Anda di halaman 1dari 7

LEMBAR KERJA PESERTA DIDIK

Mata Pelajaran : Sejarah Kebudayaan Islam


Kelas/Semester : X/Genap
Hari/Tanggal : 27 Januari 2019
Alokasi Waktu :
Nama : Zulhadi

A. Petunjuk Belajar
 Amatilah video tentang Fenomena Dakwah Islam di Indonesia Saat ini!
 Bacalah teks tentang Substansi dan Strategi Dakwah Khulafa’ Ar-Rasyidin
sebelum memulai melakukan diskusi kelompok!
 Tulislah hasil pengamatan dan bacaanmu dalam buku catatan masing-masing!
B. Materi Pokok
 Substansi dan Strategi Dakwah Khulafa’ Ar-Rasyidin
C. Kompetensi Dasar
3.2 Mendeskripsikan substansi dan strategi dakwah khulafa’ Ar-Rasyidin
4.2 Mempresentasikan tentang substansi dan strategi dakwah yang dilakukan khulafa
Ar-Rasyidin dalam berdakwah
D. Indikator
3.2.1 Menyebutkan strategi dakwah Khulafa’ Ar-Rasyidin
3.2.2 Menguraikan substansi dan strategi dakwah Khulafa’ Ar-Rasyidin
4.2.1 Mempresentasikan tentang substansi dan strategi dakwah yang dilakukan
khulafa Ar-Rasyidin dalam berdakwah
E. Uraian Materi Pembelajaran
1. Strategi Dakwah Khulafa’ Ar-Rasyidin
a. Dakwah bi Lisan
Yang dimasud dengan dakwah bi lisan adalah memanggil, menyeru ke
jalan Tuhan untuk kebahagiaan hidup akhirat. Sebuah ajakan dakwah dengan
menggunakan lisan, antara lain mengingat orang lain jika berbuat salah, baik
dalan beribadah maupun perbuatan. Dengan berbicara dalam pergaulanna
sehari-hari yang disertai dengan misi agamanya, yaitu agama Allah dan
agama Islam. Menyajikan materi dakwah di depan umum. Isi dari materi
dakwah tidak terlalu banyak, akan tetapi menarik perhatian khalayak.
b. Dakwah bi Tadwin
Dakwah bi tadwin adalah dakwah yang dilakukan melalui tulisan. Metode
dakwah ini disampaikan dengan cara menuliskan penjelasan mengenai seruan
yang hendak disampaikan. Dalam konteks sejarah, terutama pada masa awal
dakwah Islam sebelum dibukukannya berbagai macam ilmu pengetahuan seperti
pada masa pemerintahan Khulafa’ Ar-Rasyidin lebih identik dengan kebijakan
pembukuan Al-Qur’an maupun standarisasi Al-Qur’an.
c. Dakwah bi Hal
Dakwah bi yad adalah dawah Islam yang dilakukan dengan
menggunakan kekuasaan. Hal-hal yang berkaitan dengan usaha dan upaya
mendapatkan, mempertahankan dan memanfaatkan kekuasaan. Jadi, makna
dakwah bi yad adalah dakwah melalui aktivitas politik.
d. Dakwah bi Yad
Dakwah bi hal merupakan dakwah dengan menggunakan kerja nyata.
Dalam kegiatan dakwah bi hal tidak terlepas dari lima prinsip yang utama,
yaitu: a) harus menghubungkan ajaran Islam dengan kondisi sosial budaya atau
masyarakat tertentu, b) bersifat pemecahan masalah yang dihadapi umat dalam
suatu wilayah tertentu, c) harus mampu mendorong dan menggerakkan
kemampuan masyarakat dalam memecahkan masalah dalam masyarakat
misalnya dalam bidang pendidikan, kesehatan, ekonomi dan lain sebagainya, d)
harus mampu membangkitkan swadaya masyarakat, agar mereka dapat
membangun dirinya, sekaligus dapat memberikan manfaat masyarakat sekitar,
dan e) mampu mendorong semangat kerja keras dan kebersamaan dalam
rangka meningkatkan hubungan kerja sama yang harmonis dan produktif
terutama untuk saling memenuhi kebutuhannya.
e. Dakwah bi Uswah Hasanah
Kata uswah berarti keteladanan seseornag yang diikiuti oleh orang lain,
baik itu keteladanan tentang kebaikan atau keburukan. Kata hasanah juga dapat
diartikan sebagai segala sesuatu yang sesuai dengan pandangan mata dan
perbuatan-perbuatan yang sesuai dengan hati nurani. Uswatun Hasanah atau
keteladanan yang baik berarti perbuatan-perbuatan baik. Dakwah seperti ini
dalam sejarah, berupa nilai karakter yang dapat dicontoh atau ditiru dari seorang
tokoh dalam peristiwa sejarah.

