Makalah ini Disusun Untuk Memenuhi Tugas Mata Kuliah Sejarah Pendidikan
Islam
KELOMPOK 7 :
2021
KATA PENGANTAR
Puji syukur kami panjatkan kehadirat Allah SWT. Karena atas rahmat dan hidayah-
Nya lah kami dapat menyelesaikan makalah yang berjudul “Pendidikan Islam Pada
Masa Khulafaur Rasyidin (Utsman Bin Affan dan Ali Bin Abi Thalib)” untuk
memenuhi tugas mata kuliah Sejarah Pendidikan Islam.
Walaupun kami telah berupaya sebaik mungkin, namun kami menyadari bahwa
makalah ini masih jauh dari kata sempurna. Untuk itu kami sangat mengharapkan
kritik dan saran yang membangun guna memperbaiki penyusunan makalah
berikutnya.
Kami mengucapkan banyak terima kasih kepada Bapak M. Kodir, M.Pd.I selaku
dosen pembimbing mata kuliah Sejarah Pendidikan Islam dan juga teman-teman yang
telah membantu penyusunan makalah ini. Akhir kata kami berharap semoga makalah
ini dapat bermanfaat bagi kita semua.
Penulis
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL
KATA PENGANTAR
DAFTAR ISI
BAB I PENDAHULUAN
BAB I
PENDAHULUAN
Sejarah pendidikan Islam pada dasarnya tidak terlepas dari sejarah Islam itu
sendiri. Sejarah, dalam bahasa Arab disebut tarikh yang berarti keterangan yang
telah terjadi di kalangannya pada masa yang telah lampau atau pada masa yang
masih ada.1
Menurut KBBI, pendidikan adalah proses pengubahan sikap dan tata laku
seseorang atau kelompok orang dalam usaha mendewasakan manusia melalui
upaya pengajuan dan pelatihan ; proses cara dan perbuatan mendidik. Sedangkan
pendidikan Islam adalah upaya membimbing, mengarahkan, dan membina peserta
didik yang dilakukan secara sadar dan terencana agar terbina suatu kepribadian
yang utama sesuai dengan nilai-nilai ajaran Islam. (Abuddin Nata, 2008)
1
Munawar Cholil, Kelengkapan Tarikh Nabi Muhammad Saw, (Jakarta: Bulan Bintang, 1969), hal. 15
dibuktikan dalam Al-Qur’an dan Al-Hadits yang banyak menjelaskan tentang arti
pendidikan bagi kehidupan umat Islam sebagai hamba Allah SWT.2
Secara garis besar, Harun Nasution membagi sejarah Islam dalam tiga periode,
yaitu periode klasik, pertengahan, dan modern.4 Dalam makalah ini, kita akan
mengkaji tentang sejarah pendidikan Islam pada periode klasik. Lebih spesifiknya
yaitu pada masa khalifah Utsman Bin Affan dan Ali Bin Abi Thalib, serta
implikasinya terhadap pengembangan pendidikan Islam di Indonesia.
1. Untuk mengetahui pendidikan Islam pada masa khalifah Utsman Bin Affan
2
Hanum Asrohah, Sejarah Pendidikan Islam, cet 1, (Jakarta: Logos, 1999), hal. 2
3
Abuddin Nata, Sejarah Pendidikan Islam, (Jakarta: Kencana, 2011), hal. 24
4
Harun Nasution, Pembahasan Dalam Islam, Sejarah Pemikiran dan Gerakan, (Jakarta: Bulan Bintang,
1975), hal. 11
2. Untuk mengetahui pendidikan Islam pada masa khalifah Ali Bin Abi Thalib
3. Untuk mengetahui implikasi konsep pendidikan Islam pada periode khulafaur
rasyidin terhadap pengembangan pendidikan Islam di Indonesia
BAB II
PEMBAHASAN
Pada saat khalifah Umar Bin Khattab terbaring sakit. Atas desakan dari sejumlah
tokoh masyarakat Madinah, Umar mengangkat suatu dewan yang terdiri dari enam
sahabat pilihan, yaitu Utsman bin Affan, Ali bin Abi Thalib, Thalhah bin Ubaidillah,
Zubair bin Awwam, Abdurrahman bin Auf, dan Sa'ad bin Abi Waqqash. Sedangkan
putra Umar, Abdullah bin Umar mempunyai hak untuk memilih dan tidak berhak
dipilih. Pada waktu itu Thalhah bin Ubaidillah sedang tidak ada di Madinah.
