Anda di halaman 1dari 20

MAKALAH

Dakwah Bil Hal Melalui


Pengembangan & Penerapan Ilmu
Dibuat sebagai syarat memenuhi tugas mata kuliah AIK IV

Dosen Pengampu : Sujino

Disusun Oleh :

Vesya Adella Prasetya Ningsih 19630025

Nurul Afifah 19630027

Alfira Damayanti 19630029

Alya Qonita 19630030

UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH

METROFAKULTAS EKONOMI & BISNIS

PROGRAM STUDI AKUNTANSI A

2021
KATAPENGANTAR

Puji syukur kehadirat Allah SWT yang telah memberikan rahmat dan
hidayah-Nya sehingga kami dapat menyelesaikan tugas makalah tentang “Dakwah
Bil Hal Melalui Pengembangan dan Penerapan Ilmu“ dengan tepat waktu.

Adapun tujuan dari pembuatan makalah ini untuk memenuhi tugas


dalamperkuliahan mata kuliah AIK IV, Dosen Pengampu Bapak Sujino dan juga
makalah ini bertujuan untuk menambah wawasandanpengetahuan bagi
parapembacadan penulis.

Kami mengucapkan terimakasih kepada Dosen Pengampu Bapak Sujino


selaku dosen bidang studiAIK IV dan kepada semua pihak yang telah membantu
kami sehingga kami dapat menyelesaikan makalah ini.

Makalah yang kami tulis ini masih jauh dari kata sempurna, masih banyak
kekurangannya. Oleh karena itu, kritik dan saran sangat kami nantikan demi
kesempurnaan makalah ini.

Metro, 04 Mei 2021

Penulis

ii
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ........................................................................... ii

DAFTAR ISI .......................................................................................... iii

BAB I PENDAHULUAN ...................................................................... 1

A. LATAR BELAKANG MASALAH ...................................... 1


B. RUMUSAN MASALAH ...................................................... 2
C. TUJUAN ............................................................................... 2

BAB II PEMBAHASAN ....................................................................... 3

A. PENGERTIAN DAKWAH BIL HAL ........................................ 3


B. KONSEP DAKWAH BIL HAL ................................................. 4
C. TANTANGAN DAKWAH BIL HAL ........................................ 6
D. PENERAPAN ILMU DALAM DAKWAH BIL HAL .............. 7
E. PENGEMBANGAN DAKWAH BIL HAL ............................... 9
F. KEUNGGULAN DAN KEKURANGAN
DAKWAH BILHAL ................................................................... 10
G. STRATEGI DAKWAH BIL HAL ............................................. 10
BAB III PENUTUP ............................................................................... 13

A.KESIMPULAN ............................................................................. 13

B. SARAN ........................................................................................ 13

LAMPIRAN ........................................................................................... 14

EVALUASI DAN PERTANYAAN ...................................................... 16

DAFTAR PUSTAKA ............................................................................ 17

iii
BAB I

PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG MASALAH

Dakwah merupakan usaha atau perjuangan untuk menyampaikan


ajaran agama yang benar kepada umat manusia dengan cara yang
simpatik, adil, jujur, tabah dan terbuka serta menghidupkan jiwa mereka
dengan janji-janji Allah Swt, tentang kehidupan yang
membahagiakan,serta menggetarkan hati mereka dari ancaman-ancaman
Allah Swt, terhadap semua perbuatan tercela, melalui nasehat-nasehat
dan peringatan-peringatan (Pimay, 2006: 7). Dakwah sendiri merupakan
proses penyampaian pesan oleh seorang komunikator kepada seorang
komunikan, sehingga berlangsung hubungan komunikasi antara
komunikator (sender) dan komunikan (receiver) bersifat informatif.
Kemampuan manajerial sangat penting dalam pelaksanaan dakwah,
terlebih bagi seorang juru dakwah. Kemampuan merencanakan
(planning), mengorganisasikan (organizing), mengarahkan (directing),
dan pengendalian (controlling), sangat menunjang berhasil dan tidaknya
pelaksanaan dakwah. Penyampaian dakwah yang monoton akan
membuat jenuh masyarakat sebagai sasaran dakwah dan menganggap
bahwa kegiatan dakwah hanya begitu-begitu saja. Oleh karena itu,
aktivitas dakwah harus melahirkan inovasi dan formulasi-formulasi baru
yang sesuai dengan apa yang dibutuhkan masyarakat. Di era globalisai
ini perkembangan zaman bertumbuh semakin cepat setiap harinya hal
ini menuntut perubahan dalam penyebaran dakwah. Membuat para kyai
melakukan transformasi dalam menyampaikan dakwahnya sehingga
tetap menarik dan ilmu yang disampaikan tetap terbawa didalamnya.
Salah satu metode yang digunakan ialah dakwah bil hal. Dakwah bil hal
yakni kegiatan dakwah yang mengutamakan kemampuan kreativitas

