Anda di halaman 1dari 20

Makalah AISMUH III

KARYA MONUMENTAL UMAT ISLAM DALAM IPTEK

Dosen Pembimbing : Fathul Khair,S.Sos.I.,M.Pd

Disusun Oleh

Paudilah SR162100013
NurRaviah SR162100003
RizkiHardiani SR162100057

PROGRAM STUDI S1 KEPERAWATAN

SEKOLAH TINGGI ILMU KEPERAWATAN

MUHAMMADIYAH PONTIANAK

2019
KATA PENGANTAR

Assalamu’alaikumWarahmatullahiWabarakatuh
Alhamdulillahirabbil’alamin kami ucapkan kepada Allah Subhanahu WaTa’ala, karena
berkat rahmat dan hidayahnyalah kami dapat menyelesaikan makalah ini yang berjudul
“Karya Monumental Umat Islam Dalam Iptek” tepat pada waktunya. Kami juga
mengucapkan terimakasih yang sebesar-besarnya kepada :

1. Bapak Haryanto,S.Kep,Ners.MSN.Ph.D.WOC(ET)N selaku Ketua STIK Muhammadiyah


Pontianak.
2. Bapak Fathul Khair,S.Sos.I.,M.Pd selaku koordinator matakuliah AISMUH III
3. Orang tua dan Keluarga yang selalu memberikan dukungan moril dan materil dan selalu
mendoakan setiap saat sehingga kami dapat menyelesaikan makalah ini.
4. Rekan-rekan satu angkatan Program Studi S1 Reguler Angkatan 2016 STIK
Muhammadiyah Pontianak yang saling memberikan motivasi dan bantuan dalam proses
menyelesaikan makalah ini.
Kami menyadari bahwa masih banyak sekali kekurangan pada makalah ini, oleh karena
itu kami mohon kritik dan saran yang membangun demi kesempurnaan dari makalah ini.
Akhir kata semoga makalah ini dapat bermanfaat bagi para pembaca.
Wassalamu’alaikumWarahmatullahiWabarakatuh

Pontianak, 11 September 2019

Penulis

i
DAFTAR ISI

BAB 1 PENDAHULUAN

A. Latar Belakang …………………………………………………………. 1


B. Rumusan Masalah ……………………………………………………… 1
C. Tujuan…………………………………………………………………... 1
D. Manfaat ……………………………………………………………….... 2

BAB II PEMBAHASAN
A. Zaman Kejayaan Islam dalam Bidang IPTEK………………………….. 3
B. Tujuan Mengetahui Sejarah Kejayaan Islam dalam Bidang IPTEK …… 5
C. Sebab-sebab Kemajuan Islam dalam Bidang IPTEK..…………………. 5
D. Sebab-sebab Kemunduran Islam dalam Bidang IPTEK….…………….. 6
E. Upaya-upaya Kebangkitan Kembali Umat Islam dalam IPTEK ………. 11
F. Pemahaman Al-Quran Terhadap IPTEK ………………………………. 12

BAB III PENUTUP


A. Kesimpulan ……………...……………………………………………... 16
B. Saran ……………………………………………………………………. 16

DAFTAR PUSTAKA

ii
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Sebagai umat Islam yang taat dalam memenuhi perintah-perintah agama Islam sesuai
dengan Al-quran dan hadist-hadist, maka wajib hukumnya bagi umat Islam untuk
menuntut ilmu setinggi-tingginya baik itu ilmu pengetahuan dalam teknologi, sosial, dan
agama. Perkembangan IPTEK (Ilmu Pengetahuan Teknologi) dalam islam pada dasarnya
ada 2, Pertama, menjadikan Aqidah Islam sebagai paradigma ilmu pengetahuan.
Paradigma inilah yang seharusnya dimiliki umat Islam, bukan paradigma sekuler seperti
yang ada sekarang. Paradigma Islam ini menyatakan bahwa Aqidah Islam wajib dijadikan
landasan pemikiran (qa’idah fikriyah) bagi seluruh ilmu pengetahuan. Kedua, menjadikan
Syariah Islam (yang lahir dari Aqidah Islam) sebagai standar bagi pemanfaatan IPTEK
dalam kehidupan sehari-hari.
Islam pernah mengalami kejayaan di dalam ilmu pengetahuan di masa lalu, Tokoh-
tokoh Islam pada masa itu sangat membawa agama Islam pada masa kejayaan yang
sangat tinggi. Pada peradaban kejayaannya, Islam masuk ke Eropa. Bangsa-bangsa Eropa
yang pada waktu itu sangat primitif, kemudian tertolong dengan kedatangan tokoh-tokoh
Islam tersebut. Itulah bukti kekuatan ilmu pengetahuan terhadap kesejahteraan umat. Pada
masa Napoleon Bonaparte ke Mesir agama Islam mulai jatuh, dan ilmu pengetahuan-
pengetahuan yang sebelumnya ditemukan oleh tokoh-tokoh Islam dilanjutkan oleh
bangsa-bangsa Eropa, sehingga sekarang ini banyak masyarakat umum yang hanya
mengetahui bahwa selama ini yang menemukan pengetahuan-pengetahuan tinggi adalah
bangsa Eropa, tetapi sebenarnya adalah tokoh-tokoh Islam pada masa itu
Berdasarkan penjelasan diatas maka kami tertarik untuk menulis makalah yang
berjudul “Bagaimana Karya Monumental Umat Islam Dalam IPTEK”.

B. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang tersebut, maka rumusan masalah pada makalah ini
adalah Bagaimana Karya Monumental Umat Islam Dalam IPTEK?

C. Tujuan
1. Tujuan umum
Tujuan umum dari makalah ini adalah untuk mengetahui lebih dalam sejarah
karya monumental umat islam dalam IPTEK.

