Anda di halaman 1dari 7

Abdul Halik, Dialektika Filsafat Pendidikan Islam (Argumentasi dan Psikologi)

DIALEKTIKA FILSAFAT PENDIDIKAN ISLAM


(ARGUMENTASI DAN EPISTIMOLOGI)
(Dialectics Philosophy of Islamic Education)

Abdul Halik
abdulhalik@gmail.com
Fakultas Agama Islam Universitas Muhammadiyah Parepare

Abstract: Islamic education is an activity that intentionally directing one's progress in accordance with Islamic
values. Epistemology of Islamic education today, including discussion relating to the ins and outs of starting
knowledge of the nature of Islamic education, the origins of Islamic education, Islamic education sources,
methods of Islamic education, elements of Islamic education, Islamic education goals, and a variety of Islamic
education. Establish with the mode of thought in the Muslim tradition, so must to put forward a method or
philosophy of a strong education system. First, the basic foundation of the ontological basis which can serve as
the basis for the view that ties all the activities of an education system. Second, the importance of the
methodology as a framework for a system or how the work of Islamic education.
Keywords : Epistemology, ontological basis, methodology
Pendidikan Islam adalah suatu kegiatan yang mengarahkan dengan sengaja perkembangan
seseorang sesuai dengan nilai-nilai Islam. Epistemologi pendidikan Islam kini, meliputi
pembahasan yang berkaitan dengan seluk beluk pengetahuan mulai dari hakikat pendidikan
Islam, asal-usul pendidikan Islam, sumber pendidikan Islam, metode pendidikan Islam, unsur
pendidikan Islam, sasaran pendidikan Islam, dan macam-macam pendidikan Islam. Menjalin
ketiga corak berpikir yang ada dalam tradisi umat Islam, maka perlu diajukan sebuah metode
atau sistem filsafat pendidikan yang kuat. Pertama, adanya pondasi dasar yang dapat dijadikan
basis ontologis sebagai dasar pandangan yang mengikat semua aktivitas sebuah sistem
pendidikan. Kedua, pentingnya metodologi sebagai kerangka kerja sebuah sistem atau
bagaimana pendidikan Islam bekerja.

PENDAHULUAN sedangkan sains dan teknologi disebut sebagai


Dalam masyarakat apapun dari zaman ilmu umum.2
dahulu sampai zaman sekarang ini, pendidikan Sejarah Islam mencatat, bahwa sejak
diniati agar anak didik berprilaku mulia.1 Islam abad per-tengahan, yakni abad ke-16 hingga
dalam dataran konsep pendidikannya diyakini sekarang ini umat Islam terjebak pada bentuk
sebagai agama yang memiliki ajaran sempurna, doktriner, formalitas, ritualitas, tanpa makna dan
komprehensip dan universal yang mampu me- tanpa spirit.3 Hal ini terjadi karena umat Islam
ngembangkan kecerdasan intelektual, kecerdasan telah meninggalkan pemikiran filsafat yang
emosional, kecerdasan, dan spritual. Oleh sebab dianggap akan memurtadkan dan meng-kafirkan
itu Islam tidak mengenal dikotomi antara ilmu umat Islam. Dalam konteks sejarah, pada masa
pengetahuan dan urusan kehidupan, antara pemerintahan Khalifah Muawiyah, dan Khalifah
pendidikan Islam dan pendidikan umum. Abbasiyah, buku-buku filsafat telah
Namun, kenyataan dalam praktek diterjemahkan secara besar-besaran sehingga
pembelajaran pendidikan Islam yang terjadi filsafat pada masa itu mengalami perkembangan
sebaliknya, muncul pemisahan antara kelompok yang cukup pesat.
ilmu profan yaitu ilmu-ilmu yang melahirkan
perkembangan sains dan teknologi, dan ilmu
agama yang mengajarkan tertang interaksi yang
2Jasa Ungguh Muliawan, Pendidikan Islam
baik antara hamba dan TuhanNya. Ilmu agama
kemudian biasa disebut sebagai ilmu Islam, Integratif; Upaya Mengintegrasikan Kembali Dikotomi Ilmu dan
Pendidikan Islam (Cet; I, Yogyakarta: Pustaka Belajar,
2005), h. 1
1A. 3Abuddin Nata, Studi Islam komprehensif (Cet. I;
Chedar Alwasilah, Filsafat Bahasa dan
Pendidikan (Cet. II; Bandung: PT Remaja Rosdakarya, Jakarta: Kencana, 2011), h. 285
2010), h. 15

Volume I Nomor 1 September 2013


ISTIQRA’
22
Abdul Halik, Dialektika Filsafat Pendidikan Islam (Argumentasi dan Psikologi)