2. Substansi dan Strategi Dakwah Khulafa’ Ar-Rasyidin


a. Substansi dan Strategi Dakwah Khalifah Abu Bakar As-Shiddiq
Abu Bakar As-Shiddiq menjadi khalifah selama 2 tahun, sejak 11-13
H/632-634 M. Abu Bakar merupakan sosok sahabat Sabar, Rendah hati, Sopan-
santun, Tawadhu’, dan berwibawa. Ia menjadi khalifah berdasarkan hasil
musyawarah kaum Muhajirin dan Anshor di Tsaqifah bani Saidah. Pada saat
pembaitannya dirinya, Khalifah Abu Bakar berpidato di depan kaum muslimin:
“Saya bukanla yang terbaik diantara kamu sekalian. Oleh karena itu saya
sangat menghargai dan mengharapkan saran dan pertolongan kalian
semua. Menyampaikan kebenaran kepada seorang yang terpilih sebagai
penguasa adalah kesetiaan yang sebenar-benarnya, sedang
menyembunyikan kebenaran adalah suatu kemunafikan. Orang yang kuat
maupun yang lemah adalah sama kedudukannya dan saya akan
memperlakukan kalian semua secara adil. Jika aku bertindak dengan
hukum Allah dan Rasul-Nya, taatilah aku, tetapi jika aku mengabaikan
ketentuan Allah dan Rasul-Nya, tidaklah layak kalian menaatiku.”
Kekuasaan yang dijalankan pada masa Kholifah Abu Bakar,
sebagaimana pada masa Rasulullah, bersifat sentral. Kekuasaan legislatif,
eksekutif dan yudikatif terpusat di tangan khalifah. Pada masa awal masa
pemerintaannya, Khalifah Abu Bakar disibukkan dengan penumpasan golongan
orang-orang yang murtad, enggan membayar zakat serta memberantas orang
yang mengaku sebagai nabi. Perang melawan golongan ini dikenal dengan
sebutan perang Riddah. Peperangan ini menyebabkan persoalan dalam diri umat
Islam dengan banyaknya para sahabat penghafal Al-Qur’an yang gugur dalam
pertempuran riddah tersebut. Keadaan ini menyebabkan Umar bin Khattab
mengusulkan agar Khalifah Abu Bakar melakukan pengumpulan dan penulisan
Al-Qur’an guna menjaga Al-Qur’an agar tidak hilnag bersamaan dengan
gugurnya para huffazh di medan pertempuran.
Setelah berhasil meyakinkan Abu Bakar bahwa pengumpulan Al-Qur’an
akan sangat bermanfaat bagi keutuhan Al-Qur’an sendiri. Akhirnya, Abu
Bakar menugaskan Zaid bin Tsabit untuk memimpin pengumpulan Al-Qur’an.
Zaid ditunjuk karena ia pemuda yang cerdas dan berpengalaman mencatat
ayat-ayat Al-Qur’an. Zaid bin Tsabit dapat melaksanakan tugas tersebut
dengan baik.
Ketika Abu Bakar menjabat sebagai khalifah pertama, ia berusaha
mewujudkan keinginan dalam upaya memperluas wilayah kekuasaan Islam ke
daerah Syiria. Ketika itu Syiria berada di bawah kekuasaan Romawi pimpinan
Kaisar Heraklius. Sebenarnya pengembangan Islam ke Syiria ini telah dimulai
sejak Nabi akan wafat, di bawah pimpinan Usamah bin Zaid. Namun terhenti
karena pasukan Islam mendengar berita tentang wafatnya nabi Muhammad
SAW.. Kemudian dilanjutkan kembali pada masa pemerintahan Abu Bakar.