1
2. Tujuan khusus dari makalah ini adalah:
a. Untuk mengetahui zaman kejayaan islam dalam bidang IPTEKS

b. Untuk mengetahui Tujuan Mengetahui Sejarah Kejayaan Islam dalam Bidang

IPTEK

c. Untuk mengetahui sebab-sebab kemajuan umat islam dalam bidang IPTEKS

d. Untuk mengetahui sebab-sebab kemunduran umat islam dalam bidang IPTEKS

e. Untuk mengetahui upaya-upaya kebangkitan kembali untuk islam dalam IPTEKS

f. Untuk mengetahui Pemahaman Al-Quran Terhadap IPTEK

D. Manfaat
Adapun manfaat dari makalah ini adalah :
1. Untuk Penulis :
a. Agar penulis mampu menyusun makalah secara benar dan cermat.
b. Untuk memperluas wawasan keilmuan penulis agar mempunyai pandangan yang
luas terhadap karya monumental umat islam dalam IPTEK
c. Memberikan sumbangan pemikiran baik berupa konsep teoritis maupun konsep
praktis.
2. Untuk pembaca
Agar mereka dapat mengetahui seperti apa sejarah zaman kejayaan islam dalam
bidang IPTEK pada masa itu dari segi kemajuan dan kemunduran yang terjadi
sehingga terdapat upaya kebangkitan yang dilakukan oleh umat islam.

2
BAB II
LANDASAN TEORI
A. Zaman Kejayaan Islam dalam Bidang IPTEK
Kaum muslimin, pernah memiliki kejayaan di masa lalu. Masa di mana Islam menjadi
trendsenter sebuah peradaban modern. Peradaban yang dibangun untuk kesejahteraan
umat manusia di muka bumi ini. Masa kejayaan itu bermula saat Rasulullah mendirikan
pemerintahan Islam, yakni Daulah Khilafah Islamiyah di Madinah. Di masa Khulafaur
Rasyiddin ini Islam berkembang pesat. Sejarawan Barat beraliran konservatif, W
Montgomery Watt menganalisa tentang rahasia kemajuan peradaban Islam, ia
mengatakan bahwa Islam tidak mengenal pemisahan yang kaku antara ilmu pengetahuan,
etika, dan ajaran agama. Di Andalusia yang menjadi pusat ilmu pengetahuan di masa
kejayaan Islam telah melahirkan ribuan ilmuwan, dan menginsiprasi para ilmuwan Barat
untuk belajar dari kemajuan IPTEK yang dibangun kaum muslimin. Terjemahan buku-
buku bangsa Arab, terutama buku-buku keilmuan hampir menjadi satu-satunya sumber
bagi pengajaran di perguruan-perguruan tinggi Eropa selama lima atau enam abad.
Masa kejayaan Islam terutama dalam bidang ilmu pengetahun dan teknologi, terjadi
pada masa pemerintahan Harun Al-Rasyid. Dia adalah khalifah dinasti Abbasiyah yang
berkuasa pada tahun 786 M. Kekhilafahan Abbasiyah tercatat dalam sejarah Islam dari
tahun 750-1517 M/132-923 H. Diawali oleh khalifah Abu al-’Abbas as-Saffah (750-754)
dan diakhiri Khalifah al-Mutawakkil Alailah III (1508-1517). Dengan rentang waku yang
cukup panjang, sekitar 767 tahun, kekhilafahan ini mampu menunjukkan pada dunia
ketinggian peradaban Islam dengan pesatnya perkembangan Ilmu Pengetahuan dan
Teknologi di dunia Islam. Di era ini, telah lahir ilmuwan-ilmuwan Islam dengan berbagai
penemuannya yang mengguncang dunia, diantaranya al-Khawarizmi (780-850) yang
menemukan angka nol dan namanya diabadikan dalam cabang ilmu matematika,
Algoritma (logaritma). Ada Ibnu Sina (980-1037) yang membuat termometer udara untuk
mengukur suhu udara. Bahkan namanya tekenal di Barat sebagai Avicena, pakar Medis
Islam legendaris dengan karya ilmiahnya Qanun (Canon) yang menjadi referensi ilmu
kedokteran para pelajar Barat. Tak ketinggalan al-Biruni (973-1048) yang melakukan
pengamatan terhadap tanaman sehingga diperoleh kesimpulan kalau bunga memiliki 3, 4,
5, atau 18 daun bunga dan tidak pernah 7 atau 9. Peninggalan-peninggalan sejarahnya.
Seperti arsitektur mesjid Agung Cordoba; Blue Mosque di Konstantinopel; atau menara
spiral di Samara yang dibangun oleh khalifah al-Mutawakkil, Istana al-Hamra (al-Hamra
Qasr) yang dibangun di Seville, Andalusia pada tahun 913 M. Sebuah Istana terindah