Abdurrahman bin Auf mengusulkan agar dia di perkenankan mengundurkan diri,
tetapi kepadanya ditugaskan bermusyawarah dengan kaum muslimin dan memilih
salah seorang diantara sahabat-sahabat yang ditunjuk Umar bin Khattab untuk
menjadi khalifah.
Usul Abdurrahman bin Auf diterima dan para sahabat berjanji akan memenuhi apa
yang diusulkan oleh Abdurrahman. Setelah bermusyawarah dengan tokoh-tokoh
masyarakat, ternyata telah berkembang polarisasi di kalangan masyarakat Islam.
Mereka terbagi menjadi dua kubu, yaitu pendukung Ali dan pendukung Utsman.
Dengan kata lain, pendukung Bani Hasyim dan pendukung Bani Umayyah. Lalu
Abdurrahman bin Auf menanyakan kepada Utsman bin Affan dan Ali bin Abi Thalib
secara terpisah tentang seandainya bukan dia (Ali), siapa lagi yang patut menjadi
khalifah. Maka ali menjawab Utsman bin Affan. Begitulah sebaliknya, ketika Utsman
ditanya, dia menjawab Ali bin Abi Thalib.
Pada masa khalifah Usman bin Affan, pelaksanaan pendidikan tidak jauh berbeda
dengan masa sebelumnya. Pendidikan di masa ini hanya melanjutkan apa yang telah
ada, dan hanya sedikit terjadi perubahan yang mewarnai pendidikan Islam. Para
sahabat yang berpengaruh dan dekat dengan Rasulullah yang tidak diperbolehkan
meninggalkan Madinah dimasa khalifah Umar, diberikan kelonggaran untuk keluar
dan menetap di daerah-daerah yang mereka sukai. Kebijakan ini sangat besar
pengaruhnya bagi pelaksanaan pendidikan di daerah-daerah.5
Pada masa pemerintahan khalifah ketiga itu, situasi politik mengalami keguncangan.
Meskipun demikian, pendidikan tetap menjadi fokus perhatian. Objek pendidikan
pada masa itu mencakup : (1) orang dewasa atau orang tua yang baru masuk Islam,
(2) anak-anak yang orangtuanya telah lama masuk Islam atau yang baru menganut
Islam, (3) orang tua yang telah lama menganut Islam, dan (4) orang yang
mengkhususkan dirinya menuntut ilmu secara luas dan mendalam.
5
Samsul Nizar, Sejarah Pendidikan Islam, (Jakarta: Kencana Prenada Media Grup, 2009), h.48
6
Soekarno, Sejarah dan Filsafat Pendidikan Islam, (Bandung: Angkasa, 1983), h. 60
Pada periode Utsman bin Affan Al-Qur’an ditulis dan dibubukan dalam bentuk
mushaf dengan jumlah 5 eksemplar. Kelima mushaf ini kemudian dikirim ke 5
provinsi, yaitu Mekah, Syiria, Basrah, Kuffah, dan satu eksemplar disimpan di
Madinah yang langsung dipegang oleh khalifah Utsman bin Affan. Setelah itu,
khalifah memerintahkan agar seluruh catatan sebelumnya dibakar dan hanya
berpedoman kepada kelima mushaf tersebut. Hal ini dimaksudkan agar kaum
muslimin dapat menyatukan pandangan dan terfokus pada satu ejaan tulisan standar,
menyatukan bacaan yang disebut mushaf utsmani, dan menyatukan susunan surat-
surat seperti yang terlihat padat Al-Qur’an saat ini.
Fokus pembelajaran Al-Qur’an yang dilakukan oleh guru pada masa itu adalah :
Usaha konkret dalam bidang pendidikan Islam memang belum dikembangkan pada
masa khalifah Utsman bin Affan. Namun pemerintahan Utsman memiliki prestasi
yang gemilang dalam pengembangan pendidikan Islam, yaitu usaha pembukuan kitab
suci Al-Qur’an, yang sebelumnya telah dirintis pengumpulan Al-Qur’an oleh Umar
bin Khattab. Bundelan itu disimpan oleh Abu Bakar. Kemudian diserahkan kepada
Umar bin Khattab, setelah itu dititipkan Umar kepada anak perempuannya yang
sekaligus menjadi istri Rasulullah Saw, Hafsah binti Umar.
