Anda di halaman 1dari 8

Latar belakang masalah

A. Perkembangan Sistem Pendidikan Jarak Jauh


Pembelajaran merupakan investasi yang paling utama bagi setiap bangsa apalagi bagi
bangsa yang sedang berkembang yang giat membangun negaranya. Pembangunan hanya dapat
dilakukan oleh manusia yang dipersiapkan melalui pembelajaran, guna mencapai esensi
kemanusiaan yaitu sebagai khalifah di atas bumi. Pengembangan pembelajaran tidak terlepas
dari tanggung jawab seorang pendidik, bagaimana pendidik tersebut melakukan transformasi
ilmu yang dimiliki dengan bahan ajar yang telah ada, serta dengan memperhatikan metode-
metode pengajaran yang mudah diterima oleh peserta didik sehingga tujuan tercapai sesuai
dengan apa yang diharapkan.
Sejak pemerintah menerapkan sosial distance untuk mencegah penyebaran wabah
COVID- 19, maka terjadi pembatasan pertemuan dengan jumlah banyak termasuk dalam dunia
Pendidikan. Hal ini berdampak pada kegiatan belajar-mengajar di lembaga Pendidikan yang
semula tatap muka di kelas, bergeser menjadi pendidikan jarak jauh (PJJ) dalam jaringan
(daring) dengan sistem online.
Carter V Good (1959) memberikan pengertian kebijakan pendidikan (educational
policy) sebagai suatu pertimbangan yang didasarkan atas sistem nilai dan beberapa penilaian atas
faktor- faktor yang bersifat situasional, pertimbangan tersebut dijadikan sebagai dasar untuk
mengopersikan pendidikan yang bersifat melembaga. Pertimbangan tersebut merupakan
perencanaan yang dijadikan sebagai pedoman untuk mengambil keputusan.
Secara legal formal, berdasarkan Peraturan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Nomer
109/2013 Pasal 2, menyebutkan bahwa tujuan PJJ adalah untuk memberikan layanan pendidikan
tinggi kepada kelompok masyarakat yang tidak dapat mengikuti pendidikan secara tatap muka,
dan memperluas akses serta mempermudah layanan pendidikan tinggi dalam pembelajaran.
Dengan begitu dapat diartikan bahwa PJJ adalah suatu sistem pendidikan yang memiliki
karakteristik terbuka, belajar mandiri, dan belajar tuntas dengan memanfaatkan Teknologi,
Informasi dan Komunikasi (TIK) dan/atau menggunakan teknologi lainnya, dan/atau berbentuk
pembelajaran terpadu perguruan tingg dan sekolah.
Pembelajaran jarak jauh (distance learning) sebagai model dari pendidikan jarak jauh
(distance education) bukanlah model pendidikan yang baru. Pada awalnya dimulai dengan
kursus tertulis, kemudian berkembang dalam bentuk pendidikan tinggi formal berbentuk
Universitas Terbuka (Open University). Diantaranya University of Wisconsin di Amerika
menjadi universitas pelopor di dunia pendidikan jarak jauh sejak tahun 1891. Dalam
perkembangannya hampir separuh dari sekitar 3.900 lembaga pendidikan tinggi di Amerika
Serikat menyelenggarakan sejenis pendidikan jarak jauh. Latar belakang diadakannya
pembelajaran jarak jauh adalah bagi orang yang setiap harinya bekerja dengan memiliki waktu
kerja yang padat, bertempat tinggal dan bekerja jauh dari lembaga pendidikan akan sangat
merasakan berapa banyak opportunity cost yang hilang jika harus mengikuti pembelajaran atau
perkuliahan secara konvensional pada lembaga pendidikan tersebut karena menyediakan waktu
beberapa jam setiap harinya untuk duduk di kelas menyesuaikan jadwal belajar, praktikum dan
semua kegiatan lainnya dengan jam kerjanya. Untuk itu dilakukan berbagai upaya yang
mendukung terwujudnya pembelajaran jarak jauh dengan mutu dan layanan yang lebih baik
dengan memanfaatkan perkembangan teknologi informasi dan komunikasi.
