Anda di halaman 1dari 27

MAKALAH AIK V

“KARYA MONUMENTAL UMAT ISLAM DALAM IPTEKS”

DISUSUN OLEH :

KELOMPOK 1 : ZULFATUL MULKI 22122042

SUWARTI SETIANINGSIH 22122054

HAMUD MUHSIN 22122090

MUH. AIDIL FITRI 22122071

PRODI PENDIDIKAN AGAMA ISLAM

FAKULTAS AGAMA ISLAM

UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH KENDARI

2023
KATA PENGANTAR

Alhamdulilahirobbil’alaamiin, kami panjatkan puji syukur kepada Allah

SWT Tuhan semesta alam yang telah melimpahkan karunianya kepada kita

semua, sehingga dengan berkat dan karunianya kami dapat menyelesaikan

makalah ini tepat pada waktunya. Shalawat serta salam tak lupa pula kami

kirimkan kepada junjungan kita Nabi besar Muhammad SAW yang telah

membawa kita dari zaman kegelapan menuju zaman yang terang benderang yang

dihiasi oleh iman, islam dan ihsan.

Dan tak lupa pula kami ucapkan terima kasih yang sebesar-besarnya

kepada Bapak Ahmad Abdillah Mattinetta, S.S., M.Pd, yang telah memberi kami

tugas untuk membuat makalah ini. Dan kami juga berterima kasih kepada teman-

teman yang telah membantu untuk menyelesaikan makalah mata kuliah AIK V.

Kami berharap makalah ini dapat bermanfaat bagi kami dan kita semua.

Kami menyadari sepenuhnya banyak kekurangan dan keterbatasan,

meskipun telah di sertai dengan usaha yang maksimal sesuai dengan kemampuan

yang telah kami miliki. Oleh Karena itu, segala saran dan kritik yang membangun

sangat di harapkan untuk perbaikan makalah yang akan datang.

Kendari, 22 November 2023

Penyusun

ii
DAFTAR ISI

DAFTAR ISI .......................................................................................................................... iii

KATA PENGANTAR ............................................................................................................ ii

BAB I PENDAHULUAN ....................................................................................................... 1

A. Latar Belakang ............................................................................................................. 1

B. Rumusan Masalah ........................................................................................................ 2

C. Tujuan Penulisan .......................................................................................................... 2

BAB II PEMBAHASAN ........................................................................................................ 4

A. Zaman Kejayaan Islam di Bidang IPTEKS ................................................................... 4

B. Sebab-Sebab Kemajuan Umat Islam Di Bidang IPTEKS .............................................. 8

C. Sebab-Sebab Mundurnya Umat Islam Dalam Bidang IPTEKS ..................................... 11

D. Upaya-Upaya Kebangkitan Kembali Umat Islam Dalam IPTEKS ................................ 18

BAB III PENUTUP ................................................................................................................ 22

A. Kesimpulan .................................................................................................................. 22

B. Saran ............................................................................................................................ 23

DAFTAR PUSTAKA ............................................................................................................. 24

iii
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Sebagai umat Islam yang taat dalam memenuhi perintah-perintah

agama Islam sesuai dengan Al-quran dan hadist-hadist, maka wajib

hukumnya bagi umat Islam untuk menuntut ilmu setinggi-tingginya baik

itu ilmu pengetahuan dalam teknologi, sosial, dan agama. Sekarang ini

banyak masyarakat umum yang hanya mengerti bahwa selama ini yang

menemukan pengetahuan-pengetahuan tinggi adalah bangsa Eropa, tetapi

sebenarnya adalah tokoh-tokoh Islam pada masa itu.

Dalam bahasa Arab, pengetahuan digambarkan dengan istilah al-

ilm, diambil dari kata “alamah” yang berarti “tanda”, “simbol”,

atau ”lambang”, yang dengannya sesuatu itu dapat dikenal. Tapi alamah

juga berarti pengetahuan, lencana, karakteristik, petunjuk dan gejala.

Karenanya ma‟lam (ma‟alim) berarti juga petunjuk jalan, Dapat dikatakan

bahwa ilmu pengetahuan dianggap dapat menunjukkan jalan menuju

kesejahteraan dan juga menerangi kehidupan umat manusia, yang jika

berjaya ilmu pengetahuan maka sejahteralah kehidupan pada saat itu,

apabila ilmu pengetahuan tidak berkembang maka kehidupan akan

menjadi tertutup, primitif dan tidak berkembang pula. Islam pernah

mengalami kejayaan di dalam ilmu pengetahuan di masa lalu, Tokoh-

tokoh Islam pada masa itu sangat membawa agama Islam pada masa

kejayaan yang sangat tinggi. Latar belakang dalam menulis makalah ini
adalah untuk memberikan informasi tentang agama Islam sebagai pelopor

dalam ilmu pengetahuan pada masa itu. Pada peradaban kejayaannya

Islam masuk ke Eropa, dan bangsa-bangsa Eropa yang pada waktu itu

sangat primitif, kemudian tertolong dengan kedatangan tokoh-tokoh Islam

tersebut. Itulah bukti kekuatan ilmu pengetahuan terhadap kesejahteraan

umat. Pada masa Napoleon Bonaparte ke Mesir agama Islam mulai jatuh,

dan ilmu pengetahuan-pengetahuan yang sebelumnya ditemukan oleh

tokoh-tokoh Islam dilanjutkan oleh bangsa-bangsa Eropa, sehingga yang

terkenal sebagai para penemu adalah bangsa Eropa. Dan hal ini menandai

kemunduran pengembangan ilmu pengetahuan dalam umat islam.

