Anda di halaman 1dari 17

MAKALAH FISIKA DAN ILMU TAUHID

ILMU ALLAH

Dosen Pengampu : Suhadi, M.Si

Disusun Oleh :

Niken Tri Monica


1910209004

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN FISIKA


FAKULTAS ILMU TARBIYAH DAN KEGURUAN
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI RADEN FATAH PALEMBANG
2022
KATA PENGANTAR
Dengan menyebut nama Allah SWT yang Maha Pengasih lagi Maha
Penyayang, penulis panjatkan puja dan puji syukur atas kehadirat-Nya, yang telah
melimpahkan rahmat, hidayah, dan inayah-Nya, sehingga penulis dapat
menyelesaikan makalah ini dengan baik.
Adapun makalah yang berjudul tentang “Ilmu Allah” ini telah penulis
usahakan semaksimal mungkin dan tentunya dengan bantuan berbagai sumber,
sehingga dapat memperlancar pembuatan makalah ini. Untuk itu penulis tidak
lupa menyampaikan banyak terima kasih kepada sumber yang telah membantu
dalam pembuatan makalah ini.
Namun tidak lepas dari semua itu, penulis menyadari sepenuhnya bahwa
ada kekurangan baik dari segi penyusun bahasanya maupun segi lainnya. Oleh
karena itu dengan lapang dada dan tangan terbuka penulis membuka selebar-
lebarnya bagi pembaca yang ingin memberi saran dan kritik sehingga penulis
dapat memperbaiki makalah ini.
Akhirnya penulis mengharapkan semoga dari makalah Ilmu Allah ini
dapat diambil hikmah dan manfaatnya sehingga dapat memberikan inpirasi
terhadap pembaca.

Palembang, 6 Juni 2022

Penulis

i
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR .......................................................................................................... i

DAFTAR ISI ....................................................................................................................... ii

BAB I PENDAHULUAN ....................................................................................................1

1.1. Latar Belakang .............................................................................................................1

1.2. Rumusan Masalah ........................................................................................................1

1.3. Tujuan Penulisan ..........................................................................................................1

BAB II PEMBAHASAN ......................................................................................................2

2.1. Ilmu Allah ...................................................................................................................2

2.2 Hubungan Ilmu Allah Dengan Manusia .......................................................................4

BAB III PENUTUP ............................................................................................................ 13

3.2. Kesimpulan ................................................................................................................ 13

3.3. Saran .......................................................................................................................... 13

DAFTAR PUSTAKA

ii
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Dalam asmaul husna, Allah swt. disebut sebagai Al ‘Alim (Yang Maha
Mengetahui). Bahwasanya ilmu Allah tidak terbatas. Dia mengetahui apa saja
yang ada di langit dan di bumi, yang dahulu, sekarang, ataupun besok, baik
yang ghaib maupun yang nyata.
Tak ada satupun yang tersembunyi bagi Allah swt. Sebutir biji di dalam
gelap gulita bumi yang berlapis tetap diketahui Allah swt. “Di sisi-Nya segala
anak kunci yang ghaib, tiadalah yang mengetahui kecuali Dia sendiri. Dia
mengetahui apa-apa yang ada di daratan dan di lautan. Tiada gugur sehelai
daun kayu pun, melainkan Dia mengetahuinya, dan tiada sebuah biji dalam
gelap gulita bumi dan tiada pula benda yang basah dan yang kering,
melainkan semuanya dalam Kitab yang terang.” (QS. Al-An’am: 59)
Ilmu Allah SWT Maha luas, tak terjangkau, dan tak terbayangkan oleh
akal pikiran, tiada terbatas. Dia mengetahui apa yang sudah dan akan terjadi
serta yang mengaturnya. Manusia, malaikat, dan makhluk manapun tak akan
bisa menyelami lautan ilmu Allah swt. Bahkan untuk mengetahui ciptaan
Allah saja manusia tidak akan mampu. Tentang tubuhnya sendiri saja, tidak
semuanya terjangkau oleh kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi yang
telah dicapai manusia. Semakin didalami semakin jauh pula yang harus
dijangkau, semakin banyak misteri yang harus dipecahkan, seperti jaringan
kerja otak manusia masih merupakan hal yang teramat rumit untuk dikaji.

