PENGANTAR FILSAFAT
Oleh :
Ekonomi Syariah 1/C
ABSTRAK
Filsafat Yunani dalam sejarah filsafat merupakan tonggak pangkal
munculnya filsafat. Pada waktu itu sekitar abad VI SM diwilayah yunani muncul
pimikir-pemikir yang disebut filsofuf alam. Dimanakan demikian karena objek
dijadikan pokok persoalan adalah mengenai alam(cosmos). Tujuan filosofi mereka
adalah memikirkan soal alam besar. Dari mana terjadinya alam, itulah yang
menjadi sentral persoalan bagi mereka.
Adapun falsafah pemikiran Socrates diantaranya ia menyatakan adanya
kebenaran objektif, ialah yang tidak bergantung kepada saya, serta sepanjang
hidupnya Socrates tidak pernah menuliskan pemikiran apapun. Filsafat plato ialah
ajaran tentang ide-ide. Karnanya, ia dinobatkan sebagai pemikir idealisme, bukan
realisme atau empirisme. Berbeda dengan Plato tentang persoalan kontradiktif
antara tetap dan menjadi, Aristoteles menerima yang berubah dan menjadi, yang
bermacam-macam bentuknya, yang semuanya itu berada di dunia pengalaman
sebagai realitas yang sesungguhnya. Itulah sebabnya filsafat Aristoteles di sebut
sebagai realisme.
Filsafat disini tidak selalu dalam masa kejayaan waktu itu terjadi masa
skolastik atau masa kegelapan dimana pada masa itu filsafat sudah mulai tidak
dikaji lagi semua peraturan dan pendidikan diatur oleh agama. Setelah mengalami
masa skolastik akhir, ahirnya sampai pada masa renaissance yaitu masa
kebangkitan kembali dimana pada masa itu para filosof sudah mulai mengkaji dan
belajar filsafat lagi meskipud dengan cara sembunyi sembunyi. Setelah masa itu
berakhir bergantilah pada mas aufklarung dimana pada masa ini filsafat mulai
berkembang lagi, para filosof sudah mulai muncul kepermukaan dan masa ini juga
disebut sebagai masa pencerahan.
PENDAHULUAN
A.
Filsafat
1.
Definisi Filsafat
Kata filsafat berasal dari bahasa yunani filosofia, yang berasal
dari kata kerja filosofein yang berarti mencintai kebijaksanaan. Kata
tersebut juga berasal dari kata Yunani philasophis yang berasal dari kata
kerja philein yang berarti mencintai, atau philia yang berarti cinta, dan
sophia yang berarti kearifan. Dari kata tersebut lahirlah kata Inggris
philosophy yang biasanya diterjemahkan sebagai “cinta kearifan”.1
Menurut tradisi, Pythagoras atau Socarteslah yang pertama-tama
menyebut diri “Philosophus”, yaitu sebagai protes terhadap kaum
“sophist”, kaum terpelajar pada waktu itu yang menamakan dirinya
“bijaksana”, padahal kebijaksanaan mereka itu hanya semu kebijaksanaan
saja. Sebagai protes terhadap kesombongan mereka maka Socrates lebih
suka menyebut diri “pecinta kebijaksanaan”, artinya orang yang ingin
mempunyai pengetahuan yang luhur (sophia) itu.2
Menurut Plato (427-347 Sebelum Masehi) seorang murid dari
tokoh Socrates merumuskan “filsafat tidaklah lain dari pengetahuan
tentang segala yang ada”. Dan menurut Aristoteles (384-322 Sebelum
Masehi) murid dari Plato mengatakan bahwa “filsafat itu menyelidiki
sebab dan asas segala benda”3
5 Jujun S. Suriasmantri, Filsafat Ilmu Sebuah Pengantar Populer, (Jakarta: Pustaka Sinar Harapan,
2009), 20.
6 Nur A. Fadhil Lubis, Pengantar Filsafat Umum, (Medan: Perdana Publishing, 2015), 8.
b)
Kritis, yaitu mempertanyakan segala sesuatu (termasuk hasil filsafat),
dan tidak menerima begitu saja apa yang terlihat sepintas, yang
dikatakan dan yang dilakukan masyarakat.
c)
Analisis, yaitu mengulas dan mengkaji secara rinci dan menyeluruh
sesuatu, termasuk konsep-konsep dasar yang dengannya kita
memikirkan dunia dan kehidupan manusia.
d)
Evaluatif, yaitu dikatakan juga normatif, maksudnya upaya sungguh-
sungguh untuk menilai dan menyikapi segala persoalan yang dihadapi
manusia. Penilaian itu bisa bersifat pemastian kebenaran, kelayakan
dan kebaikan.
e)
Spekulatif, yaitu upaya akal budi manusia yang bersifat perekaan,
penjelajahan dan pengandaian dan tidak membatasi hanya pada
rekaman indera dan pengamatan lahiriah.
B.
Sejarah dan Ruang Lingkup Filsafat
1.
Sejarah lahirnya Filsafat
Berbicara tentang kelahiran dan perkembangan filsafat pada awal
kelahirannya tidak dapat dipisahkan dengan perkembangan (ilmu)
pengetahuan yang munculnya pada masa peradaban Kuno (masa Yunani).
Pada tahun 2000 SM bangsa Babylon yang hidup di lembah
Sungai Nil (Mesir) dan sungai Efrat, telah mengenal alat pengukur berat,
table bilangan berpangkat, table perkalian dengan menggunakan sepuluh
jari. Piramida yang merupakan salah satu keajaiban dunia itu, yang
ternyata pembuatannya menerapkan geometrid dan matematika,
menunjukkan cara berpikirnya sudah tinggi. Selain itu mereka pun sudah
dapat mengatakan kegiatan pengamatan benda-benda langit, bintang,
bulan, matahari sehingga dapat meramalkan gerhana baik gerhana bulan
maupun gerhana matahari. Ternyata ilmu yang mereka pakai pada dewasa
ini disebut astronomi.7
Pada masa Yunani arah pikiran para ahli pikir yunani klasik
tersebut memasukkan manusia sebagai subjek yang harus bertanggung
jawab terhadap segala tindakannya. Pada masa abad petengahan diawali
oleh lahirnya filsafat Eropa. Pemikiran abad pertengahan pun dipengaruhi
oleh kepercayaan Kristen. Artinya, pemikiran filsafat abad pertengahan
didominasi oleh agama. Pada masa abad modern pemikiran filafat
berhasil menempatkan manusia pada tempat yang sentral dalam
pandangan kehidupan sehingga corak pemikirannya antroposentris, yaitu
pemikiran filsafatnya mendasarkan pada akal piker dan pengalaman. Pada
masa abad dewasa ini atau Filsafat Abad ke-20 juga disebut Filsafat
Kontemporer. Ciri khas pemikiran filsafat ini adalah desentralisasi
manusia karena pemikiran filsafat abad ke-20 ini memberikan perhatian
yang khusus kepada bidang bahasa dan etika social.8
2.
Ruang Lingkup Filsafat
Pokok permasalahan yang dikaji dalam filsafat mencakup tiga
segi yakni: Apa yang disebut benar dan Apa yang disebut salah (logika),
mana yang dianggap baik dan mana yang dianggap buruk (etika), serta
apa yang termasuk indah dan apa yang termasuk jelek (estetika). Ketiga
cabang utama filsafat ini kemudian bertambah lagi yakni yang pertama,
teori tentang ada, tentang hakikat keberadaan zat, tentang hakikat pikiran
serta kaitan antara zat dan pikiranyang semuanya terangkum dalam
metafisika; kedua, politik: yakni kajian mengenai organisasi
sosial/pemerintahan yang ideal. 9
9 Jujun S. Suriasumatri, Filsafat Ilmu Sebuah Pengantar Populer, (Jakarta: Pustaka Sinar
Harapan, 1995), 32-33.
Kelima cabang utama ini kemudian berkembang lagi menjadi
cabang-cabang filsafat yang mempunyai bidang kajian yang lebih spesifik
diantaranya filsafat ilmu. Cabang-cabang tersebut mencakup :
a. Epistemologi (Filsafat Pengetahuan)
b. Etika (Filsafat Moral)
c. Estetika ( Filsafat Seni)
d. Metafisika
e. Politik (Filsafat Pemerintah)
f. Filsafat Agama
g. Filsafat Ilmu
h. Filsafat Pendidikan
i. Filsafat Hukum
j. Filsafat Sejarah
k. Filsafat Matematika
15 Dr.Fu’ad Farid Isma’il&Dr.Abdul Hamid Mutawalli, Cara Mudah Belajar Filsafat (barat dan
islam),(Jogjakarta,IRCiSoD,2012)hlm:41
16Ibid,hlm:27
dibawa oleh agama. Bahkan para ahli teologi di Barat dan ahli kalam
di dunia Islam telah menjadikan filsafat sebagai “tameng” pertahanan
akidah dengan segala argumentasi rasionalnya.
Namun, hubungan agama dengan agama tidak selalu mulus.
Kekuasaan agama selama beberapa lama pernah begitu bengis
memusuhi filsafat, misalnya yang terjadi pada masa kebangkitan
Eropa (renaissance) dan pada masa islam pada mereka yang
menentang kebebasan berfikir.
c. Hubungan Filsafat dan Islam
Sesungguhnya ajaran-ajaran islam yang luhur menganjurkan
kita untuk membangun basis keimanan kita diatas dasar rasionalitas.
Islam senantiasa mendorong kita untuk menggunakan pikiran (akal).
Oleh karena itu, para filsuf muslim menyerukan untuk
menyelaraskan antara filsafat dengan agama, karena sesungguhnya
antara keduanya memang sama sekali tidak ada pertentangan. Bahkan,
Ibnu Rusyd menyatakan :”Hikmah (filsafat) adalah kawan akrab
sekaligus saudara sesusuan syari’ah (agama).”17
17 Ibid,hlm:31
KELOMPOK 3
SISTEMATIKA FILSAFAT
Disusun oleh : 1. Ladys Like Arifin
2. Nur Mahbubah
18 Jujun S.Suriasumantri, Filsafat Ilmu, Pustaka sinar harapan, Jakarta, 2007. Hal.61
b. Aliran yang melihat hakekat kenyataan itu bersifat
kejadian.
