Anda di halaman 1dari 20

MAKALAH

INTERRELASI AL QURAN DAN IPTEKS SERTA BUKTI


BUKTI ILMIAH KEBENARAN AL QURAN DALAM BIDANG
MANAJEMEN DAN AKUNTANSI
Sebagai Salah Satu Syarat Untuk Memenuhi Tugas Kelompok Mata Kuliah
Auditing I

Dosen Pengampu : SUJINO, M.Pd.

Disusun Oleh :

1. Aprilia Rahmawati NPM 18630059


2. Dewi Wulansari NPM 18630055
3. Sri Rahayu NPM 18630079
4. Putra Agung Pangestu NPM 18630022
5. Ahmad Arif Ramadhan NPM 18630005

UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH METRO

FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS

PROGRAM STUDI AKUNTANSI

2020/2021
KATA PENGANTAR
Puji syukur kehadirat Allah SWT atas rahmat dan karunia-Nya sehingga penulis
dapat menyelesaikan makalah AIK IV ini dengan tepat waktu. Dalam menulis
makalah ini, tidak sedikit masalah dan rintangan yang dihadapi oleh penulis, namun
berkat bantuan dari berbagai pihak yang telah berpartisipasi dalam pembuatan
makalah ini, sehingga penulis dapat menyelesaikan makalah ini walaupun dengan
banyak kekurangan. Terima kasih yang sebesar-besarnya penulis ucapkan kepada
Bapak SUJINO, M.Pd.I. selaku dosen pembimbing mata kuliah AIK IV yang telah
banyak membimbing penulis dalam pembuatan makalah ini. Terimah kasih yang
sebesar-besarnya juga kami ucapkan kepada berbagai pihak yang tidak bisa penulis
ucapkan satu-persatu. Akhir kata penulis sangat mengharapkan kritik dan saran dari
pembaca sebagai bahan perbaikan dalam menyusun makalah kedepannya, dan
semoga makalah ini dapat bermanfaat bagi pembaca.

Sukadana, 6 juni 2020

Penulis
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR............................................................................................

DAFTAR ISI.........................................................................................................

BAB I....................................................................................................................

1.1. Latar Belakang..........................................................................................


1.2. Rumusan Masalah....................................................................................
1.3. Tujuan Masalah........................................................................................
1.4. Manfaat ....................................................................................................

BAB II...................................................................................................................

2.1. Interrelasi Kebenaran Al-Qur’an Dan Iptek..............................................


2.2. Bukti – Bukti Ilmiah Kebenaran Al Quran Dalam Bidang Pengetahuan. .
2.3. Akuntansi Dalam Al Quran.......................................................................
2.4. Akuntansi Dalam Sejarah.........................................................................
2.5. Eksistensi Akuntansi Islam Menurut Para Pakar.....................................
2.6. Prinsip – Prinsip Akuntansi Islam.............................................................

BAB III..................................................................................................................
3.1. Kesimpulan...............................................................................................
3.2. Saran........................................................................................................

DAFTAR PUSTAKA............................................................................................
BAB I

PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang


Ilmu pengetahuan dan teknologi berkembang dengan pesat seiring
perkembangan zaman. Perkembangan ini membawa berbagai dampak bagi
kehidupan manusia. Islam sebagai agama rahmatan lil’alamin, sangat
memperhatikan pentingnya IPTEK serta upaya untuk terus
mengembangkannya. Ini terbukti Al-Qur’an dan Hadits sebagai dasar ajaran
Islam, tidak hanya mengatur urusan masalah ubudiyah saja, tetapi juga
memuat ayat-ayat yang berhubungan dengan ilmu pengetahuan dan
teknologi (IPTEK). Banyak ayat-ayat Al-Qur’an maupun Hadits yang
memberikan isyarat tentang ilmu pengetahuan seperti ilmu biologi, ekonomi,
sejarah, astronomi, dan masih banyak lagi. Akan tetapi masih banyak dari
kita yang belum mengetahui akan hal tersebut. Padahal jika isyarat-isyarat
IPTEK dapat kita suguhkan kepada umat manusia di era sains dan teknologi
seperti sekarang ini, bisa menjadi salah satu unsur pengukuh keimanan bagi
umat muslim dan menjadi sarana paling efektif dalam menggaet massa untuk
memeluk agama Allah yang dibawa oleh Nabi Muhammad SAW. Merujuk
pada persoalan di atas, pemakalah tertarik untuk mengkaji persoalan yang
berkaitan dengan ilmu pengetahuan dan teknologi serta korelasinya dengan
Al-Qur’an dan sunah. Maka dalam makalah ini akan membahas tentang
hubungan antara Al-Qur’an, sunnah dengan IPTEK.

