ISLAM LENGKAP
Oleh :
BUKHARI
NIM. 2020530879
PROGRAM PASCASARJANA
INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI LHOKSEUMAWE (IAIN)
LHOKSEUMAWE
1442 H/2020 M
DAFTAR ISI
i
4. Strategi Dakwah Nabi SAW Sebagai Pemimpin Agama ............. 25
5. Posisi Nabi Muhammad sebagai kepala Negara ........................... 28
ii
3. Perkembangan Islam di Masa Bani Umayyah .............................. 72
4. Tokoh-Tokoh Bani Umayyah ....................................................... 74
iii
7. Jumlah Kitab, Bab dan Hadist dalam al-Muwaththa’ ............................127
8. Guru Imam Malik dalam Penyusunan al-Muwaththa’ ..........................127
9. Metode Kodifikasi Hadits Versi Imam Malik .......................................128
10. Sistematika Imam Malik dalam Penulisan al-Muwaththa’ ....................130
11. Kedudukan al-Muwaththa’ dalam Kutubu’l Ahâdîts .............................132
12. Imam Malik dan Syubhât Sekitar al-Muwaththa’ ..................................133
13. Penerimaan Hadits Mursal ....................................................................135
14. Khâtimah ..............................................................................................135
iv
O. Pembaharuan dalam Islam Suatu Perbandingan antar Mesir,
India dan Turki ..................................................................................166
1. Aliran Pembaharuan Barat ............................................................167
2. Aliran Pembaharuan Islam ............................................................174
3. Aliran Pembaharuan Nasionalisme ...............................................177
v
T. Islam di Nusantara ............................................................................231
1. Teori Masuknya Islam di Indonesia ..............................................231
2. Cara-cara Islamisasi di Indonesia .................................................233
3. Perkembangan Islam di Nusantara ...............................................235
vi
A. Sejarah dan Peradaban
1. Pengertian Sejarah
Secara etimologi asal kata sejarah ada yang mengatakan berasal dari kata
Arab syajarah artinya pohon, atau biasa disebut tarikh atau ilmu tarikh, yang
mempunyai arti ketentuan masa atau waktu. Tarikh juga bermakna perhitungan
tahun seperti perhitungan hijriah, tahun sebelum masehi atau sesudah masehi.
Sedang dalam bahasa inggrisnya disebut history yang berarti uraian secara tertib
tentang kejadian-kejadian masa lampau.1
Secara terminologis sejarah berarti peristiwa yang benar-benar terjadi pada
individu dan masyarakat di masa lampau dan sekarang. Menurut Ibnu Khaldun
sejarah adalah menunjuk pada peristiwa-peristiwa istimewa atau pentng pada
waktu atau ras tertentu. Sedang menurut E. Bernheim, sejarah adalah ilmu
pengetahuan yang menyelediki dan menceritakan fakta-fakta suatu peristiwa
dalam waktu temporer yang berhubungan dengan perkembangan umat manusia
dalam aktifitas mereka baik individu maupun kolektif sebagai makhluk sosial dan
berhubungan dengan sebab akibat.
Ada banyak pengertian yang dipaparkan oleh para ahli berkenaan dengan
makna sejarah. Berikut dipaparkan beberapa diantaranya:
a. Ibn Khaldun mendefinisikan sejarah sebagai “catatan tentang masyarakat
umat manusia atau peradaban dunia, tentang perubahan-perubahan yang
terjadi pad watak masyarakat seperti kelahiran, kerahmatan,dan solidaritas
golongan; tentang revolusi dan pemberontakan oleh segolongan rakyat
melawan golongan lain, tentang sebab-sebab timbulnya kerajaan-kerajan
dan negara dengan berbagai tingkatan kegiatan dan kedudukan orang,
berbagai macam ilmu pengetahuan dan pertukangan, dan pada umum nya
tentang segala macam perubahan yang terjadi dalam masyarakat karena
sifatdinamisnya.
1Badri Yatim, Historiografi islam,cet. Ke-1 (jakarta: Logos Wacana Ilmu, 1997), h. 1-2
1
2
Dari beberapa pengertian di atas dapat diambil kesimpulan bahwa sejarah
adalah ilmu pengetahuan yang mengungkap, menyelidiki dan memberikan fakta-
fakta peristiwa penting masa lampau yang berhubungan dengan adanya sebab
akibat.3
2. Pengertian Peradaban
Peradaban adalah terjemahan dari kata Arab “hadlarah” dan bahasa
inggris “Civilization”. Menurut ahli antropologi bahwa kedua istilah tersebut
adalah manifestasi dari kebudayaan yang dituangkan dalam bentuk politik,
ekonomi dan teknologi. Jadi peradaban adalah hasil karya cipta rasa dan karsa
umat manusia pada suatu daerah atau negara yang lengkap dengan sistem
pemerintahannya.4
2Muhammad In’am Esha, Percikan Filsafat Sejarah dan Peradaban Islam, (Malang: UIN-
Maliki Press, 2011), h. 11-13
3Fatikhah, Sejarah Perdaban Islam, (pekalongan:STAIN pekalongan press,2011), h 2
4Ibid., h 3
3
3. Pengertian Islam
Islam menurut bahasa adalah menyerahkan diri kepada Yang Maha Kuasa,
sejahtera, tenteram, damai, dan bahagia, maka orang islam adalah orang yang
benar-benar menyerahkan diri kepada Allah Yang Maha Kuasa dalam melakukan
hal-hal positif dan meninggalkan hal-hal negatif sesuai dengan peraturan yang
dikeluarkan Allah SWT.
Menurut terminologi, Islam adalah agama yang diturunkan oleh Allah
SWT melalui utusanNya Nabi Muhammad SAW yang ajaran-ajarannya terdapat
dalam kitab suci Al-Qur’an dan Sunnah untuk dijadikan pedoman bagi umat
7 Fatikhah.,Op.Cit,h. 4
8 Azyumari Azra, Pendidikan Islam, (Jakarta: Kalimah, 2001), cet. Ke-3, h. VII
9 Zuhairini dkk., Sejarah Pendidikan Islam, (Jakarta: Bumi Aksara: 1992), cet. Ke-3, h.1
5
perjalanan hidup manusia yang pada akhirnya akan menghadapi fase akhir
kehidupan setelah meninggalkan generasi-generasi yang berkesinambungan.
Dalam bahasa Inggris sejarah disebut history, yang berarti “pengalaman
masa lampau dari umat manusia “the past experience of mankind.10 Pengertian
selanjutnya memberikan makna sejarah sebagai catatan yang berhubungan dengan
kejadian-kejadian masa silam yang diabadikan dalam laporan-laporan tertulis dan
dalam ruang lingkup yang luas. Kemudian sebagai cabang ilmu pengetahuan
sejarah mengungkap peristiwa-peristiwa masa silam, baik peristiwa social, politik,
ekonomi, maupun agama dan budaya dari suatu bangsa, negara ataupun dunia.
Pendidikan adalah sebuah konsep yang cukup komplek ketika kita
mendefinisiknnya, hingga cukup banyak arti dari kata pendidikan ini. Namun
demikian, pada dasarnya semua akan bermuara pada satu makna yang hampir
sama, yaitu pendidikan merupakan suatu proses penyiapan generasai muda untuk
menjalankan kehidupan dan memenuhi tujuan hidupnya secara lebih efektif dan
efisien.11 Jadi pendidikan lebih mencakup pada penanaman nilai dan pembentukan
kepribadian, bukan hanya sebatas transfer ilmu yang spesifik. Pendidikan secara
umum didefinisikan menjadi dua macam, pertama pendidikan sebagai proses
pewarisan penerusan atau enkulturasi dan sosialisasi perilaku sosial dan individual
yang telah menjadi model anutan masyarakat secara baku. Dalam pengertian ini
pendidikan berarti proses pembudayaan atau untuk menanamkan nilai tertentu
kepada anak didik baik dalam keluarga sekolah maupun
masyarakat. Kedua pendidikan sebagai upaya fasilitatif yang memungkinkan
terciptanya situasi atau lingkungan dimana potensi-potensi dasar anak dapat
berkembang sesuai dengan tuntutan perkembangan zaman. Pendidikan juga
diartikan sebagai latihan mental, moral dan fisik yang menghasilkan manusia
berbudaya tinggi untuk melaksanakan kewajiban dan tanggung jawab dalam
masyarakat selaku khalifah Allah SWT.
Pengertian pendidikan secara umum, yang kemudian di hubungkan dengan
Islam, maka muncullah sebuah pengertian dan pemahaman yang baru. M.
10 Samsul Minur Amin, Sejarah Peradaban Islam, (Jakarta: Amzah: 2010), cet. Ke-2, h. 1
11 Zuhairini dkk., op. cit. h. 1
6
13 Ibid., h. 5
14 Zuhairini dkk., op. cit., h. 2-3
8
Artinya : Sesungguhnya telah ada pada (diri) Rasulullah itu suri teladan
yang baik bagimu (yaitu) bagi orang yang mengharap (rahmat) Allah dan
(kedatangan) hari kiamat dan Dia banyak menyebut Allah. (QS.Al-Ahzab
33: 21)
1. Guna Intrinsik
Guna intrinsik, yakni kegunaan dari dalam yang nampak terkait dengan
keilmuan dan pembinaan profesi kesejarahan. Guna intrinsik sejarah adalah
sebagai berikut :
b. Sejarah sebagai ilmu
c. Sejarah sebagai cara mengetahui masa lampau
d. Sejarah sebagai pernyataan pendapat.
e. Sejarah sebagai profesi.
2. Guna Ekstrinsik.
Guna ekstrinsik terkait dengan proses penanaman nilai dan proses
pendidikan. Guna Ekstrinsik meliputi :
a. Sejarah sebagai pendidikan moral.
b. Sejarah sebagai pendidikan penalaran.
c. Sejarah sebagai pendidikan politik.
d. Sejarah sebagai pendidikan kebijakan.
e. Sejarah sebagai pendidikan perubahan.
f. Sejarah sebagai pendidikan masa depan.
g. Sejarah sebagai pendidikan keindahan.
h. Sejarah sebagai ilmu bantu
12
Pada waktu lahir Nabi Muhammad SAW dalam keadaan yatim karena
ayahnya Abdullah meninggal dunia ketika masih dalam kandungan. Nabi
Muhammad kemudian diserahkan kepada ibu pengasuh, Halimah Sa’diyyah.
Dalam asuhannyalah Nabi Muhammad SAW dibesarkan sampai usia empat tahun.
Setelah kurang lebih dua tahun berada dalam asuhan ibu kandungnya. Ketika usia
enam tahun Nabi Muhammad SAW menjadi yatim piatu.
19 Khoiriyah, Reorintasi Wawasan Sejarah Islam Dari Arab Sebelum Islam Hingga
Dinasti-dinasti Islam, (Yogyakarta: Teras, 2012), h. 31-32.
14
namanya, karena itu sejak muda dia sudah dijuluki al-amin, orang yang
terpercaya.20
Ketiga, aspek Hukum, Nabi memahami aspek hukum sangat urgen dan
signifikan kaitannya dengan stabilitas suatu bangsa, karena itulah Nabi tidak
pernah membedakan "orang atas", "orang bawah" atau terhadap keluarga sendiri
20 Badri Yatim, Sejarah Peradaban Islam Dirasah Islamiah II, (Jakarta: Logos Wacana
Ilmu, 1997) h.17
21 Didin Saepudin, Sejarah Peradaban Islam, (Jakarta: UIN Press, 2007), h. 19
15
Nabi sangat tegas dalam menegakan hukum dalam kehidupan bermasyarakat dan
bernegara di Madinah, artinya tidak ada seorangpun kebal hukum. Prinsip
konsisten legal [hukum] harus ditegakkan tanpa pandang bulu, sehingga
supermasi dan kepastian hukum benar-benar dirasakan semua anggota
masyarakat.22
22http://sanaky.com/wp-content/uploads/2009/02/05-peradaban-islam-masa-nabi1.
didownload pada hari selasa 25 Maret 2014 pukul 13.12 WIB
23 Ali Sodiqin Sejarah Peradaban Islam (Dari Masa Klasik Hingga Modern),
(Yogyakarta: LESFI, 2009), h. 24
24 Ali Sodiqin, Sejarah Peradaban Islam ..., h. 25-26
16
Allah. Untuk mengawali dakwah Rasulullah SAW ada berbagai metode dakwah
yang dilakukan oleh beliau diantaranya:
a. Mengesakan Allah
b. Mensucikan dan membersihkan jiwa dan hati
c. Menguatkan barisan
d. Meleburkan kepentingan diri di atas kepentingan jamaah.26
5. Dakwah terang-terangan
Langkah dakwah selanjutnya menyeru masyrakat secara umum. Nabi
menyerukan kepada bangsawan dan seluruh masyarakat Qurais. Pada awalnya
Nabi hanya menyeru pada penduduk Mekkah dan dilanjutkan menyeru pada
penduduk diluar Mekkah secara terangterangan. Rasulullah gencar
mempublikasikan agar orang masuk Islam, kemudian pada masa itu beliau
mengajak segenap umat Islam untuk melaksanakan ibadah haji. Dilain waktu,
acara jamuan tersebut diadakan kembali. Kali ini para tamu undangan mulai
mendengarkan perkataan Rasulullah namun tak satupun dari mereka yang
25 Badri Yatim, Sejarah Peradaban Islam, (Jakarta, PT. Raja Grafindo, 2001), h. 19
26 Hasjmy, Sejarah Kebudayaan Islam, (Jakarta: Bulan Bintang, 1997), h. 63
17
meresponnya secara positif. Hal tersebut tidak membuat Rasulullah dan para
sahabatnya patah arah, tetapi membuat Rasulullah dan para sahabatnya semangat
dan dakwahnya semakin diperluas hingga suatu ketika.
a. Mendirikan masjid
Masjid disamping untuk tempat beribadah juga untuk tempat berkumpul
dan bertemu. Masjid berperan besar dalam menyatukan umat muslimin dari
berbagai suku dan mempersatukan jiwa mereka serta tempat bermusyawarah
dalam merundingkan persoalan yang dihadapi. Pada masa Nabi masjid dijadikan
pusat pemerintahan.
31 Harun Nasution, Islam Ditinjau Dari Berbagai Aspeknya Jilid II, (Jakarta: UI Press,
2012), h. 4-6.
32 Tahia al-Ismail, Sejarah Ringkas Muhammad Saw, Perjuangan Peribadatannya
Mengembangkan Risalah Tauhid (Cet II: Jakarta; PT Rajagrapindo Persada, 1996) h.2
21
Dan berkata Leonardo : "kalau di atas bumi ini ada orang yang benar-
benar mesdat tentang Allah, kalau di atas bumi ini ada orang yang berlaku ikhlas
ikhlasnya dan meninggal di dalam berkhidmat atas tujuan yang mulia, dan dengan
dorongan yang besar, maka sesungguhnya orang itu adalah Muhammad. Tanpa
ragu lagi, ibu Nabi dari bangsa Arab". Wah dalam ensiklopedia Britania
"Sesungguhnya Muhammad mempunyai salah satu yang pernah diserpa oleh
orang dari rasul agama di seluruh zaman".
Wahai Rasulullah, dulu saya punya anak perempuan, suatu hari saya
meminta pada ibunya untuk didandani sebab saya akan membawanya pada
pamannya. Istriku yang malang tahu apa arti hal ini tetapi tidak dapat berbuat
apa-apa kecuali patuh dan menangis. Ia mendandani anak perempuan itu yang
sangat gembira karena akan bertemu dengan pamannya. Saya membawanya
kebibir sumur dan menyuruhnya untuk melihat kedalam. Saat dia sedang
melongok kesumur, saya tendang dia masuk kedalamnya. Saat ia melayang jatuh
dia berteriak: ayah..ayah…36
Nabi Muhammad ikut untuk pertama kali dalam kafilah dagang Syiria
(Syam) dalam usia baru 12 tahun dimana kafilah itu dipimpin langsung oleh Abu
Thalib pamannya. Dalam perjalanan ini, di Busrah, sebelah selatan Syiria, ia
bertemu dengan seorang pendeta Kristen bernama Buhairah. Pendeta itu melihat
tanda-tanda kenabian pada Muhammad sesuai dengan petunjuk-petunjuk cerita
Kristen. Sebagian sumber menceritakan bahwa Pendeta itu menasehatkan Abu
Thalib agar jangan terlalu jauh memasuki daerah Syiria, sebab dikhawatirkan
orang-orang Yahudi yang mengetahui tanda-tanda tersebut akan berbuat jahat
kepadanya.39 Cerita ini dikuatkan oleh Martin Lings dalam bukunya
bertajuk Muhammad; Kisah Hidup Nabi Berdasarkan Sumber Klasik. Pada
halaman 43 sampai 45, Martin Lings yang memiliki nama lain Abu Bakar Siraj al-
38 Ibid, h.4
39 Badri Yatim, Sejarah Peradaban Islam Dirasah Islamiyah II (Jakarta;PT Raja Grapindo
Persada,2010) Cet,22. h. 17.
24
Din ini telah berhasil dengan baik menjelaskan perihal tanda-tanda kenabian
Muhammad.
40 Abdurrahman ‘Azam, op.cit,h.12.
41 Ibid, h 22
25
Bahwa mereka faham benar bahwa senjata cemooh sangat ampuh untuk
melawan dakwah daripada penekanan dan penyiksaan, sehingga mereka tidak
akan bisa melupakan cemoohan itu. Maka mereka takut, mereka bahkan
bertambah congkak. Seorang diantara mereka berkata dan mengejek ; “Hai orang-
orang Quraisyh, tahukah anda sekalian apa itu pohon Zakum yang disebut
Muhammad untuk menakut-nakuti kalian? Zakum itu sebenarnya ialah sejenis
kurma Yastrib yang jelek terdapat di Zubdi”.
Pada saat Allah SWT menurunkan wahyu pertama kali pada Muhammad
SAW di gua hira, maka dengan demikian Allah telah mendeklarasikan beliau
sebagai seorang Nabi dan Rasul bagi kaumnya.
٣ َو َربَّكَ فَ َكب ِّۡر٢ قُمۡ فَأَن ِذ ۡر١ ٰيَٓأَيُّهَا ۡٱل ُم َّدثِّ ُر
dihadapan nabi sendiri. Dengan dakwah secara diam-diam ini, belasan orang telah
memeluk agama Islam.44
Dengan usahanya yang gigih hasil yang diharapkan mulai terlihat. Jumlah
pengikut nabi yang tadinya hanya belasan orang, makin hari makin bertambah.
Mereka terutama terdiri dari kaum wanita, budak, pekerja, dan orang-orang yang
tidak punya. Meskipun kebanyakan mereka orang-orang yang lemah, namun
semangat mereka sungguh membaja.45
Sebagai pembuat hukum sebagaimana firman Allah dalam Surat An-Nisa ayat
105:
ِ ¬ٱل َم ۡعر
ُوف ۡ ¬ِ¬ل يَ¬ ۡ¬أ ُم ُرهُم ب
ِ ¬ي ٱلَّ ِذي يَ ِج¬ دُونَ ۥهُ َم ۡكتُوبً¬¬ا ِعن ¬ َدهُمۡ فِي ٱلتَّ ۡو َر ٰى¬ ِة َوٱإۡل ِ ن ِجي َّ ي ٱأۡل ُ ِّم
َّ َِّس¬و َل ٱلنَّب
ُ ¬ون ٱلر ¬َ ¬ٱلَّ ِذينَ يَتَّبِ ُع
ۚۡص َرهُمۡ َوٱأۡل َ ۡغ ٰلَ¬ َل ٱلَّتِي َك¬¬ان َۡت َعلَ ۡي ِهم ۡ ِض ُع ع َۡنهُمۡ إ َ َث َوي َ ِت َويُ َحرِّ ُم َعلَ ۡي ِه ُم ۡٱل َخ ٰبَٓئ
ِ ََويَ ۡنهَ ٰىهُمۡ َع ِن ۡٱل ُمن َك ِر َويُ ِحلُّ لَهُ ُم ٱلطَّيِّ ٰب
ٓ
١٥٧ َنز َل َم َع ٓۥهُ أُوْ ٰلَئِكَ هُ ُم ۡٱل ُم ۡفلِحُون ِ يأ
ُ ٓ ُوا ٱل ُّنو َر ٱلَّ ِذ ْ صرُوهُ َوٱتَّبَع َ َوا بِ ِهۦ َو َع َّزرُوهُ َون ْ ُفَٱلَّ ِذينَ َءا َمن
Dan sebagai teladan bagi ummat manusia sebagaimana firman Allah SWT
dalam surat Al-Ahzab ayat 21:
Artinya : (Sesungguhnya yang ada pada (diri)Rasulullah itu suri tauladan yang
baik bagimu yaitu bagi orang yang mengharap rahmat Allah dan (kedatangan)
hari kiamat dia banyak menyebut nama Allah).
Dalam hal ini Munawir Sjadzali dalam bukunya berjudul Islam dan Tata
Negara telah mengutip bahwa Piagam Madinah terdiri atas 47 butir, beliau
menyimpulkan bahwa :
“batu-batu dasar yang telah diletakkan oleh Piagam Madinah sebagai landasan
bagi kehidupan bernegara untuk masyarakat majemuk di Madinah adalah :1.
Semua pemeluk Islam, meskipun berasal dari banyak suku tetapi merupakan satu
komunitas, 2. Hubungan antara sesama anggota komunitas Islam dan antara
anggota komunitas Islam dengan anggota komunitas-komunitas lainnya
didasarkan atas prinsip-prinsip : a). bertetangga baik; b). saling membantu
dalam menghadapi musuh bersama; c). membela mereka yang teraniaya; d).
saling measehati dan; e). menghormati kebebasan beragama”.47
48 Suyuti Pulungan. Op.cit.h77
31
49 Suyuti Pulungan. Op.cit. h79
32
Bakar lebih berhak atas kekhalifahan karena Rasulullah meridhainya dalam soal-
soal agama, salah satunya dengan meminta mengimami shalat berjamaah selama
beliau sakit. Oleh karena itu, mereka menghendaki agar Abu Bakar memimpin
urusan keduniaan, yakni kekhalifaan. Kelompok yang lain berpendapat bahwa
orang yang paling berhak atas kekhalifaan ialah dari Ahlul bait Rasulullah SAW,
yaitu Abdullah bin Abbas atau Ali bin Abu Thalib. Selain itu, masih ada
sekelompok lain yang berpendapat bahwa yang paling berhak atas kekhalifaan
ialah salah satu seorang kaum Quraisyh yang termasuk dalam kaum Muhajirin
gelombang pertama. Kelompok lainnya berpendapat, bahwa yang paling berhak
atas kekhalifaan ialah kaum Anshar.50 Masalah suksesi mengakibatkan suasana
politik umat Islam menjadi tegang. Padahal semasa hidupnya, nabi bersusah
payah dan berhasil membina persaudaraan sejati yang kokoh diantara sesame
pengikutnya, yaitu antara kaum Muhajirin dan Anshar. Dilambatkannya
pemakaman jenazah beliau menggambarkan betapa gawatnya krisis suksesi itu.
Ada tiga golongan yang bersaing keras terhadap perebutan kepemimpinan ini;
Anshar. Muhajirin, dan keluarga Hasyim.51
54 Secara harfiah Khalifah berarti orang yang mengikuti, mengganti kedudukan Rasul.
55 Hassan Ibrahim Hassan, Tarikhul-Islam, As-Siyasi Ad-Dini As-Saqafi Al-Ijtima’I,
Jilid I, Kairo: Maktabah An-Nahdah Al-Misriyah, Cetakan ke-9, 1979, h. 205.
34
di Madinah. Pilihan umat terhadap tokoh ini sangatlah tepat. Hal menarik dari
Abu Bakar, bahwa pidato inaugurasi yang diucapkan sehari setelah
pengangkatannya, menegaskan totalitas kepribadian dan komitmen Abu Bakar
terhadap nilai-nilai Islam dan Strategi meraih keberhasilan tertinggi bagi umat
sepeninggal Rasulullah.
Di bawah ini adalah sebagian kutipan dari pidato Abu Bakar yang terkenal
itu: “Wahai manusia! Aku telah diangkat untuk mengendalikan urusanmu,padahal
aku bukanlah orang yang terbaik diantaramu. Maka jikalau aku dapat menunaikan
tugasku dengan baik, bantulah (ikutlah) aku, tetapi jika aku nerlaku salah, maka
luruskanlah! Orang yang kamu anggap kuat, aku pandang lemah sampai aku dapat
mengambil hak dari padanya. Sedangkan orang yang kamu lihat lemah, aku
pandang kuat sampai aku dapat mengembalikan haknya kepadanya. Maka
hendakklah kamu taat kepadaku selama aku taat kepada Allah dan Rasul-Nya,
namun bila mana aku tiada mematuhi Allah dan Rasul-Nya, kamu tidak perlu
mematuhiku”.56
Abu BAkar memangku jabatan khalifah selama dua tahun lebih sedikit,
yang dihabiskannya terutama untuk mengatasi berbagai masalah dalam negeri
yang muncul akibat wafatnya nabi. Terpilihnya Abu Bakar telah membangun
kembali kesadaran dan tekad umat untuk bersatu melanjutkan tugas tugas mulia
nabi. Ia menyadari bahwa kekuatan kepemimpinannya bertumpu pada komunitas
yang besatu ini, yang pertama kali menjadi perhatian khalifah adalah
merealisasikan keinginan nabi yang hamper tidak terlaksana, yaitu mengirimkan
ekspedisi ke perbatasan Suriah di bawah pimpinan Usamah. Hal tersebut
dilakukan untuk membalas pembunuhan ayahnya, Zaid, dan kerugian yang
diderita oleh umat Islam dalam perang Mu’tah. Sebagian sahabat menetang kersa
rencana ini, tetapi khalifah tidak peduli. Nyatanya ekpedisi itu sukses dan
membawa pengaruh positif bagi umat Islam, khususnya di dalam membangkitkan
56 Ibnu Hisyam, Sirah Ibn Hisyam, Jilid IV, Mesir: Mathba’ah Mustafa Al-Babi Al-
Halabi wa Auladuh, 1973, h. 340-341.
35
Penganggap lainnya adalah Tulaihah dan Sajjah Ibnu Haris, seorang wanita dai
Arab Tengah.57
59 Jalaludin As-Suyuti, Tarikh al-Khulafa, Beirut: Darul Fikr, 1979, h. 67 dan 72.
60 Hirah sebuah kerajaan setengah Arab yang menyatakan kesetiaanya kepada Kisra
Persia, yang secara strategis sangat penting bagi umat Islam dalam meneruskan penyebaran agama
ke wilayah di belahan utara dan timur.
38
Namun, karena Umar adalah orang yang paling tepat menduduki kursi
kekhalifahan, maka pengangkatan Umar mendapat persetujuan dari baiat dari
semua anggota masyarakat Islam. Umar bin Khatthab menyebut dirinya “Khalifah
Khalifati Rasulillah” (pengganti dari pengganti Rasulullahh). Ia juga mendapat
gelar Amir AlMukminin (komandan orang-orang beriman) sehubungan dengan
penaklukan-penaklukan yang berlangsung pada masa pemerintahannya.63
Ketika para pembangkang didalam negeri telah dikikis habis oleh Khalifah
Abu Bakar, dan era penaklukan militer telah dimulai maka Khalifah Umar
menganggap bahwa tugasnya yang pertama ialah mengsukseskan ekpedisi yang
dirintis oleh pendahulunya. Belum lagi genap satu tahun memerintah, Umar telah
menorehkan tinta emas dalam sejarah perluasan wilayah kekuasaan ini. Pada
tahun 635 M, Damaskus yang merupakan ibu kota Syiria ditundukkan, setahun
kemudian seluruh wilayah Syiria jatuh ke tangan kaum muslimin, setelah
pertempuran hebat di lembah Yarmuk di sebelah timur anak sungai Yordania,
pasukan Romawi yang terkenal kuat itu tunduk kepada pasukan-pasukan Islam.
