Anda di halaman 1dari 6

1.

Pengertian filsafat pendidikan islam

Filsafat pendidikan Islam terbentuk dari perkataan filsafat, Pendidikan dan Islam.
Penambahan kata Islam di akhir itu untuk membedakan filsafat pendidikan Islam dari pengertian
filsafat pendidikan secara umum. Dengan demikian filsafat pendidikan islam mempunyai
pengertian secara khusus yang ada kaitannya dengan ajaran Islam.

Menurut Omar Muhammad al-Toumy al-Syaibany, melihat falsafah pendidikan adalah


pelaksanaan pandangan falsafah dan kaidah falsafah dalam pengalaman manusia yang disebut
pendidikan (al-Syaibany, 1979). Secara rinci dikemukakan bahwa falsafah pendidikan
merupakan usaha untuk mencari konsep-konsep di antara gejala yang bermacam-macam meliputi
: (1) proses pendidikan sebagai rancangan yang terpadu dan menyeluruh; (2) menjelaskan
berbagai makna yang mendasar tentang segala istilah pendidikan; dan (3) pokok-pokok yang
menjadi dasar dari konsep pendidikan dalam kaitannya dengan bidang kehidupan manusia (al-
Syaibany, 1973).

Selanjutnya banyak pakar yang mendefinisikan Filsafat Pendidikan Islam,

1. Omar Mohamad al-Toumy al-Syaibany, menurutnya bahwa filsafat pendidikan Islam


tidak lain ialah pelaksanaan pandangan filsafat dan kaidah filsafat dalam bidang
pendidikan yang didasarkan pada ajaran Islam.1

Ia juga menyebutkan penjelasannya dalam bukunya Falsafah Pendidikan Islam yang


mengarah kepada pengertian Filsafat Pendidikan Islam seperti dalam kutipan berikut : “Jika kita
telah membicarakan tentang kepentingan pembinaan falsafah pendidikan secara umum, kita tidak
menentukan jenis falsafah yang harus menonjol pada falsafah itu. Judul atau bab yang kita
bincangkan tentang sifat-sifat falsafah dan apa yang disebut bagi falsafah ini tentang sumber-
sumber, unsur-unsur, dan syarat-syarat dari dan apa yang akan kita sebut tentang prinsip-prinsip,
kepercayaan-kepercayaan, andaian-andaian dan premis yang menjadi asas falsafah ini, yaitu

