Anda di halaman 1dari 41

Critical Book Report

TEORI BELAJAR DAN PEMBELAJARAN

Dosen Pengampuh : Prof. Dr.Muhammad Badiran, M.Pd.

Reviewer :
Dwi Mentari Arya (8186122009)

PROGRAM STUDI TEKNOLOGI PENDIDIKAN


PROGRAM PASCASARJANA
UNIVERSITAS NEGERI MEDAN
MEDAN
2018
KATA PENGANTAR

Puji dan syukur penulis panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa atas
rahmat dan karunia-Nya penulis dapat menyelesaikan tugas untuk mata kuliah Teori
Belajar dan Pembelajaran.

Pada kesempatan ini tidak lepas penulis ucapkan terima kasih kepada Bapak
Prof. Dr.Muhammad Badiran, M.Pd yang telah memberikan bimbingan dan arahan
hingga penulisan critical book review ini tersusun adanya. Penulis menyadari bahwa
makalah ini jauh dari kata sempurna. Untuk penyempurnaanya penulis sangat
mengharapkan kritik dan saran dari semua pihak yang bersifat membangun.

Penulis berharap makalah ini dapat bermanfaat bagi mata kuliah Teori Belajar
dan Pembelajaran dalam Pendidikan dan dapat diaplikasikan dalam kehidupan sehari
– hari demi peningkatan mutu pendidikan dan dapat menambah khasanah ilmu
bermanfaat bagi pembaca .

Medan , Desember 2018

Penulis
DAFTAR ISI

Kata Pengantar ................................................................................................................... i

Daftar isi............................................................................................................................... ii

BAB I PENDAHULUAN .................................................................................................... 1

A. Latar Belakang Masalah ............................................................................................ 1


B. Rumusan Masalah ..................................................................................................... 1
C. Manfaat ..................................................................................................................... 1
D. Identitas Buku ........................................................................................................... 2

BAB II ISI BUKU ............................................................................................................... 3

I. Buku Teori Belajar dan Pembelajaran Karya Abdul Hamid K ...................................... 3


a) Pembahasan Bab I ..................................................................................................... 3
b) Pembahasan Bab II .................................................................................................... 4
c) Pembahasan Bab III .................................................................................................. 9
d) Pembahasan Bab IV .................................................................................................. 13
e) Pembahasan Bab V .................................................................................................... 13

II. Buku Teori Belajar dan Pembelajaran Karya Prof. Dr. Udin S. Wiranatapura dkk
a) Pembahasan Bab I .................................................................................................... 14
b) Pembahasan Bab II .................................................................................................... 15
c) Pembahasan Bab III .................................................................................................. 17
d) Pembahasan Bab IV .................................................................................................. 20
e) Pembahasan Bab V .................................................................................................... 24
f) Pembahasan Bab VI .................................................................................................. 26

BAB III PEMBAHASAN .................................................................................................. 28

A. Kelebihan .................................................................................................................. 28
B. Kelemahan................................................................................................................. 29
C. Persamaan dan Perbedaan Kedua Buku .................................................................... 29

BAB IV PENUTUP ............................................................................................................. 30

A. Kesimpulan ............................................................................................................... 30
B. Saran .......................................................................................................................... 30

ii
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah


Prosespembelajaran merupakan salah satu unsur penting untukmencapai
keberhasilan dalam pembelajaran. Dalam proses pembelajaranitulah terjadi proses
transformasi ilmu pengetahuan serta nilai-nilai. Ketikaproses pembelajaran
berlangsung, terjadi interaksi antara guru dengan siswayang memungkinkan bagi
guru untuk dapat mengenali karakteristik sertapotensi yang dimiliki siswa. Demikian
pula sebaliknya, pada saatpembelajaran siswa memiliki kesempatan untuk
mengembangkan potensiyang dimilikinya sehingga potensi tersebut dapat
dioptimalkan.oleh karenaitu, pendidikana bukan lagi memberikan stimulus akan
tetapi usahamengembangkan potensi yang dimiliki. Pengetahuan itu tidak diberikan,
akantetapi dibangun oleh siswa.
Dalam proses pembelajaran diperlukannya media pembelajaran, diantaranya
adalah buku pelajaran. Pada saat ini sudah banyak buku yang memberikan informasi
kepada para pembaca tentang teori pembelajaran dan implikasinya dalam
pembelajaran.Setiap buku menyajikan hal-hal yang bermanfaat untuk para pembaca.
Oleh karena itu dalam tulisan ini penulis ingin menganalisis buku yang berjudul
“Teori Belajar dan Pembelajaran” karya Abdul Hamid K. dan “Teori Belajar dan
Pembelajaran” karya Prof. Dr. Udin S. Wiranatapura dkk

B. Tujuan
Critical Book Report ini bertujuan:
1. Mengulas isi buku
2. Mencari dan mengetahui informasi yang ada dalam buku.

1
3. Melatih diri untuk berfikir kritis dalam mencari informasi yang diberikan oleh
setiap bab dari sebuah buku.
4. Membandingkan isi buku pertama dan kedua

C. Manfaat
Manfaat dari Critical Book Report ini adalah:
1. Membantu mahasiswa untuk semakin kritis dalam sikap ilmiahnya.
2. Membantu mengenal alur-alur berfikir dalam teori dan kegiatan belajar dan
pembelajaran dan mencoba menerapkannya kepada masalah-masalah yang
ada dalam kehidupan kita.

2
IDENTITAS BUKU

Buku Utama (buku pertama)

Judul Buku : Teori Belajar dan Pembelajaran


Nama pengarang : Prof. Dr. Abdul Hamdi K
Penerbit :Program Pascasarjana Universitas Negeri Medan
Tahun Terbit :2014
Jlh Halaman :140 Halaman

Buku Pembanding (Buku kedua)

Judul Buku : Teori Belajar dan Pembeljaaran


Nama pengarang : Prof. Dr. Udin S. Wiranatapura dkk
Penerbit : Universitas Terbuka
Tahun Terbit :2007
Jlh Halaman :142 Halaman

3
BAB II
ISI BUKU

I. Buku Teori Belajar dan Pembelajaran karangan Abdul Hamid K.


pada bab ini akan dibahas bab-perbab dari buku Teori Belajar dan
Pembelajaran karangan Abdul Hamid K. dimana nantinya dalam critical book ini
akan ditemukan keunggulan dan kekurangan dalam buku.

1) Pembasan Bab 1
A. Defenisi dan fungsi Teori
Istilah “teori” yang dalam pembicaraan sehari-hari sering digunakan sebagai
lawan kata “praktek”, yang mempunyai arti yang jelas. Menurut Hoover (1984) teori
adalah seperagkat proposisi yang dihubungkan untuk menjelaskan mengapa suatu
peristiwa terjadi dalam cara yang dilakukan.

AECT (1977) mengidentifikasikan karakteristik suatu teori sebagai berikut: 1.


Adanya suatu gejala. 2. Menjelaskan. 3. Merangkum. 4. Memberikan orientasi. 5.
Mensintesiskan. 6. Mengidentifikasi kesenjangan. 7. Melahirkan strategi untuk
keperluan riset. 8. Prediksi.

B. Perbedaan Teori Belajar dan Pembelajaran


Teori belajar menaruh perhatian pada hubungan di antara variabel-variabel
yang menentukan hasil belajar. Ia menaruh perhatian pada “ bagaiaman seseorang
belajar”. Teori pembelajaran, sebaliknya menaruh perhatian pada “ bagaiamana
seseorang mempengaruhi orang lain agar terjadi hal belajar”
Pembedaan teori belajar (yang deskriptif) dan teori pembelajaran (yang
preskriptif). Teori preskriptif adalah goal oriented, sedangkan teori deskriptif adalah
goal free. Maksudnya adalah bahwa teori pembelajaran preskriptif dimaksudkan

4
untuk mencapai tujuan, sedangkan teori pembelajaran deskriptif dimaksudkan untuk
memberikan hasil.
Teori pembelajaran harus memasukkan variabel metode pembelajaran, bila
tidak, maka teori itu bukanlah teori pembelajaran.