1.2 Rumusan Masalah


Adapun rumusan masalah pada makalah ini ialah,
1. Apa saja Ilmu Allah ?
2. Bagaimana hubungan Ilmu Allah dengan manusia ?

1.3 Tujuan Penulisan


Adapun tujuan daripada penelitian ini adalah untuk mengetahui apa itu
Ilmu Allah serta bagaimana hubungan antara Ilmu Allah dengan manusia.

1
BAB II
PEMBAHASAN
2.1 Ilmu Allah
Ilmu Allah SWT Maha luas, tak terjangkau, dan tak terbayangkan oleh
akal pikiran, tiada terbatas. Dia mengetahui apa yang sudah dan akan terjadi
serta yang mengaturnya. Manusia, malaikat, dan makhluk manapun tak akan
bisa menyelami lautan ilmu Allah swt. Bahkan untuk mengetahui ciptaan
Allah saja manusia tidak akan mampu. Tentang tubuhnya sendiri saja, tidak
semuanya terjangkau oleh kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi yang
telah dicapai manusia. Semakin didalami semakin jauh pula yang harus
dijangkau, semakin banyak misteri yang harus dipecahkan, seperti jaringan
kerja otak manusia masih merupakan hal yang teramat rumit untuk dikaji.
Belum lagi tentang astronomi. Berapa banyak bintang, galaksi di langit,
berapa jauhnya, bagaimana cara mencapainya, proses terjadinya, apakah ada
penghuninya, dan seterusnya. Jika kita menatap ke luar angkasa betapa kecil
bumi ini bagaikan debu bahkan lebih kecil dari itu. Andaikan saja ada
manusia yang menguasai planet bumi sebagai miliknya pribadi, maka di
hadapan alam di ruang angkasa ini dia hanyalah memiliki debu tak berarti.
Jika saja ada manusia menguasai bumi, dia hanya menguasai debu. Sementara
kekuasaan, kerajaan Allah swt. tak akan tertandingi sedikitpun jua.
Allah swt. menggambarkan betapa kecil dan tak berdayanya manusia
bila dibandingkan dengan ilmu Allah swt., dengan perumpamaan air laut
bahkan tujuh lautan dijadikan tinta untuk menulis kalimat Allah swt., niscaya
tidak akan habis-habisnya kalimat Allah tersebut dituliskan. 1
“Katakanlah, kalau sekiranya lautan menjadi tinta untuk menulis kalimat-
kalimat Tuhanku, sungguh habislah lautan itu sebelum habis ditulis kalimat-
kalimat Tuhanku, meskipun kami datangkan tambahan sebanyak itu pula.”
(QS. Al Kahfi: 109)
“Dan seandainya pohon-pohon di muka bumi menjadi pena dan laut
(menjadi tinta), ditambahkan kepadanya tujuh lautan lagi, niscaya tidak akan

