Anda di halaman 1dari 55

CRITICAL BOOK

RIVIEW MK. MICRO


TEACHING

Skor Nilai :

Micro Teaching Melatih Keterampilan Dasar Mengajar


(Dr.Hj. Helmita, M.Ag, 2013)
&
Microteaching Model Tadaluring
(Dr.Arifmoboy, S.Ag., M.Pd, 2019)

Oleh : Kelompok 1

Angelly Amelia Pulungan (1193111100)


Elsa Febrina Harahap (1193111089)
Effriana F Sihaloho (1193111070)
Indri ramadhani (1193111095)
Isty Nurul chairida (1193111097)
Khofifah Alwiyah Siregar (1193111094)
Rizky Kurniawan (1193111064)
Okto Franza Sinukaban (1193111084)

Dosen Pengampu : Dr. Nurmayani, M.Ag.


Mata Kuliah : Micro Teaching

PROGRAM STUDI S1 PENDIDIKAN GURU SEKOLAH DASAR


UNIVERSITAS NEGERI MEDAN
MEDAN
MARET 2021
KATA PENGANTAR

Segala puji bagi Allah Tuhan Semesta Alam yang Maha Pengasih lagi Maha Penyayang
yang telah memberikan kita kesehatan, kekuatan, sehingga kami bisa menyelesaikan Tugas CBR
ini.

Akhirnya kami dapat menyelesaikan makalah Critical Book Report ini tepat pada
waktunya. Walaupun hasilnya masih jauh dari apa yang menjadi harapan pembimbing. Namun
sebagai awal pembelajaran dan supaya menambah wawasan dalam mencari pengetahuan yang
luas dilapangan, bukan sebuah kesalahan jika saya mengucapkan kata syukur. Dan juga reviewer
sangat berterimakasih kepada ibu Dr. Nurmayani, M.Ag selaku dosen Mata Kuliah Micro
Teaching yang telah memberikan tugas ini.

Kesalahan yang terdapat di dalam jelas ada. Namun bukanlah kesalahan yang tersengaja
melainkan karena khilafan dan kelupaan. Dari kesemua kelemahan saya kiranya dapat
dimaklumi.

Demikian, harapan kami semoga hasil makalah ini dapat bermanfaat bagi kita semua.
Dan menambah referensi yang baru sekaligus ilmu pengetahuan yang baru pula, amin.

Medan, Maret 2021

Kelompok 1

i|Page
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR......................................................................................................................i
DAFTAR ISI...................................................................................................................................ii
BAB I PENDAHULUAN................................................................................................................1
1.1 Rasionalisasi Pentingnya CBR..............................................................................................1
1.2 Tujuan Penulisan CBR..........................................................................................................1
1.3 Manfaat..................................................................................................................................1
1.4 Identitas Buku Yang Riview..................................................................................................2
1.4.1 Buku Utama 1.................................................................................................................2
1.4.2 Buku Utama 2.................................................................................................................2
1.4.3 Buku Pembanding 1........................................................................................................3
1.4.4 Buku Pembanding 2........................................................................................................3
BAB II RINGKASAN ISI BUKU...................................................................................................4
2.1 Buku Utama 1........................................................................................................................4
2.1.1 BAB I (PENDAHULUAN)............................................................................................4
2.1.2 BAB II ( PENGENALAN MICRO TEACHING )........................................................6
2.1.3 BAB III (PERENCANAAN MICRO TEACHING)....................................................11
2.1.4 BAB IV (KETERAMPILAN DASAR MENGAJAR).................................................18
2.2 Buku Utama 2......................................................................................................................29
2.2.1 BAB (LATAR BELAKANG)......................................................................................29
2.2.2 BAB II (LANDASAN TEORITIS MODEL PEMBELAJARAN MICROTEACHING
TADALURING)....................................................................................................................31
2.2.3 BAB 3 (PERENCANAAN MICRO TEACHING)......................................................32
2.2.4 BAB IV (PEMBELAJARAN MICROTEACHING)...................................................38
BAB III PEMBAHASAN..............................................................................................................42
3.1 Kelebihan dan Kekurangan Buku........................................................................................42
3.1.1 Buku Utama 1...............................................................................................................42
3.1.2 Buku Utama 2...............................................................................................................42
3.1.3 Buku Pembanding 1......................................................................................................43
3.1.4 Buku Pembanding 2......................................................................................................44
BAB IV KESIMPULAN DAN SARAN.......................................................................................45
4.1 Kesimpulan..........................................................................................................................45

ii | P a g e
4.2 Saran....................................................................................................................................45
DAFTAR PUSTAKA....................................................................................................................46

ii | P a g e
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Rasionalisasi Pentingnya CBR


Critical book report (CBR) sangat penting untuk kalangan pendidikan terutama buat
mahasiswa maupun mahasiswi karena dengan mengkritik jurnal mahasiswa/I ataupun
sipengkritik dapat melihat buku yang perlu diperbaiki dan mana jurnal yang sudah baik
untuk digunakan berdasarkan penelitian yang telah dilakukan oleh penulis jurnal tersebut.
Setelah dapat mengkritik jurnal maka diharapkan mahasiswa/i dapat membuat suatu jurnal
karna sudah mengetahui bagaimana kriteria jurnal yang baik dan benar untuk digunakan, dan
sudah mengetahui cara menulis atau langkah apa yang diperlukan dalam penulisan jurnal
tersebut.

1.2 Tujuan Penulisan CBR


CBR merupakan salah satu tugas dari kurikulum KKNI yang telah diterapkan di
beberapa Universitas. Mengkritik sebuah buku atau lebih adalah salah satu kegiatan yang
harus diketahui oleh siswa maupun mahasiswa. Terlebih untuk kita pendidik bangsa. Banyak
jurnal yang sekarang ini bisa dikritik; baik dari segi penulisan, cocok tidaknya bahan materi
dengan pembaca, maupun dari segi kelengkapan meteri. Critical Book Review (CBR) ini
juga dapat dijadikan sebagai bahan refrensi untuk memilih buku yang dapat kita gunakan
sebagai pedoman untuk melakukan sebuah penelitian. Oleh karena itu, penulis melakukan
CBR ini untuk memudahkan pembaca dalam memilih buku yang dapat dijadikan sebagai
sumber informasi yang baik. Dalam penulisan ini bertujuan untuk menambah kemampuan
siswa untuk mengkritik sebuah buku yang bisa menambah wawasan siswa tersebut karena
siswa dituntun untuk lebih giat untuk membaca.

1.3 Manfaat
 Untuk menambah pengetahuan.
 Mengasah kemampuan dalam mengkritik sebuah buku.
 Sebagai rujukan untuk memilih sebuah buku dan mencari sumber bacaan yang relevan.

1|Page
1.4 Identitas Buku Yang Riview
1.4.1 Buku Utama 1
a. Judul : Micro Teaching Melatih Keterampilan Dasar Mengajar
b. Edisi 1
c. Pengarang : Dr.Hj. Helmita, M.Ag
d. Penerbit : CV.ASWAJA PRESSINDO
e. Kota Terbit : Pekanbaru
f. Tahun Terbit 2013
g. ISBN : 978-602-18652-4-8

1.4.2Buku Utama 2
a. Judul : MICROTEACHING: MODEL TADALURING
b. Edisi 1
c. Pengarang : Dr. Arifmiboy, S.Ag., M.Pd.
d. Penerbit : WADE GROUP
e. Kota Terbit : Jawa Timur
f. Tahun Terbit 2019
g. ISBN : 978-623-7007-61-6
1.4.3 Buku Pembanding 1
a. Judul : Keterampilan Dasar Mengajar Microteaching
b. Edisi 1
c. Pengarang : Shoffan Shoffa, S.Pd., M.Pd.
d. Penerbit : Mavendra Pers
e. Kota Terbit : Jawa Timur
f. Tahun Terbit 2017
g. ISBN : 978-602-605-981-9

1.4.4Buku Pembanding 2
a. Judul : Desain & Pedoman Pembelajaran Mikro
b. Edisi 1
c. Pengarang : Prof. Dr.Harun Joko Prayitno, M.Hum
d. Penerbit : Muhammadiyah University Press
e. Kota Terbit : Jakarta
f. Tahun Terbit 2019
g. ISBN : 978-602-361-199-7
BAB II
RINGKASAN ISI BUKU

2.1 Buku Utama 1

2.1.1 BAB I (PENDAHULUAN)


A. Konsep Pembelajaran
Pembelajaran adalah istilah yang relatif baru dalam dunia pendidikan Indonesia.
Kata “pembelajaran” adalah terjemahan dari “instruction” yang banyak dipakai dalam
dunia pendidikan di Amerika Serikat. Namun demikian, substansinya sudah lama ada
dalam dunia pendidikan Indonesia, karena konsep pembelajaran merupakan konversi dari
istilah proses belajar mengajar yang selama ini digunakan. Mengapa saat ini lebih
cenderung menggunakan istilah pembelajaran? Karena dalam kenyataannya yang sering
terjadi adalah guru mengajar namun kurang mampu membelajarkan siswa.
Seperti dikemukakan di atas, konsep pembelajaran mengandung unsur belajar dan
mengajar. Beberapa pakar memberikan definisi tentang belajar. Belajar menurut Hilgard
dan Brower dalam Oemar Hamalik adalah perubahan dalam perbuatan melalui aktivitas,
praktek, dan pengalaman. Adapun menurut Morgan dalam Ngalim Purwanto, belajar
adalah setiap perubahan yang relatif menetap dalam tingkah laku yang terjadi sebagai
suatu hasil dari latihan atau pengalaman. Beberapa ciri umum kegiatan belajar sebagai
berikut:
1. Belajar menunjukkan suatu aktivitas pada diri seseorang yang disadari atau
disengaja.
2. Belajar merupakan interaksi individu dengan lingkungannya.
3. Hasil belajar ditandai dengan perubahan tingkah laku.
Sedangkan mengajar adalah Menurut Gagne, Briggs, dan Vager, pembelajaran
adalah serangkaian kegiatan yang dirancang untuk memungkinkan terjadinya proses
belajar pada siswa. Dalam kamus Bahasa Indonesia pembelajaran menekankan pada
proses, cara, perbuatan menjadikan orang atau makhluk hidup belajar. Sedangkan
menurut Winartapura “pembelajaran merupakan kegiatan yang dilakukan untuk
menginisiasi dan memfasilitasi, dan meningkatkan intensitas dan kualitas belajar pada
diri peserta didik.
B. Komponen Dasar Pembelajaran
Proses pembelajaran merupakan hal yang kompleks dan sistemik. Keberhasilan
proses pembelajaran sangat dipengaruhi oleh berbagai komponen atau sub sistem yang
menjadi satu kesatuan, saling berinteraksi dan berkaitan satu sama lain untuk mencapai
suatu hasil secara optimal sesuai dengan tujuan yang telah ditetapkan. Menurut Soetopo,
pembelajaran sebagai suatu sistem terdiri dari beberapa komponen yaitu, (1) siswa, (2)
guru, (3) tujuan, (4) materi, (5) metode, (6) sarana/alat, (7) evaluasi, dan (8)
lingkungan/konteks. Masing-masing komponen itu sebagai bagian yang berdiri sendiri,
namun dalam berproses di kesatuan sistem, mereka saling bergantung dan bersama-sama
untuk mencapai tujuan.7 Proses pembelajaran ditandai dengan adanya interaksi antara
komponen. Misalnya komponen peserta didik berinteraksi dengan komponen guru,
metode/media, perlengkapan/peralatan, dan lingkungan kelas yang mengarah kepada
pencapaian tujuan pembelajaran.
Tidak ada satupun komponen dari delapan komponen tersebut yang dapat
dipisahkan satu sama lain karena dapat mengakibatkan tersendatnya proses pembelajaran.
Misalnya pembelajaran tidak dapat dilakukan di ruang yang tidak jelas, tanpa siswa,
tanpa tujuan, tanpa bahan ajar.
Versi lain mengemukakan bahwa untuk mewujudkan proses transformasi
edukatif, perlu ada komunikasi antara pendidik dengan peserta didik yang mengandung
unsur-unsur pedagogis, didaktis, dan psikologis. Untuk mewujudkan hal tersebut,
minimal harus ada lima komponen dasar, antara lain;
a. Tujuan mengajar, artinya apa standar ketuntasan belajar minimal yang harus
dicapai oleh peserta didik?
b. Materi pembelajaran, artinya perlu dipahami tentang materi apa yang diberikan
agar proses transformasi edukatif tersebut mencapai tujuan.
c. Metode dan teknik, artinya bagaimana cara menyampaikan materi tadi agar
sampai pada tujuan.
d. Perlengkapan dan fasilitas, artinya untuk membantu tercapainya tujuan tadi, alat
dan fasilitas apa yang dapat dipergunakan sehingga betul-betul mendukung
tercapainya tujuan interaksi edukatif.
e. Evaluasi (penilaian), artinya untuk mengukur tercapai tidaknya tujuan interaksi
edukatif tersebut diperlukan proses penilaian.

