Disusun Oleh:
KELOMPOK I
Dalam pembuatan makalah ini, penulis mendapat bantuan dari berbagai pihak,
maka pada kesempatan ini penulis mengucapkan terima kasih yang sebesar-
besarnya kepada : Nurson Petta Pudji, S.Ag.,M.Pdi yang telah memberikan
kesempatan dan memberi fasilitas sehingga makalah ini dapat selesai dengan
lancar. Dan terima kasih pula kami ucapkan kepada bapak dan ibu dirumah yang
telah memberikan bantuan materil maupun do’anya, sehingga pembuatan makalah
ini dapat terselesaikan. Semua pihak yang tidak dapat penulis sebutkan satu
persatu yang membantu pembuatan makalah ini.
Akhir kata semoga makalah ini bisa bermanfaat bagi pembaca pada
umumnya dan penulis pada khususnya, penulis menyadari bahwa dalam
pembuatan makalah ini masih jauh dari sempurna untuk itu penulis menerima
saran dan kritik yang bersifat membangun demi perbaikan kearah kesempurnaan.
Akhir kata penulis sampaikan terimakasih.
Kelompok I
2
DAFTAR ISI
A. Simpulan .............................................................................................. 20
B. Saran/Implikasi .................................................................................... 20
3
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Sebagai umat Islam yang taat dalam memenuhi perintah-perintah
agama Islam sesuai dengan Al-quran dan hadist-hadist, maka wajib
hukumnya bagi umat Islam untuk mennutut ilmu setinggi-tingginya baik
itu ilmu pengetahuan dalam teknologi, sosial, dan agama. Sekarang ini
banyak masyarakat umum yang hanya mengerti bahwa selama ini yang
menemukan pengetahuan-pengetahuan tinggi adalah bangsa Eropa, tetapi
sebenarnya adalah tokoh-tokoh Islam pada masa itu.
4
yang sebelumnya ditemukan oleh tokoh-tokoh Islam dilanjutkan oleh
bangsa-bangsa Eropa, sehingga yang terkenal sebagai para penemu adalah
bangsa Eropa. Dan hal ini menandai kemunduran pengembangan ilmu
pengetahuan dalam umat islam.
B. Rumusan Masalah
Dari latar belakang di atas, rumusan masalah yang diambil adalah :
1. Kapan zaman kejayaan Islam di bidang IPTEKS terjadi?
2. Apa sebab-sebab kemajuan Islam di bidang IPTEKS?
3. Apa sebab-sebab kemunduran Islam di bidang IPTEKS?
4. Bagaimana upaya-upaya kebangkitan kembali umat islam dalam
bidang IPTEKS?
C. Tujuan
Adapun tujuannya adalah sebagai berikut :
1. Mengetahui zaman kejayaan Islam di bidang IPTEKS terjadi.
2. Mengetahui sebab-sebab kemajuan Islam di bidang IPTEKS.
3. Mengetahui sebab-sebab kemunduran Islam di bidang IPTEKS.
4. Mengetahui upaya-upaya kebangkitan kembali umat islam dalam
bidang IPTEKS.
5
BAB II
PEMBAHASAN
6
kekhilafahan ini mampu menunjukkan pada dunia ketinggian peradaban
Islam dengan pesatnya perkembangan Ilmu Pengetahuan dan Teknologi di
dunia Islam. Di era ini, telah lahir ilmuwan-ilmuwan Islam dengan
berbagai penemuannya yang mengguncang dunia. Sebut saja, al-
Khawarizmi (780-850) yang menemukan angka nol dan namanya
diabadikan dalam cabang ilmu matematika, Algoritma (logaritma). Ada
Ibnu Sina (980-1037) yang membuat termometer udara untuk mengukur
suhu udara. Bahkan namanya tekenal di Barat sebagai Avicena, pakar
Medis Islam legendaris dengan karya ilmiahnya Qanun (Canon) yang
menjadi referensi ilmu kedokteran para pelajar Barat. Tak ketinggalan al-
Biruni (973-1048) yang melakukan pengamatan terhadap tanaman
sehingga diperoleh kesimpulan kalau bunga memiliki 3, 4, 5, atau 18 daun
bunga dan tidak pernah 7 atau 9.