1.2. Rumusan Masalah


a. Bagaimana pandangan Al-Qur’an dan Sunah terhadap ilmu pengetahuan
b. Bagaimana hubungan antara Al-Qur’an dengan IPTEK ?
c. Bagaimana hubungan antara Hadits dengan IPTEK ?
1.3. Tujuan masalah
a. Untuk mengetahui pandangan Al-Qur’an dan Sunnah terhadap ilmu
pengetahuan
b. Untuk mengetahui hubungan antara Al-Qur’an dengan IPTEK
c. Untuk mengetahui hubungan antara Hadits dengan IPTEK

1.4. Manfaat
Manfaat dari penulisan makalah ini antara lain:
a. Memberikan tambahan ilmu kepada penulis dan pembaca tentang Al-
Qur’an dan Assunnah Sebagai Sumber Ilmu
b. Dengan adanya makalah inidapat memperkuat kebenaran Al-Qur’an dan
Assunnah Sebagai Sumber Ilmu
BAB II

PEMBAHASAN

b.1. Interrelasi Kebenaran Al-Qur’an dan Iptek


Interrelasi berasal dari dua kata yaitu inter dan relasi. Inter adalah bentuk
terikat diantara dua sedangkan relasi adalah hubungan atau berhubungan.
Jadi interrelasi merupakan hubungan antara dua masalah yang saling terikat.
Dalam pembahasan ini berkenaan dengan “hubungan kebenaran Al-Qur’an
dan ipteks.
Al-Quran adalah kitab petunjuk, demikian hasil yangkita peroleh dari
mempelajari sejarah turunnya. Ini sesuai pula dengan PenegasanAl-Quran:
Petunjuk bagi manusia, keteranganmengenai petunjukserta pemisah antara
yang hak dan batil. (QS 2:185). Al-Quran demikian menghormati kedudukan
ilmu dengan Penghormatan yang tidak ditemukan bandingannya dalam
Kitab-kitab Suci yang lain sebagai bukti, Al-Quran menyifati masa Arab pra-
Islam dengan jahiliah (kebodohan). Di dalam Al-Quran terdapat beratus-ratus
ayat yang menyebut tentang ilmu dan pengetahuan.Di dalam sebagian besar
ayat itu disebutkan kemuliaan dan ketinggian derajat ilmu.
Dalam rangka mengingatkan tentang anugerah yang telah diberikan kepada
manusia, Allah berfirman:
"Allah mengajarkan kepada manusia apa yang tidak mereka ketahui." (QS
96:5)
"Allah meninggikan beberapa derajat orang-orang yang beriman dan
mempunyai ilmu." (QS 58:11)
"Apakah sama orang-orang yang mengetahui dan orang-orang yang tidak
mengetahui?" (QS 39:9)
Di samping itu masih banyak ayat lain yang menyatakan tentang kemuliaan
ilmu. Dan dalam hadis-hadis Rasulullah dan para Imam Ahlul Bait yang
kedudukannya mengiringi Al-Quran terdapat dalil-dalil yang tidak terhitung
banyaknya tentang anjuran untuk mencari ilmu, arti penting dan
kemuliaannya.Ayat-ayat Al-Qur'an merupakan petunjuk manusia tidak saja
untuk kehidupan akherat namun juga untuk kebaikan kehidupan di dunia.
Ilmu pengetahuan adalah salah satu sarana manusia untuk menuju
kehidupan di dunia lebih baik.Oleh sebab itu, dalam Al-qur'an pun tak luput
memberikan petunjuk tentang ilmu pengetahuan dan teknologi bagi
kehidupan manusia.
Membuka dan membaca mushaf Al-Qur'an, kita akan menemukan ratusan
ayat yang membicarakan tentang petunjuk untuk memperhatikan bagaimana
cara kerja Alam dunia ini. Tidak kurang dari 700 ayat dari 6000-an ayat Al-
Qur'an memberikan gambaran kepada manusia untuk memperhatikan alam
sekitarnya. Selain itu, biasanya ayat-ayat yang membahasnya diawali
maupun diakhiri dengan sindiran-sindiran seperti; "apakah kamu tidak
memperhatikan?", "Apakah kamu tidak berpikir?", "Apakah kamu tidak
mendengar?", "Apakah kamu tidak melihat?". Sering pula di akhiri dengan
kalimat seperti "Sebagai tanda-tanda bagi kaum yang berpikir", "Tidak
dipahami kecuali oleh Ulul Albaab".Demikianlah Mukjizat terakhir Rasul, yang
selalu mengingatkan manusia untuk mendengar, melihat, berpikir, merenung,
serta memperhatikan segala hal yang diciptakan Allah di dunia ini.
