orang menamakan hal pokok tersebut sebagai prinsip

STKIP Muhammadiyah Pringsewu Lampung Buku Ajar Profesi Kependidikan 93


pengorganisasian itu adalah: organisasi itu mempunyai tujuan yang
jelas, tujuan organisasi harus dipahami oleh setiap anggota organisasi,
tujuan organisasi harus dapat diterima oleh setiap orang dalam
organisasi, adanya kesatuan arah dari berbagai bagian organisasi,
adanya kesatuan perintah, adanya keseimbangan antara wewenang
dan tanggung jawab seseorang dalam melaksanakan tugasnya,
adanya pembagian tugas yang jelas,struktur organisasi permanen,
adanya jaminan terhadap jabatan-jabatan dalam organisasi itu, adanya
balas jasa yang setimpal yang diberikan kepada setiap anggota
organisasi, dan penempatan orang yang bekerja dalam organisasi itu
hendaknya sesuai dengan kemampuannya.

c.Pengarahan
Pengarahan diartikan sebagai suatu usaha untuk menjaga agar
apa yang telah direncanakan dapat berjalan seperti yang dikehendaki.
Suharsimi Arikunto (1988) memberikan definisi pengarahan sebagai
penjelasan, petunjuk,serta pertimbangan dan bimbingan terhadap para
petugas yang terlibat, baik secara struktural maupun fungsional agar
pelaksanaan tugas dapat berjalan dengan lancar.
Kegiatan pengarahan dapat dilakukan dengan berbagai
cara,antara lain dengan: melaksanakan orientasi tentang pekerjaan
yang akan dilakukan individu atau kelompok, dan memberikan
petunjuk umum dan petunjuk khusus, baik secara lisan maupun
tertulid, secara langsung maupun tidak langsung (Suharsimi,1988).

d.Pengkoordinasian
Pengkoordinasian di sekolah diartikan sebagai usaha untuk
menyatupadukan kegiatan dari berbagai individu atau unit disekolah
agar kegiatan mereka berjalan selaras dengan anggota atau unit-unit
lainnya dalam usaha mencapai tujuan sekolah. Usaha
pengkoordinasian dapat dilakukan melalui berbagai cara seperti:
melaksanakan penjelasan singkat ,mengadakan rapat
kerja,memberikan petunjuk pelaksanaan dan petunjuk teknis,dan
memberikan balikan tentang hasil suatu kegiatan .

e.Pembiayaan
Pembiayaan sekolah adalah kegiatan mendapatkan biaya serta
mengelola anggaran pendapatan dan belanja pendidikan menengah.
Kegiatan ini dimulai dari perencanaan biaya, usaha untuk

STKIP Muhammadiyah Pringsewu Lampung Buku Ajar Profesi Kependidikan 94


mendapatkan dana yang mendukung rencana itu, penggunaan, serta
pengawasan penggunaan anggaran tersebut.

f.Penilaian
Dalam sewaktu-waktu tertentu, sekolah pada umumnya atau
anggota organisasi sekolah seperti guru,kepala sekolah, dan murid
pada khususnya harus melakukan penilaian tentang seberapa jauh
tujuan yang telah ditetapkan tercapai, serta mengetahui kekuatan dan
kelemahan program yang dilaksanakan. Secara lebih rinci maksud
penilaian adalah untuk: memperoleh dasar bagi pertimbangan apakah
pada akhir suatu periode kerja pekerjaan tersebut berhasil, menjamin
cara bekerja yang efektif dan efisien,memperoleh fakta-fakta tentang
kesukaran-kesukaran dan untuk menghindarkan situasi yanng dapat
merusak ,serta memajukan kesanggupan para guru dan orang tua
murid dalam mengembangkan organisasi sekolah. Penilaian dapat
dilakukan dengan mengadakan penelitian atau pengamatan kegiatan-
kegiatan yang dilakukan dalam lembaga pendidikan.

C.Lingkup Bidang Garapan Administrasi Pendidikan Menengah


Administrasi pendidikan menengah pada pokoknya adalah semua
bentuk usaha bersama untuk mencapai tujuan pendidikan menengah
dengan merancang, mengadakan, dan memanfaatkan sumber-sumber
(manusia, uang, peralatan, dan waktu). Tujuan pendidikan menengah
memberikan arah kegiatan serta kriteria keberhasilan kegiatan
itu.Tujuan pendidikan juga merupkan landasan kegiatan administrasi
pendidikan menengah tersebut.
Untuk memahami apa yang telah diuraikna secara lebih
baik,secara ringkas perlu ditegaskan hal-hal berikut;
1) Administrasi pendidikan menengah menengah merupakan bentuk
kerja sama personel pendidikan menengah untuk mencapai tujuan
pendidikan menengah.Tujuan umum yang akan dicapai dalam kerja
sama itu adalah membentuk kepribadian murid sesuai dengan
tujuan pendidikan nasional dan sesuai dengan tingkat
perkembangannya pada usia pendidikan menengah.Tujuan itu
dapat dijabarkan ke dalam tujuan antara, yaitu tujuan kurikuler,
tujuan instruksional umum,dan tujuan intruksional khusus.
2) Administrasi pendidikan menengah merupakan suatu proses yang
merupakan daur (siklus) penyelenggaraan pendidikan menengah,
dimulai dari perencanaan, diikuti oleh pengorganisasian,

STKIP Muhammadiyah Pringsewu Lampung Buku Ajar Profesi Kependidikan 95


pengarahan, pelaksanaan, pemantauan, dan penilaian tentang
usaha sekolah untuk mencapai tujuannya.
3) Administrasi pendidikan menengah merupakan usaha untuk
melakukan manajemen sistem pendidikan menengah.
4) Administrasi pendidikan menengah merupakan kegiatan
memimpin, mengambil keputusan ,serta komunikasi dalam
organisasi sekolah sebagai usaha untuk mencapai tujuan
pendidikan menengah itu.
Sekolah merupakan bentuk organisasi pendidikan. Seperti telah
dijelaskan, organisasi diartikan sebagai wadah dari kumpulan manusia
yang bekerja sama untuk mencapai tujuan tertentu dengan
memanfaatkan manusia itu sendiri sebagai sumber, disamping sumber
yang ada ddiluar dirinya, seperti uang, material, dan waktu. Agar kerja
sama itu berjalan dengan baik,maka perlu ada aturan. Karena orang
yang bekerja sama serta situasi kerja sama itu berbeda dari satu
tempat ke tempat lain, maka terjadi suasana yang berlainan antara
satuan kerja sama yang satu dengan yang lain. Sekolah adalah
organisasi yang diadakan untuk mencapai tujuan pendidikan. Dalam
hal pendidikan menengah, maka organisasi itu diadakan untuk
mencapai tujuan pendidkan menengah.
Bila diamati lebih lanjut ada beberapa hal penting yang menjadi
ciri organisasi sekolah, termasuk pendidikan menengah. Ciri itu
adalah:
1) Adanya interaksi antara berbagai unsur sekolah.Interaksi itu
mempunyai tujuan, pola, dan aturan. Yang dimaksud dengan
tujuan adalah sesuatu yang ingin dicapai sekolah melalui kerja
sama antar unsur itu. Misalnya, bagaimana perbaikan proses
belajar-mengajar dalam pelajaran matematika dapat diperbaiki
secara kontinu melalui kerja sama dalam kelompok guru sejenis.
Pola mengandung pengertian bentuk prilaku yang relatif
tetap,misalnya kelompok guru tersebut menetapkan untuk
mengadakan diskusi setiap dua minggu sekali.Sedangkan aturan
mempunyai arti bahwa kelompok tersebut menganut norma-norma
tertentu dalam melaksanakan interaksi itu.
2) Adanya kegiatan.Kegiatan untuk mencapai tujuan sekolah sangat
banyak. Untuk mudahnya kegiatan ini dapat ditinjau dari dua
dimensi yaitu dimensi pengajaran dan dimensi pengelolaan. Ada
kegiatan yang langsung berhubungan dengan kegiatan
pengajaran dan ada yang tidak langsung. Demikian pula,ada

STKIP Muhammadiyah Pringsewu Lampung Buku Ajar Profesi Kependidikan 96


kegiatan yang langsung berhubungan dengan kegiatan
pengelolaan dan ada yang tidak.Jika dimensi itu digabungkan kita
dapat membedakan kegiatan itu menjadi empat kategori
pokok,dan satu kategori pendukung yang merupakan titik temu
dari keempat kategori pokok tadi.

D. Peranan Guru dalam Administrasi Pendidikan


Telah disebutkan bahwa tugas utama guru yaitu mengelola
proses belajar-mengajar dalam suatu lingkungan tertentu, yaitu
sekolah. ekolah merupakan subsistem pendidikan nasional dan
disamping sekolah, sistem pendidikan nasional itu juga mempunyai
komponen-komponen lainnya. Guru harus memahami apa yang terjadi
di lingkungan kerjanya.
Disekolah guru berada dalam kegiatan administrasi sekolah.
Sekolah melaksanakan kegiatannya untuk menghasilkan lulusan yang
jumlah serta mutunya telah ditetapkan. Dalam lingkup administrasi
sekolah itu peranan guru amat penting. Dalam menetapkan
kebijaksanaan dan melaksanakan proses perencanaan,
pengorganisasian, pengarahan, pengkoordinasian, pembiayaan dan
penilaian kegiataan kurikulum,kesiswaan,sarana dan prasarana,
personalia sekolah, keuangan dan hubungan sekolah–masyarakat,
guru harus aktif memberikan sumbangan, baik pikiran maupun
tenaganya. Administrasi sekolah adalah pekerjaan yang sifatnya
kolaboratif,artinya pekerjaan yang didasarkan atas kerja sama,dan
bukan bersifat individual.Oleh karena itu,semua personel sekolah
termasuk guru harus terlibat.

DAFTAR PUSTAKA

Arikunto,Suharsimi, (1988). Organisasi dan Administrasi Pendidkan


Teknologi dan Kejuruan. Jakarta: Ditjen Dikti.

Culbertson,J.. (1982). Educational Administration and Planning at a


Crossroads in Knowledge Development.Nigeria: Unversity of
Ibadan.

Departemen Dalam Negeri,Dep.Pendidikan dan Kebudayaan,dan Dep.


Keuangan. (1983). Petunjuk Adiministrasi Program
Pengajaran.Jakarta: Depdikbud.

STKIP Muhammadiyah Pringsewu Lampung Buku Ajar Profesi Kependidikan 97


Departemen Pendidikan dan Kebudayaan RI.(1990). Peraturan
Pemerintah Republik Indonesia No.28 Tahun 1990 tentang
Pendidikan Menengah .Jakarta : Departemen Pendidikan dan
Kebudayaan

STKIP Muhammadiyah Pringsewu Lampung Buku Ajar Profesi Kependidikan 98


STANDAR NASIONAL PENDIDIKAN

PENDAHULUAN
Berdasarkan pembukaan UUD 1945 bahwa salah satu tujuan
nasional Negara Kesatuan Republik Indonesia adalah mencerdaskan
kehidupan bangsa. Hal ini diperkuat dalam UUD 1945 pasal 31 yang
intinya menjelaskan bahwa setiap warga negara Indonesia berhak
memperoleh pengajaran (pendidikan). Jadi, ini mengindikasikan
bahwa negara mempunyai kewajiban dan tanggung jawab untuk
memenuhi pendidikan tiap-tiap warga negaranya guna mewujudkan
tujuan nasional, yaitu mencerdaskan kehidupan bangsa. Pendidikan
sebagai suatu proses yang bertujuan, dikatakan berjalan baik
manakala pendidikan mampu berperan secara proporsif, konteksual
dan komprehensif dalam menjawab sekaligus memenuhi kebutuhan
masyarakat serta tuntutan perubahan dan perkembangan zaman.
Untuk mencapai hal tersebut, maka diperlukan suatu sistem/perangkat
pendidikan, baik yang bersifat lunak (software) maupun keras
(hardware). Adapun salah satu perangkat pendidikan tersebut yakni
Undang-Undang, dalam hal ini Undang-Undang Sistem Pendidikan
Nasional, yang pada proses selanjutnya memerlukan penjabaran
dalam bentuk Peraturan Pemerintah. Sebagai suatu perangkat lunak,
keberadaan UU Sisdiknas ini perlu dikaji dan dirumuskan secara
proporsional. Karena UU Sisdiknas tersebut berisikan bagaimana
tujuan, visi, misi hingga mekanisme prosedural pendidikan diatur
dengan tidak melepaskan konteks sosial-politik pada saat itu dan
masa depan. Di Indonesia UU Sisdiknas ini tertuang dalam UU Nomor.
20 tahun 2003. Untuk operasionalnya, UU No. 20 Tahun 2003 tersebut
masih memerlukan penjabaran, dan salah satu penjabarannya
tersebut tertuang dalam Peraturan Pemerintah No. 19 tahun 2005
disempurnakan kembali dalam Peraturan Pemerintah Nomor 32 tahun
2013 tentang Standar Nasional Pendidikan.
Setelah mempelajari bab ini diharapkan mahasiswa dapat
mengetahui tentang:
1. Pengertian standar nasional pendidikan;
2. Fungsi standar nasional pendidikan;
3. Tujuan standar nasional pendidikan;
4. Ruang lingkup standar nasional pendidikan.

STKIP Muhammadiyah Pringsewu Lampung Buku Ajar Profesi Kependidikan 99


PEMBAHASAN

A. PENGERTIAN STANDAR PENDIDIKAN NASIONAL


Untuk memperoleh gambaran secara jelas tentang istilah standar
nasional pendidikan, maka terlebih dahulu dikemukakan pengertiannya
secara bahasa. Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia, kata
“Standar”, diberi arti “ukuran tertentu yang dipakai sebagai patokan”.
(Tim Penyusunan Kamus, Kamus Besar Bahasa Indonesia. Jakarta:
PN. Balai Pustaka.1989. Cet. II) Nasional adalah bersifat kebangsaan,
berkenaan atau berasal dari bangsa sendiri, meliputi suatu bangsa.
(Tim Penyusunan Kamus) Ki Hajar Dewantara sang tokoh pendidikan
nasional berpendapat bahwa pendidikan yaitu usaha yang dilakukan
dengan penuh keinsyafan yang ditunjukan untuk keselamatan dan
kebahagiaan manusia. Pendidikan adalah usaha sadar dan terencana
untuk mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran agar
peserta didik secara aktif mengembangkan potensi dirinya untuk
memiliki kekuatan spiritual keagamaan, pengendalian diri, kepribadian,
kecerdasan, akhlak mulia, serta keterampilan yang diperlukan dirinya,
masyarakat, bangsa dan negara (Pasal 1 Ayat 1), dan Pendidikan
Nasional adalah pendidikan yang berdasarkan Pancasila dan Undang-
Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945 yang berakar
pada nilai-nilai agama, kebudayaan nasional Indonesia dan tanggap
terhadap tuntutan perubahan zaman (Pasal 1 Ayat 2). Jadi Standar
nasional pendidikan adalah kriteria minimal tentang sistem pendidikan
di seluruh wilayah hukum Negara Kesatuan Republik Indonesia. (PP
R.I No. 19 Tahun 2005, saat ini disempurnakan menjadi PP RI Nomor
32 tahun 2013).
Selain itu Kata pendidikan berasal dari kata didik yang mendapat
awalan pen dan ahiran an yang berati perbuatan, hal, cara, yang
berkenaan dengan mendidik, pengetahuan tentang mendidik dan
berarti pula pemeliharaan, latihan-latihan, yang meliputi lahir dan batin.
Sedang dalam pengertian yang lazim digunakan pengertian
Pendidikan adalah usaha membina dan mengembangkan pribadi
manusia baik aspek rohaniyah maupun jasmaniyah serta berlangsung
setahap demi setahap. Pendidikan dalam makna yang umum dapat
diberi arti sebagai komunikasi terorganisasi dan berkelanjutan yang
disusun untuk menumbuhkan kegiatan belajar. Sedang pendidikan
menurut undang- undang dasar Republik Indonesia nomor 20 tahun

STKIP Muhammadiyah Pringsewu Lampung Buku Ajar Profesi Kependidikan 100


2003 tentang sisitem pendidikan nasional pendidikan adalah usaha
sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan proses
pembelajaran agar peserta didik secara aktif mengembangkan potensi
dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual keagamaan, pengendalian
diri, kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia, serta keterampilan yang
diperlukan dirinya, masyarakat bangsa dan negara.
Standar menurut W.J. S. Poerwadarminta adalah ukuran, atau
sesuatu yang dipakai sebagai contoh atau dasar yang sah bagi
ukuran. Sedang arti nasional adalah kebangsaan. Adapun Standar
nasional pendidikan adalah kriteria minimal tentang sisitem pendidikan
diseluruh wilayah hukum Negara Kesatuan Republik Indonesia .jadi
standar nasional pendidikan adalah batas minimal tentang sisitem
pendidikan bagi penyelenggara pendidikan bisa melakukan suatu
proses pendidikan diseluruh wilayah hukum Negara Kesatuan
Republik Indonesia.
Dari pengertian tersebut dapat difahami bahwa sistem pendidikan
indonesia diarahkan pada tercapainya cita-cita pendidikan yang ideal
dalam rangka mewujudkan peradaban bangsa Indonesia yang
bermartabat. Sebagaimana terungkap dalam UU No.20 tahun 2003
tentang Sisdiknas pasal 4 ayat 1 yang menyebutkan, “Pendidikan
nasional bertujuan membentuk manusia yang beriman dan bertakwa
kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak dan berbudi mulia, sehat,
berilmu, cakap, serta menjadi warga negara yang demokratis dan
bertanggungjawab terhadap kesejahteraan masyarakat dan tanah air”.

B. FUNGSI STANDAR NASIONAL PENDIDIKAN

Standar Nasional Pendidikan berfungsi sebagai dasar dalam


perencanaan, pelaksanaan, dan pengawasan pendidikan dalam
rangka mewujudkan pendidikan nasional yang bermutu. Dengan
demikian, dalam pendidikan standar pendidikan ini menjadi sumber
dan acuan penyelenggaraan pendidikan untuk mewujudkan
pendidikan nasional yang bermutu. (Undang-Undang R.I Nomor 14
tahun 2005 dan Peraturan menteri Pendidikan Nasional RI Nomor 11
tahun 2011 Tentang Guru dan Dosen.Op.Cit.hal 62)

STKIP Muhammadiyah Pringsewu Lampung Buku Ajar Profesi Kependidikan 101


C. TUJUAN STANDAR NASIONAL PENDIDIKAN
Standar Nasional Pendidikan bertujuan untuk:
1. Menjamin mutu pendidikan nasional dalam rangka mencerdaskan
kehidupan bangsa dan membentuk watak serta peradaban bangsa
yang bermartabat. Dengan demikian, standar nasional pendidikan
inilah watak peradaban bangsa dibentuk. Undang-Undang R.I
Nomor 14 tahun 2005 dan Peraturan menteri Pendidikan Nasional
RI Nomor 11 tahun 2011 Tentang Guru dan Dosen.
2. Standar Nasional Pendidikan juga bertujuan untuk menjamin mutu
pendidikan nasional dalam rangka mencerdaskan kehidupan
bangsa dan membentuk watak serta peradaban bangsa yang
bermartabat.
3. Standar Nasional Pendidikan disempurnakan secara terencana,
terarah, dan berkelanjutan sesuai dengan tuntutan perubahan
kehidupan lokal, nasional, dan global. Untuk penjaminan dan
pengendalian mutu pendidikan sesuai dengan standar nasional
pendidikan dilakukan evaluasi, akreditasi dan sertifikasi.

Tujuan pendidikan diklasifikasikan menjadi empat, yaitu:


a. Tujuan Pendidikan Nasional
Dalam perspektif pendidikan nasional, tujuan pendidikan nasional
dapat dilihat secara jelas dalam Undang-Undang Nomor 20 Tahun
2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional, bahwa “ Pendidikan
nasional berfungsi mengembangkan kemampuan dan membentuk
watak serta peradaban bangsa yang bermartabat dalam rangka
mencerdaskan kehidupan bangsa, bertujuan untuk berkembangnya
potensi peserta didik agar menjadi manusia yang beriman dan
bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia, sehat,
berilmu, cakap, kreatif, mandiri, dan menjadi warga negara yang
demokratis serta bertanggung jawab”.

b. Tujuan Institusional
Tujuan institusional adalah tujuan yang harus dicapai oleh setiap
lembaga pendidikan. Dalam Permendiknas No. 22 Tahun 2007
dikemukakan bahwa tujuan pendidikan tingkat satuan pendidikan
dasar dan menengah dirumuskan sebagai berikut:

STKIP Muhammadiyah Pringsewu Lampung Buku Ajar Profesi Kependidikan 102


1) Tujuan pendidikan dasar adalah meletakkan dasar kecerdasan,
pengetahuan, kepribadian, akhlak mulia, serta keterampilan untuk
hidup mandiri dan mengikuti pendidikan lebih lanjut.
2) Tujuan pendidikan menengah adalah meningkatkan kecerdasan,
pengetahuan, kepribadian, akhlak mulia, serta keterampilan untuk
hidup mandiri dan mengikuti pendidikan lebih lanjut.
3) Tujuan pendidikan menengah kejuruan adalah meningkatkan
kecerdasan, pengetahuan, kepribadian, akhlak mulia, serta
keterampilan untuk hidup mandiri dan mengikuti pendidikan lebih
lanjut sesuai dengan kejuruannya.

c. Tujuan Kurikuler
Tujuan kurikuler adalah tujuan yang harus dicapai oleh setiap
bidang studi atau mata pelajaran.

d. Tujuan Instruksional atau Tujuan Pembelajaran


Tujuan pembelajaran yang merupakan bagian dari tujuan
kurikuler, dapat didefinisikan sebagai kemampuan yang harus dimiliki
oleh anak didik setelah mereka mempelajari bahasan tertentu dalam
bidang studi tertentu dalam satu kali pertemuan.

D. RUANG LINGKUP STANDAR NASIONAL PENDIDIKAN


Untuk mewujudkan cita-cita luhur tesebut, pemerintah
menetapkan Delapan Standar Nasional Pendidikan Indonesia yang
menjadi pedoman bagi pendidik dan tenaga kependidikan untuk
mengembangkan kemampuan dan membentuk watak serta peradaban
bangsa yang bermartabat dalam rangka mencerdaskan kehidupan
bangsa. Kedelapan lingkup standar nasional pendidikan itu meliputi
sebagai berikut:

1. Standar Kompetensi Lulusan


Standar Kompetensi Lulusan untuk satuan pendidikan dasar dan
menengah (Permendikbud No 54 tahun 2013) digunakan sebagai
pedoman penilaian dalam menentukan kelulusan peserta didik.
Standar Kompetensi Lulusan tersebut meliputi standar kompetensi
lulusan minimal satuan pendidikan dasar dan menengah, standar
kompetensi lulusan minimal kelompok mata pelajaran, dan standar
kompetensi lulusan minimal.

STKIP Muhammadiyah Pringsewu Lampung Buku Ajar Profesi Kependidikan 103


2. Standar isi
Standar isi adalah Ruang lingkup materi dan tingkat kompetensi
yang dituangkan dalam kriteria tentang kompetensi tamatan,
kompetensi bahan kajian, kompetensi mata pelajaran, dan silabus
pembelajaran yang harus dipenuhi oleh peserta didik pada jenjang
dan jenis pendidikan tertentu.(Permendiknas Nomor 22 Tahun
2006 dan Permendikbud Nomor 64 tahun 2013) tentang Standar Isi
untuk Satuan Pendidikan Dasar dan Menengah).Standar isi
mencakup lingkup materi dan tingkat kompetensi untuk mencapai
kompetensi lulusan pada jenjang dan jenis pendidikan tertentu.
Standar isi tersebut memuat kerangka dasar dan struktur kurikulum,
beban belajar, kurikulum tingkat satuan pendidikan, dan kalender
pendidikan/akademik. Dan standar isi disusun tentu saja sesuai
dengan SKL (Standar Kompetensi Kelulusan).

3. Standar Pendidik dan Tenaga Kependidikan


Standar Pendidik dan Tenaga Kependidikan adalah kriteria
pendidikan prajabatan dan kelayakan maupun mental, serta
pendidikan dalam jabatan.(Undang-Undang R.I Nomor 14 tahun
2005 dan Peraturan menteri Pendidikan Nasional RI Nomor 11
tahun 2011 Tentang Guru dan Dosen. Pendidik harus memiliki
kualifikasi akademik dan kompetensi sebagai agen pembelajaran,
sehat jasmani dan rohani, serta memiliki kemampuan untuk
mewujudkan tujuan pendidikan nasional. Kualifikasi akademik yang
dimaksudkan di atas adalah tingkat pendidikan minimal yang harus
dipenuhi oleh seorang pendidik yang dibuktikan dengan ijazah
dan/atau sertifikat keahlian yang relevan sesuai ketentuan
perundang-undangan yang berlaku. Kompetensi sebagai agen
pembelajaran pada jenjang pendidikan dasar dan menengah serta
pendidikan anak usia dini.

4.Standar proses
Standar proses adalah standar nasional pendidikan yang berkaitan
dengan pelaksanaan pembelajaran pada satu satuan pendidikan
untuk mencapai standar kompetensi lulusan. (Permendiknas
Nomor 41 Tahun 2007 dan Permendikbud Nomor 65 tahun 2013)
tentang Standar Proses untuk Satuan Pendidikan Dasar dan
Menengah. Dari pengertian tersebuts, ada beberapa hal yang perlu
di garis bawahi. Pertama, standar nasional pendidikan yang berarti

STKIP Muhammadiyah Pringsewu Lampung Buku Ajar Profesi Kependidikan 104


standar ini berlaku untuk setiap lembaga pendidikan formal pada
jenjang pendidikan tertentu dimanapun pendidikan itu berada
secara nasional. Dengan demikian seluruh sekolah seharusnya
melaksanakan proses pembelajaran seperti yang dirumuskan
dalam standar proses pendidikan ini. Kedua, standar proses
pendidikan berkaitan dengan pelaksanaan pembelajaran, yang
berarti dalam standar proses pendidikan berisi tentang bagaimana
seharusnya proses pembelajaran berlangsung. Dengan demikian,
standar proses pendidikan tersebut bisa dijadikan pedoman bagi
guru dalam pengelolahan pembelajaran. Ketiga, standar proses
pendidikan diarahkan untuk mencapai standar kompetensi
kelulusan.

5.Standar Sarana dan Prasarana


Standar sarana dan prasarana adalah standar nasional pendidikan
yang berkaitan dengan kriteria minimal tentang ruang belajar,
tempat berolahraga, tempat beribadah, perpustakaan, laboratorium,
bengkel kerja, tempat bermain, tempat berkreasi dan berekreasi
serta sumber belajar lain, yang diperlukan untuk menunjang proses
pembelajaran, termasuk penggunaan teknologi informasi dan
komunikasi. Standar sarana merupakan standar yang cukup
penting karena standar proses pendidikan hanya mungkin dapat
dilakukan manakalah ada standar sarana yang memadai.

6. Standar pembiayaan Pendidikan


Standar pembiayaan Pendidikan adalah standar yang mengatur
komponen dan besarnya biaya operasi satuan pendidikan yang
berlaku selama satu tahun. Pembiayaan pendidikan terdiri atas
biaya investasi, biaya operasi, dan biaya personal. Biaya investasi
satuan pendidikan meliputi biaya penyediaan sarana dan
prasarana, pengembangan sumberdaya manusia, dan modal kerja
tetap. Biaya personal meliputi biaya pendidikan yang harus
dikeluarkan oleh peserta didik untuk bisa mengikuti proses
pembelajaran secara teratur dan berkelanjutan. Biaya operasi
satuan pendidikan meliputi: Gaji pendidik dan tenaga kependidikan
serta segala tunjangan yang melekat pada gaji, Bahan atau
peralatan pendidikan habis pakai, dan Biaya operasi pendidikan tak
langsung berupa daya, air, jasa telekomunikasi, pemeliharaan

STKIP Muhammadiyah Pringsewu Lampung Buku Ajar Profesi Kependidikan 105


sarana dan prasarana, uang lembur, transportasi, konsumsi, pajak,
asuransi, dan lain sebagainya

7. Standar Pengelolaan Pendidikan


Standar pengelolaan Pendidikan adalah standar nasional
pendidikan yang berkaitan dengan perencanaan, pelaksanaan, dan
pengawasan kegiatan pendidikan pada tingkat satuan pendidikan,
kabupaten/kota, provinsi, atau nasional agar tercapai efisiensi dan
efektivitas penyelenggaraan pendidikan. Standar Pengelolaan
terdiri dari 3 (tiga) bagian, yakni standar pengelolaan oleh satuan
pendidikan, standar pengelolaan oleh Pemerintah Daerah dan
standar pengelolaan oleh Pemerintah. Standar pengelolaan dalah
standar nasional pendidikan yang berkaitan dngan perencanaan,
pelaksanaan, dan pengawasan kegiatan pendidikan pada tingkat
satuan pendidikan, kabupaten/kota, propinsi, atau nasional agar
tercapai efisiensi dan efektifitas penyelenggaraan pendidikan.

8. Standar penilaian pendidikan


Standar penilaian pendidikan (Permendikbud Nomor 66 tahun
2013) adalah standar nasional pendidikan yang berkaitan dengan
mekanisme, prosedur, dan instrumen penilaian hasil belajar peserta
didik. Penilaian pendidikan pada jenjang pendidikan dasar dan
menengah terdiri atas: Penilaian hasil belajar oleh pendidik,
Penilaian hasil belajar oleh satuan pendidikan, dan Penilaian hasil
belajar oleh Pemerintah. Pemerintah telah membentuk sebuah
badan yang bertugas memantau, mengembangkan dan
melaporkan tingkat Penilaian pendidikan pada jenjang pendidikan
tinggi terdiri atas: Penilaian hasil belajar oleh pendidik, dan
Penilaian hasil belajar oleh satuan pendidikan tinggi. Penilaian
pendidikan pada jenjang pendidikan tinggi sebagaimana dimaksud
di atas diatur oleh masing-masing perguruan tinggi sesuai
peraturan perundang-undangan yang berlaku. Dalam
mengoperasionalisasikan standar nasional pendidikanpencapaian
standar nasional pendidikan, badan yang dimaksud tersebut
dikenal dengan nama Badan Standar Nasional Pendidikan (BSNP).
BSNP ini memiliki beberapa wewenang guna menunjang
pelaksanaan tugasnya sebagai pemantau dan pengembang
standar nasional pendidikan, wewenang tersebut meliputi: a.
mengembangkan standar nasional pendidikan; b.

STKIP Muhammadiyah Pringsewu Lampung Buku Ajar Profesi Kependidikan 106


menyelenggarakan ujian nasional; c. memberikan rekomendasi
kepada pemerintah dan pemerintah daerah dalam penjaminan dan
pengendalian mutu pendidikan; d. merumuskan kriteria kelulusan
dari satuan pendidikan pada jenjang pendidikan dasar dan
menengah.

SIMPULAN
Kata pendidikan berasal dari kata didik yang mendapat awalan
pen dan ahiran an yang berati perbuatan, hal, cara, yang berkenaan
dengan mendidik, pengetahuan tentang mendidik dan berarti pula
pemeliharaan, latihan- latihan, yang meliputi lahir dan batin. Sedang
dalam pengertian yang lazim digunakan pengertian Pendidikan adalah
usaha membina dan mengembangkan pribadi manusia baik aspek
rohaniyah maupun jsmaniyah serta berlangsung setahap demi
setahap. Pendidikan dalam makna yang umum dapat diberi arti
sebagai komunikasi terorganisasi dan berkelanjutan yang disusun
untuk menumbuhkan kegiatan belajar. Sedang pendidikan menurut
undang- undang dasar Republik Indonesia nomor 20 tahun 2003
tentang sisitem pendidikan nasional pendidikan adalah usaha sadar
dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan proses
pembelajaran agar peserta didik secara aktif mengembangkan potensi
dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual keagamaan, pengendalian
diri, kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia, serta keterampilan yang
diperlukan dirinya, masyarakat bangsa dan negara.
Standar menurut W.J. S. Poerwadarminta adalah ukuran, atau
sesuatu yang dipakai sebagai contoh atau dasar yang sah bagi ukuran
. Sedang arti nasional adalah kebangsaan. Adapun Standar nasional
pendidikan adalah kriteria minimal tentang sisitem pendidikan
diseluruh wilayah hukum negara kesatuan republik indonesia .jadi
standar nasional pendidikan adalah batas minimal tentang sisitem
pendidikan bagi penyelenggara pendidikan bisa melakukan suatu
proses pendidikan diseluruh wilayah hukum negara kesatuan Republik
Indonesia.

DAFTAR PUSTAKA

Al-Syabani,Omar Muhammad al-Toumy. (1979). Filsafat Pendidikan


Islam. (alih bahasa: Hasan Langgulung). Jakarta: Bulan
Bintang.

STKIP Muhammadiyah Pringsewu Lampung Buku Ajar Profesi Kependidikan 107


Khairuddin dkk, (2007). Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP)
Konsep dan Implementasinya di Madrasah, Madrasah
Development Center (MDC) Pilar MEdia JATENG:
semarang,

Nata, Abuddin, (2005). Filsafat Pendidikan Islam.Jakarta: Gaya Media


Pratama.

_________. Permendiknas Nomor 22 Tahun 2006 tentang Standar Isi


untuk Satuan Pendidikan Dasar dan Menengah

_________. Permendiknas Nomor 41 Tahun 2007 tentang Standar


Proses untuk Satuan Pendidikan Dasar dan Menengah

Sanjaya, Wina. (2011). Strategi Pembelajaran Berorientasi Standar


Proses Pendidikan. Jakarta: Kencana.

Tim Penyusunan Kamus, (1989). Kamus Besar Bahasa Indonesia


(Cetakan II) Jakarta: PN. Balai Pustaka.

__________. (2013). Undang-Undang R.I. Nomor 20 Tahun 2003


tentang SISDIKNAS dan Peraturan Pemerintah R.I Tahun
2010. Bandung: Citra Umbara.

__________. (2012). Undang-Undang R.I Nomor 14 tahun 2005 dan


Peraturan menteri Pendidikan Nasional RI Nomor 11 tahun
2011 Tentang Guru dan Dosen.Bandung: Citra Umbara.

STKIP Muhammadiyah Pringsewu Lampung Buku Ajar Profesi Kependidikan 108


PROFESIONALISME GURU
(Analisis UU Nomor 14 tahun 2005
Tentang Guru dan Dosen)
PENDAHULUAN

Profesionalitas guru memang menjadi salah satu syarat utama


mewujudkan pendidikan bermutu. Dan karenanya, pemerintah telah
mengupayakan langkah-langkah strategis untuk meningkatkan
profesionalitas guru-guru di Tanah Air. Menyadari begitu pentingnya
peran guru, Presiden RI, Susilo Bambang Yudhoyono mencanangkan
guru sebagai profesi pada tanggal 2 Desember 2004. Melalui
pencanangan ini diharapkan status sosial guru akan meningkat secara
signifikan dan tidak lagi hanya dilirik oleh mereka yang kepepet
mencari kerja. Eksistensi guru tersebut dikukuhkan dalam UU No. 14
tahun 2005 tentang Guru dan Dosen (UUGD) yang ditandatangani
Presiden RI pada 30 Desember 2005.
UU guru dan dosen memang sangat dibutuhkan untuk
melengkapi Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem
Pendidikan Nasional. Pasal 39 Ayat (2) Undang-Undang Nomor 20
Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional menyatakan bahwa
pendidik merupakan tenaga profesional. Kedudukan guru dan dosen
sebagai tenaga profesional bertujuan untuk melaksanakan sistem
pendidikan nasional dan mewujudkan tujuan pendidikan nasional, yaitu
berkembangnya potensi peserta didik agar menjadi manusia yang
beriman dan bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak
mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri, serta menjadi warga
negara yang demokratis dan bertanggung jawab.
Kedudukan guru sebagai tenaga profesional berfungsi untuk
meningkatkan martabat guru serta perannya sebagai agen
pembelajaran untuk meningkatkan mutu pendidikan nasional. Sejalan
dengan fungsi tersebut, kedudukan guru sebagai tenaga profesional
bertujuan untuk melaksanakan sistem pendidikan nasional dan
mewujudkan tujuan pendidikan nasional, yakni berkembangnya
potensi peserta didik agar menjadi manusia yang beriman dan
bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia, sehat,
berilmu, cakap, kreatif, mandiri, serta menjadi warga negara yang
demokratis dan bertanggungjawab. Meskipun tujuan dari lahirnya UU

STKIP Muhammadiyah Pringsewu Lampung Buku Ajar Profesi Kependidikan 109


tersebut begitu mulIa, tetapi tidaklah luput dari beberapa
permasalahan dan kendala.
Guru profesional adalah guru yang mendapatkan sertifikat dari
pemerintah, dan berhak mendapatkan tunjangan profesi. Sementara
guru-guru yang belum mendapatkan sertifikat, seolah-olah dianggap
sebagai guru yang belum profesional. Padahal yang namanya guru,
mendapat tunjangan profesi atau tidak, tetaplah harus bekerja secara
profesional. Hal tersebut kemudian mengakibatkan terjadinya iri antar
guru yang sudah sertifikasi dan yang belum, sehingga bisa menjadi
hambatan guru dalam melaksanakan tugasnya.
Profesionalitas guru yang sudah mendapatkan sertifikat profesi itu
sendiri masih dipertanyakan banyak pihak. Sertifikat profesi seakan-
akan hanya bersifat formalitas belaka, tidak menyentuh substansinya.
Oleh sebab itu, kriteria atau ukuran yang digunakan pemerintah
sebagai syarat guru mendapatkan sertifikat profesi perlu ditinjau lebih
dalam. Berdasarkan pemaparan tersebut, selanjutnya akan dianalisis
seberapa jauh UU No. 14 Tahun 2003 tentang Guru dan Dosen
mengatur tentang profesionalisme guru untuk kemudian dikaji
kelemahan dan kelebihannya.

PEMBAHASAN
A. Latar Belakang Lahirnya UU Guru dan Dosen.

Sebagaimana diamanatkan dalam UUD 1945 Pasal 31 ayat (3)


yang berbunyi: "Pemerintah mengusahakan dan menyelenggarakan
satu sistem pendidikan nasional yang meningkatkan keimanan dan
ketakwaan serta akhlak mulia dalam rangka mencerdaskan kehidupan
bangsa," dan ayat (5) yang berbunyi: "Pemerintah memajukan ilmu
pengetahuan dan teknologi dengan menjunjung tinggi nilai-nilai agama
dan persatuan bangsa untuk kemajuan peradaban serta kesejahteraan
umat manusia.", UU Guru dan Dosen juga lahir bertujuan untuk
memperbaiki pendidikan nasional, baik secara kualitas maupun
kuantitas, agar sumber daya manusia Indonesia bisa lebih beriman,
kreatif, inovatif, produktif, serta berilmu pengetahuan luas demi
meningkatkan kesejahteraan seluruh bangsa. Perbaikan mutu
pendidikan nasional yang dimaksud meliputi: Sistem
Pendidikan Nasional, Kualifikasi serta Kompetensi Guru dan Dosen,
Standar Kurikulum yang digunakan, serta hal lainnya.

STKIP Muhammadiyah Pringsewu Lampung Buku Ajar Profesi Kependidikan 110


Dalam kaitannya dengan Guru sebagai pendidik, maka pentingnya
guru professional yang memenuhi standar kualifikasi diatur dalam
pasal 8 Undang-undang No.14 tahun 2005 tentang Guru Dan Dosen
(UUGD) yang menyebutkan bahwa Guru wajib memiliki kualifikasi
akademik, kompetensi, sertifikat pendidik, sehat jasmani dan rohani,
serta memiliki kemampuan untuk mewujudkan tujuan pendidikan
nasional. Lebih dalam lagi pada pasal 10 ayat (1) UUGD dan Pasal 28
ayat 3 PP 19 tahun 2005 tentang SNP dijelaskan bahwa kompetensi
guru yang dimaksud meliputi: Kompetensi pedagogik; Kompetensi
kepribadian; Kompetensi profesional; dan Kompetensi sosial.
Selain mengatur hal-hal penting tersebut, UUGD juga mengatur hal
lain yang tak kalah pentingnya bagi kemajuan dan kesejahteraan para
guru. Isi Pokok UUGD. UU Guru dan Dosen terdiri dari 84 pasal.
Secara garis besar, isi dari UU ini dapat dibagi dalam beberapa
bagian. Pertama, pasal-pasal yang membahas tentang penjelasan
umum (7 pasal) yang terdiri dari: (a) Ketentuan Umum; (b) Kedudukan,
Fungsi, dan Tujuan; dan (c) Prinsip Profesionalitas. Kedua, pasal-
pasal yang membahas tentang guru (37 pasal) yang terdiri dari: (a)
Kualifikasi, Kompetensi, dan Sertifikasi; (b) Hak dan Kewajiban; (c)
Wajib Kerja dan Ikatan Dinas; (d) Pengangkatan, Penempatan,
Pemindahan, dan Pemberhentian; (e) Pembinaan dan
Pengembangan; (f) Penghargaan; (g) Perlindungan; (h) Cuti; dan (h)
Organisasi Profesi. Ketiga, pasal-pasal yang membahas tentang
dosen (32 pasal) yang terdiri dari: (a) Kualifikasi, Kompetensi,
Sertifikasi, dan Jabatan Akademik; (b) Hak dan Kewajiban Dosen; (c)
Wajib Kerja Ikatan Dinas; (d) Pengangkatan, Penempatan,
Pemindahan, dan Pemberhentian; (e) Pembinaan dan
Pengembangan; (f) Penghargaan; (g) Perlindungan; dan (h) Cuti.
Keempat, pasal-pasal yang membahas tentang sanksi (3 pasal).
Kelima, bagian akhir yang terdiri dari Ketentuan Peralihan dan
Ketentuan Penutup (5 Pasal). Dari seluruh pasal tersebut di atas pada
umumnya mengacu pada penciptaan Guru dan Dosen Profesional
dengan kesejahteraan yang lebih baik tanpa melupakan hak dan
kewajibannya.

B. Guru Profesional.
Dalam Pasal 1 UU No 14 tahun 2005 tentang Guru dan Dosen
(selanjutnya disingkat UUGD) disebutkan bahwa Guru adalah pendidik
profesional dengan tugas utama mendidik, mengajar, membimbing,

STKIP Muhammadiyah Pringsewu Lampung Buku Ajar Profesi Kependidikan 111


mengarahkan, melatih, menilai, dan mengevaluasi peserta didik pada
pendidikan anak usia dini jalur pendidikan formal, pendidikan dasar,
dan pendidikan menengah. Guru profesional sebagaimana dimaksud
dalam pasal tersebut adalah pekerjaan atau kegiatan yang dilakukan
oleh seseorang dan menjadi sumber penghasilan kehidupan yang
memerlukan keahlian, kemahiran, atau kecakapan yang memenuhi
standar mutu atau norma tertentu serta memerlukan pendidikan
profesi.
Menurut Oemar Hamalik, guru profesional, harus memiliki persyaratan
yang meliputi: memiliki bakat sebagai guru, memiliki keahlian sebagai
guru, memiliki keahlian yang baik dan terintegrasi, memiliki mental
yang sehat, berbadan sehat, memiliki pengalaman dan pengetahuan
yang luas, guru adalah manusia berjiwa pancasila, dan seorang warga
negara yang baik. Apa yang disampaikan Oemar Hamalik tersebut,
tidak jauh beda dengan pasal yang tercantum dalam UUGD, pasal 8,
9, dan 10, sebagai berikut: Pasal 8: Guru wajib memiliki kualifikasi
akademik, kompetensi, sertifikat pendidik, sehat jasmani dan rohani,
serta memiliki kemampuan untuk mewujudkan tujuan pendidikan
nasional. Pasal 9: Kualifikasi akademik sebagaimana dimaksud dalam
Pasal 8 diperoleh melalui pendidikan tinggi program sarjana atau
program diploma empat. Pasal 10: (1) Kompetensi guru sebagaimana
dimaksud dalam Pasal 8 meliputi kompetensi pedagogik, kompetensi
kepribadian, kompetensi sosial, dan kompetensi profesional yang
diperoleh melalui pendidikan profesi. Kemudian dalam tugas
keprofesionalannya, guru mempunyai tugas: a. merencanakan
pembelajaran, melaksanakan proses pembelajaran yang bermutu,
serta menilai dan mengevaluasi hasil pembelajaran; b. meningkatkan
dan mengembangkan kualifikasi akademik dan kompetensi secara
berkelanjutan sejalan dengan perkembangan ilmu pengetahuan,
teknologi, dan seni; c. bertindak objektif dan tidak diskriminatif atas
dasar pertimbangan jenis kelamin, agama, suku, ras, dan kondisi fisik
tertentu, atau latar belakang keluarga, dan status sosial ekonomi
peserta didik dalam pembelajaran; d. menjunjung tinggi peraturan
perundang-undangan, hukum, dan kode etik guru, serta nilai-nilai
agama dan etika; dan e. memelihara dan memupuk persatuan dan
kesatuan bangsa.Type Guru Profesional sebagaimana digambarkan
dalam UUGD sudah baik.

