Abdul Halik
abdulhalik@gmail.com
Fakultas Agama Islam Universitas Muhammadiyah Parepare
Abstract: Islamic education is an activity that intentionally directing one's progress in accordance with Islamic
values. Epistemology of Islamic education today, including discussion relating to the ins and outs of starting
knowledge of the nature of Islamic education, the origins of Islamic education, Islamic education sources,
methods of Islamic education, elements of Islamic education, Islamic education goals, and a variety of Islamic
education. Establish with the mode of thought in the Muslim tradition, so must to put forward a method or
philosophy of a strong education system. First, the basic foundation of the ontological basis which can serve as
the basis for the view that ties all the activities of an education system. Second, the importance of the
methodology as a framework for a system or how the work of Islamic education.
Keywords : Epistemology, ontological basis, methodology
Pendidikan Islam adalah suatu kegiatan yang mengarahkan dengan sengaja perkembangan
seseorang sesuai dengan nilai-nilai Islam. Epistemologi pendidikan Islam kini, meliputi
pembahasan yang berkaitan dengan seluk beluk pengetahuan mulai dari hakikat pendidikan
Islam, asal-usul pendidikan Islam, sumber pendidikan Islam, metode pendidikan Islam, unsur
pendidikan Islam, sasaran pendidikan Islam, dan macam-macam pendidikan Islam. Menjalin
ketiga corak berpikir yang ada dalam tradisi umat Islam, maka perlu diajukan sebuah metode
atau sistem filsafat pendidikan yang kuat. Pertama, adanya pondasi dasar yang dapat dijadikan
basis ontologis sebagai dasar pandangan yang mengikat semua aktivitas sebuah sistem
pendidikan. Kedua, pentingnya metodologi sebagai kerangka kerja sebuah sistem atau
bagaimana pendidikan Islam bekerja.
Di kalangan para ahli, seperti Harun membuat teori baru, berarti merancang teori
Nasution dalam Abuddin Nata mengatakan, yang sama sekali baru.
bahwa filsafat adalah induknya seluruh ilmu pe- Diskursus tersebut dianalisis tentang cara
ngetahuan, karena dari filsafat itulah ilmu pe- yang dapat dilakukan dalam me-ngembangkan
ngetahuan memperoleh informasi tentang segala filsafat pen-didikan Islam, baik dari segi
sesuatu untuk dikembangkan lebih lanjut melalui argumentasi maupun metode pengembangannya
kegiatan ilmiah yang lebih empiris, eksperimen, yaitu 1. Bagaimana sekilas tentang pendidikan
generalisasi, validasi, dan verifikasi.4 Islam?, 2. Bagaimana pengembang-an filsafat
Dalam analisis filsafat terhadap pendidikan Islam: Sebuah Argumentasi?, 3.
masalah-masalah pendidikan digunakan dua Bagaimana pengembang-an metode filsafat
macam pendekatan, yaitu pendekatan filsafat pendidikan Islam?
historis dan pendekatan filsafat kritis. Dengan PEMBAHASAN
pendekatan filsafat historis, kalau diajukan Sekilas tentang Pendidikan Islam
pertanyaan-pertanyaan tentang berbagai masalah Sebelum membahas tentang filsafat
filosofis dalam bidang pen-didikan, maka pendidikan Islam, terlebih dahulu harus
jawabannya melekat pada masing-masing sistem, diketahui makna pendidikan. Ki Hajar
jenis, dan aliran-aliran filsafat tersebut. Dari Dewantara, tokoh Pen-didikan nasional
sekian jawaban yang ada, dipilih jawaban yang Indonesia, menyatakan dalam Azyumardi Azra,
sesuai dengan kebutuhan. Adapun pen-dekatan pen-didikan pada umumnya berarti daya untuk
filsafat kritis, pertanyaan-pertanyaan filosofis memajukan budi pekerti (kekuatan batin), pikir
yang muncul, diusahakan jawabannya secara (intelek), dan jasmani anak-anak, selaras dengan
filosofis pula dengan menggunakan berbagai alam dan masyarakat.6 Menurut Muhammad
metode dan pendekatan. Nasir, pendidikan ialah suatu pimpinan jasmani
Jika epistemologi sebagai bagian dari dan rohani menuju kesempurnaan dan
filsafat dikaitkan dengan pendidikan, maka kelengkapan arti ke-manusiaan dengan arti
keduanya memiliki hubungan yang erat, yakni: sesunggunya.7 Demikian dua pengertian
(1) sama-sama memiliki perkembangan yang pendidikan dari sekian banyak pe-ngertian yang
menyebabkan munculnya ilmu-ilmu baru, (2) diketahui.