Berkat dorongan ayat-ayat tersebutlah, ulama-ulama pada abad ke 8-10
Masehi di Timur Tengah mampu mengembangkan ilmu-ilmu pengetahuan
yang berlandaskan pada riset (dengan cara mendengar, melihat,
memperhatikan, merenungkan, dan memikirkan) dan
mengimplementasikannya dalam bentuk alat-alat maupun metode yang
berguna bagi kehidupan manusia.
Membuka kembali lembaran sejarah masa kejayaan Islam, kita akan
mendapati begitu banyak sumbangsih umat Islam bagi dunia Ilmu
pengetahuan dan teknologi. Pada masa itu, dunia di luar Islam diselubungi
kegelapan Ilmu. Perdukunan, mantra dan jampi-jampi menjadi jalan untuk
pengobatan. Namun berbeda di dunia Islam, seorang Ibnu Sina telah
mengembangkan berbagai metode pembedahan manusia, dialah sang
bapak kedokteran modern.Karya monumentalnya, Alqanun fi At Tib (yang
diterjemahkan ke Eropa menjadi CANON), menjadi rujukan utama dunia
kedoktekan sampai abad ke 19.
Kita juga harus berterima kasih kepada Al-Khawarizmi, yang telah
mengembangkan metode Al-goritma. Kenapa disebut Al-goritma? Al-goritma
merupakan aksen eropa dari nama al-khawrizmi. Seperti ilmuwan lainnya,
Ibnu Sina menjadi Avecina, Ibnu Rusyd menjadi Averoes. Dan masih
banyak lagi penemuan-penemuan di dunia Islam pada masa itu seperti,
metode fotografi paling awal yang disebut ruang gelap, jam air, piston.
Namun alangkah ruginya, umat Islam saat ini yang kurang sekali
mengapresiasi kandungan Al-Qur’an, akibat banyaknya muslim yang tidak
paham bahasa Al-Qur’an (Bahasa Arab), meskipun hanya sebatas
pemahaman tingkat dasar. Akibat tidak paham bahasa Al-Qur’an, membaca
Al-Qur’an hanya sebatas ritual saja (meskipun begitu dasyatnya Al-Qur’an,
sehingga orang yang tidak paham maksudnya pun dapat menjadi tenang
hatinya). Bahkan banyak generasi muda yang enggan untuk sekedar
menyentuhnya, apalagi untuk membacanya. Hal ini tidak lain disebabkan
oleh minimnya pengetahuan generasi muda Islam tehadap bahasa Al-
Qur’an.
Membahas hubungan antara Al Qur’an dan ilmu pengetahuan bukan dinilai
dari banyak atau tidaknya cabang-cabang ilmu pengetahuan yang
dikandungnya, tetapi yang lebih utama adalah melihat : adakah Al qur’an
atau jiwa ayat-ayatnya menghalangi ilmu pengetahuan atau mendorongnya,
karena kemajuan ilmu pengetahuan tidak hanya diukur melalui sumbangan
yang di berikan kepada masyarakat atau kumpulan ide dan metode yang
dikembangkannya, tetapi juga pada sekumpulan syarat-syarat psikologis dan
social yang diwujudkan, sehingga mempunyai pengaruh (positif atau
negative) terhadap kemajuan ilmu pengetahuan.
Sejarah membuktikan bahwa Galileo ketika mengungkapkan penemuan
ilmiahnya tidak mendapat tantangan dari satu lembaga ilmiah, kecuali dari
masyarakat dimana ia hidup. Mereka memberikan tantangan kepadanya atas
dasar kepercayaan agama. Akibatnya, Galileo pada akhirnya menjadi korban
penemuannya sendiri.
Dalam Al qur’an ditemukan kata-kata “ilmu” dalam berbagai bentuknyayang
terulang sebanyak 854 kali. Disamping itu, banyak pula ayat-ayat Al qur’an
yang menganjurkan untuk menggunakan akal pikiran, penalaran, dan
sebagainya, sebagaimana dikemukakan oleh ayat-ayat yang menjelaskan
hambatan kemajuan ilmu pengetahuan, antara lain :
1. Subjektivitas
a. suka dan tidak suka (baca antara lain, QS 43:78 ; 7:79)
b. taqlid atau mengikuti tanpa alasan (baca antara lain, QS 33:67 ;
2:170).
2. Angan-angan dan dugaan yang tak beralasan (baca antara lain, QS
10:36).
3. Bergegas-gegas dalam mengambil keputusan atau kesimpulan (baca
antara lain QS 21:37).
4. Sikap angkuh (enggan untuk mencari atau menerima kebenaran) (baca
antara lain QS 7:146).