2) Pembahasan Bab II
A. Teori Belajar Behaviorisme (Tingkah Laku)
Menurut teori ini adalah perubahan tingkah laku. Seseorang dianggap telah
belajar sesuatu bila ia mampu menunjukkan perubahan tingkah laku. Pada teori ini
terlihat bahwa proses belajar lebih dianggap sebagai suatu proses belajar lebih
dianggap sebagai suatu proses yang bersifat mekanitik atau otomatik tanpa
membicarakan apa yang terjadi selama itu dalam diri pembelajar seperti pikiran, dan
menjelaskan situasi belajar yang kompleks, sebab banyak hal di dunia pendidikan
yang tidak dapat diubah menjadi sekedar hubungan stimulus dan respon. Teori belajar
tingkah laku ini cenderung mengarahkan pembelajar untuk berfikir linier, konvergen
dan tidak kreatif.Dengan prosesnya yang disebut “pembentukan”.Misalnya,
pembelajar digiring untuk sampai ke suatu target tertentu, padahal banyak hal dalam
hidup ini yang tidak sesederhana itu. Dan berikut ini akan dibahas teori belajar
menurut beberapa ahli.
a. THORNDIKE (Hukum Pengaruh)
Teori belajar Thorndike disebut “connectionisme” karena belajar merupakan
proses pembentukan koneksi-koneksi antara stimulus dan respon. Teori ini sering
disebut “Trial and error learning” individu yang belajar melakukan kegiatan melalui
proses “train and error” dalam rangka memilih respon yang tepat bagi stimulus
tertentu. Thorndike menemukan hukumnya dalam eksperimen, yaitu:
1. Law of readiness: jika reaksi terhadap stimulus didukung oleh kesiapan
untuk bertindak atau bereaksi itu, maka reaksi menjadi memuaskan.

5
2. Law of exercise: makin banyak dipraktekkan atau digunakannya
hubungan stimulus respon, mamkin kuat hubuungan itu. Praktek perlu
disertai “reward”.
3. law of Effect: apabila terjadi hubungan antara stimulus dan respon, dan
dibarengi dengan “state of affairs” yang mengganggu, maka kekuatan
hubungan menjadi berkurang.
b. TEORI IVAN PAVLOV
Teori ini didasarkan atas reaksi sitem tak terkontrol dalam individu dan reaksi
emosional yang dikontrol oleh sistem urat syaraf otonom serta gerak reflex setelah
individu menerima stimulus dari luar.
c. TEORI JOHN B.WATSON
Watson berpendapat “ belajar merupakan proses terjadinya refleks-refleks
atau respon-respon bersyarat melalui stimulus pengganti”. lebih lanjut Watson
menyatakan manusia dilahirkan dengan beberapa refleks dan reaksi-reaksi emosional
berupa takut, cinta dan amarah. Menurut Watson stimulus dan respon haruslah
berbentuk tingkah laku yang dapat diamati. Dengan kata lain, Watson mengabaikan
berbagai perubahan mental yang mungkin terjadi dalam belajar dan menganggapnya
sebagai faktor yang tak perlu diketahui.
d. TEORI EDWIN R. GUTHRIE
Guthrie mempeluas penemuan Watso n tentang belajar.Ia mengemukakan
prinsip belajar yang disebut “The Low of Association” yang berbunyi: suatu
kombinasi stimulus yang telah menyertai suatu gerakan, cenderung akan
menimbulkan gerakan itu, apabila kombinasi stimulus itu muncul kembali. Guthri
juga percaya bahwa “hukuman” memegang peranan penting dalam proses belajar.
Menurut Guthrie,suatu hukuman yang diberikan pada saat yang tepat akan mampu
merubah kebiasaan seseorang.

6
e. TEORI HULL
Hull berpendapat bahwa semua fungsi tingkah laku bermanfaat terutama
untuk menjaga kelangsungan hidup. Oleh sebab itu, Hull melihat proses belajar
sebagai titik tolak utama dalam memformulasikan teori perilakunya. Efek respon
mempengaruhi perilaku berikutnya bila pencapaian tujuan menyebabkan kepuasan
dan pengaruh dorongan motivasi organisme tersebut.
f. TEORI B.F.SKINNER (Operant Conditioning)
Toeri skinner menyatakan bahwa setiap kali memperoleh stimulus, individu
akan mengatakan respon berdasarkan hubungan S-R. tingkah laku bukanlah sekedar
respons terhadap stimulus tetapi suatu tindakan yang disengaja atau operant. Dengan
demikian tingkah laku itu dapat diubah dengan cara mengubah antecedent,
konsekuensi, atau keduanya. Kesimpulan yang ditarik dari skinner setelah melakukan
percobaan-percobaan dengan pemberian penguatan ini adalah bahwa tiap-tiap
langkah di dalam proses belajar perlu dibuat pendek-pendek, pada permulaan belajar
perlu ada penguatan dan imbalan, penguatan harus diberikan secepat mungkin begitu
terlihat adanya respons yang benar, individu yang belajar perlu diberi kesempatan
untuk mengadakan generalisasi dan deskriminasi stimuli yang diterima.

B. Teori Belajar kognitivesme


Menurut teori kognitivesme belajar bukan hanya pembentukan tingkah laku
yang di peroleh karena pengulangan hubunga S-R dan ada nya reward dan
reinforcement tetapi merupakan fungsi pengalaman penglaman perceptual dan proses
kognitif yang mencakup ingatan. Berikut ini akan di kembangkan beberapa ahli teori
belajar kognitif yang peril di ketahui;
a. TEORI PENGEMBANGAN [ Piaget]
Menurut jean piaget proses belajar sebenarnya terdiri dari tiga tahapan, yakni
asimilasi, akomodasi, dan equiblibrasi.proses asimilasi adalah proses pernyatuan
informasi baru ke struktur kognitif yang sudah ada dalam benak pelajar .

7
Proses belajar yang di alami seorang pelajar pada tahap sensorimotor tentu
berbeda dengan yang di alami anak lain yang telah sampai tahap yang lebih tinggi
[operasional kongkret dan operasional formal ]. Secara umum, semakin tinggi
tingkat kognitif seseorang , semakin teratur cara berpikir nya .dengan demikian ,
guru seyogyanya memahami tahap tahap perkembangan pebelajar serta
memberikan materi pelajaran dalam jumlah dan jenis yang sesuai dengan tahap
tahap tersebut.
b. TEORI PELAJARAN PENEMUAN (Jerome Bruner)
inti belajar yang terpenting menurut Bruner adalah cara cara bagaimana orang
memilih , mempertahankan , dan mentransformasi informasi secara aktif. Oleh
karna itu, bruner memusatkan perhatian nya pada masa lah apa yang di lakukan
manusia dengan informasi tang di terimanya , dan apa yang di lakukannya
sesudah mamperoleh informasi untuk mencapai pemahaman yang memberikan
kemampuan padanya .
pendekatan bruner terhadap belajar didasarkan pada dua asumsi , yaitu[1]
perolehan pengtahuan merupakan suatu proses interktif.orang yang belajar
berinteraksi dengan lingkungan nya secara aktif ,perubahan tidak hanya terjadi di
lingkungan tetapi juga dalam diri orang itu sendiri . [2] orang mengonstuksi
pengetahuan nya dengan menghubungkan informasi yang telah dimiliki
sebelumnya .
bruner menyarankan agar pebelajar hendaknya belajar melalui berpartifasi secara
aktif dengan konsep konsep dan prinsip perinsip agar mereka di anjurkan untuk
memperoleh pengalaman , dam melakukan eksprimen eksprimen yang
mengizinkan mereka untuk menemukan prinsip prinsip itu sendiri.
c. TEORI BELAJAR BERMAKNA (ausubel)

teori belajar bermakna ausubel menekankan pentingnya pelajar mengasosiasikan


pengalaman, fenomena, dan fakta-fakta baru ke dalam system pengertian yang
telah di punyai

8
d. TEORI BELAJAR ( Gagne)

teori belajar menurut gagne merupakan perpaduan yang seimbang antara


behaviorisme dan kognitivisme, yang berpangkal pada teori proses informasi.
Menurut Gagne ( dalam hamid , 2014: 32) menyatakan bahwa cara berfikir
saeseorang tergantung pada keteramplan apa yang dimiliki, dan keterampilan apa
beserta hirarki apa yang diperlukan untuk mempelajari suatu tugas .gagne juga
berpendapat bahwa di dalam proses belajar terdapat fenomena , yaitu
keterampilan intelektual yang meningkat sejalan dengan meningkat nya umur dan
latihan yang di peroleh individu , dan belajar akan lebih cepat apabila strategi
kognitif dapat dipakai dalam memecahkan masalah lebih efisien .

1. Peristiwa belajar
a. fase motivasi
b. fase pemahaman
c. fase perolehan
d. fase pengingtan
e. fase pengungkapan kembali
f. fase generalisasi
g. fase penampilan
h. fase humanistic
C. TEORI BELAJAR HUMANISTIK
Dalam teori belajar humanistik proses belajar harus berhulu dan bermuara
pada manusia itu sendiri. Meskipun teori ini sangat menekankan penting nya isi dari
prosese belaja,dalam kenyataan teori ini lebih banyak berbicara tentang pendidikan
dan proses belajar dalam bentuknya yang paling ideal.dengan kata lain,teori ini lebih
tertarik pada ide belajar dalam bentuknya yang paling ideal dari pada belajar seperti
apa ada nya, seperti apa yang bisa kita amati dalam dunia keseharian. Teori apapun
dapat di manfaat kan asal tujuan untuk” memanusiakan manusia” ( mencapai
aktuaalisasi diri dan sebagai nya ) dapat tercapai.