1
perilaku da'i secara luas atau yang dikenal dengan ation approach atau
perbuatan nyata. Seperti menyantuni fakir miskin, menciptakan
lapangan pekerjaan, memberikan keterampilan dan sebagainya. Melalui
pengembangan dan penerapan ilmu yang dilakukan dalam penyampaian
dakwah bil hal diharapkan mampu mengimbangi perkembangan zaman
sehingga dakwah tetap menarik perhatian dan tidak ketinggalan zaman
dalam metode penyampaiannya dengan tetap menjaga nilai yang
terkandung didalamnya.

B. RUMUSAN MASALAH
a. Apa pengertian dakwah bil hal?
b. Konsep apa yang digunakan dalam dakwah bil hal?
c. Bagaimana penerapan ilmu yang digunakan dalam dakwah
bil hal?
d. Apa tantang dalam melakukan dakwah bil hal?
e. Bagaimana pengembangan dakwah bil hal ?
f. Sebutkan manfaat adanya pengembangan dan penerapan
ilmu dalam dakwah bil hal?
g. Bagaimana strategi dakwah bil hal?

C. TUJUAN

Tujuan dibuatnya makalah mengenai “Dakwah Bil Hal melalui


Pengembangan dan Penerapan Ilmu” yakni untuk menambah
wawasan bagi penulis dan untuk memenuhi tugas mata kuliah AIK
IV.

2
BAB II
PEMBAHASAN

1. Pengertian Dakwah Bil Hal


Dakwah adalah kegiatan yang bersifat menyeru, mengajak dan
memanggil orang untuk beriman dan taat kepada allah SWT. Kata
“Da’wah” berarti: panggilan, seruan atau ajakan. Bentuk perkataan
tersebut dalam bahasa Arab disebut mashdar. Sedangkan bentuk kata kerja
(fi’il) adalah yang berarti: memanggil, menyeru atau mengajak (Da’a,
Yad’u, Da’watan). Orang yang berdakwah biasa disebut dengan Da’i. Dan
orang yang menerima dakwah atau orang yang didakwahi disebut dengan
Mad’u. Warson Munawwir, menyebutkan bahwa dakwah artinya adalah
memanggil (to call), mengundang (to invite), mengajak (to summon),
menyeru (to propose), makna mendorong (to urge) dan memohon (to
pray). Sedangkan menurut Ibnu Taimiyah dakwah merupakan suatu proses
usaha untuk mengajak agar orang beriman kepada Allah, percaya dan
mentaati apa yang telah diberitakan oleh Rasul serta mengajak agar dalam
menyembah kepada Allah seakan-akan melihat-Nya.
Dakwah bil-hal sebenarnya bukanlah merupakan istilah baru
dalam dunia dakwah, karena sumber peristilahan tersebut bermula dari al-
Qur'an maupun hadits dan juga sirah Nabi. Dari sumber-sumber tersebut
kemudian muncul penerjemahan baik dalam tataran normatif maupun
empirik. Ada beberapa pengertian tentang dakwah bil-hal. Secara harfiah
dakwah bil-hal berarti menyampaikan ajaran Islam dengan amaliah nyata
(Mas’udi 1987, 2) dan bukan tandingan dakwah bil-lisan tetapi saling
melengkapi antara keduanya.
Sehingga yang dimaksud dengan dakwah bil hal adalah dakwah
yang diberikan oleh seseorang melalui amal perbuatan yang nyata.
Dakwah bi al-hal merupakan kegiatan-kegiatan dakwah yang diarahkan