Di samping itu, terdapat tuntutan tuntutan antara lain :

1. Jangan bersikap terhadap sesuatu tanpa dasar pengetahuan (QS 17:36),


dalam arti tidak menetapkan sesuatu kecuali benar-benar telah
mengetahui dulu persoalan (baca antara lain QS 36:17), atau
menolaknya sebelum ada pengetahuan (baca antara lain, QS 10:39).
2. Jangan menilai sesuatu karena factor ekstern apa pun walaupun dalam
dalam pribadi tokoh yang paling diagungkan. Ayat- ayat semacam inilah
yang mewujudkan iklim ilmu pengetahuan dan yang telah melahirkan
pemikir-pemikir dan ilmuwan-ilmuwan Islam dalam berbagai disiplin ilmu.
“tiada yang lebih baik dituntun dari suatu kitab akidah (agama)
menyangkut bidang ilmu kecuali anjuran untuk berpikir, serta tidak
menetapkan suatu ketetapan yang menghalangi umatnya untuk
menggunakan akalnya atau membatasinya menambah pengetahuan
selama dan dimana saja ia kehendaki. Dan inilah korelasi pertama dan
utama antara Al qur’an dan ilmu pengetahuan. Sedangkan Korelasi
kedua dapat ditemukan pada isyarat-isyarat ilmiah yang tersebar dalam
sekian banyak ayat Al qur’an yang berbicara tentang alam raya dan
fenomenanya. Isyarat-isyarat tersebut sebagian nya telah diketahui oleh
masyarakat arab ketika itu. Namun apa yang mereka ketahui itu masih
sangat terbatas dalam perinciannya.
b.2. Bukti-bukti Ilmiah kebenaran Al-Qur’an dalam  Bidang
Pengetahuan
Seperti yang telah dikemukakan bahwa salah satu pembuktian tentang
kebenaran Al qur’an adalah ilmu pengetahuan dari berbagai disiplin yang
diisyaratkan. Memeng terbukti, bawa sekian banyak ayat-ayat Al qur’an yang
berbicara tentang hakikat ilmiah yang tidak dikenal pada masa turunnya,
namu terbukti kebenarannya di tengah-tengah perkembangan ilmu, seperti :
1. Teori tentang expanding universe (kosmos yang mengembang) (QS
51:47).
2. Matahari adalah planet yang bercahaya sedangkan bulan adalah
pantulan dari cahaya matahari (QS 10:5).
3. Pergerakan bumi mengelilingi matahari, gerakan lapisa-lapisan yang
berasal dari perut bumi, serta bergeraknya gunung sama dengan
pergerakan awan (QS 27:88).
4. Zat hijau daun (klorofil) yang berperanan dalam mengubah tenaga radiasi
matahari menjadi tenaga kimia melalui proses foto sintesis sehingga
menghasilkan energy (QS 36:80).bahkan, istilah Al qur’an, al syajar al
akhdhar (pohon yang hijau) justru lebih tepat dari istilah klorofil (hijau
daun), karena zat-zat tersebut bukan hanya terdapat dalam daun saja
tapi di semua bagian pohon, dahan dan ranting yang warnanya hijau.
5. Bahwa manusia diciptakan dari sebagian kecil sperma pria dan yang
setelah fertilisasi (pembuahan) berdempet di dinding rahim (QS 86:6 dan
7; 96:2).
6. Salah satu contoh dari beberapa bukti diatas misalnya awan. Para
ilmuwan telah mempelajari tentang tipe-tipe awan dan meyakini bahwa
awan hujan terbentuk dari sistem tertentu dan berikatan dengan tipe-dpe
angin dan awan tertentu.Salah satu jenis awan hujan adalah awan
cumulonimbus bercampur dengan hujan angin ribut disertai petir dan
gemuruh.Para ahli meteorologi telah mempelajari bagaimana awan
cumulonimbus terbentuk dan bagaimana awan itu menghasilkan hujan,
hujan es, dan halilintar/kilat. Para ahli meteorologi juga menemukan
langkah-langkah yang dilewati awan cumulonimbus dalam
menghasilkanHujan Sebagai berikut:
1. Awan
Didorong Angin awan cumulonimbus mulai terbentuk ketika angin
mendorong sebagian kecil awan cumulus ke sebuah area di mana
awan-awan ini berkumpul.
2. Penggabungan
Awan Kecil bergabung, bersama membentuk awan besar.
3. Penumpukan
Ketika awan-awan kecil bergabung, udara yang bergerak ke atas di
dalam awan yang besar meningkat. Udara yang bergerak ke atas
dekat dengan pusat awan lebih kuat dibanding dengan yang dekat