1
Abudin Nata, Filsafat Pendidikan Islam, Jakarta; Logos Wacana Ilmu, 1997. Hal. 14
falsafah pendidikan yang berasal dari prinsip-prinsip dan ruh Islam. Itulah Falsafah Islam untuk
pendidikan, atau disebut filsafat pendidikan Islam” 2
Abudin Nata menyimpulkan bahwa filsafat pendidikan Islam itu merupakan suatu kajian
secara filosofis mengenai berbagai masalah yang terdapat dalam kegiatan pendidikan yang
didasarkan pada al-Qur’an dan hadis sebagai sumber primer, dan pendapat para ahli, khususnya
para filosof muslim , sebagai sumber sekunder. Selain itu filsafat pendidikan Islam dapat
dikatakan suatu upaya menggunakan jasa filosofis, yakni berfikir secara mendalam, sistematik,
radikal, dan universal tentang masalah-masalah pendidikan, seperti masalah manusia (anak
didik), guru, kurikulum, metode, lingkungan dengan menggunakan al-Qur’an dan al-Hadis
sebagai dasar acuannya. Dengan demikian, filsafat pendidikan Islam secara singkat dapat
dikatakan adalah filsafat pendidikan yang berdasarkan ajaran Islam atau filsafat pendidikan yang
dijiwai oleh ajaran Islam, jadi ia bukan filsafat yang bercorak liberal, bebas tanpa batas etika
sebagaimana dijumpai dalam pemikiran filsafat pada umumnya.3
2. Jalaludin dalam bukunya Filsafat Pendidikan Islam, menyebutkan bahwa Filsafat
Pendidikan Islam itu merupakan hasil pemikiran para filosof berdasarkan sumber yang
berasal dari wahyu Ilahi, sedangkan falsafah pendidikan lainnya berasal dari hasil
renungan (pemikiran) yang didasarkan atas kemampuan rasio. Hasil pemikiran yang
bersumber dari wahyu bagaimanapun memiliki kebenaran yang mutlak, tidak tergantung
pada kondisi ruang dan waktu. Sebaliknya hasil pemikiran berdasarkan rasio, sangat
tergantung kepada kondisi ruang dan waktu.
Kajian Falsafat pendidikan Islam beranjak dari kajian falsafat pendidikan yang termuat
dalam al-Qur’an dan hadis yang telah diterapkan oleh nabi Muhammad SAW selama hanya
beliau, baik selama periode Makkah maupun selama Periode Madinah. Falsafat Pendidikan Islam
yang lahir bersamaan dengan turunnya wahyu pertama itu telah meletakkan dasar kajian kokoh,
mendasar, menyeluruh serta terarah ke suatu tujuan yang jelas, yaitu sesuai dengan tujuan ajaran
islam itu sendiri.4
4. M. Arifin dalam pendahuluan buku Filsafat Pendidikan Islam menyebutkan bahwa
Filsafat Pendidikan Islam berarti memasuki arena pemikiran yang mendasar, sistematis,
2
Omar Mohammad al-Toumy al-Syaibany, alih bahasa oleh Hasan Langgulung, Falsafah
Pendidikan Islam; Jakarta: Bulan Bintang, 1979. Hal.37
3
Abudin Nata, Filsafat Pendidikan Islam; Jakarta: Logos Wacana Ilmu, 1997. Hal. 15.
4
Jalaludin & Usman Said, Filsafat Pendidikan Islam: Konsep dan Perkembangan
pemikirannya; Jakarta: RajaGrafindo Persada, 1994. Hal. 3-4
logis dan menyeluruh (universal) tentang pendidikan, yang tidak hanya dilatarbelakangi
oleh ilmu pengetahuan Agama Islam saja, melainkan menuntut kepada kita untuk
mempelajari ilmu-ilmu lain yang relevan.
Selanjutnya M. Arifin menyebutkan tentang sebuah pemikiran bercorakkan khas Islam,
Filsafat Pendidikan Islam pada hakikatnya adalah konsep berfikir tentang kependidikan yang
bersumberkan atau berlandaskan ajaran agama Islam tentang hakekat kemampuan manusia untuk
dapat dibina dan dikembangkan serta dibimbing menjadi manusia muslim yang seluruh
pribadinya dijiwai oleh ajaran Islam, serta mengapa manusia harus dibina menjadi hamba Alloh
yang berkepribadian demikian. 5
Dalam bukunya Filsafat Pendidikan Islam, Ia menyebutkan bahwa suatu falsafah yang
hanya membicarakan masalah yang menyangkut bagaimana system pendidikan agama islam
berlangsung dan dilangsungkan di dalam Negara yang berdasarkan Islam di Negara di mana
Islam diajarkan atau dididikkan di dalam lembaga-lembaga pendidikan yang ada dan
berkembang di Negara tersebut. Oleh karena bila hanya demikian sudah bisa dikatakan sebagai
filsafat pendidikan Islam.

Falsafah Pendidikan Islam yang kita kehendaki adalah suatu pemikiran yang serba
mendalam, mendasar, sistematis, terpadu dan logis, menyeluruh serta universal yang tertuang
atau tersusun ke dalam suatu bentuk pemikiran atau konsepsi sebagai suatu system.

Filsafat Pendidikan Islam adalah falsafah tentang pendidikan yang tidak dibatasi oleh
lingkungan kelembagaan Islam saja atau oleh ilmu pengetahuan dan pengalaman keislaman
semata-mata, melainkan menjangkau segala ilmu dan pengalaman yang luas seluas aspirasi
masyarakat muslim, maka pandangan dasar yang dijadikan titik tolak studinya adalah ilmu
pengetahuan teoritis dan praktis dalam segala bidang keilmuan yang berkaitan dengan masalah
kependidikan yang ada dan yang aka nada dalam masyarakat yang berkembang terus tanpa
mengalami kemandegan.