2
habis-habisnya (dituliskan) kalimat Allah. Sesungguhnya Allah Maha
Mendengar lagi Maha Melihat.” (QS. Luqman: 27).
Allah swt. telah menciptakan langit dan bumi dengan segala isi dan
peristiwa yang terkandung di dalamnya merupakan fenomena yang sangat
mengesankan dan menakjubkan akal serta hati sanubari manusia. Itulah alam
semesta atau al-kaun (universum). Simaklah firman Allah swt. berikut ini:
“Dia lah Allah yang menciptakan, yang mengadakan, yang membentuk
rupa, yang mempunyai nama-nama yang paling baik. Bertasbih kepada-Nya
apa yang ada di langit dan di bumi. Dan Dia lah Yang Maha Perkasa lagi
Maha Bijaksana.” (QS. Al-Hasyr: 24).
Hendaknya manusia senantiasa men-taddaburi ayat-ayat-Nya, baik yang
qauliyah maupun kauniyah. Karena di sana terdapat lautan ilmu-Nya, serta
dorongan untuk mengkaji maupun mengimplementasikannya. “Hai jama’ah
jin dan manusia jika kamu sanggup menembus (melintasi) penjuru langit dan
bumi, maka lintasilah, kamu tidak dapat menembusnya melainkan dengan
kekuatan.” (QS. Ar-Rahman: 33). Dengan ayat ini manusia akan mengerti
jika ingin menembus langit diperlukan energi yang besar.
Maka dengan segala bahan-bahan yang ada di alam ini manusia harus
mampu mengkonversi energi tersebut. Masih banyak ayat-ayat Al-Qur’an
yang berkaitan dengan ilmu pengetahuan dan cabang-cabangnya. Allah swt.
telah menciptakan alam beserta isi dan sistemnya dan juga telah
mengajarkannya kepada manusia. Dengan mencermati Al-Qur’an, akan
melahirkan kajian-kajian yang lebih detail tentang keberadaan ciptaan-Nya. 2
Timbulnya ilmu pengetahuan disebabkan kebutuhan-kebutuhan
manusia yang berkemauan hidup bahagia. Dalam mencapai dan memenuhi
kebutuhan hidupnya itu, manusia menggunakan akal pikirannya. Mereka
menengadah ke langit, memandang alam sekitarnya dan melihat dirinya
sendiri. Dalam hal ini memang telah menjadi qudrat dan iradat Nya, bahwa
manusia dapat memikirkan sesuatu kebutuhan hidupnya. Telah tercantum
dalam Al-Qur’an perintah Allah swt.: “Katakanlah, perhatikanlah apa yang
ada di langit dan di bumi. Tidaklah bermanfaat tanda kekuasaan Allah dan

3
Rasul-rasul yang memberi peringatan bagi orang-orang yang tidak beriman.”
(QS. Yunus: 101).
Hasil dari pemikiran manusia itu melahirkan ilmu pengetahuan dengan
berbagai cabangnya. Maka ilmu pengetahuan bukanlah musuh atau lawan
dari iman, melainkan sebagai wasailul hayah (sarana kehidupan) dan juga
nantinya yang akan membimbing ke arah iman. Sebagaimana kita ketahui,
banyak ahli ilmu pengetahuan yang berpikir dalam, telah dipimpin oleh
pengetahuannya kepada suatu pandangan, bahwa di balik alam yang nyata ini
ada kekuatan yang lebih tinggi, yang mengatur dan menyusunnya,
memelihara segala sesuatu dengan ukuran dan perhitungan.

2.2 Hubungan Ilmu Allah dengan Manusia


Manusia dijadikan oleh Allah untuk berbakti kepadanya dan untuk
menyatakan dirinya sendiri pada : Zat, Sifat, Asma dan Apaalnya.
Firman Allah surah Az-Zariyat ayat 56 :
‫س ا َِّل ِليَ ْعبُد ُْو ِن‬ ِ ْ ‫َو َما َخلَ ْقتُ ْال ِج َن َو‬
َ ‫اّل ْن‬
Artinya : "Aku tidak menciptakan jin dan manusia melainkan agar mereka
beribadah kepada-Ku." (QS. Az-Zariyat 51: Ayat 56).
Sabda Rasullullah : Awaludin Makrifatullah = Awal agama adalah mengenal
Allah.
Oleh karena itu untuk bisa makrifat kepada Allah maka diberikanya
ilmu kepada manusia melalui akal dan iman dengan satu harapan agar
manusia mengetahui hakekat sebenarnya tujuan mereka ada di dunia ini.
Sesungguhnya semua ilmu yang ada pada manusia adalah ilmu Allah semata-
mata sedangkan pada hakekatnya manusia itu adalah kosong tidak ada apa-
apanya. 3

Surah Yunus ayat 57 :


‫صد ُْو ِر ۙ َوهُدًى َو َرحْ َمة ِل ْـل ُمؤْ ِمنِيْن‬ َ ‫اس قَدْ َجا َءتْكُ ْم َم ْو ِع‬
ُّ ‫ظة ِم ْن َربِكُ ْم َو ِشفَاء ِل َما فِى ال‬ ُ َ‫الن‬
‫ٰۤياَيُّ َها‬

4
Artinya : "Wahai manusia! Sungguh, telah datang kepadamu pelajaran (Al-
Qur'an) dari Tuhanmu, penyembuh bagi penyakit yang ada dalam dada, dan
petunjuk serta rahmat bagi orang yang beriman." (QS. Yunus 10: Ayat 57).
Adapun Ilmu Allah terbagi atas tiga bagian : Ilmu Kalam, Ilmu Gaib, Ilmu
Syahadah.