Pada awal terselenggaranya, pembelajaranan jarak jauh oleh masyarakat dianggap
sebagai jenis pendidikan alternatif atau pendidikan kelas dua yang kalah gengsinya dari
pendidikan konvensional yang mengharuskan kehadiran pembelajar. Seiring dengan
perkembangan teknologi informasi dan komunikasi yang pesat pembelajaran jarak jauh
diselenggarakan secara online melalui internet. Pembelajaran jarak jauh secara online mendapat
apresiasi yang tinggi masyarakat bahkan ada yang mengangap lebih bergengsi dibandingkan
pendidikan konvensional yang cenderung kurang memanfaatkan kemajuan teknologi.
Pelaksanaan distance learning membutuhkan komunikasi yang baik antara siswa, orang
tua, dan sekolah dikarenakan jarak yang jauh dan tidak memungkinkan antara siswa, orang tua,
dengan sekolah bisa bertemu muka secara terus-menerus. komunikasi antara siswa dengan
sekolah dilakukan secara virtual atau dunia maya. Media yang digunakan adalah beberapa media
sosial. Sedangkan antara orang tua dengan sekolah lebih banyak kepada konsultasi, diskusi,
maupun sharing mengenai perkembangan belajar anak selama mengikuti distance learning dan
kelanjutan pendidikan siswa setelah lulus nanti juga dikonsultasikan kepada sekolah.
Menurut pendapat Ali Taufik dalam jurnalnya, dalam mempersiapkan komponen proses
pelaksanaan pendidikan jarak jauh yang diterapkan maka komponen pelaksana perguruan tinggi
dengan pemerintah daerah setempat menerapkan sistem kerjasama aktif melalui Pelaksanaan
inventarisasi kebutuhan proses peningkatan sumber daya manusia di setiap wilayah lokasi
melalui penerapan komponen mekanisme yang ditetapkan. Komponen tersebut mencakup,
inventarisasi sumber daya manusia terdidik, terampil dan terlatih. dari kebutuhan masukan
tersebut maka kerjasama dilanjutkan dengan membangun sistem disesuaikan dengan komponen
proses pelaksanaan. penyajian kerangka pelaksana kegiatan pembelajaran jarak jauh yang
diterapkan dioptimalkan untuk membangun kreativitas dan pengetahuan di lingkungan wilayah
masing- masing dengan komponen proses secara spesifik mendukung pembangunan daerah
tersebut baik dalam lingkup pembangunan pengetahuan maupun teknologi terapan yang
mempercepat proses pembangunan dalam menciptakan kesejahteraan masyarakat sekitarnya.
Dalam pelaksanaan Pendidikan Jarak Jauh, seringkali ditemukan kendala ataupun
ketidaksesuaian dengan pembelajaran yang seharusnya, banyak yang mengira tanggung jawab
pengajar dalam melaksanakan PJJ jauh lebih ringan ketimbang dengan Pembelajaran tradisional
(Semradova & Hubackova, 2016). Saat ini sistem pendidikan menghadapat banyak masalah,
dalam masa pandemi COVID-19 pembelajaran di Indonesia dialihkan menjadi Pendidikan jarak
jauh, namun kurangnya peralatan, personel, sumber daya, dan keterbatasan teknologi pendidikan,
serta keterampilan dan kualitas yang dimiliki pengajar belum mencukupi. Penggunaan media
internet/ e-learning memiliki kendala yang cukup besar, koneksi jaringan dan kesalahan teknis
seperti server down and error menghambat keberhasilan pembelajaran.
Sistem PJJ sudah menjadi bagian yang menyatu dalam dunia pendidikan di Indonesia,
dan menjadi pilihan bagi masyarakat untuk memperoleh akses terhadap pendidikan, termasuk
pendidikan guru dan tenaga kependidikan. Situasi ini mendorong berbagai institusi
pendidikan,terutama pendidikan tinggi, untuk berpartisipasi aktif dalam pendidikan jarak jauh.
Dalam perkembangannya, sistem pendidikan jarak jauh mengambil manfaat besar dari
perkembangan media dan teknologi pembelajaran yang dapat melayani kebutuhan akan
pendidikan secara masal dan luas.
Perkembangan teknologi yang pesat memunculkan model pendidikan jarak jauh yang
fleksibel dan cerdas, mampu membuka akses pendidikan bagi siapa saja yang melintasi batas
ruang dan waktu, serta mengatasi berbagai kendala sosioekonomis.