9
Berikut ini juga akan di bahas humanistic menurut beberapa ahli.
a. TEORI KOLB
kolb membagi tahapan belajar menjadi empat,yaitu:
1. Pengalaman konkrit
2. Pengalaman aktif dan reflektif.
3. Konseptualisasi.
4. Eksperimentasi aktif.
b. TEORI HONEY DAN MUMFORD

honey dan mumford mendasarkan teori kolb, dan membagi peelajar menjadi
empat macam , yaitu:

1. Tipe aktivis
2. Tipe Reflector
3. Tipe teoritis
4. Tipe pragmatis
c. TEORI HABERMAS
habertmas percaya bahwa belajar sangat dipengaruhi oleh interaksi, baik
dengan lingkungan maupun dengan sesama manusia.dengan asumsi ini, dia membagi
tipe belajar menjadi tiga macam, yaitu:
1. Belajar teknis
2. Belajarpraktis
3. Belajar emansipatoris
D.TEORI PERKEMBANGAN KOGITIF SOSIO-HISTORI( VYGOTSKY)
Vygotsky percaya bahwa bahasa adalah alat yang paling penting . vigotsky
berpendapat bahwa pada ,masa kanak-kanak awal (early childood) bahasa mulai
digunakan sebagai alat yang membantu anak untuk merancang aktivitas dan
memecahkan problem.[2] klaim kedua vygotsky menyatakan bahwa kemampuan
kognitif berasal dari hubungan social dan kultur.vygotsky mengatakan bahwa
perkembangan anak tidak bisa dipisahkan dari kegiatan social dan cultular . dia

10
percaya bahwa perkembangan memori, perhatian dan nalar melibatkan pembelajaran
untuk menggunakan alat yang ada dalam masyarakat seperti bahasa dan system
matematika . dalam satu kultur , ini mungkin berupa pembelajaran berhitung. Dengan
menggunakan computer di kultur lain mungkin berupa pembelajaran berhitung
dengan menggunakan batu atau jari.
Teori vygoysky menarik banyak perhatian karena teori nya mengandung
pandangan bahwa pengetahuan itu di pengaruhi situasi dan bersifat kolaboratif,
artinya pengetahuan di distribusikan di antara orang dan lingkungan yang mencakup
objek, alat, buku dan komunitas di mana orang itu berada. Ini menunjukkan bahwa
memperoleh pengetahuan dapat di capai dengan baik melalui interaksi dengan orang
lain dalam kegiatan bersama .
1. Hukum Genetik Tentang Perkembangan ( Genetic Law Of Develoment )
Menurut vygotsky ,setiap kemampuan seseorang akan tumbuh dan
berkembang melewati dua aturan , yaitu aturan sosial tempat orang orang
membentuk lingkungan sosialnya, dan tataran psikologis di dalam diri orang
yang bersangkutan.
2. Zona Perkembangan proksimal ( Zone of proximal Develoment )
Menurut vygotsky perkembangan kemampuan seseorang dapat di bedakan
dalam dua tingkat, yaitu tingkat perkembangan ( menyelesaikan tugas secara
mandiri ) actual dan tingkat perkembangan potensial ( menyelesaikan tugas
atau pemecahan masalah dengan bantuan orang dewasa )
3. Mediasi
Dalam kegiatan pembelajaran ini anak di bimbing oleh orang dewasa atau
oleh teman yang lebeh kompeten untuk memahami alat alat semiotic ini .
mekanisme hubungan antara pendekatan sosiokuktural dan fungsi fungsi
mental di dasari oleh tema mediasi semiotic, artinya tanda – tanda atau
lambang lambang beserta makna yang terkandung di dalamnya berungsi
sebagai penghubung antara rasionalitas sosiokultural dengan individu sebagai
tempat berlangsungnya proses mental.

11
3) Pembahasan Bab III

TEORI PEMBELAJARAN

1. VARIABEL PEMBELAJARAN
Pada tahun 1978 klasifikasi variabel-variabel pembelajaran ini dimodifikasi
menjadi 3, yaitu:
(a) Kondisi pembelajaran
Kondisi pembelajaran adalah faktor-faktor yang mempengaruhi efek metode
dalam meningkatkan hasil pembelajaran.
Variabel kondisi pembelajaran menjadi tiga kelompok, yaitu:
1. Tujuan dan karakteristik bidang studi,
2. Kendala dan karakteristik bidang studi, an
3. Karakteristik pebelajar.

Tujuan pembelajaran adalah pernyataan tentang hasil pembelajaran apa yang


diharapkan. Tujuan ini sangat umum, sangat khusus atau dimana saja dalam
kontinum umum-khusus. Karakteristik bidang studi adalah aspek-aspek suatu bidang
studi yang dapat memberikan landasan yang berguna sekali dalam memprekripsikan
strategi pembelajaran. Kendala adalah keterbatasan sumber-sumber seperti waktu,
media, personalia dan uang.Karaktersitik pebelajar adalah aspek-aspek atau kualitas
perseorangan pebelajar seperti bakat, motivasi dan hasil belajar yang telah
dimilikinya.

(b). metode Pembelajaran

Metode pembelajaran adalah cara-cara yang berbeda untuk mencapai hasil


pembelajaran yang berbeda di bawah kondisi yang berbeda.

Strategi pengorganisasian pembelajaran adalah metode untuk mengorhanisasi


isi bidang studi yang telah dipilih untuk pembelajaran.Straegi penyampaian

12
pembelajaran adalah metode untuk menyampaikan pembelajaran kepada pebelajar
dan/ atau untuk menerima serta merespon masukan yang berasal dari pebelajar.

Secara lengkap ada 3 komponen yang perlu diperhatikan dalam


mempreskripsikan strategi penyampaian, yaitu:

1. Media pembelajaran.
Media pembelajaran adalah komponen strategi penyampaian yang dapat dimuati
pesan yang akan disampaikan kepada pebelajar, apakah itu orang, alat, atau
bahan.
2. Bentuk belajar mengajar.
Bentuk belajar mengajar adalah komponen strategi penyampaian pembelajaran
yang mengacu kepada apakah pebelajar belajar dalam kelompok besar, kelompok
kecil, perseorangan ataukah mandiri.
3. Interaksi pebelajar dengan media.
Interaksi pebelajar dengan media adalah komponen strategi penyampaian yang
mengacu kepada kegiatan apa yang dilakukan oleh pebelajar dan bagaiamana
peranan media dalam merangsang kegiatan belajar itu.

(c). Hasil Pembelajaran

Hasil pembelajaran adalah semua efek yang dapat dijadikan sebagai indikator tentang
nilai dari penggunaan metode pembelajaran dibawah kondisi yang berbeda.

2. Teori Pembelajaran Gagne dan Briggs


Selama bertahun-tahun, Gagne dan Briggs telah mengembangkan berbagai
teori pembelajaran yang preskriptif.Teori pembelajaran yang dikembangkannya
mempreskripsikan hal-hal yang berkaitan dengan(a) kapabilitas belajar,(b) peristiwa
pembelajaran,dan (c) pengorganisasian pembelajaran atau urutan pembelajaran.
3. Strategi Pembelajaran Berbasis Teori Belajar Struktural (Scandura)

13
Cara lain yang dipakai untuk menunjukkan keterkaitan isi bidang studi adalah
information-processing approach to task analysis. Teori scandura dikenal dengan
teori belajar struktural (TBS). Teori ini memberi perhatian utama pada: (1),
spesifikasi apa yang harus dipelajari pebelajar ( sesuai dengan tujuan pembelajaran
yang diinginkan), (2) karakteristik pebelajar, dan (3)proses interaksi yang terus
menerus antara guru dengan pebelajar, berdasarkan tujuan yang telah ditetapkan
(reigeluth,1983: 227).
Landasan teori belajar struktural ini adalah psikologi kognitif. Teori scandura
ini sebagai teori pembelajaran, banyak memberikan perhatian pada segala sesuatu
yang berkaitan dengan proses pembelajaran, dan prosedur pengembangan
pembelajaran. Sistem pembelajaran ala scandula ini lebih menekankan pada
hubungan yang penting sekali antara isi (contens), kognisi (cognition), dan perbedaan
individual dalam konteks pembelajaran.

4. Advance Organizer (Ausubel)


Ausubel (1963) merupakan orang pertama yang mengemukakan konsep
mengenai struktur kognitif yang di defenisikan “and individual’s organization,
stability, and clarity of knowledge and particular subject-metter field and given time”.
Struktur kognitif, menurut ausubel, merupakan faktor utama yang berpengaruh
terhadap proses belajar dan retensi materi baru. Dalam struktur kognitif, pengetahuan
di organisasi secara hirarkhis, dimana pengetahuan yang lebih umum, inklusif dan
abstrak membawahi pengetahuan baru yang lebih spesifik dan konkrit. Oleh karena
itu, untuk meningkatkan pemahaman serta retensi materi baru secara maksimal
dibutuhkan “introductory material at a highher level of abstraction, generality, and
inclusiveness than the learning task itself” yang disebut advance organizers.
Fungsi dari organizer ini adalah untuk menyediakan ideational scaffolding,
yaitu tempat mengaitkan pengetahuan baru yang lebih rinci,agar dapat dipahami dan
diingat dengan lebih baik.