2.2.1 Ilmu Kalam


Adapun Ilmu Kalam ini adalah satu ilmu yang dapat dipelajari oleh
manusia dengan manusia biasa dengan tujuan untuk memahami sesuatu di
alam semesta kita ini, ilmu ini dapat di pahami dan diterima oleh pancaindera
kita. Ilmu kalam biasanya membicarakan dan mengajar manusia tentang
sesuatu yang zahir semata-mata yang bisa diterima oleh daya pemikiran
manusia saja.
Ilmu kalam bisa dipelajari di sekolah secara formal atau secara informal
dengan masyarakat dan mahluk alam di sekeliling kita. Tingkatan ilmu ini
hanya bisa diterima oleh pancaindra dan hanya dimengerti oleh orang itu
sendiri, tetapi orang itu tidak dapat menerangkan apa yang dia pahami kepada
orang lain dengan menggunakan ilmu kalam ini.
Pemahaman terhadap ilmu ini adalah dengan apa yang di lihat, di
dengar, dirasa, oleh pancaindranya hanya sebatas itu saja dan tidak dapat
diterangkan tentang pengalaman ilmunya kepada orang lain, bahwa : kita
tidak dapat menerangkan bagaimana rupa dari warna merah kepada orang
buta sehingga orang buta tersebut dapat memahami dan mengenal rupa warna
merah tersebut.
Jawabanya tentunya tidak bisa kita menjelaskannya, tetapi apakah kita
tidak kenal dengan warna merah jawabanya kita kenal, lalu jika kenal kenapa
pula kita tidak dapat memperkenalkan kepada si buta tersebut. Ini
menunjukkan bahwa tahap pencapaian pengetahuan ilmu kalam hanya sampai
ke tahap ini saja tidak lebih dan tidak sampai kemana-mana. 4
Kalaulah warna merah yang berwujud dan dapat dilihat dengan mata
tidak bisa kita menjelaskannya kepada orang buta lalu…bagaimana halnya

5
untuk memperkenalkan diri Allah s.w.t yang bersifat tidak sama dengan
benda-benda yang ada di alam semesta ini? Melihat kondisi seperti ini maka
ilmu yang dapat menerangkan sesuatu yang tidak bisa diterangkan dengan
ilmu kalam adalah Ilmu Gaib.
Dengan ilmu kalam manusia bisa mengkaji atom, tetapi manusia yang
membuat kajian atom tersebut tidak mengerti apa itu atom sebenarnya, hal ini
jika ditanya kepada seorang professor sekalipun sudah tentu dia tak dapat
menerangkannya.
Biasanya ilmu kalam banyak menggunakan logika yang bisa diterima
akal manusia, sebenarnya ilmu kalam ini adalah satu ilmu untuk
berkomunikasi sesama manusia dalam kehidupan sehari-hari. Yang
mengajarkan ilmu kalam adalah guru zahir (manusia biasa) yaitu manusia
yang mendapat pendidikan formal dari sekolah atau dari gelombang hidup
masyarakatnya sendiri disamping kajian yang dibuat oleh manusia tersebut
dengan fikirannya.
Sesungguhnya fikiran itu telah di ilhamkan oleh Allah kepada manusia
tersebut didalam bidang-bidang tertentu dan kemudian disampaikan pula
kepada manusia bahasa yang ada.

