Anda di halaman 1dari 10

PENGALAMAN UMAT ISLAM DALAM MENGEMBANGKAN ILMU

PENGETAHUAN

Makalah ini Disusun untuk Memenuhi Tugas Mata Kuliah Islam dan Ilmu Pengetahuan

Dosen Pengampu: Dr. Khairan Muhammad Arif M. Ed, MA.

Disusun oleh:

Kelompok 3

Alvina Muzri Fatika 11170130000087

Alvina Rizkiani 11180130000063

Naurah Khairunnisa 11180130000073

Kelas 6B

JURUSAN PENDIDIKAN BAHASA DAN SASTRA INDONESIA

FAKULTAS ILMU TARBIYAH DAN KEGURUAN

UIN SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA

2021
KATA PENGANTAR

Segala puji serta syukur ke hadirat Allah Swt. yang telah memberikan rahmat dan
hidayah-Nya sehingga kami dapat menyelesaikan tugas pembuatan makalah yang berjudul
“Pengalaman Umat Muslim dalam Mengembangkan Ilmu Pengetahuan” dengan sebaik
mungkin, sesuai waktu yang telah ditentukan. Kami juga berterima kasih kepada Dr. Khairan
Muhammad Arif M. Ed, MA., selaku dosen mata kuliah Islam dan Ilmu Pengetahuan UIN
Syarif Hidayatullah Jakarta yang telah memberikan tugas ini kepada kami.

Kami berharap makalah ini dapat berguna dalam rangka menambah wawasan serta
ilmu pengetahuan. Kami sangat menyadari bahwa makalah ini tak lepas dari berbagai
kekurangan. Oleh karena itu, kami sangat mengharapkan kritik dan saran demi perbaikan dan
penyempurnaan tugas ini dan sebagai pelajaran dalam pembuatan tugas-tugas yang lain di
masa mendatang. Semoga dengan adanya tugas ini kita dapat belajar bersama demi kemajuan
pendidikan terutama dalam hal keilmuan dan keislaman.

Ciputat, 31 Maret 2021

ii
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR..............................................................................................................ii
DAFTAR ISI...........................................................................................................................iii
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang..............................................................................................................1
B. Rumusan Masalah.........................................................................................................1
C. Tujuan Pembahasan.....................................................................................................1
BAB II PEMBAHASAN
A. Sejarah Pertumbuhan Dan Perkembangan Ilmu Pengetahuan Pada Peradaban
Islam.......................................................................................................................................2
B. Jenis-jenis Ilmu Pengetahuan yang dikembangan serta tokoh-tokoh yang
mengembangkan...................................................................................................................3
C. Faktor Yang Mempengaruhi Perkembangan............................................................4
BAB III PENUTUP
A. Simpulan........................................................................................................................6
B. Saran...............................................................................................................................6
DAFTAR PUSTAKA...............................................................................................................7

iii
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Islam telah lahir sejak 1400 tahun silam. Sepanjang sejarah itu, selain menyiarkan
ajaran agama, para pemimpin Islam juga turut menyebarkan budaya, ilmu pengetahuan,
dan teknologi pada setiap wilayah masyarakat yang didatanginya. Sejak zaman Nabi
Muhammad, Islam telah menyebar luas hingga ke luar wilayah jazirah Arab. Dan pada
masa-masa puncak kejayaan kekuasaan para khalifah agung, Islam merambah masuk
(sebagian menjadi penguasa) di Afrika, Asia Pasifik, dan Eropa bahkan juga ke
Amerika.
Kedatangan Islam sendiri dengan diutusNya Nabi Muhammad telah membawa manusia
untuk berfikir, beranjak dari sebuah kemunduran dan keterbelakangan mereka menuju
kemajuan peradaban yang ideal. Kemajuan peradaban tersebut tidak terlepas dari ajaran
Islam kepada umatnya agar selalu menggunakan instrumen ilmu pengetahuan sebagai
alat untuk menuju kemajuan peradaban. Kemajuan peradaban umat Islam dalam ilmu
pengetahuan dapat dilihat pada era dinasti Abbasiyah maupun pada abad pertengahan,
ketika umat Islam tidak hanya tampil sebagai komunitas ritual namun juga sebagai
komunitas intelektual. Secara historis umat Islam mengalami kemajuan dengan
majunya ilmu pengetahuan dalam berbagai bidang disiplin ilmu saat itu