14
5. Component Display Theory (Merril)
Componen Display Theory (CDT) karya merril merupakan penggabungan
teori belajar dan mengajar yang berlandaskan pada tiga perspektif teori, yaitu: teori
behavior, teori kognitif dan teori humanistik. CDT hany berkaitan dengan ranah
kognitif dan mengacu pada tingkat pembelajaran mikro.
Salah satu hal yang menarik pada CDT adalah adanya tuntunan “model sajian
pembelajaran” mana yang seharusnya digunakan.Ciri khusus lainnya dari CDT
adalah tersedianya komponen strategi sajian pembelajaran yang ditujukan untuk
memperkaya (mengelaborasi) pembelajaran.
Menurut salisbury, dkk (1985) salah satu keunggulan CDT adalah
ditampilkannya 5 taksonomi baru. Kelima taksonomi tersebut adalah (1) tingkat
unjuk kerja yaitu mengingat, menggunakan, dan menemukan, (2)tipe isi pembelajaran
yang terdiri dari fakta, konsep, prosedur, dan kaidah, (3) lingkup pembahasan yang
terdiri dari bahasan hal-hal umum (generality) dan bahasan hal-hal spesifik (instance),
(4) cara penyampaian yang dapat berupa ekspositori (menjelaskan, manyatakan) atau
inkuisitori (mempertanyakan), dan (5) bentuk sajian yang terdiri dari sajian primer
dan sajian sekunder.

6. Teori Elaborasi (Reigeluth and Stein)


Teori elaborasi memperskripsikan cara pengorganisasian pembelajaran
dengan mengikuti urutan-urutan umum-ke –rinci, seperti teori sebelumnya.
Komponen strategi teori elaborasi
Ada 7 komponen strategi yang diintegrasikan dalam teori elaborasi, yaitu: (1)
urutan elaboratif, (2) urutan prayarat belajar, (3) rangkuman (4) sintesis, (5) analogi
(6) pengaktif strategi kognitif, dan (7) kontrol belajar.

(4) Pembahasan Bab IV

Konsep Konstruktivisme

15
Konstruktifisme merupakan salah satu aliran filsafat pengetahuan yang
menekankan bahwa pengetahuan kita merupakan hasil konstrusi (bentukan) kita
sendiri pengetahuan bukanlah suatu imitasi dari kenyataan, dan bukanlah gambaran
dari dunia kenyataan yang ada.
Konstruktifisme juga menyatakan bahwa semua pengetahuan yang kita
peroleh adalah hasil konstruksi kita sendiri, maka sangat kecil kemungkinan adanya
transfer pengetahuan dari seseorang kepada yang lain.
Menurut piaget (1970) ada dua aspek berpikir dalam proses pembentukan
pengetahuan, yaitu aspek figurative dan aspek operatif. Aspek berfikir figurative
merupakan imajinasi keadaan sesat dan statis, yang mencakup persepsi, imajinasi,
dan gambaran mental seseorang terhadap suatu objek atau fenomena. Aspek berfikir
operatif lebih berkaitan dengan transformasi dari satu tahap ke tahap lain yang
menyangkut operasi intelektual atau system informasi
Menurut prinsip konstruktovisme, seorang guru berperan sebagai mediator
dan fasilitator yang membantu agar proses belajar pebelajar berjalan dengan
baik.tugas guru adalah membantu pebelajar agar mampu mengkonstruksi
pengetahuannya sesuai dengan situasinya yang konkrit.

(5) Pembahasan Bab V


Hasil Pembelajaran
Hasil pembelajaran, lepas dari apakah ia berupa hasil yang diinginkan atau hasil
yang nyata dapat diklasifikasikan menjadi 3, yaitu:

1. Keefektifan pembelajaran
Reigelutdan merrill(1979) mengemukakan bahwa pengukuran keefektifan
pembelajaran harus selalu dikaitkan dengan pencaaian tujuan pembelajaran.ada 4

16
indikator penting yang dapat dipakai untuk menetapkan keefektifan pembelajaran .
(1) kecermatan penguasaan, (2) kecepatan untuk kerja (3) kesesuaian dengan
prosedur(4) kuantitas untuk kerja (5) kualitas hasil akhir, (6) tingkat alih belajar, dan
(7) tingkat retensi.
2. Efisiensi pembelajaran
Dalam mengukur efisiensi pembelajaran, indikator utamanya diacukan pada
waktu, personalia, dan sumber belajar yang dipakai.
3. Daya tarik
Daya tarik sebgai hasil pembelajaran, erat sekali kaitannya dengan daya tarik
bidang studi. Namun demikian daya tarik bidang studi dalam penyampaiannya
akan banyak tergantung pada kualitas pembelajarannya.

17
II. Teori Belajar dan Pembelajaran karangan Prof. Dr. Udin S. Wiranatapura
dkk
Selanjutnya akan dibahas atau diringkas buku Teori Belajar dan Pembelajaran
karangan Prof. Dr. Udin S. Wiranatapura dkk.

1) Pembahasan Bab 1

Hakikat belajar dan Pembelajaran

1. Apa dan Bagaimana Belajar


Belajar mengacu pada perubahan perilaku individu sebagai akibat dari proses
pengalaman yang baik yang dialami ataupun yang sengaja dirancang. Ciri-ciri belajar
adanya perubahan perilaku.Perubahan perilaku tersebut merupakan hasil interaksi
individu dengan lingkungan serta perilaku tersebut bersifat relatif menetap.
Delapan jenis belajar menurut Gagne adalah belajar isyarat, stimulus-respon,
rangkaian, asosiasi verbal, membedakan, konsep, hukum/aturan, dan pemecahan
masalah.
Pembelajaran mengacu pada segala kegiatan yang dirancang untuk mendukung
proses belajar yang ditandai dengan adanya perubahan perilaku individu yang sesuai
dengan tujuan pembelajaran. Ciri-ciri pembelajaran adalah adanya kegiatan yang
mendukung proses belajar siswa, adanya interaksi antara individu dengan sumber
belajar, serta memiliki komponen tujuan, materi, proses, dan evaluasi yang saling
berkaitan.
Masing-masing teori belajar memiliki asumsi dasar, komponen dasar dan
kontribusi yang khas.

2. Apa dan Bagaimana Pembelajaran


Proses pembelajaran tidak dapat dipisahkan dari proses dan hasil belajar. Proses
pembelajaran harus dengan sengaja diorganisasikan dengan baik agar dapat

18
menumbuhkan proses belajar yang baik yang pada gilirannya dapat mencapai hasil
belajar yang optimal.
Setiap jenis belajar mulai dari belajar isyarat sampai dengan belajar pemecahan
masalah memiliki karakteristik proses mental dan interaksi yang khas/spesifik. Oleh
karena itu, dalam merancang proses pembelajaran guru harus memiliki pengetahuan
tentang jenis belajar serta kondisi internal dan eksternal yang dibutuhkan setiap jenis
belajar. Dengan demikian, pembelajaran yang dilaksanakan atau memungkinkan
tumbuhnya proses dan hasil belajar yang baik.
Kegiatan pembelajaran mengacu pada penggunaan pendekatan, proses belajar,
antara lain membahas materi dan melakukan pengalaman belajar sehingga tujuan
pembelajaran dapat dicapai secara optimal.
Proses pembelajaran dalam arti yang luas merupakan jantungnya dari pendidikan
untuk mengembangkan kemampuan, membangun watak dan peradaban bangsa yang
bermatabat dalam rangka pencerdasan kehidupan bangsa.
Dengan demikian maka proses belajar bisa terjadi dikelas, dalam lingkungan
sekolah, dan dalam kehidupan masyarakat, termasuk dalam bentuk interaksi sosial-
kultural melalui media massa dan jaringan.
2) Pembahasan Bab 2
Teori Belajar Behavioristik

1. Hakikat Teori Belajar Behavioristik


Belajar merupakan suatu proses bagi manusia untuk menguasai berbagai
kompetensi, keterampilan, dan sikap. Teori behavioristik lahir sebagai upaya
penyempurnaan terhadap perspektif tentang cra manusia belajar.Menurut teori brlajar
behavioristik belajar merupakan perubahan perilaku manusia yang sangat dipengaruhi
oleh lingkungan.
Premis dasar teori belajar behavioristik menyatakan bahwa interaksi antara
stimulus respon dan penguatan terjadi dalam suatu proses belajar. Teori behavioristik
sangat menekankan pada hasil belajar, yaitu perubahan tingkah laku yang dapat

19
dilihat. Hasil belajar diperoleh dari proses penguatan atau respons yang muncul
terhadap stimulus yang bervariasi.
Salah satu teori belajar behavioristik adalah teori classical conditioning dari
Pavlov yang berdasarkan pada reaksi sistem tak terkondisi dalam diri seseorang serta
gerak refleks setelah menerima stimulus. Menurut Pavlov, penguatan berperan
penting dalam mengkondisikan munculnya respons yang diharapkan. Jika penguatan
tidak dimunculkan, dan stimulus hanya ditampilkan sendiri, maka respons terkondisi
akan menurun dan atau menghilang. Namun, suatu saat respons tersebut dapat
muncul kembali.
Sementara itu, connectionism dari Thorndike menyatakan bahwa belajar
merupakan proses coba-coba sebagai reaksi terhadap stimulus. Respon yang benar
akan semakin diperkuat melalui serangkaian proses coba-coba, sementara respons
yang tidak benar akan menghilang. Akibat menyenangkan dari suatu respons akan
memperkuat kemungkinan munculnya respons. Respons yang benar diperoleh dari
proses yang berulang kali yang dapat terjadi hanya jika siswa dalam keadaan siap.
Teori behaviorism dari Watson menyatakan bahwa stimulus dan respons yang
menjadi konsep dasar dalam teori perilaku haruslah berbentuk tingkah laku yang
dapat diamati. Interaksi stimulus dan respons merupakan proses pengkondisian yang
akan terjadi berulang-ulang untuk mencapai hasil yang cukup kompleks.