dengan tepi. Udara yang bergerak ke atas ini menyebabkan badan
awan tumbuh secara vertikal, sehingga awan menunggu di udara.
Pertumbuhan vertikal ini menyebabkan badan awan menjadi bagian
yang lebih dingin di atmosfer di mana tetesan air dan hujan es
merumuskan dan mulai berkembang melebar.Ketika tetesan air dan
hujan es ini menjadi sangat ringan sehingga udara yang bergerak ke
atas menyokong mereka, dengan demikian mereka mulai turun dari
awan menjadi hujan, hujan es, dan lain-lain. Allah berfirman di dalam
Al-Qur’an.
"Tidaklah kamu melihat bahwa Allah mengarak awan, kemudian
mengumpulkan antara (bagian-bagian)nya, kemudian menjadikannya
bertindih-tindih, maka kelihatanlah olehmu hujan keluar dari celah-
celahnya " (QS an Nur : 43). Akhir-akhir ini, ahli meteorologi
mengetahui pembentukan, struktur, dan fungsi awan secara detail
dengan menggunakan peralatan canggih seperti pesawat, satelit,
komputer, balon, dan mempelajari angin dan petunjuknya untuk
ukuran kelembaban dan variasinya dan untuk menentukan tingkatan
dan variasi tekanan atmosfir. Ayat yang terdahulu setelah
menyebutkan awan dan hujan, belum bicara tentang hujan es
dan hlilintar.
".... dan Allah (juga) menurunkan (butiran-butiran) es dari langit (yaitu)
dari (gumpalangumpalan awan seperti) gunung-gunung maka
ditimpakan-Nya (butiran-butiran) es itu kepada siapa saja yang
dikehendaki-Nya dan dipalingkan-Nya dari siapa yang dikehendaki-
Nya. Kilauan kilat awan itu hampir-hampir menghilangkan
penglihatan." (QS an-Nur: 43)
Para ahli meteorologi telah menemukan awan cumulonimbus ini,
hujan es, mencapai ketinggian 25.000 sampai 30.000 kaki (4,7
sampai 5,7 mil) seperti gunung, sebagaimana telah tersebut di
dalamal-Quran
". . . dan Allah (juga) menurunkan (butiranbutiran) es dari langit. . .. "
(QS an-Nur:43) Ayat ini mungkin menimbulkan sebuah pertanyaan
mengapa ayat ini menyebutkan "....halilintarnya' dalam referensi
hujan es?Apakah hal ini berarti hujan es adalah faktor mayoritas
dalam menghasilkan halilintar?Mari kita lihat buku yang berjudul
"Meteorology Today" juga menyebutkan tentang hal ini. Buku itu
menyebutkan bahwa awan mengelektrifikasikan hujan es melalui
bagian tetesan awan yang paling dingin dan kristal es. Sebagai
tetesan cair yang bertabrakan dengan hujan es, mereka membeku
yang berhubungan dan melepaskan panas yang terpendam.Dia
menjaga permukaan hujan es lebih hangat daripada
sekelilingKristal es. Ketika hujan es berhubungan dengan kristal es,
maka terjadilah fenomena yang penting. Aliran elektron dari objek
yang lebih dingin menuju objek yang lebih panas. Oleh karena itu,
hujan es menjadi beraliran negatif Efek yang sama terjadi ketika
tetesan yang paling dingin berhubungan dengan sebongkah hujan es
dan pecahan es kecil yang beraliran positif Geretan partikel beraliran
positif ini kemudian dibawa ke bagian atas awan oleh udara yang
bergerak ke atas. Hujan es yang beraliran negatif turun ke dasar
awan, dengan demikian bagian awan yang paling rendah beraliran
negatif.Aliran negatif ini kemudian turun ke tanah menjadi
halilintar.Kami menyimpulkan bahwa hujan es ini karena faktor hasil
dari halilintar. Informasi tentang halilintar akhir-akhir ini
ditemukan.Sampai tahun 1600 Masehi, ide Aristoteles tentang
meteorologi sangat dominan.Sebagai contoh, dia menyatakan bahwa
atmosfir berisi dua jenis pernafasan keluar, basah dan kering. Dia
juga mengatakan bahwa guntur adalah suara tumbukan dari
pernafasan keluar yang kering dengan sekitar awan dan halilintar
adalah peradangan dan terbakarnya pernafasan keluar yang kering
dengan api yang kecil dan redup. Inilah beberapa ide tentang
meteorologi yang dominan pada saat al-Quran turun pada 14 abad
yang lalu.