3
untuk meningkatkan kesejahteraan dan kebahagiaan hidup umat Muslim,
baik rohani maupun jasmani.
Berpijak dari pengertian di atas dapat dikatakan bahwa dakwah bil-
hal mempunyai prospek, peran dan kedudukan penting dalam dakwah.
Dakwah bil-hal bukan bermaksud mengganti maupun menjadi
perpanjangan dari dakwah bil-lisan, keduanya mempunyai peran penting
dalam proses penyampaian ajaran Islam, hanya saja tetap dijaga isi
dakwah yang disampaikan secara lisan itu harus seimbang dengan
perbuatan nyata da'i (Wirosarjono 1987, 5). Dalam hal ini peran da'i akan
menjadi sangat penting, sebab da'i yang menyampaikan pesan dakwah
kepada umat (jama'ah) akan disorot oleh umat sebagai panutan.

2. Konsep Dakwah Bil Hal


Konsep dakwah bil-hal bersumber pada ajaran islam,dimana akar
normatif konsep dakwah bil-hal cukup kuat tergambar dalam al-Qur'an dan
Hadits yang harus diinterpretasikan dalam pemikiran-pemikiran yang
dapat dipahami secara akademis keilmuan dan praktis empiris.
Sebagaimana yang dicontohkan secara langsung oleh rosulluloh saw, serta
para sahabat beliau dan umat islamlah yang menjadi pelopor bagi
pelaksanaan dakwah ini.Pelaksanaan dakwah bil hal selalu dimulai dari
diri sendiri (da’i) sebelum mengajak orang lain, yang dibalut dengan
akhlak yang sangat terpuji, antara kata dan perbuatan seirama, se-kata dan
didasari dengan sikap yang ikhlas dalam melakukan semua itu hanya
karena mengharap ridha dari Allah SWT. Oleh karena itu diperlukan da’i
yang memiliki profil yang memiliki komitmen tauhid, istiqamah dan jujur,
memiliki visi yang jelas, memiliki wawasan keislaman. Walaupun banyak
tantangan yang menghadang tetapi juga sangat besar peluang dan
prospeknya.
Ada empat hal penting yang harus diorganisir oleh da’i dalam
memfilter trend masyarakat global yang negatif, (Madjid 2000, 79) seiring
dengan perkembangan dan trend masyarakat dunia serta masalah manusia

4
yang semakin kompleks, yaitu;
➢ Perlu adanya konsep dan strategi dakwah yang tepat untuk
membentuk ketahanan diri dan keluarga melalui
pengefektifan fungsi nilai-nilai agama, karena dengan dasar
agama yang kuat dapat dijadikan filter pertama dan utama
untuk menghadapi berbagai trend budaya yang tidak sesuai
dengan nilai-nilai Islam.
➢ Mempertahankan nilai-nilai budaya luhur yang dapat
melestarikan tradisi positif yang pada dasarnya tidak
bertentangan dengan paham dan ajaran agama (Islam) yang
menanamkan nilai-nilai baik dan suci.
➢ Perlu dukungan dan keikutsertakan semua lapisan
masyarakat untuk menciptakan dan memiliki
komitmen yang sama dalam melihat seberapa bergunanya
nilai-nilai baru itu untuk sebuah komunitas dan kemajuan
masyarakat.
➢ Kesiapan dan kematangan intelektual serta emosional setiap
penerima message baru, apakah hal tersebut memang akan
mendatangkan manfaat plus bagi diri dan lingkungannya.
➢ Lebih maju. Semua elemen masyarakat bangsa ini sudah
saatnya berintrospeksi diri untuk bisa menjadi teladan
dalam berdakwah agar kata dan kebijakannya didengar dan
dilaksanakan oleh orang yang menjadi mitra bicaranya.
➢ Walaupun pada realita dilapangan, justru para misionaris
yang mempraktekannya, sedangkan dakwah islam masih
terjebak pada nilai-nilai normalistik yang kaku. Keadaan
inilah yang sering terjadinya perpindahan agama,
khususnya bagi mereka yang bertempat tinggal di pelosok-
pelosok desa, yang kondisi ekonomi cukup memprihatinkan
dan jarang sekali ada para pendakwah. Akan tetapi
kenyataan di lapangan telah membuktikan betapa

