PENDIDIKAN INTERDISIPLINER
DiSusun Oleh :
Interdisipliner yaitu memiliki arti antar disiplin atau antar bidang kajian atau studi.
Interdisipliner (interdiscpliner) ada interaksi yang intensif antar satu atau lebih disiplin, baik
yang berhubungan langsung maupun yang tidak langsung, melalui program-program
penelitian, dengan tujuan melakukan integrasi konsep, metode, dan analisis.
c. Berbagai kompetensi dasar antar isi mata pelajaran dalam tema yang
sama.
d. Pemahaman materi pelajaran lebih mendalam dan berkesan.
Interdisipliner sejalan dengan kenyataan bahwa ilmu pengetahuan yang berbeda, dan
berkembang menjadi satu disiplin ilmu tersendiri. Misalnya ilmu social membutuhkan
psikologi maka muncullah psikologi social. Ini disebut interdisipliner. Dapat diketahui bahwa
pengertian dari interdisipliner adalah pendekatan dalam pemecahan suatu masalah dengan
menggunakan tinjauan berbagai sudut pandang ilmu serumpun yang relevan atau tepat guna
secara terpadu.
Dasar mengandung pengertian sebagai berikut: Pertama, sumber dan sebab adanya
sesuatu. Umpamanya, alam rasional adalah dasar alam inderawi. Artinya, alam rasional
merupakan sumber dan sebab adanya alam inderawi. Kedua, proposisi paling umum dan
makna paling luas yang dijadikan sumber pengetahuan, ajaran atau hukum.
Pendidikan Islam merupakan suatu proses penyiapan generasi muda untuk mengisi
peranan, memindahkan pengetahuan dan nilai-nilai Islam yang diselenggarakan dengan
fungsi manusia umtuk beramal di dunia dan memetik hasilnya di akhirat.
a) Alquran
b) Sunnah/Hadis
c) Ra'yu
Interdisipliner ini berperan penting dalam membangun kebangkitan islam dengan cara
mewujudkan penguasaan ilmu pengetahuan dan teknologi. Sifat interdisipliner dalam bentuk
integreted dan komperhensif harus mampu mewujudkan sosok manusia yang mempunyai
pendirian "The Conscious of God dengan spirit liberating and civilizing".
Pendekatan interdisipliner ini perlu dibiasakan dengan lebih efektif dalam memahami dan
mengamalkan segala persoalan agar menumbuhkan bibit-bibit keahlian yang berkaitan
dengan ilmu gama maupun ilmu yang mempelajari realita sosial dikehidupan saat ini.
Faktor kunci dalam pendekatan interdisiplin yang berhasil adalah latar belakang
pendidikan peneliti sekaligus kemauan dan usahanya guna mencari pandangan terhadap para
koleganya yang mempunyai pikiran perspektif dan inovatif.
MAKALAH KELOMPOK 3
Sejarah dalam bahasa Arab, kata sejarah disebut Tarikh yang secara harffiah berarti
ketentuan waktu, dan secara istilah berarti keterangan yang telah terjadi pada masa lampau.
Dalam bahasa Inggris, kata sejarah merupakan terjemahan dari kata history yang secara
harfiah diartika the past experience of mankind, yaitu pengalaman umat manusia di masa
lampau.
Sosiologi adalah ilmu tentang kemasyarakatan, ilmu yang mempelajari segala sesuatu
yang berhubungan dengan masyarakat. Sosiologi didifinisikan secara luas sebagai bidang
penelitianyang tujuannya meningkatkan pengetahuan melalui pengamatan dasar manusia, dan
pola organisasi serta hukumnya. Selanjutnya sosiologi digunakan sebagai salah satu
pendekatan dalam studi Islam yang mencoba untuk memahami Islam dari aspek sosial yang
berkembangdimasyarakat, sehingga pendidikan dengan pendekatan sosiologis dapat
diartikan sebagai sebuah studi yang memanfaatkan sosiologi untuk menjelaskan konsep
pendidikan dan memecahkan berbagai problem yang dihadapinya.
Antopologi adalah suatu cabang keilmuan yang peduli dengan upaya mendokumentasikan
organisasi hubungan-hubungan sosial dan pola-pola praktek kebudayaan ditempat-tempat
tertentu, dan mengembangkan lebih kurang teori-teori berkenaan dengan keserupaan-
keserupaan dan perbedaan-perbedaan dalam kehidupan manusia.
