Anda di halaman 1dari 7

BAB I

PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang Masalah
Era globasisasi pada abad 21 menuntut sumber daya manusia yang berkualitas
tinggi yang bertujuan untuk mewujudkan negara yang mampu berkompetisi dan
berkembang dari negara lainnya. Upaya yang tepat untuk menyiapkan SDM yang
berkualitas dan satu-satunya wadah yang dapat dipandang dan seyogianya berfungsi
sebagai alat untuk membangun SDM yang bermutu tinggi adalah pendidikan
(Trianto, 2011). Pendidikan memegang peranan yang sangat penting dalam
mempersiapkan manusia yang berkualitas bagi pembangunan negara dengan cara
mendorong seseorang menjadi dirinya sendiri yang tumbuh sejalan dengan bakat,
watak, kemampuan dan hati nuraninya secara utuh. Dalam pengertian yang sederhana
pendidikan adalah usaha manusia untuk menumbuhkan dan mengembangkan potensi
pembawaan baik jasmani maupun rohani sesuai dengan nilai-nilai yang ada didalam
masyarakat dan kebudayaan. Salah satu upaya meningkatkan kualitas pendidikan
adalah meningkatkan kualitas guru.
Guru adalah kunci keberhasilan pendidikan, sehingga harus disiapkan secara
profesional. Berbagai upaya telah dilakukan oleh pemerintah Indonesia untuk
meningkatkan kualitas guru diantaranya memberlakukan sertifikasi guru, mengirim
guru untuk mengikuti kegiatan akademik diluar sekolah, seperti undangan kegiatan
seminar yang diselenggarakan oleh lembaga-lembaga kependidikan dan melakukan
rapat kerja diluar sekolah guna mengevaluasi apa yang telah dikerjakan dan
merencanakan pelaksanaan kegiatan kedepan. Meningkatkan kualitas guru akan
sejalan dengan meningkatnya mutu pendidikan di Indonesia.
Mutu pendidikan di Indonesia khususnya dalam pembelajaran sains cukup
menghawatirkan. Sains adalah ilmu pengetahuan yang membantu seseorang bertahan
dalam dunia ilmiah dan teknologi yang semakin berubah. Sains tidak terlepas dari
pelajaran fisika yang memfokuskan kajiannya pada materi, keadan dilingkungan dan
hubungan antara materi dan lingkungan. Dalam mempelajari fisika, siswa harus

1
2

memiliki bekal berupa keterampilan proses sains. Keterampilan proses sains sangat
penting bagi setiap siswa sebagai bekal untuk menggunakan metode ilmiah dalam
mengembangkan sains serta diharapkan memperoleh pengetahuan baru atau
mengembangkan pengetahuan yang telah dimiliki (Derlina dan Lia, 2016).
Penulis melakukan studi pendahuluan di SMA Swasta Methodist 8 Medan
untuk mengetahui permasalahan pembelajaran fisika yang ada di sekolah tersebut.
Berdasarkan hasil wawancara terhadap salah satu guru fisika di SMA Swasta
Methodist 8 Medan diketahui bahwa hasil belajar siswa mengalami penurunan, hal ini
dilihat dari hasil ujian harian yang semakin menurun. Hal ini juga didukung dengan
pembagian angket kepada peserta didik dalam 1 kelas yang berangkotakan 40 orang.
Hasil data yang diperoleh dari angket, hanya sekitar 30% peserta didik yang tertarik
dengan pembelajaran fisika, 71% peserta didik merasa bahwa pelajaran fisika
merupakan pelajaran yang sangat sulit, 66 % peseta didik mengatakan alasan yang
menyebabkan mereka kesulitan dalam belajar fisika adalah terlalu banyaknya rumus
sehingga sulit untuk dihapal. Ternyata cara guru dalam menyampaikan materi
pembelajaran kurang memuaskan, sekitar 73% siswa mengatakan bahwa guru
menyampaikan materi pelajaran dengan cara mencatat dan mengerjakan soal. Hal
tersebut menimbulkan tidak berkembangnya kemampuan proses sains siswa di dalam
pembelajaran fisika. Untuk itu diperlukan perubahan paradigma dalam kegiatan
belajar-mengajar dikelas.
Menurut Ngalimun dan Salabi (2016) perubahan paradigma belajar akan
membuat terjadinya perubahan pusat (fokus) pembelajaran dari belajar berpusat pada
guru kepada belajar berpusat pada siswa. Dengan kata lain, ketika mengajar dikelas,
guru harus berupaya menciptakan kondisi lingkungan belajar yang dapat
membelajarkan siswa, dapat mendorong siswa belajar, atau memberi kesempatan
kepada siswa untuk berperan aktif mengkonstruksi konsep-konsep yang dipelajarinya
agar dapat meningkatkan proses berpikir siswa untuk keterampilan proses sains yang
dimiliki. Cara yang dapat diterapkan untuk merubah sitem belajar mengajar dikelas
agar lebih efektif adalah dengan menerapkan model pembelajaran yang sesuai dan
3