STKIP Muhammadiyah Pringsewu Lampung Buku Ajar Profesi Kependidikan 112


C. Guru Profesional dalam Perspektif Islam
Guru sebagai tulang punggung pendidikan Islam memiliki
eksistensi yang sangat kuat. Dalam pendidikan Islam menurut Syekh
az-Zamuji dalam kitabnya Ta’lim Muta’lim di antara syarat seseorang
untuk dapat belajar dengan sukses adalah menghormati guru sama
seperti menghormati ilmu. Santri (siswa) tidak akan memperoleh ilmu
dan mendapat manfaatnya tanpa menghormati ilmu dan gurunya.
Demikian besar posisi dan fungsi guru sehingga menghormatinya itu
lebih baik dibandingkan sekedar mentaatinya. Menurut kitab rujukan
utama para santri ini, manusia tidak dianggap kufur karena bermaksiat.
Tetapi manusia menjadi kufur karena tidak menghormati atau
memuliakan perintah Allah. Dalam lingkungan pondok pesantren
sebagai salah satu miniatur pendidikan Islam, seorang guru tidak di
syaratkan memiliki kualifikasi pendidikan tertentu. Tidak ada catatan
sejarahnya seorang guru yang akan mengajar diminta keterangan
ijazah pendidikan tertentu. Sekalipun puluhan tahun belajar dari satu
pesantren ke pesantren yang lain, bukan ijazah yang dilihat oleh
masyarakat tapi kemampuannya (kompetensi) dalam mengamalkan
ilmu dan manfaatnya bagi masyarakat. Kompetensi amaliah ini
kemudian melahirkan stratifikasi guru agama. Bila hanya lingkup kecil
biasanya cukup disebut ustadz. Namun bila pengaruhnya sudah luas
apalagi ditambah dengan kemampuannya memimpin pesantren
dengan santri banyak, maka akan tersanding sertifikat gelar Kyai (di
Sunda ajeungan). Tidak setiap orang bisa memperoleh sertifikat ini,
karena masyarakat memberikan khusus kepada orang tertentu dengan
kriteria tertentu. Bahkan bila ada guru agama yang telah mencapai
gelar terhormat ini kemudian memiliki sifat dan sikap yang tidak sesuai
dengan kualifikasinya, maka gelar tersebut akan dicabut kembali oleh
masyarakat. Dalam perspektif Islam, seorang pendidik (guru) akan
berhasil menjalankan tugasnya apabila memiliki pikiran kreatif dan
terpadu serta mempunyai kompetensi profesional religius. Yang
dimaksud kompetensi profesional religius sebagaimana di atas adalah
kemampuan untuk menjalankan tugasnya secara profesional. Artinya,
mampu membuat keputusan keahlian atas beragamnya kasus serta
mampu mempertanggungjawabkannya berdasarkan teori dan
wawasan keahliannya dalam perspektif Islam.

STKIP Muhammadiyah Pringsewu Lampung Buku Ajar Profesi Kependidikan 113


Allah berfirman:

ً ‫سئ‬
‫ُوَل‬ َ َ‫س ْم َع َوا ْل َبص ََر َوا ْل ُفؤَا َد ُك ُّل أُولَ ِئكَ كَان‬
ْ ‫ع ْنهُ َم‬ َّ ‫ْس لَكَ ِب ِه ِع ْل ٌم ِإنَّ ال‬ ُ ‫َو ََل ت َ ْق‬
َ ‫ف َما لَي‬
Artinya:
Dan janganlah kamu mengikuti apa yang kamu tidak mengetahui
pengetahuan tentang hal itu, (karena) sesungguhnya pendengaran,
penglihatan, dan hati, semuanya itu akan di tanya. (Q.S. Al-Isra’ :
36)
Firman tersebut sudah sangat tegas menjelaskan bahwa seorang
guru mestilah memiliki kompetensi profesional sebagaimana
diamanatkan dalam UUGD. Dalam kaitan ini, al-Ghazali pernah
berkata, “Hendaklah guru mengamalkan ilmunya, jangan perkataannya
membohongi perbuatannya. Perumpamaan guru yang membimbing
murid, bagaikan ukiran dan tanah liat atau bayangan dengan tongkat.
Bagaimana mungkin tanah liat dapat terukir sendiri tanpa ada alat
untuk mengukirnya dan bagaimana mungkin bayangan akan lurus
kalau tongkatnya bengkok.” Memang, adakalanya seorang guru dalam
mengajar menemui permasalahan. Keadaan yang demikian
mengharuskan adanya suatu program yang disebut on-service
training. Kegiatan ini dapat dilakukan dengan mengadakan pertemuan
berkala dan rutin di antara para guru yang mempunyai bagian sama,
sehingga terjadi tukar pikiran di antara para guru itu dalam mencari
alternatif pemecahannya.

D. Mengukur Keprofesionalan Guru


Sebagaimana sudah disebutkan, guru profesional setidaknya harus
memenuhi empat kompetensi, yakni kompetensi akademik,
kompetensi pedagogik, kompetensi kepribadian, dan kompetensi
sosial. Untuk mengukur keempat kompetensi tersebut, pemerintah
menyelenggarakan program sertifikasi guru. Sertifikasi adalah proses
pemberian sertifikat pendidik untuk guru yang diselenggarakan oleh
perguruan tinggi yang memiliki program pengadaan tenaga
kependidikan yang terakreditasi dan ditetapkan oleh Pemerintah,
dilaksanakan secara objektif, transparan, dan akuntabel. Bagi yang
lulus sertifikasi, maka mereka mendapatkan sertifikat sebagai guru
profesional sesuai dengan mata pelajaran yang diampu. Ketentuan
lebih lanjut mengenai sertifikasi tidak disebutkan secara detail di
UUGD dan telah dibuat peraturan pemerintah yang memuat secara

STKIP Muhammadiyah Pringsewu Lampung Buku Ajar Profesi Kependidikan 114


khusus berkaitan dengan sertifikasi. Aturan tersebut adalah Peraturan
Pemerintah Nomor 74 Tahun 2008 tentang Guru dan Peraturan
Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Republik Indonesia Nomor 5
Tahun 2012 Tentang Sertifikasi Bagi Guru Dalam Jabatan. Dalam
ketentuan lanjutan itulah banyak persoalan muncul.
Kita tahu, sebelum tahun 2011, pola sertifikasi melalui portofolio,
sementara bagi yang belum lulus mengikuti pendidikan dan pelatihan
profesi guru (PLPG). Pola tersebut berubah pada tahun 2011 ini,
pemerintah mengubah kebijakannya dengan memperbanyak alokasi
PLPG, dan portofolio hanya 1%. Portofolio sendiri banyak mengalami
kendala karena banyaknya guru-guru yang disinyalir memalsukan
sertifikat-sertifikat atau penghargaan untuk mendapatkan nilai yang
baik. Sedangkan dalam PLPG, yang diujikan adalah kompetensi
pedagogik guru, sementara dua kompetensi yang lain, yakni
kepribadian dan sosial tidak jelas bagaimana cara mengukurnya.
Selain itu, syarat untuk bisa mengikuti PLPG juga patut dikritisi.
Dalam buku pedoman sertifikasi guru 2012, disebutkan bahwa syarat
untuk mengikuti sertifikasi guru adalah minimal guru sudah mengajar
sebelum UUGD ditetapkan, yakni sebelum tanggal 30 Desember 2005.
Syarat ini tentu membuat guru-guru yang baru harus menunggu
mengajukan sertifikasi. Menyerahkan pendidikan guru pada sebuah
lembaga khusus juga akan membawa akibat, pertama yang paling
mungkin adalah pergeseran makna kualitas yang hanya ditetapkan
melalui sertifikat. Kualitas guru yang paling mungkin tahu adalah
peserta didik dan lingkungan tempat guru mengajar. Hal yang sama
pula menyangkut kebutuhan guru seperti apa yang dibutuhkan hanya
lingkungan sekolah itu yang tahu. Sebaiknya upaya untuk
meningkatkan kualitas tidak saja bersandar pada lembaga pendidikan
melainkan juga menggali kritik, saran, dan pertimbangan publik.
Kebijakan pemerintah tentang rencana sertifikasi bagi guru-guru juga
melahirkan fenomena baru dalam dunia pendidikan di Indonesia.
Apalagi, guru-guru yang sampai saat ini belum menempuh pendidikan
strata satu atau guru yang sudah lama mengajar tetapi bukan berlatar
belakang pendidikan (baca: tidak memiliki akta mengajar). Para guru
yang selama ini sudah mengajar anak didiknya dengan penuh
tanggung jawab dan kecintaannya untuk mengabdikan diri dalam
lingkungan pendidikan menjadi takut kehilangan kesempatannya untuk
mengajar, hanya karena belum lulus S-1 atau tidak memiliki akta
mengajar. Mereka menjadi kalang kabut, sehingga mereka menjadi

STKIP Muhammadiyah Pringsewu Lampung Buku Ajar Profesi Kependidikan 115


latah, cepat-cepat mengikuti S-1 dan mendapatkan akta mengajar.
Rasa takut yang berlebihan mengakibatkan mereka tidak berpikir
panjang untuk mencari kejelasan tentang informasi tersebut dan
bersabar menunggu kepastian akan kebijakan tersebut. Mereka sudah
tidak memikirkan lagi tentang biaya pendidikan atau kewajiban
mengajarnya, bahkan lembaga pendidikan yang akan mereka masuki.
Yang penting bagi mereka adalah cepat-cepat menyelesaikan S-1 dan
memiliki akta mengajar, karena mereka tidak mau diberhentikan dari
pekerjaannya sebagai pengajar.

E. Penghargaan terhadap Guru Profesional


Sebagai bentuk penghargaan terhadap profesi guru, pemerintah
memberikan reward (penghargaan) berupa: a. memperoleh
penghasilan di atas kebutuhan hidup minimum dan jaminan
kesejahteraan sosial; b. mendapatkan promosi dan penghargaan
sesuai dengan tugas dan prestasi kerja; c. memperoleh perlindungan
dalam melaksanakan tugas dan hak atas kekayaan intelektual; d.
memperoleh kesempatan untuk meningkatkan kompetensi; e.
memperoleh dan memanfaatkan sarana dan prasarana pembelajaran
untuk menunjang kelancaran tugas keprofesionalan; f. memiliki
kebebasan dalam memberikan penilaian dan ikut menentukan
kelulusan, penghargaan, dan/atau sanksi kepada peserta didik sesuai
dengan kaidah pendidikan, kode etik guru, dan peraturan perundang-
undangan; g. memperoleh rasa aman dan jaminan keselamatan dalam
melaksanakan tugas; h. memiliki kebebasan untuk berserikat dalam
organisasi profesi; i. memiliki kesempatan untuk berperan dalam
penentuan kebijakan pendidikan; j. memperoleh kesempatan untuk
mengembangkan dan meningkatkan kualifikasi akademik dan
kompetensi; dan/atau k. Memperoleh pelatihan dan pengembangan.
profesi dalam bidangnya.
Tujuan diberikan reward tersebut adalah untuk meningkatkan
profesionalisme dan kesejahteraan guru. Bentuk kesejahteraan yang
sekarang dapat dinikmati guru besertifikasi adalah mendapatkan
tunjangan profesi yang besarnya satu kali gaji sesuai dengan golongan
dan masa kerja masing-masing. Tunjangan tersebut tidak hanya guru
yang berstatus PNS, tetapi juga swasta. Sedangkan guru yang belum
besertifikasi, pemerintah memberikan TPP (Tunjangan Perbaikan
Penghasilan) sebesar dua ratus lima puluh ribu rupiah perbulan.

STKIP Muhammadiyah Pringsewu Lampung Buku Ajar Profesi Kependidikan 116


Tunjangan sertifikasi yang diberikan ternyata tidak berbanding lurus
terhadap kinerja guru. Setelah diberlakukan sertifikasi sejak 2006
sampai sekarang ternyata belum memiliki pengaruh signifikan dengan
peningkatan kualitas pendidikan dan guru. Sertifikasi yang bertujuan
untuk standardisasi kualitas guru berubah menjadi ajang mendapatkan
kenaikan tunjangan semata, sekadar formalitas dengan menunjukkan
selembar portofolio yang mereka dapat dengan cara-cara instan.
Penghargaan kepada guru yang sudah sertifikasi tersebut juga
telah memicu adanya kecemburuan guru-guru yang lain.
Kecemburuan ini mengakibatkan kinerja guru-guru non-sertifikasi tidak
maksimal dalam bekerja. Semestinya tidak ada pengotak-kotakan guru
dengan cara memisah antara guru bersertifikat profesi dan guru biasa
(non-sertifikasi). Bukankah semua guru haruslah bekerja secara
profesional? Kebijakan pemerintah untuk menaikkan kesejahteraan
guru memang patut untuk dihargai, tetapi cara penanganannya masih
setengah-setengah.
Ada sebuah ungkapan menarik dari Iwan Hermawan, Sekjen
Forum Guru Independen Indonesia. Menurutnya, UUGD tidak
mencerminkan upaya untuk meningkatkan kesejahteraan. Buktinya
untuk sejahtera saja, guru harus memenuhi syarat yang ditetapkan
oleh pemerintah. Memang melalui UUGD kita berharap kesejahteraan
guru menjadi meningkat. Akan tetapi, menurut Eko Prasetyo, UUGD ini
telah terjebak dalam logika sesat tentang pembelajaran. UUGD ini
tampaknya buta secara historis kalau guru memiliki peran signifikan
dalam pembentukan kesadaran dan tradisi intelektual siswa. Fungsi
politis guru ini dikalahkan oleh keinginan negara mengatur secara
administrasi pengelolaan guru dan menumpahinya dengan
peningkatan pendapatan. Selain hal tersebut, pemberian tunjangan
profesional ini juga tidak didukung oleh anggaran dana yang
disediakan oleh pemerintah. Akibatnya, pelaksanaan sertifikasi
menyebabkan proses sertifikasi sering mengalami masalah teknis,
seperti terbatasnya dana bagi assessor atau penundaan pelaksanaan
sertifikasi, dan lain sebagainya.

PENGERTIAN GURU, DOSEN DAN GURU BESAR MENURUT


UU NO 14 TAHUN 2005 PASAL 1 (SATU)

Guru adalah pendidik profesional dengan tugas utama mendidik,


mengajar, membimbing, mengarahkan, melatih, menilai, dan

STKIP Muhammadiyah Pringsewu Lampung Buku Ajar Profesi Kependidikan 117


mengevaluasi peserta didik pada pendidikan anak usia dini jalur
pendidikan formal, pendidikan dasar, dan pendidikan menengah.
Dosen adalah pendidik profesional dan ilmuwan dengan tugas utama
mentransformasikan, mengembangkan, dan menyebarluaskan ilmu
pengetahuan, teknologi, dan seni melalui pendidikan, penelitian, dan
pengabdian kepada masyarakat. Guru besar atau profesor yang
selanjutnya disebut profesor adalah jabatan fungsional tertinggi bagi
dosen yang masih mengajar di lingkungan satuan pendidikan tinggi.
(Peraturan Pemerintah No. 74 Tahun 2008 tentang Guru)

Setelah sekian lama menunggu, akhirnya pemerintah menerbitkan


juga Peraturan Pemerintah (PP) No. 74 Tahun 2008 tentang Guru
yang ditandangani oleh Presiden Republik Indonesia per tanggal 01
Desember 2008. Peraturan ini diterbitkan sebagai amanat dan tindak
lanjut dari Undang-Undang Nomor 14 Tahun 2005 tentang Guru dan
Dosen. Kerangka dari Peraturan Pemerintah ini terdiri 9 Bab 68
Pasal. Berikut ini disajikan beberapa hal-hal yang dianggap penting
tenatang isi peraturan ini:
Bab I Ketentuan Umum. Guru adalah pendidik profesional dengan
tugas utama mendidik, mengajar, membimbing, mengarahkan,
melatih, menilai, dan mengevaluasi peserta didik pada pendidikan
anak usia dini jalur pendidikan formal, pendidikan dasar, dan
pendidikan menengah.
Bab II Kompetensi dan Sertifikasi. Guru wajib memiliki Kualifikasi
Akademik, kompetensi, Sertifikat Pendidik, sehat jasmani dan rohani,
serta memiliki kemampuan untuk mewujudkan tujuan pendidikan
nasional. Kompetensi Guru meliputi kompetensi pedagogik,
kompetensi kepribadian, kompetensi sosial, dan kompetensi
profesional yang diperoleh melalui pendidikan profesi
Bab III Hak. Guru yang memenuhi persyaratan berhak mendapat satu
tunjangan profesi. Guru yang diangkat dalam jabatan pengawas
satuan pendidikan tetap diberi tunjangan profesi Guru apabila yang
bersangkutan tetap melaksanakan tugas sebagai pendidik
Bab IV Beban Kerja. Beban kerja Guru mencakup kegiatan pokok: (a)
merencanakan pembelajaran; (b) melaksanakan pembelajaran; (c)
menilai hasil pembelajaran; (d) membimbing dan melatih peserta didik;
dan (e) melaksanakan tugas tambahan yang melekat pada
pelaksanaan kegiatan pokok sesuai dengan beban kerja Guru.

STKIP Muhammadiyah Pringsewu Lampung Buku Ajar Profesi Kependidikan 118


Bab V Wajib Kerja dan Pola Ikatan Dinas. Dalam keadaan darurat,
Pemerintah dapat memberlakukan ketentuan wajib kerja kepada Guru
dan/atau warga negara Indonesia lainnya yang memenuhi Kualifikasi
Akademik dan kompetensi untuk melaksanakan tugas sebagai Guru di
Daerah Khusus di wilayah Negara Kesatuan Republik
Indonesia. Pemerintah dan/atau Pemerintah Daerah dapat
menetapkan pola ikatan dinas bagi calon Guru untuk memenuhi
kepentingan pembangunan pendidikan nasional atau kepentingan
pembangunan daerah.
Bab VI Pengangkatan, Penempatan, dan Pemindahan.
Pengangkatan dan penempatan Guru yang diangkat oleh Pemerintah
dan/atau Pemerintah Daerah dilakukan sesuai dengan ketentuan
peraturan perundang-undangan. Guru yang ditempatkan pada jabatan
struktural kehilangan haknya untuk memperoleh tunjangan profesi,
tunjangan fungsional, tunjangan khusus, dan maslahat tambahan.
Bab VII Sanksi. Guru yang tidak dapat memenuhi Kualifikasi
Akademik, kompetensi, dan Sertifikat Pendidik kehilangan hak untuk
mendapat tunjangan fungsional atau subsidi tunjangan fungsional, dan
maslahat tambahan. Guru yang tidak dapat memenuhi kewajiban
melaksanakan pembelajaran 24 (dua puluh empat) jam tatap muka
dan tidak mendapat pengecualian dari Menteri dihilangkan haknya
untuk mendapat tunjangan profesi, tunjangan fungsional atau subsidi
tunjangan fungsional, dan maslahat tambahan.
Bab VIII Ketentuan Peralihan. Guru Dalam Jabatan yang belum
memiliki Sertifikat Pendidik memperoleh tunjangan fungsional atau
subsidi tunjangan fungsional dan maslahat tambahan. Pengawas
satuan pendidikan selain Guru yang diangkat
sebelum berlakunya Peraturan Pemerintah ini diberi kesempatan
dalam waktu 5 (lima) tahun untuk memperoleh Sertifikat Pendidik.
Bab IV Ketentuan Penutup, dan Penjelasan.
Selengkapnya isi dari Peraturan Pemerintah tersebut dapat dilihat
dalam tautan berikut ini”

SIMPULAN

Berbagai problem yang mendera bangsa ini bisa dibereskan melalui


pendidikan, dan guru menjadi aktor yang penting yang mampu
menjalankan peranannya ini. Sebagai sebuah profesi, guru memang

STKIP Muhammadiyah Pringsewu Lampung Buku Ajar Profesi Kependidikan 119


sudah selayaknya memiliki payung hukum tersendiri sehingga
mendapatkan perlakuan yang layak dari berbagai pihak. UU Nomor 14
tahun 2005 tentang Guru dan Dosen yang diberlakukan kini, memiliki
kekuatan dan kelemahan tersendiri. Misi dari UUGD ini tidak lain
adalah untuk meningkatkan kualitas pendidikan, salah satunya adalah
dengan meningkatkan keprofesionalan guru. Sayangnya, dalam teknis
pelaksanaanya beberapa pasal yang mengatur keprofesionalan guru
mengalami hambatan dan kendala baik teknis maupun teoritis.
Membaca UUGD ini kita seperti berhadapan dengan utopia negara
tentang pekerjaan mendidik, yang sama halnya dengan karyawan.
Seorang yang ingin dikatakan guru profesional maka harus memiliki
sertifikat profesi, yang mana sertifikat tersebut mesti di up date melalui
uji kompetensi. Hal ini membuat guru menjadi tertekan, dan akibatnya
tugasnya menjadi terbengkelai. Pemberian tunjangan profesi yang
tidak merata dengan syarat-syarat yang berat juga telah menimbulkan
kecemburuan di kalangan guru, yang berimbas pada kinerja.

DAFTAR PUSTAKA

Darmaningtyas. (2005). Ilusi tentang Guru dan Profesionalisme,


Yogyakarta: Universitas Sanata Dharma.

Undang-undang Nomor 14 tahun (2005). Guru dan Dosen Bab II Pasal


6, Pasal 1 (1), Pasal 1 (4); Pasal 20.

Hamalik, Oemar. (2001). Proses Belajar Mengajar. Jakarta: Bumi


Aksara.

Natsir, Nanang Fatah. (2007). Jurnal EDUCATIONIST No. I Vol. I


Januari 2007, Pemberdayaan Kualitas Guru Dalam Perspektif
Pendidikan Islam. UPI: Bandung.

Muhaimin, dkk. (1999). Kontroversi Pemkiran Fazlur Rahman: Sudi


Kritis Pembaharuan Pendidikan Isla. Cirebon: Dinamika..

Muhaminin dan Abdul Mujib. (1993). Pemiiran Pendidikan IslamL


Kajian Filosofi dan Kerangka Dasar Operasionalisasinya.
Bandung: Trigenda Karya.

STKIP Muhammadiyah Pringsewu Lampung Buku Ajar Profesi Kependidikan 120


Sulaiman, Tathiyah Hasan, (1986). Alam Pikiran al-Ghazali Mengenai
Pendidikan dan Ilmu. Bandung: CV. Diponegoro.

Musbikin, Imam. (2010). Guru yang Menakjubkan. Yogyakarta: Buku


Biru.

Prasetyo, Eko. (2007). Guru, Mendidik itu Melawan, Cet. 2, Jogjakarta:


Resist Book.

STKIP Muhammadiyah Pringsewu Lampung Buku Ajar Profesi Kependidikan 121


KUALIFIKASI AKADEMIK dan KOMPETENSI GURU
PENDAHULUAN

Masalah pendidikan berhubungan dengan hidup dan kehidupan


manusia. Oleh karenanya proses pendidikan terus berkembang seiring
dengan perkembangan kehidupan manusia itu sendiri. Bahkan pada
hakikatnya kedua proses itu menyatu dalam proses kehidupan
manusia. Dan keduanya tidak terpisahkan. Cukup beralasan jika
Rupert C. Lodge menyatakan bahwa “Life is education, and education
is life”. Pendidikan adalah kehidupan dan kehidupan adalah
pendidikan (Jalaluddin, 2011: 4). Berjalannya pendidikan tidak lepas
dari adanya sarana prasarana, peserta didik, dan tenaga
kependidikan. Tenaga Kependidikan adalah anggota masyarakat yang
mengabdikan diri dan diangkat untuk menunjang penyelenggaraan
pendidikan. Yang termasuk kedalam tenaga kependidikan terbagi
dalam tiga kelompok besar, yaitu: 1) Kepala Satuan Pendidikan, yaitu
orang yang diberi wewenang dan tanggung jawab untuk memimpin
satuan pendidikan tersebut (dalam hal ini adalah Kepala
Sekolah/Madrasah, Rektor, Direktur, serta istilah lainnya; 2) Pendidik,
yaitu tenaga kependidikan yang berpartisipasi dalam
menyelenggarakan pendidikan dengan tugas khusus sebagai profesi
pendidik. Pendidik mempunyai sebutan lain sesuai kekhususannya
seperti guru, dosen, tutor, konselor, pamong belajar, instruktur,
fasilitator, Ustadz/dzah, dan sebutan lainnya; dan 3) Tenaga
Kependidikan lainnya, orang yang berpartisipasi dalam
penyelenggaraan pendidikan di satuan pendidikan, walaupun secara
tidak langsung terlibat dalam proses pendidikan, diantaranya: Tata
Usaha, penjaga laboratorium, pustakawan, dan lainnya.
Pendidikan adalah investasi jangka panjang manusia. Pendidikan
merupakan salah satu komponen terpenting bagi kemajuan hidup
manusia di seluruh dunia. Begitu juga di indonesia, pendidikan di
jadikan sebagai tongggak pembangunan bangsa dan Negara. Salah
satu komponen yang terdapat dalam pendidikan adalah guru. Guru
dalam komponen pendidikan memiliki peranan yang besar dan
strategis. Karena gurulah yang dijadikan sebagai ujung tonggak dalam
pendidikan. Guru mempunyai tugas yang berat dan mulai dalam
mengantarkan anak-anak bangsa ke puncak cita-cita. Untuk dapat
menjalankan tugasnya dengan baik maka seorang guru selayaknya

STKIP Muhammadiyah Pringsewu Lampung Buku Ajar Profesi Kependidikan 122


memiliki kualifikasi akademik dan kompetensi yang berkaitan dengan
tugas dan tanggung jawabnya. Dengan adanya kualifikasi dan
kompetensi tersebut diharapkan seorang guru menjadi tenaga
pendidik dan pengajar yang profesional.
Setelah mempelajari bab ini diharapkan mahasiswa dapat
mengetahui tentang:
1. Pengertian kualifikasi akademik;
2. Standar Kualifikasi guru profesional di Indonesia;
3. Pengertian kompetensi dan standar kompetensi guru;
4. Standar kompetensi guru.

PEMBAHASAN
A. Pengertian Kualifikasi Akademik
Menurut kamus besar bahasa Indonesia, kualifikasi adalah
pendidikan khusus untuk memperoleh suatu keahlian atau keahlian
yang diperlukan untuk mencapai sesuatu (menduduki jabatan dsb).
Sedangkan akademik memiliki arti akademis. Jadi kualifikasi akademik
adalah keahlian atau kecakapan khusus dalam bidang pendidikan baik
sebagai pengajar pelajaran, administrasi pendidikan dan seterusnya
yang diperoleh dari proses pendidikan. Tidak ada perbedaan antara
Peraturan Pemerintah Nomor 19 Tahun 2005 dan Peraturan
Pemerintah Nomor 32 Tahun 2013 tentang pengertian kualifikasi
akademik. Kualifikasi akademik diartikan sebagai tingkat pendidikan
minimal yang harus dipenuhi oleh seorang pendidik yang dibuktikan
dengan ijazah dan/atau sertifikat keahlian yang relevan sesuai
ketentuan perundang-undanangan yang berlaku.
Kualifikasi guru dapat dipandang sebagai pekerjaan yang
membutuhkan kemampuan yang mumpuni. Kualifikasi guru berbeda
sesuai pada tiap tingkatnya. Baik itu guru PAUD/TK/RA sampai pada
tingkat pendidikan menengah. Dijelaskan dalam Undang-Undang
Republik Indonesia Nomor 14 Tahun 2005 tentang Guru dan Dosen,
Bab IV Bagian Kesatu Kualifikasi, Kompetensi, dan Sertifikasi Pasal 8
dan 9 yang dihimpun oleh Redaksi Sinar Grafika (2005: 7) sebagai
berikut: 1) Pasal 8, “Guru wajib memiliki kualifikasi akademik,
kompetensi, sertifikasi pendidikan, sehat jasmai dan rohani, serta
mmiliki kemampuan untuk mewujudkan tujuan pendidikan nasional”; 2)
Pasal 9, “Kualifikasi akademik sebagaimana dimaksud dalam Pasal 8

STKIP Muhammadiyah Pringsewu Lampung Buku Ajar Profesi Kependidikan 123


diperoleh melalui pendidikan tinggi program sarjana atau program
diploma empat”.
Selanjutnya, kualifikasi guru diperjelas kembali dalam
Permendiknas Nomor 16 tahun 2007, Poin A beriku ini (Aqib, 2008:
39-41): 1) Kualifikasi Akademik Guru Melalui Pendidikan Formal,
Kualifikasi akademik guru pada satuan pendidikan jalur formal
mencakup kualifikasi akademik guru pendidikan Anak Usia Dini/Taman
Kanak-kanak/Raudatul Atfal (PAUD/TK/RA), guru sekolah
dasar/madrasah ibtidaiyah (SD/MI), guru sekolah menengah
pertama/madrasah Tsanawiyah (SMP/MTs), guru sekolah menengah
atas/madrasah aliyah (SMA/MA), guru sekolah dasar luar
biasa/sekolah menengah luar biasa/sekolah menengah atas luar biasa
(SDLB/SMPLB/SMALB), dan guru sekolah menengah
kejuruan/madrasah aliyah kejuruan (SMK/MAK*); 2) Kualifikasi
Akademik Guru Melalui Uji Kelayakan dan Kesetaraan. Kualifikasi
akademik yang dipersyaratkan untuk dapat diangkat sebagai guru
dalam bidang-bidang khusus yang sangat diperlukan tetapi belum
dikembangkan di perguruan tinggi dapat diperoleh melalui uji
kelayakan dan kesetaraan. Uji kelayakan dan kesetaraan bagi
seseorang yang memiliki keahlian tanpa ijazah dilakukan oleh
perguruan tinggi yang diberi wewenang untuk melaksanakannya.

B. Standar Kualifikasi Akademik Guru Profesional di Indonesia


Dalam Peraturan Pemerintah Nomor 19 Tahun 2005 tentang
standar nasional pendidikan diatur beberapa hal tentang kualifikasi
akademik guru berdasarkan tingkatan pendidikan yaitu:
1. Pendidik pada pendidikan anak usia dini memiliki: (a) kualifikasi
akademik pendidikan minimum diploma empat (DIV) atau sarjana
(S1); (b) latar belakang pendidikan tinggi di bidang pendidikan anak
usia dini, kependidikan lain atau psikologi; dan (c) sertifikasi guru
untuk PAUD (Pasal 29 ayat 1).
2. Pendidik pada SD/MI memiliki: (a) kualifikasi akademik pendidikan
minimum diploma empat (DIV) atau sarjana (S1); (b) latar belakang
pendidikan tinggi di bidang pendidikan SD/MI, kependidikan lain
atau psikologi; dan (c) sertifikasi guru untuk SD/MI (Pasal 29 ayat
2).
3. Pendidik pada SMP/MTS memiliki: (a) kualifikasi akademik
pendidikan minimum diploma empat (DIV) atau sarjana (S1); (b)
latar belakang pendidikan tinggi dengan program pendidikan yang

STKIP Muhammadiyah Pringsewu Lampung Buku Ajar Profesi Kependidikan 124


sesuai dengan mata pelajaran yang diajarkan; dan (c) sertifikasi
guru untuk SMP/MTS (Pasal 29 ayat 3).
4. Pendidik pada SMA atau yang sederajat memiliki: (a) kualifikasi
akademik pendidikan minimum diploma empat (DIV) atau sarjana
(S1); (b) latar belakang pendidikan tinggi dengan program
pendidikan yang sesuai dengan mata pelajaran yang diajarkan; dan
(c) sertifikasi guru untuk SMA/MA (Pasal 29 ayat 4).
5. Pendidik pada SMK/MAK atau yang sederajat memiliki: (a)
kualifikasi akademik pendidikan minimum diploma empat (DIV) atau
sarjana (S1); (b) latar belakang pendidikan tinggi dengan program
pendidikan yang sesuai dengan mata pelajaran yang diajarkan; dan
(c) sertifikasi guru untuk SMK/MAK (Pasal 29 ayat 4).
6. Pendidik pada SDLB/SMPLB/SMALB atau yang sederajat memiliki:
(a) kualifikasi akademik pendidikan minimum diploma empat (DIV)
atau sarjana (S1) latar belakang pendidikan tinggi dengan program
pendidikan khusus atau sarjana yang sesuai dengan mata
pelajaran yang diajarkan; dan (b) sertifikasi guru untuk
SDLB/SMPLB/SMALB (Pasal 29 ayat 5).

C. Pengertian Kompetensi dan Standar Kompetensi Guru


Menurut Kamus Bahasa Indonesia (WJS Purwadarminta)
kompetensi berarti (kewenangan) kekuasaan untuk menentukan atau
memutuskan sesuatu hal. Pengertian dasar kompetensi (competency)
yakni kemampuan atau kecakapan. Kompetensi di definisikan dalam
Surat Keputusan Mendiknas nomor 045/U/2002. Kompetensi adalah
seperangkat tindakan cerdas, penuh tanggung jawab yang dimiliki
seseorang sebagai syarat untuk dianggap mampu oleh masyarakat
dalam melaksanakan tugas-tugas di bidang pekerjaan tertentu. Robert
A. Roe (2001) mengemukakan definisi dari kompetensi yaitu
Competence is defined as the ability to adequately perform a task, duty
or role. Competence integrates knowledge, skills, personal values and
attitudes. Competence builds on knowledge and skills and is acquired
through work experience and learning by doing. kompetensi dapat
digambarkan sebagai kemampuan untuk melaksanakan satu tugas,
peran atau tugas, kemampuan mengintegrasikan pengetahuan,
ketrampilan-ketrampilan, sikap-sikap dan nilai-nilai pribadi, dan
kemampuan untuk membangun pengetahuan dan keterampilan yang
didasarkan pada pengalaman dan pembelajaran yang dilakukan.

STKIP Muhammadiyah Pringsewu Lampung Buku Ajar Profesi Kependidikan 125


Adapun kompetensi guru adalah the ability of teacher to
responsibility perform has or her duties oppropriately. Kompetensi guru
merupakan kemampuan seseorang guru dalam melaksanakan
kewajiban-kewajiban secara bertanggung jawab dan layak. Secara
singkat kompetensi bagi guru dapatlah disimpulkan bahwa kompetensi
guru merupakan kemampuan dan kewenangan guru dalam
melaksanakan profesi keguruannya. Standar kompetensi guru ini
dikembangkan secara utuh dari empat kompetensi utama, yaitu
kompetensi pedagogik, kepribadian, sosial, dan profesional. Keempat
kompetensi tersebut terintegrasi dalam kinerja guru. Ada sekurang-
kurangya empat kompetensi yang harus dimiliki seorang guru, yaitu:
1. Kompetensi Profesional
Guru profesional adalah orang yang memiliki kemampuan dan
keahlian khusus dalam bidang keguruan sehingga ia mampu
melakukan tugas dan fungsinya sebagai guru dengan kemampuan
maksimal. Atau dengan kata lain, guru profesional adalah orang yang
terdidik dan terlatih dengan baik, serta memiliki pengalamn yang kaya
di bidangnya. Yang dimaksud dengan terdidik dan terlatih bukan hanya
memperoleh pendidikan formal tetapi juga harus menguasai berbagai
strategi atau teknik di dalam kegiatan belajar mengajar serta
menguasai landasan-landasan kependidikan seperti yang tercantum
dalam kompetensi guru yang profesional. Terdapat banyak pendapat
tentang kompetensi yang seharusnya dikuasai guru sebagai suatu
jabatan profesional. Ada ahli yang menyatakan ada sebelas
kompetensi yang harus dikuasai guru, yaitu: 1) Menguasai bahan ajar;
2) Menguasai landasan-landasan kependidikan; 3) Mampu mengelola
program belajar mengajar; 4) Mampu mengelola kelas; 5) Mampu
menggunakan media/sumber belajar lainnya; 6) Mampu mengelola
interaksi belajar mengajar; 7) Mampu menilai prestasi peserta didik
untuk kepentingan pengajaran; 8) Mengenal fungsi dan program
pelayanan bimbingan dan penyuluhan; 9) Mengenal penyelenggaraan
administrasi sekolah; 10) Memahami prinsip-prinsip dan menafsirkan
hasil-hasil penelitian pendidikan guna keperluan pengajaran; dan 11)
Memiliki kepribadian yang tinggi. Uzer Usman (1995) berpendapat
bahwa kompetensi profesional seorang guru diantaranya mencakup:
1) Menguasai landasan kependidikan; 2) Menguasai bahan
pengajaran; 3) Mampu menyusun program pengajaran; 4) Mampu
melaksanakan program pengajaran; serta 5) Mampu menilai hasil dan
proses belajar mengajar.

STKIP Muhammadiyah Pringsewu Lampung Buku Ajar Profesi Kependidikan 126


2. Kompetensi Pedagogik
Kemampuan pedagogik pada dasarnya adalah kemampuan guru
dalam mengelola pembelajaran peserta didik. Kompetensi pedagogik
merupakan salah satu jenis kompetensi yang harus dikuasai guru.
Kompetensi pedagogik merupakan kompetensi khas yang
membedakan guru dengan profesi lainnya. Kompetensi pedagogik
diperoleh melalui upaya belajar secara terus menerus, dan sistematis,
baik pada masa pra jabatan maupun selama dalam jabatan, yang
didukung oleh minat, bakat dan potensi keguruan lainnya dari masing-
masing individu yang bersangkutan. Aspek yang terdapat dalam
kompetensi pedagogik diantaranya adalah:
a. Menguasai karakteristik peserta didik
Karakteristik peserta didik ini terkait dengan aspek fisik, moral,
spiritual, sosial, kultural, emosional, dan intelektual. Indikator yang
muncul dari penguasaan karakteristik peserta didik diantaranya:
1) Guru dapat mengidentifikasi karakteristik peserta didik di kelasnya;
2) Guru dapat mengidentifikasi potensi peserta didik dalam mata
pelajaran yang diampu; 3) Guru memastikan bahwa setiap peserta
didik memiliki kesempatan yang sama untuk berpartisipasi aktif dalam
proses pembelajaran; 4) Guru dapat mengatur kelas untuk
memberikan kesempatan yang sama pada semua peserta didik; 5)
Guru membantu mengembangkan potensi dan mengatasi kekurangan
peserta didik; 6) Guru mencoba mengetahui penyebab penyimpangan
perilaku peserta didik untuk mencegah agar peilaku tersebut tidak
merugikan peserta didik lainnya.
b. Menguasai teori belajar dan prinsip-prinsip pembelajaran
Guru mampu menetapkan berbagai model pembelajaran yang
mendidik secara kreatif dan efektif. Guru mampu menyesuaikan
metode pembelajaran yang sesuai dengan karakteristik pesrta didik
dan mampu memotivasi mereka untuk belajar. Indikator yang muncul
dari aspek ini diantaranya: 1) Guru memberikan kesempatan kepada
siswa untuk menguasai materi sesuai usia dan kemampuan belajarnya
melalui pengaturan proses pembelajaran dan aktivitas yang bervariasi;
2) Guru dapat menjelaskan alasan pelaksanaan kegiatan yang
dilakukannya, baik yang sesuai maupun yang berbeda dengan
rencana terkait keberhasilan pembelajaran; 3) Guru menggunakan
berbagai teknik untuk memotivasi kemauan belajar peserta didik;
4) Guru merencanakan kegiatan pembelajaran yang saling terkait satu

STKIP Muhammadiyah Pringsewu Lampung Buku Ajar Profesi Kependidikan 127


sama lain, dengan memperhatikan tujuan pembelajara maupun proses
belajar peserta didik.
c. Mengembangkan kurikulum
Dalam mengembangkan kurikulum guru harus mampu menyusun
silabus sesuai dengan tujuan dan membuat serta menggunakan RPP
sesuai dengan tujuan dan lingkungan pembelajaran. Indikator yang
muncul diantaranya: 1) Guru merancang rencana pembelajaran yang
sesuai silabus untuk membahas materi ajar tertentu agar peserta didik
dapat mencapai kompetensi dasar yang ditetapkan; 2) Guru menata
materi pembelajaran secara benar sesuai dengan pendekatan yang
dipilih dan karakteristik peserta didik; 3) Guru memilih materi
pembelajaran yang diampu yang terkait dengan pengalaman belajar
dan tujuan pembelajaran.
d. Menyelenggarakan pembelajaran yang medidik
Guru mampu menyusun dan melaksanakan rancangan
pembelajaran yang mendidik secara lengkap. Guru mampu menyusun
dan menggunakan berbagai materi pembelajaran dan sumber belajar
sesuai dengan karakteristik peserta didik. Jika relevan, guru
memanfaatkan teknologi informasi komunikasi untuk kepentingan
pembelajaran. Indikator dari aspek ini diantaranya: 1) Guru menyusun
rancanagn pembelajaran yang lengkap, baik untuk kegiatan di dalam
kelas, laboratorium, maupun lapangan; 2) Guru melaksanakan
pembelajaran yang mendidik di kelas, di laboratorium, dan di lapangan
dengan memperhatikan standar keamanan yang dipersyaratkan;
3) Guru memberikan banyak kesempatan kepada peserta didik untuk
bertanya, mempraktekkan dan berinteraksi dengan peserta didik lain;
4) Menggunakan media pembelajaran dan sumber belajar yang
relevan dengan karakteristik peserta didik.
e. Mengembangkan potensi peserta didik
Guru dapat menganalisis potensi pembelajaran setiap peserta didik
dan mengidentifikasi pengembangan potensi peserta didik melalui
program pembelajaran yang mendukung untuk mengaktualisasikan
potensi peserta didik, termasuk kreativitasnya.
f. Melakukan komunikasi dengan peserta didik
Guru mampu berkomunikasi secara efektif, empatik, dan santun
dengan peserta didik serta bersikap antusias dan positif. Guru mampu
memberikan respon yang lengkap dan relevan atas pertanyaan atau
komentar peserta didik.

STKIP Muhammadiyah Pringsewu Lampung Buku Ajar Profesi Kependidikan 128


g. Menilai dan mengevaluasi pembelajaran
Guru mampu menyelenggarakan penilaian proses dan hasil belajar
secara berkesinambungan. Guru melakukan evaluasi atas efektivitas
proses dan hasil belajar serta menggunakan informasi hasil penilaian
dan evaluasi untuk merancang program remidial dan pengayaan. Guru
mampu menggunakan hasil analisis penilaian dalam proses
pembelajarannya.

