Anda di halaman 1dari 13

INTEGRASI ISLAM DAN ILMU PENGETAHUAN

Diajukan untuk memenuhi tugas Al-Islam dan Ilmu Pengetahuan

Dosen pengampu :
Mochammad Alfan, M. Ed.

Disusun oleh :
Regina Elsie Mairella 2010811046
Anindya Firda Puspita 2010811049
Ricky Enrique Vargas 2010811057
Najelina Resti A. 2010811060
Elma Malinda 2010811065
Sasikirani Trufi W. 2010811083
Noni Febriani 2010811089
An Naba Filda A. 2010811094

FAKULTAS PSIKOLOGI
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH JEMBER
2022

1
DAFTAR ISI
Halama Judul..........................................................................................................................1
Daftar Isi.................................................................................................................................2
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang.............................................................................................................3
B. Rumusan Masalah........................................................................................................3
C. Tujuan...........................................................................................................................3
D. Manfaat.........................................................................................................................4
BAB II PEMBAHASAN
A. Hakikat Ayat-Ayat Al-Quran.......................................................................................5
B. Kesatuan Antara Ayat Qauliyah dan Ayat Kauniyah...................................................7
C. Interkoneksitas dalam Memahami Ayat Qauliyah dan Ayat Kauniyah......................9
BAB III KESIMPULAN.........................................................................................................12
Daftar Pustaka........................................................................................................................13

2
BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Ilmu agama Islam dan sains (ilmu pengetahuan) adalah dua komponen yang sangat
diperlukan dan tidak dapat dipisahkan dalam menjalani kehidupan di dunia dan
kehidupan nanti di akhirat. Ilmu agama Islam digunakan untuk mencapai jalan
kebahagian hidup di akhirat, sedangkan sains berfungsi untuk dijadikan sebagai
pegangan dalam menghadapi tantangan dan memecahkan masalah (duniawi) yang ada
dalam kehidupan. Dalam Islam, ilmu merupakan salah satu perantara untuk memperkuat
keimanan. Iman hanya akan bertambah dan menguat, jika disertai ilmu pengetahuan.
Seorang ilmuan besar, Albert Einsten mengatakan bahwa “science without religion is
blind and religion without science is lame”, ilmu tanpa agama buta, dan agama tanpa ilmu
adalah lumpuh. Ajaran Islam tidak pernah melakukan dikotomi antar ilmu satu dengan
yang lain. Karena dalam pandangan Islam, ilmu agama dan umum sama saja berasal dari
Allah. Islam juga menganjurkan kepada seluruh umatnya untuk bersungguh-sungguh
dalam mempelajari setiap ilmu pengetahuan. hal ini dikarenakan Al-Qur’an merupakan
sumber dan rujukan utama, ajaran-Nya memuat semua inti ilmu pengetahuan, baik yang
menyangkut ilmu umum maupun ilmu agama.

B. Rumusan Masalah
1. Bagaimana Hakikat Ayat-Ayat Al-Quran?
2. Bagaimaan Hubungan Kesatuan Antara Ayat Qauliyah dan Ayat Kauniyah?
3. Bagaimana Interkoneksitas dalam Memahami Ayat Qauliyah dan Ayat Kauniyah?

C. Tujuan
1. Untuk Mengetahui Hakikat Ayat-Ayat Al-Quran?
2. Untuk Mengetahui Hubungan Kesatuan Antara Ayat Qauliyah dan Ayat Kauniyah?
3. Untuk Mengetahui Interkoneksitas dalam Memahami Ayat Qauliyah dan Ayat
Kauniyah?

3
D. Manfaat
1. Menambah pengetahuan bagi pembaca dan penyusun mengenai Integrasi Islam dan
Ilmu Pengetahuan
2. Membangun kesadaran pentingnya mempelajari Integrasi Islam dan Ilmu
Pengetahuan sehingga diharapkan bagi pembaca dan penulis dapat menerapkan ke
kehidupan sehari-hari