Keberhasilan pasukan Islam dalam penaklukan Suriah di masa Khalifah Umar
tidak lepas dari rentetan penaklukan pada masa sebelumnya. Khalifah Abu Bajar
telah mengirim pasukan besar di bawah Abu Ubaidah bin Al-Jarrah ke Front
Syiria.
Ketika pasukan itu terdesak, Abu Bakar memerintahkan Khalid bin Walid
yang sedang dikirim untuk memimpin pasukan ke Fronnt Irak untuk membantu
pasukan di Syiria. Dengan gerakan secepat kilat Khalid menyebrangi gurun pasir
ke arah Syiria. Ia bersama Abu Ubaidah bin Jarrah mendesak pasukan Romawi.
Dalam keadaan genting itu wafatlah Khalifah Abu Bakar, dan diganti Umar bin
Khatthab. Khalifah yang baru itu mempunyai kebijaksanaan lain. Khalid yang
dipercaya untuk memimpin pasukan di masa Abu Bakar diberhentikan oleh Umar
dan digantikan oleh Abu Ubaidah bin Jarrah. Hal itu tidak diberitahukan kepada
pasukan hingga selesai perang, dengan maksud agar tidak merusak konsentrasi
dalam menghadapi musuh. Damaskus jatuh ke tangan kaum muslimin setelah
dikepung selama tujuh hari. Pasukan muslim yang dipimpin oleh Abu Ubaidah
melanjutkan penaklukan Hamah, Qinnisrin, Laziqiyah dan Aleppo. Surahbil dan
‘Amr bersama pasukannya meneruskan penaklukan atas Baysan dan Yarusalem,
kota itu dikepung oleh pasukan muslim selama empat bulan. Sehingga akhirnya
dapat di taklukkan dengan syarat harus khalifah Umar itu sendiri yang menerima
“kunci” kota itu, karena kekhawatiran mereka terhadap pasukan muslim yang
akan menghancurkan gereja-gereja.
66 Hisbah bertugas sebagai pengawas pasar, mengontrol timbangan dan takaran, menjadi
tata tertib, kesusilaan dan sebagainya.
67 Abbas Mahmood Al-Akkad, Kecemerlangan Umar bin Khatthabm, Jakarta: Bulan
Bintang, 1978, h. 169.
44
yang telah ditunggu oleh jama’ahnya di masjid Nabawi di pagi buta itu. Khalifah
terluka parah, dari para pembaringannya ia mengangkat “Syura” (komisi pemilih)
yang akan memilih penerus tongkat kekhalifahannya. Khalifah Umar wafat 3 hari
setelah penikaman atas dirinya, yakni 1 Muharam 23 H/644 M.
baik dan sukses baginya. Para penulis sejarah membagi zaman pemerintahan
Utsman menjadu dua periode, yaitu enam tahun terakhir merupakan masa
kejayaan pemerintahannya dan tahun terakhir merupakan masa pemerintahan
yang buruk.68
Begitu pula penempatan Muawiyah, Walid bin Uqbah dan Abdullah bin
Sa’ad masing-masing sebagai gubernur Suriah, Irak, dan Mesir, sangat tidak
disukai oleh umum. Ditambah lagi tuduhan-tuduhan keras bahwa kerabat khalifah
memperoleh harta pribadi dengan mengorbankan kekayaan umun dan tanah
negara. Hakam ayah Marwan mendapatkan tanah Fadah, Marwan sendiri
menyalahgunakan harta baitul mal, Muawiyah mengambil alih tanah negar Suriah
baik bagi diriku sendiri maupun orang lain. Aku tidak mengambil apa pun dari
kekayaan negara, apa yang aku makan adalah hasil nafkahku sendiri.74
Rasa tidak puas terhadap Khalifah Utsman semakin besar dan menyeluruh.
Di Kufah dan Basrah, yang dikuasai oleh Thalhah dan Zubair, rakyat bangkit
menentang Gubernur yang diangkat oleh khalifah. Hasutan yang lebih keras
terjadi di Mesir, selain ketidaksetiaan rakyat terhadap Abdullah bin Sa’ad, saudara
ankat khalifah, sebagai pengganti gubernur ‘Amr bin Ash juga karena konfil soal
pembagian ghanimah. Pemberontakan berhasil mengusir gubernur yang diangkat
khalifah, lalu mereka yang terdiri dari 600 orang Mesir itu berarak-arakan menuju
ke Madinah. Para pemberontak dari Basrah dan Kufah bertemu dan
menggabungkan diri dengan kelompok Mesir. Wakil-wakil mereka menuntut
khalifah untuk mendengarkan keluhan mereka.
Khalifah keempat adalah Ali bin Abi Thalib. Ali adalah keponakan dari
menantu nabi. Ali putra Abi Thalib bin Abdul Muthalib. Ia sepupu nabi SAW
yang telah ikut bersamanya sejak bahaya kelaparan mengancam kota Mekah, demi
untuk membantu keluarga pamannya yang mempunyai banyak putra. Abbas,
paman nabi yang lain membantu Abu Thalib dengan memelihara Ja’far, anak Abu
Thalib yang lain. Ia telah masuk Islam pada usia sangat muda. Ketika nabi
menerima wahyu yang pertama, menurut Hasan Ibrahim Hasan Ali berumur 13
tahun, atau 9 tahun menurut Mahmudunnasir. Ia menemani nabi dalam perjuangan
menegakkan Islam, baik di mekah maupun di Madinah, dan ia diambil menantu
oleh Nabi SAW dengan menikahkannya dengan Fathimah, salah seorang putri
Rasulullah, dan dari sisi keturunan Nabi SAW berkelanjutan. Karena
kesibukannya merawat dan memakamkan jenazah Rasulullah SAW, ia tidak
berkesempatan membaiat Abu Bakar sebagai khalifah, tetapi ia baru membaiatnya
setelah Fathimah wafat.75
Ali adalah seorang yang memiliki banyak kelebihan, selain itu ia adalah
pemegang kekuasaan. Pribadinya penuh vitalitas dan energik, perumus kebijakan
dengan wawasan yang jauh ke depan. Ia adalah pahlawan yang gagah berani,
penasihat yang bijaksana, penasihat hukum yang ulung, dan pemegang teguh
tradisi, seorang sahabat sejati, dan seorang lawan yang dermawan. Ia telah bekerja
keras sampai akhir hayatnya dan merupakan orang kedua yang berpengaruh
setelah Muhammad. Beberapa hari pembunuhan Utsman, stabilitas keamanan kota
Madinah menjadi rawan. Gafiqy bin Harb memegang keamanan ibu kota Islam itu
selama kira-kira lima hari sampai terpilihnya khalifah yang baru. Kemudian Ali
bin Abi Thalib tampil menggantikan Utsman, menerima baiat dari sejumlha kaum
muslimin. Kota Madinah saat itu sedang kosong, para sahabat banyak yang
berkunjung ke wilayah-wilayah yang baru ditaklukkan. Sehingga hanya beberapa
sahabat yang masih bertada di Madinah, antara lain Thalhah bin Ubaidillah dan
Zubair bin Awwam. Sedangkan tidak semua sahabat tersebut menyokong Ali,
seperti Sa’ad bin Abi Waqqash dan Abdullah bin Umar.
Thalhah dan Zubair terbunuh ketika hendak melarikan diri, sedangkan Aisyah
dikembalikan ke Madinah. Peperangan ini terkenal dengan nama “Perang Jamal”
(Perang Unta), yang terjadi pada tahun 36 H, karena dalam pertempuran tersebut
Aisyah, istri Nabi SAW mengendarai unta. Dalam pertempuran tersebut sebanyak
20.000 kaum muslimin gugur. Perang unta menjadi sangat penting dalam catatan
sejarah Islam, karena peristiwa itu memperlihatkan sesuatu yang baru dalam
Islam, yaitu untuk pertama kalinya seorang khalifah turun ke medan perang untuk
memimpin langsung perang, dan justru bertikai melawan saudara sesama muslim.
Segera sesudah menyelesaikan gerakan Thalhah dan kawan-kawan, pusat
kekuasaan Islam dipindahkan ke kota Kufah. Sejak itu berakhirlah Madinah
sebagai ibu kota kedaulatan Islam dan tidak ada lagi seorang khalifah yang
berkuasa berdiam di sana. Sekarang Ali adalah pemimpin dari seluruh wilayah
Islam, kecuali Suriah.76
76 Lihat Hasan Ibrahim Hasan, Sejarah dan Kebudayaan Islam, Yogyakarta: Kota
Kembang, 1989, h. 56-61.
52
Masa kekuasaan khulafaur rasyidin yang dimulai sejak Abu Bakar Ash-
Shiddiq hingga Ali bin Abi Thalib, merupakan masa kekuasaan khalifah Islam
yang berhasil dalam mengembangkan wilayah Islam lebih luas. Nabi Muhammad
SAW yang telah meletakkan dasar agama Islam di Arab, setelah beliau wafat,
gagasan dan ide-idenya diteruskan oleh para khulafaur rasyidin. Pengembangan
agama Islam yang dilakukan pemerintahan khulafaur rasyidin dalam waktu yang
relatif singkat telah membuahkan hasil yang gilang-gemilang. Dari hanya wilayah
Arabia, ekspansi kekuasaan Islam menembus ke luar Arabia memasuki wilayah-
wilayah Afrika, Syiria, Persia, bahkan menembus ke Bizantium dan Hindia.
Ekspansi ke negeri-negeri yang sangat jauh dari pusat kekuasaan, dalam waktu
tidak lebih dari setengah abad merupakan kemenangan menakjubkan dari suatu
bangsa sebelumnya tidak pernah memiliki pengalaman politik yang memadai.
Ada beberapa faktor yang menyebabkan ekspansi itu demikian cepat, antara lain
sebagai berikut.
Di samping itu, dalam hal peradaban juga terbentuk organisasi negara atau
lembaga-lembaga yang dimiliki pemerintahan kaum muslimin sebagai pendukung
kemaslahatan kaum muslimin. Organisasi negara tersebut telah dibina lebih
sempurna, telah di jadikan sebagai suatu nizham yang mempunyai alat-alat
perlengkapan dan lembaga-lembaga menurut ukuran zamannya telah cukup baik.81
Dr. Hasan Ibrahim dalam bukunya “Tarikh Al-Islam As-Siyasi”. 82
menjelaskan bahwa organisasi-organisasi atau lembaga-lembaga negara yang ada
pada masa khulafaur rasyidin, di antaranya sebagai berikut.
a. Lembaga Politik Termasuk dalam lembaga politik khilafah (jabatan
kepala negara), wizarah (kementrian negara), kitabah (seketaris
negara).
b. Lembaga Tata Usaha Negara Termasuk dalam urusan lembaga tata
usaha negara, Idaratul Aqalim (pengelolaan pemerintah daerah) dan
diwan (pengurus departemen) seperti diwan kharaj (kantor urusan
keuangan), diwan rasail (kantor urusan arsip), diwanul barid (kantor
urusan pos), diwan syurthah (kantor urusan kepolisian) dan
departemen lainnya
c. Lembaga Keuangan Negara Termasuk dalam lembaga kehakiman
negara, urusan-urusan keuangan dalam masalah ketentaraan, baik
angkatan laut, serta perlengkapan dan persenjataannya.
80 Dr. Badri Yatim, M.A., Sejarah Peradaban Islam, Jakarta: Raya Grofindo Persada,
2000, h. 41-42.
81 Futuhat Al-Islamiyah, adalah penaklukkan-penaklukkan negeri atau wilayah non Islam
oleh pasukan kaum muslilimin
82 Wahyu Ilaihi, S.Ag., M.A., dan Harjani Hefni, Lc., M.A., Pengantar Sejarah Dakwah,
Rahmat semesta dan Kencana, 2007, h. 105-106.
56
Nabi Muhammad SAW yang terdekat dan termasuk di antara orang-orang yang
pertama masuk Islam (as-sabiqun al-awwalun). Nama lengkapnya adalah
Abdullah bin Abi Kuhafah at-Tamini. Pada masa kecilnya Abu Bakar bernama
Abdul Ka’bah. Nama ini diberikan kepadanya sebagai realisasi nazar ibunya
sewaktu mengandungnya. Kemudian nama itu ditukar oleh Nabi Muhammad
SAW menjadi Abdullah bin Kuhafah at-Tamimi. Gelar Abu Bakar diberikan
Rasulullah SAW karena ia seorang yang paling cepat masuk Islam, sedang gelar
as-Siddiq yang berarti ‘amat membenarkan’ adalah gelar yang diberikan
kepadanya karena ia amat segera memberiarkan Rasulullah SAW dalam berbagai
macam peristiwa, terutama peristiwa Isra Mikraj.83
83 Salabi, Sejarah dan Kebudayaan Islam (Jakarta: pustaka Al husna, 1983), h. 226
58
(perang melawan kemurtadan) dan pahlawan yang banyak berjasa dalam perang
tersebut adalah Khalid bin Walid.
Kemajuan yang telah dicapai pada masa pemerintahan Abu Bakar selama kurang
lebih dua tahun, antara lain:
a. Perbaikan sosial (masyarakat).
Perbaikan sosial yang dilakukan Abu Bakar ialah usaha untuk
menciptakan stabilitas wilayah Islam dengan berhasilnya mengamankan
tanah Arab dari para penyeleweng (orang-orang murtad, nabi-nabi palsu
dan orang-orang yang enggan membayar zakat).
b. Perluasan dan pengembangan wilayah Islam.
Adapun usaha yang ditempuh untuk perluasan dan pengembangan wilayah
Islam Abu Bakar melakukan perluasan wilayah ke luar Jazirah Arab.
Daerah yang dituju adalah Irak dan Suriah yang berbatasan langsung
dengan wilayah kekuasaan Islam. Kedua daerah itu menurut Abu Bakar
harus ditaklukkan dengan tujuan untuk memantapkan keamanan wilayah
Islam dari serbuan dua adikuasa, yaitu Persia dan Bizantium.
c. Pengumpulan ayat-ayat Al Qur’an.
Sedangkan usaha yang ditempuh untuk pengumpulan ayat-ayat Al Qur’an
adalah atas usul dari sahabat Umar bin Khattab yang merasa khawatir
kehilangan Al Qur’an setelah para sahabat yang hafal Al Qur’an banyak
yang gugur dalam peperangan, terutama waktu memerangi para nabi palsu.
Alasan lain karena ayat-ayat Al Qur’an banyak berserakan ada yang ditulis
pada daun, kulit kayu, tulang dan sebagainya. Hal ini dikhawatirkan
mudah rusak dan hilang, Sebagai kepala negara dan pemimpin umat Islam.
Kemajuan yang diemban sebagai kepala negara dan pemimpin umat Islam,
Abu Bakar senantiasa meneladani perilaku rasulullah SAW. Bahwa prinsip
musyawarah dalam pengambilan keputusan seperti yang dilakukan oleh Nabi
Muhammad SAW selalu dipraktekkannya. Ia sangat memperhatikan keadaan
rakyatnya dan tidak segan-segan membantu mereka yang kesulitan. Terhadap
sesama sahabat juga sangat besar perhatiannya.
59
Umar bin Khatthab adalah salah satu sahabat terbesar sepanjang sejarah
sesudah Nabi Muhammad SAW. Peranan umar dalam sejarah Islam masa
permulaan merupakan yang paling menonjol kerena perluasan wilayahnya,
disamping kebijakan-kebijakan politiknya yang lain. Adanya penaklukan besar-
besaran pada masa pemerintahan Umar merupakan fakta yang diakui
kebenarannya oleh para sejarahwan. Bahkan, ada yang mengatakan, bahwa jika
tidak karena penaklukan-penaklukan yang dilakukan pada masa Umar, Isalm
belum tentu bisa berkembang seperti zaman sekarang.
Masa pemerintahannya yang sepuluh tahun itu paling sibuk dan paling
menentukan bagi masa depan selanjutnya. Pada masa pemerintahannya itu
imperium Roma Timur (Byzantium) kehilangan bagian terbesar dari wilayah
kekuasaannya pada pesisir barat Asia dan pesisir utara Afrika. Pada masa
pemerintahannya kekuasaan Islam mengambil alih kekuasaan didalam seluruh
wilayah imperium Parsi sampai perbatasan Asia Tengah. Seperti halnya dengan
khalifah Abu Bakar, ia tinggal dirumah biasa dan hidup sebagai rakyat biasa di
Madinah al-Munawwaroh.Dengan kesederhanaannya itu ia disegani oleh segala
pihak dan ditakuti oleh lawan dengan sangat takzim.
hidupnya yang sederhana, alih-alih mengadopsi gaya hidup dan penampilan para
penguasa di zaman itu, ia tetap hidup sangat sederhana. Pada sekitar tahun ke 17
Hijriah, tahun ke-empat kekhalifahannya, Umar mengeluarkan keputusan bahwa
penanggalan Islam hendaknya mulai dihitung saat peristiwa hijrah. Secara garis
besar seperti berikut ini :
a. Peletak dasar-dasar administrasi Negara atau pemerintahan Islam.
b. Industry dan pertanian mengalami kemajuan yg pesat.
c. Kemajuan dalam bidang keilmuan umat islam.
d. Ekspansi ke luar daerah islam besar-besaran.
e. Mengadakan baitul maal.
sempat hadir, sehingga lima dari enam anggota panitia yang melakukan
pemilihan.
tampil mencalonkan diri menjadi khalifah untuk menggantikan usman bin affan
termasuk mu’awiyah bin abi sofyan selain nabi ali bin abi thalib. Di samping itu
mayoritas umat muslimin di madinah dan kota-kota besar lainnya sudah
memberikan pilihan kepada Ali, kendati ada juga beberapa kalangan, kebanykan
dari bani umayyah yang tidak mau membai’at ali, dan sebagian dari mereka ada
yang pergi ke suriah.86 Sepeninggal Usman bin Affan dalam kondisi kacau, kaum
muslimin meminta Ali bin Abi Thalib untuk menjadi khalifah. Akan tetapi
muawiyah menolak usulan tersebut, karena keluarga besar khalifah usman bin
affan (muawiyah bin abi sofyan) menuntut pembunuh khalifah usman bin affan
ditangkap terlebih dahulu. Sedangkan pihak ali berpendapat bahwa masalah
kepemimpinan sebaiknya diselesaikan terlebih dahulu, setelah itu barulah
pembunuh khalifah Usman bin affan dicari bersama-sama. Perbedaan pendapat
tersebut menjadi awal pecahnya persatuan kaum muslimin saat itu. Akhirnya Ali
bin abi thalib tetap diangkat sebagai khalifah. Prestasi-prestasi khalifah ali bin abi
thalib adalah sebagai berikut.87
86 Ali Audah, Ali bin Abi Thalib Sampai kepada Hasan dan Husen. Cet ke-6. (Bogor:
Pustaka Litera AntarNusa, 2008) Hlm. 187
87 Ali Mahfudz, “Sejarah Kebudayaan Islam untuk Madrasah Tsanawiyah”(Surakarta:
Udo Brother, 2013) h. 22-23
65
Harta pejabat yang diperolehnya dengan cara yang tidak benar disita
oleh khalifah ali bin abi thalib. Harta tersebut kemudian disimpan di
baitul mal dan digunakan untuk kesejahteraan rakyat.
c. Mengganti pejabat yang kurang konsisten
Para pejabat yang kurang konsisten dalam bekerja, semuanya diperbaiki
dan diganti oleh khalifah ali bin abi thalib. Akan tetapi, pejabat-pejabat
yang diganti tersebut banyak yang dari keluarga khalifah usman bin
affan (bani umayyah). Akibatnya makin banyak kalangan bani umayyah
yang tidak menyukai khalifah ali bin abi thalib.
d. Bidang pembangunan
Pembangunan kota Kuffah telah menjadi perhatian khusus bagi khalifah
ali bin abi thalib. Pada awalnya, kota Kuffah disiapkan untuk pusat
pertahanan oleh Mu’awiyah bin abi Sofyan. Akan tetapi kota Kuffah
kemudian berkembang menjadi pusat ilmu tafsir, ilmu hadits, ilmu
nahwu, dan ilmu pengetaahuan lainnya. Perselisihan antar pendukung
khalifah ali bin abi thalib dan Mu’awiyah bin abu Sofyan mengalami
berakhirnya pemerintahan islam di bawah khulafaurrasyidin. Para ahli
sejarah menyatakan bahwa pemerintah islam yang paling mendekati
masa pemerintahan rasulullah SAW.
15. Kondisi Islam Dan Umat Muslim Pada Masa Khulafaur Rasyidin
Terjadi
Adanya tindakan
konflik
pembersihan Pembunuhan
Peristiwa Penaklukan Internal,
2. Nabi-nabi Palsu Khalifah
penting Persia seperti
dan Kaum Usman
Tahkim dan
Murtad
perang Shifin
Fokus pada
Afrika,
pembenahan
Damaskus, Siprus,
Islam dan Politik
3. Ekspansi Suriah, Mesir Armenia, –
Internal serta
dan Irak Kabul,
memadamkan
Farghanah
pemberontak
Perluasan
Masjid
Nabawi
Dibunuh
Dibunuh oleh dalam Upaya Dibunuh oleh
5. Wafat Sakit Abu Lu’luah konspirasi Abdurrahma
(budak Persia) diantaranya n bin Muljam
Ghafiqi
Berani dan
Lembut dan
6. Sifat Pribadi Bijaksana Berani dan Adil bersikap
Agamis
ilmiah
Oleh karena itu, Abu Sufyan tidak mau tunduk terhadap ajakan Rasulullah SAW,
bahkan terus memusuhi. Aktivitas dakwah Rasulullah SAW yang dianggapnya
akan mengubah keadaan sosial, ekonomi, dan politik Mekkah, tentu merugikan
para orang kaya, termasuk Bani Umayyah. Untuk itu, berbagai cara dilakukan
guna menggagalkan gerakan reformasi yang dibangun Rasulullah SAW tersebut.
Sampai-sampai, cara-cara kekerasan (perang) pun mereka lakukan. Tercatat
beberapa perang besar (Perang Badar, Perang Uhud, dan Perang Khandaq) pasca
hijrah, melibatkan kepemimpinan Abu Sufyan.
Abu Sufyan dan keluarga, akhirnya masuk Islam dengan terpaksa pada
saat berpuluh-puluh ribu kaum Muslimin mengepung Mekkah dari segala penjuru.
Walapun banyak sahabat tidak suka terhadap masuk Islamnya keluarga Abu
Sufyan, Rasulullah SAW tetap menghormati perubahan sikapnya. Kesalahan-
kesalahannya diampuni, bahkan Muawiyah putra Abu Sufyan diangkat sebagai
sekretaris beliau dan saudara perempuannya, Ummu Habibah diperistri oleh
Beliau. Setelah beberapa tahun bergabung sebagai kaum Muslimin, keluarga
terdidik dan berpengaruh ini ikut membesarkan Islam. Di masa Abu Bakar Sidiq,
keluarga Abu Sufyan dan Bani Umayyah merasa rendah diri karena kelas mereka
berada di bawah kaum Muhajirin dan Ansar. Mereka tahu diri bahwa perjuangan
mereka belum apa-apa dibanding dengan kedua kaum di atas. Apalagi di masa
dahulu, mereka memusuhi perjuangan Rasulullah SAW dan kaum Muslimin. Oleh
karena itu, mereka maklum ketika Khalifah Abu Bakar menyatakan di depan
umum bahwa keluarga besar Bani Umayyah harus ikut berjuang membela Islam
termasuk di medan perang, bila ingin setingkat dengan kaum Muhajirin dan
Ansar. Beberapa peperangan yang terjadi di masa Abu Bakar ini anggota Bani
Umayyah ikut serta dibarisan kaum Muslimin. Bahkan, Yazid bin Abu Sufyan
menjadi salah satu panglima untuk memimpin pasukan ke Syiria melawan
Bizantium.
Pada masa Umar, ketika wilayah Islam semakin meluas dan membutuhkan
banyak tenaga administratif, sang Khalifah memanfaatkan tenaga-tenaga Bani
Umayyah yang umumnya terdidik untuk membaca, menulis, dan berhitung.
69
Pada masa kekuasaan Bani Umayyah, sikap hidup seperti itu tidak akan
ditemukan. Sejak Muawiyah memegang kekuasaan, gaya hidup seorang Khalifah
sudah berubah drastis. Muawiyah hidup di dalam benteng dengan pengawalan
ketat dan bermewah-mewah sebagai raja. Tradisi “Harem” dan perbudakan
ditumbuhkan kembali. Pesta-pesta diadakan di istana, lengkap dengan hiburan-
hiburan yang jauh dari nilai-nilai Islam. Hal seperti ini diwariskan kepada
Khalifah-Khalifah sesudahnya kecuali pada Khalifah Umar bin Abdul Aziz (Umar
II).
kebijakan-kebijakan penting Negara. Lebih dari itu, seorang rakyat biasa pun
dapat menyampaikan pendapatnya tentang kebijakan Khalifah secara terbuka.
Tradisi positif itu tidak dilanjutkan oleh Muawiyah dan para penerusnya.
Walapun lagi-lagi, Umar II berusaha menghidupkan kembali tradisi tersebut,
namun penguasa setelahnya segera mengembalikan pada cara-cara kerajaan yang
menempatkan sang raja di atas segala-galanya. Satu hal yang memprihatinkan
pada masa pemerintahan Bani Umayyah adalah diabaikannya nilai-nilai ajaran
Islam oleh para pejabat Negara dan keluarganya. Mereka lebih suka hidup mewah,
mengembangkan budaya KKN (Korupsi, Kolusi, Nepotisme), serta tidak segan-
segan menggunakan kekerasan untuk tujuan politiknya. Dan tampaknya hal
seperti itu direstui oleh sang Khalifah. Bahkan, para Khalifah Bani
Umayyah justru menikmati kondisi seperti itu.
Namun demikian, ada pula kemajuan positif yang terjadi pada masa Bani
Umayyah. Di antaranya adalah bertambah luasnya daerah kekuasaan
pemerintahan Islam yang membentang dari Afganistan sampai Andalusia.
Suksesnya politik ekspansi ini menempatkan Islam menjadi kekuatan
Internasional yang paling disegani di Timur dan di Barat. Imbas positifnya,
dakwah Islam cepat tersebar ke berbagai penjuru dunia. Islam dapat tersebar
dengan cepat dan meluas. Bahasa Arab menjadi bahasa dunia, Masjid-masjid
dibangun di setiap kota besar serta kegiatan pendalaman agama dan
pengembangan ilmu pengetahuan Islam semarak di mana-mana. Saat itu,
Daulah Bani Umayyah adalah sebuah Negara adikuasa di dunia. Sebagai Negara
besar, Daulah Bani Umayyah memiliki militer yang sangat kuat. Tidak seperti
para pejabat istana, kaum militer ini umumnya terdiri atas orang-orang yang
sederhana dan taat beribadah. Mereka berjuang bukan demi Khalifah, melainkan
demi tersiarnya Islam diseluruh penjuru bumi. Bagi mereka, mati di medan perang
adalah persembahan terbaik kepada Tuhan. Gugur di medan laga adalah syahid di
jalan Allah. Tidak dapat dipungkiri bahwa kemenangan pasukan Islam di berbagai
wilayah disebabkan oleh semangat seperti ini. Karena itu, Bani Umayyah sangat
72
Dalam perundingan itu Ali mengutus Abu Musa Al-Asy’ari seorang ahli
hukum, zakelyk dan jujur. Sedang Muawiyah mengutus Amr bin Ash, seorang
diplomat yang ulung, cerdik dan pandai mengatur siasat. Dari perundingan
tersebut keduanya memutuskan akan menurunkan Ali serta Muawiyah dari
kekhalifahan, dan untuk selanjutnya khalifah akan diangkat oleh kaum muslimin.