Istilah-istilah penting yang terkait dengan ontology : Yang ada
(Kenyataan), Realitas (Reality), Eksistensi ( existence), Esensi (Essence),
Substansi ( substance), Perubahan (Change), Tunggal (Singular), Jamak (
Plural).19
B. Sistematika Filsafat secara Epistemologi
Epistemology adalah objek kajian yang menarik (cara mendapatkan
pengetahuan yang benar.20 Karena disinilah dasar-dasar pengetahuan maupun
teori pengetahuan manusia bermula. Secara etimologis, istilah “epistemology
merupakan gabungan kata dalam bahasa yunani, yaitu episteme dan logos.
Episteme artinya pengetahuan, sedangkan logos berarti pengetahuan
sistematik atau ilmu. Dengan demikian, epistemology diartikan sebagai suatu
pemikiran mendasar dan sistematik mengenai pengetahuan. merupakan
cabang filsafat yang membahas tentang terjadinya pengetahuan, sumber
pengetahuan, asal mula pengetahuan, metode atau cara memperoleh
pengetahuan, validitas dan kebenaran pengetahuan . oleh sebab itu
epistemology disebut sebagai “ teori pengetahuan “ (theory of knowledge
atau nadzriyatul ma’rifah).
Webster Third New International Dictionary mengartikan
epistemology sebagai “ the study of method and ground of knowledge,
especially with reference to its limits and validity ” . Artinya studi tentang
metode dan dasar pengetahuan khususnya yang berkaitan dengan batas-batas
dan tingkat kebenarannya. Paul Edwards, dalam the encyclopedia of
philosophy, menjelaskan bahwa epistemology adalah “ the theory of
knowledge” (teori ilmu pengetahuan). Gerakan Epistemologi di Yunani
dipimpin oleh kelompok Shopis. Epistemonologi juga disamakan dengan
suatu disiplin yang disebut critica,yaitu pengetahuan sistematis mengenai
criteria dan patokan untuk menentukan pengetahuan yang benar dan yang
19 Loekisno Choiril Warsito, Pengantar Filsafat, Tim MKD UIN Sunan Ampel, Surabaya, 2011.
Hal.74-76
20 Jujun S.Suriasumantri, Filsafat Ilmu, Pustaka sinar harapan, Jakarta, 2007. Hal.99
tidak benar. Critica berasal dari bahasa yunani, crimoni, yang artinya
mengadili, memutuskan, dan menetapkan sesuatu yang dianggap benar dan
tidak benar.
Persoalan pertama yang sering dihadapi oleh epistemologi
pengetahuan pada dasarnya adalah tentang bagaimana mendapatkan
pengetahuan yang benar dengan memperhatikan aspek ontology dan
aksiologi. Demikian juga, yang dihadapi epistemology keilmuan yakni
bagaimana menyusun pengetahuan yang benar untuk menjawab berbagai
permasalahan dunia empiric (nyata) yang akan digunakan sebagai alat untuk
meramalkan dan mengontrol gejala alam. Epistemoligi atau ilmu pengetahuan
ialah cabang filsafat yang berurusan dengan hakikat dan lingkup
pengetahuan, pengandai ngandaian, dan dasar dasarnya serta pertanggung
jawaban atas pernyataan mengenai pengetahuan yang dimiliki.
Mula mula manusia percaya bahwa dengan kekuatan pengenalannya
filosof pertama didalam tradisi barat, tidak memberikan perhatian pada
cabang filsafat ini. Sebab mereka memusatkan perhatian, terutama pada alam
dan kemungkinan perubahannya,sehingga mereka kerap di juluki filosof
alam.
Pengetahuan yang diperoleh manusia melalui akal,indra,dan lain lain
mempunyai metode tersendiri dalam teori pengetahuan di antaranya ;
1. Metode induktif
Induktif yaitu suatu metode yang menyimpulkan pernyataan
pernyataan hasil observasi disimpulkan dalam suatu pernyataan yang lebih
umum.
2. Metode deduktif
Deduktif ialah suatu metode yang menyimpulkan bahwa data data
empiric dioleh lebih lanjut dalam suatu system pernyataan yang runtut.
3. Metode positifme
Metode ini dikeluarkan oleh august komte (1798-1857). Metode ini
perpangkal dari apa yang telah diketahui,yang factual, yang positif. Ia
mengenyampingkan segala uraian / persoalan diluar yang ada sebagai
fakta. Oleh karna itu ia menolak metafisika. Secara positif , adalah segala
yang tampak dan segala gejala. Demikian metode ini dalam bidang filsafat
dan ilmu pengetahuan dibatasi kepada bidang gejala gejala saja.
4. Metode komtemplatif
Metode ini mengatakan adanya keterbatasan indra dan akal
manusia untuk memperoleh pengetahuan, sehingga objek yang di
hasilkanpun akan berbeda beda harusnya dikembangkan suatu
pengetahuan akal yang disebut dengan intuisi. Intuisi ini bisa diperoleh
dengan cara berkontemplasi seperti yang dilakukan oleh al ghazali.
Intuisi dalam tasawuf disebut dengan makrifah yaitu pengetahuan
yang datang dari tuhan melalui percerahan dan penyinaran. Al ghazali
menerangkan bahwa pengetahuan intuisi atau makrifa yang di sinarkan
oleh allah secara langsung merupakan pengetahuan yang benar.
Pengetahuan yang di peroleh lewat intuisi ini hanya bersifat indifidual dan
tidak bisa dipergunakan untuk mencari ke untungan seperti ilmu
pengetahuan yang dewasa ini bisa di komersialkan.
5. Metode dialektis
Dalam filsafat dialektika mula mula berarti metode Tanya jawab
untuk mencapai kejernihan filsafat. Metode ini di ajarkan oleh Socrates.
Namun platu mengartikannya diskusi logika. Kinidialektika berarti tahap
logika,yang mengajarkan kaidah kaidah dan metode metode penuturan,
juga nalisis sistematik tentang ide ide untuk mencapai apa yang
terkandung dalam pandangan.21
C. Sistematika Filsafat secara Aksiologi
Aksiologi adalah istilah yang berasal dari kata Yunani yaitu: axios
yang berarti sesuai atau wajar sedangkan logos berarti ilmu. Aksiologi disebut
juga teori ilmu. Menurut John Sinclair, dalam lingkup kajian filsafat, nilai
merujuk pada pemikiran atau suatu system seperti politik, social dan agama.
Sedangkan menurut Richard Bender suatu nilai adalah sebuah pengalaman
yang memberikan kepuasan batin dan memiliki nilai manfaat pada kehidupan.
Jadi, aksiologi ialah ilmu pengetahuan yang menyelidiki hakekat nilai. Jika
epistemology bertujuan untuk mendapatkan kebenaran secara teoritis-
rasional, maka aksiologi lebih menekankan pada masalah kebaikan, dan
estetika terkait erat dengan masalah keindahan. Aksiologi merupakan cabang
22 Loekisno Choiril Warsito, Pengantar Filsafat, Tim MKD UIN Sunan Ampel, Surabaya, 2011.
Hal. 93-96
KELOMPOK 4
FILSAFAT PRA SOCRATES
Disusun oleh : 1. Wasilatul Mafulah
2. Isa
38 Teguh Wangsa Ghandhi, Filsafat Pendidikan (Jogyakarta: Ar-Ruz Media, 2011), hal: 110.
40 Burhanuddin Salam, Pengantar Filsafat, (Jakarta: PT Bumi Aksara, 2012), hal. 198.
sama (umum) dari masing-masing kasus khusus dan ciri-ciri khusus yang
tidak disetujui bersama adalah disisihkan. Ciri umum tersebut dinamakan ciri
esensi dan semua ciri khusus itu dinamakan ciri eksistensi. Suatu devinisi
dibuat dengan menyebutkan semua ciri asensi suatu objek dengan
menyisihkan dengan menyisihkan semua ciri eksistensinya. Demikianlah
jalan untuk memperoleh devinisi tentang suatu persoalan.41
Konon dewa yang berada di tempat peribadatan bagi orang Yunani di
Delphi menyatakan dengan cara yang luar biasa bahwa ia adalah orang yang
paling arif dan bijak di negeri Yunani. Merasa diri tidak bijak dia berkeliling
membuktikan kekeliruan suara tersebut, dia datangi satu demi satu orang-
orang yang dianggap bijak oleh masyarakat pada saat itu dan dia ajak diskusi
tentang berbagai masalah kebijaksanaan. Metode berfilsafatnya inilah yang
dia sebut sebagai metode kebidanan. Pada akhirnya Socrates membenarkan
suara gaib tersebut berdasar satu pengertian bahwa dirinya adalah yang paling
bijak karena dirinya tahu bahwa dia tidak bijaksana sedangkan mereka yang
bijak pada dasarnya adalah tidak bijak karena mereka tidak tahu kalau mereka
tidak bijaksana.
Cara berfilsafatnya inilah yang memunculkan rasa sakit hati para
kaum sofis terhadap Socrates karena setelah penyelidikan itu maka akan
tampak bahwa mereka yang dianggap bijak oleh masyarakat ternyata tidak
mengetahui apa yang sesungguhnya mereka ketahui. Rasa sakit hati inilah
yang nantinya akan berujung kematian Socarates melalaui peradilan denagn
tuduhan resmi merusak generasi muda, sebuah tuduhan yang sebenarnya
dengan gampang dipatahkan melalui pembelaannya sebagaimana tertulis
dalam Apologi karya Plato. Socrates pada akhinya wafat pada usia tujuh
puluh tahun dengan cara meminum racun sebagaimana keputusan yang di
terimanya dari pengadilan dengan hasil voting 280 mendukung hukuman
mati dan 220 menolaknya.
B. Filsafat Pendidikan Socrates
41 Ahmad Syadali dan Mudzakir, Filsafat Umum, (Bandung: Pustaka Setia, 2004), hal: 68.
Siapa yang tidak kenal Socrates? Socrates nyaris menjadi nama yang
terus hidup dan popular di sepanjang periode sejarah, terutama sejak tahun-
tahun pertama periode Masehi dimulai.