2. Perkembangan Teori Belajar Behavioristik


Teori belajar Classical Conditioning dari Pavlov, Connectionism dari Thorndike
dan Behaviorism dari Watson merupakan teori-teori dari aliran perilaku yang menjadi
tonggak sejarah aliran perilaku dalam teori belajar.Modifikasi yang berhasil
dikembangkan dari aliran perilaku oleh berbagai ahli disebut aliran perilaku baru
(neo-behaviorism). Tokoh-tokoh darialiran ini diantaranya Clark Hull dengan teori
sistem perilaku, Edwin Guthrie dengan teori Contiguity, dan B.F Skinner dengan
teori Operant Conditioning, Willian Este dengan teori stimlus sampling, Ebbinghause
dengan teori Human Associative Learning, dan lain-lain.

20
Pada dasarnya teori Hull, Guthrie dan Skinner memiliki premis dasar yang sama
dengan teori-teori pendahulunya, yaitu berlandaskan pada interaksi antara stimulus
dan respons. Namun demikian, teori-teori Hull, Guthrie, dan Skinner berbeda dengan
teori-teori pendahulunya dalam hal identifikasi terhadap faktor-faktor khusus yang
dianggap berpengaruh terhadap belajar.Eksistensi teori Hull, Guthrie, dan Skinner
relatif banyak mempengaruhi proses pembelajaran dalam dunia pendidikan yang ada
sekarang ini.
Menurut teori Systematic Behaviour dari Hull, selain interaksi stimulus, respons,
dan penguatan, ada proses lain yang berpengaruh terhadap pemunculan respons yang
diharapkan, yaitu variabel “intervening”. Sementara itu, menurut teori Contignity dari
Guthrie, kombinasi stimulus yang diikuti dengan suatu gerakan, pada saat
pengulangan berikutnya cenderung diikuti lagi oleh gerakan tersebut. Disamping itu,
jika belajar terjadi dalam suatu proses coba-coba maka proses yang berakhir muncul
akan terulang kembali seandainya kombinasi stimulus yang sama dihadirkan. Teori
Operant Conditioning dari Skinner menyatakan bahwa kunci untuk memahami
perilaku individu terletak pada pemahaman kita terhadap stimulus satu dengan
stimulus lainnya, respons yang dimunculkan, dan juga berbagai konsekuensi yang
diakibatkan oleh respons tersebut.

3) Pembahasan Bab 3
Teori Belajar Kognitif
1. Prinsip Dasar dan Tujuan Teori Belajar Kognitif
Menurut teori belajar kognitif pada dasarnya setiap orang dalam bertingkah laku
dan mengerjakan segala sesuatu senantiasa dipengaruhi oleh tingkat-tingkat
perkembangan dan pemahamannya atas dirinya sendiri.Setiap orang memiliki
kepercayaan, ide-ide dan prinsip yang dipilih untuk kepentingan dirinya.
Teori kognitif berasal dari kognitif dan teori psikologi. Aspek kognitif
mempersoalkan bagaimana seseorang memperoleh pemahaman mengenai dirinya dan
lingkungannya dan bagaimana ia berhubungan dengan lingkungan secara sadar.

21
Sedangkan aspek psikologis membahas masalah hubungan atau interaksi antara orang
dan lingkungan psikologisnya secara bersamaan. Psikologis kognitif menekankan
pada penting proses internal atau proses-proses mental.
Menurut teori belajar kognitif, belajar merupakan proses-proses internal yang
tidak dapat diamati secara langsung. Adapun tujuan teori ini adalah:
a. Membentuk hubungan yang teruji, teramalkan dari tingkah laku orang-orang
pada ruang kehidupan mereka sendiri secara spesifik sesuai dengan situasi
psikologisnya.
b. Membantu guru untuk memahami orang lain, terutama muridnya, dan
membantu dirinya sendiri.
c. Teori belajar kognitif menjelaskan bagaimana seseorang mencapai
pemahaman atas diri dan lingkungannya lalu menafsirkan bahwa diri dan
lingkungannya merupakan faktor yang saling berkaitan.

Insight adalah pemahaman dasar yang dapat diaplikasikan pada beberapa situasi
yang sama atau hampir sama. Dapat juga dikatakan, insight adalah pemahaman
terhadap suatu situasi secara mendalam.Insight terjadi dengan melihat kasus-
kasus/kejadian yang terpisah, kemudian mengeneralisasikannya sehingga timbul
pemahaman.
Perbedaan pandangan teori kognitif dan teori conditioning stimulus-respon
adalah sebagai berikut:
a. Teori kognitif menekankan pada fungsi-fungsi psikologis, sedangkan teori
behaviorisme pada segi fisiknya saja.
b. Teori kognitif berfokus pada situasi saat ini, sedangkan teori behaviorisme
pada sejarah masa lalu.
c. Dalam proses kognitif terjadi interaksi antara manusia dengan lingkungannya
secara simultan dan saling membutuhkan.

22
Prinsip-prinsip dasar teori belajar kognitif dapat dirumuskan sebagai berikut:
a. Belajar merupakan peristiwa mental yang berhubungan dengan berfikir,
perhatian, persepsi, pemecahan masalah, dan kesadaran.
b. Sehubungan dengan pembelajaran, teori belajar perilaku dan kognitif pada
akhirnya sepakat bahwa guru harus memperhatikan perilaku siswa yang
tampak, seperti penyelesaian tugas rumah, hasil tes, disamping itu juga harus
memperhatikan faktor manusia dan lingkungan psikologisnya.
c. Ahli kognitif percaya bahwa kemampuan berfikir setiap orang tidak sama dan
tidak tetap dari waktu kewaktu.
Model teori belajar kognitif yang banyak diterapkan dalam dunia pendidikan
adalah model belajar penemuan dari Bruner, model belajar bermakna dari Ausubel,
dan model pemrosesan informasi dan model peristiwa pembelajaran dari Rober
Gagne, dan model “perkembangan intelektual” dari Jean Piaget.

2. Model Teori Belajar Bruner dan Ausubel


Menurut Bruner ada tiga proses kognitif dalam belajar, yaitu memperoleh
informasi baru, mentransformasikan informasi yang diterima, dan menguji relevansi
dan ketepatan pengetahuan.
Faktor-faktor penting dalam belajar menurut Bruner, yaitu pentingnya
memahami struktur mata pelajaran, pentingnya belajar aktif dan pentingnya nilai
berfikir induktif.
Hal-hal yang diperhatikan dalam pembelajaran, yaitu pentingnya struktur bidang
studi, kesiapan, intuisi, dan motivasi.
Menurut Bruner, cara menyajikan pelajaran harus disesuaikan dengan derajat
berfikir anak yang terdiri dari tiga tahap berfikir, yaitu tahap enaktif, ikonik, dan
simbolik.
Ada dua pendekatan model belajar Bruner, yaitu bahwa perolehan pengetahuan
merupakan proses interaktif dan orang mengkonstruksikan pengetahuannya dengan
cara menghubungkan informasi yang tersimpan yang telah diterima sebelumnya.

23
Belajar bermakna adalah belajar yang disertai dengan pengertian. Belajar
bermakna ini akan terjadi apabila informasi baru yang diterima mempunyai hubungan
denga konsep yang sudah diterima oleh siswa.