dibantu dengan multirepresentasi yang dapat mengatasi kemampuan representasi


siswa yang berbeda-beda.
Menurut Joyce dan Weil (2009) mengatakan:
Models of teaching are really models of learning. As we help student acquire
nformation, ideas, skills, value, ways of thinking and means of axpessing
themselves, we are also teaching them how to learn.
Artinya, model pembelajaran merupakan model belajar, dengan model
tersebut guru dapat membantu siswa mendapatkan atau memperoleh informasi, ide,
keterampilan, cara berpikir, dan mengekspresikan ide diri sendiri. Selain itu model
belajar juga mengajarkan bagaimana mereka belajar. Model pembelajaran dalam
pengertian di atas bukan lagi di maknai sebagai pendekatan, strategi, metode dan
teknik melainkan sebagai yang mengarahkan tenaga pendidik untuk merancang
pembelajaran yang membantu peserta didik dalam mencapai tujuan pembelajaran.
Salah satu model pembelajaran yang dapat digunakan untuk memotivasi siswa
dalam meningkatkan keterampilan proses sains mereka adalah model pembelajaran
inkuiri. Pembelajaran inkuiri adalah suatu pembelajaran yang membutuhkan siswa
mengetahui bagaimana menemukan sesuatu melalui sebuah penyelidikan. Tujuan
umum dari pembelajaran inkuiri adalah membantu siswa untuk mengembangkan
disiplin dan keterampilan intelektual. Melalui pengertian di atas, model inkuiri yang
lebih unggul dalam meningkatkan keterampilan proses sains siswa pada penelitian ini
adalah Scientific Inquiry karna pembelajaran ini dapat membuat siswa belajar dengan
melibatkan mereka dalam masalah penelitian yang benar-benar orisinil dengan cara
menghadapkan mereka pada bidang investigasi, membantu mereka memperoleh,
mengembangkan, dan menerapkan konsep-konsep. Pembelajaran ini juga akan
disandingkan dengan multirepresentasi. Multirepresentasi akan menjadi cara yang
efektif untuk membantu kesulitan siswa ketika belajar fisika yang dikarenakan
banyaknya rumus dengan cara menyajikan konsep kedalam beberapa bentuk
representasi yang dapat diterima siswa dengan kemampuan representasi yang
berbeda.
4

Beberapa peneliti sebelumnya yang telah menunjukkan dampak positip dari


pengaruh pembelajaran Scientific Inquiry dengan multirepresentasi adalah Husna,
Supriyatman (2014) membuktikan bahwa pembelajaran Scientific Inquiry secara
signifikan dapat meningkatkan keterampilan proses sains dan penguasaan konsep
sirkuit listrik arus searah. Tidak hanya itu Bunawan, dkk (2015) membuktikan bahwa
penerapan berbagai bentuk representasi dalam penyampaian materi pembelajaran
fisika dapat meningkatkan hasil posttest yang diperoleh yaitu skor rata-rata tiap kelas
menggunakan tes Wilcoxon dengan tingkat signifikansi α < 0,05.
Berdasarkan latar belakang masalah di atas maka penulis melakukan
penelitian mengenai “Pengaruh Pembelajaran Scientific Inquiry dengan
Multirepresentasi terhadap Keterampilan Proses Sains Siswa Kelas XI SMA
Methodist 8 Medan.”

1.2 Indentifikasi Masalah


Berdasarkan latar belakang masalah yang telah dikemukakan, maka
permasalahan yang dapat di identifikasi adalah sebagai berikut :
1. Model pembelajaran yang diterapkan oleh guru berpusat pada guru.
2. Model pembelajaran yang digunakan adalah model konvensional yang
cenderung mencatat dan menghafalkan rumus.
3. Siswa berpikir pelajaran fisika sangat sulit karna hanya berfokus pada
banyaknya rumus.
4. Pembelajaran fisika belum optimal dalam meningkatkan keterampilan proses
sains siswa hal ini ditandai dengan minat beajar siswa masih rendah.
5

1.3 Batasan Masalah


Adapun batasan masalah pada penelitian ini adalah :
1. Pembelajaran yang digunakan adalah pembelajaran Scientific Inquiry.
2. Subjek Penelitian adalah siswa-siswi kelas XI SMA Swasta Methodist 8
Medan Tp. 2019/2020 .
3. Materi pelajaran adalah Elastisitas dan Hukum Hooke di kelas XI SMA
Swasta Methodist 8 Medan Tp. 2019/2020.