3. Kompetensi Kepribadian
Kompetensi kepribadian merupakan kemampuan personal yang
mencerminkan kepribadian yang mantap, stabil, dewasa, arif dan
berwibawa, menjadi teladan bagi peserta didik, dan berakhlak mulia.
Kepribadian yang mantap dan stabil memiliki indikator esensial, yakni
bertindak sesuai dengan norma hukum, bertindak sesuai dengan
norma sosial, bangga sebagai guru, dan memiliki konsistensi dalam
bertindak sesuai dengan norma. Kepribadian yang dewasa memiliki
indikator esensial, yakni menampilkan kemandirian dalam bertindak
sebagai pendidik dan memiliki etos kerja sebagai guru. Kepribadian
yang arif memiliki indikator esensial, yakni menampilkan tindakan yang
didasarkan pada kemanfaatan peserta didik, sekolah, dan masyarakat
serta menunjukkan keterbukaan dalam berpikir dan bertindak.
Kepribadian yang berwibawa memiliki indikator esensial, yakni
memiliki perilaku yang berpengaruh positif terhadap peserta didik dan
memiliki perilaku yang disegani. Kepribadian yang berakhlak mulia dan
dapat menjadi teladan memiliki indikator esensial, yakni bertindak
sesuai dengan norma religius (iman dan taqwa, jujur, ikhlas, suka
menolong), dan memiliki perilaku yang diteladani peserta didik.
Didalamnya juga diharapkan tumbuhnya kemandirian guru dalam
menjalankan tugas serta senantiasa terbiasa membangun etos kerja.
Sehingga semua sifat ini memberikan pengaruh positif terhadap
kehidupan guru dalam kesehariannya.
Seorang guru harus mempunyai kemampuan yang berkaitan
dengan kemantapan dan integritas kepribadian seorang guru.
Sehingga guru dituntut harus mampu membelajarkan siswanya
tentang disiplin diri, belajar membaca, mencintai buku, menghargai
waktu, belajar bagaimana cara belajar, mematuhi aturan atau tata
tertib, dan belajar bagaimana harus berbuat. Semua itu akan berhasil
jika guru juga disiplin dalam melaksanakan tugas dsn kewajibannya.

STKIP Muhammadiyah Pringsewu Lampung Buku Ajar Profesi Kependidikan 129


Kemampuan pribadi meliputi: 1) Kemampuan mengembangan
kepribadian; 2) Kemampuan berinteraksi dan berkomunikasi; 3)
Kemampuan melaksanakan bimbingan dan penyuluhan.
Jika kita mengacu kepada standar nasional pendidikan,
kompetensi kepribadian guru meliputi: 1) Memiliki kepribadian yang
mantap dan stabil, yang indikatornya bertindak sesuai dengan norma
hukum, norma sosial. Bangga sebagai pendidik, dan memiliki
konsistensi dalam bertindak sesuai dengan norm; 2) Memiliki
kepribadian yang dewasa, dengan ciri-ciri menampilkan kemandirian
dalam bertindak sebagai pendidik yang memiliki etos kerja; 3) Memiliki
kepribadian yang arif, yang ditunjukkan dengan tindakan yang
bermanfaat bagi peserta didik, sekolah dan masyarakat serta
menunjukkan keterbukaan dalam berpikir dan bertindak; 4) Memiliki
kepribadian yang berwibawa, yaitu perilaku yang berpengaruh positif
terhadap peserta didik dan memiliki perilaku yang disegani; 5) Memiliki
akhlak mulia dan menjadi teladan, dengan menampilkan tindakan yang
sesuai dengan norma religius (iman dan takwa, jujur, ikhlas, suka
menolong), dan memiliki perilaku yang diteladani peserta didik.

4. Kompetensi Sosial
Kompetensi sosial merupakan kemampuan guru untuk
berkomunikasi dan berinteraksi secara harmonis dengan peserta didik,
sesama pendidik, tenaga kependidikan, orangtua/wali peserta didik,
dan masyarakat sekitar. Indikasinya, guru mampu berkomunikasi dan
bergaul secara harmonis peserta didik, sesame pendidik, dan dengan
tenaga kependidikan, serta dengan orang tua/wali peserta didik dan
masyarakat sekitar. Menurut Adam (1983) menyimpulkan tiga
komponen yang memungkinkan seseorang membangun dan menjalani
hubungan yang positif dengan teman sebaya, yaitu pengetahuan
tentang keadaan emosi yang tepat untuk situasi sosial tertentu
(pengetahuan sosial), kemampuan untuk berempati dengan orang lain
(empati), dan percaya pada kekuatan diri sendiri (locus of control).
Sedangkan La Fontana dan Cillesen (2002) menuliskan bahwa
kompetensi sosial dapat dilihat sebagai perilaku prososial, altruistik,
dan dapat bekerja sama. Anak-anak yang sangat disukai dan yang
dinilai berkompetensi sosial oleh orang tua dan guru-guru pada
umumnya mampu mengatasi kemarahan dengan baik, mampu
merespon secara langsung, melakukan cara-cara yang dapat

STKIP Muhammadiyah Pringsewu Lampung Buku Ajar Profesi Kependidikan 130


meminimalisasi konflik yang lebih jauh dan mampu mempertahankan
hubungannya (Fabes dan Eisenberg dalam Papalia dkk, 2002).
Sementara itu Rydell dkk. (1997) menuliskan bahwa berdasarkan
hasil berbagai penelitian sejauh ini, kompetensi sosial merupakan
fenomena unidemensional. Hal-hal yang paling disepakati oleh para
ahli psikologi sebagai aspek kompetensi sosial anak adalah perilaku
prososial atau prosocial orientation (suka menolong, dermawan,
empati) dan initiative taking versus social with drawal dalam kontek
interaksi sosial atau disebut juga sebagai social initiative (Waters dkk
dalam Rydell, 1997). Aspek prosocial orientation terdiri dari
kedermawanan (generosity), empati (empaty), memahami orang lain
(understanding of others), penanganan konflik, (conflict handling), dan
suka menolong (helpfulpness). Aspek Sosial Initiative terdiri dari aktif
untuk melakukan inisiatif dalam situasi interaksi sosial dan Withdrawal
behavior dalam situasi tertentu (Rydell dkk, 1997).
Berdasarkan uraian tersebut, aspek kompetensi sosial adalah
aspek prosocial orientation (perilaku prososial) yang terdiri dari
kedermawanan (generosity), empati (empathi), memahami orang lain
(understanding of others), penanganan konflik (conflik handling), dan
suka menolong (helpfulness) serta aspek sosial (social intiative) yang
terdiri dari aktif untuk melakukan inisiatif dalam situasi sosial dan
withdawal behavior (perilaku yang menarik) dalam situasi tertentu.
Menurut Panduan Serftifikasi Guru Tahun 2006 bahwa terdapat
empat indikator untuk menilai kemampuan sosial seorang guru, yaitu:
1) Bertindak objektif serta tidak diskriminatif karena pertimbangan jenis
ke-lamin, agama, ras, kondisi fisik, latar belakang keluarga, dan status
sosial ekonomi; 2) Berkomunikasi secara efektif, empatik, dan santun
dengan sesama pendi-dik, tenaga kependidikan, orang tua, dan
masyarakat; 3) Beradaptasi di tempat bertugas di seluruh wilayah
Republik Indonesia yang memiliki keragaman sosial budaya; 4)
Berkomunikasi dengan komunitas profesi sendiri dan profesi lain
secara lisan dan tulisan atau bentuk lain.
Dalam memahami kompetensi sosial seorang guru, kita dapat
mendapatkan satu ayat dalam Al-quran yang menyatakan pentingnya
seorang guru memiliki kompetensi sosial. Hal tersebut tertuang dalam
Al-quran surat An-Nahl ayat 90 yang artinya: Sesungguhnya Allah
menyuruh (kamu) Berlaku adil dan berbuat kebajikan, memberi kepada
kaum kerabat, dan Allah melarang dari perbuatan keji, kemungkaran
dan permusuhan. Dia memberi pengajaran kepadamu agar kamu

STKIP Muhammadiyah Pringsewu Lampung Buku Ajar Profesi Kependidikan 131


dapat mengambil pelajaran.(QS. An-Nahl:90). Pada ayat tersebut,
dijelaskan perintah-perintah yang sesuai dengan kompetensi sosial
guru. Hal tersebut dapat dijelaskan sebagai berikut: 1) Berlaku Adil,
Adl (berbuat adil) ‫ العدل‬berasal dari kata ‫ عدل‬yang mempunyai arti
berbuat adil. Menurut Ismail bin Umar bin Katsir dalam tafsir Ibn Kastir
al Adl mempunyai makna kesetaraan atau keseimbangan. Seperti
yang tercantum pada indikator komperensi sosial yang pertama yaitu
“Bertindak objektif serta tidak diskriminatif karena pertimbangan jenis
ke-lamin, agama, ras, kondisi fisik, latar belakang keluarga, dan status
sosial ekonomi.” Kata adil mewakili bertindak sesuai aturan dan tidak
diskriminatif; 2) Berbuat kebajikan, Ihsan (Berbuat baik) ‫االحسان‬
berasal dari kata‫ احسن‬yang mempunyai makna berbuat baik. Dalam
konteks ini sangat komprehensif dengan indikator kompetensi sosial
ke-2. Yaitu : “Berkomunikasi secara efektif, empatik, dan santun
dengan sesama pendidik, tenaga kependidikan, orang tua, dan
masyarakat”; 3) Memberi kepada kaum kerabat, Ìtӑ idzi-l-qurba
(memberi kepada kaum kerabat). Imam al Husain bin Mas’ud al
baghowi memaknai Ìtӑ idzi-l-qurba dengan shilatu-r-rahm
(menyambung tali silaturahmi). Memang menyambung tali silaturahmi
ini memang teralu umum, namun secara garis besar termasuk bagian
dari hubungan horisontal antara hamba dengan hamba yang lain dan
juga termasuk bagian dari hubungan sosial; 4) Melarang perbuatan
keji dan mungkar, yanha ani-l-fakhsya’ wa-l-munkar (melarang dari
perbuatan keji, mungkar). Sudah sepatutnya seorang guru menjadi
sosok panutan bukan hanya bagi para peserta didik, namun juga
masyarakat

SIMPULAN
Kualifikasi mendorong seseorang untuk memiliki suatu “keahlian
atau kecakapan khusus”.Dalam dunia pendidikan, kualifikasi
dimengerti sebagain keahlian atau kecakapan khusus dalam bidang
pendidikan, baik sebagai pengajar mata pelajaran, administrasi
pendidikan dan seterusnya. Bahkan, kualifikasi terkadang dapat dilihat
dari segi derajat lulusannya. Seperti dalam UU Sisdiknas 2003,
ditetapkan bahwa untuk menjadi guru Sekolah Dasar (SD) harus
lulusan Strara S-1, tentu saja jika ingin menjadi guru yang mengajar

STKIP Muhammadiyah Pringsewu Lampung Buku Ajar Profesi Kependidikan 132


pada tingkat lebih tinggi (SMP?MTs, SMU/SMK/MA, Perguruan
Tingggi).
Kompetensi dapat digambarkan sebagai kemampuan untuk
melaksanakan satu tugas, peran atau tugas, kemampuan
mengintegrasikan pengetahuan, ketrampilan-ketrampilan, sikap-sikap
dan nilai-nilai pribadi, dan kemampuan untuk membangun
pengetahuan dan keterampilan yang didasarkan pada pengalaman
dan pembelajaran yang dilakukan. Standar kompetensi guru
dikembangkan secara utuh dari empat kompetensi utama, yaitu
kompetensi pedagogik, kepribadian, sosial, dan profesional. Keempat
kompetensi tersebut terintegrasi dalam kinerja guru.
Dalam dunia pendidikan, tidak dipungkiri lagi bahwa guru
menempati posisi yang sangat penting. Guru merupakan tonggak
pendidikan yang akan mencetak manusia-manusia pada masa yang
akan datang. Dalam profesinya, guru harus memiliki kompetensi-
kompetensi yang telah ditentukan standarnya. Semua itu dilakukan
supaya mengahsilkan pendidikan yang berkualitas dan mencapai
tujuan pendidikan itu sendiri. Terdapat empat kompetensi yang harus
dimiliki seorang guru yaitu kompetensi profesional, kompetensi
pedagogik, kompetensi kepribadian dan kompetensi sosial. Keempat
kompetensi tersebut memiliki indikator-indikator sendiri dan sesuai
dengan standar yang telah ditentukan. Dengan keempat kompetensi
tersebut diharapkan guru bisa meningkatkan kualitas pendidikan
sesuai dengan tuntutan zaman. Guru harus bisa memiliki keempat
kompetensi tersebut dan mensinergikan ke dalam dunia pendidikan.

DAFTAR PUSTAKA
Kunandar. (2007). Guru Profesional. Jakarta: PT Raja Grafindo
Persada.

Soetjipto, Prof., Drs. Raflis Kosasi, M.Sc. (2009). Profesi Pendidikan


dan Keguruan. Jakarta: Rineka Cipta.

Suparlan. 2006. Guru sebagai Profesi. Yogyakarta: Hikayat


Publishing:
http://file.upi.edu/Direktori/FIP/JUR._PEND._LUAR_SEKOLAH/19510
9141975011-

STKIP Muhammadiyah Pringsewu Lampung Buku Ajar Profesi Kependidikan 133


YI_OLIM/MACAM_KOMPETENSI_PENDIDIKx.pdf. (diakses
pada tanggal 20 Maret 2013).

http://my.opera.com/winsolu/blog/pengertian-kompetensi. (diakses
pada tanggal 16 maret 2013).

http://badanbahasa.kemdiknas.go.id/kbbi/. (diakses pada tanggal 17


Maret 2013).

http://www.quranterjemah.com/. (diakses tanggal 17 Maret 2013).

(http://my.opera.com/winsolu/blog/pengertian-kompetensi):

STKIP Muhammadiyah Pringsewu Lampung Buku Ajar Profesi Kependidikan 134


STANDAR KUALIFIKASI AKADEMIK DAN
KOMPETENSI KONSELOR

PENDAHULUAN
Keberadaan konselor dalam sistem pendidikan nasional
dinyatakan sebagai salah satu kualifikasi pendidik, sejajar dengan
kualifikasi guru, dosen, pamong belajar, tutor, widyaiswara,
fasilitator, dan instruktur (UU No. 20 Tahun 2003 Pasal 1 Ayat
6). Masing-masing kualifikasi pendidik, termasuk konselor,
memiliki keunikan konteks tugas dan ekspektasi kinerja. Standar
kualifikasi akademik dan kompetensi konselor dikembangkan dan
dirumuskan atas dasar kerangka pikir yang menegaskan konteks
tugas dan ekspektasi kinerja konselor. Konteks tugas konselor
berada dalam kawasan pelayanan yang bertujuan mengembangkan
potensi dan memandirikan konseli dalam pengambilan keputusan dan
pilihan untuk mewujudkan kehidupan yang produktif, sejahtera, dan
peduli kemaslahatan umum. Pelayanan dimaksud adalah
pelayanan bimbingan dan konseling. Konselor adalah pengampu
pelayanan ahli bimbingan dan konseling, terutama dalam jalur
pendidikan formal dan nonformal.
Ekspektasi kinerja konselor dalam menyelenggarakan
pelayanan ahli bimbingan dan konseling senantiasa digerakkan
oleh motif altruistik, sikap empatik, menghormati keragaman, serta
mengutamakan kepentingan konseling, dengan selalu mencermati
dampak jangka panjang dari pelayanan yang diberikan. Sosok utuh
kompetensi konselor mencakup kompetensi akademik dan
profesional sebagai satu keutuhan. Kompetensi akademik
merupakan landasan ilmiah dari kiat pelaksanaan pelayanan
profesional bimbingan dan konseling. Kompetensi akademik
merupakan landasan bagi pengembangan kompetensi
profesional, yang meliputi: 1) memahami secara mendalam konseli
yang dilayani; 2) menguasai landasan dan kerangka teoretik
bimbingan dan konseling; 3) menyelenggarakan pelayanan
bimbingan dan konseling yang memandirikan; dan 4)
mengembangkan pribadi dan profesionalitas konselor secara
berkelanjutan.
Unjuk kerja konselor sangat dipengaruhi oleh kualitas
penguasaan ke empat komptensi tersebut yang dilandasi

STKIP Muhammadiyah Pringsewu Lampung Buku Ajar Profesi Kependidikan 135


oleh sikap, nilai, dan kecenderungan pribadi yang mendukung.
Kompetensi akademik dan professional konselor secara terintegrasi
membangun keutuhan kompetensi pedagogik, kepribadian, sosial,
dan profesional.
Pembentukan kompetensi akademik konselor ini merupakan
proses pendidikan formal jenjang strata satu (S-1) bidang
Bimbingan dan Konseling, yang bermuara pada penganugerahan
ijazah akademik Sarjana Pendidikan (S.Pd) bidang Bimbingan dan
Konseling. Sedangkan kompetensi profesional merupakan
penguasaan kiat penyelenggaraan bimbingan dan konseling yang
memandirikan, yang ditumbuhkan serta diasah melalui latihan
menerapkan kompetensi akademik yang telah diperoleh dalam
konteks otentik Pendidikan Profesi Konselor yang berorientasi
pada pengalaman dan kemampuan praktik lapangan, dan
tamatannya memperoleh sertifikat profesi bimbingan dan
konseling dengan gelar profesi Konselor, disingkat Kons.

A. Kualifikasi Akademik Konselor


Konselor adalah tenaga pendidik profesional yang telah
menyelesaikan pendidikan akademik strata satu (S-1) program studi
Bimbingan dan Konseling dan program Pendidikan Profesi Konselor
dari perguruan tinggi penyelenggara program pengadaan tenaga
kependidikan yang terakreditasi. Sedangkan bagi individu yang
menerima pelayanan profesi bimbingan dan konseling disebut
konseli, dan pelayanan bimbingan dan konseling pada jalur
pendidikan formal dan nonformal diselenggarakan oleh konselor.
Kualifikasi akademik konselor dalam satuan pendidikan pada jalur
pendidikan formal dan nonformal adalah: 1) Sarjana pendidikan (S-
1) dalam bidang Bimbingan dan Konseling; 2) Berpendidikan profesi
konselor.

B. Kompetensi Konselor
Rumusan Standar Kompetensi Konselor telah dikembangkan
dan dirumuskan atas dasar kerangka pikir yang menegaskan
konteks tugas dan ekspektasi kinerja konselor. Namun bila ditata ke
dalam empat kompetensi pendidik sebagaimana tertuang dalam PP
19/2005, maka rumusan kompetensi akademik dan profesional

STKIP Muhammadiyah Pringsewu Lampung Buku Ajar Profesi Kependidikan 136


konselor dapat dipetakan dan dirumuskan ke dalam kompetensi
pedagogik, kepribadian, sosial, dan profesional sebagai berikut:

KOMPETENSI INTI KOMPETENSI

A. KOMPETENSI PEDAGOGIK

1. Menguasai teori dan 1.1 Menguasai ilmu pendidikan dan


praksis pendidikan landasan keilmuannya
1.2 Mengimplementasikan prinsip-
prinsip pendidikan dan proses
pembelajaran
1.3 Menguasai landasan budaya
dalam praksis pendidikan

2. Mengaplikasikan 2.1 Mengaplikasikan kaidah-kaidah


perkembangan fisiologis perilaku manusia, perkembangan
dan psikologis serta fisik dan psikologis individu
perilaku konseli terhadap sasaran pelayanan
bimbingan dan konseling dalam
upaya pendidikan
2.2 Mengaplikasikan kaidah-kaidah
kepribadian, individualitas dan
perbedaan konseli terhadap
sasaran pelayanan bimbingan dan
konseling dalam upaya pendidikan
2.3 Mengaplikasikan kaidah-kaidah
belajar terhadap sasaran
pelayanan bimbingan dan
konseling dalam upaya pendidikan
2.4 Mengaplikasikan kaidah-kaidah
keberbakatan terhadap sasaran
pelayanan bimbingan dan
konseling dalam upaya pendidikan
2.5. Mengaplikasikan kaidah-kaidah

STKIP Muhammadiyah Pringsewu Lampung Buku Ajar Profesi Kependidikan 137


kesehatan mental terhadap
sasaran pelayanan bimbingan dan
konseling dalam upaya pendidikan

3. Menguasai esensi 3.1 Menguasai esensi bimbingan dan


pelayanan bimbingan dan konseling pada satuan jalur
konseling dalam jalur, pendidikan formal, nonformal dan
jenis, dan jenjang satuan informal
pendidikan

3.2 Menguasai esensi bimbingan dan


konseling pada satuan jenis
pendidikan umum, kejuruan,
keagamaan, dan khusus
3.3 Menguasai esensi bimbingan dan
konseling pada satuan jenjang
pendidikan usia dini, dasar dan
menengah, serta tinggi.

B. KOMPETENSI KEPRIBADIAN

4. Beriman dan bertakwa 4.1 Menampilkan kepribadian yang


kepada Tuhan Yang beriman dan bertakwa kepada
Maha Esa Tuhan Yang Maha Esa
4.2 Konsisten dalam menjalankan
kehidupan beragama dan toleran
terhadap pemeluk agama lain
4.3 Berakhlak mulia dan berbudi
pekerti luhur

5. Menghargai dan 5.1 Mengaplikasikan pandangan


menjunjung tinggi nilai- positif dan dinamis tentang
nilai kemanusiaan, manusia sebagai makhluk spiritual,
individualitas dan bermoral, sosial, individual, dan
kebebasan memilih berpotensi
5.2 Menghargai dan mengembangkan

STKIP Muhammadiyah Pringsewu Lampung Buku Ajar Profesi Kependidikan 138


potensi positif individu pada
umumnya dan konseli pada
khususnya
5.3 Peduli terhadap kemaslahatan
manusia pada umumnya dan
konseli pada khususnya
5.4 Menjunjung tinggi harkat dan
martabat manusia sesuai dengan
hak asasinya.
5.5 Toleran terhadap permasalahan
konseling
5.6 Bersikap demokratis.

6. Menunjukkan 6.1 Menampilkan kepribadian dan


integritasdan stabilitas perilaku yang terpuji (seperti
kepribadian yang kuat berwibawa, jujur, sabar, ramah,
dan konsisten )
6.2 Menampilkan emosi yang stabil.
6.3 Peka, bersikap empati, serta
menghormati keragaman dan
perubahan
6.4 Menampilkan toleransi tinggi
terhadap konseli yang menghadapi
stres dan frustasi

7.1 Menampilkan tindakan yang


Menampilkan cerdas, kreatif, inovatif, dan
kinerja berkualitas tinggi produktif
7.2 Bersemangat, berdisiplin, dan
mandiri
7.3 Berpenampilan menarik dan
menyenangkan
7.4 Berkomunikasi secara efektif

STKIP Muhammadiyah Pringsewu Lampung Buku Ajar Profesi Kependidikan 139


C. KOMPETENSI SOSIAL

8.Mengimplementasikan 8.1 Memahami dasar, tujuan,


kolaborasi intern di tempat organisasi, dan peran pihak-pihak
bekerja lain (guru, wali kelas, pimpinan
sekolah/madrasah, komite
sekolah/madrasah) di tempat
bekerja
8.2 Mengkomunikasikan dasar,
tujuan, dan kegiatan pelayanan
bimbingan dan konseling kepada
pihak-pihak lain di tempat bekerja
8.3 Bekerja sama dengan pihak-
pihak terkait di dalam tempat
bekerja (seperti guru, orang tua,
tenaga administrasi)

9.Berperan dalam 9.1 Memahami dasar, tujuan, dan


organisasi dan kegiatan AD/ART organisasi profesi
profesi bimbingan dan bimbingan dan konseling untuk
konseling pengembangan diri dan profesi
9.2 Menaati Kode Etik profesi
bimbingan dan konseling
9.3 Aktif dalam organisasi profesi
bimbingan dan konseling untuk
pengembangan diri dan profesi

STKIP Muhammadiyah Pringsewu Lampung Buku Ajar Profesi Kependidikan 140


10. Mengimplementasikan 10.1 Mengkomunikasikan aspek-
kolaborasi antarprofesi aspek profesional bimbingan dan
konseling kepada organisasi
profesi lain
10.2 Memahami peran organisasi
profesi lain dan
memanfaatkannya untuk
suksesnya pelayanan bimbingan
dan konseling
10.3 Bekerja dalam tim bersama
tenaga paraprofesional dan
profesional profesi lain.
10.4 Melaksanakan referal kepada
ahli profesi lain sesuai dengan
keperluan

D. KOMPETENSI PROFESIONAL

11. Menguasai konsep dan 11.1 Menguasai hakikat asesmen


praksis asesmen untuk
11.2 Memilih teknik asesmen, sesuai
memahami kondisi,
dengan kebutuhan pelayanan
kebutuhan, dan masalah
bimbingan dan konseling
konseli
11.3 Menyusun dan mengembangkan
instrumen asesmen untuk
keperluan bimbingan dan
konseling
11.4 Mengadministrasikan asesmen
untuk mengungkapkan masalah-
masalah konseli.
11.5 Memilih dan
mengadministrasikan teknik
asesmen pengungkapan
kemampuan dasar dan
kecenderungan pribadi

STKIP Muhammadiyah Pringsewu Lampung Buku Ajar Profesi Kependidikan 141


konseling.
11.6 Memilih dan engadministrasikan
instrument untuk mengungkapkan
kondisi aktual konseli berkaitan
dengan lingkungan
11.7 Mengakses data dokumentasi
tentang konseli dalam pelayanan
bimbingan dan konseling
11.8 Menggunakan hasil asesmen
dalam pelayanan bimbingan dan
konseling dengan tepat
11.9 Menampilkan tanggung jawab
profesional dalam praktik
asesmen

12. Menguasai kerangka 12.1 Mengaplikasikan hakikat


teoretik dan praksis pelayanan bimbingan dan
bimbingan dan konseling.
konseling
12.2 Mengaplikasikan arah profesi
bimbingan dan konseling.
12.3 Mengaplikasikan dasar-dasar
pelayanan bimbingan dan
konseling.
12.4 Mengaplikasikan pelayanan
bimbingan dan konseling sesuai
kondisi dan tuntutan wilayah
kerja.
12.5 Mengaplikasikan pendekatan
/model/jenis pelayanan dan
kegiatan pendukung bimbingan
dan konseling.
12.6 Mengaplikasikan dalam praktik
format pelayanan bimbingan dan

STKIP Muhammadiyah Pringsewu Lampung Buku Ajar Profesi Kependidikan 142


konseling.

13. Merancang program 13.1 Menganalisis kebutuhan


Bimbingan dan konseling
Konseling
13.2 Menyusun program bimbingan
dan konseling yang berkelanjutan
berdasar kebutuhan peserta didik
secara komprehensif dengan
pendekatan perkembangan
13.3 Menyusun rencana pelaksanaan
program bimbingan dan
konseling
13.4 Merencanakan sarana dan biaya
penyelenggaraan program
bimbingan dan konseling

14.Mengimplementasikan 14.1 Melaksanakan program


program Bimbingan dan bimbingan dan konseling.
Konseling yang
komprehensif 14.2 Melaksanakan pendekatan
kolaboratif dalam pelayanan
bimbingan dan konseling.
14.3 Memfasilitasi perkembangan
akademik, karier, personal, dan
sosial konseling
14.4 Mengelola sarana dan biaya
program bimbingan dan
konseling

15. Menilai proses dan hasil 15.1 Melakukan evaluasi hasil,


kegiatan Bimbingan dan proses, dan program bimbingan
Konseling. dan konseling
15.2 Melakukan penyesuaian proses
pelayanan bimbingan dan
konseling.

STKIP Muhammadiyah Pringsewu Lampung Buku Ajar Profesi Kependidikan 143


15.3 Menginformasikan hasil pelaksanaan
evaluasi pelayanan bimbingan dan
konseling kepada pihak terkait
15.4 Menggunakan hasil pelaksanaan
evaluasi untuk merevisi dan
mengembangkan program
bimbingan dan konseling

16. Memiliki kesadaran dan 16.1 Memahami dan mengelola kekuatan


komitmen terhadap etika dan keterbatasan pribadi dan
profesional profesional.
16.2 Menyelenggarakan pelayanan sesuai
dengan kewenangan dan kode etik
profesional konselor
16.3 Mempertahankan objektivitas dan
menjaga agar tidak larut dengan
masalah konseli.
16.4 Melaksanakan referal sesuai dengan
keperluan
16.5 Peduli terhadap identitas profesional
dan pengembangan profesi
16.6 Mendahulukan kepentingan konseli
daripada kepentingan pribadi konselor
16.7 Menjaga kerahasiaan konseli

STKIP Muhammadiyah Pringsewu Lampung Buku Ajar Profesi Kependidikan 144


17. Menguasai konsep dan 17.1 Memahami berbagai jenis dan
praksis penelitian dalam metode penelitian
bimbingan dan konseling 17.2 Mampu merancang penelitian
bimbingan dan konseling
17.3 Melaksaanakan penelitian bimbingan
dan konseling
17.4 Memanfaatkan hasil penelitian dalam
bimbingan dan konseling dengan
mengakses jurnal pendidikan dan
bimbingan dan konseling

STKIP Muhammadiyah Pringsewu Lampung Buku Ajar Profesi Kependidikan 145


STANDAR TENAGA ADMINISTRASI SEKOLAH/MADRASAH

PENDAHULUAN
Di masyarakat/dunia pendidikan masih ada beberapa jabatan
yang belum diperhatikan/agak terlupakan yaitu tenaga administrasi
yang keberadaannya banyak mendukung atau sangat berperan dalam
memajukan pendidikan. Tenaga administrasi ini banyak diangkat
tanpa memperhatikan kompetensi (tenaga honorer) bahkan pegawai
yang bersangkutan tidak/kurang tahu tugas jabatannya, tulisan ini
bertujaun untuk membantu dalam pelaksanaan tugas maupun untuk
PNS dalam menyusun Sasaran Kerja Pegawai (SKP) yang harus di
buat/dilaksanakan pada tahun 2014 semoga bermanfaat.

A. Kualifikasi Dan Kompetensi Tenaga Administrasi


Sekolah/Madrasah Di Jenjang Pendidikan Dasar
Dan Menengah

Dalam proses pembelajaran di sekolah/madrasah terdapat suatu


subsistem/komponen yang saling berkaitan. Satu di antara
subsistem/komponen tersebut adalah tenaga administrasi sekolah/
madrasah di jenjang pendidikan dasar dan menengah. Keberadaan
tenaga tersebut akan sangat mendukung meningkatan mutu dan
pelayanan pendidikan apabila mereka memiliki kualifikasi dan
kompetensi minimal sesuai yang disyaratkan. Di samping itu,
kompetensi yang dimiliki akan mencerminkan proses Good
Governance. Pemenuhan standar kualifikasi dan standar kompetensi
bagi tenaga administrasi sekolah madrasah di jenjang pendidikan
dasar dan menengah dalam jabatan merupakan hak yang wajib
dipenuhi oleh penyelenggara sekolah/madrasah.
Keberadaan tenaga administrasi sekolah/madrasah di jenjang
pendidikan dasar dan menengah atau lazimnya disebut tenaga tata
usaha sekolah/madrasah dalam proses pembelajaran sangat
diperlukan. Sebagai satu komponen dalam proses pembelajaran,
tugas dan fungsi tenaga administrasi sekolah/madrasah di jenjang
pendidikan dasar dan menengah tidak dapat dilakukan oleh pendidik.
Hal ini disebabkan: pekerjaannya bersifat administratif yang tunduk
pada aturan yang sifatnya khusus, merupakan pekerjaan pelayanan
untuk kelancaran proses pembelajaran, lebih memerlukan

STKIP Muhammadiyah Pringsewu Lampung Buku Ajar Profesi Kependidikan 146


keterampilan khusus, sedikit yang memerlukan keahlian tertentu,
memerlukan kompetensi yang berbeda dengan kompetensi yang
disyaratkan untuk pendidik, kadang kala tidak berhubungan secara
langsung dengan peserta didik kecuali untuk jabatan instruktur, dan
sebagainya. Di samping itu, sesuai aturan kepegawaian, tugas tenaga
administrasi sekolah/madrasah di jenjang pendidikan dasar dan
menengah tidak boleh dirangkap oleh tenaga fungsional yang lain.
Sebagai subsistem atau komponen pembelajaran, keberadaannya
akan saling berkaitan dengan komponen yang lain agar tujuan
pendidikan dapat dicapai sesuai dengan harapan. Keberadaan
subsistem atau komponen tersebut harus memenuhi syarat baik dari
segi kuantitas maupun kualitasnya sesuai dengan Standar Nasional
Pendidikan sehingga hasil yang diharapkan dalam tujuan
pembelajaran pada setiap satuan pendidikan dapat dicapai sesuai
dengan rencana strategis yang telah ditetapkannya.
Subsistem tersebut antara lain meliputi: peserta didik, pendidik,
kepala sekolah, tenaga kependidikan yang meliputi (tenaga
administrasi sekolah/madrasah, laboran, pustakawan, instruktur,
bendahara sekolah, penjaga sekolah dan lain-lain), buku pelajaran,
kurikulum, masyarakat, lingkungan sekolah, kebijakan pemerintah,
aturan/tata tertib sekolah. Seluruh komponen tersebut sangat beperan
dan saling mempengaruhi sehingga proses pembelajaran dapat
berlangsung sesuai dengan rencana pembelajaran yang telah disusun
dan tujuan dilakukan pembelajaran dan dampak dari tujuan tersebut
dapat dicapai. Untuk dapat mengetahui sejauh mana keterkaitan
antara komponen proses pembelajaran dapat digambarkan sebagai
berikut.

STKIP Muhammadiyah Pringsewu Lampung Buku Ajar Profesi Kependidikan 147


Gambar Keterkaitan antar Subsistem dalam Proses Pembelajaran

Beberapa komponen telah dengan tegas diatur dalam Peraturan


Pemerintah Republik Indonesia Nomor 19 Tahun 2005 tentang
Standar Nasional Pendidikan, namun standar untuk tenaga
administrasi sekolah/madrasah di di jenjang pendidikan dasar dan
menengah baik yang berupa standar kualifikasi maupun
kompentensinya belum diatur secara khusus dan untuk itu penetapan
standarnya diatur dengan Peraturan Menteri.
Karena keberadaannya juga sangat penting dalam mencapai
tujuan pendidikan, maka pemenuhan standar kualifikasi dan
kompetensi standar yang ditetapkan dalam Peraturan Menteri
Pendidikan Nasional Republik Indonesia Nomor 24 Tahun 2008
Tanggal 11 Juni 2008 tentang Standar Tenaga Administrasi
Sekolah/Madrasah wajib dipenuhi agar dapat mengimbangi
pelayanan yang dilakukan oleh komponen lain di di jenjang
pendidikan dasar dan menengah itu dalam melayani fungsi
pembelajaran dan dalam rangka akuntabilitas terhadap masyarakat,
sekaligus dalam mendukung penciptaan kepemerintahaan yang baik
(good governance), yang satu di antara prinsip yang harus dipenuhi
adalah prinsip efisiensi, keefektifan (effectiveness), dan kualitas

STKIP Muhammadiyah Pringsewu Lampung Buku Ajar Profesi Kependidikan 148


pelayanan. Di samping itu, yang tidak kalah pentingnya adalah prinsip
fokus pada penyelarasan kewenangan dan tanggungj awab sebagai
kunci peningkatan kinerja.

B. Kualifikasi Dan Kompetensi Tenaga Administrasi


Sekolah/Madrasah

Renstra Pendidikan Nasional telah menetapkan pilar-pilar


kebijakan yang dijadikan kunci keberhasilan dalam pembangunan
pendidikan yaitu: pilar kebijakan pemerataan dan perluasan akses
pendidikan, pilar kebijakan peningkatan mutu, relevansi, dan daya
saing pendidikan, dan pilar kebijakan tata kelola, akuntabilitas, dan
citra publik. Untuk mencapai keberhasilan program ini perlu adanya
team work yang kuat baik yang berasal dari unsur pendidik, tenaga
kependidikan, maupun sumberdaya pendukung lainnya. Kebijakan
pemenuhan persyaratan minimal kompetensi terhadap seluruh
pemangku kepentingan pendidikan yang dilakukan secara
menyeluruh akan mendukung keberhasilan pencapaian program yang
telah ditetapkan.
Tenaga administasi sekolah/madrasah di samping memenuhi
standar kualifikasi juga diperlukan kompetensi untuk mengimbangi
kualifikasi yang telah dimilikinya dan kompetensi tenaga pendidik
sebagai satu di antara aktor kunci dalam proses pembelajaran.
Dengan demikian, jika diibaratkan sebuah rangkaian kereta api yang
sedang berjalan cepat, di situ ada lokomotif yang dikendalikan oleh
masinis (kepala sekolah/madrasah) yang dirangkaikan dengan
gerbong-gerbong yang membawa penumpang (peserta didik), yang
dipandu dan difasilitasi oleh kondektur (pendidik), dan di tengah
rangkaian ada restorasi yang di dalamnya ada beberapa pelayan
(tenaga adminstrasi sekolah/madrasah), dan rangkaian terakhir ada
gerbong disel yang dilayani oleh tenaga ahli/teknisi (laboran,
pustakawan, dan lainlain).
Rangkaian kereta api tersebut akan dapat berjalan dengan cepat
sesuai dengan rencana, lancar, aman, sampai tujuan apabila disiplin
berjalan di atas rel dengan mengikuti rambu-rambu di sepanjang rel
tersebut (kebijakan, aturan, anggaran, program, dan sebagainya).
Jadi, semuanya harus sejalan selaras, adil dan tidak ada diskriminasi
dalam pemenuhan persyaratannya. Dalam pengelolaan kepegawaian,
pembinaan pegawai negeri sipil lazim dimulai dari perencanaan,

STKIP Muhammadiyah Pringsewu Lampung Buku Ajar Profesi Kependidikan 149


pengadaan, pengangkatan dan penempatan, penugasan, pendidikan
dan pelatihan (pre-service dan in-service traning) pembinaan
kepangkatan, pembinaan jabatan, kesejahteraan (materi dan
nonmateri), tugas belajar/izin belajar, disiplin pegawai, pemensiunan,
dan pemberhentian. Ketentuan ini dapat ditiru oleh satuan pendidikan
yang diselenggarakan oleh masyarakat yang pegawainya bukan
pegawai negeri sipil.
Standar kualifikasi yang harus dipenuhi meliputi kualifikasi
pendidikan dan sertifikat kepala tenaga administrasi
sekolah/madrasah (khusus bagi kepala administasi tenaga
administrasi sekolah/madrasah) yang masing-masing berbeda untuk
setiap jenjang pendidikan di mana telah ditetapkan paling rendah
berpendidikan SMP yaitu bagi tenaga atau petugas layanan khusus
seperti tukang kebun, penjaga sekolah, tenaga kebesihan,
pengemudi, dan pesuruh. Sedangkan standar kompetensi meliputi:
kepribadian, sosial, teknis, manajerial (khusus untuk kepala tenaga
administrasi sekolah/madrasah (Peraturan Menteri Pendidikan
Nasional Republik Indonesia Nomor 24 Tahun 2008 tentang Standar
Tenaga Administrasi Sekolah/Madrasah). Untuk dapat memperjelas
komponen dimensi kompetensi tersebut dijabarkan sebagai berikut:
a. Dimensi kompetensi kepribadian meliputi: kompetensi memiliki
integritas dan akhlak mulia, etos kerja, pengendalian diri, percaya
diri, fleksibilitas, ketelitian, kedisiplinan, kreatif dan inovasi,
tanggung jawab.
b. Dimensi kompetensi sosial meliputi: kompetensi untuk: bekerja
dalam tim, pelayanan prima, kesadaran berorganisasi,
berkomunikasi efektif, dan membangun hubungan kerja.
c. Dimensi kompetensi teknis meliputi: kompetensi untuk
melaksanakan administrasi kepegawaian, keuangan, sarana
prasarana, hubungan sekolah dengan masyarakat, persuratan dan
pengarsipan, administrasi kesiswaaan, administrasi kurikulum,
administrasi layanan khusus, dan penerapan Teknologi Informasi
dan Komunikasi (TIK).
d. Dimensi kompetensi manajerial (khusus bagi kepala tenaga
administrasi sekolah/madrasah) meliputi kompetensi untuk:
mendukung pengelolaan standar nasional pendidikan, menyusun
program dan laporan kerja, mengorganisasikan staf,
mengembangkan staf, mengambil keputusan, menciptakan iklim

STKIP Muhammadiyah Pringsewu Lampung Buku Ajar Profesi Kependidikan 150


kerja yang kondusif, mengoptimalkan pemanfaatan sumberdaya,
membina staf, mengelola konflik, dan menyusun laporan.
Masing-masing kompetensi ini sesuai dengan Peraturan Menteri
Pendidikan Nasional Republik Indonesia Nomor 24 Tahun 2008
tentang Standar Tenaga Administrasi Sekolah/Madrasah dijabarkan
dalam subkompetensi yang lebih rinci agar dapat dilaksanakan sesuai
dengan tugas dan fungsi dalam setiap jenis dan jabatan administrasi
sekolah/madrasah dalam menunjang proses pembelajaran di sekolah
madrasah. Sesuai dengan fungsi-fungsi manajemen, penjabaran
kompetensi dalam subsub yang lebih rinci ini menggambarkan
pembagian tugas dan tanggung jawab sesuai dengan kemampuan
dan dan tingkat wewenangnya sehingga sesuai dengan jenis tugas
dan tangung jawab telah dibagi habis untuk dilaksanakan. Peraturan
Menteri Pendidikan Nasional Republik Indonesia Nomor 24 Tahun
2008 tentang Standar Tenaga Administrasi Sekolah/Madrasah
memberi kelonggaran kepada penyelenggara sekolah/madrasah
untuk menetapkan perangkapan jabatan apabila dikehendaki. Hal ini
dimungkinkan karena keterbatasan sumber daya manusia pada setiap
sekolah/madrasah yang terbatas. Di samping keuangan yang tidak
memadai apabila harus diangkat petugas baru untuk melaksanakan
tugas-tugas di sekolah itu. Berdasarkan ketentuan kepegawaian,
perangkapan jabatan ini tidak diperkenankan. Namun harus
diperhatikan dalam pengadaan pegawai ada prinsip bahwa setiap
pegawai negeri sipil harus memenuhi jam wajib kerja 37,5 jam
perminggu, sehingga dalam satu tahun Pegawai Negeri Sipil (PNS)
harus bekerja selama 1800 jam sehingga dalam empat tahun jumlah
jam wajib PNS adalah 7.200 jam. Ketentuan ini terkait dengan sistem
kepangkatan untuk PNS secara reguler adalah empat tahunan, dan
juga dikaitkan dengan skala penggajian yang pada umumnya
berlandaskan pada masa kerja, golongan dan pangkat.

