Anda di halaman 1dari 20

HAKIKAT FILSAFAT ISLAM DAN FILSAFAT PENDIDIKAN ISLAM

Makalah

Dibuat Guna Memenuhi Tugas Mata Kuliah “Filsafat Pendidikan Agama Islam”

Dosen Pengampu: DR. Mahfud Junaedi, M.Ag

Disusun Oleh:

Ahmad Arifin

PROGRAM MAGISTER PENDIDIKAN AGAMA ISLAM


FAKULTAS ILMU TARBIYAH DAN KEGURUAN
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI WALISONGO SEMARANG
2019
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Sebagaimana diketahui bahwa manusia adalah sebagai khalifah Allah di dunia ini. 1
Sebagai khalifah, manusia mendapat kuasa dan wewenang penuh untuk mengelola bumi ini
dengan sebaik-baiknya dengan bekal pendidikan, dan manusia memiliki potensi untuk
mengelolanya karena ia diberi beberapa keistimewaan diantaranya adalah akal fikiran.2

Meminjam istilah Mahfud Junaedi (2019) bahwa manusia itu dianugerahi oleh Tuhan nya
berupa akal fikiran “homo sapiens” yang dengannya manusia dapat memikirkan apa saja
kapanpun dan dimanapun tentang segala sesuatu yang realitas, baik berkaitan dengan alam
semesta, diri manusia dan juga Tuhan yang telah menciptakannya.3

Filsafat sebagai pandangan hidup yang berkaitan erat dengan nilai-nilai sesuatu yang
dianggapnya benar. Ketika masyarakat menjadikan filsafat sebagai pandangan hidup, maka
masyarakat berusaha untuk mewujudkan nilai-nilai tersebut dalam realitas kehidupan ini.
Filsafat Sebagai tolak ukur bagi nilai-nilai kebebnaran dan sebagai pandangan hidup
masyarakat maka memerlukan formulasi yang tepat salah satunya adalah lewat pendidikan.4
Pendidikan merupakan salah satu bidang ilmu, sama halnya dengan ilmu-ilmu lain.
Pendidikan lahir dari induknya yaitu filsafat, sejalan dengan proses perkembangan ilmu, ilmu
pendidikan juga lepas secara perlahan-lahan dari induknya. Pada awalnya pendidikan berada
bersama dengan filsafat, sebab filsafat tidak pernah bisa membebaskan diri dengan
pembentukan manusia. Filsafat diciptakan oleh manusia untuk kepentingan memahami
kedudukan manusia, pengembangan manusia, dan peningkatan hidup manusia.
Secara prinsip pendidikan memerlukan landasan yang berasal dari filsafat atau hal-hal
yang berkaitan dengan filsafat. Mengapa demikian? karena filsafat melahirkan pemikiran-
pemikiran yang teoritis tentang pendidikan dan dikatakan hubungan karena berbagai
pemikiran tentang pendidikan memerlukan bantuan penyelesaiaannya dari filsafat. Hakikat
Filsafat pendidikan Islam adalah sebagai hasil dari buah kajian yang berkarakter dan
bercirikan Islam, pada hakikatnya adalah konsep berpikir mengenai pendidikan yang

1 Lihat Surat 2 (Al Baqarah):hlm.30.; surat (Al An;am): hlm. 165.


2 Zuhairini, dkk, “Filsafat Pendidikan Islam” (Jakarta:Bumi Aksara,2008), hlm. 125.
3 Mahfud Junaedi, “Paradigma Baru filsafat Pendidikan Islam” , (Jakarta, 2019), hlm.2.
4 Mansur, “Tujuan dan Fungsi Filsafat Pendidikan Islam”(Jakarta: 2017). hlm.1.

1
bersumber pada ajaran Islam tentang hakikat kemampuan manusia untuk dapat dibina,
dibimbing dan dikembangkan menjadi manusia muslim yang seluruh pribadinya dijiwai
dengan nilai-nilai ajaran Islam.
Dengan latar belakang yang penulis telah sampaikan, penulis tertarik untuk
memperdalam pembahasan tentang hakikat filsafat Islam, filsafat Pendidikan Islam dan ruang
lingkupnya.

B. Rumusan Masalah

1. Bagaimana definisi filsafat, filsafat Islam dan filsafat pendidikan Islam ?


2. Bagaimana ruang lingkup filsafat pendidikan Islam ?
3. Bagaimana perbedaan filsafat Islam dan filsafat pendidikan Islam?

2
BAB II
PEMBAHASAN
A. Pengertian filsafat Islam dan filsafat pendidikan Islam
1. Pengertian Filsafat
Kata filsafat berasal dari bahasa Inggris dan bahasa Yunani. Dalam bahasa Inggris,
yaitu philosophy, sedangkan dalam bahasa Yunani philein atau philos dan sofein atau sophia.
Adapula yang mengatakan bahwa filsafat berasal dari bahasa Arab, yaitu falsafah, yang
artinya al-hikmah. Philos, artinya cinta, sedangkan Sophia, artinya kebiksanaan. Dengan
demikian, filsafat dapat diartikan “cinta kebijakszanaan atau al-hikmah”.5
Hal ini dipertegas oleh Abdul Halim Mahmud yang mengatakan, bahwa diantara para
filosof Islam yang mengatakan tentang arti filsafat adalah al-Farabi. Menurutnya, “kata
filsafat berasal dari bahasa Yunani yang kemudian menjadi bahasa arab”.6
Sedangkan secara terminologis, filsafat (Abuddin Nata 1997:3) adalah kegiatan
berfikir untuk mencari kebenaran segala sesuatu yang ada, baik abstrak maupun konkrit.
Pengertian filsafat menurut Harun Nasution adalah pengetahuan tentang hikmah dan
membahas dasar-dasar dari apa yang dibahas. Filsafat ialah berfikir menurut tata tertib
(logika) dengan bebas (tidak terikat) pada tradisi, dogma serta agama dan dengan sedalam-
dalamnya sehingga sampai kedasar-dasar persoalannya. Orang yang cinta kepada pengetahuan dan
kebenaran itu lazimnya disebut philosopher yang dalam bahasa Arab disebut failasuf.7

Para filosof yang lain juga memiliki pengertian yang pada hakikatnya sama antara
lain adalah sebagai berikut :
a. Plato: Pengetahuan yang berminat mencapai kebenaran asli (hakiki). Dia tidaklah lain daripada
pengetahuan tentang segala yang ada.8
b. Aristoteles : filsafat adalah ilmu pengetahuan yang bersifat untuk mencapai kebenaran yang asli,
menyelidiki dan asas segala benda.9
c. Kaint : pokok dan pangkal dari segala pengetahuan dan pekerjaan.
d. al-Farabi : mengatakan bahwa filsafat ialah mengetahui semua yang wujud karena ia
wujud. Filsafat al –Farabi sebenarnya merupakan campuran antara filsafat Aristoteles dan

5 Anas Salahuddin, Filsafat Pendidikan ( Bandung; Pustaka Setia, 2011), hlm. 11.
6 Ramayulis & Samsul Nizar, Filsafat Pendidikan Islam, (Jakarta; Kalam Mulia), 2011, hlm. 2.
7 Poerwantana,dkk. Seluk Beluk Filsafat Islam,(Bandung: PT Remaja Rosdakarya,1991), hlm.1.
8 Zuhairini, dkk, “Filsafat Pendidikan Islam”...hlm.4.
9 Zuhairini, dkk, “Filsafat Pendidikan Islam”...hlm.4.