2.1.2 BAB II ( PENGENALAN MICRO TEACHING )


A. Micro Teaching & Pengembangan Profesi Keguruan
Pembelajaran merupakan setiap kegiatan yang dirancang oleh guru/pendidik
untuk membantu seseorang mempelajari suatu kemampuan dan atau nilai yang baru
dalam suatu proses yang sistematis melalui tahap rancangan, pelaksanaan dan evaluasi
dalam konteks kegiatan belajar mengajar.14 Dengan demikian, pembelajaran merupakan
perpaduan yang harmonis antara kegiatan mengajar yang dilakukan guru dan kegiatan
belajar yang dilakukan oleh siswa. Pembelajaran merupakan suatu proses dan
melibatkan berbagai aspek, karena itu, untuk menciptakan pembelajaran yang kreatif
diperlukan keterampilan.
Menurut Brown, meskipun aktivitas mengajar itu sangat kompleks, terutama bagi
calon guru yang baru belajar tentang mengajar, elemen-elemen keterampilan yang
tercakup di dalamnya dapat dipelajari dan dilatihkan. Hal ini, antara lain karena aktivitas
mengajar dapat diuraikan menjadi beberapa keterampilan dasar mengajar (teaching skill)
seperti keterampilan membuka dan menutup pembelajaran, keterampilan mengelola
kelas, keterampilan memberikan motivasi dan penguatan, keterampilan memilih dan
menggunakan metode dan strategi pembelajaran yang relevan, keterampilan bertanya,
keterampilan menggunakan media pembelajaran, dan seterusnya. Semua keterampilan
tersebut dapat dilatih dan dikuasai oleh guru/calon guru melalui proses latihan, baik
berupa latihan keterampilan secara terisolasi (keterampilan tertentu saja) maupun latihan
secara lengkap dan terintegrasi.
Dengan demikian, dasar pemikiran pelaksanaan micro teaching adalah:
1. Guru sebagai profesional seharusnya memiliki tiga modal dasar yaitu pemahaman
yang mendalam terhadap hal-hal yang bersifat filosofis, konseptual, dan skill
(keterampilan)
2. Pembelajaran merupakan suatu proses dan melibatkan berbagai aspek. Karena itu,
untuk menciptakan pembelajaran yang kreatif diperlukan keterampilan.
3. Keterampilan mengajar merupakan kompetensi profesional yang cukup kompleks,
sebagai integrasi kompetensi guru secara utuh dan menyeluruh.
4. Sekumpulan teori yang diperoleh di perkuliahan tidak akan mampu secara
otomatis membuat calon guru menghadapi berbagai problema yang ada dalam
kelas.

B. Mengenal Micro Teaching


Guru/pendidik yang baik adalah mereka yang berhasil membawa peserta didik
mencapai tujuan dan hasil pembelajaran sesuai dengan kaidah yang berlaku dalam
pendidikan. Keterampilan dasar mengajar yang dimaksud adalah sebagai berikut:
1. Keterampilan membuka dan menutup pembelajaran
2. Keterampilan menjelaskan
3. Keterampilan bertanya (dasar, lanjut)
4. Keterampilan mengadakan variasi
5. Keterampilan memberikan penguatan
6. Keterampilan mengelola kelas
7. Keterampilan membelajarkan kelompok kecil dan perorangan
8. Keterampilan memimpin diskusi kelompok kecil
C. Sejarah Micro Teaching
Dalam program pendidikan guru tradisional, setelah calon guru lulus teori dari
sekolah atau perguruan tinggi keguruan, ia langsung melakukan praktek mengajar di
sekolah latihan (lab school) tanpa menjalani latihan terlebih dahulu. Sejak tahun 50-an
pendekatan semacam itu mendapat kritik sebagai berikut:
1. Pendekatan yang dilakukan oleh calon guru tersebut terlalu teoritis, filosofis dan
abstrak.
2. Bimbingan dalam latihan kurang efektif dan efisien, pembimbingnyapun juga
kurang terlatih.
3. Feedback tidak segera diberikan kepada calon guru dan cenderung kurang objektif
4. Guru tidak memiliki kompetensi dan keterampilan (skill) mengajar secara baik.
Dalam waktu singkat micro teaching telah digunakan di sebagian besar lembaga
pendidikan dan keguruan di Amerika Serikat dan beberapa negara lainnya. Berdasarkan
rekomendasi dari “The second sub-regional workshop on teacher Education” di Bangkok
pada November 1971, micro teaching mulai digunakan di berbagai negara Asia, terutama
Malaysia dan Philipina. Di Indonesia, micro teaching mulai diperkenalkan pada tahun
1977
oleh lembaga pendidikan guru IKIP Yogyakarta, IKIP Bandung, IKIP Ujung Pandang,
dan FKIP Universitas Satyawacana.
D. Pengertian, Fungsi & Manfaat Micro Teaching
Secara etimologis, micro teaching berasal dari dua kata yaitu micro berarti kecil,
terbatas, sempit dan teaching berarti pembelajaran. Secara terminologis, micro teaching
didefinisikan dengan redaksi yang berbeda-beda, namun memiliki subtansi makna yang
sama. Berikut dikemukakan beberapa pengertian pembelajaran mikro menurut beberapa
orang ahli:
1. Pembelajaran mikro adalah kegiatan mengajar dalam skala kecil (mikro) yang
dirancang untuk mengembangkan keterampilan baru dan memperbaiki
keterampilan yang lama.
2. J. Cooper & D.W. Allen mengatakan bahwa pembelajaran mikro adalah studi
tentang suatu situasi pembelajaran yang dilaksanakan dalam waktu dan jumlah
tertentu, yakni selama empat atau sampai dua puluh menit dengan jumlah siswa
sebanyak tiga sampai sepuluh orang, bentuk pembelajaran di sederhanakan, guru
memfokuskan diri hanya pada beberapa aspek. Pembelajaran berlangsung dalam
bentuk sesungguhnya, hanya saja diselenggarakan dalam bentuk mikro.
fungsi micro teaching bagi guru dan calon guru adalah untuk:
1. Memperoleh umpan balik atas penampilannya dalam pembelajaran
2. Memberi kesempatan kepada siswa calon guru untuk menemukan dirinya sebagai
calon guru.
3. Menemukan model–model penampilan seorang guru dalam pembelajaran, dengan
menggunakan hasil supervisi sebagai dasar diagnostik dan remidi (perbaikan)
untuk mencapai tujuan latihan keterampilan.
Dengan bekal micro teaching terdapat beberapa manfaat yang dapat diambil oleh
guru/calon guru antara lain:
1. Mengembangkan dan membina keterampilan tertentu guru/ calon guru dalam
mengajar
2. Dapat mempraktekkan metode dan strategi baru dalam lingkungan yang
mendukung.
3. Segera mendapat umpan balik (feedback) dari penampilannya (performance)
dengan memutar ulang rekaman video.
4. Dapat menyiapkan dan melaksanakan pembelajaran dengan mengurangi
kecemasan.
5. Memperoleh pengalaman yang berharga dengan resiko yang kecil.
6. Dapat mengatur tingkah laku sendiri sewajar mungkin dengan cara yang sistematis.
7. Penguasaan keterampilan mengajar oleh guru/calon guru menjadi lebih baik.
E. Karakteristik Micro Teaching
Pembelajaran mikro berlangsung dalam bentuk sesungguhnya, hanya saja
diselenggarakan dalam bentuk mikro (kecil) dengan karakteristik sebagai berikut:
1. Jumlah siswa berkisar antara 5 – 10 orang
2. Waktu mengajar terbatas sekitar 10-15 menit
3. Latihan terpusat pada keterampilan dasar mengajar.
4. Menampilkan hanya 1 atau 2 keterampilan dasar mengajar, yang merupakan
bagian dari keterampilan mengajar yang kompleks.
5. Membatasi fokus atau ruang lingkup materi pelajaran sesuai dengan ketersediaan
waktu.
6. Ditinjau dari praktikan, calon guru/pendidik akan belajar bagaimana melakukan
pembelajaran, sedangkan teman yang jadi siswa akan dapat mengamati
bagaimana gaya mengajar temannya serta dapat menilai tepat dan tidaknya
keterampilan dasar pembelajaran yang dilakukan, seperti penggunaan metode dan
strategi pembelajaran, penggunaan media pembelajaran, penilaian, dst.
7. Pembelajaran mikro adalah pembelajaran yang sebenarnya. Praktikan harus
membuat rencana pembelajaran, melaksanakan pembelajaran sesuai dengan
rencana pembelajaran yang telah dibuat, mengelola kelas dan menyiapkan
perangkat pembelajaran lainnya yang dapat mendukung proses peembelajaran.
8. Pembelajaran mikro bukanlah simulasi.
9. Pembelajaran diharapkan dapat direkam sehingga hasil rekaman tersebut dapat
dijadikan bahan diskusi antar guru/calon guru.
F. Tujuan Micro Teaching
Tujuan Umum
Menurut Dwight Allen, tujuan pembelajaran mikro adalah:
1. Bagi siswa calon guru
a. Memberikan pengalaman belajar yang nyata dan latihan sejumlah
keterampilan dasar mengajar secara terpisah.
b. Calon guru dapat mengembangkan keterampilan mengajarnya sebelum
mereka terjun ke kelas yang sebenarnya.
c. Memberikan kemungkinan bagi calon guru untuk menguasai beberapa
keterampilan dasar mengajar serta memahami kapan dan bagaimana
keterampilan itu diterapkan, sehingga calon guru mampu menciptakan
proses pembelajaran yang efektif, efisien, dan menarik.
2. Bagi guru
a. Memberikan penyegaran dalam program pendidikan
b. Guru mendapatkan pengalaman belajar mengajar yang bersifat individual
demi perkembangan profesinya.
c. Mengembangkan sikap terbuka bagi guru terhadap pembaharuan yang
berlangsung di pranata pendidikan.
Tujuan Khusus
Secara khusus micro teaching memiliki tujuan agar:
a. Calon guru mampu menganalisis tingkah laku pembelajaran kawannya
dan dirinya sendiri.
b. Calon guru mampu melaksanakan berbagai jenis keterampilan dalam
proses pembelajaran.
c. Calon guru mampu mewujudkan situasi pembelajaran yang efektif,
produktif, dan efisien.
d. Calon guru mampu bertindak profesional.
G. Keterampilan Dasar Mengajar
Keterampilan dasar mengajar yang harus dikuasai guru adalah sebagai berikut:
a. Keterampilan membuka dan menutup pembelajaran
b. Keterampilan menjelaskan
c. Keterampilan bertanya
d. Keterampilan menggunakan variasi
e. Keterampilan mengajar kelompo kecil atau perseorangan
f. Keterampilan memberi penguatan
g. Keterampilan mengelola kelas
h. Keterampilan membimbing diskusi kelompok kecil
H. Skenario Micro Teaching
Skenario micro teaching dibuat dan dirancang langkah demi langkah. Hal ini agar
dapat menjadi rambu-rambu dalam pelaksanaannya untuk menghindari dan
mengantisipasi hal-hal yang dapat mengganggu jalannya micro teacing. Secara garis
besar skenario kegiatan micro teaching dapat dikelompokkan dalam tiga tahapan yaitu:
1. Tahap pertama (tahap kognitif)
2. Tahap pelaksanaan.
3. Tahap ketiga (tahap balikan/feedback).

