Disusun Oleh :
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH
2021
KATAPENGANTAR
Puji syukur kehadirat Allah SWT yang telah memberikan rahmat dan
hidayah-Nya sehingga kami dapat menyelesaikan tugas makalah tentang “Dakwah
Bil Hal Melalui Pengembangan dan Penerapan Ilmu“ dengan tepat waktu.
Makalah yang kami tulis ini masih jauh dari kata sempurna, masih banyak
kekurangannya. Oleh karena itu, kritik dan saran sangat kami nantikan demi
kesempurnaan makalah ini.
Penulis
ii
DAFTAR ISI
A.KESIMPULAN ............................................................................. 13
B. SARAN ........................................................................................ 13
LAMPIRAN ........................................................................................... 14
iii
BAB I
PENDAHULUAN
1
perilaku da'i secara luas atau yang dikenal dengan ation approach atau
perbuatan nyata. Seperti menyantuni fakir miskin, menciptakan
lapangan pekerjaan, memberikan keterampilan dan sebagainya. Melalui
pengembangan dan penerapan ilmu yang dilakukan dalam penyampaian
dakwah bil hal diharapkan mampu mengimbangi perkembangan zaman
sehingga dakwah tetap menarik perhatian dan tidak ketinggalan zaman
dalam metode penyampaiannya dengan tetap menjaga nilai yang
terkandung didalamnya.
B. RUMUSAN MASALAH
a. Apa pengertian dakwah bil hal?
b. Konsep apa yang digunakan dalam dakwah bil hal?
c. Bagaimana penerapan ilmu yang digunakan dalam dakwah
bil hal?
d. Apa tantang dalam melakukan dakwah bil hal?
e. Bagaimana pengembangan dakwah bil hal ?
f. Sebutkan manfaat adanya pengembangan dan penerapan
ilmu dalam dakwah bil hal?
g. Bagaimana strategi dakwah bil hal?
C. TUJUAN
2
BAB II
PEMBAHASAN
3
untuk meningkatkan kesejahteraan dan kebahagiaan hidup umat Muslim,
baik rohani maupun jasmani.
Berpijak dari pengertian di atas dapat dikatakan bahwa dakwah bil-
hal mempunyai prospek, peran dan kedudukan penting dalam dakwah.
Dakwah bil-hal bukan bermaksud mengganti maupun menjadi
perpanjangan dari dakwah bil-lisan, keduanya mempunyai peran penting
dalam proses penyampaian ajaran Islam, hanya saja tetap dijaga isi
dakwah yang disampaikan secara lisan itu harus seimbang dengan
perbuatan nyata da'i (Wirosarjono 1987, 5). Dalam hal ini peran da'i akan
menjadi sangat penting, sebab da'i yang menyampaikan pesan dakwah
kepada umat (jama'ah) akan disorot oleh umat sebagai panutan.
4
yang semakin kompleks, yaitu;
➢ Perlu adanya konsep dan strategi dakwah yang tepat untuk
membentuk ketahanan diri dan keluarga melalui
pengefektifan fungsi nilai-nilai agama, karena dengan dasar
agama yang kuat dapat dijadikan filter pertama dan utama
untuk menghadapi berbagai trend budaya yang tidak sesuai
dengan nilai-nilai Islam.
➢ Mempertahankan nilai-nilai budaya luhur yang dapat
melestarikan tradisi positif yang pada dasarnya tidak
bertentangan dengan paham dan ajaran agama (Islam) yang
menanamkan nilai-nilai baik dan suci.
➢ Perlu dukungan dan keikutsertakan semua lapisan
masyarakat untuk menciptakan dan memiliki
komitmen yang sama dalam melihat seberapa bergunanya
nilai-nilai baru itu untuk sebuah komunitas dan kemajuan
masyarakat.
➢ Kesiapan dan kematangan intelektual serta emosional setiap
penerima message baru, apakah hal tersebut memang akan
mendatangkan manfaat plus bagi diri dan lingkungannya.
➢ Lebih maju. Semua elemen masyarakat bangsa ini sudah
saatnya berintrospeksi diri untuk bisa menjadi teladan
dalam berdakwah agar kata dan kebijakannya didengar dan
dilaksanakan oleh orang yang menjadi mitra bicaranya.
➢ Walaupun pada realita dilapangan, justru para misionaris
yang mempraktekannya, sedangkan dakwah islam masih
terjebak pada nilai-nilai normalistik yang kaku. Keadaan
inilah yang sering terjadinya perpindahan agama,
khususnya bagi mereka yang bertempat tinggal di pelosok-
pelosok desa, yang kondisi ekonomi cukup memprihatinkan
dan jarang sekali ada para pendakwah. Akan tetapi
kenyataan di lapangan telah membuktikan betapa
5
evektifnya dakwah bil hal itu,dan tanpa mengabaikan
peranan dakwah bil lisan, maka seharusnya menjadi
prioritas utama para da’i.