3. Model Pembelajaran Robert Gagne dan Model Perkembangan Intelektual Jean


Piaget
Robert Gagne adalah seorang ahli psikologi pendidikan yang memperkenalkan
model pemroses informasi, yaitu suatu model penyimpanan informasi yang terjadi
pada manusia. Menurut Gagne, belajar bukan merupakan proses yang tunggal,
melainkan proses yang luasyang dibentuk oleh pertumbuhan dan perkembangan
tingkah laku, yang merupakan hasil dari efek kumulatif belajar. Ia mendefinisikan
belajar sebagai seperangkat proses kognitif yang dapat mengubah sifat stimulus dari
lingkungan menjadi beberapa tahap pengolahan informasi untuk memperoleh
kapasitas yang baru.
Ada lima ragam belajar yang terjadi pada manusia, yaitu informasi verbal,
keterampilan intelektual, keterampilan motorik, sikap dan siasat kognitif.
Proses kognitif dalam belajar terjadi melalui sembilan tahap proses kognitif yang
kemudian dikelompokan dalam tiga fase belajar, yaitu fase persiapan, fase perolehan
dan perbuatan, serta fase alih belajar. Selanjutnya, dari setiap fase belajar ini
dikembangkan sembilan peristiwa (aktivitas) pembelajaran yang dapat meningkatkan
kualitas pembelajaran, yaitu memberi perhatian, menjelaskan tujuan pada siswa,
merangsang ingatan, menyajikan materi perangsang, memberi bimbingan belajar dan
menampilkan kemampuan, memberi umpan balik, menilai kemampuan dan
meningkatkan retensi dan transfer.
Jean Piaget adalah seorang psikolog yang mampu memperhatikan perkembangan
intelektual mulai anak bayi sampai orang dewasa. Menurutnya ada tiga fungsi intelek,
yaitu : proses mendasar bagi terjadinya perkembangan kognitif, acara bagaimana
pembentukan pengetahuan, dan tahap-tahap perkembangan intelektual.

24
Ada enam prinsip teori perkembangan intelektual. Perkembangan intelektual itu
sendiri terjadi melalui proses asimilasi, akomodasi, dan ekuilibrasi.
Menurut Jean Piaget, hakikat pengetahuan adalah interaksi yang terus-menerus
antara invidu dan lingkungannya.
Ciri konsepsi pengetahuan yaitu : pengetahuan bersifat berubah, berfokus pada
perbedaan kuantitatif dalam interaksi seseorang dengan lingkungannya, lingkup
bidang yang diselidiki, bersifat interdisiplin antara disiplin filsafat, psikologi, dan
biologi.
Jenis-jenis pengalaman yaitu pengalaman fisik dan pengalaman logis
matematis.Pengalaman fisik adalah pengalaman langsung dengan lingkungan tempat
individu mulai mengenal ciri-ciri fisik dari objek yang dijumpai.Pengalaman logis-
matematis terjadi karena sifat-sifat fisik dari objek diabstraksikan dan dihubung-
hubungkan kedalam kerangka kerja anak melalui pengalaman fisik.
Tahap perkembangan kognitif seseorang terjadi melalui empat tahap, yaitu: tahap
sensorimotor, pra-operasional, konkret operasional, dan tahap formal operasi.
4) Pembahasan Bab 4
Konsep dan Implikasi Teori Belajar Sosial
1. Teori Belajar Sosial
Bandura adalah salah satu tokoh yang terkenal dalam teori belajar sosial ini.
Bandura mengidentifikasikan tiga keterbatasan dari teori belajar behavioristik dalam
menerangkan mengenai perilaku sosial, yaitu tidak mewakili apa yang terjadi
dilingkungan alami karena lebih sering tidak ada seseorang pun disekitar siswa untuk
memberinya hadiah karena melakukan sesuatu, dan teori tersebut hanya menerangkan
mengenai belajar langsung/direct learning (pemadanan segera suatu perilaku dengan
konsikuensinya), tidak untuk belajar secara tidak langsung (pemadanan perilaku
dengan konsikuensinya yang ditunda).
Bandura mengusulkan teori kognitif sosial atau teori belajar sosial dan
mempunyai enam prinsip.Yang pertama adalah prinsip faktor-faktor yang saling
mempengaruhi, yaitu perilaku berbagai faktor pribadi, dan kejadian dilingkungan

25
sekitar bekerja bersama sebagai penentu yang interaktif atau penyebab dari satu
terhadap lainnya dalam sistem diri seseorang.
Yang kedua adalah orang yang memiliki kemampuan simbolik untuk menilai dan
bereaksi terhadap lingkungan sekitarnya. Informasi mengenai pengalaman dan orang
yang pernah diterima oleh seseorang akan disimpan dalam bentuk fikiran dalam
ingatan orang tersebut, dan sering orang bereaksi terhadap fikiran ini,dan bukan
terhadap oranglain atau berbagai pengalaman itu sendiri.
Yang ketiga adalah kemampuan untuk berfikir kedepan atau kemampuan untuk
merencanakan masa depan dengan berfikir sebelum bertindak. Pikiran, menurut
Bandura, selalu mendahului tindakan.
Prinsip yang keempat adalah kemampuan untuk seolah-olah mengalami sendiri
suatu kejadian. Orang mampu belajar dengan memperhatikan orang lain bertindak
dan melihat konsekuensi dari tindakan orang lain itu.
Prinsip yang kelima adalah kemampuan mengatur diri.Orang memiliki
kemampuan untuk mengendalikan tingkah lakunya sendiri, seperti bekerja, makan,
minum, dan belajar, berdasarkan standar dan motivasi yang ditetapkan sendiri.
Prinsip yang keenam adalah kemampuan untuk refleksi diri, atau kemampuan
untuk berfikir tentang diri sendiri, antara lain kemampuan untuk melakukan penilaian
diri terhadap kompetensi atau kemampuannya sendiri untuk melakukan suatu tugas
dengan sukses, inilah yang disebut keyakinan akan kemampuan diri (perceived self-
efficacy).
Bagaimana orang belajar dari model? Yang pertama, mereka harus memberi
perhatian terhadap apa yang dilakukan si model (yang mudah dilakukan bila perilaku
model tersebut cukup sederhana, jelas dilihat oleh mata, relevan, sering dan bila
model tersebut menarik). Yang kedua, mereka harus dapat menguasai atau mengingat
apa yang mereka lihat dengan meng-koding informasi menjadi bayangan dan
mengulangnya diluar kepala. Yang ketiga, mereka harus mengubah informasi tersebut
menjadi tindakan dan melakukannya sendiri (disini diperlukan umpan

26
balik).Akhinya, mereka harus termotivasi untuk menirunya, karena perilaku tersebut
membawa kepada hasil yang diinginkan.
Yang penting dalam belajar dari hasil pengamatan tersebut adalah dampak dari
hasil perilaku model yang diamati (atau konsikuensi perilaku model terhadap diri
model itu sendiri yang adapat dilihat). Seorang pengamat akan lebih besar
kemungkinannya untuk meniru suatu perilaku bila model tersebut mendapat hadiah
darpda bila perilaku tersebut tidak menimbulkan konsekuensi apapun, terutama jika
perilaku tersebut mengharuskannya adanya usaha atau aspek lain yang dinilai
pengamat tidak menyenangkan. Penguatan yang teramati tersebut juga penting bila
ada kesulitan dalam mengamati nilai manfaat dari suatu tindakan.Lebih jauh lagi, bila
seorang model berhasil mencapai hasil yang secara luas sangat dihargai maka pastilah
tidak sedikit penirunya.
Manakala bila terlihat orang lain mendapat hukuman maka kecenderungan para
pengamat untuk melakukan tindakan yang sama akan menghilang. Ini terutama
terjadi bila pemberi hukuman hadir disitu sebagai sumber intimidasi.
Tindakan yang terlarang harus dihukum, karena bila diabaikan akan mengundang
pengamat untuk meniru atau mengulangnya dan dapat menimbulkan keyakinan
pengamat bahwa tindakan tersebut dapat diterima oleh lingkungan itu.
Makin mirip seorang model dengan pengamatannya, maka makin besar
kemungkinan bagi pengamat untuk menyimpulkan bahwa ia kan mendapatkan hasil
yang sama jika meniru perilaku tersebut. Tetapi jika konsekuensi dari perilaku yang
dimodelkan itu tidak pasti atau tidak jelas maka model yang dinilai pengamat
memiliki status tinggilah yang akan menimbulkan pengaruh yang paling besar.
Hasil kerja perilaku model yang dapat diamati bukan saja memberi informasi,
tetapi juga memotivasi. Para pengamat akan bertahan tetap tekun untuk waktu yang
lama dan dapat tabah dan sabar dalam menghadapi kegagalan yang mereka alami
sekali-sekali, jika mereka melihat model mereka mendapatkan hadiah yang besar dan
lebih sering, daripada jika hadiahnya kecil dan lebih jarang. Para pengamat juga
belajar mengenai bagaimana menyalurkan berbagai reaksi emosional lewat

27
pengamatan terhadap model yang bereaksi atas berbagai konsekuensi dari perilaku
mereka (para model) sendiri.