B. Rumusan Masalah

1. Bagaimana Kejayaan Islam di Bidang IPTEKS?

2. Apa Yang Menjadi Sebab Kemajuan Umat Islam Di Bidang

IPTEKS?

3. Apa Yang Menjadi Sebab Kemunduran Umat Islam Di Bidang

IPTEKS?

4. Bagaimana Upaya-Upaya Kebangkitan Kembali Umat Islam

Dalam IPTEKS?

C. Tujuan

1. Untuk Mengetahui Kejayaan Islam di Bidang IPTEKS

2
2. Untuk Mengetahui Sebab-Sebab Kemajuan Umat Islam Di Bidang

IPTEKS

3. Untuk Mengetahui Sebab-Sebab Kemunduran Umat Islam Di

Bidang IPTEKS

4. Untuk Mengetahui Upaya-Upaya Kebangkitan Kembali Umat

Islam Dalam IPTEKS

3
BAB II

PEMBAHASAN

A. Zaman Kejayaan Islam di Bidang IPTEKS

Kaum muslimin, pernah memiliki kejayaan di masa lalu. Masa di

mana Islam menjadi trendsenter sebuah peradaban modern. Peradaban

yang dibangun untuk kesejahteraan umat manusia di muka bumi ini. Masa

kejayaan itu bermula saat Rasulullah mendirikan pemerintahan Islam,

yakni Daulah Khilafah Islamiyah di Madinah. Di masa Khulafa

ArRasyiddin ini Islam berkembang pesat. Sejarawan Barat beraliran

konservatif, W Montgomery Watt menganalisa tentang rahasia kemajuan

peradaban Islam, ia mengatakan bahwa Islam tidak mengenal pemisahan

yang kaku antara ilmu pengetahuan, etika, dan ajaran agama. Andalusia,

yang menjadi pusat ilmu pengetahuan di masa kejayaan Islam, telah

melahirkan ribuan ilmuwan, dan menginsiprasi para ilmuwan Barat untuk

belajar dari kemajuan iptek yang dibangun kaum muslimin. Terjemahan

buku-buku bangsa Arab, terutama buku-buku keilmuan hampir menjadi

satu-satunya sumber-sumber bagi pengajaran di perguruan-perguruan

tinggi Eropa selama lima atau enam abad. Fakta sejarah menjelaskan

antara lain, bahwa Islam pada waktu pertama kalinya memiliki kejayaan.

Pada zaman Daulah Abbasiyah, dikatakan sebagai masa

menjamurnya kesusasteraan dan ilmu pengetahuan, disalin ke dalam

bahasa Arab, ilmu-ilmu purbakala. Lahirlah pada masa itu sekian banyak

4
penyair, pujangga, ahli bahasa, ahli sejarah, ahli hukum, ahli tafsir, ahli

hadits, ahli filsafat, thib, ahli bangunan dan sebagainya. Zaman ini adalah

zaman keemasan Islam, demikian Jarji Zaidan memulai lukisannya tentang

Bani Abbasiyah. Dalam zaman ini, kedaulatan kaum muslimin telah

sampai ke puncak kemuliaan, baik kekayaan, kemajuan, ataupun

kekuasaan. Dalam zaman ini telah lahir berbagai ilmu Islam, dan berbagai

ilmu penting telah diterjemahkan ke dalam bahasa Arab. Masa Daulah

Abbasiyah adalah masa di mana umat Islam mengembangkan ilmu

pengetahuan, suatu kehausan akan ilmu pengetahuan yang belum pernah

ada dalam sejarah. Kesadaran akan pentingnya ilmu pengetahuan

merefleksikan terciptanya beberapa karya ilmiah seperti terlihat pada alam

pemikiran Islam pada abad ke-8 M. yaitu gerakan penerjemahan buku

peninggalan kebudayaan Yunani dan Persia. 1 Ilmu pengetahuan dipandang

sebagai suatu hal yang sangat mulia dan berharga. Para khalifah dan para

pembesar lainnya membuka kemungkinan seluas-luasnya untuk kemajuan

dan perkembangan ilmu pengetahuan.

Pada umumnya khalifah adalah para ulama yang mencintai ilmu,

menghormati sarjana dan memuliakan pujangga. Kebebasan berpikir

sebagai hak asasi manusia diakui sepenuhnya. Pada waktu itu akal dan

pikiran dibebaskan benar-benar dari belenggu taklid, hal mana

menyebabkan orang sangat leluasa mengeluarkan pendapat dalam segala

bidang, termasuk bidang aqidah, falsafah, ibadah dan sebagainya.