3
Neo-Platonisme dengan pikiran keislaman yang jelas dan corak aliran syi’ah.10 Dan disini ia
memabagi lapangan filsafat menjadi dua :
1. Filsafat teori al falsafah al nadhariyah, mengetahui yang ada tanpa tuntutan untuk
mewujudkannya dalam amal. Lapangan ini meliputi ilmu matematika, ilmu fisika dan ilmu
metafisika.11
2. Filsafat praktek al falsafah al amaliyah, mengetahui sesuatu yang seharusnya diwujudkan
dengan amal, yang melahirkan tenaga untuk melakukan bagian-bagiannya yang baik. Amalan
yang mengenai individu disebut akhlak, yaitu perbuatan baik yang seharusnya dikerjakan
oleh setiap orang. Yang mengenai masyarakat, disebut al falsafah al madaniyah yaitu
tingkah laku perbuatan baik yang seharusnya dikerjakan oleh anggota masyarakat. 12
e. Ibnu Sina, juga membagi filsafat dalam dua bagian yaitu teori agama dan praktek, yang
keduanya berhubungan dengan agama, dimana dasarnya terdapat dalam syari’at Tuhan, yang
penjelasan dan kelengkapannya diperoleh dengan tenaga akal manusia.13
Bertolak dari devinisi yang bermacam-macam itu, maka Sidi Gazalba memberikan
kesimpulannya bahwa “ kita dapat berfilsafat tentang pengertian filsafat “.14 Hal ini tidak jauh
dari pendapat Joe Park, bahwa kata filsafat yang tersusun atas dua kata, yaitu philos yang
berarti gemar atau cinta dan sophos berarti bijaksana atau arif, sangat berfariasi baik dari segi
arti maupun ruang lingkup peraturannya. Plato yang digolongkan sebagai salah seorang
perintis filsafat Yunani misalnya, menggunakan pengertian philosophy itu dalam
keselurahan pembicaraan melalui bukunya yang berjudul republic. Dalam bukunya Plato
menggambarkan bahwa para filosof mereka yang mencari kebenaran mutlak, kekal dan yang
abadi.15
Al- Farabi berkata : failasuf adalah orang yang menjadikan seluruh kesungguhan dan
kehidupannya dan seluruh maksud dan umurnya mencari hikmah yaitu mema’rifati Allah
yang mengandung arti pengertian mema’rifati kabaikan. Al-Farabi dikenal sangat ahli
dibidang logika, filsafat politik, dan metafisika.16
Ibnu Sina mengatakan hikmah adalah mencari kesempurnaan diri manusia dengan
dapat menggambarkan segala urusan dan membenarkan segala hakikat baik yang bersifat
teori maupun praktik menurut kadar kemampuan manusia.

10 Mahfud Junaedi, “Paradigma Baru filsafat Pendidikan Islam” , ... hlm.61.


11 Zuhairini, dkk, “Filsafat Pendidikan Islam”...hlm.5.
12 Zuhairini, dkk, “Filsafat Pendidikan Islam”...hlm.5.
13 Zuhairini, dkk, “Filsafat Pendidikan Islam”...hlm.6
14 Sidi Gazalba, Sistematika Filsafat, (Jakarta: Bulan Bintang, 1967, cet.2), 15.
15 Zuhairini, dkk, “Filsafat Pendidikan Islam”...hlm.6
16 Mahfud Junaedi, “Paradigma Baru filsafat Pendidikan Islam” , ... hlm.60.

4
Dalam tafsirnya Muhammad Abduh mengatakan bahwa hikmah adalah ilmu yang
berhubungan dengan rahasia-rahasia yang kokoh dan rapi, dan bermanfaat dalam
menggerakkan amal pekerjaan. Dengan demikian hikmah yang diidentikkan dengan filsafat
adalah ilmu yang membahas hakikat sesuatu, baik ayang bersifat praktis yakni pengetahuan
yang harus diwujudkan dengan amal baik. Kata lain filsafat adalah hakikat dan hikmah, jadi
jika ada orang mengatakan apa hikamah dari semua ini ? artinya ia mencari latar belakang
dari suatu kejadian itu dengan kajian secara filsafati yaitu apa, bagaimana, dan mengapa itu
terjadi, atau dalam ilmu filsafat disebut ontology, epistemology dan aksiologi.
Dengan demikian, bila pakar menganggap filsafat bahwa ilmu tertua serta induk dari
segala ilmu adalah filsafat, maka dalam Al-Qur’an pun juga terkandung segala macam disipli
ilmu, dari ilmu-ilmu sosial sampai dengan ilmu estetika. Dengan istilah lain bahwa Al –
Qur’an merupakan sumber dari seluruh sumber pengetahuan.17
Dari sini sampailah pada pengertian filsafat Islam yang merupakan gabungan dari
filsafat dan Islam. Bahwa filsafat Islam adalah suatu ilmu yang dicelup ajaran Islam dalam
membahas hakikat kebenaran segala sesuatu.

2. Filsafat Pendidikan Islam


Ahmad D. Marimba, dalam buku klasiknya berjudul “Pengantar Filsafat Pendidikan
Idlam”, menyatakan bahwa filsafat pendidikan Islam terdiri dari kata Filsafat, Pendidikan,
dan Islam. Namun demikian, ketiganya tidak berdiri sendiri-sendiri, melainkan mempunyai
hubungan yang sangat erat menurut hukum DM (Diterangkan-Menerangkan). Ketiga kata itu
satu pengertian yang bulat dan tersendiri.
Menurut Muzayyin Arifin filsafat pendidikan Islam pada hakikatnya adalah konsep
berpikir tentang kependidikan yang bersumber atau berlandaskan pada ajaran agama Islam
tentang hakikat kemampuan manusia untuk dapat dibina dan dikembangkan serta dibimbing
menjadi manusia muslim yang seluruh pribadinya dijiwai oleh ajaran Islam. 18 Karena
pendidikan menyangkut problem manusia dengan kehidupannya yang berhubungan dengan
aktifitas pendidikan (pekerjaan mendidik), maka secara garis besarnya filsafat pendidikan
meliputi pemikiran mengenai bagaimana terhadap manusia, hubungan dengan lingkungan,
potensi yang dimilikinya, kemungkinan-kemungkinannya untuk di didik, dan sebagainya.