C. Pemenuhan Standar Kualifikasi Dan Kompetensi


Bagi tenaga administrasi sekolah/madrasah yang saat ini sudah
bekerja di sekolah/madrasah itu atau biasanya disebut tenaga
adminstrasi sekolah/madrasah dalam jabatan, pemenuhan standar
kualifikasi dan standar kompetensi seyogyanya difasilitasi oleh
penyelenggara sekolah/ madrasah. Hal ini dikarenakan standar
kualifikasi dan kompetensi belum merupakan persyaratan pada saat

STKIP Muhammadiyah Pringsewu Lampung Buku Ajar Profesi Kependidikan 151


yang bersangkutan melamar menjadi tenaga administrasi
sekolah/madrasah. Lima tahunke depan pemenuhan standar ini
sudah menjadi keharusan setiap sekolah/madrasah. Secara umum
kondisi kualifikasi dan kompetensi sumber daya manusia di
sekolah/madrasah pada saat ini belum seluruhnya memenuhi
persyaratan minimal ketentuan yang telah ditetapkan. Walaupun
demikian, Peraturan Menteri Pendidikan Nasional Republik Indonesia
Nomor 24 Tahun 2008 tentang Standar Tenaga Administrasi
Sekolah/Madrasah memberi batas waktu kepada sekolah/madrasah
hingga tahun 2013 untuk menerapkan standar ini. Beberapa
sekolah/madrasah yang diselenggarakan pemerintah atau pemerintah
daerah akan tidak menemui masalah, akan tetapi pada
sekolah/madrasah yang diselenggarakan oleh masyarakat, ketentuan
dalam Permendiknas ini akan menghadapi kendala anggaran untuk
memenuhinya.
Terlepas dari kemampuan penyelenggara sekolah/madrasah,
pemenuhan standar ini wajib dilakukan karena di samping sebagai
pelaksanaan pilar-pilar kebijakan dalam penyelenggaraan
pembangunan pendidikan sesuai dengan Peraturan Pemerintah
Republik Indonesia Nomor 19 Tahun 2005 tentang Standar Nasional
Pendifdikan, juga sebagai meningkatkan kualitas sekolah/madrasah
yang berdampak menambah kepercayaan masyarakat di
lingkungannya. Dengan demikian, peningkatan kualifikasi dan
kompetensi tenaga administrasi sekolah/madrasah bukan sekedar
pemenuhan kebutuhan saja, tetapi sudah berubah menjadi hak pada
setiap tenaga administrasi sekolah/madrasah yang sekarang ini
sudah ada dan bekerja di sekolah/madrasah. Pemenuhan hak akan
menjadi penting karena apabila sudah menjadi suatu kebutuhan
dasar, maka untuk memenuhinya sudah menjadi keharusan dan tidak
dapat diganggu gugat walaupun untuk memenuhinya kadangkala
mengalami kesulitan (Emilie M Hafner-Burton & Kiyoteru Tsutsui
@notes.cc.sunysb.edu).
Sesuai Peraturan Mendiknas No 24 tahun 2008 Tenaga
administrasi sekolah/madrasah terdiri atas kepala tenaga
administrasi sekolah/madrasah, pelaksana urusan, dan petugas
layanan khusus (Tukang kebun, Tenaga kebersihan dll) mempunyai
kualifikasi jabatan dan kompetensi teknis yang harus dilakukan yang
dapat dirangkum senagai berikut:

STKIP Muhammadiyah Pringsewu Lampung Buku Ajar Profesi Kependidikan 152


KUALIFIKASI JABATAN

NO JABATAN PENDIDIKAN PENGALAMAN KETERANGAN


1 Kepala Tenaga SLTA sebagai tenaga Memiliki sertifikat
Administrasi administrasi kepala tenaga
SD/MI/SDLB sekolah/madrasah administrasi
minimal 4 (empat) sekolah/madrasah
tahun.
(Apabila memiliki lebih dari 6 (enam) rombongan belajar)
2 Kepala Tenaga lulusan D3 sebagai tenaga SDA
Administrasi atau yang administrasi
SMP/MTs/SMP sederaja
LB sekolah/madrasah
minimal 4 (empat)
tahun
3 Kepala Tenaga S1 program pengalaman kerja SDA
Administrasi studi yang sebagai tenaga
SMA/MA/SMK/ relevan atau administrasi
MAK/SMALB D3 dan
yang sekolah/madrasah
sederajat, minimal 8
(delapan) tahun
4 Pelaksana Berpendidik memiliki sertfikat
Urusan an minimal yang relevan.
Administrasi lulusan
SMK/MAK

KOMPETENSI TEKNIS

NO JABATAN KOMPETENSI

1 Kepala Tenaga 1 Melaksanakan administrasi kepegawaian


Administrasi
2 Melaksanakan administrasi keuangan
Sekolah/Madrasah
3 Melaksanakan administrasi sarana dan
prasarana

STKIP Muhammadiyah Pringsewu Lampung Buku Ajar Profesi Kependidikan 153


4 Melaksanakan administrasi hubungan sekolah
dngan masyarakat
5 Melaksanakan administrasi persuratan dan
pengarsipan
6 Melaksanakan administrasi kesiswaan
7 Melaksanakan administrasi kurikulum
8 Melaksanakan administrasi layanan khusus
9 Menerapkan Teknologi Informasi dan
Komunikasi (TIK)

2 Pelaksana Urusan 1. Memahami pokok-pokok peraturan


Kepegawaian kepegawaian berdasarkan standar pendidik
dan tenaga kependidikan
2. Membantu merencanakan kebutuhan tenaga
pendidik dan kependidikan
3. Melaksanakan prosedur dan mekanisme
kepegawaian
4. Mengelola buku induk, administrasi Daftar Urut
Kepangkatan (DUK)
5. Melaksanakan registrasi dan kearsipan
kepegawaian
6. Menyiapkan format- format kepegawaian
7. Memproses kepangkatan, mutasi, dan promosi
pegawai
8. Menyusun laporan kepegawaian
9. Menyusun dan menyajikan data/statistik
kepegawaian
10. Membuat layanan sistem informasi dan
pelaporan kepegawaian
11. Memanfaatkan TIK untuk mengadministrasikan

STKIP Muhammadiyah Pringsewu Lampung Buku Ajar Profesi Kependidikan 154


kepegawaian

3 Pelaksana Urusan 1. Membantu menghitung biaya investasi, biaya


Administrasi operasi, dan biaya personal
Keuangan
2. Membantu pimpinan mengatur arus dana
3. Menyusun dan menyajikan data/statistik
keuangan
4. Membuat layanan sistem informasi dan
pelaporan keuangan
5. Memanfaatkan TIK untuk mengadministrasikan
keuangan

4 Pelaksana Urusan 1. Menerapkan peraturan kesekretariatan


Administrasi
2. Melaksanakan program kesekretariatan
Persuratan dan
Pengarsipan 3. Mengelola surat masuk dan keluar
4. Membuat konsep surat
5. Melaksanakan kearsipan sekolah/madrasah
6. Menyusutkan surat/dokumen
7. Menyusun laporan administrasi persuratan dan
pengarsipan

5 Penjaga 1. Mengenal peta wilayah sekolah/madrasah


Sekolah/Madrasah dengan baik
2. Memanfaatkan peta wilayah sekolah/madrasah
untuk kepentingan keamanan
sekolah/madrasah
3. Menguasai teknik bela diri
4. Merespons peristiwa dengan cepat dan tepat
5. Membuat dokumen/catatan tentang keamanan
sekolah/madrasah

STKIP Muhammadiyah Pringsewu Lampung Buku Ajar Profesi Kependidikan 155


6. Melakukan tindakan pengamanan

6 Tukang Kebun 1. Menggunakan peralatan pertanian dan atau


perkebunan
2. Merawat peralatan pertanian dan atau
perkebunan
3. Mengenal teknik penanaman
4. Merawat tanaman

SIMPULAN
Dari uraian di atas dapat disimpulkan sebagai berikut:
a. Kualitas dan kompetensi tenaga administrasi sekolah/madrasah
merupakan suatu komponen yang sangat berkaitan dengan proses
pembelajaran yang bermutu.
b. Untuk mencapai standar nasional pendidikan di sekolah/madrasah,
setiap tenaga administrtasi sekolah/madrasah wajib memenuhi
standar kualifikasi dan kompetensi sesuai dengan ketetapan yang
mengatur tentang itu.
c. Pemenuhan standar kualifikasi dan kompetensi tenaga
administrasisekolah/madrasah akan dapat mengimbangi kualitas
pendidik dalam proses pembelajaran di sekolah/ madrasah.
d. Standar kualifikasi dan kompetensi sudah merupakan hak bagi
setiap tenaga administrasi sekolah/madrasah yang saat ini sudah
bekerja di sekolah/madrasah atau tenaga administrasi
sekolah/madrasah dalam jabatan, sehingga wajib dipenuhi oleh
penyelenggara sekolah/madrasah.
e. Kelalaian penyelenggara sekolah/madrasah untuk mematuhi
ketentuan standar ini akan dianggap sebagai suatu pelanggaran
dan dapat dikenakan sanksi, lebih-lebih apabila sudah melanggar
hak asasi setiap tenaga administrasi sekolah/madrasah di
sekolah/madrasah itu.

STKIP Muhammadiyah Pringsewu Lampung Buku Ajar Profesi Kependidikan 156


DAFTAR PUSTAKA

Peraturan Pemerintah Nomor 19 Tahun 2005 tentang Standar


Nasional Pendidikan. (Lembaran Negara Republik Indonesia
Tahun 2005 nomor 41, Tambahan Lembaran Negara
Republik Indonesia Nomor 4496.

Peraturan Menteri Pendidikan Nasional Nomor 24 Tahun 2008


tentang StandarTenaga Administrasi Sekolah/Madrasah.
Departemen Pendidikan Nasional. Rencana Strategis
Pendidikan Nasional 2005-2009.

STKIP Muhammadiyah Pringsewu Lampung Buku Ajar Profesi Kependidikan 157


KUALIFIKASI DAN KOMPETENSI
TENAGA PERPUSTAKAAN SEKOLAH/MADRASAH
PENDAHULUAN
Dalam rangka meningkatkan dan menjamin mutu pendidikan,
pemerintah telah menetapkan berbagai standar nasional pendidikan
(SNP), mulai dari standar isi, proses, dan pengelolaan serta standar
pendidik dan tenaga kependidikan. Untuk mencapai standar-standar
yang telah ditetapkan ini tentunya dibutuhkan berbagai proses dan
waktu sesuai dengan kondisi di masing-masing lembaga pendidikan,
walaupun batas waktu yang ditetapkan menjadi ukuran bagaimana
proses pencapaian standar harus dipersiapkan dan dilakukan. Salah
satu standar yang harus segera dipersiapkan adalah standar tenaga
perpustakaan sekolah/madrasah. Sebagaimana telah ditetapkan
dalam Permendiknas No. 25 Tahun 2008 mengamanatkan bahwa
kepemilikan perpustakaan dan tenaga pengelola perpustakaan di
sekolah/madrasah harus dapat terpenuhi selambat-lambatnya pada
Juni 2013 atau 5 (lima) tahun setelah peraturan tentang hal tersebut
ditetapkan. Tulisan ini memaparkan tentang perpustakaan
sekolah/madrasah, tugas dan tanggung jawab serta standar
kualifikasi dan kompetensi tenaga perpustakaan sekolah/madrasah,
termasuk upaya-upaya yang harus dilakukan oleh berbagai pihak
yang terkait dengan standarisasi perpustakaan dan tenaga
perpustakaan sekolah madrasah.

PEMBAHASAN

Dalam Undang-Undang No. 43 Tahun 2007 tentang


Perpustakaan pada Bab I Pasal 1 dinyatakan bahwa “Perpustakaan
adalah institusi pengelola koleksi karya tulis, karya cetak, dan/atau
karya rekam secara profesional dengan sistem yang baku guna
memenuhi kebutuhan pendidikan, penelitian, pelestarian, informasi
dan rekreasi para pemustaka”. Kemudian pada Bab VII Pasal 20
tentang Jenis-Jenis Perpustakaan dipaparkan bahwa perpustakaan
terdiri atas: a) Perpustakaan Nasional; b) Perpustakaan Umum; c)
Perpustakaan Sekolah/Madrasah; d) Perpustakaan Perguruan Tinggi;
dan e) Perpustakaan Khusus.

STKIP Muhammadiyah Pringsewu Lampung Buku Ajar Profesi Kependidikan 158


Perpustakaan Sekolah/Madrasah sebagai salah satu dari berbagai
jenis perpustakaan berdasarkan undang-undang di atas merupakan
salah satu unit yang berada di sekolah/madrasah yang diharapkan
dapat memenuhi kebutuhan proses pembelajaran yang sedang
berlangsung. Oleh karena itu setiap lembaga pendidikan, seperti
sekolah dan madrasah, secara mutlak harus memiliki perpustakaan
untuk menunjang kelancaran proses pembelajaran demi tercapainya
tujuan pendidikan yang telah digariskan. Hal ini tentunya menjadi
prioritas tersendiri yang harus dilakukan oleh berbagai pihak terkait
dengan penyelenggaraannya di sekolah/madrasah. Peraturan lain
yang menegaskan pentingnya penyelenggaraan perpustakaan
sekolah/madrasah adalah Peraturan Pemerintah Nomor 19 Tahun
2005 tentang Standar Nasional Pendidikan pada Bab VII Pasal 42
yang berkaitan dengan sarana dan prasarana pendidikan
mengemukakan bahwa:
1. Setiap satuan pendidikan wajib memiliki sarana yang meliputi
perabot, peralatan pendidikan, media pendidikan, buku dan
sumber belajar lainnya, bahan habis pakai, serta perlengkapan
lain yang diperlukan untuk menunjang proses pembelajaran yang
teratur dan berkelanjutan;
2. Setiap satuan pendidikan wajib memiliki prasarana yang meliputi
lahan, ruang kelas, ruang pimpinan satuan pendidikan, ruang
pendidik, ruang tata usaha, ruang perpustakaan, ruang
laboratorium, ruang bengkel kerja, ruang unit produksi, ruang
kantin, instalasi daya dan jasa, tempat berolahraga, tempat
beribadah, tempat bermain, tempat berkreasi, dan ruang/tempat
lain yang diperlukan untuk menunjang proses pembelajaran yang
teratur dan berkelanjutan.
Peraturan di atas menguatkan bahwa sekolah dan madrasah
wajib memiliki perpustakaan. Perpustakaan Sekolah/Madrasah yang
tercantum pada Bab VII Bagian Ketiga Pasal 23 ayat 1 sampai
dengan 6 yang berisi sebagai berikut:
1. Setiap sekolah/madrasah menyelenggarakan perpustakaan yang
memenuhi standar nasional perpustakaan dengan memperhatikan
Standard Nasional Pendidikan.
2. Perpustakaan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) wajib memiliki
koleksi buku teks pelajaran yang ditetapkan sebagai buku teks
wajib pada satuan pendidikan yang bersangkutan dalam jumlah
yang mencukupi untuk melayani semua peserta didik dan pendidik.

STKIP Muhammadiyah Pringsewu Lampung Buku Ajar Profesi Kependidikan 159


3. Perpustakaan sebagaimana dimaksud pada ayat (1)
mengembangkan koleksi lain yang mendukung pelaksanaan
kurikulum pendidikan.
4. Perpustakaan sekolah/madrasah melayani peserta didik
pendidikan kesetaraan yang dilaksanakan di lingkungan satuan
pendidikan yang bersangkutan.
5. Perpustakaan sekolah/madrasah mengembangkan layanan
perpustakaan berbasis teknologi informasi dan komunikasi.
6. Sekolah/madrasah mengalokasikan dana paling sedikit 5% dari
anggaran belanja operasional sekolah/madrasah atau belanja
barang di luar belanja pegawai dan belanja modal untuk
pengembanan perpustakaan.
Para ahli berpendapat, bahwa perpustakaan memiliki berbagai
fungsi antara lain fungsi-fungsi edukatif, informatif, riset, administratif,
interpretatif, deposit, kreatif dan rekreatif. Untuk menjalankan fungsi-
fungsi tersebut, maka sumber daya perpustakaan utama yang harus
ada di setiap perpustakaan dan untuk melayani pemustakanya adalah
koleksi perpustakaan dan pengelola perpustakaan yang lazim disebut
dengan pustakawan, tenaga teknis perpustakaan, dan tenaga teknis
lain pendukung perpustakaan.

A. Tenaga Perpustakaan pada Perpustakaan Sekolah/Madrasah


Keberadaan perpustakaan di sekolah/ madrasah dapat berfungsi
sesuai dengan tuntutan perundang-undangan jika dikelola oleh
pengelola perpustakaan, yang lazim disebut pustakawan dan/atau
tenaga teknis perpustakaan. Pustakawan adalah “seseorang yang
memiliki kompetensi yang diperoleh melalui pendidikan dan/ atau
pelatihan kepustakawanan serta mempunyai tugas dan tanggung
jawab untuk melaksanakan pengelolaan dan pelayanan
perpustakaan” (UU No. 43 Bab I Ketentuan Umum Ayat 8).
Selanjutnya pada bagian lain dikemukakan bahwa Tenaga
Perpustakaan adalah:
1. Tenaga perpustakaan terdiri atas pustakawan dan tenaga teknis
perpustakaan
2. Pustakawan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) harus
memenuhi kualifikasi sesuai dengan standard nasional
perpustakaan

STKIP Muhammadiyah Pringsewu Lampung Buku Ajar Profesi Kependidikan 160


3. Tugas tenaga teknis perpustakaan sebagaimana dimaksud pada
ayat (1) dapat dirangkap olelh pustakawan sesuai dengan kondisi
perpustakaan yang bersangkutan.
4. Ketentuan mengenai tugas, tanggung jawab, pengangkatan,
pembinaan, promosi, pemindahan tugas, dan pemberhenian
tenaga perpustakaan yang berstatus penawai negeri sipil
dilakukan sesuai dengan peraturan perundang-undangan
5. Ketentuan mengenai tugas, tanggung jawab, pengangkatan,
pembinaan, promosi, pemindahan tugas, dan pemberhentian
tenaga perpustakaan yang berstatus non pegawai negeri sipil
dilakukan sesuai dengan peraturan yang ditetapkan oleh
penyelenggara perpustakaan yang bersangkutan.
Membahas mengenai pustakawan, para ahli mengemukakan
bahwa pustakawan adalah kaum profesional yang memiliki kualifikasi
akademik paling rendah sarjana (S-1) atau diploma empat (D-IV)
dalam bidang perpustakaan dari perguruan tinggi terakreditasi.
Beberapa ahli mengemukakan bahwa pustakawan sebagai
profesional adalah seseorang yang memiliki kualifikasi akademik
serendah-rendahnya sarjana (S1) atau diploma empat (D-IV) di luar
bidang perpustakaan dari perguruan tringgi yang terakreditasi dapat
menjadi pustakawan setelah lulus pendidikan dan pelatihan bidang
perpustakaan dengan jumlah kredit tertentu. Dalam Jabatan
Fungsional Pustakawan dan Angka Kreditnya berdasarkan Kepmen
PAN Nomor: 132/KEP/M.PAN/12/2002 dan Keputusan Bersama
Kepala Perpustakaan Nasional RI dan Kepala Badan Kepegawaian
Negara No: 23 Tahun 2003 dan Nomor 21 Tahun 2003 dikemukakan
bahwa Pustakawan adalah pejabat fungsional yang berkedudukan
sebagai pelaksana penyelenggara tugas utama kepustakawanan
pada unit-unit perpustakaan, dokumentasi dan informasi pada instansi
pemerintah. Sedangkan tugas pokok penjabat fungsional
Pustakawan Tingkat Terampil meliputi pengorganisasian dan
pendayagunaan koleksi bahan pustaka/sumber informasi,
pemasyrakatan perpustakaan, dokumentasi dan informasi. Adapun
tugas pokok Pustakawan Tingkat Ahli meliputi pengorganisasian dan
pendayagunaan koleksi bahan pustaka/sumber informasi,
pemasyarakatan perpustakaan, dokumentasi dan informasi serta
pengkajian pengembangan perpustakaan, dokumentasi dan
informasi. Pada tabel 1 berikut dipaparkan tentang berbagai kegiatan
yang harus dilakukan oleh seorang pustakawan:

STKIP Muhammadiyah Pringsewu Lampung Buku Ajar Profesi Kependidikan 161


Tabel 1
Unsur dan Sub Unsur Kegiatan Pustakawan

Unsur Kegiatan Sub Unsur Kegiatan

1. Pendidikan 1. Pendidikan Sekolah dan memperoleh ijazah dan


gelar
2. Pendidikan dan pelatihan fungsional di bidang
kepustakawanan serta memperoleh Surat Tanda
Tamat Pendidikan dan Pelatihan (STTPP) atau
sertifikat
2. Pengorganisasian 1. Pengembangan koleksi
dan 2. Pengolahan bahan pustaka
pendayagunaan 3. Penyimpanan dan pelestarian bahan pustaka
koleksi bahan 4. Pelayanan informasi
pustaka/sumber
informasi meliputi:
3. Pemasyarakatan 1. Penyuluhan
perpustakaan, 2. Publisitas
dokumentasi dan 3. Pameran
informasi meliputi:
4. Pengkajian dan 1. Pengkajian
pengembangan 2. Pengembangan Perpustakaan
perpustakaan, 3. Analisis/kritik karya kepustakawanan
dokumentasi dan 4. Penelaahan pengembangan di bidang
informasi, meliputi: perpustakaan, dokumentasi dan informasi
5. Pengembangan 1. Membuat karya tulis/karya ilmiah di bidang
Profesi, meliputi: perpustakaan, dokumentasi dan informasi
2. Menyusun pedoman/petunjuk teknis di bidang
perpustakaan, dokumentasi dan informasi
3. Menerjemahkan/menyadur buku dan bahan-bahan
lain di bidang di bidang perpustakaan,
dokumentasi dan informasi
4. Melakukan tugas sebagai Ketua

STKIP Muhammadiyah Pringsewu Lampung Buku Ajar Profesi Kependidikan 162


Unsur Kegiatan Sub Unsur Kegiatan

Kelompok/Koordinator Pustakawan atau memimpin


unit perpustakaan
5. Memberi konsultasi kepustakawanan yang bersifat
konsep
6. Penunjang tugas 1. Mengajar
Pustakawan, 2. Melatih
meliputi: 3. Membimbing mahasiswa dalam penyusunan
skripsi, tesis, disertasi yang berkaitan dengan
ilmu di bidang perpustakaan, dokumentasi dan
informasi
4. Memberikan konsultasi teknis sarana dan
prasarana di bidang perpustakaan, dokumentasi
dan informasi
5. Mengikuti seminar, lokakarya dan pertemuan
bidang kepustakawanan
6. Menjadi anggota organisasi profesi
kepustakawanan
7. Melakukan lomba kepustakawanan
8. Memperoleh penghargaan dan tanda jasa
9. Memperoleh gelar kesarjanaan lainnya
10.Menyunting risalah pertemuan ilmiah
11.Keikutsertaan dalam Tim Penilai Jabaran
Pustakawan

(Dikutip dari Bab III Pasal 5: Keputusan Menteri Pendayagunaan Apartur Negara
Nomor 132/132/KEP/M.PAN/12/2002.)

STKIP Muhammadiyah Pringsewu Lampung Buku Ajar Profesi Kependidikan 163


Selanjutnya Bab IV dari Kepmen PAN ini mengemukakan tentang
Jenjang Jabatan dan Pangkat Pustakawan sebagai berikut:

Tabel 2
Jenjang Jabatan dan Pangkat Pustakawan
Jabatan Jenjang Pangkat
1. Pustakawan 1. Pustakawan 1. Pengatur Muda
Tingkat Pelaksana tingkat I, golongan
Terampil 2. Pustakawan Ruang II/b: Pengatur,
Pelaksana golongan ruang II/c;
Lanjutan Pengatur Tingkat I.
3. Pustakawan Golongan ruang II/d
Penyelia 2. Penata Muda,
golongan ruang III/a;
Penata Muda Tingkat
I, golongan ruang III/b
3. Penata, golongan
ruang III/c; Penata
Tingkat I, golongan
ruang III/d
2. Pustakawan 1. Pustakawan 1. Penata Muda,
Tingkat Ahli Pertama golongaqn III/a,
2. Pustakawan Muda Penata Muda Tingkat
3. Pustakawan I, golongan ruang III/b
Madya 2. Penata, golongqan
4. Pustakawan III/c, Penata Tingkat I,
Utama golongan ruang III/d
3. Pembina ,. Golongan
IV/a, Pembina
Tingkat I golongan
ruang IV/b, Pembina
Utama Muda,
golongan ruang IV/c
4. Pembina Utama
Madya, golongaqn
ruang IV/d, Pembina
Utama, golongan

STKIP Muhammadiyah Pringsewu Lampung Buku Ajar Profesi Kependidikan 164


Jabatan Jenjang Pangkat
ruang IV/e

(Dikutip dari Bab IV Pasal 6: Keputusan Menteri Pendayagunaan apartur Negara


Nomor 132/132/KEP/M.PAN/12/2002.)

Tabel di atas secara jelas menyiratkan bahwa Perpustakaan


harus dikelola oleh Pustakawan atau pengelola perpustakaan lainnya
secara profesional oleh sumber daya manusia yang memiliki
kompetensi sebagai pustakawan dan pengelola perpustakaan.
Sedangkan pada PP No. 19/ 2005 Bab VI Pasal 35 tentang Tenaga
Kependidikan dinyatakan bahwa (a) SD/MI atau bentuk lain yang
sederajat sekurang-kurangnya terdiri atas kepala sekolah/madrasah,
tenaga administrasi, tenaga perpustakaan, dan tenaga kebersihan
sekolah/madrasah; (b) SMP/MTs atau bentuk lain yang sederajat dan
SMA/MA, atau bentuk lain yang sederajat sekurang-kurangnya terdiri
atas kepala sekolah/madrasah, tenaga administrasi, tenaga
perpustakaan, tenaga laboratorium, dan tenaga kebersihan
sekolah/madrasah; (c) SMK/MAK atau bentuk lain yang sederajat
sekurang-kurangnya terdiri atas kepala sekolah/madrasah, tenaga
administrasi, tenaga perpustakaan, tenaga laboratorium, dan tenaga
kebersihan sekolah/madrasah; (d) SDLB, SMPLB, dan SMALB atau
bentuk lain yang sederajat sekurang-kurangnya terdiri atas kepala
sekolah, tenaga administrasi, tenaga perpustakaan, tenaga
laboratorium, tenaga kebersihan sekolah, teknisi sumber belajar,
psikolog, pekerja sosial, dan terapis; (e) Paket A, Paket B dan Paket
C sekurang-kurangnya terdiri atas pengelola kelompok belajar, tenaga
administrasi, dan tenaga perpustakaan; (f) lembaga kursus dan
lembaga pelatihan keterampilan sekurang-kurangnya terdiri atas
pengelola atau penyelenggara, teknisi, sumber belajar, pustakawan,
dan laboran. Selanjutnya, Permendiknas Nomor 19 Tahun 2007
tentang Standar Pengelolaan Pendidikan dinyatakan bahwa tenaga
perpustakaan melaksanakan tugas dan tanggung jawabnya
melaksanakan pengelolaan sumber belajar di perpustakaan. Dalam
pengelolaan perpustakaan di sekolah/madrasah perlu:
1. menyediakan petunjuk pelaksanaan operasional peminjaman buku
dan bahan pustakalainnya;

STKIP Muhammadiyah Pringsewu Lampung Buku Ajar Profesi Kependidikan 165


2. merencanakan fasilitas peminjaman buku dan bahan pustaka
lainnya sesuai dengan kebutuhan peserta didik dan pendidik;
3. membuka pelayanan minimal enam jam se-hari pada hari kerja;
4. melengkapi fasilitas peminjaman antar perpus-takaan, baik internal
maupun eksternal;
5. menyediakan pelayanan peminjaman dengan perpustakaan dari
sekolah/madrasah.

Menyimak peraturan tersebut bahwa tenaga perpustakaan juga


memiliki tugas lain yaitu melaksanakan pengelolaan sumber belajar di
perpustakaan, tentunya harus memiliki keterampilan teknis sebagai
pengelola sumber belajar tesebut. Pada Bab VIII Bagian Kesaru,
Pasal 29 ayat (1) dikemukakan tentang tenaga teknis
perpustakaan, yang dijelaskan pada Penjelasan Atas UU RI No.
43/2007 bahwa yang dimaksud dengan tenaga teknis perpustakaan
adalah tenaga non-pustakawan yang secara teknis mendukung
pelaksanaan fungsi perpustakaan, misalnya, tenaga teknis computer,
teanga teknis audio-visual, dan tenaga teknis ketatausahaan.
Sedangkan pada Pasal 30 pada Penjelasan Atas UU RI No. 43/2007
dikemukakan bahwa yang dimaksud teanga ahli di bidang
perpustakaan adalah seseorang yang memiliki kapabilitas, integritas
dan kompetensi di bidang perpustakaan.
Untuk menunjang profesionalisme para pengelola perpustakaan di
sekolah/ madrasah, kemudian pemerintah mengeluarkan kebijakan
yang tertuang dalam Permendiknas Nomor 25 Tahun 2008 tentang
Standar Tenaga Perpustakaan Sekolah/Madrasah berupa
kualifikasi dan kompetensi yang harus dimiliki oleh tenaga pengelola
perpustakaan di sekolah/madrasah. Pada bagian akhir Permendiknas
No. 25/2008 di atas, dinyatakan bahwa “penyelenggara
sekolah/madrasah wajib menerapkan standar tenaga perpustakaan
sekolah dan madrasah selambat-lambatnya 5 (lima) tahun setelah
Permen ditetapkan. Hal ini berarti pada Juni 2013, setiap lembaga
pendidikan, khususnya sekolah/madrasah harus sudah memiliki
tenaga perpustakaan yang memiliki kualifikasi dan kompetensi yang
telah ditetapkan. UU RI No. 43/2007 mengemukakan dengan rinci
tentang Tenaga Perpustakaan, hak-hak pustakawan dan tenaga
teknis perpustakaan, kewajiban-kewajiban yang harus dilakukannya,
seperti pendidikan yang harus ditempuh, organisasi profesi yang
harus dimiliki, kode etik dll.

STKIP Muhammadiyah Pringsewu Lampung Buku Ajar Profesi Kependidikan 166


Sebagai kelompok profesional, seyogyanya pustakawan memiliki ciri-
ciri sebagai berikut:
1. Telah mengikuti pendidikan salah satu ilmu yang utuh (berijazah
minimal sarjana (S-1) atau diploma –IV (D-IV).
2. Menunjukkan kompetensi personal, kompetensi kepribadian,
kompetensi sosial.
3. Secara umum guru, pustakawan atau pengelola perpustakaan
sekolah seyogianya memiliki kompetensi pedagodik.
4. Menunjukkan kemampuan berintegritas kepada organisasi yang
menaungi perpustakaan yang digelutinya (sekolah/madrasah)
yang antara lain menunjukkan motivasi, etos kerja, kewibawaan,
kejujuran yang dapat meningkatkan citra perpustakaan sehingga
menunjukkan jati dirinya sebagai seorang profesional.
5. Menggunakan waktu sepenuhnya untuki profesi yang digelutinya
6. Memiliki pendapatan (upa jiwa) yang tetap dan cukup untuk
membiayai hidup dan kehidupannya dari kemampuan yang
dimilikinya, berupa gaji pokok, tunjangan yang melekat pada gaji
dan penghasilan lainnya
7. Mampu diuji oleh masyarakat penggunanya
8. Memiliki kode etik profesional untuk menjaga kehormatan,
martabat, citra dan profesionalistas. Kode etik seyogianya memuat
sanksi pelanggaran kode etik dan mekanisme penegakan kode
etik
9. Berpartsipasi aktif pada organisasi profesi, untuk memajukan dan
memberi perlindungan profesi. Organisasi profesi yang memiliki
dengan lengkap anggaran dasar dan anggaran rumah tangga.
10. Menuangkan segala ide, wawasan, buah pemikiran, hasil
penelitian yang dimilikinya dalam bentuk tulisan (karya) yang
terekam
Ciri-ciri profesional di atas, sejatinya harus dimiliki oleh
pustakawan yang tentunya dituntut untuk menjadi sumber daya
manusia pada perpustakaan sekolah/madrasah baik sebagai Kepala
Perpustakaan, maupun sebagai tenaga pengelola perpusakaan. Pada
Permendiknas Nomor 25 Tahun 2008, khususnya pasal 1, dinyatakan
bahwa standar tenaga perpustakaan sekolah/madrasah mencakup;
(a) kepala perpustakaan sekolah/madrasah dan (b) tenaga
perpustakaan sekolah/ madrasah. Pasal 1 ini menyuratkan dengan
jelas bahwa Kepala perpustakaan adalah pimpinan yang mengelola
perpustakaan, sedangkan tenaga perpustakaan adalah staf yang

STKIP Muhammadiyah Pringsewu Lampung Buku Ajar Profesi Kependidikan 167


membantu pimpinan perpustakaan dalam pengelolaan perpustaan di
sekolah/madrasah.

B. Kualifikasi Kepala Perpustakaan Sekolah/Madrasah


Suatu sekolah/madrasah wajib memiliki kepala perpustakaan jika
telah memenuhi persyaratan sebagai berikut:
1. Jumlah tenaga perpustakaan yang dimiliki lebih dari 1 (satu) orang;
2. Sekolah/madrasah memiliki lebih dari 6 rombongan belajar; dan
3. telah memiliki koleksi minimal 1000 judul materi perpustakaan.
Jadi, jika persyaratan tersebut telah terpenuhi, maka
sekolah/madrasah wajib mengangkat kepala perpustakaan
sekolah/madrasah.
Sumber Daya Manusia yang diangkat mejadi kepala perpustakaan
sekolah/madrasah dapat berasal dari jalur pendidik atau guru, dan
dapat pula berasal dari tenaga kependidikan (bukan guru). Perbedaan
jalur tersebut membedakan kualifikasi yang dipersyaratkan, yakni:
1. Bagi kepala perpustakaan yang berasal dari jalur pendidik atau
guru harus memiliki persyaratan 1) memiliki kualifikasi minimal
sarjana (S-1) atau Diploma IV (D-IV); 2) memiliki sertifikat
kompetensi pengelolaan perpustakaan sekolah/madrasah dari
lembaga yang ditetapkan pemerintah; dan 3) masa kerja minimal 3
tahun.
2. Bagi kepala perpustakaan yang berasal dari jalur tenaga
kependidikan harus memenuhi kualifikasi 1) kualifikasi akademik
minimal Diploma II (D-II) Ilmu Perpustakaan dan Informasi dengan
masa kerja minimal 4 tahun; atau 2) Kualifikasi akademik minimal
Diploma II (D-II) Non-Ilmu Perpustakaan dan Informasi dengan
sertifikat kompetensi pengelolaan perpustakaan sekolah/madrasah
dari lembaga yang ditetapkan pemerintah dengan masa kerja
minimal 4 tahun di perpustakaan sekolah/madrasah.
Kompetensi yang dimiliki pustakawan, sebagaimana telah
dikemukakan di atas, disyaratkan dengan memiliki ijazah yang
menunjukkan telah mengikuti jalur pendidikan yang formal untuk
menguasai bidang ilmu perpustakaan secara utuh. Sedangkan untuk
pemilik ijazah non ilmu perpustakaan diwajibkan memiliki sertifikat
kompetensi pengelolaan perpustakaan yang diberikan oleh lembaga
sertifikasi mandiri, atau lembaga pendidikan yang terakreditasi, yang

STKIP Muhammadiyah Pringsewu Lampung Buku Ajar Profesi Kependidikan 168


sebaiknya ditetapkan oleh Kementrian Pendidikan Nasional dan/atau
Kepala Perpustakaan Nasional Republik Indonesia.

C. Kualifikasi Tenaga Perpustakaan Sekolah/Madrasah


Selain ada kepala perpustakaan (jika memang persyaratannya
telah terpenuhi), di setiap sekolah/madrasah wajib memiliki seorang
tenaga perpustakaan. Seseorang yang diangkat dan diberi tugas
sebagai tenaga perpustakaan sekolah/madrasah harus memenuhi
kualifikasi sebagai berikut: (1) kualifikasi akademik minimal SMA atau
sederajat; dan (b) memiliki sertifikat kompetensi pengelolaan
perpustakaan sekolah/madrasah dari lembaga yang ditetapkan
pemerintah. Sebagaimana telah ditetapkan dalam Standar Nasional
Pendidikan (SNP), setiap satuan pendidikan (sekolah/madrasah)
wajib memiliki ruang perpustakaan untuk menunjang proses
pembelajaran yang teratur dan berkelanjutan. Oleh karena itu, dapat
disimpulkan bahwa setiap satuan pendidikan, dalam hal ini
sekolah/madrasah, wajib memiliki seorang tenaga perpustakaan yang
memiliki kualifikasi yang dipersyaratkan selambat-lambatnya pada
tahun 2013 (Permendiknas No. 25 Tahun 2008).

D. Kompetensi Pengelola Perpustakaan Sekolah/Madrasah


Selain kualifikasi yang sudah distandarkan, pengelola
perpustakaan di sekolah/madrasah juga harus memiliki kompetensi
yang standar. Kompetensi yang harus dimiliki oleh ketua
perpustakaan dan tenaga perpustakaan sekolah/madrasah meliputi
dimensi kompetensi sebagai berikut:
1. Dimensi Kompetensi Manajerial
2. Dimensi Kompetensi Pengelolaan Informasi
3. Dimensi Kompetensi Kependidikan
4. Dimensi Kompetensi Kepribadian
5. Dimensi Kompetensi Sosial
6. Dimensi Kompetensi Pengembangaan Profesi
Persyaratan kompetensi yang harus dimiliki dari keenam dimensi
kompetensi di atas pada dasarnya hampir sama antara kompetensi
yang harus dimiliki kepala perpustakaan dan tenaga perpustakaan.
Perbedaanya terletak pada peran yang disandang oleh keduanya.
Secara rinci kompetensi kepala perpustakaan sekolah/madrasah dan

STKIP Muhammadiyah Pringsewu Lampung Buku Ajar Profesi Kependidikan 169


tenaga pengelola perpustakaan sekolah/ madrasah dapat dilihat pada
tabel berikut:

E. Kompetensi Kepala Perpustakaan Sekolah/Madrasah


Seorang kepala perpustakaan sekolah/ madrasah harus memiliki
kompetensi-kompetensi sebagai berikut:

Tabel 3
Kompetensi Kepala Perpustakaan Sekolah/Madrasah

Dimensi
No. Kompetensi
Kompetensi

1. Manajerial 1. Memimpin tenaga perpustakaan


sekolah/madrasah
2. Merencanakan program perpustakaan
sekolah/madrasah
3. Melaksanakan program perpustakaan
sekolah/madrasah
4. Memantau pelaksanaan program
perpustakaan sekolah/madrasah
5. Mengevaluasi program perpustakaan
sekolah/madrasah

2. Pengelolaan 1. Mengembangkan koleksi


Informasi perpustakaan sekolah/madrasah
2. Mengorganisasi informasi
3. Memberikan jasa dan sumber
informasi
4. Menerapkan teknologi informasi dan
komunikasi

STKIP Muhammadiyah Pringsewu Lampung Buku Ajar Profesi Kependidikan 170


Dimensi
No. Kompetensi
Kompetensi

3. Kependidikan 1. Memiliki wawasan kependidikan


2. Mengembangkan keterampilan
memanfaatkan informasi
3. Mempromosikan perpustakaan
4. Memberikan bimbingan literasi
informasi

4. Kepribadian 1. Memiliki integritas yang tinggi


2. Memiliki etos kerja yang tinggi

5. Sosial 1. Membangun Hubungan sosial


2. Membangun Komunikasi

6. Pengembangan 1. Mengembangkan ilmu


profesi
2. Menghayati etika profesi
3. Menunjukkan kebiasaan membaca

STKIP Muhammadiyah Pringsewu Lampung Buku Ajar Profesi Kependidikan 171


F. Kompetensi Tenaga Perpustakaan Sekolah/Madrasah

Seorang kepala perpustakaan sekolah/madrasah harus memiliki


kompetensi-kompetensi sebagai berikut:

Tabel 4
Kompetensi Tenaga Perpustakaan Sekolah/Madrasah

Dimensi
No. Kompetensi
Kompetensi

1. Manajerial 1. Melaksanakan kebijakan


2. Melakukan perawatan koleksi
3. Melakukan pengelolaan anggaran dan
keuangan

2. Pengelolaan 1. Mengembangkan koleksi


Informasi
2. Melakukan pengorganisasian informasi
3. Memberikan jasa dan sumber informasi
4. Menerapkan teknologi informasi dan
komunikasi

3. Kependidikan 1. Memiliki wawasan kependidikan


2. Mengembangkan keterampilan
memanfaatkan informasi
3. Melakukan promosi perpustakaan
4. Memberikan bimbingan literasi informasi

4. Kepribadian 1. Memiliki integritas yang tinggi


2. Memiliki etos kerja yang tinggi

STKIP Muhammadiyah Pringsewu Lampung Buku Ajar Profesi Kependidikan 172


Dimensi
No. Kompetensi
Kompetensi

5. Sosial 1. Membangun Hubungan sosial


2. Membangun Komunikasi

6. Pengembangan 1. Mengembangkan ilmu


profesi
2. Menghayati etika profesi
3. Menunjukkan kebiasaan membaca

SIMPULAN

1. Dari sejumlah sarana dan prasarana pendidikan yang harus


dimiliki, keberadaan perpustakaan adalah salah satu standar
nasional pendidikan yang harus dipenuhi oleh setiap
sekolah/madrasah di Indonesia.
2. Setiap sekolah/madrasah harus memiliki perpustakaan sebagai
unsur pendukung yang mengelola berbagai sumber belajar untuk
kepentingan pembelajaran, baik untuk guru maupun siswa.
3. Setiap sekolah/madrasah yang telah memiliki perpustakaan wajib
memiliki tenaga pengelola perpustakaan, setidaknya tenaga
perpustakaan yang diangkat dengan mempertimbangkan
persyaratan kualifikasi dan kompetensi tertentu.
4. Kepemilikan perpustakaan dan tenaga pengelola perpustakaan di
sekolah/ madrasah harus dapat terpenuhi selambat-lambatnya
pada Juni 2013 atau 5 (lima) tahun setelah peraturan tentang hal
tersebut ditetapkan.

DAFTAR PUSTAKA

________. (2007). Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 43


Tahun 2007 Tentang Perpustakaan.

________. (2003). Undang-Undang Sistem Pendidikan Nasional


(Sisdiknas) Nomor 20 Tahun 2003.