Pada abad ke-8 dan 9 M, negeri Irak dihuni oleh 30 juta penduduk
yang 80% nya merupakan petani. Hebatnya, mereka sudah pakai sistem
irigasi modern dari sungai Eufrat dan Tigris. Hasilnya, di negeri-negeri
Islam rasio hasil panen gandum dibandingkan dengan benih yang disebar
mencapai 10:1 sementara di Eropa pada waktu yang sama hanya dapat
2,5:1. Ini membuktikan bahwa ilmu pengetahuan dan pengembangannya
berdampak cukup besar bagi peradaban dan kesejahteraan umat pada masa
itu.
7
satunya adalah bapak kedokteran Ibnu Sina atau yang dikenal saat ini di
Barat dengan nama Avicenna.
8
3. Periode Ketiga (334 H/945 M – 447 H/1055 M, masa
kekuasaan Dinasti Buwaih dalam pemerintahan Khilafah
Abbasiyah. Periode ini disebut juga masa pengaruh Persia
Kedua.
4. Periode Keempat (447 H/1055 M/ - 590 H/1194 M), masa
kekuasaan Dinasti Saljuk dalam pemerintahan Khilafah
Abbasiyah; biasanya disebut juga dengan masa pengaruh
Turki Kedua.
5. Periode Kelima (590 H/1194 M – 656 H/1258 M), masa
Khalifah bebas dari pengaruh dinasti lain, tetapi kekuasaannya
hanya efektif di sekitar kota Bagdad.
9
(813 –833 M) yang membangun sebuah lembaga khusus untuk
tujuan itu, “The House of Wisdom / Bay al-Hikmah”. Dr. Mx
Meyerhof yang dikutip oleh Oemar Amin Hoesin mengungkapkan
tentang kejayaan Islam ini sebagai berikut: “Kedokteran Islam dan
ilmu pengetahuan umumnya, menyinari matahari Hellenisme
hingga pudar cahayanya. Kemudian ilmu Islam menjadi bulan di
malam gelap gulita Eropa, mengantarkan Eropa ke jalan
renaissance. Karena itulah Islam menjadi biang gerak besar, yang
dipunyai Eropa sekarang. Dengan demikian, pantas kita
menyatakan, Islam harus tetap bersama kita.” (Oemar Amin
Hoesin).
10
Para menteri keturunan Persia diberi hak penuh untuk
menjalankan pemerintahan, sehingga mereka memegang peranan
penting dalam membina tamadun/peradaban Islam. Mereka sangat
mencintai ilmu dan mengorbankan kekayaannya untuk memajukan
kecerdasan rakyat dan meningkatkan ilmu pengetahuan, sehingga
karena banyaknya keturunan Malawy yang memberikan tenaga dan
jasanya untuk kemajuan Islam.
11
kejayaan Muslim, banyak orang Muslim yang menjadi ilmuwan dan
menemukan suatu perkembangan keilmuwan. Sebagai contoh adalah Al
Khawarizmi, ia adalah seorang muslim penemu konsep matekmatika,
aljabar. Hal ini terekam dalam bukunya yang berjudul “Al-Jabr wa-al
Muqabilah”. Selain aljabar, ia juga pertama kali memperkenalkan konsep
angka menjadi bilangan dari 0-9.
12
bukunya, Arsalan mengutip ayat yang dalam pandangannya merupakan
kunci kebangkitan dunia Islam, yakni Al-Ankabut (29):69. Bunyi ayat itu:
wa ‘l-ladzina jahadu fina lanahdiyannahum subulana – mereka yang
berjuang (jihad) di jalanKu, Aku akan menunjukkan mereka jalan-jalan
menuju Aku.“Jihad” adalah kata kunci yang disebut oleh Arsalan. Tetapi,
ini bukanlah jihad dalam pengertian “perang suci” sebagaimana kita
jumpai pada kelompok Islam garis keras. Baginya, jihad adalah kerja keras
dan kesediaan untuk melakukan pengorbanan (al-tadlkhiyah).