1
Farhana, Peradaban Islam Dinasti Abbasiyah; Kebangkitan dan Kemajuan, Media Ilmu.

5
Kecanggihan teknologi masa ini juga terlihat dari peninggalanpeninggalan

sejarahnya.Seperti arsitektur mesjid Agung Cordoba Blue Mosque di

Konstantinopel. atau menara spiral di Samara yang dibangun oleh khalifah

al-Mutawakkil, Istana al-Hamra (al-Hamra Qasr) yang dibangun di Seville,

Andalusia pada tahun 913 M. Sebuah Istana terindah yang dibangun di

atas bukit yang menghadap ke kota Granada. Saat itu “kata Lutfi” banyak

lahir tokoh dunia yang kitabnya menjadi referensi ilmu pengetahuan

modern. Salah satunya adalah bapak kedokteran Ibnu Sina atau yang

dikenal saat ini di Barat dengan nama Avicenna.

Pada saat itu tentara Islam juga berhasil membuat senjata bernama

“manzanik‟, sejenis ketepel besar pelontar batu atau api. Ini membuktikan

bahwa Islam mampu mengadopsi teknologi dari luar. Pada abad ke-14,

tentara Salib akhirnya terusir dari Timur Tengah dan membangkitkan

kebanggaan bagi masyarakat Arab. Peradaban Islam memang peradaban

emas yang mencerahkan dunia. Itu sebabnya menurut Montgomery, tanpa

dukungan peradaban Islam yang menjadi dinamonya, Barat bukanlah apa-

apa. Wajar jika Barat berhutang budi pada Islam. 2

Berikut ini adalah beberapa penemu atau ilmuan muslim yang

sangat berpengaruh terhadapilmu pengetahuan yang hingga sekarang

masih bermanfaat dan masih digunakan:

2
Abdul Rais dkk, Makalah (Karya Monumental Umat Islam Dalam IPTEKS),
(Makassar,2015).

6
1. Al-Khawarizmi: ia adalah seorang yang menemukan ilmu aljabar

di dalam matematika.

2. Ibnu Sina ia adalah: membuat buku tentang kedoteran.

3. Jabbir Ibnu Hayyan: ahli kimia yang di kenal sebagai bapak kimia.

4. Al-Biruni: meletakkan dasar-dasar satu cabang keilmuan tertua

yang berhubungan dengan lingkungan fisik bumi. Dia di nobatkan

sebagai bapak antropologi, idiologi.

5. Abu Al-Zahwari: penemu tehnik patah tulang dan membuat kitab

untuk menyembuhkan luka padasaat oprasi.

6. Ibnu Haitham: dikenal sebagai bapak ilmu mata yang mengurai

bagaimana mata bekerja atau biasa dikenal sebagai Bapak Optik.

7. Ar-Razi: orang pertama yang bisa menjelaskan tentang penyakit

cacar dan juga alergi asma dan demam sebagai daya mekanisme

tubuh.

Jadi wajar jika Gustave Lebon mengatakan bahwa terjemahan

buku-buku bangsa Arab terutama buku-buku keilmuan hampir menjadi

satu-satunya sumber-sumber bagi pengajaran di perguruan-perguruan

tinggi Eropa selama lima atau enam abad. Tidak hanya itu, Lebon juga

mengatakan bahwa hanya buku-buku bangsa Arab-Persia lah yang

dijadikan sandaran oleh para ilmuwan Barat seperti Roger Bacon,

Leonardo da Vinci, Arnold de Philipi, Raymond Lull, San Thomas,

Albertus Magnus dan Alfonso X dari Castella. Belum lagi ribuan buku

7
yang berhasil memberikan pencerahan kepada dunia. Itu sebabnya, jangan

heran kalau perpustakaan umum banyak dibangun di masa kejayaan Islam.

Perpustakaan Al ahkam di Andalusia misalnya,merupakan

perpustakaan yang sangat besar dan luas. Buku yang ada di situ mencapai

400 ribu buah. Uniknya, perpustakaan ini sudah memiliki katalog.

Sehingga memudahkan pencarian buku. Perpustakaan umum Tripoli di

daerah Syam, memiliki sekitar tiga juta judul buku, termasuk 50.000

eksemplar al-Quran dan tafsirnya. Dan masih banyak lagi perpustakaan

lainnya. 3

B. Kemajuan Umat Islam di Bidang IPTEKS

Sebab-sebab kemajuan umat Islam di bidang IPTEKS

Disamping secara eksternal saat itu Barat tengah tertidur lelap

dalam buaian teosentrisme dan alam pikiran yang jumud, bahkan bangsa

barat saat itu dalam kondisi terbelakang. Islam mengalami kebangkitan

intelektual dan kultural yang sepektakuler dengan revolusi pemikiran dan

budaya Islam yang bercorak peradaban baru, menyambung mata rantai

peradaban sebelumnya (Yunani, Babilon, dan Persia). Islam yang

kosmopolit, humanistik, kultural, dan saintifik yang puncaknya pada era

Abasiyyah. Secara umum ada beberapa factor yang telah mendorong

kemajuan sains di dunia Islam saat itu yakni;

3
Baiquni, A, Al-Qur’an, Ilmu Pengetahuan dan Teknologi, PT. Dana Bhakti Prama Yasa,
Yogyakarta, 1996.

8
1. Kesungguhan dalam mengimani mempraktekkan ajaran Islam

sebagaimana tertuang dalam al-Qur’an dan Sunnah itu lahirlah

individu-individu unggul yang pada gilirannya membentuk

masyarakat madani Islami.