Di kalangan para ahli, seperti Harun membuat teori baru, berarti merancang teori
Nasution dalam Abuddin Nata mengatakan, yang sama sekali baru.
bahwa filsafat adalah induknya seluruh ilmu pe- Diskursus tersebut dianalisis tentang cara
ngetahuan, karena dari filsafat itulah ilmu pe- yang dapat dilakukan dalam me-ngembangkan
ngetahuan memperoleh informasi tentang segala filsafat pen-didikan Islam, baik dari segi
sesuatu untuk dikembangkan lebih lanjut melalui argumentasi maupun metode pengembangannya
kegiatan ilmiah yang lebih empiris, eksperimen, yaitu 1. Bagaimana sekilas tentang pendidikan
generalisasi, validasi, dan verifikasi.4 Islam?, 2. Bagaimana pengembang-an filsafat
Dalam analisis filsafat terhadap pendidikan Islam: Sebuah Argumentasi?, 3.
masalah-masalah pendidikan digunakan dua Bagaimana pengembang-an metode filsafat
macam pendekatan, yaitu pendekatan filsafat pendidikan Islam?
historis dan pendekatan filsafat kritis. Dengan PEMBAHASAN
pendekatan filsafat historis, kalau diajukan Sekilas tentang Pendidikan Islam
pertanyaan-pertanyaan tentang berbagai masalah Sebelum membahas tentang filsafat
filosofis dalam bidang pen-didikan, maka pendidikan Islam, terlebih dahulu harus
jawabannya melekat pada masing-masing sistem, diketahui makna pendidikan. Ki Hajar
jenis, dan aliran-aliran filsafat tersebut. Dari Dewantara, tokoh Pen-didikan nasional
sekian jawaban yang ada, dipilih jawaban yang Indonesia, menyatakan dalam Azyumardi Azra,
sesuai dengan kebutuhan. Adapun pen-dekatan pen-didikan pada umumnya berarti daya untuk
filsafat kritis, pertanyaan-pertanyaan filosofis memajukan budi pekerti (kekuatan batin), pikir
yang muncul, diusahakan jawabannya secara (intelek), dan jasmani anak-anak, selaras dengan
filosofis pula dengan menggunakan berbagai alam dan masyarakat.6 Menurut Muhammad
metode dan pendekatan. Nasir, pendidikan ialah suatu pimpinan jasmani
Jika epistemologi sebagai bagian dari dan rohani menuju kesempurnaan dan
filsafat dikaitkan dengan pendidikan, maka kelengkapan arti ke-manusiaan dengan arti
keduanya memiliki hubungan yang erat, yakni: sesunggunya.7 Demikian dua pengertian
(1) sama-sama memiliki perkembangan yang pendidikan dari sekian banyak pe-ngertian yang
menyebabkan munculnya ilmu-ilmu baru, (2) diketahui.
sama-sama berlangsung secara kontinyu dari Dalam pengertian yang luas, pendidikan
satu generasi ke generasi berikutnya dan juga adalah pembinaan seluruh potensi manusia se-
me-lakukan inovasi yang tiada henti, (3) sama- utuhnya: jasmani, rohani, materiil, spritual, hati
sama berlangsung dalam dunia yang disengaja nurani, akal pikiran, bakat, dan lainnya8, dengan
dan tidak disengaja, (4) sama-sama dalam bentuk memberikan pengetahuan, wawasan,
proses yang membawa seseorang mem-peroleh keterampilan, dalam menguasai teknologi, sikap,
kecakapan, baik fisik maupun mental.5 ke-pribadian, karakter, secara seimbang sebagai
Berbicara mengenai epistemologi sebuah usaha dalam menyiapkan generasi yang
pendidikan Islam, maka masalah yang muncul siap secara fisik maupun rohani untuk
adalah: Bagaimana cara mengembangkan ilmu mewujudkan tujuan pen-didikan.
pendidikan Islam itu sendiri? Dalam Para ahli filsafat pendidikan mengatakan
mengembangkan sebuah disiplin ilmu, dapat bahwa dalam merumuskan pengertian
dilakukan dengan cara mengembangkan teori pendidikan, sebenarnya sangat ter-gantung
ilmu tersebut. Mengembangkan teori, berarti kepada pandangan terhadap manusia: hakikat,
merevisi teori-teori yang ada, memahami teori sifat-sifat atau karakteristik, dan tujuan hidup
yang lama dan atau membuat teori baru. manusia itu sendiri. Perumusan pendidikan
Merevisi teori yang ada dalam pendidikan Islam, bergantung kepada pandangan hidupnya, apakah
berarti menyempurnakan teori yang telah ada manusia itu dilihat sebagai: (1) kesatuan jasmani
agar sesuai dengan kebutuhan. Sedangkan
6Azyumardi Azra, Pendidikan Islam; Tradisi dan