B. Rumusan Masalah
1) Bagaimana sejarah perkembangan ilmu pengetahuan pada peradaban islam?
2) Siapa saja tokoh yang mengembangkan ilmu pengetahuan, dan apa jenis tokoh yang
dikembangkan?
3) Apa saja faktor yang mempengaruhi perkembangan ilmu pengetahuan?

C. Tujuan Pembahasan
1) Menjelaskan sejarah perkembangan ilmu pengetahuan dalam peradaban islam.
2) Menyebutkan tokoh dan menjelaskan ilmu apa yang telah dikembangakan.
3) Menjelaskan faktor yang mempengaruhi perkembangan.

1
BAB II

PEMBAHASAN

A. Sejarah pertumbuhan dan perkembangan ilmu pengetahuan pada peradaban islam

Sebelum dunia barat mengalami kemajuan, dunia Islam sudah terlebih dahulu
pernah mengalami masa kejayaan. Peradaban Islam adalah peradaban tertinggi di dunia.
Tidak ada yang mampu menandingi ketinggian dan kesempurnaanya. Islam pernah
mencapai puncak keemasannya pada masa dinasti Abbasiyah. Aktifitas pemikiran Islam
pada masa Dinasti Abbasiyah mencapai kemajuan peradaban pada masa tujuh khalifah,
yaitu al-Mahdi (775-785M), al-Hadi (775-786 M), Harun al-Rasyid (786-809 M), al-
Makmun (813-833 M), al-Mu’tashim (833-842 M), al-Watsiq (842-847 M), danal
Mutawakkil (847-861 M). Popularitas dinasti ini mencapai puncaknya pada zaman
Khalifah Harun al-Rasyid dan putranya al-Makmun.1
Pada masa dinasti Abbasiyah, perkembangan maupun kemajuan-kemajuan dalam
berbagai bidang sudah terbilang cukup pesat. Pada masa itu, Umat Islam telah mencapai
puncak kemuliaan, baik dalam bidang ekonomi, peradaban dan kekuasaan. Selain itu juga
telah berkembang berbagai cabang ilmu pengetahuan, ditambah lagi dengan banyaknya
penerjemahan buku-buku dari bahasa asing kebahasa Arab. Fenomena ini kemudian yang
melahirkan Susmihara Dinasti Abbasiyah (Kemajuan dalam Bidang Ilmu Agama,
Filsafat, Pendidikan dan Sains).
Pada masa Khalifah Al- Manshur dan Al-Makmun yang bergantian memimpin
dinasti Abbasiyah, mereka merintis usaha penerjemahan karya-karya cendekiawan
Yunani kedalam Bahasa Arab. Upaya ini diteruskan oleh khalifah-khalifah yang
meneruskan kepemimpinan dinasti Abbasiyah, terutama yang paling menonjol adalah
Khalifah Harun al-Rasyid. Upaya penerjemahan yang dilakukan dinasti Abbasiyah secara
garis besar terbagi menjadi 3 (tiga) fase:
 Fase pertama, pada masa al-Mansur hingga Harun al-Rasyid. Pada fase ini yang
banyak diterjemahkan adalah karya-karya bidang astronomi dan logika.
 Fase kedua berlangsung mulai masa al-Ma’munhingga tahun 300 H. Buku-buku
yang banyak diterjemahkan adalah buku dalam bidang filsafat dan kedokteran.
 Fase ketiga, setelah tahun 300 H, terutama setelah adanya pembuatan kertas.
Karya-karya yang diterjemahkan mulai meluas dalam semua bidang keilmuan.
Manuskrip yang berbahasa Yunani diterjemahkan dahulu kedalam bahasa Siriac
(bahasa ilmu pengetahuan di Mesopotamia) kemudian diterjemahkan kedalam bahasa
Arab. Dengan diterjemahkannya karya-karya berbahasa Yunani itu menjadikan
cendekiawan Muslim dapat memahami logika dan filsafat untuk mengembangkan ilmu
keislaman dan ilmu pengetahuan. Ilmu keislaman terutama lahir akibat persinggungan
logika dan filsafat disatu sisi dengan bahasa dan sastra Arab yang menjadi bahasa al-