STKIP Muhammadiyah Pringsewu Lampung Buku Ajar Profesi Kependidikan 173


________. (2005). Peraturan Pemerintah RI Nomor 19 Tahun 2005
tentang Standar Nasional Pendidikan.

________. (2007). Peraturan Menteri Pendidikan Nasional RI Nomor


19 Tahun 2007 tentang Standar Pengelolaan Pendidikan.

________. (2008). Peraturan Menteri Pendidikan Nasional RI Nomor


25 Tahun 2008 tentang Standar Tenaga Perpustakaan
Sekolah/ Madrasah.

________. (2003). Keputusan Menteri Pendayagunaan apartur


Negara Nomor 132/132/KEP/M.PAN/12/2002 dan Keputusan
Bersama Kepala Perpustakaan Nasional RI dan Kepala Badan
Kepegawaian Negara No: 23 Tahun 2003 dan Nomor No:21
Tahun 2003

STKIP Muhammadiyah Pringsewu Lampung Buku Ajar Profesi Kependidikan 174


STANDAR KUALIFIKASI DAN KOMPETENSI
TENAGA LABORATORIUM
PENDAHULUAN

Suatu laboratorium terdiri dari sarana dan prasarana untuk


menunjang kegiatan yaitu berupa peralatan laboratorium dan sumber
daya manusia; sejalan dengan hal tersebut maka laboratorium perlu
diatur sesuai dengan ketentuan yang berlaku. Kepala laboratorium
merupakan tenaga kependidikan yang memiliki banyak kontribusi
terhadap kualitas dan pengembangan ilmu pengetahuan. Kualifikasi
dan kompetensi kepada laboratorium sangat menentukan kualitas
pelayanan pembelajaran. Program pendidikan kepala laboratorium
Sekolah/ Madrasah ini dalam kerangka pengejawatahan Peraturan
Menteri Pendidikan Nasional Republik Indonesia Nomor 26 tahun
2008 tentang standar tenaga laboratorium Sekolah/Madrasah. Lebih
jauh lagi standar ini harus ditetapkan selambat–lambatnya 5 (lima)
tahun setelah Peraturan Menteri ini ditetapkan, atau tepatnya tahun
2013, dimana salah satu kualifikasi kepala laboratorium
Sekolah/Madrasah harus memiliki sertifikat dari perguruan tinggi atau
lembaga lain yang ditetapkan oleh pemerintah.
Dalam dunia laboratorium sekolah/madrasah tidak hanya satu
jenis saja melainkan banyak jenisnya. Contohnya laboratorium IPA
(fisika, biologi dan kimia), laboratorium matematika, laboratorium
bahasa, laboratorium multi media, dan lain-lain. Adanya perbedaan
jenis laboratorium yang dikelola menyebabkan kebutuhan sumber
daya manusia yang mengelola laboratorium tersebt pun memiliki
klasifikasi dan kompetensi masing-masing sesuai dengan
laboratorium yang dikelolanya. Misalnya laboratorium fisika adalah
sarana belajar yang melaksanakan pengukuran, penetapan dan
pengujian terhadap bahan-bahan yang ada disekitar manusia.
Laboratorium kimia adalah laboratorium sarana belajar yang
melaksanakan pengujian, penelitian, dan pemeriksaan tentang suatu
bahan yang ada disekitar kita untuk mengetahui bahan tersebut
berbahaya atau tidak untuk lingkungan. Kegiatan penelitian/pengujian
yang dilakukan dalam laboratorium dapat diinformasikan kepada
masyarakat mengenani berbagai hasil penelitian yang dilakukan,
selain itu laboratorium berkaitan dengan kepentingan kesehatan

STKIP Muhammadiyah Pringsewu Lampung Buku Ajar Profesi Kependidikan 175


perorangan terutama untuk menunjang upaya diagnosis penyakit,
penyembuhan penyakit dan pemulihan kesehatan. Seorang Kepala
Laboratorium seharusnya memiliki 4 (empat) kompetensi yaitu:
kompetensi kepribadian, kompetensi sosial, kompetensi manajerial,
dan ompetensi profesional.
Mengacu pada pasal 2 Permendiknas Nomor 26 tahun 2008,
bahwa penyelenggara sekolah/madrasah wajib menerapkan standar
tenaga laboratorium sekolah selambat-lambatnya lima tahun setelah
Permendiknas ini ditetapkan. Pada tahun 2013 penyelenggara
sekolah seharusnya sudah menerapkannya. Pada Peraturan
Pemerintah Republik Indonesia Nomor 32 tahun 2013 tentang
perubahan atas Peraturan Pemerintah Nomor 19 Tahun 2005
tentang Standar Nasional Pendidikan pasal 2 mengatur standar
tenaga kependidikan pada satuan pendidikan. Salah satu tenaga
kependidikan yang harus ada di setiap satuan pendidikan adalah
tenaga laboratorium. Upaya peningkatan kompetensi, Profesionalisme
dan karier tenaga laboratorium dapat dilakukan dengan berbagai
cara. Salah satu upaya tersebut dapat dilakukan melalui kegiatan
fasilitasi dan bimbingan teknis penguatan tenaga laboratorium.
Seharusnya semua sekolah mendorong kepala laboratorium untuk
mengikuti pelatihan agar mereka mendapatkan sertifikat kompetensi
kepala laboratoium, karena akan berpengaruh positif terhadap
sekolah itu sendiri. Bila sekolah memiliki kepala laboratorium yang
tersertifikasi, tentunya akan berdampak positif dan menjadi nilai bagi
sekolah tersebut.
Setelah mempelajari bab ini diharapkan mahasiswa dapat
mengetahui tentang:
1. Apakah pengertian standar kualifikasi dan kompetensi
2. Apakah pengertian tenaga laboratorium
3. Apakah standar kualifikasi dan kompetensi tenaga laboratorium

PEMBAHASAN

Tenaga laboratorium sekolah adalah tenaga kependidikan yang


mengabdikan diri dan diangkat untuk menunjang kegiatan proses
pendidikan di laboratorium sekolah, meliputi laboran dan teknisi.
Laboran adalah tenaga laboratorium dengan keterampilan tertentu
yang bertugas membantu pendidik dan peserta didik dalam kegiatan
pembelajaran di laboratorium sekolah. Teknisi adalah tenaga

STKIP Muhammadiyah Pringsewu Lampung Buku Ajar Profesi Kependidikan 176


laboratorium dengan jenjang keterampilan dan keahlian tertentu yang
lebih tinggi dari laboran, yang bertugas membantu pendidik dan
peserta didik dalam kegiatan pembelajaran di laboratorium sekolah.
Fungsi dasar laboratorium adalah memfasilitasi dukungan proses
pembelajaran agar sekolah dapat memenuhi misi dan tujuannya.
Laboratorium sekolah dapat digunakan sebagai wahana untuk
pengembangan penalaran, sikap dan keterampilan peserta didik
dalam mengkonstruksi pengetahuannya. Keberhasilan kegiatan
laboratorium didukung oleh tiga faktor, yaitu peralatan, bahan dan
fasilitas lainnya, tenaga laboratorium, serta bimbingan pendidik yang
diperoleh peserta didik dalam melakukan tugas-tugas praktik.
Tenaga laboratorium sekolah merupakan salah satu tenaga
kependidikan yang sangat diperlukan untuk mendukung peningkatan
kualitas proses pembelajaran di sekolah melalui kegiatan
laboratorium. Sebagaimana tenaga kependidikan lainnya, tenaga
laboratorium sekolah juga merupakan tenaga fungsional. Oleh karena
itu diperlukan adanya kualifikasi, standar kompetensi, dan sertifikasi.
Dalam konteks pendidikan, peserta didik merupakan subjek sekaligus
objek yang memiliki potensi. Potensi tersebut dikembangkan menjadi
kemampuan melalui proses pendidikan. Pengembangan potensi
ditempuh melalui proses pembelajaran yang dilakukan di kelas dan
atau di laboratorium. Untuk itu diperlukan adanya standar tenaga
Laboratorium yang secara bersama sama dengan pendidik
mengembangkan potensi peserta didik. Untuk mendukung proses
pembelajaran, maka laboratorium itu harus dilayani oleh tenaga
laboratorium sekolah yang kompeten. Setiap laboratorium memiliki
tenaga laboratorium, dapat terdiri dari laboran dan atau teknisi sesuai
dengan kebutuhannya.
Menurut Permendiknas No. 26 tahun 2008, tenaga laboratorium
terdiri dari: 1. Kepala Laboratorium Sekolah (Kompetensi: kepribadian,
sosial, manajerial, profesional); 2. Teknisi Laboratorium Sekolah
(Kompetensi: kepribadian, sosial, administratif, profesional); 3.
Laboran Laboratorium Sekolah (Kompetensi: kepribadian, sosial,
administratif, profesional). Tenaga laboratorium sekolah merupakan
salah satu tenaga kependidikan yang sangat diperlukan untuk
mendukung peningkatan kualitas proses pembelajaran di sekolah
melalui kegiatan laboratorium. Sebagaimana tenaga kependidikan
lainnya, tenaga laboratorium sekolah juga merupakan tenaga
fungsional. Oleh karena itu diperlukan adanya kualifikasi, standar

STKIP Muhammadiyah Pringsewu Lampung Buku Ajar Profesi Kependidikan 177


kompetensi, dan sertifikasi. Dalam konteks pendidikan, peserta didik
merupakan subjek sekaligus objek yang memiliki potensi. Potensi
tersebut dikembangkan menjadi kemampuan melalui proses
pendidikan. Pengembangan potensi ditempuh melalui proses
pembelajaran yang dilakukan di kelas dan atau di laboratorium. Untuk
itu diperlukan adanya standar tenaga Laboratorium yang secara
bersama sama dengan pendidik mengembangkan potensi peserta
didik. Untuk mendukung proses pembelajaran, maka laboratorium itu
harus dilayani oleh tenaga laboratorium sekolah yang kompeten.
Setiap laboratorium memiliki tenaga laboratorium, dapat terdiri dari
laboran dan atau teknisi sesuai dengan kebutuhannya. Oleh karena
itu diperlukan adanya kualifikasi, standar kompetensi dan sertifikasi.
Empat kompetensi utama yang harus dipenuhi sebagai seorang
laboran atau teknisi sebagaimana yang tercantum dalam Permen No.
26 tahun 2008 tersebut adalah 1) Kompetensi Kepribadian; 2)
Kompetensi Sosial; 3) Kompetensi Administratif/Manajerial; dan 4)
Kompetensi Profesional.
Adapun Kualifikasi kepala laboratorium Sekolah/Madrasah
menurut permendiknas ini adalah sebagai berikut:
a. Jalur guru
1. Pendidikan minimal sarjana (S1);
2. Berpengalaman minimal 3 tahun sebagai pengelola praktikum;
3. Memiliki sertifikat kepala laboratorium sekolah/madrasah dari
perguruan tinggi atau lembaga lain yang ditetapkan oleh
pemerintah.
b. Jalur laboran/teknisi
1. Pendidikan minimal diploma tiga (D3);
2. Berpengalaman minimal 5 tahun sebagai laboran atau teknisi;
3. Memiliki sertifikat kepala laboratorium sekolah/madrasah dari
perguruan tinggi atau lembaga lain yang ditetapkan oleh
pemerintah.
Sementara itu Kualifikasi teknisi laboratorium sekolah/madrasah
adalah sebagai berikut:
1. Minimal lulusan program diploma dua (D2) yang relevan dengan
peralatan laboratorium, yang diselenggarakan oleh perguruan
tinggi yang ditetapkan oleh pemerintah;
2. Memiliki sertifikat teknisi laboratorium sekolah/madrasah dari
perguruan tinggi atau lembaga lain yang ditetapkan oleh
pemerintah.

STKIP Muhammadiyah Pringsewu Lampung Buku Ajar Profesi Kependidikan 178


Sedangkan Kualifikasi laboran sekolah/madrasah adalah sebagai
berikut:
1. Minimal lulusan program diploma satu (D1) yang relevan dengan
jenis laboratorium, yang diselenggarakan oleh perguruan tinggi
yang ditetapkan oleh pemerintah;
2. Memiliki sertifikat laboran sekolah/madrasah dari perguruan tinggi
yang ditetapkan oleh pemerintah.

Pengertian standar kualifikasi dan kompetensi


Standar adalah kesepakatan-kesepakatan yang telah
didokumentasikan yang didalamnya terdiri antara lain mengenai
spesifikasi-spesifikasi teknis atau kriteria-kriteria yang akurat yang
digunakan sebagai peraturan, petunjuk, atau definisi-definisi tertentu
untuk menjamin suatu barang, produk, proses, atau jasa sesuai
dengan yang telah dinyatakan. Dalam Kamus Besar Bahasa
Indonesia, kualifikasi didefinisikan sebagai keahlian yang diperlukan
untuk melakukan sesuatu, atau menduduki jabatan tertentu . Selain
daripada itu kualifikasi juga didefinisikan sebagai hal-hal yang
dipersyaratkan baik secara akademis dan teknis untuk mengisi
jenjang kerja tertentu. Jadi, kualifikasi mendorong seseorang untuk
memiliki suatu “keahlian atau kecakapan khusus”. Dalam dunia
pendidikan, kualifikasi dimengerti sebagain keahlian atau kecakapan
khusus dalam bidang pendidikan, baik sebagai pengajar mata
pelajaran, administrasi pendidikan dan seterusnya. Bahkan, kualifikasi
terkadang dapat dilihat dari segi derajat lulusannya.
Kompetensi di definisikan sebagai dalam Surat Keputusan
Mendiknas nomor 045/U/2002. tentang Kurikulum Inti Perguruan
Tinggi mengemukakan “Kompetensi adalah seperangkat tindakan
cerdas, penuh tanggungjawab yang dimiliki seseorang sebagai syarat
untuk dianggap mampu oleh masyarakat dalam melaksanakan tugas-
tugas di bidang pekerjaan tertentu”. Association K.U. Leuven
mendefinisikan bahwa pengertian kompetensi adalah
peingintegrasian dari pengetahuan, keterampilan, dan sikap yang
memungkinkan untuk melaksanakan satu cara efektif.
Standar kualifikasi adalah kesepakatan-kesepakatan yang
didokumentasikan yang didalamnya terdiri dari keahlian atau
kecakapan khusus dalam bidang pendidikanbaik sebagai pengajar
mata pelajaran, administrasi pendidikan dan seterusnya. Sedangkan
standard kompetensi adalah kesepakatan-kesepakatan yang

STKIP Muhammadiyah Pringsewu Lampung Buku Ajar Profesi Kependidikan 179


didokumentasikan yang didalamnya terdapat seperangkat tindakan
cerdas penuh tanggung jawab yang dimiliki seseorang sebagai syarat
untuk dianggap mampu oleh masyarakat dalam melaksanakan tugas-
tugas di bidang pekerjaan tertentu.

KEPALA LABORATORIUM

Kompetensi Menerapkan Mengikuti perkembangan


Profesional gagasan, teori, dan pemikiran tentang
prinsip kegiatan pemanfaatan kegiatan
laboratorium laboratorium sebagai
sekolah/madrasah wahana pendidikan
Menerapkan hasil inovasi
atau kajian laboratorium

Memanfaatkan Menyusun
laboratorium untuk panduan/penuntun (manual)
kepentingan praktikum
pendidikan dan
Merancang kegiatan
penelitian di
laboratorium untuk
sekolah/madrasah
pendidikan dan penelitian
Melaksanakan kegiatan
laboratorium untuk
kepentingan pendidikan dan
penelitian
Mempublikasikan karya tulis
ilmiah hasil kajian/inovasi

STKIP Muhammadiyah Pringsewu Lampung Buku Ajar Profesi Kependidikan 180


Menjaga kesehatan Menetapkan ketentuan
dan keselamatan mengenai kesehatan dan
kerja di laboratorium keselamatan kerja
sekolah/madrasah
Menerapkan ketentuan
mengenai kesehatan dan
keselamatan kerja
Menerapkan prosedur
penanganan bahan
berbahaya dan beracun
Memantau bahan
berbahaya dan beracun,
serta peralatan keselamatan
kerja

TEKNISI LABORATORIUM

Kompetensi Menyiapkan Menyiapkan petunjuk


Profesional kegiatan penggunaan peralatan
laboratorium laboratorium
sekolah/madrasah
Menyiapkan paket bahan
dan rangkaian peralatan
yang siap pakai untuk
kegiatan praktikum
Menyiapkan penuntun
kegiatan praktikum

KOMPETENSI KHUSUS

Teknisi Laboratorium IPA,


Fisika, Kimia, Biologi dan
Program Produktif SMK

Membuat peralatan

STKIP Muhammadiyah Pringsewu Lampung Buku Ajar Profesi Kependidikan 181


praktikum sederhana
Membuat paket bahan siap
pakai untuk kegiatan
praktikum

Teknisi Laboratorium
Bahasa

Membuat rekaman audio


visual dalam berbagai media
untuk kepentingan
pembelajaran

Teknisi Laboratorium
Komputer

Memelihara kelancaran
jaringan komputer (LAN)
Mengoperasikan program
aplikasi sesuai dengan
kebutuhan mata pelajaran

Merawat peralatan Mengidentifikasi kerusakan


dan bahan di peralatan dan bahan
laboratorium laboratorium
sekolah/madrasah
Memperbaiki kerusakan
peralatan laboratorium

STKIP Muhammadiyah Pringsewu Lampung Buku Ajar Profesi Kependidikan 182


Menjaga kesehatan Menjaga kesehatan diri dan
dan keselamatan lingkungan kerja
kerja di laboratorium
Menggunakan peralatan
sekolah/madrasah
kesehatan dan keselamatan
kerja di laboratorium
Menangani bahan-bahan
berbahaya dan beracun
sesuai dengan prosedur
yang berlaku
Menagngani limbah
laboratorium sesuai dengan
prosedur yang berlaku
Memberikan pertolongan
pertama pada kecelakaan

LABORAN LABORATORIUM

Kompetensi Merawat ruang Menata ruang laboratorium


Profesional laboratorium
Menjaga kebersihan
sekolah/madrasah
ruangan laboratorium
Mengamankan ruang
laboratorium

STKIP Muhammadiyah Pringsewu Lampung Buku Ajar Profesi Kependidikan 183


Mengelola bahan Mengklasifikasikan bahan
dan peralatan dan peralatan praktikum
laboratorium
Menata bahan dan
sekolah/madrasah
peralatan praktikum
Mengidentifikasi kerusakan
bahan, peralatan, dan
fasilitas laboratorium
Menjaga kebersihan alat
laboratorium
Mengamankan bahan dan
peralatan laboratorium
Khusus untuk laboran
biologi:
Merawat tanaman untuk
kegiatan praktikum
Memelihara hewan untuk
praktikum

Melayani kegiatan Menyiapkan bahan sesuai


praktikum dengan penuntun praktikum
Menyiapkan peralatan
sesuai dengan penuntun
praktikum
Melayani guru dan peserta
didik dalam pelaksanaan
praktikum
Menyiapkan kelengkapan
pendukung praktikum
(lembar kerja, lembar rekam
data, dan lain-lain)

STKIP Muhammadiyah Pringsewu Lampung Buku Ajar Profesi Kependidikan 184


Menjaga kesehatan Menjaga kesehatan diri dan
dan keselamatan lingkungan kerja
kerja di laboratorium
Menggunakan peralatan
sekolah/madrasah
kesehatan dan keselamatan
kerja di laboratorium
Menangani bahan-bahan
berbahaya dan beracun
sesuai dengan prosedur
yang berlaku
Menangani limbah
laboratorium sesuai dengan
prosedur yang berlaku
Memberikan pertolongan
pertama pada kecelakaan

Pengertian tenaga laboratorium


Laboratorium sebagai fasilitas belajar dalam Pengembangan Sistem
Pendidikan Tenaga Kependidikan Abad ke 21 (SPTK-21, Depdiknas,
2002) laboratarium merupakan tempat yang digunakan untuk
mengaplikasikan teori keilmuan, pengujian teoritis, pembuktian uji
coba, penelitian dan sebagainya serta menggunakan alat bantu yang
menjadi kelengkapan dari fasilitas dengan kuantitas dan kualitas yang
memadai. Laboratorium dapat berarti suatu ruangan tertutup dengan
sejumlah perlengkapan, atau suatu alam terbuka dengan karakteristik
natural. Pengelolaan laboratorium berkaitan dengan pengelola dan
pengguna, fasilitas laboratorium (bangunan, peralatan laboratorium,
bahan-bahan kimia sebagainya), serta aktivitas yang dilaksanakan di
laboratorium membutuhkan keahlian khusus, baik yang bersifat teknis
maupun managerial dalam rangka menjaga ,mengembangkan fungsi
dan peranan laboratorium. Sampai saat ini laboratorium ideal hanya
dinyatakan secara fisik dan kelengkapannya serta proporsi antara alat
dengan pemakai serta kualitas alat. Sementara dalam
pengelolaannya belum dinyatakan profesional. Setiap komponen alat
laboratorium memiliki masa susut dan potensi kerusakan. Tanpa
adanya maintenance yang baik akan mempersingkat umur dan daya

STKIP Muhammadiyah Pringsewu Lampung Buku Ajar Profesi Kependidikan 185


guna alat. Demikian pula tanpa pengelolaan yang baik, laboratorium
hanya sebatas kumpulan alat yang teratur namun tidak fungsional.
Berdasarkan Permendiknas No. 26 Tahun 2008 tentang Standar
Tenaga Laboratorium Sekolah/Madrasah. Tenaga laboratorium
sekolah merupakan salah satu tenaga kependidikan yang sangat
diperlukan untuk mendukung peningkatan kualitas proses
pembelajaran di sekolah melalui kegiatan laboratorium. Sebagaimana
tenaga kependidikan lainnya, tenaga laboratorium sekolah juga
merupakan tenaga fungsional. Oleh karena itu diperlukan adanya
kualifikasi, standar kompetensi.Adapun bunyi peraturan mentri
pendidikan nasional republik Indonesia tentang standar tenaga
laboratorium sekolah atau madrasah.
Pasal 1
(1) Standar tenaga laboratorium sekolah/madrasah mencakup kepala
laboratorium sekolah/madrasah teknisi laboratorium
sekolah/madrasah dan laboran sekolah/madrasah.
(2) Untuk dapat diangkat sebagai tenaga laboratorium
sekolah/madrasah seseorang wajib memenuhi standar tenaga
laboratorium sekolah/madrasah yang berlaku secara nasional.
(3) Standar tenaga laboratorium sekolah/madrasah sebagai mana
dimaksud pada ayat(1) tercantum dalam lampiran peraturan
menteri ini.

Standar Kualifikasi Tenaga Laboratarium


Lampiran Standar kualifikasi tenaga laboratorium menurut
Permendiknas No. 26 tahun 2008 yaitu :
A. Kepala laboratarium sekolah/madrasah
a. Jalur guru
1. Pendidikan minimal sarjana (S1)
2. Berpengalaman minimal 3 tahun sebagai pengelolah
pratikum
3. Memiliki sertifikat kepala laboratorium sekolah/madrasah
dari perguruan tinggi atau lembaga lain yang ditetapkan oleh
pemerintah.
b. Jalur laboran/teknisi
1. Pendidikan minimal diploma tiga ( D3 )
2. Berpengalaman minimal 5 tahun sebagai laboran atau
teknisi

STKIP Muhammadiyah Pringsewu Lampung Buku Ajar Profesi Kependidikan 186


3. Memiliki sertifikat kepala laboratorium sekolah/madrasah
dari perguruan tinggi atau lembaga lain yang ditetapkan oleh
pemerintah.

B. Teknisi laboratorium sekolah/madrasah


a. Minimal lulusan diploma dua (D2) yang relevan dengan
peralatan laboratarium yang diselenggarakan oleh perguruan
tinggi yang ditetapkan oleh pemerintah
b. Memiliki sertifikat teknisi laboratorium sekolah/madrasah dari
perguruan tinggi atau lembaga lain yang ditetapkan oleh
pemerintah.

C. Laboran sekolah/madrasah
a. Minimal lulusan program satu (D1) yang relevan dengan jenis
laboratorium, yang diselenggarakan oleh perguruan tinggi yang
ditetapkan oleh pemerintah
b. Memiliki sertifikat laboran sekolah/madrasah dari perguruan
tinggi yang ditetapkan oleh pemerintah.

Standar Kompetensi Tenaga Laboratorium


Empat kompetensi utama yang harus dipenuhi sebagai seorang
laboran atau teknisi sebagaimana yang tercantum dalam
Permendiknas No. 26 tahun 2008 tersebut adalah:

A. Kompetensi kepribadian
Kompetensi kepribadian diklasifikasikan menjadi beberapa
kompetensi diantaranya adalah:
1. Menampilkan diri sebagai pribadi yang dewasa, mantap, dan
berakhlak mulia.
Kompetensi ini memiliki beberapa sub-kompetensi diantaranya
adalah:
a. Bertindak secara konsisten sesuai dengan norma agama,
hukum, sosial, dan budaya nasional Indonesia
b. Berprilaku arif
c. Berprilaku jujur
d. Menunjukan kemandirian
e. Menunjukan rasa percaya diri
f. Berupaya meningkatkan kemampuan diri

STKIP Muhammadiyah Pringsewu Lampung Buku Ajar Profesi Kependidikan 187


2. Menunjukan komitmen terhadap tugas
Kompetensi ini memiliki beberapa sub-kompetensi diantaranya
adalah:
a. Berprilaku disiplin
b. Beretos kerja yang tinggi
c. Bertanggung jawab terhadap tugas
d. Tekun, teliti, dan hati-hati dalam melaksanakan tugas
e. Kreatif dalam memecahkan masalah yang berkaitan dengan
profesinya
f. Berorientasi pada kualitas

B. Kompetensi sosial
Kompetensi sosial diklasifikasikan menjadi beberapa kompetensi
diantaranya adalah :
1. Bekerja sama dalam peleksanaan tugas
Kompetensi ini memiliki beberapa sub-kompetensi diantaranya
adalah:
a. Menyadari kekuatan dan kelemahan baik diri maupun stafnya.
b. Memiliki wawasan tentang pihak lain yang dapat diajak kerja
sama.
c. Bekerjasama dengan berbagai pihak secara efektif
2. Berkomunikasi secara lisan dan tulisan.
Kompetensi ini memiliki beberapa sub-kompetensi diantaranya
adalah:
a. Berkomunikasi dengan berbagai pihak secara santun, empatik,
dan efektif.
b. Memanfaatkan berbagai peralatan teknologi informasi dan
komunikasi.
C. Kompetensi manajerial
Kompetensi manajerial diklasifikasikan menjadi beberapa
kompetensi diantaranya adalah:
1. Merencanakan kegiatan dan pengembangan laboratorium
sekolah/madrasah.
a. Menyusun rencana pengembangan laboratorium.
b. Merencanakan pengelolaan laboratorium
c. Megembangkan system admnistrasi laboratorium
d. Menyusun prosedur operasi standar (POS) kerja
laboratorium.

STKIP Muhammadiyah Pringsewu Lampung Buku Ajar Profesi Kependidikan 188


2. Mengelola kegiatan laboratorium sekolah/madrasah
a. Mengkoordinasikan kegiatan praktikum dengan guru
b. Menyusun jadwal kegiatan laboratorium
c. Memantau pelaksanaan kegiatan laboratorium
d. Menyusun laporan kegiatan laboratorium
3. Membagi tugas teknisi dan laboran laboratorium sekolah/
madrasah.
a. Merumuskan rincian tugas teknisi dan laboran.
b. Menentukan jadwal kerja teknisi dan laboran
c. Mensupervisi teknisi dan laboran
d. Membuat laporan secara periodic
4. Memantau sarana dan prasarana laboratorium sekolah/
madrasah
a. Memantau kondisi dan keamanan bahan serta alat
laboratorium.
b. Memantau kondisi dan keamanan bangunan laboratorium.
c. Membuat laporan bulanan dan tahunan tentang kondisi dan
pemanfaatan laboratorium
5. Mengevaluasi kinerja teknisi dan laboran serta kegiatan
laboratorium sekolah/madrasah
a. Menilai kinerja teknisi dan laboran laboratorium
b. Menilai hasil kerja teknisi dan laboran
c. Menilai kegiatan laboratorium
d. Mengevaluasi program laboratorium untuk perbaikan
selanjutnya

D. Kompetensi Profesional
Kompetensi profesional diklasifikasikan menjadi beberapa
kompetensi diantaranya adalah :
1. Menerapkan gagasaan, teori, dan prinsip kegiatan laboratorium
sekolah/madrasah
a. Mengikuti perkembangan pemikiran tentang pemanfaatan
kegiatan laboratorium sebagai wahana pendidikan.
b. Menerapkan hasil inovasi atau kajian laboratrium
2. Memanfaatkan laboratorium untuk kepentingan penelitian di
sekolah/madrasah.
a. Menyusun panduan/panutan praktikum
b. Merancang kegiatan laboratorium untuk pendidikan dan
penilitian

STKIP Muhammadiyah Pringsewu Lampung Buku Ajar Profesi Kependidikan 189


c. Melaksanakan kegiatan laboratorium untuk kepentingan
pendidikan dan penelitian
d. Mempublikasikan karya tulis ilmiah hasil kajian/inovasi
3. Menjaga kesehatan dan keselamatan kerja di laboratorium
sekolah/madrasah
a. Menetapkan ketentuan mengenai kesehatan dan
keselamatan kerja
b. Menerapkan ketentuan mengenai kesehatan dan
keselamatan kerja
c. Menerapkan prosedur penanganan bahan berbahaya dan
beracun
d. Mamantau bahan berbahaya dan beracun serta peralatan
keselamatan kerja

SIMPULAN

1. Dari pernyataan diatas dapat disimpulkan bahwasanya standard


kualifikasi adalah kesepakatan-kesepakatan yang didokumentasi-
kan yang didalamnya terdiri dari keahlian atau kecakapan khusus
dalam bidang pendidikanbaik sebagai pengajar mata pelajaran,
administrasi pendidikan dan seterusnya.
2. Sedangkan standard kompetensi adalah kesepakatan-
kesepakatan yang didokumentasikan yang didalamnya terdapat
seperangkat tindakan cerdas penuh tanggung jawab yang dimiliki
seseorang sebagai syarat untuk dianggap mampu oleh
masyarakat dalam melaksanakan tugas-tugas di bidang pekerjaan
tertentu.
3. Standard kualifikasi dan kompetensi diatur dalam permendiknas
No. 26 Tahun 2008 tentang Standar Tenaga Laboratorium
Sekolah/Madrasah

DAFTAR PUSTAKA

_________. (2008). Permendiknas No. 26 Tahun 2008 tentang


Standar Tenaga Laboratorium Sekolah/Madrasah.

http://fitheyalisyi.wordpress.com/teknologi-pendidikan/kualifikasi-dan-
kompetensi-tenaga-kependidikan/

STKIP Muhammadiyah Pringsewu Lampung Buku Ajar Profesi Kependidikan 190


http://badanbahasa.kemendiknas.co.id/kbbi/ kamus besar

http://jodenmot.wordpress.com/2012/12/26/standard-mutu-pendidikan

http://indo-dinamis.blogspot.com/2013/04/kualifikasi-akademik-
kompetensi-guru.html

http://www.m-edukasi.web.id/2013/02/perlunya-standar-tenaga-
laboratorium.html

STKIP Muhammadiyah Pringsewu Lampung Buku Ajar Profesi Kependidikan 191


STANDAR KOMPETENSI KEPALA SEKOLAH
(Permendiknas No. 13 Tahun 2007)

PENDAHULUAN
Pemerintah Republik Indonesia pada tanggal 16 Mei 2005
menetapkan standar pendidikan melalui Peraturan Pemerintah Nomor
19 Tahun 2005 yaitu Standar Nasional Pendidikan. Standar Nasional
Pendidikan berfungsi sebagai dasar dalam perencanaan,
pelaksanaan, dan pengawasan pendidikan dalam rangka
mewujudkan pendidikan nasional yang bermutu. (Pasal 3 PP 19
Tahun 2005). Selanjutnya dalam Pasal 4 PP 19 Tahun 2005
disebutkan Standar Nasional Pendidikan bertujuan menjamin mutu
pendidikan nasional dalam rangka mencerdaskan kehidupan bangsa
dan membentuk watak serta peradaban bangsa yang bermartabat.
Lingkup Standar Nasional Pendidikan sebagaimana ada dalam pasal
2 PP Nomor 19 Tahun 2005 meliputi: a) standar isi adalah ruang
lingkup materi dan tingkat kompetensi yang dituangkan dalam kriteria
tentang kompetensi tamatan, kompetensi bahan kajian, kompetensi
mata pelajaran, dan silabus pembelajaran yang harus dipenuhi oleh
peserta didik pada jenjang dan jenis pendidikan tertentu; b) standar
proses adalah standar nasional pendidikan yang berkaitan dengan
pe-laksanaan pembelajaran pada satu satuan pendidikan untuk
mencapai standar kompetensi lulusan; c) standar kompetensi lulusan
adalah kualifikasi kemampuan lulusan yang mencakup sikap,
pengetahuan, dan keterampilan; d) standar pendidik dan tenaga
kependidikan adalah kriteria pendidikan prajabatan dan kelayakan
fisik maupun mental, serta pendidikan dalam jabatan; e) standar
sarana dan prasarana adalah standar nasional pendidikan yang
berkaitan dengan kriteria minimal tentang ruang belajar, tempat
berolahraga, tempat beribadah, perpustakaan, laboratorium, bengkel
kerja, tempat bermain, tempat berkreasi dan berekreasi, serta sumber
belajar lain, yang diperlukan untuk menunjang proses pembelajaran,
termasuk penggunaan teknologi informasi dan komunikasi; f) standar
pengelolaan adalah standar nasional pendidikan yang berkaitan
dengan perencanaan, pelaksanaan, dan pengawasan kegiatan
pendidikan pada tingkat satuan pendidikan, kabupaten/kota, provinsi,
atau nasional agar tercapai efisiensi dan efektivitas penyelenggaraan

STKIP Muhammadiyah Pringsewu Lampung Buku Ajar Profesi Kependidikan 192


pendidikan; g) standar pembiayaan adalah standar yang mengatur
komponen dan besarnya biaya operasi satuan pendidikan yang
berlaku selama satu tahun; dan h) standar penilaian pendidikan
adalah standar nasional pendidikan yang berkaitan dengan
mekanisme, prosedur, dan instrumen penilaian hasil belajar peserta
didik.
Dari kedelapan standar nasional pendidikan beberapa
diantaranya telah ditetapkan aturan pelaksanaannya melalui
Peraturan Menteri Pendidikan Nasional. Khusus tentang standar
pendidik dan tenaga pendidikan, Menteri Pendidikan Nasional telah
membuat beberapa peraturan antara lain.
1. Peraturan Menteri Pendidikan Nasional Nomor 12 Tahun 2007
tentang Standar Pengawas Sekolah/Madrasah;
2. Peraturan Menteri Pendidikan Nasional Nomor 13 Tahun 2007
tentang Standar Kepala Sekolah Sekolah/Madrasah;
3. Peraturan Menteri Pendidikan Nasional Nomor 16 Tahun 2007
tentang Standar Kualifikasi Akademik dan Kompetensi Guru
4. Peraturan Menteri Pendidikan Nasional Nomor 24 Tahun 2008
tentang Standar Tenaga Administrasi Sekolah/Madrasah
5. Peraturan Menteri Pendidikan Nasional Nomor 25 Tahun 2008
tentang Standar Tenaga Perpustakaan Sekolah/Madrasah; dan
6. Peraturan Menteri Pendidikan Nasional Nomor 24 Tahun 2008
tentang Standar Tenaga Laboratorium Sekolah/Madrasah.
Permendiknas No. 13 Tahun 2007, tentang Standar Kepala
Sekolah Sekolah/Madrasah. Kepala sekolah merupakan elemen yang
penting dalam mewujudkan sekolah yang bermutu/unggul. Sharratt
dalam sebuah artikelnya menuliskan, “It is very difficult to have a good
school without a good principal.” Sedangkan Hechinger (1981)
memperlihatkan hubungan erat antara mutu sekolah dengan kepala
sekolah. “I have never seen a good school with a poor principal or a
poor school with a good principal. I have seen unsuccessful schools
turned into successful ones and, regrettably, outstanding schools slide
rapidly into decline. In each case, the rise or fall could readily be
traced to the quality of the principal”. Prestasi sekolah sangat
bergantung kepada kompetensi kepala sekolah juga disebutkan Imron
Arifin (1998) dalam disertasinya yang berjudul "Kepemimpinan Kepala
Sekolah dalam Mengelola Madrasah Ibtidaiyah dan Sekolah Dasar
Berprestasi". Namun Departemen Pendidikan Nasional
memperkirakan 70 persen dari 250 ribu kepala sekolah di Indonesia

STKIP Muhammadiyah Pringsewu Lampung Buku Ajar Profesi Kependidikan 193


tidak kompeten (Tempo, 12 Agustus 2008). Fenomena tersebut
merupakan sesuatu yang memprihatinkan, bagaimana proses
pendidikan di sekolah yang telah berjalan selama ini diserahkan
pengelolaannya kepada seseorang yang tidak kompeten. Oleh karena
itu pemerintah dalam hal ini Departemen Pendidikan Nasional
selanjutnya menindaklanjuti PP No. 19 Tahun 2005 tentang Standar
Nasional Pendidikan menetapkan Standar Kepala Sekolah/Madrasah
dalam Peraturan Menteri Pendidikan Nasional No. 13 Tahun 2007.

A. Standar Kompetensi Kepala Sekolah


Standar Kompetensi Kepala Sekolah/Madrasah telah ditetapkan
melalui Permendinas No. 13 Tahun 2007 yang ditetapkan pada
tanggal 17 April 2007. Dalam Permendiknas ini disebutkan bahwa
untuk diangkat sebagai kepala sekolah seseorang wajib memenuhi
standar kualifikasi dan kompetensi. Untuk standar kualifikasi meliputi
kualifikasi umum dan khusus. Kualifikasi umum kepala sekolah yaitu,
kualifikasi akademik (S1), usia maksimal 56 tahun, pengalaman
mengajar sekurang-kurangnya 5 (lima) tahun, dan pangkat serendah-
rendahnya III/c atau yang setara. Sedangkan kualifikasi khusus yatu
berstatus guru, bersertifikat pendidik, dan memiliki sertifikat kepala
sekolah.
Sampai dengan tahun 2008 sebagian guru (termasuk kepala
sekolah) telah memiliki sertifikat pendidik sedangkan seluruh kepala
sekolah sampai saat ini belum ada yang memiliki sertifikat pendidik.
Bahkan guru yang diberi tugas tambahan sebagai kepala sekolah
setelah Permendiknas No. 13 Tahun 2007 ditetapkan belum ada yang
memiliki sertifikat kepala sekolah. Hal ini terjadi karena pemerintah
masih disibukkan dengan sertifikasi guru sehingga sertifikasi kepala
sekolah belum terjamah.
Di sejumlah negara lain, untuk menjadi kepala sekolah,
seseorang harus menjalani training dengan minimal waktu yang
ditentukan. Di Malaysia menetapkan 300 jam pelatihan untuk menjadi
kepala sekolah, Singapura dengan standar 16 bulan pelatihan, dan
Amerika, yang menetapkan lembaga pelatihan untuk mengeluarkan
surat izin atau surat keterangan kompetensi. Bahkan di Malaysia ada
lembaga/institut (semacam P4TK) dalam bidang kekepalasekolahan
yaitu Institut Aminuddin Baki (IAB) yang berada di Genting Highlands,
Malaysia.

STKIP Muhammadiyah Pringsewu Lampung Buku Ajar Profesi Kependidikan 194


Selain standar kualifikasi kepala sekolah juga harus memenuhi
standar kompetensi. Dalam Permendiknas No. 1 Tahun 2007
disyaratkan 5 kompetensi yang harus dimiliki kepala sekolah. Lima
kompetensi yang harus dikuasai oleh seorang kepala sekolah yaitu:
kompetensi kepribadian, kompetensi manajerial, kompetensi
kewirausahaan, kompetensi supervisi, dan kompetensi sosial. Kelima
dimensi kompetensi tersebut dijabarkan ke dalam 33 kompetensi.

1. Kompetensi Kepribadian
Kompetensi yang harus dimiliki kepala sekolah dalam dimensi
kompe-tensi keribadian antara lain: (1) berakhlak mulia,
mengembangkan budaya dan tradisi akhlak mulia, dan menjadi
teladan akhlak mulia bagi komunitas di sekolah/madrasah; (2)
memiliki integritas kepribadian sebagai pemimpin; (3) memiliki
keinginan yang kuat dalam pengembangan diri sebagai kepala
sekolah/madrasah; (4) bersikap terbuka dalam melaksanakan tugas
pokok dan fungsi; (5) mengen-dalikan diri dalam menghadapi masalah
dalam pekerjaan sebagai kepala sekolah/ madrasah; dan (6) memiliki
bakat dan minat jabatan sebagai pemimpin pendi-dikan.
Dengan merujuk pada teori sifat atau trait theory dalam
kepemimpinan, pada dasarnya teori sifat memandang bahwa
keefektifan kepemimpinan itu berto-lak dari sifat-sifat atau karakter
yang dimiliki seseorang. Keberhasilan kepemim-pinan itu sebagian
besar ditentukan oleh sifat-sifat kepribadian tertentu, misalnya harga
diri, prakarsa, kecerdasan, kelancaran berbahasa, kreatifitas termasuk
ciri-ciri fisik yang dimiliki seseorang. Pemimpin dikatakan efektif bila
memiliki sifat-sifat kepribadian yang baik. Sebaliknya, pemimpin
dikatakan tidak efektif bila tidak menunjukkan sifat-sifat kepribadian
yang baik.
Seorang kepala sekolah yang memiliki dimensi kompetensi
kepribadian sebagaimana disyaratkan dalam 6 kompetensi maka
dijamin tidak akan ada kasus korupsi keuangan, kecurangan dalam
ujian (baik UASBN atau UN), etos kerja rendah, dan lain sebagainya.
Sebaliknya, yang ada adalah kepala sekolah yang konsisten,
dedikasi/etos kerja yang tinggi, disiplin, mandiri, tranparan, terbuka
atas saran dan kritik, tidak mudah putus asa, dan memiliki jiwa
kepemimpinan yang sesuai dengan kebutuhan sekolah. Kompetensi
kepribadian dapat diukur melalui psikotes, khususnya jiwa

STKIP Muhammadiyah Pringsewu Lampung Buku Ajar Profesi Kependidikan 195


kepemimpinan dapat diketahui sejauh mana seorang kepala sekolah
memiliki jiwa kepemimpinan atau tidak. Dengan menggunakan
perangkat SELF-DIRECTED SEARCH (SDS) yang disusun John L.
Holland dapat diketahui kecenderungan seorang guru apakah cukup
menjadi seorang guru atau ada bakat sebagai pemim-pin (kepala
sekolah). Selain itu, kemampuan menghadapi masalah dapat diukur
dengan “inventori pengurusan konflik”. Dengan perangkat ini akan
diketahui kemampuan persaingan, kerjasama, kompromi,
menghindar, dan penyesuaian diri.

2. Kompetensi Manajerial

Dalam perspektif kebijakan pendidikan nasional (Depdiknas,


2006), terdapat tujuh peran utama kepala sekolah yaitu, sebagai: (1)
educator (pendidik); (2) manajer; (3) administrator; (4) supervisor
(penyelia); (5) leader (pemimpin); (6) pencipta iklim kerja; dan (7)
wirausahawan. Sebagai seorang manajer, kepala sekolah harus
mempunyai empat kompetensi dan ketrampilan utama dalam
menajerial organisasi, yaitu ketrampilan membuat perencanaan,
keterampilan mengorganisasi sumberdaya, keterampilan
melaksanakan kegiatan, dan keterampilan melakukan pengendalian
dan evaluasi. Empat keterampilan manajerial kepala sekolah akan
dibahas secara detail berikut ini. Pertama, keterampilan melakukan
perencanaan. Kepala sekolah harus mampu melakukan proses
perencanaan, baik perencanaan jangka pendek, menengah, maupun
perencanaan jangka panjang. Perencanaan jangka pendek adalah
perencanaan yang dibuat untuk kepentingan jangka pendek, misalnya
untuk satu bulan hingga satu tahun ajaran. Perencanaan jangka
menengah adalah perencanaan untuk pekerjaan yang memerlukan
waktu 2-5 tahun, sedangkan perencanaan jangka panjang meliputi
perencanaan sekitar 5-10 tahun. Proses perencanaan menjadi
salahsatu keterampilan yang penting mengingat perencanaan yang
baik merupan setengah dari kesuksesan suatu pekerjaan. Prinsip
perencanaan yang baik, akan selalu mengacu pada: pertanyaan: “Apa
yang dilakukan (what), siapa yang melakukan (who), kapan dilakukan
(when). Di mana dilakukan (where), dan bagaimana sesuatu
dilakukan (how)”, Detail perencanaan inilah yang akan menjadi kunci
kesuksesan pekerjaan. Kedua, keterampilan melakukan
pengorganisasian. Lembaga pendidikan mempunyai sumberdaya

STKIP Muhammadiyah Pringsewu Lampung Buku Ajar Profesi Kependidikan 196


yang cukup besar mulai sumberdaya manusia yang terdiri dari guru,
karyawan, dan siswa, sumberdaya keuangan, hingga fisik mulai dari
gedung serta sarana dan prasarana yang dimiliki. Salah satu masalah
yang sering melanda lembaga pendidikan adalah keterbatasan
sumberdaya. Kepala sekolah harus mampu menggunakan dan
memanfaatkan sumberdaya yang tersedia dengan sebaik-baiknya.
Walaupun terbatas, namun sumberdaya yang dimiliki adalah modal
awal dalam melakukan pekerjaan. Karena itulah, seni mengola
sumberdaya menjadi ketrerampilan manajerial yang tidak bisa
ditinggalkan. Ketiga, adalah kemampuan melaksanakan pekerjaan
sesuai dengan perencanaan yang telah ditetapkan. Tahapan ini
mengisyaratkan kepala sekolah membangun prosedur operasional
lembaga pendidikan, memberi contoh bagaimana bekerja,
membangun motivasi dan kerjasama, serta selalu melakukan
koordinasi dengan ber bagai elemen pendidikan. Tidak ada gunanyua
perencanaan yang baik jika dalam implementasinya tidak dilakukan
secara sungguh-sungguh dan professional. Keempat, kepala sekolah
harus mampu melakukan tugas-tugas pengawasan dan pengendalian.
Pengawasan (supervisi) ini meliputi supervise manajemen dan juga
supervisi dalam bidang pengajaran. Sepervisi manajemen artinya
melakukan pengawasan dalam bidang pengembangan keterampilan
dan kompetensi adminstrasi dan kelembagaan, sementara supervisi
pengajaran adalah melakukan pengawasan dan kendali terhadal
tugas-tugas serta kemampuan tenaga pendidik sebagai seorang guru.
Karenanya kepala sekolah juga harus mempunyai kompetensi dan
keterampilan professional sebagai guru, sehingga ia mampu
memberikan supervisi yang baik kepada bawahannya.
Substansi manajemen pendidikan dikelompokkan ke dalam
enam gugusan substansi, yaitu gugusan-gugusan substansi (1)
kurikulum atau pembelajaran; (2) kesiswaan; (3) kepegawaian; (4)
sarana dan prasarana; (5) keuangan; dan (6) hubungan masyarakat.
Gugusan-gususan substansi pendidikan bila disandingkan dengan
substansi menajemen yaitu meliputi perencanaan, pengorganisasian,
pelaksanaan, dan pengawasan maka akan diperoleh setidaknya 24
tugas pokok manajemen pendidikan. Misalnya: perencanaan
kurikulum, kesiswaan, kepegawaian, sarana dan prasarana,
keuangan dan hubungan masyarakat.
Pokok-pokok manajemen pendidikan tersebut dalam
Permendiknas No. 13 Tahun 2007 dituangkan dalam dimensi

STKIP Muhammadiyah Pringsewu Lampung Buku Ajar Profesi Kependidikan 197


kompetensi manajerial dengan 16 kompetensinya. Dari ke-16
kompetensi tersebut, tugas manajemen dalam bidang perencanaan
ada 1 kompetensi, yaitu Menyusun perencanaan sekolah/madrasah
untuk berbagai tingkatan perencanaan. Tahap pengorganisasian
dalam permendiknas dituangkan dalam 2 kompetensi yaitu: (a)
mengembangkan organisasi sekolah/madrasah sesuai dengan
kebutuhan dan (b) memimpin sekolah/madrasah dalam rangka
pendayagunaan sumber daya sekolah/madrasah secara optimal.
Tugas pelaksanaan dalam permendiknas mendapatkan porsi yang
paling besar. Hal ini disebabkan tugas pelaksanaan/pengelolaan
merupakan inti dari manajemen. Ada 12 kompetensi yang dapat
digolongkan dalam pengelolaan manajemen pendidikan. Kompetensi
tersebut antara lain: (1) Mengelola perubahan dan pengembangan
sekolah/madrasah menuju organisasi pembelajar yang efektif; (2)
Menciptakan budaya dan iklim sekolah/madrasah yang kondusif dan
inovatif bagi pembelajaran peserta didik; (3) Mengelola guru dan staf
dalam rangka pendayagunaan sumber daya manusia secara optimal;
(4) Mengelola sarana dan prasarana sekolah/madrasah dalam rangka
pendayagunaan secara optimal; (5) Mengelola hubungan
sekolah/madrasah dan masyarakat dalam rangka pencarian
dukungan ide, sumber belajar, dan pembiayaan sekolah/madrasah;
(6) Mengelola peserta didik dalam rangka penerimaan peserta didik
baru, dan penempatan dan pengembangan kapasitas peserta didik;
(7) Mengelola pengembangan kurikulum dan kegiatan pembelajaran
sesuai dengan arah dan tujuan pendidikan nasional; (8) Mengelola
keuangan sekolah/madrasah sesuai dengan prinsip pengelolaan yang
akuntabel, transparan, dan efisien; (9) Mengelola ketatausahaan
sekolah/madrasah dalam mendukung pencapaian tujuan sekolah/
madrasah; (10) Mengelola unit layanan khusus sekolah/madrasah
dalam mendukung kegiatan pembelajaran dan kegiatan peserta didik
di sekolah/madrasah; (11) Mengelola sistem informasi
sekolah/madrasah dalam mendukung penyusunan program dan
pengambilan keputusan; dan (12) Memanfaatkan kemajuan teknologi
informasi bagi peningkatan pembelajaran dan manajemen
sekolah/madrasah.
Semua gugusan subtansi manajemen pendidikan telah
terakomodasi dalam dimensi kompetensi manajerial kepala sekolah,
yaitu kurikulum, personalia, kesiswaan, keuangan, sarana dan
prasarana, dan hubungan masyarakat. Selanjutnya dalam bidang

STKIP Muhammadiyah Pringsewu Lampung Buku Ajar Profesi Kependidikan 198


pengawasan atau kontrol, kompetensi kepala sekolah dalam
Permendiknas No. 13 Tahun 2007 meliputi 1 kompetensi, yaitu
melakukan monitoring, evaluasi, dan pelaporan pelaksanaan program
kegiatan sekolah/madrasah dengan prosedur yang tepat, serta
merencanakan tindak lanjutnya.
Bilamana seluruh kompetensi manajerial dikuasai dan
dilaksanakan dengan baik, maka terwujudnya sekolah unggul dan
mandiri akan dapat dicapai. Sejauh mana kepala sekolah dapat
mewujudkan peran-peran tersebut, secara langsung maupun tidak
langsung dapat memberikan kontribusi terhadap peningkatan
kompetensi guru, yang pada gilirannya dapat membawa efek
terhadap peningkatan mutu pendidikan di sekolah.