Modernisasi di Tengah Tantangan Milenium III (Cet; I, Jakarta:


4Ibid, h. 291-292 Kencana, 2012), h. 5
5Armai Arief, Pengantar Ilmu dan Metodologi 7Ibid., h. 5

Pendidikan Islam (Cet. I; Jakarta: Ciputat Press, 2002), h. 9. 8Abuddin Nata, op. Cit., h. 213

ISTIQRA’ Volume I Nomor 1 September 2013 23


Abdul Halik, Dialektika Filsafat Pendidikan Islam (Argumentasi dan Psikologi)

dan badan, (2) badan, roh, dan jiwa, atau (3) Dari pandangan ini, dapat dikatakan
jasmani dan rohani. Apakah manusia pada bahwa pendidikan Islam bukan sekadar transfer of
hakekatnya dianggap memiliki kemampuan knowledge ataupun transfer of training, tetapi lebih
bawaan (innate) yang menentukan merupakan suatu sistem yang ditata di atas
perkembangannya dalam lingkungannya, atau pondasi keimanan dan kesalehan, yaitu suatu
lingkungannya yang menentukan domain dalam sistem yang terkait secara langsung dengan
perkembangan manusia. Bagaimanakah Tuhan.
kedudukan individu dalam masyarakat. Apakah Dengan demikian, dapat dikatakan
tujuan hidup manusia. Apakah manusia bahwa pendidikan Islam adalah suatu kegiatan
dianggap hanya hidup sekali di dunia ini, atau yang mengarahkan dengan sengaja
hidup lagi di hari kemudian (akhirat). Demikian perkembangan seseorang sesuai dengan nilai-
beberapa pertanyaan filosofis yang diajukan. nilai Islam. Maka sosok pendidikan Islam dapat
Pertanyaan-pertanyaan tersebut di atas digambarkan sebagai suatu sistem yang
memerlukan jawaban yang menentukan membawa manusia ke arah kebahagiaan dunia
pandangan terhadap hakikat dan tujuan dan akhirat melalui ilmu dan ibadah. Karena
pendidikan, dan dari sini juga sebagai pangkal pendidikan Islam membawa manusia untuk
perbedaan rumusan pendidikan atau timbulnya bahagia dunia dan akhirat, maka yang harus
aliran-aliran pendidikan, seperti pendidikan diperhatikan adalah nilai-nilai Islam tentang
Islam, Kristen, liberal, progresif atau pragmatis, manusia, hakikat dan sifat-sifatnya, misi dan
komunis, demokratis, dan lain-lain. tujuan hidupnya di dunia dan di akhirat, hak dan
Dengan demikian, terdapat kewajibannya sebagai individu dan anggota
keanekaragaman pandangan tentang pen- masyarakat.
didikan. Tetapi dalam keanekaragaman tentang Pendidikan berupaya menumbuhkan
pendidikan terdapat titik-titik persamaan tentang pemaham-an dan kesadaran pada manusia, maka
pengertian pendidikan, yaitu pendidikan dilihat sangat urgen sekali untuk memperhatikan
sebagai suatu proses, karena dengan proses itu konsep atau pandangan Islam tentang manusia
seorang (dewasa) secara sengaja mengarahkan sebagai makhluk yang diproses ke arah
pertumbuhan atau per-kembangan seseorang kebahagiaan dunia dan akhirat.
(yang belum dewasa). Proses adalah kegiatan Pengembangan Filsafat Pendidikan Islam:
mengerahkan perkembangan seseorang sesuai Sebuah Argumentasi
dengan nilai-nilai yang merupakan jawaban atas Pengembangan filsafat pendidikan Islam
pertanyaan-per-tanyaan tersebut di atas. Maka di-perlukan dengan beberapa alasan. Pertama,
dengan pengertian atau definisi itu, kegiatan atau faktor eksternal, di mana mayoritas umat Islam
proses pendidikan hanya berlaku pada manusia terbelakang dalam hal pendidikan di segala arah.
tidak pada hewan.9 Mengenai hal ini diperlukan revolusi paradigma.
Dari uraian di atas, timbul pertanyaan: Umat Islam sekarang menghadapi
apakah pendidikan Islam itu? Hasan Langgulung tantangan yang berbeda dan lebih berat daripada
dalam munir merumuskan pendidikan Islam zaman dahulu, maka para ilmuan muslim harus
adalah proses penyampaian generasi muda untuk bersikap dinamis dan progresif guna merespon
mengisi peranan, diselaraskan fungsi menusia tantangan tersebut. Oleh sebab itu, bangunan
untuk beramal di dunia dan memetik hasilnya paradigma yang bersifat radikal, analisi, kritis,
diakhirat.10 Atau menurut ibrahim Amini, universal, dan sistematis juga harus dikuatkan
pendidikan Islam “Membantu anak untuk dapat dalam dunia pendidikan khusunya pendidikan
menjadi pribadi yang bebas dan disiplin”.11 Islam.
Umat Islam jangan terjebak mengulangi
9Anwar Jasim, Kerangka Dasar Pembaharuan beberapa kali kesalahan yang sama dalam
Pendidikan Islam: Tinjauan Filosofis (Cet. II; Jakarta: Bina melakukan aktivitas ilmiah. Kecenderungan
Aksara, 1985), h. 21. aktivitas yang selama ini dilakukan umat Islam
10Munir, Implementasi Hadis Pendidikan Shalat