17 Mahfud Junaedi, “Paradigma Baru filsafat Pendidikan Islam” , ... hlm.30.


18 Toto Suharto, Filsafat Pendidikan Islam, (Jogjakarta; Ar-Ruzz, 2006) hlm.32.

5
Ada beberapa pengertian filsafat pendidikan, di antaranya sebagai berikut.
1. Filsafat pendidikan adalah pengetahuan yang menyelidiki substansi pelaksanaan
pendidikan yang berkaitan dengan tujuan, latar belakang, cara, hasil, dan haikikat ilmu
pendidikan yang berhubungan dengan analisis kritis terhadap struktur dan kegunaannya. 19
2. Menurut Munir Mulkhan filsafat pendidikan Islam adalah “suatu analisis atau pemikiran
rasional yang dilakukan secara kritis, radikal, sistematis, dan metodologis untuk memperoleh
pengetahuan mengenai hakikat pendidikan Islam.
3. ‘Abd Al-Rahman Shalih ‘Abdullah menawarkan agar “filsafat pendidikan Islam”
sebaiknya diganti saja menjadi “teori pendidikan Islam”. Jika demikian maka teori
pendidikan agama Islam ialah “The Islamic Theory of Education is fundamentally based upon
the Qur’anic concepts. In this theory the door is left open for concepts which come from
differen fields of knowlodge provided that they fit the Qur’anic perspective. All elements
which cannot be reconciled with Islamic principles should be excluded”. (Teori Pendidikan
Islam secara fundamental adalah berdasarkan konsep-konsep Al-Qur’an. Oleh karenanya,
dalam teori ini, pintu terbuka bagi konsep-konsep yang berasal dari bidang-bidang
pengetahuan lain yang berbeda dari bidang-bidang pengetahuan lain yang berbeda yang
memberikan dukungan terhadap perspektif al-Qur’an secara tepat. Sementara itu, semua
unsur yang tidak dapat didamaikan dengan prinsip-prinsip Islam harus ditinggalkan).20
Dalam bahasa Indonesia, istilah pendidikan berasal dari kata “didik” dengan
awalan pe dan akhiran an yang mengandung arti perbuatan. Istilah pendidikan semula berasal
dari bahasa Yunani yaitu paedagogie yang berarti bimbingan yang diberikan kepada anak.
Istilah ini kemudian diterjemahkan ke dalam bahasa Inggris dengan education yang berarti
pengembangan atau bimbingan. Dalam bahasa Arab istilah ini sering diterjemahkan dengan
tarbiyah yang berarti pendidikan.
Dalam perkembangannya istilah pendidikan berarti bimbingan atau pertolongan yang
diberikan dengan sengaja terhadap anak didik oleh orang yang dewasa agar ia menjadi
dewasa. Dalam perkembangan selanjutnya, pendidikan berarti usaha yang dijalankan oleh
seseorang atau sekelompok orang untuk mempengaruhi seseorang atau sekelompok orang
agar menjadi lebih dewasa atau mencapai tingkat hidup dan penghidupan yang lebih tinggi
dalam arti mental. Di dalam Undang-Undang Nomor 20 tahun 2003 tentang System
Pendidikan Nasional dijelaskan bahwa pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk
mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif

19 Redja Mudyahardjo, Filsafat Pendidikan Islam, (Bandung: Pustaka Setia, 2009), hlm. 14
20 Toto Suharto, Filsafat Pendidikan Islam,…,hal. 34

6
mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki kekuatan spitritual keagamaan,
pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan , akhlak mulia, serta ketrampilan yang diperlukan
dirinya untuk memimpin perkembangan potensi jasmani dan rohaninya kearah
kesempurnaan.21
Pengertian pendidikan dalam KBBI berarti perbuatan (hal, cara dan sebagainya)
mendidik. 22 Bila dilihat dari perspektif pendidikan Islam, pendidikan dapat diartikan sebagai upaya
menjadikan manusia sebagai khalifatullah fi-Ardh yang tetap dalam keadaan menghambakan diri
kepada Allah.
Hal ini terlihat pada definisi yang diberikan para ahli. Seperti Omar Muhammad al-Toumy al-
Syaebani, misalnya mengartikan pendidikan Islam sebagai usaha mengubah tingkah laku individu dalam
kehidupan pribadinya atau kehidupan kemasyarakatannya dan kehidupan dalam alam sekitarnya melalui
proses kependidikan, perubahan itu dilandasi dengan nilai-nilai Islam. Menurut al-Ghazali, sebagaimana
dikutip oleh Fathiyah Hasan Sulaiman, pendidikan Islam haruslah diarahkan kepada dua aspek, pertama,
Insan purna, yang bertujuan mendekatkan diri kepada Allah SWT., kedua, Insan Kamil yang bertujuan
mendapatkan kebahagiaan di dunia dan akhirat.23
Pendidikan dalam arti luas adalah segala pengalaman belajar yang dilalui peserta
didik dengan segala lingkungan dan sepanjang hayat. Pendidikan juga mengandung arti
mengajarkan segala sesuatu yang bermanfaat bagi kehidupan manusia baik terhadap aktivitas
jasmaninya, pikiran-pikirannya, maupun terhadap ketajaman dan kelembutan hati nuraninya.
Pengertian secara terminology pendidikan Islam meliputi “tarbiyah, ta’lim, ta’dib, al
riadlah”.
a. Tarbiyah
Musthofa Al-Maraghy memberikan pandangannya tarbiyah yaitu penciptaan, pembinaan dan
pengembangan jasmani peserta didik agar dapat dijadikan sebagai sarana bagi pengembangan
jiwa manusia dan kesempurnaannya melalui petunjuk wahyu ilahi. Berdasarkan pembagian
tersebut maka ruang lingkup tarbiyah mencakup berbagai kebutuhan manusia, baik jasmani
maupun rohani, kebutuhan dunia dan akhirat, serta kebutuhan terhadap kelestarian diri
sendiri, sesamanya, alam lingkungan dan relasinya dengan tuhan.
Al- Abrasy memberikan pengertian bahwa tarbiyah adalah mempersiapkan manusia supaya
hidup dengan sempurna dan bahagia. Mencintai tanah air, tegap jasmaninya, halus

21 Undang- undang Nomor 20 Tahun 2003.


22 KBBI, (Jakarta,2006), hlm. 23.
23 Fathiyah Hasan Sulaiman, Pendidikan Versi Al-Ghazali, terjemahan Fathur Rahmaan, (Bandung:
Al-Ma'arif, 1986), hlm.24.