PJJ diselenggarakan dengan tujuan meningkatkan perluasan dan pemerataan akses
pendidikan, serta meningkatkan mutu dan relevansi pendidikan. Oleh karenanya PJJ memiliki
karakteristik terbuka, belajar mandiri, belajar tuntas, menggunakan teknologi informasi dan
komunikasi (TIK) atau menggunakan teknologi lainnya. Melalui sistem PJJ, setiap orang dapat
memperoleh akses terhadap pendidikan berkualitas tanpa harus meninggalkan keluarga, rumah,
pekerjaan, dan tidak kehilangan kesempatan berkarir.
Selain akses, sistem PJJ juga meningkatkan pemerataan kualitas pendidikan bagi setiap
orang. Sifat massal sistem PJJ dalam mendistribusikan pendidikan berkualitas yang berstandar
dengan menggunakan TIK, standarisasi pencapaian pembelajaran materi ajar, proses
pembelajaran, bantuan belajar, dan evaluasi pembelajaran, menjadikan pendidikan berkualitas
dapat diperoleh berbagai kalangan.
Untuk mendukung pencapaian kualitas yang standar, sistem PJJ sangat tergantung pada
pemanfaatan fasilitas belajar bersama berdasarkan kemitraan antar institusi. Dengan demikian,
tenaga pengajar yang berkualitas dapat dikumpulkan menjadi satu dalam bentuk konsorsium
untuk menjadi pengembang bahan ajar dan bahan ujian. Bahan ajar dan bahan ujian kemudian
dikemas untuk didistribusikan ke berbagai pelosok tanah air. Hal ini menjamin terjadinya
pemerataan akses terhadap pendidikan berkualitas lintas ruang, waktu, dan kondisi
sosioekonomi.
Untuk menjamin kualitas, secara intrinsik, penyelenggaraan sistem PTJ diharapkan
memenuhi persyaratan:
1. Didasarkan pada kegiatan perencanaan yang sistemik berkenaan dengan kurrikulum,
bahan ajar, proses pembelajaran, alat dan sistem evaluasi;
2. Berbasiskan media dan TIK;
3. Memanfaatkan sistem penyampaian yang inovatif dan kreatif;
4. Menyelenggarakan proses pembelajaran interaktif berbasiskan TIK tanpa
mengesampingkan kesempatan tatap muka;
5. Mengembangkan dan membina tingkat kemandirian siswa.
6. Menyediakan layanan pendukung yang berkualitas (administrasi akademik, bantuan
belajar siswa, unit sumber belajar untuk layanan administrasi dan siswa, akses,
konektivitas, dan infrastruktur).
B. Pendidikan Selama Pandemi Covid-19
Dunia pendidikan saat ini tengah mendapatkan pengalaman yang sangat berharga, proses
pendidikan yang biasa yang berpusat di sebuah gedung bernama sekolah, dengan adanya social
distancing Covid-19 ini akhirnya proses belajar berpindah menjadi di dalam rumah rumah siswa
berbasis koneksi internet atau saluran televisi (TVRI). peristiwa ini adalah peristiwa yang sangat
langka di tengah wabah Covid-19, proses pembelajaran siswa setidaknya akan didampingi
sepenuhnya oleh orang tua yang mungkin sebagian besar juga sedang melaksanakan work from
home. Di sini suatu momentum muncul ke permukaan, karena orang tua akan bertemu dengan
kewajiban dasarnya kembali sebagai pendidik utama sekaligus penanggung jawab proses
pendidikan dari anak-anaknya. Sebelumnya, untuk sebagian orangtua yang disibukkan dengan
berbagai urusan pekerjaan, banyak yang memberikan kewenangan kepada sekolah seutuhnya
sebagai tumpuan proses pendidikan bagi anak-anaknya. kondisi akibat Covid-19 ini memberikan
kesempatan kepada orang tua untuk membangun kedekatan serta terlibat langsung dalam
pembelajaran anak-anaknya di rumah.