2.2.2 Ilmu Gaib


Adapun ilmu Gaib adalah ilmu yang dapat menjelaskan sesuatu yang
tidak dapat diterangkan oleh ilmu kalam, ilmu ini meliputi alam sagir dan
alam kabir. Ilmu gaib hanya bisa diajarkan sepenuhnya oleh guru gaib dan
tidak bisa diajarkan oleh guru zahir, dalam hal ini pengajaran dan pengkajian
ilmu ini guru zahir hanya bertindak sebagai penasehat mengikuti pengalaman
(mursyidnya) didalam bidang hakiki dan makrifat terhadap seseorang yang
menerima ilmu gaib. Biasanya guru gaib yang mengajarkan ilmu ini adalah
terdiri dari wali-wali Allah yang gaib, para nabi dan rasulnya. Mereka yang
memegang ilmu gaib adalah yang dianugrahkan oleh Allah atau mereka-
mereka yang sedang menjalani jalan hakiki dan makrifat melalui jalan tasauf
atau sufiisme. 5

6
Ilmu gaib adalah satu ilmu pengetahuan yang luas sekali sehingga tidak
bisa dicapai oleh daya pikir manusia, sesungguhnya pemegang – pemegang
ilmu gaib adalah terdiri dari dua golongan manusia, pertama adalah mereka
yang dipilih sendiri oleh Allah untuk dikaruniakan dengan ilmu gaib melalui
satu cara penyampaian yang disebut LADUNI, bagi mereka ini akan terus
diajari ilmu gaib oleh guru-guru gaib.
Adapun bagi golongan kedua adalah mereka yang menemui jalan
hakekat kepada Allah dengan cara berguru dengan guru-guru hakekat dan
makrifat serta mursyid yang mengetahui akan hakekat dan makrifat dan
kemudian menerima petuah-petuah dari guru serta beramal dengan segala
petuah gurunya itu. maka orang tersebut kemudian mendapati Laduni
melalui perantaraan guru gaib yang terdiri dari wali-wali Allah, nabi-nabi dan
rasul-rasul.
Tingkatan ilmu gaib adalah menembus tujuh lapis langit dan tujuh lapis
bumi serta apa saja yang ada diantara keduanya.
Bermula cara mendapatkan ilmu ini, maka seseorang ini hendaklah
mensucikan jiwanya dengan mengamalkan kaedah-kaedah hakekat yaitu jalan
menuju kepada Allah dengan jalan mengenal diri mengikuti kaedah-kaedah
tasauf atau jalannya orang sufi. Agar jalan sufi dapat dicapai maka orang ini
harus juga tahu membersihkan diri dan jiwa raganya. Oleh karena itu ilmu ini
hanya boleh dicapai oleh akal dan iman saja. Maka seseorang yang hendak
memiliki ilmu gaib ini harus mendapat akal terlebih dahulu dalam hidupnya,
akal ini hanya bisa dihasilkan oleh hati orang-orang mukmin terhadap Allah
SWT saja. Sebelum mendapatkan akal maka orang itu harus menghancurkan
gumpalan darah kotor diujung jantung mereka yang menjadi tempat istana
iblis. Bila saja hancur gumpalan darah kotor tersebut maka terpancarlah satu
NUR dari dalam jantung yaitu Nur Kalbu. Sesungguhnya cahaya atau nur ini
adalah hatinya orang Mukmin artinya hati orang-orang mukmin itu adalah
ISTANA ALLAH. 6
Dengan adanya akal maka manusia tersebut akan mempunyai Iman
yaitu keyakinan hakiki terhadap sesuatu atau penerimaannya secara mutlak

7
tanpa ragu-ragu terhadap sesuatu yang diterima melalui ilmu gaib walaupun
sesuatu itu tidak bisa diterima oleh logika berfikir manusia. Kadar kuasa
penerimaan terhadap ilmu gaib yang luas ini adalah tergantung kepada kadar
tingkat kesucian hati dan jiwa manusia tersebut.
Makin suci hati seseorang dengan Allah maka semakin tinggilah tingkat
penerimaan ilmu gaib ini. Pengetahuan ilmu gaib ini dapat dilihat dengan
mata bashir, dengan telinga batin dapat pula dirasakan dengan hati hakiki
yang dimiliki orang-orang Arifinbillah.
Ilmu gaib diajarkan kepada orang-orang tertentu melalui jalan LADUNI
dengan 5 cara yaitu : Dengan cara :