3. Tantangan Dakwah Bil Hal
Ketika masyarakat memasuki era globalisasi dengan dukungan
ilmu pengetahuan dan teknologi, tantangan dakwah yang dihadapi
semakin rumit. Tantangan tersebut tidak mengenal ruang, batas, waktu
dan lapisan masyarakat, melainkan ke seluruh sektor kehidupan dan
hajat hidup manusia, termasuk agama. Artinya, kehidupan kegamaan
umat manusia tidak terkecuali Islam di mana pun ia berada akan
menghadapi tantangan yang sama. Soejatmoko menandaskan bahwa
agama pun kini sedang diuji dan ditantang oleh zaman.
Meskipun diakui bahwa di satu sisi kemajuan ilmu pengetahuan
dan teknologi menciptakan fasilitas yang memberi peluang bagi
pengembangan dakwah, namun antara tantangan dan peluang dakwah
dewasa ini, agaknya tidak berimbang. Tantangan dakwah yang amat
kompleks dewasa ini dapat dilihat dari minimal dari tiga perspektif,
yaitu pertama, perspektif prilaku (behaviouristic perspective). Salah
satu tujuan dakwah adalah terjadinya perubahan prilaku (behaviour
change) pada masyarakat yang menjadi obyek dakwah kepada situasi
yang lebih baik. Tampaknya, sikap dan prilaku (behaviour) masyarakat
dewasa ini hampir dapat dipastikan lebih banyak dipengaruhi oleh
keadaan sekitarnya.
Kedua, tantangan dakwah dalam perspektif transmisi
(transmissional perspective). Dakwah dapat diartikan sebagai proses
penyampaian atau transmisi ajaran agama Islam dari da’i sebagai
sumber kepada mad’u sebagai penerima. Ketika ajaran agama
ditrasmisikan kepada masyarakat yang menjadi obyek, maka peranan
media sangat menentukan. Ziauddin Sardar mengemukakan bahwa
abad informasi ternyata telah menghasilkan sejumlah besar problem
(Sardar dan Ziauddin 1996, 17). Menurutnya, bagi dunia Islam,
6
revolusi informasi menghadirkan tantangan-tantangan khusus yang
harus diatasi, agar umat Islam harus bisa memanfaatkannya untuk
mencapai tujuan dakwah.
Ketiga, tantangan dakwah perspektif interaksi. Ketika dakwah
dilihat sebagai bentuk komunikasi yang khas (komunikasi
agama/islami),) maka dengan sendirinya interaksi sosial akan terjadi,
dan di dalamnya terbentuk norma-norma tertentu sesuai pesan- pesan
dakwah. Yang menjadi tantangan dakwah dewasa ini, adalah bahwa
pada saat yang sama masyarakat yang menjadi obyek dakwah pasti
berinteraksi dengan pihak-pihak lain atau masyarakat sekitarnya yang
belum tentu membawa pesan yang baik, bahkan mungkin sebaliknya.
Tantangan dakwah yang lain setidaknya terbagi menjadi tiga aspek.
Aspek yang pertama yaitu aspek pribadi/internal, dimana aspek ini
terletak pada diri seorang da’i yang masih merasa ragu akan
keberlangsungan dakwahnya. Aspek kedua yaitu aspek eksternal yang
meliputi harta, kekuasaan maupun jabatan yang bisa menjadi bom
waktu dalam berdakwah. Aspek yang terakhir yaitu aspek pergerakan
dimana biasanya dalam realitanya da’i masih belum bisa bersikap
profesional dalam berdakwah. Terlebih lagi ketika berada dalam dunia
globaliasi yang semua kebutuhan bisa tercukupi dengan sekejap. Entah
kebutuhan itu bisa mendukung ataupun mengganjal semuanya bisa
didapatkan tanpa bersusah payah.
7
dakwah yang mengutamakan kemampuan kreativitas perilaku da'i secara
luas atau yang dikenal dengan action approach atau perbuatan nyata.
Seperti menyantuni fakir-miskin, menciptakan lapangan pekerjaan,
memberikan keterampilan dan sebagainya.
Secara kolektif, dakwah bil-hal dalam bidang sadaqah antara lain
dalam praktek muakhat yng dilakukan Nabi Muhammad dan
pembangunan sarana publik untuk pembangunan pengamalan agama
Islam, seperti pembangunan masjid. Aktivitas itu merupakan perwujudan
dari nilai-nilai yang terkandung dalam ajaran sadaqah, karena dalam
kegiatan membangun masjid, tentu terwujud kerja sama antar individu
umat Islam. Mereka saling meyumbangkan tenaga dan harta untuk
berdirinya bangunan masjid. Secara individual, dakwah bil-hal dalam
bidang sadaqah mengambil bentuk kegiatan personal berupa pengamalan
bersadaqah, pengiriman petugas sadaqah dan pendistribusian hasil
pungutan sadaqah atau pengelolaan harta sadaqah oleh amil.