1
Mugiyono, Perkembangan Pemikiran Dan Peradaban Islam Dalam Perspektif Sejarah, JIA, No. 1,
2013, h. 9.

2
Qur’an sekaligus sebagai bahasa resmi pemerintahan Islam pada sisi yang lain. Dari
proses ini, lahirlah ilmu kalam, ilmu tafsir, ilmu fiqh/ushul, fiqh, ilmu sastra, dan
sebagainya.2
Dinasti Abbasiyah merupakan dinasti Islam yang paling berhasil dalam
mengembangkan peradaban Islam. Para ahli sejarah tidak meragukan hasil kerja para
pakar pada masa pemerintahan dinasti Abbasiyah dalam memajukan ilmu pengetahuan
dan peradaban Islam. Namun, sebenarnya perhatian pada ilmu pengetahuan telah ada
pada sejak zaman Rasulullah SAW dengan cara mengadakan kegiatan Pendidikan. Pada
waktu masih di Mekkah, kegiatan Pendidikan dilakukan secara sembunyi-sembunyi
dirumah salah seorang sahabat yang bernama al-Arqan, sehingga tempat tersebut dikenal
dengan nama Dar al-Arqam. Begitu juga ketika Nabi Muhammad SAW berada di
Madinah kegiatan Pendidikan dilakukan di Shufah. Bahan ajar yang digunakan adalah
kitab suci al-Qur’an.3
Lalu pada masa Khulafaur Rasyidin, pada masa khalifah Abu Bakar dan Utsman bin
Affan tercatat kegiatan pengumpulan dan penulisan Al-Qur’an. Kemudian pada masa
bani Umayyah, kegiatan ilmu pengetahuan pada bidang agama dan umum pun sudah
dimulai pada penulisan hadis. Baru pada masa bani Abbasiyah ilmu pengetahuan dan
filsafat mencapai puncaknya.4
Hanya saja, umat Islam pada masanya tertinggal dari barat yang semula belajar dari
dunia Islam. Umat Islam mulai merasa tertinggal dalam bidang ilmu pengetahuan dan
teknologi setelah masuknya Napoleon Bonaparte ke Mesir dengan membawa mesin
mesin dan peralatan cetak, ditambah dengan tenaga ahli. Secara umum, hal itu terjadi
semenjak munculnya gerakan Renaesan dan Revolusi Industri di Eropa pada abad ke-18
M. Kejayaan Islam semakin surut secara dramatis setelah wilayah-wilayah Islam berada
di bawah kekuasaan imperalisme Eropa. Mereka tidak saja mengeruk kekayaan alam,
tetapi juga mempersempit ruang dan kesempatan belajar bangsa-bangsa berpenduduk
muslim agar tertinggal dari bangsa barat.5

B. Jenis-jenis Ilmu Pengetahuan yang dikembangan serta tokoh-tokoh yang


mengembangkan

Ilmu pengetahuan tidak hadir begitu saja tanpa ada perantara yang membawanya.
Jika dalam ilmu pengetahuan, ilmu filsafatlah yang menjadi cikal bakal berkembangnya
ilmu pengetahuan lainnya. Menurut Harun Nasution ada beberapa imu pengetahuan yang
dikembangan terutama ilmu kedokteran, matematika, optika, geografis, fisika, astronomi
dan sejarah selain daripada ilmu filsafat yang telah dipelajari oleh umat islam lahirlah
ahli-ahli ilmu pengtahuan dan para filsuf-filsuf islam. 6 Pada bidang Astronomi, nama al-
Fazari pada abad ke-8 merupakan salah satu astronom pertama yang menyusun astrolab
2
Kementerian Agama. eBook Pendidikan Agama Islam Dan Budi Pekerti, (Jakarta: Kementerian Agama
RI, 2019), h. 83-84.
3
Abudin Nata, Islam dan Ilmu Pengetahuan, (Jakarta: Prenada Media, 2018), h. 83-84.
4
Ibid, h. 84-85.
5
Kementerian Agama, Op.Cit ,h. 253
6
Abuddin Nata, Islam dan Ilmu Pengetahuan, 2018: Preda Media, hlm. 87-88.