Atas kelicikan Amr bin Ash, maka Abu Musa dipersilahkan terlebih
dahulu untuk mengumumkan penurunan Ali dari jabatannya sebagai khalifah,
dengan alasan karena Abu Musa lebih tua usianya dari Amr bin Ash, maka sudah
sepantasnyalah diberi kesempatan yang pertama.
89 Abu Su’ud, Sejarah Ajaran dan Perannya dalam Peradaban Umat Manusia, (Jakarta:
RINEKA CIPTA,) h. 66-67
75
Muawiyah dibaiat oleh umat Islam di Kufah sedangkan Hasan dan Husain
dikembalikan ke Madinah. Hasan wafat di kota Nabi itu tahun 50 H. diantara jasa-
jasa Muawiyah ialah mengadakan dinas pos kilat dengan menggunakan kuda-kuda
yang selalu siap di tiap pos. ia juga berjasa mendirikan Kantor Cap (percetakan
mata uang), dan lain-lain.90 Muawiyah bin Abi Sufyan dapat menduduki kursi
khalifah dengan berbagai cara dan tiga, yaitu dengan ketajaman mata pedangnya,
dengan siasatnya yang halus dan dengan tipu muslihatnya yang amat licin.
Bukanlah ia mendapat pangkat yang mulia itu dengan ijma’ dan persetujuan umat
Islam, melainkan karena licinnya jua. Dengan kenaikan Muawiyah, berakhirlah
hukum syura, pilihan menurut hasil permusyawaratan yang terbanyak, yang
berlaku di zaman al-Khulafaur Rasyidin, yaitu hukum yang menyerupai aturan
pemerintahan Republik (Jumhuriyah) di zaman kita ini. Dan pangkat khalifah
menjadi pusaka turun-temurun, maka daulat Islampun telah berubah sifatnya
menjadi daulat yang bersifat kerajaan (monarchie). Sesungguhnya Muawiyah
telah amat terpengaruh oleh peraturan-peraturan peninggalan orang Romawi di
negeri Syam, yakni di negeri tempat ia memerintah.
umat Islam, agar mereka dengan merdeka memilih dan mengangkat siapa yang
mereka kehendaki. Tetapi cita-citanya itu tidak dapat berlaku, sebab pemilihan
khalifah telah ditentukam oleh kemauan Bani Umayyah.93
Ia dibenci oleh rakyatnya karena tabiatnya yang kurang bijaksana itu. Para
pejabatnya terpecah belah, demikian pula masyarakatnya. Orang-orang yang
berjasa dimasa para pendahulunya disiksanya, seperti keluarga al-Hajjaj ibn Yusuf
dan Muhammad ibn Qasim yang menundukkan India. Ia menunjuk Umar ibn
Adul Aziz sebagai penggantinya sebelum meninggal pada tahun 99 H.
merupakan personifikasi seorang khalifah yang takwa dan bersih, suatu sikap
yang jarang sekali ditemukan pada sebagian besar pemimpin Bani Umayyah.
Khalifah yang adil itu adalah putra Abdul Aziz, Gubernur Mesir. Ia lahir
di Hilwan dekat Kairo, atau Madinah kata sumber yang lain. Rupanya keadilannya
itu menurun dari Khalifah Umar ibn Khattab yang menjadi kakeknya dari jalur
ibunya. Ia menghabiskan waktunya di Madinah untuk mendalami ilmu
pengetahuan dimasa kecil, dan memang kota tersebut menjadi pusat ilmu dan
kebudayaan Islam pada saat itu. Ia mendalami ilmu agama Islam khususnya ilmu
hadits, dan ketika ia menjadi khalifah memerintahkan kaum Muslimin untuk
menuliskan hadits, dan inilah perintah resmi pertama dari penguasa Islam. Umar
adalah orang yang rapi dalam berpakaian, memakai wewangian dengan rambut
yang panjang dan cara jalan yang tersendiri, sehingga mode Umar itu ditiru
banyak orang di masanya. Ia dikawinkan dengan Fatimah, putri Abdul Malik,
Khalifah Umayyah yang sekaligus sebagai pamannya. Ia diangkat menjadi
Gubernur Madinah oleh Khalifah al-Walid ibn Abdul Malik, salah seorang
sepupunya, tetapi ia dipecat dari jabatannya itu karena masalah putra mahkota.
Berbekal dengan pengalamannya sebagai pejabat, kaya akan ilmu dan harta sebagi
bangsawan Arab yang mulia, ia diangkat menjadi Khalifah menggantikan
Sulaiman, adik al-Walid. Khalifah Umar ibn Abdul Aziz berubah tingkah
lakunya, ia menjadi seorang zahid, sederhana, bekerja keras, dan berjuang tanpa
henti sampai akhir hayatnya yang hanya memerintah kurang lebih dua tahun saja.
ۡ¬¬ر َو ۡٱلبَ ۡغ ۚ ِي يَ ِعظُ ُكمۡ لَ َعلَّ ُكم ۡ ۡ ۡ َُ¬¬ٓإي ِذي ۡٱلق ۡ َ۞إ َّن ٱهَّلل ي
ۡ ¬¬أ ُم ُر بِ ۡٱل َع
¬ِِٕ ¬¬د ِل َوٱإۡل ِ ۡح ٰ َس¬¬ ِن َوإِيت
ِ ¬¬ربَ ٰى َويَ ۡنهَ ٰى َع ِن ٱلفَ ۡح َش¬¬ٓا ِء َوٱل ُمن َك َ ِ
٩٠ َتَ َذ َّكرُون
Khalifah yang adil itu berusaha memperbaiki segala tatanan yang ada
dimasa kekhalifahannya, sepeti menaikan gaji para gubernurnya, memeratakan
kemakmuran dengan memberikan santunan kepada para fakir dan miskin, dan
memperbaharui dinas pos. Ia juga menyamakan kedudukan orang-orang non Arab
yang menempati sebagai warga negara kelas dua, dengan orang-orang Arab ia
mengurangi beban pajak dan menghentikan pembayaran jizyah bagi orang Islam
baru. Khalifah Umar meninggal pada tahun 101 H dan diganti oleh Yajid II ibn
Abdul Malik (101-105 H) pada masa pemerintahannya timbul lagi perselisihan
antara kaum Mudhariyah dan Yamaniyah. Pemerintahannya yang singkat itu
mempercepat proses kemunduran Umayyah.
Masih ada empat khalifah lagi setelah Hisyam yang memerintah hanya
dalam waktu tujuh tahun, yakni al-Walid II ibn Yazid II, Yazid III ibn al-Walid,
Ibrahim ibn al-Walid dan Marwan ibn Muhammad. Yang tersebut terakhir adalah
penguasa Umayyah penghabisan yang terbunuh di Mesir oleh pasukan Bani
Abbasiyah pada tahun 132 H/750 M.94
belajar tafsir Al-Quran, hadist, dan sejarah Nabi Muhammad SAW. Selain itu,
filsafat juga memiliki penggemar yang tidak sedikit. Adapun untuk anak-anak,
diajarkan baca tulis Arab dan hafalan Al-Quran dan Hadist. Pada masa itu
masyarakat sangat antusias dalam usahanya untuk memahami Islam secara
sempurna. Jika pelajaran Al-Quran, hadist, dan sejarah dipelajari karena memang
ilmu yang pokok untuk memahami ajaran Islam, maka filsafat dipelajari sebagai
alat berdebat dengan orang-orang Yahudi dan Nasrani yang waktu itu suka
berdebat menggunakan ilmu filsafat. Sedangkan ilmu-ilmu lain seperti ilmu alam,
matematika, dan ilmu social belum berkembang. Ilmu-ilmu yang terakhir ini
muncul dan berkembang denga baik pada masa dinasti Bani Abbasiyah
maupun Bani Umayyah Spanyol.
Bidang seni dan budaya pada masa itu juga mengalami perkembangan
yang maju. Karena ajaran Islam lahir untuk menghapuskan perbuatan syirik yang
menyembah berhala, maka seni patung dan seni lukis binatang maupun lukis
manusia tidak berkembang. Akan tetapi, seni kaligrafi, seni sastra, seni suara, seni
bangunan, dan seni ukir berkembang cukup baik. Di masa ini sudah banyak
bangunan bergaya kombinasi, seperti kombinasi Romawi-Arab maupun Persia-
Arab. Apalagi, bangsa Romawi dan Persia sudah memiliki tradisi berkesenian
yang tinggi. Khususnya dalam bidang seni lukis, seni patung maupun seni
arsitektur bangunan. Contoh dari perkembangan seni bangunan ini, antara lain
adalah berdirinya Masjid Damaskus yang dindingnya penuh dengan ukiran halus
dan dihiasi dengan aneka warna-warni batu-batuan yang sangat indah. Perlu
diketahui bahwa untuk membangun Masjid ini, Khalifah Walid mendatangkan
12.000 orang ahli bangunan dari Romawi. Tetapi di antara kemajuan-kemajuan
yang terjadi pada masa Daulah Bani Umayyah tersebut, prestasi yang paling
penting dan berpengaruh hingga zaman sekarang adalah luasnya wilayah Islam.
Dengan wilayah yang sedemikian luas itu ajaran Islam menjadi cepat dikenal oleh
bangsa-bangsa lain, tidak saja bangsa Arab.
Banyak hikmah yang dapat diambil dari kehancuran dinasti Bani Umayyah,
diantaranya adalah:
Dinasti dinasti yang lahir dan melepaskan diri dari kekuasaan Baghdad pada masa
khalifah Abbasyiah, diantaranya :
Kelahiran bani Buwaih berawal dari tiga orang putra Abu Syuja’ Buwaih,
pencari ikan yang tinggal di daerah Dailam, yaitu Ali, Hasan dan Ahmad. Untuk
keluar dari kemiskinan, tiga bersaudara ini memasuki dinas militer yang ketika itu
dipandang banyak mendatangkan rizki. Keadaan khalifah lebih buruk dari pada
masa sebelumnya, terutama karena bani Buwaih adalah penganut aliran Syi’ah,
sementara bani Abbas adalah Sunni. Selama masa kekuasaan bani Buwaih sering
terjadi kerusuhan antara kelompok Ahlus sunnah dan Syi’ah, pemberontakan
tentara tersebut. Setelah Baghdad dikuasai, bani Buwaih memindahkan markaz
kekuasaan dari Syiraz ke Baghdad. Mereka membangun gedung tersendiri di
91
tengah kota bernama Dar Al Mamlakah. Tetapi, kendali politik berada di Syiraz,
tempat Ali bin Buwaih (saudara tertua) bertahta. Para pegnguasa bani Buwaih
mencurahkan perhatian secara langsung dan sungguh-sungguh terhadap
pengembangan ilmu pengetahuan dan kesusteraan. Kekuasaan politik bani
Buwaih tidak lama bertahan. Setelah generasi pertama, tiga saudara tersebut.
Kekuasaan menjadi ajang pertikaian di antara anak-anak mereka. Masing-masing
merasa paling berhak atas kekuasaan pusat. Faktor-faktor yang membawa
kemunduran dan kehancuran bani Buwaih yaitu :
3. Perang Salib
Perang Salib (perang suci) ini terjadi pada tahun 1905, saat Paus Urbanus
II berseru kepada Umat Kristen di Eropa untuk melakukan perang suci, untuk
memperoleh kembali keleluasaan berziarah di Baitul Maqdis yang dikuasai oleh
Penguasa Seljuk yang menetapkan beberapa peraturan yang memberatkan bagi
Umat kristen yang hendak berziarah ke sana. Sebagaimana telah disebutkan,
peristiwa penting dalam gerakan ekspansi yang dilakukan oleh Alp Arselan adalah
peristiwa Manzikart, tahun 464 H (1071 M). Tentara Alp Arselan yang hanya
berkekuatan 15.000 prajurit, dalam peristiwa ini berhasi1 mengalahkan tentara
Romawi yang berjumlah 200.000 orang, terdiri dari tentara Romawi, Ghuz, al-
Akraj, al-Hajr, Perancis dan Armenia. Peristiwa besar ini menanamkan benih
permusuhan dan kebencian orang-orang Kristen terhadap umat Islam, yang
kemudian mencetuskan Perang Salib. Kebencian itu bertambah setelah dinasti
Seljuk dapat merebut Bait al-Maqdis pada tahun 471 H dari kekuasaan dinasti
Fathimiyah yang berkedudukan di Mesir. Penguasa Seljuk menetapkan beberapa
peraturan bagi umat Kristen yang ingin berziarah ke sana. Peraturan itu dirasakan
sangat menyulitkan mereka. Untuk memperoleh kembali keleluasaan berziarah ke
92
tanah suci Kristen itu, pada tahun 1095 M, Paus Urbanus II berseru kepada umat
Kristen di Eropa supaya melakukan perang SUCI. Perang ini kemudian dikenal
dengan nama Perang Salib, yang terjadi dalam tiga periode.
1. Periode Pertama
Pada musim semi tahun 1095 M; 150.000 orang Eropa, sebagian besar
bangsa Perancis dan Norman, berangkat menuju Konstantinopel, kemudian ke
Palestina. Tentara Salib yang dipimpin oleh Godfrey, Bohemond, dan Raymond
ini memperoleh kemenangan besar. Pada tanggal 18 Juni 1097 mereka berhasil
menaklukkan Nicea dan tahun 1098 M menguasai Raha (Edessa). Di sini mereka
mendirikan kerajaan Latin I dengan Baldawin sebagai raja. Pada tahun yang sama
mereka dapat menguasai Antiochea dan mendirikan kerajaan latin II di Timur.
Bohemond dilantik menjadi rajanya. Mereka juga berhasil menduduki Bait al-
Maqdis (15 Juli 1099 M.) dan mendirikan kerajaan Latin III dengan rajanya,
Godfrey. Setelah penaklukan Bait al-Maqdis itu, tentara Salib melanjutkan
ekspansinya. Mereka menguasai kota Akka (1104 M.), Tripoli (1109 M.) dan kota
Tyre (1124 M.). Di Tripoli mereka mendirikan kerajaan Latin IV, Rajanya adalah
Raymond.
2. Periode Kedua
3. Periode Ketiga
Tentara Salib pada periode ini dipimpin oleh raja Jerman, Frederick II.
Kali ini mereka berusaha merebut Mesir lebih dahulu sebelum ke Palestina,
dengan harapan dapat bantuan dari orang-orang Kristen Qibthi. Pada tahun 1219
M, mereka berhasil menduduki Dimyat. Raja Mesir dari dinasti Ayyubiyah waktu
itu, al- Malik al-Kamil, membuat penjanjian dengan Frederick. Isinya antara lain
Frederick bersedia melepaskan Dimyat, sementara al- Malik al-Kamil melepaskan
Palestina, Frederick menjamin keamanan kaum muslimin di sana, dan Frederick
tidak mengirim bantuan kepada Kristen di Syria. Dalam perkembangan
berikutnya, Palestina dapat direbut kembali oleh kaum muslimin tahun 1247 M, di
masa pemerintahan al-Malik al-Shalih, penguasa Mesir selanjutnya. Ketika Mesir
dikuasai oleh dinasti Mamalik yang menggantikan posisi dinasti Ayyubiyah,
pimpinan perang dipegang oleh Baybars dan Qalawun. Pada masa merekalah
Akka dapat direbut kembali oleh kaum muslimin, tahun 1291 M. Demikianlah
Perang Salib yang berkobar di Timur. Perang ini tidak berhenti di Barat, di
Spanyol, sampai umat Islam terusir dari sana. Walaupun umat Islam berhasil
94
Dari Spanyol Islam itulah Eropa banyak menimba ilmu ilmu. Saat Islam
mencapai masa besar, kota Cordoba dan Granada di Spanyol merupakan pusat-
pusat Peradaban Islam yang penting sangat saat itu dan menyayi baghdad di
98Suwito, Sejarah Sosial Pendidikan Islam,( Jakarta, Kencana. 2005). h.109
95
Timur. Saat itu, orang-orang Eropa Kristen, Katolik maupun Yahudi dari wilayah
dan negara banyak belajar di perguruan-perguruan tinggi Islam di sana. Islam
menjadi "guru" bagi orang Eropa.99 Di sini pula pula hidup bisa dengan aman
aman dengan toleransi dan toleransi yang tinggi, bebas untuk berimajinasi dan
adanya ruang yang luas untuk jiwa-jiwa jiwa seni dan sastra.100
Dalam sejarah ilmu ilmu dan peradaban Islam, tanah Spanyol lebih banyak
nama Andalusia, yang dari mana dari sebutan tanah Semenanjung Liberia.
Julukan Andalusia ini berasal dari kata Vandalusia, yang artinya negeri bangsa
Vandal, sementara daerah Semenanjung ini pernah oleh bangsa Vandal sebelum
mereka oleh dikalahkan bangsa Gothia Barat pada abad V. Daerah ini oleh Islam
yang disalah penguasa Bani Umayah mengumpan tanah Semenanjung ini dari
bangsa Gothi Barat pada masa Khalifah Al-Walid bin Abdul Malik.102
99 Badri Yatim, Sejarah Peradaban Islam: Dirasah Islamiyah II, (Jakarta, Rajawali Pers.
2004), h. 87
100 Dean Derhak, Muslim Spanyol dan Budaya Eropa,
dalam http://www.muslimheritage.com
101 Siti Maryam, dkk., Sejarah Peradaban Islam: Dari masa Klasik hingga Modern.
(Yogyakarta. LESFI, 2004). h. 83
102Siti Maryam, dkk., Sejarah Peradaban Islam, h. 69
96
Musa bin Nushair pada tahun 711 M pasukan ke Spanyol sebanyak 7000 orang di
bawah pimpinan Thariq bin Ziyad.105
Kemenangan pertama yang bernaung oleh Thariq bin Ziyad jalan untuk
penaklukan wilayah yang lebih luas lagi luas. Musa bin Nushair pun juga siapa
pun untuk membantu perjuangan Thariq. Disamakan, baik seluruh kota penting di
Spanyol, termasuk utaranya mulai dari Saragosa sampai Navarre. 109 Gelombang
wilayah timurnya arahnya muncul pada masa pemerintahan Khalifah Umar bin
Abdil Aziz tahun 99 H/717 M, dengan di atasnya puncak wilayah sekitar
105 Philip K. Hitti, Sejarah Arab,( London, Macmillan Press, 1970), h. 493
106 Carl, Brockelmann, Sejarah Orang Islami, (London: Rotledge & Kegan Paul, 1980),
h. 83
Spanyol ini banyak yang terkoyak campur tangan Islam di tahun 711 M. Sehingga
amat banyak coraknya dan ada jauh sebelum kerajaan Gotik berdiri.
Awal jalan kerajaan Ghot dulu pada Raja Roderick jalan ibu kota
negaranya dari Sevilla ke Toledo, sementara Witiza, yang saat itu menjadi
penguasa atas wilayah Toledo, kesah juga. Keadaan ini bait api amarah dari
Oppas dan Achila, kakak, dan anak Witiza. Baik kemudian bangkit menghimpun
kekuatan untuk mendingan Roderick. Mereka pergi ke Afrika Utara dan
bergabung dengan kaum muslimin. Sementara itu, terjadi pula konflik antara
Roderick dengan Ratu Julian, mantan penguasa wilayah Septah. Julian juga
bergabung dengan kaum Muslimin di Afrika Utara dan usaha usaha umat Islam
untuk kekanderu Spanyol. Julian bahkan memberikan pinjaman empat buah kapal
yang dipakai oleh Tharif, Tariq, dan Musa.115 Hal jalan tentara Islam lain tentara
Roderick yang terdiri dari para budak yang tertindas tak lagi mempunyai
semangat perang. Selain itu, orang Yahudi yang selama ini terandu juga perse
persekutuan dan bantuan memberikan untuk perjuangan kaum Muslimin.116
Pada periode ini, Spanyol berada di bawah pemerintahan para wali yang
disanut oleh Khalifah Bani Umayah yang terpusat di Damaskus. Pada periode ini
adalah menteri politik negeri Spanyol belum baik, gangguan-gangguan masih
terjadi, baik dari dalam maupun dari luar. Gangguan dari dalam antara lain antara
antara kalangan penguasa elit, terutama akibat adanya cara dan golongan. Di
samping itu, ada yang berbeda antara Khalifah di Damaskus dan partai Republik
Afrika Utara yang berpusat di Khairawan. Masing-masing mengaku, merekalah
yang paling hingga hingga keberangkatan laut daerah Spanyol ini. Oleh pada saat
itu, terjadi dua puluh kali pergantian wali (pak) Spanyol dalam jangka waktu yang
amat singkat. Berbeda politik itu berkerat seringnya terjadi perang saudara. Hal ini
ada di mana dengan suku yang ada, terutama antara Barbar asal Afrika Utara dan
Arab. Di dalam suku Arab sendiri ada dua golongan yang terus-terusan beranding
suku Qaisy (Arab Utara) dan Arab Yamani (Arab Selatan). Ada yang tidak
mungkin kali ini kali konflik politik, terutama saat tak ada figur yang tangguh.
Itulahlahlahlahlah di Spanyol pada saat itu tak ada kata menteri yang mampu
keberseringan untuk jangka waktu yang agak lama. 118 Periode ini akhir dengan
datangnya Abdurrahman Al-Dakhil ke Spanyol pada tahun 138 H/755 M.
Ada yang berpendapat pada periode ini saham menjadi dua masa Ke Amiran
(755-912) dan masa ke Khalifahan (912-1013).122
Periode ini masa lalu mulai dari pemerintahan Abdurrahman III yang
bergelar "An-Nasir" munculnya "raja-raja kelompok" yang bergaiji dengan
sebutan Muluk Al-Thawaif. Pada periode ini Spanyol diperintah oleh penguasa
dengan gelar Khalifah, penggunaan khalifahnya bermula dari berita yang sampai
abdurrahman III, bahwa Muktadir, Khalifah daulah Bani Abbas di Baghdad mati
dunia mati oleh pengawalnya sendiri. Menurut penilainnya, ini masa lalu yaitu
suasana Abbasiyah sedang dalam kemelut. Ia berpendapat saat ini jadiakan saat
yang tepat untuk gelar khalifah yang hilang dari keberserahan Bani Umayyah
selama 150 tahun lagi. Karena itulah gelar ini mulai tahun 929 M. Khalifah-
khalifah besar yang mengalah pada periode ini ada tiga orang yaitu Abdurrahman
Al-Nasir (912-961 M), Hakam II (961-976 M), dan Hisyam II (976-1009 M).
Pada periode ini umat Islam Spanyol mencapai puncak universitas dan
kejayaan menyaingi kejayaan daulat Abbasiyah di Baghdad. Abdurrahman Al-
Nasir dijamu Universitas Cordova. Ia berdalih Al-Azhar Kairo dan Nizhamiyah
120 Jurji Zaidan, Tarikh al-Tamaddun al-Islami, juz III, (Kairo: Dara l-Hilal, tt), h. 200
121 Badri Yatim, Sejarah Peradaban Islam, h. 96
Baghdad, juga menarik minat para siswa, Kristen dan Muslim, tak hanya di
Spanyol tetapi juga dari wilayah-wilayah lain di Eropa, Afrika dan Asia.123 Pada
saat tahun 1013 M, Dewan Menteri yang berkelakuan hormat Cordova
memungkasi pak khalifah. Saat itu Spanyol sudah terpecah dalam sekali negara
kecil yang berpusat di kota-kota saja.124
Pada periode ini, Spanyol terpecah menjadi dari tiga puluh negara kecil di
bawah pemerintahan raja-raja golongan atau Al-Mulukuth Thawaif yang berpusat
di suatu kota seperti Sevilla, Cordova, Toledo dan sebagainya. Yang keingin itu
adalah Abbadiyah di Sevilla. Pada periode ini umat Islam masuk masa pertikaian
magang. Ironisnya, kalau terjadi perang saudara, ada di antara pihak-pihak yang
bertikai itu yang meminta bantuan kepada raja-raja Kristen. melihat dan melihat-
dengar yang puncaknya politik Islam itu, untuk pertama kalinya orang-orang
Kristen pada ini periode mulai inisiatif inisiatif. Meskipun kehidupan politik tak
stabil, namun kehidupan intelektual terus berkembang pada periode ini. Istana-
istana para sarjana dan sastrawan untuk perlindungan dari satu istana ke istana
lain.125
Pada periode ini Spanyol Islam meskipun masih berjarak beberapa negara,
tetapi satu kekuatan yang dominan, yaitu kekuatan dinasti Murabithun (1086-1143
M) dan Muwahhidun (1146-1235 M). Dinasti Murabithun pada mulanya itu
sebuah gerakan agama yang mulia oleh Yusuf bin Tasyfin di Afrika Utara. Pada
tahun 1062 M ia bekerja di sebuah kerajaan sebuah kerajaan yang berpusat di
Marakesy. Pada masa dinasti Murabithun, Saragosa jatuh ke tangan Kristen,
tepatnya tahun 1118 M.
127 Harun Nasution, Islam semakin baik dari aspeknya, (Jakarta: UI Press, 1985), h. 82
105
Kalau di tempat-tempat lain, para mukalaf kelakuan baik orang Islam yang
sederajat, di Spanyol, apamana politik yang jalan bani Umayyah di Damaskus,
orang-orang Arab tak pernah menerima orang-orang pribumi. Setidak-taknya abad
ke-10 M, mereka masih memberi masa 'ibad dan muwalladun ke para mukalaf itu,
suatu frasa yang nilainya mendokong. Hasilnya, kelompok-kelompok suku non-
Arab yang ada sering menggerogoti dan melakukan perdamaian. Hal itu menjadi
jalannya jalan utama terhadap sejarah sosio-ekonomi negeri negeri. Hal ini saja
tidak adanya ideologi yang bisa makna persatuan, di samping kurangnya figur
yang bisa menjadi personifikasi ideologi itu.129
Hal ini berkedern perintahkan kepada para pemain di antara ahli waris.
Bahkan, saat inilah alasan Bani Umayyah runtuh dan Muluk Al-Thawaif muncul.
Granada yang merupakan pusat pemerintahan Islam akhir di Spanyol ke tangan
Ferdinand dan Isabella, di antaranya juga korban akar ini.131
7. Keterpencilan
Spanyol Islam bagaikan dari dunia Islam yang lain. la selalu berjuang sendiri,
tanpa bantuan tapi dan Afrika Utara. Dengan adanya hal tersebut, tidak ada
kekuatan alternatif yang mampu membendung Kristen di sana.132
133 Josept Schacht, An Introduction to Islamic Law (London: Oxford University Press,
1982), h. 1.