7
perasaannya, mahir dalam pekerjaannya, manis tutur katanya baik dengan lisan maupun
tulisan.
b. Ta’lim
Menurut Rasyid Ridha adalah proses transmisi berbagai ilmu pengetahuan pada jiwa individu
tanpa adanya batasan dan ketentuan tertentu. Kemudian menurut Al- Maraghi pengajara
dilaksanakan bertahap, sebagimana terhadap Adam As. Mempelajari, menyaksikan dan
menganalisa asma-asma yang diajarkan oleh Allah kepadanya. Ini berarti bahwa ta’lim
mencakup aspek kognitif belaka, belum mencapai pada domain lainnya.
c. Ta’dib
Istilah ta’dib menurut kamus bahasa Arab “al-mu’jam al-wasith” biasa diterjemhkan dengan
“pelatihan atau pembiasaan”.24
d. Al-Riadhah
Al-Ghozali menawarkan istilah riadhah.25 Baginya riadhoh adalah proses pelatihan individu
pada masa kanak-kanak. Berdasarkan pengertian tersebut, Al-Ghazali hanya mengkhususkan
penggunaan radhah untuk fase kanak-kanak, sebab fase lain tidak tercakup di dalamnya.
Meminjam istilah Mahfud Junaidi (2019) dalam bukunya “Paradigma Baru Filsafat
pendidikan Islam” bahwa menurut imam al-Ghazali, sebagaimana dikutip oleh Fathiyah
Hasan Sulaiman, bahwa untuk dapat berhasil dalam menempuh pendidikannya, hendaknya
setiap murid memiliki sepuluh sifat mulia, yaitu:
1. Belajar dengan niat ibadah, dalam rangka taqarub ila- Allah.
2. Mengurangi kecenderungan pada kehidupan duniawi dibanding ukhrowi atau
sebaliknya.
3. Bersikap tawadhu’ atau rendah hati.
4. Menjaga pikiran dari berbagai pertentangan yang timbul dari berbagai aliran.
5. Mempelajari ilmu-ilmu yang terpuji, baik ilmu umum atau agama.
6. Belajar secara bertahap, memulai dari pelajaran yang mudah menuju pelajaran yang
sulit.
7. Memahami nilai-nilai ilmiah atas ilmu pengetahuan yang dipelajarinya.
8. Memprioritaskan ilmu diniyah sebelum mempelajari ilmu duniawi.
9. Menegnal kemanfaatan ilmu pengetahuan yang dipelajarinya.
10. Mempelajari suatu ilmu hingga tuntas, untuk kemudian melanjutkan ke ilmu
lainnya.26

24 Syauqi Dhaif, al Mu’jam al Wasitd, (Mesir: Maktabah Shurouq ad-Dauliyyah:2011), hlm.201.


25 Suteja, Pengantar Tasawuf Islam Teori dan Praktek,(Cirebon: CV Pangger: 2008), hlm.97.

8
Dalam Pandangan Filsafat Islam, sesuai dengan Al-Quran bahwa pada hakikatnya
manusia adalah kholifah Allah di alam semesta ini. Kholifah berarti kuasa atau wakil. 27
Sebagai kholifah, berarti manusia hidup di alam mendapat kuasa dari Allah untuk mewakili
dan sekaligus sebagai pelaksana dari peran dan fungsi Allah di alam, di antara peran dan
fungsi utamanya adalah sebagai “rabb al alam”, yaitu mendidik dalam arti mengarahkan
pertumbuhan dan perkembangan alam (termasuk manusia sebagai bagian dari alam). 28 Ini
adalah salah satu tugas hidup manusia sebagai kholifah, yang harus diemban dengan penuh
ketaatan dan penuh tanggung jawab (secara islami). Dengan demikian manusia sebagai
bagian dari alam, memiliki potensi untuk tumbuh dan berkembang bersama alam
lingkungannya. Tapi sebagai kholifah Allah, maka manusia mempunyai tugas untuk
memadukan pertumbuhan dan perkembangannya bersama dengan alam. Di anatara tugas
kekhalifahan, adalah mengembangkan potensi yang dimiliki manusia di alam, dalam
kehidupan nyata. Dalam mengembangkan potensinya tersebut, manusia diberi petunjuk oleh
Allah. Petunjuk tersebut berupa aturan-aturan atau batasan-batasan atau hukum-hukum yang
diciptakan oleh Allah baik yang tersurat dalam wahyu maupun yang tersirat di alam. Jadi
pendidikan dalam filsafat Islam berarti, mengembangkan potensi manusiawi di bawah
pengaruh hukuk-hukum Allah baik Al-Qur’an maupun sunnatullah.
Menurut Arifin (1984) filsafat Pendidikan Islam adalah konsep berfikir tentang
pendidikan yang bersumber atau berlandaskan ajaran-ajaran agama Islam tentang hakekat
kemampuan manusia untuk dapat dibina dan dikembangkan serta dibimbing menjadi manusia
muslim yang seluruh pribadinya dijiwai oleh ajaran Islam.
Atau istilah lain bahwa filsafat pendidikan Islam dapat diartikan tentang pandangan
filosofis dari sistem dan aliran filsafat dalam Islam terhadap masalah-masalah kependidikan
dan bagaimana pengaruhnya pertumbuhan dan perkembangan manusia muslim dan umat
Islam.29
Sedangkan As-syaibany (1979) secara jelas mengatakan filsafat pendikan Islam
adalah pelaksanaan pandangan filsafat dan kaidah filsafat dalam bidang pendidikan yang
diajarkan agama Islam.
Dari uraian diatas dapat diketahui bahwa Filsafat Pendidikan Islam merupakan
kajian secara filosofis, yakni berfikir secar mendalam, sistematis, radikal dan universal
mengenai berbagai masalah yang terdapat dalam kegiatan pendidikan seperti masalah

26 Mahfud Junaedi, Paradigma Baru Filsafat Pendidikan Islam, ...115.


27 Lihat Surat 2 (Al Baqarah):hlm.30.; surat (Al An;am): hlm. 165.
28 Zuhairini, dkk, “Filsafat Pendidikan Islam” ,...127.
29 Zuhairini, dkk, “Filsafat Pendidikan Islam” ,...128.