Umat muslimin saat ini, pada umumnya jauh dari dua sumber
utama kemuliaan mereka, yakni Kitabullah Al-Qur’an dan As-Sunnah An-
Nabawiyyah. Padahal Nabi Muhammad secara gambalang mewasiatkan
agar kita senantiasa berpegang teguh kepada kedua warisan suci tersebut.
Hanya dengan bersikap demikianlah kita tidak bakal menjadi tersesat dari
jalan lurus yang Allah telah berikan bagi orang-orang beriman.
َتَر ْكُت ِفيُك ْم َأْمَر ْيِن َلْن َتِض ُّلوا َم ا َتَم َّسْكُتْم ِبِهَم ا ِكَتاَب ِهَّللا َو ُس َّنَة َنِبِّيِه
13
mereka menjadi mulia. Jika mereka jauh dari keduanya, niscaya mereka
akan dihinggapi kehinaan sebagaimana yang tampak dewasa ini.
“Andai kata kebenaran itu menuruti hawa nafsu mereka, pasti binasalah
langit dan bumi ini, dan semua yang ada di dalamnya. Sebenarnya Kami
telah mendatangkan kepada mereka kebanggaan mereka tetapi mereka
berpaling dari kebanggaan itu.” (QS. Al-Mukminun [23] : 71)
Tetapi hal di atas tidak terjadi. Malah banyak muslim yang lebih
bangga hidup berpedoman kepada berbagai sumber kebanggaan selain
daripada Al-Qur’an dan Sunnah Nabi. Mereka bangga dengan berbagai
kitab karya manusia. Ada yang lebih bangga dengan kitab warisan nenek
moyangnya yang bukan Islam. Ada yang membanggakan kitab produk
kaum kuffar Eropa. Ada yang membanggakan kitab lokal-tradisional suku
atau bangsanya yang bukan berpedoman kepada Kitabullah. Dan banyak
lagi lainnya. Padahal Allah sudah memperingatkan apa yang bakal terjadi
jika mereka meninggalkan sumber kebanggaan yang berasal dari Allah
dan Sunnah Nabi Muhammad.
14
“…dan bahwa (yang Kami perintahkan) ini adalah jalan-Ku yang lurus,
maka ikutilah dia; dan janganlah kamu mengikuti jalan-jalan (yang lain),
karena jalan-jalan itu mencerai-beraikan kamu dari jalan-Nya. Yang
demikian itu diperintahkan Allah kepadamu agar kamu bertakwa.” (QS.
Al-An’aam [6] : 153)
15
bagi kemajuan iptek. Mungkin hal ini disebabkan kerena banyak
penemuan-penemuan badu dalam bidang ilmu pengetahuan dan
teknologi yang tidak sesuai dengan ayat-ayat dalam Kitab Injil.
Misalkan tentang terbentuknya alam semesta ini, seperti yang
tertulis dalam Kitab Injil tidak sesuai dengan teori dan kenyataan
yang ada. Peredaran bumi dan planet-planet mengelilingi matahari,
bertentangan dengan teori yang ada dalam Kitab Injil. Ingat ketika
Galileo Galilei mengumumkan teori tentang peredaran bumi dan
planet-planet mengelilingi matahari ditentang oleh gereja, karena
tidak sesuai dengan Bibel. Begitu pula dengan Nicolas Copernicus
mengumumkan teori tentang “heliocentris”, yaitu bumi berputar
mengelilingi matahari dan matahari sebagai pusat peredaran, juga
ditentang oleh gereja. Kedua ilmuan tersebut akhirnya dihukum
mati oleh gereja. Alhamdulillah, hal ini tidak terjadi dalam agama
Islam, karena Al Qur’an selalu sesuai dengan kemajuan ilmu
pengetahuan dan teknologi ! bahkan Al Qur’an bisa menjadi sumber
ilmu pengetahuan dan teknologi. Bukankah Al Qur’an diciptakan
oleh yang menciptakan alam semesta ini? jadi selalu akan sesuai !