2. Adanya motivasi agama. Seperti kita ketahui, kitab suci al-Qur’an

banyak berisi anjuran untuk menuntut ilmu, membaca (iqra’),

melakukan observasi, esplorasi, ekspedisi (siru fil ardhi), dan

berfikir ilmiah rasional. Al-Qur’an juga mengecam keras sikap

dogmatis atau taklid buta. Begitu gencarnya ayat-ayat itu

didengungkan, sehingga belajar atau mencari ilmu pengetahuan

diyakinisebagai kewajiban atas setiap individu Muslim, dengan

implikasi berdosalah mereka yang tidak melakukannya. Pada

dataran praktis, doktrin ini membawa dampak sangat positif. Ia

mendorong dan mempercepat terciptanya masyarakat ilmu

(knowledge society) dan budaya ilmu (Knowledge culture) dua

pilar utama setiap peradaban.

3. Faktor sosial politik, Tumbuh dan berkembangnya budaya ilmu

dan tradisi ilmiah pada masa itu dimungkinkan antara lain jika

bukan terutama oleh kondisi masyarakat Islam yang meskipun

terdiri dari bermacam-macam etnis (Arab, Parsi, Koptik, Berber,

Turki, dan lain lain), dengan latar belakang bahasa dan budaya

masing-masing, namun berhasil diikat oleh tali persaudaraan Islam.

Dengan demikian terwujudlah stabilitas, keamanan dan persatuan.

9
Para pencari ilmu maupun cendekiawan dengan leluasa dan aman

bepergian ke pusat-pusat pendidikan dan keilmuan, dari Seville ke

Baghdad, dari Samarkand ke Madinah, dari Isfahan ke Kairo, atau

dari Yaman ke Damaskus. Ini belum termasuk mereka yang

menjelajahi seluruh pelosok dunia Islam semisal Ibn Jubayr.

4. Faktor ekonomi. Kesejahteraan masyarakat masa itu membuka

kesempatan bagi setiap orang untuk mengembangkan diri dan

mencapai apa yang diinginkannya. Imam ad-Dhahabī misalnya,

menuntut ilmu hingga usia 20 tahun dengan biaya orangtuanya.

Namun umumnya, pemerintah mengalokasikan dana khusus untuk

para penuntut ilmu di universitas dan sekolah-sekolah tinggi seperti

Nizamiyyah, Aziziyyah, Mustansiriyyah dan sebagainya, baik staf

pengajar maupun pelajar dijamin kehidupannya oleh badan wakaf

masing-masing, sehingga bisa konsentrasi penuh pada bidang dan

karirnya serta produktif menghasilkan karya-karya ilmiah. Dengan

kemakmuran jugalah kaum Muslim dahulu dapat membangun

istana-istana yang megah, perpustakaan-perpustakaan besar dan

sejumlah rumah sakit.

5. Faktor dukungan dan perlindungan penguasa saat itu. Para saintis

semisal Ibn Sina, Ibn Tufayldan at-Tusi berpindah dari satu tempat

ke tempat lain, mengikuti patron-nya. Mereka menjadi penasehat

sultan, dokter istana, atau sekaligus pejabat (Ibn Sina diangkat

sebagai menteri oleh penguasa Hamadan waktu itu).

10
C. Sebab-Sebab Mundurnya Umat Islam Dalam Bidang IPTEKS

Dalam Kemunduran pengembangan Ilmu Pengetahuan dalam

Islam terjadi ketika kejatuhan Islam ke tangan Barat dimulai pada awal

abad ke-18. Ada beberapa faktor penyebab kemunduran umat Islam dalam

bidang IPTEKS:

1. Kesadaran orang barat akan arti penting penguasaan ilmu

pengetahuan dan teknologi bagi peningkatan kesejahteraan rakyat

sangat tinggi. Oleh karena itu, orang barat ingin mengambil alih

kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi dari umat islam, karena

pada abad ke 9 - abad ke 13 umat islam dengan menguasai iptek

bisa lebih baik kesejahteraannya dari pada orang barat, sehingga

mereka berusaha untuk merebut kemajuan iptek dari umat islam.