b.3. Akuntansi Dalam Al Quran


Surat Al-Baqarah (sapi) ayat 282 :
“Hai orang-orang yang beriman, apabila kamu bermualmalah tidak secara
tunai untuk waktu yang ditentukan, hendaklah seorang penulis di antara
kamu menuliskannya dengan benar. Dan janganlah penulis enggan
menuliskannya sebagaimana Allah telah mengajarkannya, maka hendaklah
ia menulis, dan hendaklah ia orang yang berhutang itu mengimlakkan apa
yang ditulisnya itu, dan hendaklah ia bertakwa kepada Allah Tuhannya, dan
janganlah ia mengurangi sedikitpun daripada utangnya. Jika yang berutang
itu orang yang lemah akal atau lemah keadaannya atau dia sendiri tidak
mampu mengimlakkan, maka hendaklah wakilnya mengmlakkan dengan
jujur dan persaksikanlah dengan dua orang saksi dari orang laki-laki diantara
kamu. Jika tidak ada dua orang laki-laki maka bolehlah seorang laki-laki dan
dua orang perempuan dari saksi yang kamu ridhoi, supaya jika seorang lupa
seorang lagi  mengingatnya”.
Tekanan Islam dalam kewajiban melakukan pencatatan:
1. Menjadi bukti dilakukannya transaksi (muamalah) yang menjadi dasar
nantinya dalam menyelesaikan persoalan selanjutnya.
2. Menjaga agar tidak terjadi manipulasi atau penipuan, baik dalam
transaksi maupun dari transaksi itu (laba)
Berlaku adil dan jujur:

1. Surat Al-Hadiid ayat 24


2. Surat Annisa’ ayat 135
3. Surat Almaidah ayat 8
4. Surat Asy Syuraa’ ayat 182-183
5. Surat Annisa’ ayat 29

Ayat lain yang relevan dengan Akuntansi, membahas:

1. Menunaikan Amanah
2. Jangan memakan harta secara bathil dan mencintai secara berlebihan
3. Konsep Pembelanjaan (Spending)
4. Kewajiban menegakkan kebenaran dan keadilan
5. Konsep harta dalam Al qur’an

Beberapa kewajiban atau praktek dalam kehidupan umat Islam yang


memerlukan ilmu akuntansi :

1. Akuntansi Zakat
2. Akuntansi Pemerintahan (Baitul Mal)
3. Akuntansi Warisan
4. Akuntansi Amal
5. Akuntansi Efisiensi
6. Akuntansi Pertanggungjawaban atau Amanah
7. Akuntansi Kesaksian
8. Akuntansi Syarikat (Partnership)

Akuntansi Ilahiyah

Allah adalah Maha Akuntan, karena dia Maha Cepat (Hasib)


perhitungannya, mencatat semua kejadian, dari yang besar sampai yang
kecil.