2.1.3 BAB III (PERENCANAAN MICRO TEACHING)


A. Pengertian Perencanaan Micro Teaching
Perencanaan dapat diartikan sebagai proses penyusunan ber- bagai keputusan
yang akan dilaksanakan pada masa yang akan datang untuk mencapai tujuan yang akan
ditentukan. Perencanaan merupakan proses penetapan dan pemanfaatan sumber-sumber
daya secara terpadu yang diharapkan dapat menunjang kegiatan dan upaya-upaya yang
akan dilaksanakan secara efektif dan efisien dalam mencapai tujuan.
Fungsi perencanaan secara umum meliputi kegiatan mene- tapkan apa yang ingin
dicapai, bagaimana cara mencapainya, berapa waktu yang akan dibutuhkan, berapa orang
yang diperlukan dan berapa biayanya. Melalui perencanaan yang telah dibuat, dapat
terbayangkan tujuan yang ingin dicapai, aktivitas atau proses yang harus dilakukan untuk
mencapai tujuan, sarana dan fasilitas yang diperlukan, hasil yang akan didapat, bahkan
faktor kendala maupun unsur pendukung juga sudah dapat diantisipasi.
Keterampilan dasar mengajar merupakan suatu keterampilan yang menuntut
latihan terprogram untuk dapat menguasainya. Agar kegiatan latihan keterampilan dasar
mengajar yang dilakukan melalui pendekatan pembelajran mikro dapat berjalan dengan
baik dan membuahkan hasil yang optimal maka tentu perencanaan yang matang.
Perencanaan pembelajaran mikro, yaitu membuat perencana- an atau persiapan
untuk setiap jenis keterampilan mengajar yang akan dilatihkan. Unsur-unsur perencanaan
meliputi, menentukan tujuan, materi, metode, media dan evaluasi.
Dalam membuat perencanaan pembelajaran mikro, unsur- unsur yang digunakan
sama dengan unsur-unsur perencanaan pem- belajaran secara umum. Perbedaannya yaitu
disesuaikan dengan karakteristik pembelajaran mikro, yaitu setiap unsur perencanaan
tersebut disederhanakan, dan ada penekanan terhadap jenis kete- rampilan apa yang akan
dilatihkan.
B. Unsur-unsur Perencanaan Pembelajaran
Perencanaan pembelajaran adalah proses memproyeksikan setiap komponen
pembelajaran. Menurut Ralph W. Tyler kompo- nen-komponen pembelajaran tersebut
meliputi empat unsur yaitu: tujuan, bahan ajar (materi), metode, dan evaluasi.
Keempat komponen pembelajaran tersebut apabila digambar- kan dalam bentuk
bagan akan membentuk suatu sistem sebagai berikut.
1. Tujuan Pembelajaran
Tujuan pembelajaran adalah sesuatu yang ingin dicapai dalam kegiatan
pembelajaran, yaitu gambaran perubahan perilaku siswa ke arah yang lebih
positif, baik dari segi pengetahuan keterampilan dan sikap. Tujuan pembelajaran
atau tujuan instruksional berisi rumusan pertanyaan mengenai kemampuan atau
kualifikasi tingkah laku yang diharapkan dimiliki/dikuasai siswa setelah
mengikuti proses pembelajaran.
Yang harus diperhatikan guru dalam membuat tujuan khusus atau
indikator pembelajaran adalah:
a. Guru harus memperhatikan silabus/kurikulum yang berlaku sebagai
pedoman dalam menjabarkan tujuan.
b. Guru harus memahami tipe-tipe hasil belajar.
c. Guru harus memahami cara merumuskan tujuan pembelajaran sampai
tujuan tersebut jelas isinya dan dapat dicapai oleh siswa setelah setiap
proses pembelajaran berakhir.
2. Materi Pembelajaran
Materi harus direncanakan dan dikembangkan sesuai dengan tujuan
pembelajaran yang ingin dicapai. Materi pembelajaran harus disusun secara
sistematik berdasarkan skuensinya dan diorienta- sikan pada upaya mencapai
tujuan pembelajaran.
Kriteria dalam merumuskan dan mengembangkan bahan pembelajaran
diantaranya:
a. Bahan harus benar (valid) dan berarti (significant) sesuai dengan
pembangunan dan kemajuan Ilmu Pengetahuan dan Teknologi (IPTEK).
b. Bahan harus relevan dengan aspek sosial siswa.
c. Bahan harus mengandung kesinambungan antara kedalaman dan keluasan.
d. Bahan pelajaran harus mencakup berbagai ragam tujuan, pengetahuan,
keterampilan, dan sikap.
3. Kegiatan Pembelajaran
Kegiatan pembelajaran harus menggambarkan aktivitas siswa, karena pada
hakikatnya yang belajar itu adalah siswa, guru hanya sebagai fasilisator. Maka
guru harus merancang kegiatan pembela- jaran dengan sistematis, efektif, efisien,
serta berorientasi pada tujuan pembelajaran.
Dalam perencanaan pembelajaran kegiatan belajar mengajar harus
dirumuskan secara jelas dengan memperhatikan hal-hal sebagai berikut:
a. Kegiatan pembelajaran harus berorientasikan pada tujuan pembelajaran
khusus atau indikator pembelajaran yang ditetap- kan.
b. Kegiatan pembelajaran harus dilaksanakan secara sistematis.
c. Kegiatan pembelajaran harus efektif dan efisien.
d. Kegiatan pembelajaran harus fleksibel.
e. Kegiatan pembelajaran harus disesuaikan dengan kemampuan siswa.
f. Kegiatan pembelajaran harus memperhatikan dengan alat/ fasilitas yang
tersedia.
g. Kegiatan pemelajaran harus dapat mengembangkan kemam- puan siswa
baik dari segi pengetahuan, keterampilan dan sikap.
h. Penggunaan metode mengajar harus disesuaikan dengan tujuan yang telah
ditetapkan.
i. Kegiatan pembelajaran harus menggambarkan atau mendes- kripsikan
tentang materi yang akan digunakan dan memberikan peluang untuk
memungkinkan siswa belajar aktif.
4. Evaluasi
Evaluasi pembelajaran dilaksanakan pada kegiatan pembe- lajaran
meliputi evaluasi awal pembelajaran, evaluasi proses pembelajaran, dan
evaluasi akhir pembelajaran.
Evaluasi juga berfungsi sebagai dasar diagnosis belajar siswa yang
dilanjutkan dengan bimbingan atau untuk pemberian pengayaan. Dalam
melaksanakan evaluasi aspek-aspek pokok yang harus diperhatikan meliputi: a)
Tujuan evaluasi, b) Bentuk dan jenis evaluasi yang digunakan.
Kriteria evaluasi dalam perencanaan pembelajaran adalah sebagai berikut:
a. Evaluasi harus berorientasi pada tujuan pembelajaran.
b. Evaluasi harus berdasarkan pada pengembangan kegiatan pembelajaran.
c. Evaluasi harus memperhatikan waktu yang tersedia.
d. Evaluasi harus memungkinkan ada kegiatan tindak lanjut.
e. Evaluasi harus memberikan umpan balik.
f. Evaluasi harus berdasarkan pada bahasan materi.
C. Tujuan & Manfaat Perencanaan Pembelajaran
Perencanaan pembelajaran sebagai suatu proyeksi kegiatan yang akan dilakukan
oleh guru dan siswa dalam proses pembe- lajaran. Perencanaan pembelajaran memiliki
fungsi yang amat penting sebagai pedoman operasional pembelajaran.
Tujuan dan manfaat perencanaan pembelajaran antara lain adalah:
1. Sebagai landasan pokok bagi guru dan siswa dalam mencapai kompetensi dasar
dan indikator yang telah ditetapkan.
2. Memberi gambaran mengenai acuan kerja jangka pendek.
3. Karena disusun dengan menggunakan pendekatan sistem, mem- beri pengaruh
terhadap perkembangan individu siswa
4. Karena dirancang secara matang sebelum pembelajaran, beraki- bat terhadap
nurturant effect.
D. Aplikasi dalam Perencanaaan Micro Teaching
Perencanaan pembelajaran untuk pembelajaran mikro sesuai dengan ketentuan
perencanaan pembelajaran pada umumnya, hanya dibuat lebih sederhana sesuai dengan
karakteristik pembe- lajaran mikro itu sendiri. Fungsi perencanaan pembelajaran mikro
adalah sebagai pedoman pokok bagi calon guru yang akan melak- sanakan kegiatan
latihan melalui pembelajaran mikro. Dengan demikian setiap yang berlatih mengajar
dalam prosesnya harus didasarkan pada perencanaan yang telah dibuat sebelumnya.
Pembuatan perencanaan pembelajaran pada dasarnya adalah mengembangkan dari
setiap komponen pembelajaran, yaitu mengembangkan tujuan, materi, metode dan media
serta evaluasi.
Prinsip pembelajaran merupakan kaidah, hukum, atau keten- tuan-ketentuan yang
harus dijadikan patokan dalam membuat perencanaan pembelajaran. Penyusunan
perencanaan pembelajaran yang didasarkan pada prinsip yang ditetapkan, maka akan
mengha- silkan suatu perencanaan pembelajaran.
E. Prinsip-prinsip Perencanaan Pembelajaran
Pada pokoknya prinsip-prinsip dalam pembuatan perencanaan pembelajaran antara
lain:
a. Memperhatikan karakteristik anak
Dalam perencanaan pembelajaran (desain instruksional) harus
memperhatikan kondisi yang ada dalam diri siswa dan kondisi yang ada di luar
diri siswa 23
b. Berorientasi pada kurikulum yang berlaku
Perencanaan yang dibuat oleh guru seperti dalam bentuk silabus maupun
dalam bentuk rencana pelaksanaan pembelajaran harus disusun dan
dikembangkan berdasarkan pada kurikulum yang berlaku.
c. Sistematika kegiatan pembelajaran
Urutan kegiatan pembelajaran dikembangkan secara sistematis dengan
mempertimbangkan urutan dari yang mudah menuju yang lebih sulit, dari yang
bersifat sederhana menuju yang lebih kompleks.
d. Melengkapi perencanaan pembelajaran
Yaitu dengan menambah instrumen-instrumen pembelajaran, misalnya
lebar kerja siswa, format isian, lembar catatan tertentu disesuaikan dengan tujuan
pembelajaran yang harus dicapai.
e. Bersifat fleksibel (dinamis)
Perencanaan pembelajaran disesuaikan dengan situasi dan kondisi saat
berlangsungnya pembelajaran.
f. Berdasarkan pendekatan system
Artinya setiap unsur perencanaan pembelajaran yang dikem- bangkan
harus merupakan kesatuan yang tidak terpisahkan dan memiliki keterpaduan.
Ada empat prinsip lain yang harus dipenuhi dalam pembuatan perencanaan
pembelajaran, di antaranya:
a. Spesifik
Selain memenuhi setiap prinsip perencanaan pembelajaran yang telah
dibahas sebelumnya, juga perencanaan tersebut dibuat secara khusus. Kekhususan
ini terutama dikaitkan dengan setiap kompetensi dasar dan indikator yang harus
dicapai oleh siswa.
Dalam setiap perencanaan selain berisi rumusan setiap kompo- nen
perencanaan pembelajaran juga ada penambahan kekhu- susan yaitu jenis
keterampilan mengajar yang akan dilatihkan.
b. Operasional
Yaitu rumusan setiap unsur dalam perencanaan pembelajaran dirumuskan
dengan bahasa yang operasional dan terstruktur. Operasionalisasi ini terutama
berkaitan dengan perilaku yang harus dicapai atau dikembangkan.
c. Sistematis
Yaitu penyusunannya dilakukan secara logis dan berurutan dari mulai
identitas mata pelajaran sampai kegiatan evaluasi.
d. Jangka pendek
Setiap perencanaan pembelajaran dibuat untuk setiap kali pertemuan atau
latihan yang akan dilakukan.
F. Langkah-langkah Pembuatan Perencanaan Micro Teaching
Perencanaan merupakan proyeksi kegiatan-kegiatan yang akan dilakukan oleh
guru dan siswa dalam melaksanakan pembelajaran. Perencanaan bukan hanya untuk
melengkapi kepentingan yang bersifat administratif saja melainkan sebagai pedoman
operasional dalam melaksanakan pembelajaran. Menyusun perencanaan pem- belajaran
selain harus memperhatikan prinsip-prinsip yang bersifat umum juga harus disesuaikan
untuk kepentingan apa perencanaan itu dibuat.
Dalam peraturan pemerintah (PP No. 19 tahun 2005) tentang standar Nasional
pendidikan dijelaskan “Setiap satuan pendidikan melakukan proses perencanaan
pembelajaran, pelaksanaan proses pembelajaran, penilaian hasil pembelajaran, dan
pengawasan proses pembelajaran untuk terlaksananya proses pembelajaran yang efek- tif
dan efisien “ (Bab IV pasal 19 ayat 3).
Jenis-jenis perencanaan pembelajaran selajutnya dalam Bab IV pasal 20
dijelaskan “Perencanaan proses pembelajaran meliputi silabus dan rencana pelaksanaan
pembelajaran yang memuat sekurang-kurangnya tujuan pembelajaran, materi ajar,
metode pengajaran, sumber belajar, dan penilain hasil belajar.”
Perencanaan pembelajaran tersebut dikategorikan ke dalam dua bentuk yaitu
silabus dan rencana pelaksanaan pembelajaran. Unsur-unsur yang harus ada dalam setiap
perencanaan yaitu:
Tujuan, materi, metode, sumber dan penilaian hasil belajar. Adapun langkah-
langkah yang ditempuh dalam membuat perencanaan pembelajaran adalah sebagai
berikut:
a. Tuliskan identitas mata pelajaran antara lain:
Nama mata pelajaran, pokok bahasan / sub pokok bahasan, kelas, semester, waktu
dan lain sebagainya sesuai kebutuhan.
b. Tuliskan standar kompetensi, kompetensi dasar, dan indikator.
c. Materi pembelajaran. Sebutkan materi yang harus diajarkan untuk mencapai
indikator yang telah ditetapkan.
d. Kegiatan pembelajaran. Rumuskan kegiatan-kegiatan atau pengalaman
pembelajaran yang akan dilakukan oleh guru dan siswa dalam melakukan proses
pembelajaran untuk mencapai tujuan yang telah ditetapkan.
e. Tentukan alat, media, dan sumber rujukan. Yaitu menentukan alat/media
pembelajaran yang akan digunakan untuk men- dukung terjadinya proses
pembelajaran secara efektif dan efisien.
f. Tentukan prosedur evaluasi. Yaitu merumuskan prosedur, bentuk dan jenis
evaluasi yang akan dilakukan untuk mengukur hasil pembelajaran yang telah
dilakukan. Dalam evaluasi harus memperhatikan prinsip evaluasi yaitu validitas
dan reliabili- tasnya agar memperoleh informasi yang akurat dari hasil
pembelajaran yang telah dicapai oleh siswa.
Pembelajaran mikro yang sebenarnya dilakukan dalam kelas khusus yang
dirancang untuk kepentingan latihan mengajar. Maka tentu saja perencanaan
pembelajarannya dibuat sesuai dengan kai- dah prosedur pembuatan perencanaan
pembelajaran yang berlaku untuk kepentingan pembelajaran biasa. Satu hal yang
membedakan antara rencana pembelajaran mikro dan rencana pembelajaran biasa, untuk
rencana pembelajaran mikro ditambah satu komponen yaitu “ Tujuan Latihan
Pembelajaran Mikro”.
Sebagai alat kontrol untuk mengetahui tingkat kemampuan peserta yang telah
berlatih, dalam pembelajaran mikro dilengkapi oleh seperangkat alat / instrumen lain,
yaitu pedoman observasi. Rumusan pedoman observasi berbeda-beda antara observasi
yang satu dengan yang lainnya. Hal ini disesuaikan dengan setiap jenis keterampilan
dasar mengajar yang dilatihkan. Pedoman observasi dipegang oleh observer yang
bertugas menga- mati penampilan perserta yang berlatih. Pihak observer adalah mereka
yang dianggap sudah memiliki pengalaman lebih sehingga dapat memberikan penilaian
secara objektif untuk dijadikan masukan/balikan bagi peserta yang berlatih.