Dalam popularitasnya yang begitu luar biasa, Socrates tetap menjadi
sosok tersembunyi yang sesungguhnya tidak banyak dipahami oleh berbagai
kalangan, baik dalam makna umum dalam ruangan filsafat maupun makna
khusus sebagai seorang manusia yang nmemiliki kehidupan yang tentu saja
sangat pula tidak sama dengan individu lainnya.42
Hingga sejauh ini siapapun tidak akan menemukan literature yang
mengungkap makna histori Socrates dalam dunia filsafat dalam penjabaran
jauh lebih jujur. Kebanyakan literature selalu hanya menyanjung- nyanjung
Socrates sebagai fisuf besar tanpa pernah mampu mengungkapkan bagaimana
sesungguhnya posisi Socrates dalam konstelasi pemikiran filsafat yang
berkembang di Yunani pada waktu itu? Kenyataan tersebut selain sangat
memprihatinkan, juga menjadi ironi terbesar kesejarahan kajian filsafat,
terutama jika kita kaitkan dengan kenyataan filsafat sebagai bidang kajian
yang berusia sangat tua.
Paling tidak, hal ini menimbulkan pertanyaan mendasar bagaimana
bisa sebuah kajian bidang yang berusia begitu tua, gagal menjelaskan
konfigurasi- konfigurasi perkembangannya secara jelas. Setelah sampai hari
ungkapan sokrates berkata bahwa hidup yang tidak dimengerti tidak layak
dijalani kerap menjadi pemikiran filsafat yang dipandang genuine. Pada abad
kedua sebelum Socrates mengatakan hal itu, telah terdapat tujuh manusia
shopis yang hidup dalam prinsip- prinsip Delphian. Salah satu prinsip Delphi
ini adalah ajaran yang menyeru pada siapapun untuk mengenali diri.
Mengenali hal ini, Nietzsche melihat Socrates adalah sosok seorang
yang paling jujur.Meski dalam sisi lain, obsesi filsafatnya akan sosok
Socrates telah membuatnya tidak melihat jauh lebih saksama betapa dalam
apa pun Socrates, khususnya kematia dalam dunia filsafat, melahirkan
beragam kebijaksanaaan baru yang tidak begitu menjelaskan betapa Socrates
nyaris layak dikatakan sebagai filsuf.
42 Teguh Wangsa Gandhi, Filsafat Pendidikan, (Jogjakarta: Ar-Ruz Media, 2011) hal: 108.
Socrates juga seorang pemikir besar kuno yang gagasan filosofinya
dan metode pengajarannya ditunjukkan untuk memberikan pengaruh yang
mendalam dan abadi pada teori dan praktik pendidikan di seluruh dunia
barat.43
Adapun prinsip-prinsip dasar pendidikan menurut Socrates adalah
metode dialektis. Metode ini diguunakan oleh Socrates sebagai dasar teknis
pendidikan yang direncanakan untuk mendorong seorang belajar agar dapat
berpikir secara cermat, untuk menguji coba diri, dan untuk memperbaiki
pengetahuannnya.
Tujuan pendidikan yang sebenarnya menurut Socrates adalah untuk
merangsang penalaran yang cermat dan disiplin mental yang akan
menghasilkan perkembangan intelektual terus-menerus dan standar moral
yang tinggi.
Dengan menggunakan metode mengajar yang dialektis ini, Socrates
menunjukkan bahwa jawaban- jawaban terbaik atas pertanyaan moral
menurut pendapatnya adalah cita-cita yang diajarkan oleh para pendiri agama,
cita-cita yang melekat pada ketuhanan, cinta pada umat manusia, keadilan ,
keberanian, pengetahuan tentang kebaikan dan kesejahteraan, hormat
terhadap kebenaran, sikap yang tidak berlebih- lebihan, kebaikan hati,
toleransi, kejujuran, dan segala kebajikan lainnya.
Salah satu pendirian Socrates yang terkenal: pengetahuan adalah
kekuatan. Socrates yang terkenal dengan ungkapan bahwa pendidikan
membuktikan keutamaan tidak dapat di ajarkan dan pendidikan tidak
mungkin dijalankan.
Socrates juga memulai sesuatu yang jauh lebih besar dari konsep-
konsep yang yang bisa di tuliskan. Socrates membangun konsepsi-konsepsi
dan metode-metode yang lebih luas, sungguh-sungguh, dan efektif.
Dalam pendidikan Socrates mengemukakan sistem atau cara berfikir
yang bersifat induktif, yaitu menyimpan pengetahuan yang bersifat umum
dengan berpangkal dari banyak pengetahuan tentang hal khusus.
C. Falsafah Pemikiran Socrates
Adapun falsafah pemikiran Socrates diantaranya ia menyatakan
adanya kebenaran objektif, ialah yang tidak bergantung kepada saya, serta
43 The Liang Gie, Pengantar Filsafat Ilmu,( Yokyakarta:Liberty 2007), Hal 31
sepanjang hidupnya Socrates tidak pernah menuliskan pemikiran apapun.
Dalam banyak hal Socrates lebih banyak bekerja sebagaimana nabi, langsung
terjun serta memberi contoh secara langsung akan hal-hal serta hidup yang ia
maksud. Contoh itu tidak hanya ia buktikan dalam kata-kata, tetapi juga
dalam tindakan yang sungguh-sungguh hidup.44
Menurut Socrates, hidup yang sebenarnya tidak lain adalah hidup
mengatasi jasad. Dengan mengerti hidup, menuruut Socrates, setiapp diri
akan tahu bahwa dalam hidup segala sesuatu bahwa sesungguhnya senantiasa
akan berlangsung ddengan sederhana, namun tidak pernah menjadi sesuatu
yang sederhana. Misalnya, bisa dicontohkan dengan perilaku minum minum
manusia dalam hidup.
A................................................................................................................Peng
ertian filsafat
Filsafat dimulai oleh Thales sebagai filsafat jagat raya yang
selanjutnya berkembang ke arah kosmologi. Filsafat ini kemudian menjurus
pada filsafat spekulatif pada plato dan metafisika pada aristoteles. Setelah
mulai beralih memasuki jaman romawi kuno, para pemikir mencari
keselarasan antara manusia dengan alam semesta. Keselarasan itu dapat
tercapai bila mana manusia hidup sesuai dengan alam dalam arti mengikuti
petunjuk akal (sebagai asas tertinggi sifat manusiawi) dan mengikuti hokum
alam dari logos (sebagai akal alam semesta). Filsuf romawi Marcus tullius
Cicero secara sangat singkat memberikan definisi filsafat sebagai ars vitae
atau ’’the arf of life” pengetahuan tentang hidup. Konsepsi filsafat ini
kemudian dianut luas oleh orang-orang terpelajar pada zaman renaissance di
eropa45.
Dalam abad tengah filsafat dianggap sebagai the supreme art
(pengetahuan yang tertinggi). Namun, kedudukan dan prananya adalah
sebagai pelayan dari teologi. Kebenaran yang ditrima oleh kepercayaan
melalui wahyu tidak dapt ditentang oleh kebenaran filsafati yang dicapai
engan akal manusia. Filsafat merupakan sarana untuk menetapkan kebenaran-
kebenaran tentang Tuhan yang dapat dicapai olehakal manusia itu.
Dalam abad-abad selanjutnya filsafat berkembang melalui dua jalur.
Jalur yang pertama ialah Filsafat Alam (natural filosofi) yang mempelajari
benda dan peristiwa alamiah. Untuk membedakan secara tegas dengan filsafat
alam itu, maka bidang pengetahuan kedua yang menyangkut tujuan dan
kewajiban manusia seperti etika, politik, dan psikologi disebut filsafat moral
(moral filosofi) selama abad XVII – XVIII. Sebutan itu kemudian dirasakan
45 The Liang Gie, pengantar filsafat ilmu (jogjakarta:liberty jogjakarta, 2007) hal .9
terlampau sempit dan diperluas menjadi filsafat mental dan moral (mental and
moral philosophy
B.................................................................................................................Biog
rafi Plato
Plato lahir di Athena (427 – 347 SM) dari keluarga politis. Plato
adalah murid sekaligus sahabat diskusi Socrates. Selain dikenal sebagai murid
Socrates dan gurunya Aristoteles, plato juga dikenal sebagai salah seorang
filsuf yunani yang sangat berpengaruh46.
Sumbangsih plato yang terpenting adalah gagasan mengenai ide.
Bukan berate yang lain tidak penting. Sebab, menurut plato dunia fana ini
tidak lain hanyalah refleksi atau banyangan dari dunia idea. Di dunia idea
semuanya sangat sempurna. Hal ini tidak hanya merujuk kepada barang-
barang kasar yang bias dipegang saja, tapi juga mengenai konsep-konsep
pikiran, hasil buah intelektual. Misalkan konsep mengenai “kebajikan” dan
“kebenaran” salah satu perumpamaan plato yang termasyur adalah
perumpamaan orang digua.
Menurut pemikiran falsafahnya, dunia lahir adalah dunia
pengalaman yang slalu berubah-ubah dan warna-warni.semua itu adalah
bayangan dari dunia idea. Sebagai bayangan hakikatnya hanyalah tiruan yang
asli yakni idea. Karenanyadunia ini berubah-ubah dan bermacam-
macam.barang-barang yang ada di dunia ini semua ada contohnya yang ideal
di dunia idea sana. Keadaan idea sendiri bertingkat-tingkat.tingkat idea yang
tinggi adalah idea kebaikan, dibawahnya idea jiwa dunua, yang
menggerakkan dunia. Berikutnya idea keindahan yang menimbulkan seni,
ilmu, pendidikan, dan politik47.
Plato ingin melanjutkan ajaran filsafat yang sangat dipengaruhi dari
ajaran gurunya. Agaran tentang ide-ide menjadi inti dan dasar berfilsafatnya.
