Muhammad Isnaini
A. PENDAHULUAN
Pendidikan sangat penting dalam kehidupan dan tidak dapat dipisahkan dari
dan negara. Maju mundurnya suatu bangsa banyak ditentukan oleh maju
Pendidikan Islam bertolak dari pola pikir tentang padunya aspek teoritis
diartikan sebagai permulaan, yang dengan suatu cara tertentu melahirkan hal-hal
lain yang keberadaaannya tergantung dari pemula itu. Jadi kalau kita berbicara
1
Abdurrahman An-Nahlawi, Prinsip-Prinsip dan Metoda Pendidikan Islam Dalam
Keluarga, di Sekolah dan di Masyarakat, (Bandung:CV.Diponegoro, cet-3, 1996), h. 15
2
Ajaran Islam yang sarat dengan konsep atau prinsip tertentu yang mendasari
yang mempunyai implikasi bahwa kehidupan manusia, dasar dan tujuan hidupnya,
upaya dan prilakunya tidak lepas dari hubungannya dengan Allah. Demikian pula
tingkah laku yang ditujukan kepada manusia cara dan prosesnya harus
Islam itu meliputi: Pendidikan Islam, sumber Pendidikan Islam, Asas Pendidikan
yang terbatas melainkan untuk jangka waktu yang panjang dan tanpa batas.
2
Abdurrahman Shaleh Abdullah, Teori-Teori Pendidikan Islam berdasarkan Al-Qur’an,
(Jakarta: Rineka Cipta, 1990), h.20
3
Qur’an. Oleh karenanya teori ini terbuka pintu bagi konsep-konsep lain yang
berbeda yang memberi dukungan perspektif al-Qur’an secara tepat. Semua asas-
asas yang tidak dapat didamaikan dengan asas-asas dasar Islam harus
ditinggalkan.
Dalam teori pendidikan Islam dibicarakan pula tentang hal-hal yang berkaitan
dengan substansi pendidikan lainnya, seperti sosok guru yang islami, proses
dengan watak (natue) alam jagat, watak manusia, watak masyarakat, watak
3
Hasan Langgulung, Asas-Asas Pendidikan Islam, (Jakarta:PT Pustaka Al-Husna Baru,
2003), h.45
4
yang lebih baik dalam segala bidang kehidupan: budaya, sosial, ekonomi
dan politik.
yang tidak disengaja yang berlaku melalui lembaga yang tidak didirikan
kesinambungan dari buaian hingga keliang lahat. Konsep ini tidak akan
kehidupan masyarakat.
proses lain yang bertujuan merubah tingkah laku individu dan kehidupan
dalam kehidupan.
Dalam pendidikan konsep tentang manusia (hakikat dan tujuan hidup) dan
alam yang kemudian lahir daripadanya konsep dasar tentang kuriulum, proses
belajar mengajar dan evaluasi. Dalam kaitan dengan hakikat dan tujuan hidup
dunia ini saja tetapi juga di alam lain sebelum dan sesudah alam dunia.
6
teoritis filosofis yang kemudian bisa ditarik bahwa prinsip-prinsip pendidikan itu
Suatu prinsip yang seharusnya dianut adalah bahwa dunia ini merupakan
jembatan menuju kampung akhirat4. Karena itu mempersiapkan diri secara utuh
merupakan hal yang tidak dapat dihindari agar masa kehidupan ini benar-benar
bermanfaat untuk bekal diakhirat. Perilaku yang terididik dan nikmat Tuhan
2. Prinsip Keseimbangan
4
Muznir Hitami, Mengonsep Kembali Pendidikan Islam ,(Yogyakarta:Infinite Pess,
2004), h.24
5
Ibid, h. 26
6
Abdul Mujib, Jusuf Mudzakkir, Ilmu Pendidikan Islam, (Jakarta: Kencana Pernada
Media, 2006), h.73
7
Keseimbangan antara material dan spritual, unsur jasmani dan rohani. Pada
banyak ayat al-Qur’an Allah menyebutkan iman dan amal secara bersamaan.
Tidak kurang dari enam puluh tujuh ayat yang menyebutkan iman dan amal secara
3. Prinsip kesetaraan
kelamin, status sosial, latar belakang, dsb. Karena manusia diciptakan oleh tuhan
4. Prinsip Pembaharuan
yang dapat menyentuh beberapa aspek, yaitu yang mampu mengembangkan agent
5. Prinsip Demokrasi
mengidealkan adanya partisipasi dan inisiatif yang penuh dari masyarakat. Segala
administrasi, penggunaan sarjana dan sumber daya manusia lainnya hanya akan
8
masyarakat.