Terhadap Anak, (Cet; I, Makassar: Alauddin University


harus di-tinggalkan dan harus diubah dengan ke-
Press, 2001), h. 118-119 cenderungan dinamis, dengan ciri-ciri kritis-
11Ibrahim Amini, Agar Tak Salah Mendidik responsif, antisipatuf, dan inovatif. Sifat yang
(Jakarta: Al-Huda, 2006), h. 7

24
Volume I Nomor 1 September 2013 ISTIQRA’
Abdul Halik, Dialektika Filsafat Pendidikan Islam (Argumentasi dan Psikologi)

berupaya memperkuat pe-ngembangan ilmu pe- mengadakan pembaruan-pembaruan secara


getahuan dalam rangka membangun peradaban komprehensif agar terwujud pendidikan Islam
Islam. ideal yang mencakup berbagai dimensi.
Ketika kecenderungan dinamis itu Pada dimensi pe-ngembangan terdapat
menjadi karakter umat Islam, khususnya para kesadaran bahwa cita-cita mewujudkan
ilmuannya secara berkesinambungan sejak awal pendidikan Islam ideal itu baru bisa dicapai bila
bersemi (embrio intelektual) hingga sekarang, ada upaya rekonstruksi epistemologi yang bisa
agaknya nasib umat Islam dan peradabannya berarti rekonstruksi metodologi-nya. Salah satu
akan jauh lebih bagus dibanding dengan kondisi per-debatan mendasar dalam sejarah kehidupan
sekarang. Sayang sekali ke-cenderungan dinamis manusia adalah pe-rdebatan seputar sumber dan
itu belum menjadi kesadaran ilmuan muslim, asal-usul pe-ngetahuan.12
kecuali beberapa orang saja. Akhirnya ilmuan Epistemologi pen-didikan Islam kini,
muslim sekarang ini tidak lebih dari sekadar meliputi pembahasan yang ber-kaitan dengan
mengulangi bahasan masa klasik. Mestinya seluk beluk pengetahuan mulai dari hakikat
mereka dapat menambahkan dan pendidikan Islam, asal-usul pendidikan Islam,
mengembangkan bahasan dan karya-karya sumber pendidikan Islam, metode pendidikan
ilmuan muslim zaman klasik dengan semangat Islam, unsur pendidikan Islam, sasaran
inovatif dan konstruktif, sehingga mereka pendidikan Islam, dan macam-macam
berupaya secara maksimal, merumuskan dan pendidikan Islam.
membangun epistemologi Islam yang benar- Filsafat pendidikan Islam sendiri selain
benar kokoh, termasuk juga di dalamnya menjadikan Alquran sebagai sumber
masalah pendidikan Islam. epistemologi, juga mengacu pada aspek realitas
Mengapa pengembangan pendidikan dan fakta pengetahuan lainnya. Sebagaimana