2. Orang barat yang pada umumnya beragama Nasrani, ingin

menunjukan pula bahwa melalui agama Nasrani mereka pun dapat

maju dalam bidang iptek sejajar dengan umat Islam. Akan tetapi

dalam perkembangan selanjutnya setelah mereka mendapatkan

kemajuan dalam bidang iptek, mereka justru mulai menjauh dari

agama mereka. Mereka menjadi sekuler. Urusan agama berjalan

sendiri, begitu pula dengan iptek. Mereka mungkin menganggap

bahwa agama Nasrani dengan kitab Injil, justru menjadi

penghalang bagi kemajuan iptek. Mungkin hal ini disebabkan

kerena banyak penemuan-penemuan baru dalam bidang ilmu

pengetahuan dan teknologi yang tidak sesuai dengan ayat-ayat

11
dalam Kitab Injil. Misalkan tentang terbentuknya alam semesta ini,

seperti yang tertulis dalam Kitab Injil tidak sesuai dengan teori dan

kenyataan yang ada. Peredaran bumi dan planet-planet

mengelilingi matahari, bertentangan dengan teori yang ada dalam

Kitab Injil. Ingat ketika Galileo Galilei mengumumkan teori

tentang peredaran bumi dan planetplanet mengelilingi matahari

ditentang oleh gereja, karena tidak sesuai dengan Bibel. Begitu

pula dengan Nicolas Copernicus mengumumkan teori tentang

“heliocentris”, yaitu bumi berputar mengelilingi matahari dan

matahari sebagai pusat peredaran, juga ditentang oleh gereja.

Kedua ilmwuan tersebut akhirnya dihukum mati oleh gereja.

Alhamdulillah, hal ini tidak terjadi dalam agama Islam, karena Al

Qur’an selalu sesuai dengan kemajuan ilmu pengetahuan dan

teknologi bahkan Al Qur’an bisa menjadi sumber ilmu

pengetahuan dan teknologi. Bukankah Al Qur’an diciptakan oleh

yang menciptakan alam semestaini? Jadi selalu akan sesuai !

3. Orang-orang barat yang berjiwa petualang berusaha menemukan

“benua” baru, sehinggga mereka berusaha berlayar dengan route

yang tidak lazim, seperti yang dilakukan oleh Amerigo Vespuci

dan Columbus pada tahun 1492 ke benua Amerika. Vasco de

Gama pada tahun 1407 berlayar ke Tanjung Pengaharapan. James

Cook pada tahun 1770 pergi berlayar ke Australia dan New

Zealand serta kepulauan Pasifik. Penemuan-penemuan benua baru

12
tersebut ikut mempengaruhi route perdagangan yang berdampak

terhadap negara-negara Islam pada waktu itu. Route perdagangan

yang semula Syria dan Mesir ramai dikunjungi pedagang-pedagang

dari India dan Eropa, setelah penemuan route (benua) baru, Mesir

dan Syria jadi sepi yang mengakibatkan sumber pendapatan negeri-

negeri Islam jadi berkurang banyak.

4. Orang-orang barat sengaja menghancurkan observatorium Islam

yang didirikan oleh Taqi Al-Din di Konstantinopel pada tahun

1580, menjadikan Islam kehilangan sumber pengetahuan dan

pengamatan bintang (astronomi) yang sudah sangat maju pada

masa itu. Ironisnya, pada waktu yang sama sekitar tahun 1580 juga,

orang barat baru pertama kali membangun observatoriumnya oleh

Tycho Brace. Perlu dicatat bahwa Islam telah memiliki

observatorium pertama kali yang dibangun pada tahun 500-an M di

Ulugh Beg (Samarkand). Jadi orang islam sudah lebih dahulu maju

1000 tahun dari orang barat dalam hal pengetahuan tentang

astronomi.

5. Perjanjian perdagangan antara Sultan Sulaiman I (dinasti Utsmani)

dari Turki dan Inggris, yang pada mulanya untuk meringankan

Turki mengimport barang-barang dari Inggris dan negara-negara

Eropa lainnya, tapi lama-kelamaan ekonomi Turki banyak

tergantung pada ekonomi Eropa. Terlebih lagi dengan adanya

revolusi industri di Inggris dan di negara-negara Eropa lainnya,

13
produk barang jadi dari Eropa makin membanjiri negara-negara

islam dan keadaan ini juga makin mempengaruhi ekonomi negara-

negara Islam lainnya.

6. Ketergantungan negara-negara Islam terhadap ekonomi Eropa lama

kelamaan menjadi suatu bentuk ketergantungan dalam bidang

pemerintahan. Inilah awal mula pemerintahan kolonialisme barat

terhadap negara-negara Islam. Akibat kolonialisme barat, maka

negara-negara Islam yang pada mulanya bersatu dari Maroko

sampai ke Pakistan, kemudian terpecah belah menjadi negara-

negara kecil berdasarkan feodalisme, kesultanan, kerajaan dan

keemiratan yang antara satu dengan lainnya saling bersaing,

bahkan sampai bermusuhan. Politik pecah belah, Devide Et Impera,

telah melumpuhkan kejayaan Islam pada masa lalu. Akibat

kolonialisme negara-negara Islam yang semula menggunakan

bahasa Arab sebagai bahasa nasionalnya, mulai terdesak oleh

bahasa penjajah. Keadaan ini sedikit banyak telah menjauhkan

mereka dari Al Qur’an, padahal Al Qur’an adalah juga sumber

ilmu pengetahuan dan teknologi.

