Anda di halaman 1dari 85

JURNAL

PENGANTAR FILSAFAT
Oleh :
Ekonomi Syariah 1/C

ABSTRAK
Filsafat Yunani dalam sejarah filsafat merupakan tonggak pangkal
munculnya filsafat. Pada waktu itu sekitar abad VI SM diwilayah yunani muncul
pimikir-pemikir yang disebut filsofuf alam. Dimanakan demikian karena objek
dijadikan pokok persoalan adalah mengenai alam(cosmos). Tujuan filosofi mereka
adalah memikirkan soal alam besar. Dari mana terjadinya alam, itulah yang
menjadi sentral persoalan bagi mereka.
Adapun falsafah pemikiran Socrates diantaranya ia menyatakan adanya
kebenaran objektif, ialah yang tidak bergantung kepada saya, serta sepanjang
hidupnya Socrates tidak pernah menuliskan pemikiran apapun. Filsafat plato ialah
ajaran tentang ide-ide. Karnanya, ia dinobatkan sebagai pemikir idealisme, bukan
realisme atau empirisme. Berbeda dengan Plato tentang persoalan kontradiktif
antara tetap dan menjadi, Aristoteles menerima yang berubah dan menjadi, yang
bermacam-macam bentuknya, yang semuanya itu berada di dunia pengalaman
sebagai realitas yang sesungguhnya. Itulah sebabnya filsafat Aristoteles di sebut
sebagai realisme.
Filsafat disini tidak selalu dalam masa kejayaan waktu itu terjadi masa
skolastik atau masa kegelapan dimana pada masa itu filsafat sudah mulai tidak
dikaji lagi semua peraturan dan pendidikan diatur oleh agama. Setelah mengalami
masa skolastik akhir, ahirnya sampai pada masa renaissance yaitu masa
kebangkitan kembali dimana pada masa itu para filosof sudah mulai mengkaji dan
belajar filsafat lagi meskipud dengan cara sembunyi sembunyi. Setelah masa itu
berakhir bergantilah pada mas aufklarung dimana pada masa ini filsafat mulai
berkembang lagi, para filosof sudah mulai muncul kepermukaan dan masa ini juga
disebut sebagai masa pencerahan.
PENDAHULUAN

Salah satu kelebihan manusia yang tidak dimiliki oleh mahluk-mahluk


Tuhan lainnya adalah keingintahuannya yang sangat dalam terhadap segala
sesuatu di alam semesta ini. Sesuatu yang diketahui oleh manusia itu disebut
pengetahuan. Filsafat disebut sebagai induk dari ilmu pengetahuan karena
dianggap telah berjasa dalam memajukan ilmu itu sendiri. Bahkan banyak diantara
para tokoh ilmuan yang disebut sebagai filosof, karena ilmu yang dimiliki
mumpuni dan cara berfikirnya pun sudah memenuhi kriteria berfikir filsafat.
Ketika kita berfilsafat berarti kita berfikir, namun ketika kita berfikir belum tentu
kita berfilsafat.
Filsafat sebenarnya sudah ada sejak zaman Yunani Kuno, namun pada
kenyataannya tidak banyak orang yang tahu tentang filsafat, kebanyakan dari
mereka hanya mengetahui secara sekilas tentang filsafat tanpa paham makna dari
filsafat itu sendiri. Anggapan umum pertama tentang filsafat adalah bahwa yang
dibahas sebagai hal yang tinggi, sulit, abstrak dan tidak terkait dengan masalah
kehidupan sehari-hari. Sebenarnya, masalah-masalah pokok filsafat adalah
persoalan yang pernah dipikirkan setiap orang. Dalam hidup, tentu kita pernah
mempertanyakan, memikirkan dan merenungkan kenapa ini harus begini, dan
tidak boleh begitu. Sedangkan itu harus begitu, tidak seharusnya begini. Untuk
apa saya kuliah? Kenapa kerabat kita yang baik meninggal? Kenapa ada orang
yang sampai hati berbuat seperti itu? Semua ini telah menjadi obyek pemikiran
filosofisnya. Jadi, secara umum, kita sudah ‘berfilsafat,’ yaitu mengajukan
pertanyaan filosofis, terlibat dalam perbincangan filosofis dan memegangi sudut
pandang filsafat tertentu.
Dilihat dari sejarahnya, pengetahuan filsafat merupakan bentuk
pemikiran awal yang dikembangkan oleh manusia untuk merenungkan sekalian
realitas yang ada. Pada mulanya manusia mengembangkan pengetahuannya secara
sederhana dan bersifat umum . bentuk renungan kefilsafatan awal ini memang
masih bersifat abstrak dan tidak sistematis. Meskipun demikian, prestasi awal
pemikiran kefilsafatan awal ini adalah upaya yang lebih rasional jika dibanding
dengan pemikiran mitologis yang berkembang pada waktu itu. Dimulai dari
berpikir sangat sederhana dan bersifat umum. Inilah pengetahuan sebagaimana
yang ada sekarang. Sehingga tidak berlebihan jika kemudian disebutkan bahwa
filsafat merupakan induk dari segenap pengetahuan yang ada atau mater
scientarium.
Oleh karena itu, berdasarkan keadaan yang terjadi telah mendorong
Penulis untuk menguraikan tentang pengantar filsafat. Diharapkan dengan adanya
jurnal ini dapat membantu mahasiswa untuk mengetahui dan memahami makna
dari filsafat itu sendiri.
Berdasarkan uraian latar belakang diatas, identifikasi masalah dalam
pengantar filsafat ini yakni : Bagaimana penerapan dari beberapa pengantar
filsafat tersebut ?.
Tujuan dari identifikasi masalah tersebut yakni untuk mengetahui kajian
dari beberapa pengantar filsafat tersebut.
KELOMPOK 1
PENGERTIAN FILSAFAT
Disusun oleh : 1. Shinta Nuriah Ramadani
2. Siti Nursetianingsih

A.
Filsafat
1.
Definisi Filsafat
Kata filsafat berasal dari bahasa yunani filosofia, yang berasal
dari kata kerja filosofein yang berarti mencintai kebijaksanaan. Kata
tersebut juga berasal dari kata Yunani philasophis yang berasal dari kata
kerja philein yang berarti mencintai, atau philia yang berarti cinta, dan
sophia yang berarti kearifan. Dari kata tersebut lahirlah kata Inggris
philosophy yang biasanya diterjemahkan sebagai “cinta kearifan”.1
Menurut tradisi, Pythagoras atau Socarteslah yang pertama-tama
menyebut diri “Philosophus”, yaitu sebagai protes terhadap kaum
“sophist”, kaum terpelajar pada waktu itu yang menamakan dirinya
“bijaksana”, padahal kebijaksanaan mereka itu hanya semu kebijaksanaan
saja. Sebagai protes terhadap kesombongan mereka maka Socrates lebih
suka menyebut diri “pecinta kebijaksanaan”, artinya orang yang ingin
mempunyai pengetahuan yang luhur (sophia) itu.2
Menurut Plato (427-347 Sebelum Masehi) seorang murid dari
tokoh Socrates merumuskan “filsafat tidaklah lain dari pengetahuan
tentang segala yang ada”. Dan menurut Aristoteles (384-322 Sebelum
Masehi) murid dari Plato mengatakan bahwa “filsafat itu menyelidiki
sebab dan asas segala benda”3

1 Asmoro Achmadi, Filsafat Umum, (Jakarta: Rajawali Pers, 2010), 1.

2 Burhanuddin Salam, Pengantar Filsafat, (Jakarta: Bumi Aksara, 2008), 46.

3 Burhanuddin Salam, Pengantar Filsafat,………….., 67.


Menurut R. Beerling, bahwa filsafat adalah pemikiran-pemikiran
yang bebas, diilhami oleh rasio, mengenai segala sesuatu yang timbul dari
pengalaman. Menurut Karl Popper bahwa tugas utama dari filsafat adalah
untuk menyelidiki berbagai filsafat itu secara kritis, filsafat mana dianut
oleh berbagai orang secara tidak kritis. Sementara itu, Immanuel Kant
(1724-1804) merumuskan filsafat sebagai ilmu pengetahuan yang
menjadi pokok pangkal dan puncak segala pengetahuan yang tercakup di
dalamnya empat persoalan yaitu metafisika, etika, agama, anthropologi.4
Dari beberapa definisi yang dikutip diatas, penulis berpendapat
bahwa filsafat adalah pengetahuan dan penyelidikan mengenai segala
yang ada dengan pemikiran-pemikiran yang bebas mengenai sesuatu yang
timbul dari pengalaman.
2.
Ciri-ciri Filsafat
Karakteristik berfikir filsafat:5
a)
Universal (Menyeluruh), seorang ilmuan tidak puas lagi mengenal
ilmu hanya dari segi pandang ilmu itu sendiri.
b)
Radikal (Mendasar), Seorang ilmuan tidak percaya begitu saja bahwa
ilmu itu benar.
c)
Spekulatif, seorang ilmuan tidak mungkin menangguk pengetahuan
secara keseluruhan, dan bahkan dia tidak yakin kepada titik awal yang
menjadi jangkar pemikiran yang mendasar, dalam hal ini para ilmuan
hanya berspekulasi.
Beberapa penulis menambahkan ciri-ciri lain, yaitu:6
a)
Deskriptif, yaitu suatu uraian yang terperinci tentang sesuatu,
menjelaskan mengapa sesuatu berbuat begitu.
4 Nur A. Fadhil Lubis, Pengantar Filsafat Umum, (Medan: Perdana Publishing, 2015), 7.

5 Jujun S. Suriasmantri, Filsafat Ilmu Sebuah Pengantar Populer, (Jakarta: Pustaka Sinar Harapan,
2009), 20.

6 Nur A. Fadhil Lubis, Pengantar Filsafat Umum, (Medan: Perdana Publishing, 2015), 8.
b)
Kritis, yaitu mempertanyakan segala sesuatu (termasuk hasil filsafat),
dan tidak menerima begitu saja apa yang terlihat sepintas, yang
dikatakan dan yang dilakukan masyarakat.
c)
Analisis, yaitu mengulas dan mengkaji secara rinci dan menyeluruh
sesuatu, termasuk konsep-konsep dasar yang dengannya kita
memikirkan dunia dan kehidupan manusia.
d)
Evaluatif, yaitu dikatakan juga normatif, maksudnya upaya sungguh-
sungguh untuk menilai dan menyikapi segala persoalan yang dihadapi
manusia. Penilaian itu bisa bersifat pemastian kebenaran, kelayakan
dan kebaikan.
e)
Spekulatif, yaitu upaya akal budi manusia yang bersifat perekaan,
penjelajahan dan pengandaian dan tidak membatasi hanya pada
rekaman indera dan pengamatan lahiriah.
B.
Sejarah dan Ruang Lingkup Filsafat
1.
Sejarah lahirnya Filsafat
Berbicara tentang kelahiran dan perkembangan filsafat pada awal
kelahirannya tidak dapat dipisahkan dengan perkembangan (ilmu)
pengetahuan yang munculnya pada masa peradaban Kuno (masa Yunani).
Pada tahun 2000 SM bangsa Babylon yang hidup di lembah
Sungai Nil (Mesir) dan sungai Efrat, telah mengenal alat pengukur berat,
table bilangan berpangkat, table perkalian dengan menggunakan sepuluh
jari. Piramida yang merupakan salah satu keajaiban dunia itu, yang
ternyata pembuatannya menerapkan geometrid dan matematika,
menunjukkan cara berpikirnya sudah tinggi. Selain itu mereka pun sudah
dapat mengatakan kegiatan pengamatan benda-benda langit, bintang,
bulan, matahari sehingga dapat meramalkan gerhana baik gerhana bulan
maupun gerhana matahari. Ternyata ilmu yang mereka pakai pada dewasa
ini disebut astronomi.7
Pada masa Yunani arah pikiran para ahli pikir yunani klasik
tersebut memasukkan manusia sebagai subjek yang harus bertanggung
jawab terhadap segala tindakannya. Pada masa abad petengahan diawali
oleh lahirnya filsafat Eropa. Pemikiran abad pertengahan pun dipengaruhi
oleh kepercayaan Kristen. Artinya, pemikiran filsafat abad pertengahan
didominasi oleh agama. Pada masa abad modern pemikiran filafat
berhasil menempatkan manusia pada tempat yang sentral dalam
pandangan kehidupan sehingga corak pemikirannya antroposentris, yaitu
pemikiran filsafatnya mendasarkan pada akal piker dan pengalaman. Pada
masa abad dewasa ini atau Filsafat Abad ke-20 juga disebut Filsafat
Kontemporer. Ciri khas pemikiran filsafat ini adalah desentralisasi
manusia karena pemikiran filsafat abad ke-20 ini memberikan perhatian
yang khusus kepada bidang bahasa dan etika social.8
2.
Ruang Lingkup Filsafat
Pokok permasalahan yang dikaji dalam filsafat mencakup tiga
segi yakni: Apa yang disebut benar dan Apa yang disebut salah (logika),
mana yang dianggap baik dan mana yang dianggap buruk (etika), serta
apa yang termasuk indah dan apa yang termasuk jelek (estetika). Ketiga
cabang utama filsafat ini kemudian bertambah lagi yakni yang pertama,
teori tentang ada, tentang hakikat keberadaan zat, tentang hakikat pikiran
serta kaitan antara zat dan pikiranyang semuanya terangkum dalam
metafisika; kedua, politik: yakni kajian mengenai organisasi
sosial/pemerintahan yang ideal. 9

7 Asmoro Achmadi, Filsafat Umum, (Jakarta: Rajawali Pers, 2010), 22.

8 Asmoro Achmadi, Filsafat Umum,………., 23.

9 Jujun S. Suriasumatri, Filsafat Ilmu Sebuah Pengantar Populer, (Jakarta: Pustaka Sinar
Harapan, 1995), 32-33.
Kelima cabang utama ini kemudian berkembang lagi menjadi
cabang-cabang filsafat yang mempunyai bidang kajian yang lebih spesifik
diantaranya filsafat ilmu. Cabang-cabang tersebut mencakup :
a. Epistemologi (Filsafat Pengetahuan)
b. Etika (Filsafat Moral)
c. Estetika ( Filsafat Seni)
d. Metafisika
e. Politik (Filsafat Pemerintah)
f. Filsafat Agama
g. Filsafat Ilmu
h. Filsafat Pendidikan
i. Filsafat Hukum
j. Filsafat Sejarah
k. Filsafat Matematika

Jujun S. Suriasumatri, Filsafat Ilmu Sebuah Pengantar Populer, ............., 32-33.


KELOMPOK 2
FILSAFAT SEBAGAI ILMU PENGETAHUAN
Disusun oleh : Dian Ifsah Nur Aini

A. Filsafat Sebagai Pandangan Hidup

Filsafat sebagai pandangan hidup karena filsafat dijadikan sebagai


dasar dari tindakan dan tingkah laku dalam kehidupan sehari-hari yang
bersumber pada hakikat kodrat pribadi manusia yang mana sebagai makhluk
individu, sosial dan makhluk tuhan. Filsafat juga dipergunakan untuk
menyelesaikan persoalan-persoalan yang dihadapi dalam kehidupan.
Pandangan hidupnya itu akan tercermin didalam sikap hidup dan cara hidup.
Adapun beberapa manfaat mengetahui pandangan hidup, yaitu: 10
1. Pandangan hidup atau filsafat hidup menolong mendidik,
membangun diri sendiri dengan berpikir lebih mandalam dan memberi isi
kepada hidup kita sendiri
2. Pandangan hidup atau filsafat memberikan kebiasaan dan
kepandaian untuk melihat dan memcahkan persoalan-persolan dalam
kehidupan sehari-hari
3. Pandangan hidup memberikan pandangan yang luas membendung
egoisme dan egosentrisme.
4. Pandangan hidup memberikan dasar-dasar baik untuk hidup diri
sendiri maupun kepentingan ilmu-ilmu pengetahuan.
Tahu adalah mengerti sesudah melihat11. Pengetahuan adalah gejala
yang ditemui dan diperoleh manusia melalui pengamatan akal12. Ilmu
pengetahuan adalah seluruh usaha sadar untuk menyelidiki menemukan dan

10 www.scribd.com, selasa, 09 oktober 2018, 20;00 ,

11Kbbi,web.id,rabu, 10 oktober 2018, 12:20

12 https://id.m.wikipedia.org,rabu, 10 oktober 12:25


meningkatkan pemahaman manusia dari berbagai segi kenyataan dalam alam
manusia.13

B. Filsafat dan Ilmu Pengetahuan


1. Apa yang dimaksud dengan “ilmu”?
Sebelum kita membandingkan antara filsafat dan ilmu, kita perlu
mengetahui dulu apa itu ilmu?. Ilmu adalah seluruh usaha sadar untuk
menyelidiki, menemukan, dan meningkatkan pemahaman manusia dari
berbagai segi kenyataan dalam alam manusia14.
Pada zaman dahulu antara ilmu dan filsafat memiliki pengertian
yang saling tumpang tindih. Hal ini berlangsung untuk jangka waktu yang
lama dalam rentang sejarah perkembangan pemikiran dan pengetahuan
manusia. Oleh karena itu , adalah penting untuk memahami bagaimana
hubungan antara keduanya dalam perspektif historis
a. Kerjasama antara Ilmu dan Filsafat Dewasa ini
Kerjasama antara filsafat dan ilmu dapat dipaparkan dari dua
segi : pertama, Apa yang disajikan oleh filsafat kepada ilmu, kedua,
Apa yang diterima filsafat dari ilmu?
a) Apa yang disajikan oleh filsafat kepada ilmu?
Pertama, filsafat mengkaji sebagian objek ilmu ilmiah
secara rasional-teoritis. Kedua, filsafat ilmu oleh sebagian filsuf
kontemporer dianggap sebagai pengantar kajian metafisika , yang
juga merupakan wujud lain dari kerjasana antara filsafat dan ilmu.
Ketiga, banyak ilmuwan yang menggunakan ilmu logika untuk
memahami berbagai metode , dimana ilmu dalam ilmu logika ,
ada sisi lain dari kerjasama antara filsafat dan ilmu.
b) Apa Yang Diterima Filsafat Dari Ilmu
Pertama, filsuf kontemporer menjadikan sebagian hakikat
ilmiah sebagai dasar filsafatnya. Kedua, dependensi terhadap
konklusi-konklusi ilmiah ini bukanlah hal yang baru dalam dunia
filsfat. Ketiga , dalam orientasinya untuk mengkaji realitas,

13 https://id.m.wikipedia.org, rabu, 10 oktober 2018,12:40

14 https://id.m.wikipedia.org minggu, 07 oktober 2018 , 19:23


filsafat kontemporer terpengaruh ilmu-ilmu alam. Keempat, para
filsuf Empirisme juga terpengaruh oleh ilmu-ilmu alam. Kelima,
kajian ilmiah menuntut kerjasama seorang ilmuwan dengan
kolega-koleganya untuk sampai pada suatu hakikat (kebenaran
murni).15
b. Perbedaan Antara Ilmu dan Filsafat
a) Dari segi objek
Ilmu mengkaji hal-hal yang dapat diindera untuk meletakan
teori-teori umum yang menafsirkannya. Sedangkan filsafat dalam
mengkaji being dan pengetahuan sangat mencurahkan perhatian
pada hal-hal yang bersifat rasional.
b) Dari segi metode
Ilmu menciptakan metode sensitivistik-empiris dengan
tujuan untuk menemukan sebab sebab langsung dari fenomena-
fenomena alam yang dikajinya. Sedangkan metode filsafat adalah
metode rasional-deduktif. Ia tidak berhenti pada deskripsi atas apa
yang dilihatnya. Namun lebih dari itu, ia berusaha untuk
memahami dan merasionalkannya.
2. Filsafat Dan Agama
a. Apa arti Agama?
Sebagian pemikir Eropa menggunakan istilah agama dalam
pengertian “segala bentuk kepercayaan manusia, termasuk yang
bersifat khurafat (tahayyul) dan banyak berkembang sejak zaman
kuno dalam masyarakat primitive dan masyarakat beradap”. Namun,
disini kita membatasi pengertian agama pada agama-agama samawi
yang diterima manusia melalui wahyu yang turun dari langit dan
dibawa oleh para rasul Allah. Inilah arti yang sebenarnya dari kata
agama.16
b. Hubungan Filsafat dan Agama
Pada abad-abad pertengahan, bangsa Eropa menjadikan filsafat
sebagai sarana untuk mengharmoniskan antara akal dengan apa yang

15 Dr.Fu’ad Farid Isma’il&Dr.Abdul Hamid Mutawalli, Cara Mudah Belajar Filsafat (barat dan
islam),(Jogjakarta,IRCiSoD,2012)hlm:41

16Ibid,hlm:27
dibawa oleh agama. Bahkan para ahli teologi di Barat dan ahli kalam
di dunia Islam telah menjadikan filsafat sebagai “tameng” pertahanan
akidah dengan segala argumentasi rasionalnya.
Namun, hubungan agama dengan agama tidak selalu mulus.
Kekuasaan agama selama beberapa lama pernah begitu bengis
memusuhi filsafat, misalnya yang terjadi pada masa kebangkitan
Eropa (renaissance) dan pada masa islam pada mereka yang
menentang kebebasan berfikir.
c. Hubungan Filsafat dan Islam
Sesungguhnya ajaran-ajaran islam yang luhur menganjurkan
kita untuk membangun basis keimanan kita diatas dasar rasionalitas.
Islam senantiasa mendorong kita untuk menggunakan pikiran (akal).
Oleh karena itu, para filsuf muslim menyerukan untuk
menyelaraskan antara filsafat dengan agama, karena sesungguhnya
antara keduanya memang sama sekali tidak ada pertentangan. Bahkan,
Ibnu Rusyd menyatakan :”Hikmah (filsafat) adalah kawan akrab
sekaligus saudara sesusuan syari’ah (agama).”17