4
BAB II PEMBAHASAN

A. Hakikat Ayat-Ayat Allah


Al-Qur'an, mengajak kepada manusia untuk merenungi berbagai kejadian dan
benda-benda alam yang dengan jelas menunjukkan kepada keberadaan dan ke-Esaan Allah
beserta Sifat-sifat-Nya. Di dalam Al-Qur'an segala sesuatu yang menunjukkan kepada
suatu kesaksian (adanya sesuatu yang lain) disebut sebagai "ayat-ayat", yang berarti "bukti
yang telah teruji (kebenarannya), pengetahuan mutlak dan pernyataan kebenaran." Jadi
ayat-ayat Allah terdiri atas segala sesuatu di alam semesta yang memperlihatkan dan
mengkomunikasikan keberadaan dan sifat-sifat Allah. Mereka yang dapat mengamati dan
senantiasa ingat akan hal ini akan memahami bahwa seluruh jagad raya hanya tersusun
atas ayat-ayat Allah. Hal ini sebagaimana Allah telah menstimulus kepada manusia agar
bisa melihat dan mempelajari alam dan seisinya karena dari sanalah Allah menunjukkan
kebesaranNya kepada para makhluknya dalam firmanNya berilkut:

KULINDURUU MAA DAA FISSAMAA WAA TI WAL ARDHI WAMAA TUGNIL


AA YAA TU WANNUDURU AN QOUMIL LAYUKMINUN

“Katakanlah: "Perhatikanlah apa yang ada di langit dan di bumi. tidaklah bermanfaat tanda
kekuasaan Allah dan Rasul-rasul yang memberi peringatan bagi orang-orang yang tidak
beriman".” (Q.S. Yunus [10]: 101)

Ayat di atas, mendorong agar manusia mengetahui sifat-sifat dan kelakuan alam di
sekitarnya, yang akan menjadi tempat tinggal dan sumber bahan serta makanan selama
hidupnya. Ayat dalam surat Yunus tersebut di atas menggunakan kata memeriksa dengan
melihat dengan pikiran kosong, melainkan dengan perhatian pada kebesaran dan
kekuasaan Allah SWT dan makna yang teramati dari gejala-gejala alam tersebut. Dengan

5
demikian, akan tampak lebih jelas jika kita ikuti teguran-teguran Allah dalam ayat 17-20
Surah al-Ghaasyiyah sebagaimana berikut:

AFALAA YANDURUU NA ILAL BILI KAIFA HULIKOT. WA ILASSAMAA I


KAIFA RUFI AT. WA ILAL JIBAA LI KAIFA NUSIBAT. WA ILAL ARDHI KAIFA
SUTIHAT.

“17. Maka Apakah mereka tidak memperhatikan unta bagaimana Dia diciptakan, 18. dan
langit, bagaimana ia ditinggikan? 19. dan gunung-gunung bagaimana ia ditegakkan? 20.
dan bumi bagaimana ia dihamparkan? (Q.S. Al-Ghaasyiyah [88]: 17-20).

Berdasarkan ayat di atas, sebenarnya inilah yang dilakukan oleh para pengembang
IPTEKS pada umumnya, yaitu melakukan observasi dengan pernuh perhatian untuk dapat
jawaban dari pertanyaan “bagaimana proses itu terjadi?”. Memeriksa alam semesta dapat
diartikan membaca ayat Allah yang dapat merinci dan menguraikan serta menerangkan
ayat-ayat dalam al-Qur’an yang merupakan garis besar, sebab dalam kitab suci sendiri
alam semesta serta proses yang terjadi di dalamnya sering dinyatakan sebagai ayat Allah.

Orang-orang yang berakal melihat ayat-ayat Allah dan berusaha untuk memahami
ilmu, kekuasaan dan kreasi seni-Nya yang tak terhingga dengan mengingat dan
merenungkan hal-hal tersebut, sebab ilmu Allah tak terbatas, dan ciptaan-Nya sempurna
tanpa cacat. Bagi orang yang berakal, segala sesuatu di sekeliling mereka adalah ayat-ayat
(tanda-tanda) penciptaan oleh Allah SWT. Dengan demikian, keberhasilan suatu teknologi
bergantung pada kemampuan manusia untuk memilih kondisi yang mendorong alam untuk
bertindak seperti yang diinginkannya; dan sudah barang tentu tingkah laku alam
dikendalikan oleh sunnatullah yang mengatur bagaimana alam harus berkelakuan pada
kondisi tersebut, karena ia tidak dapat berbuat lain. Hal ini Allah berfirman dalam Q.S. Al-

6
Jaatziyah [45]: 13 yang artinya: “Dan Dia telah menundukkan untukmu apa yang di langit
dan apa yang di bumi semuanya, (sebagai rahmat) daripada-Nya. Sesungguhnya pada yang
demikian itu benarbenar terdapat tanda-tanda (kekuasaan Allah) bagi kaum yang berfikir.”
(Q.S. Al-Jaatziyah [45]: 13.