3. Orang-orang barat yang berjiwa petualang berusaha menemukan
“benua” baru, sehinggga mereka berusaha berlayar denan route
yang tidak lazim, seperti yang dilakukan oleh Amerigo Vespuci dan
Columbus pada tahun 1492 ke benua Amerika. Vasco de Gama
pada tahun 1407 berlayar ke Tanjung Pengaharapan. James Cook
pada tahun 1770 pergi berlayar ke Australia dan New Zealand serta
kepulauan Pasifik. Penemuan-penemuan benua baru tersebut ikut
mempengaruhi route perdagangan yang berdampak terhadap
negara-negara Islam pada waktu itu. Route perdagangan yang
semula Syria dan Mesir ramai dikunjungi pedagang-pedagang dari
India dan dari Eropa, setelah penemuan route (benua) baru, Mesir
dan Syria jadi sepi yang mengakibatkan sumber pendapatan negeri-
negeri Islam jadi berkurang banyak.
16
4. Orang-orang barat sengaja menghancurkan observatorium Islam
yang didirikan oleh Taqi Al Din di Konstantinopel pada tahun 1580,
menjadikan Islam kehilangan sumber pengetahuan dan pengamatan
bintang (astronomi) yang sudah sangat maju pada masa itu.
Ironisnya, pada waktu yang sama sekitar tahun 1580 juga, orang
barat baru pertama kali membangun observatoriumnya oleh Tycho
Brace. Perlu dicatat bahwa Islam telah memiliki observatorium
pertama kali yang dibangun pada tahun 500-an M di Ulugh Beg
(Samarkand). Jadi orang islam sudah lebih dahulu maju 1000 tahun
dari orang barat dalam hal pengerahuan tentang astronomi.
5. Perjanjian perdagangan antara Sultan Sulaiman I (dinasti Utsmani)
dari Turki dan Inggris, yang pada mulanya untuk meringankan
Turki mengimport barang-barang dari Inggris dan negara-negara
Eropa lainnya, tapi lama-kelamaan ekonomi Turki banyak
tergantung pada ekonomi Eropa. Terlebih lagi dengan adanya
revolusi industri di Inggris dan di negara-negara Eropa lainnya,
produk barang jadi dari Eropa makin membanjiri negara-negara
islam dan keadaan ini juga makin mempengaruhi ekonomi negara-
negara islam lainnya.
6. Ketergantungan negara-negara islam terhadap ekonomi Eropa lama
kelamaan menjadi suatu bentuk ketergantungan dalam bidang
pemerintahan. Inilah awal mula pemerintahan kolonialisme barat
terhadap negara-negara islam. Akibat kolonialisme barat, maka
negara-negara islam yang pada mulanya bersatu dari Maroko
sampai ke Pakistan, kemudian terpecah belah menjadi negara-
negara kecil berdasarkan feodalisme, kesultanan , kerajaan dan
keemiratan yang antara satu dengan lainnya saling bersaing, bahkan
sampai bermusuhan. Politik pecah belah, devide et impera, telah
melumpuhkan kejayaan islam pada masa lalu.
7. Akibat kolonialisme negara-negara islam yang semula
menggunakan bahasa Arab sebagai bahasa nasionalnya, mulai
terdesak oleh bahasa penjajah. Keadaan ini sedikit banyak telah
17
menjauhkan mereka dari Al Qur’an, padahal Al Qur’an adalah juga
sumber ilmu pengetahuan dan teknologi.
8. Akibat kolonialisme stabilitas politik dan kemakmuran ekonomi
negara-negara islam mulai menurun, padahal stabilitas politik dan
kemakmuran merupakan akar bagi berkembangnya ilmu
pengetahuan dan teknologi. Hal ini lebih diperpapah lagi dengan
munculnya kapitalisme barat.