17 Ibid,hlm:31
KELOMPOK 3
SISTEMATIKA FILSAFAT
Disusun oleh : 1. Ladys Like Arifin
2. Nur Mahbubah

A. Sistematika Filsafat secara Ontology


Ontology adalah tentang apa yang dikaji.18 Ontology merupakan salah
satu di antara lapangan kajian kefilsafatan yang paling kuno. Awal mula alam
pikiran barat sudah menunjukkan munculnya perenungan di bidang ontology.
Filosof Barat tertua yang terkenal diantaranya ialah orang-orang Yunani
seperti : Thales (625-545 SM), Anaximandros (610-545 SM), Anaximenes
(585-528 SM), Demokritus ( 460-360 SM), Plato (428-348 SM).
Menurut Prof. S. Takdir Ali Syahbana, Ontology dibagi menjadi dua
golongan besar, yaitu:
1. Filsafat yang membahas mengenai kuantitas (jumlah).
2. Filsafat yang membahas mengenai kualitas (sifat).
Filsafat yang membahas kuantitas terdiri dari :
a. Monisme
Adalah aliran yang menyatakan bahwa unsure pokok segala
yang ada ini adalah satu (Esa). Contoh : Thales, mengemukakan
bahwa unsure pokok segala yang ada adalah “air”, menurut
Anaximandros adalah “apeiron (tak ada batas)”, dan Anaximenes
menyatakan “udara”.
b. Dualisme
Adalah aliran yang menyatakan bahwa unsure segala yang ada
ini adalah dua, yaitu : roh dan benda.
c. Pluralisme.
Adalah aliran yang berpendapat bahwa unsure pokok hakekat
kenyataan ini banyak. Contoh : pendapat Empedokles yang
menyatakan bahwa unsure pokok kenyataan ini terdiri dari udara,
api, air, dan tanah.
Filsafat yang membahas mengenai kualitas dapat dibagi
menjadi 2 bagian besar, yaitu :
a. Aliran yang melihat hakekat kenyataan bersifat tetap

18 Jujun S.Suriasumantri, Filsafat Ilmu, Pustaka sinar harapan, Jakarta, 2007. Hal.61
b. Aliran yang melihat hakekat kenyataan itu bersifat
kejadian.
Istilah-istilah penting yang terkait dengan ontology : Yang ada
(Kenyataan), Realitas (Reality), Eksistensi ( existence), Esensi (Essence),
Substansi ( substance), Perubahan (Change), Tunggal (Singular), Jamak (
Plural).19
B. Sistematika Filsafat secara Epistemologi
Epistemology adalah objek kajian yang menarik (cara mendapatkan
pengetahuan yang benar.20 Karena disinilah dasar-dasar pengetahuan maupun
teori pengetahuan manusia bermula. Secara etimologis, istilah “epistemology
merupakan gabungan kata dalam bahasa yunani, yaitu episteme dan logos.
Episteme artinya pengetahuan, sedangkan logos berarti pengetahuan
sistematik atau ilmu. Dengan demikian, epistemology diartikan sebagai suatu
pemikiran mendasar dan sistematik mengenai pengetahuan. merupakan
cabang filsafat yang membahas tentang terjadinya pengetahuan, sumber
pengetahuan, asal mula pengetahuan, metode atau cara memperoleh
pengetahuan, validitas dan kebenaran pengetahuan . oleh sebab itu
epistemology disebut sebagai “ teori pengetahuan “ (theory of knowledge
atau nadzriyatul ma’rifah).
Webster Third New International Dictionary mengartikan
epistemology sebagai “ the study of method and ground of knowledge,
especially with reference to its limits and validity ” . Artinya studi tentang
metode dan dasar pengetahuan khususnya yang berkaitan dengan batas-batas
dan tingkat kebenarannya. Paul Edwards, dalam the encyclopedia of
philosophy, menjelaskan bahwa epistemology adalah “ the theory of
knowledge” (teori ilmu pengetahuan). Gerakan Epistemologi di Yunani
dipimpin oleh kelompok Shopis. Epistemonologi juga disamakan dengan
suatu disiplin yang disebut critica,yaitu pengetahuan sistematis mengenai
criteria dan patokan untuk menentukan pengetahuan yang benar dan yang

19 Loekisno Choiril Warsito, Pengantar Filsafat, Tim MKD UIN Sunan Ampel, Surabaya, 2011.
Hal.74-76

20 Jujun S.Suriasumantri, Filsafat Ilmu, Pustaka sinar harapan, Jakarta, 2007. Hal.99
tidak benar. Critica berasal dari bahasa yunani, crimoni, yang artinya
mengadili, memutuskan, dan menetapkan sesuatu yang dianggap benar dan
tidak benar.
Persoalan pertama yang sering dihadapi oleh epistemologi
pengetahuan pada dasarnya adalah tentang bagaimana mendapatkan
pengetahuan yang benar dengan memperhatikan aspek ontology dan
aksiologi. Demikian juga, yang dihadapi epistemology keilmuan yakni
bagaimana menyusun pengetahuan yang benar untuk menjawab berbagai
permasalahan dunia empiric (nyata) yang akan digunakan sebagai alat untuk
meramalkan dan mengontrol gejala alam. Epistemoligi atau ilmu pengetahuan
ialah cabang filsafat yang berurusan dengan hakikat dan lingkup
pengetahuan, pengandai ngandaian, dan dasar dasarnya serta pertanggung
jawaban atas pernyataan mengenai pengetahuan yang dimiliki.
Mula mula manusia percaya bahwa dengan kekuatan pengenalannya
filosof pertama didalam tradisi barat, tidak memberikan perhatian pada
cabang filsafat ini. Sebab mereka memusatkan perhatian, terutama pada alam
dan kemungkinan perubahannya,sehingga mereka kerap di juluki filosof
alam.
Pengetahuan yang diperoleh manusia melalui akal,indra,dan lain lain
mempunyai metode tersendiri dalam teori pengetahuan di antaranya ;
1. Metode induktif
Induktif yaitu suatu metode yang menyimpulkan pernyataan
pernyataan hasil observasi disimpulkan dalam suatu pernyataan yang lebih
umum.
2. Metode deduktif
Deduktif ialah suatu metode yang menyimpulkan bahwa data data
empiric dioleh lebih lanjut dalam suatu system pernyataan yang runtut.
3. Metode positifme
Metode ini dikeluarkan oleh august komte (1798-1857). Metode ini
perpangkal dari apa yang telah diketahui,yang factual, yang positif. Ia
mengenyampingkan segala uraian / persoalan diluar yang ada sebagai
fakta. Oleh karna itu ia menolak metafisika. Secara positif , adalah segala
yang tampak dan segala gejala. Demikian metode ini dalam bidang filsafat
dan ilmu pengetahuan dibatasi kepada bidang gejala gejala saja.
4. Metode komtemplatif
Metode ini mengatakan adanya keterbatasan indra dan akal
manusia untuk memperoleh pengetahuan, sehingga objek yang di
hasilkanpun akan berbeda beda harusnya dikembangkan suatu
pengetahuan akal yang disebut dengan intuisi. Intuisi ini bisa diperoleh
dengan cara berkontemplasi seperti yang dilakukan oleh al ghazali.
Intuisi dalam tasawuf disebut dengan makrifah yaitu pengetahuan
yang datang dari tuhan melalui percerahan dan penyinaran. Al ghazali
menerangkan bahwa pengetahuan intuisi atau makrifa yang di sinarkan
oleh allah secara langsung merupakan pengetahuan yang benar.
Pengetahuan yang di peroleh lewat intuisi ini hanya bersifat indifidual dan
tidak bisa dipergunakan untuk mencari ke untungan seperti ilmu
pengetahuan yang dewasa ini bisa di komersialkan.
5. Metode dialektis
Dalam filsafat dialektika mula mula berarti metode Tanya jawab
untuk mencapai kejernihan filsafat. Metode ini di ajarkan oleh Socrates.
Namun platu mengartikannya diskusi logika. Kinidialektika berarti tahap
logika,yang mengajarkan kaidah kaidah dan metode metode penuturan,
juga nalisis sistematik tentang ide ide untuk mencapai apa yang
terkandung dalam pandangan.21
C. Sistematika Filsafat secara Aksiologi
Aksiologi adalah istilah yang berasal dari kata Yunani yaitu: axios
yang berarti sesuai atau wajar sedangkan logos berarti ilmu. Aksiologi disebut
juga teori ilmu. Menurut John Sinclair, dalam lingkup kajian filsafat, nilai
merujuk pada pemikiran atau suatu system seperti politik, social dan agama.
Sedangkan menurut Richard Bender suatu nilai adalah sebuah pengalaman
yang memberikan kepuasan batin dan memiliki nilai manfaat pada kehidupan.
Jadi, aksiologi ialah ilmu pengetahuan yang menyelidiki hakekat nilai. Jika
epistemology bertujuan untuk mendapatkan kebenaran secara teoritis-
rasional, maka aksiologi lebih menekankan pada masalah kebaikan, dan
estetika terkait erat dengan masalah keindahan. Aksiologi merupakan cabang

21 Amsal Bakhtiar, Filsafat Ilmu, Rajawali Pers, Jakarta, 2004. Hal.152-156


filsafat ilmu yang membicarakan tentang tujuan ilmu pengetahuan itu sendiri
dan bagaimana manusia menggunakan ilmu tersebut.
Objek kajian aksiologi adalah menyangkut masalah nilai kegunaan
ilmu karena ilmu dalam konteks filsafat tidak bebas nilai. Artinya ilmu harus
sesuai dengan nilai-nilai budaya, dan moral suatu masyarakat sehingga nilai
kegunaan ilmu dapat dirasakn oleh masyarakat.
Merupakan sesuatu yang paling penting bagi manusia, karena dengan
ilmu, semua keperluan dan kebutuhan manusia bisa terpenuhi secara lebih
cepat dan lebih muda. Dan merupakan kenyataan yang tidak bisa dipungkiri
bahwa peradaban manusia sangat berhutang kepada ilmu. Ilmu telah banyak
mengubah wajah dunia seperti hal memberantas penyakit, kelaparan,
kemiskinan, dan berbagai wajah kehidupan yang sulit lainnya. Dengan
kemajuan ilmu juga manusia bisa merasakan kemudahan lainnya seperti
transportasi, pemukiman, pendidikan, komunikasi, dan lain sebagainya.
Singkatnya ilmu merupakan sarana untuk membantu manusia dalam
mencapai tujuan hidupnya.
Kemudian timbul pertanyaan, apakah ilmu selalu merupakan berkah
dan penyelamat bagi manusia? Dan memang sudah terbukti, dengan
kemajuan ilmu pengetahuan, manusia dapat menciptakan berbagai bentuk
teknologi. Misalnya, pembuatan bom yang pada awalnya untuk kerja
manusia, namun kemudian dipergunakan untuk hal-hal yang bersifat negative
yang menimbulkan malapetaka bagi manusia itu sendiri, seperti yang terjadi
di Bali baru-baru ini dan menciptakan senjata kuman yang dipakai sebagai
alat untuk membunuh sesame manusia. Disinilah ilmu harus diletakkan secara
proporsional dan memihak pada nilai-nilai kebaikan dan kemanusiaan. Sebab,
jika ilmu tidak berpihak kepada nilai-nilai, maka yang terjadi adalah bencana
dan malapetaka.
Dalam aksiologi, ada dua komponen mendasar yakni etika (moralitas)
dan estetika (keindahan) :
a. Etika
Etika adalah cabang filsafat aksiologi yang membahas tentang
masalah-masalah moral.
b. Estetika
Estetika adalah bidang studi manusia yang mempersoalkan tentang
nilai keindahan.
Keindahan mengandung arti bahwa di dalam diri segala unsur-unsur yang
tertata secara tertib dan harmonis dalam satu kesatuan hubungan yang utuh
menyeluruh. 22

22 Loekisno Choiril Warsito, Pengantar Filsafat, Tim MKD UIN Sunan Ampel, Surabaya, 2011.
Hal. 93-96
KELOMPOK 4
FILSAFAT PRA SOCRATES
Disusun oleh : 1. Wasilatul Mafulah
2. Isa

A. Filsafat Pra Socrates


Filsafat Yunani dalam sejarah filsafat merupakan tonggak pangkal
munculnya filsafat. Pada waktu itu sekitar abad VI SM diwilayah yunani
muncul pimikir-pemikir yang disebut filsofuf alam. Dimanakan demikian
karena objek dijadikan pokok persoalan adalah mengenai alam(cosmos).
Tujuan filosofi mereka adalah memikirkan soal alam besar. Dari mana
terjadinya alam, itulah yang menjadi sentral persoalan bagi mereka.23
Demikianlah yang diperhatikan oleh para ahli piker yang pertama
dimiletos adalah alam, bukan manusia. Hanya saja harus diingat, bahwa yang
dimaksud denagn alam (fusis) adalah seluruh kenyataan hidup dan kenyataan
badaniyah. Jadi perhatian mereka dicurahkan kepada apa yang dapat diamati.
Banyak sekali pernyataan-pernyataan meraka yang menganai gejalah-gejalah
alam. Bahwah perhatian yang besar kepada gejalah-gejalah alam itu bersifat
filsafati, bukan bersifat keagamaan atau perhatian biasa, tampak disini, bahwa
mereka mencari asas pertama (arkhe), tempat segala yang didirikan. Ini
bukan pemikiran bersahaja, sebab maksud mereka ialah menemukan asas
pertama segala sesuatu atau mencari yang mutlak, yang berada dibelakang
yang serba berubah ini. Mereka mencari yang hakiki, dasar yang ada
dibelakang segala gejala.24
Berapa para filosuf yang tergolong dalam filosuf alam adalah:
1. Thales (624-545 SM)
Thales lahir dimiletos, Yunani. Ia bisa dikatakan adalah filusuf
pertama. Pemikirannya yang sangat terkenal adalah zat yang utama yang
menjadi dasar semua kehidupan adalah air. Siswanya yang terpenting

23 Drs. H. Ahmad syadali filsafat umum(pustaka setia:bandung)39

24 DR. Harun Hadiwijono sari sejarah filsafat barat (kanisius:Yogyakarta)16


adalah Anaxsimandros.25Anaxsimanes yang hidup pada abad ke6 SM,
masih satu generasi dengan anaxsimandros yang juga dianggap sebagai
seorang “filsuf alam”. Anaxsimenes hampir memiliki pendapat yang
sama dengan anaxsimandros dan thales. Ketiga tokoh tersebut
(thales,anaxsimandros,anaxsimenes) belakangan disebut juga sebagai
tokoh mazdhab-mazdhab milesian. Karena, ketiganya lahir dan besar
didaerah miletos. Thales juga dikenal sebagai tokoh yang mampu
meamal terjadinya gerhana yang menurut banyak astronom memang
terjadi pertama kali pada 585SM.26
Menurut dia, asas pertama yang menjadi asal mula segala sesuatu
adalah air. Barang kali penamuannya didasarkan atas kenyataan, bahwa
air yang dapat diamati dalam bentuknya yang bermacam-macam. Air
tampak sebagai benda halus (uap), sebagai benda yang cair(air) dan
sebagai benda yang keras(es). Air terdapat pada bahan makanan, tetapi
juga pada batu padas yang menumbuhkan tumbuh-tumbuhan. Dipantai
miletos air yang tampak sebagai lautan yang luas, sehingga mudah orang
berfikir bahwa bumi tentu keluar dari air itu dan selanjutnya terapung-
apung diatasnnya.27
2. Anaxsimandros ( 610-540SM)
Anaximandros adalah salah satu murid Thales. Ia lebih muda 15
tahun dari Thales, tapi meninggal dua tahun lebih dulu dari Thales.
Anaximadros adalah seorang ahli astronomi dan ilmu bumi Sebagai
filosuf ia lebih besar dari gurunya. Oleh karena itu meskipun ia murid
Thales, namun mempunyai prinsip dasar alam akan tetapi prinsip dasar
tersebut bukanlah Dari jenis benda aalam seperti air sebagaimana yang
dikatakan gurunya. Prinsip dasar alam haruslah dari jenis yang tak
terhitung dan tak terbatas yang oleh dia disebut apeiron. Apeiron adalah
zat yang tak terhingga dan tak terbatas dan tidak dapat dirupakan, tak ada
persamaannya dengan apapun. Jika kita melihat sifa-tsifat yang diberikan
25 Dr. Ali maksum, M.Ag.,M.Si pengantar filsafat (ar-ruzz media:Yogyakarta)36

26 Dr. Ali maksum, M.Ag.,M.Si pengantar filsafat (ar-ruzz media:Yogyakarta)36

27 Dr. Harun Hadiwijono sari sejarah filsafat barat (kanisius:Yogyakarta) 16


oleh Anaximandros tentang apeiron yaitu sebagai zat/sesuatu yang tak
terhingga, tak terbatas, tak dapat desirupakan dengan alam.28
Anaxsimandros memiliki argumen untuk membuktikan bahwa
subtansi asli itu bukan air atau subtansi lain. Missal saja subtansi itu
bersifat asli, maka subtansi itu akan mengakahkan yang lain. Menurut
aristoteles, seperti dikutip Bertrand Russell, bahwa anaxsimandros
mengatakan unsur-unsur yang telah dikenal itu saling beroposisi. Udara
bersifat dingin, air besifat dingin, dan api bersifat panas. Karenanya, jika
salah satu substansi itu asli, substansi lain tentu sudah punah saat ini.
Substansi asli dengan demikian harus bersifat netral ditengah perselisihan
kosmis ini.29
3. Anaxsimenes (585-528SM)
Anaximenes adalah seorang murid Anaxmadros. Ia adalah
filosufalam terakhir dari kota miletos. Sesudah ia meninggal dunia
kemajuan filosof alam terakhir di kota tersebut. Banyak ahli fikir dari
kota tersebut sebab kita miletos pada tahun 494 SM di serang dan
ditaklukan oelh bangsa persia. Dengan kepergian para ahli pikir itu, maka
kebesaran kota miletos sebagai pusat pengajaran filosofi alam lenyap.30
Ia tidak dapat menerima pandangan anaxsimandros. Bagaimana
mungkin hal yang tak erbatas (to aperon) dapat menjadi asas pertama
seluruh alam semesta dengan segala isinya? Baginya asas pertama segala
sesuatu, darimana segala sesuatu berasal, adalah hawa atau udara.
Bukankah udara itu meliputi jagad raya? bukankah udara itu yang
menjadikan manusia hidup? manusia akan mati apabila ia bernafas.
Sepertinya halnya dengan jiwa manusia, yang adalah hawa atau udara
adanya, mempersatukan segala sesuatu pada manusia, demikianlah udara
mempersatukan segala sesuatu didalam jagad raya. Maka udara aau hawa
itulah yang melahirkan segala benda didalam jagad raya. Hal ini mungkin
karena adanya pemadatan dan pengenceran udara. Karena udara

28 Drs. H. Ahmad syadali filsafat umum(pustaka setia:bandung)41

29 Dr. Ali maksum, M.Ag.,M.Si pengantar filsafat (ar-ruzz media:Yogyakarta)37

30 Drs. H. Ahmad syadali filsafat umum(pustaka setia:bandung)45


memadat maka timbullah secara ber urut-urut angin, air, tanah dan batu.
Sebaliknya karena udara menjadi encer atau cair, maka timbulah api.
Demikianlah dari udara atau hawa terjadi anasir-anasir yang membentuk
jagad raya dan segala isinya.31
Anaxsimanes berkeyakinan bahwa yang menjadi asal dunia
adalah udara. Sebab, udara lah yang meliputi seluruh alam dan udara pula
yang menjadi dasar hidup bagi manusia yang amat diperlukan untuk
bernafas. Baginya, jiwa adalah udara, api adalah udara yang encer, jika
dipadatkan udara akan menjadi air dan jika dipadatkan lagi menjadi tanah
dan akhirnya menjadi batu.32
Oleh Karena itu, pada tahun 494SM miletos dimisnahkan oleh
bangsa Persia, maka berakhirlah sejarah pemikiran filsafati yang pertama
ini. Akan tetapi hal ini tidak berarti, bahwa berakhirlah sejarah filsafat
pada umunya.33
4. Phythagoras (580-500SM)
Phytagoras adalah matematikawan dan filsuf yunani yang paling
dikenal melalui teoremanya. Belakangan, ia lebih dikenal sebagai “bapak
bilangan”. Dia telah mamberikan sumbangan penting terhadap filsafat
dan ajaran keagamaan pada akhir abad ke6SM. Kehidupan dan ajarannya
tidak begitui jelas disebakan banyaknya legenda dan kisah-kisah buatan
mengenai dirinya.
Phythagoras dan murid-muridnya tetap percaya bahwa ssegala
sesuatu didunia ini berhubungan dengan matematika, dan merasa bahwa
segalanya dapat diprediksi dan diukur dalam siklus beridme. Menurut
dia, dasar segala sesuatunt ialah bilangan. Oleh karena itu, orang tahu
dan mengerti betul akan bilanagan, ia juga tahu akan segala sesuatu.
Phithagoras adalah ahli ilmu pasti dan ahli musik. Penyelidikkan

31 Dr. Harun Hadiwijono sari sejarah filsafat barat (kanisius:Yogyakarta)18

32 Dr. Ali maksum, M.Ag.,M.Si pengantar filsafat (ar-ruzz media:Yogyakarta)38

33 Dr. Harun Hadiwijono sari sejarah filsafat barat (kanisius:Yogyakarta)19


alamnya memang mendalam dan besar pengaruhnya dalam lingkungan
ahli pikir zamannya.34
Menurut kepercayaan Pthagoras manusia itu asalnya tuhan. Jiwa
itu adalah penjelmaan dari tuhan yang jatuh kedunia karena berdoasa.
Dan ia akan kembali ke langit ke dalam lingkungan Tuhan bermula,
apabila habis di cuci dosanya itu. Hidup murni adalah jalan untuk
menghapuskan dosanya itu. Tetapi prosesnya tercapai sekaligus,
melainkan beransur-ansur. Manusia harus berzikir senantiasa untuk
mencapai kesempurnaan hidupnya. Menurut kenyakinan kaum
Pythagoras setiap waktu orang harus menanggung jawab dalam hatinya
tentang perbuatannya sehari-hari. Sebeleum ia tidur malam, hendaknya
diperiksanya dalam hatinya segala perbuatannya hari itu. Ia harus
menanyai dirinya: apa kekuranganku hari ini? Laranagan mana yang ku
langgar? Periksa peristiwa itu sampai sehabis-habisnya. Jika ada engkau
berbuat salah, hendaklah engkau rindu, jika baik segala perbuatanmu,
hendaklah engkau gembira. Hidup di dunia ini menurut paham
Pythagoras adalah persediaan buat akhirat sebab itu semula dari sini
dikerjakan hidup untuk hari kemudian.35
5. Heraklitos (540-475SM)
Heraklitos lahir di kota Ephesos di Asia Minor. Dia mempunyai
pndangan sendiri yang berlainan dari pendirian filosof-filosof
sebelumnya, ia juga terpengaruh oleh alam pikir filosof alam dan miletos.
Ia juga menyatakan bahwa asal segala sesuatu hanyalah satu anasir yaitu
api.
Api itu lebih dari air daan uadara, dan setiap orang dapat melihat
sifatnya mudah bergerak dan mudah bertukar rupa. Api itu membakar
semuanya, menjadikan semuanya itu menjadi api dan akhirnya
menukarnya laagi jadi abu. Yang kemudian ini dapat dilihat pada panas
matahari yang menjadi syarat hidup bagi manusia, binatang, dan tumbuh-
tumbuhan.