Ayat tersebut di atas, menyatakan bahwa seluruh isi langit dan bumi akan
ditundukkan al khaliq bagi umat manusia dengan sains yang diterapkan dengan teknologi
yang akan diberikan kepada mereka yang mau melibatkan akalnya dengan menggunakan
pikirannya. Penalaran tentang “bagaimana” dan “mengapa”, yang menyangkut proses-
proses dilangit itu, menyebabkan timbulnya cabang baru dalam sains yang dinamakan
astro-fisika, yang bersama-sama dengan astronomi membentuk konsep-konsep kosmologi.
Meskipun ilmu pengetahuan kealaman ini tumbuh sebagai akibat dari pelaksanaan salah
satu perintah agama kita, kiranya perlu kita pertanyakan apakah benar konsep kosmologi
yang berkembang dalam sains itu sama dengan yang terdapat dalam alQur’an. Sebab obor
sains telah beralih kepada para cendekiawan non Muslim sejak pertengahan abad ke-XIII
sampai selesai dalam abad ke-XVII, sehingga sejak itu sains tumbuh dalam kerangka
acuan budaya, mental dan spiritual yang bukan Islam, yang memiliki nilai-nilai tidak
Islami (Baiquni, 1996 dalam Sanotsa, 2016).

B. Kesatuan Antara Ayat Qauliyah dan Kauniyah


Ayat Qauliyah adalah ayat-ayat yang difirmankan oleh Allah di dalam kitab suci,
yakni Al-Quran sebagai petunjuk bagi umat manusia. Ayat qauliyah juga dapat diartikan
sebagai ilmu agama yang bersumber dari Al-Quran. Allah Swt. berfirman dalam QS. Al-
Isra ayat 9:

7
INNAHAA DALQUR SANA YADI LILLATII HIYA AKWA
MUWAYUBASSIRUL MUKMINII NALLADII NA YAKMALUU NASSOO LIHAT TI
ANNALAHUM AKRON KABIIROO.
Artinya: “Sesungguhnya Al-Qur’an ini memberikan petunjuk kepada (jalan) yang lebih
lurus dan memberi kabar gembira kepada orang-orang mukmin yang mengerjakan amal
shaleh bahwa bagi mereka ada pahala yang besar.” Sedangkan ayat kauniyah adalah ilmu
pengetahuan, ilmu umum, atau sains yang juga bersumber dari Allah Swt. Ayat kauniyah
membahas mengenai wujud di sekeliling atau di alam semesta ini yang diciptakan oleh
Allah sebagai tanda akan adanya kebesaran dan kekuasan Allah, seperti dalam bentuk
benda, kejadian, peristiwa, fenomena alam, dan lain sebagainya. Dengan kata lain, ayat
kauniyah berisi tentang berbagai persoalan hidup dan kehidupan yang menyangkut alam
semesta dan segala isinya, termasuk di dalamnya ilmu umum atau sains. Allah Swt.
berfirman dalam QS. Ali Imran ayat 190:

Artinya: “Kami akan memperlihatkan kepada mereka tanda-tanda (kebesaran) Kami di


segenap penjuru dan pada diri mereka sendiri, sehingga jelaslah bagi mereka bahwa Al-
Qur'an itu adalah benar. Tidak cukupkah (bagi kamu) bahwa Tuhanmu menjadi saksi atas
segala sesuatu?”

Allah Swt. menurunkan kepada umat manusia dua tanda kebesaran-Nya di dunia ini,
yaitu ayat-ayat qauliyah yang berupa Al-Quran dan ayat-ayat kauniyah yang mencakup
seluruh alam semesta dengan segala isinya. Kedua tanda-tanda kebesaran Allah tersebut

merupakan bekal, pedoman atau petunjuk bagi kehidupan manusia sekaligus untuk
menguji ketaqwaan manusia serta memberdayakan akal yang telah dianugrahkan-Nya.