 Dengan cara NUR


Cara ini biasanya diterima oleh seseorang yang sedang menjalani
tarekat tasauf, biasanya datang melalui sebuah mimpi yang dialami oleh
seseorang yang mengamalkan tarekat tasauf, mimpi ini bisa berupa kiasan
atau secara terang-terangan. Bila seorang murid dalam tidurnya bermimpi
maka menjadi kewajibannya untuk menceritakan mimpinya kepada gurunya
untuk mendapatkan penafsiran mimpi tersebut. Dan bagi seorang guru yang
mursyid dan berpengalaman sudah tentu dapat menerangkan arti mimpi yang
diterima oleh anak muridnya. Didalam mimpi tersebut orang-orang tasauf
mungkin saja diberi kiasan dengan satu peristiwa yang dialaminya dalam
mimpinya atau guru gaib yang terdiri dari Rasul-rasul, Nabi dan Waliullah
datang mengajar sesuatu kepadanya didalam mimpi tersebut. Maka dengan
jalan mendapatkan mimpi tersebut orang-orang yang menjalani ilmu tasauf
dapat menerima Ilmu gaib. 7
Firman Allah surah Yusuf ayat 6 :
‫ب َك َم ٰۤا اَت َ َم َها بَ َو ْي َكعَلى ِم ْن‬
َ ‫على ا ِل يَ ْعقُ ْو‬
َ ‫علَيْكَ َو‬ ِ ‫َربُّكَ َويُعَ ِل ُمكَ ِم ْن ت َأ ْ ِو ْي ِل ْاّلَ َحا ِد ْي‬
َ ‫ث نِ ْع َمت َٗه َويُتِ ُّم‬
َ‫َو َكذلِكَ يَجْ تَبِيْك‬
َ َ‫اِبْر َق ْب ُل َواِسْحقَ ۗ ا َِن َربَك‬
‫ع ِليْم َح ِكيْم‬

8
Artinya : "Dan demikianlah, Tuhan memilih engkau (untuk menjadi nabi) dan
mengajarkan kepadamu sebagian dari takwil mimpi dan menyempurnakan
(nikmat-Nya) kepadamu dan kepada keluarga Ya'qub, sebagaimana Dia telah
menyempurnakan nikmat-Nya kepada kedua orang kakekmu sebelum itu,
(yaitu) Ibrahim dan Ishaq. Sungguh, Tuhanmu Maha Mengetahui, Maha
Bijaksana." (QS. Yusuf 12: Ayat 6)

 Cara TAJALI
Tajali disini diartikan sebagai penjelmaan buah pikiran dari perasaan “
Zok ” selama mereka menjalani latihan tarekat tasauf. Dengan mengalami “
Zok ” terhadap Allah maka tercetuslah dari mulut atau terlintas di akalnya
suatu pengetahuan baru yang tidak pernah di dengar atau di ucapkan oleh
mereka sendiri sebelumnya.
Misalnya : terbacalah dia sepotong doa padahal selama ini orang tersebut
tidak pernah membaca doa sedemikian.
Didalam menghadapi tajali ini seseorang itu hendaklah bertanya kepada
gurunya untuk mendapatkan keterangan yang lebih jelas, dengan rasa tajali
ini maka seseorang itu akan memperoleh ilmu gaib.8
Dengan catatan Cara Tajali ini, Biasanya seseorang yang sedang mengalami
tajali sering timbul dikepalanya banyak persoalan kemudian dikemukakan
persoalan tersebut kepada dirinya sendiri lalu didapatinya satu persatu
jawaban yang tepat dan memuaskan hatinya, walaupun persoalan dan
jawaban yang diperolehnya belum pernah dialami sebelumnya. Bila
dilihatnya sesuatu maka secara tidak disengaja timbul dihatinya suatu ilham
dan minat untuk mengkajinya, disinilah terbitnya persoalan, kajian dan
jawaban dari akalnya sendiri. Walhasil, dibandingkannya sesuatu itu dengan
dirinya sendiri, tentang sikapnya, perangainya, pendiriannya dan sebagainya
yang akhirnya menimbulkan kesadaran besar pada dirinya sendiri terhadap
Allah s.w.t.