34 Dr. Ali maksum, M.Ag.,M.Si pengantar filsafat (ar-ruzz media:Yogyakarta)39

35 Ahmad syadali filsafat umum(pustaka setia:bandung)45-48


Herklitos memandang api sebagai anasir yang asal, pandangannya
semata-mata tidak terikat pada alam luaran, alam besar, seperti
pandangan filosof-filosof miletos. Anasir yang asal itu dipandangnya
pula sebagai kiasan daripada segala kejadian ini. Api yang selalu
bergerak dan berubah rupa itu menyatakan, bahwa tak ada yang tenag
dan tetap. Yang ada hanya pergerakan senantiasa, tidak ada yang boleh
disebut ada, melainkan menjadi, semuanya itu dalam kejadian. Dunia ini
adalah tempat pergerakan senantiasa, tempat kemajuan yang tidak
berkeputusan. Yaang bari utu mendapat tempaatnya dengan
menghancurkan daan menewaskan yang lama.36
Oleh karena itu harus dikatakan bahwa heraklitos tergolong
filosof terbesar sebelum Socrates.37

36 Ahmad syadali filsafat umum(pustaka setia:bandung)48-50

37 Dr. Harun Hadiwijono sari sejarah filsafat barat (kanisius:Yogyakarta)19


KELOMPOK 5
SOCRATES
Disusun oleh : 1. Izza Afkarina
2. Fitria

A. Filsafat Yunani Pada Masa Socrates


Masa hidup Socrates sezaman dengan Sofis. Ia terkenal sebagai orang
yang berbudi baik, jujur dan adil. Socrates lahir pada tahun 470 SM dan
meninggal pada tahun 399 SM. Ayahnya adalah seorang pemahat dan ibunya
adalah seorang bidan.38 Socrates mengggunakan metode tanya jawab untuk
menagajarkan ajarannya kepada para pemuda. Oleh karena itu, Pemuda
banyak yang suka terhadap Socrates. Namun, tidak sedikit orang yang tidak
suka terhadap Sokrates. Mereka telah menuduh Socrates telah merusak moral
para pemuda dinegerinya juga dituduh menolak dewa-dewa atau tuhan yang
telah diakui di Negara itu.
Socrates juga terkenal sebagai seorang yang tidak tampan, berpakaian
sederhana dan tanpa alas kaki, berkeliling mendatangi masyarakat untuk
berdiskusi soal filsafat. Sepanjang hidupnya, Socrates tidak pernah menulis
pemikiran apapun.39 Socrates lebih banyak bekerja, turun langsung untuk
mencontohkan bagaimana hidup seperti yang ia maksud.
Adapun prinsip-prinsip dasar Socrates adalah metode dialektika yang
berasal dari kata Yunanai yang berarati bercakap-cakap atau berdialog.
Menurut Socrates ada kebenaran objektif, yang tidak bergantung kepada saya
atau kita. Metode itu bersifat praktis dan dijalankan melalaui percakapan.40
Dari metode dialetiknya ia menemukan dua metode lagi yakni induksi
dan devinisi. Dia menggunakan istilah induksi manakala pemikiran bertolak
dari pengetahuan yang khusus, lalu menyimpulkannya dengan pengertian
yang umum. Pengertian umum diperoleh dari mengambil sifat-sifat yang

38 Teguh Wangsa Ghandhi, Filsafat Pendidikan (Jogyakarta: Ar-Ruz Media, 2011), hal: 110.

39 Ibid, hal. 110.

40 Burhanuddin Salam, Pengantar Filsafat, (Jakarta: PT Bumi Aksara, 2012), hal. 198.
sama (umum) dari masing-masing kasus khusus dan ciri-ciri khusus yang
tidak disetujui bersama adalah disisihkan. Ciri umum tersebut dinamakan ciri
esensi dan semua ciri khusus itu dinamakan ciri eksistensi. Suatu devinisi
dibuat dengan menyebutkan semua ciri asensi suatu objek dengan
menyisihkan dengan menyisihkan semua ciri eksistensinya. Demikianlah
jalan untuk memperoleh devinisi tentang suatu persoalan.41
Konon dewa yang berada di tempat peribadatan bagi orang Yunani di
Delphi menyatakan dengan cara yang luar biasa bahwa ia adalah orang yang
paling arif dan bijak di negeri Yunani. Merasa diri tidak bijak dia berkeliling
membuktikan kekeliruan suara tersebut, dia datangi satu demi satu orang-
orang yang dianggap bijak oleh masyarakat pada saat itu dan dia ajak diskusi
tentang berbagai masalah kebijaksanaan. Metode berfilsafatnya inilah yang
dia sebut sebagai metode kebidanan. Pada akhirnya Socrates membenarkan
suara gaib tersebut berdasar satu pengertian bahwa dirinya adalah yang paling
bijak karena dirinya tahu bahwa dia tidak bijaksana sedangkan mereka yang
bijak pada dasarnya adalah tidak bijak karena mereka tidak tahu kalau mereka
tidak bijaksana.
Cara berfilsafatnya inilah yang memunculkan rasa sakit hati para
kaum sofis terhadap Socrates karena setelah penyelidikan itu maka akan
tampak bahwa mereka yang dianggap bijak oleh masyarakat ternyata tidak
mengetahui apa yang sesungguhnya mereka ketahui. Rasa sakit hati inilah
yang nantinya akan berujung kematian Socarates melalaui peradilan denagn
tuduhan resmi merusak generasi muda, sebuah tuduhan yang sebenarnya
dengan gampang dipatahkan melalui pembelaannya sebagaimana tertulis
dalam Apologi karya Plato. Socrates pada akhinya wafat pada usia tujuh
puluh tahun dengan cara meminum racun sebagaimana keputusan yang di
terimanya dari pengadilan dengan hasil voting 280 mendukung hukuman
mati dan 220 menolaknya.
B. Filsafat Pendidikan Socrates

41 Ahmad Syadali dan Mudzakir, Filsafat Umum, (Bandung: Pustaka Setia, 2004), hal: 68.
Siapa yang tidak kenal Socrates? Socrates nyaris menjadi nama yang
terus hidup dan popular di sepanjang periode sejarah, terutama sejak tahun-
tahun pertama periode Masehi dimulai.
Dalam popularitasnya yang begitu luar biasa, Socrates tetap menjadi
sosok tersembunyi yang sesungguhnya tidak banyak dipahami oleh berbagai
kalangan, baik dalam makna umum dalam ruangan filsafat maupun makna
khusus sebagai seorang manusia yang nmemiliki kehidupan yang tentu saja
sangat pula tidak sama dengan individu lainnya.42
Hingga sejauh ini siapapun tidak akan menemukan literature yang
mengungkap makna histori Socrates dalam dunia filsafat dalam penjabaran
jauh lebih jujur. Kebanyakan literature selalu hanya menyanjung- nyanjung
Socrates sebagai fisuf besar tanpa pernah mampu mengungkapkan bagaimana
sesungguhnya posisi Socrates dalam konstelasi pemikiran filsafat yang
berkembang di Yunani pada waktu itu? Kenyataan tersebut selain sangat
memprihatinkan, juga menjadi ironi terbesar kesejarahan kajian filsafat,
terutama jika kita kaitkan dengan kenyataan filsafat sebagai bidang kajian
yang berusia sangat tua.
Paling tidak, hal ini menimbulkan pertanyaan mendasar bagaimana
bisa sebuah kajian bidang yang berusia begitu tua, gagal menjelaskan
konfigurasi- konfigurasi perkembangannya secara jelas. Setelah sampai hari
ungkapan sokrates berkata bahwa hidup yang tidak dimengerti tidak layak
dijalani kerap menjadi pemikiran filsafat yang dipandang genuine. Pada abad
kedua sebelum Socrates mengatakan hal itu, telah terdapat tujuh manusia
shopis yang hidup dalam prinsip- prinsip Delphian. Salah satu prinsip Delphi
ini adalah ajaran yang menyeru pada siapapun untuk mengenali diri.
Mengenali hal ini, Nietzsche melihat Socrates adalah sosok seorang
yang paling jujur.Meski dalam sisi lain, obsesi filsafatnya akan sosok
Socrates telah membuatnya tidak melihat jauh lebih saksama betapa dalam
apa pun Socrates, khususnya kematia dalam dunia filsafat, melahirkan
beragam kebijaksanaaan baru yang tidak begitu menjelaskan betapa Socrates
nyaris layak dikatakan sebagai filsuf.

42 Teguh Wangsa Gandhi, Filsafat Pendidikan, (Jogjakarta: Ar-Ruz Media, 2011) hal: 108.
Socrates juga seorang pemikir besar kuno yang gagasan filosofinya
dan metode pengajarannya ditunjukkan untuk memberikan pengaruh yang
mendalam dan abadi pada teori dan praktik pendidikan di seluruh dunia
barat.43
Adapun prinsip-prinsip dasar pendidikan menurut Socrates adalah
metode dialektis. Metode ini diguunakan oleh Socrates sebagai dasar teknis
pendidikan yang direncanakan untuk mendorong seorang belajar agar dapat
berpikir secara cermat, untuk menguji coba diri, dan untuk memperbaiki
pengetahuannnya.
Tujuan pendidikan yang sebenarnya menurut Socrates adalah untuk
merangsang penalaran yang cermat dan disiplin mental yang akan
menghasilkan perkembangan intelektual terus-menerus dan standar moral
yang tinggi.
Dengan menggunakan metode mengajar yang dialektis ini, Socrates
menunjukkan bahwa jawaban- jawaban terbaik atas pertanyaan moral
menurut pendapatnya adalah cita-cita yang diajarkan oleh para pendiri agama,
cita-cita yang melekat pada ketuhanan, cinta pada umat manusia, keadilan ,
keberanian, pengetahuan tentang kebaikan dan kesejahteraan, hormat
terhadap kebenaran, sikap yang tidak berlebih- lebihan, kebaikan hati,
toleransi, kejujuran, dan segala kebajikan lainnya.
Salah satu pendirian Socrates yang terkenal: pengetahuan adalah
kekuatan. Socrates yang terkenal dengan ungkapan bahwa pendidikan
membuktikan keutamaan tidak dapat di ajarkan dan pendidikan tidak
mungkin dijalankan.
Socrates juga memulai sesuatu yang jauh lebih besar dari konsep-
konsep yang yang bisa di tuliskan. Socrates membangun konsepsi-konsepsi
dan metode-metode yang lebih luas, sungguh-sungguh, dan efektif.
Dalam pendidikan Socrates mengemukakan sistem atau cara berfikir
yang bersifat induktif, yaitu menyimpan pengetahuan yang bersifat umum
dengan berpangkal dari banyak pengetahuan tentang hal khusus.
C. Falsafah Pemikiran Socrates
Adapun falsafah pemikiran Socrates diantaranya ia menyatakan
adanya kebenaran objektif, ialah yang tidak bergantung kepada saya, serta
43 The Liang Gie, Pengantar Filsafat Ilmu,( Yokyakarta:Liberty 2007), Hal 31
sepanjang hidupnya Socrates tidak pernah menuliskan pemikiran apapun.
Dalam banyak hal Socrates lebih banyak bekerja sebagaimana nabi, langsung
terjun serta memberi contoh secara langsung akan hal-hal serta hidup yang ia
maksud. Contoh itu tidak hanya ia buktikan dalam kata-kata, tetapi juga
dalam tindakan yang sungguh-sungguh hidup.44
Menurut Socrates, hidup yang sebenarnya tidak lain adalah hidup
mengatasi jasad. Dengan mengerti hidup, menuruut Socrates, setiapp diri
akan tahu bahwa dalam hidup segala sesuatu bahwa sesungguhnya senantiasa
akan berlangsung ddengan sederhana, namun tidak pernah menjadi sesuatu
yang sederhana. Misalnya, bisa dicontohkan dengan perilaku minum minum
manusia dalam hidup.

44 Ahmad Syadali,dan Mudzakir,filsafat umum ( Bandung: Pustaka Setia 2004), hal 67


KELOMPOK 6
PLATO
Disusun oleh : 1. Latifatul Fitria
2. Mela Agustina

A................................................................................................................Peng
ertian filsafat
Filsafat dimulai oleh Thales sebagai filsafat jagat raya yang
selanjutnya berkembang ke arah kosmologi. Filsafat ini kemudian menjurus
pada filsafat spekulatif pada plato dan metafisika pada aristoteles. Setelah
mulai beralih memasuki jaman romawi kuno, para pemikir mencari
keselarasan antara manusia dengan alam semesta. Keselarasan itu dapat
tercapai bila mana manusia hidup sesuai dengan alam dalam arti mengikuti
petunjuk akal (sebagai asas tertinggi sifat manusiawi) dan mengikuti hokum
alam dari logos (sebagai akal alam semesta). Filsuf romawi Marcus tullius
Cicero secara sangat singkat memberikan definisi filsafat sebagai ars vitae
atau ’’the arf of life” pengetahuan tentang hidup. Konsepsi filsafat ini
kemudian dianut luas oleh orang-orang terpelajar pada zaman renaissance di
eropa45.
Dalam abad tengah filsafat dianggap sebagai the supreme art
(pengetahuan yang tertinggi). Namun, kedudukan dan prananya adalah
sebagai pelayan dari teologi. Kebenaran yang ditrima oleh kepercayaan
melalui wahyu tidak dapt ditentang oleh kebenaran filsafati yang dicapai
engan akal manusia. Filsafat merupakan sarana untuk menetapkan kebenaran-
kebenaran tentang Tuhan yang dapat dicapai olehakal manusia itu.
Dalam abad-abad selanjutnya filsafat berkembang melalui dua jalur.
Jalur yang pertama ialah Filsafat Alam (natural filosofi) yang mempelajari
benda dan peristiwa alamiah. Untuk membedakan secara tegas dengan filsafat
alam itu, maka bidang pengetahuan kedua yang menyangkut tujuan dan
kewajiban manusia seperti etika, politik, dan psikologi disebut filsafat moral
(moral filosofi) selama abad XVII – XVIII. Sebutan itu kemudian dirasakan

45 The Liang Gie, pengantar filsafat ilmu (jogjakarta:liberty jogjakarta, 2007) hal .9
terlampau sempit dan diperluas menjadi filsafat mental dan moral (mental and
moral philosophy
B.................................................................................................................Biog
rafi Plato
Plato lahir di Athena (427 – 347 SM) dari keluarga politis. Plato
adalah murid sekaligus sahabat diskusi Socrates. Selain dikenal sebagai murid
Socrates dan gurunya Aristoteles, plato juga dikenal sebagai salah seorang
filsuf yunani yang sangat berpengaruh46.
Sumbangsih plato yang terpenting adalah gagasan mengenai ide.
Bukan berate yang lain tidak penting. Sebab, menurut plato dunia fana ini
tidak lain hanyalah refleksi atau banyangan dari dunia idea. Di dunia idea
semuanya sangat sempurna. Hal ini tidak hanya merujuk kepada barang-
barang kasar yang bias dipegang saja, tapi juga mengenai konsep-konsep
pikiran, hasil buah intelektual. Misalkan konsep mengenai “kebajikan” dan
“kebenaran” salah satu perumpamaan plato yang termasyur adalah
perumpamaan orang digua.
Menurut pemikiran falsafahnya, dunia lahir adalah dunia
pengalaman yang slalu berubah-ubah dan warna-warni.semua itu adalah
bayangan dari dunia idea. Sebagai bayangan hakikatnya hanyalah tiruan yang
asli yakni idea. Karenanyadunia ini berubah-ubah dan bermacam-
macam.barang-barang yang ada di dunia ini semua ada contohnya yang ideal
di dunia idea sana. Keadaan idea sendiri bertingkat-tingkat.tingkat idea yang
tinggi adalah idea kebaikan, dibawahnya idea jiwa dunua, yang
menggerakkan dunia. Berikutnya idea keindahan yang menimbulkan seni,
ilmu, pendidikan, dan politik47.
Plato ingin melanjutkan ajaran filsafat yang sangat dipengaruhi dari
ajaran gurunya. Agaran tentang ide-ide menjadi inti dan dasar berfilsafatnya.
Ide yang dimaksudkan bukanlah gagasan yang terdapat dalam pemikiran saja
yang bersifat subjektiv belaka, melainkan sesuatu yang objektiv, terlepas dari
subjek yang berpikir. Baginya, ide-ide tidaklah diciptakan oleh pemikiran,

46 Dr Ali Maksum. Pengantar filsafat (Yogyakarta:Ar-Ruzz Media, 2017) hal. 52

47 Dr Ali Maksum. Pengantar filsafat (Yogyakarta:Ar-Ruzz Media, 2017) hal. 53


tidak bergantung padanya, melainkan pemikiranlah yang tergantung pada ide-
ide. Justru dengan adanya ide-ide yang berdiri sendiri, pemikiran itu
dimungkinkan. Lantaran sifat etiknya yang intelektual dan rasional, jelaslah
bahwa dasar ajarannya adalah mencapai budi yang baik. Sebagai Socrates,
Plato juga menyebutnya bahwa budi ialah tahu. Orang yang berpengetahuan
dengan sendirinya berbudi baik. Sebab itu, sempurnakanlah pengetahuan
dengan pengertian. Tujuannya hanyalah satu, yakni mencapai “ kesenangan
hidup”, yang diperoleh lewat pengetahuan, tentang nilai-nilai barang yang
dituju48.
Dualism dunia Plato yang bersendi pada ajarannya tentang ide
termaktub alam teori pengetahuan lalu diteruskan dalam praktik hidup.
Kemauan seseorang bergantung pada pendapatnya sendiri. Dari pengetahuan
yang sebenarnya yang dicapai dengan dialektika timbul budi yang lebih tinggi
daripada yang dibawakan oleh pengetahuan dari pandangan. Menurutnya, ada
dua macam budi, yakni budi filsafat yang timbul dari pengetahuan dengan
pengertian, dan budi biasa yang dibawa oleh kebiasaan orang banyak. Sikap
hidup yang dipakai tidak lahur dari keyakinan, disesuaikan kepada moral
orang banyak dala hidup sehari-hari. Dalam Negara Plato mengungkap bahwa
nasib sebuah bangsa hanya dapat tertolong dengan cara mengubah dasar
hidup rakyat dan system pemerintahannya. Peraturan yang menjadi dasar
untuk mengurus kepentingan umum, kata Plato tidak boleh diputus hanya
karena kemauan atau pendapat perorangan atau oleh rakyat seluruhnya,
melainkan ditentukan oleh suatu ajaran yang berdasarkan pengetahuan
dengan pengertian49.
Dari ajaran itu timbullah keyakinan bahwa pemerintah harus
dipimpin oleh ide tertinggi, yakni ide kebaikan, kemauan untuk melaksanakan
tergantung kepada budi. Maka, tujuan pemerintah yang benar adalah
mendidik warna negranya untuk senantiasa mempunyai budi.