sama-sama berlangsung secara kontinyu dari Dalam pengertian yang luas, pendidikan
satu generasi ke generasi berikutnya dan juga adalah pembinaan seluruh potensi manusia se-
me-lakukan inovasi yang tiada henti, (3) sama- utuhnya: jasmani, rohani, materiil, spritual, hati
sama berlangsung dalam dunia yang disengaja nurani, akal pikiran, bakat, dan lainnya8, dengan
dan tidak disengaja, (4) sama-sama dalam bentuk memberikan pengetahuan, wawasan,
proses yang membawa seseorang mem-peroleh keterampilan, dalam menguasai teknologi, sikap,
kecakapan, baik fisik maupun mental.5 ke-pribadian, karakter, secara seimbang sebagai
Berbicara mengenai epistemologi sebuah usaha dalam menyiapkan generasi yang
pendidikan Islam, maka masalah yang muncul siap secara fisik maupun rohani untuk
adalah: Bagaimana cara mengembangkan ilmu mewujudkan tujuan pen-didikan.
pendidikan Islam itu sendiri? Dalam Para ahli filsafat pendidikan mengatakan
mengembangkan sebuah disiplin ilmu, dapat bahwa dalam merumuskan pengertian
dilakukan dengan cara mengembangkan teori pendidikan, sebenarnya sangat ter-gantung
ilmu tersebut. Mengembangkan teori, berarti kepada pandangan terhadap manusia: hakikat,
merevisi teori-teori yang ada, memahami teori sifat-sifat atau karakteristik, dan tujuan hidup
yang lama dan atau membuat teori baru. manusia itu sendiri. Perumusan pendidikan
Merevisi teori yang ada dalam pendidikan Islam, bergantung kepada pandangan hidupnya, apakah
berarti menyempurnakan teori yang telah ada manusia itu dilihat sebagai: (1) kesatuan jasmani
agar sesuai dengan kebutuhan. Sedangkan
6Azyumardi Azra, Pendidikan Islam; Tradisi dan
Pendidikan Islam (Cet. I; Jakarta: Ciputat Press, 2002), h. 9. 8Abuddin Nata, op. Cit., h. 213
dan badan, (2) badan, roh, dan jiwa, atau (3) Dari pandangan ini, dapat dikatakan
jasmani dan rohani. Apakah manusia pada bahwa pendidikan Islam bukan sekadar transfer of
hakekatnya dianggap memiliki kemampuan knowledge ataupun transfer of training, tetapi lebih
bawaan (innate) yang menentukan merupakan suatu sistem yang ditata di atas
perkembangannya dalam lingkungannya, atau pondasi keimanan dan kesalehan, yaitu suatu
lingkungannya yang menentukan domain dalam sistem yang terkait secara langsung dengan
perkembangan manusia. Bagaimanakah Tuhan.
kedudukan individu dalam masyarakat. Apakah Dengan demikian, dapat dikatakan
tujuan hidup manusia. Apakah manusia bahwa pendidikan Islam adalah suatu kegiatan
dianggap hanya hidup sekali di dunia ini, atau yang mengarahkan dengan sengaja
hidup lagi di hari kemudian (akhirat). Demikian perkembangan seseorang sesuai dengan nilai-
beberapa pertanyaan filosofis yang diajukan. nilai Islam. Maka sosok pendidikan Islam dapat
Pertanyaan-pertanyaan tersebut di atas digambarkan sebagai suatu sistem yang
memerlukan jawaban yang menentukan membawa manusia ke arah kebahagiaan dunia
pandangan terhadap hakikat dan tujuan dan akhirat melalui ilmu dan ibadah. Karena
pendidikan, dan dari sini juga sebagai pangkal pendidikan Islam membawa manusia untuk
perbedaan rumusan pendidikan atau timbulnya bahagia dunia dan akhirat, maka yang harus
aliran-aliran pendidikan, seperti pendidikan diperhatikan adalah nilai-nilai Islam tentang
Islam, Kristen, liberal, progresif atau pragmatis, manusia, hakikat dan sifat-sifatnya, misi dan
komunis, demokratis, dan lain-lain. tujuan hidupnya di dunia dan di akhirat, hak dan
Dengan demikian, terdapat kewajibannya sebagai individu dan anggota
keanekaragaman pandangan tentang pen- masyarakat.