3
yang dibangun di atas bukit yang menghadap ke kota Granada. Di zaman Daulah
Abbasiyah ini juga masa meranumlah kesusasteraan dan ilmu pengetahuan, disalin ke
dalam bahasa Arab serta ilmu-ilmu purbakala. Lahirlah pada masa itu sekian banyak
penyair, pujangga, ahli bahasa, ahli sejarah, ahli hukum, ahli tafsir, ahli hadits, ahli
filsafat, thib, ahli bangunan dan sebagainya.
Zaman ini adalah zaman keemasan Islam, demikian Jarji Zaidan memulai lukisannya
tentang Bani Abbasiyah. Dalam zaman ini, kedaulatan kaum muslimin telah sampai ke
puncak kemuliaan, baik kekayaan, kemajuan, ataupun kekuasaan. Dalam zaman ini telah
lahir berbagai ilmu Islam, dan berbagai ilmu penting telah diterjemahkan ke dalam bahasa
Arab. Dimasa ini juga Islam mengembangkan ilmu pengetahuan, suatu kehausan akan
ilmu pengetahuan yang belum pernah ada dalam sejarah. Kesadaran akan pentingnya ilmu
pengetahuan merefleksikan terciptanya beberapa karya ilmiah seperti terlihat pada alam
pemikiran Islam pada abad ke-8 M yaitu gerakan penerjemahan buku peninggalan
kebudayaan Yunani dan Persia yang pasa saat itu pemerintahan di pimpin oleh Al-
Makmun (813 –833 M) yang membangun sebuah lembaga khusus untuk tujuan itu, “The
House of Wisdom / Bay al-Hikmah”. Dr. Mx Meyerhof yang dikutip oleh Oemar Amin
Hoesin mengungkapkan tentang kejayaan Islam ini sebagai berikut: “Kedokteran Islam
dan ilmu pengetahuan umumnya, menyinari matahari Hellenisme hingga pudar
cahayanya. Kemudian ilmu Islam menjadi bulan di malam gelap gulita Eropa,
mengantarkan Eropa ke jalan renaissance. Karena itulah Islam menjadi biang gerak besar,
yang dipunyai Eropa. Dengan demikian, pantas kita menyatakan, Islam harus tetap
bersama kita.” (Oemar Amin Hoesin). Kebebasan berpikir sebagai hak asasi manusia
diakui sepenuhnya. Pada waktu itu akal dan pikiran dibebaskan benar-benar dari belenggu
taklid, hal mana menyebabkan orang sangat leluasa mengeluarkan pendapat dalam segala
bidang, termasuk bidang aqidah, falsafah, ibadah dan sebagainya. Para menteri keturunan
Persia diberi hak penuh untuk menjalankan pemerintahan, sehingga mereka memegang
peranan penting dalam membina tamadun/peradaban Islam. Mereka sangat mencintai
ilmu dan mengorbankan kekayaannya untuk memajukan kecerdasan rakyat dan
meningkatkan ilmu pengetahuan, sehingga karena banyaknya keturunan Malawy yang
memberikan tenaga dan jasanya untuk kemajuan Islam.

4
B. Tujuan Mengetahui Sejarah Kejayaan Islam dalam Bidang IPTEK
Adapun tujuan dari mengetahuinya sejarah kejayaan islam dalam bidang IPTEK
adalah sebagai berikut:
a. Agar semua umat manusia (terutama umat islam) mengetahui bahwa islam pernah
maju dalam bidang IPTEK dan agama pertama yang mempelopori terciptanya
penelitian dalam bentuk sains.
b. Agar semua umat manusia (terutama umat islam) mengetahui siapa saja ilmuan-
ilmuan yang ikut serta dalam memajukan islam terutama di bidang IPTEK
c. Agar semua umat manusi (terutama umat islam) menjadikan sejarah kejayaan islam
sebagai motivasi untuk menciptakan penemuan-penemuan baru sehingga islam tidak
tertinggal oleh penemuan yang diciptakan agama lain.

C. Sebab-sebab Kemajuan Islam dalam Bidang IPTEK


Islam mengalami kebangkitan intelektual dan kultural yang sepektakuler dengan
revolusi pemikiran dan budaya Islam yang bercorak peradaban baru, menyambung
matarantai peradaban sebelumnya (Yunani, Babilon, dan Persia). Islam yang kosmopolit,
humanistik, kultural, dan saintifik yang puncaknya pada era Abasiyyah.
Secara umum ada beberapa faktor yang telah mendorong kemajuan sains di dunia
Islam saat itu yakni:
1 Kesungguhan dalam mengimani mempraktekkan ajaran Islam
Sebagaimana tertuang dalam al-Qur’an dan Sunnah itu lahirlah individu-individu
unggul yang pada gilirannya membentuk masyarakat madani Islami.
2 Adanya motivasi agama
Kitab suci al-Qur’an banyak berisi anjuran untuk menuntut ilmu, membaca
(iqra’), melakukan observasi, esplorasi, ekspedisi (siru fil ardhi), dan berfikir ilmiah
rasional. Al-Qur’an juga mengecam keras sikap dogmatis atau taklid buta. Begitu
gencarnya ayat-ayat itu didengungkan, sehingga belajar atau mencari ilmu
pengetahuan diyakini sebagai kewajiban atas setiap individu Muslim. Sebagaimana
dalam surah yunus ayat 101:

“Katakanlah: "Perhatikanlah apa yaag ada di langit dan di bumi. Tidaklah bermanfaat
tanda kekuasaan Allah dan rasul-rasul yang memberi peringatan bagi orang-orang
yang tidak beriman".