9
manusia (siswa), guru, kurikulum, metode, lingkungan, sarana dan lain-lain, yang dadasarkan
pada sumber ajaran islam. Dapat pula dikatakan bahwa filsafat pendidikan Islam merupakan
penggunaan dan penerapan dalam dunia kependidikan.30
Dari pembahasan panjang lebar diatas, dapat ditarik kesimpulan bahwa filsafat adalah
berfikir secara mendalam, sistematis, radikal, dan universal dalam rangka mencari kebenaran,
inti atau hakikat segala sesuatu yang ada. Kurangnya pemahaman tentang filsafat akan
menimbulkan sifat negative bai kpesimis, skeptic, apatis maupun menganggapnya dosa.
Pendidikan sebagai sarana mencetak manusia ideal, tentu memiliki banyak problem.
Filsafat membantu memecahkan masalah-masalah yang dihadapi pendidikan dengan filosofis
yang mendalam, sistematis, radikal dan universal.
Manusia sebagai “huudan lin nas” memiliki tata nilai tentang manusia ideal. Upaya
mencapai manusia ideal pendidikan dengan ajaran agama islam perlu adanya kajian filosofis.

B. Ruang lingkup Filsafat Pendidikan Islam


Secara umum pendidikan dapat diartikan sebagai usaha manusia untuk membina
kepribadiannya sesuai dengan nilai-nilai di dalam masyarakat dan kebudayaan.
Bagaimanapun sedarhananya peradaban manusia masyarakat, di dalamnya terjadi atau
berlangsung suatu proses pendidikan. Kualifikasi Islam untuk pendidikan memberikan
kejelasan bentuk konseptualnya. Pembentukan kepribadian yang dimaksud adalah sebagai
hasil pendidikan adalah kepribadian muslim, serta kemajuan masyarakat dan budaya yang
tidak menyimpang dari ajaran Islam.
Ruang lingkup pembahasan dalam Filsafat Pendidikan Islam dibagi menjadi 2 macam
dimensi, yaitu dimensi makro dan mikro.
1. Ruang lingkup dimensi makro
Ruang lingkup pembahasan filsafat pendidikan Islam pada dasarnya dapat dipetakan menurut
kerangka yang dibuat oleh George Thomas Whit Patric (1950). Dia membagi kepada dua
bagian, yaitu ruang lingkup pembahasan yang berdimensi makro, dan ruang lingkup
pembahasan yang berdimensi mikro. Yang pertama adalah berupa obyek utama dari filsafat
pada umumnya, yakni berkisar pada permasalahan ontology (suatu pemikiran tentang asal
usul kejadian alam, darimana dan ke arah mana proses kejadiannya). Dibahas pula mengenai
manusia sebagai salah satu elemen dari alam, epistemology (pemikiran tentang apa dan
bagaimana sumber pengetahuan manusia diperoleh), dan aksiologi (suatu pemikiran tentang

30 Zuhairini, dkk, “Filsafat Pendidikan Islam” ,...106.

10
masalah nilai-nilai termasuk nilai-nilai tinggi dari tuhan). Adapun yang kedua menyangkut
proses pendidikan yang meliputi : pendidikan, anak didik, dan alat-alat pendidikan.
Filsafat pendidikan Islam tentu saja harus memberikan perhatian besar terhadap dimensi
makro ruang lingkupnya. Sebab dari sanalah nantinya ditentukan sikap mendasar yang
bertitik tolak dari pandangan islam.
Al-Syaibany (1979) dalam pembahasan ini menghasilkan prinsip-prinsip yang menjadi dasar
pandangan Islam. Pada persoalan ontology. Al-Syaibany mengemukakan prinsip-prinsip yang
menjadi dasar pandangan islam terhadap alam semesta, yaitu :
a. Dia percaya bahwa pendidikan manusia, tingkah laku dan akhlaknya tidak hanya
terpengaruh oleh lingkungan sosial, tetapi juga lingkungan fisikal (elemen-elemen alam
semesta lain). Melalui interaksi ini manusia akan memperoleh pengetahuan.
b. Setiap wujud kealaman adalah selain Allah yang memiliki 2 aspek, yaitu materi dan ruh.
Asar pemikiran ini mengarahkan filsafat pendidikan Islam menyusun konsep alam nyata dan
alam ghaib.
c. Keteraturan gerak alam merupakan bukti bahwa alam ditata dalam satu tatanan yang
tunggal sebagai sunnatullah.
d. Bahwa alam ini merupakan sarana bagi manusia untuk meningkatkan kemampuan
dirinya. Alam bukanlah penghalang bagi kemajuan. Alam menghasilkan kebutuhan hidup
manusia yang harus dipergunakan dengan bijaksana dan tidak berlebih-lebihan.
e. Percaya bahwa alam bersifat baru (bukan qadim : dahulu) kata-kata sebagian filosuf
bahwa benda-benda itu tidak punah, tidak akan kembali ke tiada, dan tidak berasal dari tiada,
tidak dapat diterima, sebab bertentangan dengan akidah islam.
f. Akhirnya wajib diimani bahwa ada pencipta yang agung dari alam semesta ini, yaitu
Allah SWT, maha Esa dan tunggal dalam penciptaan, sempurna dan bersih dari segala
kekurangan.
Pengembangan lebih lanjut prinsip-prinsip yang berhubungan dengan manusia ini,
dikemukakan pada prinsip-prinsip yang berhubungan dengan masyarakat sebagai komunitas
manusia, sebagai berikut :
1. Pengetahuan adalah merupakan alat kemajuan bagi individu dan masyarakat. Berguna
untuk menyeimbangkan berpikir ilmiyah dan pengembangan teknologi. Karena pentingnya
itulah Islam memandang tinggi derajat ilmu dan sekaligus pemiliknya.
2. Pengetahuan terbentuk berdasasarkan kemampuan nalar manusia dengan bantuan
penginderaan. Sumber pengetahuan adalah wahyu dan nalar.