48 https://nalarpolitik.com tanggal 04- desember-2018 jam 09:25

49 https://nalarpolitik.com tanggal 04- desember-2018 jam 09:25


C.
Pembagian Filsafat Plato
Mulai dari jaman dulu ilmu filsafat telah dibagi menjadi beberapa
cabang50. Pembagian yang dikemukakan oleh para ahli sering berlain-lainan
dan selalui menemui perubahan-perubahan51. Dahulu tidak dibedakan antara
filsafat dan ilmu-ilmu pengetahuan lainnya. Memang karena kurang atau
belum berkembang, belum juga ada pengkhusussan. Filsafat adalah induk
segala ilmu ilmu pengetahuan ( matter scientiarum ) yang dulu merupakan
suatu keseluruhan. Namu orang telah membagi lapangan yang sangat luas itu.
Misalnya : Plato membedakan filsafat atas tiga bagian sebagai berikut :
a.
Dialektika : tentang idea-idea atau pengertian pengertian umum
b.
Fisika : tentang dunia material
c.
Etika : tentang kebaikan
D.
Metode Plato
Sebenarnya dapat dikatakan bahwa metode Sokrates itu juga metode
plato. Akan tetapi, cukup banyak ahli yang menganggap bahwa plato jauh
melampaui sokrates dalam berfilsafat, plato ingin mengabadikan gagasan dan
pemikiran gurunya yang amat dikasihinya, tapi tidak berati bahwa plato tidak
memiliki gagasan dan pemikiran yang orisinal. Ada yang menganggap bahwa
sebenarnya plato meminjam nama sokrates untuk mengabadikan gagasan dan
pemikirannya sendiri. Yang pasti, sokrates adalah sokrates, plato adalah
plato52.
Pada umumnya para ahli mebagi dialog-dialog plato ke dalam 3
periode:

50 Drs. H. buehanuddin salam. Pregantar filsafat (jakarta:PT Bumi aksara, 2012) hal 121

51 Drs. H. buehanuddin salam. Pregantar filsafat (jakarta:PT Bumi aksara, 2012) hal 125

52 Jan Hendrik Rapar. pengantar filsafat (Yogyakarta:kanisius, 1996) hal 102


1.
Periode dialog-dialog awal, disebut juga sebagai periode penyelidikan
(inquiry)
2.
Periode dialog-dialog pengetahuan, disebut juga sebagai periode
spekulasi/pemikiran (speculation)
3.
Periode dialog-dialog akhir, disebut juga periode kritisisme, penilaian,
dan aplikasi (criticism, appraisal, and application)
Inti dasar seluruh filsafat plato ialah ajaran tentang ide-ide. Plato
percaya bahwa ide yang tertangkap oleh pikiran lebih nyata daripada objek-
objek material yang terlihat oleh mata. Keberadaan bunga,
pohon,burung,manusia,dan sebagainya bias berubah-ubah dan akan berakhir.
Adapun ide tentang bunga,pohon,burung,manusia,dan sebagainya tidak akan
berubah-ubah dan kekal adanya. Karena itu, hanya ide yang merupakan
realitas yang sesungguhnya dan abadi. Dunia indrawi adalah suatu realitas
yang tidak tetap dan berubah-ubah, dan itulah yang dialami manusia. Adapun
dunia ide adalah suatu realitas yamg tidak bias dilihat,dirasa,dan didengar,
dunia yang benar-benar objektif dan berada diluar pengalaman manusia. Apa
yang disebut pengetahuan sebenarnya hanya merupakan ingatan terhadap apa
yang telah diketahuinya didunia ide-konon sebelum berada didunia
indrawi,manusia pernah berdiam di dunia ide. Jelas bahwa dunia ide itu
berada diluar pengalaman manusia di dunia, mengatasi realitas yang tampak,
dan keberadaannya terlepas dari dunia indrawi. Karena itu, system pemikiran
plato bersifat transcendental. Secara menyeluruh dapat dikatakan bahwa
metode filsafat plato adalah metode deduktif, spekulatif, transcendental53.
Seluruh filsafat plato bertumpu pada ajaran tentang dunia ide.
Karnanya, ia dinobatkan sebagai pemikir idealisme, bukan realisme atau
empirisme. Plato percaya bahwa ide adalah realita yang sebenarnya dari
segala sesuatu yang ada dan dapat dikenal dengan panca indra. Karna ide
adalah realitas yang sebenarnya atau keberadaan ada yang sesungguhnya,
53 Jan Hendrik Rapar. pengantar filsafat (Yogyakarta:kanisius, 1996) hal 103
maka bagi plato ide bukanlah sekedar gagasan atau gambaran yang hamper
berada didalam pemikiran manusia.
Sebagai realitas yang sebenarnya, kata plato, ide bersifat subjektif.
Keberadaan ide tidak bergantung pada daya piker manusia, ide itu mandiri,
sempurna, abadi, dan tidak berubah-ubah. Untuk menjalaskan pikiran
filosofinya, plato membelah realitas menjadi dua: dunia ide dan dunia
baying-bayang atau jasmani. Dunia ide adalah dunia kodrati, bersifat kekal
dan abadi. Sementara dunia baying-bayang adalah penampakan, cerminan,
copy, bayangan dari dunia ide. Apabila dunia baying-bayang atau jasmani
musnah maka didunia ide sesuatu itu masih ada. Pengetahuan didunia ide
tidak akan musnah dengan musnahnya dunia jasmani. Pengetahuan di dunia
ide akan tetap abadi selamanya.54

54 Dr Ali Maksum. Pengantar filsafat (Yogyakarta:Ar-Ruzz Media, 2017) hal. 57


KELOMPOK 7
ARISTOTELES
Disusu oleh : 1. Sri Wahyunigsih
2. Nurhasani

A. Aristoteles
Aristoteles adalah teman murid Plato. Ia dilahirkan di Trasia
(Balkan). Keluarganya adalah orang orang yang tertarik pada ilmu
kedokteran. Ia banyak mempelajari filsafat,matemtika,astronomi,retorika dan
ilmu ilmu lainnya.
Dengan kecerdasannya yang luar biasa hampir hampir ia menguasai
berbagai ilmu yang berkembang pada masanya. Tatkala ia berumur 18 tahun,
ia dikirim ke Athena ke akademia Plato. Dikota itu ia belajar pada Plato
.Kecenderungan berpikir saintifik nampak dari pandangan pandangan
filsafatnya yang sitematis dan banyak menggunakan metode empris. Maka
jika dibandingkan dengan Plato yang pandangan filsafatnya Aristoteles
orientasinya pada hal-hal yang konkrit (empiris).
Ia menjadi di kenal lebih luas karena pernah menjadi tutor (guru)
Alexander, seorang di plomat ulung dan Jenderal terkenal. Di Athena ia
mendirikan sekolah yang bernama Lyceum. Dari sekolah itu banyak
menghasilkan hasil penelitian yang tidak hanya dapat menjelaskan prinsip-
prinsip sains, tetapi juga politik, retorika dan lain sebagainya.
Namun lama kelamaan posisi Aristoteles di Athena tidak aman,
karena ia orang asing. Lebih dari itu ia di isukan sebagai penyebar pengaruh
yang bersifat subversif dan dituduh Atheis. Kemudian akhirnya ia
meninggalkan Athena dan pindah ke Chalcis dan meninggal di sana pada
tahun 322 SM.
Sebenarnya ia banyak menghasilkan karya-karya hasil penelitian dan
pemikiran-pemikiran filsafat. Namun banyak karya yang hilang. Diantara
karya-karya yang di kenal seperti; anganan (logika), Priar Analytics
(sologisme), Pasteriar Analytics (sains) dan lain sebagainya.
Dari karya-karyanya dapat diketahui pandangan-pandangan dia
tentang beberapa persoalan filsafat, misalnya etieka , Negara,
logika,metafisika dan lain-lainnya.
Didalam dunia filsafat, Aristoteles terkenal sebagai Bapak Logika.
Logikanya disebut tradisional karena nantinya berkembang apa yang disebut
logika modern. Logika Aristoteles itu sering juga di sebut Logika Formal.
Bila orang-orang sofis banyak yang menganggap manusia tidak akan
mampu memperoleh kebenaran, Aristoteles dalam Metaphysics menyatakan
bahwa manusia dapat mencapai kebenaran. Salah satu teori metafisika
Aristoteles yang penting ialah pendapatnya yang mengatakan bahwa matter
dan form itu bersatu. Matter memberikan substansi sesuatu, form
memberikan pembungkusnya. Setiap objek terdiri atas matter dan form. Jadi,
ia telah mengatasi dualisme Plato yang memisahkan matter dan form; bagi
plato, matter dan form berada sendiri-sendiri. Ia juga berpendapat bahwa
matter itu potensial dan form itu aktualitas.
Namun, ada substasi yang murni form, tanpa potentiality, jadi tanpa
matter, yaitu Tuhan. Aristoteles percaya adanya Tuhan sebagai penyebab
gerak (a first cause of motion).
Tuhan itu menurut Aristoteles berhubungan dengan dirinya sendiri.
Ia tidak berhubungan dengan (tidak memperdulikan) alam ini. Ia bukan
pesona. Ia tidak memperhatikan doa dan keinginan manusia. Dalam mencintai
Tuhan, kita tidak usah mengharap ia mencintai kita. Ia adalah kesempurnaan
tertinggi, dan kita mencontoh ke sana untuk perbuatan dan pikiran-pikiran
kita.
Pandangan filsafatnya tentang etika adalah bahwa etika adalah
Sarana untuk mencapai kebahagiaan dan merupakan sebagai barang yang
tertinggi dala kehidupan.etika dapat mendidik manusia supaya memiliki sikap
yang pantas dalam segala perbuatan.lebih lanjut ia menjelskan bahwa
kebaikan terletak di tengah-tengah antar dua ujung yang paling jauh.
Contohnya pembrani adalah sifat baik yang terletak di antara pengecut dan
nekat, rendah hati terletak di antara berjiwa budi dan sombong dan lain
sebagainya. Orang harus pandai menguasai diri supaya tidak berombang-
ambing oleh hawa nafsu.Aristoteles yang sampai kepada kaum muslim ada 36
buah, terbagi dalam empat bagian, yaitu : 55
a. Logika
b. Fisika
c. Metafisika, dan
d. Etika.
B. Karya-Karya Aristoteles
Secara umum, karya-karya Aristoteles berjumlah delapan pokok
bahasan yaitu:
1. Logika terdiri dari
 Categoric(kategori-kategori)
 De interpretatione(perihal penafsiran)
 Analyticy priora(analitika logika yang lebih dahulu)
 Analtyica posteiora(analitika logika yang kemudian)
2. Filsafat alam, yang terdiri dari
 Phicisa
 caelo(perihal langit)
 De generatione et corruptione(timbul hilangnya makhluk makhluk
jasmani).
 Meteorologica(ajaran tentang badan badan jasad raya)
3. Psikologi, terdiri dari:
 De anemia(perihal langit).
 Parva naturalatia(karangan karangan kecil tentang pokok-pokok
alamiah)
4. biologi, terdiri dari:
 De partibus animalium(perihal bagian-bagian binatang).
 De mutu animalium(perihal gerak binatang).
 De incessu animalium(tentang binatang yang berjalan).
 De generatione animalium(perihal kejadian binatang binatang).
5. Metafisika, oleh aristoteles dinamakan sebagai filsafat pertama
atau theologia.
6. Etika,terdiri dari:
 Ethica Nicomachea
 Magna Moralia(karangan besar tentang moral)
7. Politik dan Ekonomi,terdiri dari:
 Politics
 Ekonomic
8. Retorika dan Poetika,terdiri dari:
 Rhetorica
 Poetica56

55Drs. H. Ahmad Syadali, M.A.FISAFAT UMUM CV PUSTAKA SETIA 2004 Hal. 72

56 Dr.Ali Maksum, M.Ag., M.Si. Pengantar Filsafat Ar-Ruzz Media 2016 Hal.68
C. Metode Aristoteles : Silogistis Deduktif
Aristoteles mengatakan bahwa ada 2 metode yang dapat digunakan
untuk menarik kesimpulan demi memperoleh pengetahuan dan kebenaran
baru. Kedua metode itu disebut metode induktif dan deduktif. Induksi
(epagogi) ialah cara menarik konklusi yang bersifat umum dari hal-hal yang
khusus. Adapun deduksi (apodiktik) ialah cara menarik konklusi berdasarkan
2 kebenaran yang pasti dan tidak diragukan, yang bertolak dari sifat umum ke
khusus. Induksi berangkat dari penganatan dan pengetahuan indrawi yang
berdasarkan pengalaman, sedangkan deduksi sebaliknya terlepas dari
pengalaman dan pengetahuan indrawi yang berdasarkan pengalaman itu.
Deduksi maupun induksi dipaparkan oleh aristoteles didalam logika. Tidak
disangka bahwa logika adalah salah satu karya filsafati besar yang dihasilkan
oleh Aristoteles, yang menyebabkan ia sering disebut sebagai pelopor,
penemu, atau bapak logika kendati itu tidak berarti sebelum Aristoteles belum
ada logika.
Sebenarnya, istilah logika tidak pernah digunakan oleh Aristoteles.
Untuk meneliti berbagai argumentasi yang barangkat dari proposisi-proposi
yang benar, dipakainya istilah analitika. Adapun untuk meneliti argumentasi-
argumentasi yang bertolak dari proposisi-proposisi yang di ragukan
kebenarannya, dipakaianya istilah dialektika. Istilah logika dalam arti
sebagaimana yang kita kenal pada masa kini mulai digunakan oleh Alexander
Aphrodisias pada awal abad ke-3 SM.
Inti logika adalah silogisme, dan silogisme sebagai suatu alat dan
mekanisme penalaran untuk menarik konklusi yang benar adalah suatu bentuk
formal dari penalaran deduktif. Bagi Aristoteles, deduksi merupakan metode
terbaik untuk memperoleh konklusi demi meraih pengetahuan dan kebenaran
baru. Itulah sebabnya mengapa metode Aristoteles disebut metode silogistis
deduktif.Silogisme adalah penemuan Aristoteles yang murni dan terbesar
dalam logika.
Silogisme, sebagai bentuk formal dari deduksi, terdiri atas tiga
proposisi. Proposisi pertama dan proposisi kedua disebut premis, sedangkan
proposisi ketiga merupakan konklusi yang di tarik dari proposisi pertama
dengan bantuan proposisi kedua.57
D. Realisme Aristoteles
Berbeda dengan Plato tentang persoalan kontradiktif antara tetap dan
menjadi, Aristoteles menerima yang berubah dan menjadi, yang bermacam-
macam bentuknya, yang semuanya itu berada di dunia pengalaman sebagai
realitas yang sesungguhnya. Itulah sebabnya filsafat Aristoteles di sebut
sebagai realisme.
Meskipun selama 20 tahun menjadi murid Plato, Aristoteles menolak
ajaran Plato tentang idea. Menurutnya, tidak ada idea-idea abadi. Apa yang
oleh Plato dipahami sebagi idea sebenarnya tidak lain adalah bentuk abstrak
yang tertanam dalam realitas indriawi sendiri. Menurut Aristoteles, ajaran
Platotentang idea-idea merupakan interpretasi salah terhadap kenyataan
bahwa manusia dapat membentuk konsep-konsep universal tentang hal-hal
yang empiris. Pendekatan Aristoteles adalah empiris. Ia bertolak dari realitas
nyata indriawi. Itulah sebabnya ia begitu mementingkan penelitian dialam
dan mendukung ilmu-ilmu khusus.
Tak hanya itu, Aristoteles juga menolak paham Plato tentang idea
yang baik dan bahwa hidup yang baik tercapai dengan kontemplasi atau
penyatuan dengan idea yang baik tersebut. Menurut Aristoteles, paham yang
baik itu sedikitpun tidak membantu seorang tukang untuk mengetahui
bagaimana ia harus memimpin negaranya. Itu tidak ada gunanya. Apa yang
membuat kehidupan manusia bermutu harus dicari dengan bertolak dari
58
realitas manusia sendiri.

57 Jan Hendrik Rapar Pengantar Filsafat KANISIUS 1996 Hal.104

58 Dr. Ali Maksum, M. Ag., M. Si. Pengantar filslafat Ar-Ruzz Media 2016 hal 70
KELOMPOK 8
MASA SKOLASTIK, RENAISSANCE DAN AUFKLARUNG
Disusun oleh : 1. Ayuni
2. Kholifa

A. Zaman Skolastik
Istilah skolastik adalah kata sifat yang berasal dari kata school, yang
berarti sekolah. Jadi, skolastik berarti aliran atau yang berkaitan dengan
sekolah. Perkataan skolastik merupakan corak khas sejarah filsafat abad
pertengahan.
Terdapat beberapa pengertian dari corak khas skolastik, sebagai
berikut.
1. Filsafat skolastik adalah filsafat yang mempunyai corak semata-
mata agama. Skolastik ini sebagai bagian dari kebudayaan pertengahan
yang religious.
2. Filsafat skolastik adalah filsafat yang mengabdi pada teologi atau
filsafat yang rasional memecahkan persoalan-persoalan mengenai
berpikir, sifat ada, kejasmanian, kerohanian, baik buruk. Dari rumusan
tersebut kemudian muncul istilah skolastik Yahudi, skolastik Arab dan
lainnya.59
Filsafat skolastik ini dapat berkembang dan tumbuh karena beberapa factor
berikut.
a. Factor religious
Factor religius dapat mempengaruhi corak pemikiran filsafatnya.
Yang dimaksud factor religius adalah keadaan lingkungan saat itu yang
berperikehidupan religius. Mereka menganggap bahwa hidup di dunia ini
suatu perjalanan ke tanah suci yarussalem. Dunia ini bagai negeri asing
dan sebagai tempat pembuangan limbah air mata saja (tempat kesedihan).
Sebagai dunia yang menjadi tanah airnya adalah syurga. Manusia tidak
mungkin dapat sampai ketanah airnya (syurga) dengan kemampuan

59 Asmoro achmadi (filsafat umum PT.grafindo persada,Jakarta oktober 2011)


sendiri, sehingga harus ditolong. Karena maunsia bersifat kodratnya
mempubyai cela atau kelemahan yang dilakukan (diwariskan) oleh Adam,
mereka juga berkeyakinan bahwa Isa anak Tuhan berperan sebagai
pembebasdan pemberi bahagia.60
b. Factor ilmu pengetahuan
Pada saat itu banyak didirikan lembaga pengajaran yang
diupayakan oleh biara-biara, gereja, ataupun dari keluarga istana.
Keputusannya diambilkan dari para penulis latin, Arab (islam), dan
yunani.
Masa skolastik dibagi menjadi tiga periode, yaitu.
a. Skolastik awal, berlangsung dari tahun 800-1200.
b. Skolastik puncak, berlangsung dari tahun 1200-1300
c. Skolastik akhir, barlangsung dari tahun 1300-1450.61
1. Skolastik awal
Sejak abad ke-5 hingga ke-8, pemikiran filsafat patrisik mulai
merosot, terlebih lagi pada abad ke-6 dan 7 dikatakan abad kacau. Hal
ini disebabkan pada saat itu terjadi serangan terhadap Romawi
sehingga kerajaan Romawi beserta peradabannya ikut runtuh yang
telah dibangun selama berabad-abad
Baru pada abad ke-8 M, kekuasaan berada dibawah karel
Agung (742-814) dapat memberikan suasana ketenangan dalam bidang
politik, kebudayaan dan ilmu pengetahuan, termasuk kehidupan
manusia dan pemikiran filsafat yang semuanya menampakkan mulai
adanya kebangkitan. Kebangkitan inilah yang merupakan
kecemerlangan abad pertengahan, dimana arah pemikirannya berbeda
sekali dengan sebelumnya
Saat ini merupakan zaman baru lagi bagi bangsa Eropa. Hal
ini di tandai dengan skolastik yang didalamnya banyak diupayakan
pengembangan ilmu pengetahuan di sekolah-sekolah. Pada mulanya
skolastik ini muncul di biar italia selatan dan akhirnya sampai
berpengaruh ke Jerman dan Belanda.

60 Ibid hal 71

61 Asmoro achmadi (filsafat umum PT.grafindo persada,Jakarta oktober 2011)hal 72-73


Kurikulum pengajarannya meliputi studi duniawi atau Artes
liberals, meliputi tata bahasa, retorika, dialektika, (seni berdiskusi),
ilmu hitung, ilmu ukur, ilmu perbintangan dan music.62
Peter Abaelardus (1079-1180)
Ia dilahirkan di le pallet, prancis. Ia mempunyai kepribadian
yang keras dan pandangannya sangat tajam sehingga sering kali
bertengkar dengan para ahli piker dan pejabat gereja. Ia termasuk
orang konseptualisme dan sarjana terkenal dalam sastra romantic
sekaligus sebagai rasionalistik, artinya peranan akal dapat
menundukkan kekuatan iman. Iman harus mau mendahului akal, yang
harus dipercayai adalah apa yang telah disetujui atau apa yang telah
diterima oleh akal.
Berbeda dengan Anselmus yang mengatakan bahwa berfikir
harus sejalan dengan iman. Abaeladrus memberikan alasan bahwa
berfikir itu ada di luar iman (di luar kepercayaan). Karena itu sesuai
dengan metode dialektika yang tanpa ragu-ragu ditunjukkan dalam
teologi, yakni bahwa teologi harus memberikan tempat bagi semua
bukti-bukti.63
2. Skolastik puncak
Masa ini merupakan masa kejayaan sekolastik yang
berlangsung dari tahun 1200-1300 dan masa ini juga disebut masa
berbunga. Masa itu di tandai dengan munculnya Universitas-
Universitas dan ordo-ordo, yang secara bersama-sama ikut
menyelenggarakan atau memajukan ilmu pengetahuan, disamping juga
peranan universitas sebagai sumber atau pusat ilmu pengetahuan dan
kebudayaan.
Berikut ini pendapat factor mengapa masa skolastik
mencapai puncaknya.
a. Adanya pengaruh dari Aristoteles,
Ibnu sina sejak abad ke-12 sehingga abad ke-13 telah tumbuh
menjadi pengetahuan yang lurus.