1. “Allah sangat cepat perhitungannya” (Al Baqarah ayat 202)


2. “Sesungguhnya Allah selalu membuat perhitungan atas tiap tiap
sesuatu.” (Annisa’ : 86)

Akuntansi Amal

1. Malaikat Rakib menghasilkan buku atau neraca “sijjin” (Laporan Amal


Baik)
2. Malaikat Atid menghasilkan buku atau neraca “Illyin” (Laporan Amal
Buruk)
2.4. Akuntansi dalam Sejarah Islam
1. Muhasib
Akuntansi dalam bahasa Arab disebut “Muhasabah” yang artinya
akuntansi, akar katanya H.S.B. yaitu :
a. Selesaikan tanggungjawab
b. Agar netral, independen tidak memihak, objektif.
c. Menjaga atau mencoba mendapatka, atau
d. Mengharapkan pahala di akhirat, dengan menambahnya dalam kita
seseorang oleh Tuhan
e. Menjadi perhatian
f. Mempertanggungjawabkannya
g. Bisa juga dikaitkan dengan pencatatan perbuatan seseorang secara
terus menerus sampai pada pengadilan akhirat melalui mizan
(neraca)
h. Yahsaba berarti menghitung, mengukur. To compute to measure
2. Muhtasib
Adalah orang yang bertanggungjawab atas lembaga Al Hisba, tugasnya:
a. Memastikan masyarakat mendapatkan hak atas timbangan yang
benar.
b. Mencek kemungkinan adanya kecurangan bisnis dalam berbagai
bentuk termasuk memberikan informasi yang salah.
c. Memeriksa kontrak perjanjian yang tidak benar, praktek judi, riba.
d. Menjaga terlaksananya pasar bebas termasuk melindungi konsumen
dari kerugian yang timbul akibat ketidaktahuan pasar.
e. Mencegah barang tidak ditimbun untuk mendapatkan keuntungan
Kewajiban muhtasib:

a. Pelaksanaan hak Allah termasuk kegiatan ibadah: semua jenis shalat,


pemeliharaan masjid
b. Pelaksanaan hak-hak masyarakat: perilaku di pasar, kebenaran
timbangan, kejujuran bisnis
c. Pelaksanaan yang berkaitan dengan keduanya: menjaga kebersihan
jalan, lampu jalan, bangunan yang menggangu masyarakat dan
sebagainya.

2.5. Eksistensi Akuntansi Islam Menurut Para Pakar


Vernon Kam(1990) dalam bukunya Accounting Theory, menyatakan:
“Menurut sejarahnya, kita mengetahui bahwa sistem pembukuan double
entry muncul di Italia pada abad ke-13. Itulah catatan yang paling tua yang
kita miliki mengenai sistem akuntansi “double entry” sejak lahir abad ke-13
itu, namun adalah mungkin sistem double entry sudah ada sebelumnya”. Hal
ini didukung oleh :
a. Muhammad Khir
b. DR. Ali Shawki Ismail Shaehata
c. Hendrik sen
d. Robert Arnold Russel
e. W. Montgemory Watt
f. Zakat dan Baitul Maal
g. Profesi Akuntan Publik Selaku Saksi