Islam diperlukan? Jawabannya adalah, dalam dikatakan oleh Muzayyin Arifin, bahwa filsafat
dimensi internal Islam, pendidikan adalah hal pendidikan Islam mengacu pada nilai-nilai dasar
yang diserukan sebagai bagian dari keimanan dan Islam yang menjadi sumbernya.13 Selain sumber
kemusliman kita, sekaligus hal tersebut telah khas Islam, filsafat pendidikan Islam juga
menjadi potensi bawaan manusia. menjadikan metode filsafat sebagai sumber
Pendidikan dalam Islam didasarkan pada metodologis, semacam rasionalis, empirisme,
asumsi bahwa manusia dilahirkan dalam keadaan dan kritisisme.14
fitrah, yaitu membawa potensi bawaan, seperti Metode pendidikan Islam yang
potensi keimanan, potensi untuk memikul dirumuskan oleh para pemikir muslim berbeda
amanah dan tanggung jawab, potensi dengan metode ilmiah yang dikembangkan oleh
kecerdasan, dan potensi fisik. Karena dengan barat. Para pemikir muslim menggunakan tiga
potensi ini, manusia mampu ber-kembang secara macam metode yang disesuaikan dengan hirarki
aktif dan interaktif dengan lingkungannya dan objeknya, yaitu: (1) metode observasi,
dengan bantuan orang lain atau pendidik secara sebagaimana yang digunakan dibarat, atau
sengaja agar menjadi manusia muslim yang disebut bayni, (2) metode logis atau demonstratif
mampu menjadi khalifah dan mengabdi kepada (bayani), dan (3) metode intuituf (‘irfani), yang
Allah. masing-masing bersumber pada indra, akal, dan
Pengembangan Metode Filsafat Pendidikan hati15 yang didasari dengan nilai falsafah yang
Islam jelas dan dikembangkan melalui kajian
Pengaruh pendidikan Barat terhadap
pendidikan yang berkembang di hampir semua 12Muhammad Baqir Shadr, Falsafahtuna,
negara ternyata sangat kuat. Pengaruh ini juga Diterjemahkan oleh M. Nur Mufid Ali, (Cet. IV; Bandung:
menembus pendidikan Islam, sehingga sistem Mizan, 1994), h. 25
13Muzayyin Arifin, Filsafat Pendidikan Islam (Cet.
pendidikan Islam me-ngalami banyak kelemah-
an. II; Jakarta: Bina Aksara, 2003), h. 27.
14Abuddin Nata, Filsafat Pendidikan Islam (Cet. II;
Untuk mengatasi kelemahan-kelemahan Jakarta: Bina Pratama, 2005), h. 16.
tersebut, para pakar pendidikan Islam dan para 15Mulyadhi Kartanegara, Menembus Batas Waktu