Ide yang dimaksudkan bukanlah gagasan yang terdapat dalam pemikiran saja
yang bersifat subjektiv belaka, melainkan sesuatu yang objektiv, terlepas dari
subjek yang berpikir. Baginya, ide-ide tidaklah diciptakan oleh pemikiran,
50 Drs. H. buehanuddin salam. Pregantar filsafat (jakarta:PT Bumi aksara, 2012) hal 121
51 Drs. H. buehanuddin salam. Pregantar filsafat (jakarta:PT Bumi aksara, 2012) hal 125
A. Aristoteles
Aristoteles adalah teman murid Plato. Ia dilahirkan di Trasia
(Balkan). Keluarganya adalah orang orang yang tertarik pada ilmu
kedokteran. Ia banyak mempelajari filsafat,matemtika,astronomi,retorika dan
ilmu ilmu lainnya.
Dengan kecerdasannya yang luar biasa hampir hampir ia menguasai
berbagai ilmu yang berkembang pada masanya. Tatkala ia berumur 18 tahun,
ia dikirim ke Athena ke akademia Plato. Dikota itu ia belajar pada Plato
.Kecenderungan berpikir saintifik nampak dari pandangan pandangan
filsafatnya yang sitematis dan banyak menggunakan metode empris. Maka
jika dibandingkan dengan Plato yang pandangan filsafatnya Aristoteles
orientasinya pada hal-hal yang konkrit (empiris).
Ia menjadi di kenal lebih luas karena pernah menjadi tutor (guru)
Alexander, seorang di plomat ulung dan Jenderal terkenal. Di Athena ia
mendirikan sekolah yang bernama Lyceum. Dari sekolah itu banyak
menghasilkan hasil penelitian yang tidak hanya dapat menjelaskan prinsip-
prinsip sains, tetapi juga politik, retorika dan lain sebagainya.
Namun lama kelamaan posisi Aristoteles di Athena tidak aman,
karena ia orang asing. Lebih dari itu ia di isukan sebagai penyebar pengaruh
yang bersifat subversif dan dituduh Atheis. Kemudian akhirnya ia
meninggalkan Athena dan pindah ke Chalcis dan meninggal di sana pada
tahun 322 SM.
Sebenarnya ia banyak menghasilkan karya-karya hasil penelitian dan
pemikiran-pemikiran filsafat. Namun banyak karya yang hilang. Diantara
karya-karya yang di kenal seperti; anganan (logika), Priar Analytics
(sologisme), Pasteriar Analytics (sains) dan lain sebagainya.
Dari karya-karyanya dapat diketahui pandangan-pandangan dia
tentang beberapa persoalan filsafat, misalnya etieka , Negara,
logika,metafisika dan lain-lainnya.
Didalam dunia filsafat, Aristoteles terkenal sebagai Bapak Logika.
Logikanya disebut tradisional karena nantinya berkembang apa yang disebut
logika modern. Logika Aristoteles itu sering juga di sebut Logika Formal.
Bila orang-orang sofis banyak yang menganggap manusia tidak akan
mampu memperoleh kebenaran, Aristoteles dalam Metaphysics menyatakan
bahwa manusia dapat mencapai kebenaran. Salah satu teori metafisika
Aristoteles yang penting ialah pendapatnya yang mengatakan bahwa matter
dan form itu bersatu. Matter memberikan substansi sesuatu, form
memberikan pembungkusnya. Setiap objek terdiri atas matter dan form. Jadi,
ia telah mengatasi dualisme Plato yang memisahkan matter dan form; bagi
plato, matter dan form berada sendiri-sendiri. Ia juga berpendapat bahwa
matter itu potensial dan form itu aktualitas.
Namun, ada substasi yang murni form, tanpa potentiality, jadi tanpa
matter, yaitu Tuhan. Aristoteles percaya adanya Tuhan sebagai penyebab
gerak (a first cause of motion).
Tuhan itu menurut Aristoteles berhubungan dengan dirinya sendiri.
Ia tidak berhubungan dengan (tidak memperdulikan) alam ini. Ia bukan
pesona. Ia tidak memperhatikan doa dan keinginan manusia. Dalam mencintai
Tuhan, kita tidak usah mengharap ia mencintai kita. Ia adalah kesempurnaan
tertinggi, dan kita mencontoh ke sana untuk perbuatan dan pikiran-pikiran
kita.
Pandangan filsafatnya tentang etika adalah bahwa etika adalah
Sarana untuk mencapai kebahagiaan dan merupakan sebagai barang yang
tertinggi dala kehidupan.etika dapat mendidik manusia supaya memiliki sikap
yang pantas dalam segala perbuatan.lebih lanjut ia menjelskan bahwa
kebaikan terletak di tengah-tengah antar dua ujung yang paling jauh.
Contohnya pembrani adalah sifat baik yang terletak di antara pengecut dan
nekat, rendah hati terletak di antara berjiwa budi dan sombong dan lain
sebagainya. Orang harus pandai menguasai diri supaya tidak berombang-
ambing oleh hawa nafsu.Aristoteles yang sampai kepada kaum muslim ada 36
buah, terbagi dalam empat bagian, yaitu : 55
a. Logika
b. Fisika
c. Metafisika, dan
d. Etika.
B. Karya-Karya Aristoteles
Secara umum, karya-karya Aristoteles berjumlah delapan pokok
bahasan yaitu:
1. Logika terdiri dari
Categoric(kategori-kategori)
De interpretatione(perihal penafsiran)
Analyticy priora(analitika logika yang lebih dahulu)
Analtyica posteiora(analitika logika yang kemudian)
2. Filsafat alam, yang terdiri dari
Phicisa
caelo(perihal langit)
De generatione et corruptione(timbul hilangnya makhluk makhluk
jasmani).
Meteorologica(ajaran tentang badan badan jasad raya)
3. Psikologi, terdiri dari:
De anemia(perihal langit).
Parva naturalatia(karangan karangan kecil tentang pokok-pokok
alamiah)
4. biologi, terdiri dari:
De partibus animalium(perihal bagian-bagian binatang).
De mutu animalium(perihal gerak binatang).
De incessu animalium(tentang binatang yang berjalan).
De generatione animalium(perihal kejadian binatang binatang).
5. Metafisika, oleh aristoteles dinamakan sebagai filsafat pertama
atau theologia.
6. Etika,terdiri dari:
Ethica Nicomachea
Magna Moralia(karangan besar tentang moral)
7. Politik dan Ekonomi,terdiri dari:
Politics
Ekonomic
8. Retorika dan Poetika,terdiri dari:
Rhetorica
Poetica56
56 Dr.Ali Maksum, M.Ag., M.Si. Pengantar Filsafat Ar-Ruzz Media 2016 Hal.68
C. Metode Aristoteles : Silogistis Deduktif
Aristoteles mengatakan bahwa ada 2 metode yang dapat digunakan
untuk menarik kesimpulan demi memperoleh pengetahuan dan kebenaran
baru. Kedua metode itu disebut metode induktif dan deduktif. Induksi
(epagogi) ialah cara menarik konklusi yang bersifat umum dari hal-hal yang
khusus. Adapun deduksi (apodiktik) ialah cara menarik konklusi berdasarkan
2 kebenaran yang pasti dan tidak diragukan, yang bertolak dari sifat umum ke
khusus. Induksi berangkat dari penganatan dan pengetahuan indrawi yang
berdasarkan pengalaman, sedangkan deduksi sebaliknya terlepas dari
pengalaman dan pengetahuan indrawi yang berdasarkan pengalaman itu.
Deduksi maupun induksi dipaparkan oleh aristoteles didalam logika. Tidak
disangka bahwa logika adalah salah satu karya filsafati besar yang dihasilkan
oleh Aristoteles, yang menyebabkan ia sering disebut sebagai pelopor,
penemu, atau bapak logika kendati itu tidak berarti sebelum Aristoteles belum
ada logika.
Sebenarnya, istilah logika tidak pernah digunakan oleh Aristoteles.
Untuk meneliti berbagai argumentasi yang barangkat dari proposisi-proposi
yang benar, dipakainya istilah analitika. Adapun untuk meneliti argumentasi-
argumentasi yang bertolak dari proposisi-proposisi yang di ragukan
kebenarannya, dipakaianya istilah dialektika. Istilah logika dalam arti
sebagaimana yang kita kenal pada masa kini mulai digunakan oleh Alexander
Aphrodisias pada awal abad ke-3 SM.
Inti logika adalah silogisme, dan silogisme sebagai suatu alat dan
mekanisme penalaran untuk menarik konklusi yang benar adalah suatu bentuk
formal dari penalaran deduktif. Bagi Aristoteles, deduksi merupakan metode
terbaik untuk memperoleh konklusi demi meraih pengetahuan dan kebenaran
baru. Itulah sebabnya mengapa metode Aristoteles disebut metode silogistis
deduktif.Silogisme adalah penemuan Aristoteles yang murni dan terbesar
dalam logika.
Silogisme, sebagai bentuk formal dari deduksi, terdiri atas tiga
proposisi. Proposisi pertama dan proposisi kedua disebut premis, sedangkan
proposisi ketiga merupakan konklusi yang di tarik dari proposisi pertama
dengan bantuan proposisi kedua.57
D. Realisme Aristoteles
Berbeda dengan Plato tentang persoalan kontradiktif antara tetap dan
menjadi, Aristoteles menerima yang berubah dan menjadi, yang bermacam-
macam bentuknya, yang semuanya itu berada di dunia pengalaman sebagai
realitas yang sesungguhnya. Itulah sebabnya filsafat Aristoteles di sebut
sebagai realisme.
Meskipun selama 20 tahun menjadi murid Plato, Aristoteles menolak
ajaran Plato tentang idea. Menurutnya, tidak ada idea-idea abadi. Apa yang
oleh Plato dipahami sebagi idea sebenarnya tidak lain adalah bentuk abstrak
yang tertanam dalam realitas indriawi sendiri. Menurut Aristoteles, ajaran
Platotentang idea-idea merupakan interpretasi salah terhadap kenyataan
bahwa manusia dapat membentuk konsep-konsep universal tentang hal-hal
yang empiris. Pendekatan Aristoteles adalah empiris. Ia bertolak dari realitas
nyata indriawi. Itulah sebabnya ia begitu mementingkan penelitian dialam
dan mendukung ilmu-ilmu khusus.