2.6. Prinsip – Prinsip Akuntansi Islam


Untuk merumuskan teori, prinsip akuntansi Islam maka langkah yang harus
diikuti adalah :
1. Memahami teori akuntansi Kapitalis
2. Memahami beberapa pendapat normatif dari para ahli atau lembaga
tentang teori akuntansi Islam
3. Menguasai syariah, konsep, filosofi dan prinsip prinsip kehidupan Islam
4. Rekontruksi teori akuntansi kapitalis menjadi teori akuntansi Islam
dengan cara :
a. Memakai konsep atau teori yang tidak bertentangan dengan syariah
Islam
b. Membuang, menolak dan menghilangkan konsep atau norma yang
bertentangan dengan norma Islam
c. Menganalisa dan meredifinisikan konsep-konsep yang dikategorikan
masih kabur antara teori akuntansi kapitalis atau teori akuntansi Islam
d. Merumuskan konsep baru yang di”insert” ke dalam teori Akuntansi
Islam jika belum ada
5. Menguji konsep akuntansi Islam hasil rekonstruksi dengan cara: diskusi,
seminar, konferensi, symposium, public Hearing, delphi system
menggunakan tenaga-tenaga ahli dibidangnya untuk mengomentari
6. Menguji Teori Akuntansi Syariah itu melalui Empirical Research
BAB III

PENUTUP

3.1. Kesimpulan
Al Qur’an sebagai kitab suci ummat Islam, seringkali diragukan dalam hal
keterkaitannya dengan ilmu pengetahuan. Hal ini tentulah menjadi suatu
tantangan tersendiri bagi ummat islam untuk menelaah lebih jauh kandungan
dan isi dari kitabnya tersebut. Sebenarnya, bila kita telaah ayat per ayat
dalam Al Qur’an, keraguan akan keabsahan dan kualitas materi kitab ini bisa
terjawab dengan mudah. Maka, hanya orang-orang yang mengamati dan
memperhatikan Al Qur’an dengan cermatlah, yang akan mendapatkan tanda-
tanda kebesaran Allah SWT dan kebenaran Al Qur’an pada setiap penemuan
ilmiah yang diperoleh oleh manusia. Al Qur’an menganjurkan manusia untuk
mencari ilmu pengetahuan yang terdapat di langit dan bumi. Namun tentulah
hal tiu jangan sampai menyimpang dari apa yang telah digariskan dan
dibatasi oleh Allah SWT sebagaimana tetera dalam Al Qur’an. Beberapa
bukti autentik dari penelitian-penelitian ilmiah tentang alam yang telah
dilakukan sampai saat ini, setidaknya telah menjadi bukti bahwa kandungan
Al Qur’an tentang ilmu dan fenomenanya sangatlah benar apa
adanya. Maka, sebaiknya mulai saat ini seluruh umat islam dan seluruh
kamu ilmuan sadar, bahwa kandungan Al Quran tentang ilmu pengetahuan
tidak dapat diragukan lagi. Damn tentulah hal ini ditujukan pada, penguatan
akan adanya pencipta Al Qur’an itu sendiri, yang tiada lain adalah Allah
SWT.
3.2. Saran
Makalah “Intererrelasi dan Bukti Kebenaran Al-Qur’an dan Ipteks ”.
Meskipun penulisan ini jauh dari sempurna minimal kita dapat mengambil
manfaat dan ilmu dari tulisan ini. Masih banyak kesalahan dari penulisan
yang saya tuliskan, karena saya hanyalah manusia yang adalah tempat
salah dan dosa, dan saya juga butuh saran/ kritikan agar bisa menjadi
motivasi untuk masa depan yang lebih baik daripada masa sebelumnya.
Dengan selesainya makalah ini kami berharap dapat mendekatkan
diri  kepada sang Khalik sebagai rasa syukur kita terhadap belas kasihnya
yang telah mengutus orang pilihan-Nya kepada kita, dan tak lupa kami
sebagai manusia yang tak luput dari salah tentunya meminta maaf atas
ketidaksempurnaan penyusunan makalah ini karena kami sadar kita masih
dalam tahap belajar.
DAFTAR PUSTAKA
Al Qur’anul Karim

Arifin, M, H, 1993, Filsafat Pendidikan Islam, Jakarta : Bumi Aksara

Deedat, Ahmad, 2003, Al Qur’an Mu’jizat Yang Tak Tertandingi, Jakarta : Pustaka

Achmad Baiquni, Al-Qur’an dan Ilmu Pengetahuan Kealaman, PT. Dana Bakhti
Prima Yasa, Yogyakarta, 1997. h. 17.

H.G. Sarwar, Filsafat Al-Qur’an, PT. Raja Grafindo Persada, Jakarta, 1994. h. 125.

DEPAG, Sains Menurut Perespektif Al-qur’an, PT. Dwi Rama, 2000. h. 3

Anda mungkin juga menyukai