5
evektifnya dakwah bil hal itu,dan tanpa mengabaikan
peranan dakwah bil lisan, maka seharusnya menjadi
prioritas utama para da’i.
3. Tantangan Dakwah Bil Hal
Ketika masyarakat memasuki era globalisasi dengan dukungan
ilmu pengetahuan dan teknologi, tantangan dakwah yang dihadapi
semakin rumit. Tantangan tersebut tidak mengenal ruang, batas, waktu
dan lapisan masyarakat, melainkan ke seluruh sektor kehidupan dan
hajat hidup manusia, termasuk agama. Artinya, kehidupan kegamaan
umat manusia tidak terkecuali Islam di mana pun ia berada akan
menghadapi tantangan yang sama. Soejatmoko menandaskan bahwa
agama pun kini sedang diuji dan ditantang oleh zaman.
Meskipun diakui bahwa di satu sisi kemajuan ilmu pengetahuan
dan teknologi menciptakan fasilitas yang memberi peluang bagi
pengembangan dakwah, namun antara tantangan dan peluang dakwah
dewasa ini, agaknya tidak berimbang. Tantangan dakwah yang amat
kompleks dewasa ini dapat dilihat dari minimal dari tiga perspektif,
yaitu pertama, perspektif prilaku (behaviouristic perspective). Salah
satu tujuan dakwah adalah terjadinya perubahan prilaku (behaviour
change) pada masyarakat yang menjadi obyek dakwah kepada situasi
yang lebih baik. Tampaknya, sikap dan prilaku (behaviour) masyarakat
dewasa ini hampir dapat dipastikan lebih banyak dipengaruhi oleh
keadaan sekitarnya.
Kedua, tantangan dakwah dalam perspektif transmisi
(transmissional perspective). Dakwah dapat diartikan sebagai proses
penyampaian atau transmisi ajaran agama Islam dari da’i sebagai
sumber kepada mad’u sebagai penerima. Ketika ajaran agama
ditrasmisikan kepada masyarakat yang menjadi obyek, maka peranan
media sangat menentukan. Ziauddin Sardar mengemukakan bahwa
abad informasi ternyata telah menghasilkan sejumlah besar problem
(Sardar dan Ziauddin 1996, 17). Menurutnya, bagi dunia Islam,

6
revolusi informasi menghadirkan tantangan-tantangan khusus yang
harus diatasi, agar umat Islam harus bisa memanfaatkannya untuk
mencapai tujuan dakwah.
Ketiga, tantangan dakwah perspektif interaksi. Ketika dakwah
dilihat sebagai bentuk komunikasi yang khas (komunikasi
agama/islami),) maka dengan sendirinya interaksi sosial akan terjadi,
dan di dalamnya terbentuk norma-norma tertentu sesuai pesan- pesan
dakwah. Yang menjadi tantangan dakwah dewasa ini, adalah bahwa
pada saat yang sama masyarakat yang menjadi obyek dakwah pasti
berinteraksi dengan pihak-pihak lain atau masyarakat sekitarnya yang
belum tentu membawa pesan yang baik, bahkan mungkin sebaliknya.
Tantangan dakwah yang lain setidaknya terbagi menjadi tiga aspek.
Aspek yang pertama yaitu aspek pribadi/internal, dimana aspek ini
terletak pada diri seorang da’i yang masih merasa ragu akan
keberlangsungan dakwahnya. Aspek kedua yaitu aspek eksternal yang
meliputi harta, kekuasaan maupun jabatan yang bisa menjadi bom
waktu dalam berdakwah. Aspek yang terakhir yaitu aspek pergerakan
dimana biasanya dalam realitanya da’i masih belum bisa bersikap
profesional dalam berdakwah. Terlebih lagi ketika berada dalam dunia
globaliasi yang semua kebutuhan bisa tercukupi dengan sekejap. Entah
kebutuhan itu bisa mendukung ataupun mengganjal semuanya bisa
didapatkan tanpa bersusah payah.