2.1.4 BAB IV (KETERAMPILAN DASAR MENGAJAR)


A. KETERAMPILAN MEMBUKA & MENUTUP PEMBELAJARAN (Set Induction
and Closure)
Membuka pembelajaran adalah kegiatan guru dalam mengawali proses
pembelajaran untuk menciptakan suasana siap mental, phisik, phisikis dan emosional
siswa sehingga memusatkan perhatian mereka pada materi dan kegiatan pembelajaran
yang akan dilalui.
Aktivitas awal yang dilakukan dan kalimat-kalimat awal yang diucapkan guru
merupakan penentu keberhasilan jalannya seluruh proses pembelajaran. Ketercapaian
tujuan pembelajaran tergantung pada strategi mengajar guru di awal pelajaran. Seluruh
rencana dan persiapan sebelum mengajar dapat menjadi tidak berguna jika guru tidak
berhasil memfokuskan perhatian dan minat siswa pada pelajaran. Dalam tahap ini, yang
perlu dilakukan guru terlebih dahulu adalah menciptakan suasana agar siswa secara
mental, phisik, phisikis dan emosional terpusat pada kegiatan pembelajaran yang akan
dilakukan. Hal tersebut dapat dilakukan guru dengan cara-cara sebagai berikut:
1. Memfokuskan perhatian dan membangkitkan minat siswa
Pada detik-detik awal pembelajarana ada banyak hal di luar ruangan kelas
yang masih memikat perhatian siswa. Hal tersebut dapat membuat siswa tidak
bisa fokus pada materi dan kegiatan pembelajaran. Untuk mengatasi hal ini, guru
dapat menetapkan titik hubungan antara siswa dan pelajaran yang disampaikan.
Guru harus dapat membangkitkan minat belajar sampai siswa dapat memusatkan
perhatian mereka kepada pelajaran. Guru perlu menghubungkan antara materi
yang disampaikan dengan minat dan kebutuhan siswa. Berikut ini beberapa cara
yang dapat memfokuskan perhatian dan membangkitkan minat siswa saat guru
membuka pelajaran.
a. Mengaitkan materi dengan berita-berita terkini
Berita terkini yang sedang marak dibicarakan atau sedang menjadi
perhatian dalam masyarakat dapat dipakai untuk membangkitkan minat siswa.
Siswa-siswa kelas tinggi biasanya membaca surat kabar, majalah,
mendengarkan radio, dan menonton televisi. Mereka mempunyai perhatian
pada banyak hal. Untuk siswa- siswa kelas kecil, mereka biasa menanggapi
kejadian-kejadian yang berkaitan dengan sekolah atau permainan mereka.
b. Menyampaikan cerita
Sebuah cerita yang relevan dengan materi yang diceritakan dengan metode
yang baik akan membangkitkan minat siswa terhadap pelajaran yang akan
disampaikan. Lukisan dari kehidupan sehari-hari merupakan pilihan yang baik
untuk menarik minat dan menanamkan sebuah kebenaran kepada mereka.
c. Menggunakan alat bantu/media
Untuk menarik minat siswa terhadap pelajaran, guru dapat menggunakan
alat bantu/media seperti gambar, lukisan, model skema, benda dan alat peraga
yang relevan dengan materi pelajaran.
d. Memvariasikan gaya mengajar
Minat dan perhatian siswa dapat ditimbulkan dengan memvariasikan gaya
mengajar guru. Misalnya pada satu saat guru memilih posisi di depan kelas
dan memilih kegiatan yang berbeda dari biasanya yang dia lakukan ketika
membuka pelajaran. Pada kesempatan lain guru berdiri di tengah-tengah kelas
sambil membaca puisi dengan tenang dan dramatis. Pada kesempatan
berikutnya guru dapat memilih berdiri di belakang atau depan kelas sambil
bercerita dengan ekspresi wajah yang meyakinkan dan nada suara yang
menunjukkan rasa bangga, bahagia atau sedih.
e. Menyinggung tentang tugas-tugas yang dilakukan siswa
Umumnya, manusia lebih tertarik dengan aktivitasnya sendiri. Oleh karena
itu, usahakan untuk membahas pekerjaan rumah siswa terkait mata pelajaran
tersebut di awal pelajaran. Kegiatan tersebut bisa menambah semangat siswa
untuk memulai pelajaran.
f. Mengandaikan persoalan
Persoalan atau pertanyaan-pertanyaan yang disampaikan dalam pelajaran
hendaknya merupakan hal-hal yang biasa terjadi dalam kehidupan siswa.
2. Menimbulkan Motivasi
Menimbulkan motivasi dapat cdilakukan dengan berbagai cara :
a. Memberikan kehangatan dan menunjukkan sikap antusias
b. Menimbulkan rasa ingin tahu.
c. Mengemukakan ide yang bertentangan
3. Memberi Acuan
Memberi acuan diartikan sebagai usaha mengemukakan secara spesifik
dan singkat serangkaian alternatif yang memungkinkan siswa memperoleh
gambaran yang jelas mengenai hal-hal yang akan dipelajari dan cara yang
hendak ditempuh
dalam mempelajari materi pelajaran. Untuk itu usaha yang dapat dilakukan guru
adalah :
a. Menjelaskan tujuan pembelajaran
b. Menyampaikan garis besar pelajaran
c. Menjelaskan langkah-langkah kegiatan pembelajaran
4. Mengaitkan pelajaran yang telah dipelajari dengan topik baru.
Setiap pelajaran baru yang diajarkan merupakan bagian dari kurikulum
yang sudah ditetapkan. Pelajaran itu harus dihubungkan dengan pelajaran-
pelajaran lain yang telah dikuasai oleh siswa agar menarik perhatian dan
menajamkan pengertian mereka terhadap rangkaian pelajaran tersebut. Pelajaran
dalam pertemuan sebelumnya harus diulang secara ringkas untuk dikaitkan
dengan pelajaran yang baru. Hal-hal yang telah diketahui, pengalaman-
pengalaman, minat dan kebutuhan-kebutuhan siswa disebut dengan pengait.
Metode untuk mengaitkan pelajaran yang sekarang dengan pelajaran sebelumnya
harus divariasikan. Contoh usaha guru untuk membuat kaitan adalah:
a. Meninjau kembali sampai seberapa jauh materi yang sudah dipelajari
sebelumnya dapat dipahami oleh siswa dengan cara mengajukan pertanyaan-
pertanyaan pada siswa. Selain itu dapat pula dengan meminta siswa
merangkum inti materi pelajaran terdahulu secara singkat.
b. Membandingkan pengetahuan lama dengan yang akan disajikan. Hal ini
dilakukan apabila materi baru itu erat kaitannya dengan materi yang telah
dikuasai. Misalnya guru terlebih dahulu mengajukan pertanyaan untuk
mengetahui sejauh mana pemahaman siswa tentang pengurangan sebelum
mempelajari tentang pembagian.
B. KETERAMPILAN MENJELASKAN PELAJARAN (Explaining)
Betapapun pandainya seorang guru dalam menguasai suatu bahan pelajaran, akan
sia-sia saja apabila ia kurang atau tidak mampu menguasai keterampilan menjelaskan
bahan pelajaran yang dikuasainya. Demikian pula sebaliknya, kurang lengkap bila guru
hanya terampil menjelaskan pelajaran, tetapi tidak menguasai bahan pelajaran yang
diajarkan. Idealnya adalah seorang guru menguasai bahan pelajaran yang diampunya dan
mempunyai strategi dalam menjelaskan bahan pelajaran itu secara efektif sehingga
mudah dipahami siswa.
Menjelaskan merupakan keterampilan inti yang harus dimiliki guru. Alasan yang
melatarbelakanginya adalah sebagai berikut:
1. Pada umumnya interaksi komunikasi lisan di dalam kelas didominasi guru.
2. Sebagian besar kegiatan guru adalah informasi. Oleh karena itu efektivitas
pembicaraan perlu ditingkatkan.
3. Penjelasan yang diberikan guru sering tidak jelas bagi siswa, dan hanya jelas bagi
guru sendiri.
4. Tidak semua siswa dapat menggali sendiri informasi yang diperoleh dari buku.
Kenyataan ini menuntut guru untuk memberikan penjelasan kepada siswa untuk
hal-hal tertentu.
5. Sumber informasi yang tersedia yang dapat dimanfaatkan siswa sering sangat
terbatas.
6. Guru sering tidak dapat membedakan antara menceritakan dan memberikan
penjelasan.
Tujuan menjelaskan materi pelajaran adalah:
1. Membimbing murid untuk mendapat dan memahami hukum, dalil, fakta, definisi,
dan prinsip secara objektif dan bernalar.
2. Melibatkan murid untuk berpikir dengan memecahkan masalah-masalah atau
pertanyaan 3.
3. Untuk mendapat balikan dari murid mengenai tingkat pemahamannya dan untuk
mengatasi kesalahpahaman mereka.
4. Membimbing murid untuk menghayati dan mendapat proses penalaran dan
menggunakan bukti-bukti dalam pemecahan masalah.
Terdapat beberapa prinsip yang harus diperhatikan guru dalam memberikan suatu
penjelasan, yaitu:
1. Penjelasan dapat diberikan selama proses pembelajaran (baik di awal, di tengah,
maupun di akhir pembelajaran).
2. Penjelasan harus menarik perhatian siswa.
3. Penjelasan dapat diberikan untuk menjawab pertanyaan siswa atau materi yang
sudah direncanakan;
4. Materi yang dijelaskan harus sesuai dengan tujuan pembelajaran dan bermakna
bagi siswa;
5. Penjelasan harus sesuai dengan latar belakang dan tingkat kemampuan siswa
C. KETERAMPILAN BERTANYA (Questioning)
Mengajar yang baik berarti membuat pertanyaan yang baik pula. Peranan
‘pertanyaan’ sangat penting dalam menyusun sebuah pengalaman belajar bagi murid.
Socrates meyakini bahwa semua ilmu pengetahuan akan diketahui atau tidak diketahui
oleh siswa, hanya jika guru dapat mendemonstrasikan keterampilan bertanya yang baik
dalam praktik pembelajaran di kelas.
Pembelajaran hakekatnya adalah proses interaksi peserta didik dengan pendidik
dan sumber belajar dalam suasana interaktif yang terarah pada tujuan pembelajaran. Ada
tidaknya interaksi adalah merupakan tanggung jawab guru, sehingga perlu mendapatkan
perhatian khusus. Suatu cara untuk menumbuhkan interaksi ini adalah dengan
mengajukan pertanyaan atau permasalahan kepada siswa.
Umumnya orang bertanya jika ia ingin mengetahui apa yang belum diketahuinya.
Di dalam kelas, guru bertanya kepada siswa untuk berbagai tujuan, diantaranya untuk:
a. Membangkitkan minat dan rasa ingin tahu siswa terhadap pokok bahasan.
b. Membangkitkan motivasi dan mendorong siswa untuk berpartisipasi aktif dalam
pembelajaran. c.
c. Memusatkan perhatian siswa terhadap pokok bahasan.
d. Mengaktifkan dan memproduktifkan siswa dalam pembelajaran.
e. Menjajaki hal-hal yang telah dan belum diketahui siswa terkait materi.
f. Mendiagnosis kesulitan-kesulitan khusus yang menghambat siswa belajar.
g. Memberikan kesempatan kepada siswa untuk mengasimilasikan informasi h.
Mengevaluasi dan mengukur hasil belajar siswa
h. Memberikan kesempatan bagi siswa untuk mengulang materi pelajaran. j.
i. Mengembangkan kemampuan berpikir kritis dan kreatif siswa.
Dari uraian di atas, dapat disimpulkan bahwa sebenarnya pertanyaan yang
diajukan guru mempunyai beberapa maksud. Satu pertanyaan yang diajukan dapat
mencapai
beberapa tujuan sekaligus pada waktu yang sama. Kadang-kadang hal ini tidak disadari,
baik oleh siswa maupun oleh guru itu sendiri, sebab pertanyaan itu berkembang.
D. KETERAMPILAN MENGADAKAN VARIASI (Variation Stimulus)
Siswa akan menjadi sangat bosan jika guru selalu mengajar dengan cara yang
sama. Kejenuhan dapat membuat siswa tidak berminat pada pembelajaran. Akibatnya
tujuan pembelajaran menjadi tidak tercapai. Variasi adalah keanekaan yang membuat
sesuatu tidak monoton. Variasai dapat berwujud perubahan-perubahan atau perbedaan-
perbedaan yang sengaja diciptakan untuk memberi kesan yang unik dan menarik
perhatian siswa pada pembelajaran. Dengan demikian, keterampilan guru dalam
mengadakan variasi sangat diperlukan dalam kegiatan pembelajaran.
1. Variasi dalam Gaya Mengajar Guru.
Menurut Abu Ahmadi, gaya mengajar adalah tingkah laku, sikap, dan
perbuatan guru dalam melaksanakan proses pembelajaran. Sementara menurut
Syahminan Zaini, gaya mengajar adalah gaya atau tindak-tanduk guru sebagai
pernyataan kepribadiannya dalam menyampaikan bahan pelajarannya kepada
siswa.41 Dari definisi pendapat para ahli tersebut bisa ditarik kesimpulan bahwa
variasi gaya mengajar adalah pengubahan tingkah laku, sikap dan perbuatan guru
dalam konteks belajar mengajar yang bertujuan untuk mengatasi kebosanan siswa
sehingga siswa memiliki minat belajar yang tinggi terhadap pelajarannya.
Berikut cara yang dapat ditempuh guru dalam memvariasikan gaya
mengajar:
a. Variasi suara (teacher voice)
Variasi suara adalah perubahan suara dari keras menjadi lemah,
dari tinggi menjadi rendah, dan cepat menjadi lambat atau sebaliknya.
Suara guru hendaknya bervariasi pada saat menjelaskan materi pelajaran
baik dalam intonasi, volume, nada dan kecepatan.
Jika suara guru senantiasa keras atau terlalu keras, akan sulit
diterima oleh siswa karena mereka menganggap gurunya sedang marah
atau seorang yang kejam. Bila sudah begitu, siswa diliputi oleh rasa cemas
dan ketakutan selama proses pembelajaran. Sebaliknya, bila suara guru
terlalu lemah, akan terdengar tidak jelas oleh siswa dan tidak bisa
menjangkau
seluruh siswa dalam kelas, terutama yang duduk di bagian belakang. Bila
sudah begitu siswa akan mengabaikan gurunya dan kurang perhatian pada
materi yang disampaikan. Untuk itu guru perlu menggunakan variasi suara
baik dari segi intonasi, volume, nada dan kecepatan bicara yang
disesuaikan dengan kebutuhan situasi dan kondisi. Variasi suara bisa
mempengaruhi informasi yang sangat biasa sekalipun. Guru dapat
menggunakan bisikan atau tekanan suara untuk hal-hal penting, dan
menggunakan kalimat pendek yang cepat untuk menimbulkan semangat.
b. Pemusatan perhatian siswa (focusing)
Perhatian siswa mestilah terpusat pada hal-hal yang dianggap
penting. Hal ini dapat dilakukan guru misalnya dengan perkataan “
Perhatikan ini baik-baik!” atau “Nah, ini penting sekali” atau “Perhatikan
dengan baik, ini agak sukar dimengerti”.
c. Kesenyapan atau kebisuan guru (teacher silence)
Adanya kesenyapan, kebisuan, atau “selingan diam” yang tiba-tiba
dan disengaja saat guru menjelaskan sesuatu merupakan cara yang tepat
untuk menarik perhatian siswa. Perubahan stimulus dari adannya suara
kepada keadaan tenang atau senyap, atau dari adanya kesibukan atau
kegiatan lalu dihentikan akan dapat menarik perhatian karena siswa ingin
tahu apa yang terjadi. Misalnya, dalam pembelajaran guru melakukan
ceramah selama 5 menit kemudian melakukan jeda (senyap) dengan
berhenti sebentar sambil mengarahkan pandangannya ke seluruh kelas
atau pada siswa agar siswa terfokus ketika melihat tingkah guru yang tiba-
tiba berubah diam. Setelah itu, baru guru melanjutkan kembali uraiannya.
d. Mengadakan kontrak pandang dan gerak (eye contact and movement)
Bila guru sedang berbicara atau berinteraksi dengan siswanya,
sebaiknya pandangan menjelajahi seluruh kelas dan melihat ke mata
siswa- siswa untuk menunjukkan adanya hubungan yang intim dan kontak
dengan mereka.
e. Gerakan badan dan mimik
Variasi dalam gerakan kepala, gerakan badan dan ekspresi wajah
(mimik) adalah aspek yang penting dalam berkomunikasi. Gunanya untuk
menarik perhatian dan memberikan kesan dan pendalaman makna dari
pesan lisan yang disampaikan.
f. Pergantian posisi guru di dalam kelas (teacher’s movement)
Pergantian posisi guru di dalam kelas dapat digunakan untuk
mempertahankan perhatian siswa. Guru perlu membiasakan bergerak
bebas, tidak kikuk atau kaku, serta menghindari tingkah laku negatif.
Berikut ini ada beberapa hal yang perlu diperhatikan: 1) Membiasakan
bergerak bebas di dalam kelas. Gunanya untuk menanamkan rasa dekat
kepada siswa sambil mengontrol tingkah laku siswa. 2) Jangan
membiasakan menerangkan sambil menulis menghadap ke papan tulis. 3)
Jangan membiasakan menerangkan dengan arah pandangan ke langit-
langit, ke arah lantai, atau keluar, tetapi arahkan pandangan menjelajahi
seluruh kelas. 4) Bila ingin mengobservasi seluruh kelas, bergeraklah
perlahan- lahan ke arah belakang dan dari belakang ke arah depan untuk
mengetahui tingkah laku siswa.
E. KETERAMPILAN MEMBERIKAN PENGUATAN (Reinforcement)
Penguatan dapat berarti penghargaan. Pada umumnya penghargaan memberi
pengaruh positif terhadap kehidupan manusia, karena dapat mendorong dan memperbaiki
tingkah laku seseorang serta meningkatkan usahanya. Sudah menjadi fitrah manusia,
bahwa ia ingin dihormati, dihargai, dipuji, dan disanjung-sanjung, tentu saja semuanya
ini dalam batas-batas yang wajar.51 Penguatan (reinforcement) adalah segala bentuk
respons, apakah bersifat verbal ataupun non verbal, yang merupakan bagian dari
modifikasi tingkah laku guru terhadap tingkah laku siswa, yang bertujuan memberikan
informasi atau umpan balik (feed back) bagi si penerima atas perbuatannya sebagai suatu
dorongan atau koreksi. Penguatan juga merupakan respon terhadap suatu tingkah laku
yang dapat meningkatkan kemungkinan berulangnya kembali tingkah laku tersebut.
F. KETERAMPILAN MENGELOLA KELAS
Kelas merupakan wahana paling dominan bagi terselenggaranya proses
pembelajaran bagi peserta didik. Kedudukan kelas yang begitu penting mengisyaratkan
bahwa guru harus profesional dalam mengelola kelas agar terselenggaranya proses
pendidikan dan pembelajaran yang efektif dan efisien.
Kelas adalah “kekuasaan” terbesar guru. Maksudnya, entah ia seorang guru kelas
atau guru mata pelajaran, ia mempunyai kekuasaan amat besar untuk mengelola kelasnya.
Dalam proses penyelenggaraan pendidikan, peranan guru sangat menentukan. Seorang
guru yang telah merencanakan proses pembelajaran di kelas, dituntut mampu mengenal,
memahami, dan memberikan kesempatan untuk mengembangkan minat dan potensi anak
didiknya agar mereka tidak merasakan pemaksaan selama pembelajaran berlangsung,
oleh sebab itu guru di dalam kelas adalah seorang manajer yang mempunyai tugas dan
tanggung jawab menciptakan, mengatur, dan mengelola kelas secara efektif dan
menyenangkan.
Keterampilan manajemen kelas (classroom management skills) menduduki posisi
penting dalam menentukan keberhasilan proses pembelajaran. Dengan demikian
keterampilan manajemen kelas sangat krusial dan fundamental dalam mendukung proses
pembelajaran. Faktanya, tidak semua guru menyadari ketidakmampuan dan
kelemahannya dalam pengelolaan kelas. Itulah sebabnya sering muncul ungkapan-
ungkapan yang berkonotasi menyalahkan siswa seperti, “Kalau diajar, dia selalu ramai”.
“Siswa tidak mau mem perhatikan pelajaran”, dst. Guru yang masih menyatakan
ungkapan-ungkapan seperti itu, seharusnya menyadari bahwa dia belum memiliki
keterampilan menguasai kelas secara memadai. Masalahnya, mengakui kekurangan
sering kali tidak mudah. Guru-guru yang rendah keterampilannya dalam bidang
manajemen kelas, sulit untuk dapat menyelesaikan banyak hal yang menjadi tugas
pokoknya.
G. KETERAMPILAN MENGAJAR KELOMPOK KECIL DAN PERSEORANGAN
Secara fisik bentuk pengajaran ini berjumlah terbatas, yaitu berkisar antara 3
(tiga) dan 8 (delapan) orang untuk kelompok kecil, dan seorang untuk perseorangan.
Dalam pengajaran kelompok kecil dan perseorangan memungkinkan guru memberikan
perhatian terhadap setiap siswa serta terjadinya hubungan yang lebih akrab antara guru
dan siswa dengan siswa.
Ada empat komponen keterampilan yang harus dimiliki oleh guru untuk
pengajaran kelompok kecil dan perorangan. Keempat keterampilan tersebut adalah
mengadakan pendekatan secara pribadi, mengorganisasikan, membimbing dan
memudahkan belajar, serta merencanakan dan melaksanakan kegiatan belajar-mengajar
Berikut uraian tentang cara bagaimana seharusnya guru melaksanakannya:
1. Keterampilan mengadakan pendekatan secara pribadi
2. Keterampilan mengorganisasi
3. Keterampilan membimbing dan memudahkan pelajaran
4. Keterampilan merencanakan dan melaksanakan kegiatan belajar mengajar
H. KETERAMPILAN MEMIMPIN DISKUSI KELOMPOK KECIL (Guiding Small
Discussion)
Memimpin diskusi kelompok kecil adalah suatu proses yang teratur yang
melibatkan sekelompok orang dalam interaksi tatap muka yang informal dengan berbagi
pengalaman atau informasi, pengambilan kesimpulan, atau pemecahan masalah. Diskusi
kelompok merupakan strategi yang memungkinkan siswa menguasai suatu konsep atau
memecahkan suatu masalah melalui satu proses yang memberi kesempatan untuk
berpikir, berinteraksi sosial, serta berlatih bersikap positif. Dengan demikian diskusi
kelompok dapat meningkatkan kreativitas siswa, serta membina kemampuan
berkomunikasi termasuk di dalamnya ketrampilan berbahasa.
Ada 6 (enam) keterampilan yang harus dimiliki guru terkait membimbing diskusi
kelompok kecil, yaitu:
1. Memusatkan perhatian
2. Memperjelas masalah urunan pendapat
3. Memperjelas masalah urunan pendapat
4. Meningkatkan urunan siswa Berbagai cara dapat dilakuk
5. Menyebarkan kesempatan berpartisipasi
2.2 Buku Utama 2