8
Kesatuan atau hubungan antara ayat qauliyah dengan ayat kauniyah adalah sangat
erat sekali, dimana keterkaitannya terletak pada ayat-ayat kauniyah yang menjadi isyarat
kebenaran pada ayat-ayat qauliyah. Dapat dikatakan bahwa ayat-ayat kauniyah merupakan
pembuktian atas kebenaran yang ada di dalam Al-Qur’an atau ayat-ayat qauliyah. Adanya
keterkaitan itu menunjukkan bahwasannya Allah Maha Besar atas segala sesuatu. Baik
ilmu agama yang ada di dalam Al-Quran (ayat qauliyah) maupun ilmu umum (ayat
kauniyah), keduanya berasal dari sumber yang sama, yakni Allah Swt. dan harus
diperlakukan sama. Maksudnya adalah umat manusia seharusnya tidak perlu lagi
mempertentangkan antara ilmu agama dengan sains karena keduanya saling berkaitan erat
dan berasal dari sumber yang sama, yakni Allah Swt. Keduanya merupakan bukti atau
tanda-tanda dari adanya kekuasaan dan kebesaran Allah, sehingga harus digali, diteliti,
dipahami, dikembangkan, dan diamalkan sebagai pengakuan atas keagungan Allah Swt.

Dorongan agama untuk beribadah tepat pada waktunya dan menuju tempat yang
ditentukan disertai dengan tanda dari fenomena alam, sebenarnya menunjukkan adanya
relasi harmonis antara ayat qauliyah dengan ayat kauniyah atau antara agama dengan
sains. Contoh lainnya adalah proses perkembangan manusia di dalam kandungan (rahim).
Ilmu pengetahuan atau sains yang membahas mengenai proses tersebut adalah ilmu
biologi, dimana dalam hal ini biologi ini merupakan ayat kauniyah. Di dalam Al-Quran
atau ayat qauliyah juga telah dijelaskan mengenai penciptaan manusia, salah satunya
tertuang dalam firman Allah melalui QS. Al-Qiyamah ayat 37-39 yang artinya: “Bukankah
dia mulanya hanya setetes mani yang ditumpahkan (ke dalam rahim). Kemudian (mani
itu) menjadi sesuatu yang melekat, lalu Allah meciptakannya dan menyempurnakannya,
lalu Dia menjadikannya dari sepasang laki-laki dan perempuan.” Dalam hal ini ayat
kauliyah telah membuktikan adanya kebesaran Allah dan kebenaran firman Allah dalam
Al-Quran.

C. Interkoneksitas dalam Memahami Ayat Qauliyah dan Kauniyah

9
Allah SWT menurunkan ayat-ayat Alquran melalui dua jalur, yaitu jalur formal (ayat
qauliyah) dan non-formal (ayat kauniyah). Ayat qauliyah adalah kalam Allah (Al-Qur’an)
yang diturunkan secara formal kepada Nabi Muhammad SAW. Sedangkan ayat kauniyah
adalah ayat yang diturunkan dari adanya fenomena alam yang jalurnya tidak formal dan
manusia mengeksplorasi sendiri. Al-Qur’an Al-Karim, yang terdiri dari 6.236 ayat itu,
menguraikan berbagai persoalan hidup dan kehidupan, antara lain menyangkut alam raya
dan fenomenanya. Uraian-uraian sekitar persoalan sering tersebut sering di sebut ayat-ayat
kauniyah. Secara garis besar, Allah menciptakan ayat dalam dua jalan keduanya saling
menegaskan dan saling terkait satu sama lainnya. Hal ini membuktikan bahwa
kemampuan manusia untuk memaham keduanya adalah keniscayaan. Allah tidak hanya
memberikan perintah untuk sekedar memahami ayat-ayat Allah berupa Qauliyah, tetapi
juga untuk melihat fenomena alam ini. Alam adalah ayat Allah SWT yang tidak tertuang
dalam bentuk perkataan Allah untuk dibaca dan dihafal. Tetapi alam adalah ayat Allah
yang semestinya dieksplor dan digali sedalam-dalamnya untuk semakin manusia
mendekatkan diri pada kemahakuasaan Allah SWT.

Berikut ini merupakan ayat atau firman Allah mengenai interkoneksitas ayat qauliyah
dan kauniyah:

ALLADII NA YAD KURUU NALLAAHA KIYAA MANG WA QU UU DAN WA


ALAA JUNUUBIHIM WAYATAFAKKARUUNA FII HOLQIS SAMAA WAA TI
WAL ARDHI ROBBANAA MAA HOLAQ TAHAA DAA BAA TILAN SUBHAA
NAKA FAKINAA ADAAA BANNAAR.