4. Penerapan Ilmu dalam Dakwah Bil Hal


Dakwah bil hal adalah salah satu upaya yang sangat elegan dan
mengalir seiring dengan aktivitas yang dijalan setiap hari. Jadi tidak ada
yang harus dibuat-buat, tetapi menjadikan diri hari ini lebih baik dari hari
kemaren memang menjadi tuntutan agama kita, sehingga hal ini berjalan
secara normal, natural untuk kemanfaatan diri sendiri dan juga orang lain,
namun harus dipaksa diri ini untuk selalu dalam koridor dan rel yang benar
sesuai ajaran agama Islam.. Pendekatan dakwah bil-hal yakni kegiatan

7
dakwah yang mengutamakan kemampuan kreativitas perilaku da'i secara
luas atau yang dikenal dengan action approach atau perbuatan nyata.
Seperti menyantuni fakir-miskin, menciptakan lapangan pekerjaan,
memberikan keterampilan dan sebagainya.
Secara kolektif, dakwah bil-hal dalam bidang sadaqah antara lain
dalam praktek muakhat yng dilakukan Nabi Muhammad dan
pembangunan sarana publik untuk pembangunan pengamalan agama
Islam, seperti pembangunan masjid. Aktivitas itu merupakan perwujudan
dari nilai-nilai yang terkandung dalam ajaran sadaqah, karena dalam
kegiatan membangun masjid, tentu terwujud kerja sama antar individu
umat Islam. Mereka saling meyumbangkan tenaga dan harta untuk
berdirinya bangunan masjid. Secara individual, dakwah bil-hal dalam
bidang sadaqah mengambil bentuk kegiatan personal berupa pengamalan
bersadaqah, pengiriman petugas sadaqah dan pendistribusian hasil
pungutan sadaqah atau pengelolaan harta sadaqah oleh amil.
Dakwah bil-hal merupakan segala bentuk karya (amal) dan perilaku,
yang diakukan oleh da’i maupun da’iah/juru dakwah seseorang untuk
dapat mendorong seseorang atau sekelompok orang lain untuk mengubah
dirinya dari suatu keadaan kepada keadaan yang lebih baik, untuk
memuaskan, dan sesuai dengan ajaran Islam.
Dalam surat al-Isra' ayat 84 Allah berfirman : "
‫قُلْ ُك ٌّل يَّ ْع َم ُل ع َٰلى شَا ِكلَتِ ٖۗه فَ َربُّ ُك ْم اَ ْعلَ ُم بِ َم ْن هُ َو اَ ْه ٰدى َسبِيْل‬
“Katakanlah Tiap-tiap orang berbuat menurut keadaannya masing-
masing maka Tuhanmu lebih mengetahui siapa yang lebih benar
jalannya"(Al Qur’an Surah Al Isra, 84).
Dalam firman tersebut ada kata Syakilatih yang berarti keadaannya
masing-masing. Oleh Hamka kata "Syakilatih" diartikan bakat atau
bawaan. Jika dipahami secara mendalam dan dikaitkan dengan kondisi
sekarang, bakat bawaan seseorang yang didukung dengan situasi
lingkungan dan dikembangkan maka akan berubah menjadi kemampuan
profesional. Jika dihubungkan dengan dakwah bil-hal maka masing-

8
masing muslim hendaknya berdakwah menurut kemampuan dan profesi
mereka. Seperti dikatakan Muhammad Abu Zahroh, sebagai contoh,
seorang dokter berdakwah dengan keahliannya.