2.2.1 BAB (LATAR BELAKANG)


Pengembangan Undang-undang nomor 14 tahun 2005 tentang guru dan dosen
menuntut adanya kualifikasi guru berpendidikan strata satu (S1). Untuk mewujudkan
guru professional yang berkualifikasi S1 tersebut maka Program Pengalaman Lapangan
(PPL) di bidang keguruan, khususnya Microteaching sebagai bagiannya menjadi sangat
penting. Pembelajaran Microteaching harus mampu meningkatkan kemampuan dan
wawasan mahasiswa sebagai calon guru agar lebih siap dan tangguh dalam memecahkan
berbagai masalah kependidikan.
Moerdianto (2010: 1) menjelaskan bahwa pembelajaran Microteaching diarahkan
untuk pembentukan kompetensi berdasarkan Peraturan Pemerintah Nomor 19 Tahun
2005 tentang Standar Pendidikan Nasional, di mana dalam Bab VI pasal 3 dimuat bahwa
kompetensi guru meliputi: (1) kompetensi paedagogik, (2) kompetensi kepribadian, (3)
kompetensi profesional dan (4) kompetensi sosial.
Menyikapi tuntutan undang-undang nomor 14 tahun 2005 dan peraturan
pemerintah nomor 19 tahun 2005, maka Lembaga Pendidikan dan Tenaga Kependidikan
(LPTK) menjadikan mata kuliah Microteaching sebagai salah satu mata kuliah keahlian
dalam kurikulum pendidikannya. Miacroteaching merupakan salah satu mata kuliah
keahlian yang wajib diambil oleh setiap mahasiswa pada jurusan Pendidikan dan
Keguruan di berbagai perguran tinggi baik negeri maupun swasta.
A. Dasar Filosofi Pengembangan
Pengembangan model pembelajaran Microteaching didasari pada beberapa
kondisi, tuntutan dan peluang yang terjadi saat ini. Kondisi dan tuntutan serta
peluang yang dimaksud.
1. Tuntutan terhadap Tenaga Guru yang Profesional
Menghadapi era Masyarakat Ekonomi Assean (MEA), dunia pendidikan
dihadapkan kepada berbagai tantangan dan peluang. Tantangan utama di sektor
pendidikan yaitu tuntutan terhadap tenaga guru yang professional.
Salah satu upaya yang dapat dilakukan untuk meningkatkan mutu
pendidikan adalah mempersiapkan tenaga guru yang professional oleh LPTK
yaitu penguatan lulusan melalui pre-service training. Wujud dari kegiatan pre-
service training tersebut adalah Program Profesi Guru (PPG). Program PPG
didasarkan pada Peraturan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan RI No 87
tahun 2013. Dalam pasal 2 Permendikbud RI No 87 tahun 2013 dipaparkan
tujuan Program PPG adalah; a). untuk menghasilkan calon guru yang memiliki
kompetensi dalam merencanakan, melaksanakan dan menilai pembelajaran. b).
menindaklanjuti hasil penilaian dengan melakukan pembimbingan dan
pelatihan peserta didik dan c). mampu melakukan penelitian dan
mengembangkan profesionalitas secara berkelanjutan
2. Perkembangan Teknologi Komunikasi dan Informasi
Abad ke-21 merupakan masa terjadinya perkembangan teknologi
komunikasi dan Informasi dengan pesat. Laudon (2006: 174) mengemukakan
bahwa perkembangan Teknologi komunikasi dan informasi mengakibatkan
perubahan signifikan terhadap seluruh aspek kehidupan manusia.
Perkembangan teknologi informasi meliputi perkembangan infrastruktur
teknologi, khususnya dalam bidang teknologi informasi, seperti adanya
hardware, software, teknologi penyimpanan data (storage) dan teknologi
komunikasi. Berbagai peralatan komunikasi dimaksud diantaranya handphone,
laptop, tablet PC, i-pad dan lain sebagainya.
Menyadari akan pentingnya pemanfaatan perangkat ICT, seyogianya
berbagai Lembaga Pendidikan dan Tenaga Kependidikan harus berbenah diri
dan melakukan proses internalisasi perkembangan ICT ke dalam proses
pembelajaran Microteaching di perguruan tinggi, khususnya pergruan tinggi
keguruan. Dengan mengadopsi perkembangan ICT ke dalam proses
pembelajaran diharapkan dapat mempermudah proses pembelajaran
Microteaching di LPTK yang ada.
3. Berbagai Persoalan dalam Pembelajaran Microteaching
Pembelajaran Microteaching pada umunya dilaksanakan di ruangan-
ruangan belajar biasa, hal tersebut dilakukan dengan sejumlah alasan
diantaranya tidak tersedianya sarana prasaran laboratorium microteacing yang
lengkap, tidak memahami penggunaan berbagai peralatan laboratorium,
manajeman waktu pemanfaatan laboratorium, belum pernah mendapatkan
pelatihan tentang penggunaan laboratorium Microteaching, adanya asumsi
bahwa kondisi labor tidak jauh berbeda dengan ruangan kelas dan menghindari
rasa cemburu dari dosen senior
B. Tujuan Pengembangan Model
Model pembelajaran Microteaching Tadaluring dikembangkan dengan tujuan
untuk memenuhi berbagai tuntutan dan kebutuhan di dalam pelaksanaan
perkuliahan Microteaching pada perguruan tinggi keguruan saat ini khususnya di
wilayah Propinsi Sumatera Barat. MICROTEACHING: MODEL TADALURING
25 Lebih rinci tujuan pengembangan model pembelajaran Microteaching yaitu:
1. Meningkatkan efektivitas pembelajaran Microteaching. Pembelajaran
Microteaching dengan model convensional dipandang kurang relevan lagi
dengan kondisi perkembangan teknologi komunikasi dan informasi saat ini.
2. Mengoptimalkan pemanfaatan sarana-prasarana ICT yang tersedia sebagai
pengganti keterbatasan ruangan dan laboratorium Microteaching
3. Memberikan kesempatan seluas-luasnya kepada peserta Microteaching untuk
berlatih berbagai keterampilan dasar mengajar sehingga mahasiswa dapat
memaksimalkan potensi yang dimilikinya.
2.2.2 BAB II (LANDASAN TEORITIS MODEL PEMBELAJARAN MICROTEACHING
TADALURING)
A. Teori Belajar Behavioristik
Teori belajar behavioristik dipelopori oleh Thorndike dengan teorinya
connectionisme yang disebut juga dengan trial and error. Pada tahun 1980,
Thorndike melakukan eksperimen dengan kucing sebagai subjeknya (Suryabrata,
1990: 266). Menurutnya, belajar adalah pembentukan hubungan (koneksi) antara
stimulus dengan respon yang diberikan oleh organisme terhadap stimulus tadi. Cara
belajar yang khas yang ditunjukkannya adalah trial dan error (coba-coba salah).
Disamping itu, Thorndike juga menggunakan pedoman ”pembawa kepuasan
(satisfier)” apabila subyek melakukan hal-hal yang mendatangkan kesenangan dan
”pembawa kebosanan (annoyer)” apabila subyek menghindari keadaan yang tidak
menyenangkan (Winkel, 1991: 380).
Dari eksperimen Thorndike, bisa diambil tiga hukum dalam belajar, yaitu: (1)
Law of readiness (hukum kesiapan). Belajar akan berhasil apabila subyek memiliki
kesiapan untuk belajar. (2) Law of exercise (hukum latihan), merupakan
generalisasi dari law of use dan law of disuse, yaitu jika perilaku itu sering dilatih
atau digunakan, maka eksistensi perilaku tersebut akan semakin kuat (Law of use).
Sebaliknya, jika perilaku tadi tidak dilatih, maka perilaku tersebut akan menjadi
bertambah lemah atau tidak digunakan sama sekali (law of disuse). Dengan kata
lain, belajar akan berhasil apabila banyak latihan atau ulangan. (3) Law of effect,
yaitu jika respon menghasilkan efek yang memuaskan, maka hubungan antara
stimulus dan respon akan semakin kuat. Sebaliknya, jika respon menghasilkan efek
yang tidak memuaskan, maka semakin lemah hubungan antara stimulus dan respon
tersebut.
B. Teori Belajar Sosial (Social Learning Theory)
Bell Gredler (1994: 370) mengatakan bahwa menurut teori belajar social, hal
yang amat penting ialah kemampuan individu untuk mengambil sari informasi dari
tingkah laku orang lain, memutuskan tingkah laku yang mana yang akan diambil
dan nanti untuk melaksanakan tingkah laku tersebut. Menurut teori pembelajaran
social, disamping belajar melalui pengalaman langsung seseorang juga dapat
belajar sesuatu secara tidak langsung melalui pengamatan terhadap orang lain
(Rahyudi, 2012: 100).
C. Teori Belajar Konstruktivis
Revolusi konstruktivis memiliki akar yang kuat di dalam sejarah pendidikan.
Konstruktivis lahir dari gagasan Piaget dan Vigotsky, keduanya menekankan
bahwa perubahan kognitif hanya
terjadi jika konsepsi-konsepsi yang telah dipahami sebelumnya diolah melalui
suatu proses ketidak seimbangan dalam upaya memahami informasi-informasi
baru. Piaget dan Vygotsky juga menekankan adanya hakikat social dalam belajar
dan keduanya menyarankan untuk menggunakan kelompok-kelompok belajar
dengan kemampuan anggota kelompok yang berbeda-beda untuk mengupayakan
perubahan pengertian atau belajar.
Teori belajar konstruktivis (constructivist theories of learning) adalah teori yang
menyatakan bahwa siswa itu sendiri yang harus secara pribadi menemukan dan
menerapkan informasi yang kopleks, mengecek informasi yang baru dibandingkan
dengan aturan yang lama dan memperbaiki aturan itu apabila tidak sesuai lagi (Nur,
2000: 2). Berdasarkan teori konstruktivis tersebut bahwa siswa lebih mudah
menemukan dan memahami konsep-konsep yang sulit jika mereka saling
mendiskusikan masalah tersebut dengan temanya. Siswa secara rutun bekerja
dengan kelompok untuk saling memecahkan masalah-maslah yang kompleks.
Berdasarkan beberapa pandangan belajar menurut ahli konstruktivistik di atas
dapat disimpulkan bahwa terbentuknya pengetahuan dan keterampilan pada anak
jika anak itu sendiri secara aktif mengkonstruk penetahuannya melalui berbagai
pengalaman yang bermakna. Kegiatan pembelajaran bermakna dapat dilakukan
melalui learning community atau belajar dalam kelompok-kelompok yang saling
bekerja sama. Dalam pembelajaran Microteaching mengharapkan adanya proses
latihan yang bersifat berkelanjutan serta proses kerja sama dalam rangka
penguasaan keterampilan dasar mengajar. Dengan demikian penerapan teori
konstruktivistik dalam pembelajaran Microteaching dapat dapat meningkat-kan
penguasaan keterampilan dasar teacher trainee.
D. Teori Komunikasi
Hovland (1953) mengatakan bahwa komunikasi adalah proses mengubah
perilaku orang lain (communication is the process to modify the behavior of other
individuals), akan tetapi seseorang akan dapat mengubah sikap pendapat atau
perilaku orang lain apabila komuniksinya itu memang benar-benar bersifat
komunikatif. Harold Lasswell mengatakan bahwa cara yang baik untuk
menjelaskan komuniksi adalah menjawab pertanyaan sebagai berikut: What says
what in which channel to whom with what effect? (Lasswell, 1972).
Paradigma Lasswell menunjukkan bahwa komunikasi meliputi lima unsur
sebagai jawaban dari pertanyaan yang diajukan itu, yakni: Komunikator
(communicator, source, sender), Pesan (message), Media (channel, media),
Komunikan (communicant, communicate, receiver, recipient) dan Efek (effect,
impact, influence).
Teori komunikasi Harold Lasswell di atas kemudian dipopulerkan oleh David K.
Berlo yang dikenal dengan model SMCR yaitu kepanjangan dari Source (sumber),
Message (pesan), Channel (Saluran) dan Receiver (penerima). Menurut Berlo
(Mulyana, 2007: 162) mengemukakan bahwa sumber adalah pihak yang
menciptakan pesan, baik seseorang ataupun suatu kelompok. Pesan adalah
terjemahan gagasan ke dalam kode simbolik, seperti bahasa atau isyarat; saluran
adalah medium yang membawa pesan; dan penerima adalah orang yang menjadi
sasaran komunikasi.
2.2.3 BAB 3 (PERENCANAAN MICRO TEACHING)
A. Pengertian Perencanaan Micro Teaching
Perencanaan dapat diartikan sebagai proses penyusunan ber- bagai keputusan
yang akan dilaksanakan pada masa yang akan datang untuk mencapai tujuan yang
akan ditentukan. Perencanaan merupakan proses penetapan dan pemanfaatan
sumber-
sumber daya secara terpadu yang diharapkan dapat menunjang kegiatan dan upaya-
upaya yang akan dilaksanakan secara efektif dan efisien dalam mencapai tujuan.