Dakwah bil-hal merupakan segala bentuk karya (amal) dan perilaku,
yang diakukan oleh da’i maupun da’iah/juru dakwah seseorang untuk
dapat mendorong seseorang atau sekelompok orang lain untuk mengubah
dirinya dari suatu keadaan kepada keadaan yang lebih baik, untuk
memuaskan, dan sesuai dengan ajaran Islam.
Dalam surat al-Isra' ayat 84 Allah berfirman : "
قُلْ ُك ٌّل يَّ ْع َم ُل ع َٰلى شَا ِكلَتِ ٖۗه فَ َربُّ ُك ْم اَ ْعلَ ُم بِ َم ْن هُ َو اَ ْه ٰدى َسبِيْل
“Katakanlah Tiap-tiap orang berbuat menurut keadaannya masing-
masing maka Tuhanmu lebih mengetahui siapa yang lebih benar
jalannya"(Al Qur’an Surah Al Isra, 84).
Dalam firman tersebut ada kata Syakilatih yang berarti keadaannya
masing-masing. Oleh Hamka kata "Syakilatih" diartikan bakat atau
bawaan. Jika dipahami secara mendalam dan dikaitkan dengan kondisi
sekarang, bakat bawaan seseorang yang didukung dengan situasi
lingkungan dan dikembangkan maka akan berubah menjadi kemampuan
profesional. Jika dihubungkan dengan dakwah bil-hal maka masing-
8
masing muslim hendaknya berdakwah menurut kemampuan dan profesi
mereka. Seperti dikatakan Muhammad Abu Zahroh, sebagai contoh,
seorang dokter berdakwah dengan keahliannya.
9
6. Keunggulan dan Kekurangan Dakwah Bil-Hal
Keunggulan Dakwah bil-hal sebagai berikut :
➢ Da’i dapat mengetahui langsung apa permasalahan mad’unya
tentang agama, dapat menaungi umat Islam dari kebutuhan
agama, dana materi dapat mengena langsung, sesuai dengan
kebutuhan mad’u.
➢ Lebih unggul dari dakwah bil lisan, di mana terkadang ucapan
lisan tidak lebih dari sekedar lipstick hiasan bibir yang tidak
ada bukti nyatanya, maka dalam rangka mengiringi proses
informasi dakwah harus dilakukan dengan contoh teladan yang
baik.
➢ Dakwah bil hal lebih aktif, dinamis dan praktis melalui
berbagai kegiatan dan pengembangan potensi masyarakat
dengan muatan kebaikan normatif.
➢ Da’i yang menjadi panutan dalam melakukan tindakan sebagai
pesan dakwah dapat langsung ditiru oleh jama’ahnya, sehingga
menjadi lebih nyata.
Kelemahan dakwah bil hal sebagai berikut :
➢ Masyarakat jarang yang menggunakan lembaga tersebut,
kerena memerlukan keterampilan yang lebih dan
menggunakan biaya yang besar.
➢ Jika ada yang menyalahgunakan dakwah ini biasanya mereka
hanya sekedar menyuruh kepada kebaikan namun ia sendiri
tidak melaksanakannya.
10
a. Meningkatkan kualitas pemahaman dan amal keagamaan pribadi
muslim sebagai bibit generasi bangsa yang memacu kemajuan ilmu
dan teknologi.
b. Meningkatkan kesadaran dan tata hidup beragama dengan
memantapkan dan mengukuhkan ukhuwah Islamiyah.
c. Meningkatkan kesadaran hidup berbangsa dan bernegara di
kalangan umat Islam sebagai perwujudan dari pengalaman ajaran
Islam
d. Meningkatkan kecerdasan dan kehidupan sosial ekonomi umat
melalui pendidikan dan usaha ekonomi
e. Meningkatkan taraf hidup umat, terutama kaum dhuafa dan
masakin.
f. Memberikan pertolongan dan pelayanan kepada masyarakat yang
memerlukan melalui berbagai kegiatan sosial, seperti pelayanan
kesehatan, panti asuhan, yatim piatu, dan orang-orang jompo
g. Menumbuhkembangkan semangat gotong royong, kebersamaan,
dan kesetiakawanan sosial melalui kegiatan-kegiatan yang bersifat
kemanusiaan.
11
dengan instansi-instansi dan orang-orang yang terkait.