3. Kompetensi Kewirausahaan
Dimensi kompetensi kewirausahaan dalam Permendiknas No. 13
Tahun 2007 terdiri atas lima kompetensi, yaitu: (1) menciptakan
inovasi yang berguna bagi pengembangan sekolah/madrasah; (2)
bekerja keras untuk mencapai keberhasilan sekolah/madrasah
sebagai organisasi pembelajar yang efektif; (3) memiliki motivasi yang
kuat untuk sukses dalam melaksanakan tugas pokok dan fungsinya
sebagai pemimpin sekolah/madrasah; (4) pantang menyerah dan
selalu mencari solusi terbaik dalam menghadapi kendala yang
dihadapi sekolah/madrasah; dan (5) memiliki naluri kewirausahaan
dalam mengelola kegiatan produksi/jasa sekolah/madrasah sebagai
sumber belajar peserta didik. Ranah kompetensi nomor 1 sampai
dengan nomor 4 merupakan jiwa, sikap, dan perilaku kewirausahaan
yang harus dimiliki oleh kepala sekolah di seluruh jenjang pendidikan.
Sedangkan ranah ke-5, yang harus memiliki adalah kepala SMK
karena bidang kegiatan pendidikan di SMK diantaranya mengelola
kegiatan produksi/jasa. Contoh SMK jurusan perhotelan memiliki
kegiatan jasa perhotelan sehingga peserta didik dapat memanfaatkan
sepenuhnya hotel yang dimiliki sekolah sebagai sumber belajar.
Demikian pula SMK jurusan otomotif dengan kegiatan jasa bengkel.
Sedangkan bagi kepala SD, SMP, SMA kegiatan produksi/jasa
terbatas. Kebanyakan yang ada yaitu koperasi sekolah. Walaupun
demikian, naluri kewirausahaan harus dimiliki oleh seluruh kepala
sekolah.

STKIP Muhammadiyah Pringsewu Lampung Buku Ajar Profesi Kependidikan 199


Kewirausahaan dalam persekolahan, tidak harus diartikan
dengan kegiatan yang mampu menghasilkan keuntungan bagi
sekolah secara materiil (berupa uang). Kewirausahaan dalam yang
paling penting adalah kemauan bekerja keras serta kreatif dan
inovatif. Kepala sekolah yang memiliki jiwa kewirausahaan akan
mampu menghitung kelemahan dan kelebihan yang dimiliki menjadi
modal awal sekolahnya. Dengan modal awal tersebut, kepala sekolah
mendayagunakan untuk kemajuan sekolah. Contoh: peserta didik
yang besar merupakan kekuatan (strenght) bagi sekolah. Orang tua
peserta didik bisa dijadikan investir dengan memberikan pinjaman
dana, misalnya untuk pembangunan kantin sekolah.Kantin tersebut
kemudian disewakan. Hasil sewa ini, sebagian untuk cadangan
pengembalian pinjaman dan sebagian yang lain untuk pendapatan
sekolah.
Selain itu prinsip-prinsip kewirausaan juga dapat digunakan
untuk peningkatan kompetensi guru. Di zaman teknologi, informasi
dan komunikasi sekarang ini, kepala sekolah dengan kreativitas dan
inovasinya mendorong guru untuk menciptakan proses belajar
mengajar yang dinamis, yakni dengan kemampuan mengadopsi
berbagai model atau metode pembelajaran yang baru. Misalnya
dalam hal membaca permulaan, guru dapat menggunakan metode
iqra’. Dengan metode ini kemampuan membaca permulaan siswa
akan mengalami perkembangan yang pesat. Dalam hal berhitung,
guru dapat menggunakan metode berhitung jarimatika atau jarimagic.
Kepala sekolah menciptakan kompetisi yang sehat di sekolah dalam
meningkatkan kompetensi guru. Apalagi kemampuan melakukan
penelitian tindakan kelas (Class Action Research) dihargai secara
akademis.

4. Kompetensi Supervisi
Selama ini kegiatan supervisi yang dilakukan oleh kepala
sekolah merupakan kegiatan insidental. Kegiatan ini biasanya
dilaksanakan bagai guru yang akan naik pangkat atau untuk mengisi
DP3 (Daftar Penilaian Pelaksanaan Pekerjaan Pegawai). Kegiatan ini
dilakukan kepala sekolah dengan sekadar melakukan kunjungan
kelas dan menilai performa guru. Setelah kagiatan ini selesai maka
selesailah kegiatan supervisi ini. Supervisi dalam pengertian intinya
adalah kegiatan membantu guru bukan hanya untuk memvonis guru

STKIP Muhammadiyah Pringsewu Lampung Buku Ajar Profesi Kependidikan 200


(benar atau salah). Kegiatan membantu guru harus dilakukan secara
terencana dan sistematis bukan insidental sehingga dengan kegiatan
supervisi kemampuan profesional guru dapat berkembang dengan
optimal.
Dalam Permendiknas No. 13 Tahun 2007 tentang kompetensi
kepala sekolah, dimensi kompetensi supervisi terdiri atas tiga
kompetensi, yaitu: (1) merencanakan program supervisi akademik
dalam rangka peningkatan profesionalisme guru; (2) melaksanakan
supervisi akademik terhadap guru dengan menggunakan pendekatan
dan teknik supervisi yang tepat; dan (4) menindaklanjuti hasil
supervisi akademik terhadap guru dalam rangka peningkatan
profesionalisme guru. Kebanyakan kegiatan supervisi yang
dilaksanakan kepala sekolah terhadap guru baru pada butir dua yaitu
melaksanakan supervisi akademik dengan pendekatan dan teknik
supervisi yang terbatas, yakni satu pendekatan dan teknik supervisi
untuk semua tipe guru.

5. Kompetensi Sosial
Sekolah merupakan organisasi pembelajar (learning
organization) di mana sekolah selalu berhadapan dengan stake
holder. Kemampuan yang diperlukan untuk berhadapan dengan
stakeholder adalah kemampun berkomunikasi dan berinteraksi yang
efektif. Agar terbina hubungan yang baik antara sekolah dengan
orang tua, sekolah dengan kantor/dinas yang membawahinya maka
kepala sekolah harus mampu mengkomunikasikannya. Setiap
kegiatan yang melibatkan dua orang atau lebih pasti membutuhkan
komunikasi. Pembagian kerja administrasi dalam manajemen
pendidikan yang meliputi 6 substansi manajemen pendidikan juga
memerlukan komunikasi. Ketrampilan berkomunikasi sangat
diperlukan dalam membina hubungan sosial. Bagi kepala sekolah,
kegiatan komunikasi bermanfaat, antara lain untuk: (a) penyampaian
program yang disampaikan dimengerti oleh warga sekolah, (b)
mampu memahami orang lain, (c) gagasannya diterima oleh orang
lain, dan (d) efektif dalam menggerakkan orang lain melakukan
sesuatu.
Kebutuhan sekolah yang belum terpenuhi oleh pemerintah perlu
mendapatkan bantuan dari pihak lain. Oleh karena itu kepala sekolah
harus mampu menjalin kerja sama dengan berbagai pihak demi

STKIP Muhammadiyah Pringsewu Lampung Buku Ajar Profesi Kependidikan 201


kepentingan sekolah. Kompetensi yang dibutuhkan tersebut dalam
permendiknas No. 13 tahun 2007 dinamakan kompetensi sosial.
Kompetensi sosial dalam Permendiknas No. 13 Tahun 2007 terdiri
atas: (1) bekerja sama dengan pihak lain untuk kepentingan
sekolah/madrasah; (2) berpartisipasi dalam kegiatan sosial
kemasyarakatan; dan (3) memiliki kepekaan sosial terhadap orang
atau kelompok lain.
Sekolah supaya tidak dianggap sebagai menara gading (ivory
tower) maka sekolah harus berpartisipasi aktif dalam kegiatan sosial
kemasyarakatan. Ada beberapa kegiatan terutama di pedesaan yang
membutuhkan partisipasi sekolah demi suksesnya kegiatan tersebut.
Kegiatan tersebut diantaranya pembelajaran bagi buta aksara,
kelompok belajar Paket A, B, dan C. Sekolah dapat berpartisipasi
dengan menyediakan ruang kelas sebagai sarana belajar atau
menyediakan guru sebagai tenaga pengajar.

B. Kepemimpinan Kepala Sekolah


Telah disebutkan sebelumnya bahwa arti kepala sekolah bagi
sekolah sangatlah penting. Kepala sekolah memilik kedudukan
sebagai pemimpin di sekolah. Sebagai seorang pemimpin, kepala
sekolah memiliki tanggung jawab atas keberlangsungan organisasi
sekolah yang dipimpinnya. Kepala sekolah sebagai pemimpin
pendidikan selayaknya mampu memimpin dirinya sendiri dan
mempunyai kelebihan dibandingkan dengan yang lainnya. Untuk
meningkatkan kualitas diri, banyak upaya yang dapat ditempuh. Adair
(1984) menawarkan ada lima hal yang dapat dilakukan, yaitu: (1)
mengenal diri sendiri dengan Strength, Weaknesess, Opportunities,
Threats (SWOT), (2) berusaha memiliki Kredibilitas, Akseptabilitas,
Moralitas, dan Integritas (KAMI), (3) mempelajari prinsip-prinsip
kepemimpinan, (4) menerapkan prinsip-prinsip kepemimpinan, dan (5)
belajar dari umpan balik. Akhir-akhir ini seringkali digunakan istilah-
istilah untuk menyebut strata (tingkatan) prestasi sekolah yang baik
dengan sebutan sekolah efektif atau sekolah unggul. Sekolah efektif
tidak akan lahir tanpa kepala sekolah yang efektif sebagaimana
disebutkan oleh Fred M. Hechinger.
Kepemimpinan efektif dapat dilihat dari tujuh perilaku kepala
sekolah untuk: (a) menerapkan kepemimpinan sekolah efektif, (b)
melaksanakan kepemimpinan instruksional, (c) memelihara iklim

STKIP Muhammadiyah Pringsewu Lampung Buku Ajar Profesi Kependidikan 202


belajar yang berpusat pada siswa, (d) mengembangkan
profesionalitas dan mengelola SDM, (e) melibatkan orang tua dan
menjalin kemitraan dengan masyarakat, (f) mengelola sekolah secara
efektif dan melaksanakan program harian, dan (g) melaksanakan
hubungan interpersonal secara efektif. Dalam Permendiknas No. 13
Tahun 2007 kompetensi kepemimpinan atau kepala sekolah sebagai
leader tidak tertulis secara eksplisit dalam butir-butir kompetensi.
Kepemimpinan kepala sekolah dalam Permendiknas No. 13 Tahun
2007 dirumuskan secara implisit ke dalam 5 dimensi kompetensi
kepala sekolah. Dengan merujuk pada tujuh perilaku kepala sekolah
untuk menggambarkan kepemimpnan efektif maka butir-butir
kompetensi yang ada dalam Permendiknas No. 13 Tahun 2007 telah
melingkupi dimensi kepemimpinan kepala sekolah.
Kepemimpinan instruksional ditunjukkan kepala sekolah dalam
berusaha mendorong kesuksesan semua murid dengan menciptakan
program instruksional yang mendorong perbaikan proses belajar dan
mengajar. Tiga hal penting yang menjadi perhatiannya berupa
asesmen, kurikulum, dan pembelajaran. Dalam asesmen, kepala
sekolah (1) mengarahkan evaluasi belajar siswa dengan
menggunakan beragam teknik dan sumber informasi; (2)
menganalisis data siswa, staf, dan masyarakat untuk pengambilan
keputusan; (3) memanfaatkan data sekolah dan siswa untuk membuat
program layanan murid dan kurikulum; dan (4) memantau kemajuan
belajar siswa, didukung dengan laporan sistematis tiap bulan.
Kepala sekolah sebagai leader (pemimpin). Gaya kepemimpinan
kepala sekolah seperti apakah yang dapat menumbuh-suburkan
kreativitas sekaligus dapat mendorong terhadap peningkatan
kompetensi guru? Dalam teori kepemimpinan setidaknya kita
mengenal dua gaya kepemimpinan yaitu kepemimpinan yang
berorientasi pada tugas dan kepemimpinan yang berorientasi pada
manusia. Dalam rangka meningkatkan kompetensi guru, seorang
kepala sekolah dapat menerapkan kedua gaya kepemimpinan
tersebut secara tepat dan fleksibel, disesuaikan dengan kondisi dan
kebutuhan yang ada. Kendati demikian menarik untuk
dipertimbangkan dari hasil studi yang dilakukan Bambang Budi
Wiyono (2000) terhadap 64 kepala sekolah dan 256 guru Sekolah
Dasar di Bantul terungkap bahwa ethos kerja guru lebih tinggi ketika
dipimpin oleh kepala sekolah dengan gaya kepemimpinan yang
berorientasi pada manusia. Kepemimpinan seseorang sangat

STKIP Muhammadiyah Pringsewu Lampung Buku Ajar Profesi Kependidikan 203


berkaitan dengan kepribadian dan kepribadian kepala sekolah
sebagai pemimpin akan tercermin dalam sifat-sifat sebagai barikut :
(1) jujur; (2) percaya diri; (3) tanggung jawab; (4) berani mengambil
resiko dan keputusan; (5) berjiwa besar; (6) emosi yang stabil, dan (7)
teladan (E. Mulyasa, 2003).
Leader. Leader secara bahasa artinya adalah pemimpin. Kepala
sekolah adalah pemimpin bagi lembaga pendidikan yang dipimpinnya.
Sebagai leader, kemampuan yang harus dimiliki kepala sekolah
adalah: Pertama, kemampuan membangun visi, misi, dan strategi
lembaga. Visi adalah pandangan ke depan lembaga pendidikan itu
mau dibawa kearah mana. Misi adalah alasan mengapa lembaga
tersebut ada, biasanya berdasar pada nilai-nilai tertentu yang melekat
dalam organisasi. Sedangkan strategi adalah bagaimana kepala
sekolah mampu mengelola sumberdaya yang dimiliki dalam upaya
mencapai visi dan misi yang telah ditentukan tersebut. Visi kepala
sekolah akan sangat menentukan kearah mana lembaga pendidikan
itu dibawa. Kepala sekolah yang tidak mempunyai visi jauh ke depan
hanya akan bertugas sesuai dengan rutinitas dan tugas sehari-harinya
tanpa tahu kemajuan apa yang harus ia capai dalam kurun waktu
tertentu. Kiranya, visi ini harus dibangun terlebih dahulu agar tercipta
jalan dan panduan perjalanan lembaga ke depan. Kedua, sebagai
leader, kepala sekolah harus mampu berperan sebagai innovator,
yaitu orang yang terus-menerus membangun dan mengembangkan
berbagai inovasi untuk memajukan lembaga pendidikan. Salah satu
yang menandai pergerakan dan kemajuan lembaga pendidikan
adalah sebesar dan sebanyak apa inovasi yang dilakukan lembaga
pendidikan tersebut setiap tahunnya. Jika banyak inovasi dan
pembaruan yang dilakukan, maka berarti terdapat kemajuan yang
cukup signifikan. Tetapi sebaiknya, jika tidak banyak inovasi yang
dilakukan, maka lembaga pendidikan itu lebih banyak jalan di tempat
dan tidak mengalami banyak kemajuan. Ketiga, kepala sekolah harus
mampu membangun motivasi kerja yang baik bagi seluruh guru,
karyawan, dan berbagai pihak yang terlibat di sekolah. Kemampuan
dalam membangun motivasi yang baik akan membangun
produktivitas organisasi dan meningkatkan efisiensi kerja. Dengan
motivasi yang tinggi, didukung dengan kemampuan guru dan
keryawan yang memadai, akan memacu kenerja lembaga secara
keseluruhan. Karenanya, kemampuan membangun motivasi menjadi
salah satu kunci untuk meningkatkan performa dan produktivitas

STKIP Muhammadiyah Pringsewu Lampung Buku Ajar Profesi Kependidikan 204


kerja. Keempat, kepala sekolah harus mempunyai keterampilan
melakukan komunikasi, menangani konflik, dan membangun iklim
kerja yang yang positif di lingkungan lembaga pendidikan. Iklim kerja
yang positif akan sangat berpengaruh terhadap kesehatan kerja
secara keseluruhan. Jika komunikasi tidak terbangun dengan baik
misalnya, akan banyak terjadi kesalah pahaman baik di antara
bawahan atasan maupun di antara bawahan itu sendiri. Akibatnya,
lembaga pendidikan tidak lagi bisa menjadi tempat yang nyaman
untuk bekerja. Masing-masing orang tidak lagi memperhatikan antara
satu dengan yang lain, masing-masing bekerja secara individual
sehingga membuat suasana kerja tidak nyaman. Jika hal ini terjadi,
akan sulit mengharapkan mereka untuk bekerja lebih keras atau lebih
produktif. Lingkungan dan suasana kerja yang baik akan mendorong
guru dan karyawan bekerja lebih senang dan meningkatkan tanggung
jawab untuk melakukan pekerjaan secara lebih baik. Kelima, kepala
sekolah harus mampu melakukan proses pengambilan keputusan,
dan bisa melakukan proses delegasi wewenang secara baik.
Pengambilan keputusan membutuhkan ketrampilan mulai dari proses
pengumpulan informasi, pencarian alternative keputusan, memilih
keputusan, hingga mengelola akibat ataupun konsekuensi dari
peputusan yang telah diambil.
Kepala sekolah harus mempunyai ketrampilan pengambilan
keputusan secara cepat dan tepat disesuaikan dengan dinamika dan
perkembangan yang terjadi. Jika setiap permasalahan bisa segera
diputuskan dan dicarikan jalan keluar, maka akan memudahkan
organisasi untuk berjalan dengan dinamika yang cepat. Tatapi sebalik
nya, jika kepala sekolah sering ragu dalam mengambil keputusan,
maka organisasi di lembaga tersebut akan terganggu dengan
banyaknya masalah yang masih menggantung dan membutuhkan
jalan keluar. Selain pengambilan keputusan, kepala sekolah juga
mempunyai keterampilan mendelegasikan tugas dan wewenangnya
kepada para bawahan. Delegasi wewenang ini di satu sisi akan
memudahkan tugas-tugas kepala sekolah sehingga ia bisa
berkonsentrasi untuk menjalankan tugas-tugas yang strategis dan
mendelegasikan tugas-tugas operasional sehari-hari kepada
bawahannya. Di sisi lain, delegasi wewenang akan membuat
bawahan merasa dihargai sekaligus menjadi proses pembelajaran
kepemimpinan bagi mereka. Sehingga proses operasional organisasi
bisa berjalan dengan lancar.

STKIP Muhammadiyah Pringsewu Lampung Buku Ajar Profesi Kependidikan 205


SIMPULAN
Permendiknas No. 13 Tahun 2007 tentang standar Kepala
Sekolah merupakan standar ideal bagi kepala sekolah di Indonesia.
Peraturan ini jika tidak menjadi acuan dalam pembuatan aturan
pelaksanaan untuk rekrutmen calon kepala sekolah baru atau
penilaian kepala sekolah yang telah memiliki masa kerja 4 tahun atau
lebih (sesuai dengan Keputusan Mendiknas RI No. 162/U/2003
tanggal 23 Oktober 2003 tentang Pedoman Penugasan Guru Sebagai
Kepala Sekolah) hanya menjadi pajangan belaka. Apalagi pemerintah
daerah dengan otonomi daerahnya, kewenangan pengangkatan
kepala sekalah ada di tangan bupati/walikota.

DAFTAR PUSTAKA
Hechinger, F. (1981). Effective School, Effective Principal. Reston,
VA: NASSP.

________. (2007). Direktorat Tenaga Kependidikan, Direktorat


Jenderal Peningkatan Mutu Pendidik dan Tenaga
Kependidikan, Departemen Pendidikan Nasional. 2007.
Manajemen Sekolah Dasar. Bahan Diklat ToT Calon Kepala
Sekolah dan Pengawas.

________. (2007). Direktorat Tenaga Kependidikan Direktorat


Jenderal Peningkatan Mutu Pendidik Dan Tenaga
Kependidikan Departemen Pendidikan Nasional. 2007.
Penyusunan Rencana Strategis dalam Pengembangan Sekolah
Dasar. Makalah Dilat ToT Calon Kepala Sekolah dan
Pengawas. Tidak Diterbitkan.

________. (2005). Peraturan Pemerintah Nomor 19 Tahun 2005


tentang Standar Nasional Pendidikan. Bandung: Citra Umbara.

________. (2007). Peraturan Pemerintah RI Nomor 38 Tahun 2007


Tentang Pembagian Kewenangan Pusat dan Daerah.

STKIP Muhammadiyah Pringsewu Lampung Buku Ajar Profesi Kependidikan 206


________. (2003). Undang-undang Republik Indonesia No. 20 Tahun
2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional

STKIP Muhammadiyah Pringsewu Lampung Buku Ajar Profesi Kependidikan 207


STANDAR KUALIFIKASI DAN KOMPETENSI
PENGAWAS SEKOLAH

PENDAHULUAN
Dalam upaya meningkatkan mutu pendidikan, kompetensi
pengawas sekolah merupakan salah satu faktor yang penting. Namun
banyak orang yang belum mengetahui tentang standar kualifikasi dan
kompetensi pengawas sekolah. Kompetensi pengawas sekolah
meliputi kompetensi kepribadian, kompetensi sosial, kompetensi
supervisi manajerial, kompetensi supervisi akademik, kompetensi
evaluasi pendidikan, kompetensi penelitian dan pengembangan.
Setelah mempelajari bab ini diharapkan mahasiswa dapat
mengetahui tentang:
1. Pengertian standar kualifikasi dan kompetensi pengawas sekolah;
2. Hakikat pengawasan sekolah;
3. Tugas Pokok dan Fungsi Pengawas Satuan Pendidikan
4. Kewenangan dan hak pengawas
5. Program pengawasan sekolah

A. STANDAR KUALIFIKASI DAN KOMPETENSI PENGAWAS


SEKOLAH

1. Kepribadian
a. Menyadari akan tugas dan tanggungjawabnya sebagai
pengawas satuan pendidikan yang profesional
b. Kreatif dalam bekerja dan memecahkan masalah baik yang
berkaitan dengan kehidupan pribadinya maupun tugas-tugas
profesinya
c. Memiliki rasa ingin tahu akan hal-hal baru tentang pendidikan
dan ilmu pengetahuan, teknologi dan seni yang menunjang
profesinya.

STKIP Muhammadiyah Pringsewu Lampung Buku Ajar Profesi Kependidikan 208


2. Supervisi Manajerial
a. Menguasai metode, teknik dan prinsip-prinsip supervisi dalam
rangka meningkatkan mutu pendidikan.
b. Menyusun program kepengawasan berdasarkan visi-misi-tujuan
dan program sekolah-sekolah binaannya.
c. Menyusun metode kerja dan berbagai instrumen yang
diperlukan untuk melaksanakan tugas pokok dan fungsi
pengawasan.
d. Membina kepala sekolah dalam mengelola satuan pendidikan
berdasarkan manajemen peningkatan mutu berbasis sekolah
(MPMBS).
e. Membina kepala sekolah dalam melaksanakan administrasi
satuan pendidikan meliputi administrasi kesiswaan, kurikulum
dan pembelajaran, pendidik dan tenaga kependidikan, sarana
dan prasarana, pembiayaan, keuangan,lingkungan sekolah dan
peran serta masyarakat.
f. Membantu kepala sekolah dalam menyusun indikator
keberhasilan mutu pendidikan di sekolah.
g. Membina staf sekolah dalam melaksanakan tugas pokok dan
tanggung jawabnya.
h. Memotivasi pengembangan karir kepala sekolah, guru dan
tenaga kependidikan lainnya sesuai dengan peraturan dan
ketentuan yang berlaku.
i. Menyusun laporan hasil-hasil pengawasan pada sekolah-
sekolah binaannnya dan menindak lanjutinya untuk perbaikan
mutu pendidikan dan program pengawasan berikutnya.
j. Mendorong guru dan kepala sekolah untuk menemukan
kelebihan dan kekurangan dalam melaksanakan tugas
pokoknya.
k. Menjelaskan berbagai inovasi dan kebijakan pendidikan kepada
guru dan kepala sekolah.
l. Memantau pelaksanaan inovasi dan kebijakan pendidikan pada
sekolah-sekolah binaannya.

3. Supervisi Akademik
a. Memahami konsep, prinsip, teori dasar, karakteristik, dan
kecenderungan perkembangan bidang ilmu yang menjadi isi

STKIP Muhammadiyah Pringsewu Lampung Buku Ajar Profesi Kependidikan 209


tiap bidang pengembangan/mata pelajaran SD/mata pelajaran
sekolah menengah yang termasuk dalam rumpunnya.
b. Memahami konsep, prinsip, teori/teknologi, karakteristik, dan
kecenderungan perkembangan proses pembelajaran tiap
bidang pengembangan/mata pelajaran SD/mata pelajaran
sekolah menengah yang termasuk dalam rumpunnya.
c. Membimbing guru dalam menentukan tujuan pendidikan yang
sesuai, berdasarkan standar kompetensi dan kompetensi dasar
tiap bidang pengembangan/mata pelajaran SD/mata pelajaran
sekolah menengah yang termasuk dalam rumpunnya.
d. Membimbing guru dalam menyusun silabus tiap bidang
pengembangan/ mata pelajaran SD/mata pelajaran sekolah
menengah yang termasuk rumpunnya berlandaskan standar isi,
standar kompetensi dan kompetensi dasar, dan prinsip-prinsip
pengembangan KTSP.
e. Menggunakan berbagai pendekatan/metode/ teknik dalam
memecahkan masalah pendidikan dan pembelajaran tiap
bidang pengembangan/mata pelajaran SD/mata pelajaran
sekolah menengah yang termasuk dalam rumpunnya.
f. Membimbing guru dalam memilih dan menggunakan
startegi/metode/teknik pembelajaran yang dapat
mengembangkan berbagai potensi peserta didik melalui bidang
pengembangan/mata pelajaran SD/mata pelajaran sekolah
menengah yang termasuk dalam rumpunnya.
g. Membimbing guru dalam menyusun rencana pembelajaran
(RPP) untuk tiap bidang pengembangan/mata pelajaran
SD/mata pelajaran sekolah menengah yang termasuk dalam
rumpunnya.
h. Membimbing guru dalam memilih dan menggunakan media
pendidikan yang sesuai untuk menyajikan isi tiap bidang
pengembangan/mata pelajaran SD/mata pelajaran sekolah
menengah yang termasuk dalam rumpunnya.
i. Memotivasi guru untuk memanfaatkan teknologi informasi
untuk pembelajaran tiap bidang pengembangan/mata pelajaran
SD/mata pelajaran sekolah menengah yang termasuk dalam
rumpunnya.
j. Membimbing guru dalam melaksanakan
strategi/metode/teknik pembelajaran yang telah
direncanakan untuk tiap bidang pengembangan/ mata pelajaran

STKIP Muhammadiyah Pringsewu Lampung Buku Ajar Profesi Kependidikan 210


SD/mata pelajaran sekolah menengah yang termasuk dalam
rumpunnya.
k. Membimbing guru dalam melaksanakan kegiatan pembelajaran
(di kelas, laboratorium, dan/atau di lapangan) untuk
mengembangkan potensi peserta didik pada tiap bidang
pengembangan/mata pelajaran SD/mata pelajaran sekolah
menengah yang termasuk dalam rumpunnya.
l. Membimbing guru dalam merefleksi hasil-hasil yang dicapai,
kekuatan, kelemahan, dan hambatan yang dialami dalam
pembelajaran yang telah dilaksanakan.
m. Membantu guru dalam mengelola, merawat, mengembangkan,
dan memanfaatkan fasilitas pembelajaran yang berkaitan
dengan mata pelajaran SD/mata pelajaran sekolah menengah
yang termasuk dalam rumpunnya.

4. Evaluasi Pendidikan
a. Membimbing guru dalam menentukan aspek-aspek yang
penting dinilai untuk tiap bidang pengembangan/mata pelajaran
yang termasuk dalam rumpunnya.
b. Membimbing guru dalam menentukan kriteria dan indikator
keberhasilan pembelajaran tiap bidang pengembangan/mata
pelajaran yang termasuk dalam rumpunnya.
c. Menyusun kriteria dan indikator keberhasilan pendidikan pada
satuan pendidikan yang menjadi binaannya
d. Menilai kemampuan guru dalam melaksanakan pembelajaran
pada tiap bidang pengembangan/mata pelajaran yang termasuk
dalam rumpunnya.
e. Menilai kemampuan kepala sekolah dalam mengelola satuan
pendidikan.
f. Menilai kinerja staf sekolah dalam melaksanakan tugas
pokoknya.
g. Menilai kinerja sekolah dan menindaklanjuti hasilnya untuk
keperluan akreditasi sekolah.
h. Mengolah dan menganalisis data hasil penilaian kinerja
sekolah, kinerja kepala sekolah, kinerja guru, dan kinerja staf
sekolah.

STKIP Muhammadiyah Pringsewu Lampung Buku Ajar Profesi Kependidikan 211


i. Memantau pelaksanaan kurikulum, pembelajaran, bimbingan
dan hasil belajar siswa serta menganalisisnya untuk perbaikan
mutu pendidikan pada sekolah binaannya
j. Membina guru dalam memanfaatkan hasil penilaian untuk
kepentingan pendidikan dan pembelajaran tiap bidang
pengembangan/mata yang termasuk dalam rumpunnya
k. Memberikan saran kepada kepala sekolah, guru, dan seluruh
staf sekolah dalam meningkatkan kinerjanya berdasarkan hasil
penilaian.

5. Penelitian dan Pengembangan


a. Menguasai berbagai pendekatan, jenis, dan metode penelitian
dalam pendidikan.
b. Menentukan masalah kepengawasan yang penting untuk diteliti
baik untuk keperluan tugas pengawasan, pemecahan masalah
pendidikan, dan pengembangan profesi.
c. Menyusun proposal penelitian pendidikan baik proposal
penelitian kualitatif maupun proposal penelitian kuantitatif.
d. Melaksanakan penelitian pendidikan baik untuk keperluan
pemecahan masalah pendidikan, perumusan kebijakan
pendidikan maupun untuk pengembangan profesi.
e. Mengolah dan menganalisis data penelitian pendidikan baik
data kualitatif maupun data kuantitatif.
f. Memberikan bimbingan kepada guru tentang penelitian
tindakan kelas, baik perencanaan maupun pelaksanaannya.
g. Menyusun karya tulis ilmiah (KTI) dalam bidang
pendidikan/kepengawasan.
h. Mendiseminasikan hasil-hasil penelitian pada forum kegiatan
ilmiah baik lisan maupun tulisan.
i. Membina guru dalam menyusun karya tulis ilmiah dalam bidang
pendidikan dan pembelajaran.
j. Membuat artikel ilmiah untuk dimuat pada jurnal.
k. Menulis buku/modul untuk bahan pengawasan.
l. Menyusun pedoman/ panduan yang diperlukan untuk
melaksanakan tugas pengawasan.

STKIP Muhammadiyah Pringsewu Lampung Buku Ajar Profesi Kependidikan 212


6. Sosial
a. Menyadari akan pentingnya bekerja sama dengan berbagai
pihak dalam rangka meningkatkan kualitas diri dan profesinya.
b. Menangani berbagai kasus yang terjadi di sekolah atau di
masyarakat.
c. Aktif dalam kegiatan organisasi profesi seperti APSI, PGRI,
ISPI dan organisasi kemasyarakatan lainnya.

B. HAKIKAT PENGAWASAN SEKOLAH


Ketika perencanaan pendidikan dikerjakan dan struktur
organisasi persekolahannya pun disusun guna memfasilitasi
perwujudan tujuan pendidikan, serta para anggota organisasi,
pegawai atau karyawan dipimpin dan dimotivasi untuk mensukseskan
pencapaian tujuan, tidak dijamin selamanya bahwa semua kegiatan
akan berlangsung sebagaimana yang direncanakan. Pengawasan
sekolah itu penting karena merupakan mata rantai terakhir dan
kunci dari proses manajemen. Kunci penting dari proses
manajemen sekolah yaitu nilai fungsi pengawasan sekolah terletak
terutama pada hubungannya terhadap perencanaan dan kegiatan-
kegiatan yang didelegasikan (Robbins 1997). Holmes (t. th.)
menyatakan bahwa ‘School Inspection is an extremely useful guide for
all teachers facing an Ofsted inspection. It answers many important
questions about preparation for inspection, the logistics of inspection
itself and what is expected of schools and teachers after the event’.
Pengawasan dapat diartikan sebagai proses kegiatan monitoring
untuk meyakinkan bahwa semua kegiatan organisasi terlaksana
seperti yang direncanakan dan sekaligus juga merupakan kegiatan
untuk mengoreksi dan memperbaiki bila ditemukan adanya
penyimpangan yang akan mengganggu pencapaian tujuan (Robbins
1997). Pengawasan juga merupakan fungsi manajemen yang
diperlukan untuk mengevaluasi kinerja organisasi atau unit-unit dalam
suatu organisasi guna menetapkan kemajuan sesuai dengan arah
yang dikehendaki (Wagner dan Hollenbeck dalam Mantja 2001).
Oleh karena itu mudah dipahami bahwa pengawasan pendidikan
adalah fungsi manajemen pendidikan yang harus diaktualisasikan,
seperti halnya fungsi manajemen lainnya (Mantja 2001). Berdasarkan
konsep tersebut, maka proses perencanaan yang mendahului
kegiatan pengawasan harus dikerjakan terlebih dahulu. Perencanaan

STKIP Muhammadiyah Pringsewu Lampung Buku Ajar Profesi Kependidikan 213


yang dimaksudkan mencakup perencanaan: pengorganisasian,
wadah, struktur, fungsi dan mekanisme, sehingga perencanaan dan
pengawasan memiliki standard dan tujuan yang jelas.
Dalam proses pendidikan, pengawasan atau supervisi
merupakan bagian tidak terpisahkan dalam upaya peningkatan
prestasi belajar dan mutu sekolah. Sahertian (2000:19) menegaskan
bahwa pengawasan atau supervisi pendidikan tidak lain dari usaha
memberikan layanan kepada stakeholder pendidikan, terutama
kepada guru-guru, baik secara individu maupun secara kelompok
dalam usaha memperbaiki kualitas proses dan hasil pembelajaran.
Burhanuddin (1990:284) memperjelas hakikat pengawasan
pendidikan pada hakikat substansinya. Substansi hakikat
pengawasan yang dimaksud menunjuk pada segenap upaya bantuan
supervisor kepada stakeholder pendidikan terutama guru yang
ditujukan pada perbaikan-perbaikan dan pembinaan aspek
pembelajaran. Bantuan yang diberikan kepada guru harus
berdasarkan penelitian atau pengamatan yang cermat dan penilaian
yang objektif serta mendalam dengan acuan perencanan program
pembelajaran yang telah dibuat. Proses bantuan yang diorientasikan
pada upaya peningkatan kualitas proses dan hasil belajar itu penting,
sehingga bantuan yang diberikan benar-benar tepat sasaran. Jadi
bantuan yang diberikan itu harus mampu memperbaiki dan
mengembangkan situasi belajar mengajar.
Pengawas satuan pendidikan/sekolah adalah pejabat fungsional
yang berkedudukan sebagai pelaksana teknis untuk melakukan
pengawasan pendidikan terhadap sejumlah sekolah tertentu yang
ditunjuk/ditetapkan dalam upaya meningkatkan kualitas proses dan
hasil belajar/bimbingan untuk mencapai tujuan pendidikan (Pandong,
A. 2003). Dalam satu kabupaten/kota, pengawas sekolah
dikoordinasikan dan dipimpin oleh seorang koordinator pengawas
(Korwas) sekolah/ satuan pendidikan (Muid, 2003).
Aktivitas pengawas sekolah selanjutnya adalah menilai dan
membina penyelenggaraan pendidikan pada sejumlah satuan
pendidikan/sekolah tertentu baik negeri maupun swasta yang menjadi
tanggung jawabnya. Penilaian itu dilakukan untuk penentuan derajat
kualitas berdasarkan kriteria (tolak ukur) yang ditetapkan terhadap
penyelenggaraan pendidikan di sekolah. Sedangkan kegiatan
pembinaan dilakukan dalam bentuk memberikan arahan, saran dan

STKIP Muhammadiyah Pringsewu Lampung Buku Ajar Profesi Kependidikan 214


bimbingan (Keputusan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Republik
Indonesia Nomor 020/U/1998 tanggal 6 Februari 1998).
Dengan menyadari pentingnya upaya peningkatan mutu dan
efektifitas sekolah dapat (dan memang tepat) dilakukan melalui
pengawasan. Atas dasar itu maka kegiatan pengawasan harus
difokuskan pada perilaku dan perkembangan siswa sebagai bagian
penting dari: kurikulum/mata pelajaran, organisasi sekolah, kualitas
belajar mengajar, penilaian/evaluasi, sistem pencatatan, kebutuhan
khusus, administrasi dan manajemen, bimbingan dan konseling,
peran dan tanggung jawab orang tua dan masyarakat (Law dan
Glover 2000). Lebih lanjut Ofsted (2005) menyatakan bahwa fokus
pengawasan sekolah meliputi: (1) standard dan prestasi yang diraih
siswa, (2) kualitas layanan siswa di sekolah (efektifitas belajar
mengajar, kualitas program kegiatan sekolah dalam memenuhi
kebutuhan dan minat siswa, kualitas bimbingan siswa), serta (3)
kepemimpinan dan manajemen sekolah.
Berdasarkan uraian tersebut dapat dimaknai bahwa
kepengawasan merupakan kegiatan atau tindakan pengawasan dari
seseorang yang diberi tugas, tanggung jawab dan wewenang
melakukan pembinaan dan penilaian terhadap orang dan atau
lembaga yang dibinanya. Seseorang yang diberi tugas tersebut
disebut pengawas atau supervisor. Dalam bidang kependidikan
dinamakan pengawas sekolah atau pengawas satuan pendidikan.
Pengawasan perlu dilakukan dengan tujuan untuk meningkatkan mutu
pendidikan secara berkesinambungan pada sekolah yang diawasinya.
Indikator peningkatan mutu pendidikan di sekolah dilihat pada
setiap komponen pendidikan antara lain: mutu lulusan, kualitas guru,
kepala sekolah, staf sekolah (Tenaga Administrasi, Laboran dan
Teknisi, Tenaga Perpustakaan), proses pembelajaran, sarana dan
prasarana, pengelolaan sekolah, implementasi kurikulum, sistem
penilaian dan komponen-lainnya. Ini berarti melalui pengawasan
harus terlihat dampaknya terhadap kinerja sekolah dalam
meningkatkan mutu pendidikannya. Itulah sebabnya kehadiran
pengawas sekolah harus menjadi bagian integral dalam peningkatan
mutu pendidikan, agar bersama guru, kepala sekolah dan staf sekolah
lainnya berkolaborasi membina dan mengembangkan mutu
pendidikan di sekolah yang bersangkutan seoptimal mungkin sesuai
dengan standar yang telah ditetapkan.

STKIP Muhammadiyah Pringsewu Lampung Buku Ajar Profesi Kependidikan 215


Kiprah supervisor menjadi bagian integral dalam peningkatan
mutu pendidikan di sekolah yang dimaksud dapat dijelaskan dalam
visualisasi Gambar 1 tentang Hakikat Pengawasan. Dari visualisasi
Gambar 1. tersebut tampak bahwa hakikat pengawasan memiliki
empat dimensi: (1) Support, (2) Trust, (3) Challenge, dan (4) Network-
ing and Collaboration. Keempat dimensi hakikat pengawasan itu
masing-masing dijelaskan berikut ini.