62 Ali Maksum, Pengantar Filsafat, (Jogjakarta: Ar-Ruzz Media, 2008

63 Ali Maksum, Pengantar Filsafat, (Jogjakarta: Ar-Ruzz Media, 2008


b. Tahun 1200 didiririkan Universitas
Almamater di Prancis. Universitas ini merupakan gabungan dari
beberapa sekolah.
c. Berdirinya ordo-ordo. Ordo-ordo
inilah yang muncul karena banyaknya perhatian orang terhadap
ilmu pengetahuan sehingga menimbulkan doorngan yang kuat
untuk memberikan suasana yang semarak pada abad ke-13.64
Albertus Magnus (1203-1280)
Disamping sebagai biarawan, Albertus Magnus juga
terkenal sebagai sedikiawan abad pertengahan. Ia mempunyai
kepandaian yang luar biasa. Di Universitas padua ia belajar artes
liberals, ilmu pengetahuan alam, kedokteran, filsafat Aristoteles,
belajar teologi di Bologna, dan masuk ordo domican tahun 1223,
kemudian masuk ke Koln menjadi dosen filsafat dan teologi.
Terakhir dia diangkat sebagai Uskup Agung. Pola pemikirannya
meniru Ibnu Rusyd dalam menulis tentang Aristoteles, dalam
bidang ilmu pengetahuan, ia mengadakan penelitian dalam ilmu
biologi dan ilmu kimia.65
Thomas Aquinas (1225-1274)
Nama sebenarnya adalah Santo Thomas Aquinas. Yang
artinya Thomas yang suci dari Aquinas. Disamping sebagai ahli
piker, ia juga seorang dokter gereja bangsa italia. Menurut
pendapatnya, semua kebenaran asalnya dari tuhan. Kebenaran
diungkapkan dengan jalan yang berbeda-beda, sedangkan ilmu
berjalan diluar jangkauan pemikiran. Ia menghimbau bahwa agar
orang-orang untuk mengetahui hokum alamiyah (pengetahuan)
yang terungkap dalam kepercayaan.66
3. Skolastik Akhir

64 Ibid.

65 Ibid.

66 Ali Maksum, Pengantar Filsafat, (Jogjakarta: Ar-Ruzz Media, 2008


Masa ini datandai dengan adanya rasa jemu terhadap segala
macam pemikiran filsafat yang menjadi kiblatnya sehingga
memperlihatkan stagnasi (kemandengan)
William Ockham (1285-1349)
Pendapatnya berfikiran, pikiran maanusia hanya dapat
mengetahui barang-barang dan kejadian-kejadian individual. Konsep-
konsep atau kesimpulan-kesimpulan umum tentang alam hanya
merupakan abstaksi buatan tanpa kenyataan. Pemikiran yang demikian
ini, dapat didahului hanya lewat intuisi, bukan logika. 67
Sekitar tahun 1000 peranan Plotinos diambil alih oleh
Aristoteles. Aristoteles Menjadi terkenal kembali melalui beberapa
filsuf islam dan yahudi, terutama melalui Avicena (Ibnu sina, 980-
1037), Averros (Ibn Rushd, 1126-1198) dan Maimonides (1135-
12304). Pengaruh Aristoteles lama kelamaan begitu besar sehingga ia
disebut “sang filsuf” sedangkan averros disebut “sang komentator”.
Pertemuan pemikiran Aristoteles dengan iman kristiani menghasilkan
banyak filsuf penting. Mereka sebagian besar berasal dari kedua ordo
baru yang lahir dalam Abad pertengahan, yaitu para dominikan dan
fransiskan.
Filsafat mereka disebut skolastik (dari kata latin, “scholasticus,
Guru “)karena, dalam periode ini filsafat diajarkan dalam sekolah-
sekolah biara dan universitas-universitas menurut suatu kurikulum
yang tetap dan yang bersifat interasional. Tokoh-tokoh dari Skolastik
itu lebih-lebih Alberts magnus O.P. (1220-2080), Thomas Aquinas O.P
(1225-1274), dan Bonaventura O.F.M (1266-1274) dan yohanes duns
scotus O.F. (M1266-1308). Tema-tema pokok dari ajaran mereka itu
hubungan iman-akal budi, adanya dan hakikat tuhan, antropologi,
etika dan politik.68
B. Zaman Renaissance
Setelah abad pertengahan berakhir sampailah pada masa peralihan
yang diisi dengan kerohanian yang bersifat pembaharuan. Zaman peralihan

67 Ibid.

68 Ali maksum (pengantar filsafat Surabaya:UIN SA Press, juli 2011)hal 25-26


merupakan embrio masa modern. Masa peralihan ini di tandai dengan
munculnya renaissance, yang berlangsung paad abad ke 14 hingga ke-16.
Renaissance atau kelahiran kembali di Eropa ini merupakan suatu
gelombang kebudayaan dan pemikiran yang dimulai dari Italia, kemudian di
Prancis, Spanyol, dan selanjutnya hingga menyebar ke seluruh Eropa.
Diantara tokoh-tokohnya adalah Leonardo da vinci, Michelangelo,
Machiavelli, dan Giordano Bruno.69
Jembatan antara Abad Pertengahan dan Jaman Modern, priode antara
sekitar 1400 dan 1600, disebut jaman “kelahiran kembali”. Dalam jaman
renaissance, kebudayaan klasik dihidupkan kembali. Kesusasteraan, seni dan
filsafat mencari inspirasi mereka dalam warisan Yunani-romawi. Filsuf-filsuf
terpenting dari renaissance itu diantaranya adalah Nicollo macchiavelli
(1469-1527), Thomas Hobbes (1588-1679), Thomas More (1478-1535), dan
Francis Bacon (1561-1626). Pembaharuan terpenting yang kelihatan dalam
filsafat renaissance itu “antroposentris”nya. Pusat perhatian pemikiran itu
tidak lagi kosmos, seperti dalam jaman kuno, atau tuhan, seperti dalam abad
pertengahan melainkan manusia. Mulai sekarang manusialah yang dianggap
sebagai titik focus dari kenyataan.70
Istilah Renaissnance berasal dari bahasa Perancis yang berarti
kebangkitan kembali. Para sejarawan menggunakan istilah tersebut untuk
menunjukkan berbagai periode kebangkitan intelektual, khususnya yang
terjadi di Eropa. Orang pertama menggunakan istilah tersebut adalah Jules
Michelet, seseoran sejarawan Perancis yang terkenal. Menurutnya,
Renaissance ialah periode penemuan manusia dan dunia, bukan sekadar
kebangkitan kembali yang merupakan permulaan kebangkitan modern.Bila
dikaitkan dengan keadaan Renaissance ,masa antara zaman pertengahan dan
zaman modern dapat dipandang sebagai masa peralihan, yang ditandai oleh
terjadinya sejumlah kekacauan dalam bidang pemikiran.Di satu pihak
terdapat astrologi, kepercayaan yang bersangkutan dengan dunia hitam,
perang-perang agama, dan sebagainya, dan di pihak lain muncullah ilmu

69 Asmoro achmadi (filsafat umum PT.grafindo persada,Jakarta oktober 2011)hal 82-83

70 Ali maksum (pengantar filsafat Surabaya:UIN SA Press, juli 2011)hal 26-27


pengetahuan alam modern serta mulai berpengaruhnya suatu perasaan hidup
baru, dan pada saat itu, muncullah usaha-usaha penelitian empiris yang lebih
giat yang pada akhirnya memunculkan sains bentuk baru.71
C. Zaman Aufklarung
Abad ke-18 memperlihatkan perkembangan baru lagi. Setelah
reformasi, setelah renaissance dan setelah rasionalisme dari zaman Barok,
manusia sekarang dianggap “dewasa”. Priode ini dalam sejarah barat disebut
“zaman pencerahan” atau “fajar budi” (dalam bahasa inggris
“enlightenment“, dalam bahasa jerman, “aufklarung” diantara filosof-filosof
besar pada zaman ini tersebar diberbagai Negara Eropa, di Inggris, misalnya
ada Jhon Locke (1632-1704), George Berkeley (1684-1753), dan Dafid Hume
(1711-1776). Di Prancis Jean Jacque roussseau (1712-1778) dan Di Jerman
Immanuel Kant (1724-1804), yang menciptakan pandangan kritisme yang
merupakan sintesis dari rasionalisme dan empirisme dan yang dianggap
sebagai filsuf terpenting dari zaman modern.72
Istilah Aufklaraung bersal dari bahasa jerman yang berarti
“pencerahan”, yang dalam bahasa inggris dikenal dengan
enlightenment.peristiwa ini terjadi pada 1695-1815.dimasa ini manusia
optimis dengan kemampuannya untuk menciptakan kemajuan yang dapat
memberikan cahaya baru,dalam hal ini adalah kemajuan ilmu pengetahuan.
Filsafat abad ke-18 di jerman disebut zaman Aufklaraung atau zaman
pencerahan yang di inggris dikenal dengan Enlightenment,yaitu suatu zaman
baru yang dimana seorang ahli pikir yang cerrdas mencoba menyelesaikan
pertentangan antara rasionalisme dengan empirisme.Zaman ini muncul
dimana manusia lahir dalam keadaan belum dewasa dalam pemikiran
filsafatnya.Namun setelah Immanuel Kant mendefenisikan zaman itu dengan
mengatakan, “Dengan Aufklaraung dimaksudkan bahwa manusia keluar dari
keadaan tidak balig yang dengannya ia sendiri bersalah”. Apa sebabnya

71 Ahmad Tafsir (filsafat umum.PT.remajarosdakarya.bandung.januari 2000) hal 124

72 Ali maksum (pengantar filsafat Surabaya:UIN SA Press, juli 2011) hal 27-28
manusia itu sendiri yang bersalah?karena manusia itu sendiri tidak
menggunakan kemungkinan yang ada padanya,yaitu rasio.73

73
KELOMPOK 9
RASIONALISME, EMPIRISME DAN KRITISME
Disusun oleh : 1. Fatimatuz Zahro
2. Siti Hotima

A. RASIONALISME
Para filsuf rasionalisme adalah mereka yang :pertama ,mengatakan
bahwa kekuatan akal pada diri manusia –yang dalam pandangan mereka
merupakan suatu kekuatan instinktif- adalah sumber dari semua ilmu yang
hakiki, atau merupakan sumber dari dua sifat dari ciri ilmu hakiki secara
khusus, yaitu:urgensitas (dharuroh)dan kebenaran mutlak (al-shidq-al-
muthlaq ). Kedua, berkaitan dengan kalimat kosmik para penganut madzhab
rasionalisme menerima adanya wujud spiritual atau rasio yang merupakan
asal usul dari segala entitas.
Kita akan mengkaji madzhab rasionalisme ini pada tiga tokohnya
yang paling terkenal, yakni plato untuk masa klasik, serta Descartes dan
Leibniz untuk masa modern.74
Airan ini menyatakan bahwa akal (reason) merupakan dasar
kepastian dan kebenaran pengetahuan walaupun belum di dukung oleh fakta
empiris. Tokohnya adalah Rene Descartes (1596-1650), BaruchSpinocza
(1632-1677), dan Gottried Leibniz (1646-1716).
Secara etimologis, rasionalisme berasal darinkata bahasa inggris
rationalism. Kata dasarnya berasal dari bahasa Latin ratio yang berarti akal.
Aliran ini dipandang sebagai aliran yang berpegang pada prinsip bahwa akal
harus diberi peranan utama dalam penjelasan. Ia menekankan akal budi
(rasio) sebagai sumber utama pengetahuan, mendahului atau unggul atas, dan
bebas (terlepas) dari pengamatan inderawi. Hanya pengeetahuan yang
diperoleh melelui akal yang memenuhi syarat semua pengetahuan ilmiah.
Pengalaman hanya dipakai untuk mempertegas pengetahuan yang diperoleh

74 Dr.Fu’ad Farid Isma’il & Dr. Abdul Hamid Mutawalli, Cara Mudah Belajar Filsafat (Barat
dan Islam), (Baguntapan, Jogjakarta: IRCiSoD, 2012), 60.
akal. Akal tidak memerlukan pengalaman. Akal dapat menurunkan kebenaran
dari dirinya sendiri, yaitu atas dasar asas- asas pertama yang pasti. Tetapi,
bukan berarti bahwa rasionalisme mengingkari nilai yang yang didapat dari
pengalaman, justru pengalaman adalah bagian dari perangsang pikiran. Tetapi
kaum rasional percaya bahwa letak kebenaran dan kesesatan terdapat dalam
ide kita, bukannya di dalam diri barang tertentu.
Rene Descartes, salah satu tokoh dari aliran ini, mengatakan bahwa
seluruh pengetahuan yang dimiliki manusia harus diragukan, termasuk
pengetahuan yang dianggap paling pastidan sederhana. keraguan Descartes
inilah yang kemudian dikenal sebagai keraguan metodis universal.
Pengetahuan- penget ahuan yang harus diragukan dalam hal ini adalah berupa
: segala sesuatu yang kita di dapatkan didalam kesadaran kita sendiri karena
semuanya mungkin adalah hasil khayalan atau tipuan; dan segaa sesuatu yang
hingga kini kita anggap sebagai benar dan pasti, misalnya pengetahuan yang
telah di dapatkan dari pendidikan atau pengajaran, pengetahuan yang di
dapatkan melalui pengindraan, pengetahuan entang adanya benda –benda,
dan adanya tubuh kita, pengetahuan tentang Tuhan, bahkan juga pengetahuan
tentang ilmu pasti yang paling sederhana.
Menurut Descartes, satu-satunya hal yang tidak dapat diragukan
adalah eksistensi dirinya sendiri; dia tidak meragukan lagi bahwa dia sedang
ragu –ragu. Kristalisasi kepastian Descartes di ekspresikan dengan diktum
nya yang cukup terkenal, cogito, ergo sum, “ aku berpikir maka aku ada”.
“saya berpikir, maka saya “ adalah pengada yang berpikir, yaitu eksistensi
dari akal, sebuah substansi dasar. Cogito bukanlah sesuatu yang dicapai
melalui proses penyimpulan, dan ergo bukanlah ergo silogisme. Yang
dimaksud Descartes adalah bahwa eksistensi personal “ saya “ yang penuh
diberikan kepada “ saya ” didalam kegiatan meragukan.
Lebih jauh, menurut Descartes, apa yang jernih dan terpilah-pilah itu
tidak mungkin berasal dari luar diri kita. Descartesm emberi contoh lilin yang
apabila dipanaskan mencair dan berubah bentuknya. Apa yang membuat
pemahaman kita bahwa apa yang tampak sebelum dan sesudah mencair
adalah lilin yang sama ? mengapa setelah penampakan berubah kita tetap
mengatakan bahwa itu lilin?.
Jawaban Descartes adalah karena akal kita yang mampu menangkap
ide secara jernih dan gamblang tanpa terpengaruh oleh gejala –gejala yang
ditampilkan lilin. Oleh karena penampakan dari luar tidak dapat dipercaya,
seseorang mesti mencari kebenran-kebenaran dalam dirinya sendiri yang
bersifat pasti. Ide-ide yang bersifat pasti dipertentangkan dengan ide-ide yang
berasal dari luar yang bersifat menyesatkan.75
Para penganut rasionalisme yakin bahwa kebenaran dan kesesatan
terletak dalam ide dan bukunya didalam diri barang sesuatu. Jika kebenaran
mengandung makna mempunyai ide yang sesuai dengan atau yang menunjuk
kepada kenyataan, kebenaran hanya ada dalam pikiran kita dan hanya dapat
diperoleh dengan akal budi saja.
Akal, selain bekerja karena ada bahan dari indera, juga akan dapat
menghasilkan pengetahuan yang tidak berdasarkan bahan inderawi sama
sekali, jadi akan dapat juga menghasilkan pengetahuan tentang objek yang
betul-betul abstrak.
Premis yang dipakai dalam penalarannya didapatkan dari ide-ide
yang menurut anggapannya jelas dan dapat diterima. Ide ini menurut mereka
bukanlah ciptaan manusia. Prinsip itu sendiri sudah ada jauh sebelum
manusia berusaha memikirkannya. Fungsi pikiran manusia disini hanyalah
untuk mengenali prinsip-prinsip tersebut yang lalu menjadi pengetahuan nya.
Prinsip itu sendiri sudah ada dan bersifat apriori dan dapat diketahui oleh
manusia lewat kemampuan berpikir rasionalnya dan dengan mengetahui
prinsip itulah kita dapat mengerti kejadian-kejadian yang berlaku dalam alam
sekitar kita.76
Rene Descartes dianggap tokoh paling berpengaruh dalam aliran
rasional ini. Descartes berpendapat bahwa agar filsafat dan ilmu pengetahuan
dapat diperbarui, kita memerlukan suatu metode yang baik, yaitu dengan
menyangsikan segala –galanya atau keragu-raguan. Menurutnya suatu

75 Nurani Soyomukti, Pengantar Filsafat Umum, (Yogyakarta: AR-Ruzz Media, 2017), 158-160.

76 Prof. Dr. Amsal Bakhtiar, M.A., Filsafat Ilmu, (Jakarta: PT Raja Grafindo Persada, 2012), 102-
105.
kebenaran yang tidak dapat disangkal adalah cogito ergo sum artinya “ saya
yang sedang menyangsikan, ada “. Untuk memperoleh hasil yang sahih,
dalam metodenya, Descartes mengemukakan 4 hal berikut ini.
a. Tidak menerima suatupun sebagai kebenaran, kecuali bila saya
melihat hal itu sungguh-sungguh jelas dan tegas sehingga tidak ada
suatu keraguan apapun yang mampu merobohkannya.
b. Pecahkanlah setiap kesulitan atau masalah itu atau sebanyak
mungkin baguan, sehungga tidak ada suatu keraguan apa pun yang
mampu merobohkannya.
c. Bimbinglah pikiran denag teratur, dengan memulai dari hal yang
sederhana dan mudah diketahui, kemudian secara bertahap sampai
pada yang paling sulit dan kompleks.
d. Dalam proses pencarian dan pemeriksaan hal-hal sulit, selamanya
harus dibuat perhitungan-perhitungan yang smpurna serta
pertimbangan-pertimbangan yang menyeluruh, sehingga kita yakin
bahwa tidak ada satu pun yang mengabaikan atau ketinggalan dalam
penjelajahan itu.

Karena kesaksian apapun dari luar tidak dapat dipercaya, maka menurut
Descartes, saya mesti mencari kebenaran-kebenaran dalam diri saya dengan
menggunakan norma cogito ergo sum. Descartes berpendapat bahwa dalam
dirinya terdapat ide bawaan (innate deas) yang sudah ada sejak lahir, yaitu
“pemikiran”, “Allah”, dan “keluasan”.77

B. EMPIRISME
Para penganut madzhab ini menolak teori ide-ide natural yang
dikemukakan oleh para penganut madzhab rasionalisme. Penganut madzhab
empirisme mengembalikan pengetahuan dengan semua bentuknya kepada
pengalaman inderawi. Orientasi ini mendorong mereka untuk secara serius
memperhatikan peristiwa-peristiwa nyata.
Kami akan memaparkan perkembangan madzhab dengan kelima
tokohnya. Salah satunya adalah Aristoteles yang mewakili aliran klasik, yang

77 Drs. A. Susanto, M.Pd., Filsafat Ilmu Suatu Kajian dalam Dimensi Ontologis, Epistimolois,
dan Aksiologis, (Jakarta: PT. Bumi Aksara, 2016), 37.
lain, yakni Roger Bacon, John Locke, David Hume dan John Stuart Mills
mewakili masa modern.78
Secara etimologis, empirisme berasal dari kata bahasa Inggris
empiricism dan experience. Kata-kata ini berakar dari kata bahasa Yunani
(empeiria) dan dari kata experietis yang berarti berpengalaman dalam,
berkenalan dengan, dan terampil untuk. Jadi, empirisme adalah aliran dalam
filsafat yang berpandangan bahwa pengetahuan secara keseluruhan atau
parsial didasarkan kepada pengalaman yang menggunakan indra. Selanjutnya,
secara terminologis terdapat beberapa definisi mengenai empirisme, di
antaranya adalah doktrin bahwa sumber seluruh pengetahuan harus dicari
dalam pengalaman, pandangan bahwa semua ide merupakan abtraksi yang
dibentuk dengan menggabungkan apa yang dialami, pengalaman indrawi
adalah satu-satunya sumber pengetahuan, bukan akal.
Menurut aliran ini, mustahil kita dapat mencari pengetahuan
mutlak dan mencakup semua segi, apalagi jika di dekat kita terdapat kekuatan
yang dapat dikuasi untuk meningkatkan pengetauan manusia, yang meskipun
bersifat lebih lambat, lebih dapat diandalkan. Kaum empiris cukup puas
dengan mengembangkan sebuah sistem pengetahuan yang mempunyai
peluang besar untuk benar meskipun kepastian mutlak tidak akan pernah
dapat dijamin.
Empirisme juga sering disebut sebagai “ilmu bukti”, yang sering
juga memakai istilah ‘he organization of facts (menyusun segala bukti).
Bahan atau bukti yang dipergunakan oleh kaum ahli ilmu pengetahuan
empiris itu diperoleh dengan jalan observation (pengamatan) atau experiment
(praktik). Jalan experiment lebih banyak mendapatkan hasil karena dengan
jalan praktik si penyidik dapat memindahkan barang dari tempat ke tempat
dan mencampurkan berbagai macam benda dan kenyataan sesuai dengan
keinginannya. Sedangkan, dalam pengamatan, penyidik cuma pasif, berdiam
diri dan mengamati saja, si pengamat cuma bisa mengamati hidup dan
sifatnya masing-masing tumbuhan atau hewan di masing-masing tempatnya.