134 Suyatno, Dasar-dasar Ilmu Fiqih dan Ushul Fiqih (Yogyakarta: Ar Ruzz Media,
2011), h. 13
107
Allah yang dijadikan pedoman manusia tersebut tiada lain dimaksudkan untuk
mewujudkan kemashlatan umat manusia itu sendiri.135 Dalam diskursus hukum
Islam terdapat dua istilah yang perlu dipahami terlebih dahulu secara seksama,
yakni term syari’ah dan fikih. Tidak jarang ada yang menyamakan arti syari’at
dan fikih. Syari’at menurut pengertian ulama fikih adalah hukum-hukum atau
peraturan yang diturunkan Allah untuk umat manusia melalui Nabi Muhammad,
baik berupa Al-Quran maupun sunnah nabi. Ia bersifat tetap (tidak berubah).
Sebab jika syari’at Allah itu berubah, maka ia tidak ada bedanya dengan peraturan
yang dibuat oleh manusia.136 Sementara fikih adalah hasil pemahaman mujtahid
terhadap syari’at. Oleh karena itu, fikih selalu berkembang dan berubah mengikuti
perkembangan masa perubahan zaman. Dalam hal ini, John L. Esposito
menyatakan bahwa syari’at adalah hukum yang bersifat ketuhanan (Divine Law)
sedangkan fikih adalah produk pemahaman manusia dalam mengintrepretasikan
dan menerapkan hukum ketuhanan tersebut.137 Sebagai produk ijtihad, hukum
Islam tentunya tidak terlepas dari adanya perubahan. Setiap perubahan sosio-
kultural umat Islam akan berpengaruh terhadap perubahan hukum Islam. Oleh
karena itu, hukum Islam tidak boleh stagnan dan harus bergerak dinamis sesuai
dengan perkembangan zaman dan tempat. Persoalan umat Islam akan terus
135 Imam asy-Syatibi yang dikenal sebagai bapak maslahah membagi maqasid asy-
syariah menjadi 3 (tiga), yaitu daruriyyat (primer), hajiyyat (sekunder), dan tahsiniyyat (tersier).
Lihat Abu Ishaq asy-Syatibi, Al-Muwafaqat fi Ushuli Syari’ah, Juz IV (Riyad: Dar Fikr Araby,
t.t.), h. 8-12.
136 Imam asy-Syatibi yang dikenal sebagai bapak maslahah membagi maqa>sid asy-
syariah menjadi 3 (tiga), yaitu daruriyyat (primer), hajiyyat (sekunder), dan tahsiniyyat (tersier).
Lihat Abu Ishaq asy-Syatibi, Al-Muwafaqat fi Ushuli Syari’ah, Juz IV (Riyad: Dar Fikr Araby,
t.t.), h. 8-12.
137Abdullah Salim Zarkasyi, “Fiqh di Awal Abad 21”, dalam Epistemologi Syara’:
Mencari Format Baru Fiqh Indonesia (Yogyakarta: Pustaka Pelajar kerjasama Walisongo Press,
2009), h. 30-33.
108
138 John L. Esposito, Muslim family Law Reform: Toward an Islamic Methodology
(Islamabad: Islamic Research Institute, International Islamic University, t.t), h. 23. Dapat diakses
melalui http://www.jstor.org/stable/20846978. Sayyed Hossein Nasr menambahkan bahwa
perintah dalam hukum Islam sejatinya bersifat permanen, akan tetapi secara prinsipnya semuanya
dapat diimplementasikan dalam situasi dan kondisi baru yang terjadi dalam masyarakat. Lihat Aan
Black dkk., Modern Perspectives on Islamic Law (Cheltenham: Edward Elgar Publishing, 2013),
h. 6. Lihat juga Shibli Mallat dan Jane Connors (ed.), Islamic Family Law (London: Graham &
Trotman, 1993), h. 261.
139 Hasyim Fathoni, Pemikiran Hukum Islam Imam al-Bukhari (Yogyakarta: Pustaka
Pelajar, 2013), h. 4.
109
Abu Hanifah memiliki nama lengkap an-Nu’man bin Tsabit bin Zauth
bin Mah. Lahir di Kufah pada tahun 80 H pada zaman Dinasti Umayyah, ketika
raja Abdul Malik bin Marwan memerintah. Ia diberi gelar “an-Nu’man” yang
berarti darah atau roh, agar menjadi generasi penerus kebaikan. Ayahnya
merupakan tokoh ahli fikih dan tokoh masyarakat. Ia mendapat gelar “hanifah”
(mu’annats dari asal kata hanif) yang berarti ahli ibadah, karena ia senang dan
condong terhadap agama kebenaran. Dalam riwayat lain gelar tersebut
dikarenakan ia terus menerus membawa tinta (tinta dalam bahasa Iraq adalah
hanifah).143 Saat kelahirannya, banyak sahabat yang masih hidup, di antara mereka
140 Muhammad Muhammad ‘Uraidhah, al-Imam Abu Hanifah; an-Nu’man bin Tsabit at-
Tamimi al-Kufi, faqih ahl ‘Iraq wa Imam Ashhabu al-Ra’y (Beirut: Dar alKutub al-Ilmiyyah,
1992), h. 6 dan 27.
141 Ali Fikri, Kisah-kisah Imam Madzhab (Yogyakarta: Mitra Pustaka, 2003), h. 5-6
142 Abdurrahman al-Ghazaly, Fiqih Menakahat, Cet. III (Jakarta: Pustaka Kencana,
2003), h. 96.
143 Muhammad bin Abdurrahman ad-Dimasyqi, Fiqih Empat Mazhab, alih bahasa:
Abdullah Zaki Alkaf (Bandung: Hasyimi Press, 2010), h. 366.
110
adalah Anas bin Abu Hanifah (pembantu Rasul), Abdullah bin Abi Auf, Sahl bin
Said as-Sa’idi, dan Abu Tufail bin Amir bin Watsilah. 144 Sejak kecil,
kecenderungannya terhadap ilmu pengetahuan telah tampak, terutama berkaitan
dengan agama Islam. Ia banyak belajar kepada para tabi’in, seperti Ata bin Abi
Rabah dan Nafi’ Maula Ibnu Umar. Ia juga banyak mengkaji hadis dan fikih dari
ulama-ulama di negerti terkemuka. Adapun guru yang paling berpengaruh ialah
Imam Hammad bin Abi Sulaiman (w. 120 H). Di antara guru Abu Hanifah adalah
Ahmad al-Baqir, Abu Zabir, Ady bin Sabit, Abdur Rahman bin Harmaz, dan
Qatadah.145 Abu Hanifah tidak memulai pembelajaran dari fikih, tetapi memulai
dengan ilmu kalam sehingga hal ini yang menyokong dalam pembentukkan
metode berfikirnya yang rasional dan realistis. Pada perkembangannya, ia dikenal
dengan sebutan ahl ra’yi dalam fikih dengan metodenya yang terkenal, yaitu
istihsan.146 Abu Hanifah tidak meninggalkan karya tulis mengenai
pandanganpandangan hukum. Hanya saja terdapat risalah-risalah kecil yang
dinisbatkan kepadanya, seperti al-fiqh al-akbar, al-alim wa al-muta’alim dan juga
risalah yang menolak pandangan qadariyyah. Karya-karya tersebut kemduian
dibukukan oleh para muridnya. Terdapat empat orang murid Abu Hanifah yang
paling terkenal, yakni Ya’kub ibn Ibrahim ibn Habib alAnsari, terkenal dengan
nama Abu Yusuf, Zuffar ibn Hudail, Muhammad ibn al-Hassan ibn Farqad asy-
Sayibani, dan al-Hasan ibn Ziyad al-Lu’lui. Melalui keempat muridnya inilah
pemikiran Abu Hanifah tersebar luas, terutama melalui dua muridnya, Abu Yusuf
dan asy-Syaibani. Kuffah, kota kelahiran Abu Hanifah pada masa itu adalah suatu
kota besar, tempat tumbuh berbagai ilmu dan budaya. Di sana diajarkan falsafah
144 Terjadi perbedaan pendapat terkait kapan dilahirkannya Abu Hanifah. Sebuah
riwayat menyatakan bahwa ia lahir pada tahun 61 H. Lihat ‘Uraidhah, alImam Abu Hanifah; an-
Nu’man., hlm. 5 dan Ali Fikri, Kisah-kisah Imam ..., h. 3.
145 Ibid., h. 9.
Yunani, hikmah Persia dan di sana juga (sebelum Islam datang) beberapa mazhab
dalam agama Nasrani tumbuh kembang dan memperdebatkan masalah-masalah
politik, dasar-dasar aqidah dan lain sebagainya. Selain itu, Kuffah merupakan kota
di mana lahir sejumlah mujtahid dan juga hidup beberapa aliran pemikiran dalam
ilmu kalam, seperti Syiah, Khawarij, dan Mu’tazilah. 147 Kuffah menjadi tempat
pertemuan antar budaya Arab dan non-Arab, sehingga tampak lebih majemuk.
Secara geografis, Kuffah yang berada jauh dari pusat tradisi Nabi telah ikut
menentukan aktivitas warna ijtihad, yakni lebih rasional, kritis, dan realistis.
Profensi Abu Hanifah sebagai seorang saudagar menjadikan pola pemikirannya
tidak terikat dengan hal yang besifat tekstualis.148 Kosmopolitan dan kompleksitas
kota Baghdad dan Kuffah nyata-nyata berpengaruh terhadap pola pemikiran
hukum Abu Hanifah. Abu Hanifah sering disebut sebagai pemuka ahl ra’yi.
Pemilihannya menggunakan akal-rasional dalam menetapkan hukum ketika tidak
menemukan landasan hadis yang populer merupakan langkah kehatihatiannya
dalam meriwayatkan hadis, karena takut adanya dusta dalam periwayatan hadis.149
Kerangka berfikir inilah yang kemudian diadopsi oleh para muridnya. Di antara
muridnya yang terkenal adalahAbu Yusuf dan Al-Syaibani. Abu Yusuf
merupakan pemuka fikih di Basrah dan Kuffah. Ia sangat ahli dalam
meriwayatkan hadis sehingga ia menjadi seorang hafidz. Dia memiliki andil besar
dalam perkembangan mazhab Hanafi. Kealimannya di bidang hukum Islam
menjadikan Abu Yusuf diangkat menjadi hakim di Baghdad dan kemudian
menjadi hakim tinggi pada masa khalifah Harun al-Rasyid. Melalui kedudukan
tersebut, ia berwewenang untuk mengangkat dan memberhentikan hakim-hakim
di seluruh wilayah kekuasaan Abbasiyyah. Dengan kedudukan ini pula, ia
147Ahmad Mugits, Kritik Nalar Fiqh Pesantren (Jakarta: Kencana, 2008), h. 73-74. Lihat
pula ‘Uraidhah, al-Imam Abu Hanifah ..., h. 18.
148 Hasbi Ash Shiddiqy, Pokok-pokok Pegangan Imam Madzhab (Semarang: Rizki
Putra, 2007), h. 442 dan ‘Uraidhah, al-Imam Abu Hanifah ..., h. 34-35. 16 Ahmad Mugits, Kritik
Nalar..., h. 73.
151 Ibid
113
152 Secara etimologis (bahasa) kata ijtihad diambil dari kata dasar al-jahd atau al-juhd
yang berarti kepayahan, kesulitan dan kesungguhan. (Lihat A. Warson Munawwir, Kamus al-
Munawwir Arab-Indonesia Terlengkap, Cet. Ke-14 (Surabaya: Pustaka Progresif, 1997), h. 217).
Sementara secara terminologis, ijtihad bisa dimaknai sebagai pengerahan segala kesanggapun
seorang mujtahid untuk memperoleh pengetahuan tentang hukum sesuatu melalui dalil syara’
(agama). Lihat Abu Ishaq asy-Syatibi, Al-Muwafaqat fi Ushuli Syari’ah, Juz IV (Riyad: Dar Fikr
Araby,t.t.), hlm. 113; Abu Hamid al-Ghazali, al-Mustasfa min ‘Ilm al-Ushul (Mesir: Syirkah at-
Talabiyyah al-Fanniyyah al-Muttahidah, 1971), hlm. 342, dan Wahbah az-Zuhaili, Ushu>l al-Fiqh
al-Islami (Beirut: Dar el-Fikr,1986), hlm. 1038. Adapun orientasi atau tujuan dari ijtihad tersebut
adalah pada upaya terciptanya kemaslahatan yang sesuai dengan tujuan syari’at (maqa>sid
syaríah), yang meliputi upaya untuk menjaga agama (hifdz ad-dín), menjaga jiwa (gifdz an-nafs),
menjaga akal (hifdz al-‘akl), menjaga harta (hifd al-mal), dan menjaga keturunan (hifdz annasl).
Lihat Abu Hamid al-Ghazali, al-Mustasfa min ‘Ilm al-Ushul (Mesir: Syirkah at-Talabiyyah al-
Fanniyyah al-Muttahidah, 1971), Abu Ishaq As-Syatibi, AlMuwafaqat...,Juz 2, h. 10, dan Ahmad
al-Mursi Husain Jauhar, Maqasid Syariah fi al-Islam, alih bahasa: Khikmawati (Jakarta: AMZAH,
2010), h. xv.
153 Abdul Wahhab Khallaf, Ilmu Ushul Fiqih (Kairo: Maktabah ad-Dakwah
alIslamiyyah, t.t.), h. 79.
154 Ini merupakan pendapat yang paling tepat dalam pandangan mazhab Hanafi. Lihat
Ibid., h. 82. Lihat pula Muhammad Abu Zahrah, Ushul Fikih, cet13 (Jakarta: Pustaks Firdaus,
2010), h., 401.
114
155 Ibid.
156 Abdul Wahhab Khallaf, Ilmu Ushul Fiqih, h. 83.
157 Aida Humaira, “Istihsan dalam Proses Istinbath Hukum”, Jurnal al-Risalah, No. 1,
Vol. 13 (Mei 2013), hlm. 54.
115
158 Lihat Abdurrahman al-Ghazaly, Fiqih Munakahat.., h.. 96; Khoiruddin Nasution,
Hukum Perkawinan I; Dilengkapi Perbandingan UU Negara Muslim Kontemporer (Yogyakarta:
Academia + Tazzafa, 2013), h. 226. Konsep Kafa’ah itu sendiri merupakan sesuatu yang banyak
diperdebatkan di kalangan para ulama. Hal ini dikarenakan tidak ada dalil yang mengatur akan hal
tersebut secara spesifik. Perbedaan para ulama mengenai kafa’ah/kufu’ berkaitan dengan pihak
manakah yang menjadi standar ke-khufu’-an; laki-laki atau perempuan. Selain itu, perbedaan lain
dalam kafa’ah juga berkaitan dengan faktor apa saja yang dijadikan standar ke-kufu’-an tersebut.
Sebagian ulama menyebutkan nasab, merdeka atau budak sahaya, agama, pekerjaan harta, dan
fisik sebagai standarnya.
Berdasarkan hadis ini, jumhur ulama berpendapat bahwa wali merupakan salah
satu syarat sahnya perkawinan. Oleh karena itu, jika seorang perempuan menikah
dengan tidak disertai adanya wali maka pernikahannya dianggap tidak sah. Akan
tetapi Abu Hanifah memiliki pandangan yang berbeda. Dia tidak menjadikan wali
sebagai salah satu syarat atau rukun nikah.162 Dengan demikian, seorang
perempuan yang menikah dengan tanpa disertai adanya wali tetap dianggap sah.
Hanya saja, menurut Abu Hanifah, pernikahan tersebut dinilai tidak sempurna.
Dalam hal ini, Abu Hanifah berpendapat bahwa seorang perempuan yang telah
dewasa boleh menikahkan dirinya sendiri dan boleh pula mewakilkan kepada
orang lain untuk menikahkan dirinya. Selain itu, perempuan yang telah dewasa
juga tidak boleh dihalang-halangi ketika dirinya sudah berkehendak untuk
menikah, kecuali jika pernikahan itu dilakukan dengan laki-laki yang tidak sekufu
(sederajat/sepadan), maka walinya boleh menghalangi pernikahan tersebut. 163
Argumen yang digunakan oleh Abu Hanifah adalah argumen analogi (qiyas)
bahwa perempuan dewasa sebenarnya adalah sama dengan janda; dalam arti
bahwa mereka adalah pihak yang paling memahami akan dirinya sendiri. Adapun
ukuran kedewasaan menurut Abu Hanifah adalah baligh dan berakal sehat. Oleh
karena itu, seorang perempuan, baik gadis ataupun janda, dianggap telah dewasa
apabila sudah baligh dan berakal; dan bahwa perempuan yang telah dewasa
berhak untuk melakukan akad perkawinan, baik pernikahan itu dilakukan secara
langsung ataupuan mewakilkan atas nama dirinya kepada orang lain. Selain
masalah kafa’ah (kesepadanan/kesederajatan) dan bolehnya perempuan dewasa,
baik gadis ataupun janda, untuk melakukan pernikahan tanpa wali, hasil ijtihad
Abu Hanifah yang lain yang menarik untuk didiskusikan adalah tentang nasab
anak di luar nikah. Menurut Imam Malik dan asy-Syafi’i, seorang anak yang lahir
sebagai buah dari hubungan di luar nikah kekerabatannya dinasabkan kepada
ibunya. Hal ini berbeda dengan pandangan Abu Hanifah yang berpendapat bahwa
anak di luar nikah tetap dinasabkan kepada bapaknya. Perbedaan ini terjadi karena
perbedaan dalam memaknai lafaz firasy, dalam hadis nabi: anak itu bagi pemilik
tilam dan bagi pezina adalah hukum rajam. Mayoritas ulama memahami kata
firasy sebagai perempuan. Pemahaman ini didasarkan pada makna kata firasy itu
sendiri yakni “duduk berlulut”; dalam hal ini, duduk berlutut diidentikkan dengan
perempuan. Meski demikian, ada juga yang memahami kata firasy sebagai laki-
laki (bapak). Menurut Abu Hanifah, adanya akad perkawinan yang sah
menyebabkan adanya nasab bagi anak tersebut, meskipun setelah akad antara
suami dan istri hidup berjauhan, suami berada di Timur dan istri di Barat, dan
meskipun pernikahannya itu dilakukan melalui utusan atau tulisan. Pemikiran Abu
Hanifah sebagaimana dipaparkan di depan, jika dianalisis dengan menggunakan
epistemologinya Abed al-Jabiri, maka bisa dikategorikan sebagai pemikiran yang
berbasis pada nalar burhani, yakni model berpikir yang bertumpu pada akal atau
panca indra dalam mencari kebenaran.164 Dominannya penggunaan nalar burhani
tentu tidak dapat dipisahkan dari kondisi sosio-historis, sosio-kultural dan juga
letak geografis Abu Hanifah saat berijtihad. Keberadaannya di kota Kuffah dan
Baghdad sebagai kota metropolitan menjadikan Imam Abu Hanifah harus
menghadapinya dengan rasionalitas yang tinggi dalam menghadapi pelbagai
persoalan yang terus bermunculan. Ditambah lagi kenyataan bahwa kota Baghdad
terletak jauh dari pusat kota hadis, Madinah. Hal tersebut menjadikan dia dan
muridnya lebih memprioritaskan potensi akal daripada hadis yang tidak masyhur
164 Abed al-Jabiri membagi model berpikir umat Islam ke dalam tiga kategori, yakni
bayani, burhani, dan irfani. Model berpikir atau epistemologi bayani adalah cara atau model
berpikir yang mendasarkan sepenuhnya pada teks (wahyu) atau dalam istilah lain menekankan
pada otoritas teks. Dalam epistemologi ini, kebenaran hanya ada pada teks atau wahyu, dan bahwa
rasio dianggap tidak dapat memberikan pengetahuan kecuali jika disandarkan pada teks.
Epistemologi burhani adalah suatu model berpikir yang bertumpu pada akal atau panca indra
dalam pencarian kebenaran. Sedangkan epistemologi irfani ialah pola pencarian kebenaran yang
lebih menekankan pada ilham ataupun kasyf. Lihat Muhammad Abid al-Jabiri, Bunyah al-‘Aql al-
Arabi: Dirasat Tahliliyah Naqdiyyah li Nuzum al Ma’rifah fi al-Thaqafah al-Arabiyah (Beirut:
Markaz Dirasat Wahdah al-‘Arabiyyah, 1990); Amin Abdullah, Islamic Studies di Perguruan
Tinggi; Pendekatan Integratif-Interkonektif (Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 2012), h. 215-217; dan
Amir Muallim dan Yusdani, Ijtihad dan Legislasi ...,h. 71-96.
118
dalam hal tidak ada nash dalam al-Qur’an. Model berpikir (ijtihad) Abu Hanifah
yang cenderung menggunakan nalar atau paradigma burhani tentu saja menjadi
karakter tersendiri dalam dinamika penggalian hokum Islam. Namun demikian,
terkadang ia juga membawa dampak terhadap konklusi hukum yang lebih luas
dan bahkan terkadang bias. Sebagai contoh, penyamaan antara perempuan gadis
dan janda dengan berpatokan pada batas kedewasaan dan keberakalan nampaknya
dapat membawa dampak negatif bagi perempuan gadis yang akan melakukan
pernikahan. Oleh karena itu, untuk meminimalisir dampak negatif, seorang gadis
tampaknya tetap membutuhkan wali sebagai mediator dalam pernikahan.
Abu ‘Abdillah Malik bin Anas bin Malik bin Abu ‘Amir bin ‘Amr bin Al-
Harits Al-Ashbahy, adalah seorang Imam Darul Hijrah (‘âlimu’l
Madinah), dikenal sebagai seorang faqîh dan imam madzhab Maliki. Nenek
moyangnya—Abu Amir—adalah seorang sahabat yang mengikuti seluruh
peperangan pada zaman Nabi, kecuali perang Badar. Sedang kakeknya—Malik—
dikenal sebagai salah satu kibâru al-tâbi‘în dan fuqahâ’ kenamaan. Ia juga salah
seorang dari empat tâbi‘în yang jenazahnya diusung sendiri oleh Khalifah Utsman
ke tempat pemakaman. Ayah Imam Malik bernama Anas bin Malik, sedangkan
ibunya bernama ‘Aliyah binti Syarik bin Abdur Rahman. 165 Imam Malik,
dilahirkan pada tahun ke-93H, di Dzil Marwah Madinah, setelah bertahan di
165 Amin al-Khauliy, Mâlik Tajârib al- Hayât, al-Mu’assasah al-Misriyah al-Ammah, h.
47
119
dalam rahim ibunya selama tiga tahun. Menurut orang Arab, hal ini merupakan
pertanda bahwa bayi tersebut merupakan keturunan luhur sebagaimana unta yang
dilahirkan lebih lambat dari waktu yang seharusnya, maka ia akan menjadi unta
yang lebih kuat dari yang dilahirkan tepat waktu.166
166 Ibid., h. 57
167 Abdul Ghani Al-Daqur, al-Imâm Mâlik ibnu Anas Imâm Dâru’l Hijrah, Darul
Qalam, Damaskus, 1998, h. 15
3. Ushûl Imam Malik
170 Disini ada beberapa riwayat yang menyatakan sebab mengapa Imam Malik
dicambuk: pertama, Imam Malik berfatwa tentang pengharaman nikah Mut‘ah, hal ini
bertentangan dengan apa yang diriwayatkan oleh Ibnu Abbas kakek Ja‘far al-Manshur yang
membolehkan nikah Mut‘ah, tetapi ini bukan sebab yang kuat; kedua, Imam Malik melebihkan
Ustman bin Affan dari Ali bin Abi Thalib, lalu Alawiyah menfitnahnya saat Ja‘far menjadi
khalifah, tapi ini juga bukan penyebab yang kuat, karena saat kejadian itu Alawiyah sangat
membenci Ja’far al-Manshur dan tidak menyetujui pembaiatan ini; ketiga, karena beliau
mengemukakan hadits Rasulullah yang berbunyi:
“” يمين ¬ على مس¬¬تكره ليس sehingga menyebabkan Alawiyah tak menyetujui pembaiatan Khalifah
Ja‘far al-Manshur dengan dalih bahwa kekuasannya didapat secara paksa. Lihat: Dr. Ahmad
Abdu’l Mughni, al-Bahtsu’l Fiqhiy, Jami‘atu’l Azhar, Kairo, 2003, h. 163
122
Akan tetapi beberapa ulama dari madzab yang lain tidak sependapat
dengan Imam Malik, di antarnya adalah Imam Syafi‘i, kemudian disusul oleh
Ibnu Hazm yang mengkritik Imam Malik dalam pengambilan ‘amal penduduk
Madinah sebagai hujjah.173
Menurut ulama hadits, Imam Malik berada pada tingkat ketiga dalam
pembukuan hadits. Syaikh Zakaria al-Anshari dalam kitabnya Syarh lî Alfiyatu’l
Mushthalah li’l ‘Irâqiy berkata: “Yang pertama kali membukukan hadits adalah
Ibnu Jarij di Makkah, kemudian kitab Ma‘mar Ibnu Rasyid al-Yamani, kemudian
Al-Muwaththa’.”174
tanpa membaca al-Fâtihah” (HR. Bukhari, kitab Adzan, bab Wajib membaca al-Fatihah bagi
makmum di setiap shalatnya baik itu dalam keadaan mukim atau dalam perjalanan). Imam
Nawawi mengatakan, ini berlaku bagi setiap orang yang melakukan shalat, tanpa pengecualian
termasuk makmum. Hal ini bertentangan dengan al-Qur’an dan hadits-hadits lainnya. Dalam al-
Qur’an Allah berfirman: “Dan apabila dibacakan Al Qur’an, maka dengarkanlah baik-baik, dan
perhatikanlah dengan tenang agar kamu mendapat rahmat”. ( QS. al-A‘raf: 204) Ibnu Abdul Barr
mengatakan bahwa ayat ini juga mencakup ketika dalam keadaan shalat. Lalu pendapat ini
dikuatkan dengan hadits Nabi yang berbunyi: “Jika kalian hendak shalat maka luruskanlah shaf
kalian, kemuidan salah satu diantara kalian menjadi imam, jika imam bertakbir bertakbirlah
kalian, apabila dibacakan al-Qur’an, maka dengarkanlah baik-baik.” (HR. Abu Daud kitab Shalat,
bab Tasyahud: 1/255-256). Lihat: Hasan bin Muhammad Husain Palimbani, Khabaru’l Âhâd idzâ
Khâlafa ‘amal ahli’l Madînah Dirâsatan wa Tathbîqan, Darul Buhust li al-Dirasat al-Islamiyyah,
Dubai, cet. II, 2002, h. 34, 58 dan 207
174 Abdul Ghani Al-Daqur, al-Imâm Mâlik ibnu Anas Imâm Dâru’l Hijrah, op.cit., h. 57
124
)صالة : عن نافع عن عبدهللا ابن عمر أن رسول هللا صلى هللا عليه وسلم قال، عن مالك،حدثنى يحيى
)الجماعة تفضل صالة الفذ بسبع وعشرين درجة.