“(Yaitu) orang-orang yang mengingat Allah sambil berdiri atau duduk atau dalam keadan
berbaring dan mereka memikirkan tentang penciptaan langit dan bumi (seraya berkata):

10
"Ya Tuhan Kami, Tiadalah Engkau menciptakan ini dengan sia-sia, Maha suci Engkau,
Maka peliharalah Kami dari siksa neraka.” (Q.S. Ali ‘Imran [3]: 191).

Fenomena siklus hidrologi dapat dilihat pada surat An-Nur (24) ayat 43 yang artinya:
Tidaklah kamu melihat bahwa Allah mengarak awan, Kemudian mengumpulkan antara
(bagian-bagian)nya, Kemudian menjadikannya bertindih-tindih, Maka kelihatanlah
olehmu hujan keluar dari celah-celahnya dan Allah (juga) menurunkan (butiran-butiran) es
dari langit, (yaitu) dari (gumpalan-gumpalan awan seperti) gunung-gunung, Maka
ditimpakan- Nya (butiran-butiran) es itu kepada siapa yang dikehendaki-Nya dan
dipalingkan-Nya dari siapa yang dikehendaki-Nya. Kilauan kilat awan itu hampir-hampir
menghilangkan penglihatan. ( QS. An – Nur : 43 ).

1. Interkoneksitas Ayat dan Fenomena Kauniyah


Berdasarkan hasil observasi dan penelitian mengenai siklus hidrologi dapat
dijelaskan sebagai berikut: Siklus hidrologi atau siklus air terjadi akibat radiasi atau
panas matahari, sehingga air yang berada di laut, sungai, dan air pada tumbuhan
mengalami penguapan ke udara (transpiration), sehingga dikenal sebagai
evotranspiration. Uap air tersebut pada ketinggian tertentu menjadi dingin dan
terkondensasi menjadi awan. Akibat angin, berkumpul awan dengan ukuran tertentu
dan terbentuk awan hujan. Dengan adanya pengaruh berat dan gravitasi bumi sehingga
terjadilah hujan (pressipitasion).

2. Interkoneksitas Ayat dan Fenomena Qauliyah


Pada penjelasan fenomena kauniyah, maka dapat disimpulkan bahwa siklus
hidrologi memiliki empat macam proses yang saling menguatkan, yaitu:
hujan/presipitasi, penguapan/evaporasi, infiltrasi dan perkolasi (peresapan), lipahan
permukaan dan limpasan air tanah.

11
BAB III KESIMPULAN

Islam adalah agama yang mengajarkan bahwa ilmu pengetahuan dan agama
merupakan sesuatu yang saling berkaitan dan saling melengkapi. Agama merupakan sumber
ilmu pengetahuan dan ilmu pengetahuan merupakan sarana untuk mengaplikasikan segala
sesuatu yang tertuang dalam ajaran agama. Kebudayaan Islam, pada masa jayanya dan masa
perkembangannya memberikan warisan yang membanggakan pada umat manusia,
berdasarkan atas observasi dan berpikir induktif, klasifikasi dan verifikasi serta
konfirmasi.demikian, maka terdapat suatu hubungan antara ayat qauliyah sebagai petunjuk
wahyu yang memberikan isyarat tentang fenomena iptek untuk membantu menjelaskan dan
mencocokkan terhadap ayat kauniyah.

12
DAFTAR PUSTAKA

Arnentis, A., & Suryawati, E. (2015). Analisis Pemahaman dan Penguatan Karakter
Mahasiswa melalui Integrasi Ayat-Ayat Qauliyah pada Materi Perkuliahan
Perkembangan Hewan. In Proceeding Biology Education Conference: Biology,
Science, Enviromental, and Learning, 12(1), 602-606.

Hayat, A. (2011). Pengembangan Konsep Konseling Islami (Konsep Konseling Berdasarkan


Ayat-Ayat Al-Qur’an). Ta'lim Muta'allim, 1(2).

Maskufa, M. (2013). Ilmu Falak: Relasi Harmonis Agama dan Sains. AKADEMIKA: Jurnal
Pemikiran Islam, 18(1), 29-48.

Muad’z, M.Ag et al. (2016). Islam & Ilmu Pengetahuan. Sidoarjo: Umsida Press.

Sanotsa, N.E. (2016). Islam dan Ilmu Pengetahuan. Sidoarjo.

13

Anda mungkin juga menyukai