3
atau alat yang dulu dipakai untuk mengukur tinggi bintang-bintang dan benda-benda
langit lainnya. Selain al-Fazari, di Islam juga terkenal nama al-Farghani yang menulis
tentang ilmu astronomi yang kemudian bukunya diterjemahkan ke bahasa Latin oleh
Gerard Cremona dan Johannes Hispalenis. Lalu pada bidang optika ada al-Hazen atau
Abu Ali al-Hasan Ibn al-Haytham yang pada abad ke X menentang pendapat bahwa mata
yang mengirimkan cahaya kepada benda yang dilihat, karena menurutnya mata dapat
melihat karena benda yang berwarna sehingga bendalah yang mengirim cahaya ke mata.
Dalam bidang ilmu kimia, terdapat nama al-Jabir Ibn Hayyan dan Abu Bakar Zakaria al-
Razi yang pada tahun 865-925 M mengarang buku tentang al-Kimia yang dapat ditemui
pada abad XX.
Bukan hanya beberapa ilmu pengatahuan itu saja. Pada umat islam juga
dikembangkan ilmu pengetahuan tentang kedokteran yang dikenal tokohnya adalah Ibnu
Sina dan al-Razi. Al-Razi atau yang jika di Eropa dikenal dengan nama Rhazes
merupakan salah satu ilmuan kedokteran yang mengarang buku tentang penyakit cacar
dan campak yang kemudian bukunya banyak diterjemahkan dalam bahasa Latin, Inggris
dan bahasa-bahasa Eropa lainnya. Adapun Ibnu Sina yang bukan hanya seorang filsuf, ia
juka merupakan seorang dokter yang yang mengarang ensiklopedia dalam ilmu
kedokteran yang berjudul al-Qanum fi al-Thibb buku yang banyak diterjemahkan ke
dalam bahasa Eropa. Bukan hanya mereka berdua saja. Seorang tokoh Islam yang
bergerak di dalam ilmu kedokteran juga ada Abu Marwan Abdulmanik Ibn Abi al Ala Ibn
Zuhr dengan bukunya yang berjudul al-Taisir yang kemudian buku-bukunya digunakan
oleh dokter-dokter sebagai pegangan terutama mengenai percobaan-percobaan klinik.
Ada begitu banyak ilmuan Muslim yang bergerak di bidang-bidang tertentu seperti
Abu Muhammad Dhiyauddin Ibn Baithar yang bergerak pada bidang pertanian, Abu
Sa’id Abu al-Manik ibn Kuraib al-Ashma’i, Abu Usman Amr ibn Bahr al-Jahiz, dan Abu
Hatim Mahmud ibn Hasan al-Thabari al-Qazwini serta Kamaluddin al-Damiri yang
bergerak pada bidang kehewanan. Selain dari itu ada ilmuan Muslim yang memiliki
keahlian teknik dan arsitektur yang salah satunya ada M. Badruz Zaman Isma,il al-Jazari
yang pada tahun 1206 menemukan pompa air. Dalam bidang Sosiologi, Ibnu Khaldun
yang memiliki tulisan-tulisan sebuah pengantar Kitab al-Ibrar (Buku Sejarah) yang tujuh
jilid, yang di dalam pengatarnya ini ia menjelaskan tentang kaidah-kaidah yang
digunakan dalam meneliti sejarah. Baginya kaidah-kaidah ilmu sejarah yang ditetapkan
bersifat objektif ilmiah baik di dalam pengamatan, pengumpulan data, pengujian fakta-
fakta pada hubungannya, maupun penyimpulannya harus dilakukan dengan logika
induktif. Menurutnya, sejarah tidak boleh hanya sekedar menyampaikan kisah-kisah,
masuk akal, maupun tidak, dengan cara spekulasi-metafisikal.7