5. Kitab al-Muwaththa’
Karya beliau yang sangat gemilang, dalam bidang ilmu Hadits, kitab al-
Muwaththa’, di samping karya-karya lainnya seperti al-Jamî‘ fi’l Fiqh wa al-
Ahkâm, Risâlah fi’l Qadar, Al-Sirr dan Risâlah fil Aqdhiyah. Al-Muwaththa’
adalah kitab pertama yang mencakup fiqh, atsâr dan hadîts, serta
menjadi marja‘ utama di zamannya. Kitab al-Muwaththa’ juga menjadi pembuka
jalan bagi para ulama sesudah Imam Malik untuk mengumpulkan hadits serta
menganalisanya. Kitab tersebut baru selesai dituliskan setelah memakan kurang
lebih 40 tahun. Al-Muwaththa’ dalam bahasa Arab berarti al-muzhallal, al-
175 Ibid., h. 60
176 Malik bin Anas, al-Muwaththa’, direvisi dan dikomentari oleh Mahmud bin Jamil,
Maktabah Shafa’, Kairo, cet. I, 2001, h.87
125
Kitab tersebut ditulis pada tahun 144 H atas anjuran Khalifah Ja‘far Al-
Manshur, sewaktu berjumpa saat menunaikan ibadah haji. Yaitu untuk
menghindari perbedaan; kerasnya Ibnu Umar dan rukhshah Ibnu Abbas serta
untuk menyatukan berbagai pendapat di kalangan umat dalam satu kitab.
Diriwayatkan bahwa Imam Malik berkata kepada Khalifah Ja‘far Al-Manshur:
“Baginda tidak berhak untuk menyatukan manusia dengan satu buku dan
menyalahkan atau membenarkannya, karena kebenaran berasal dari Rasulullah
SAW. Sedangkan para sahabat telah berpencar ke berbagai negara dan setiap
penduduk dari negara tersebut mengikuti madzab yang dibawa oleh para sahabat
tersebut yang mereka tetapkan sebagai madzhab yang sah untuk diikuti.”178
6. Ruwât dalam al-Muwaththa’
177 Abdul Ghani Al-Daqur, al-Imâm Mâlik ibnu Anas Imâm Dâru’l Hijrah, op. cit.,
h.103
178 Malik bin Anas, al-Muwaththa’ Riwâyah Muhammad ibn al-Hasan al-Syaibâniy,
direvisi dan dikomentari oleh Abdul Wahab Abdul Lathif, al-Majlis al-A‘la li al-Syu’ûn al-
Islâmiyyah, Kairo, 2001, cet. VII, h. 14
126
Abu Bakar al-Abhari mengatakan, jumlah Hadits yang terdapat dalam al-
Muwaththa’—baik itu berupa âtsar dari Nabi, sahabatmaupun tâbi‘în—berjumlah
1720 dengan perincian sebagai berikut: 600 buah musnad, sebanyak 222
buah mursal, 613 buah mauqûf dan 285 buah maqthû‘.179
Kodifikasi hadits menurut Imam Malik harus didukung dengan berbagai hal,
diantarnya:
2. Adanya syarat yang ketat dalam menerima dan menolak suatu riwayat
hadits, yang meliputi:
1. Kesinambungan sanad (ittishâl al-sanad);
2. Perawi-perawi hadits ini haruslah orang yang terjamin
keadilannya (al-‘adl). Adil berarti memiliki sifat terpuji, wara‘
dan muru’ah (menjaga kehormatannya) menurut pandangan umum. Di
Dalam hal ini Imam Malik pernah berkata: “Ilmu itu tidak diambil dari
empat orang, yaitu: orang yang jahil, orang yang mengikuti hawa nafsunya yang
mengajak kepada perkara bid‘ah, pembohong yang selalu berbohong jika
berbicara dengan sesamanya, jika tidak ingin dicap sebagai pembohong terhadap
hadits Nabi, juga tidak diambil dari Syaikh yang memiliki banyak kelebihan dan
ahli ibadah, namun ia tidak tahu apa yang dibawa dan yang bicarakannya.”183
Dari sini dapat kita ketahui bahwa Imam Malik adalah ulama yang sangat
memperhatikan kodifikasi hadits baik itu dari segi riwâyah maupun dirâyah.
– (إنى ال أنسى ولكن أنسى: أن رسول هللا صلى هللا عليه وسلم قال: أنه بلغه: حدثنى عن مالك
)ألسن.186
– من ذلك فكأنه ( أرى أعمار الناس قبله أو ماشاء هللا:أن رسول هللا صلى هللا عليه وسلم قال
)تقاصرأعمار أمته أال يبلغوا من العمل مثل الذى بلغ غيرهم فى طول العمر فأعطاه هللا ليلة القدر.187
– آخر ما أوصانى به رسول هللا صلى هللا عليه وسلم حين وضعت:أن معاذ ابن جبل قال,وحدثنى عن مالك
) (أ حسن خلقك للناس:رجلي فى الغرز أن قال.188
– ( إذا نشأت بحرية”أى السحابة” ثم تشاءمت فتلك عين غديقة “أى:قال رسول هللا صلى هللا عليه وسلم
)”كثيرة الماء.189
186 Malik bin Anas, al-Muwaththa’, direvisi dan dikomentari oleh Muhammad Fuad
Abdul Baqi, Darul Ihya’ al-Kutub al-‘Arabiyyah, Kairo, 1951, h.107
187 Ibid., h. 273
188 Ibid., h. 706
Dari uraian di atas akan terlihat bahwa para ulama yang lebih
mengistimewakan al-Muwaththa’ dari kitab Shahîhain bisa dikatakan sangat
berlebihan. Di antara mereka adalah Ibnu al-Araby. Adapun Imam Syafi‘i
mengatakan, bahwa al-Muwaththa’ adalah ashahhul kutub setelah al-Qur’an,
dengan alasan Shahîh Bukhâriy dan Shahîh Muslim belum ada. Sedangkan Ibnu
al-Atsir (wafat 606H) dalam bukunya Jâmi‘ al-Ushûl min Ahâdîts al-
Rasûl mengatakan bahwa al-Muwaththa’ menempati posisi keenam kutub al-
sittah menggantikan Sunan Ibnu Majah. Namun banyak ahli hadits yang tidak
sependapat dengan hal ini. Sedangkan Ibnu Shalah dan beberapa ulama lainnya
menempatkan al-Muwaththa’ pada posisi ketiga setelah Shahîh
Bukhâriy dan Shahîh Muslim. Akan tetapi sebagian ulama berpendapat lain, yaitu
bahwa al-Muwaththa’ tidak termasuk dalam kutub al-shahhâh, sebab di dalamnya
terdapat hadist mursal, balâghât dan munqathi‘, serta ditambah dengan
keberadaan pendapat-pendapat Imam Malik atau pun beberapa permasalahan
Fiqh.190
dikelompokkan pada Majmu‘ Zaid, maka ia berhak diberi label kitab Fiqh pertama
yang sampai kepada kita, hingga tidak bisa dikatakan sebagai kitab hadits. Dengan
demikian, al-Muwaththa’ dan pengarangnya sama sekali tak mempunyai tempat
yang layak dalam agama Islam. Jika seandainya Imam Malik adalah
seorang muhaddits, tentu ia akan menyampaikan kepada kita semua hadits yang
ada dan bukan mencampuradukkan dengan berbagai fatwa ulama. Dari sini
terlihat bahwa Imam Malik tidak menguasai seluruh hadits. Musthafa al-Shiba‘i
dalam bukunya Al-Sunnah wa Makânatuha fi’l Tasyrî‘ al-Islâmiy memberikan
beberapa jawaban atas syubhat ini:
14. Khâtimah
Salah satu usaha dalam pembaharuan dan pembuktian bahwa syariat Islam
itu berdimensi luas, yaitu dengan metodologi studi komparatif antar madzhab;
tentang perbedaan persepsi mereka dalam menginterpretasikan sumber-sumber
ajaran Islam. Berbeda pendapat merupakan fitrah dan tabiat manusia. Maka yang
terpenting bagi seorang muslim adalah bagaimana menyikapi perbedaan tersebut
hingga menjadi rahmat, bukan menjadi petaka. Pemahaman etika dasar seorang
Muslim dalam menyikapi perbedaan pendapat juga merupakan unsur yang urgen
bagi nilai ikhtilâf. Sehingga dari pemahaman yang benar didapat manfaat yang
nyata.
pribadi penulis dan khalayak untuk lebih giat membaca, menghayati dan
menuliskannya. Semoga keinginan untuk berbenah diri selalu hadir.
Imam Syafi'i mana orang yang amat peta lidah kuat dalam berhujjah, amat
jelas saat menerangkan, berwawasan luas, memiliki kecermatan yang tinggi,
ketajaman dalam berpikir, teliti, jenius, dan banyak ilmu kekadatan. Semua itu
memang wajar wajar terjadi karena imam Syafi'i amat bahasa Arab lengkap
dengan seluk beluk kesussastraan dan syair-syairnya serta mampu menghimpun
banyak dalil syariat yang berbeda, baik dalil yang berasala dari Al-Qur'an, Hadis,
Ijma' dan Qiyas. Imam Syafi'i juga juga mana dasar dasar Ijtihadnya dalam ar-
risalah yang menjadi karya tulis pertama dalam ilmu Ushul Fiqih. Kemudian ia
serampangan dengan manhaj yang jelas lagi bersih dari tendensi dan energi.
Pada tahap kedua, Imam Syafi'i tiba di Baghdad pada tahun 195 H dan
mengarang ar-risalah yang merupakan landasan ilmu Ushul Fiqih. Imam Syafi'i
137
menulis kitabnya untuk syarat anjuran yang imam al-Hafizh Abdurrahman Bin
Mahdi yang meminta hak cipta untu menulis kitab yang menerangkan tentang-
syarat syarat syarat syarat dalil (Istitlal) dengan Al-Qur'an, as-Sunnah, Ijma' dan
Qiyas ; mengenai nasakh dan mansuq; dan derajat dalil yang Am dan Khas.
Demikianlah keterangan yang ada didalam Manaqib as-Syafi'i karya Imam ar-
Razi. Halnya kata kata kata para Ulama yang hidup sezaman dengannya bahwa
Imam Syafi'I memang menyusun ar-Risalah di Makkah.
Setelah Imam Syafi'i selesai menyusun, dia kode ar-Risalah dari sana Ibnu
Mahdi. Usai membacanya Ibnu Mahdi berkata, "Saya tak semoga Allah peduli
menciptakan orang seperti lelaki (Imam Syafi'i) ini." Kitab ar-Risalah saja dan
saya sehingga takjub. Karena dengan membacanya, saya sudah jadi sosok yang
baik amat cerdas, fasih, dan sangat santun. Oleh karenanya saya semoga semoga
kebaikan selalu padanya.195
a. Tahap Persiapan
Siap lahirnya madzhab al-Syafi'i belangsung sejaknya Imam Malik, tahun 179
H, sampai dengan kedatangannya yang kedua ke Baghdad, tahun 195 H. 195 H.
jadimana nama baik baik itu, pasca Imam Malik, Al-Syafi'i beralak ke yaman
untuk kerja. Dengan adanya hal tersebut, kehidupan kelimuaannya beranak dari
dunia teori ke dunia dunia berakhmat dialapangan. Keberadaan dilapangan
teduknya bila bubar dengan periode kata ilmu. Disini perhatian tidak mungkin
lepas dari faktor an, yaitu dan situasi ekonomi, politik, dan sosial yang ada. Dalam
195 Wahban Zuhaili, fiqih imam syafi'I,almahira. 2010, h. 3-4
138
Kumulasi dari ini semua, seperti disimpulkan oleh al-Nahrawi, jadiakan faktor
penting yang nyinyen dan juga juga jugabankaban al-Syafi'i membentuk suatu
madzhab fiqih sendiri. Pada kesempatannya, ia melakukan peninjalan untuk sisi-
sisi positif dan metode para anggota ijtihad ahl al-Ra'yi maupun ahl al-Hadist.
Kaidah-kaidah terbaik yang mana dari penarsi ini diolah dan dirumuskannya
dalam suatu tatanan baru yang kemudian tanahnya dasar madzhabnya.
Selama ini yang baikakan masa ujian paling berat bagi al-Syafi'i dalam
konsep dan pikir fiqihnya yang mana pun ia lalui dengan baiknya. Majelis
pengajiaannya segera menarik perhatian dari kalangan kalangan. Banyak ulama,
dengan latar belakang dan latar yang berbeda : ahli hadist, Fiqih, Bahasa dan
Sastra hadir di majelis itu, dan masing-masing merekaakan apa yang paling
khasnya. Melalui berbagia disksi dnegan para ulama ahl al-Ra'yi, tampaklah
tingkat keilmuan as-Syafi'I berada diatas mereka. Dengan adanya hal tersebut, ia
segera terkenal, nama harum dan tersohor ke ciptaan penjuru. Madzhabnya dan
sebar luas ditengah-tengah masyarakat. Para ulama akuhnya dan kalangan
penguasa pun juga masih hormat. ada beberapa mereka meniggalkan madzhabnya
dan kelih jadi orang madzhab syafi'I. padahal al-Syafi'i datang ke Baghdad, di
masjid jami' al-Gharbi ada 20 majlis (halqah) pengajian ahl al-Ra'yi tapi sepekan
kemudian jumlahnya susun menjadi tiga atau empat bauah saja.
Masa yang dialaui al-Syafi'i di Mesir itu relatif singkat, tetap sangat dalam
penegmbangan madzhabnya. Di sana ia senantiasa sibuk dengan kegiatan yang
hasil temuan temuan ilmu dan istinbath hukum yang kekuatan hujjah 9dalil dan
bicara ilmiah) serta yaitu yaitu makam pribadi al-Syafi'i jadi siapa iman yang
nyata. Karena banyak alasan ilmiah, ia negara ruju',meninggalkan beberapa
pendapat lama yang mana dikemukakaknnya di Baghdad dan ubahnya dengan
141
fatwa yang baru. Pendapat-pendapat baru (qaul jadid) itu dituang kan sisitematis
dalam beberapa buah kitab.
Dalam hal al-Syafi’i memberi dua, atau lebih, fatwa yang berbedamereka
melakukan tarjih seetelah menelusuri dalilnya masing-masing untuk mendapatkan
pilihan terkuat. Mereka inilah yang kemudian memainkan pera penting dalam
membela, melengkapi, dan menyebarkan madzhab al-Syafi’i sehingga ia dapat
hidup berdampingan atau bersaing dengan madzhab-madzhab lainnya si hampir
semua wilayah Islam. Selain ramai dengan kegiatan istinbath, kajian, dan diskusi
antara sesamanya atau antara mereka dengan ulama dari madzhab lain, para ulama
Syafi’iyah pada periode ini juga banyak menghasilkan karya tulis. Hampir setiap
196 Lahmuddin Nasution, Pembaruan Hukum Islam dalam madzhab Syafi'I, Remaja
Rosdakarya. 2001, h. 47-53
142
a. Al-Qur’an
b. As-Sunnah
c. Al-Jima'
Dalam masalah-masalah yang mana tak terarang pada tegas dalam Al-
Qur'an ataupun Sunnah, sehingga hukumnya sosoknya sosok lebih dari ijtihad,
jelas kesempatan terbuka untuk berbeda pendapat. Berkenaan dengan ini, para
mujtahid bernuansa bebas, bahan keharusan,untuk babak atau berfatwa cocok
dengan hasil ijtihadnya masing-masing. Fatwa-fatwa mereka itu tidak berda kata-
kata. Masalah-masalahnya tetap terbuka pada lapangan ijtihad bagi ulamayang
datang kemuadian dan orang awam bebas ikutan untuk salah satu dari pendapat
yang ada. Akan tetapi dalam kasus-kasus terkait, setelah melakukan ijtihad
dengan cara beraasa masing-masing, seluruh ulama sampai ke mana sama
sehingga kudut yang suatu hukum tentangnya. Partai seperti itu berkedek ijma'
dan mengalah sebagai hujjah yang mempunyai kekuatan ikami. Dengan adanya
suatu ijma', kajian terhadap masalah ini juga selesai
d. Bahasa Qiyas
beruruh serta posisi yang jelas bagi qiyas dalam waktu yang disingkurkan dalil-
dalil hukum. Ia memuung qiyas pada urutan empat, baik dari segi kemuliaan
(syarf) maupun kekuatannya, berikut itu pokok-pokok pikiran Al-Syafi'i kitab
dalam Al-Risalah tentang Qiyas, antara lain lagi berikut :
Bahwa setiap kasus yang terjadi atas orang muslim pasti ada hukumnya.
Kalaupun hukum itu tak dinyatakan secara tegas, pasti ada kearahnya; dan hukum
itu bisa dibayangkan dengan ijtihad, yaitu ilmu yang diperoleh dengan qiyas itu
itu benar benar bisa zhahir dan cuma berlaku untuk orang yang apalagi, tak bagi-
bagi semua ulama, karena hanya Allah yang maha mengetahui hal-hal yang ghaib.
Qiyas itu ada dua tingkatan. Pertama, sesuatu yang diqiyaskan itu tercakup
oleh suara ashl (kasus pokok) sehingga tidka akan ada ada di manameng
qiyas Kedua, apa itu mempunyai unsur dengan beberapa ashl; dalam hal ini ia ia
diqiyaskan ke ashl yang paling kedar ceritanya, namun orang-orang mungkin
mungkin akan berbeda pendapat dalam mensyilahkannya.
4. Qaul Qadim dan Qaul Jadid Dalam Waktu Dalam Waktu Fiqih Al-
Syafi'iyah
Namun, hal ini arah tak lama dalam kegiatan inilah yang marak pada masa
itu para ilmuan sangat banyak melakukan perjalanan (Irihlah). Dalam rangka
berdingkryang ilmu. Melalui perjalanan seperti itu, terjadilah kontak antara tokoh-
tokoh baik pusat pengembangan tadi sehingga qadim dan qaul jaddid bertemu
dengan periwayatan antaranya. Lebih dari itu, beberapa orang murid yang
diinisifkan qaul jaddid di mesir kemudian berhubungan dengan irak dan
berhubungan dengan penerus para al-Syfi'i di pusat pengembangan qaul
qadimnya sehingga ke arah Qadim Qadim dan Qaul jaddid membentuk himpunan
besar madzhab al-Syafi'i.
Pada pada periwayatan lisan, proses baik baik kelompok qaul itu juga
terjadi pada penulisan kitab-kitab. Kalau kitab-kitab periode pertama hanya
pemuat satu kelompok qaul, tampak bahwa karya-karya yang lahir pada masa
adanya ada lingkaran qaul qadim, qaul jaddid.
Adanya dua qaul yang berbeda untuk masalah yang baik baikakan
khasanah yang sangat berharga dalam kajian. Akan tetapi, hal itu justru masuk ke
dalam lapangan fatwa yang mengkhendaki yakin hukum. Oleh pada saat itu, di
146
Itulah sebabnya, kitab-kitab yang di tulis pada periode pengayaan madzhab itu
selalu muat fatwa qaul jaddid lengkap dengan dalil-dalil yang mendukungnya,
serta fatwa lanjutan yang mana lahir puncaknya (qaul mukharraj dan wajh yang
berkibar dari tafri' atau takhrij'), sedangkan fatwa-fatwa qaul qadim hanya di
muat. Akan tetapi, sama anjuran dengan al-Syafi'i sendiri, para sahabat dan
paranya terus melakukan ijtihad. Selain upaya fatwa-fatwa qaul jaddid, ijtihad
mereka juga sedang melakukan penertibesan ulang dan penelitian kembali
terhadap fatwa serta dalil dan wajhistidlal yang mendukungnya. Untuk ini mereka
melakukan letaknya di mana hadits-hadits yang semakin mudah ditemukan pada
abad-abad kemudian dan di mana qiyas yang menggunakan. Melalui ijtihad yang
berkelanjutan itu, mereka menemukan adanya beberapa fatwa qaul qodim yang
ternyata lebih kuat dari pada fatwa qaul jadid dan mereka kembalinya dalam
fatwa-fatwa.
Imam Syafi merupakan imam ke tiga dari empat madzhab, Imam Syafi'i
mempunyai empat pikir dasar yaitu :
a. Al-Qur'an
b. As-Sunnah
Dengan mengambil sikap menengah di antara Ahl Al-ra’yi dan Ahl Al-
Hadist, ia memberikan batasan-batasan yang jelas tentang hakikat Sunnah dan
menetapkan persyaratan tertentu yang harus terpenuhi agar suatu riwayat dapat
diterima. Secara umum, kaidah-kaidah yang dirumuskannya tentang hadist
dianggap sebagai sumbangan pemikiran penting dalam kajian hadist dan hukum
Islam serta berpengaruh besar pada masa-masa selanjutnya.
c. Al-Jima’
d. Qiyas
sedemikian rupa, sehingga mewarnai salah satu aliran fikih yang dikenal dengan
Ahl Al-ra’yi, yang berkembang pesat dibawah kepimpinan Abu Hanifah. Akan
tetapi, sejauh itu, belum ada rumusan yang jelas tentang hakikat, batas-batas, dan
kedudukannya sebagai dalil. Al-Syafi’i-lah yang pertama sekali memberikan
bentuk, batasan, syarat-syarat, dan berbagai ketentuan serta posisi yang jelas
bagi qiyas dalam deretan dalil-dalil hukum. Ia menempatkan qiyas pada urutan
keempat, baik dari segi kemuliaan (syarf) maupun kekuatannya.
Nama lengkapnya adalah Ahmad bin Muhammad bin Hanbal bin Asad
bin Idris bin Abdullah bin Hasan As-Syaibany.199 yang masih merupakan
keturunan dengan Rasulullah S.A.W, pada Mazin bin Mu’ad bin ‘Adnan. Nama
Hanbal sebetulnya ialah nama datuknya / kakeknya dan menjadi panggilannya
karena dalam rangka menghormati keturunannya. Beliau dilahirkan di Baghdad
pada bulan Robiu’l Awal Tahun 164 H.200
200 Muhammad Abu Zahrah, Ibn Hanbal (Kairo: Dar al Fikr al Araby, 1997), h. 15.
201 Ahmad Asy Syurbasy, Sejarah dan Biografi Empat Imam Madzhab (Jakarta: Amzah,
2008), h. 192.
150
Imam Ahmad bertubuh tidak terlalu tinggi dan tidak terlalu pendek serta
berkulit SAWo matang.203 Beliau mulai belajar hadith pada tahun 179 H ketika
berusia 16 tahun, dan untuk pertama kalinya beliau belajar hadith pada Abu
Yusuf.204 Abu Yusuf adalah seorang ahl al-ra’yi dan salah satu sahabat Abu
Hanifah. Abu Yusuf juga seorang hakim agung pada pemerintahan Bani
Abbasiyah.
202 Abu Zubair, “Biografi Imam Ahmad bin Hanbal”, dalam http://www.wordpress.com
(22 Oktober 2016), h. 1.
Kondisi kehidupan yang sejak awal sangat sederhana, menjadi salah satu
pendorong bagi Ahmad untuk belajar dengan sungguh-sungguh. Beliau
mempunyai obsesi untuk bisa segera mengurangi beban sang ibu. Ahmad
menikah dan memiliki dua orang putera yang terkenal dalam bidang hadith yaitu
S{alih dan Abdullah. Kedua puteranya banyak menerima hadith dari sang ayah.
Pada tahun 195 H Ahmad belajar fiqh dan ushul fiqh pada Imam Syafi’i
yang pada waktu itu berada di Hijaz.211 Di Hijaz pula beliau belajar pada Imam
Malik dan Imam al-Laits ibn Sa’ad al-Misri. Dalam pencarian hadith beliau juga
pergi ke Yaman, kepada Abdurraziq bin Hammam dan ke daerah-daerah lain
seperti Khurasan dan Persia. Ahmad menganggap Imam Syafi’i sebagai guru
besarnya, oleh karena itu dalam pemikiran beliau banyak dipengaruhi oleh Imam
Syafi’i. Hal ini dapat diketahui dari kata-kata Ahmad ibn Hanbal ketika beliau
sudah menjadi Imam yang besar, beliau berkata ”Apabila saya ditanya tentang
sesuatu yang tidak saya jumpai kabar (yakni hadis dan atsar para sahabat) yang
menjelaskannya, maka saya berpegang kepada pendapat Imam Syafi’i.” Meskipun
pemikiran dan metode Ahmad banyak dipengaruhi oleh Imam Syafi’i, akan tetapi
209 Ahmad Asy Syurbasy, Sejarah dan Biografi Empat Imam Madzhab (Jakarta: Amzah,
2008), h. 214.
210 www. blogspot.com ”Pemikiran Ahmad bin Hanbal” (22 Oktober 2016), h. 5.
211 Muhammad Ibn Ulwy al Maliki al Hasani, al Minhaj al Latihf, h. 280.
153
warna fiqh yang dihasilkannya kadang berbeda dengan Imam Syafi’i, hal tersebut
sangat mungkin karena beliau lebih menguasai hadith daripada Imam Syafi’i.
Dalam masalah yang sama Ahmad bisa berbeda pendapat dengan Imam Syafi’i,
karena beliau mempunyai hadith tentang masalah tersebut, sementara Imam
Syafi’i tidak. Karyanya yang monumental, Musnad Ahmad juga jauh lebih banyak
memuat hadith , sementara karya Imam Syafi’i adalah percampuran keduanya.
Bisa dikatakan posisi Ahmad berada di antara Imam Syafi’i dan Imam Maliki.
Dengan demikian meskipun beliau banyak dipengaruhi oleh Imam Syafi’i, banyak
pula warna-warna Maliki dalam fiqhnya. Dalam metodenya beliau juga
menggunakan qiyas dan istihsan serta mempunyai kecenderungan tekstualis serta
mengembalikan masalah kepada hadith dan athar.212
Ahmad bin Hanbal bukan hanya seorang ahli hadith dan fiqh, beliau juga
seorang sufi yang dipengaruhi oleh pemikiran dan teladan dari seorang sufi besar,
Hasan al-Basri (wafat 110 H/728 M) dan Ibrahim ibn Adham (wafat 170 H/786
M). Keduanya memberikan pengaruh besar dalam memberikan jalan dan metode
untuk mencapai hidup yang sejati dan kewajiban-kewajiban yang benar terhadap
Allah.213
Usaha ini juga menjadikan hadith dan sunah Rasulullah terpelihara dan
terhimpun dengan sempurna. Dalam bidang fiqh, beliau mengemukakan hujjah
menolak pendapat yang berdasarkan pemikiran sendiri dan yang tidak sesuai
dengan al Quran dan as sunnah. Aliran ini dikenali dengan nama Madzhab
Hambali. Imam Hanbali pun menekankan semangat anti ar ra’yu (pemikiran atau
filsafat dengan landasan logik).214 Dalam memandang al Quran dan as sunnah
sebagai sumber hukum Islam, Imam Ahmad bin Hanbal sependapat dengan
gurunya yakni Imam Syafi’i, Imam Ahmad memandang as sunnah memiliki
kedudukan yang sama kuat disamping al-Quran, sehingga tidak jarang beliau
menyebutkan bahwa sumber hukum Islam itu adalah Nash, tanpa menyebutkan al
Quran dahulu ataupun as sunnah dahulu, tetapi yang dimaksud olehnya sebagai
Nash adalah al Quran dan as sunnah.215
Selain itu, para sahabat dinilai lebih mengetahui as sunnah yang mereka
gunakan sebagai penafsir al-Quran.216 Dalam hal penerimaan terhadap hadith ahad
sebagai sumber hukum Islam, Imam Ahmad bin Hanbal dan ulama Hanafiyah
menerima hadis ahad sebagai sumber hukum tanpa mensyaratkan sesuatupun,
kecuali harus shohih sanadnya sebagaimana Asy-Syafi’i. Bahkan beliau juga
menerima hadis mursal, namun lebih mendahulukan fatwa sahabat daripada hadis
doif.217 Dalam bidang teologi, pemikiran Ahmad bin Hanbal tentang ayatayat
mutasyabihat, lebih suka menerapkan pendekatan lafdzi / tekstual daripada
pendekatan ta’wil, terutama yang berkaitan dengan sifat-sifat Tuhan dan ayat-ayat
mutasyabihat.218
Hal itu terbukti ketika suatu ketika Imam Ahmad bin Hanbal dihadapkan
dengan makna hadith Nuzul (yakni Tuhan turun ke langit dunia), rukyah (orang
yang beriman melihat tuhan di akhirat) dan hadis tentang telapak kaki Tuhan,
Ibnu Hanbal menjawab : نؤمن هبا ونصدقها والكيف وال معىن
Ketiga, Hadith Mursal dan Hadith dho’if. Apabila Imam Ahmad tidak
mendapatkan dari al Qur’an dan as sunnah yang shahihah dan fatwafatwa para
sahabat yang disepakati atau diperselisihkan, maka beliau menetapkan hadith
mursal dan hadith dho’if. Yang dimaksud hadith dho’if oleh Imam Ahmad adalah
karena beliau membagi hadith dalam dua kelompok: shahih dan dho’if, bukan
kepada: shahih, hasan dan dho’if seperti kebanyakan ulama yang lain.