Dalam pelaksaannya dakwah bil hal terdapat tiga cara yang dapat
ditempuh yakni dakwah lewat pembinaan tenaga, lewat pengembangan
institusi dan lewat pengembangan infrastruktur. Dakwah bil hal dalam
peranannya menginginkan hamba Allah mengecap berbagai
kenikmatan yang disediakan Allah di bumi berupa rizqi dan perhiasan.
Islam memandang kehidupan di dunia ini secara wajar. Unsur-unsur
materi inilah yang digunakan setiap muslim dalam menjunjung
kehidupan yang baik.
Dakwah bil hal dilakukan dengan berbagai kegiatan yang langsung
menyentuh kepada masyarakat sebagai objeknya, adapun cara
melaksanakan dakwah bil hal adalah sebagai berikut:
1) Pemberian bantuan berupa dana untuk usaha yang produkif
2) Pemberian bantuan yang bersifat konsumtif
3) Silaturahmi ke tempat-tempat yayasan yatim piatu, yayasan anak
cacat, yayasan tuna wisma, yayasan panti jompo, tuna karya, tempat
lokalisasi, lembaga pemasyarakatan dan lain-lain.
4) Pengabdian kepada masyarakat seperti: pembuatan jalan atau
jembatan, pembuatan sumur umum dan WC umum, praktek home
industri, kebersihan rumah dan tempat ibadah dan lain-lain.”
12
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Dakwah bil hal adalah dakwah yang diberikan oleh seseorang
melalui amal perbuatan yang nyata. Dakwah bi al-hal merupakan kegiatan-
kegiatan dakwah yang diarahkan untuk meningkatkan kesejahteraan dan
kebahagiaan hidup umat Muslim, baik rohani maupun jasmani.
Dakwah bil-hal juga tidak hanya berkaitan dengan masalah usaha
peningkatan kesejahteraan fisik material saja tetapi juga termasuk usaha
pemenuhan dan peningkatan kebutuhan dan kesejahteraan non material,
usaha seperti meningkatkan kualitas pengamalan ibadah, akhlaq, yang
lebih dikenal dengan pengembangan sumber daya manusia.
B. Saran
Masyarakat seharusnya sadar akan dakwah bil hal, dengan cara
bersadakah, menyantuni fakir miskin, memberikan lapangan pekerjaan,
dan lain-lain. Dai seharusnya memberikan masukan untuk masyarakat
yang masih sulit untuk diajak berdakwah. Khususnya kepada masyarakat
tentang shalat lima waktu atau bahkan shalat berjama’ah di masjid yang
harus diberikan motivasi sehingga nantinya tidak akan ada lagi masyarakat
yang masih melanggar larangan-Nya.
13
Lampiran
14
15
Evaluasi
Diliat dari pembahasan diatas dakwah bil hal memang lebih unggul
dibanding dakwah bil lisan namun kepopulerannya ditengah masyarakat
masih kurang jika dibandingkan dakwah bil lisan terutama untuk daerah
pelosok yang masih sulit di jangkau teknologi dan juga tingkat pendidikan
yang rendah karena tidak dapat dipungkiri pengembangan baik dibidang
ilmu maupun teknologi sangat memberikan dampak pada penyebaran
dakwah bil hal melihat dakwah bil hal adalah dakwah yg dicontohkan
langsung melalui perilaku da’i dimana contoh perilaku tersebut dapat
disebarkan melalui media sosial agar jangkauan penyebarannya semakin
luas dan cepat namun kendati demikian banyak sekali pemalsuan perilaku
di media sosial dapat berdampak untuk keabsahan dari dakwah bil hal itu
sendiri karena jika seorang seperti memiliki dua kepribadian yang saling
bertentangan melakukan dakwah bil hal yang mana nilai utamanya terletak
pada keteladanan perilaku maka akan terjadi penyimpangan negatif dalam
dakwah yang disampaikannya. Oleh karena itu, diperlukan kecakapan ilmu
untuk dapat menyaring dakwah mana yang sesuai Al-Qur'an dan hadist
dan mana yang telah menyimpang.
Pertanyaan
1. Apa pengertian dakwah bil hal?
2. Sebutkan keunggulan dan kekurangan dari dakwah bil hal?
3. Dakwah bil hal berpedomankan pada?
4. Apa perbedaan dakwah bil hal dengan bil lisan?
5. Sebutkan contoh dakwah bil hal yang ada dimasyarakat sekarang?
6. Apa peran dai dalam dakwah bil hal?
7. Sebutkan hal apa saja yang diperlukan dalam persiapan dakwah bil
hal?
8. Sebutkan bentuk-bentuk pengembangan dalam dakwah bil hal?
9. Bagaimana konsep dakwah bil hal?
10. Sebutkan tantangan dalam melaksanakan dakwah bil hal?
16
DAFTAR PUSTAKA
17