Fungsi perencanaan secara umum meliputi kegiatan mene- tapkan apa yang ingin
dicapai, bagaimana cara mencapainya, berapa waktu yang akan dibutuhkan, berapa
orang yang diperlukan dan berapa biayanya. Melalui perencanaan yang telah
dibuat, dapat terbayangkan tujuan yang ingin dicapai, aktivitas atau proses yang
harus dilakukan untuk mencapai tujuan, sarana dan fasilitas yang diperlukan, hasil
yang akan didapat, bahkan faktor kendala maupun unsur pendukung juga sudah
dapat diantisipasi.
Keterampilan dasar mengajar merupakan suatu keterampilan yang menuntut
latihan terprogram untuk dapat menguasainya. Agar kegiatan latihan keterampilan
dasar mengajar yang dilakukan melalui pendekatan pembelajran mikro dapat
berjalan dengan baik dan membuahkan hasil yang optimal maka tentu perencanaan
yang matang.
Perencanaan pembelajaran mikro, yaitu membuat perencana- an atau persiapan
untuk setiap jenis keterampilan mengajar yang akan dilatihkan. Unsur-unsur
perencanaan meliputi, menentukan tujuan, materi, metode, media dan evaluasi.
Dalam membuat perencanaan pembelajaran mikro, unsur- unsur yang digunakan
sama dengan unsur-unsur perencanaan pem- belajaran secara umum. Perbedaannya
yaitu disesuaikan dengan karakteristik pembelajaran mikro, yaitu setiap unsur
perencanaan tersebut disederhanakan, dan ada penekanan terhadap jenis kete-
rampilan apa yang akan dilatihkan.
B. Unsur-unsur Perencanaan Pembelajaran
Perencanaan pembelajaran adalah proses memproyeksikan setiap komponen
pembelajaran. Menurut Ralph W. Tyler kompo- nen-komponen pembelajaran
tersebut meliputi empat unsur yaitu: tujuan, bahan ajar (materi), metode, dan
evaluasi.
Keempat komponen pembelajaran tersebut apabila digambar- kan dalam bentuk
bagan akan membentuk suatu sistem sebagai berikut.
1. Tujuan Pembelajaran
Tujuan pembelajaran adalah sesuatu yang ingin dicapai dalam kegiatan
pembelajaran, yaitu gambaran perubahan perilaku siswa ke arah yang lebih
positif, baik dari segi pengetahuan keterampilan dan sikap. Tujuan
pembelajaran atau tujuan instruksional berisi rumusan pertanyaan mengenai
kemampuan atau kualifikasi ting- kah laku yang diharapkan dimiliki/dikuasai
siswa setelah mengikuti proses pembelajaran.
Yang harus diperhatikan guru dalam membuat tujuan khusus atau indikator
pembelajaran adalah:
a. Guru harus memperhatikan silabus/kurikulum yang berlaku sebagai
pedoman dalam menjabarkan tujuan.
b. Guru harus memahami tipe-tipe hasil belajar.
c. Guru harus memahami cara merumuskan tujuan pembelajaran sampai
tujuan tersebut jelas isinya dan dapat dicapai oleh siswa setelah setiap
proses pembelajaran berakhir.
2. Materi Pembelajaran
Materi harus direncanakan dan dikembangkan sesuai dengan tujuan
pembelajaran yang ingin dicapai. Materi pembelajaran harus disusun secara
sistematik berdasarkan skuensinya dan diorienta- sikan pada upaya mencapai
tujuan pembelajaran.
Kriteria dalam merumuskan dan mengembangkan bahan pembelajaran
diantaranya:
a. Bahan harus benar (valid) dan berarti (significant) sesuai dengan
pembangunan dan kemajuan Ilmu Pengetahuan dan Teknologi (IPTEK).
b. Bahan harus relevan dengan aspek sosial siswa.
c. Bahan harus mengandung kesinambungan antara kedalaman dan keluasan.
d. Bahan pelajaran harus mencakup berbagai ragam tujuan, pengetahuan,
keterampilan, dan sikap.
3. Kegiatan Pembelajaran
Kegiatan pembelajaran harus menggambarkan aktivitas siswa, karena pada
hakikatnya yang belajar itu adalah siswa, guru hanya sebagai fasilisator.
Maka guru harus merancang kegiatan pembela- jaran dengan sistematis,
efektif, efisien, serta berorientasi pada tujuan pembelajaran.
Dalam perencanaan pembelajaran kegiatan belajar mengajar harus
dirumuskan secara jelas dengan memperhatikan hal-hal sebagai berikut:
a. Kegiatan pembelajaran harus berorientasikan pada tujuan pembelajaran
khusus atau indikator pembelajaran yang ditetap- kan.
b. Kegiatan pembelajaran harus dilaksanakan secara sistematis.
c. Kegiatan pembelajaran harus efektif dan efisien.
d. Kegiatan pembelajaran harus fleksibel.
e. Kegiatan pembelajaran harus disesuaikan dengan kemampuan siswa.
f. Kegiatan pembelajaran harus memperhatikan dengan alat/ fasilitas yang
tersedia.
g. Kegiatan pemelajaran harus dapat mengembangkan kemam- puan siswa
baik dari segi pengetahuan, keterampilan dan sikap.
h. Penggunaan metode mengajar harus disesuaikan dengan tujuan yang telah
ditetapkan.
i. Kegiatan pembelajaran harus menggambarkan atau mendes- kripsikan
tentang materi yang akan digunakan dan memberikan peluang untuk
memungkinkan siswa belajar aktif.
4. Evaluasi
Evaluasi pembelajaran dilaksanakan pada kegiatan pembe- lajaran meliputi
evaluasi awal pembelajaran, evaluasi proses pembelajaran, dan evaluasi akhir
pembelajaran.
Evaluasi juga berfungsi sebagai dasar diagnosis belajar siswa yang
dilanjutkan dengan bimbingan atau untuk pemberian pengayaan. Dalam
melaksanakan evaluasi aspek-aspek pokok yang harus diperhatikan meliputi:
a) Tujuan evaluasi, b) Bentuk dan jenis evaluasi yang digunakan.
Kriteria evaluasi dalam perencanaan pembelajaran adalah sebagai berikut:
a. Evaluasi harus berorientasi pada tujuan pembelajaran.
b. Evaluasi harus berdasarkan pada pengembangan kegiatan pembelajaran.
c. Evaluasi harus memperhatikan waktu yang tersedia.
d. Evaluasi harus memungkinkan ada kegiatan tindak lanjut.
e. Evaluasi harus memberikan umpan balik.
f. Evaluasi harus berdasarkan pada bahasan materi.
C. Tujuan & Manfaat Perencanaan Pembelajaran
Perencanaan pembelajaran sebagai suatu proyeksi kegiatan yang akan dilakukan
oleh guru dan siswa dalam proses pembe- lajaran. Perencanaan pembelajaran
memiliki fungsi yang amat penting sebagai pedoman operasional pembelajaran.
Tujuan dan manfaat perencanaan pembelajaran antara lain adalah:
1. Sebagai landasan pokok bagi guru dan siswa dalam mencapai
kompetensi dasar dan indikator yang telah ditetapkan.
2. Memberi gambaran mengenai acuan kerja jangka pendek.
3. Karena disusun dengan menggunakan pendekatan sistem, mem- beri
pengaruh terhadap perkembangan individu siswa
4. Karena dirancang secara matang sebelum pembelajaran, beraki- bat terhadap
nurturant effect.
D. Aplikasi dalam Perencanaaan Micro Teaching
Perencanaan pembelajaran untuk pembelajaran mikro sesuai dengan ketentuan
perencanaan pembelajaran pada umumnya, hanya dibuat lebih sederhana sesuai
dengan karakteristik pembe- lajaran mikro itu sendiri. Fungsi perencanaan
pembelajaran mikro adalah sebagai pedoman pokok bagi calon guru yang akan
melak- sanakan kegiatan latihan melalui pembelajaran mikro. Dengan demikian
setiap yang berlatih mengajar dalam prosesnya harus didasarkan pada perencanaan
yang telah dibuat sebelumnya.
Pembuatan perencanaan pembelajaran pada dasarnya adalah mengembangkan dari
setiap komponen pembelajaran, yaitu mengembangkan tujuan, materi, metode dan
media serta evaluasi.
Prinsip pembelajaran merupakan kaidah, hukum, atau keten- tuan-ketentuan yang
harus dijadikan patokan dalam membuat perencanaan pembelajaran. Penyusunan
perencanaan pembelajaran yang didasarkan pada prinsip yang ditetapkan, maka
akan mengha- silkan suatu perencanaan pembelajaran.
E. Prinsip-prinsip Perencanaan Pembelajaran
Pada pokoknya prinsip-prinsip dalam pembuatan perencanaan pembelajaran antara
lain:
a. Memperhatikan karakteristik anak
Dalam perencanaan pembelajaran (desain instruksional) harus
memperhatikan kondisi yang ada dalam diri siswa dan kondisi yang ada di
luar diri siswa23
b. Berorientasi pada kurikulum yang berlaku
Perencanaan yang dibuat oleh guru seperti dalam bentuk silabus maupun
dalam bentuk rencana pelaksanaan pembelajaran harus disusun dan
dikembangkan berdasarkan pada kurikulum yang berlaku.
c. Sistematika kegiatan pembelajaran
Urutan kegiatan pembelajaran dikembangkan secara sistematis dengan
mempertimbangkan urutan dari yang mudah menuju yang lebih sulit, dari
yang bersifat sederhana menuju yang lebih kompleks.
d. Melengkapi perencanaan pembelajaran
Yaitu dengan menambah instrumen-instrumen pembelajaran, misalnya
lebar kerja siswa, format isian, lembar catatan tertentu disesuaikan dengan
tujuan pembelajaran yang harus dicapai.
e. Bersifat fleksibel (dinamis)
Perencanaan pembelajaran disesuaikan dengan situasi dan kondisi saat
berlangsungnya pembelajaran.
f. Berdasarkan pendekatan system
Artinya setiap unsur perencanaan pembelajaran yang dikem- bangkan harus
merupakan kesatuan yang tidak terpisahkan dan memiliki keterpaduan.
Ada empat prinsip lain yang harus dipenuhi dalam pembuatan perencanaan
pembelajaran, di antaranya:
a. Spesifik
Selain memenuhi setiap prinsip perencanaan pembelajaran yang telah
dibahas sebelumnya, juga perencanaan tersebut dibuat secara khusus.
Kekhususan ini terutama dikaitkan dengan setiap kompetensi dasar dan
indikator yang harus dicapai oleh siswa.
Dalam setiap perencanaan selain berisi rumusan setiap kompo- nen
perencanaan pembelajaran juga ada penambahan kekhu- susan yaitu jenis
keterampilan mengajar yang akan dilatihkan.
b. Operasional
Yaitu rumusan setiap unsur dalam perencanaan pembelajaran dirumuskan
dengan bahasa yang operasional dan terstruktur. Operasionalisasi ini
terutama berkaitan dengan perilaku yang harus dicapai atau dikembangkan.
c. Sistematis
Yaitu penyusunannya dilakukan secara logis dan berurutan dari mulai
identitas mata pelajaran sampai kegiatan evaluasi.
d. Jangka pendek
Setiap perencanaan pembelajaran dibuat untuk setiap kali pertemuan atau
latihan yang akan dilakukan.
F. Langkah-langkah Pembuatan Perencanaan Micro Teaching
Perencanaan merupakan proyeksi kegiatan-kegiatan yang akan dilakukan oleh guru
dan siswa dalam melaksanakan pembelajaran. Perencanaan bukan hanya untuk
melengkapi kepentingan yang bersifat administratif saja melainkan sebagai
pedoman operasional dalam melaksanakan pembelajaran. Menyusun perencanaan
pem- belajaran selain harus memperhatikan prinsip-prinsip yang bersifat umum
juga harus disesuaikan untuk kepentingan apa perencanaan itu dibuat.
Dalam peraturan pemerintah (PP No. 19 tahun 2005) tentang standar Nasional
pendidikan dijelaskan “Setiap satuan pendidikan melakukan proses perencanaan
pembelajaran, pelaksanaan proses pembelajaran, penilaian hasil pembelajaran, dan
pengawasan proses pembelajaran untuk terlaksananya proses pembelajaran yang
efek- tif dan efisien “ (Bab IV pasal 19 ayat 3).
Jenis-jenis perencanaan pembelajaran selajutnya dalam Bab IV pasal 20 dijelaskan
“Perencanaan proses pembelajaran meliputi silabus dan rencana pelaksanaan
pembelajaran yang memuat sekurang-kurangnya tujuan pembelajaran, materi ajar,
metode pengajaran, sumber belajar, dan penilain hasil belajar.”
Perencanaan pembelajaran tersebut dikategorikan ke dalam dua bentuk yaitu
silabus dan rencana pelaksanaan pembelajaran. Unsur-unsur yang harus ada dalam
setiap perencanaan yaitu:
Tujuan, materi, metode, sumber dan penilaian hasil belajar. Adapun langkah-
langkah yang ditempuh dalam membuat perencanaan pembelajaran adalah sebagai
berikut:
a. Tuliskan identitas mata pelajaran antara lain: Nama mata pelajaran, pokok
bahasan / sub pokok bahasan, kelas, semester, waktu dan lain sebagainya
sesuai kebutuhan.
b. Tuliskan standar kompetensi, kompetensi dasar, dan indikator.
c. Materi pembelajaran. Sebutkan materi yang harus diajarkan untuk
mencapai indikator yang telah ditetapkan.