Covid-19 ini sangat berdampak untuk seluruh sektor di Indonesia, baik sosial, ekonomi
dan bahkan politik semua terkena dampak dari penyebaran wabah Covid-19 ini, secara sosial ini
sangat terlihat perubahan di Indonesia, mulai dari diliburkan seluruh lembaga pendidikan,
pelarangan berkumpul di tempat umum sehingga himbauan untuk beribadah di rumah. Covid-19
berhasil mengubah perilaku masyarakat khususnya masyarakat Indonesia, selain himbauan
pemerintah, masyarakat juga memiliki kepentingan jika pola perilaku mereka tidak berubah,
beberapa di antara pola perilaku masyarakat yang akan berubah saat dan pasca wabah Covid-19
selesai adalah
Pertama, pola hidup sehat, penyebarnya Covid-19 banyak himbauan baik dari
pemerintah ataupun organisasi masyarakat serta lembaga swadaya masyarakat untuk menerapkan
pola hidup sehat seperti memakai masker ketika keluar rumah, sering mencuci tangan serta
memperbanyak minum vitamin.
Kedua, adalah pola pendidikan jarak jauh semenjak ada himbauan dari kementerian
pendidikan dan kebudayaan agar sekolah dan perguruan tinggi menetapkan pembelajaran di
rumah selama dua pekan, banyak sekolah dan perguruan tinggi yang belum siap sehingga banyak
menggunakan aplikasi media sosial dan juga aplikasi gratis lainnya. Bagi beberapa perguruan
tinggi telah mempunyai website e-learning sehingga tidak terlalu kaget dengan adanya instruksi
belajar dari rumah ataupun konsep pendidikan jarak jauh. Pendiri pendidikan jarak jauh ini
cukup efektif untuk kondisi-kondisi tertentu.
C. Prinsip-prinsi pembelajaran jarak jauh
Untuk pembuatan program ini dititik beratkan pada prinsip-prinsip pendidikan jarak jauh,
diantaranya adalah sebagai berikut :
1. Prinsip Kemandirian.
       Prinsip ini diwujudkan dengan adanya kurikulum yang memungkinkan dapat dipelajari
secara independent learning,  pebelajar dihadapkan pada pilihan yang terbaik bagi dirinya
sendiri, dari mulai pembentukan kelompok belajar, program pendidikan yang digunakan, pola
belajar yang disukai, mengunakan sumber belajar yang tepat sesuai dengan kebutuhan.
Penyelesaian program yang ditentukan sendiri oleh pebelajar.Bahan-bahan pelajaran yang
disediakan berupa paket-paket yang dapat dipilih oleh pebelajar, yang didukung oleh
pembimbing atau tutorial dan ujian yang dirancang dengan pendekatan belajar tuntas.Pebelajar
belajar dengan mandiri dengan sesedikit mungkin melakukan pertemuan dengan tutor yang
bersangkutan.
2. Prinsip Keluwesan.
       Prinsip indiwujudkan dengan dimungkinkannya peserta didik untuk memulai, mencari
sumber belajar, mengatur jadwal dan kegiatan belajar, mengikuti ujian dan mengakhiri
pendidikannya di luar ketentuan waktu dan tahun ajaran.Dikatakan luwes, pebelajar
dimungkinkan untuk berpindah dari pendidikan formal ke pendidikan nonformal atau sebaliknya
dari pendidikan non-formal ke pendidikan formal.
3. Prinsip Keterkinian.
       Prinsip ini diwujudkan dengan tersedianya program pembelajaran yang pada saat ini
diperlukan (just-in-time. Hal ini berbeda dengan sistem pendidikan dan pelatihan konvensional
yang program atau kurikulumnya termasuk buku-buku yang tersedia, dirancang untuk
mengantisipasi keperluan masa mendatang (just-incase). Kecepatan untuk memperoleh informasi
yang baru merupakan suatu peluang untuk dapat bertahan dan berkembang dalam persaingan
bebas.
4. Prinsip Kesesuaian.
       Prinsip ini terwujud dengan tersedianya sumber belajar yang terkait langsung dengan
kebutuhan pribadi maupun tuntutan lapangan kerja atau kemajuan masyarakat. Sumber belajar
tersebut bobotnya harus setara dengan kompetensi yang diperlukan, tetapi disajikan dalam
bentuk yang sederhana yang dapat dipelajari sendiri tanpa adanya bantuan dari orang lain.