5
3 Faktor sosial politik
Tumbuh dan berkembangnya budaya ilmu dan tradisi ilmiah pada masa itu antara
lain kondisi masyarakat Islam yang meskipun terdiri dari bermacam-macam etnis
(Arab, Parsi, Koptik, Berber, Turki, dan lain lain), serta dengan latarbelakang bahasa
dan budaya masing-masing, namun berhasil diikat oleh tali persaudaraan Islam.
Dengan demikian terwujudlah stabilitas, keamanan dan persatuan. Para pencari ilmu
maupun cendekiawan dengan leluasa dan aman bepergian ke pusat-pusat pendidikan
dan keilmuan, dari Seville ke Baghdad, dari Samarkand ke Madinah, dari Isfahan ke
Kairo, atau dari Yaman ke Damaskus. Ini belum termasuk mereka yang menjelajahi
seluruh pelosok dunia Islam semisal Ibn Jubayr (w. 1217)
4 Faktor ekonomi
Kesejahteraan masyarakat masa itu membuka kesempatan bagi setiap orang untuk
mengembangkan diri dan mencapai apa yang diinginkannya. Imam ad-Dhahabī (w.
1348), misalnya, menuntut ilmu hingga usia 20 tahun dengan biaya orangtuanya.
Namun umumnya, pemerintah mengalokasikan dana khusus untuk para penuntut
ilmu. Di universitas dan sekolah-sekolah tinggi seperti Nizamiyyah, Aziziyyah,
Mustansiriyyah dan sebagainya, baik staf pengajar maupun pelajar dijamin
kehidupannya oleh badan wakaf masing-masing, sehingga bisa konsentrasi penuh
pada bidang dan karirnya serta produktif menghasilkan karya-karya ilmiah. Dengan
kemakmuran jugalah kaum Muslim dahulu dapat membangun istana-istana yang
megah, perpustakaan-perpustakaan besar dan sejumlah rumah sakit.
5 Faktor dukungan dan perlindungan penguasa
Para saintis semisal Ibn Sina, Ibn Tufayl dan at-Tusi berpindah dari satu tempat ke
tempat lain, mengikuti patron-nya. Mereka menjadi penasehat sultan, dokter istana,
atau sekaligus pejabat (Ibn Sina diangkat sebagai menteri oleh penguasa Hamadan
waktu itu).

D. Sebab-sebab Kemunduran Islam dalam Bidang IPTEK


Saat ini, perkembangan teknologi terus maju dengan pesat. Perkembangan teknologi
sudah masuk ke era digital. Segala hal bisa menjadi lebih mudah dengan digitalisasi.
Seperti yang tertulis pada Wikipedia, digitalisasi (bahasa Inggris : digitizing), merupakan
sebuah terminology untuk menjelaskan proses alih media dari bentuk tercetak, audio,
maupun video menjadi bentuk digital. Digitalisasi dilakukan untuk membuat arsip
dokumen bentuk digital, untuk fungsi fotokopi, dan untuk memuat koleksi perpusatakan

6
digital. Digitalisasi memerlukan peralatan seperti komputer, scanner, operator media
sumber dan software pendukung.
Penemu-penemu peralatan pendukung digitalisasi ini, bukanlah orang-orang muslim.
Penemu komputer adalah seorang laki-laki Eropa, bernama Charles Babbage. Ia adalah
seorang matematikawan dari Inggris yang pertama kali mengemukakan gagasan tentang
komputer yang dapat diporgram (charlesbabbage.net). Selain itu, bentuk praktis dari
komputer, yakni komputer jinjing atau laptop, juga ditemukan oleh warga Inggris yaitu
Adam Osborne keturunan Inggris yang lahir di Thailand.
Berdasarkan dua contoh di atas, dapat kita ketahui bahwa penemu alat pendukung era
digital, bukanlah orang-orang muslim. Orang-orang muslim tak lagi menjadi pelopor
dalam perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi di dunia, tidak seperti pada zaman
sebelumnya. Pada zaman kejayaan Muslim, banyak orang Muslim yang menjadi ilmuwan
dan menemukan suatu perkembangan keilmuwan. Sebagai contoh adalah Al Khawarizmi,
ia adalah seorang muslim penemu konsep matekmatika, aljabar. Hal ini terekam dalam
bukunya yang berjudul “Al-Jabr wa-al Muqabilah”. Selain aljabar, ia juga pertama kali
memperkenalkan konsep angka menjadi bilangan dari 0-9.
Matematika, merupakan dasar dari teknologi komputer. Namun, penemu komputer
bukanlah orang muslim. Hal ini merupakan salah satu contoh kalahnya orang-orang
muslim dalam perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi saat ini. Orang muslim tak
lagi berjaya seperti zaman dahulu, kalah oleh mereka yang nonmuslim.
Adanya ketimpangan kemampuan umat muslim di era terdahulu dengan sekarang
dalam hal pengembangan ilmu pengetahuan dan teknologi. Syakin Arsalan, adalah
seorang pemikir asal Libanon (1869-1946). Arsalan, dalam bukunya Kenapa Islam
Terbelakang? Menjelaskan mengenai apa saja penyebab kemunduran dunia Islam.
Menurut Arsalan terdapat dua penyebab, yakni yang pertama bangsa-bangsa non-Muslim
maju karena mereka tetap berpegang pada tradisi keagamaan mereka sendiri. Arsalan
menyebut dua contoh: Jepang dan Eropa, simbol kemajuan dunia pada awal abad ke-20.
Dua dunia itu maju tanpa harus mengabaikan tradisi keagamaan mereka. Penjelasan
kedua, bangsa-bangsa itu maju karena kerja keras untuk meraih kemajuan, terutama
dalam bidang ilmu pengetahuan.
Selain itu, dalam pandangan Arsalan, kemajuan bangsa-bangsa Islam hanya bisa
dicapai melalui jalan yang sama yang ditempuh oleh bangsa-bangsa non-Islam, yakni
berpegang pada tradisi, serta kerja keras. Hukum kemajuan berlaku secara “konsisten”
bagi bangsa Islam dan non-Islam. Ada tiga penyakit mental yang dianggap oleh Arsalan