Tak hanya itu, Aristoteles juga menolak paham Plato tentang idea
yang baik dan bahwa hidup yang baik tercapai dengan kontemplasi atau
penyatuan dengan idea yang baik tersebut. Menurut Aristoteles, paham yang
baik itu sedikitpun tidak membantu seorang tukang untuk mengetahui
bagaimana ia harus memimpin negaranya. Itu tidak ada gunanya. Apa yang
membuat kehidupan manusia bermutu harus dicari dengan bertolak dari
58
realitas manusia sendiri.
58 Dr. Ali Maksum, M. Ag., M. Si. Pengantar filslafat Ar-Ruzz Media 2016 hal 70
KELOMPOK 8
MASA SKOLASTIK, RENAISSANCE DAN AUFKLARUNG
Disusun oleh : 1. Ayuni
2. Kholifa
A. Zaman Skolastik
Istilah skolastik adalah kata sifat yang berasal dari kata school, yang
berarti sekolah. Jadi, skolastik berarti aliran atau yang berkaitan dengan
sekolah. Perkataan skolastik merupakan corak khas sejarah filsafat abad
pertengahan.
Terdapat beberapa pengertian dari corak khas skolastik, sebagai
berikut.
1. Filsafat skolastik adalah filsafat yang mempunyai corak semata-
mata agama. Skolastik ini sebagai bagian dari kebudayaan pertengahan
yang religious.
2. Filsafat skolastik adalah filsafat yang mengabdi pada teologi atau
filsafat yang rasional memecahkan persoalan-persoalan mengenai
berpikir, sifat ada, kejasmanian, kerohanian, baik buruk. Dari rumusan
tersebut kemudian muncul istilah skolastik Yahudi, skolastik Arab dan
lainnya.59
Filsafat skolastik ini dapat berkembang dan tumbuh karena beberapa factor
berikut.
a. Factor religious
Factor religius dapat mempengaruhi corak pemikiran filsafatnya.
Yang dimaksud factor religius adalah keadaan lingkungan saat itu yang
berperikehidupan religius. Mereka menganggap bahwa hidup di dunia ini
suatu perjalanan ke tanah suci yarussalem. Dunia ini bagai negeri asing
dan sebagai tempat pembuangan limbah air mata saja (tempat kesedihan).
Sebagai dunia yang menjadi tanah airnya adalah syurga. Manusia tidak
mungkin dapat sampai ketanah airnya (syurga) dengan kemampuan
60 Ibid hal 71
64 Ibid.
65 Ibid.
67 Ibid.
72 Ali maksum (pengantar filsafat Surabaya:UIN SA Press, juli 2011) hal 27-28
manusia itu sendiri yang bersalah?karena manusia itu sendiri tidak
menggunakan kemungkinan yang ada padanya,yaitu rasio.73
73
KELOMPOK 9
RASIONALISME, EMPIRISME DAN KRITISME
Disusun oleh : 1. Fatimatuz Zahro
2. Siti Hotima
A. RASIONALISME
Para filsuf rasionalisme adalah mereka yang :pertama ,mengatakan
bahwa kekuatan akal pada diri manusia –yang dalam pandangan mereka
merupakan suatu kekuatan instinktif- adalah sumber dari semua ilmu yang
hakiki, atau merupakan sumber dari dua sifat dari ciri ilmu hakiki secara
khusus, yaitu:urgensitas (dharuroh)dan kebenaran mutlak (al-shidq-al-
muthlaq ). Kedua, berkaitan dengan kalimat kosmik para penganut madzhab
rasionalisme menerima adanya wujud spiritual atau rasio yang merupakan
asal usul dari segala entitas.
Kita akan mengkaji madzhab rasionalisme ini pada tiga tokohnya
yang paling terkenal, yakni plato untuk masa klasik, serta Descartes dan
Leibniz untuk masa modern.74
Airan ini menyatakan bahwa akal (reason) merupakan dasar
kepastian dan kebenaran pengetahuan walaupun belum di dukung oleh fakta
empiris. Tokohnya adalah Rene Descartes (1596-1650), BaruchSpinocza
(1632-1677), dan Gottried Leibniz (1646-1716).
Secara etimologis, rasionalisme berasal darinkata bahasa inggris
rationalism. Kata dasarnya berasal dari bahasa Latin ratio yang berarti akal.
Aliran ini dipandang sebagai aliran yang berpegang pada prinsip bahwa akal
harus diberi peranan utama dalam penjelasan. Ia menekankan akal budi
(rasio) sebagai sumber utama pengetahuan, mendahului atau unggul atas, dan
bebas (terlepas) dari pengamatan inderawi. Hanya pengeetahuan yang
diperoleh melelui akal yang memenuhi syarat semua pengetahuan ilmiah.
Pengalaman hanya dipakai untuk mempertegas pengetahuan yang diperoleh
74 Dr.Fu’ad Farid Isma’il & Dr. Abdul Hamid Mutawalli, Cara Mudah Belajar Filsafat (Barat
dan Islam), (Baguntapan, Jogjakarta: IRCiSoD, 2012), 60.
akal. Akal tidak memerlukan pengalaman. Akal dapat menurunkan kebenaran
dari dirinya sendiri, yaitu atas dasar asas- asas pertama yang pasti. Tetapi,
bukan berarti bahwa rasionalisme mengingkari nilai yang yang didapat dari
pengalaman, justru pengalaman adalah bagian dari perangsang pikiran. Tetapi
kaum rasional percaya bahwa letak kebenaran dan kesesatan terdapat dalam
ide kita, bukannya di dalam diri barang tertentu.
Rene Descartes, salah satu tokoh dari aliran ini, mengatakan bahwa
seluruh pengetahuan yang dimiliki manusia harus diragukan, termasuk
pengetahuan yang dianggap paling pastidan sederhana. keraguan Descartes
inilah yang kemudian dikenal sebagai keraguan metodis universal.
Pengetahuan- penget ahuan yang harus diragukan dalam hal ini adalah berupa
: segala sesuatu yang kita di dapatkan didalam kesadaran kita sendiri karena
semuanya mungkin adalah hasil khayalan atau tipuan; dan segaa sesuatu yang
hingga kini kita anggap sebagai benar dan pasti, misalnya pengetahuan yang
telah di dapatkan dari pendidikan atau pengajaran, pengetahuan yang di
dapatkan melalui pengindraan, pengetahuan entang adanya benda –benda,
dan adanya tubuh kita, pengetahuan tentang Tuhan, bahkan juga pengetahuan
tentang ilmu pasti yang paling sederhana.
Menurut Descartes, satu-satunya hal yang tidak dapat diragukan
adalah eksistensi dirinya sendiri; dia tidak meragukan lagi bahwa dia sedang
ragu –ragu. Kristalisasi kepastian Descartes di ekspresikan dengan diktum
nya yang cukup terkenal, cogito, ergo sum, “ aku berpikir maka aku ada”.
“saya berpikir, maka saya “ adalah pengada yang berpikir, yaitu eksistensi
dari akal, sebuah substansi dasar. Cogito bukanlah sesuatu yang dicapai
melalui proses penyimpulan, dan ergo bukanlah ergo silogisme. Yang
dimaksud Descartes adalah bahwa eksistensi personal “ saya “ yang penuh
diberikan kepada “ saya ” didalam kegiatan meragukan.
Lebih jauh, menurut Descartes, apa yang jernih dan terpilah-pilah itu
tidak mungkin berasal dari luar diri kita. Descartesm emberi contoh lilin yang
apabila dipanaskan mencair dan berubah bentuknya. Apa yang membuat
pemahaman kita bahwa apa yang tampak sebelum dan sesudah mencair
adalah lilin yang sama ? mengapa setelah penampakan berubah kita tetap
mengatakan bahwa itu lilin?.
Jawaban Descartes adalah karena akal kita yang mampu menangkap
ide secara jernih dan gamblang tanpa terpengaruh oleh gejala –gejala yang
ditampilkan lilin. Oleh karena penampakan dari luar tidak dapat dipercaya,
seseorang mesti mencari kebenran-kebenaran dalam dirinya sendiri yang
bersifat pasti. Ide-ide yang bersifat pasti dipertentangkan dengan ide-ide yang
berasal dari luar yang bersifat menyesatkan.75
Para penganut rasionalisme yakin bahwa kebenaran dan kesesatan
terletak dalam ide dan bukunya didalam diri barang sesuatu. Jika kebenaran
mengandung makna mempunyai ide yang sesuai dengan atau yang menunjuk
kepada kenyataan, kebenaran hanya ada dalam pikiran kita dan hanya dapat
diperoleh dengan akal budi saja.
Akal, selain bekerja karena ada bahan dari indera, juga akan dapat
menghasilkan pengetahuan yang tidak berdasarkan bahan inderawi sama
sekali, jadi akan dapat juga menghasilkan pengetahuan tentang objek yang
betul-betul abstrak.
Premis yang dipakai dalam penalarannya didapatkan dari ide-ide
yang menurut anggapannya jelas dan dapat diterima. Ide ini menurut mereka
bukanlah ciptaan manusia. Prinsip itu sendiri sudah ada jauh sebelum
manusia berusaha memikirkannya. Fungsi pikiran manusia disini hanyalah
untuk mengenali prinsip-prinsip tersebut yang lalu menjadi pengetahuan nya.