pengambil kebijakan dalam pendidikan harus Panorama Filsafat Islam (Cet; I, Bandung, Mizan, 2002), h.
61

ISTIQRA’ Volume I Nomor 1 September 2013 25


Abdul Halik, Dialektika Filsafat Pendidikan Islam (Argumentasi dan Psikologi)

epistemologi yang menjadi sub bahasan filsafat bukannya teks. Sedangkan pola berpikir irfani
pendidikan Islam. lebih kepada rasionalitas intuitif.
Kata epistemologi, derivasinya berasal Ketiga corak berpikir ini pada dasarnya
dari bahasa Yunani, yang berarti teori ilmu mempunyai benang merah yang bisa dirajut
pengetahuan. Epistemologi merupakan dalam pola linier yang dapat saling mengisi dan
gabungan dua kata episteme, pengetahuan; dan menguatkan. Dalam pemikiran pendidikan
logos, teori. Epistemologi adalah cabang ilmu Islam, ketiga pola epistemologi ini mempunyai
filsafat yang menengarai masalah-masalah periksi-periksi tertentu. Sehingga kadang-kadang
filosofikal yang mengitari teori ilmu terjadi perbedaan dalam memahami filsafat
pengetahuan. Epistemologi bertalian dengan pendidikan Islam, apakah dia sebuah sistem yang
definisi dan konsep-konsep ilmu, ragam ilmu khas atau hanya sebatas seruan normatif saja.
yang bersifat nisbi dan niscaya, serta relasi eksak Perbedaan ini sering kali berlanjut hingga ke
antara subyek dan obyek. Atau dengan kata lain, masalah cabang, semisal perbedaan periksi-
epistemologi adalah bagian filsafat yang meneliti periksi ilmu pengetahuan yang sering kali
asal-usul, asumsi dasar, sifat-sifat, dan bagaimana dikotomis.
memperoleh pengetahuan menjadi penentu Menjalin ketiga corak berpikir yang ada
penting dalam menemukan sebuah model dalam tradisi umat Islam tersebut, maka perlu
filsafat. diajukan sebuah metode atau sistem filsafat
Dengan pengertian ini, epistemologi pendidikan yang kuat. Pertama, adanya pondasi
tentu saja menentukan karakter pengetahuan, dasar yang dapat dijadikan basis ontologis
bahkan menentukan kebenaran yang dianggap sebagai dasar pandangan yang mengikat semua
patut diterima dan apa yang patut ditolak, aktivitas sebuah sistem pendidikan. Kedua,
melalui proses pendekatan metodologis. pentingnya metodologi sebagai kerangka kerja
Sejarah dan tradisi pemikiran Islam telah sebuah sistem atau bagaimana pendidikan Islam
lahir rangkaian epistemologis yang dapat bekerja.
dirumuskan sebagai epistemologi Islam yang Pondasi dasar yang dapat dijadikan basis
dimulai dari zaman keemasan Islam dengan ontologis pendidikan Islam adalah tauhid.
tokoh-tokoh pemikir semacam Ibn Rusyd dan Kesadaran bertauhid berarti kesadaran terhadap
al-Ghazali, hingga sekarang, semisal Arkoun, wujud sejati yang ada sebagai yang ada, yang
Hassan Hanafi, dan Abed al-Jabiri. Para tokoh- oleh Abu Sulaiman dijabarkan dalam tiga
tokoh ini merumuskan hal yang paling mendasar kesatuan:
dalam bidang ilmu pengetahuan menyangkut 1. Kesatuan (al-wahdaniyah).16
hakikat, struktur, dan cara kerja ilmu Merupakan kemestian ideologi
pengetahuan itu sendiri. Rumusan ini menjadi aksiomatik yang beraduk semua atom yang ada
pondasi penting yang kokoh yang mana filsafat dalam eksistensi kesadaran nurani dan
pendidikan Islam merujuk dan membingkai pemahaman terhadap identitas diri.
dirinya. 2. Kekhalifahan (al-istikhlaf).17
Hingga demikian, dapat dikatakan bahwa Manusia adalah pemelihara, pengurus
corak epistemologi pada dasarnya saling dan pemakmur dan pendayaguna sehingga
mempunyai hubungan yang kuat dan saling makhluk dan alam di bawa tanggung jawab
mempengaruhi. Pemikiran Islam dipengaruhi manusia dan manusia melakukannya karena
oleh pemikiran Yunani, dan pemikiran Islam mendapat mandate dari sang penguasa alam
mem-pengaruhi dunia Barat. semesta. Sehingga segala gerak dan perilakunya
Mengklasifikasi ciri epistemologi dalam harus berdasarkan perintah Allah. Sehingga
tradisi keilmuan masyarakat muslim yang dapat dengan demikian manusia tidak melihat dan
dijadikan rujukan, yaitu: bayani, irfani, dan burhani. memperlakukan dunia semuanya.
Pendekatan nalar bayani adalah pendekatan yang
menjadikan nas (wahyu) sebagai otoritas yang 16Abdul Hamid Abu Sulaiman, Azamah al-‘Aql al-
berbicara atas nama subyek. Pola berpikir burhani Muslim, alih bahasa Rifyal Ka’bah dengan judul Krisis
lebih bersumber pada logika dan positivisme dan Pemikiran Islam (Cet. I; Jakarta: Media Dakwah, 1994), h.
193.
17Ibid.

26
Volume I Nomor 1 September 2013 ISTIQRA’
Abdul Halik, Dialektika Filsafat Pendidikan Islam (Argumentasi dan Psikologi)