11
3. Pengetahuan yang paling utama adalah pengetahuan yang didasari oleh kaidah dapat
memberikan ketentraman batin. Sehubungan dengan itu maka pengetahuan yang bernilai
adalah pengetahuan yang dapat dimanfaatkan.
4. Mengimani bahwa pengetahuan hakiki adalah dimana terhadapnya keyakinan yang
tegas dan randah hati terhadap keagungan dan kekuasaan ilmu Allah.
Adapun prinsip-prinsip yang perlu ditegaskan diseputar persoalan aksiologi adalah
merupakan patokan-patokan nilai-nilai etika dalam Islam yang kemudian dikenal dengan
akhlak, yaitu :
a. Akhlak merupakan kebiasaan, dalam artian bahwa akhlak dapat dibentuk melalui
pembiasaan yang baik.
b. Akhlak dipengaruhi oleh faktor, tempat, kondisi masyarakat, system dan cita-cita.
Dengan demikian akhlak tidak selalu terpelihara dari pengaruh buruk.
c. Akhlak harus sesuai dengan fitrah dan akhlak sehat manusia.
d. Akhlak mempunyai tujuan akhir yang sama dengan tujuan akhir agama islam yaitu
mencapai kebahagiaan hidup didunia dan di akhirat.
e. Akhlak merupakan cerminan lahiriyah pengalaman sejarah islam.
f. Akhlak berintikan tanggung jawab terhadap amanah Allah yang keabsahannya dinilai
dari tingkat kemanapun untuk mengaplikasikan hubungan baik antara sesama manusia dan
lingkungannya berdasarkan tuntutan Islam. Akhlak merupakan tujuan akhir dari sikap hidup
yang diinginkan.
2. Ruang lingkup dimensi mikro
Dimensi mikro merupakan pemikiran filosofis kependidikan yang menyangkut proses
pendidikan dikaitkan dengan faktor-faktor pendidikan yaitu pendidik, anak didik, dan sarana
pendidikan (baik bersifat meteril maupun non materil). Tujuan filsafat pendidikan Islam
terhadap ruang lingkup makro ini agar diketahui dengan jelas bagaimana paradigma Islam
mengenai hal itu.
Dalam membahas ruang lingkup mikro ini, hasan Langgulung mengemukakan prinsip-prinsip
pendidikan yang patut menjadi dasar menjadi dasar pendidikan Islam, yaitu :
a. Pendidikan Islam merupakan usaha pengembangan seluruh aspek pribadi untuk menata
hidupnya sehingga berguna bagi masyarakat.
b. Islam mengenai konsep pendidikan seumur hidup. Konsep ini meliputi pendidikan
formal dan non formal, yang keduanya haruslah mengutamakan pada subjek didik kearah
kemajuan disegala bidang kehidupan.

12
c. Pendidikan Islam dalam pengertiannya yang luas harus berinteraksi dengan konsep-
konsep ilmu pengetahuan sosial, ekonomi dan budaya, sehingga merupakan jalinan kerja
sama yang komlementer.
d. Pendidikan Islam bukanlah sekedar pelajaran Islam, melainkan meliputi kebutuhan
pengalaman yang menghendaki segala sesuatu disekolah, dengan dipandu oleh spiritual
Islam.
Dari penjabaran ruang lingkup pembahasan Filsafat Pendidikan Islam baik yang
berdimensi makro maupun mikro diharapkan memberikan pengaruh yang kuat terhadap
dasar pandangan filsafat pendidikan Islam itu sendiri sehingga filsafat pendidikan Islam dapat
dibedakan dengan filsafat pendidikan lainnya. Dan selanjutnya dapat dirasakan fungsiannya
sebagai landasan bagi pelaksanaan system pendidikan Islam yang kedalamannya mencakup
tujuan yang akan dicapai, meteri yang akan diberikan metode yang digunakan, cara-cara
penilaian, pengatministrasian, dan faktor-faktor lain yang menyangkut masalah-masalah
pendidika. Termasuk juga pada perhatiannya terhadap pokok-pokok pikiran para pemikir
Islam tentang pendidikan seperti ihwan al-shofa, ibnu shina, al-Ghozali, Muhammad Abduh,
Rasyid Ridha, dan lain-lain.
Dapat disimpulkan bahwa filsafat pendidikan Islam sebagai sebuah disiplin keilmuan
dalam kawasan ilmu pendidikan Islam adalah system kefilsafatan yang bernuansa Islam
mengenai pendidikan. Identitas Islam yang bernuansa tauhid itu tidaklah eksklusif, melainkan
bersifat fleksibel dan terbuka. Kedua sifat ini hendaknya dipertahankan untuk secara selektif
membuka diri terhadap perkembnagan baru (mutakhir) dalam filsafat pendidikan umum.
Pokok-pokok bahasan dalam filsafat pendidikan Islam secara garis besar dapat
dikelompokkan kepada dua yaitu pokok-pokok bahasan yang berdimensi makro, meliputi
pembahasan tiga persoalan besar kefilsafatan yakni ontology, epistemology dan aksiologi.
Yang kedua adalah pokok-pokok bahasan yang berdimensi mikro, yaitu pemikiran filsuf
kependidikan yang menyangkut proses pendidikan yang meliputi pendidik, anak didik, dan
alat-alat pendidikan.31 Yang kedua ini lebih pada upaya penerapan filsafat pendidikan Islam
dalam rangka penyusunan konsep-konsep pendidikan Islam yang akan diaplikasikan pada
dataran praktis.
Mengingat filsafat pendidikan Islam adalah filsafat tentang pendidikan yang tidak
dibatasi oleh lingkungan kelembagaan Islam saja atau ilmu pengetahuan dan pengalaman
ke-Islam-an semata, melainkan menjangkau segala ilmu dan pengalaman yang seluas-

31 Zuhairini, dkk, “Filsafat Pendidikan Islam” ,...128.

13
luasnya, maka pandangan dasar yang dijadikan titik tolak studinya adalah ilmu pengetahuan
teoritis dan praktis dalam segala bidang keilmuan yang berkaitan dengan masalah
kependidikan yang ada dan yang akan ada dalam masyarakat yang berkembang terus tanpa
mengalami kemandegan.

C. Perbedaan Filsafat Islam dan Filsafat Pendidikan Islam


Pakar filsafat ”Herbert” mendefinisikan filsafat sebagai suatu pekerjaan yang timbul
dari pemikiran. Menurut Sidi Gazalba yang dikutip oleh Abuddin Nata mengatakan bahwa
filsafat adalah berfikir secara mendalam, sistematik, radikal dan universal dalam rangka
mencari kebenaran, inti atau hakekat mengenai segala sesuatu yang ada.
Beberapa ciri-ciri pokok filsafat:
1. Berfikir dengan menggunakan akal, sehingga filsafat adalah kegiatan berfikir.
2. Adanya unsur tujuan yang ingin dicapai melalui berfikir tersebut, yaitu mencari hakekat
atau mencari inti segala sesuatu.
Ciri yang terdapat dalam berfikir tersebut, yaitu:
a. Mendalam: tidak hanya sekedar berfikir, melainkan berfikir serius, sungguh-sungguh dan
tidak berhenti sebelum dapat dipecahkan.
b. Sistematik: adanya aturan-aturan tertentu yang secara khusus dijelaskan dalam ilmu
logika ( mantiq).
c. Radikal: menukik sampai kepada inti akar persoalan.
d. Universal: tidak di khususkan untuk suatu golongan atau kelompok tertentu, tetapi
menembus batas-batas etnis, geografis, kultural dan yang lainnya.32
Fungsi filsafat diantaranya adalah menetapkan nilai, menetapkan tujuan, menentukan
arah dan menuntun pada jalan baru. Cakupan filsafat Islam tidak jauh berbeda dengan objek
filsafat lain, hanya dalam proses pencarian itu filsafat Islam telah diwarnai oleh nilai-nilai
yang Islami. Kebebasan pola pikirannya pun digantungkan nilai etis yakni sebuah
ketergantungan yang didasarkan pada kebenaran ajaran Islam.
Filsafat dengan pendidikan memiliki kaitan erat yang tak dapat dipisahkan, karena
kajian filsafat pendidikan harus menorah kembali pada hakekat manusia sebagai makhluk
ciptaan Tuhan. Pernyatann yang mengarah kepada pemikiran filsafat pendidikan yang
menurut Jacques Maritain yang dikutip kembali oleh Jalaludin (1996) berawal dari :
1. siapakah kita?