6. Prinsip kesinambungan
pendidikan
dirinya sendiri kejurang kehinaan. Dalam hal ini dituntut kedewasaan manusia
berupa kemampuan untuk mengakui dan menyesali kesalahan dan kejahatan yang
yang berakar dari konsep dasar tentang manusia yang mempunyai kesatuan asal
yang tidak membedakan derajat, baik anatar jenis kelamin, kedudukan sosial,
bangsa maupun suku, ras, atau warna kulit.7 dan prinsip keutamaan ditegaskan
yang mempunyai ruh di mana segala kegiatannya diwarnai dan ditujukan kepada
moral yang paling tinggi adalah tauhid. Sedangkan nilai moral yang paling buruk
dan rendah adalah syirik. Sehingga dengan prinsip ini pendidik bukan hanya
bertugas menyediakan kondisi belajar bagi subjek didik, tetapi lebih dari itu turut
erat. Dalam kaidah-kaidah yang menunjukkan bahwa dalam proses pendidikan itu
ada pendidik yang berfungsi sebagai pelatih, pengembang, pemberi atau pewaris.
bahan ajar, serta ada murid yang menerima latihan, pengembangan, pemberian
Dalam kehidupan dunia ini faktor utama dalam pendidikan hanya dua
yakni alam dan manusia.9 Permasalahannya adalah bagaimana hakikat alam dan
Konsep tentang alam dan manusia yang diambil Al-Qur’an dan Hadis
Nabi mempunyai posisi yang sangat penting karena dengan demikian berarti
Alam dan manusia sebagai faktor utama dari pendidikan, kemudian faktor
lain yang juga perlu ada pada pendidikan dan hubungannya dengan prinsip-prinsip
8
Ibid, h. 30
9
Sanusi Uwes, Teori-Teori Substansial Dalam Pendidikan Islam, Dalam Kamrani Buseri
dan Burhanuddin Abdullah, eds.,Substansi Pendidikan IslamKajian Teoritis dan Antisapatip
Abad XXI (IAIN Antasari Banjarmasin,1997), h.12
10
usaha yang akan dilalui dan merupakan titik pangkal untuk mencapai tujuan-
tujuan lain. Di samping itu tujuan dapat membatasi ruang gerak usaha agar
kegiatan dapat terfokus pada apa yang dicita-citakan, dan yang terpenting lagi
dan Jusuf Mudzakkir, menyatakan tujuan pendidikan Islam adalah tujuan yang
telah ditetapkan dan dilakukan oleh Nabi Muhammad SAW sewaktu hidupnya,
yaitu pembentukan moral yang tinggi, karena pendidikan moral merupakan jiwa
ilmu praktis.11
kepada tujuan yang tertnggi, menuju ibadah kepada Allah yang menciptakan
manusia12.
10
Ahmad.D Marimba, Pengantar Filsafat Pendidikan Islam , (Bandung: Al-Ma’arif,
1989), h. 45-46
11
Abdul Mujib dan Jusuf Mudzakkir, Ibid, h.79
12
Abdurrahman an-Nahlawi , Ibid
11
tidak akan bisa efisien, dalam hal ini tujuan akan menunjukkan arah dari suatu
usaha, sedangkan arah menunjukkan jalan yang harus ditempuh dari situasi
Suatu usaha tentu saja mengalami permulaan serta mengalami pula akhirnya,
mugkin saja ada usaha yang terhenti dikarenakan suatu kegagalan mencapai
tujuan, namun usaha itu belum bisa dikatakan telah berakhir. Pada umumnya
Apabila tujuan merupakan titik akhir dari suatu usaha, maka dasar ini
merupakan titik tolaknya, dalam arti bahwa dasar tersebut merupakan fundamen
yang menjadi alas permulaan suatu usaha. Dengan demikian antara dasar-dasar
tersebut.
tujuannya yang lebih luhur dan lebih mulia dibandingkan yang lainya, semua itu
mengembangkan seluruh potensi peserta didik, baik potensi afektif (rasa), kognitif
yang mengenal dan menguasai konsep dasar tentang manusia dan alam. Dalam hal
pernyataan yang dikemukakan Al-Qur’an dan Hadis Nabi. 2) Sikap guru untuk
tidak memutlakan pendapatnya manusia (guru, gurunya guru atau murid), sebab
sifat mutlak itu hanya milik Allah. Implikasinya adalah bahwa manusia guru dan
murid pastilah mempunyai sifat berlebih dan berkurang antara satu dengan yang
lainnya. Namun antara guru dan murid tetap menuju upaya mengerahkan kepada
lebih menguasai bahan ajar secara lebih baik yang lama maupun yang baru dan
pendidik. Disadari atau tidak pendidik yang terus belajar akan menyadari berbagai
kekurangan dirinya. 5) Cara dan tehnik komunikasi yang lebih human, sesuai
Tidak terpaut secara terus menerus kepada harta kekayaan kekuasaan dan
penilaian dari Allah SWT, tentu saja tidak harus diartikan bahwa si pendidik tidak
boleh kaya, berkuasa dan populer, namun yang penting tidak diperbudak oleh
kekayaan, kekuasaan dan popularitas pada saat pendidik tersebut kaya, berkuasa