7
sebagai “biang kerok” kemunduran dunia Islam: pesimisme (tasya’um), rendah diri (al-
istikhdza’) dan cepat putus asa (inqitha’ al-amal). Pada penutup bukunya, Arsalan
mengutip ayat yang dalam pandangannya merupakan kunci kebangkitan dunia Islam,
yakni Al-Ankabut (29):69. Bunyi ayat itu: wa ‘l-ladzina jahadu fina lanahdiyannahum
subulana – mereka yang berjuang (jihad) di jalanKu, Aku akan menunjukkan mereka
jalan-jalan menuju Aku.“Jihad” adalah kata kunci yang disebut oleh Arsalan. Tetapi, ini
bukanlah jihad dalam pengertian “perang suci” sebagaimana kita jumpai pada kelompok
Islam garis keras. Baginya, jihad adalah kerja keras dan kesediaan untuk melakukan
pengorbanan (al-tadlkhiyah).
Gagasan dari Arsalan ini, telah disampaikan di awal abad 20. Namun masih relevan
dengan kondisi Umat Islam saat ini. Sebenarnya, selain penyebab-penyebab yang telah
disebutkan oleh Arsalan, terdapat satu lagi penyebab kemunduran umat Islam dalam
perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi, yakni umat Islam saat ini telah jauh dari
Kitab Al-quran dan As-sunah. Umat muslimin saat ini, pada umumnya jauh dari dua
sumber utama kemuliaan mereka, yakni Kitabullah Al-Qur’an dan As-Sunnah An-
Nabawiyyah. Padahal Nabi Muhammad secara gambalang mewasiatkan agar kita
senantiasa berpegang teguh kepada kedua warisan suci tersebut. Hanya dengan bersikap
demikianlah kita tidak bakal menjadi tersesat dari jalan lurus yang Allah telah berikan
bagi orang-orang beriman.

‫سنَّةَ َن ِب ِيِّ ِه‬ َ َ ‫س ْكت ُ ْم ِب ِه َما ِكت‬


ِ َّ ‫اب‬
ُ ‫َّللا َو‬ ِ َ‫ت َ َر ْكتُ فِي ُك ْم أ َ ْم َري ِْن لَ ْن ت‬
َّ ‫ضلوا َما تَ َم‬

Rasulullah bersabda, "Telah aku tinggalkan untuk kalian, dua perkara yang kalian tidak
akan sesat selama kalian berpegang teguh dengan keduanya; Kitabullah dan Sunnah
Nabi-Nya." (HR. Malik 1395)

Semestinya kedua perkara ini menjadi rujukan utama kaum muslimin, baik dalam
urusan kecil maupun besar, baik urusan pribadi maupun bermasyarakat. Kedua perkara
ini merupakan sumber kemuliaan dan kebanggaan kaum muslimin. Jika mereka akrab
dengannya, niscaya mereka menjadi mulia. Jika mereka jauh dari keduanya, niscaya
mereka akan dihinggapi kehinaan sebagaimana yang tampak dewasa ini.

“Andai kata kebenaran itu menuruti hawa nafsu mereka, pasti binasalah langit dan bumi
ini, dan semua yang ada di dalamnya. Sebenarnya Kami telah mendatangkan kepada

8
mereka kebanggaan mereka tetapi mereka berpaling dari kebanggaan itu.” (QS. Al-
Mukminun [23] : 71)
Realitasnya, hubungan kaum muslimin umumnya jauh dari kedua sumber utama
ajaran Islam tersebut. Kalaupun ada hubungan biasanya hanya hubungan parsial. Ada
yang hubungannya dengan Al-Qur’an hanya sebatas tilawah (membacanya). Atau
kalaupun ada yang lebih daripada itu ialah hubungan tahfizh (menghafalkannya). Ini
bukan berarti kita tidak menganggap penting aktifitas tilawah dan tahfizh Al-Qur’an.
Tetapi masalahnya ini tidaklah cukup. Allah tidak menurunkan Al-Qur’an dengan
maksud sebatas itu. Allah menurunkan Al-Qur’an agar menjadi petunjuk, pedoman hidup
bagi ummat Islam, bahkan segenap umat manusia. Allah menghendaki agar dengan
berpedoman kepada Al-Qur’an ummat manusia keluar dari kegelapan jahiliyah menuju
terangnya hidayah cahaya Islam. Maka sepatutnya kaum muslimin juga tadabbur
(memahami) dan tathbiq (mengamalkan) Al-Qur’anul Karim.
Berdasarkan penjelasan di atas, dapat disimpulkan bahwa penyebab kemunduran
kaum muslin saat ini terhadap perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi, ada empat
hal, yakni rasa pesimis, rendah diri, cepat putus asa, dan jauh dari kitab suci Al-quran dan
As-sunah. Keempat hal ini alangkah baiknya untuk kita hindari bersama, agar umat
muslim dapat kembali meraih masa kejayaannya, dalam hal ini kejayaan dalam
perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi. Selain itu dalam buku karya Wisnu Arya
W. yang berjudul Melacak Teori Einstein dalam Al Qur'an, disebutkan beberapa faktor
yang menjadi penyebab ilmu pengetahuan dan teknologi (IPTEK) Islam mengalami
kemunduran. Faktor - faktor tersebut, antara lain adalah :
1. Kesadaran orang barat akan arti penting penguasaan ilmu pengetahuan dan teknologi
bagi peningkatan kesejahteraan rakyat sangat tinggi. Oleh karena itu, orang barat
ingin mengambil alih kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi dari umat islam,
karena pada abad ke 9 - abad ke 13 M umat islam dengan menguasai iptek bisa lebih
baik kesejahteraannya dari pada oranga barat, sehingga mereka berusaha untuk
merebut kemajuan iptek dari umat islam.
2. Orang barat yang pada umumnya beragama Nasrani, ingin menunjukan pula bahwa
melalui agama Nasrani merekapun dapat maju dalam bidang iptek sejajar dengan
umat islam. Akan tetapi dalam perkembangan selanjutnya setelah mereka
mendapatkan kemajuan dalam bidang iptek, mereka justru mulai menjauh dari agama
mereka. Mereka menjadi sekuler. Urusan agama berjalan sendiri, begitu pula dengan
iptek. Mereka mungkin menganggap bahwa agama Nasrani dengan kitab Injil, justru