5
M.Arifin, Filsafat Pendidikan Islam; Jakarta: Bumi Aksara: 1996. Hal. Xi..
Dengan demikian, yang lebih tepat dalam melakukan studi tentang Filsafat Pendidikan
Islam ini adalah bila keduanya dapat terpenuhi yakni segi ilmiah dapat dibenarkan dan dari segi
diniyah dapat dipertanggung jawabkan.6
Dari penjelasan dan paparan pengertian Filsafat pendidikan Islam yang telah disebutkan
oleh para pakar di atas, dapat disimpulkan bahwa Filsafat Pendidikan Islam adalah suatu kajian
secara filosofis yakni berfikir secara mendalam, sistematik, radikal, dan universal tentang
masalah-masalah pendidikan, seperti masalah manusia (anak didik), guru, kurikulum, metode,
lingkungan , hakekat kemampuan manusia untuk dapat dibina dan dikembangkan serta
dibimbing menjadi manusia muslim yang seluruh pribadinya dijiwai oleh ajaran Islam, serta
mengapa manusia harus dibina menjadi hamba Alloh yang berkepribadian demikian yang
didasarkan pada al-Qur’an dan hadis sebagai sumber primer, dan pendapat para ahli, khususnya
para filosof muslim , sebagai sumber sekunder.

Dengan begitu, kita dapat menyimpulkan apa sebenarnya yang dimaksud dengan filsafat
pendidikan islam itu dan dapat dikemukakan sebagai berikut:

a. Pemikiran-pemikiran yang dijadikan landasan atau asas pendidikan, berdasarkan norma-


norma islam menuju terbentuknya kepribadian islami.
b. Pemikiran-pemikiran yang diperlukan guna memberikan penjelasan-penjelasan
2. Kedudukan Filsafat Pendidikan Islam

Kedudukan Filsafat Pendidikan Islam dalam Islam dan Pendidikan Islam adalah sebagai
alat atau sarana untuk memahami, dan untuk menyelasaikan permasalahan pendidikan Islam
dengan mendasarkan atas keterkaitan hubungan antara teori dan praktek pendidikan. Karena
pendidikan akan mampu berkembang bilamana benar-benar terlibat dalam dinamika kehidupan
masyarakat.

Antara pendidikan dan masyarakat selalu terjadi interaksi (saling mempengaruhi) atau
saling mengembangkan, sehingga satu sama lain dapat mendorong perkembangan untuk
mengokohkan posisi dan fungsi serta idealistas kehidupannya. Ia memerlukan landasan ideal dan

6
M. Arifin, Filsafat Pendidikan Islam : Jakarta; Bumi Aksara, 1996. Hal. 27-31
rasional yang memberikan pandangan mendasar, menyeluruh dan sistematis tentang hakekat
yang ada di balik masalah pendidikan yang dihadapi.

Dengan demikian filsafat pendidikan menyumbangkan analisanya kepada ilmu


pendidikan Islam tentang hakekat masalah yang nyata dan rasional yang mengandung nilai-nilai
dasar yang dijadikan landasan atau petunjuk dalam proses pendidikan. 7
Dalam masyarakat yang sedang mengalami perubahan seperti abad 21 ini, kegunaan
fungsional dari Filsafat Pendidikan Islam adalah semakin penting, karena filsafat menjadi
landasan strategi dan kompas jalannya pendidikan Islam. Kemungkinan-kemungkinan yang
menyimpang dari tujuan pendidikan Islam akan dapat diperkecil dan sebaliknya kemampuan dan
kedayagunaan pendidikan Islam dapat lebih dimantapkan dan diperbesar karena gangguan,
hambatan serta rintangan yang bersifat Mental/spiritual serta teknis operasional akan dapat
diatasi atau disingkirkan dengan lebih mudah.8

3. Sumber-sumber Filsafat Pendidikan Islam.

Dalam pengertian Filsafat Pendidikan Islam yang disebut di atas disebutkan bahwa
filsafat ini didasarkan pada al-Qur’an dan hadis sebagai sumber primer, dan pendapat para ahli,
khususnya para filosof muslim , sebagai sumber sekunder. Maka dari sini kita tahu bahwa
sumber-sumber Filsafat Pendidikan Islam itu ada dua, yaitu 1. Sumber Primer yaitu al-Qur’an
dan al-Hadis, 2. Sumber Sekunder yaitu pendapat para filosof muslim.