b. Substansi dan Strategi Dakwah Khalifah Umar bin Khattab
Umar bin Khattab menjadi khalifah selama 10 tahun, sejak 13-23 H/634-
644 M. Umar bin Khattab menjadi khalifah atas dasar aklamasi atau
penunjukkan langsung yang dilakukan oleh khalifah sebelumnya. Umar
merupakan sosok tegas, rendah hati, tawadhu', berwibawa, berani. Setelah
pembai’atannya, Umar bin Khattab berpidato:
“Aku telah dipilih menjadi khalifah. Kerendahan hati Abu Bakar sejalan
dengan jiwanya yang terbaik diantara kalian, dan lebih kuat diantara
kalian, serta lebih mampu memikul urusan-urusan kalian yang berat. Aku
diangkat menjadi khalifah, tidak sama dengan beliau. Seandainya aku
tahu ada orang yang lebih kuat untuk memikul jabatan ini dari padaku,
maka aku lebih memilih memberikan leherku untuk dipenggal daripada
memikul jabatan ini.”
Pada masa pemerintahan Umar bin Khattab, usaha pengembangan
Wilayah Islam terus dilanjutkan. Kemenangan dalam perang Yarmuk pada masa
Abu Bakar, membuka jalan bagi Umar untuk menggiatkan lagi usahanya. Dalam
pertempuran di Ajnadin tahun 16 H/636 M, tentara Romawi dapat dikalahkan.
Selanjutnya beberapa kota di pesisir Syiria dan Pelestina, seperti Jaffa, Gizar,
Ramla, Typus, Uka (Acre), Askalon dan Beirut dapat ditundukkan pada tahun 18
H/638 M dengan diserahkan sendiri oleh Patrik kepada Umar bin Khattab.
Khalifah Umar bin Khattab melanjutkan perluasa dan pengembangan
wilayah Islam ke Persia yang telah dimulai sejak masa Khalifah Abu Bakar.
Pasukan Islam yang menuju Persia ini berada di bawah pimpinan panglima Saad
bin Abi Waqas. Dalam perkembangna berikutnya, berturut-turut dapat
ditaklukan beberapa kota, seperti kadisia tahun 16 H/636M, kota Jalula tahun 17
H/638 M. Madain tahun 18 H / 639 M dan Nahawand tahun 21 H / 642 M.
Khalifah Umar bin Khattab juga mengembangkan kekuasaan Islam ke
Mesir. Pada saat itu penduduk Mesir, yaitu suku bangsa Qibti (Qopti) sedang
mengalami penganiayaan dari bangsa Romawi dan sangat mengaharapkan
bantuan dari orang-orang Islam. Setelah berhasil menaklukkan Syiria dan
Palestina, Khalifah Umar bin Khattab memberangkatkan pasukannya yang
berjumlah 4000 orang menuju Mesir di bawah pimpinan Amr bin Ash. Sasaran
pertama adalah menghancurkan pintu gerbang al Arisy, lalu berturut-turut al
Farma, bilbis, tendonius (Ummu Dunain), Ain Sams, dan juga berhasil merebut
benteng babil dan Iskandariyah.
Diantara jasa dan peninggalan Umar bin Khattab selama ia menjabat
khalifah adalah menertibkan pemerintahan dengan mengeluarkan undang-
undang. Diadakan kebijakan peraturan perundangan mengenai ketertiban pasar,
ukuran dalam jual beli, mengatur kebersihan jalan dan lain-lain. Khalifah Umar
bin Khattab juga membagi daerah menjadi beberapa daerah pemerintahan, yaitu
pemerintahan pusat dan pemerintahan daerah. Khalifah bertindak sebagai
pemimpin pemerintahan pusat, sedangkan di daerah dipegang oleh para
gubernur yang membantu tugas pemerintahan khalifah di daerah-daerah. Selain
itu, Khalifah Umar bin Khattab juga membentuk beberapa dewan, di
antarannya Dewan Perbendaharaan Negara, dan Dewan Militer. Ia juga
membentuk utusan kehakiman, di mana hakim yang terkenal pada waktu itu
adalah Ali bin Abi Thalib.
c. Substansi dan Strategi Dakwah Khalifah Utsman bin Affan
Utsman bin Affan menjadi khalifah selama 12 tahun, sejak 23-35 H/644-
656 M. Utsman bin Affan terpilih sebagai khalifah melalui hasil musyawarah
dewan syuro yang dibentuk oleh Khalifah Umar bin Khattab sebelum wafatnya.