9
menjadi penghalang bagi kemajuan iptek. Mungkin hal ini disebabkan kerena banyak
penemuan-penemuan badu dalam bidang ilmu pengetahuan dan teknologi yang tidak
sesuai dengan ayat-ayat dalam Kitab Injil. Misalkan tentang terbentuknya alam
semesta ini, seperti yang tertulis dalam Kitab Injil tidak sesuai dengan teori dan
kenyataan yang ada. Peredaran bumi dan planet-planet mengelilingi matahari,
bertentangan dengan teori yang ada dalam Kitab Injil. Ingat ketika Galileo Galilei
mengumumkan teori tentang peredaran bumi dan planet-planet mengelilingi matahari
ditentang oleh gereja, karena tidak sesuai dengan Bibel. Begitu pula dengan Nicolas
Copernicus mengumumkan teori tentang “heliocentris”, yaitu bumi berputar
mengelilingi matahari dan matahari sebagai pusat peredaran, juga ditentang oleh
gereja. Kedua ilmuan tersebut akhirnya dihukum mati oleh gereja. Alhamdulillah, hal
ini tidak terjadi dalam agama Islam, karena Al Qur’an selalu sesuai dengan kemajuan
ilmu pengetahuan dan teknologi ! bahkan Al Qur’an bisa menjadi sumber ilmu
pengetahuan dan teknologi. Bukankah Al Qur’an diciptakan oleh yang menciptakan
alam semesta ini? jadi selalu akan sesuai !
3. Orang-orang barat yang berjiwa petualang berusaha menemukan “benua” baru,
sehinggga mereka berusaha berlayar denan route yang tidak lazim, seperti yang
dilakukan oleh Amerigo Vespuci dan Columbus pada tahun 1492 ke benua Amerika.
Vasco de Gama pada tahun 1407 berlayar ke Tanjung Pengaharapan. James Cook
pada tahun 1770 pergi berlayar ke Australia dan New Zealand serta kepulauan
Pasifik. Penemuan-penemuan benua baru tersebut ikut mempengaruhi route
perdagangan yang berdampak terhadap negara-negara Islam pada waktu itu. Route
perdagangan yang semula Syria dan Mesir ramai dikunjungi pedagang-pedagang dari
India dan dari Eropa, setelah penemuan route (benua) baru, Mesir dan Syria jadi sepi
yang mengakibatkan sumber pendapatan negeri-negeri Islam jadi berkurang banyak.
4. Orang-orang barat sengaja menghancurkan observatorium Islam yang didirikan oleh
Taqi Al Din di Konstantinopel pada tahun 1580, menjadikan Islam kehilangan sumber
pengetahuan dan pengamatan bintang (astronomi) yang sudah sangat maju pada masa
itu. Ironisnya, pada waktu yang sama sekitar tahun 1580 juga, orang barat baru
pertama kali membangun observatoriumnya oleh Tycho Brace. Perlu dicatat bahwa
Islam telah memiliki observatorium pertama kali yang dibangun pada tahun 500-an M
di Ulugh Beg (Samarkand). Jadi orang islam sudah lebih dahulu maju 1000 tahun dari
orang barat dalam hal pengerahuan tentang astronomi.

10
5. Perjanjian perdagangan antara Sultan Sulaiman I (dinasti Utsmani) dari Turki dan
Inggris, yang pada mulanya untuk meringankan Turki mengimport barang-barang dari
Inggris dan negara-negara Eropa lainnya, tapi lama-kelamaan ekonomi Turki banyak
tergantung pada ekonomi Eropa. Terlebih lagi dengan adanya revolusi industri di
Inggris dan di negara-negara Eropa lainnya, produk barang jadi dari Eropa makin
membanjiri negara-negara islam dan keadaan ini juga makin mempengaruhi ekonomi
negara-negara islam lainnya.
6. Ketergantungan negara-negara islam terhadap ekonomi Eropa lama kelamaan menjadi
suatu bentuk ketergantungan dalam bidang pemerintahan. Inilah awal mula
pemerintahan kolonialisme barat terhadap negara-negara islam. Akibat kolonialisme
barat, maka negara-negara islam yang pada mulanya bersatu dari Maroko sampai ke
Pakistan, kemudian terpecah belah menjadi negara-negara kecil berdasarkan
feodalisme, kesultanan , kerajaan dan keemiratan yang antara satu dengan lainnya
saling bersaing, bahkan sampai bermusuhan. Politik pecah belah, devide et impera,
telah melumpuhkan kejayaan islam pada masa lalu.
7. Akibat kolonialisme negara-negara islam yang semula menggunakan bahasa Arab
sebagai bahasa nasionalnya, mulai terdesak oleh bahasa penjajah. Keadaan ini sedikit
banyak telah menjauhkan mereka dari Al Qur’an, padahal Al Qur’an adalah juga
sumber ilmu pengetahuan dan teknologi
8. Akibat kolonialisme stabilitas politik dan kemakmuran ekonomi negara-negara islam
mulai menurun, padahal stabilitas politik dan kemakmuran merupakan akar bagi
berkembangnya ilmu pengetahuan dan teknologi. Hal ini lebih diperpapah lagi dengan
munculnya kapitalisme barat.
Faktor-faktor diatas menjadi penyebab utama islam mulai tertinggal dari orang-orang
barat dalam bidang ilmu pengetahuan dan teknologi. Di samping itu, ada gejala umat
islam mulai mengenyampingkan ilmu kealaman yang justru sebenarnya banyak tersurat
dan tersirat di dalam Al Qur’an melalui ayat-ayat Kauniyyah. Padahal orang-orang barat
mulai bersemangat mempelajari dan meneliti ilmu kealaman yang mendasari kemajuan
ilmu pengetahuan dan teknologi. Oleh karena itu, dengan paparan di atas diharapkan
dapat menggugah semangat para intelektual muda islam untuk bisa bangkit untu merebut
kembali ilmu pengetahuan dan teknologi yang dulu pernah menjadi kebanggan umat
Islam.