222 www. blogspot.com ”Pemikiran Ahmad bin Hanbal” (22 Oktober 2016), h. 8.
diakui keberadaannya setelah periode sahabat. Beliau berkata, “apa yang dituduh
oleh seseorang tentang ijma’ adalah dusta”. Beliau bukannya tidak mengakui
ijma’ setelah periode sahabat, tetapi tidak memungkinkan akan terjadinya. Karena
itu beliau lebih berpegang pada qiyas setelah teks al-Qur’an, sunnah dan atsar
sahabat.224 Imam Hanbali disebut sebagai Imam yang wara’ (berhati-hati dan
menjaga diri). Imam Ahmad juga berhati-hati dalam menerima pendapat,
pemikiran orang, atau logika orang. Ia lebih memilih hadith do’if kalau tidak ada
kaitannya dengan halal dan haram.225 Kalau ada kaitannya, ia lebih memilih hadith
shahih yang kuat. Imam Ahmad juga menolak ijma’ kecuali yang dilakukan oleh
para sahabat Nabi. Hadith-hadith Imam Ahmad bin Hanbal banyak diriwayatkan
oleh tokoh-tokoh besar dalam ilmu hadith seperti al Bukhari, Muslim, Abu
Dawud.226 ibn al Mahdi, al Syafi’i, Abu al Walid, Abd Rozaq, Yahya bin Ma’in,
Ali ibn al Madiny dan Husein ibn Mansur. Perawi-perawi hadith diataranya
adalah para guru, teman sejawat dan murid-muridnya.
Ada beberapa ulama yang mengikuti jejak langkah Imam Ahmad yang
menyebarkan madzhab Hanbali, diantaranya : 1) Muwaquddin Ibnu Qudaamah al
Maqdisi yang mengarang kitab Al Mughni, 2) Syamsuddin Ibnu Qudaamah al
Maqdisi pengarang Assyarhul Kabiir, 3) Syaikhul Islam Taqiuddin Ahmad Ibnu
Taimiyah pengarang kitab terkenal Al Fataawa, dan 4) Ibnul Qaiyim al Jauziy
pengarang kitab I’laamul Muwaaqi’in dan Atturuqul Hukmiyyah fis Siyaasatis
Syar’iyyah. Ibnu Taimiyah dan Ibnul Qaiyim adalah dua tokoh yang membela dan
mengembangkan mazhab Hambali. Pada Awal perkembangannya, madzhab
Hanbali berkembang di Bagdad,.227 Irak dan Mesir dalam waktu yang sangat
lama. Pada abad XII madzhab Hanbali berkembang terutama pada masa
pemerintahan Raja Abdul Aziz As Su’udi. Dan masa sekarang ini menjadi
madzhab resmi pemerintahan Saudi Arabia dan mempunyai penganut terbesar di
224 Ibid., h. 8.
225 Huzaemah Tahido Yanggo, Pengantar Perbandingan Madzhab (Jakarta: Gaung
Persada, 2011), h. 162
226 www.wikipedia.org”Ahmad bin Hanbal” (21 Oktober 2016), h. 4.
227 www. blogspot.com ”Pemikiran Ahmad bin Hanbal” (22 Oktober 2016), h. 9
158
seluruh Jazirah Arab, Palestina, Siria dan Irak. Di Indonesia, mazdhab Hanbali
yang diamalkan sudah mengalami berkali-kali penafsiran berbanding terbalik
dengan akar madzhab tersebut di Baghdad (Iraq) dan Mesir. Namun, yang
menyusun madzhab Hanbali secara sistematik adalah Ibnu Taimiyyah. 228 yang
dengan karya-karyanya yang menyerang ilmu logika (mantiq). Pada Abad ke-19,
madzhab Hanbali ditafsirkan dan dipopulerkan kembali oleh Muhammad bin
Abdul Wahhab dan ajarannya disebut “wahhabiyah”. Asalnya, ajaran ini adalah
minoritas di Hijaz. Tetapi pada tahun 1920-an, Ibnu Saud yang baru mendirikan
Kerajaan Arab Saudi telah menetapkan bahwa ajaran wahhabiyah dan madzhab
Hanbali menjadi madzhab resmi Kerajaan Arab Saudi. 229 Dengan dukungan dana
yang kuat dan penemuan minyak di Hijaz, maka ajaran Wahhabiyah (yang
berakar pada madzhab Hanbali) mulai menyebar ke seluruh dunia Islam
Nama asli dari Ibnu Taimiyah adalah Taqiyuddin Abu lal Abbas Ibnu Abd
al-Halim bin al-Imam Majduddin Abil Barakat Abd al Salam bin Muhammad bin
Khuddlarbin Ali bin Taimiyah al Harrani al Hambali. Karena terlalu panjang
namanya, maka beliau lebih sering dipanggil dengan nama Ibnu Taimiyyah.
Beliau lahir pada tanggal 22 Januari 1263 M di kota Harran yaitu daerah di bagian
tenggara negeri Syam, tepatnya dipulau Amr antara sungai Tigris dan Eupraht.232
Ibnu Taimiyyah dibesarkan dari keluarga ulama dan cendekia Syiria yang
setia pada agama puritan dan menganut mahdzab Hanbali. Kakeknya merupakan
ulama dan pengkaji agama terkemuka di Baghdad, sebuah ibukota kekhalifahan
Abbasiyah. Ayahnya pun seorang kepala sekolah ilmu hadis terkemuka di
Damaskus, perbatasan dengann Haran yang menjadi basis perpindahan
231 Frengki Swito, Skripsi (Peran Ibnu Taimiyyah Dalam Pemurnian Aqidah Islamiyah),
Jurusan Pendidikan Agama Islam Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan : UIN Syarif
Hidayatullah Jakarta. 2011. h. 4.
keluarganya setelah bangsa Mongol menjajah negeri itu. Selain berprofesi sebagai
guru, ayahnya merupakan seorang syaikh, khotib hakim dikotanya.233
Saat berhijrah, meskipun dengan situasi yang genting pada waktu itu
mereka juga tak mau meninggalkan perustakaan mereka yang merupakan satu-
satunya warisan ilmiah. Mereka tidak mau meninggalkanya meski mereka
menanggung kepayahan dan kesulitan sebagai resikonya.235
Ada dua hal penting yang berkenaan dengan kondisi dunia Islam pada
masa hidup Ibnu Taimiyah yang merupaka dampak nyata kehancuran Baghdad.
Pertama adalah semakin nyata diintegrasi dan pertikaian internal umat islam yang
233 Ibid. h. 16
234 Ibid. h. 17
235 Ibid. h. 42.
dikarenakan tidak adanya satu otoritas dalam hal ini bisa sudur spiritual yang
menjadi benteng kekuatan dunia Islam. Kedua adalah hadirnya kekuatan asing
yang tidak bisa dibendung lagi.237
1. Latar Belakang
a. Politik
Dalam situasi politik yang memanas ini Ibnu Taimiyah lahir. Kota yang
dipimpin oleh seorang Sultan yang sangat mementingkan ilmu pengetahuan yang
bahkan Sultan memberika penghargaan bagi para pelajar yang telah berkontribuso
nyata dalam ilmu pengetahuan. Pada masa Sultan Nasir inilah Ibnu Taimiyah
memperoleh beberapa kesempatan akademik yang luas serta kedudukan penting
dalam pemerintahan.
237 Abu Muhammad Iqbal, Pemikiran Pendidikan Islam, (Yogyakarta : Pustaka Pelajar,
2015) h. 23.
238 Ibid. h. 23.
162
c. Kondisi pendidikan
Metode berfikir Ibnu Taimiyah ini lebih lanjut berimplikasi pada gagasan
tentang perlunya kesinambungan kerja intelektual (ijtihad) dikalangan umat Islam.
Ditolaknya segala bentuk kejumdan, taqlid dan fanatime tersebut membawa
kepada suatu pemikiran tentang pentingnya pendekatan baru dalam kajian
keagamaan, yaitu upaya optimalisasi seluruh perangkat pengetahuan guna
menemukan konsep ideal yang merupakan pengejewantaha prinsip-prinsip wahyu
dalam bentuk realitas. Munculnya pemikiran Ibnu Taimiyah ini sering diidentikan
dengan kembali terbukanya pintu ijtihad.241
Namun demikian bukan berarti Ibn Taimiyah menafikan fungsi akal sama
sekali. Dalam hal ini tamoak bahwa beliau ingin menegaskan bahwa posisi
sebenarnya akal dengan beberapa keterbatasan wahyu. Ibnu Taimiyah menghargai
240 Abu Muhammad Iqbal, Pemikiran Pendidikan Islam, (Yogyakarta : Pustaka Pelajar,
2015) h. 39
kedudukan akal, namun bagaimanapun akal tetap berada di bawah otoritas wahyu.
Kerja akal dapat diterima apabila akal tersebut beroperasi dibawah bimbingan
wahyu.243
Kondisi inilah yang mejadi gambaran umum pendidikan pada masa Ibnu
Taimiyah. Cirinya antara lain :
243 Ibid. h. 40
244 Ibid. h. 43
165
Allah, kalau tidak ada dalam sunah Rasul, dan kalau tidak ada putuskanlah
berdasarkan hukum yang telah disepakati oleh umat manusia), dan sumber hukum
yang terakhir adalah qiyas.
ajaran islam. Maka untuk mempersatukan kembali umat Islam bangkitlah suatu
gerakan pembaharuan. Keempat, hasil dari kontak yang terjadi antara dunia islam
dengan barat. Dengan adanya kontak ini umat islam sadar bahwa mereka
mengalami kemunduran dibandingkan dengan barat, terutama sekali ketika
terjadinya pererangan antara kerajaan Usmani dengan negara- negara Eropa, yang
biasanya tentara kerajaan Usmani selalu memperoleh kemenangan dalam
peperangan, akhirnya mengalami kekalahan- kekalahan ditanggan Barat, hal ini
membuat pembesar-pembesar Usmani untuk menyelidiki rahasia kekuatan militer
Eropa yang baru muncul. Menurut mereka rahasianya terletak pada kekuatan
militer moderen yang dimiliki Eropa, sehingga pembaharuan dipusatkan didalam
lapangan militer, namun pembaharuan dibidang lain disertakan pula.
Usmani, dan juga Ummat Islam seluruhnya, terletak pada kejahilan, kemalasan,
kepercayaan terhadap superstisi, dan kepatuhan pada “Ulama Bodoh” yang
semuanya dianggap adalah ajaran Islam.252 Dalam Majjallah Ijtihad telah
disebutkan tradisi dan institusi-institusi yang telah ketinggalan zaman, mata yang
tidak mau melihat dan akal yang tidak mau berfikir, itulah yang membuat Orang
Turki mundur. Di depan mata mereka terdapat selubung yang membuat mereka
tak dapat melihat dan berfikir lagi. Dan selubung itu adalah syari’at yang
menguasai segala segi kehidupan Bangsa Turki. .
252 Ibid.h 31
253 Eka Yanuarti,opcit.h 203-204
169
yang menjadi sebab kemunduran negeri, sebab kekalahan dan penderitaan yang
menimpa umat.254
254 Abu Hasan Ali Al-Husni An Nadwi, Pertarungan Antara Alam Fikiran Islam dengan
Alam Fikiran Barat, Bandung: Alma’arif, h. 39
255 H. A. R. Gibb, Aliran-aliran modern dalam Islam, Jakarta: Raja Grafindo Persada, h.
10
170
tidak berdaya dalam membimbing negeri dan umat dalam bidang ilmu dan
berfikir, begitupun dalam mengawasi haluan yang dituntut oleh ruang dan waktu
serta perobahan suasana di dunia, dalam mengambil yang baik dan membuang
yang buruk; mereka hanya terpaku di tempat perhentian ilmu dan jalan pikiran di
abad ke- XVIII.
Obat yang manjur untuk penyakit itu ialah obat yang telah pernah dipakai
dunia Barat dalam mengatasi penyakit-penyakit mereka. Barat adalah guru.
Sebagai murid yang baik lagi tahu berterima kasih, Orang Turki harus mencintai
guru, dan mencintai guru berarti mencintai ilmu pengetahuan dan kemajuan.
Pikiran yang dimajukan Majjallah ijtihad ini memberikan gambaran bahwa
golongan Barat ingin menjadi modern sebagai Barat dengan tidak mengindahkan
agama lagi. Tetapi halnya bukan demikian. Mereka tidak berpegang pada Islam,
256 H. A. R. Gibb, Ibid
171
yang mereka anggap adalah agama yang rasional. Tetapi mereka membuat
perbedaan antara Islam yang asli dan Islam yang sudah dirusak oleh zaman. Yang
mereka tentang ialah Islam yang sudah dirusak. Akan tetapi golongan Barat
bukanlah anti Islam.
Oleh sebab itu yang mereka tentang adalah faham keagamaan kaum ulama dan
pembaharuan yang mereka ingini ialah pembaharuan di madrasah, di kalangan
kaum ulama dan di tarekat-tarekat. Kedalam tubuh madrasah harus dimasukkan
Ilmu pengetahuan modern, dan ulama yang berpandangan luas dan modern harus
diwujudkan. Perhatian harus lebih banyak ditujukan kepada ajaran agama tentang
hidup duniawi dan bukan kepada hidup di akhirat. Al Qur-an harus diterjemahkan
kedalam bahasa Turki agar dapat dipahami oleh rakyat Turki.258
pemuda yang dapat berdiri sendiri, cerdas, jujur dan patriotis. Pendidikan agama
harus dibersihkan dari supertisi dan kedalam kurikulumnya dimasukkan logika
dan Ilmu-Pengetahuan Modern. Orientasi ke akhiratan dan kurang mementingkan
soal keduniaan yang telah disinggung diatas harus dirubah.
Oleh sebab itu Negara harus bersifat sekuler, dalam arti harus dipisahkan
dari agama, tetapi sekularisasi diadakan bukan terhadap Negara, tetapi terhadap
masyarakat. Konsep sekularisasi didasarkan pada asumsi umum bahwa dengan
mekarnya modernisasi dan perkembangan politik, agama kehilangan daya tarik
dan kehilangan pengaruhnya atas manusia modern.
Modernisasi itu sendiri sulit untuk didefenisikan, akan tetapi pada
dasarnya suatu masyarakat yang melakukan modernisasi akan mengalami
diferensiasi dalam struktur politik dan pemerintahan, mengalami perubahan nilai-
nilai kearah ekualitas diantara para warga masyarakat dalam hal partisipasi politik
dan kesempatan ekonomi serta mengalami peningkatan kapasitas untuk
menggerakan perubahan sosial dan ekonomi. Sekularisasi moderat melihat agama
sebagai urusan pribadi yang berkaitan dengan masalah-masalah rohani manusia
dank arena itu tidak boleh mencampuri urusan publik yang bersifat politik dan
menyangkut dunia materil, sedangkan sekularisme radikal memusuhi agama yang
dianggap sebagai perintang kemajuan. Sikmap mental ketimuran yang
173
dipengaruhi oleh faham fatalisme dan rasa benci pada perobahan harus
dihilangkan.
Golongan Islam, terdiri atas beberapa kelompok dan yang terkuat adalah
kelompok Sirat-I Mustakim Pembaharuan yang dianjurkan dalam Islam bukanlah
westernisasi dalam arti pembaratan dalam cara pikir, bertingkah laku dan
sebagainya yang bertentangan dengan ajaran Islam, akan tetapi pemikiran
terhadap agama yang harus diperbaharui dan direformir, pemikiran modern yang
menimbulkan reformir dalam agama,260 dan hal ini tidaklah mungkin timbul dari
pola berfikir yang sempit. Penambahan ilmu pengetahuan, memperluas pandangan
terhadap keseluruhan soal kehidupan dapat melapangkan pikiran dan memelihara
keortodoksian agama.261
Oleh karena itu pembaharuan dalam Islam bukan hanya mengajak maju
ke depan untuk melawan segala kebodohan dan kemelaratan tetapi juga untuk
kemajuan ajaran-ajaran agama Islam itu sendiri.265 Turki terbagi kepada dua
kelompok: Pertama, Kelompok Tua, mereka terdiri dari ulama orthodoks yang
sayang sekali tidak mengenal secukupnya tuntutan-tuntutan baru dan
perkembangan modern, tidak pula menyadari kritisnya suasana dan bahaya besar
yang di hadapi oleh Turki disebabkan tenaga yang bangkit dari Eropa.
262 H.M. Yusran Asmuni. Pengantar Studi Pemikiran dan Gerakan Pembaharuan dalam
Dunia Isam, Jakarta: Raja Grafindo Persada, h. 3
Pada angkatan ini tidaklah ditemukan otak yang cerdas, pikiran yang
matang, yang sanggup membawa filsafat kehidupan Barat ke batu ujian dan
mengenal segi-segi kelemahan dan kecerdasannya, memisahkan mana-mana yang
baik untuk ditiru dan di teladani Turki sebagai pemimpin dunia Islam, dan mana
yang tidak cocok dengan tabi’at, sejarah serta kedudukannya di dunia sebagai
pusat timur Islam.266
Pembukaan kudung dan pergaulan wanita dengan pria akan membawa kepada
dekadensi.268 moral. Ketinggian martabat wanita dapat diperoleh hanya dengan
menjalankan Syari’at.269 Kepada wanita tidak dapat diberi status dan hak yang
sama, karena wanita bersifat emosional. Kalau wanita diberi hak pergi ke
mahkamah untuk soal perceraian, dalam hal demikian tidak ada lagi rahasia
kekeluargaan yang akan tersimpan. Pemberian kebebasan kepada kaum wanita
juga ditentang, karena menurut Said Halim, seorang pemuka lain dari golongan
Islam, sejarah telah berkali-kali menunjukkan bahwa peradaban jatuh di sebabkan
oleh kebebasan dan kekuasaan yang diberikan kepada kaum wanita.
Menurut golongan Islam, kelemahan umat Islam selama ini tidak terletak
pada syariat. Tapi terletak pada syariat yang tidak dijalankan oleh umat Islam
terutama oleh Khalifah Utsmani. Agar umat Islam tidak mundur, maka syariat ini
perlu dijalankan. Lebih lanjut, selama ini pemerintahan di Turki tidaklah dapat
dikatakan pemerintahan Islam, karena nilai Islam tidak dijalankan dalam sistem
kekhalifahan, jadi menurut golongan ini Kerajaan Utsmani, bukanlah kerajaan
Islam.
268 Abu Hasan Ali Al Husni An Nadwi, Pertarungan antara alam fikiran Islam dengan
alam fikiran Barat, Bandung: Alma’arif,h. 42
269 Op.cit, h. 4
177
Aliran Nasionalisme ini adalah mereka yang sudah berusaha sekuat tenaga
mencoba berbagai alternatif dalam memecahkan berbagai problema kehidupan
rakyat Turki, dan bahkan mereka dianggap telah mengambil sintesis antara aliran
westernisme dengan islamisme. Usaha ini mereka lakukan untuk kepentingan
yang lebih mendesak mengingat terpecahnya berbagai golongan di Turki karena
banyaknya kepentingan diantara rakyat.271
mereka memeluk agama yang sama, dan oleh karena itu termasuk dalam millet
yang sama.
Semua rakyat yang beragama Islam, Turki, dan lain-lain yang berada di
bawah kekuasaan kerajaan Usmani merupakan satu Nasionalitas. Tetapi, ide ini
juga tidak dapat diwujudkan karena dunia Arab pun menentang kekuasaan
Kerajaan Usmani dan di permulaan abad kedua puluh sebahagian dapat
memperoleh kemerdekaan dan sebahagian jatuh ke bawah kekuasaan Inggris,
Perancis dan Italia. Sebagai reaksi terhadap perkembangan ini timbul ide Pan-
Turkisme. Semua orang Turki, baik yang ada di Kerajaan Usmani, maupun yang
berada di bawah kekuasaan Rusia di Kazan, Krimea dan Azarbaijan merupakan
satu bangsa. Ide ini dikeluarkan buat pertama kali oleh orang-orang Turki yang
berasal dsari daerah Rusia, terutama Yusuf Akcura (1876-1933).273
Pada saat itu ada tiga kekuatan yang selalu berbeda di dalam kerajaan
Utsmani. Mereka dari golongan Islam, Rakyat Turki dan Rakyat bukan Islam.
Bagi mereka ini, yang terpenting adalah menghidupkan perasaan nasional
terhadap tanah airnya sendiri. Persatuan serupa hanya bisa kuat kalau mereka
273 John J. Donohue, John L. Esposito, Islam dan Pembaharuan, Jakarta: Raja Grafindo
Persada, h. 144-145
179
diikat oleh perasaan satu bangsa dan satu agama. Karena kesatuan demikian amat
sulit sebab ada tantangan lain dari rakyat Rusia, maka yang perlu ditumbuhkan
adalah sikap nasionalisme.274
Aspirasi Nasional rakyat Islam bukan Turki dan rakyat bukan Turki serta
bukan Islam tak dapat dibendung lagi. Orang Turki sendiri, dengan demikian,
harus memikirkan kepentingan mereka sendiri. Ide ini memang tidak praktis maka
timbullah ide Nasionalisme Turki. Dhiya Cuk Elp, pecinta kemerdekaan dan
kebebasan. Maka bersemilah dalam dirinya pikiran kesatuan dan susunan
organisasi berdasarkan Nasionalisme Turki, dimana Islam tidak jadi factor
penting. Dan ia mengharap Nasionalis Turki dapat menjadi basis Negara Sekuler
yang menurut pandangannya akan dapat menggantikan khalifah islamiyah. 275
Sekarang bukan lagi Pan-Turkisme, tetapi Turkisme yang lebih kecil ruang
lingkupnya. Orang-orang Turki yang berada di Kerajaan Usmani merupakan satu
Nasionalitas. Ide ini sudah mulai terdapat dalam pemikiran Zia Gokalp (1875-
1924).
Ziya Gokalp (1875-1924) tampil sebagai juru bicara Nasionalisme Turki.
Tanpa menyesali kemunduran imperium Usmani , ia meresmikan kultur rakyat
Turki, dan menyerukan reformasi Islam untuk menjadikan Islam sebagai ekspresi
dari etos Turki. Abdullah Jewdet (1869-1932) menyampaikan landasan
Nasionalisme Turki.
ia mengatakan bahwa ibadah dan muamalah telah menjadi satu dalam buku fiqih.
Keduanya seharusnya dipisahkan, sehingga hukum ibadah menjadi urusan kaum
ulama dan hukum muamalat menjadi urusan Negara. Sebagaimana telah dilihat,
sultan mempunyai kekuasaan spiritual dan kekuasaan duniawi dan yang
membantu sultan dalam pelaksanaan kekuasaan spiritual adalah Syaikh Al-Islam.
Zia Gokalp melihat adanya krisis moral dalam masyarakat Turki dan
sebabnya ialah lemahnya pengaruh agama dalam kehidupan orang Turki.
279 op. cit. h. 129
280 Harun Nasution, Pembaharuan dalam Islam, h. 132
182
Sejarah ilmu ilmu ilmu tak terlepas sejarah ilmu filsafat, sehingga
muncullah ilmuwan yang digolongkan menjadi filosof di mana mereka meyakini
adanya hubungan antara ilmu ilmu dengan filsafat ilmu. Filsafat ilmu yang mana
sistem kebenaran ilmu dari hasil dari hasil radikal, maka, dan universal. Oleh
karena itu, filsafat hadir ilmu jadi upaya menata kembali peran dan fungsi Iptek
dalam tujuannya, yakni putih hubungan (antarkrika) antara macam ilmu ilmu.
Epistemologi atau teori tahu itu cabang filsafat yang berurusan dengan
hakikat dan statistik, pengandaian-pengandaian dan dasar-dasarnya serta
284 Syed Ali Ashraf, New Horison in Muslim Education (Cambridge: Hodder and
Stoughton the Islamic Academy, 1985), h. 29-30.
285 Lihat, Ahmad Salabi, History of Muslim Education (Beirut: Dar al-Kasysyaf, 1954),
h. 16.
184
M), Ibn Bajah (w.1138 M), Ibn Tufail (1101-1185 M), Ibn Rusyd (1126-1198 M),
alTusi (1201-1258 M), kelompok Ikhwa-an al-Safa dan al-Ghazali (1058-1111
M).286
Pada masa ini berkembang sejumlah cabang ilmu pengetahuan baru yang
sebelumnya belum dikenal oleh masyarakat Muslim. Jenis ilmu pengetahuan yang
berkembang pada saat itu bukan saja terbatas pada ilmu pengetahuan keagamaan
dan ilmu alat saja, tetapi telah berkembang pula sejumlah ilmu pengetahuan
umum, baik ilmu pengetahuan sosial maupun fisika serta metafisika.
filsafat. Filosof sempurna adalah penguasa tertinggi yang salah satu tugasnya
adalah menanamkan agama.290
Filosof lain yang juga berbicara tentang bentuk dan klasifikasi ilmu
pengetahuan ialah para filosof yang tergabung dalam Ikhwan al-Safa. Sebagai
kelompok filosof yang mencoba menggunakan pemikiran filasafat untuk
membersihkan agama dari kebekuan, fanatisme dan kejumudan. Ikhwan al-Safa
adalah kelompok filosof yang juga terlibat dalam kegiatan politik "bawah tanah".
Mereka bergerak dalam bidang pemikiran dan ilmu berbagai disiplin, 291
merumuskan klasifikasi ilmu pengetahuan yang juga banyak dilatarbelakangi oleh
filsafat Yunani, tetapi memberikan porsi secara eksplisit terhadap ilmu
pengetahuan keagamaan.
Klasifikasi ilmu pengetahuan Islam mereka bagi atas tiga tingkatan, yaitu:
291 Abd al-Gani Abud, loc. cit , lihat juga Ahmad Fuaad al-Ahwani, Al-Tarbiyat fi- al-
Islam (Kairo: Dar al-Ma’arif, t.th.), h. 220.
293 Aku melihat para filosof itu bermacam-macam fahamnya, namun semuanya tidak
luput dari tanda-tanda kufur dan ihad. lihat Al-Ghazali, Al-Munqiz min al-Dalal (Beirut: Al-
Maktabat al-Sa`biyyah, t.th.), h.39.
294 Ibid. h. 78-84; Pengarang yang sama, Al-Iqtisad fi- al-I‟tiqad, Ed. Ibrahim Agah
Cubukcu dan Husseyin Atay (Ankara: Ankara University, 1962), h. 189.