Gambar 1. Hakikat Pengawasan diadopsi dari Ofsted, 2003

1. Dimensi pertama dari hakikat pengawasan yaitu dimensi Support.


Dimensi ini menunjuk pada hakikat kegiatan pengawasan yang
dilakukan oleh supervisor itu harus mampu mendukung (support
kepada) pihak sekolah untuk mengevaluasi diri kondisi existing-
nya. Oleh karena itu, supervisor bersama pihak sekolah dapat
melakukan analisis kekuatan, kelemahan dan potensi serta
peluang sekolahnya untuk mendukung peningkatan dan

STKIP Muhammadiyah Pringsewu Lampung Buku Ajar Profesi Kependidikan 216


pengembangan mutu pendidikan pada sekolah di masa yang akan
datang.
2. Dimensi kedua dari hakikat pengawasan yaitu dimensi Trust.
Dimensi ini menunjuk pada hakikat kegiatan pengawasan yang
dilakukan oleh supervisor itu harus mampu membina kepercayaan
(trust) stakeholder pendidikan dengan penggambaran profil
dinamika sekolah masa depan yang lebih baik dan lebih
menjanjikan.
3. Dimensi ketiga dari hakikat pengawasan yaitu dimensi Challenge.
Dimensi ini menunjuk pada hakikat kegiatan pengawasan yang
dilakukan oleh supervisor itu harus mampu memberikan tantangan
(challenge) pengembangan sekolah kepada stakeholder
pendidikan di sekolah. Tantangan ini harus dibuat serealistik
mungkin agar dapat dan mampu dicapai oleh pihak sekolah,
berdasarkan pada situasi dan kondisi sekolah pada sat ini. Dengan
demikian stakeholder tertantang untuk bekerjasama secara
kolaboratif dalam rangka pengembangan mutu sekolah.
4. Dimensi keempat dari hakikat pengawasan yaitu dimensi Network-
ing and Collaboration. Dimensi ini menunjuk pada hakikat kegiatan
pengawasan yang dilakukan oleh supervisor itu harus mampu
mengembangkan jejaring dan berkolaborasi antar stakeholder pen-
didikan dalam rangka meningkatkan produktivitas, efektivitas dan
efisiensi pendidikan di sekolah.
Fokus dari keempat dimensi hakikat pengawasan itu dirumuskan
dalam tiga aktivitas utama pengawasan yaitu: negosiasi, kolaborasi
dan networking. Negosiasi dilakukan oleh supervisor terhadap
stakeholder pendidikan dengan fokus pada substansi apa yang dapat
dan perlu dikembangkan atau ditingkatkan serta bagaimana cara
meningkatkannya. Kolaborasi merupakan inti kegiatan supervisi yang
harus selalu diadakan kegiatan bersama dengan pihak stakeholder
pendidikan di sekolah binaannya. Hal ini penting karena muara untuk
terjadinya peningkatan mutu pendidikan ada pada pihak sekolah.
Networking merupakan inti hakikat kegiatan supervisi yang prospektif
untuk dikembangkan terutama pada era globalisasi dan cybernet
teknologi seperti sekarang ini. Jejaring kerjasama dapat dilakukan
baik secara horisontal maupun vertikal. Jejaring kerjasama secara
horisontal dilakukan dengan sesama sekolah sejenis untuk saling
bertukar informasi dan sharing pengalaman pengembangan mutu
sekolah, misalnya melalui MKP, MKKS, MGBS, MGMP. Jejaring

STKIP Muhammadiyah Pringsewu Lampung Buku Ajar Profesi Kependidikan 217


kerjasama secara vertikal dilakukan baik dengan sekolah pada aras
dibawahnya sebagai pemasok siswa barunya, maupun dengan
sekolah pada jenjang pendidikan di atasnya sebagai lembaga yang
akan menerima para siswa lulusannya.
Berdasarkan ketentuan yang berlaku saat ini pengawas sekolah
atau pengawas satuan pendidikan adalah tenaga kependidikan
profesional yang diberi tugas, tanggung jawab, dan wewenang secara
penuh oleh pejabat yang berwewenang untuk melakukan pembinaan
dan pengawasan pendidikan di sekolah baik pengawasan dalam
bidang akademik (teknis pendidikan) maupun bidang manajerial
(pengelolaan sekolah). Jabatan pengawas adalah jabatan fungsional
bukan jabatan struktural sehingga untuk menyandang predikat
sebagai pengawas harus sudah berstatus tenaga pendidik/guru dan
atau kepala sekolah/wakil kepala sekolah, setidak-tidaknya pernah
menjadi guru.
Berdasarkan rumusan di atas maka kepengawasan adalah
aktivitas profesional pengawas dalam rangka membantu sekolah
binaannya melalui penilaian dan pembinaan yang terencana dan
berkesinambungan. Pembinaan diawali dengan mengidentifikasi dan
mengenali kelemahan sekolah binaannya, menganalisis
kekuatan/potensi dan prospek pengembangan sekolah sebagai bahan
untuk menyusun program pengembangan mutu dan kinerja sekolah
binaannya. Untuk itu maka pengawas harus mendampingi
pelaksanaan dan pengembangan program-program inovasi sekolah.
Ada tiga langkah yang harus ditempuh pengawas dalam menyusun
program kerja pengawas agar dapat membantu sekolah
mengembangkan program inovasi sekolah. Ketiga langkah tersebut
adalah:
1. Menetapkan standar/kriteria pengukuran performansi sekolah
(berdasarkan evaluasi diri dari sekolah).
2. Membandingkan hasil tampilan performansi itu dengan ukuran dan
kriteria/benchmark yang telah direncanakan, guna menyusun
program pengembangan sekolah.
3. Melakukan tindakan pengawasan yang berupa pembina-
an/pendampingan untuk memperbaiki implementasi program
pengembangan sekolah.
4. Dalam melaksanakan kepengawasan, ada sejumlah prinsip yang
dapat dilaksanakan pengawas agar kegiatan kepengawasan
berjalan efektif.

STKIP Muhammadiyah Pringsewu Lampung Buku Ajar Profesi Kependidikan 218


Prinsip-prinsip tersebut antara lain:
1. Trust, artinya kegiatan pengawasan dilaksanakan dalam pola
hubungan kepercayaan antara pihak sekolah dengan pihak
pengawas sekolah sehingga hasil pengawasannya dapat
dipercaya
2. Realistic, artinya kegiatan pengawasan dan pembinaannya
dilaksanakan berdasarkan data eksisting sekolah,
3. Utility, artinya proses dan hasil pengawasan harus bermuara pada
manfaat bagi sekolah untuk mengembangkan mutu dan kinerja
sekolah binaannya,
4. Supporting, Networking dan Collaborating, artinya seluruh aktivitas
pengawasan pada hakikatnya merupakan dukungan terhadap
upaya sekolah menggalang jejaring kerja sama secara kolaboratif
dengan seluruh stakeholder,
5. Testable, artinya hasil pengawasan harus mampu meng-
gambarkan kondisi kebenaran objektif dan siap diuji ulang atau
dikonfirmasi pihak manapun.
Prinsip-prinsip tersebut digunakan pengawas dalam rangka
melaksanakan tugas pokoknya sebagai seorang pengawas/supervisor
pendidikan pada sekolah yang dibinanya. Dengan demikian kehadiran
pengawas di sekolah bukan untuk mencari kesalahan sebagai dasar
untuk memberi hukuman akan tetapi harus menjadi mitra sekolah
dalam membina dan mengembangkan mutu pendidikan di sekolah
sehingga secara bertahap kinerja sekolah semakin meningkat menuju
tercapainya sekolah yang efektif. Prinsip-prinsip kepengawasan itu
harus dilaksanakan dengan tetap memperhatikan kode etik pengawas
satuan pendidikan. Kode etik yang dimaksud minimal berisi sembilan
hal berikut:
1. Dalam melaksanakan tugasnya, pengawas satuan pendidikan
senantiasa berlandaskan Iman dan Taqwa serta mengikuti
perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi.
2. Pengawas satuan pendidikan senantiasa merasa bangga dalam
mengemban tugas sebagai pengawas.
3. Pengawas satuan pendidikan memiliki pengabdian yang tinggi
dalam menekuni tugas pokok dan fungsinya sebagai pengawas.
4. Pengawas satuan pendidikan bekerja dengan penuh rasa
tanggungjawab dalam melaksanakan tugas profesinya sebagai
pengawas.

STKIP Muhammadiyah Pringsewu Lampung Buku Ajar Profesi Kependidikan 219


5. Pengawas satuan pendidikan menjaga citra dan nama baik profesi
pengawas.
6. Pengawas satuan pendidikan menjunjung tinggi disiplin dan etos
kerja dalam melaksanakan tugas profresional pengawas.
7. Pengawas satuan pendidikan mampu menampilkan keberadaan
dirinya sebagai supervisor profesional dan tokoh yang diteladani.
8. Pengawas satuan pendidikan sigap dan terampil dalam
menanggapi dan membantu pemecahan masalah-masalah yang
dihadapi stakeholder sekolah binaannya
9. Pengawas satuan pendidikan memiliki rasa kesetiakawanan sosial
yang tinggi, baik terhadap stakeholder sekolah binaannya maupun
terhadap koleganya.

C. TUGAS POKOK PENGAWAS SEKOLAH/SATUAN PENDIDIKAN


Berdasarkan Peraturan Pemerintah Nomor 74 tentang Guru
Pasal 54 ayat (8) dan (9) pengawas terdiri dari: (1) pengawas satuan
pendidikan, (2) pengawas mata pelajaran, atau pengawas
kelompok mata pelajaran. Ruang lingkup tugas pengawas adalah
melakukan pembimbingan dan pelatihan profesional guru dan
pengawasan yang ekuivalensinya dengan 24 (dua puluh empat) jam
pembelajaran tatap muka dalam 1 (satu) minggu yang ditetapkan oleh
Menteri Pendidikan Nasional.

1. Tugas pokok pengawas satuan pendidikan


Tugas pokok pengawas satuan pendidikan adalah melakukan
pengawasan manajerial terdiri dari pembinaan, pemantauan (standar
pengelolaan, standar pembiayaan, standar sarana dan prasarana,
standar pendidik & tenaga kependidikan) dan penilaian kinerja
sekolah pada satuan pendidikan yang menjadi binaannya.

2. Tugas pokok pengawas mata pelajaran atau kelompok mata


pelajaran

Tugas pokok pengawas mata pelajaran atau kelompok mata


pelajaran yaitu melaksanakan pengawasan akademik meliputi
pembinaan, pemantauan pelaksanaan Standar Nasional Pendidikan
(standar isi, standar proses, standar penilaian, standar kompetensi

STKIP Muhammadiyah Pringsewu Lampung Buku Ajar Profesi Kependidikan 220


lulusan) pada guru mata pelajaran di sejumlah satuan pendidikan
yang ditetapkan.

3. Tugas pokok pengawas bimbingan dan konseling


Tugas pokok pengawas bimbingan dan konseling meliputi
pembinaan, pemantauan pelaksanaan bimbingan dan konseling pada
sejumlah satuan pendidikan yang ditetapkan.

4. Tugas pokok pengawas SLB


Tugas pokok pengawas SLB adalah melaksanakan pengawasan
akademik meliputi pembinaan, pemantauan pelaksanaan Standar
Nasional Pendidikan pada sejumlah SLB kabupaten/kota. Semua
pengawas akan terlibat dalam penyusunan program pengawasan
satuan pendidikan yang meliputi program tahunan kepengawasan,
program semester kepengawasan, rencana kepengawasan
manajerial, rencana kepengawasan akademik, rencana
kepengawasan bimbingan dan konseling, melaksanakan
pembimbingan dan pelatihan profesional guru, dan tenaga
kependidikan serta menyusun laporan pelaksanaan program
kepengawasan.

URAIAN TUGAS PENGAWAS


Kegiatan bagi pengawas satuan pendidikan dan pengawas mata
pelajaran atau pengawas kelompok mata pelajaran untuk ekuivalensi
dengan 24 (dua puluh empat) jam tatap muka per minggu diuraikan
sebagai berikut:

1. PENGAWAS SATUAN PENDIDIKAN


Lingkup kerja pengawas satuan pendidikan untuk melaksanakan
tugas pokok diatur sebagai berikut:
a. Ekuivalensi kegiatan kerja pengawas satuan pendidikan terhadap
24 (dua puluh empat) jam tatap muka menggunakan pendekatan
jumlah sekolah yang dibina.
b. Jumlah sekolah yang harus dibina untuk tiap pengawas sekolah
adalah sebagai berikut:

STKIP Muhammadiyah Pringsewu Lampung Buku Ajar Profesi Kependidikan 221


1) Pengawas Taman Kanak-Kanak melakukan pengawasan dan
membina paling sedikit 10 sekolah dan paling banyak 15
sekolah,
2) Pengawas Sekolah Dasar melakukan pengawasan dan
membina paling sedikit 10 sekolah dan paling banyak 15
sekolah,
3) Pengawas Sekolah Menengah Pertama melakukan
pengawasan dan membina paling sedikit 7 sekolah dan paling
banyak 15 sekolah,
4) Pengawas Sekolah Menengah Atas melakukan pengawasan
dan membina paling sedikit 5 sekolah dan paling banyak 10
sekolah,
5) Pengawas Sekolah Menengah Kejuruan melakukan
pengawasan dan membina paling sedikit 5 sekolah dan paling
banyak 10 sekolah,
6) Pengawas Sekolah Luar Biasa melakukan pengawasan dan
membina paling sedikit 5 sekolah dan paling banyak 10
sekolah,
Pengawas melakukan pengawasan paling sedikit 5 (lima)
sekolah/madrasah binaan untuk daerah khusus.

c. Lingkup kerja pengawas satuan pendidikan untuk ekuivalensi 24


(dua puluh empat) jam tatap muka adalah sebagai berikut:

1) Penyusunan Program Pengawasan satuan Pendidikan


a) Setiap pengawas satuan pendidikan baik secara berkelompok
maupun secara perorangan wajib menyusun rencana program
pengawasan. Program pengawasan terdiri atas (1) program
pengawasan tahunan, (2) program pengawasan semester, dan
(3) rencana kepengawasan manajerial (RKM).
b) Program pengawasan tahunan pengawas satuan pendidikan
disusun oleh kelompok pengawas satuan pendidikan di
kabupaten/kota melalui diskusi terprogram. Kegiatan
penyusunan program tahunan ini diperkirakan berlangsung
selama 1(satu) minggu.
c) Program pengawasan semester adalah perencanaan teknis
operasional kegiatan yang dilakukan oleh setiap pengawas
sekolah pada setiap sekolah binaannya. Program tersebut
disusun sebagai penjabaran atas program pengawasan

STKIP Muhammadiyah Pringsewu Lampung Buku Ajar Profesi Kependidikan 222


tahunan di tingkat kabupaten/kota. Kegiatan penyusunan
program semester oleh setiap pengawas satuan pendidikan ini
diperkirakan berlangsung selama 1 (satu) minggu.
d) Rencana Kepengawasan Manajerial (RKM) merupakan
penjabaran dari program semester yang lebih rinci dan
sistematis sesuai dengan aspek/masalah prioritas yang harus
segera dilakukan kegiatan supervisi. Penyusunan RKM ini
diperkirakan berlangsung 1 (satu) minggu.
e) Program tahunan, program semester, dan RKM sekurang-
kurangnya memuat aspek/masalah, tujuan, indikator
keberhasilan, strategi/metode kerja (teknik supervisi), skenario
kegiatan, sumberdaya yang diperlukan, penilaian dan insrumen
pengawasan.

2) Melaksanakan Pembinaan
a) Kegiatan supervisi kegiatan manajerial meliputi pembinaan dan
pemantauan pelaksanaan manajemen sekolah merupakan
kegiatan dimana terjadi interaksi langsung antara pengawas
satuan pendidikan dengan kepala sekolah dan tenaga
kependidikan lainnya. Kegiatan ini dilaksanakan di sekolah
binaan.
b) Pelaksanaan pembinaan dengan menggunakan format dan
instrumen yang ditentukan oleh dinas pendidikan di
kabupaten/kota bersangkutan.

3) Melaksanakan Pemantauan Pelaksanaan SNP


a) Kegiatan supervisi pemantauan meliputi pemantauan dan
pembinaan pelaksanaan SNP merupakan kegiatan dimana
terjadi interaksi langsung antara pengawas satuan pendidikan
dengan kepala sekolah dan tenaga kependidikan lainnya.
Kegiatan ini dilaksanakan di sekolah binaan.
b) Pelaksanaan pembinaan dengan menggunakan format dan
instrumen yang ditentukan oleh dinas pendidikan di
kabupaten/kota bersangkutan.

4) Melaksanakan Penilaian Kinerja


a) Kegiatan peniaian kinerja kepala sekolah merupakan kegiatan
untuk mengukur keberhasilan kepala sekolah dalam

STKIP Muhammadiyah Pringsewu Lampung Buku Ajar Profesi Kependidikan 223


melaksanakan tugas manajerial maupun akademik. Kegiatan ini
dilaksanakan di sekolah binaan.
b) Pelaksanaan penilaian menggunakan format dan instrumen
yang ditentukan oleh dinas pendidikan di kabupaten/kota
bersangkutan.

5) Menyusun laporan pelaksanaan program pengawasan


a) Setiap pengawas membuat laporan dalam bentuk laporan per
sekolah dari seluruh sekolah binaan. Laporan ini lebih
ditekankan kepada pencapaian tujuan dari setiap butir kegiatan
pengawasan sekolah yang telah dilaksanakan pada setiap
sekolah binaan.
b) Penyusunan laporan oleh pengawas merupakan upaya untuk
mengkomunikasikan hasil kegiatan atau keterlaksanaan
program yang telah direncanakan.

6) Melaksanakan pembimbingan dan pelatihan profesionalitas


kepala sekolah dan tenaga kependidikan lainnya.
a) Kegiatan pembimbingan dan pelatihan profesionalitas kepala
sekolah dan tenaga kependidikan lainnya dilaksanakan paling
sedikit 3 (tiga) kali dalam satu semester secara berkelompok
yang diselenggarakan oleh MKKS atau KKKS.
b) Kegiatan dilaksanakan terjadwal baik waktu maupun jumlah jam
yang diperlukan untuk setiap kegiatan sesuai dengan tema atau
jenis keterampilan atau kompetensi yang akan ditingkatkan.
c) Kegiatan pembimbingan dan pelatihan profesionalitas dapat
dilakukan melalui workshop, seminar, observasi, individual dan
group conference, bimbingan teknis serta kunjungan sekolah
melalui supervisi manajerial.

2. PENGAWAS MATA PELAJARAN ATAU PENGAWAS


KELOMPOK MATA PELAJARAN

Lingkup kerja pengawas mata pelajaran atau pengawas


kelompok mata pelajaran untuk melaksanakan tugas pokok diatur
sebagai berikut:
a. Ekuivalensi kegiatan kerja pengawas mata pelajaran atau
pengawas kelompok mata pelajaran terhadap 24 (dua puluh

STKIP Muhammadiyah Pringsewu Lampung Buku Ajar Profesi Kependidikan 224


empat) jam tatap muka menggunakan pendekatan jumlah guru
yang dibina pada satu atau beberapa sekolah.
b. Jumlah guru yang harus dibina untuk tiap jenis pengawas mata
pelajaran sebagai berikut:
1) Pengawas Guru Taman Kanak-kanak (Pendidikan Usia Dini
Formal) melakukan pengawasan dan membina paling sedikit
sedikit 60 guru dan paling banyak 75 guru kelas di TK;
2) Pengawas Guru Sekolah Dasar paling sedikit 60 guru dan
paling banyak 75 guru kelas di SD;
3) Pengawas Mata Pelajaran pada Sekolah Menengah Pertama
melakukan pengawasan dan membina paling sedikit 40 guru
dan paling banyak 60 guru di SMP;
4) Pengawas Mata Pelajaran pada Sekolah Menengah Atas
melakukan pengawasan dan membina paling sedikit 40 guru
dan paling banyak 60 guru di SMA;
5) Pengawas Mata Pelajaran pada Sekolah Menengah Kejuruan
melakukan pengawasan dan membina paling sedikit 40 guru
dan paling banyak 60 guru di SMK;
6) Pengawas Sekolah Luar Biasa melakukan pengawasan dan
membina paling sedikit 40 guru dan paling banyak 60 guru
mata pelajaran luar biasa.

c. Lingkup kerja pengawas mata pelajaran adalah sebagai berikut:

1) Penyusunan Program Pengawasan Mata Pelajaran atau


Kelompok Mata Pelajaran
a) Setiap pengawas mata pelajaran atau kelompok mata pelajaran
baik secara berkelompok maupun secara perorangan wajib
menyusun rencana program pengawasan. Program
pengawasan terdiri atas (1) program pengawasan tahunan, (2)
program pengawasan semester, dan (3) rencana
kepengawasan akademik (RKA).
b) Program pengawasan tahunan pengawas mata pelajaran atau
kelompok mata pelajaran disusun oleh kelompok pengawas
mata pelajaran atau kelompok mata pelajaran di
kabupaten/kota melalui diskusi terprogram. Kegiatan
penyusunan program tahunan ini diperkirakan berlangsung
selama 1 (satu) minggu.

STKIP Muhammadiyah Pringsewu Lampung Buku Ajar Profesi Kependidikan 225


c) Program pengawasan semester adalah perencanaan teknis
operasional kegiatan yang dilakukan oleh setiap pengawas
mata pelajaran atau kelompok mata pelajaran pada setiap
sekolah dimana guru binaannya berada. Program tersebut
disusun sebagai penjabaran atas program pengawasan
tahunan di tingkat kabupaten/kota. Kegiatan penyusunan
program semester oleh setiap pengawas mata pelajaran ini
diperkirakan berlangsung selama 1 (satu) minggu.
d) Rencana Kepengawasan Akademik (RKA) merupakan
penjabaran dari program semester yang lebih rinci dan
sistematis sesuai dengan aspek/masalah prioritas yang harus
segera dilakukan kegiatan supervisi. Penyusunan RKA ini
diperkirakan berlangsung 1 (satu) minggu.
e) Program tahunan, program semester, dan RKA sekurang-
kurangnya memuat aspek/masalah, tujuan, indikator
keberhasilan, strategi/metode kerja (teknik supervisi), skenario
kegiatan, sumberdaya yang diperlukan, penilaian dan insrumen
pengawasan.

2) Melaksanakan Pembinaan, Pemantauan dan Penilaian


a) Kegiatan supervisi akademik meliputi pembinaan dan
pemantauan pelaksanaan standar isi, standar proses, standar
penilaian dan standar kompetensi lulusan merupakan kegiatan
dimana terjadi interaksi langsung antara pengawas mata
pelajaran dengan guru binaanya.
b) Melaksanakan penilaian adalah menilai kinerja guru dalam
merencanakan, melaksanakan dan menilai proses
pembelajaran.
c) Kegiatan ini dilakukan di sekolah binaan, sesuai dengan uraian
kegiatan dan jadwal yang tercantum dalam RKA yang telah
disusun.

3) Menyusun Laporan Pelaksanaan Program Pengawasan


a) Setiap pengawas membuat laporan dalam bentuk laporan per
sekolah dari seluruh sekolah binaan. Laporan ini lebih
ditekankan kepada pencapaian tujuan dari setiap butir kegiatan
pengawasan sekolah yang telah dilaksanakan pada setiap
sekolah binaan.

STKIP Muhammadiyah Pringsewu Lampung Buku Ajar Profesi Kependidikan 226


b) Penyusunan laporan oleh pengawas merupakan upaya untuk
mengkomunikasikan hasil kegiatan atau keterlaksanaan
program yang telah direncanakan.
c) Menyusun laporan pelaksanaan program pengawasan
dilakukan oleh setiap pengawas dengan segera setelah
melaksanakan pembinaan, pemantauan atau penilaian.

4) Melaksanakan pembimbingan dan pelatihan profesionalitas


guru.
a) Kegiatan pembimbingan dan pelatihan profesionalitas guru
dilaksanakan paling sedikit 3 (tiga) kali dalam satu semester
secara berkelompok di MGMP atau KKG.
b) Kegiatan ini dilaksanakan terjadwal baik waktu maupun jumlah
jam yang diperlukan untuk setiap kegiatan sesuai dengan tema
atau jenis keterampilan dan kompetensi yang akan
ditingkatkan. Dalam pelatihan ini diperkenalkan kepada guru
cara-cara baru yang lebih sesuai dalam melaksanakan suatu
proses pembelajaran/ pembimbinan.
c) Kegiatan pembimbingan dan pelatihan profesionalitas guru ini
dapat dilakukan melalui workshop, seminar, observasi,
individual dan group conference, serta kunjungan kelas melalui
supervisi akademik.

3. PENGAWAS BIMBINGAN DAN KONSELING


Lingkup kerja pengawas bimbingan dan konseling untuk
melaksanakan tugas pokok diatur sebagai berikut:
a. Ekuivalensi kegiatan kerja pengawas bimbingan dan konseling
terhadap 24 (dua puluh empat) jam tatap muka menggunakan
pendekatan jumlah guru yang dibina di satu atau beberapa
sekolah pada jenjang pendidikan yang sama atau jenjang
pendidikan yang berbeda;
b. Jumlah guru yang harus dibina untuk pengawas bimbingan dan
konseling paling sedikit 40 (empat puluh) dan paling banyak 60
guru BK;
c. Uraian lingkup kerja pengawas bimbingan dan konseling adalah
sebagai berikut:

STKIP Muhammadiyah Pringsewu Lampung Buku Ajar Profesi Kependidikan 227


1) Penyusunan Program Pengawasan Bimbingan dan Konseling
a) Setiap pengawas baik secara berkelompok maupun secara
perorangan wajib menyusun rencana program pengawasan.
Program pengawasan terdiri atas (1) program pengawasan
tahunan, (2) program pengawasan semester, dan (3) rencana
kepengawasan akademik (RKA).
b) Program pengawasan tahunan pengawas disusun oleh
kelompok pengawas di kabupaten/kota melalui diskusi
terprogram. Kegiatan penyusunan program tahunan ini
diperkirakan berlangsung selama 1 (satu) minggu.
c) Program pengawasan semester adalah perencanaan teknis
operasional kegiatan yang dilakukan oleh setiap pengawas
pada setiap sekolah tempat guru binaannya berada. Program
tersebut disusun sebagai penjabaran atas program
pengawasan tahunan di tingkat kabupaten/kota. Kegiatan
penyusunan program semester oleh setiap pengawas ini
diperkirakan berlangsung selama 1 (satu) minggu.
d) Rencana Kepengawasan Bimbingan dan Konseling (RKBK)
merupakan penjabaran dari program semester yang lebih rinci
dan sistematis sesuai dengan aspek/masalah prioritas yang
harus segera dilakukan kegiatan supervisi. Penyusunan RKBK
ini diperkirakan berlangsung 1 (satu) minggu.
e) Program tahunan, program semester, dan RKBK sekurang-
kurangnya memuat aspek/masalah, tujuan, indikator
keberhasilan, strategi/metode kerja (teknik supervisi), skenario
kegiatan, sumberdaya yang diperlukan, penilaian dan
instrumen pengawasan.

2) Melaksanakan Pembinaan, Pemantauan dan Penilaian


a) Kegiatan supervisi bimbingan dan konseling meliputi
pembinaan dan pemantauan pelaksanaan bimbingan dan
konseling di sekolah merupakan kegiatan dimana terjadi
interaksi langsung antara pengawas dengan guru binaanya,
b) Melaksanakan penilaian adalah menilai kinerja guru dalam
merencanakan, melaksanakan dan menilai proses
pembimbingan.
c) Kegiatan ini dilakukan di sekolah binaan, sesuai dengan uraian
kegiatan dan jadwal yang tercantum dalam RKBK yang telah
disusun.

STKIP Muhammadiyah Pringsewu Lampung Buku Ajar Profesi Kependidikan 228


3) Menyusun Laporan Pelaksanaan Program Pengawasan
a) Setiap pengawas membuat laporan dalam bentuk laporan per
sekolah dari seluruh sekolah binaan. Laporan ini lebih
ditekankan kepada pencapaian tujuan dari setiap butir kegiatan
pengawasan sekolah yang telah dilaksanakan pada setiap
sekolah binaan,
b) Penyusunan laporan oleh pengawas merupakan upaya untuk
mengkomunikasikan hasil kegiatan atau keterlaksanaan
program yang telah direncanakan,
c) Menyusun laporan pelaksanaan program pengawasan
dilakukan oleh setiap pengawas sekolah dengan segera
setelah melaksanakan pembinaan, pemantauan atau penilaian.

4) Melaksanakan pembimbingan dan pelatihan profesionalitas


guru BK.
a) Kegiatan pembimbingan dan pelatihan profesionalitas guru BK
dilaksanakan paling sedikit 3 (tiga) kali dalam satu semester
secara berkelompok di Musyawarah Guru Pembimbing (MGP).
b) Kegiatan dilaksanakan terjadwal baik waktu maupun jumlah jam
yang diperlukan untuk setiap kegiatan sesuai dengan tema atau
jenis keterampilan dan kompetensi yang akan ditingkatkan.
c) Dalam pelatihan diperkenalkan kepada guru cara-cara baru
yang lebih sesuai dalam melaksanakan suatu proses
pembimbingan. Kegiatan pembimbingan dan pelatihan
profesionalitas guru BK ini dapat dilakukan melalui workshop,
seminar, observasi, individual dan group conference.

4. PEMENUHAN KEWAJIBAN JAM TATA MUKA


Pengawas satuan pendidikan, pengawas mata pelajaran dan
pengawas bimbingan dan konseling yang belum dapat memenuhi
ketentuan karena kurangnya jumlah satuan pendidikan atau guru
yang dibina, dapat memenuhi kekurangannya dengan ketentuan
sebagai berikut:
1. Mendapatkan tugas tambahan menjadi pengawas satuan
pendidikan pada jenjang yang berbeda, misalkan pengawas TK
merangkap menjadi pengawas SMP;
2. Mendapatkan tugas tambahan bukan kepengawasan dari kepala
dinas pendidikan. Jenis tugas tambahan tersebut merupakan
sebagian tugas rutin pada dinas pendidikan;

STKIP Muhammadiyah Pringsewu Lampung Buku Ajar Profesi Kependidikan 229


3. Khusus bagi pengawas satuan pendidikan yang berkedudukan di
Provinsi dapat melaksanakan kewajiban 24 (dua puluh empat)
tatap muka di sekolah binaan yang ditetapkan oleh Dinas
Pendidikan Provinsi untuk satu kabupaten/kota atau lebih.
Pemenuhan jumlah tatap muka pengawas dikoordinasikan oleh
Kepala Dinas Pendidikan Provinsi dengan Dinas Pendidikan
Kabupaten/Kota.
Tugas pokok pengawas sekolah/satuan pendidikan adalah
melakukan penilaian dan pembinaan dengan melaksanakan fungsi-
fungsi supervisi, baik supervisi akademik maupun supervisi
manajerial. Berdasarkan tugas pokok dan fungsi di atas minimal ada
tiga kegiatan yang harus dilaksanakan pengawas yakni:
1. Melakukan pembinaan pengembangan kualitas sekolah, kinerja
kepala sekolah, kinerja guru, dan kinerja seluruh staf sekolah;
2. Melakukan evaluasi dan monitoring pelaksanaan program sekolah
beserta pengembangannya;
3. Melakukan penilaian terhadap proses dan hasil program
pengembangan sekolah secara kolaboratif dengan stakeholder
sekolah.
Mengacu pada SK Menpan nomor 118 tahun 1996 tentang
jabatan fungsional pengawas dan angka kreditnya, Keputusan
bersama Mendikbud nomor 03420/O/1996 dan Kepala Badan
Administrasi Kepegawaian Negara nomor 38 tahun 1996 tentang
petunjuk pelaksanaan jabatan fungsional pengawas serta Keputusan
Mendikbud nomor 020/U/1998 tentang petunjuk teknis pelaksanaan
jabatan fungsional pengawas sekolah dan angka kreditnya, dapat
dikemukakan tentang tugas pokok dan tanggung jawab pengawas
sekolah yang meliputi:
1. Melaksanakan pengawasan penyelenggaraan pendidikan di
sekolah sesuai dengan penugasannya pada TK, SD, SLB, SLTP
dan SLTA.
2. Meningkatkan kualitas proses belajar-mengajar/bimbingan dan
hasil prestasi belajar/bimbingan siswa dalam rangka mencapai
tujuan pendidikan.
Tugas pokok yang pertama merujuk pada supervisi atau
pengawasan manajerial sedangkan tugas pokok yang kedua merujuk
pada supervisi atau pengawasan akademik. Pengawasan manajerial
pada dasarnya memberikan pembinaan, penilaian dan
bantuan/bimbingan mulai dari rencana program, proses, sampai

STKIP Muhammadiyah Pringsewu Lampung Buku Ajar Profesi Kependidikan 230


dengan hasil. Bimbingan dan bantuan diberikan kepada kepala
sekolah dan seluruh staf sekolah dalam pengelolaan sekolah atau
penyelenggaraan pendidikan di sekolah untuk meningkatkan kinerja
sekolah. Pengawasan akademik berkaitan dengan membina dan
membantu guru dalam meningkatkan kualitas proses
pembelajaran/bimbingan dan kualitas hasil belajar siswa.
Sedangkan wewenang yang diberikan kepada pengawas
sekolah meliputi: (1) memilih dan menentukan metode kerja untuk
mencapai hasil yang optimal dalam melaksanakan tugas dengan
sebaik-baiknya sesuai dengan kode etik profesi, (2) menetapkan
tingkat kinerja guru dan tenaga lainnya yang diawasi beserta faktor-
faktor yang mempengaruhinya, (3) menentukan atau mengusulkan
program pembinaan serta melakukan pembinaan. Wewenang
tersebut menyiratkan adanya otonomi pengawas untuk menentukan
langkah dan strategi dalam menentukan prosedur kerja
kepengawasan. Namun demikian pengawas perlu berkolaborasi
dengan kepala sekolah dan guru agar dalam melaksanakan tugasnya
sejalan dengan arah pengembangan sekolah yang telah ditetapkan
kepala sekolah.
Berdasarkan kedua tugas pokok di atas maka kegiatan yang
dilakukan oleh pengawas antara lain:
1. Menyusun program kerja kepengawasan untuk setiap semester
dan setiap tahunnya pada sekolah yang dibinanya.
2. Melaksanakan penilaian, pengolahan dan analisis data hasil
belajar/bimbingan siswa dan kemampuan guru.
3. Mengumpulkan dan mengolah data sumber daya pendidikan,
proses pembelajaran/bimbingan, lingkungan sekolah yang
berpengaruh terhadap perkembangan hasil belajar/bimbingan
siswa.
4. Melaksanakan analisis komprehensif hasil analisis berbagai faktor
sumber daya pendidikan sebagai bahan untuk melakukan inovasi
sekolah.
5. Memberikan arahan, bantuan dan bimbingan kepada guru tentang
proses pembelajaran/bimbingan yang bermutu untuk
meningkatkan mutu proses dan hasil belajar/ bimbingan siswa.
6. Melaksanakan penilaian dan monitoring penyelenggaran
pendidikan di sekolah binaannya mulai dari penerimaan siswa
baru, pelaksanaan pembelajaran, pelaksanaan ujian sampai
kepada pelepasan lulusan/pemberian ijazah.

STKIP Muhammadiyah Pringsewu Lampung Buku Ajar Profesi Kependidikan 231


7. Menyusun laporan hasil pengawasan di sekolah binaannya dan
melaporkannya kepada Dinas Pendidikan, Komite Sekolah dan
stakeholder lainnya.
8. Melaksanakan penilaian hasil pengawasan seluruh sekolah
sebagai bahan kajian untuk menetapkan program kepengawasan
semester berikutnya.
9. Memberikan bahan penilaian kepada sekolah dalam rangka
akreditasi sekolah.
10. Memberikan saran dan pertimbangan kepada pihak sekolah dalam
memecahkan masalah yang dihadapi sekolah berkaitan dengan
penyelenggaraan pendidikan.
Berdasarkan uraian di atas maka tugas pengawas mencakup: (1)
inspecting (mensupervisi), (2) advising (memberi advis atau nasehat),
(3) monitoring (memantau), (4) reporting (membuat laporan), (5)
coordinating (mengkoordinir) dan (6) performing leadership dalam arti
memimpin dalam melaksanakan kelima tugas pokok tersebut (Ofsted,
2003).
Tugas pokok inspecting (mensupervisi) meliputi tugas
mensupervisi kinerja kepala sekolah, kinerja guru, kinerja staf
sekolah, pelaksanaan kurikulum/mata pelajaran, pelaksanaan
pembelajaran, ketersediaan dan pemanfaatan sumberdaya,
manajemen sekolah, dan aspek lainnya seperti: keputusan moral,
pendidikan moral, kerjasama dengan masyarakat.
Tugas pokok advising (memberi advis/nasehat) meliputi advis
mengenai sekolah sebagai sistem, memberi advis kepada guru
tentang pembelajaran yang efektif, memberi advis kepada kepala
sekolah dalam mengelola pendidikan, memberi advis kepada tim kerja
dan staf sekolah dalam meningkatkan kinerja sekolah, memberi advis
kepada orang tua siswa dan komite sekolah terutama dalam
meningkatkan partisipasi masyarakat dalam pendidikan.
Tugas pokok monitoring/pemantauan meliputi tugas: memantau
penjaminan/standard mutu pendidikan, memantau penerimaan siswa
baru, memantau proses dan hasil belajar siswa, memantau
pelaksanaan ujian, memantau rapat guru dan staf sekolah, memantau
hubungan sekolah dengan masyarakat, memantau data statistik
kemajuan sekolah, memantau program-program pengembangan
sekolah.
Tugas pokok reporting meliputi tugas: melaporkan
perkembangan dan hasil pengawasan kepada Kepala Dinas

STKIP Muhammadiyah Pringsewu Lampung Buku Ajar Profesi Kependidikan 232


Pendidikan Kabupaten/Kota, Propinsi dan/atau Nasional, melaporkan
perkembangan dan hasil pengawasan ke masyarakat publik,
melaporkan perkembangan dan hasil pengawasan ke sekolah
binaannya.
Tugas pokok coordinating meliputi tugas: mengkoordinir sumber-
sumber daya sekolah baik sumber daya manusia, material, financial
dll, mengkoordinir kegiatan antar sekolah, mengkoordinir kegiatan
preservice dan in service training bagi Kepala Sekolah, guru dan staf
sekolah lainnya, mengkoordinir personil stakeholder yang lain,
mengkoordinir pelaksanaan kegiatan inovasi sekolah.
Tugas pokok performing leadership/memimpin meliputi tugas:
memimpin pengembangan kualitas SDM di sekolah binaannya,
memimpin pengembangan inovasi sekolah, partisipasi dalam
memimpin kegiatan manajerial pendidikan di Diknas yang
bersangkutan, partisipasi pada perencanaan pendidikan di
kabupaten/kota, partisipasi pada seleksi calon kepala sekolah/calon
pengawas, partisipasi dalam akreditasi sekolah, partisipasi dalam
merekruit personal untuk proyek atau program-program khusus
pengembangan mutu sekolah, partisipasi dalam mengelola konflik di
sekolah dengan win-win solution dan partisipasi dalam menangani
pengaduan baik dari internal sekolah maupun dari masyarakat. Itu
semua dilakukan guna mewujudkan kelima tugas pokok di atas.
Berdasarkan uraian tugas-tugas pengawas sebagaimana
dikemukakan di atas, maka pengawas satuan pendidikan banyak
berperan sebagai: (1) penilai, (2) peneliti, (3) pengembang, (4)
pelopor/inovator, (5) motivator, (6) konsultan, dan (7) kolaborator
dalam rangka meningkatkan mutu pendidikan di sekolah binaannya.
Dikaitkan dengan tugas pokok pengawas sebagai pengawas atau
supervisor akademik yaitu tugas pokok supervisor yang lebih
menekankan pada aspek teknis pendidikan dan pembelajaran, dan
supervisor manajerial yaitu tugas pokok supervisor yang lebih
menekankan pada aspek manajemen sekolah dapat dimatrikkan
dalam tabel berikut ini.