2.2 Pendidikan Islam Pada Masa Khalifah Ali Bin Abi Thalib
Khalifah keempat khulafaur rasyidin juga sepupu dan sekaligus menantu Nabi
Muhammad SAW. adalah Ali ibnu Abi Thalib. Keturunan Bani Hasyim ini lahir di
Mekah tahun 603 M. Dari kalangan remaja, ia adalah yang pertama masuk Islam.
Nabi mengasuh Ali sejak usia 6 tahun dan pernah menyebutnya “saudaraku” dan
“ahli warisku”. Ali banyak mengetahui tentang kehidupan Nabi, termasuk ilmu
agama. Ali pernah menyelamatkan nyawa nabi ketika diminta tidur di tempat tidur
Nabi untuk mengecoh kaum Quraisy. Ia selalu mendampingi Nabi SAW. hingga
wafatnya dan mengurus pemakamannya.7
Pada awal pemerintahan Ali, sudah diguncang peperangan dengan Aisyah (istri Nabi)
beserta Talhah dan Abdullah bin Zubair karena kesalahpahaman dalam menyikapi
kematian atau pembunuhan terhadap Usman, peperangan ini disebut perang Jamal
(unta) karena Aisyah memakai kendaraan unta, sehingga pada masa kekuasaan Ali
tak pernah merasakan kedamaian.
Sebetulnya tidak seharipun keadaan stabil selama pemerintahan Ali. Tak ubahnya
beliau sebagai seorang yg menambal kain usang, jangankan menjadi baik malah
bertambah sobek. Tidak dapat diduga bahwa kegiatan pendidikan pun saat itu
mengalami hambatan karena perang saudara, meskipun tidak terhenti sama sekali.
Stabilitas pendidikan dan keamanan sosial merupakan syarat mutlak terjadinya
perkembangan itu sendiri baik ekonomi, sosial, politik, budaya maupun
pengembangan intelektual dan agama. Ali sendiri tidak sempat memikirkan masalah
pendidikan karena seluruh perhatiannya ditumpahkan pada masalah yang lebih
penting dan sangat mendesak.
Demikian kehidupan pada masa Ali. Pendidikan yang masih berjalan seperti apa yang
telah berlaku sebelumnya, selain adanya motivasi dan falsafah pendidikan yang
dibina pada masa Rasulullah juga ada tumbuh motivasi dan falsafah pendidikan yang
dibina oleh kaum Syi’ah dan Khawarij yang mengakibatkan banyaknya pandangan
dan paham yang menjadi landasan dasar serta berpikir yang memberi kesempatan
untuk mencerai beraikan umat Islam mendatang.
Dasar pendidikan Islam yang tadinya bermotif aqidah tauhid, sejak masa itu tumbuh
di atas dasar motivasi, ambisius kekuasaan, dan kekuatan. Tetapi sebagian besar
7
Samsul Nizar, Sejarah Pendidikan Islam, (Jakarta: Kencana Prenada Media Grup, 2009), h.48
masih tetap berpegang kepada prinsip-prinsip pokok dan kemurnian yang diajarkan
Rasulullah SAW. Ahmad Syalabi mengatakan: “Sebetulnya tidak seharipun, keadaan
stabil pada pemerintahan Ali. Tak ubahnya beliau sebagai seorang menambal kain
usang, jangankan menjadi baik malah bertambah sobek. Dapat diduga, bahwa
kegiatan pendidikan pada saat itu mengalami hambatan dengan adanya perang
saudara. Ali sendiri saat itu tidak sempat memikirkan masalah pendidikan, karena ada
yang lebih penting dan mendesak untuk memberikan jaminan keamanan, ketertiban
dan ketentraman dalam segala kegiatan kehidupan, yaitu mempersatukan kembali
kesatuan umat, tetapi Ali tidak berhasil.8
Ada beberapa implikasi dari konsep pendidikan Islam pada periode Khulafaur
Rasyidin tersebut terhadap pengembangan pendidikan Islam di Indonesia.
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Sejarah itu sangatlah penting dalam kehidupan kita dimasa yang akan
datang, dan sejarah adalah sebagai alat evaluasi agar kedepanya jauh
lebih baik lagi. Sebagaimana sejarah pendidikan pada masa Rasulalah
hingga sahabat Ali Bin Abi Thalib sistem dalam pengajaran
pendidikan masih terararah dengan Al-Qur’an dan hadist.