Ilmu ini adalah yang berhubungan denngan kewajiban pribadi yang berkaitan
dengan i`tiqad (kepercayaan), melakukan dan meninggalkan, yaitu tentang teori
dan cara pengamalan rukun Islam (Syahadat, salat, puasa, zakat dan haji), hal-hal
yang diwajibkan dan diharamkan dalam waktu dekat, hal-hal yang menyangkut
dengan amaliah terpuji dan tercela dan tentang iman kepada hari akhir.
a. „Ilmu al-Usul terdiri dari: Kitab Allah (Alquran), Sunnah Rasul SAW.,
Ijma`al Umah (pendapat kolektif), dan Ijma` al-Sahabah (Pendapat para
sahabat).
c. „Ilm al-Muqaddimah (sebagai alat dasar yang tak dapat ditinggalkan dalam
mengejar ilmu usul), terdiri dari: Ilmu Bahasa dan Ilmu Nahwu.
a. Ilmu fard kifayah yang terpuji. Ilmu ini terdiri dari: 1) Ilmu yang
merupakan soko guru kehidupan dunia, yaitu Pangan, Sandang, Papan, dan
Politik; 2) Ilmu penunjang soko guru kehidupan Dunia, yaitu Pandai Besi
(ilmu teknik), Teknik Pemintalan Kapas dan Pemintalan benang; 3) Ilmu
pelengkap bagi keahlian pokok, yaitu Penggilingan dan Pabrik Roti
(makanan pokok), teknik kompeksi dan pertenunan.
c. Ilmu yang dibolehkan, seperti ilmu budaya, sastra dan syair yang bertujuan
meningkatkan sifat keutamaan dan akhlak yang mulia.
e. Ilmu yang dapat menjadi ilmu terpuji dan dapat pula menjadi ilmu yang
tercela, yaitu ilmu kalam.297 Kedua ilmu ini terpuji apabila berdasar
alQuran dan al-hadist. Keduanya menjadi tercela bila keluar dari kedua
dasar itu.
4. Filsafat.15
Al-Ghazali membagi filsafat kepada empat bagian, yaitu ilmu ukur dan
hitung (matematika), ilmu mantiq, ilmu ketuhanan (ilahiyyah) dan ilmu alam.
Menurutnya semua ilmu itu bisa menjadi terpuji selama berdasar Alquran dan
hadis dan dipelajari oleh yang telah memiliki kemampuan, tercela sebaliknya.
Khusus ilmu ketuhanan sebagian ada yang kufur dan sebagian bid`ah. Inilah yang
tercela. Berdasarkan klasisifikasi ilmu pengetahuan itulah kurikulum pendidikan
berkembang dalam dunia pendidikan Islam. Akan tetapi, setelah al-Ghazali
mengemukakan pemikirannya tentang ilmu pengetahuan yang dapat diajarkan di
lembaga pendidikan Islam, pemikiran-pemikiran filosof yang diintrodusir dari
filsafat, baik yang sebelumnya maupun yang sesudahnya menjadi melemah
bahkan sebagian kaum Muslimin meninggalkannya. Pemikiran al-Ghazali tersebut
memberikan pengaruh yang sangat besar dan mendalam di kalangan Islam,
khususnya kalangan Islam Sunni. Begitu besarnya pengaruh al-Ghazali W.
296 Al-Ghazali, Ihya' `Ulum al-Din, Juz I (Semarang: Maktabat wa Matba`at Toha Putra,
t.th.), h. 14-32.
298 Ibid, h. 23
299 Ibid, h. 24
190
Arus rasionalisasi cepat melanda dunia Islam abad modern ini dan
membawa pengaruh yang sangat besar bagi perkembangan ilmu-ilmu keislaman.
Pengaruh tersebut juga sangat dirasakan di Indonesia, terutama sejak tahun 1970-
an. Sejalan dengan perkembangannya, kajian-kajian rasional keislaman dan kajian
tentang pemikiran kalam pun terangkat ke permukaan, bahkan ia menjadi topik
kajian menarik dalam konteks kekinian dan kemoderenan, karena kalam
merupakan salah satu persoalan esensial dalam kajian keagamaan.
307 H. A. Mukti Ali, Memahami Beberapa Aspek Ajaran Islam (Cet. I; Bandung: Mizan,
1991), h. 19.
308 Abdul Sani, Lintasan Sejarah Pemikiran Perkembangan Modern dalam Islam, Ed. I
(Cet. I; Jakarta: Raja Grafindo Persada,1998), h. 235.
194
latar belakang pendidikan tinggi atau orang yang mempelajari Islam pada
perguruan tinggi di Barat. Munculnya paham rasionalis di Indonesia seiring
dengan munculnya gerakan pembaharuan dalam Islam. Salah satu tokohnya
adalah Harun Nasution.309 Berdasarkan uraian di atas yang menjadi pokok
bahasan dalam tulisan ini adalah pemikiran Kalam / Teologi Harun Nasution ?
311 Ibid.
312 Zaim Uchrowi ”Menyeru Pemikiran Rasional Mu’tazilah”, dalam Aqib Suminto
(Ketua Panitia), Refleksi Pembaharuan Pemikiran Islam: 70 Tahun Harun Nasution (Jakarta:
Lembaga Studi Agama dan Filsafat, 1989), h. 3.
196
dan semuanya menjadi buku teks terutama di Lingkungan IAIN seperti halnya:
Islam Ditinjau dari Berbagai Aspeknya, 2 Jilid (1974), Teologi Islam (1977),
Filsafat Agama (1978), Filsafat dan Mistik dalam Islam (1978), Aliran Modern
dalam Islam (1980), dan Muhammad Abduh dan Teologi Mu’tazilah (1987), dan
sebagainya. Pemikiran Kalam Harun Nasution Harun Nasution dikenal sebagai
seorang intelektual muslim yang banyak memperhatikan pembaharuan dalam
Islam dalam arti yang seluas-luasnya, tidak terbatas di bidang pemikiran saja
seperti teologi, filsafat, mistisisme (tasawuf) dan hukum tetapi juga meliputi
seluruh segi kehidupan kaum muslimin. Ada beberapa pemikiran maupun ide
pembaharuan.313 yang dilontarkan oleh Harun Nasution dalam pemikiran
keagamaan umat Islam, khususnya masyarakat Indonesia, yaitu:
313 Harun Nasution, Pembaharuan dalam Islam: Sejarah Pemikiran dan Gerakan (Cet.
12; Jakarta: Bulan Bintang, 1996), h. 12.
314 Harun Nasution, Teologi Islam: Aliran-aliran Sejarah Analisa Perbandingan (Cet. 5;
Jakarta: Universitas Indonesia (UI-Press), 1986), h. 56.
197
3. Pembaharuan Teologi
Pembaharuan teologi yang menjadi predikat Harun Nasution, pada
dasarnya dibangun di atas asumsi bahwa keterbelakangan dan kemunduran umat
Islam Indonesia (juga di mana saja) adalah disebabkan “ada yang salah” dalam
teologi mereka. Pandangan ini, serupa dengan pandangan kaum modernis lain
pendahulunya (Muhamamad Abduh, Rasyid Ridha, al Afghani, Sayid Amer Ali
dan lainnya) yang memandang perlu untuk kembali kepada teologi Islam yang
sejati. Retorika ini mengandung pengertian bahwa umat Islam dengan teologi
fatalistik, irasional, predeterminisme serta penyerahan nasib telah membawa
menuju kesengsaraan dan keterbelakangan.
Dalam pemikiran Islam, baik di bidang filsafat dan ilmu kalam, apalagi di
bidang ilmu fiqhi, akal tidak pernah membatalkan wahyu. Akan tetap tunduk
315 Harun Nasution, Akal dan Wahyu dalam Islam (Jakarta: UI Press, 1980), h. 101
198
kepada teks wahyu. Teks wahyu tetap dianggap benar. Akal dipakai untuk
memahami teks wahyu dan tidak untuk menentang wahyu. Akal hanya memberi
interpretasi terhadap teks wahyu sesuai dengan kecenderungan dan kesanggupan
pemberi interpretasi. Yang dipertentangkan dalam sejarah pemikiran Islam
sebenarnya bukanlah akal dan wahyu tetapi penafsiran tertentu dari teks wahyu
dengan penafsiran lain dari teks wahyu itu juga. Jadi, yang bertentangan dalam
Islam adalah pendapat akal ulama tertentu dengan pendapat akal ulama lain.
Pemikiran-pemikiran Harun Nasution di atas, memengaruhi umat Islam pada
umumnya, terutama dalam pembaharuan Islam di Indonesia. Ini terbukti bahwa
salah satu corak paham keislaman yang dianut sebagian kecil masyarakat muslim
Indonesia adalah Islam rasional yang dipelopori oleh Nurcholis Madjid dan Harun
Nasution.
1. Latar Belakang
2. Renaisans Eropa
316 Ahmad Suhelmi, Pemikiran Politik Barat ( Jakarta: Gramedia Pustaka Utama, 2007),
h 109
ajaran kristiani, kini orang mencari orientasi dan inspirasi baru sebagai alternative
bagi kebudayaan tradisional tersebut, dan perhatian mereka diarahkan pada
kebudayaan Yunani-Romawi sebagai satu-satunya kebudayaan lain yang mereka
kenal dengan baik. Kebudayaan klasik ini dipuja dan dijadikan model serta dasar
bagi peradaban manusia.318
321 Theo Huijbers, Filsafat Hukum Dalam Lintasan Sejarah (Jakarta: Kanisius), 1996, h
50.
322 Harun Hadiwijono, Sari Sejarah Filsafat Barat 2 ( Jakarta: Kanisius), h 18.
323 Thomas Hidya Djaya, Humanisme dan Skolatisme: Sebuah Debat ( Jakarta:
Kanisius), h 34.
202
perantara bagi kemajuan ilmu pengetahuan di dunia modern saat ini. Dari dunia
Islam, Ilmu pengetahuan mengalami transmisi, diseminasi, dan proliferasi ke
dunia Barat yang mendukung muculnya zaman Renaisans di Eropa. Melalui dunia
Islam, barat mendapat akses untuk mendalami dan mengambangkan ilmu
pengetahuan modern.324
326 Ibid., h 35
203
327 Phillip K. Hitti, History of the Arabs (New York : Palgrave Macmillan 2002), h 737
332 Lisga Hidayat Siregar, Sejarah Peradaban Islam Klasik (Bandung : Citapustaka
Media perintis, 2010), h 202.
207
336 Harun Nasution, Ensiklopedia Islam Indonesia (Jakarta: Penerbit Djambatan, 2002),
Jilid II, h 302.
208
kekaguman Barat dalam hal ini pasukan Salib terhadap masyarakat Islam
yang mereka lihat. Transmisi terlihat terutama pada kemiliteran, arsitektur,
teknologi pertanian, industri, rumah-rumah sakit, permandian umum, dan
dalam batas tertentu juga sastra.
orang muslim berada di jantung ibu kota mereka dari pada melihat peci tokoh
katolik di sana.337 Dengan dipindahkannya Ibukota Khilafah Utsmaniyah ke
Konstantinopel, maka berahirlah kekuasaan Bizantium dan Konstantinopel
memasuki babak baru yang penuh dengan ilmu, kemakmuran dan kemajuan.
Transmisi pemikiran dan sains Islam ke Barat pada awal abad pertengahan
melewati beberapa tahap.338 Pertama, sekolompok sarjana Barat mengunjungi
wilayah-wilayah muslim untuk melakukan kajian-kajian pribadi. Constantinus
Africanus dan Adelhard adalah perintis-perintisnya. Kemudian disusul oleh para
pelopor dari Itali, Spanyol dan Perancis. Mereka menghadiri seminari-seminari
muslim untuk belajar matematika, filsafat, kedokteran, kosmografi, dan lain-lain.
Dalam waktu singkat mereka menjadi calon-calon Profesor di Universitas-
Universitas pertama di Barat, yang dibangun dengan menyontoh dari
seminariseminari muslim tersebut.
337 Dewi Cendika, Shahuddin al-Ayyubi (Bandung: PT Mizan Publika, 2009), h 16.
Ketiga, pada tahab ini sains Islam berhasil ditransmisikan ke Perancil dan
wilayah-wilayah Barat lewat Itali. Seminari-seminari di Bologna dan Mont Rellier
didirikan pada awal abad ke-13, kemudian Universitas Paris di buka (1213 M).
Sementara itu, sains Islam sampai ke Inggris dan Jerman lewat
UniversitasUniversitas Oxford dan Kala, yang didirikan dengan pola yang sama.
Pengaruh pemikiran dan sains Islam yang berlangsung sejak abad ke-12 M
akhirnya menimbulkan gerakan Kebangkitan Kembali (Renaisans) pada abad ke
14 M, gerakan Reformasi gereja pada abad ke-16 M, gerakan Rasionalisme pada
abad ke-17 M, revolusi industri serta pencerahan (aufklaerung) pada abad ke-18
M.340
1. Pertanian.
340 Ibid, h 56
211
Warisan Islam yang satu ini tidak dipungkiri oleh orang-orang Spanyol
karena ada seribu dalil yang bisa membuktikannya. Sampai sekarangpun
mereka masih mengenang pernyataan seorang Arab (Islam) “segala sesuatu
di Dunia ini terdapat di Sevilla hingga susu burung pipit”.342
2. Industri
Sebagian hasil industri telah dimasukkan oleh kaum Muslim ke
Spanyol, diantaranya adalah produksi Kertas. Pabrik kertas pertama di
Eropa adalah di Asbania pada pertengahan abad ke-12 M. dan pusat industri
pertama adalah di Balansia, Syathiba dan Toledo. 343 Berbagai macam
peralatan dari tambang seperti pisau, pedang ada di sana, hiasan-hiasan dan
ukiran dari tambang juga ada.344 Industri yang paling penting adalah inovasi
senjata api yang disebut “Barud” (pistol) adalah murni penemuan orang
Arab Muslim.345
341 Badri Yatim, Sejarah Peradan Islam (Jakarta: Raja Grafindo 2000), h. 110
3. Metode Keilmuan
347 Haidar Baqir, “Jejak-jejak sains Islam Dalam Sains Modern”, h 57.
7. Filsafat
Sumbangan Islam pada dunia barat dalam hal filsafat adalah Ibnu
Rusyd (1126- 1198M), dan Al Kindi (809-873M). Ibnu Rusyd dikenal
sebagai komentator fikiran fikiran Aristoteles, karenanya dijuluki
Aristoteles II, pengaruhnya sangat menonjol atas pendukung filsafat
214
skholastik Kristen dan fikiran fikiran sarjana Eropa pada Abad pertengahan.
Sedang Al Kindi terkenal dengan metode filsafatnya yang menggabungkan
dalil dalil Plato dan Aristoteles dengan cara Neo-Platonis.
1. Latar Belakang
Islam adalah agama yang pada saat ini sudah menyebar ke seluruh Benua
dan Negara yang ada dipermukaan bumi ini. Karena memang didalam ajaran
Islam itu sendiri memberikan kebebasan kepada orang yang memeluk agama
Islam untuk menyebarkannya kepada umat-umat yang lainnya yang belum kenal
Islam, di dalam Islam pun ajaranya mudah dimengerti sesuai rasional dan juga
banyak bukti-bukti alam bahwa agama Islam adalah agama yang benar. Maka
orang Islam yang berakhlak baik memudahkan dalam penyebaranya agar
penduduk sekitar yang non Islam mau menerima, mengikuti, dan masuk agama
Islam.
Proses islamisasi kawasan Asia Barat dimulai sejak abad ke-7. Proses ini
terdiri dari tiga fase Khalifah (khalifahurrasidyn), Dinasti Umayyah dan Dinasti
Abbasiyah. Berangkat dari ketiga fase ini islam dikenal sampai saat ini. Kawasan
yang mayoritas terdiri atas bangsa Arab, memainkan peranan penting dalam
segala peristiwa yang terkait sejarah dengan Islam. Karena itu, wilayah ini
dikatakan sebagai “jantung dunia Islam”.
349 Dedi supriyadi, Sejarah Peradaban Islam, Bandung, Pustaka Setia, 2008, h 171-172
216
Suku-suku Arab harus masuk Islam, oleh karena Agama Islam dianggap
sebagai agama seluruh bangsa Arab. Orang Kristen ada kesulitan untuk mendapat
izin bagi pembangunan gedung Gereja. Sering orang Kristen harus memakai
pakaian khusus. Orang Kristen harus bayar pajak yang khusus. Biasanya lonceng
tidak boleh di bunyikan, Orang Kristen di dorong untuk masuk Islam, tetapi
seorang Islam tidak boleh pindah agama. Sesudah kira- kira 100 tahun, orang
Kristen tidak lagi di butuhkan seperti sebelumnya di bidang administrasi dan
pendidikan, oleh karena perkembangan Administrasi dan pendidikan Arab.
Pada zaman Utsman bin Affan dan Ali bin Abi Thalib dikirim utusan
untuk mempelajari adat istiadat dan jalan-jalan menuju Asia Selatan (India). Pada
Selain itu juga Islam datang ke Asia Selatan sebelum invasi Muslim India..
pengaruh Islam pertama kali datang ke Asia Selatan terasa di awal abad ke-7
dengan munculnya pedagang Arab. Para pedagang Arab yang datang ke asia
selatan digunakan untuk mengunjungi daerah di Malabar, yang merupakan suatu
daerah yang menghubungan antara mereka dengan pelabuhan di Asia Tenggara.
Selama abad ke-8 Masehi, agama Islam menyebar luas ke penjuru Asia
Tengah. Baru pada 751 Masehi, di bawah Kekhalifahan Abbasiyah pasukan
Muslim mempunyai kekuasaan yang lebih stabil atas Asia Tengah. Itu sebagai
buah kemenangan pasukan Islam di bawah komando Abu al-Abbas as-Saffah,
pendiri Kekhalifahan Abbasiyah, atas pasukan Dinasti Tang asal Cina. Kedua
kubu bertempur pada Mei hingga September 751 di sekitar Sungai Talas.
Selain Transoxiana, kota lain yang juga terkenal sebagai pusat keilmuan di
Asia Tengah adalah Bukhara. Banyak ilmuwan, cendekiawan, dan sastrawan
Muslim bermunculan di kawasan ini. Warisan intelektual mereka masih terasa
sampai hari ini. Salah satu bukti betapa istimewanya Asia Tengah bagi
perkembangan peradaban Islam saat itu adalah disimpannya sebuah salinan asli
Alquran pada zaman Khalifah Utsman bin Affan di Tashkent (kini ibu kota
Uzbekistan). Yang tak boleh ketinggalan disebut adalah Samarkand. Sejak abad
ke-8 Masehi, kota ini memang telah menjadi titik temu bagi kebudayaan dan
keilmuan dunia, khususnya dari Cina, lantaran keberadaan Jalur Sutra. Salah satu
warisan yang maha-berharga dari Timur Jauh adalah metode pembuatan kertas.
Benda ini disebut-sebut merupakan hasil inovasi Tsai Lun (48-121 Masehi),
seorang figur pegawai dari Dinasti Han, Cina.
Berkat kontak budaya dan militer dengan Cina, Dunia Islam mulai kenal
produk pemacu kebudayaan manusia itu. Sejak penemuan kertas, sirkulasi
keilmuan di Dunia Islam--dan kelak Eropa Kristen--mengalami perkembangan
pesat. Kertas menggantikan daun papirus atau kulit hewan ternak yang kurang
praktis untuk disimpan dalam perpustakaan.353
di Moskow dari utara bukan dari selatan seperti yang diduga beberapa
sejarawan, mereka berpendapat bahwa Islam datang ke Moskow dari selatan,
sebagai jalan paling mudah untuk gerakan kafilah pedagang. Sebab, suku-
suku Cossack Rusia yang telatih untuk berperang, telah berdiri menentang
penyebaran Dakwah Islam dan pengaruh Islam yang merayap menuju jantung
Rusia.
Hal itu kemudian memaksa para pedagang Muslim dan para dai untuk
melintasi Asia Tengah menuju Siberia, dengan bantuan kaum Tatar yang
telah masuk Islam dan mendapat petunjuk kepada agama yang haq sejak abad
kesembilan Masehi di Kerajaan mereka, Kerajaan Volga Bulgaria Timur,
yang sekarang menjadi tanah air mereka. Daerah ini sebagian besar telah
memeluk Islam pada abad kesepuluh, dan pada abad 11 dan 12, Islam
menyebar di wilayah Ural, yang sekarang bernama Republik Bashkiria
(Bashkortostan). Berkat para pedagang Muslim dari Arab, Iran dan Turki
Islam kemudian menyebar ke berbagai bagian lain wilayah Rusia. Kaum
Muslim saat ini, telah menjadi kekuatan baru di sekitar Rusia, dari Siberia di
sebelah utara dan timur laut ke arah selatan.
Islam tiba di Moskow sekitar tahun 1200 Masehi, ketika itu, ibukota
kerajaan Muslim ada di kota Kazan. Saat itu, Moskow membayar pajak
kepada Kazan. Kazan tetap menjadi ibukota kaum muslimin sampai tahun
1552, ketika Tsar Rusia Ivan The Terrible berhasil menduduki dan
menghancurkan Kazan, membakar masjid, memindahkan qubah-qubah indah
ke Kremlin Moskow dan Red Square, yang masih ada sampai hari ini.
Kemudian ia menduduki kota Astrakhan pada tahun 1556, Siberia Barat tahun
1598, dan pada akhir abad keenam belas tiba di daerah-daerah Muslim di
Kabordino dan Chechnya. Sejak saat itu, Rusia memulai peperangan mereka
melawan kaum muslimin, mereka melarang kaum muslimin melakukan
praktek keagamaan dan memaksa mereka untuk mengikuti kebiasaan dan
tradisi Rusia. Semua itu dilakukan dalam rangka me-rusia-kan kaum
muslimin, jika tidak dikatakan: mengkristenkan mereka. Mereka
221
355 Abdullahi Ahmad An-Naim, Islam Dan Negara Sekuler, (Bandung: Mizan, 2007), H.
70
224
Cina memiliki sejarah meliputi jangka waktu meliputi lebih dari 4000
tahun, sehingga termasuk Negara berkeadaban tertua, disamping India,
Mesir, dan Mesopotamia. Dalam jangka waktu 4000 tahun lebih cina
mempunyai 24 dinasti dan 2 republik, yaitu Republik Nasionalis Cina dan
Republik Rakyat Cina.357
Tai Tsung naik takhta pada tahun 626, empat tahun setelah Nabi
Muhammad SAW dan sahabat-sahabatnya meninggalkan Mekah menuju
Madinah. Kira-kira pada waktu yang sama,suku-suku nomad Turki di Asia
Tengah berkumpul diluar tembok besar Cina untuk serbuan missal.
Namun, Tai Tsung dapat mengusir mereka,. Maka mulai muncullah
migrasi menuju ke barat. Mereka adalah suku yang anak cucunya
dan Penddidikan Agama Islam. Umat Islam di Korea pada saat ini sekitar
21 ribu orang.362
T. Islam di Nusantara
langsung dari Arab dengan bukti jalur pelayaran yang ramai dan bersifat
internasional sudah dimulai jauh sebelum abad ke-13 melalui selat malaka
tang menghubungkan Dinasti Tang di Cina (Asia Timur), Sriwijaya di Asia
Tenggara dan Bani Umayyah di Asia Barat.
c. Sarjana Muslim kontemporer seperti Taufik Abdullah mengkompromikan
kedua pendapat tersebut. Menurutnya memang benar Islam sudah datang ke
indonesia sejak abad pertama Hijriyah atau abad ke-7 M, tetapi baru dianut
oleh pedagang Timur Tengah di pelabuhan-pelabuhan. Barulah Islam masuk
secara besar-besaran dan mempunyai kekuatan politik pada abad ke-13
dengan berdirinya Kerajaan Samudra Pasai.364
372http://sejarahnasionaldandunia.blogspot.com/2013/02/proses-masuknya-islam-ke
indonesia.html di akses hari kamis, 26 september 2013
236
373 Hery Sucipto, KH. Ahmad Dahlan: Sang Pencerah, Pendidik dan Pendiri
Muhammadiyah, (Jakarta: Best Media Utama, Cet. 1, 2010), h.9.
374 Hery Sucipto, KH. Ahmad Dahlan: Sang Pencerah, Pendidik dan Pendiri
Muhammadiyah, (Jakarta: Best Media Utama, Cet. 1, 2010), h.10-11.
237
Riwayat Hidup KH. Ahmad Dahlan Kiyai Haji Ahmad Dahlan lahir pada
tahun tanggal 1 Agustus 1868 M di kampung KaumanYogyakarta.375 3 beliau
merupakan anak keempat dari tujuh bersaudara yang seluruh saudarannya
perempuan, kecuali adik bungsunya.
375 Hery Sucipto, KH. Ahmad Dahlan: Sang Pencerah, Pendidik dan Pendiri
Muhammadiyah, Cet. 1 (Jakarta: Best Media Utama, 2010), h.49.
376 Hasbullah, Sejarah Pendidikan Islam Indonesia, (Jakarta: Raja Grafindo Persada, 2001),
94.
377 Hery Sucipto, KH. Ahmad Dahlan: Sang Pencerah, Pendidik dan Pendiri
Muhammadiyah, Cet. 1, (Jakarta: Best Media Utama, 2010), h.50.
238
Malik Ibrahim.378 Beliau dilahirkan dalam lingkungan yang penuh religius, yaitu
masyarakat Kauman Yogyakarta. Menurut catatan sejarah bahwa, setelah proses
pembangunan Masjid Agung Kraton Yogyakarta selesai dibangun, beberapa
kerabat keraton yang ahli dalam bidang agama Islam, diminta untuk tinggal di
sekitar Masjid Kauman dan diserahi tugas, untuk memelihara dan memakmurkan
Masjid Kraton Kauman Yogyakarta. Maka sangat wajar bahwa, Ahmad Dahlan
muda, tumbuh menjadi seorang pemuda yang ahli dalam bidang agama dan alim,
karena dibesarkan dilingkungan yang memiliki lingkungan keagamaan yang kuat.
Pada usia yang relatif muda, yaitu sekitar lima belas tahun, beliau
memutuskan untuk berangkat ke Mekkah untuk pergi haji, dan tinggal di sana
sekitar lima tahun. Keberangkatan tersebut, difasilitasi oleh kakak iparnya yang
bernama Kiyai Haji Soleh, seorang kiyai dan saudagar kaya raya. Di mana beliau
yang telah membiayai keperluan Ahmad Dahlan, ketika akan berangkat ke tanah
suci Mekkah. Di kota suci itulah, Ahmad Dahlan muda, berinteraksi dengan
pemikir-pemikir pembaharu Islam seperti Muhammad Abduh, Al-Afghani, rasyid
Ridha dan Ibnu Taimiyyah.379 Perjuangannya dalam menuntut ilmu di tanah suci,
ia lakukan dengan penuh keikhlasan dan perjuangan yang sangat berat, di tanah
suci beliau berguru kepada Kiyai Mahfudh Termas dan Syeikh Khayat seorang
ahli hadits, Syeikh Amien ahli Qira‟at, Sayid Bakri Syatha dan Syeikh Hasan. 380
Dalam perjalanannya, KH. Ahmad Dahlan sering melakukan hal-hal yang
menurut ukuran sebagian ulama waktu itu tidak sejalan dengan ajaran ajaran
Islam, seperti memberi pengajian kepada kaum muslimat dan membolehkan
wanita keluar rumah selain untuk mengaji.