C. Faktor yang mempengaruhi perkembangan

Berkembangnya ilmu pengetahuan dan peradaban tidak terjdi begitu saja, melainkan
karena ada nya faktor-faktor antara satu dengan lain yang saling berhubungan. Didin

7
Ibid. Abuddin Nata, 2018, h. 88-94.

4
Saefudin misalnya, menyebutkan ada 7 faktor yang saling mempengaruhi dalam
perkembangan ilmu pengetahuan dalam islam antara lain;
 Kontak dengan peradaban Yunani yang ada di Persia.
 Etos keilmuan para khalifah Abbasiyah.
 Keluarga Barmak
 Aktivitas terjemahan
 Berkurangnya kegiatan ekspansi dan tidak adanya pemberontakan
 Heterogenitas peradaban dan kebudayaan yang ada di Baghdad
 Situasi sosial Baghdad8
Sejalan dengan pendapat Didin Saefudin, adapun Abuddin Nata menyebutkan jika
penyebab terjadinya perkembangan ilmu pengetahuan dalam Islam disebabkan oleh dua
faktor; yaitu internal dan eksternal. Jika faktor internal timbul karena ajaran islam sendiri
yang mana sudah tertera dalam Al-Qur’an dan As-Sunnah maka faktor eksternalnya
sebagai berikut:
 Faktor lingkungan, yakni adanya daerah-daerah yang dikuasai islam yang telah
memiliki tradisi dalam perngembangan ilmu pengetahuan.
 Faktor kebutuhan pragmatic atau manfaat bagi kehidupan, yakni bahwa
membangun masyarakat diperlukan berbagai keahlian seperti ahli pertanian, ahli
irigasi, ahli perdagangan, ahli membangun gedung dan lain-lain.
 Faktor ekonomi dan kesejahteraan masyarakat yang baik, yang memungkinkan
mereka dapat mengembangkan ilmu pengetahuan, kebudayaan, dan peradaban.
 Faktor politik dan keamanan yang baik.
 Faktor asimilasi budaya.
 Faktor dukungan penguasa.
 Faktor tradisi ilmiah, antara lain; tradisi meneliti, rihlah ilmiah, menulis, membaca
dan berdebat.9

8
Ibid. Abuddin Nata, 2018, h. 95.
9
Ibid. Abuddin Nata, 2018, h. 96.

5
BAB III

PENUTUP

A. Simpulan

Sebelum dunia barat mengalami kemajuan, dunia Islam sudah terlebih dahulu
pernah mengalami masa kejayaan. Peradaban Islam adalah peradaban tertinggi di dunia.
Tidak ada yang mampu menandingi ketinggian dan kesempurnaanya. Tidak hanya
mengembangkan ilmu mengenai islam saja, banyak ahli ilmu dari peradaban islam yang
juga mengembangkan ilmu umum untuk dipelajari di masa depan. Setelah diciptakan dan
dikembangkan, ada pula faktor-faktor yang mempengaruhi ilmu-ilmu tersebut
berkembang mulai dari faktor internal hingga faktor eksternal.

B. Saran
Penulis menyadari betul banyaknya kekurangan dalam makalah yang telah kami
susun ini. Maka, untuk pemahaman yang lebih mendalam alangkah lebih baiknya
pembaca mencari dan mengkaji sumber lain yang serupa agar pemahaman yang didapat
menjadi lebih komprehensif

6
DAFTAR PUSTAKA

Kementerian Agama. 2019. eBook Pendidikan Agama Islam Dan Budi Pekerti. Jakarta:
Kementerian Agama RI.

Mugiyono. 2013. Perkembangan Pemikiran Dan Peradaban Islam Dalam Perspektif


Sejarah. JIA. No. 1.

Nata, Abudin. 2018. Islam dan Ilmu Pengetahuan. Jakarta: Prenada Media.

Anda mungkin juga menyukai