32 Sidi Gazalba, Sistematika Filsafat,...18.

14
2. dimana kita?
3. dan kemana kita akan pergi?
Ketiga pertanyaan yang sederhana itu dihubungkan dengan fungsi dan hakekat manusia
sebagai makhluk ciptaan Tuhan. Dan kiranya arti inilah yang mendorong para filosof
mengarah pandangan mereka pada kosep agama. Dengan demikian menjadi jelas filosof
pendidikan adalah seseorang yang digunakan gaya filsafat dalam bidang pendidikan. Ia juga
memiliki pandangan pendidikan yang jelas dan sejumlah prinsip serta keyakinan yang
mempunyai nilai pelaksanaan dalam bidang pendidikan.
Filsafat pendidikan Islam merupakan studi tentang pandangan filosofis dari system dan
aliran filsafat dalam Islam terhadap masalah-masalah kependidikan dan bagaimana
pengaruhnya terhadap pertumbuhan dan perkembangan umat Islam. Filsafat pendidikan Islam
juga merupakan studi tentang penggunaan dan penerapan metode dan system filsafat Islam
dalam memecahkan masalah pendidikan umat Islam, dan selanjutnya memberikan arah dan
tujuan yang jelas terhadap pelaksanaan pendidikan umat Islam.33
Sebagai hasil buah pikiran yang bercorakkan khas Islam, filsafat pendidikan islam
pada hakekatnya adalah konsep berfikir tentang kependidikan yang bersumberkan atau
berlandaskan ajaran agama Islam tentang hakekat kemanapun manusia untuk dapat dibina
dan dikembangkan serta dibimbing menjadi manusia muslim yang seluruh pribadinya dijiwai
oleh ajaran Islam.
Filsafat adalah sebagai suatu pekerjaan yang timbul dari pemikiran. Sedangkan filsafat
pendidikan adalah pelaksanaan pandangan filsafat dan kaidah filsafat dalam bidang
pendidikan. Filsafat tersebut mencerminkan satu segi pelaksanaan prinsip-prinsip dan
kepercayaan yang menjadi dasar dari filasafat Islam dalam menyelesaikan masalah
pendidikan secara praktis. Bahwa filsafat pendidikan Islam banyak berperan dalam
memberikan alternatif pemecahan berbagai masalah yang dihadapi oleh pendidikan Islam,
dan memberikan pengarahan terhadap perkembangan pendidikan Islam.
a. filsafat pendidikan Islam menunjukkan problema yang dihadapi oleh pendidikan Islam,
sebagai hasil dari pemikiran yang mendalam, dan berusaha untuk memahami duduk
masalahnya. Dengan analisa filsafat, maka filsfaat pendidikan Islam bisa menunjukan
alternative-alternatif pemecahan masalah tersebut, yang mana yang paling efektif maka
dilaksanakan alternative tersebut dalam praktik kependidikan.

33 M Arifin, Ilmu Pendidikan Islam, (Bandung: Pustaka Setia, 2009), hlm. 30.

15
b. Filsafat pendidikan Islam memberikan pandangan tertentu tentang manusia (perspektif
islam). Pandangan tentang hakekat manusia tersebut berkaitan dengan tujuan hidup manusia
dan sekaligus juga merupakan tujuan pendidikan menurut Islam. Filsafat pendidikan berperan
untuk menjabarkan tujuan umum pendidikan Islam tersebut dalam bentuk-bentuk tujuan
khusus yang operasional. Dan tujuan yang operasional ini berperan untuk mengarahkan
secara nyata gerak dan aktifitas untuk pelaksanaan pendidikan.
c. Filsafat pendidikan Islam dengan analisisnya terhadap hakekat hidup dan kehidupan
manusia, berkesimpulan bahwa manusia mempunyai potensi pembawaan yang harus
ditumbuhkan dan diperkembangkan. Filsafat pendidikan Islam menunjukkan bahwa potensi
pembawaan manusia tidak lain adalah sifat-sifat Tuhan atau asma al husna, dan dalam
mengembangkan sifat-sifat Tuhan tersebut di kehidupan nyata, tidak boleh mengarah kepada
menodai dan merendahkan nama dan sifat Tuhan tersebut. Hal ini akan memberikan petunjuk
pembinaan kurikulum yang sesuai dengan peraturan lingkungan yang diperlukan. Filsafat
pendidikan Islam dalam analisanya terhadap masalah terhadap masalah pendidikan Islam
masa kini yang dihadapinya, akan dapat memberikan informasi apakah proses pendidikan
Islam yang berjalan selama ini mampu mencapai tujuan pendidikan Islam yang ideal atau
tidak. Dapat merumuskan dimana letak kelemahannya dan dengan demikian bisa
memberikan solusi perbaikan dan perkembangannya.
Dengan demikian peranan filsafat pendidikan Islam menuju kedua arah:
1. arah perkembangan konsep-konsep filosofis dan pendidikan Islam yang secara
otomatis akan menghasilkan teori-teori baru dalam ilmu pendidikan Islam.
2. arah perbaikan dan pembaharuan praktek dan pelaksanaan pendidikan Islam.
Hubungan fungsional antara filsafat dan teori pendidikan secara rinci dapat
diuraikan sebagai berikut:
a. Filsafat, dalam arti analisa filsafat adalah merupakan salah satu cara pendekatan yang
digunakan oleh para ahli pendidikan dalam memecahkan masalah pendidikan dan menyusun
teori-teori pendidikannya, disamping itu menggunakan metode-metode ilmiah lainnya,
sementara out dengan filsafat idealism, realism, patrealisme, dan sebagainya, akan mewarnai
pula pandangan ahli pendidikan tersebut dalam teori-teori pendidikan yang dikembangkan
atas dasar aliran filsafat tersebut. Dengan kata lain, teori-teori dan pandangan-pandangan
filsafat pendidikan yang dikembangkan oleh seorang filosof tentu berdasarkan dan bercorak
serta diwarnai oleh pandangan dan aliran filsafat yang dianutnya.
b. Filsafat juga berfungsi memberikan arah agar teori kehidupan yang telah dikembangkan
oleh para ahlinya, yang berdasarkan dan menurut pandangan dan aliran filsafat tertentu,