9
 Cara SIR
Adapun SIR itu adalah satu jalan penyampaian ilmu gaib secara rahasia,
hanya dapat dirasakan dan didengar oleh orang itu secara jelas. Biasanya
seseorang yang sedang menjalani alam tasauf dapat menerima SIR ini
diwaktu-waktu tertentu, biasanya melalui pendengaran telinga batin. Dimana
seseorang itu akan mendengar suatu suara yang datang kepadanya, suara
tersebut akan memberitahukan sesuatu yang mengajar ilmu gaib dengan
terang dan jelas, bisikan tersebut akan dirasai beserta dengan satu kenikmatan
yang tak bisa diceritakan dengan kata-kata.9
Cara SIR ini biasanya dinamakan oleh sebagian ahli tasauf sebagai
radio atau telepon karena yang datang adalah suara-suara, inilah suara wali-
wali Allah yang agung, yang mengajar seseorang itu tentang ilmu gaib. Bila
seseorang itu menerima SIR maka hendaklah menberitahukan hal tersebut
kepada gurunya untuk mendapat penjelasan terhadap apa yang diperoleh dari
guru gaib tadi.

 Cara SIRUSIR
Cara SIRUSIR adalah merupakan satu jalan penyampaian ilmu gaib
dengan cara rahasia didalam rahasia. Seseorang yang menerima ilmu gaib
dengan cara ini maka mereka dapat melihat dengan mata bashir dan dapat
mendengar dengan telinga batin mereka tentang peristiwa atau pengajaran
ilmu gaib disamping itu saat penerimaan gambar dan pendengaran suara
mereka juga merasakan suatu nikmat yang luar biasa. Mereka bisa melihat
dan mendengar dengan mata kepala mereka sendiri, hal ini bisa diibaratkan
seperti tayangan gambar ditelevisi atau tv phone. Oleh karena itu sebagian
orang tasauf menamakan ini sebagai penerimaan televisi, dan bagi seorang
murid yang menerima pengajaran ilmu gaib dengan cara ini maka hendaklah
menceritakan hal ini kepada gurunya supaya mendapat penjelasan lebih
lanjut.

10
 Cara TAWASUL
Cara TAWASUL adalah dengan cara penjelmaan oleh guru atau wali-
wali Allah yang gaib dan mereka menjelma untuk bertemu dengan orang-
orang tertentu yang sedang menjalani tasauf, mereka ketemu dalam keadaan
hidup-hidup, bukan dala keadaan mimpi, tidur atau sebagainya, dia datang
sama seperti kita menerima kedatangan tamu pada umumnya. Mereka datang
dan memperkenalkan diri mereka dan tujuan kedatangannya, mereka akan
mengajarkan ilmu gaib kepada orang-orang tersebut secara langsung, dan kita
harus memahami pengajaran mereka tanpa ragu-ragu.10
Kadang-kadang penjelmaan mereka bisa dilihat orang ramai jika pada
waktu itu lagi ada orang. Pengajaran ilmu gaib oleh guru-guru gaib dengan
cara ini adalah jelas dan terang, kita dapat juga menanyakan hal-hal apa saja
yang tidak kita pahami kepada mereka. Perlu diingat bahwa kedatangan
mereka itu adalah merupakan satu penghormatan kepada ahli tasauf atau sufi
dan dengan ini terbentuklah satu hubungan yang baik dintara kedua belah
pihak. Bagi mereka yang dapat menguasai dan menyelami sendiri alam ilmu
gaib maka sudah pasti mereka dapat menjelajahi seluruh alam semesta, tujuh
lapis langit dan tujuh lapis bumi. Mereka juga diberi peluang untuk
menjelajahi dialam lain termasuk alam barzah, surga dan neraka, Arash dan
qursi Allah s.w.t dan ini bermakna bahwa mereka yang sampai ke martabat
ini dapat menjelajah kesuatu alam yang jauh keluar daripada garis-garis tahap
pikiran manusia.