d. Kegiatan pembelajaran. Rumuskan kegiatan-kegiatan atau pengalaman
pembelajaran yang akan dilakukan oleh guru dan siswa dalam
melakukan proses pembelajaran untuk mencapai tujuan yang telah
ditetapkan.
e. Tentukan alat, media, dan sumber rujukan. Yaitu menentukan alat/media
pembelajaran yang akan digunakan untuk men- dukung terjadinya proses
pembelajaran secara efektif dan efisien.
f. Tentukan prosedur evaluasi. Yaitu merumuskan prosedur, bentuk dan jenis
evaluasi yang akan dilakukan untuk mengukur hasil pembelajaran yang
telah dilakukan. Dalam evaluasi harus memperhatikan prinsip evaluasi
yaitu validitas dan reliabili- tasnya agar memperoleh informasi yang
akurat dari hasil pembelajaran yang telah dicapai oleh siswa.
Pembelajaran mikro yang sebenarnya dilakukan dalam kelas khusus yang
dirancang untuk kepentingan latihan mengajar. Maka tentu saja perencanaan
pembelajarannya
dibuat sesuai dengan kai- dah prosedur pembuatan perencanaan pembelajaran yang
berlaku untuk kepentingan pembelajaran biasa. Satu hal yang membedakan antara
rencana pembelajaran mikro dan rencana pembelajaran biasa, untuk rencana
pembelajaran mikro ditambah satu komponen yaitu “ Tujuan Latihan Pembelajaran
Mikro”.
Sebagai alat kontrol untuk mengetahui tingkat kemampuan peserta yang telah
berlatih, dalam pembelajaran mikro dilengkapi oleh seperangkat alat / instrumen
lain, yaitu pedoman observasi. Rumusan pedoman observasi berbeda-beda antara
observasi yang satu dengan yang lainnya. Hal ini disesuaikan dengan setiap jenis
keterampilan dasar mengajar yang dilatihkan. Pedoman observasi dipegang oleh
observer yang bertugas menga- mati penampilan perserta yang berlatih. Pihak
observer adalah mereka yang dianggap sudah memiliki pengalaman lebih sehingga
dapat memberikan penilaian secara objektif untuk dijadikan masukan/balikan bagi
peserta yang berlatih.
2.2.4 BAB IV (PEMBELAJARAN MICROTEACHING)
A. Sejarah Pembelajaran Microteaching
Istilah microteaching pertama kali dikenalkan pada tahun 1960 oleh Dwight Allen
namun konsep tersebut tidak pernah statis. Istilah microteaching terus tumbuh dan
berkembang baik dalam fokus maupun formatnya, Microteaching dikembangkan
di Universitas Standford (Amobi & Irwin, 2009:26), ketika paham behaviorisme
dalam psikologi (behavioral psykology) mulai mempengaruhi proses
pembelajaran. Paham behaviorisme menganggap bahwa belajar merupakan proses
perobahan tingkah laku. Paham ini menekankan pentingnya umpan balik dalam
proses pembelajaran.
Awal tahun 1970-an oleh British Colombia’s Education Ministrysebagai program
pelatihan untuk semua perguruan tinggi di Colombia, terjadi perkembangan model
pembelajaran microteaching yang dikenal dengan model Instructional Skill
Workshop (ISW). Pengembangan model pembelajaran microteaching yang
mutahir dikenalkan oleh Aburrahman Kilic pada tahun 2010 di Duzce University
Turkey yang dikenal dengan model LCMT atau Learner Center Mircroteaching.
Model LCMT adalah model pelaksanaan microteaching yang berpusat pada
pembelajar. Model ini meng-hendaki microteaching melibatkan peran aktif teacher
trainee mulai dari proses berpikir, membuat keputusan, melakukan aktivitas,
sampai dengan evaluasi mengajar.
B. Pengertian Microteaching
Kata microteacing berasal dari dua kata, yaitu micro dan teaching. Micro berarti
kecil, terbatas, dan sempit, sedangkan teaching berarti mendidik atau mengajar.
Microteaching berarti suatu kegiatan mengajar dimana segalanya diperkecil atau
disederhanakan. Dengan kata lain microteaching adalah suatu tindakkan atau
kegiatan latihan belajar mengajar dalam situasi laboratories (Sardirman, 2011).
Mc. Knight dalam Asmani (2011:21) mengemukakan bahwa microteaching has
been describe as a scaled down teaching encounter designed to develop new skills
and refine old ones. Microteaching dapat digambarkan sebagai proses pengajaran
yang
“diperkecil”, yang didesain untuk mengembangkan keterampilan baru dan
memperbaiki keterampilan yang telah dimiliki.
C. Karakteristik Pembelajaran Microteaching
Karakteristik utama microteaching adalah minimalisasi atau penederhanaan. Kata
minimalisasi atau penyederhanaan tersebut mengacu kepada jumlah waktu, jumlah
materi, jumlah keterampilan, dan jumlah mahaiswa. Allen dan Ryan dalam
Sukirman (2012:27-28) mengidentifikasi hal-hal fundamental karakteristik
microteaching.
1) Microteaching is real teaching. Proses latihan yang dikembangkan dalam
pendekatan microteaching ialah kegiatan pembelajaran sebenarnya (real
teaching), namun bukan dilaksanakan pada kelas yang sebenarnya.
2) Microteaching lessons the complexities of normal classroom teaching.
Latihan yang dilakukan melalui melalui pendekatan pembelajaran micro,
sesuai dengan namanya ”micro”, yaitu kegiatan latihan pembelajaran yang
disederhanakan pada setiap unsur dan komponen pembelajaran.
3) Mircoteaching focuses on training for the accomplishment of specific
tasks. Keterampilan yang dikembangkan dalam pembelajaran micro
difokuskan pada keterampilan-keterampilan tertentu secara spesifik.
4) Microteaching allows for the increased control of practice. Pembelajaran
micro lebih diarahkan untuk mengontrol setiap jenis keterampilan yang
dilatihkan.
5) Microteaching greatly expands the normal knowledge of results of
feedback dimension in teaching. Melalui pembelajarn micro dapat
memperluas wawasan dan pemahaman yang terkait dengan pembelajaran. Dalam
proses latihan dalam pembelajaran micro pihak-pihak yang berkepentingan akan
memperoleh masukan yang sangat berharga untuk memperbaiki proses penyiapan,
pembinaan, dan peningkatan profesi guru. Mengacu kepada pandangan para ahli di
atas maka penulis menyimpulkan bahwa karakteristik pembelajaran microteaching
yaitu suatu pembelajaran yang memiliki ciri khusus seperti pembeljaran bersifat
nyata, ukuran yang diperkecil, bersifat individual, dan mengutamakan adanya
feedback.
D. Tujuan Pembelajaran Microteaching
Tujuan utama pembelajaran microteaching ialah untuk mempersiapkan colon guru
yang professional terutama dalam hal penguasaan keterampilan dasar dalam
mengajar. Sukirman (2012:35) mengemukakan tujuan pembelajaran
microteaching.
1) Untuk memfasilitasi, melatih, dan membina calon maupun para guru dalam
hal keterampilan dasar mengajar (teaching skills).
2) Untuk memfasilitasi, melatih, dan membina calon maupun para guru agar
memiliki kompetensi yang diharapkan oleh ketentuan undang-undang
maupun peraturan pemerintah.
3) Untuk melatih penampilan dan keterampilan mengajar yang dilakukan
secara bagian demi bagian secara spesifik agar diperoleh kemampuan
maksimal sesuai dengan tuntunan pro-fessional sebagai tenaga seorang
guru.
4) Untuk memberi kesempatan pada colon maupun para guru berlatih dengan
mengoreksi serta menilai kelebihan dan kekurangan yang dimilik (self
evaluation) dalam hal keterampilan mengajarnya.
5) Untuk memberi kesempatan kepada setiap yang berlatih (calon guru dan
para guru) meningkatkan keterampilan dalam memberikan layanan kepada
siswa.
E. Microteaching dalam Perspektif Teori Belajar
Teori belajar behavioristik dipelopori oleh Thorndike dengan teorinya
connectionisme yang disebut juga dengan trial and error. Pada tahun 1980,
Thorndike melakukan eksperimen dengan kucing sebagai subyeknya (Suryabrata,
1990). Menurutnya, belajar adalah pembentukan hubungan (koneksi) antara
stimulus dengan respon yang diberikan oleh organisme terhadap stimulus tadi.
Cara belajar yang khas yang ditunjukkannya adalah trial dan error (coba-coba
salah). Disamping itu, Thorndike juga menggunakan pedoman ”pem-bawa
kepuasan (satisfier)” apabila subyek melakukan hal-hal yang mendatangkan
kesenangan dan ”pembawa kebosanan (annoyer)” apabila subyek menghindari
keadaan yang tidak menyenangkan (Winkel, 1991).
F. Prosedur Pembelajaran Microteaching
Dwight W.Allen (1969) menggambarkan pelaksanaan micro-teaching dilakukan
melalui tujuh tahapan. Enam tahapan micro-teaching tersebut merupakan sebuah
siklus. Siklus ini dapat diulang sesuai dengan kebutuhan perbaikan. dapat
disimpulkan bahwa model
Standford terdiri dari 6 langkah; perencanaan, praktik mengajar, memberikan
feedback, merencanakan kembali, mengajar kembali, dan
memberikan feedback. Siklus tersebut senantiasa berulang hingga mahasiswa
benar-benar menguasai keterampilan dasar dalam mengajar
G. Kompetensi Pembelajaran Microteaching
a. Standar Kompetensi Pembelajaran Microteaching
Kompetensi adalah pernyataan yang menggambarkan penampilan suatu
kemampuan tertentu secara bulat yang merupakan perpaduan antara
pengetahuan, keterampilan dan sikap yang dapat diamati dan diukur (Hall
dan Jones dalam Mukmihan, 2003:2). Orang yang memiliki kompetensi
berarti memiliki kemampuan yang dapat diamati dan diukur.
b. Kompetensi Dasar dan Indikator
Kompetensi dasar adalah pengetahuan, keterampilan dan sikap minimal
yang harus dicapai oleh mahasiswa untuk menunjukkan bahwa mahasiswa
telah menguasai standar kompetensi yang telah ditetapkan, oleh karena
itulah maka kompetensi dasar meru-pakan penjabaran dari standar
kompetensi (Wina Sanjaya, 2008:170).Sedangkan indikator merupakan
penjabaran dari kompetensi dasar yang menunjukkan tanda-tanda perbuatan
dan respon yang dilakukan atau ditampilkan oleh mahasiswa.
c. Menyusun Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP)
encana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) adalah rencana kegiatan
pembelajaran tatap muka untuk satu pertemuan atau lebih.
RPP dikembangkan dari silabus untuk mengarahkan kegiatan pem-belajaran
peserta didik dalam upaya mencapai Kompetensi Dasar (KD). Setiap
peserta yang akan berlatih berkewajiban menyusun RPP secara lengkap dan
sistematis agar kegiatan latihan berlangsung secara interaktif, inspiratif,
menyenangkan, menantang, efisien, memotivasi peserta didik untuk
berpartisipasi aktif, serta mem-berikan ruang yang cukup bagi prakarsa,
kreativitas, dan kemandirian sesuai dengan bakat, minat, dan perkembangan
fisik serta psikologis peserta didik. RPP disusun berdasarkan KD atau sub
tema yang dilaksanakan dalam satu kali pertemuan atau lebih.
H. Keterampilan Dasar Mengajar dalam Pembelajaran
Microteaching Teaching skills merupakan sejumlah keterampilan dasar atau
prilaku yang dapat dikembangkan melalui proses latihan dan dapat digunakan pada
saat situasi pembelajaran dilaksanakan oleh teacher trainee. Allen dan Riyan
(1969) mengemukakan keterampilan meng-ajar secara umum diklasifikasikan
kedalam 14 keterampilan yaitu: 1) stimulus variation, 2) set induction, 3) closure,
4) silence and nonverbal cues, 5) Reinforcement of student participation, 6)
fluency in asking question, 7) probing question, 8) higer-order question, 9)
divergen guestion, 10) recognizing attending behaviour, 11) illustrating and use of
example, 12) lecturing,
13) planned repetition, and 14) completeness of communication.
Keterampilan-keterampilan dasar tersebut dapat disederhana-kan menjadi 8
keterampilan yaitu keterampilan membuka dan menutup pembelajaran,
keterampilan menjelaskan, keterampilan bertanya, keterampilan memberi
penguatan, keterampilan meng-adakan variasi, keterampilan membimbing diskusi
kelompok kecil, dan keterampilan mengelola kelas. Masing-masing keterampilan
dasar mengajar yang telah dipaparkan di atas memiliki sejumlah komponen.
BAB III
PEMBAHASAN