5. Pengembangan Dakwah Bil Hal


Bentuk-bentuk pengembangan dakwah bil-hal dapat dilakukan melalui
bentuk pengembangan kehidupan dan penghidupan manusia antara lain
berupa:
a. Penyelenggaraan pendidikan pada masyarakat;
b. Kegiatan Koperasi;
c. Pengembangan kegiatan transmigrasi
d. Penyelenggaraan usaha kesehatan masyarakat seperti mendirikan
rumah Sakit Poliklinik, BKIA, Balai Pengobatan, dan sebagainya;
e. Peningkatan gizi masyarakat;
f. Penyelenggaraan panti asuhan;
g. Penciptaan lapangan kerja;
h. Peningkatan penggunaan media cetak, media informasi dan
komunikasi serta seni budaya
Dakwah bil-hal tidak hanya berkaitan dengan masalah usaha
peningkatan kesejahteraan fisik material saja tetapi juga termasuk usaha
pemenuhan dan peningkatan kebutuhan dan kesejahteraan non material,
usaha seperti meningkatkan kualitas pengamalan ibadah, akhlaq, yang
lebih dikenal dengan pengembangan sumber daya manusia. Dengan
melihat luasnya ruang lingkup dakwah bil-hal maka dalam pelaksanaannya
diperlukan keterpaduan program, perencanaan pelaksanaan dan evaluasi
dakwah bil- hal dengan berbagai instansi terkait, berbagai tenaga ahli dan
disiplin ilmu. Ini artinya bahwa dakwah bil-hal harus dilaksanakan secara
totalitas dan berangkat dari akar permasalahan yang terjadi dalam
masyarakat yang lebih dikenal dengan empowering atau pemberdayaan
jamaah.

9
6. Keunggulan dan Kekurangan Dakwah Bil-Hal
Keunggulan Dakwah bil-hal sebagai berikut :
➢ Da’i dapat mengetahui langsung apa permasalahan mad’unya
tentang agama, dapat menaungi umat Islam dari kebutuhan
agama, dana materi dapat mengena langsung, sesuai dengan
kebutuhan mad’u.
➢ Lebih unggul dari dakwah bil lisan, di mana terkadang ucapan
lisan tidak lebih dari sekedar lipstick hiasan bibir yang tidak
ada bukti nyatanya, maka dalam rangka mengiringi proses
informasi dakwah harus dilakukan dengan contoh teladan yang
baik.
➢ Dakwah bil hal lebih aktif, dinamis dan praktis melalui
berbagai kegiatan dan pengembangan potensi masyarakat
dengan muatan kebaikan normatif.
➢ Da’i yang menjadi panutan dalam melakukan tindakan sebagai
pesan dakwah dapat langsung ditiru oleh jama’ahnya, sehingga
menjadi lebih nyata.
Kelemahan dakwah bil hal sebagai berikut :
➢ Masyarakat jarang yang menggunakan lembaga tersebut,
kerena memerlukan keterampilan yang lebih dan
menggunakan biaya yang besar.
➢ Jika ada yang menyalahgunakan dakwah ini biasanya mereka
hanya sekedar menyuruh kepada kebaikan namun ia sendiri
tidak melaksanakannya.

7. Strategi Dakwah Bil Hal


Strategi dakwah dengan perbuatan nyata (bil hal) dapat dipergunakan
baik mengenai akhlak, cara bergaul, cara beribadat, berumah tangga
dan segala aspek kehidupan manusia.
Kegiatan dakwah dengan menggunakan strategi dakwah bil hal
mempunyai fungsi sebagai berikut:

10
a. Meningkatkan kualitas pemahaman dan amal keagamaan pribadi
muslim sebagai bibit generasi bangsa yang memacu kemajuan ilmu
dan teknologi.
b. Meningkatkan kesadaran dan tata hidup beragama dengan
memantapkan dan mengukuhkan ukhuwah Islamiyah.
c. Meningkatkan kesadaran hidup berbangsa dan bernegara di
kalangan umat Islam sebagai perwujudan dari pengalaman ajaran
Islam
d. Meningkatkan kecerdasan dan kehidupan sosial ekonomi umat
melalui pendidikan dan usaha ekonomi
e. Meningkatkan taraf hidup umat, terutama kaum dhuafa dan
masakin.
f. Memberikan pertolongan dan pelayanan kepada masyarakat yang
memerlukan melalui berbagai kegiatan sosial, seperti pelayanan
kesehatan, panti asuhan, yatim piatu, dan orang-orang jompo
g. Menumbuhkembangkan semangat gotong royong, kebersamaan,
dan kesetiakawanan sosial melalui kegiatan-kegiatan yang bersifat
kemanusiaan.