dan populer, 8) Zuhud yakni tidak sedih dan berduka karena sesuatu yang terlepas
dan luput darinya, serta tidak gembira berlebihan karena mendapatkan atau
menguasai sesuatu.14
dan masyarakat yang terkait terhadap berbagai masalah yang menyangkut upaya
Pendidik dalam kaitannya dengan pendidikan terhadap orang lain, pada garis
Dengan berpijak pada paradigma “belajar sepanjang masa” maka istilah yang
tepat untuk menyebut individu yang menuntut ilmu adalah peserta didik bukan
14
Sanusi Uwes, Teori-teori substansial Dalam pendidikan Islam, Ibid, h.19-20
15
Abdul Mujib, Jusuf Mudzakkir, ibid, h. 91
14
anak didik. Peserta didik cakupannya lebih luas yang tidak hanya melibatkan
anak-anak, tetapi juga pada orang-orang dewasa. Sementara anak didik hanya
Senada dengan teori Barat, peserta didik dalam pendidikan Islam adalah
individu sedang tumbuh dan berkembang,baik secara fisik, psikologis, sosial dan
memahami hakikat peserta didik didiknya sebagai subjek dan objek pendidikan,
sendiri, sehingga metode beajar mengajar tidak boleh disamakan dengan orang
dewasa. Orang dewasa tidak patut mengeksploitasi dunia peserta didik, dengan
kebutuhan fisik, rasa aman dan terjamin, dan ikut memiliki (sosial), dan harga
16
Ibid , h. 104
15
yang lain, baik perbedaan yang disebabkan dari faktor endogen (fitrah) maupun
eksogen (lingkungan) yang meliputi segi jasmani, intelegensi, sosial, bakat, minat
pribadi peserta didik walaupun terdiri dari banyak segi merupakan satu kesatuan
Kelima, peserta didik merupakan subjek dan objek sekaligus dalam pendidikan
yang dimungkinkan dapat aktif, kreatif, serta produktif. Setiap peserta didik
memiliki aktivitas sendiri (swadaya) dan kreatifitas sendiri (daya cipta), sehingga
dalam pendidikan tidak memandang anak sebagai objek pasif yang biasanya
Sifat-sifat dan kode etik peserta didik meupakan kewajiban yang harus
langsung, Al-Gazali mengemukakan sebelas pokok kode etik peserta didik yaitu:
17
Ibid , h. 105
16
1. Belajar dengan niat ibadah dalam rangka taqarrub kepada Allah SWT,
menyucikan jiwanya dari akhlak yang rendah dan watak yang tercela
Allah SWT.
sehingga ia fokus dan dapat memperoleh satu kompetensi yang utuh dan
(madzmumah).
mudah (konkret) menuju pelajaran yang sukar (abstrak), atau dari ilmu
7. Belajar ilmu sampai tuntas untuk kemudian beralih pada ilmu yang
10. Mengenal nilai-nilai pragmatis bagi suatu ilmu pengetahuan yaitu ilmu
Sarana ini disebut “alat pendidikan”. Adapula sarana-sarana maknawi dan psikis
seperti mendidik melalui cerita, dialog, berdebat dengan cara terbaik, membuat
sebagai perbuatan dan situasi yang membantu tercapainya tujuan. Abu Ahmadi
18
Ibid, h.113-114
19
Abdurrahman an-Nahlawi, ibid , h. 189
18
yang baik, misalnya pujian. Alat pendidikan negatif dimaksudkan agar anak tidak
mengerjakan sesuatu yang buruk, misalnya larangan atau hukuman agar anak
mengerjakan sesuatu yang tidak baik, misalnya peringatan atau larangan. Alat
digunakan agar peserta didik menjadi senang, misalnya dengan hadiah atau
pendidikan”.20
6. Lingkungan
20
Ibid, h. 121
19
didik. Islam yang mengakui bahwa fitrah (potensi) manusia itu merupakan dua hal
yang saling bertentangansatu sama lain yaitu fitrah untuk berbuat baik (Islam) dan
fitrah untuk berbuat jahat (kafir). Dalam kondisi demikian lingkungan merupakan
pembelajaran.
21
Khoiron Rosyadi, Pendidikan Properitik, (Pustaka Pelajar, cet-1, 2004), h. 296
20
sebagai realisasi cita-cita bagi orang yang beriman dan bertakwa, yang
Qashash:77)
yang kaya dengan ilmu pengetahuan, yang satu sama lain saling
5. Prinsip pengembangan daya pikir, daya nalar, daya rasa sehingga dapat
menciptakan anak didik yang kreatif dan dapat memfungsikan daya cipta,
didik dan sebagai pusat pendidikan yang amat penting baginya. Tricentra itu
adalah:
E. Kesimpulan
alam jagat, watak manusia, watak masyarakat, watak pengetahuan manusia dan
22
Ibid, h. 223-224
23
Ibid, h. 224
22
prinsip pembentukan kepribadian muslim, prinsip amar ma’ruf nahi munkar, dan
DAFTAR PUSTAKA
Nata, Abuddin, Filsafat Pendidikan Islam, (Jakarta: Logos Wacana Ilmu, 1997)
23