Prinsip itu sendiri sudah ada dan bersifat apriori dan dapat diketahui oleh
manusia lewat kemampuan berpikir rasionalnya dan dengan mengetahui
prinsip itulah kita dapat mengerti kejadian-kejadian yang berlaku dalam alam
sekitar kita.76
Rene Descartes dianggap tokoh paling berpengaruh dalam aliran
rasional ini. Descartes berpendapat bahwa agar filsafat dan ilmu pengetahuan
dapat diperbarui, kita memerlukan suatu metode yang baik, yaitu dengan
menyangsikan segala –galanya atau keragu-raguan. Menurutnya suatu
75 Nurani Soyomukti, Pengantar Filsafat Umum, (Yogyakarta: AR-Ruzz Media, 2017), 158-160.
76 Prof. Dr. Amsal Bakhtiar, M.A., Filsafat Ilmu, (Jakarta: PT Raja Grafindo Persada, 2012), 102-
105.
kebenaran yang tidak dapat disangkal adalah cogito ergo sum artinya “ saya
yang sedang menyangsikan, ada “. Untuk memperoleh hasil yang sahih,
dalam metodenya, Descartes mengemukakan 4 hal berikut ini.
a. Tidak menerima suatupun sebagai kebenaran, kecuali bila saya
melihat hal itu sungguh-sungguh jelas dan tegas sehingga tidak ada
suatu keraguan apapun yang mampu merobohkannya.
b. Pecahkanlah setiap kesulitan atau masalah itu atau sebanyak
mungkin baguan, sehungga tidak ada suatu keraguan apa pun yang
mampu merobohkannya.
c. Bimbinglah pikiran denag teratur, dengan memulai dari hal yang
sederhana dan mudah diketahui, kemudian secara bertahap sampai
pada yang paling sulit dan kompleks.
d. Dalam proses pencarian dan pemeriksaan hal-hal sulit, selamanya
harus dibuat perhitungan-perhitungan yang smpurna serta
pertimbangan-pertimbangan yang menyeluruh, sehingga kita yakin
bahwa tidak ada satu pun yang mengabaikan atau ketinggalan dalam
penjelajahan itu.
Karena kesaksian apapun dari luar tidak dapat dipercaya, maka menurut
Descartes, saya mesti mencari kebenaran-kebenaran dalam diri saya dengan
menggunakan norma cogito ergo sum. Descartes berpendapat bahwa dalam
dirinya terdapat ide bawaan (innate deas) yang sudah ada sejak lahir, yaitu
“pemikiran”, “Allah”, dan “keluasan”.77
B. EMPIRISME
Para penganut madzhab ini menolak teori ide-ide natural yang
dikemukakan oleh para penganut madzhab rasionalisme. Penganut madzhab
empirisme mengembalikan pengetahuan dengan semua bentuknya kepada
pengalaman inderawi. Orientasi ini mendorong mereka untuk secara serius
memperhatikan peristiwa-peristiwa nyata.
Kami akan memaparkan perkembangan madzhab dengan kelima
tokohnya. Salah satunya adalah Aristoteles yang mewakili aliran klasik, yang
77 Drs. A. Susanto, M.Pd., Filsafat Ilmu Suatu Kajian dalam Dimensi Ontologis, Epistimolois,
dan Aksiologis, (Jakarta: PT. Bumi Aksara, 2016), 37.
lain, yakni Roger Bacon, John Locke, David Hume dan John Stuart Mills
mewakili masa modern.78
Secara etimologis, empirisme berasal dari kata bahasa Inggris
empiricism dan experience. Kata-kata ini berakar dari kata bahasa Yunani
(empeiria) dan dari kata experietis yang berarti berpengalaman dalam,
berkenalan dengan, dan terampil untuk. Jadi, empirisme adalah aliran dalam
filsafat yang berpandangan bahwa pengetahuan secara keseluruhan atau
parsial didasarkan kepada pengalaman yang menggunakan indra. Selanjutnya,
secara terminologis terdapat beberapa definisi mengenai empirisme, di
antaranya adalah doktrin bahwa sumber seluruh pengetahuan harus dicari
dalam pengalaman, pandangan bahwa semua ide merupakan abtraksi yang
dibentuk dengan menggabungkan apa yang dialami, pengalaman indrawi
adalah satu-satunya sumber pengetahuan, bukan akal.
Menurut aliran ini, mustahil kita dapat mencari pengetahuan
mutlak dan mencakup semua segi, apalagi jika di dekat kita terdapat kekuatan
yang dapat dikuasi untuk meningkatkan pengetauan manusia, yang meskipun
bersifat lebih lambat, lebih dapat diandalkan. Kaum empiris cukup puas
dengan mengembangkan sebuah sistem pengetahuan yang mempunyai
peluang besar untuk benar meskipun kepastian mutlak tidak akan pernah
dapat dijamin.
Empirisme juga sering disebut sebagai “ilmu bukti”, yang sering
juga memakai istilah ‘he organization of facts (menyusun segala bukti).
Bahan atau bukti yang dipergunakan oleh kaum ahli ilmu pengetahuan
empiris itu diperoleh dengan jalan observation (pengamatan) atau experiment
(praktik). Jalan experiment lebih banyak mendapatkan hasil karena dengan
jalan praktik si penyidik dapat memindahkan barang dari tempat ke tempat
dan mencampurkan berbagai macam benda dan kenyataan sesuai dengan
keinginannya. Sedangkan, dalam pengamatan, penyidik cuma pasif, berdiam
diri dan mengamati saja, si pengamat cuma bisa mengamati hidup dan
sifatnya masing-masing tumbuhan atau hewan di masing-masing tempatnya.
78 Dr. Fu’ad Farid Ismail & Dr. Abdul Hamid Mutawalli, Cara Mudah Belajar Filsafat (Barat
dan Islam), (Banguntapan Jogjakarta: IRCiSoD, 2012), 85.
Varian empirisme adalah yang menganggap bahwa pengetahuan
dapat dilacak sampai pengalaman indrawi, dan apa yang tidak dapat dilacak
dengan cara seperti itu dianggap bukan pengetahuan. Ini adalah sejenis
empirisme radikal atau yang layak disebut aliran sensasionalisme. Pandangan
semacam inilah yang mendapatkan reaksi ketidak setujuan dari tak sedikit
kalangan. Masalahnya, seorang ahli yang cuma tetap berada dalam dunia
bukti saja dan tak sanggup melepasakan bukti-bukti itu supaya bisa melayang
ke dunia hipotesis dan teori, tidaklah akan sanggup membentuk laws and
system seperti maksud science. Mereka akan tetap tinggal pada dunia bukti
saja.79
John Locke (1632-1704), bapak empiris Britania mengemukakan
teori tabula rasa (sejenis buku catatan kosong). Maksudnya ialah bahwa
manusia itu pada mulanya kosong dari pengetahuan, lantas pengalamannya
mengisi jiwa yang kosong itu, lantas ia memiliki penegtahuan. Mula-mula
tangkapan indera yang masuk itu sederhana, lama-kelamaan menjadi
kompleks, lalu tersusunlah pengetahuan berarti. Jadi, bagaimanapun
kompleks pengetahuan manusia, ia selalu dapat ujungnya pada pengalaman
indera. Sesuatu yang tidak dapat diamati dengan indera bukanlah
pengetahuan yang benar. Jadi, pengalaman indera itu itulah sumber
pengetahuan yang benar.
David Hume, salah satu tokoh empirisme mengatakan bahwa
manusia tidak membawa pengetahuan bawaan dalam hidupnya. Sumber
pengetahuan adalah pengamatan. Pengamatan memberikan dua hal, yaitu
kesan-kesan (impressions) dan pengertian-pengertian atau ide-ide (ideas).
Yang dimaksud kesan-kesan adalah pengamatan langsung yang diterima dari
pengalaman, seperti merasakan tangan terbakar. Yang dimaksud dengan ide
adalah gambaran tentang pengamatan yang samar-samar yang dihasilkan
denagn merenungkan kembali atau terefleksikan dalam kesan-kesan yang
diterima dari pengalaman.80
79 Nurani Soyomukti, Pengantar Filsafat Umum, (Jogjakarta: AR-Ruzz Media, 2017), 156-158.
80 Prof. Dr. Amsar Bakhtiar, M.A., Filsafat Ilmu, (Jakarta: PT Raja Gravindo Persada, 2012), 99-
100.
Salah satu tokoh dari aliran ini adalah Thomas Hobbes (1588-
1679), yang lahir di Inggris pada saat penyerbuan oleh Spanyol ke Inggris.
Sebagaimana umumnya penganut empirisme, Hobbes beranggapan bahwa
pengalaman merupakan permulaan segala pengenalan. Pengenalan intelektual
tidak lain dari pada semacam perhitungan, yakni penggabungan data-data
inderawi yang sama dengan cara berlainan. Pengalaman adalah keseluruhan
atau totalitas pengamatan yang disimpan di dalam ingatan atau digabungkan
dengan suatu pengharapan akan masa depan, sesuai dengan apa yang telah
diamati pada masa lalu.
Pada perkembangan selanjutnya, Hobbes di dalam pandangannya
tentang dunia dan manusia dapat dikatakan sebagai penganut materialism.
Hobbes menjelaskan bahwa segala sesuatu yang ada bersifat bendawi.
Hobbes juga tidak menyetujui pandangan Descartes tentang jiwa sebagai
substansi rohani. Menurut Hobbes, seluruh dunia, termasuk juga manusia,
merupakan suatu proses yang berlangsung dengan tiada henti-hentinya atas
dasar hukum-hukum mekanisme saja.81
C. KRITISISME
Pada dua bagian yang lalu, kami telah menyebutkan dua aliran
berbeda dalam kajiannya tentang wujud (being) dan pemahamannya tentang
pengetahuan manusia.
Aliran pertama adalah aliran Rasionalisme yang bertolak dari akal
(rasio). Para filsuf aliran ini berpendapat bahwa wujud hakiki adalah wujud
yang kita rasionalisasikan. Mereka juga berpendapat bahwa sumber dari
pengetahuan yang meyakinkan adalah akal, sedangkan pengetahuan persepsi
(inderawi) tidak mencapai derajat penegtahuan yang meyakinkan.
Aliran kedua adalah aliran Empirisme yang bertolak dari persepsi
dan pengalaman inderawi, baik mereka yang memperluas kawasan manusia
sehingga menjadikan pengalaman inderawi dan keaktifan jiwa sebagai
sumbernya, maupun mereka yang mempersempit kawasan pengetahuan itu,
sehingga mereka membatasi hanya pada pengalaman inderawi saja sambil
81 Drs. A. Susanto, M. Pd., Filsafat Ilmu Suatu Kajian dalam Dimensi Ontologis, Epistimologis,
dan Aksiologis, (Jakarta: Bumi Aksara, 2016),38.
menganggap kerja jiwa sebagai resepsitivitas negatif-murni bagi berbagai
persepsi.