2.2.3 Ilmu Syahadah


Adapun ilmu syahadah adalah satu ilmu yang paling tinggi didalam
mempelajari ilmu-ilmu Allah yang bisa dikuasai oleh manusia. Inilah
martabat ilmu yang tertinggi. Ilmu ini adalah satu ilmu makrifat dan syahadah
secara sebenar-benarnya kepada Allah SWT. Ilmu syahadah artinya tuhan
sendiri yang akan mengajar manusia mengenali dirinya dengan lain perkataan
bahwa ilmu syahadah adalah ilmu untuk menyatakan diri Allah itu sendiri.

11
Hanya orang-orang yang mencapai martabat ilmu gaib yang paling tinggi saja
yang dapat menguasai ilmu syahadah ini.
Jika Ilmu kalam diajar oleh guru zahir dan ilmu gaib diajar oleh guru
gaib maka ilmu syahadah hanya boleh diajar oleh guru batin saja yaitu diri
batin kita sendiri yang telah mencapai makrifat kepada Allah dengan lain
perkataan bahwa Tuhan sajalah yang boleh mengajar diri kita akan rahasia
ilmu ini. Tingkat pengalaman dan pencapaian ilmu ini adalah jauh daripada
ilmu gaib dan inilah ilmu yang paling tertinggi yang bisa dicapai oleh
manusia. Ilmu ini hanya bisa dicapai oleh para Rasul, Nabi dan Wali-wali
Allah yang teragung. Alangkah mulianya bila kita dapat menyelami sendiri
ilmu tertinggi ini dan sudah barang tentu kita akan menjadi manusia
beruntung dan mendapat keridhoan Allah SWT.11

12
BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Ilmu Allah SWT Maha luas, tak terjangkau, dan tak terbayangkan oleh
akal pikiran, tiada terbatas. Dia mengetahui apa yang sudah dan akan terjadi serta
yang mengaturnya. Manusia, malaikat, dan makhluk manapun tak akan bisa
menyelami lautan ilmu Allah swt. Bahkan untuk mengetahui ciptaan Allah saja
manusia tidak akan mampu. Tentang tubuhnya sendiri saja, tidak semuanya
terjangkau oleh kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi yang telah dicapai
manusia. Semakin didalami semakin jauh pula yang harus dijangkau, semakin
banyak misteri yang harus dipecahkan, seperti jaringan kerja otak.
Adapun Ilmu Allah terbagi atas tiga bagian, yaitu :
 Ilmu Kalam
 Ilmu Gaib
 Ilmu Syahadah
3.2 Saran
Penulis mengucapkan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada rekan-
rekan, semua pihak yang tidak dapat disebutkan satu persatu, yang telah ikut serta
membantu terselesaikannya makalah ini. Semoga Allah SWT membalas amal kita
dengan ganjaran yang berlipat. AMIIIIN. Lebih dan kurangnya penulis mohon
maaf bila ada kekurangan dalam penyusunan makalah ini dan semoga dapat
memberikan manfaat bagi kita semua.

13
DAFTAR PUSTAKA
Abidin, Ibnu Rusn.1998. Pemikiran Al-Ghazali tentang Pendidikan. Yogyakarta :
Pustaka Pelajar.
Nata, Abuddin. 2008. Tafsir Ayat-ayat Pendidikan dan Ayat-ayat Al- Tarbawiy.
Jakarta : PT. Rajawali Press.
Tobroni. 2008. Pendidikan Islam dan Paradigma Teologis. Malang : UMM Press.
Nata, Abuddin. Tafsir Ayat-ayat Pendidikan dan Ayat-ayat Al- Tarbawiy.
Fauzan, Shalih. 2001. Kitab Tauhid I.Yogyakarta : Universitas Islam Indonesia.

14

Anda mungkin juga menyukai