Al-Syaibany disebutkan oleh Jalaludin dalam bukunya Filsafat Pendidikan Islam bahwa
Dasar dan tujuan Falsafat pendidikan Islam pada hakikatnya identik dengan dasar dan tujuan
ajaran Islam atau tepatnya, yaitu al-Qur’an dan hadis. Dari kedua sumber ini kemudian timbul
pemikiran-pemikiran mengenai masalah-masalah keislaman dalam berbagai aspek, termasuk
falsafat pendidikan. Dengan demikian hasil pemikiran para ulama’ seperti qiyas syar’I dan ijma’
sebagai sumber sekunder (al-Syaibany, 1973), pada dasarnya berasal dari kedua sumber pokok

7
M. Arifin, Ilmu Pendidikan Islam Suatu tinjauan teoritis dan Praktis Berdasarkan
Pendekatan Interdisipliner; Jakarta: Bumi Aksara, 1993. Hal. 44
8
M. Arifin, Filsafat Pendidikan Islam, Jakarta; Bumi Aksara, 1996. Hal. Xii.
tadi (al-Qur’an dan hadis).9 Dalam paparan ini sumber sekundernya adalah Hasil pemikiran
ulama’ seperti qiyas syar’I dan Ijma’ bukan lagi pemikiran filosof muslim..
Al-Qur’an menganut faham integralistik dalam bidang ilmu pengetahuan. Seluruh ilmu
yang bersumber dari alam raya (ilmu-ilmu fisika, sains), tingkah laku manusia (ilmu-ilmu
social), wahyu atau ilham (ilmu agama, tasawuf, filsafat) adalah bersumber dari Alloh. Hal lain
yang juga amat mendasar adalah bahwa al-Qur’an amat menekankan pentingnya hubungan yang
harmonis antara ilmu dan iman. Ilmu tanpa iman akan tersesat, dan iman tanpa ilmu tidak akan
berdaya

Al-Qur’an menaruh perhatian yang besar terhadap masalah pendidikan dan pengajaran.
Seperti pemuatan istilah-istilah yang digunakan oleh pendidikan seperti kata tarbiyah, ta’lim,
iqra;, hingga ada kesimpulan bahwa al-Qur’an adalah kitab pendidikan.

Adapun Hadis atau al-Sunnah menjadi sumber kedua dalam filsafat pendidikan Islam
karena Nabi Muhammad Shalla Alloh ‘alaihi wa sallam telah memberikan perhatian amat besar
terhadap pendidikan, dan mencaangkan pendidikan sepanjang hidup (long life education),
sampai ia mewajibkan mencari ilmu. Dan Ia diutus ke bumi ini untuk menjadi pengajar,
menyempurnakan aklah mulia dan mengajak menyembah Allah semata.

Adapun sumber sekunder itu belum dioptimalkan. Banyak pendapat ulama’ yang tertulis
dalam kitab klasik. Sumber ini untuk pengembangan filsafat pendidikan Islam. Namun demikian
secara subtansial pendapat para filosof muslim pun masih dapat dipersoalkan,yaitu jika sesuatu
dijadikan sebagai sumber, maka sumber itu harus permanen, constant, dan tidak diperselisihkan
keberadaannya. Sedang filsafat dari manapun ia berasal atau disampaikan tetap memiliki sifat-
sifat kekurangan dan kelemahan yang menyebabkan kedudukannya sebagai sumber dapat
dipermasalahkan.10

9
Jalaludin & Usman Said, Filsafat Pendidikan Islam: Konsep dan Perkembangan
pemikirannya; Jakarta: Raja Grafindo Persada, 1994. Hal. 19.
10
Abudin Nata, Filsafat Pendidikan Islam; Jakarta; Logos Wacana Ilmu, 1997. Hal. 13-15

Anda mungkin juga menyukai