Pendekatan antropologis adalah salah satu upaya memahami agama dengan cara
melihat praktik keagamaan yang tumbuh dan berkembang dalam masyarakat, kajian
antropologi dibagi empat yaitu:
Pendidikan diartikan sebagai latihan mental, moral dan fisik yang bisa menghasilkan
manusia berbudaya tinggi, maka pendidikan berarti menumbuhkan personalitas (kepribadian)
serta menanamkan rasa tanggung jawab. Adapun pendidikan dapat dibagi menjadi beberapa
macam.
Budi pekerti memiliki hubungan etika, akhlak dan moral. Moral adalah ajaran baik
buruk yang diterima umum mengenai perbuatan, sikap, kewajiaban dan sebagainya. Moral
juga berarti akhlak budi pekerti dan susila sedangkan budi pekerti sebagai bimbingan untuk
membentuk tingkah laku yang baik yang merupakan ekspresi dari nilai-nilai yang
baik.Interdisipliner adalah mengkaji suatu permasalahan dengan cara mengkombinasikan dua
atau lebih dari disiplin ilmu sebagai alat atau perspektif kajian, tetapi peneliti tetap berpijak
pada satu disiplin ilmu.
Kajian interdisipliner tidak mengkhususkan diri pada alat analisis tertentu yang
bersandar pada keilmuan tertentu, tetapi juga menggunakan bidangbidang keilmuan lain lain
yang relevan Menurut Muharram kajian interdisipliner sebagai variasi cara menjebatani dan
mengkonfrontasi berbagai pendekatan disiplin. Menu rut Muharram penganut disiplin ilmu
sering kali melakukan kesalahan yang bisa dideteksi oleh orang yang memahami dua atau
lebih disiplin ilmu. Pengamatan interdisipliner diperlukan karena disiplin ilmu itu luas.
Pendidikan sebagai usaha membentuk pribadi manusia harus melalui proses yang
panjang, dengan hasil yang tidak dapat diketahui dengan segera. Pendidikan pada dasarnya
bermuara dari islam itu sendiri maka dalam menanamkan atau membentuk sikap hidup yang
dijiwai nilai-nilai juga mengembangkan kemampuan dari segi ilmu sejalan dengan nilainilai
yang ada diislam. Islam sebagai agama wahyu yang diturunkan oleh Allah dengan tujuan
mensejahterakan dan membahagiakan hidup dan kehidupan umat manusia baik dunia maupun
akhirat. sehingga dapat berarti fungsional dan actual dalam diri manusia jika dikembangkan
melalui proses pendidikan yang sistematis.
Prinsip – prinsip pendidikan interdisipliner dapat kita ketahui dalam salah satu
aplikasi dari pendidikan interdispliner, yaitu tentang pengembangan kurikulum, yaitu :
prinsip tujuan, prinsip relevansi, prinsip efektifitas, prinsip integritas, dan prinsip
berkesinambungan.
MAKALAH KELOMPOK 5
Pemikiran tentang integrasi atau Islamisasi ilmu pengetahuan dewasa ini yang dilakukan
oleh kalangan intelektual Muslim, tidak lepas dari kesadaran beragama. Secara totalitas
ditengah ramainya dunia global yang sarat dengan kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi.
Dengan sebuah konsep bahwa ummat Islam akan maju dapat menyusul menyamai orang-
orang barat apabila mampu menstransformasikan dan menyerap secara aktual terhadap ilmu
pengetahuan dalam rangka memahami wahyu, atau mampu memahami wahyu dalam
mengembangkan ilmu pengetahuan.
Ilmu pengetahuan yang sesungguhnya merupakan hasil dari pembacaan manusia terhadap
ayat-ayat Tuhan, kehilangan dimensi spiritualitasnya, maka berkembanglah ilmu atau sains
yang tidak punya kaitan sama sekali dengan agama. Tidaklah mengherankan jika kemudian
ilmu dan teknologi yang seharusnya memberi manfaat yang sebanyak-banyaknya bagi
kehidupan manusia ternyata berubah menjadi alat yang digunakan untuk kepentingan sesaat
yang justru menjadi “penyebab” terjadinya malapetaka yang merugikan manusia.