7. Akibat kolonialisme stabilitas politik dan kemakmuran ekonomi

negara-negara Islam mulai menurun, padahal stabilitas politik dan

kemakmuran merupakan akar bagi berkembangnya ilmu

14
pengetahuan dan teknologi. Hal ini lebih diperpapah lagi dengan

munculnya kapitalisme barat.4

Faktor-faktor diatas menjadi penyebab utama Islam mulai

tertinggal dari orang-orang barat dalam bidang ilmu pengetahuan dan

teknologi. Disamping itu, ada gejala umat Islam mulai

mengenyampingkan ilmu kealaman yang justru sebenarnya banyak

tersurat dan tersirat di dalam Al Qur’an melalui ayat-ayat Kauniyyah.

Padahal orang-orang barat mulai bersemangat mempelajari dan meneliti

ilmu kealaman yang mendasari kemajuan. Pada masa kemunduran iptek di

dunia Islam, kaum Muslimin tidak lagi mempunyai semangat yang tinggi

dalam menuntut ilmu. Bahkan sebagian mereka menjauhkan diri dari ilmu

pengetahuan, karena dianggap sekular dan produk Barat.

Menurut Prof DR. Abdus Salam, seorang ilmuwan Muslim asal

Pakistan, kemunduran ilmu pengetahuan dan teknologi di Dunia Islam

lebih banyak disebabkan oleh factor-faktor internal umat Islam. Misalnya,

terjadinya pemisahan dalam mempelajari ayat-ayat Qauliyah dan ayat-ayat

Kauniyah, kurang terjalinnya kerjasama antara ilmuwan Muslim dan

penguasa setempat untuk menjaga tradisi keilmuan di Dunia Islam,

dansikap mengisolasi diri terhadap perkembangan iptek dunia luar. Di

zaman dewasa ini perkembangan iptek di Dunia Islam amat

memprihatinkan. Berbagai penemuan ilmiah mutakhir seperti nuklir,

4
Henra G, Kemunduran Umat Islam dan Sains dan Teknologi,
www.hendragalus.wordpress.com Diakses pada tangga 19 Februari 2023

15
cloning, dan kosmologi, meskipun tersirat secarasimbolik dalam Al-

Qur‟an, tetapi yang menemukannya adalah orang-orang non-Muslim.

Demikian pula penemuan ilmiah di bidang lain. Kaum Muslimin

baru menyadari bahwa prinsip- prinsip ilmu tersebut telah diungkapkan

dalam Al-Qur’an lima belas abad yang lalu, setelah ilmu tersebut

ditemukan oleh ilmuwan-ilmuwan non-Muslim. Suatu fakta menunjukkan

bahwa, dewasa ini kaum Muslimin senantiasa tertinggal dalam

perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi dan datang terlambat

menafsirkan ilmu tersebut dari kebenaran Al-Qur’an. Suramnya kondisi

keilmuan di Dunia Islam diperparah oleh fenomena rendahnya persentase

umat Islam yang menuntut ilmu dari SD sampai perguruan tinggi, dan

adanya ketidakseimbangan antara ilmuwan Muslim dengan besarnya

populasi penduduk. Muslim di dunia yang hampir mencapai 1,5miliar.

Sebagai contoh, Indonesia yang mayoritas penduduknya Muslim, saat ini

hanya 11% siswa lulusan SMA yang melanjutkan ke perguruan tinggi.

Sementara itu, di Korea Selatan terdapat 70% lulusan SMA yang

melanjutkan ke PT.

Sebagai ilustrasi pula jumlah ilmuwan dan insinyur persatu juta

orang di negara-negara non-Muslim seperti Cina 71.297, Jepang 59.611,

Jerman 42.557,Amerika Serikat 14.757 dan Korea Selatan 2.426.

Sedangkan Indonesia yang merupakan salah satu negeri Islam terbesar

hanya sekitar 1.280. Dari jumlah ilmuwan tersebut yang terlibat dalam

16
penelitian dan pengembangan adalah Indonesia sebesar 3,2%, Korea

Selatan 46,5%, AS 22,1%, Jepang 8,1% dan Jerman 5,5%.

Data tersebut mengindikasikan bahwa Indonesia yang mayoritas

berpenduduk Muslim merupakan negara yang memiliki ilmuwan dan

insinyur paling sedikit. Fenomena kemunduran iptek di Dunia Islam

menyebabkan banyak implikasi di berbagai bidang. Misalnya Dunia Islam

masih banyak yang masuk dalam daftar adopter country, yaitunegara yang

masih dalam taraf menggunakan teknologi yang diadopsi dari bangsa lain.

Menurut mantan Menristek Hatta Rajasa beberapa waktu lalu,

Indonesia bisa melorot menjadi isolated country yakni, negara yang

terkungkung karena tidak mampu menghasilkan produk dengan teknologi

sendiri karena bisanya hanya menjadi pengguna teknologi. Akibatnya

terjadilah di Dunia Islam adopsi teknologi impor. Adopsi teknologi impor

ini telah menyentuh berbagai bidang kehidupan, seperti transportasi,

pangan, kedokteran, komunikasi, bioteknologi, dan lain-lain. Bahkan

sistem ekonomi, perbankan, pendidikan, dan pemerintahan pun merupakan

system yang diadopsi dari negara lain. Akibat dominasi teknologi impor

ini, di dunia Islam muncui umat Islam yang kebarat-baratan. Sayangnya,

yang ditiru dari peradaban Barat hanya pada tataran surface saja seperti

lifestyle, mode, perilaku, dan lain-lain yang sering bertentangan dengan

nilai-nilai moral agama.