STKIP Muhammadiyah Pringsewu Lampung Buku Ajar Profesi Kependidikan 233


Tabel 1. Matrik Tugas Pokok Pengawas

Pengawasan
Pengawasan
Manajerial
Akademik
Rincian Tugas (Administrasi
(Teknis Pendidikan/
dan Manajemen
Pembelajaran)
Sekolah)

Inspecting/  Pelaksanaan kurikulum  Pelaksanaan


Pengawasan mata pelajaran kurikulum sekolah
 Proses pembelajaran/  Penyelenggaraan
praktikum/ studi administrasi
lapangan sekolah
 Kegiatan ekstra  Kinerja kepala
kurikuler sekolah dan staf
sekolah
 Penggunaan media, alat
bantu dan sumber  Kemajuan
belajar pelaksanaan
pendidikan di
 Kemajuan belajar siswa sekolah
Lingkungan belajar
 Kerjasama
sekolah dengan
masyarakat

Advising/  Menasehati guru dalam  Kepala sekolah di


Menasehati pembelajaran/bimbingan dalam mengelola
yang efektif pendidikan
 Guru dalam  Kepala sekolah
meningkatkan dalam
kompetensi professional melaksanakan
inovasi pendidikan
 Guru dalam
melaksanakan penilaian Kepala sekolah
dalam

STKIP Muhammadiyah Pringsewu Lampung Buku Ajar Profesi Kependidikan 234


proses dan hasil belajar peningkatan
kemampuan
 Guru dalam professional
melaksanakan kepala sekolah
penelitian tindakan kelas
 Menasehati staf
 Guru dalam sekolah dalam
meningkatkan melaksanakan
kompetensi pribadi, tugas administrasi
sosial dan pedagogik sekolah
 Kepala sekolah
dan staf dalam
kesejahteraan
sekolah

Monitoring/  Ketahanan  Penyelenggaraan


Memantau pembelajaran kurikulum
 Pelaksanaan ujian mata Administrasi
pelajaran sekolah
 Standar mutu hasil  Manajemen
belajar siswa sekolah
 Pengembangan profesi  Kemajuan sekolah
guru
 Pengembangan
 Pengadaan dan SDM sekolah
pemanfaatan sumber-
sumber belajar  Penyelenggaraan
ujian sekolah
 Penyelenggaraan
penerimaan siswa
baru

STKIP Muhammadiyah Pringsewu Lampung Buku Ajar Profesi Kependidikan 235


Coordinating/  Pelaksanaan inovasi  Mengkoordinir
mengkoordinir pembelajaran peningkatan mutu
 Pengadaan sumber-  SDMsekolah
sumber belajar
 Penyelenggaraan
 Kegiatan peningkatan inovasi di sekolah
kemampuan profesi
guru  Mengkoordinir
akreditasi sekolah
 Mengkoordinir
kegiatan sumber
daya pendidikan

Reporting  Kinerja guru dalam  Kinerja kepala


melaksanakan sekolah
pembelajaran
 Kinerja staf
 Kemajuan belajar siswa sekolah
 Pelaksanaan tugas  Standar mutu
kepengawasan pendidikan
akademik
 Inovasi pendidikan

D. FUNGSI PENGAWAS SEKOLAH


Untuk melaksanakan tugas pokok tersebut, pengawas sekolah
melaksanakan fungsi supervisi, baik supervisi akademik maupun
supervisi manajerial. Supervisi akademik adalah fungsi supervisi yang
berkenaan dengan aspek pembinaan dan pengembangan
kemampuan profesional guru dalam meningkatkan mutu
pembelajaran dan bimbingan di sekolah. Sasaran supervisi akademik
antara lain membantu guru dalam: (1) merencanakan kegiatan
pembelajaran dan atau bimbingan, (2) melaksanakan kegiatan
pembelajaran/ bimbingan, (3) menilai proses dan hasil pembelajaran/
bimbingan, (4) memanfaatkan hasil penilaian untuk peningkatan
layanan pembelajaran/bimbingan, (5) memberikan umpan balik
secara tepat dan teratur dan terus menerus pada peserta didik, (6)

STKIP Muhammadiyah Pringsewu Lampung Buku Ajar Profesi Kependidikan 236


melayani peserta didik yang mengalami kesulitan belajar, (7)
memberikan bimbingan belajar pada peserta didik, (8) menciptakan
lingkungan belajar yang menyenangkan, (9) mengembangkan dan
memanfaatkan alat Bantu dan media pembelajaran dan atau
bimbingan, (10) memanfaatkan sumber-sumber belajar, (11) me-
ngembangkan interaksi pembelajaran/bimbingan (metode, strategi,
teknik, model, pendekatan dll.) yang tepat dan berdaya guna, (12)
melakukan penelitian praktis bagi perbaikan pembelajaran/bimbingan,
dan (13) mengembangkan inovasi pembelajaran/bimbingan.
Dalam melaksanakan fungsi supervisi akademik seperti di atas,
pengawas hendaknya berperan sebagai:
1. Mitra guru dalam meningkatkan mutu proses dan hasil
pembelajaran dan bimbingan di sekolah binaannya
2. Inovator dan pelopor dalam mengembangkan inovasi
pembelajaran dan bimbingan di sekolah binaannya
3. Konsultan pendidikan di sekolah binaannya
4. Konselor bagi kepala sekolah, guru dan seluruh staf sekolah
5. Motivator untuk meningkatkan kinerja semua staf sekolah
Supervisi manajerial adalah fungsi supervisi yang berkenaan
dengan aspek pengelolaan sekolah yang terkait langsung dengan
peningkatan efisiensi dan efektivitas sekolah yang mencakup: (1) pe-
rencanaan, (2) koordinasi, (3) pelaksanaan, (3) penilaian, (5)
pengembangan kompetensi SDM kependidikan dan sumberdaya
lainnya. Sasaran supervisi manajerial adalah membantu kepala
sekolah dan staf sekolah lainnya dalam mengelola administrasi
pendidikan seperti: (1) administrasi kurikulum, (2) administrasi
keuangan, (3) administrasi sarana prasarana/perlengkapan, (4)
administrasi personal atau ketenagaan, (5) administrasi kesiswaan,
(6) administrasi hubungan sekolah dan masyarakat, (7) administrasi
budaya dan lingkungan sekolah, serta (8) aspek-aspek administrasi
lainnya dalam rangka meningkatkan mutu pendidikan. Dalam
melaksanakan fungsi supervisi manajerial, pengawas hendaknya
berperan sebagai:
1. Kolaborator dan negosiator dalam proses perencanaan,
koordinasi, pengembangan manajemen sekolah;
2. Asesor dalam mengidentifikasi kelemahan dan menganalisis
potensi sekolah binaannya;
3. Pusat informasi pengembangan mutu pendidikan di sekolah
binaannya;

STKIP Muhammadiyah Pringsewu Lampung Buku Ajar Profesi Kependidikan 237


4. Evaluator/judgement terhadap pemaknaan hasil pengawasan.

E. KEWENANGAN DAN HAK PENGAWAS

Dalam melaksanakan tugas pokok dan fungsinya sebagai


pengawas sekolah/satuan pendidikan, setiap pengawas memiliki
kewenangan dan hak-hak yang melekat pada jabatannya. Beberapa
kewenangan yang ada pada pengawas adalah kewenangan untuk:
2. Bersama pihak sekolah yang dibinanya, menentukan program
peningkatan mutu pendidikan di sekolah binaannya;
3. Menyusun program kerja/agenda kerja kepengawasan pada
sekolah binaannya dan membicarakannya dengan kepala sekolah
yang bersangkutan;
4. Menentukan metode kerja untuk pencapaian hasil optimal
berdasarkan program kerja yang telah disusun;
5. Menetapkan kinerja sekolah, kepala sekolah dan guru serta tenaga
kependidikan guna peningkatan kualitas diri dan layanan
pengawas.
Hak yang seharusnya diperoleh pengawas sekolah yang
profesional adalah:
1. Menerima gaji sebagai pegawai negeri sipil sesuai dengan pangkat
dan golongannya;
2. Memperoleh tunjangan fungsional sesuai dengan jabatan
pengawas yang dimilikinya;
3. Memperoleh biaya operasional/rutin untuk melaksanakan tugas-
tugas kepengawasan seperti; transportasi, akomodasi dan biaya
untuk kegiatan kepengawasan;
4. Memperoleh tunjangan profesi pengawas setelah memiliki
sertifikasi pengawas;
5. Menerima subsidi dan insentif untuk menunjang pelaksanaan
tugas dan pengembangan profesi pengawas;
6. Memperoleh tunjangan khusus bagi pengawas yang bertugas di
daerah terpencil, rawan kerusuhan dan atau daerah bencana
alam;
Semua biaya hak di atas dibebankan pada Pemerintah Pusat
dan Daerah. Sedangkan tunjangan kesejahteraan diharapkan
diberikan oleh pemerintah daerah. Besarnya tunjangan-tunjangan di
atas disesuaikan dengan kemampuan pemerintah, baik pemerintah

STKIP Muhammadiyah Pringsewu Lampung Buku Ajar Profesi Kependidikan 238


pusat maupun pemerintah daerah. Subsidi dan insentif untuk
peningkatan profesionalitas pengawas diberikan sekali dalam setahun
oleh pemerintah melalui Direktorat Tenaga Kependidikan. Besarnya
subsidi dan insentif disesuaikan dengan kemampuan anggaran.
Subsidi diberikan kepada pengawas melalui koordinator pengawas
(korwas) yang ada disetiap Kabupaten/Kota. Untuk itu setiap korwas
perlu menyusun program dan kegiatan peningkatan kemampuan
profesionalisme pengawas di daerahnya. Perlu adanya pemikiran
lebih lanjut mengenai status kepegawaian pengawas sekolah, apakah
berstatus pegawai pusat yang ditempatkan di daerah. Ataukah tetap
sebagai pegawai daerah, baik di tingkat provinsi (pengawas SMA dan
SMK), di kabupaten (pengawas SLB dan SMP) dan di kecamatan
(pengawas TK/SD).
F. PROGRAM PENGAWASAN SEKOLAH
Peraturan Pemerintah Nomor 19 Tahun 2005 tentang Standar
Nasional Pendidikan, dalam pasal 19 tentang standar proses dan
pasal 55 mengenai standar pengolaan menyebutkan bahwa setiap
satuan pendidikan dalam melakukan perencanaan proses
pembelajaran, pelaksanaan proses pembelajaran dan penilaian hasil
pembelajaran, serta pengawasan proses pembelajaran yang efektif
dan efisien diperlukan kegiatan pemantauan, supervisi, evaluasi dan
pelaporan, serta pengambilan langkah tindak lanjut hasil pengawasan.
Tugas ini dipercayakan kepada pengawas satuan pendidikan
bertanggung jawab membina, memantau, dan menilai satuan
pendidikan. Dalam melaksanakan tugas tersebut pengawas tentu
harus menyusun program, melaksanakan serta menyampaikan
laporannya.
Berkaitan dengan Perencanaan Pengawasan, pengawas
dituntut untuk membuat program pengawasan sekolah, mencakup:
(a) program pengawasan tahunan, (b) program pengawasan semester
(c) rencana kepengawasan akademik (RKA) dan (d) rencana
kepengawasan manajerial (RKM). Sementara berkaitan dengan
Pelaporan Pengawasan, pengawas dituntut untuk membuat
Laporan Pelaksanaan Pengawasan yang disusun secara lengkap,
dengan data yang akurat, menggunakan bahasa baku, komunikatif
dan mudah dipahami, penyajiannya menarik, dan enak dibaca.
Demikian pula data yang disajikan dalam laporan pengawas harus
akurat, artinya benar-benar sesuai dengan data yang terdapat pada

STKIP Muhammadiyah Pringsewu Lampung Buku Ajar Profesi Kependidikan 239


sekolah yang dibinanya. Setiap pengawas sekolah membuat laporan
per sekolah dan seluruh sekolah binaan. Laporan ini lebih
ditekankan kepada pencapaian tujuan dari setiap butir kegiatan
pengawasan sekolah yang telah dilasanakan pada setiap sekolah
binaan. Laporan hasil-hasil pengawasan di semua sekolah binaannya
sebanyak satu laporan untuk semua sekolah binaan dengan
sistematika yang telah ditetapkan. Laporan ini lebih merupakan
informasi komprehensif tentang keterlaksanaan, hasil yang dicapai,
serta kendala yang dihadapi oleh pengawas yang bersangkutan
dalam melaksanakan tugas pokok pada semua sekolah binaan

SIMPULAN
Pengawas satuan pendidikan/sekolah adalah pejabat fungsional
yang berkedudukan sebagai pelaksana teknis untuk melakukan
pengawasan pendidikan terhadap sejumlah sekolah tertentu yang
ditunjuk/ditetapkan dalam upaya meningkatkan kualitas proses dan
hasil belajar/bimbingan untuk mencapai tujuan pendidikan. Dalam
satu kabupaten/kota, pengawas sekolah dikoordinasikan dan dipimpin
oleh seorang koordinator pengawas (Korwas) sekolah/satuan
pendidikan.
Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia, definisi kualifikasi
adalah keahlian yang diperlukan untuk melakukan sesuatu, atau
menduduki jabatan tertentu. Dalam definisi lain kualifikasi diartikan
sebagai hal-hal yang dipersyaratkan baik secara akademis dan teknis
untuk mengisi jenjang kerja tertentu.
Kompetensi pengawas sekolah meliputi kompetensi kepribadian,
kompetensi sosial, kompetensi supervisi manajerial, kompetensi
supervisi akademik, kompetensi evaluasi pendidikan, kompetensi
penelitian dan pengembangan. Kualifikasi pengawas
sekolah/madrasah terdapat dalam Lampiran Peraturan Menteri
Pendidikan Nasional Nomor 12 Tahun 2007 Tanggal 28 Maret 2007
Standar Pengawas Sekolah/Madrasah.

DAFTAR PUSTAKA
________. (2007). Permendiknas no 12 tahun 2007 tentang
Kompetensi Pengawas Sekolah

STKIP Muhammadiyah Pringsewu Lampung Buku Ajar Profesi Kependidikan 240


Nana Sudjana, dkk. (2006). Standar Mutu Pengawas. Jakarta:
Depdiknas

www.pengawas20.wordpress.com/2009/05/20/36-kompetensi-inti-
yang-harus-dikuasai-pengawas-agar-menjadi-pengawas-
sekolah-yang-profesional/

Depdiknas. (2009). Pedoman Pelaksanaan Tugas Guru dan


Pengawas: Jakarta, Direktorat Jenderal Peningkatan Mutu
Pendidik dan Tenaga Kependidikan.

STKIP Muhammadiyah Pringsewu Lampung Buku Ajar Profesi Kependidikan 241


GURU BERMUTU

PENDAHULUAN

Mengingat peran guru yang sangat strategis dalam


pembangunan pendidikan, maka seorang guru harus dipersiapkan
dengan matang. Persiapan tersebut haruslah berkesinambungan
mulai dari pre-service dan pendidikan profesi guru di LPTK sampai
menjadi guru pemula di satuan pendidikan. Tak seorang pun dapat
membantah bahwa guru berada di depan dalam upaya mencerdaskan
kehidupan bangsa. Mereka telah melahirkan banyak dokter, insinyur,
menteri, bahkan presiden. Menjadi guru adalah menghayati profesi.
Apa yang membedakan sebuah profesi dengan pekerjaan lain adalah
bahwa untuk sampai pada prose itu seseorang berproses lewat
belajar. Sumber daya manusia yang bermutu adalah investasi masa
depan. Sumber daya manusia yang berkualitas hanya dapat
dihasilkan oleh sistem pendidikan yang bermutu. Salah satu faktor
yang menopang sistem pendidikan yang bermutu adalah tersedianya
guru yang profesional. Artinya guru yang dapat menjalankan tugasnya
secara profesional, yang memiliki ciri-ciri antara lain ahli di bidang
teori dan praktek keguruan. Guru profesional adalah guru yang
menguasai ilmu pengetahuan yang diajarkan dan ahli mengajarnya
(menyampaikannya). Dengan kata lain guru yang bermutu adalah
guru yang mampu membelajarkan peserta didiknya tentang
pengetahuan yang dikuasainya dengan baik.
Setelah mempelajari bab ini, mahasiswa diharapkan dapat
memahami tentang:
1. Pengertian Program Profesi Guru (PPG);
2. Tujuan PPG dan syarat PPG;
3. Pengertian Program Induksi Guru Pemula (PIGP);
4. Prinsip, dasar hukum, tujuan, tata cara pelaksanaan, dan garis
besar PIGP; dan
5. Bagaimana pemantauan dan evaluasi, serta penanganan
permasalahan PIGP?

STKIP Muhammadiyah Pringsewu Lampung Buku Ajar Profesi Kependidikan 242


PEMBAHASAN
A. Pendidikan Profesi Guru (PPG)
John S. Brubacher (1987:371) berpendapat pendidikan adalah
proses pengembangan potensi, kemampuan, dan kapasitas manusia
yang mudah dipengaruhi oleh kebiasaan, kemudian disempurnakan
dengan kebiasaan-kebiasaan yang baik,didukung dengan alat
(media) yang disusun sedemikian rupa, sehingga pendidikan dapat
digunakan untuk menolong orang lain atau dirinya sendiri dalam
mencapai tujuan-tujuan yang telah ditetapkan. (Wiji Suwarno,
2006:20).
Untuk meningkatkan mutu pendidikan saat ini maka
profesionalisasi guru (pendidik) merupakan suatu keharusan, terlebih
lagi apabila kita melihat kondisi objektif saat ini berkaitan dengan
berbagai hal yang ditemui dalam melaksanakan pendidikan, yaitu: a)
perkembangan iptek; b) persaingan global bagi lulusan pendidikan; c)
otonomi daerah; d) Implementasi Kurikulum Tingkat Satuan
Pendidikan (KTSP). (Prof. Udin Syaefudin Sa’ud, Ph.D., 2010:98)

B. Pengertian Pendidikan Profesi Guru


Pendidikan profesi guru yang lebih sering disingkat PPG
merupakan suatu program pendidikan yang diberikan untuk para
sarjana pendidikan atau diploma 4 yang bukan jurusan pendidikan
namun memiliki bakat serta minatnya untuk menjadi guru. Agar dapat
menjadi guru yang sesuai dengan kebutuhan pendidikan serta
standarnasional dalam masalah pendidikan dan untuk memperoleh
sertifikat sebagai pendidik, maka diwajibkan bagi para calon guru
untuk melanjutkan studinya untuk mendapatkan pelatihan dan
bimbingan lagi agar dapat menjadi guru yang profesional.

C. Tujuan Pendidikan Profesi Guru


Pendidikan profesi guru memiliki tujuan umum dalam programnya
yakni untuk menghasilkan para calon guru agar dapat memiliki
kemampuan untuk mewujudkan tujuan dari pendidikan nasional.
Tujuan tersebut untuk mengembangkan potensi yang dimiliki oleh
para siswa untuk dapat menjadi manusia yang bertakwa kepada
Tuhan, mempunyai iman dan berakhlak mulia, yang mandiri dan
kreatif dalam mengembangkan ilmu, cakap dan menjadi warga

STKIP Muhammadiyah Pringsewu Lampung Buku Ajar Profesi Kependidikan 243


Negara yang bertanggung jawab dan demokratis. Selain itu, ada
tujuan khusus yang dengan pengembangan PPG yaitu sebagaimana
yang telah disebutkan dalam permendiknas dengan nomor 8 pada
tahun 2009, disebutkan bahwa PPG memiliki tujuan untuk
mengembangkan profesionalitas secara berkala dan berkelanjutan,
menghasilkan guru yang memiliki berbagai kompetensi dalam
pelaksanaan serta perancangannya, menilai evaluasi belajar,
memberikan bimbingan serta pelatihan kepada murid ketida sedang
melakukan penelitian, dan terakhir menindaklanjuti hasil penelitian
dari kegiatan belajar yang berlangsung.

D.Syarat Pendidikan Profesi Guru


Pendidikan profesionalisme guru memiliki syarat dan ketetapan.
Yang pertama ialah harus mempunyai kualifikasi akademik sarjana
atau minimal diploma 4 dari prodi atau program studi yang telah
terakreditasi, kecuali untuk prodi PGPAUD dan PGSD. Selanjutnya
mau mengajar pada satuan pendidikan yang berada dibawah
naungan satuan pendidikan yang telah diselenggarakan pemerintah
daerah atau menjabat sebagai guru yang akan dipekerjakan dengan
satuan pendidikan namun yang menyelenggarakan adalah
masyarakat. Guru non PNS sebagai guru tetap dalam naungan
yayasan, memiliki NUPTK dan memiliki masa kerja minimal lima tahun
sebagai guru. Pendidikan profesi guru dapat ditemui dalam surat-surat
ketentuan yang telah tercantum dalam permendiknas dalam nomor 8
dan 9 serta permendikbud nomor nomor 5, mengenai program PPG
jabatan maupun prajabatan.
Program Induksi Guru Pemula (PIGP)
Pengertian PIGP (Program Induksi Guru Pemula)
Program induksi merupakan tahap penting dalam
Pengembangan Profesi Berkelanjutan (PPB) bagi seorang guru.
Program Induksi Guru Pemula dapat juga dilaksanakan sebagai
Program Induksi Guru Pemula Berbasis Sekolah, karena itu
pelaksanaan yang baik haruslah sistematis dan terencana
berdasarkan konsep kerjasama dan kemitraan diantara para guru
dalam pendekatan pembelajaran profesional.
Induksi merupakan proses pembelajaran profesional yang
berlangsung paling tidak selama satu tahun dimana guru pemula

STKIP Muhammadiyah Pringsewu Lampung Buku Ajar Profesi Kependidikan 244


belajar menyesuaikan diri dari pendidikan guru di sekolah atau dari
tempat kerja lain untuk menjadi guru baik sebagai guru tetap, guru
kontrak atau guru paruh waktu di sekolah. Induksi adalah proses
pembelajaran untuk menjadi guru dan pembelajaran tentang profesi
guru serta merupakan proses perkembangan kepribadian. PIGP
adalah kegiatan orientasi pelatihan di tempat kerja, pengembangan
dan praktik pemecahan berbagai permasalahan dalam proses
pemebelajaran/bimbingan dan konseling bagi guru pemula pada
sekolah/madrasah ditempat tugasnya.
Prinsip Program Induksi
Penyelenggaraan program induksi bagi guru pemula didasarkan
pada prinsip-prinsip sebagai berikut:
a. Profesional; penyelenggaraan program yang didasarkan pada
kode etik profesi, sesuai bidang tugas
b. Kemitraan; menempatkan guru pemula dan pembimbing sebagai
mitra sejajar
c. Kesejawatan; penyelenggaraan atas dasar hubungan kerja dalam
tim
d. Mandiri; bekerja tanpa bergantung pada pihak lain
e. Demokratis; menempatkan kepentingan bersama di atas
kepentingan pribadi dan kelompok
f. Terbuka; proses dan hasil kerja diketahui oleh pihak-pihak yang
berkepentingan
g. Fleksibel; menyesuaikan dengan situasi dan kondisi lingkungan
yang ada
h. Partisipasif; melibatkan banyak pihak dalam pengambilan
keputusan
i. Akuntabel; penyelenggaraan yang dapat dipertanggungjawabkan
kepada publik
j. Responsibel; penyelenggaraan bekerja sesuai dengan tupoksinya
k. Sistemik, dilaksanakan secara teratur dan runut
l. Berkelanjutan, dilakukan secara terus menerus dengan selalu
mengadakan perbaikan atas hasil sebelumnya
Program induksi dilaksanakan dalam rangka menyiapkan guru
pemula agar menjadi guru profesional dalam melaksanakan proses
pembelajaran. Dengan demikian program induksi senantiasa dipantau
dan dievaluasi agar dapat diperbaiki di masa depan. Pemantaun dan
evaluasi sebagai salah satu bagian proses penjaminan mutu

STKIP Muhammadiyah Pringsewu Lampung Buku Ajar Profesi Kependidikan 245


pendidikan terutama dalam pemenuhan standar kompetensi guru
sesuai dengan ketentuan yang telah diatur dalam Peraturan Menteri
Pendidikan Nasional Nomor 16 Tahun 2007 tentang Standar
Kualifikasi Akademik dan Kompetensi Guru. Selain itu, melalui
program induksi diharapkan dapat meningkatkan kemampuan dan
keterampilan guru dalam melaksanakan proses pembelajaran,
sehingga dapat menunjang usaha peningkatan dan pemerataan mutu
pendidikan sekaligus memecahkan permasalahan yang dihadapi dan
dialami oleh guru pemula dalam pelaksanaan tugas sehari-hari sesuai
dengan karakteristik mata pelajaran, peserta didik, kondisi sekolah,
dan lingkungannya.
Dasar Hukum PIGP adalah:
1. Undang-undang No. 14 Tahun 2005 tentang Guru dan Dosen ,
bagian V: tentang Pembinaan dan Pengembangan, pada Pasal 32
dan 33.
2. Permenpan No.16 Tahun 2009 tentang Jabatan fungsional Guru
dan Angka kredirnya, bagiaqn V tentang Pembinaan dan
Pengembangan, pada pasal 30.
3. Permen Diknas No. 27 Tahun 2010 tentang Program Induksi bagi
Guru Pemula.
Tujuan PIGP adalah:
1. Beradaptasi dengan iklim kerja dan budaya sekolah
2. Melaksanakanpekerjaannya sebagai guru profesional di sekolah
Program Induksi Guru Pemula didasarkan pada pemahaman
bahwa:
1. Pembelajaran di tempat kerja merupakan unsur utama bagi
perkembangan dan pembelajaran profesional guru pemula, Tahap
ini juga berperan penting dalam Pengembangan Profesi
Berkelanjutan (PPB).
2. Pembelajaran profesional melibatkan guru dan kelompok guru
yang mengembangkan praktek dan pemahaman baru tentang
pekerjaan mereka.
3. Kerjasama dan dialog profesional di sekolah dapat mendukung
pembelajaran profesional, mengembangkan praktek reflektif dan
memperkuat pendekatan kolegalitas untuk perkembangan sekolah.
4. Pembelajaran profesional guru merupakan landasan bagi
perkembangan sekolah dan peningkatan hasil belajar siswa serta
peningkatan status profesi.

STKIP Muhammadiyah Pringsewu Lampung Buku Ajar Profesi Kependidikan 246


PIGP yang efektif adalah program yang:
1. Mengembangkan kompetensi profesional guru pemula dalam
mengajar
2. Menuntut peran kepala sekolah dan mentor untuk menciptakan
hubungan yang kuat, profesional, dan positif dengan guru pemula
serta pegawai sekolah lain
3. Didasarkan pada semangat kemitraan di sekolah dan PPB.
4. Mengintegrasikan refleksi dan evaluasi diri untuk guru pemula,
mentor dan kepala sekolah
5. Bersifat fleksibel dan mengalami peerubahan dalam perjalanan
waktu untuk menyesuaikan dengan kebutuhan yang muncul dari
guru pemula
6. Menghubungkan guru pemula, mentor dan kepala sekolah dengan
jaringan seprofesi di sekolah lain
Yang akan membimbing Guru Pemula adalah:
1. Guru pembimbing yang telah mendapatkan SK dari Kepala
sekolah
2. Kepala Sekolah
3. Pengawas Sekolah

Tata Cara Pelaksanaan Guru Pemula


Bulan 1 : Praobservasi, Observasi dan Pascaobservasi
Bulan 2-9 : Penilaian oleh Pembimbing
Bulan 10-11: Penenilaian Oleh Kepala Sekolah
Bulan 12 : Laporan PIGP Kategori Baik atau tidak Baik

Aturan Nilai:
91-100: Amat Baik
76-90: Baik
61-75: cukup
51-60: sedang
< 50: Kurang
Nilai diatas 76 maka akan diterbitkan Sertifikat Guru Induksi Guru
Pemula oleh Dinas Pendidik. Jika Kurang nilai 76 maka akan
diperpanjang 1 Tahun lagi. Program PIGP dilaksanakan di sekolah
selama 1 tahun.

STKIP Muhammadiyah Pringsewu Lampung Buku Ajar Profesi Kependidikan 247


Garis Besar PIGP
Tiap titik poin dalam kotak PIGPBS menunjukkan modul untuk
pembelajaran profesional bagi guru pemula, kepala sekolah dan
mentor. Program PIGP merupakan kelanjutan dari proses
pembelajaran di universitas (pendidikan guru pre-service) dan
Pendidikan Profesi Guru (PPG). Kepala sekolah harus melakukan
analisis kebutuhan terhadap guru pemula dan sekolah. Program
induksiguru pemula berbasis sekolah hendaknya dapat memenuhi
kebutuhan individual guru pemula dengan memperhatikan aspek-
aspek unik dan khas dari sekolah. Proses assessmen bagi guru
pemula meliputi observasi mengajar dan pekerjaan lain yang terkait
dengan pengajaran. Tahap 1 dilaksanakan dari bulan 2-9 pada tahun
pertama mengajar. Assessmen tahap 1 merupakan penilaian untuk
pengembangan-difokuskan pada penilaian untuk pembelajaran.
Assessmen tahap 2 – penilaian untuk pembelajaran. Penilaian tahap
2 (bulan 10-12) dapat dilaksanakan setelah dilaksanakannya PIGP
dan assessmen tahap-1. Pada assessmen tahap 2, kinerja guru dinilai
berdasarkan elemen kompetensi yang tercantum dalam Standar Guru
(Regulasi menteri 16/2007). Kepala sekolah harus membuat
keputusan tentang kompetensi profesional guru pemula setelah
dilaksanakan proses penilaian Tahap 2. Proses ini meliputi
pembuatan laporan tertulis secara formal tentang guru yang
ditandatangai oleh guru pemula dan kepala sekolah. Pengawas
sekolah akan mengesahkan laporan tersebut setelah malakukan
wawancara dan observasi terhadap guru pemula pada waktu yang
telah ditentukan (bulan 10-12).

Tugas dan Tanggungjawab Ditjen PMPTK/DIKTENDIK


Direktorat Jenderal Peningkatan Mutu Pendidik dan Tenaga
Kependidikan (Ditjen PMPTK) sebagai pembina guru memiliki tugas
dan tanggungjawab untuk membangun sistem regulasi program
induksi. Selain itu juga memberikan pendampingan bagi daerah yang
masih belum memiliki sumber daya manusia yang kompeten untuk
melaksanakan program induksi.

Tugas dan Tanggungjawab Dinas Pendidikan


Bagi guru Pegawai Negeri Sipil (PNS) maka dinas pendidikan
kabupaten/kota/provinsi sesuai dengan lingkup tugasnya memberikan
informasi kepada sekolah tentang guru pemula yang ditempatkan

STKIP Muhammadiyah Pringsewu Lampung Buku Ajar Profesi Kependidikan 248


pada sebuah sekolah. Selain informasi maka dinas pendidikan juga
memberikan surat tugas kepada guru pemula yang bersangkutan
untuk bertugas di sekolah tertentu. Bagi guru bukan PNS maka pihak
sekolah swasta melaporkan kepada pihak dinas pendidikan tentang
adanya guru pemula di sekolahnya. Dalam kaitannya dengan program
induksi maka dinas pendidikan harus menegaskan kepada kepala
sekolah agar melaksanakan program induksi sesuai dengan
ketentuan yang berlaku.

Tugas dan Tanggungjawab Sekolah


Hari-hari dan minggu pertama guru pemula di sekolah
merupakan waktu yang sangat penting. Pada periode itu guru pemula
memerlukan dukungan penuh dan juga perasaan nyaman. Kepala
sekolah dan mentor harus memahami isi modul program induksi agar
siap melaksanakan program orientasi sekolah yang memberikan
dukungan penuh kepada guru pemula. Pada program penganalan
sekolah ini diharapkan kepala sekolah dan mentor akan mengetahui
informasi penting tentang sekolah dan dukungan bagi guru pemula
dan juga guru pemula akan mengetahui panduan kerja pada hari-hari
dan minggu pertama di sekolah. Sebelum seorang guru pemula
mengawali tugasnya, sekolah dapat menyiapkan buku pedoman yang
berisi tentang kebijakan sekolah, prosedur sekolah, format-format
administratif dan informasi lain yang dapat membantu guru pemula
berlajar menyesuaikan diri dengan rutinitas sekolah dengan cepat.
Buku pedoman dapat digunakan sebagai petunjuk bagi guru pemula
pada awal-awal memulai tugas di sekolah. Buku pedoman tersebut
dapat membantu menjawab pertanyaan-pertanyaan yang terkait
dengan prosedur, rutinitas sekolah, serta membantu menunjukkan
sumber-sumber yang mendukung tugas guru pemula termasuk
menunjukkan orang-orang yang dapat menjawab atas berbagai
pertanyaan yang dimilikinya. Komponen yang disarankan dimuat
dalam buku pedoman induksi meliputi: (1) Informasi tentang rutinitas
yang terkait dengan tugas-tugas harian, memeriksa kehadiran murid,
rapat-rapat sekolah, kegiatan ekstra-kurikuler; dan upacara-upacara;
(2) Prosedur yang terkait dengan evakuasi keadaan darurat,
penanganan siswa yang sakit, pertolongan pertama pada kecelakaan
(P3K), komunikasi dengan orang tua/wali murid, ketidakhadiran guru
mendadak karena sakit atau alasan lain, cara mendapatkan dan
menggunakan sumber-sumber daya; (3) Informasi umum tentang

STKIP Muhammadiyah Pringsewu Lampung Buku Ajar Profesi Kependidikan 249


direktori staf yang berisi nama-nama guru, kepala sekolah, wakil
kepala sekolah dan pegawai sekolah beserta dengan tugas dan
tanggung jawab masing-masing, Jadwal Pelajaran Sekolah, peta dan
rencana sekolah, nomor-nomor telepon penting, profile masyarakat
dan sekolah, norma-norma profesi guru, dan rencana sekolah. Buku
pedoman induksi dapat dalam bentuk kompilasi loose leaf sehingga
memudahkan pembaruan informasi. Bila buku-buku atau sumber-
sumber tertentu tidak boleh difotokopi atau dibawa oleh guru
pemula/baru, maka buku-buku dan sumber-sumber tersebut
hendaknya ditempatkan di ruang tertentu di sekolah yang dapat
diakses oleh guru pemula/baru tersebut.

Tugas dan Tanggungjawab Pengawas Sekolah


Sebagai pelaksana evaluasi maka pengawas sekolah memiliki
tugas dan wewenang sebagai berikut:
1. Mempelajari modul program induksi bagi guru pemula.
2. Menyiapkan instrumen evaluasi program induksi.
3. Melakukan evaluasi program induksi.
4. Mengolah data hasil evaluasi program induksi.
5. Menyusun laporan hasil evaluasi program induksi.
6. Memberikan rekomendasi atas hasil program induksi.
7. Merencanakan tindak-lanjut program induksi

Tugas dan Tanggung Jawab Kepala Sekolah


Sebagai penanggungjawab sekolah dan penanggungjawab
program induksi di sekolah maka kepala sekolah memiliki tugas dan
wewenang sebagai berikut:
1. Menyambut guru baru/guru pemula.
2. Memperkenalkan guru pemula kepada guru/staf sekolah yang
penting.
3. Menghubungkan guru pemula dengan guru mentor atau staf
yang dapat membantu pada awal-awal masa tugas.
4. Secara berkala menemui/menyapa guru baru untuk menunjukkan
perhatian
5. Secara berkala mengunjungi ruang kelas guru baru untuk
memberikan rasa nyaman dan dukungan.
6. Memberikan rasa aman dan nyaman bagi guru baru.
7. Bersikap mendukung.

STKIP Muhammadiyah Pringsewu Lampung Buku Ajar Profesi Kependidikan 250


8. Melakukan evaluasi terhadap kemajuan pelaksanaan program
indyuksi.
9. Menyusun laporan hasil evaluasi pelaksanaan program induksi.
10. Memberikan rekomendasi atas hasil program induksi.
11. Merencanakan tindak-lanjut program induksi.

Tugas dan Tanggung jawab Mentor


Seorang mentor sangat penting artinya untuk mendukung
keberhasilan program induksi. Tugas dan tanggung jawab seorang
mentor meliputi tugas minggu pertama, tugas harian, dan kegiatan
pendukung.

Tugas Minggu Pertama:


1. Penyambutan guru baru
2. Memperkenalkan guru pemula/baru kepada guru/staf sekolah yang
penting
3. Pengenalan lingkungan sekolah
4. Menghubungkan guru pemula/baru dengan guru mentor atau staff
yang dapat membantu pada awal-awal masa tugas
5. Memberikan daftar siswa yang diajar guru pemula/baru
6. Menunjukkan ruang kelas tempat mengajar guru baru beserta
perlengkapan pendukungnya.

Tugas Harian:
1. Mengenalkan guru baru dengan tugas-tugas administratif sehari-
hari yang harus dilakukan semua guru .
2. Menemui/menyapa guru baru untuk menunjukkan perhatian
3. Mengunjungi ruang kelas guru baru untuk memberikan rasa
nyaman dan dukungan.

Kegiatan pendukung:
1. Bertemu dengan guru baru/pemula tiap pagi sebelum pelajaran
dimulai
2. Berbicara pada guru pemula/baru pada akhir waktu pelajaran
setiap hari dan membicarakan kesulitan-kesulitan yang mungkin
dialami guru dan mencari jalan keluarnya.
3. Siap untuk mendengarkan
4. Bersikap positif dan konstruktif
5. Memberikan rasa aman dan nyaman bagi guru baru

STKIP Muhammadiyah Pringsewu Lampung Buku Ajar Profesi Kependidikan 251


6. Menjelaskan hal-hal yang diharapan
7. Bersikap mendukung
Mentor tentu memiliki pengetahuan tentang lingkungan sekolah
yang perlu diberikan kepada guru pemula, yaitu pengetahuan tentang
siswa, tempat asal mereka serta apa yang sedang terjadi di
dalamnya. Setelah guru pemula terbiasa dengan kegiatan rutinnya,
maka mentor sebaiknya meluangkan waktu untuk berbicara dengan
guru baru tersebut tentang persoalan atau pertanyaan yang mungkin
muncul.

Tugas dan Tanggung jawab Guru Pemula


Tugas dan tanggungjawab guru pemula dapat dikelompokkan
menjadi tiga, yaitu kegiatan minggu pertama, kegiatan awal, dan
kegiatan pengelolaan kelas.

Kegiatan Minggu Pertama:


1. Guru pemula/baru melapor kepada kepala sekolah, tetapi apabila
guru pemula/baru tersebut belum dapat bertemu dengan kepala
sekolah, maka harus melapor ke petugas administrasi atau
kantor kepala sekolah dan melengkapi dokumen-dokumen yang
diperlukan sekolah.
2. Menemui mentor yang telah ditunjuk
3. Memastikan bahwa telah mengetahui jadwal sekolah dan waktu
kerja.
4. Mendapatkan daftar siswa yang diajar.
5. Menyiapkan ruang kelas.
6. Memastikan siswa memiliki tempat duduk yang cukup
7. Mengatur tempat duduk siswa.
8. Mengumpulkan sumber-sumber yang diperlukan untuk
pengajaran (buku-buku, kertas, alat-alat tulis).
9. Menyiapkan tata tertib kelas termasuk tata cara masuk dan
keluar kelas.
10. Memahami kebijakan sekolah terkait dengan kesejahteraan dan
pendisiplinan siswa.
11. Meminta tolong pada staff/pegawai sekolah bila diperlukan.
12. Mengatur dan menyiapkan pelajaran sebelum hari mengajar dan
menyiapkan aktivitas tambahan yang mungkin diperlukan.
13. Bersikap fleksibel dan siap untuk melakukan perubahan.

STKIP Muhammadiyah Pringsewu Lampung Buku Ajar Profesi Kependidikan 252


Kegiatan pengelolaan kelas yang harus dilakukan adalah:
a. Memeriksa daftar siswa sesuai kehadrian.
b. Menjelaskan materi yang harus dimiliki siswa dan menanyakan
ketentuan sekolah tentang materi tersebut kepada kepala sekolah
atau mentor sebelumnya.
c. Menjelaskan tata tertib kelas kepada siswa, beberapa sekolah
menggunakan tata tertib yang dibuat oleh guru bersama dengan
murid. Pada tahap ini sebaiknya guru pemula menanyakan
prosedur-prosedur yang berlaku di sekolah dan meminta saran
kepada mentor atau kepala sekolah.
d. Membuat siswa selalu aktif belajar, kumpulkan dan periksala
pekerjaan siswa seawal mungkin, jangan lupa memberikan
masukan atas pekerjaan tersebut, dengan cara demikian akan
ingat nama-nama siswa.
Bila guru pemula/baru mulai bertugas dan menggantikan guru di
sekolah sementara kegiatan belajar semester itu telah berjalan maka
guru pemula/baru tersebut harus mengikuti jadwal sekolah yang telah
ada. Dalam hal ini guru pemula/baru tidak memiliki banyak waktu
untuk menyesuaikan diri dan memahami berbagai prosedur sekolah
tersebut. Oleh karena itu sebaiknya selalu minta saran dari mentor
dan guru yang telah berpengalaman setiap kali Anda mendapat
kesulitan.

Kegiatan Minggu ke 2 dan Minggu berikutnya


Bila guru pemula/baru tersebut adalah orang baru di masyarakat
sekitar sekolah, maka sebaiknya memahami secara umum tentang
masyarakat itu serta tempat tinggal siswa. Kehidupan anak di rumah
memiliki pengaruh yang sangat kuat terhadap pembelajaran mereka.
Pengetahuan tentang faktor-faktor yang mempengaruhi siswa di
rumah akan sangat membantu guru pemula/baru dalam mengajar di
sekolah. Sebaiknya guru pemula/baru juga membicarakan dengan
kepala sekolah dan mentor tentang masyarat lokal dan harapan guru
pemula/baru tersebut terhadap siswa di kelas. Karena guru
pemula/baru merupakan pendatang baru di sekolah, siswa terkadang
“menguji” guru pemula/baru di kelas dengan menanyakan/melakukan
hal-hal tertentu baik terkait dengan pelajaran maupun tidak, maka
sebaiknya guru pemula/baru melakukan tindakan sebagai berikut:

STKIP Muhammadiyah Pringsewu Lampung Buku Ajar Profesi Kependidikan 253


a. Menjelaskan harapan dan standard kerja siswa serta perilaku
mereka, tuliskan dan pajanglah peraturan yang telah disepakati
bersama.
b. Menjelaskan apa yang Anda harapkan dari siswa tentang kegiatan
dan tugas-tugas belajar siswa termasuk kegiatan membaca dan
menulis.
c. Menyiapkan sebaik-baiknya pelajaran yang diampu dan yang perlu
diingat adalah persiapan merupakan salah satu kunci keberhasilan
dalam pembelajaran.
d. Memastikan tahu nama semua siswa yang diajar.
e. Memperhatikan bahwa manajemen siswa didasarkan pada konsep
sekolah sebagai tempat belajar.
f. Menegakkan disiplin siswa tetapi dengan cara-cara yang ramah.
Selalu ingat akan posisi Anda sebagai guru.
g. Menggunakan respon/feedback positif kepada para siswa karena
lebih efektif dalam hal manajemen perilaku dibanding hukuman
dan respon yang negatif.
h. Meminta saran dari mentor dan kepala sekolah.
i. Mengenali siswa sebaik mungkin.

Pemantauan dan Evaluasi


Keberadaan program induksi memiliki tujuan dalam rangka
menyiapkan guru pemula agar menjadi guru profesional dalam
mengelola pembelajaran di kelasnya. Dengan demikian program
induksi perlu senantiasa dipantau dan dievaluasi agar dapat diperbaiki
di masa depan sebagai salah satu bagian proses penjaminan mutu
pendidikan agar terpenuhi ketentuan sebagaimana telah ditentukan
dalam Permendiknas Nomor 16 Tahun 2007 tentang Standar
Kualifikasi Akademik dan Kompetensi Guru. Selain itu, melalui
program induksi diharapkan dapat meningkatkan kemampuan dan
keterampilan guru dalam melaksanakan pembelajaran, sehingga
dapat menunjang usaha peningkatan dan pemerataan mutu
pendidikan sekaligus memecahkan permasalahan yang dihadapi dan
dialami oleh guru pemula dalam pelaksanaan tugas sehari-hari sesuai
dengan karakteristik mata pelajaran, siswau, kondisi sekolah, dan
lingkungannya.

STKIP Muhammadiyah Pringsewu Lampung Buku Ajar Profesi Kependidikan 254


Pelaporan
Laporan ditulis oleh guru pemula, mentor, kepala sekolah dan
pengawas sekolah. Masing-masing laporan tersebut dapat dijelaskan
sebagai berikut:
1. Laporan yang ditulis oleh guru pemula berisi tentang kemajuan
pekerjaannya sehubungan dengan modul yang telah ditentukan
untuk dipelajari dan dilaksanakan.
2. Laporan yang ditulis oleh mentor berisi tentang kemajuan hasil
bimbingan yang dilakukkannya terhadap guru pemula.
3. Laporan yang ditulis oleh kepala sekolah berisi tentang hasil
evaluasi terhadap guru pemula.
4. Laporan yang ditulis oleh pengawas sekolah berisi tentang hasil
evaluasi terhadap guru pemula

Penanganan Permasalahan
Hasil pemantauan dan evaluasi yang dituangkan dalam laporan
dapat berisi hal-hal yang positif maupun hal yang negatif tentang
keberhasilan program induksi yang dilakukan oleh guru pemula.
Dengan demikian terdapat potensi adanya permasalahan yang
ditemui dalam sebagai hasil pemantauan dan evaluasi. Untuk
menangani permasalahan tersebut maka dapat diuraikan bahwa:
1. Mentor, menangani masalah teknis yang berhubungan dengan
kemajuan program induksi yang dilaksakan oleh guru pemula,
termasuk penyediaan fasilitas penduikung bagi guru pemula dalam
melaksanakan tugas awalnya.
2. Kepala Sekolah, menangani masalah pada level sekolah atau
masalah teknis yang tidak dapat ditangani oleh mentor, termasuk
perijinan, pelaksanaan evalluasi dan pelaporan.
3. Pengawas Sekolah, menangani masalah yang berhubungan
dengan hasil evaluasi program induksi dan rekomendasi terhadap
guru pemula, termasuk perbaikan pelaksanaan tugas apabila
ditemukan terjadinya kekurangan dalam mencapai indikatoir
keberhasilan program induksi.
4. Dinas nPendidikan, menangani masalah yang berhubungan
dengan hasil evaluasi program induksi dan rekomendasi terhadap
guru pemula, termasuk menangani keluhan atas pelaksanaan
program induksi di sebuah sekolah.
5. Badan Kepegawaian Daerah, menangani masalah yang
berhubungan dengan hasil evaluasi program induksi dan

STKIP Muhammadiyah Pringsewu Lampung Buku Ajar Profesi Kependidikan 255


rekomendasi terhadap guru pemula, yang mana atas hasil evaluasi
dan rekomendasi ditemukan bahwa seorang guru pemula dinilai
gagal melaksanakan program induksi.
6. Direktorat Jenderal Peningkatan Mutu Pendidik dan Tenaga
Kependidikan, menangani masalah yang berhubungan dengan
sosialisasi, regulasi, dan implementasi program induksi termasuk
penyediaan program pendampingan bagi daerah yang belum
mampu melaksanakan program induksi sepenuhnya sesuai
ketentuan yang berlaku.

SIMPULAN
Pendidikan profesi guru yang lebih sering disingkat PPG
merupakan suatu program pendidikan yang diberikan untuk para
sarjana pendidikan atau diploma 4 yang bukan jurusan pendidikan
namun memiliki bakat serta minatnya untuk menjadi guru. Tujuan
pendidikan profesi guru adalah menghasilkan calon guru yang
memiliki kemampuan mewujudkan tujuan pendidikan nasional.
Program Induksi guru pemula adalah kegiatan orientasi pelatihan
di tempat kerja, pengembangan dan praktik pemecahan berbagai
permasalahan dalam proses pemebelajaran atau bimbingan dan
konseling bagi guru pemula pada sekolah/madrasah ditempat
tugasnya. Tujuan program induksi guru pemula adalah Beradaptasi
dengan iklim kerja dan budaya sekolah, dan Melaksanakan
pekerjaannya sebagai guru profesional di sekolah.

DAFTAR PUSTAKA

Saud, Udin Syaefudin. (2010). Pengembangan Profesi Guru.


Bandung: Alfabeta

Suwarno, Wiji. (2006). Dasar-dasar Ilmu Pendidikan. Jogjakarta : Ar-


ruzz Media

http://akhmadsudrajat.wordpress.com/2010/09/04/sekilas-tentang-
program-induksi-bagi-guru-pemula/

http://indritjitrawangsa.blogspot.com/

STKIP Muhammadiyah Pringsewu Lampung Buku Ajar Profesi Kependidikan 256


STKIP Muhammadiyah Pringsewu Lampung Buku Ajar Profesi Kependidikan 257

Anda mungkin juga menyukai