2. Keyakinan akan Kemampuan Diri dan Keterampilan Mengatur Diri


Keyakinan akan kemampuan diri (self-efficacy) adalah penilaian seseorang
terhadap kemampuan dirinya sendiri untuk melaksanakan suatu perilaku tertentu atau
suatu seri tindakan dengan sukses. Ini berbeda dari perkiraan bahwa suatu perilaku
akan membawa kepada suatu hasil tertentu atau outcome expectation.
Konsep keyakinan akan kemampuan pribadi ini meramalkan bahwa orang yang
akan memilih, bertahan, dan mengerahkan usaha dalam melakukan tindakan yang
mereka yakin mereka mampu menanganinya dan akan menghindari situasi yang
mereka percaya berada diluar kemampuan diri ini juga akan membangkitkan emosi-
rasa senang karena percaya akan mendapat sukses dan rasa takut atau cemas saat
mereka akan mendapatkan ancaman atau kegagalan dimana besar, generalisasi dam
kekuatan dari emosi tersebut merupakan fungsi dari keyakinan akan kemampuan
pribadi.
Informasi yang mendasari penilaian akan kemampuan diri ternyata berasal dari
empat sumber. Pengalaman pribadi akan melakukan suatu tindakan, atau keberhasilan
dalam unjuk kerja atau penguasaan kemampuan (mastery experiences), adalah satu
sumber informasi yang paling berpengaruh. Cara untuk menumbuhkan keyakinan
akan kemampuan diri sendiri dapat dilakukan dengan melakukan sendiri suatu
perilaku, tentu saja dengan bantuan dimana perlu, untuk meyakinkan diri sendiri
bahwa tindakan tersebut dapat dilaksanakan. Cara yang lain adalah dengan menolong
meyakinkan orang mengenai kemampuan diri mereka dengan cara memberdayakan
mereka sehingga mampu melakukan hal tersebut sendiri.
Hasil yang dialami seorang model yang mirip dengan diri pengamat sendiri
merupakan sumber informasi yang kedua, yang dapat dimanfaatkan pengamat untuk
menilai dapat atau tidak dapatnya dirinya melakukan perilaku tertentu. Model dapat

28
merupakan model nyata (benar-benar ada) atau simbolis (seperti aktor ditelevisi, film,
atau buku)
Untuk meningkatkan keyakinan akan kemampuan diri para siswa, para guru
dianjurkan untuk meragamkan kegiatan dalam kelas, sejauh mungkin menyesuaikan
pengajaran dengan kebutuhan masing-masing siswa. Menggunakan pendekatan
kooperatif, dan menghindari evaluasi yang bersifat membandingkan antara siswa
yang satu dengan yang lain.
Kemampuan mengatur diri sendiri (self-regulation), adalah usaha seseorang
untuk mempengaruhi perilakunya sendiri. Kemampuan ini sangat dipengaruhi oleh
keyakinan orang itu akan kemampuan pribadinya, atau keyakinan bahwa ia dapat
mengendalikan dirinya sendiri. Keyakinan diri seseorang akan menimbulkan
kemampuan untuk mngendalikan diri, yang dapat membawa pada perbaikan mutu
kehidupannya sendiri. Pengaturan diri ini memerlukan kemampuan pemantauan diri,
evaluasi diri dan reaksi diri.
Untuk membuat proses pemantauan dan evaluasi diri ini dapat memberikan
dampak positif terhadap kemampuan mengatur diri melalui peningkatan keyakinan
akan kemampuan pribadi maka disarankan untuk melakukan beberapa teknik berikut
ini : penentuan tujuan yang spesifik, menantang, dapat dilakukan sekarang juga,
ditentukan oleh diri sendiri, dan memecahnya menjadi beberapa tujuan bagian (tujuan
bagian ini dapat memberikan pengarahan dan dorongan) tanggung jawab untuk
memastikan pengerahan usaha dan ketekunan, insentif atau hadiah berupa internal
(rasa puas) dan eksternal (pujian dari guru atau orang tua), untuk pencapaian
kompetensi, dan bertanggung jawab untuk mengendalikan tingkah laku sendiri bukan
dikendalikan oleh orang lain (proxy control).

29
5) Pembahasan Bab 5
Multiple Intelegensi
1. Pengertian dan Karakteristik Multipel Intelegensi
Pada dasarnya semua orang memiliki kedelapan potensi intelegensi
(bahasa/linguistik, logis-matematis, visual-spasial, kinestik, interpersonal,
intrapersonal, musikal, dan naturalis karena semua orang memiliki struktur otak yang
sama, hanya saja sering intelegensi tersebut tidak terasah dengan baik. Dengan
mengasah seluruh intelegensi anak, berarti kita telah memberi anak jalan yang lebih
mudah untuk mencapai tujuan hidup atau puncak kariernya.
Setiap intelegensi tidak berdiri sendiri, artinya setiap intelegensi saling terkait
satu sama lain.
Menurut Gardner dan Ormstein, kedelapan intelegensi tersebut diberi
kesempatan yang sama melalui berbagai aktivitas dan stimulus sesuai dengan
kebutuhan masing-masing individu siswa.
Intelegensi seseorang dapat hilang sejalan dengan kerusakan otak, baik karena
sakit ataupun kecelakaan.

2. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Perkembangan Multipel Intelegensi


Intelegensi adalah sehimpunan kemampuan dan keterampilan. Intelegensi dapat
ditingkatkan dengan cara belajar yang mengembangkan kemampuannya secara
penuh.
Cara baru dalam melihat intelegensi adalah dengan mengidentifikasi pendekatan
yang dilakukan dalam mempelajari isi/materi/subjek pelajaran.
Faktor-faktor yang mempengaruhi perkembangan intelegensi adalah faktor
internal dan eksternal.Faktor internal, yaitu faktor individu siswa itu sendiri terutama
pancaindra.Faktor eksternal, yaitu program-program pembelajaran yang dirancang
oleh guru.
Jika suatu intelegensi ditingkatkan maka intelegensi lain yang terkait akan ikut
meningkat.

30
Jika orang mampu menggunakan intelegensinya yang paling kuat, maka mereka
akan menemukan bahwa belajar itu mudah dan menyenangkan. Orang seperti inilah
yang dikatakan cerdas.
Prinsip kerja otak sama dengan prinsip kerja otot. Semakin banyak dilatih,
semakin berkembang, semakin sedikit dilatih, semakin lemah kemampuannya.

3. Program Pembelajaran yang Mengakomodasi Perkembangan Multipel


Intelegensi
Semua intelegensi siswa dapat diberdayakan dalam satu rencana/program
pembelajaran.Dengan pemberdayaan semua intelegensi maka pencapaian tujuan
pelajaran dapat lebih optimal.Penerapan teori multipel intelegensi dalam
rencana/program pembelajaran lebih menguntungkan siswa.
Teori multipel intelegensi merupakan suatu alternatif bagi guru dalam melakukan
inovasi dalam mengajarnya, karena guru harus mencari terobosan-terobosan baru
untuk mengoptimalkan semua intelegensi yang dimiliki siswa.
Pelajaran yang dapat diambil dari penerapan teori multipel intelegensi dalam
kegiatan pembelajaran adalah, bagaimana kita memersepsikan siswa, bagaimana kita
mengajar, bagaimana melakukan penilaian dan bagaimana kita sebagai guru
mengembangkan diri didalam melaksanakan pembelajaran berbasis multiple
intelegensi.
Tidak semua topik pelajaran dapat diajarkan dengan menerapkan teori multiple
intelegensi namun demikian topik-topik tersebut dapat diusahakan diajarkan dengan
sebanyak mungkin tanpa dibatasi, yang lebih penting guru adalah untuk mencoba
mengajarkan materi pelajaran dengan lebih variasi.
Strategi pembelajaran berbasis multiple intelegensi merupakan suatu cara
mengakses informasi melalui 8 jalur intelegensi yang ada pada masing-masing
individu, namun untuk mengeluarkannya kembali sebuah intelegensi bersinergi
dalam satu kesatuan yang unik sesuai dengan tujuan pembelajaran sehingga siswa
mampu memecahkan masalah pembelajaran dengan cara yang efektif.

31
Tidak ada satu model tunggal dalam teori multiple intelegensi, sepenuhnya
menjadi hak guru dalam mengembangkan program pembelajaran yang bervariasi.