Beliau merupakan sosok penyabar, lembut, pemalu, dan dermawan. Pada saat
pembaiatan dirinya sebagai khalifah, Utsman bin Affan menyampaikan
pidatonya:
“Sesungguhnya kalian berada di tempat sementara, dan perjalanan hidup
kalian pun hanya untuk menghabiskan umur yang tersisa. Bergegaslah
sedapat mungkin kepada kebaikan sebelum ajal datang menjemput.
Sungguh ajal tidak pernah sungkan datang sembarangan waktu dan
keadaan, baik siang maupun malam. Ingatlah sesungguhnya dunia penuh
dengan tipu daya. Jangan kalian terpedaya oleh kemilau dunia dan
janganlah kalian sekali-kali melakukan tipu daya kepada Allah.
Sesungguhnya Allah tidak pernah lalai dan melalaikan kalian.”
Pada masa khalifah Utsman terdapat juga beberapa upaya perluasan
daerah kekuasaan Islam di antaranya adalah melanjutkan usaha penaklukan
Persia. Ke- mudian Tabaristan, Azerbaijan dan Armenia. Usaha perluasan daerah
kekuasaan Islam tersebut lebih lancar lagi setelah dibangunnya armada laut.
Satu persatu daerah di seberang laut ditaklukanya, antara lain wilayah Asia
Kecil, pesisir Laut Hitam, pulau Cyprus, Rhodes, Tunisia dan Nubia.
Pada masa pemerintahan Utsman bin Affan terjadi perselisihan di tengah
kaum muslimin perihal cara membaca Al-Qur’an (qiraat). Karena perselisihan
ini, hampir saja terjadi perang saudara. Kondisi ini dilporkan oleh Hudzaifah al
Yamani kepada Khalifah Utsman. Menanggapai laporan tersebut, Khalifah
Usman memutuskan untuk melakukan penyeragaman cara baca Al-Qur’an. Cara
baca inilah yang akhirnya secara resmi dipakai oleh kaum muslimin. Dengan
demikian, perselisihan dapat diselesaikan dan perpecahan dapat dihindari.
Pada paruh terakhir masa kekhalifahannya muncul perasaan tidak puas
dan kecewa di kalangan umat Islam terhadapnya. Kepemimpinan Utsman sangat
berbeda dengan kepemimpinan Umar. Ini mungkin karena umurnya yang lanjut
(diangkat dalam usia 70 tahun) dan sifatnya yang lemah lembut. Akhirnya pada
tahun 35 H/655 M, Usman dibunuh oleh kaum pemberontak yang terdir dari
orang-orang yang kecewa itu.
Meskipun demikian, tidak berarti bahwa pada masa Utsman tidak ada
kegiatan-kegiatan yang penting. Utsman berjasa membangun bendungan untuk
menjaga arus banjir yang besar dan mengatur pembagian air ke kota-kota. Dia
juga membangun jalan-jalan, jembatan-jembatan, masjid-masjid dan
memperluas masjid Nabi di Madinah. Pada masa pemerintahanya juga pasukan
angkatan laut pertama kali dibentuk.
d. Substansi dan Strategi Dakwah Khalifah Ali bin Abi Thalib
Ali bin Abi Thalib menjadi khalifah selama 5 tahun, sejak 35-40 H/656-
661 M. Ali bin Abi Thalib menjadi khalifah di tengah suasana pemerintahan
yang kacau akibat terbunuhnya Khalifah Utsman bin Affan oleh para
pemberontak. Ia merupakan sosok tangkas, tegas, teguh pendirian dan
pemberani. Selain itu, Khalifah Ali juga merupakan sosok cerdas. Ia
merupakan tempat para sahabat bertanya tentang berbagai hal. Ia juga
dipandang sebagai peletak dasar ilmu bahasa Arab (Nahwu). Ketika ia
menerima bai’at sebagai khalifah, Ali bin Abi Thalib berpidato:
“Wahai manusia, kamu telah membaiat saya sebagaimana yang telah
kamu lakukan terhadap khalifah-khalifah yang dulu daripada saya. Saya
hanya boleh menolak sebelum jatuh pilihan. Akan tetapi, jika pilihan
telah jatuh, penolakan tidak boleh lagi. Imam harus kuat, teguh, dan
rakyat harus tunduk dan patuh. Bai’at terhadap diri saya ini adalah
bai’at yang merata dan umum. Barang siapa yang mangkir darinya,
terpisahlah dia dari agama Islam.”