3. Pertanggungjawaban.18 Filsafat pendidikan Islam ini perlu


Di mana kesadaran akan segala dirumuskan secara konseptual untuk
perbuatan mempunyai implikasi dan menumbuhkan syarat-syarat dalam memahami
konsekuensi logis ini akan berhubungan dengan pendidikan berdasarkan ajaran Islam. Syarat-
iman terhadap hari kiamat. syarat itu merupakan kunci dalam memasuki
Mujamil Qamar mengistilahkan pondasi wilayah pendidikan Islam, tanpa menemukan
dasar sistem filsafat Islam dengan filsafat sistem syarat-syarat itu kita merasa kesulitan
yang diikuti oleh nilai-nilai dasar dan nilai-nilai mengungkapkan hakikat pendidikan Islam,
instrumental. Ketiga komponen ini lahir dari meng-ingat syarat merupakan tahapan yang
sebuah paradigma yang holistik dan harus dipenuhi sebelum ber-usaha memahami
komprehensif yang didasari oleh konstruk dan mengetahui pendidikan Islam yang
ontologis dan epistemologis yang kuat.19 sebenarnya.
Ketiadaan pemaham-an terhadap filosofi Dengan demikian, epistemologi
dasar ini akan berakibat tercabutnya manusia pendidikan Islam sangat berperan dalam
dari pusat dirinya sendiri. Akibatnya manusia membuka jalan bagi temuan-temuan khazanah
akan mendewakan dirinya sendiri pendidikan Islam yang dapat dirumuskan secara
(antroposentris) dan memasuki wilayah wujud teoritis dan konseptual.
material sebagai kesemestian wujud yang Sebagaimana disebutkan Amin Abdullah
absolut. Inilah yang terjadi dalam pendidikan tentang ciri tiga epistemologi Islam yang
konvensional. Terjadi sekularisme pendidikan bersendikan atas ke-benaran teks (wahyu),
dengan menggeser religi dalam tindakan kegiatan kebenaran realitas (burhani), dan kebenaran
ilmu pengetahuan atau dengan menghilangkan intuisi (irfani), maka pendidikan Islam harus
peranan Tuhan atau agama, seperti pada dilirik berdasarkan dengan pendekatan tersebut,
pendidikan sosialis. Kesalahan ini adalah walaupun ada kesamaan pendekatan antara
kesalahan yang paling mendasar dalam filsafat, terutama filsafat Barat, mengenai cara
pendidikan konvensional. Azyumardi Azra mem-peroleh ilmu pengetahuan, namun di sisi
menyebutkan bahwa dalam pendidikan lain ada perbedaan mendasar mengenai orientasi
konvensional telah terjadi konflik antara tujuan fundamentalis antara keduanya. Islam men-
manusia dengan pandangan dunianya dasari kerangka epistemologinya dengan
(kesemestaannya) yang mengakibatkan kesadaran ontologis, yakni Tuhan sebagai
ketidakpuasan individu dan masyarakat, sumber segala realitas.21 Sedangkan epistemologi
runtuhnya solidaritas sosial dan keluarga serta Barat dibangun di atas materi sebagai hirarki
lahirnya metode yang salah (parsial).20 Akibat yang paling tinggi. Dalam kajian perkembangan
lain dari kesalahan dasar ini adalah menjadikan pemikiran filsafat periode Barat modern, muncul
manusia memperbudak dan mengeksploitasi di-sebabkan oleh per-tentangan antara ilmu
manusia lain, kekayaan alam, disharmonisasi pengetahuan dan gereja yang melahirkan
antara manusia dengan alam. sekularisme. Paradigma sekularisme sendiri
Dari uraian di atas dapat dilihat bahwa adalah rasionalisme dan empirisme, yang oleh
filosofi dasar yang dibangun oleh pendidikan Khan disebutkan sebagai metode kritisme,
konvensional telah menghasilkan ilmu rasionalisme dan empirisme melahirkan
pengetahuan yang selain tidak dapat bermacam aliran epistem yang senada, seperti
memecahkan permasalahan kemanusia-an secara fenomenologis, positivisme, dan lain-lain.22
holistik, juga tidak sanggup me-mecahkan Perbedaan ontologi juga berarti
pemasalahan manusianya sebagai pelaku perbedaan epistem yang berakhir dengan
pendidikan, karena manusia hanya dianggap
sebagai hewan yang berakal. 21Osman Bakar, Classification of Knowledge in
Islam: A Study in Islamic Philosophis of Science, alih
bahasa Purwanto dengan judul Hirarki Ilmu: Membangun
Rangka Pikir Islamisasi Ilmu Menurut al-Farabi, al-Gazali dan
18Ibid. al-Syirazi (Cet. I; Bandung: Mizan, 1997), h. 118.
19Mujamil Qamar, Epistemologi Pendidikan Islam 22Lihat Brower dan Heryadi, Sejarah Filsafat Barat

(Cet. I; Jakarta: Erlangga, 2002), h. 60. Modern dan Sezaman (Cet. II; Bandung: PT Alumni, 1986),
20Azyumardi Azra, op. cit., h. 21. h. 34.

ISTIQRA’ Volume I Nomor 1 September 2013 27


Abdul Halik, Dialektika Filsafat Pendidikan Islam (Argumentasi dan Psikologi)

perbedaan nilai. Nilai pendidikan Islam pentingnya pe-ngembangan ilmu pe-ngetahuan