17
Adapun peradaban Barat yang baik seperti kesungguhan dalam

bekerja, tepat waktu, disiplin, penghargaan terhadap karya orang lain,

administrasi dan manajemen yang baik,motivasi belajar, penelitian, dan

lain-lain tidak pernah dicontoh. Dampak lain dari kemunduran Dunia

Islam di bidang iptek ialah tumbuh suburnya kemiskinan, rendahnya mutu

pendidikan, minimnya pendapatan perkapita, dan merajalelanya

pengangguran. Di samping itu banyak negara-negara Islam yang terjerat

hutang luar negeri. Indonesia misalnya, sekitar 60% hidup di bawah garis

kemiskinan dan 10-20% penduduknya hidup dalam kemiskinan absolut.

Sementara itu jumlah pengangguran di Indonesia hampir mencapai 40 juta

orang. Negara-negara Islam yang lain, meski tidak separah Indonesia,

mereka menghadapi problem yang tidak jauh berbeda, terutama dalam

masalah hutang luar negeri.

D. Upaya-Upaya Kebangkitan Kembali Umat Islam Dalam IPTEKS

Benturan-benturan antara Islam dengan kekuatan Eropa

menyadarkan umat Islam bahwa jauh tertinggal dengan Eropa dan yang

merasakan pertama persoalan ini adalah kerajaan Turki Usmani yang

langsung menghadapi kekuatan Eropa yang pertama kali. Kesadaran

tersebut membuat penguasa dan pejuang-pejuang Turki tergugah untuk

belajar dari Eropa. Guna pemulihan kembali kekuatan Islam, maka

mengadakan suatu gerakan pembaharuan dengan mengevaluasi yang

menjadi penyebab mundurnya Islam dan mencari ide-ide pembaharuan

dan ilmu pengetahuan dari barat. Gerakan pembaharuan tersebut antara

18
lain Gerakan Wahhabiyah yang diprakarsai oleh Muhammad ibn Abdul

Wahhab (1703-1787 M) di Arabia, Syah Waliyullah (1703-1762) M di

India dan Gerakan Sanusiyyah di Afrika Utara yang dikomandoi oleh Said

Muhammad Sanusi dariAl Jazair Gerakan penerjemahan karya-karya Barat

kedalam bahasa Islam dan pengiriman para pelajar muslim untuk belajar

ke Eropa dan Inggris dalam gerakan pembaharuan sangat lekat dengan

politik. Ide politik yang pertama muncul yaitu Pan Islamisme atau

persatuan Islam sedunia yang digencarkan oleh gerakan Wahhabiyah dan

Sanusiyah, setelah itu diteruskan dengan lebih gencar oleh tokoh pemikir

Islam yang bernama Jamaluddin Al Afghani (1839-1897).

Menurut Jamaluddin, untuk pertahanan Islam, harus meninggalkan

perselisihan-perselisihan dan berjuang dibawah panji bersama dan juga

berusaha membangkitkan semangat lokal dan nasional negeri-negeri Islam.

Dengan ide yang demikian, ia dikenal atau mendapat julukan bapak

nasionalisme dalam Islam. Gagasan atau ide Pan Islamisme yang

digelorakan oleh Jamaluddin disambut oleh Raja Turki Usmani yang

bernama Abd. Hamid II (1876-1909) dan juga mendapat sambutan yang

baik di negeri-negeri Islam. Akan tetapi setelah Turki Usmani kalah dalam

perang dunia pertama dan kekhalifahan dihapuskan oleh Musthofa Kemal

seorang tokoh yang mendukung gagasan nasionalisme, rasa kesetiaan

kepada Negara kebangsaan. Di Wilayah Mesir, Syiria, Libanon,Palestina,

Hijaz, irak, Afrika Utara, Bahrein dan Kuwait, nasionalismenya bangkit

dan nasionalisme tersebut terbentuk atas dasar kesamaan bahasa.

19
Dalam penyatuan Negara Arab dibentuk suatu liga yang bernama

Liga Arab yang didirikan pada tanggal 12 Maret 1945. Di India dibentuk

gerakan nasionalisme yang diwakili oleh Partai Kongres Nasional India

dan juga dibentuk komunalisme yang digagas oleh Komunalisme Islam

yang disuarakan oleh Liga Muslimin yang merupakan saingan bagi Partai

Kongres nasional. Di India terdapat pembaharu yang bernama Sayyid

Ahmad Khan (1817-1898), Iqbal (1876-1938) dan Muhammad Ali Jinnah

(1876-1948).5 Di Indonesia, terdapat pembaharu atau partai politik besar

yang menentang penjajahan diantaranya:

1. Sarekat Islam (SI ) dipimpin oleh HOS Tjokroaminoto berdiri pada

tahun 1912 dan merupakan kelanjutan dari Sarikat Dagang Islam

yang didirikan oleh H. Samanhudi tahun 1911.