Barat tidak mengkaitkan pengembangan ilmu pengetahuan dengan tata nilai dan
moralitas. Karena itu, integrasi ilmu agama taidak dapat dilakukan secara formalitas, dengan
cara memberikan label agama atau Islam pada istilahistilah keilmuan dan sejenisnya, tetapi
perlu ada perubahan paradigma pada basisbasis keilmuan Barat, agar sesuai dengan basis-
basis dan khazanah keilmuan Islam yang berkaitan dengan realiatas metafisik, religius dan
teks suci. Dalam kajian filsafat Barat dikenal ada tiga sumber pengetahuan. Pertama, persepsi
indera, yaitu bahwa pengetahuan kita berasal dari pengalaman kongkrit, pemahaman ini
melahirkan apa yang disebut sebagai alairan empirisme. Kedua, 33 rasio. Keyakinan rasio
sebagai sumber pengetahuan ini kemudian melahirkan aliran rasionalisme. Menurut aliran ini,
kita dapat mengetahui apa yang kita pikirkan dan bahwa rasio mempunyai kemampuan untuk
mengungkapkan kebenaran dengan dirinya sendiri. Ketiga, intuisi, yaitu pengetahuan
langsung yang tidak merupakan hasil dari pemikiran secara sadar atau persepsi indera.
Fenomena berkembangnya ilmu pengetahuan secara sendiri (otonom) dan terbatas dari
ikatan agama dan sosial menandai abad ke-20 terutama setelah Perang Dunia II. Akibatnya
sering kali perencanaan yang dihasilkan ilmu pengetahuan bertabrakan dengan nlai-nilai
religius seperti yang terjadi di Barat.
Ada dua metodologi yang dipakai dalam proses pengilmuan Islam, yaitu integraslisasi
dan objektifikasi. Pertama, integralisasi ialah pengintegrasian kekayaan keilmuan manusia
dengan wahyu (petunjuk Allah dalam Al-Qur’an beserta pelaksanaannya dalam Sunnah
Nabi). Kedua, objektifikasi ialah menjadikan pengilmuan Islam sebagai rahmat untuk semua
orang (rahmatan lil ‘alamin).
Pendidikan merupakan proses pemanusiaan menuju lahirnya insan yang bernilai secara
kemanusiaan. Agenda utama pendidikan adalah proses menjadikan IPA IPS Sejarah Bahasa
Agama Geografi Biologi manusia menjadi manusia. Proses itulah yang disebut dengan
pemanusiaan yakni proses membentuk manusia menjadi insan sejati. Agenda proses
pemanusiaan dipandang berhasil, jika dengan itu lahir manusia dewasa sejati yaitu manusia
yang sarat dengan tampilan nilai-nilai kemanusiaan.
Manusia dewasa adalah manusia yang berani berbuat dan bertanggung jawab atas
perbuatannya. Proses pemanusiaan menuntut kerja keras bagi setiap pendidik untuk
melaksanakannya sebab kegiatan tersebut tidak langsung kelihatan hasilnya dan tidak
berlangsung dalam waktu yang singkat, akan tetapi dilakukan dalam waktu yang cukup lama
yang menuntut kesabaran, keuletan dan perhatian yang serius.
MAKALAH KELOMPOK 6
1. Holistik
Pembelajaran terpadu memungkinkan peserta didik untuk memahami fenomena dari
segala sisi yang pada gilirannya nanti, hal ini akan membuat siswa menjadi lebih arif
dan bijaksana di dalam menyikapi atau menghadapi kejadian yang ada di depan
mereka.
2. Bermakna
Pengkajian suatu fenomena dari berbagai aspek seperti yang dijelaskan di atas,
memungkinkan terbentuknya semacam jalinan antar konsep-konsep yang
berhubungan yang disebut skemata.
3. Otentik
Informasi dan pengetahuan yang diperoleh sifatya lebih otentik. Misalnya, hukum
pemantulan cahaya diperoleh siswa melalui eksperimen.Guru lebih banyak berperan
sebagai fasilitator dan katalisator,sedang siswa bertindak sebagai aktor pencari
informasi dan pemberitahuan.
4. Aktif
Pembelajaran terpadu menekankan keaktifan siswa dalam pembelajaran,baik secara
fisik,mental,intelektual,maupun emosional guna tercapainya hasil belajar yang
optimal dengan mempertimbangkan hasrat ,minat dan kemampuan siswa sehingga
mereka termotivasi untuk terus-menerus belajar.