Dalam pelaksanaan dakwah bil hal yang perlu dipersiapkan adalah:


a. Adanya badan atau kelompok orang yang terorganisasi walaupun
kecil dan sederhana
b. Adanya tenaga potensial, terdiri dari beberapa orang dengan
pembagian tugas sesuai kemampuan masing-masing seperti tenaga
pengelola atau pengkoordinator tenaga pelaksana di lapangan yang
akrab dengan pekerjaan-pekerjaan sosial, tenaga yang berpengetahuan,
tentang kesehatan, gizi, pertanian, koperasi, dan tenaga mubaligh
c. Adanya dana dan sarana-sarana yang diperlukan
d. Adanya program walaupun sederhana, yang disusun berdasarkan
data-data tentang sasaran yang dituju
e. Adanya kontak-kontak terlebih dahulu dengan sasaran yang dituju,

11
dengan instansi-instansi dan orang-orang yang terkait.
Dalam pelaksaannya dakwah bil hal terdapat tiga cara yang dapat
ditempuh yakni dakwah lewat pembinaan tenaga, lewat pengembangan
institusi dan lewat pengembangan infrastruktur. Dakwah bil hal dalam
peranannya menginginkan hamba Allah mengecap berbagai
kenikmatan yang disediakan Allah di bumi berupa rizqi dan perhiasan.
Islam memandang kehidupan di dunia ini secara wajar. Unsur-unsur
materi inilah yang digunakan setiap muslim dalam menjunjung
kehidupan yang baik.
Dakwah bil hal dilakukan dengan berbagai kegiatan yang langsung
menyentuh kepada masyarakat sebagai objeknya, adapun cara
melaksanakan dakwah bil hal adalah sebagai berikut:
1) Pemberian bantuan berupa dana untuk usaha yang produkif
2) Pemberian bantuan yang bersifat konsumtif
3) Silaturahmi ke tempat-tempat yayasan yatim piatu, yayasan anak
cacat, yayasan tuna wisma, yayasan panti jompo, tuna karya, tempat
lokalisasi, lembaga pemasyarakatan dan lain-lain.
4) Pengabdian kepada masyarakat seperti: pembuatan jalan atau
jembatan, pembuatan sumur umum dan WC umum, praktek home
industri, kebersihan rumah dan tempat ibadah dan lain-lain.”

12
BAB III
PENUTUP

A. Kesimpulan
Dakwah bil hal adalah dakwah yang diberikan oleh seseorang
melalui amal perbuatan yang nyata. Dakwah bi al-hal merupakan kegiatan-
kegiatan dakwah yang diarahkan untuk meningkatkan kesejahteraan dan
kebahagiaan hidup umat Muslim, baik rohani maupun jasmani.
Dakwah bil-hal juga tidak hanya berkaitan dengan masalah usaha
peningkatan kesejahteraan fisik material saja tetapi juga termasuk usaha
pemenuhan dan peningkatan kebutuhan dan kesejahteraan non material,
usaha seperti meningkatkan kualitas pengamalan ibadah, akhlaq, yang
lebih dikenal dengan pengembangan sumber daya manusia.

B. Saran
Masyarakat seharusnya sadar akan dakwah bil hal, dengan cara
bersadakah, menyantuni fakir miskin, memberikan lapangan pekerjaan,
dan lain-lain. Dai seharusnya memberikan masukan untuk masyarakat
yang masih sulit untuk diajak berdakwah. Khususnya kepada masyarakat
tentang shalat lima waktu atau bahkan shalat berjama’ah di masjid yang
harus diberikan motivasi sehingga nantinya tidak akan ada lagi masyarakat
yang masih melanggar larangan-Nya.