Kedua aliran itu berbeda dalam kritik tolak pijakan. Porsi
perbedaan antara kedua aliran ini semakin menajam pada abad ke-17 dan
abad ke-18. Kemudian datanglah madzhab Kritisisme yang diusung oleh
Immanuel Kant yang menggabungkan kedua aliran itu dan menggariskan satu
filsafat yang menengahi akal dan pengalaman inderawi. Filsafat ini tidak
murni rasional dan juga tidak murni empirik, namun menggabungkan antara
unsur-unsur dari kedua aliran. Akan tetapi, mengapa filsafat ini dinamakan
dengan filsafat kritisisme?
Kritik adalah salah satu cara untuk memverifikasi berbagai
pendapat dan membebaskan berbagai pemikiran dari keyakinan sebagai
pemikiran-pemikiran yang ajeng ( mantap tak berubah). Ini menuntut
observasi cermat serta kesadaran sempurna yang memungkinkan untuk
mengetahui sesuatu yang terselubung dan menjelaskan yang samar. Kritik
juga merupakan satu jenis analisa, dimana seorang pengkritik akan
menganalisa satu konsep (ide) atau ungkapan untuk menjelaskan kebenaran
dan kesalahan yang ada padanya. Inilah yang hendak dicapai oleh madzhab
Kritisisme Kant, ketika ia mengkritisi madzhab-madzhab terdahulu
(Rasionalisme dan Empirisme) dan menjelaskan kekurangan-kekurangan
yang ada padanya. Kant juga memberikan batasan-batasan tentang akal
manusia.
Kant tidak menciptakan metode kritik dari tiada, namun ia telah
didahului oleh banyak pemikir dari kalangan filsuf, sejarawan dan sastrawan.
Kita menemukan Aristoteles sejak zaman kuno telah mengkritik pendapat-
pendapat para filsuf sebelumnya, sehingga terkenallah ungkapannya: “Aku
mencintai Plato, tapi aku lebih mencintai kebenaran”.
Kami juga telah menyebutkan, ketika kita mengkaji madzhab
Empirisme, bahwa Locke sangat memperhatikan analisa atas berbagai
konsep (ide) yang kemudian dibaginya menjadi ide-ide sederhana dan ide-ide
kompleks. Ia juga menganalisa sifat-sifat segala sesuatu yang dibagi menjadi
karakteristik primer dan karakteristik sekunder, termasuk perhatiannya
terhadap penggabungan antara pengalaman inderawi dengan funsi dasar akal.
Oleh karena itu, Locke menyebut empirisme-nya dengan empirisme kritis
yang berhadapan dengan aliran kritis Kant, yang disebutnya dengan idealisme
kritis dengan melihat kecenderungan Kant dalam kritiknya terhadap akal
untuk menyeleksi unsur-unsur superfisial rasional yang dianggap sebagai
syarat bagi tegaknya pengetahuan yang disandarkan kepada unsur-unsur
persepsional. Kita juga tidak lupa bahwa Hume mempunyai kecenderungan
untuk menganalisa berbagai konsep dan makna, sehungga Kant mengatakan
bahwa Hume telah membangunkannya dari tidur panjangnya (mengarahkan
dan membimbingnya pada pemikiran kritis).
Abad ke-18 M secara umum mempunyai keistimewaan dengan
adanya semangat kritisisme yang jelas. Akan tetapi, hal baru pada Kant
adalah bahwa ia sangat mendakami kritisime dan menerapkannya secara luas.
Ia membuat berbagai asumsi lalu meninjau serta mengkritisinya. Cara ia
gunakan secara penuh dalam persoalan penegtahuan, sehingga ada baiknya
kita menkaji Kant, agar kita bisa mengenal aliran kritisismenya dengan lebih
baik.82
Filsafat yang dikenal dengan kritisisme adalah filsafat yang
diintroduser oleh Immanuel Kant (1724-1804). Kant mengadakan penelitian
yang kritis terhadap rasio murni dan memugar sifat objektivitas dunianilmu
pengetahuan dengan menghindarkan diri dari sofat sepihak rasionalisme dan
sifat sepihak empirisme. Gagasan itu muncul karena pertanyaan mendasar
dalam dirinya yaitu, Apa yang dapat saya ketahui? Apa yang harus saya
lakukan? dan Apa yang boleh saya harapkan?
Kritisisme ini bisa dikatakan aliran yang memadukan atau
mendamaikan rasionlisme dan empirisme. Menurut aliran ini, baik
rasionalisme maupun empirisme keduanya berat sebelah. Pengalaman
manusia merupakan paduan antara sintesa unsur-unsur aspriori (terlepas dari
pengalaman) dengan unsur-unsur aposteriori (berasal dari pengalaman). Ciri-
ciri kritisisme dapat disimpulkan dalam tiga hal, yaitu sebagai berikut.
82 Dr. Fu’ad Isma’il & Dr. Abdul Hamid Mutawalli, Cara Mudah Belajar Filsafat (Barat dan
Islam), (Banguntapan, Jogjakarta: IRCiSoD,2012), 112-115.
a. Menganggap objek pengenalan itu berpusat pada subjek dan bukan
pada objek.
b. Menegaskan keterbatasan kemampuan rasio manusia untuk
mengetahui realitas atau hakikat sesuatu, rasio hanyalah mampu
menjangkaunya atau fenomenanya saja.
c. Menjelsakan bahwa pengenalan manusia atas sesuatu itu diperoleh
atas perpaduan antara peranan unsur anaximenes priori yang berasal
dari rasio serta berupa ruang dan waktu dan peranan aposteriori yang
berasal dari pengalaman yang berupa materi.83
83 Drs. A. Susanto, M. Pd., Filsafat Ilmu Suatu Kajian dalam Dimensi Ontologis, Epistimologis,
dan Aksiologis, (Jakarta: Bumi Aksara,2016), 38-3
KELOMPOK 10
POSITIVISME DAN FENOMENOLOGI
Disusun oleh : 1. Zulfa Aria Wardani
2. Lailatul Husnia
A. Positivisme
Positivisme berasal dari kata “positif” yang berarti faktual, yaitu apa
yang berdasarkan fakta. Menurut positivisme, pengetahuan kita tidak pernah
boleh melebihi fakta-fakta. Positivisme, seperti empirisme, mengutamakan
pengalaman sebagai sumber pengetahuan. Perbedaan positivisme dengan
empirisme adalah bahwa positivisme tidak menerima sumber pengetahuan
melalui pengalaman batiniah, tetapi hanya mengandalkan fakta-fakta belaka.84
Positivisme adalah salah satu aliran filsafat modern. Istilah
Positivisme pertama kali digunakan oleh Francis Biken seorang filosof
berkebangsaan Inggris. Ia berkeyakinan bahwa tanpa adanya pra asumsi,
komprehensi-komprehensi pikiran dan apriori akal tidak boleh menarik
kesimpulan dengan logika murni maka dari itu harus melakukan observasi
atas hukum alam. Istilah ini kemudian juga digunakan oleh Agust Comte dan
dipatok secara mutlak sebagai tahapan paling akhir sesudah tahapan-tahapan
agama dan filsafat.
Ada pengertian umum positivisme. Pertama, Positivisme legal, ialah
suatu teori yang menyatakan bahwa hukum negara berdasar pada keinginan
pemilik kekuasaan negara tersebut. Pertama-tama, pendapat ini menyatakan
bahwa legislasi dan pengakuan otoritatif atas keputusan yudisial. Kedua,
Positivisme Moral atau positivisme moral teologis, dikenal dengan nama
voluntarisme teologis ialah suatu teori yang menyatakan bahwa perintah-
perintah arbitrer Tuhan melakukan tindakan-tindakan tertentu tentang benar
atau salah. Ketiga, Filsafat Positivis dimulai dengan August Comte dengan
filsafat positif dan positivismenya digunakan untuk merancang pandangan
84 Drs. A. Susanto, M.Pd Filsafat Ilmu PT. Bumi Aksara, Jakarta 2011. Hal.40
dunia yang merangkum masalah-masalah dalam kehidupan ilmu modern,
serta menolak superstisi, religi, metafisika sebagai bentuk pemikiran pra-
ilmia yang akan menyerahkan pada ilmu positif sebagai kemanusiaan
meneruskan kemajuannya. 85
Filsafat positivisme lahir pada abad ke-19. Titik tolak pemikirannya,
apa yang telah diketahui adalah yang faktual dan yang positif, sehingga
metafisika ditolaknya. Yang dimaksud dengan positif adalah segala gejala dan
segala yang tampak seperti apa adanya, sebatas pengalaman obyektif. Jadi,
setelah fakta diperolehnya, fakta-fakta tersebut kita atur dapat memberikan
semacam asumsi (proyeksi) ke masa depan.
Tokoh-tokoh Positivisme
1. August Comte (1798-1857)
Ia lahir pada 17 Januari 1798 di Montpellier, sebuah kota kecil di
bagian barat daya Prancis. Sebuah karya penting, Cours de philosophia
positives (Kursus tentang filsafat positif) menurut Comte, hendaknya kita
memendang phenomenan atau gejala itu sesuatu yang tunduk pada hukum
alamiah yang menetap atau yang mutlak / tidak bergantung pada apapun
dan berjasa dalam mencipta ilmu sosiologi.
Beberapa buku yang berhasil ditulis comte, antara lain:
1. Traite des Systemes (1845)
2. Traite des Sensations (1854)
3. Langue des Calculs (1858)86
Menurut pendapatnya, perkembangan pemikiran manusia
berlangsung dalam tiga tahap: tahap teologis, tahap metafisis, dan tahap
ilmiah atau positif.
a. Tahap teologis, yaitu pada tahap ini manusia mengarahkan
pandangannya kepada hakikat yang batiniah. Di sini manusia percaya
kepada kemungkinan adanya sesuatu yang mutlak. Artinya, dibalik
setiap kejadian tersirat adanya maksud tertentu.
85 Prof.Dr.Sutardjo A.Wiramihardja, Psi Pengantar Filsafat PT. Refika Aditama Bandung 2006
Hal.145
90 Drs.Asmoro Achmadi Filsafat Umum PT.Raja Gravido Persada, Jakarta. Hal 122
Seperti halnya dengan Husserl, filsafat Scheler juga mengalami
perkembangan. Disini hanya sebagian saja yang akan dibicarakan, yaitu
bagian filsafatnya yang menampakkan kelanjutan pemikiran Husserl.