Selama masa pemerintahannya, Khalifah Ali bin Abi Thalib menghadapi
berbagai pergolakan. Setelah menduduki jabatan khalifah, Ali memecat para
gubernur yang diangkat oleh Utsman. Dia yakin bahwa pemberontakan-
pemberontakan terjadi dikarenakan keteledoran mereka. Ali juga menarik
kembali tanah yang dihadiahkan Utsman kepada penduduk dengan
menyerahkan hasil pendapatannya kepada negara, dan memakai kembali
sistem distribusi pajak tahunan di antara orang-orang Islam sebagaimana
pernah diterapkan oleh Umar bin Khattab.
Setelah kebijakan tersebut diterapkan, Ali bin Abi Thalib menghadapi
pemberontakan Thalhah, Zubair dan Aisyah. Alasan mereka, Ali tidak mau
menghukum para pembunuh Utsman, dan mereka menuntut bela terhadap
darah Utsman yang telah ditumpahkan secara zalim. Ali sebenarnya ingin
sekali menghindari perang. Dia mengirim surat kepada Thalhah dan Zubair
agar keduanya mau berunding untuk menyelesaikan perkara tersebut secara
damai. Namun ajakan tersebut ditolak. Akhirnya, pertempuran yang dahsyat
pun terjadi. Perang ini dikenal dengan nama Perang Jamal (Perang Unta),
karena Aisyah dalam pertempuran ini menunggang unta. Ali berhasil
mengalahkan lawannya. Zubair dan Thalhah terbunuh ketika hendak
melarikan diri, sedangkan Aisyah ditawan dan dikirim kembali ke Madinah.
Bersamaan dengan itu, kebijaksanaan-kebijasanaan Ali juga
mengakibatkan timbulnya perlawanan dari gubernur di Damaskus yaitu
Muawiyah, yang didukung oleh sejumlah bekas pejabat tinggi yang merasa
kehilangan kedudukan dan kejayaan. Setelah berhasil memadamkan
pemberontakan Zubair, Thalhah dan Aisyah, Ali bergerak dari Kufah menuju
Damaskus dengan sejumlah besar tentara. Pasukannya bertemu dengan
pasukan Muawiyah di Siffin. Pertempuran tersebut dikenal dengan nama
perang Siffin. Perang ini diakhiri dengan tahkim (arbitrase), tetapi tahkim
ternyata tidak menyelesaikan masalah, bahkan menyebabkan timbulnya
golongan ketiga yaitu Khawarij, artinya orang-orang yang keluar dari barisan
Ali. Akibatnya di ujung masa pemerintahan Ali bin Abi Thalib umat Islam
terpecah menjadi tiga kekuatan politik, yaitu Muawiyah, Syi’ah (pengikut) Ali
dan Khawarij atau orang-orang yang keluar dari barisan Ali.
Keadaan ini tidak menguntungkan Ali. Munculnya kelompok Khawarij
menyebabkan tentaranya semakin melemah, sementara posisi Muawiyah
semakin kuat. Pada tanggal 20 Ramadhan 40 H (660 M), Ali terbunuh oleh
salah satu anggota kelompok Khawarij yakni Ibnu Muljam.

F. Tugas dan Langkah-langkah Kerja


1. Setelah mengamati video tentang fenomena dakwah Islam di Indonesia saat ini
dan membaca teks tentang substansi dan strategi dakwah Khulafa’ Ar-Rasyidin
buatlah Daftar Terfokus tentang substansi dan strategi dakwah Khulafa’ Ar-
Rasyidin!
2. Buatlah Daftar Terfokus secara berkelompok dengan menggunakan kertas manila,
kertas origami dan spidol berwarna sebagai media utama!
3. Daftar Terfokus harus mampu menjawab pertanyaan-pertanyaan yang terdapat
dalam point G berikut!
4. Setelah selesai membuat Daftar Terfokus, tunjuklah salah seorang teman
kelompokmu untuk mempresentasikan Daftar Terfokus tentang Substansi dan
Strategi Dakwah Khulafa’ Ar-Rasyidin tersebut di depan kelas!