78 Dr. Fu’ad Farid Ismail & Dr. Abdul Hamid Mutawalli, Cara Mudah Belajar Filsafat (Barat
dan Islam), (Banguntapan Jogjakarta: IRCiSoD, 2012), 85.
Varian empirisme adalah yang menganggap bahwa pengetahuan
dapat dilacak sampai pengalaman indrawi, dan apa yang tidak dapat dilacak
dengan cara seperti itu dianggap bukan pengetahuan. Ini adalah sejenis
empirisme radikal atau yang layak disebut aliran sensasionalisme. Pandangan
semacam inilah yang mendapatkan reaksi ketidak setujuan dari tak sedikit
kalangan. Masalahnya, seorang ahli yang cuma tetap berada dalam dunia
bukti saja dan tak sanggup melepasakan bukti-bukti itu supaya bisa melayang
ke dunia hipotesis dan teori, tidaklah akan sanggup membentuk laws and
system seperti maksud science. Mereka akan tetap tinggal pada dunia bukti
saja.79
John Locke (1632-1704), bapak empiris Britania mengemukakan
teori tabula rasa (sejenis buku catatan kosong). Maksudnya ialah bahwa
manusia itu pada mulanya kosong dari pengetahuan, lantas pengalamannya
mengisi jiwa yang kosong itu, lantas ia memiliki penegtahuan. Mula-mula
tangkapan indera yang masuk itu sederhana, lama-kelamaan menjadi
kompleks, lalu tersusunlah pengetahuan berarti. Jadi, bagaimanapun
kompleks pengetahuan manusia, ia selalu dapat ujungnya pada pengalaman
indera. Sesuatu yang tidak dapat diamati dengan indera bukanlah
pengetahuan yang benar. Jadi, pengalaman indera itu itulah sumber
pengetahuan yang benar.
David Hume, salah satu tokoh empirisme mengatakan bahwa
manusia tidak membawa pengetahuan bawaan dalam hidupnya. Sumber
pengetahuan adalah pengamatan. Pengamatan memberikan dua hal, yaitu
kesan-kesan (impressions) dan pengertian-pengertian atau ide-ide (ideas).
Yang dimaksud kesan-kesan adalah pengamatan langsung yang diterima dari
pengalaman, seperti merasakan tangan terbakar. Yang dimaksud dengan ide
adalah gambaran tentang pengamatan yang samar-samar yang dihasilkan
denagn merenungkan kembali atau terefleksikan dalam kesan-kesan yang
diterima dari pengalaman.80

79 Nurani Soyomukti, Pengantar Filsafat Umum, (Jogjakarta: AR-Ruzz Media, 2017), 156-158.

80 Prof. Dr. Amsar Bakhtiar, M.A., Filsafat Ilmu, (Jakarta: PT Raja Gravindo Persada, 2012), 99-
100.
Salah satu tokoh dari aliran ini adalah Thomas Hobbes (1588-
1679), yang lahir di Inggris pada saat penyerbuan oleh Spanyol ke Inggris.
Sebagaimana umumnya penganut empirisme, Hobbes beranggapan bahwa
pengalaman merupakan permulaan segala pengenalan. Pengenalan intelektual
tidak lain dari pada semacam perhitungan, yakni penggabungan data-data
inderawi yang sama dengan cara berlainan. Pengalaman adalah keseluruhan
atau totalitas pengamatan yang disimpan di dalam ingatan atau digabungkan
dengan suatu pengharapan akan masa depan, sesuai dengan apa yang telah
diamati pada masa lalu.
Pada perkembangan selanjutnya, Hobbes di dalam pandangannya
tentang dunia dan manusia dapat dikatakan sebagai penganut materialism.
Hobbes menjelaskan bahwa segala sesuatu yang ada bersifat bendawi.
Hobbes juga tidak menyetujui pandangan Descartes tentang jiwa sebagai
substansi rohani. Menurut Hobbes, seluruh dunia, termasuk juga manusia,
merupakan suatu proses yang berlangsung dengan tiada henti-hentinya atas
dasar hukum-hukum mekanisme saja.81
C. KRITISISME
Pada dua bagian yang lalu, kami telah menyebutkan dua aliran
berbeda dalam kajiannya tentang wujud (being) dan pemahamannya tentang
pengetahuan manusia.
Aliran pertama adalah aliran Rasionalisme yang bertolak dari akal
(rasio). Para filsuf aliran ini berpendapat bahwa wujud hakiki adalah wujud
yang kita rasionalisasikan. Mereka juga berpendapat bahwa sumber dari
pengetahuan yang meyakinkan adalah akal, sedangkan pengetahuan persepsi
(inderawi) tidak mencapai derajat penegtahuan yang meyakinkan.
Aliran kedua adalah aliran Empirisme yang bertolak dari persepsi
dan pengalaman inderawi, baik mereka yang memperluas kawasan manusia
sehingga menjadikan pengalaman inderawi dan keaktifan jiwa sebagai
sumbernya, maupun mereka yang mempersempit kawasan pengetahuan itu,
sehingga mereka membatasi hanya pada pengalaman inderawi saja sambil

81 Drs. A. Susanto, M. Pd., Filsafat Ilmu Suatu Kajian dalam Dimensi Ontologis, Epistimologis,
dan Aksiologis, (Jakarta: Bumi Aksara, 2016),38.
menganggap kerja jiwa sebagai resepsitivitas negatif-murni bagi berbagai
persepsi.
Kedua aliran itu berbeda dalam kritik tolak pijakan. Porsi
perbedaan antara kedua aliran ini semakin menajam pada abad ke-17 dan
abad ke-18. Kemudian datanglah madzhab Kritisisme yang diusung oleh
Immanuel Kant yang menggabungkan kedua aliran itu dan menggariskan satu
filsafat yang menengahi akal dan pengalaman inderawi. Filsafat ini tidak
murni rasional dan juga tidak murni empirik, namun menggabungkan antara
unsur-unsur dari kedua aliran. Akan tetapi, mengapa filsafat ini dinamakan
dengan filsafat kritisisme?
Kritik adalah salah satu cara untuk memverifikasi berbagai
pendapat dan membebaskan berbagai pemikiran dari keyakinan sebagai
pemikiran-pemikiran yang ajeng ( mantap tak berubah). Ini menuntut
observasi cermat serta kesadaran sempurna yang memungkinkan untuk
mengetahui sesuatu yang terselubung dan menjelaskan yang samar. Kritik
juga merupakan satu jenis analisa, dimana seorang pengkritik akan
menganalisa satu konsep (ide) atau ungkapan untuk menjelaskan kebenaran
dan kesalahan yang ada padanya. Inilah yang hendak dicapai oleh madzhab
Kritisisme Kant, ketika ia mengkritisi madzhab-madzhab terdahulu
(Rasionalisme dan Empirisme) dan menjelaskan kekurangan-kekurangan
yang ada padanya. Kant juga memberikan batasan-batasan tentang akal
manusia.
Kant tidak menciptakan metode kritik dari tiada, namun ia telah
didahului oleh banyak pemikir dari kalangan filsuf, sejarawan dan sastrawan.
Kita menemukan Aristoteles sejak zaman kuno telah mengkritik pendapat-
pendapat para filsuf sebelumnya, sehingga terkenallah ungkapannya: “Aku
mencintai Plato, tapi aku lebih mencintai kebenaran”.
Kami juga telah menyebutkan, ketika kita mengkaji madzhab
Empirisme, bahwa Locke sangat memperhatikan analisa atas berbagai
konsep (ide) yang kemudian dibaginya menjadi ide-ide sederhana dan ide-ide
kompleks. Ia juga menganalisa sifat-sifat segala sesuatu yang dibagi menjadi
karakteristik primer dan karakteristik sekunder, termasuk perhatiannya
terhadap penggabungan antara pengalaman inderawi dengan funsi dasar akal.
Oleh karena itu, Locke menyebut empirisme-nya dengan empirisme kritis
yang berhadapan dengan aliran kritis Kant, yang disebutnya dengan idealisme
kritis dengan melihat kecenderungan Kant dalam kritiknya terhadap akal
untuk menyeleksi unsur-unsur superfisial rasional yang dianggap sebagai
syarat bagi tegaknya pengetahuan yang disandarkan kepada unsur-unsur
persepsional. Kita juga tidak lupa bahwa Hume mempunyai kecenderungan
untuk menganalisa berbagai konsep dan makna, sehungga Kant mengatakan
bahwa Hume telah membangunkannya dari tidur panjangnya (mengarahkan
dan membimbingnya pada pemikiran kritis).
Abad ke-18 M secara umum mempunyai keistimewaan dengan
adanya semangat kritisisme yang jelas. Akan tetapi, hal baru pada Kant
adalah bahwa ia sangat mendakami kritisime dan menerapkannya secara luas.
Ia membuat berbagai asumsi lalu meninjau serta mengkritisinya. Cara ia
gunakan secara penuh dalam persoalan penegtahuan, sehingga ada baiknya
kita menkaji Kant, agar kita bisa mengenal aliran kritisismenya dengan lebih
baik.82
Filsafat yang dikenal dengan kritisisme adalah filsafat yang
diintroduser oleh Immanuel Kant (1724-1804). Kant mengadakan penelitian
yang kritis terhadap rasio murni dan memugar sifat objektivitas dunianilmu
pengetahuan dengan menghindarkan diri dari sofat sepihak rasionalisme dan
sifat sepihak empirisme. Gagasan itu muncul karena pertanyaan mendasar
dalam dirinya yaitu, Apa yang dapat saya ketahui? Apa yang harus saya
lakukan? dan Apa yang boleh saya harapkan?
Kritisisme ini bisa dikatakan aliran yang memadukan atau
mendamaikan rasionlisme dan empirisme. Menurut aliran ini, baik
rasionalisme maupun empirisme keduanya berat sebelah. Pengalaman
manusia merupakan paduan antara sintesa unsur-unsur aspriori (terlepas dari
pengalaman) dengan unsur-unsur aposteriori (berasal dari pengalaman). Ciri-
ciri kritisisme dapat disimpulkan dalam tiga hal, yaitu sebagai berikut.

82 Dr. Fu’ad Isma’il & Dr. Abdul Hamid Mutawalli, Cara Mudah Belajar Filsafat (Barat dan
Islam), (Banguntapan, Jogjakarta: IRCiSoD,2012), 112-115.
a. Menganggap objek pengenalan itu berpusat pada subjek dan bukan
pada objek.
b. Menegaskan keterbatasan kemampuan rasio manusia untuk
mengetahui realitas atau hakikat sesuatu, rasio hanyalah mampu
menjangkaunya atau fenomenanya saja.
c. Menjelsakan bahwa pengenalan manusia atas sesuatu itu diperoleh
atas perpaduan antara peranan unsur anaximenes priori yang berasal
dari rasio serta berupa ruang dan waktu dan peranan aposteriori yang
berasal dari pengalaman yang berupa materi.83

83 Drs. A. Susanto, M. Pd., Filsafat Ilmu Suatu Kajian dalam Dimensi Ontologis, Epistimologis,
dan Aksiologis, (Jakarta: Bumi Aksara,2016), 38-3
KELOMPOK 10
POSITIVISME DAN FENOMENOLOGI
Disusun oleh : 1. Zulfa Aria Wardani
2. Lailatul Husnia

A. Positivisme
Positivisme berasal dari kata “positif” yang berarti faktual, yaitu apa
yang berdasarkan fakta. Menurut positivisme, pengetahuan kita tidak pernah
boleh melebihi fakta-fakta. Positivisme, seperti empirisme, mengutamakan
pengalaman sebagai sumber pengetahuan. Perbedaan positivisme dengan
empirisme adalah bahwa positivisme tidak menerima sumber pengetahuan
melalui pengalaman batiniah, tetapi hanya mengandalkan fakta-fakta belaka.84
Positivisme adalah salah satu aliran filsafat modern. Istilah
Positivisme pertama kali digunakan oleh Francis Biken seorang filosof
berkebangsaan Inggris. Ia berkeyakinan bahwa tanpa adanya pra asumsi,
komprehensi-komprehensi pikiran dan apriori akal tidak boleh menarik
kesimpulan dengan logika murni maka dari itu harus melakukan observasi
atas hukum alam. Istilah ini kemudian juga digunakan oleh Agust Comte dan
dipatok secara mutlak sebagai tahapan paling akhir sesudah tahapan-tahapan
agama dan filsafat.
Ada pengertian umum positivisme. Pertama, Positivisme legal, ialah
suatu teori yang menyatakan bahwa hukum negara berdasar pada keinginan
pemilik kekuasaan negara tersebut. Pertama-tama, pendapat ini menyatakan
bahwa legislasi dan pengakuan otoritatif atas keputusan yudisial. Kedua,
Positivisme Moral atau positivisme moral teologis, dikenal dengan nama
voluntarisme teologis ialah suatu teori yang menyatakan bahwa perintah-
perintah arbitrer Tuhan melakukan tindakan-tindakan tertentu tentang benar
atau salah. Ketiga, Filsafat Positivis dimulai dengan August Comte dengan
filsafat positif dan positivismenya digunakan untuk merancang pandangan

84 Drs. A. Susanto, M.Pd Filsafat Ilmu PT. Bumi Aksara, Jakarta 2011. Hal.40
dunia yang merangkum masalah-masalah dalam kehidupan ilmu modern,
serta menolak superstisi, religi, metafisika sebagai bentuk pemikiran pra-
ilmia yang akan menyerahkan pada ilmu positif sebagai kemanusiaan
meneruskan kemajuannya. 85
Filsafat positivisme lahir pada abad ke-19. Titik tolak pemikirannya,
apa yang telah diketahui adalah yang faktual dan yang positif, sehingga
metafisika ditolaknya. Yang dimaksud dengan positif adalah segala gejala dan
segala yang tampak seperti apa adanya, sebatas pengalaman obyektif. Jadi,
setelah fakta diperolehnya, fakta-fakta tersebut kita atur dapat memberikan
semacam asumsi (proyeksi) ke masa depan.
Tokoh-tokoh Positivisme
1. August Comte (1798-1857)
Ia lahir pada 17 Januari 1798 di Montpellier, sebuah kota kecil di
bagian barat daya Prancis. Sebuah karya penting, Cours de philosophia
positives (Kursus tentang filsafat positif) menurut Comte, hendaknya kita
memendang phenomenan atau gejala itu sesuatu yang tunduk pada hukum
alamiah yang menetap atau yang mutlak / tidak bergantung pada apapun
dan berjasa dalam mencipta ilmu sosiologi.
Beberapa buku yang berhasil ditulis comte, antara lain:
1. Traite des Systemes (1845)
2. Traite des Sensations (1854)
3. Langue des Calculs (1858)86
Menurut pendapatnya, perkembangan pemikiran manusia
berlangsung dalam tiga tahap: tahap teologis, tahap metafisis, dan tahap
ilmiah atau positif.
a. Tahap teologis, yaitu pada tahap ini manusia mengarahkan
pandangannya kepada hakikat yang batiniah. Di sini manusia percaya
kepada kemungkinan adanya sesuatu yang mutlak. Artinya, dibalik
setiap kejadian tersirat adanya maksud tertentu.

85 Prof.Dr.Sutardjo A.Wiramihardja, Psi Pengantar Filsafat PT. Refika Aditama Bandung 2006
Hal.145

86 F.Budi.Hardiman, Filsafat Modern. Jakarta, Granmedia. 2007. Hal.204


b. Tahap metafisis, yaitu pada tahap ini manusia hanya sebagai tujuan
pergeseran dari tahap teologis. Sifat yang khas adalah kekuatan yang
tadinya bersifat adi kodrati, diganti dengan kekuatan-kekuatan yang
mempunyai pengertian abstrak yang diintegrasikan dengan alam.
c. Tahap positif, yaitu pada tahap ini manusia telah mulai mengetahui
dan sadar, bahwa upaya pengenalan teologis dan metafisik tidak ada
gunanya. Sekarang manusia berusaha mencari hukum-hukum yang
berasal dari fakta-fakta pengamatan dengan memakai akal.
Tahap-tahap tersebut berlaku pada setiap individu (dalam
perkembangan rohani) juga dibidang ilmu pengetahuan. Pada akhir
hidupnya, ia berupaya untuk membangun agama baru tanpa teologi atas
dasar filsafat positifnya. Agama baru tanpa teologi ini mengagungkan akal
dan mendambakan kemanusiaan dengan semboyan “Cinta sebagai prinsip,
teatur sebagai basis, kemajuan sebagai tujuan”. Sebagai istilah ciptaannya
yang terkenal altruism yaitu menganggap bahwa soal utama bagi manusia
ialah usaha untuk hidup bagi kepentingan orang lain.87
Positivisme adalah aliran filsafat yang berpangkal dari fakta yang
positif sesuatu yang diluar fakta atau kenyataan dikesampingkan dalam
pembicaraan filsafat dan ilmu pengetahuan. August Comte berpendapat
bahwa indra itu amat penting dalam memperoleh pengetahuan, tetapi harus
di pertajam dengan alat bantu dan diperkuat dengan eksperimen.
Eksperimen memerlukan ukuran-ukuran yang jelas. Panas yang diukur
dengan derajat panas, jauh diukur degan meteran, berat badan kiloan, dsb.
Kita tidak cukup mengatakan api panas, matahari panas, kopi panas, ketika
panas. Kita tidak cukup mengatakan mengatakan panas sekali, panas, tidak
panas. Kita memerlukan uang teliti. Dari sinilah kemajuan sains benar-
benar dimulai.
Jadi, pada dasarnya positivisme bukanlah suatu aliran yang has
berdiri sendiri. Ia hanya menyempurnakan Empirisme dan Rasionalisme
yang bekerja sama. Dengan kata lain, ia menyempurnakan metode ilmiah

87 Pringgodigdo,(Ed), op.Cit. Filsafat umum Jakarta Hal.42


dengan memasukkan perlunya eksperimen dan ukuran-ukuran. Jadi, pada
dasarnya positivisme itu sama dengan Empirisme plus Rasionalisme.
Hanya saja pada Eempirisme menerima pengalaman batiniah,
sedangkan pada positivisme membatasi pada perjalanan objektif saja.88
2. John Stuart Mill ( 1806 – 1873 )
Stuart Mill memberikan landasan psikoogis terhadap filsafat
positivisme. Karena psikollogi merupakan pengetahuan dasar bagi filsafat.
Seperti halnya dengan kaum positif, mill mengakui bahwa satu-satunya
yang menjadi sumber pengetahuan ialah pengalaman. Karena itu induksi
merupakan metode yang paling dipercaya dalam ilmu pengetahuan.
3. H. Taine ( 1828 – 1893 )
Ia mendasarkan diri pada positivisme dan ilmu jiwa, sejarah,
politik, dan kesastraan.
4. Emile Durkheim (1852 – 1917 )
Ia menganggap positivisme sebagai asas sosiologi.89.blogspot.com
B. Fenomenologi
Secara umum dapat dikatakan bahwa fenomenologi adalah cara dan
bentuk berpikir, atau apa yang disebut dengan “the styie of thingking”.
Biasanya dikatakan bahwa dasar pikiran itu ialah intensionalisme. Ungkapan
fenomenologi adalah slogan gerakan dalam pemikiran filsafat dan penelitian
ilmiah. Walaupun di kalangan ilmuwan bisa saja terdapat banyak variasi
antara satu dengan lainnya, namun semuanya cukup representatif. Dalam hal
tertentu, fenomenologi adalah berkenaan dengan kesadaran di mana manusia
mendapat dunia, mendapatkan selain dirinya dan mendapatkan dirinya
sendiri.
Fenomenologi berasal dari kata fenomen yang artinya gejala, yaitu
suatu hal yang tidak nyata dan semua. Kebalikannya kenyataan. Juga dapat
diartikan sebagai ungkapan kejadian yang dapat diamati lewat indra.
Misalnya, penyakit flu gejakanya batuk, pilek. Dalam filsafat fenomenologi,
88 Drs. H.A. Fuad Ihsan, Filsafat Ilmu. Hal 183

89 Fuad Ihsan, Filsafat Ilmu . Jakarta: PT Rineka Cipta, 2010,Hal. 182


arti diatas berbeda dengan apa yang dimaksud, yaitu bahwa suatu gejala tidak
perlu diamati oleh indra, karena gejala juga bisa juga dilihat secara batiniyah,
dan tidak harus berupa kejadian-kejadian. Jadi, apa yang kelihatan dalam
dirinya sendiri seperti apa adanya.
Objek fenomenologi adalah fakta atau gejala, atau keadaan, kejadian,
atau benda, atau realitas yang sedang menggejala. Phenomenologi berpegang
atau berpendirian bahwa segala pikiran dan gambaran dalam pikiran
kesadaran manusia menunjuk pada sesuatu, hal atau keadaan seperti ini, yaitu
pikiran dan gambaran yang tertuju atau mengenai sesuatu tadi disebut
intensional.
Dan yang lebih penting dalam filsafat fenomenologi sebagai sumber
berpikir yang kritis. Pemikiran yang demikian besar pengaruh dieropa dan
amerika antara tahun 1920 sampai tahun 1945 dalam bidang ilmu
pengetahuan positif.
Tokoh-tokoh Fenomenologi:
1. Etmund Husserl (1839-1939)
Lahir di Wina. Ia belajar ilmu alam, ilmu falaq, matematika
kemudian filsafat. Akhirnya menjadi guru besar di Halle, Gottingen,
Freiburg. Pemikirannya, bahwa objek atau benda harus diberi
kesempatan untuk berbicara, yaitu dengan cara deckriptive
fenomenologis yang didukung oleh metode deduktif. Tujuannya adalah
untuk melihat hakikat gejala-gejala secara intuitif. Sedangkan metode
deduktif artinya menghayalkan gejala-gejala dalam berbagai macam yang
berbeda. Sehingga akan terlihat batas infariabel dalam situasi yang
berbeda-beda sehingga akan muncul unsur yang tidak berubah-ubah yang
hakikat. Inilah yang dicarinya dalam metode fariasi eidetis. 90
2. Max Scheller (1874-1928)
Max Scheler adalah seorang penganut filsafat fenomenologi
yang menyebarluaskan gagasan Husserl.Ia telah meninggalkan kesan
yang mendalam sekali karena ia mempunyai cara yang asli untuk
menerapkan dan mengelompokkan gagasan-gagasan Husserl, serta
mempunyai cara menguraikan yang dijiwai oleh seluruh pribadinya.