11
E. Upaya-upaya Kebangkitan Kembali Umat Islam dalam IPTEK
Dampak lain dari kemunduran Dunia Islam di bidang IPTEK ialah tumbuh suburnya
kemiskinan, rendahnya mutu pendidikan, minimnya pendapatan perkapita, dan
merajalelanya pengangguran. Di samping itu banyak negara-negara Islam yang terjerat
hutang luar negeri. Indonesia misalnya, sekitar 60% hidup di bawah garis kemiskinan
dan 10-20% penduduknya hidup dalam kemiskinan absolut. Sementara itu jumlah
pengangguran di Indonesia hampir mencapai 40 juta orang. Negara-negara Islam yang
lain, meski tidak separah Indonesia, mereka menghadapi problem yang tidak jauh
berbeda, terutama dalam masalah hutang luar negeri. Agendanya sekarang, umat Islam
harus melakukan upaya-upaya yang dapat mendukung kembali kemajuan di bidang sains
dan teknologi. Adapun Upaya-upaya yang seharusnya di lakukan oleh umat islam seperti:
1. Umat Islam memperlakukan satu sistem pendidikan Islam yang betul-betul bisa
dijadikan rujukan dalam rangka mencetak manusia-manusia muslim yang berkualitas,
bertaqwa, beriman kepada Allah.
2. Mencoba memasukan Ilmu-ilmu umum ke Sekolah Islam (Madrasah)
3. Mengirimkan pelajar untuk mendalami Ilmu Pengetahuan dan Teknologi (IPTEK)
4. Adanya kontak Islam dengan Barat, yang merupakan faktor penting yang bisa kita
liat, adanya kontak ini paling tidak telah menggugah dan membawa perubahan
paradigma umat Islam untuk belajar secara terus menerus kepada Barat, Timbulnya
pembaharuan pendidikan Islam baik dalam bidang agama, sosial, dan pendidikan
diawali dan dilatar belakangi oleh pemikiran Islam yang timbul di belahan dunia
Islam lainnya.

F. Pemahaman Al-Quran Terhadap IPTEK


Al-Qur'an yang diturunkan oleh Allah SWT kepada Nabi Muhammad SAW
secara lisan dan berangsur-angsur antara tahun 610 hingga 632 M atau selama kira-kira
22 tahun, dimana pada masa itu umat manusia khususnya orang-orang Mekah dan
Madinah masih dalam kegelapan dan buta huruf, telah membuktikan kebenaran
wahyunya melalui konsistensinya dan kesesuaiannya dengan ilmu pengetahuan dan
teknologi (IPTEK) yang ditemukan umat manusia pada masa jauh setelah Nabi
Muhammad SAW.
Berbagai contoh di bawah ini, menunjukkan bukti-bukti kebenaran wahyu Al-Qur'an
yang diturunkan oleh Allah SWT kepada Nabi Muhammad SAW tanpa bisa dibantah.

12
1. Peredaran Benda-benda Angkasa dalam Garis Edarnya.
Tatkala merujuk kepada matahari dan bulan, di dalam Al Qur'an ditegaskan
bahwa masing-masing bergerak dalam orbit atau garis edar tertentu. Berikut surah Al-
Abiya’:33 :

“Dan Dialah yang telah menciptakan malam dan siang, matahari dan bulan. masing-
masing dari keduanya itu beredar di dalam garis edarnya.”
Menurut penelitian ilmuan (Astronom) ditemukan bahwa matahari beredar tetap
pada garis edarnya atau garis orbitnya, begitupun dengan bumi karena ketika misalkan
bumi bergeser masuk (Ke arah Matahari) 0.030 maka bumi ini akan hancur. Dan
ketika bumi bergeser ke luar 0.030 maka bumi ini dalam sekejap akan membeku.
Kemudian Disebutkan pula dalam ayat yang lain bahwa matahari tidaklah diam, tetapi
bergerak dalam garis edar tertentu, surah yasin: 38 :

“Dan matahari berjalan ditempat peredarannya. Demikianlah ketetapan yang Maha


Perkasa lagi Maha mengetahui.”
2. Lautan yang tidak bercampur satu sama lain.
Salah satu di antara sekian sifat lautan yang baru-baru ini ditemukan adalah
berkaitan dengan ayat Al Quran surah Ar-Rahman: 19-20, sebagai berikut:

"Dia membiarkan dua lautan mengalir yang keduanya kemudian bertemu, antara
keduanya ada batas yang tak dapat dilampaui oleh masing-masing.”
Sifat lautan yang saling bertemu, akan tetapi tidak bercampur satu sama lain ini
telah ditemukan oleh para ahli kelautan baru-baru ini. Dikarenakan gaya fisika yang

13
dinamakan "tegangan permukaan", air dari laut-laut yang saling bersebelahan tidak
menyatu. Akibat adanya perbedaan masa jenis, tegangan permukaan mencegah lautan
dari bercampur satu sama lain, seolah terdapat dinding tipis yang memisahkan
mereka.
3. Menembus Ruang Angkasa dan Kedalaman Perut Bumi.
Al-Qur'an adalah kitab yang sangat-sangat luar biasa, Al-Qur’an begitu canggih
sebagamaimana canggihnya pesawat terbang. Al-Qur’an memberi isyarat kepada
manusia untuk berimajinasi tinggi untuk melakukan sesuatu yang awalnya tidak
mungkin bahkan sangat mustahil untuk dilakukan, akan tetapi semua itu menjadi
kenyataan. Perhatikan ayat berikut :