Prinsip ini disesuaikan dengan kebutuhan dan latar belakang pebelajar.
5. Prinsip Mobilitas.
       Prinsip ini diwujudkan dengan adanya kesempatan bagi pebelajar untuk berpindah lokasi,
jenis, jalur dan jenjang pendidikan yang setara setelah memenuhi kompetensi yang diperlukan.
6. Prinsip Efisiensi.
       Prinsip ini diwujudkan dengan pendayagunaan berbagai macam sumber daya dan
teknologi yang tersedia seoptimal mungkin. Pemberdayaan segala sumber disekeliling
pebelajarakan membantu pebelajar untuk dapat menggunakan sumber tersebut sebanyak
mungkin, sehingga pebelajar tidak merasa kerepotan mengenai sumber belajarnya. Pada
pelaksanaannya ada beberapa faktor penting yang harus diperhatikan, agar sistem pendidikan
(pembelajaran) jarak jauh dapat berjalan dengan baik, yakni perhatian, percaya diri pendidik,
pengalaman, mudah menggunakan peralatan, kreatif menggunakan alat, dan menjalin interaksi
dengan peserta didik.

D. Kunci Utama Dan Peranannya Dalam Pembelajaran Jarak Jauh


Interaksi antara pengajar dan pebelajar memegang peranan yang sangat penting dalam
pembelajaran jarak jauh. Dalam proses pembelajaran interaktif, komunikasi dua arah (two ways
communication) berlangsung antara pengajar dan pebelajar. Interaksi merupakan faktor
penting sebagai sarana penunjang aktivitas pembelajaran. Dibawah ini adalah deskripsi singkat
mengenai peran-peran kunci utama dalam pembelajaran jarak jauh :

1. Siswa (student), peran utama dari siswa disini adalah belajar. Dalam proses pembelajaran
jarak jauh ini tetap diperlukan keadaan yang baik, motivasi, perencanaan, dan
kemampuan untuk menganalisa materi perkuliahan, tugas, dan tes yang diberikan seorang
pengajar kepada siswa. Kemampuan berinteraksi antara dosen dengan siswa sangat
bergantung pada hubungan teknis (technical linkage) yang menjembatani batasan antara
kelas yang terpisah dengan partisipasi siswa. Siswa perlu mengetahui bagaimana
menggunakan teknologi untuk berkomunikasi dengan guru dan satu sama lain. Ketika
siswa ingin mengajukan pertanyaan, atau ingin menambah diskusi, mereka harus mampu
menggunakan teknologi untuk berinteraksi.
2. Sekolah, kesuksesan dari sistem pembelajarasn jarak jauh ini sangat ditentukan oleh
Sekolah. Pada sistem kelas tradisional, tanggung jawab seorang pengajar adalah
memberikan materi dan memberikan keperluan yang dibutuhkan siswa. Hal yang
menarik adalah penyesuaian kemampuan mengajar secara jarak jauh. Seorang pengajar
harus mampu membuat sistem pemahaman yang mudah, mengadaptasikan cara mengajar
antara sistem kelas tradisional dengan teknologi dari sistem pembelajaran jarak jauh.
3. Fasilitator, sebagai jembatan antara siswa dengan pengajar. Agar efektif maka fasilitator
harus mampu menganalisa kebutuhan-kebutuhan antara siswa dengan pengajar.
4. Staff pendukung (support staff), secara individual bagian ini tidak begitu menonjol, tetapi
pada sistem pembelajaran jarak jauh secara luas, fungsi dari layanan pendukung sangat
menentukan dari kesuksesan pembelajaran jarak jauh, yang antara lain adalah dalam
sistem pendaftaran mahasiswa (registration), penggandaan dan penyebaran materi,
pengaturan jadwal (schedulling), pemrosesan laporan penilaian (grades),pengaturan hal
teknis, dan lain sebagainya.
5. Administrator, meskipun fungsi administrator sangat berpengaruh pada perencanaan awal
sistem pembelajaran jarak jauh, administrator juga berperan sebagai pengambil
keputusan (decision maker). Administrator bekerja secara personal dan memastikan
sumber dan teknologi yang ada dapat bekerja secara baik dan efektif, dan selalu
bertanggung jawab dalam memaintenance sistem

Anda mungkin juga menyukai