berorientasi keilahian dan nilai pendidikan yang di-isyaratkan oleh Alquran dan Sunnah.
konvensional Barat berubah menjadi nilai Islam mendasari kerangka
pragmatisms dan utilitisme. Perbedaan epistem epistemologinya dengan kesadaran ontologis,
pendidikan yang paling mencolok antara Islam yakni Tuhan sebagai sumber segala realitas
dengan Barat adalah corak nash yang nyata-nyata (tauhid) yang dijabarkan atas tiga hal: (a)
diimani kuat oleh Islam, walaupun kadang kesatuan (al-wahdaniyah), (b) kekhalifahan
mendominasi, terutama karena masalah nash (istikhlaf), dan (c) pertanggung-jawaban.
adalah masalah interpretasi. DAFTAR PUSTAKA
Mujamil Qamar me-masukkan corak Abu Sulaiman, Abdul Hamid, Azamah al-‘Aql al-
pen-dekatan Barat sebagai metode baru dalam Muslim, alih bahasa Rifyal Ka’bah
filsafat pendidikan Islam, dengan seakan-akan dengan judul Krisis Pemikiran Islam (Cet.
mengatakan bahwa corak tersebut adalah murni I; Jakarta: Media Dakwah, 1994)
dari Barat yang hanya diadopsi oleh Islam Alwasilah, A. Chedar, Filsafat Bahasa dan
dengan sedikit toleransi, padahal metode Pendidikan (Cet. II; Bandung: PT
tersebut adalah metode umum yang dipakai baik Remaja Rosdakarya, 2010)
oleh Islam maupun Barat. Epistemologi Amini, Ibrahim, Agar Tak Salah Mendidik
pendidikan Islam menggunakan lima metode (Jakarta: Al-Huda, 2006)
pendekatan: (1) rasional, (2) intuitif, (3) dialogis, Arifin, Muzayyin, Filsafat Pendidikan Islam (Cet.
(4) komparatif, dan (5) kritik.23 II; Jakarta: Bina Aksara, 2003)
Metode pendidikan Islam pada dasarnya Arief, Armai, Pengantar Ilmu dan Metodologi
merupakan pendidikan yang berdasarkan ajaran- Pendidikan Islam (Cet. I; Jakarta: Ciputat
ajaran Islam yang tertuang dalam Alquran dan Press, 2002)
Sunnah serta efektivitas sejarah. Keberadaan Azra, Azyumardi, Pendidikan Islam; Tradisi dan
wahyu dan akal inilah sering kali Modernisasi di Tengah Tantangan Milenium
dipertentangkan seakan-akan keduanya berasal III (Cet; I, Jakarta: Kencana, 2012)
dari realitas yang berbeda. Hampir semua filosof Bakar, Osman, Classification of Knowledge in Islam:
Islam, kecuali al-Razi dan Ibn Rawandih A Study in Islamic Philosophis of Science,
menyelaraskan hubungan akal dan wahyu dalam alih bahasa Purwanto dengan judul
hubungan yang harmonis. Oleh karena itu, dari Hirarki Ilmu: Membangun Rangka Pikir
segi orientasinya pendidikan Islam diarahkan Islamisasi Ilmu Menurut al-Farabi, al-
untuk menumbuhkan integrasi antara iman, Gazali dan al-Syirazi (Cet. I; Bandung:
ilmu, amal, dan akhlak. Semua dimensi itu Mizan, 1997)
bergerak dan saling melengkapi satu sama lain Kartanegara, Mulyadhi, Menembus Batas Waktu
sehingga mampu mewujudkan manusia yang Panorama Filsafat Islam (Cet; I, Bandung,
sempurna. Mizan, 2002)
PENUTUP Muliawan, Jasa Ungguh, Pendidikan Islam
Pendidikan Islam adalah suatu pendidikan Integratif; Upaya Mengintegrasikan Kembali
yang melatih perasaan peserta didik dalam sikap Dikotomi Ilmu dan Pendidikan Islam (Cet;
hidup berdasarkan nilai-nilai Islam. Pendidikan I, Yogyakarta: Pustaka Belajar, 2005)
Islam bukan sekadar transfer of knowledge ataupun Munir, Implementasi Hadis Pendidikan Shalat
transfer of training, tetapi lebih merupakan suatu Terhadap Anak, (Cet; I, Makassar:
sistem yang ditata di atas pondasi keimanan dan Alauddin University Press, 2001).
kesalehan, yaitu suatu sistem yang terkait secara Nata, Abuddin, Studi Islam komprehensif (Cet. I;
langsung dengan Tuhan. Jakarta: Kencana, 2011)
Pengembangan filsafat pendidikan Islam Nata, Abuddin, Filsafat Pendidikan Islam (Cet. II;
diperlukan dengan dua alasan. Pertama, mayoritas Jakarta: Bina Pratama, 2005)
umat Islam terbelakang dalam hal pendidikan Qamar, Mujamil, Epistemologi Pendidikan Islam
Islam di segala bidang, maka diperlukan revolusi (Cet. I; Jakarta: Erlangga, 2002)
paradigma. Kedua, seruan agama tentang
23Mujamil Qamar, op. cit., h. 127.

28
Volume I Nomor 1 September 2013 ISTIQRA’

Anda mungkin juga menyukai