“Hai jin dan manusia, jika kamu sanggup menembus (melintasi) penjuru langit dan
bumi, Maka lintasilah, kamu tidak dapat menembusnya kecuali dengan
kekuatan.”(Ar-Rahman:33)
Dewasa ini, sudah bukan hal asing lagi ketika kita melihat pesawat terbang di atas
sana. Bahkan 2 orang awak pesawat Apollo 11 telah berhasil mendarat di bulan dan
membuat stasiun ruang angkasa. Kemudian jika kita melirik ke wilayah Indonesia
bagian timur tepatnya di tembagapura papua (Irian Jaya), terdapat tambang Emas
yang dikelola oleh PT. Freeport. Perusahan ini menggali perut bumi (Tanah) hingga
kedalaman beberapa kilometer untuk mendapatkan emas.
4. Madu adalah Obat

"Kemudian makanlah dari tiap-tiap (macam) buah-buahan dan tempuhlah jalan


Tuhanmu yang telah dimudahkan (bagimu). Dari perut lebah itu ke luar minuman
(madu) yang bermacam-macam warnanya, di dalamnya terdapat obat yang
menyembuhkan bagi manusia. Sesungguhnya pada yang demikian itu benar-benar
terdapat tanda (kebesaran Tuhan) bagi orang-orang yang memikirkan." (An-
Nahl:69)

14
Tidak ada seorang pun yang membantah bahwa madu lebah dapat dijadikan obat

bagi manusia. Padahal, Al-Qur'an diturunkan pada abad ke-7 Masehi, dimana orang-

orang pada waktu itu, khususnya di Jazirah Arab, masih buta IPTEK.

5. Segala yang hidup di muka bumi diciptakan dari air

"Dan apakah orang-orang yang kafir tidak mengetahui bahwasanya langit dan bumi
itu keduanya dahulu adalah suatu yang padu, kemudian Kami pisahkan antara
keduanya. Dan dari air Kami jadikan segala sesuatu yang hidup. Maka mengapakah
mereka tiada juga beriman?" (Al-Anbiya: 30)
Pada waktu ayat tersebut diturunkan, tidak ada yang berfikir kalau segala yang
hidup itu tercipta dari air. Sekarang, tidak ada seorang pakar pun yang membantah
bahwa segala yang hidup itu tercipta dari air. Air adalah materi pokok bagi kehidupan
setiap makhluk hidup.

15
BAB III

PENUTUP

A KESIMPULAN
Kaum muslimin, pernah memiliki kejayaan di masa lalu. Masa di mana Islam menjadi
trendsenter sebuah peradaban modern. Peradaban yang dibangun untuk kesejahteraan
umat manusia di muka bumi ini. Masa kejayaan itu bermula saat Rasulullah mendirikan
pemerintahan Islam, yakni Daulah Khilafah Islamiyah di Madinah. Di masa Khulafa as-
Rasyiddin ini Islam berkembang pesat.
Pada masa pemerintahan dinasti Usmaniyah — di Barat disebut Ottoman — yang
kekuatan militernya berhasil memperluas kekuasaan hingga ke Eropa, yaitu Wina hingga
ke selatan Spanyol dan Perancis. Kekuatan militer laut Usmaniyah sangat ditakuti Barat
saat itu, apalagi mereka menguasai Laut Tengah.
Kejatuhan Islam ke tangan Barat dimulai pada awal abad ke-18. Umat Islam mulai
merasa tertinggal dalam bidang ilmu pengetahuan dan teknologi setelah masuknya
Napoleon Bonaparte ke Mesir. Saat itu Napoleon masuk dengan membawa mesin-mesin
dan peralatan cetak, ditambah tenaga ahli.
Dinasti Abbasiyah jatuh setelah kota Baghdad yang menjadi pusat pemerintahannya
diserang oleh bangsa Mongol di bawah pimpinan Hulagu Khan. Di sisi lain, tradisi
keilmuan itu kurang berkembang pada kekhalifahan Usmaniyah. Tanggal 3 Maret 1924,
khilafah Islamiyah resmi dihapus dari konstitusi Turki. Sejak saat itu tidak ada lagi negara
yang secara konsisten menganut khilafah Islamiyah. Terjadi gerakan sekularisasi yang
dipelopori oleh Kemal At-Taturk, seorang Zionis Turki.
B SARAN
Sebagai umat Islam yang taat dalam memenuhi perintah-perintah agama Islam sesuai
dengan Al-quran dan hadist-hadist, maka wajib hukumnya bagi umat Islam untuk
mennutut ilmu setinggi-tingginya baik itu ilmu pengetahuan dalam teknologi, sosial, dan
agama. Sekarang ini banyak masyarakat umum yang hanya mengerti bahwa selama ini
yang menemukan pengetahuan-pengetahuan tinggi adalah bangsa Eropa, tetapi
sebenarnya adalah tokoh-tokoh Islam pada masa itu. Dengan adanya makalah ini penulis
berharap bisa menambah pengetahuan kita dalam sejarah perkembangan islam di dunia

16
DAFTAR PUSTAKA

Baiquni, A. 1996. Al Qur’an, Ilmu Pengetahuan, dan Teknologi. Yogyakarta : PT Dana


Bhakti Prima Yasa.
Farhana.2000. Peradaban Islam Masa Dinasti Abbasiyah; Kebangkitan dan Kemajuan.
Jakarta : Media ilmu.

17

Anda mungkin juga menyukai