3.1 Kelebihan dan Kekurangan Buku


3.1.1 Buku Utama 1
Kelebihan dan Kekurangan :
1. Memberikan pengetahuan yang banyak bagi seorang calon pengajar
2. Penjabaran materi ke dalam susunan bab-babnya saling berkaitan,singkat tetapi
jelas.
3. Beberapa pendapat pakar yang disajikanpun membuat pengertian menjadi
semakin variatif dan menarik.
4. Cover yang disajikan sederhana dan minimalis tetapi cukup menarik dan
membuat penasaran sehingga kita tertarik untuk membacanya.
5. Tidak terdapat glosarium sehingga jika para pembaca menemukan istilah yang
sulit dipahami tidak bisa melihat pada bagian glosarium
6. Tidak terdapat rangkuman materi dari setiap bab
7. Tidak terdapat gambar contoh peragaan interaksi dengan murid pada bagian isi
buku sehingga terkadang pembaca merasa bosan
8. Terdapat beberapa kalimat dari pembahasan yang sulit dipahami.
9. Terdapat beberapa Kesalahan pada penulisan tata letak atau spasi di bagian tanda
"/" (garis miring) seperti pada contoh : "lingkungan/ suasana", dll.
3.1.2 Buku Utama 2
Kelebihan dan Kekurangan :
1. Cover atau sampul dari buku cukup menarik perhatian pembaca sehingga
pembaca memiliki gairah yang tinggi untuk membaca buku ini.
2. Menggunakan bahasa yang padat, singkat, dan jelas.
3. Penjelasan setiap bab terperinci dan jelas.
4. Menggunakan pendapat para ahli yang mendukung materi yang disampaikan
dalam buku tersebut.
5. Memiliki gambaran data data seperti tabel dan diagram yang mendukung
penjelasan materi yang ada.
6. Tidak terdapat rangkuman materi dari setiap babnya
7. Terdapat beberapa kata dan kalimat dalam buku ini yang agak sulit untuk
dipahami oleh para pembaca
8. Terdapat beberapa istilah bahasa asing yang tidak disertai engan keterangan
sehingga membuat pembaca agak sulit memahaminya.
3.1.3 Buku Pembanding 1
Kelebihan dan Kekurangan :
1. Tampilan buku ini sudah bagus, warna cover buku ini juga tidak terlalu mencolok,
perekatnya juga kuat dan buku ini tidak mudah robek. Akan tetapi akan lebih baik
lagi jika covernya dibuat lebih menarik lagi.
2. Dilihat dari layout dan tata tulis, termasuk penggunaan font: dari aspek ini sejauh
yang sudah saya lihat sudah rapi, sudah menggunakan rata kiri, dan kanan, tata
letak setiap paragraf dan judul judul penting sudah rapi dan disusun secara teratur,
cara penulisannya sudah bagus namun masih ada saja cara penulisan yang salah.
Penggunaan font dalam penulisan buku ini sudah bagus juga karena font yang
dibuat mudah untuk dibaca, dan tulisannya pun jelas dan membuat pembaca suka
membaca buku ini, dan untuk memudahkan kita menemukan judul materi yang
akan kita cari akan digunakan pemakaian huruf tebal, dan bagi kata-kata bahasa
inggris menggunakan garis miring. Tetapi dari segi tata letak materinya ada juga
yang masih kurang rapi sehingga terkadang membuat saya bingung.
3. Dari aspek isi buku. Berdasarkan buku yang saya lihat isinya rinci dan
menyeluruh membahas tentang Keterampilan Dasar Mengajar di dalam buku juga
terdapat rangkuman dan tabel sehingga kita semakin paham dengan isi buku dan
juga terdapat daftar pustaka. Kadang ada juga kekurangannya yaitu pengertian
dari suatu kata menggunakan penjelasan yang berulang. masih ada kata-kata yang
kurang dimengerti. Serta penjelasan materi ada juga yang terkadang membuat
bingung.
4. Dari aspek tata bahasa, buku tersebut adalah dari aspek tata bahasa sudah bagus
karena menggunakan bahasa yang mudah dimengerti, meskipun terkadang masih
terdapat bahasa yang kurang dimengerti dan ada juga yang menggunakan bahasa
inggris dalam setiap penjelasan.
3.1.4 Buku Pembanding 2
Kelebihan dan Kekurangan :
1. Tampilan buku pembanding sudah bagus, warna sampul buku juga tidak terlalu
mencolok sehingga pembaca tertarik membaca, akan tetapi lebih baik lagi jika
cover buku dibuat lebih menarik lagi.
2. Dilihat dari segi layout atau tata letak, termasuk penggunaan font dalam buku ini
sama dengan buku utama dimana tata letak sudah rapi, menggunakan rata kiri dan
kanan tata letak setiap paragraf dan judul judul penting sudah rapi dan disusun
secara teratur, cara penulisannya sudah bagus dan penggunaan font juga sudah
bagus sehingga pembaca lebih mudah memahami sub materi, dan penggunaan
cetak miring atau pun huruf tebal sudah tepat.
3. Dari segi isi buku telah mencakup materi yang lengkap dan luas sehingga
pembaca tidak akan ketinggalan materi. Didalam buku ini juga disertakan daftar
pustaka, rangkuman dan tabel yang memudahkan pembaca mudah memahami
materi. akan tetapi didalam buku ini materi yang disampaikan terlalu luas
sehingga akan membuat pembaca bosan dan beberapa bab ada pengulangan
materi.
4. Dari segi bahasa yang digunakan sudah mudah dipahami, tetapi ada beberapa
bahasa asing atau istilah asing yang tidak dibuat terjemahannya yang akan
mengakibatkan pembaca tidak mengerti akan materi buku.
BAB IV
KESIMPULAN DAN SARAN

4.1 Kesimpulan
Setelah mereview kedua buku ini, penulis menyimpulkan bahwa kedua buku ini adalah
buku yang sangat bagus. Dari aspek tampilan buku, buku yang diriview memiliki cover dan
tampilan yang menarik dan kreatif. Sehingga buku ini akan menarik minat pembaca ketika
ingin membaca buku ini. Dari aspek layout dan tata letak, serta tata tulis, termasuk
penggunaan font, buku yang diriview sudah tersusun rapi dan teratur.Dari aspek isi buku,
buku yang diriview adalah buku yang sangat bagus. Materi yang ada di dalam buku utama
maupun buku pembanding sama sama mengkaji materi tentang micro teaching secara luas
dan teratur. Selain itu dari aspek tata bahasa, kedua buku ini memiliki Bahasa yang
sederhana sehingga cukup mudah dipahami. Selain itu, penulisan buku yang diriview sesuai
dengan kaidah penulisan EYD. Namun, tentunya Setiap buku memiliki kelebihan dan
kekuranganya masing-masing. Tidak terkecuali dengan buku yang penulis riview ini yang
dalam penulisannya masih ditemukan beberapa kekurangan. Terlepas dari semua kekurangan
dari buku ini menurut kami buku ini sudah bagus dan cocok untuk dijadikan sebagai
referensi dalam mempelajari pembelajaran Micro Teaching dan menurut penulis kedua buku
ini sangat berguna bagi penyelenggaraan pendidikan dan tutor untuk lebih mengenal apa itu
Micro Teaching.

4.2 Saran
Saran penulis bagi pendidik dan calon pendidik di sekolah dasar kedepannya adalah,
supaya kiranya mampu untuk memahami dengan baik Micro Teaching ini,mampu membuat
perencanaan kegiatan Micro Teaching sebaik mungkin, dan mampu menerapkan
perencanaan tersebut dengan baik. Kemudian untuk para pembaca utamanya calon pendidik
penulis berharap,agar para calon pendidik dimasa depan mampu untuk memahami apa saja
yang perlu dilakukan dalam kegiatan Micro Teaching ini agar kegiatan ini dapat berjalan
semaksimal mungkin. Besar harapan penulis para calon pendidik masa depan mampu
mewujudkan situasi pembelajaran yang efektif, produktif, dan efisien sehingga pembelajaran
dapat tersampaikan dengan baik pada peserta didik.
DAFTAR PUSTAKA

Arifmiboy. (2019). MICROTEACHING : MODEL TADALURING. Jawa Timur: Wade Group.


Harun, J. P. (2019). Desain & Pedoman Pembelajaran Mikro. Jakarta: Muhammadiyah
University
Press.
Helmiati. (2013). Micro Teaching Melatih Keterampilan Dasar Mangajar. Pekanbaru: Aswaja
Pressindo.
Shoffan, S. (2017). Keterampilan Dasar Mengajar Microteaching. Jawa Timur: Mavendra Pers.

Anda mungkin juga menyukai