90 Drs.Asmoro Achmadi Filsafat Umum PT.Raja Gravido Persada, Jakarta. Hal 122
Seperti halnya dengan Husserl, filsafat Scheler juga mengalami
perkembangan. Disini hanya sebagian saja yang akan dibicarakan, yaitu
bagian filsafatnya yang menampakkan kelanjutan pemikiran Husserl.
Metode fenomenologis tentang “penilaian hakikat” oleh Scheler
diterapkan di bidang teori pengenalan, etika, filsafat kebudayaan dan
keagamaan, serta bidang nilai. Jasanya besar sekali dalam pemikiran
tentang nilai ini. https://master-exselen.blogspot.com
3. Martin Heidegger (1889-1976)
Martin Heidegger lahir di Mebkirch, Jerman pada tanggal 26
Desember 1889 dan meninggal pada tanggal 26 Mei 1976 pada umur 86
tahun. Ia adalah seorang filusuf asal Jerman. Ia belajar di universitas
Freiburg di bawah Edmund Husserl, penggagas Fenomenologi, kemudian
menjadi profesor disana pada 1928. Ia mempengaruhi banyak filusuf
lainnya, dan murid-muridnya termasuk Hans-Georg Gadamer, Hans
Jonas, Emmanuel Levinas, Hannah Arendt, Leo Strauss, Jacques Derrida,
Michel Foucault, Jean-luc nancy, dan Philippe Lacoue-Labarthe juga
mempelajari tulisan-tulisannya secara mendalam. Selain hubungannya
dengan fenomenologi, Heidegger dianggap mempunyai pengaruh yang
besar atau tidak dapat diabaikan terhadap eksistensialisme, dekonstruksi,
hermeneutika (muncul sebagai sebuah gerakan dominan dalam teologi
Protestan Eropa, yang menyatakan bahwa hermeneutika merupakan “titik
fokus” dari isu-isu teologis sekarang.
Selain tokoh fenomenologi, Martin Heidegger juga adalah tokoh
eksistensialisme, ia mengemukakan bahwa keberadaan hanya akan dapat
dijawab melalui jalan Antologi, artinya jika persoalan ini dihubungakan
dengan manusia dan dicari artinya dalam hubungan itu. Metoda untuk ini
adalah fenomenologis. Jadi yang penting adalah menemukan arti
keberadaan itu. Satu-satunya yang berada dalam arti yang sesungguhnya
adalah beradanya manusia. Keberadaan benda-benda terpisah dengan
yang lain, sedang beradanya manusia, mengambil tepat di tengah-tengah
dunia sekitar. Keberadaan manusia disebut Desein. Berada artinya
menempati atau mengambil tempat.91
Fenomenologi di satu pihak adalah hubungan antara menusia
dengan dunia, dan di pihak lain, ia merupakan hubungan antara dirinya
dengan dirinya sendiri. Dalam masalah keagamaan, fenomenologi adalah
cara untuk memahami hal ekspresi manusiawi terhadap latar belakang
hubungan yang fundamental. Sebagai suatu usaha pemikiran,
fenomenologi mencoba memahami manusia dalam kerangka filsafat
antropologi. Sebagai suatu usaha riset ilmiah, fenomenologi berusaha
untuk mengklarisifikasikan seluk-beluk kumpulan fenomena, termasuk
fenomena keagamaan. Dengan cara demikian, fenomenologi menentukan
terhadap pengertian mereka sendiri.
Program utama fenomenologi adalah mengembalikan filsafat ke
penghayatan sehari-hari subjek pengetahuan. Kembali ke kekayaan
pengalaman manusia yang konkret, lekat dan penuh penghayatan. Selain
itu, fenomenologi juga menolak klaim representasionalisme epistimologi
modern. Fenmenologi yang dipromosikan Husserl sebagai ilmu tanpa
presuposisi. Ini bertolak belakang dengan modus filsafat sejak Hegel
menafikan kemungkinannya ilmu pengetahuan tanpa presuposisi.
Presuposisi yang menghantui filsafat selama ini adalah naturalisme dan
psikologisme. Pengaruuh fenomenologi sangat luas. Hampir semua
disiplin keilmuan mendapatkan inspirasi dari fenomenologi. Psikologi,
sosiologi, sntropologi, sampai arsitektur semuanya memperoleh nafas
baru dengan munculnya fenomenologi.92
Fenomenologi bersumber dari pembedaan yang dilakukan oleh
immanuel khan antara noumenal atau alam yang sesungguhnya dan
fenomenal atau yang tampak tak terlihat dan juga merupakan
pengembangan dari fenomenologi of spirit-nya Hegel. Husserl adalah

91 Richard E. Palmer, Hermeneutika Teori Baru Mengenai Interprestasi Yogyakarta: Pustaka


Pelajar, 2005, Penj. Musnur Hery dan Damanhuri, Hal.30

92 Donni Gahral Adian, Pilar-Pilar Filsafat Kontemporer, Jogjakarta, Jalasutra 2002. Hal.106
juga seorang ahli matematika yanag mengembangkan filsafatnya dengan
bertolak dari filsafat ilmu.93

93 Hendrik Rapar Pengantar Filsafat KANISIUS (Anggota IKAPI) 1996. Hal.118


KELOMPOK 11
IDEALISME
Disusun oleh : 1. Ica Melati Ayu Zildana
2. Qurrotin Nuril Jannah

A. Sejarah Filsafat Idealisme


Sejarah idealisme tentu berkaitan dengan masa selama Manusia
masih percaya bahwa dunia ini dikendalikan oleh suatu di luar hal yang
material. Kepercayaan pada benda gaib, agama animisme dan dinamisme,
anggapan dualitas ruh(jiwa) dan raga, zaman banyak Dewa, hingga agama
monoteisme adalah bentuk cara pandang idealisme.
Pada dasarnya semua agama niscaya memiliki akar dalam
pandangan idealis terhadap dunia. Akan tetapi, yang menonjol dari agama
adalah bahwa ia mempengaruhi emosi dan mengaku menyediakan satu
pemahaman yang mistis dan intuitif terhadap dunia(penglihatan), sementara
idealisme filsafat yang berupa menyajikan satu argumen yang logis untuk teori-
teori mereka.
Sebagai filsafat, idealisme ialah pandangan yang menganggap atau
memandang ide itu primer dan materi adalah sekundernya dengan kata lain
menganggap materi berasal dari ide atau diciptakan oleh ide. Idealisme Uno
sejak zaman Yunani mengacu pada pemikir yang bernama antiphon. Dalam
karyanya kebenaran ia menulis “waktu adalah sebuah pikiran atau ukuran
bukanlah suatu zat”. Pernyataan tersebut menunjukkan waktu sebagai operasi
ideasional internal dan mental dari pada satu objek yang real dan eksternal.
Kemudian muncullah plato yang paling dikenal sebagai filsuf idealis
dan Bapak idealisme kuno. Plato barangkali merupakan pemikiran idealis
pertama setelah Yunani awalnya berangkat dari filsafat yang materialis seperti
Tales heraclitus dan parmenides. Kembalikan dari filsafat materialisme menuju
idealisme ini tak lepas dari upaya manusia untuk mencoba menggapai suatu
kebenaran dari sisi yang “ideal”.
Sebagai filsuf idealis, Plato misalnya, yang percaya bahwa benda-
benda yang kita amati itu hanya dapat dipandang hanya sebagai bayangan
bayangan dari kenyataan alam benda-benda di mana benda-benda itu ada
dalam bentuk yang lebih murni. Cita ide kuda misalnya yang mempunyai sifat
kuda dalam bentuk yang murni tak dapat diamati di dunia ini. Kuda-kuda yang
kita lihat di sini berada satu sama lain dalam bentuk warna dan sifatnya. Maka
Plato bertanya pada dirinya sendiri apakah sebabnya kita kenali Seekor kuda
dalam gejala demikian rupa Meskipun banyak perbedaan-perbedaan? Sebabnya
adalah karena jiwa manusia telah bermukim lebih dahulu dalam alam serba cita
atau ide sebelum memasuki badan kita di sana ia telah melihat ide tentang kuda
dan kemudian ia kendali Kuda itu dalam bentuk yang kurang sempurna di
dunia ini. Jadi berbagai ide atau serba kita untuk dianggapnya sebagai
pengertian-pengertian yang sudah ada pada saat manusia lahir. Mencari ilmu
pengetahuan berarti memunculkan kembali ingatan-ingatan dan terbit dari
Kerinduan jiwa kita akan dunia serba kita di mana jiwa kita dulu ada.
Plato beranggapan seperti ini mengapa kuda-kuda itu sama?
Barangkali kita beranggapan bahwa mereka tidak sama. Namun ada sesuatu
yang sama-sama dimiliki oleh semua kuda sesuatu yang memungkinkan kita
untuk mengenali mereka sebagai kuda. Seekor kuda tentu berubah dengan
sendirinya. Iya mungkin tua dan lumpuh dan pada akhirnya akan mati. Namun
bentuk kuda bentuk dalam ide itu kekal dan abadi. Berbeda dengan filsuf
Yunani yang sebelumnya seperti Empedocles dan Democritus. Plato meyakini
bahwa sesuatu yang kekal dan abadi bukanlah bahan dasar benda benda fisik.
Konsepsi Plato berkaitan dengan pola-pola yang kekal dan abadi yang bersifat
spiritual dan abstrak yang darinya segala sesuatu diciptakan.
Aristoteles murid Plato sebenarnya punya kecenderungan untuk
meninggalkan ide sebagai basis ketika ia justru sangat tertarik untuk
memperhatikan perubahan-perubahan atau apa yang dinamakan sebagai proses
alam. Jadi Aristoteles meninggalkan idealisme Plato menuju realisme. Ia ingin
menyelidiki sifat-sifat umum dari segala yang ada di dunia ini. Prima
philosophia yaitu filsafat yang pertama dan utama yang menjadi hakikat Yang
Terdalam dari apa yang ada. Jadi filsafatnya adalah ajaran tentang kenyataan
atau ontologi suatu cara berpikir realistis lawan dari filsafat idealistis.
Jika berat menganggap bahwa benda-benda yang dapat dilihat itu
sebagai bayangan dari bentuk-bentuk murni yang ada di dunia lain yaitu dunia
ide Aristoteles menganggap bahwa hakikat suatu benda adalah benda itu
sendiri. Hakikat nya bentuknya ada pada zat sehingga orang harus mencari
kesatuan objektif dalam bentuk yang banyak itu. Benda adalah pertama-tama
substansi sedangkan jenisnya adalah hal yang kedua. Walaupun demikian
barang yang umum itu tidak berdiri sendiri ya ada kepada hal yang khusus Itu
yang umum itu adalah menurut nilai dan tingkatnya yang pertama dan benda
yang sebenarnya untuk diketahui.94
B. Filsafat idealisme
Idealisme adalah sebuah filsafat yang digunakan pertama kali dalam
dunia filsafat oleh leibniz pada awal abad 18. Ia menerapkan istilah ini pada
pemikiran plato, seakan akan memperlawankan dengan materialisme. Istilah
Idealisme adalah aliran filsafat yang memandang mental dan idesional sebagai
kunci ke hakikat realitas95. Idealisme menekankan akal(mind) sebagai hal yang
lebih dahulu(primer) daripada materi, bahwa akal itulah yang riil dan materi
hanyalah merupakan produk sampingan. Idealisme mengatakan bahwa realitas
terdiri dari ide-ide, pikiran pikiran, akal(mind) atau jiwa(self) dan bukan benda
material dan kekuatan. Aliran idealisme sendiri dapat dikelompokkan ke dalam
tiga kelompok besar, yaitu idealisme subjektif Immaterialisme, idealisme
objektif, dan idealism personal atau personalisme. Pertama aliran idaealism
subjektif immaterialisme, juga sering disebut dengan sebutan aliran mentalisme
atau fenomenalisme. Menurut aliran idealisme subjektif immaterealisme ini
akal, jiwa dan persepsi-persepsinya atau ide-idenya merupakan segala hal yang
ada tetapi hanya ada dalam akal yang mempersesikannya. Kedua aliran
idealism objektif. Menurut aliran idealism objektif ini, pikiran adalah esensi
dari alam, dan alam adalah keseluruhan jiwa yang diobjektifkan. Tokoh
pertama idealisme objektif adalah Plato(427-347 SM) yang membagi dunia

94 Nurani soyomukti, Pengantar Filsafat Umum, (jogjakarta: Ar-Ruzz Media, 2017),hal. 260

95 Lorens bagus., kamus filsafat,(jakarta: Gramedia pustaka utama, 2005)


dalam dua bagian, yaitu dunia persepsi dan alam diatas alam benda, yaitu alam
konsep ide, universal atau esensi yang abadi. Termasuk di dalamnya adalah
tema filsafat Hegel (George Wilhelm Friedrich Hegel, 1770-1831) dengan
idealisme mutlak atau idealisme monistik96.
Kalau realisme mempertajam perbedaan antara yang mengetahui dan
yang diketahui, idealisme adalah sebaliknya. Bagi idealism, dunia dan bagi
bagiannya harus dipandang sebagai hal-hal yang mempunyai hubungan seperti
organ tubuh dengan bagian-bagiannya. Dunia merupakan suatu kebulatan
bukan kesatuan mekanik tetapi kebulatan organik yang sesungguhnya yang
sedemikian rupa sehingga suatu bagian darinya dipandang sebagai kebulatan
logis dengan makna inti yang terdalam. Premis pokok yang diajukan oleh
idealisme adalah jiwa yang mempunyai kedudukan utama dalam alam semesta.
Idealisme tidak mengingkari adanya materi. Namun materi adalah suatu
Gagasan yang tidak jelas dan bukan hakikat. Sebab seseorang yang akan
memikirkan materi dalam hakikat nya yang terdalam dia harus memikirkan ruh
atau akal. Jika seseorang ingin mengetahui apakah sesungguhnya materi itu dia
harus meneliti Apakah pikiran itu, apakah nilai itu, dan Apakah akal budi itu,
bukannya Apakah materi itu97.
C. Karakter Filsafat Idealisme
Seluruh sejarah ilmu pengetahuan adalah kemajuan dari yang tidak
diketahui menuju yang diketahui, dari ketidaktahuan menuju pengetahuan.
Tapi, satu kesulitan yang serius akan muncul ketika orang yang merancukan
Apa yang tidak diketahui(unknown) dengan apa yang tidak dapat
diketahui(unknowable). Ada perbedaan mendasar antara kata-kata “kita tidak
tahu” dan “kita tidak mungkin tahu”. Ilmu pengetahuan berangkat dari
pandangan dasar bahwa dunia objektif benar-benar ada dan dapat diketahui.
Yang melemahkan pengetahuan adalah ketika buru-buru telah yakin
bahwa terdapat beberapa hal yang “tidak mungkin kita ketahui”. Termasuk Apa
yang dilakukan oleh filsuf idealis seperti Immanuel kant yang mengklaim
bahwa kita hanya dapat memahami apa yang tampak, tapi bukan hakikat yang

96 A. Susanto, filsafat Ilmu, (jakarta: PT Bumi Aksara,cet. Ke-6 2016) hal. 40

97 Amsal Bakhtiar, Filsafat Ilmu, (jakarta: PT RajaGrafindo persada, 2012), hal. 96-97
di dalam. Dalam pernyataan ini, yang mengikuti jejak skeptisisme hume,
idealisme subjektif berkley dan para sophis Yunani: kita tidak mungkin
memahami dunia. Mereka seakan mengajak kita untuk jangan terlalu capek
capek memahami dan menyelidiki dunia, Percayakan pada ide saja sebuah
semangat yang tampaknya bertentangan dengan spirit munculnya pengetahuan
dan filsafat.
Efek filsafat idealis: karena menganggap bahwa semuanya adalah
konstruksi ide atau pikiran yang harus diubah adalah pikiran dengan demikian
memaafkan kenyataan material. Pada saat yang sama, sebagaimana idealisme
dalam keagamaan (yang menganggap ada hal gaib dan mistik yang
mengendalikan kenyataan material), kenyataan dianggap aturan Tuhan,
semuanya di anggap takdir sehingga hal ini membuat orang Hanya bisa
pasrah98.
D. Varian-Varian Idealisme
1. Idealisme subjektif
Idealisme subjektif adalah filsafat yang berpandangan realis dan
bertitik tolak pada ide manusia atau ide. Alam dan masyarakat ini tercipta
dari ide manusia. Segala sesuatu yang timbul yang terjadi di alam atau di
masyarakat adalah hasil atau karena cinta itu manusia atau ide sendiri atau
dengan kata lain alam dan masyarakat adalah sebuah ide atau pikiran yang
dari dirinya sendiri atau ide manusia. Ini dikemukakan sebelum kant oleh
seorang Uskup dan filsuf dari Irlandia george berkeley, dan digunakan juga
oleh empiris is classic Inggris David hume.
Konsekuensi dari logika dari idealisme subjektif semacam itu
misalnya adalah pernyataan Jika saya menutup mata saya dunia ini akan
menghilang. Inilah yang menyebabkan filsafat ini terjatuh pada siswa ide
bahwa hanya saya sendiri yang ada yang lain tidak ada. Pandangan
semacam ini jelas senewen masalahnya ada atau tidak pikiran orang ada
atau tidak dia yang berpikir dunia tetap akan ada artinya sebagaimana
dipahami kaum materialis dunia ini indenpenden pada pikiran atau ide
manusia.
2. Idealisme objektif

98 Nurani soyomukti, Pengantar Filsafat Umum, (jogjakarta: Ar-Ruzz Media, 2017),hal. 260
Idealisme objektif adalah suatu aliran filsafat yang pandangannya
idealis dan idealismenya itu bertitik tolak dari ide universal ide di luar
Indonesia. Menurut idealisme objektif segala sesuatu baik dalam alam atau
masyarakat adalah hasil dari ciptaan ide universal.
Penganut aliran Ini adalah hegel atau Nama lengkapnya sebagai
George wilhem Hegel. hegel menganggap dirinya mampu mengatasi
antinomi Immanuel kant dengan menganggap bahwa kontradiksi itu benar-
benar ada bukan hanya dalam pemikiran. tapi juga dalam dunia nyata.
Baginya bentuk-bentuk pikiran harus mencerminkan dunia objektif sendiri
mungkin. proses pengetahuan mengandung suatu penetrasi yang semakin
lama semakin dalam menerobos realitas, maju dari yang abstrak yang
konkret, dari yang diketahui ke yang tidak diketahui, dari yang khusus
menuju yang umum99.

99 Ibid. 96
KELOMPOK 12
MATERIALISME
Disusun oleh : 1. Lismatul Maulana
2. Ulvia Sari

A. Definisi Filsafat Materialisme


Materialisme adalah aliran filsafat yang menyatakan bahwa tidak ada
hal yang nyata kecuali materi. Pikiran dan kesadaran hanyalah penjelmaan
dari materi dan dapat dikembalikan pada unsur fisik. Materi adalah sesuatu
hal yang kelihatan, dapat diraba berbentuk, menepati ruang. Hal-hal yang
bersifat kerohanian seperti pikiran, jiwa, keyakinan, rasa sedih, dan rasa
senang tidak lain hanyalah ungkapan proses kebendaan.100
Materialisme adalah asal atau hakikat dari segala sesuatu, dimana
asal atau hakikat dari segala sesuatu ialah materi. Karena itu materialisme
mempersoalkan metafisika, namun metafisikanya adalah metafisika
materialisme. Materialisme adalah merupakan istilah dalam filsafat ontology
yang menekankan keunggulan faktor-faktor material atas spiritual dalam
metafisika, teori nilai, fisiologi, efistemologi, atau penjelasan historis.
Maksudnya, suatu keyakinan bahwa di dunia ini tidak ada sesuatu selain
materi yang sedang bergerak. Pada sisi ekstrem yang lain, materialisme
adalah sebuah pernyataan yang menyatakan bahwa pikiran ( roh, kesadaran,
dan jiwa ) hanyalah materi yang sedang bergerak.101
B. Pendapat dari Berbagai Pakar tentang Filasafat Materialisme
Menurut ASMORO ACHMADI didalam bukunya yang berjudul
filsafat umum mengatakan bahwa munculnya positivisme dan evolusionisme
menambah terbuka pintu pengingkaran terhadap aspek kerohanian. JULIEN
DE LAMETTRIE (1709-1751) mengemukakan pemikirannya bahwa

100 Muhdafir dan Ali, Mengenal Filsafat dalam Filsafat Ilmu Sebagai Dasar Pengembangan
Ilmu Pengetahuan, (Yogyakarta: Liberty, 2007), hal. 36.