didikan. Tetapi dalam keanekaragaman tentang Pendidikan berupaya menumbuhkan
pendidikan terdapat titik-titik persamaan tentang pemaham-an dan kesadaran pada manusia, maka
pengertian pendidikan, yaitu pendidikan dilihat sangat urgen sekali untuk memperhatikan
sebagai suatu proses, karena dengan proses itu konsep atau pandangan Islam tentang manusia
seorang (dewasa) secara sengaja mengarahkan sebagai makhluk yang diproses ke arah
pertumbuhan atau per-kembangan seseorang kebahagiaan dunia dan akhirat.
(yang belum dewasa). Proses adalah kegiatan Pengembangan Filsafat Pendidikan Islam:
mengerahkan perkembangan seseorang sesuai Sebuah Argumentasi
dengan nilai-nilai yang merupakan jawaban atas Pengembangan filsafat pendidikan Islam
pertanyaan-per-tanyaan tersebut di atas. Maka di-perlukan dengan beberapa alasan. Pertama,
dengan pengertian atau definisi itu, kegiatan atau faktor eksternal, di mana mayoritas umat Islam
proses pendidikan hanya berlaku pada manusia terbelakang dalam hal pendidikan di segala arah.
tidak pada hewan.9 Mengenai hal ini diperlukan revolusi paradigma.
Dari uraian di atas, timbul pertanyaan: Umat Islam sekarang menghadapi
apakah pendidikan Islam itu? Hasan Langgulung tantangan yang berbeda dan lebih berat daripada
dalam munir merumuskan pendidikan Islam zaman dahulu, maka para ilmuan muslim harus
adalah proses penyampaian generasi muda untuk bersikap dinamis dan progresif guna merespon
mengisi peranan, diselaraskan fungsi menusia tantangan tersebut. Oleh sebab itu, bangunan
untuk beramal di dunia dan memetik hasilnya paradigma yang bersifat radikal, analisi, kritis,
diakhirat.10 Atau menurut ibrahim Amini, universal, dan sistematis juga harus dikuatkan
pendidikan Islam “Membantu anak untuk dapat dalam dunia pendidikan khusunya pendidikan
menjadi pribadi yang bebas dan disiplin”.11 Islam.
Umat Islam jangan terjebak mengulangi
9Anwar Jasim, Kerangka Dasar Pembaharuan beberapa kali kesalahan yang sama dalam
Pendidikan Islam: Tinjauan Filosofis (Cet. II; Jakarta: Bina melakukan aktivitas ilmiah. Kecenderungan
Aksara, 1985), h. 21. aktivitas yang selama ini dilakukan umat Islam
10Munir, Implementasi Hadis Pendidikan Shalat
24
Volume I Nomor 1 September 2013 ISTIQRA’
Abdul Halik, Dialektika Filsafat Pendidikan Islam (Argumentasi dan Psikologi)
pengambil kebijakan dalam pendidikan harus Panorama Filsafat Islam (Cet; I, Bandung, Mizan, 2002), h.
61
epistemologi yang menjadi sub bahasan filsafat bukannya teks. Sedangkan pola berpikir irfani
pendidikan Islam. lebih kepada rasionalitas intuitif.
Kata epistemologi, derivasinya berasal Ketiga corak berpikir ini pada dasarnya
dari bahasa Yunani, yang berarti teori ilmu mempunyai benang merah yang bisa dirajut
pengetahuan. Epistemologi merupakan dalam pola linier yang dapat saling mengisi dan
gabungan dua kata episteme, pengetahuan; dan menguatkan. Dalam pemikiran pendidikan
logos, teori. Epistemologi adalah cabang ilmu Islam, ketiga pola epistemologi ini mempunyai
filsafat yang menengarai masalah-masalah periksi-periksi tertentu. Sehingga kadang-kadang
filosofikal yang mengitari teori ilmu terjadi perbedaan dalam memahami filsafat
pengetahuan. Epistemologi bertalian dengan pendidikan Islam, apakah dia sebuah sistem yang
definisi dan konsep-konsep ilmu, ragam ilmu khas atau hanya sebatas seruan normatif saja.
