ISLAM
Filsafat Islam
Disusun Oleh :
Jariyah
Dosen Pengampu :
Dr. Muhamad, MA
FAKULTAS TARBIYAH
Berfikir merupakan hal yang selalu dilakukan oleh manusia, dan berpikir
pula merupakan keistimewaan yang diberikan oleh Allah swt kepada kita
manusia. Akal yang diberikan oleh-Nya merupakan suatu pembeda antara kita
dengan makhluk lainnya. Para ilmuan-ilmuan yang terkemuka memberikan
definisi tentang ilmu Filsafat namun masing-masing definisi mereka berbeda akan
tetapi tidak bertentangan, bahkan saling mengisi dan saling melengkapi dan
terdapat kesamaan yang saling mempertalikan semua definisi itu. Filsafat
merupakan suatu upaya berfikir yang jelas dan terang tentang seluruh kenyataan,
filsafat dapat mendorong pikiran kita untuk meraih kebenaran yang dapat
membawa manusia kepada pemahaman, dan pemahaman membawa manusia
kepada tindakan yang lebih layak.
Filsafat memiliki ruang lingkup, dalam hal ini objek kajian atau ruang
lingkup Filsafat Islam dalam tema besar adalah Tuhan, alam, manusia dan
kebudayaan. Pembahasan yang cukup luas ini dapat dijabarkan menjadi hal hal
yang lebih spesifik sesuai dengan perkembangan zaman. Dengan demikian,
perkembangan sejarah dengan pemikiran kefilsafatan setiap pemikir pada zaman
zaman yang berbeda mempunyai pandangan masing masing.
A. Ruang Lingkup
1. Harus sistematis. Hal ini memiliki arti bahwa cara berpikir yang harus
diterapkan adalah pemikiran yang rasional dan logis terhadap segala hal
yang dihadapi. Bagaimanapun permasalahannya, harus dipandang dengan
logis agar mudah diterima dan masuk akal. Pemikiran harus terkonsep
secara sistematis agar dapat terarah dengan mudah. Sehingga dapat
melihat segala hal dengan saling berhubungan.
2. Segala sesuatu harus dipikir dengan radikal. Hal ini memiliki arti bahwa
pemahaman dan pembahasan suatu permasalahan harus tuntas hingga ke
akar-akarnya. Mengapa? Supaya tidak ada kesalah pahaman yang terjadi,
dan menimbulkan perbedaan pandangan.
3. Memilikki ruang lingkup pemikiran yang universal. Hal ini memiliki arti
bahwa segala persoalan atau permasalahan yang dipikirkan diihat secara
menyeluruh dari berbagai sudut pandang. Sehingga dapat merencanakan
kehidupan di masa mendatang dengan lebih mudah dan jelas. Meskipun
rencana dapat berbeda dengan eksekusi.
4. Bersifat spekulatif. Hal ini memiliki arti bahwa setiap pemikiran yang
dilakukan tidak harus didasari dengan bukti-bukti pendukung yang nyata
atau sesuai dengan ilmu alam, melainkan harus mengandung nilai yang
objektif. Hal ini dikarenakan setiap permasalahan merupakan apa yang
terjadi sebenarnya dalam dunia nyata.
Filsafat dapat dikenal dengan ilmu yang butuh pemahaman lebih dalam
agar dapat mengerti apa yang dibahas. Sehingga dalam proses belajar ilmu
filsafat harus dipahami dengan benar dan sesuai dengan nilai-nilai yang dianut
dalam agama.
Objek kajian dalam filsafat islam terbagi menjadi dua objek yaitu objek
materi dan objek formal filsafat.
1. Objek Materi, Yang dimaksud objek materi adalah hal atau bahan yang
akan diselidiki yang menjadi sasaran penyelidik, objek materi dalam
filsafat islam ini ialah menyelidiki semua yang ada yaitu menelaah tentang
hakikat Tuhan, hakikat Alam dan hakikat Manusia.
2. Objek Formal, Objek formal dalam filsafat islam ialah usaha mencari
keterangan secara radikal tentang objek materi filsafat. Karena filsafat
islam membahas hakikat semua yang ada sejak dari tahapan ontologis,
epistimologis, aksiologis, estetika, etika, logika, metafisika dan bidang
keilmuan lainnya.