101 http:///F:/Tugas%20Kuliah%201C/Filsafat/materialisme.htmp. Tanggal: 07 Oktober 2018, jam


16:08 WIB.
binatang dan manusia tidak ada bedanya, karena semuanya di anggap
sebagai mesin. Buktinya, bahan (badan) tanpa jiwa mungkin hidup
(bergerak), sedangkan jiwa tanpa bahan (badan) tidak mungkin ada. Jantung
katak yang dikeluarkan dari tubuh katak masih berdenyut (hidup) walau
beberapa saat saja.102
Seorang tokoh lagi (Materialisme Alam) adalah LUDWING
FEUEURBACH (1804-1872) sebagai pengikut HEGEL, mengemikakan
pendapatnya, bahwa baik pengetahuan maupun tindakan berlaku adagium,
artinya terimalah dunia yang ada, bila menolak agama/metafisika. Satu-
satunya asas kesusilaan adalah keinginan untuk mendapatkan kebahagiaan.
Dan untuk mencari kebahagiaan manusia harus ingat akan sesamanya.
Dari materialisme historis/dialektis, yaitu KARL MARX (1818-
1883), nama lengkapnya KARL HEINRICH MARX, dilahirka di trier,
prusia, jerman. Sewaktu manjadi mahasiswa ia terpengaruh oleh ajaran
HEGEL dan dapat mencapai gelar doktor dalam bidang filsafat. Di kala ia
berkawan dengan BRUNO BAUER ia mendapat kekecewaan, tetapi setelah
berkawan dengan FRIEDRICH ENGLES di paris, maka dengan kawannya
itualah ia (tahun 1848) menyusun Manifesto Komunis. Setelah itu ia menjadi
buronan politik dan diusir dan dipenjara dilondon, sampai meninggal dunia.
Ia meninggalkan warisan sebuah karya terbesarnya, Das Kapital, yang terbit
tahun 1867. Menurut pendapatnya, tugas seorang filosof bukan untuk
menerangkan dunia, tetapi untuk mengubahnya. Hidup manusia itu ternyata
di tentukan oleh keadaan ekonomi. Dari segala hasil tindakannya: ilmu,
agama,kesusilaan, hukum, politik, semuanya itu hanya endapan dari
keadaan itu, sedangkan keadaan itu sendiri ditentukan benar-benar dalam
sejarah.103
Sedangkan menurut ALI MAKSUM dalam bukunya yang berjudul
pengantar filsafat mengatakan bahwa materialisme merupakan faham atau
aliran yang menganggap bahwa dunia ini ada selain materi atau nature
(alam) dan dunia fisik adalah satu. Pada abad pertama masehi faham ini

102Asmoro dan Achmadi, filsafat umum, (Jakarta: Rajawali Pers, 2011), hal. 123.

103 Asmoro, Achmadi, filsafat umum, hal, 124.


tidak mendapat tanggapa yang serius, dan pada abad pertengahan orang
masih menganggap asing terhadap faham ini. Baru pada zaman Aufklarung
(pencerahan), materialisme mendapat tanggapan dan penganut yang penting
di Eropa Barat. Pada abad ke-19 pertengahan, aliran ini tumbuh subur di
barat disebabkan, dengan faham ini, orang-orang merasa mempunyai
harapan-harapa yang besar atas hasil-hasil ilmu pengetahua alam.104
Selain itu, faham materialisme ini praktis tidak memerlukan dalil-
dalil yang muluk-muluk dan abstark., juaga teorinya jelas berpegang pada
kenyataan-kenyataan yang jelas dan mudah dimengerti. Kemajuan aliran ini
mendapat tantangan yang keras dan hebat dari kaum agama di mana-mana.
Hal ini disebabkan bahwa faham ini pada abad ke-19 tidak mengakui adanya
tuahan (ateis) yang sudah diyakini mengatur budi masyarakat. Pada masa
ini, kritik pun muncul di kalangan ulama-ulama barat yang menentang
materialisme. Adapun beberapa kritik yang dilontarkan tersebut adalah
sebagai berikut:
1. Materialisme menyatakan bahwa alam wujud ini terjadi
dengan sendirinya dari chaos (kacau balau). Padahal, kata hegel,
kacau balau yang mengatur bukan lagi kacau balau namanya.
2. Materialisme menerangkan bahwa segala peristiwa diatur
oleh hukum alam. Padahal pada hakikatnya hukum alam ini adalah
perbuatan ruhani juga.
3. Materialisme mendasarkan segala kejadian dunia dan
kehidupan pada asal benda itu sendiri. Padahal dalil itu menunjukkan
adanya sumber dari luar alam itu sendiri yaitu Tuhan .
4. Materialisme tidak sanggup menerangkan suatu kejadian
ruhani yang paling mendasar sekalipun.

Dan juga menurut PROF. I.R. POEDJAWIJATNA dalam bukunya


yang berjudul Pembimbing ke arah alam filsafat mengatakan bahwa
materialisme belaka (ekstrim) dalam filsafat yunani sudah adalah pendapat
materialisme ini, beberapa filsuf alam,maupun kemudian zaman sesudah
Aristoteles seperti misalnya stoa dan epikurisme.

104 Ali Maksum, Pengantar Filsafat, hal. 352.


Materialisme ini dipelopori oleh JUNALIEN OFFRAY DE
LAMETTRIE yang bias terkenal sebagai LAMETTRIE (1709-1751).
Pendapatnya di terakan pada buku-bukunya : L’homme machine, L’art, de
jouir, Histoir naturelle de l’ame. Bagi filsuf ini manusia tak lain dari pada
binatang, binatang tak berjiwa, material belaka, jadi manusiapun material
belaka. Kesimpulannya: bahan bergerak sendiri, adapun yang disebut orang
pikiran itupun sifat materia, terutama kerja atau tindakan otak. Dalam segala
gerak-geriknya manusia itu seperti mesin, mesin yang amat ajaib barangkali,
tetapi sungguh-sungguh mesin.
DARWINISME mengatakan bahwa walaupun kurang ekstrim, tetapi
sebetul-betulnya masih juga merupakan materialisme belaka ialah pendapat
DARWIN terhadap manusia. Bagi dia tak adalah beda antara manusia dan
bukan manusia. Peralihan di dunia ini tertentukan oleh alam, hokum evolusi
atau perkembangan. Bagi manusiapun berlaku hukum survival of the fittest,
yang bertahan itu hanya yang baik saja serta baginya harus ada perjuangan
untuk hidupnya.
Demikian pula pendapat SPENCER. Malahan ia dalam filsafatnya
meningkat kepada tinjauan etika yang berdasarkan atas evolusi tersebut:
manusia pun dalam tindakannya susila selalu menyesuaikan diri dengan
keadaan kelilingnya. Persesuaian dengan keliling itu diartikan: tindakan itu
harus menambah kebahagiaan subyek yang bertindak, keturunannya serta
sesame manusia.
MARXISME mengatakan bahwa yang pertama-tama dpat
dimasukkan kedalam aliran filsafat manusia yang vitalistis ialah KARL
MARX keturunan yahudi, seorang dari keluarga buruh, dilahirkan di Jerman
pada tahun 1818 dan meninggal dunia pada tahun 1883. Dalam filsafatnya ia
terpengaruh oleh HEGEL, kemudian oleh aliran-aliran sosialisme di prancis
dan akhirnya diterimanya juga pendapat FEUERBACH dan ENGELS.
Tentang pendapatnya pada umumnya sudah kami bentangkan pada sejarah.
Di sini tinggallah mengutarakan dengan khusus pendapatnya tentang
manusia. Baginya manusia seseorang tidak berarti apa-apa, yang berarti itu
masyarakat. Adapun masyarakat ini harus berkembang, perkembangan
masyarakat ini disebutnya sejarah. Yang menjadi dorongan perkembangan
masyarakat, yang menjadi dorongan jalan sejarah, menurut dia tidak lain
dari pada kekuatan-kekuatan material yang ada pada masyarakat itu.
Kekuatan itu ialah kekuatan untuk menghasilkan. Adapun kekuatan untuk
menghasilkan itu terdorong pula oleh cenderung untuk hidup. Jadi
cenderung untuk hidup itu pangkal pertama dan keterangan terakhir bagi
tindakan dan gerak masyarakat. Itulah sebabnya maka marxisme boleh
disebut vitalistis.105
C. Tokoh Aliran Filsafat Materialisme
Diantara tokoh aliran ini, sebagai berikut :
1. ANAXIMENES (585-528)
2. ANAXIMANDROS (610-545)
3. THALES (625-545)
4. DEMOKRITOS (kl.460-545)
5. THOMAS HOBBES (1588-1679)
6. LAMETTRIE (1709-1715)
7. FEUERBACH (1804-1877)
8. SPENCER (1820-1903)
9. KARL MARX (1818-1883)
D. Macam-Macam Materialisme :106
1. Materialisme rasionalistik menyatakan bahwa seluruh realitas
dapat dimengeti seluruhnya berdasarkan ukuran dan bilangan (jumlah).
2. Materialisme mitis atau biologis menyatakan bahwa peristiwa-
peristiwa material terdapat misteri yang mengungguli manusia. Misteri
itu tidak berkaitan dengan prinsip immaterial.
3. Materialisme parsial menyatakan bahwa pada sesuatu yang
material tidak tedapat karakteristik khusus unsur immaterial atau formal.
4. Materialisme antropologis menyatakan bahwa jiwa itu tidak ada
karena yang dinamakan jiwa pada dasarnya hanyalah materi atau
perubahan-perubahan fisik-kimiawi materi.

105 Prof.I.R. Poedjawijatna, Pembimbing Ke arah Alam Filsafat , (Jakarta: Rineka Cipta, 1997),
hal. 165-168.

Ali Maksum, Pengantar Filsafat, (Jogjakarta: Ar-Ruzz Media, 2008), hal. 355-356.

106 http:///F:/Tugas%20Kuliah%201C/Filsafat/materialisme.htmp. Tanggal: 07 Oktober 2018, jam


16:08 WIB.
5. Materialisme dialektik menyatakan bahwa realitas seluruhnya
terdiri dari materi. Berarti bahwa tiap-tiap benda atau atau kejadian
dapat dijabarkan kepada materi atau salah satu proses material. Salah
satu prinsif di materialisme dialektik adalah bahwa perubahan dalam
kuantitas. Oleh karena itu, perubahan dalam materi dapat menimbulkan
perubahan dalam kehidupan, atau dengan kata lain kehidupan berasal
dari materi yang mati. Semua makhluk hidup termasuk manusia berasal
dari materi yang mati, dengan proses perkembangan yang terus-menerus
ia menjadi materi yang memiliki kehidupan. Oleh karena itu kalau
manusia mati, ia akan kembali kepada materi, tidak ada yang disebut
dengan ke hidupan rohaniah. Ciri-ciri materialisme dialektik mempunyai
asas-asas, yaitu :
a.Asas gerak
b. Asas saling berhubungan
c.Asas perubahan dari kuantitaif menjadi kualitatif
d. Asas kontradiksi intern.
6. Materialisme historis menyatakan bahwa hakikat sejarah terjadi
karena proses-proses ekonomis. Materialisme dialektik dan materialisme
histories secara bersamaan menyatakan bahwa peristiwa-peristiwa yang
menyangkut sejarah rohani dan perkembangan manusia hanya
merupakan dampak dan refleksi-refleksi aktivitas ekonomis manusia.
Materialisme historis ini berdasarkan dialektik, maka semua asas
materialisme dialektik berlaku sepenuhnya dalam materialisme histories.
7. Materialisme sebagai teori menyangkal realitas yang bersifat
ruhaniah, sedangkan materialisme metode mencoba membuat abstraksi
hal-hal yang bersifat imaterial.
E. Ciri-Ciri Filsafat Materialisme
Adapun ciri-ciri filsafat meterialisme, sebagai berikut:107
1. Segala yang ada (wujud) berasal dari satu sumber yaitu materi
2. Tidak meyakini adanya alam ghaib
3. Menjadikan panca-indera sebagai satu-satunya alat mencapai ilmu

107 http:///F:/Tugas%20Kuliah%201C/Filsafat/filsafat-pendidikan-materialisme-dan.html.
Tanggal: 07 Oktober 2018, jam 16:09 WIB.
4. Memposisikan ilmu sebagai pengganti agama dalam peletakkan
hukum
5. Menjadikan kecondongan dan tabiat manusia sebagai akhlaq
KESIMPULAN

Perkembangan filsafat pada awal kelahirannya tidak dapat dipisahkan


dengan perkembangan (ilmu) pengetahuan yang munculnya pada masa peradaban
Kuno (masa Yunani). Pada masa Yunani arah pikiran para ahli pikir yunani klasik
memasukkan manusia sebagai subjek yang harus bertanggung jawab terhadap
segala tindakannya.
Pada zaman dahulu antara ilmu dan filsafat memiliki pengertian yang
saling tumpang tindih. Hal ini berlangsung untuk jangka waktu yang lama dalam
rentang sejarah perkembangan pemikiran dan pengetahuan manusia. Sistematika
filsafat dapat dibagi menjadi tiga yaitu : aksiologi, epistimologi dan aksiologi.
Filsafat Yunani dalam sejarah filsafat merupakan tonggak pangkal
munculnya filsafat. Pada waktu itu sekitar abad VI SM diwilayah yunani muncul
pimikir-pemikir yang disebut filsofuf alam. Dimanakan demikian karena objek
dijadikan pokok persoalan adalah mengenai alam(cosmos). Tujuan filosofi mereka
adalah memikirkan soal alam besar. Dari mana terjadinya alam, itulah yang
menjadi sentral persoalan bagi mereka.
Pada zaman filsafat Yunani Socrates, Socrates mengggunakan metode
tanya jawab untuk menagajarkan ajarannya kepada para pemuda. Adapun prinsip-
prinsip dasar Socrates adalah metode dialektika. Adapun falsafah pemikiran
Socrates diantaranya ia menyatakan adanya kebenaran objektif, ialah yang tidak
bergantung kepada saya, serta sepanjang hidupnya Socrates tidak pernah
menuliskan pemikiran apapun.
Filsafat plato ialah ajaran tentang ide-ide. Plato percaya bahwa ide yang
tertangkap oleh pikiran lebih nyata daripada objek-objek material yang terlihat
oleh mata. Seluruh filsafat plato bertumpu pada ajaran tentang dunia ide.
Karnanya, ia dinobatkan sebagai pemikir idealisme, bukan realisme atau
empirisme.
Berbeda dengan Plato tentang persoalan kontradiktif antara tetap dan
menjadi, Aristoteles menerima yang berubah dan menjadi, yang bermacam-
macam bentuknya, yang semuanya itu berada di dunia pengalaman sebagai
realitas yang sesungguhnya. Itulah sebabnya filsafat Aristoteles di sebut sebagai
realisme.
Filsafat disini tidak selalu dalam masa kejayaan waktu itu terjadi masa
skolastik atau masa kegelapan dimana pada masa itu filsafat sudah mulai tidak
dikaji lagi semua peraturan dan pendidikan diatur oleh agama. Setelah mengalami
masa skolastik akhir, ahirnya sampai pada masa renaissance yaitu masa
kebangkitan kembali dimana pada masa itu para filosof sudah mulai mengkaji dan
belajar filsafat lagi meskipud dengan cara sembunyi sembunyi. Setelah masa itu
berakhir bergantilah pada mas aufklarung dimana pada masa ini filsafat mulai
berkembang lagi, para filosof sudah mulai muncul kepermukaan dan masa ini juga
disebut sebagai masa pencerahan.
Para penganut rasionalisme yakin bahwa kebenaran dan kesesatan terletak
dalam ide dan bukunya didalam diri barang sesuatu. Jika kebenaran mengandung
makna mempunyai ide yang sesuai dengan atau yang menunjuk kepada
kenyataan, kebenaran hanya ada dalam pikiran kita dan hanya dapat diperoleh
dengan akal budi saja. Para penganut madzhab empirisme menolak teori ide-ide
natural yang dikemukakan oleh para penganut madzhab rasionalisme. Penganut
madzhab empirisme mengembalikan pengetahuan dengan semua bentuknya
kepada pengalaman inderawi. Orientasi ini mendorong mereka untuk secara serius
memperhatikan peristiwa-peristiwa nyata.
Kedua aliran itu berbeda dalam kritik tolak pijakan. Porsi perbedaan antara
kedua aliran ini semakin menajam pada abad ke-17 dan abad ke-18. Kemudian
datanglah madzhab Kritisisme yang diusung oleh Immanuel Kant yang
menggabungkan kedua aliran itu dan menggariskan satu filsafat yang menengahi
akal dan pengalaman inderawi. Filsafat ini tidak murni rasional dan juga tidak
murni empirik, namun menggabungkan antara unsur-unsur dari kedua aliran.
Filsafat positivisme lahir pada abad ke-19. Titik tolak pemikirannya, apa
yang telah diketahui adalah yang faktual dan yang positif, sehingga metafisika
ditolaknya. Yang dimaksud dengan positif adalah segala gejala dan segala yang
tampak seperti apa adanya, sebatas pengalaman obyektif. Objek fenomenologi
adalah fakta atau gejala, atau keadaan, kejadian, atau benda, atau realitas yang
sedang menggejala.
Sebagai filsafat, idealisme ialah pandangan yang menganggap atau
memandang ide itu primer dan materi adalah sekundernya dengan kata lain
menganggap materi berasal dari ide atau diciptakan oleh ide. Materialisme adalah
asal atau hakikat dari segala sesuatu, dimana asal atau hakikat dari segala sesuatu
ialah materi. Karena itu materialisme mempersoalkan metafisika, namun
metafisikanya adalah metafisika materialisme.
DAFTAR PUSTAKA

Achmadi, Asmoro. 2011. Filsafat Umum. Jakarta. Rajawali Pers.


Achmadi, Asmoro. 2010. Filsafat Umum. Jakarta: Rajawai Pers
Ahmad. 2000. filsafat umum. Bandung: Remaja Rosda Karya.
Ali dan Muhdafir. 2007. Mengenal Filsafat dalam Filsafat Ilmu Sebagai Dasar
Pengembangan Ilmu Pengetahuan. Yogyakarta. Liberty.
Ali, Maksum. 2008. Pengantar Filsafat. Yogyakarta: Ar-Ruzz.
Ali, Maksum. 2012. pengantar filsafat. Surabaya: UIN Sunan Ampel.
Amsal, Bakhtiar. 2004. Filsafat Ilmu. Jakarta: Rajawali Pers.
Asmoro, Achmadi. 2011. Filsafat Umum. Jakarta: Grafindo Persada.
Bagus, Lorens. 2005. Kamus Filsafat. Jakarta: Gramedia Pustaka Utama
Bakhtiar, Amsal. 2012. Filsafat Ilmu . Jakarta: PT Raja Grafindo persada
Bakhtiar, Amsal. 2012. Filsafat Umum. Jakarta. PT. Bumi Aksara.
Donni Gahral Adian, 2002. Pilar-Pilar Filsafat Kontemporer. Jogjakarta:
Jalasutra.
Fuad, Ihsan. 2010. Filsafat Ilmu . Jakarta: PT Rineka Cipta.
Gandhi, Teguh Wangsa. 2011. Filsafat Pendidikan. Yogyakarta: Ar-ruz Media.
Hadiwiiono, Harun. 2006. sari sejarah filsafat barat. Yogyakarta: kanisius.

Hardiman, Budi. 2007. Filsafat Modern. Jakarta: Granmedia.

Hendrik Rapar Pengantar Filsafat KANISIUS 1996


Hendrik Rapar. 1996. Pengantar Filsafat KANISIUS (Anggota IKAPI)
Http:///F:/Tugas%20Kuliah%201C/Filsafat/filsafat-pendidikan-materialisme

Http:///F:/Tugas%20Kuliah%201C/Filsafat/materialisme.htmp.

https://nolarpotik.com
https:id.m.wikipedia.org
Isma’il, Fu’ad Farid & Mutawalli, Abdul Hamid. 2012. Cara Mudah Belajar
Filsafat. Jogjakarta: IRCiSoD
Jujun S.Suriasumantri. 2007. Filsafat Ilmu. Jakarta: Pustaka sinar harapan .
Loekisno Choiril Warsito. 2011. Pengantar Filsafat, Tim MKD UIN Sunan
Ampel, Surabaya.

Lubis, Nur A. Fadhil. 2015. Pengantar Filsafat Umum. Medan: Perdana


Publishing
Maksum Ali. 2016. Pengantar Filsafat. Yogyakarta: Ar-Ruzz Media.

Maksum Ali. 2017. Pengantar filsafat. Yogyakarta: Ar-Ruzz Media


Maksum, Ali. 2008. Pengantar Filsafat. Jogjakarta. Ar-Ruzz Media.
Poedjawijatna. 1997. Pembimbing Kearah Alam Filsafat. Jakarta. Rineka Cipta.
Pringgodigdo. Filsafat umum Jakarta

Rapar jan hendrik. 1996. Pengatar filsafat. Yogyakarta: Kanisius


Richard E. Palmer. 2005. Hermeneutika Teori Baru Mengenai Interprestasi
Yogyakarta: Pustaka Pelajar.
Salam, Burhanuddin. 2008. Pengantar Filsafat. Jakarta: Bumi Aksara
Salam, Burhanuddin. 2012. Pengantar filsafat. Jakarta: PT Bumi Aksara.
Soyomukti, Nurani. 2012. Pengantar Filsafat Umum. Yogyakarta. AR-Ruzz
Media.
Soyomukti, Nurani. 2017. Pengantar Filsafat Umum . Jogyakarta:Ar-Ruzz Media
Suriasumantri, Jujun S. 2009. Filsafat Ilmu Sebuah Pengantar Populer. Jakarta:
Pustaka Sinar Harapan
Susanto, A. 2016. Filsafat Ilmu. Jakarta: PT Bumi Aksara
Susanto, Ahmad. 2016. Filsafat Umum Suatu Kajian dalam Dimensi Ontologis,
Epistimologis dan Aksiologis. Jakarta. PT. Bumi Aksara.
Susanto. 2011. Filsafat Ilmu. Jakarta: PT. Bumi Aksara.

Sutardjo A.Wiramihardja. 2006. Pengantar Filsafat. Bandung: Refika Aditama

Syadali, Ahmad dan Mudzakir. 2004. Filsafat Umum. Bandung: Pustaka Setia.
Syahdali, Ahmad. 2002. filsafat umum. Bandung: pustaka Setia.

The Liang Gie. 2007. Pengantar Filsafat Ilmu. Yogyakarta: Liberty.

Anda mungkin juga menyukai