G. Soal
Jawab dan diskusikanlah soal-soal berikut ini bersama kelompokmu sebelum
memulai membuat Daftar Terfokus tentang Substansi dan Strategi Dakwah
Khulafa’ Ar-Rasyidin!
1. Apa saja strategi dakwah yang dilakukan oleh Khulafa’ Ar-Rasyidin?
2. Apa substansi/isi dari strategi dakwah yang dilakukan oleh Khulafa’ Ar-Rasyidin?
H. Kunci Jawaban
1. Ada 5 (lima) strategi dakwah yang dilakukan oleh Khulafa’ Ar-Rasyidin, yaitu:
Dakwah bi Lisan, Dakwah bi Tadwin, Dakwah bi Yad, Dakwah bi Hal, dan Dakwah
bi Uswah Hasanah.
2. Substansi dari strategi dakwah yang dilakukan oleh Khulafa’ Ar-Rasyidin dapat
diuraikan sbagai berikut.
a. Substansi dan strategi dakwah Khalifah Abu Bakar as-Shiddiq
 Dakwah bi Lisan: pidato Khalifah Abu Bakar as-Shiddiq yang berisi ajakan
kebaikan dan prinsip pemerintahan.
 Dakwah bi Tadwin: usaha khalifah Abu Bakar dalam pembukuan Al-Qur’an.
 Dakwah bi Yad: kebijakan Khalifah Abu Bakar dalam penumpasan nabi
palsu, orang enggan membayar zakat dan murtad (Perang Riddah) serta
usaha perluasan wilayah Islam lainnya.
 Dakwah bi Hal: pembentukan pebedaharaan negara dan perbaikan lembaga
eksekutif, legislatif dan yudikatif.
 Dakwah bi Uswah Hasanah: Sabar, Rendah hati, Sopan-santun, Tawadhu’,
Tegas dan berwibawa.
b. Substansi dan strategi dakwah Khalifah Umar bin Khattab
 Dakwah bi Lisan: pidato Khalifah Umar bin Khattab yang berisi ajakan
kebaikan dan prinsip pemerintahan.
 Dakwah bi Tadwin: usaha Khalifah Umar bin Khattab dalam melanjutkan
usaham pembukuan Al-Qur’an dan penentuan kalender hijriyah.
 Dakwah bi Yad: usaha Khalifah Umar bin Khattab dalam perluasan wilayah
dan dakwah Islam ke berbagai wilayah.
 Dakwah bi Hal: usaha Khalifah Umar bin Khattab dalam menata
administrasi negara.
 Dakwah bi Uswah Hasanah: Rendah hati, Tawadhu’, Tegas, Berwibawa,
dan Berani
c. Substansi dan strategi dakwah Khalifah Utsman bin Affan
 Dakwah bi Lisan: pidato Khalifah Utsman bin Affan yang berisi ajakan
kebaikan dan prinsip pemerintahan.
 Dakwah bi Tadwin: usaha Khalifah Utsman bin Affan dalam standarisasi
bacaan dan tulisan Al-Qur’an.
 Dakwah bi Yad: usaha Khalifah Utsman bin Affan dalam perluasan wilayah
dan dakwah Islam.
 Dakwah bi Hal: usaha Khalifah Utsman bin Affan dalam pembentukan
angkatan laut.
 Dakwah bi Uswah Hasanah: Sabar, Lembut, Pemalu, dan Dermawan.
d. Substansi dan strategi dakwah Khalifah Ali bin Abi Thalib
 Dakwah bi Lisan: pidato Khalifah Ali bin Abi Thalib yang berisi ajakan
kebaikan dan prinsip pemerintahan.
 Dakwah bi Tadwin: usaha Khalifah Ali bin Abi Thalib dalam meletakkan
dasar-dasar kaidah/tata bahasa Arab.
 Dakwah bi Yad: usaha Khalifah Ali bin Abi Thalib dalam penuntasan konflik
internal (Perang Jamal, Perang Shiffin, Perang Nahrawand).
 Dakwah bi Hal: usaha Khalifah Ali bin Abi Thalib dalam menstabilkan
pemerintahan Islam.
 Dakwah bi Uswah Hasanah: Tangkas, Cerdas, Tegas, Teguh pendirian, dan
Pemberani.

Anda mungkin juga menyukai