yang bersifat nisbi dan niscaya, serta relasi eksak Perbedaan ini sering kali berlanjut hingga ke
antara subyek dan obyek. Atau dengan kata lain, masalah cabang, semisal perbedaan periksi-
epistemologi adalah bagian filsafat yang meneliti periksi ilmu pengetahuan yang sering kali
asal-usul, asumsi dasar, sifat-sifat, dan bagaimana dikotomis.
memperoleh pengetahuan menjadi penentu Menjalin ketiga corak berpikir yang ada
penting dalam menemukan sebuah model dalam tradisi umat Islam tersebut, maka perlu
filsafat. diajukan sebuah metode atau sistem filsafat
Dengan pengertian ini, epistemologi pendidikan yang kuat. Pertama, adanya pondasi
tentu saja menentukan karakter pengetahuan, dasar yang dapat dijadikan basis ontologis
bahkan menentukan kebenaran yang dianggap sebagai dasar pandangan yang mengikat semua
patut diterima dan apa yang patut ditolak, aktivitas sebuah sistem pendidikan. Kedua,
melalui proses pendekatan metodologis. pentingnya metodologi sebagai kerangka kerja
Sejarah dan tradisi pemikiran Islam telah sebuah sistem atau bagaimana pendidikan Islam
lahir rangkaian epistemologis yang dapat bekerja.
dirumuskan sebagai epistemologi Islam yang Pondasi dasar yang dapat dijadikan basis
dimulai dari zaman keemasan Islam dengan ontologis pendidikan Islam adalah tauhid.
tokoh-tokoh pemikir semacam Ibn Rusyd dan Kesadaran bertauhid berarti kesadaran terhadap
al-Ghazali, hingga sekarang, semisal Arkoun, wujud sejati yang ada sebagai yang ada, yang
Hassan Hanafi, dan Abed al-Jabiri. Para tokoh- oleh Abu Sulaiman dijabarkan dalam tiga
tokoh ini merumuskan hal yang paling mendasar kesatuan:
dalam bidang ilmu pengetahuan menyangkut 1. Kesatuan (al-wahdaniyah).16
hakikat, struktur, dan cara kerja ilmu Merupakan kemestian ideologi
pengetahuan itu sendiri. Rumusan ini menjadi aksiomatik yang beraduk semua atom yang ada
pondasi penting yang kokoh yang mana filsafat dalam eksistensi kesadaran nurani dan
pendidikan Islam merujuk dan membingkai pemahaman terhadap identitas diri.
dirinya. 2. Kekhalifahan (al-istikhlaf).17
Hingga demikian, dapat dikatakan bahwa Manusia adalah pemelihara, pengurus
corak epistemologi pada dasarnya saling dan pemakmur dan pendayaguna sehingga
mempunyai hubungan yang kuat dan saling makhluk dan alam di bawa tanggung jawab
mempengaruhi. Pemikiran Islam dipengaruhi manusia dan manusia melakukannya karena
oleh pemikiran Yunani, dan pemikiran Islam mendapat mandate dari sang penguasa alam
mem-pengaruhi dunia Barat. semesta. Sehingga segala gerak dan perilakunya
Mengklasifikasi ciri epistemologi dalam harus berdasarkan perintah Allah. Sehingga
tradisi keilmuan masyarakat muslim yang dapat dengan demikian manusia tidak melihat dan
dijadikan rujukan, yaitu: bayani, irfani, dan burhani. memperlakukan dunia semuanya.
Pendekatan nalar bayani adalah pendekatan yang
menjadikan nas (wahyu) sebagai otoritas yang 16Abdul Hamid Abu Sulaiman, Azamah al-‘Aql al-
berbicara atas nama subyek. Pola berpikir burhani Muslim, alih bahasa Rifyal Ka’bah dengan judul Krisis
lebih bersumber pada logika dan positivisme dan Pemikiran Islam (Cet. I; Jakarta: Media Dakwah, 1994), h.
193.
17Ibid.
26
Volume I Nomor 1 September 2013 ISTIQRA’
Abdul Halik, Dialektika Filsafat Pendidikan Islam (Argumentasi dan Psikologi)
(Cet. I; Jakarta: Erlangga, 2002), h. 60. Modern dan Sezaman (Cet. II; Bandung: PT Alumni, 1986),
20Azyumardi Azra, op. cit., h. 21. h. 34.
28
Volume I Nomor 1 September 2013 ISTIQRA’