2. Partai Nasional Indonesia (PNI) didirikan oleh Sukarno (1927)

3. Pendidikan nasional Indonesia (PNI-baru) didirikan oleh

Muhammad Hatta pada tahun (1931)

4. Persatuan Muslimin Indonesia (Permi) menjadi partai politik tahun

1932 yang dipelopori oleh Mukhtar Luthfi. munculnya gagasan

nasionalisme yang diiringi oleh berdirinya partai-partai politik

tersebut merupakan aset utama umat Islam dalam perjuangan untuk

mewujudkan Negara merdeka yang bebas dari pengaruh politik

barat.

5
Uli dan Rio L, Dulu Islam Pernah Berjaya, www.swaramuslim.net diakses pada tanggal
20 Februari 2023

20
Sebagai gambaran dengan nasionalisme dan perjuangan dari partai-

partai politik yang penduduknya mayoritas muslim adalah Indonesia.

Indonesia merupakan negara yang mayoritas muslim yang pertama kali

berhasil memproklamirkan kemerdekaannya yaitu tanggal 17 Agustus

1945. Negara kedua yang terbebas dari penjajahan yaitu Pakistan.

Merdeka pada tanggal 15 agustus 1947 dengan presiden pertamanya Ali

Jinnah. Diwilayah timur tengah, Mesir resmi merdeka pada tahun 1992

dan benar-benar merdeka pada tanggal 23 Juli 1952 dengan pimpinan

pemerintahan yang bernama Jamal Abd Naser. Irak merdeka tahun 1932,

tetapi rakyatnya merasa merdeka baru tahun 1958 dan Negara lain seperti

Jordania, Syiria dan Libanon merdeka pada tahun 1946 Di Afrika, Lybia

merdeka pada tahun 1962, Sudan, Maroko merdeka tahun 1956 M,

Aljazair tahun 1962. Negara lain yang merdeka nya hampir bersamaan

seperti Negara Yaman Utara, Yaman Selatan, dan Emirat Arab. Di Asia

Tenggara, Malaysia, Singapura merdeka tahun 1957 dan Brunai

Darussalam merdeka pada tahun 1984. Selain itu, Negara Islam yang

dahulunya bersatu dalam Uni Soviet seperti Turkmenia, Uzbekistan,

Kirghistan, Khazakhtan Tajikistan dan Azerbaijan dan Bosnia baru

merdeka pada tahun 1992.

21
BAB III

PENUTUP

A. Kesimpulan

Jika melihat kilas balik sejarah perkembangan ilmu pengetahuan,

disadari bahwa ilmu pengetahuan yang ada saat ini, yang berkembang

dengan sangat pesat, tidak akan terjadi jika tidak dimulai oleh pemikiran

pemikiran hebat ilmuwan islam pada zaman dahulu. Hal ini dikarenakan

umat islam zaman dahulu memiliki keingintahuan yang tinggi dan umat

islam mempunyai sumber dari segala sumber ilmu yakni Al-Qur’an dan

Hadits. Pemikiran-pemikiran ilmuwan Islam menjadikan peradaban Islam

merupakan peradaban paling maju, sehingga Islam berada pada masa

keemasannya. Masyarakat pada saat itu hidup dengan sejahtera. Hal ini

dibuktikan dengan teknologi pertanian masyarakat pada saat itu sudah

modern, dan menghasilkan hasil pertanian yang melimpah jika

dibandingkan dengan teknologi pertanian eropa yang pada masa itu berada

dalam abad kegelapan. Bangsa Eropa pun kemudian menyadari bahwa

ilmu pengetahuan merupakan hal yang dibutuhkan untuk mereka

melepaskan diri dari abad kegelapan, mereka mulai melirik umat Islam

dan berusaha merebut sumber-sumber ilmu pengetahuan, hasil-hasil

pemikiran ilmuwan Islam dengan berbagai cara, hal ini didukung oleh

stabilitas politik dan kemakmuran ekonomi negara-negara Islam mulai

menurun, dan menyebabkan semakin terpuruknya umat Islam.

22
B. Saran

Demikianlah makalah yang kami buat, semoga dengan adanya

makalah ini dapat menambah ilmu pengetahuan kita tentang materi yang

kami bahas ini serta dapat di amalkan dalam kehidupan kita.

Kami menyadari masih banyak kekurangan dalam penulisan

makalah ini, oleh karena itu kami dengan senang hati menerima saran dan

kritik dari teman-teman untuk meyempurnakan makalah kami.

23
DAFTAR PUSTAKA

Abdul Rais dkk, Makalah (Karya Monumental Umat Islam Dalam IPTEKS),

(Makassar,2015).

Baiquni, A, Al-Qur’an, Ilmu Pengetahuan dan Teknologi, PT.Dana Bhakti Prama

Yasa, Yogyakarta, 1996.

Farhana, Peradaban Islam Dinasti Abbasiyah; Kebangkitan dan Kemajuan, Media

Ilmu.

Henra G, Kemunduran Umat Islam dan Sains dan Teknologi,

www.hendragalus.wordpress.com Diakses pada tanggal 21 Juli 2023.

Uli dan Rio L, Dulu Islam Pernah Berjaya, www.swaramuslim.net diakses pada

tanggal 21 Juli 2023

24

Anda mungkin juga menyukai