13
Lampiran

14
15
Evaluasi
Diliat dari pembahasan diatas dakwah bil hal memang lebih unggul
dibanding dakwah bil lisan namun kepopulerannya ditengah masyarakat
masih kurang jika dibandingkan dakwah bil lisan terutama untuk daerah
pelosok yang masih sulit di jangkau teknologi dan juga tingkat pendidikan
yang rendah karena tidak dapat dipungkiri pengembangan baik dibidang
ilmu maupun teknologi sangat memberikan dampak pada penyebaran
dakwah bil hal melihat dakwah bil hal adalah dakwah yg dicontohkan
langsung melalui perilaku da’i dimana contoh perilaku tersebut dapat
disebarkan melalui media sosial agar jangkauan penyebarannya semakin
luas dan cepat namun kendati demikian banyak sekali pemalsuan perilaku
di media sosial dapat berdampak untuk keabsahan dari dakwah bil hal itu
sendiri karena jika seorang seperti memiliki dua kepribadian yang saling
bertentangan melakukan dakwah bil hal yang mana nilai utamanya terletak
pada keteladanan perilaku maka akan terjadi penyimpangan negatif dalam
dakwah yang disampaikannya. Oleh karena itu, diperlukan kecakapan ilmu
untuk dapat menyaring dakwah mana yang sesuai Al-Qur'an dan hadist
dan mana yang telah menyimpang.

Pertanyaan
1. Apa pengertian dakwah bil hal?
2. Sebutkan keunggulan dan kekurangan dari dakwah bil hal?
3. Dakwah bil hal berpedomankan pada?
4. Apa perbedaan dakwah bil hal dengan bil lisan?
5. Sebutkan contoh dakwah bil hal yang ada dimasyarakat sekarang?
6. Apa peran dai dalam dakwah bil hal?
7. Sebutkan hal apa saja yang diperlukan dalam persiapan dakwah bil
hal?
8. Sebutkan bentuk-bentuk pengembangan dalam dakwah bil hal?
9. Bagaimana konsep dakwah bil hal?
10. Sebutkan tantangan dalam melaksanakan dakwah bil hal?

16
DAFTAR PUSTAKA

Awaludin Pimay. 2006. Metodologi Dakwah. Semarang : Rasail


Moh E Ayub. 2005. Manajemen Masjid. Jakarta : Gema Insani
Samsul Munir Amin. 2009. Ilmu Dakwah. Jakarta : Amzah
Wahidin Saputra.2012. Pengantar Ilmu Dakwah. Jakarta : Rajawali Pers
Suisyanto, “Dakwah Bil Hal…, h. 183
Mohammad Zaki Suaidy, “Dakwah Bil Hal Pesaantren Walisongo Ngabar
Ponorogo Jawa Timur Dalam Pemberdayaan Ekonomi Masyarakat Tahun 2013-
2014”, Studi Islam, Vol. 16 No. 1 Juni 2015
Amin Ali Maruf. 2019, “Dakwah Bil Hal melalui Program Praktik Dakwah
Lapangan Santri Pondok Pesantren Al-Hidayah Karangsuci Purwokerto”, Studi
Komunikasi Penyiaran Islam, Vol. 33
Aliyudin, “Dakwah Bil Hal melalui Pemberdayaan Ekonomi Masyarakat”, Studi
komunikasi Penyiaran Islam, Vol. 15 No. 2 Desember 2016
Zulkarnaini. 2018, “Metode Dakwah Bil Hal Organisasi Muhammadiyah dalam
Bidang Pendidikan Tingkat Dasar dan Menengah”, Studi Bimbingan dan
Konseling Islam, Vol. 84
Meirani Wika Sari. 2020 “Konsep Dakwah Bil Hal Perspektif Khalifah Ali Bin
Abi Thalib”, Studi Komunikasi dan Penyiaran Islam”, Vol. 89
Wahyu Oktaviana. 2020, “Dakwah Bil Hal Sebagai Metode Dakwah Pada
Masyarakat Srikaton Seputih Surabaya Kabupaten Lampung Tengah”, Studi
Komunikasi dan Penyiaran Islam”, Vol. 8

17

Anda mungkin juga menyukai