16
mempunyai relefansi dengan kehidupan nyata. Artinya mengarahkan agar teori-teori dan
pandangan filsafat pendidikan yang telah dikembangkan tersebut bisa diterapkan dalam
praktek kependidikan sesuai dengan kenyataan dan kebutuhan hidup yang juga berkembang
dalam masyarakat. Disamping itu, adalah merupakan kenyataan bahwa setiap masyarakat
hidup dengan pandangan filsafat hidupnya sendiri-sendiri yang berbeda antara satu dengan
yang lainnya, dan dengan sendirinya akan menyangkut kebutuhan-kebutuhan hidupnya.
Disinilah letak fungsi filsafat dan filsafat pendidikan dalam memilih dan mengarahkan teori-
teori pendidikan dan kalau perlu juga merevisi teori pendidikan tersebut, yang sesuai dan
relevan dengan kebutuhan, tujuan dan pandangan hidup dari masyarakat.
c. Filsafat termasuk juga filsafat pendidikan, juga mempunyai fungsi untuk memberikan
petunjuk dan arah dalam pengembangan teori-teori pendidikan menjadi ilmu pendidikan atau
pedagogik. Suatu praktek kependidikan yang didasarkan dan diarahkan oleh suatu filsafat
pendidikan tertentu, akan menghasilkan dan menimbulkan bentuk-bentuk dari gejala-gejala
pendidikan yang tertentu pula.34
Disamping hubungan fungsional tersebut, antara filsafat dan teori pendidikan juga
terdapat hubungan yang bersifat suplementer, sebagaimana dikemukakan oleh Ali Syaifullah
dalam bukunya “ Antara Filsafat dan Pendidikan”, sebagai berikut:
“ Filsafat pendidikan sebagai suatu lapangan studi mengarahkan pusat perhatiannya
dan memusatkan kegiatannya pada dua fungsi tugas normative ilmiah”, yaitu:
1. Kegiatan merumuskan dasar-dasar, dan tujuan-tujuan pendidikan, konsep tentang
hakekat manusia, serta konsepsi hakekat dan segi-segi pendidikan serta isi moral
pendidikannya.
2. Kegiatan merumuskan system atau teori pendidikan (science of education) yang meliputi
politik pendidikan, kepemimpinan pendidikan atau organisasi kependidikan, metodologi
pendidikan dan pengajaran , termasuk pola-pola akulturasi dan peranan pendidikan dalam
pembangunan masyarakat dan Negara.

34 Zuhairini, dkk, “Filsafat Pendidikan Islam” ,...16.

17
BAB III
KESIMPULAN

 Filsafat adalah “ berfikir sesuai dengan (logika) bebas (tidak terikat pada tradisi,
dogma serta agama) secara mendalam sampai ke dasar persoalannya.
 Pendidikan Islam merupakan arahan, bimbingan yang diberikan oleh seseorang
kepada seseorang supaya ia berkembang dengan maksimal sesuia ajaran islam.
 Filsafat Pendidikan Islam merupakan kajian secara filosofis, yaitu berfikir secara
mendalam, sistematis, radikal, dan universal mengenai berbagai masalah yang
terdapat dalam kegiatan pendidikan. Seperti masalah manusia (siswa), guru,
kurikulum, metode, lingkungan, sarana dan lain-lain, yang bersumberkan ajaran
islam.
 Ruang lingkup filsafat pendidikan terbagi menjadi dua, yaitu mikro dan makro.
Makro meliputi: (ontology, epistemology, dan aksiologi). Mikro meliputi :
(pendidik, anak didik, dan alat-alat pendidikan).
 Filsafat merupakan suatu pekerjaan yang timbul dari pemikiran. Sedangkan filsafat
pendidikan adalah pelaksanaan pandangan filsafat dan kaidah filsafat dalam bidang
pendidikan. Filsafat tersebut mencerminkan satu segi pelaksanaan prinsip-prinsip
dan kepercayaan yang menjadi dasar dari filsafat islam dalam menyelesaikan
masalah pendidikan secara praktis.

18
DAFTAR PUSTAKA

Abdul Aziz.2009. Fildafat Pendidikan Islam, Sebuah Gagasan Membangun Pendidikan


Islam, Yogyakarta : TERAS.

Anas Salahuddin,.2011.Filsafat Pendidikan. Bandung; Pustaka Setia.

Fathiyah Hasan Sulaiman. 1986. Pendidikan Versi Al-Ghazali, terjemahan Fathur Rahmaan,
Bandung: Al-Ma'arif.

KBBI. 2006. Jakarta.

Mahfud Junaedi. 2019. Paradigma Baru filsafat Pendidikan Islam. Jakarta: Prenada media
Grup.

Mansur. 2006. Tujuan dan Fungsi Filsafat Pendidikan Islam. Bandung: Al-Ma'arif.

M Arifin. 2009. Ilmu Pendidikan Islam, Bandung: Pustaka Setia.


Mustofa. 1997. Filsafat Islam, Bandung: Pustaka Setia,
Poerwantana,dkk. 1991.Seluk Beluk Filsafat Islam. Bandung: PT Remaja Rosdakarya.

Ramayulis & Samsul Nizar. 2011.Filsafat Pendidikan Islam. Jakarta; Kalam Mulia.

Redja Mudyahardjo. 2009. Filsafat Pendidikan Islam. Bandung: Pustaka Setia.

Sidi Gazalba. 1967. Sistematika Filsafat. Jakarta: Bulan Bintang, , cet.2.

Suteja. 2008. Pengantar Tasawuf Islam Teori dan Praktek. Cirebon: CV Pangger,, cet. 2.

Syauqi Dhaif.2011. al Mu’jam al Wasitd. Mesir: Maktabah Shurouq ad-Dauliyyah.

Toto Suharto. 2006. Filsafat Pendidikan Islam. Jogjakarta; Ar-Ruzz.

Undang- undang Nomor 20 Tahun 2003.

Zuhairini, dkk. 2008. Filsafat Pendidikan Islam. Jakarta:Bumi Aksara.

19

Anda mungkin juga menyukai