Metode fenomenologis tentang “penilaian hakikat” oleh Scheler
diterapkan di bidang teori pengenalan, etika, filsafat kebudayaan dan
keagamaan, serta bidang nilai. Jasanya besar sekali dalam pemikiran
tentang nilai ini. https://master-exselen.blogspot.com
3. Martin Heidegger (1889-1976)
Martin Heidegger lahir di Mebkirch, Jerman pada tanggal 26
Desember 1889 dan meninggal pada tanggal 26 Mei 1976 pada umur 86
tahun. Ia adalah seorang filusuf asal Jerman. Ia belajar di universitas
Freiburg di bawah Edmund Husserl, penggagas Fenomenologi, kemudian
menjadi profesor disana pada 1928. Ia mempengaruhi banyak filusuf
lainnya, dan murid-muridnya termasuk Hans-Georg Gadamer, Hans
Jonas, Emmanuel Levinas, Hannah Arendt, Leo Strauss, Jacques Derrida,
Michel Foucault, Jean-luc nancy, dan Philippe Lacoue-Labarthe juga
mempelajari tulisan-tulisannya secara mendalam. Selain hubungannya
dengan fenomenologi, Heidegger dianggap mempunyai pengaruh yang
besar atau tidak dapat diabaikan terhadap eksistensialisme, dekonstruksi,
hermeneutika (muncul sebagai sebuah gerakan dominan dalam teologi
Protestan Eropa, yang menyatakan bahwa hermeneutika merupakan “titik
fokus” dari isu-isu teologis sekarang.
Selain tokoh fenomenologi, Martin Heidegger juga adalah tokoh
eksistensialisme, ia mengemukakan bahwa keberadaan hanya akan dapat
dijawab melalui jalan Antologi, artinya jika persoalan ini dihubungakan
dengan manusia dan dicari artinya dalam hubungan itu. Metoda untuk ini
adalah fenomenologis. Jadi yang penting adalah menemukan arti
keberadaan itu. Satu-satunya yang berada dalam arti yang sesungguhnya
adalah beradanya manusia. Keberadaan benda-benda terpisah dengan
yang lain, sedang beradanya manusia, mengambil tepat di tengah-tengah
dunia sekitar. Keberadaan manusia disebut Desein. Berada artinya
menempati atau mengambil tempat.91
Fenomenologi di satu pihak adalah hubungan antara menusia
dengan dunia, dan di pihak lain, ia merupakan hubungan antara dirinya
dengan dirinya sendiri. Dalam masalah keagamaan, fenomenologi adalah
cara untuk memahami hal ekspresi manusiawi terhadap latar belakang
hubungan yang fundamental. Sebagai suatu usaha pemikiran,
fenomenologi mencoba memahami manusia dalam kerangka filsafat
antropologi. Sebagai suatu usaha riset ilmiah, fenomenologi berusaha
untuk mengklarisifikasikan seluk-beluk kumpulan fenomena, termasuk
fenomena keagamaan. Dengan cara demikian, fenomenologi menentukan
terhadap pengertian mereka sendiri.
Program utama fenomenologi adalah mengembalikan filsafat ke
penghayatan sehari-hari subjek pengetahuan. Kembali ke kekayaan
pengalaman manusia yang konkret, lekat dan penuh penghayatan. Selain
itu, fenomenologi juga menolak klaim representasionalisme epistimologi
modern. Fenmenologi yang dipromosikan Husserl sebagai ilmu tanpa
presuposisi. Ini bertolak belakang dengan modus filsafat sejak Hegel
menafikan kemungkinannya ilmu pengetahuan tanpa presuposisi.
Presuposisi yang menghantui filsafat selama ini adalah naturalisme dan
psikologisme. Pengaruuh fenomenologi sangat luas. Hampir semua
disiplin keilmuan mendapatkan inspirasi dari fenomenologi. Psikologi,
sosiologi, sntropologi, sampai arsitektur semuanya memperoleh nafas
baru dengan munculnya fenomenologi.92
Fenomenologi bersumber dari pembedaan yang dilakukan oleh
immanuel khan antara noumenal atau alam yang sesungguhnya dan
fenomenal atau yang tampak tak terlihat dan juga merupakan
pengembangan dari fenomenologi of spirit-nya Hegel. Husserl adalah
92 Donni Gahral Adian, Pilar-Pilar Filsafat Kontemporer, Jogjakarta, Jalasutra 2002. Hal.106
juga seorang ahli matematika yanag mengembangkan filsafatnya dengan
bertolak dari filsafat ilmu.93
94 Nurani soyomukti, Pengantar Filsafat Umum, (jogjakarta: Ar-Ruzz Media, 2017),hal. 260
97 Amsal Bakhtiar, Filsafat Ilmu, (jakarta: PT RajaGrafindo persada, 2012), hal. 96-97
di dalam. Dalam pernyataan ini, yang mengikuti jejak skeptisisme hume,
idealisme subjektif berkley dan para sophis Yunani: kita tidak mungkin
memahami dunia. Mereka seakan mengajak kita untuk jangan terlalu capek
capek memahami dan menyelidiki dunia, Percayakan pada ide saja sebuah
semangat yang tampaknya bertentangan dengan spirit munculnya pengetahuan
dan filsafat.
Efek filsafat idealis: karena menganggap bahwa semuanya adalah
konstruksi ide atau pikiran yang harus diubah adalah pikiran dengan demikian
memaafkan kenyataan material. Pada saat yang sama, sebagaimana idealisme
dalam keagamaan (yang menganggap ada hal gaib dan mistik yang
mengendalikan kenyataan material), kenyataan dianggap aturan Tuhan,
semuanya di anggap takdir sehingga hal ini membuat orang Hanya bisa
pasrah98.
D. Varian-Varian Idealisme
1. Idealisme subjektif
Idealisme subjektif adalah filsafat yang berpandangan realis dan
bertitik tolak pada ide manusia atau ide. Alam dan masyarakat ini tercipta
dari ide manusia. Segala sesuatu yang timbul yang terjadi di alam atau di
masyarakat adalah hasil atau karena cinta itu manusia atau ide sendiri atau
dengan kata lain alam dan masyarakat adalah sebuah ide atau pikiran yang
dari dirinya sendiri atau ide manusia. Ini dikemukakan sebelum kant oleh
seorang Uskup dan filsuf dari Irlandia george berkeley, dan digunakan juga
oleh empiris is classic Inggris David hume.
Konsekuensi dari logika dari idealisme subjektif semacam itu
misalnya adalah pernyataan Jika saya menutup mata saya dunia ini akan
menghilang. Inilah yang menyebabkan filsafat ini terjatuh pada siswa ide
bahwa hanya saya sendiri yang ada yang lain tidak ada. Pandangan
semacam ini jelas senewen masalahnya ada atau tidak pikiran orang ada
atau tidak dia yang berpikir dunia tetap akan ada artinya sebagaimana
dipahami kaum materialis dunia ini indenpenden pada pikiran atau ide
manusia.
2. Idealisme objektif
98 Nurani soyomukti, Pengantar Filsafat Umum, (jogjakarta: Ar-Ruzz Media, 2017),hal. 260
Idealisme objektif adalah suatu aliran filsafat yang pandangannya
idealis dan idealismenya itu bertitik tolak dari ide universal ide di luar
Indonesia. Menurut idealisme objektif segala sesuatu baik dalam alam atau
masyarakat adalah hasil dari ciptaan ide universal.
Penganut aliran Ini adalah hegel atau Nama lengkapnya sebagai
George wilhem Hegel. hegel menganggap dirinya mampu mengatasi
antinomi Immanuel kant dengan menganggap bahwa kontradiksi itu benar-
benar ada bukan hanya dalam pemikiran. tapi juga dalam dunia nyata.
Baginya bentuk-bentuk pikiran harus mencerminkan dunia objektif sendiri
mungkin. proses pengetahuan mengandung suatu penetrasi yang semakin
lama semakin dalam menerobos realitas, maju dari yang abstrak yang
konkret, dari yang diketahui ke yang tidak diketahui, dari yang khusus
menuju yang umum99.
99 Ibid. 96
KELOMPOK 12
MATERIALISME
Disusun oleh : 1. Lismatul Maulana
2. Ulvia Sari
100 Muhdafir dan Ali, Mengenal Filsafat dalam Filsafat Ilmu Sebagai Dasar Pengembangan
Ilmu Pengetahuan, (Yogyakarta: Liberty, 2007), hal. 36.
102Asmoro dan Achmadi, filsafat umum, (Jakarta: Rajawali Pers, 2011), hal. 123.
105 Prof.I.R. Poedjawijatna, Pembimbing Ke arah Alam Filsafat , (Jakarta: Rineka Cipta, 1997),
hal. 165-168.
Ali Maksum, Pengantar Filsafat, (Jogjakarta: Ar-Ruzz Media, 2008), hal. 355-356.
107 http:///F:/Tugas%20Kuliah%201C/Filsafat/filsafat-pendidikan-materialisme-dan.html.
Tanggal: 07 Oktober 2018, jam 16:09 WIB.
4. Memposisikan ilmu sebagai pengganti agama dalam peletakkan
hukum
5. Menjadikan kecondongan dan tabiat manusia sebagai akhlaq
KESIMPULAN
Http:///F:/Tugas%20Kuliah%201C/Filsafat/materialisme.htmp.
https://nolarpotik.com
https:id.m.wikipedia.org
Isma’il, Fu’ad Farid & Mutawalli, Abdul Hamid. 2012. Cara Mudah Belajar
Filsafat. Jogjakarta: IRCiSoD
Jujun S.Suriasumantri. 2007. Filsafat Ilmu. Jakarta: Pustaka sinar harapan .
Loekisno Choiril Warsito. 2011. Pengantar Filsafat, Tim MKD UIN Sunan
Ampel, Surabaya.
Syadali, Ahmad dan Mudzakir. 2004. Filsafat Umum. Bandung: Pustaka Setia.
Syahdali, Ahmad. 2002. filsafat umum. Bandung: pustaka Setia.