6) Pembahasan Bab 6
Konstruktivisme Dalam Pembelajaran
1. Pengertian dan Ruang Lingkup Perspektif Konstruktivisme
Perspektif dan pendekatan terhadap belajar dan pembelajaran berubah dan
berkembang dari zaman ke zaman, sesuai dengan bagaimana para pemikir
mempersepsikan tentang pengetahuan dan makna belajar.Tiga aliaran perspektif
utama yang perlu diketahui adalah behaviorisme, kognitivisme dan
konstruktivisme.Ketiga perspektif tersebut dapat dibedakan dari pemahaman tentang
makna belajar dan bagaimana belajar tersebut terjadi.
Konstruktivisme memaknai “belajar”sebagai “proses mengkonstruksi
pengetahuan” melalui proses internal seseorang dan interaksi dengan orang lain.
Dengan demikian hasil belajar akan dipengaruhi oleh kompetensi dan struktur
intelektual seseorang. Hasil belajar dipengaruhi oleh tingkat kematangan berfikir,
pengetahuan yang dimiliki sebelumnya, serta faktor internal lainnya, seperti konsep
diri dan percaya diri dalam proses belajar. Selain itu hasil belajar juga dapat
dipengaruhi oleh dialog seseorang dengan lingkungannya, seperti lingkungan budaya
dan lingkungan sosial ekonomi. Perspektif kontruktivisme pembelajaran
dimaksudkan untuk mendukung proses belajar aktif yang berguna untuk membentuk
pengetahuan dan pemahaman.
Teori belajar konstruktivis mempunyai beragam wujud dalam pembelajaran
sesuai penekanannya terhadap aspek yang dianggap lebih penting, yaitu apakah aspek
individual dianggap lebih penting dari aspek sosial. Dalam prakteknya kedua
perspektif ini dapat digunakan secara simultan dalam proses “mengkonstruksi”
pengetahuan dan pengalaman.
Penilaian dan penggunaan pendekatan pembelajaran perlu dilakukan dengan
memperhatikan tujuan belajar, sifat materi yang akan dipelajari, dan kondisi siswa.

32
Pembelajaran yang dilakukan harus dapat mendukung proses pemahaman dengan
optimal.

2. Karakteristik Pembelajaran Konstruktivistik


Perspektif konstruktivisme dalam pembelajaran mempunyai karakteristik atau
ciri-ciri bahwa pembelajaran dilakukan sebagai proses berfikir individual dalam
kolaborasi dan interaksi dengan siswa lain, untuk memecahkan masalah yang otentik.
Sebagai konsekuensi proses yang kolaboratif dan kooperatif, maka keragaman dalam
berpendapat (multiple perspektif) harus diberi tempat dalam proses pembelajaran.
Siswa harus dapat berperanan dan bertanggung jawab dalam proses belajar, sehingga
dengan bimbingan guru yang berperanan sebagai fasilitator dan motivator.
Sebagai model yang mengutamakan keaktifan siswa dan pengembangan
kemampuan berfikir tinggi (kompleks), model pembelajaran konstruktivistik yang
sering digunakan adalah pembelajaran menemukan (discovery learning) dan
pembelajaran berbasis masalah (problem-based learning), yang biasanya
menggunakan prosedur pemberian tugas, kerja kelompok dan berbagi informasi.

3. Konstruktivisme dalam Pembelajaran Bidang Studi


Prinsip-prinsip konstruktivis dapat digunakan dalam pembelajaran bidang studi,
dengan menggunakan tahapan pemberian tugas, pembahasan kelompok dan
pelaporan.Pendekatan yang dilakukan dapat menggunakan pembelajaran berbasis
masalah, tematik dan yang lainnya.
Dalam pembelajaran berbasis masalah yang diutamakan adalah berfikir analitis
dan integratif, untuk memilah berbagai komponen permasalahan dan berfikir
integratif mencari berbagai pemecahan masalah.
Pembelajaran tematik dikembangkan supaya siswa mempunyai wawasan
intetdisipliner atau multi disipliner, dapat mengaitkan pengetahuan dari berbagai
bidang studi.

33
BAB III

PEMBAHASAN

A. Kelebihan

Setiap buku memiliki kelebihan dan kekurangan. Kelebihan dari buku “Teori
Belajar dan Pembelajaran” karya Abdul Hamid K, yaitu:

Keunggulan yang terdapat dalam buku “teori Belajar dan Pembelajaran”


karangan Abdul Hamid K tahun 2014 yaitu buku ini banyak membahas teori belajar
dari banyak ahli seperti Thorndike, Gagne, Pavlov, Skinner, Watson, Hull, Edwin,
Piaget, dan yang lainnya. Karena banyaknya pendapat para ahli yang terdapat di
dalam buku ini sehingga buku ini sangat bagus untuk dijadikan referensi oleh peneliti
dan juga guru pada proses belajar dan pembelajaran.

Jika ditinjau dari daftar pustaka, penulis banyak mencantumkan daftar


pustaka, hal ini memperkuat bukti ilmiah pada buku tersebut, sehingga membuat
pembaca percaya bahwa buku ini berkualitas.

Bahasa yang digunakan sederhana sehingga membuat pembaca mudah


mencerna maksud dari buku tersebut.

Sedangkan kelebihan pada buku Teori Belajar dan Pembelajaran karya Prof.
Dr. Udin S. Wiranatapura dkk adalah:

Pada setiap bab dalam buku ini selalu dilengkapi dengan rangkuman, latihan-
latihan, dan kunci jawaban sehingga pembaca dapat menguji tingkat kepahaman
pembaca mengenai bab yang dibahas tersebut.

Penulis dalam menyajikan buku ini selalu disertai dengan sumber, jadi setiap
teori ataupun pendapat selalu disertai dengan sumber.Hal ini tentu menjadi nilai plus
bagi buku ini. Selain itu dalam setiap bab yang ada pada buku ini langsung

34
dicantumkan referensi, sehingga membuat pembaca yakin bahwa buku ini sangat
terpercaya dan berkualitas.

B. Kelemahan
Pada pembahasan sebelumnya sudah dipaparkan beberapa keunggulan dari
buku Teori Belajar dan pembelajaran. Selanjutnya akan dipaparkan kelemahan dari
buku ini, yaitu:
 Pada buku ini banyak teori yang tidak dijabarkan secara mendalam, alangkah
baiknya jika teori yang terdapat dalam buku ini dijabarkan secara mendalam,
sehingga pembaca juga bisa memahaminya mendalam dan menyeluruh.
 Terdapat tabel-tabel yang sulit dimengerti oleh pembaca, contohnya dari halaman
86-91. Tabel tersebut sulit dipahami karena tidak terdapat penjelasan yang
memaparkan maksud dari tabel tersebut.
 Tidak dicantumkan identitas penulis pada akhir buku.

Kelemahan pada buku Teori Belajar dan Pembelajaran karya Prof. Dr. Udin
S. Wiranatapura dkk adalah:

 Sampul yang digunakan dalam buku ini kurang menarik. Karena hanya
menggunakan satu warna yaitu hitam.
 Penjelesan teori yang terdapat dalam buku tersebut tidak dijabarkan secara
mendalam. Hanya inti-intinya saja.
 Tidak mencantumkan identitas penulis pada akhir buku.

C. Persamaan dan Perbedaan Kedua Buku

Dari pembahasan kedua buku “ Teori Belajar dan Pembelajaran” karya Abdul
Hamid K. dan “Teori Belajar dan Pembelajaran” karya Prof. Dr. Udin.S.
Wiranataputra dkk.Terdapat persamaan dan perbedaan.Persamaan terdapat pada
pembahasannya, yaitu mengenai teori belajar.Sedangkan perbedaannya adalah bagian

35
babnya.Pada buku karya Abdul Hamid K tidak terdapat rangkuman dan soal-soal
latihan seperti yang tercantum pada buku karya Prof. Dr. Udin.S.Wiranataputra dkk.

36
BAB IV

PENUTUP

A. Kesimpulan

Dari pembahasan-pembahasan yang telah dikemukakan pada bab sebelumnya


maka dapat disimpulkan, bahwa belajar yang terjadi pada individu merupakan
perilaku kompleks. Siswa adalah penentu terjadi atau tidaknya suatu proses
pembelajaran. Sedangkan guru hanya bertindak sebagai penggerak proses
pembelajaran. Guru yang profesional akan mampu mengembangkan suatu sistem
pembelajaran dan mampu menerepkan berbagai alternatif teori belajar dan
pembelajaran.

B. Saran
Berdasarkan kekurangan-kekurang yang telah ditelaah, maka terdapat saran
yang ingin disampaikan pada penulis. Sebaiknya desain cover pada buku karya Prof.
Dr. Udin S. Wiranatapura dkk dibuat lebih menarik agar pembaca merasa tertarik
untuk membacanya. Selain itu, penulis juga sebaiknya mencantumkan
biodata/identitasnya, agar pembaca dapat mengenal biografi dari penulis.
Sedangkan saran untuk pembaca, dalam melaksanakan proses belajar dan
mengajar di dalam kelas, sebaiknya pendidik harus memahami teori belajar dan
pembelajaran yang digunakan agar bisa diterapkan di dalam kelas.

37
DAFTAR PUSTAKA

Hamid, Abdul. 2014. Teori Belajar dan Pembelajaran.Medan: ProgramPascasarjana


Universitas Negeri Medan.

Winataputra, Udin S, dkk. 2007. Teori Belajar dan Pembelajaran.Jakarta:


Universitas Terbuka

Eedsoe.2013. latar belakang pendidikan. Diakses pada 20 september 2016 melalui


http://eedsoe.blogspot.com

38

Anda mungkin juga menyukai