1.4 Rumusan Masalah


Berdasarkan latar belakang masalah yang sudah diuraikan, maka yang menjadi
rumusan masalah dalam penelitian ini adalah :
1. Bagaimanakah keterampilan proses sains siswa yang diajarkan menggunakan
pembelajaran Scientific Inquiry dengan multirepresentasi pada materi pokok
Elastisitas dan Hukum Hooke di kelas XI SMA SMA Swasta Methodist 8
Medan Tp.2019/2020 ?
2. Bagaimanakah keterampilan proses sains siswa yang diajarkan menggunakan
pembelajaran Konvensional pada materi pokok Elastisitas dan Hukum Hooke
di kelas XI SMA SMA Swasta Methodist 8 Medan Tp.2019/2020 ?
3. Apakah ada perbedaan keterampilan proses sains siswa yang diajarkan
menggunakan pembelajaran Scientific Inquiry dengan multirepresentasi
dengan siswa yang diajarkan menggunakan pembelajaran Konvensional pada
materi pokok Elastisitas dan Hukum Hooke di kelas XI SMA SMA Swasta
Methodist 8 Medan Tp. 2019/2020 ?
6

1.5 Tujuan Penelitian


Sesuai dengan rumusan masalah di atas, maka penelitian bertujuan untuk :
1. Mengetahui keterampilan proses sains siswa yang diajarkan menggunakan
pembelajaran Scientific Inquiry dengan multirepresentasi pada materi pokok
Elastisitas dan Hukum Hooke di kelas XI SMA SMA Swasta Methodist 8
Medan Tp. 2019/2020.
2. Mengetahui keterampilan proses sains siswa yang diajarkan menggunakan
pembelajaran Konvensional pada materi pokok Elastisitas dan Hukum Hooke
di kelas XI SMA SMA Swasta Methodist 8 Medan Tp. 2019/2020.
3. Mengetahui perbedaan keterampilan proses sains siswa yang diajarkan
menggunakan pembelajaran Scientific Inquiry dengan multirepresentasi
dengan siswa yang diajarkan menggunakan pembelajaran Konvensional pada
materi pokok Elastisitas dan Hukum Hooke di kelas XI SMA SMA Swasta
Methodist 8 Medan Tp. 2019/2020.

1.6 Manfaat Penelitian


Adapun manfaat penelitian ini adalah :
1. Sebagai pembelajaran awal bagi peneliti dalam penulisan karya ilmiah.
2. Menambah ilmu pengetahuan guru/calon guru tentang model pembelajaran
Scientific Inquiry dengan multirepresentasi yang dapat digunakan dalam
proses pembelajaran demi meningkatkan mutu pendidikan.
3. Sebagai bahan referensi pengembangan pembelajaran Scientific Inquiry
dengan multirepresentasi yang dapat digunakan kepada peneliti selanjutnya.
7

1.7 Definisi Operasional


Defenisi operasional merupakan suatu defenisi yang diberikan kepada suatu
variabel dengan cara memberikan arti yang diperlukan untuk mengukur variabel,
adapun defenisi operasional dalam penelitian ini adalah :
1. Model pembelajaran adalah suatu perencanaan atau suatu pola yang di
gunakan sebagai pedoman dalam merencanakan pembelajaran dikelas
(Ngalimun dan Salabi, 2016).
2. Model Scientific Inquiry merupakan model pembelajaran yang melibatkan
siswa dalam masalah penelitian yang benar- benar orisinil dnegan cara
menghadapkan mereka pada bidang investigasi, membantu mereka
mengidentifikasi masalah konseptual dan mengajak mereka untuk
merencanakan cara- cara memecahkan masalah (Joyce & Weil, 2009).
3. Keterampilan Proses Sains adalah semua keterampilan yang diperlukan untuk
memperoleh, mengembangkan, dan menerapkan konsep-konsep, hukum-
hukum, dan teori-teori IPA (Rustaman, 2005).
4. Multirepresentasi berarti mempresentasikan ulang konsep yang sama dengan
format yang berbeda, termaksud verbal, gambar dan grafik, dan matematik
(Waldrip, dkk. 2010).
5. Kelas kontrol yang dimaksud dalam penelitian ini adalah kelas yang
menggunakan model konvensional.
6. Kelas eksperimen yang dimaksud dalam penelitian ini adalah kelas yang
menggunakan pembelajaran Scientific Inquiry dengan multirepresentasi.

Anda mungkin juga menyukai