Meskipun saat ini umat Islam banyak ditekan, ujar Ridwan, semua
upaya ini justru semakin memperkuat eksistensi Islam. Ini sesuai janji
Allah yang menyatakan bahwa meskipun begitu hebatnya musuh
menindas Islam namun hal ini bukannya akan melemahkan umat Islam.
”Ibaratnya paku, semakin ditekan, Islam akan semakin menancap dengan
kuat,”ujarnya.
18
Sementara itu, Luthfi menyatakan sistem khilafah Islamiyah masih
relevan diterapkan pada zaman sekarang ini asal dimodifikasi. Ia
mencontohkan konsep pemerintahan yang dianut Iran yang menjadi
modifikasi antara teokrasi (kekuasaan yang berpusat pada Tuhan) dan
demokrasi (yang berpusat pada masyarakat).
19
20
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Kaum muslimin, pernah memiliki kejayaan di masa lalu. Masa di
mana Islam menjadi trendsenter sebuah peradaban modern. Peradaban
yang dibangun untuk kesejahteraan umat manusia di muka bumi ini. Masa
kejayaan itu bermula saat Rasulullah mendirikan pemerintahan Islam,
yakni Daulah Khilafah Islamiyah di Madinah. Di masa Khulafa as-
Rasyiddin ini Islam berkembang pesat.
B. Saran / Implikasi
21
pengajar (‘Allamahu al-Bayan) bagi umat Islam. Dalam agama-agama lain
selain Islam kita tidak akan menemukan bahwa wahyu pertama yang
diturunkan adalah perintah untuk belajar. Kita tahu bahwa ayat pertama
yang diturunkan adalah Surat Al-‘Alaq yang memerintahan kita untuk
membaca dan belajar. Allah mengajarkan kita dengan qalam – yang sering
kita artikan dengan pena. Akan tetapi sebenarnya kata qalam juga dapat
diartikan sebagai sesuatu yang yang dapat dipergunakan untuk mentransfer
ilmu kepada orang lain. Kata Qalam tidak diletakkan dalam pengertian
yang sempit. Sehingga pada setiap zaman kata qalam dapat memiliki arti
yang lebih banyak. Seperti pada zaman sekarang, komputer dan segala
perangkatnya termasuk internet bisa diartikan sebagai penafsiran kata
qalam. Dalam surat Al-‘Alaq, Allah swt memerintahkan kita agar
menerangkan ilmu. Setelah itu kewajiban kedua adalah mentransfer ilmu
tersebut kepada generasi berikutnya. Dalam hal pendidikan, ada dua
kesimpulan yang dapat kita ambil dari firman Allah swt tersebut; yaitu
Pertama, kita belajar dan mendapatkan ilmu yang sebanyak-banyaknya.
Kedua, berkenaan dengan penelitian yang dalam ayat tersebut digunakan
kata qalam yang dapat kita artikan sebagai alat untuk mencatat dan
meneliti yang nantinya akan menjadi warisan kita kepada generasi
berikutnya.
22
kita mendengar bahwa Islam memegang peradaban penting dalam ilmu
pengetahuan. Semua cabang ilmu pengetahuan waktu itu didominasi oleh
Islam yang dibangun oleh para ilmuwan Islam pada zaman itu yang
berawal dari kota Madinah, Spanyol, Cordova dan negara-negara lainnya.
Itulah zaman yang kita kenal dengan zaman keemasan Islam, walaupun
setelah itu Islam mengalami kemunduran. Di zaman itu, di mana negara-
negara di Eropa belum ada yang membangun perguruan tinggi, negara-
negara Islam telah banyak membangun pusat-pusat studi pengetahun.
Sekarang tugas kita untuk mengembalikan masa kejayaan Islam seperti
dulu melalui berbagai lembaga keilmuan yang ada di negara-negara Islam.
23
DAFTAR PUSTAKA
24