380 Hery Sucipto, KH. Ahmad Dahlan: Sang Pencerah, Pendidik dan Pendiri
Muhammadiyah, Cet. 1, (Jakarta: Best Media Utama, 2010), h, 58.
239
Ceramah KH. Ahmad Dahlan kepada para anggota Budi Utomo mendapat
tanggapan positif dan mereka menyarankan agar KH. Ahmad Dahlan mendirikan
sekolah yang teratur secara organisasi modern. Saran ini kemudian berhasil
dipenuhi pada tahun 1911 dengan mendirikan sekolah dengan sistem sebagaimana
sekolah Belanda, bukan lagi belajar di surau. Di sekolah ini, yang diajarkan bukan
saja ilmu-ilmu agama, melainkan juga ilmu-ilmu pengetahuan umum seperti
berhitung, ilmu bumi, ilmu dagang dan ilmu tubuh manusia. Murid perempuan-
perempuan tidak lagi dipisahkan dari murid laki-laki, sebagaimana di surau-
surau.382
Disamping memasuki Budi Utomo, pada tahun 1910 Ahmad Dahlan juga
memasuki Jamiat Khair. Satu hal yang mendorongnya untuk memasuki organisasi
ini adalah keinginannya untuk mendapatkan informasi tentang perkembangan
dunia Islam, khususnya timur tengah. Waktu itu satu-satunya organisasi Islam
yang mempunyai hubungan baik dengan Negara-negara Islam di Timur Tengah
adalah Jami‟at Khair. Setelah Sarekat Islam didirikan pada akhir tahun 1911 di
Solo, KH. Ahmad Dahlan juga memasukinya. Keinginannya untuk bergabung
dengan organisasi ini terdorong oleh rasa kebangsaannya. Di Sarekat
381 Daliar Noer, Gerakan Modern Islam di Indonesia 1900-1942, Cet. III, (Jakarta: LP3ES,
1988), h. 86
382 Azumardi Azra dkk, Ensiklopedi Islam, JiI 1 (Jakarta: PT. Ichtiar Baru van Hoeve, 2001),
84
240
383 Azumardi Azra dkk, Ensiklopedi Islam, JiI 1 (Jakarta: PT. Ichtiar Baru van Hoeve, 2001),
84.
384 Hery Sucipto, KH. Ahmad Dahlan: Sang Pencerah, Pendidik dan Pendiri
Muhammadiyah, Cet. 1, (Jakarta: Best Media Utama, 2010), h. 57-58.
385 Hery Sucipto, KH. Ahmad Dahlan: Sang Pencerah, Pendidik dan Pendiri
Muhammadiyah, Cet. 1, (Jakarta: Best Media Utama, 2010), h. 95
241
1903, ia berangkat lagi ke Makkah dan menetap selama dua tahun. Ketika mukim
yang kedua kali ini, ia banyak bertemu dan melakukan muzakkarah dengan
sejumlah ulama Indonesia yang bermukim di Makkah.
386 Hery Sucipto, KH. Ahmad Dahlan: Sang Pencerah, Pendidik dan Pendiri
Muhammadiyah, Cet. 1, (Jakarta: Best Media Utama, 2010), h.58..
387 Ramayulis, Ilmu Pendidikan Islam, (Jakarta: Kalam Mulia, 2006), h. 13.
242
2. Definisi Terminologi
390 Ramayulis, Ilmu Pendidikan Islam, (Jakarta: Kalam Mulia, 2006), h. 16.
243
Nahdlatul Ulama (NU) adalah sebuah fenomena yang unik dan menarik
untuk ditelurusi tentangnya. Sebagai sebuah organisasi dengan pengikut terbesar
dan terbanyak di Indonesia. Organisasi yang didirikan oleh para ulama tradisional
sebagai penggagas dan penggeraknya. Salah satu Organisasi nonpemerintah
paling besar yang mengakar di kalangan bawah. Dan yang penting, sebuah
organisasi sosial keagamaan dengan mengakarkan gerakkannya pada kultural
yang mampu eksis di tengah derasnya arus globalisasi dan modernisasi Hal ini
tidak terlepas dari pandangan keagamaan Ahlisunnah wal Jama’ah (Aswaja)
sebagai teologi sekaligus pola berfikir yang dijalankan warga NU.
NU lahir dari proses hasil istikharah ulama besar (KH Khalil Bangkalan
dan KH Hasyim Asy’ari) dengan isyarah tongkat dan tasbih. Keorganisasi NU
cepat menyebar. Data tahun 2000, jaringan NU meliputi 31 Wilayah, 339 Cabang,
12 Cabang Istimewa, 2.630 Majelis Wakil Cabang/MWC dan 37.125 Ranting.
Selain itu juga membentuk baik melalui Lembaga-lembaga, maupun perangkat
badan otonomnya (Muslimat, Fatayat, GP. Ansor, IPNU-IPPNU, dll). Mendirikan
lembaga pendidikan dari tingkat TPQ, PAUD sampai pada perguruan tinggi,
membangun rumah sakit, koperasi, membuat media cetak maupun elektonik (ada
koran Duta masyarakat, Harian Bangsa, Majalah, Buletin, TV 9 dan NU Online),
membentuk Aswaja centre, membentuk Himpunan pengusaha NU (HPN).391
392 Kacung Marijan, Quo Vadis NU setelah kembali ke Khittah 1926, (Jakarta:
Erlangga, 1992), cet. 1, h. 2.
393 Munawir Abdul Fatah, Tradisi Orang-orang NU, (Jakarta: Pustaka Pesantren, 2007).
Cet, 3. H.xi
394 Moeh Thaha Ma’ruf dalam Pedoman Pemimpin Pergerakkan, (Jakarta: PBNU, 1954),
h. 103
245
Belanda. Maka dengan turutnya para pemimpin Agama (Ulama, Kiai) perjuangan
cukup besar. Bisa dilihat dari Pemberontakan Diponegoro, Perang Paderi,
Pemberontakan Banten, Pemberontakan Surabaya peran ulama cukup besar.
Pendapat lain mengatakan NU didirikan untuk mewakili kepentingan kiayi, visa
vis pemerintah dan juga kaum pembaru dan untuk menghambat perkembangan
organisasi-organisasi yang hadir terlebih dahulu.395
395 Hilmy Muhammadiyah dalam NU: Identitas Islam Indonesia, Jakarta: Elsaf, 2004,
cet.1, h.116
Secara etimologi, Nahdlatul Ulama terdiri dari dua kata bahasa Arab,
nahdlah artinya “bangkit”, “bangun”, “loncatan”, dan al-ulama’ artinya
“kelompok agamawan”. Sedangkan secara epistemology, Nahdlatul Ulama adalah
komunitas cendekiawan (ulama) yang mampu menerima, melestarikan, dan
meneruskan tradisi dan budaya generasi sebelumnya serta mampu melakukan
eksplorasi, inovasi dan kreasi yang lebih baik dan bermanfaat. Dengan demikian
Nahdlatul Ulama secara spesifik mempunyai kesadaran historis dan kemampuan
mereformasi kondisi yang secara kultural maupun pemikiran yang relevan.397
397 Said Aqil Siradj, Aktualisasi Ahlussunah wal Jama’ah, (makalah: 1997) dikutip
Hilmy Muhammadiyah Sulthon dalam NU: Identitas Islam Indonesia, h.120
apa saja yang menjadikan kemaslahatan Agama Islam”. Dan Pasal III, yang
berbunyi, “Untuk mencapai maksud perkumpulan ini, maka diadakan ikhtiar: a.
mengadakan perhubungan di antara ulama-ulama yang bermadzab tersebut dalam
Pasal II; b. memeriksa kitab-kitab sebelum dipakai untuk mengajar, supaya
diketahui apakah itu daripada kitab-kitab Ahlussunah atau kitab-kitab ahli bid’ah.
c. menyiarkan agama Islam berasaskan pada madzab sebagai tersebut dalam Pasal
II dengan jalan apa saja yang halal; d. berikhtiar memperbanyak madrasah-
madrasah yang berdasar agama Islam; e. memperhatikan hal-hal yang
berhubungan masjid-masjid, surau-surau, begitu juga dengan hal ikhwalnya anak-
anak yatim dan orang yang fakir miskin; f. mendirikan badan-badan untuk
memajukan urusan pertanian, perniagaan dan usahaan yang tidak dilarang oleh
Syara’ agama Islam.399”.
هلهأ ريغ هيلو اذا نيدال ىلع اوكباو هلهأ هيلو اذا نيذال ىلع اوكبت ال
(Jangan kalian menangisi agama, bila ia dikuasai oleh ahlinya. Dan kalian
tangisilah agama itu, bila ia dikuasai oleh yang bukan ahlinya).
tradisi lama yang baik dan berkreasi untuk membuat peradaban baru yang lebih
baik).
Salah satu tindakan yang sangat berani yang pernah di ambil NU. NU
dalam muktamarnya mengeluarkan fatwa “Resolusi Jihad” melawan penjajah
Belanda. Perang suci ini diwajibkan agama untuk ikut serta dalam perjuangan
mempertahankan. Resolusi ini menyatakan bahwa wajib berjuang setiap muslim
yang mampu berada dalam radius 94 km dari tempat berlangsungnya pertempuran
atau tempat musuh berada. Pada 10 November, dua minggu setelah kedatangan
pasukan Inggris di Surabaya, sebuah pemberontakan massal pecah, di mana
banyak pengikut NU yang terlibat aktif. Banyak diantara pejuang muda yang
mengenakan jimat yang diberikan kiai desa kepada mereka.402
pemimpin NU Kiai Masjkur. Para kiai dan pengikut mereka sejak awal terlibat
aktif dalam perang kemerdekaan. Banyak yang bergabung dalam barisan
Hizbullah dimana banyak orang yang terlibat memiliki latar belakang NU.
Komandan tertingginya seorang pemimpin NU asal Sumatra Utara (Mandailing),
Zainul Arifin. Begitu juga tentang penetapan NU atas Pancasila sebagai satu-
satunya asas. NU adalah ormas yang pertama kali menerima Ketetapan MPR No.
II tentang GBHN yang menyerukan Pancasila sebagai satu-satunya asal. Bahkan
Kiai As’ad Syamsul Arifin telah mempertegas penerimaan sebagian besar Ulama
dan ummat Islam Indonesia bahwa menerima Pancasila hukumnya wajib. NU
sendiri dalam Anggaran Dasarnya Pasal 3, hasil Muktamar ke-26 di Semarang,
telah menyebutkan bahwa landasan perjuangan NU adalah Pancasila dan UUD
1945.403
6. Pergerakan Organisasi
NU adalah sebuah organisasi sosial keagamaan yang dari awal tidak malu-
malu mengusung tradisi lokal. Karenanya NU selalu menampilkan wajah Islam
yang khas lokal dan moderat yang tidak jarang justeru terasa minoritas di tengah-
tengah masyarakat muslim dunia. Dalam buku Tradisi orang-orang NU secara
lengkap dituliskan Tradisi-tradisi warna NU; pertama; berhubungan dengan
landasan-landasan yang menjadi pegangan warga NU, diantaranya; landasan
Ahlussunah Wal Jama’ah, mengikuti sabahat Nabi, mengikuti mayoritas,
mengikuti ulama, hukum bermadzab, kitab-kitab muktabarah, thariqah
muktabarah, system pengambilan keputusan sehingga sulit bagi NU terlepas dari
fitnah ahli bidah.
408 Ali Ma’shum, Kebenaran Argumentasi Ahlussunah Wal Jamaah, (Pekalongan: Udin
Putra, 1983), cet. 1, h.62
252
Maka apabila kemudian muncul muslim Indonesia yang radikal dan puritan
berarti hal itu merupakan antithesis dari keberagamaan yang selama ini telah
menjadi religious culture masyarakat muslim Indonesia. Munculnya organisasi
atau harakah yang mengatasnamakan Islam dan lebih cenderung untuk melakukan
perlawanan terhadap Negara sebenarnya bisa disebut sebagai dinamika yang
bersifat transisional.
8. Faham keagamaan
73 firqah. Satu masuk surga dan yang 72 masuk neraka. Nabi ditanya: siapakah
yang masuk surga itu, ya, Rasul? Nabi menjawab: Ahlussunah Wal Jamaah”. KH.
Siradjuddin, Penulis I’tiqad Ahlussunah Wal Jamaah menjelaskan definisi secara
harfiah Ahlussunah Wal Jamaah berarti penganut sunnah Nabi Muhammad dan
Jamaah (sahabat-sahabat). Secara ringkas berarti segolongan pengikuti sunnah
(jejak) Rasulullah SAW yang di dalam melaksanakan ajaran-ajarannya beliau
berjalan di atas garis yang dipraktikkan oleh Jamaah (sahabat Nabi). 411 K.H. Bisri
Mustofa, seorang Ulama asal Rembang mengartikan Ahlussunah Wal Jamaah
sebagai paham yang berpegang teguh kepada tradisi sebagai berikut.412
Dalam bidang hukum-hukum Islam (fikih) menganut salah satu ajaran dari
empat madzab: Hanafi, Maliki, Syafi’i, dan Hambali. Dalam praktikkannya para
kiai merupakan penganut kuat mazhab Syafi’i.
412 Zamakhsyari Dhofier, Tradisi Pesantren: Studi Tentang Pandangan Hidup Kiayi,
(Jakarta: LP3ES, 1982), h, 153
255
Cara pandang seperti ini dapat mudah dipahami pandang keagamaan yang
dianut NU. Inilah yang membedakan umat Islam yang menamakan dirinya
penganut Ahlussunah Wal Jamaah lainnya. Dengan cara pandang seperti ini,
Zamakhsyari memandang sebagai aspek yang menjadi dasar kekuatan dan
pengaruh kuatnya NU di tanah Air. Ajaran Islam yang dipraktikkan NU (Kiai)
disesuaikan dengan kondisi masyarakat Indonesia, berakulturasi dengan
kehidupan kultural dan sosial masyarakat Indonesia. Sementara bagi kalangan
pembaharu hal ini menjadi sasaran kritik mereka atas NU.
Kekuatan lain dalam analisis Machrus Irsyam (kolomnis politik) basis masa
(struktur sosial) yang bertumpu pada massa pondok pesantren yang umumnya
terdapat di daerah pedesaan, di mana keduanya mereka dua kesatuan yang utuh.
Dawam Raharjo menambahkan bahwa lahirnya NU merupakan langkah
pembaharuan terhadap aspirasi dan realita sosial masyarakat ketika itu, semua itu
karena landasan NU yang dinamis dan modern.415 Sebagai konsekuensi dari ajaran
Ahlussunah Wal Jamaah yang dianut, ajaran bermazhab, maka NU menganut
paham keulamaan.416 Paling tidak hal ini tercermin26 dari namanya, Nahdlatul
Ulama yang berarti “Kebangkitan para ulama”. Kiai Achmad Siddiq memberi
komentar perihal nama ini. Katanya, “Pemilihan nama ini, bukan Nahdlatul
Muslimin atau Nahdlatul Ummah umpamanya, membuktikan betapa penting dan
khasnya kedudukan Ulama dalam ja’iyah Nahdlatul Ulama.
Penghormatan yang amat tinggi terhadap para Ulama ini merupakan refleksi
dari tradisi berpikir yang mazhab. Bagi NU bermazhab merupakan hal yang
mutlak. Lebih lanjut Kiai Achmad Siddiq memberi uraian kriteria pemberian gelar
ulama kepada seseorang. Pertama, norma pokok yang harus dimiliki oleh seorang
ulama adalah ketaqwaan kepada Allah. Ke dua, seorang ulama mempunyai tugas
utama mewarisi misi (risalah) Rasulullah meliputi; ucapan, ilmu, ajaran,
perbuatan, tingkah laku, mental dan moralnya. Dan ke tiga, seseorang bisa disebut
ulama apabila memiliki cirri utama dalam kehidupan sehari-hari, seperti; tekun
beribadah (baik yang wajib maupun sunnah), zuhud (melepaskan diri dari ukuran
dan kepentingan materi duniawi), mempunyai ilmu akhirat (ilmu agama dalam
kadar yang cukup) mengerti kemaslahatan umat (peka terhadap kepentingan
materi duniawi), mempunyai ilmu akhirat (ilmu agama dalam kadar yang cukup),
mengerti kemaslahatan umat (peka terhadap kepentingan umum) dan
mengabdikan seluruh ilmunya untuk Allah dilembari niat yang besar, baik dalam
berilmu maupun beramal. Maka peran dan posisi yang besar ditempati oleh para
ulama, kiayi baik secara kultur maupun dalam kepenguruan struktural organisasi
NU. tidak salah Geertz 1960 menyebut para kiai sebagai “a cultural broker”,
urunannya terhadap proses pengembangan masyarakat boleh dikatakan tidak
kecil.
W. Islam di Aceh
Kerajaan Aceh Darussalam Kerajaan Aceh sangat terkenal dan gigih dalam
melawan para penjajah. Pada awalnya, Kerajaan Aceh Darussalam adalah daerah
taklukan Kerajaan Pedir. Kerajaan Aceh Darussalam mulai berkembang pesat
setelah Malaka jatuh ke tangan Portugis tahun 1511. Setelah Malaka jatuh ke
tangan Portugis, para pedagang muslim yang pedagang di Malaka pindah ke
bandar laut Aceh Darussalam. Dengan demikian, Aceh Darussalam segera
berkembang dan mampu lepas dari Kerajaan Pedir pada tahun 1520.
Pada awalnya, wilayah kerajaan Aceh ini hanya mencakup Banda Aceh dan
Aceh Besar yang dipimpin oleh ayah Ali Mughayat Syah. Ketika Mughayat Syah
naih tahta menggantikan ayahnya, ia berhasil memperkuat kekuatan dan
mempersatukan wilayah Aceh dalam kekuasaannya, termasuk menaklukkan
kerajaan Pasai. Saat itu, sekitar tahun 1511 M, kerajaan-kerajaan kecil yang
terdapat di Aceh dan pesisir timur Sumatera seperti Peurelak (di Aceh Timur),
Pedir (di Pidie), Daya (Aceh Barat Daya) dan Aru (di Sumatera Utara) sudah
258
berada di bawah pengaruh kolonial Portugis. Mughayat Syah dikenal sangat anti
pada Portugis, karena itu, untuk menghambat pengaruh Portugis, kerajaan-
kerajaan kecil tersebut kemudian ia taklukkan dan masukkan ke dalam wilayah
kerajaannya. Sejak saat itu, kerajaan Aceh lebih dikenal dengan nama Aceh
Darussalam dengan wilayah yang luas, hasil dari penaklukan kerajaan-kerajaan
kecil di sekitarnya.
Hubungan dengan Perancis juga terjalin dengan baik. Pada masa itu,
Perancis pernah mengirim utusannya ke Aceh dengan membawa hadiah sebuah
cermin yang sangat berharga. Namun, cermin ini ternyata pecah dalam perjalanan
menuju Aceh. Hadiah cermin ini tampaknya berkaitan dengan kegemaran Sultan
Iskandar Muda pada benda-benda berharga. Saat itu, Iskandar Muda merupakan
satu-satunya raja Melayu yang memiliki Balee Ceureumeen (Aula Kaca) di
istananya yang megah, Istana Dalam Darud Dunya. Konon, menurut utusan
Perancis tersebut, luas istana Aceh saat itu tak kurang dari dua kilometer. Di
260
dalam istana tersebut, juga terdapat ruang besar yang disebut Medan Khayali dan
Medan Khaerani yang mampu menampung 300 ekor pasukan gajah, dan aliran
sungai Krueng yang telah dipindahkan dari lokasi asal alirannya.
“ I am the mighty ruler of the Regions below the wind, who holds sway over the
land of Aceh and over the land of Sumatra and over all the lands tributary to
Aceh, which stretch from the sunrise to the sunset “.
Artinya :
Ketika Iskandar Muda meninggal dunia tahun 1636 M, yang naik sebagai
penggantinya adalah Sultan Iskandar Thani Ala‘ al-Din Mughayat Syah (1636-
1641M). Di masa kekuasaan Iskandar Thani, Aceh masih berhasil
mempertahankan masa kejayaannya. Penerus berikutnya adalah Sri Ratu Safi al-
Din Taj al-Alam (1641-1675 M), putri Iskandar Muda dan permaisuri Iskandar
Thani. Hingga tahun 1699 M, Aceh secara berturut-turut dipimpin oleh empat
orang ratu. Di masa ini, kerajaan Aceh sudah mulai memasuki era
kemundurannya. Salah satu penyebabnya adalah terjadinya konflik internal di
Aceh, yang disebabkan penolakan para ulama Wujudiyah terhadap pemimpin
perempuan. Para ulama Wujudiyah saat itu berpandangan bahwa, hukum Islam
tidak membolehkan seorang perempuan menjadi pemimpin bagi laki-laki.
Kemudian terjadi konspirasi antara para hartawan dan uleebalang, dan
dijustifikasi oleh pendapat para ulama yang akhirnya berhasil memakzulkan Ratu
Kamalat Syah. Sejak saat itu, berakhirlah era sultanah di Aceh.
Memasuki paruh kedua abad ke-18, Aceh mulai terlibat konflik dengan
Belanda dan Inggris yang memuncak pada abad ke-19. Pada akhir abad ke-18
tersebut, wilayah kekuasaan Aceh di Semenanjung Malaya, yaitu Kedah dan
Pulau Pinang dirampas oleh Inggris. Pada tahun 1871 M, Belanda mulai
mengancam Aceh atas restu dari Inggris, dan pada 26 Maret 1873 M, Belanda
secara resmi menyatakan perang terhadap Aceh. Dalam perang tersebut, Belanda
gagal menaklukkan Aceh. Pada tahun 1883, 1892 dan 1893 M, perang kembali
meletus, namun, lagi-lagi Belanda gagal merebaut Aceh. Pada saat itu, Belanda
sebenarnya telah putus asa untuk merebut Aceh, hingga akhirnya, Snouck
Hurgronye, seorang sarjana dari Universitas Leiden, menyarankan kepada
pemerintahnya agar mengubah fokus serangan, dari sultan ke ulama. Menurutnya,
tulang punggung perlawanan rakyat Aceh adalah para ulama, bukan sultan. Oleh
sebab itu, untuk melumpuhkan perlawanan rakyat Aceh, maka serangan harus
diarahkan kepada para ulama. Saran ini kemudian diikuti oleh pemerintah Belanda
262
dengan menyerang basis-basis para ulama, sehingga banyak masjid dan madrasah
yang dibakar Belanda.417
417 Hasjmy, A. 1961. Ichtiar Susunan dan Sistem Keradjaan Atjeh di Zaman Sultan
Iskandar Muda. Banda Aceh: Tidak Diterbitkan.h.43
263
Catatan: Sultan Ala‘ al-Din Jauhar al-Alam (sultan ke-29) berkuasa pada dua
periode yang berbeda, diselingi oleh periode Sultan Syarif Saif al-Alam (1815-
1818).418
4. Struktur pemerintahan
Pada masa Sultan Ala‘ al-Din Mansur Syah (1577-1589) berkuasa, kerajaan
Aceh sudah memiliki undang-undang yang terangkum dalam kitab Kanun Syarak
Kerajaan Aceh. Undang-undang ini berbasis pada al-Quran dan hadits yang
mengikat seluruh rakyat dan bangsa Aceh. Di dalamnya, terkandung berbagai
aturan mengenai kehidupan bangsa Aceh, termasuk syarat-syarat pemilihan
pegawai kerajaan. Namun, fakta sejarah menunjukkan bahwa, walaupun Aceh
telah memiliki undang-undang, ternyata belum cukup untuk menjadikannya
sebagai sebuah kerajaan konstitusional.
5. Struktur Agama
418 Langen, van, K.F.H. 1986. Susunan Pemerintahan Aceh Semasa Kesultanan. Alih
Bahasa oleh Aboe bakar. Banda Aceh: Dokumentasi dan Informasi Aceh.h.56
264
Pengaruh Islam yang sangat kuat juga tampak dalam aspek bahasa dan
sastra Aceh. Manuskrip-manuskrip terkenal peninggalan Islam di Nusantara
banyak di antaranya yang berasal dari Aceh, seperti Bustanussalatin dan Tibyan fi
Ma‘rifatil Adyan karangan Nuruddin ar-Raniri pada awal abad ke-17; kitab
Tarjuman al-Mustafid yang merupakan tafsir Al Quran Melayu pertama karya
Shaikh Abdurrauf Singkel tahun 1670-an; dan Tajussalatin karya Hamzah
Fansuri. Peninggalan manuskrip tersebut merupakan bukti bahwa, Aceh sangat
berperan dalam pembentukan tradisi intelektual Islam di Nusantara. Karya sastra
lainnya, seperti Hikayat Prang Sabi, Hikayat Malem Diwa, Syair Hamzah Fansuri,
Hikayat Raja-Raja Pasai, Sejarah Melayu, merupakan bukti lain kuatnya pengaruh
Islam dalam kehidupan masyarakat Aceh.
Pada saat pemerintahan Sultan Iskandar Thani, muncul ahli tasawuf terkenal
dari Gujarat yang bernama Nurruddin ar Raniri. Hasil kàryanya yang terkenal
adalah Bustanus Salatin yang berisi sejarah Aceh Darussalam. Ajaran Nurrudin ar
Raniri bertentangan dengan ajaran Hamzah Fansyuri dan Syamsudin as
Samatrani. Hal itu menyebabkan. perpecahan di Kerajaan Aceh Darussaiam. Pada
tahun 1641, Sultan Iskandar Thani wafat. Setelah Sultan Iskandar Thani
meninggal, Aceh Darussalam mengalami kemunduran di berbagai bidang.419
419 Lombard, Denys. 2007. Kerajaan Aceh Zaman Sultan Iskandar Muda (1607-1636).
Jakarta: Kepustakaan Populer Gramedia.h.75
266
Di masa kepemerintahan Sultan Alaudi Riayat Syah Ibn Firman Syah, orang
inggris dan belanda kemudian diterima dengan baik sebagai suatu mitra
perdagangan lada. Sesudah Sultan Alaudin Riayat Syah Ibn Firman Syah akhirnya
wafat, maka sultan yang akan memerintah selanjutnya ialah Sultan Muda dengan
lama sampai pada tahun 1607. Kemudian, tahta selanjutnya diambil alih oleh
Sultan Iskandar Muda yang sudah lama memerintah selama 29 tahun yaitu dari
tahun 1607 sampai pada tahun 1636.
8. Kehidupan Ekonomi
9. Kehidupan sehari-hari
Aceh cepat tumbuh menjadi kerajaan besar karena didukung oleh faktor
sebagai berikut.
Letak ibu kota Aceh sangat strategis, yaitu di pintu gerbang pelayaran dari
India dan Timur Tengah yang akan ke Malaka, Cina, atau ke Jawa.
Pelabuhan Aceh (Olele) memiliki persyaratan yang baik sebagai pelabuhan
dagang. Pelabuhan itu terlindung oleh Pulau We, Pulau Nasi, dan Pulau
Breuen dari ombak besar.
Daerah Aceh kaya dengan tanaman lada sebagai mata dagangan ekspor yang
penting. Aceh sejak dahulu mengadakan hubungan dagang internasional.
Jatuhnya Malaka ke tangan Portugis menyebabkan pedagang Islam banyak
yang singgah ke Aceh, apalagi setelah jalur pelayaran beralih melalui
sepanjang pantai barat Sumatra.