1. Kajian Historis.
Dilihat dari aspek sejarah, kelahiran filsafat Islam dilator belakangi oleh
adanya usaha penerjemahannaskah-naskah ilmu filsafat ke dalam bahasa Arab
yang telah dilakukan sejak masa Klasik Islam. Usaha ini melahirkan sejumlah
filsuf besar muslim. Dunia Islam belahan timur yang berpusat di Baghdag,
Irak lebih dahulu melahirkan filsuf muslim daripada dunia Islam belahan barat
yang berpusat di Cordoba, Spanyol. Memperkuat pernyataan di atas, Ahmad
Salabidan Louis Ma’lul menguraikan bahwa sejarah kebudayaan Islam
mencatat, ilmu filsafat tidak diketahui oleh orang-orang Islam, kecuali setelah
masa daulah Abbasiah pertama 9132-232 H / 750-847M). ilmu ini kedunia
islam melalui penerjemahan dari buku-buku filsafat yunani yang telah tersebar
di daerah-daerah laut putih seperti ; Iskandaria, Anhakiah, dan Harran.
Terlebih pada masa Al-makmunyang dikenal sangat tertarik pada
kemerdekaan berfikir, yang berkuasa antara 198-218 H/ 813 – 833M) dan
mengadakan hubungan kenegaraan dengan raja-raja Romawi, Bizantium yang
beribu kota di Konstatinopel, yang juga dikenal kota “Al-Hikmah”, pusat ilmu
Filsafat. Dari kota ini, buku-buku filsafat diperoleh dan diterjemahkan
sekalipun dari bahasa suryani. Kegiatan penerjemah ini disertai pula dengan
urain dan penjelasan seperlunya. Para cendekiawan ketike itu berusaha
memasukkan filsafat Yunani sebagai bagian dari metodologi dalam
menjelaskan Islam, terutama akidah untuk melihat perlunya persesuaian antara
wahyu dan akal.
Tentu saja, aktifitas para filusuf muslim di atas bersentuhan dengan
penafsiran Alquran. Al-kindi,misalnya, yang dikenal sebagai bapak filusuf
muslim, berpendapat bahwa untuk memahami Alquran dengan benar, isinya
harus ditafsirkan secara rasional bahkan filosofis. Al-kindi berpendapat bahwa
Alquran mengandung ayat-ayat yang mengajak manusia untuk merenungkan
peristiwa-peristiwa alam dan menyingkapkan makna yang lebih dalam dibalik
tenggelamnya matahari, berkembang menyusutnya bulan, pasang surutnya air
laut dan seterusnya. Ajakan ini seruan untuk berfilsafat seperti halnya Al-
kindi, Ibnu Rusyd pun berpendapat demikian. Lebih jauh, Ibnu Rusyd
mengatakan bahwa tujuan berfilsat adalah memperoleh pengetahuan yang
benar dan berbuat benar. Dalam hal ini, filsafat sesuai dengan agama sebab
tujuan agama pun tidak lain adalah menjamin pengetahuan yang benar bagi
umat manusia dan menunjukan jalan yang benar bagi kehidupan praktis.
2. Kajian Doktrin.
Dari pemaparan diatas dapat disimpulkan bahwa filsafat adalah suatu studi
atau cara berfikir yang dilakukan secara reflektif atau mendalam untuk
menyelidiki fenomena-fenomena yang terjadi dalam kehidupan dengan
menggunakan alasan yang diperoleh dari pemikiran kritis yang penuh dengan
kehati-hatian. Filsafat didalami tidak dengan melakukan eksperimen-eksperimen,
tetapi dengan menggunakan pemikiran yang mendalam untuk mengungkapkan
masalah secara persis, mencari solusi dengan memberi argumen dan alasan yang
tepat.
Bakhtiar, Amsal, 2005. Filsafat Ilmu. Cet, II; Jakarta: Pt. Rajawali Pers,
https://www.nesabamedia.com/pengertian-filsafat-islam/
https://www.kompasiana.com/syahrilarifin/5d130e52097f36489b767b82/filsafat-
dalam-islam
https://hafidzdosen.wordpress.com/2013/12/06/kosonggg/