Anda di halaman 1dari 13

MAKALAH

KARYA MONUMENTAL UMAT ISLAM


DALAM IPTEK

Di Susun Oleh :

122020030049 Martha Anggraini


122020030062 Tri Agustina Damayanti
122020030065 Muhammad Fadli
122020030085 Abdi Tia Febriansyah
122020030046 Tasya Dwi Febiana

FAKULTAS ILMU KESEHATAN


PRODI S1 KEPERAWATAN
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH KUDUS
KATA PENGANTAR

Assalamu’alaikum warahmatullahi wabarakatuh


Segala puji bagi Allah SWT yang telah memberikan penulis kemudahan
sehingga penulis dapat menyelesaikan makalah “Karya Monumental Umat Islam
dalam IPTEK” dengan tepat waktu. Tanpa pertolongan- Nya tentunya penulis
tidak akan sanggup untuk menyelesaikan makalah ini dengan baik. Shalawat serta
salam semoga terlimpah curahkan kepada baginda tercinta kita yaitu Nabi
Muhammad SAW yang kita nanti-natikan syafa’atnya di akhirat nanti. Penulis
mengucapkan syukur kepada Allah SWT atas limpahan nikmat sehat-Nya, baik
itu berupa sehat fisik maupun akal pikiran, sehingga penulis mampu untuk
menyelesaikan pembuatan makalah “Karya Monumental Umat Islam Dalam
IPTEK” sebagai tugas dari mata kuliah Keperawatan Penulis tentu menyadari
bahwa makalah ini masih jauh dari kata sempurna dan masih banyak terdapat
kesalahan serta kekurangan di dalamnya. Untuk itu, penulis mengharapkan kritik
serta saran dari pembaca untuk makalah ini, supaya makalah ini
nantinya dapat menjadi makalah yang lebih baik lagi. Demikian yang dapat
penulis sampaikan. Apabila terdapat banyak kesalahan pada makalah ini penulis
mohon maaf yang sebesar-besarnya. Semoga makalah ini dapat bermanfaat.
Terima kasih.

Wassalamu’alaikum warahmatullahi wabarakatuh

Kudus,27 September 2021

Tri Agustina Damayanti


DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL............................................................................................ i
KATA PENGANTAR.......................................................................................... ii
DAFTAR ISI.........................................................................................................iii
BAB 1 PENDAHULUAN .....................................................................................1
1.1 Latar Belakang
1.2 Rumusan Masalah
1.3 Tujuan
BAB II PEMBAHASAN ......................................................................................2
2.1 Zaman kejayaan Islam di bidang IPTEKS
2.2. Sebab-sebab kemajuan umat Islam di bidang IPTEKS
2.3. Sebab-sebab kemunduran umat Islam dalam IPTEKS
2.4. Upaya-upaya kebangkitan kembali umat Islam dalam IPTEKS
BAB III PENUTUP................................................................................................8
3.1 KESIMPULAN
3.2 SARAN
DAFTAR PUSTAKA ...........................................................................................9
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Kebangkitan Islam merupakan sebuah fenomena kesejarahan apabila kita
melihat segala sesuatunya dengan sejarah. Kebangkitan Islam ditandai dengan
menumbuhkan kembali semangat iman, menghilangkan stagnasi pemikiran dan
fikih, serta gerakan (harakah) dan jihad. Semangat kebangkitan ini mendorong
rakyatnya untuk berpikir mengapa kejatuhan dan kehinaan menimpa umat Islam
sehingga umat ini hanya dipandang sebelah mata bahkan mereka menutup mata
akan umat ini. Beranjak dari kesadaran ini, umat Islam seharusnya kembali
menoleh ke belakang dan mengambil pelajaran dari sejarah ini. Dengan sejarah,
kita akan melihat kembali kejayaan Islam di masa Rasulullah SAW dan
Khulafaurrasyidin dan bagaimana mereka membawa dan mengibarkan panji-panji
Islam di seluruh penjuru dunia. Dalam hal ini, Al-Qur’an telah mengisyaratkan
melalui kisah perjalanan Bani Israil (awal surat Al-Israa’) dan al-Hadits yang
menjelaskan tentang lahirnya pembaharu setiap satu abad. Walaupun di berbagai
sisi terdapat beberapa hal yang ditunjukkan dalam upaya kebangkitan Islam pada
ranah politik, ekonomi maupun sosial. Tidak syak lagi bahwa sejarahlah yang
mendasari itu semua. Sejarah merupakan peristiwa yang unik dan hanya terjadi
sekali di waktu yang lampau sehingga walaupun memiliki kesamaan atau dapat
disebut pengulangan sejarah, dapat dipastikan suatu sejarah itu memiliki
keidentikkan tersendiri begitupula dengan sejarah Islam. Sejarah yang dimulai
dengan datangnya Islam, perkembangan hingga kedigdayaan dan keterpurukkan
Islam, penerapan masyarakat madani pada zaman kontemporer serta tanda-tanda
kebangkitan Islam akan penulis terangkan disini dalam upaya menunjukkan titik-
titik kebangkitan Islam.
1.2 Rumusan Masalah
1. Bagaiamana Zaman Kejayaan Islam di Bidang IPTEKS ?
2. Bagaimana Kemajuan Umat Islam di Bidang IPTEKS ?
3. Bagaimana Kemunduran Umat Islam dalam IPTEKS ?
4. Upaya-upaya Kebangkitan Kembali Umat Islam dalam IPTEKS?
1.3 Tujuan
1. Untuk Mengetahui Zaman Kejayaan Islam di Bidang IPTEKS.
2. Untuk mengetahui Kemajuan Umat Islam di Bidang IPTEKS.
BAB II
PEMBAHASAN

2.1 Zaman Kejayaan Islam di Bidang IPTEKS.

Kaum muslimin, pernah memiliki kejayaan di masa lalu. Masa di mana Islam
menjadi pusat sebuah peradaban modern. Peradaban yang dibangun untuk
kesejahteraan umat manusia di muka bumi ini. Masa kejayaan itu bermula saat
Rasulullah mendirikan pemerintahan Islam, yakni Daulah Khilafah Islamiyah di
Madinah. Di masa Khulafa as-Rasyiddin ini Islam berkembang pesat. Sejarawan
Barat beraliran konservatif, Montgomery Watt menganalisa tentang rahasia
kemajuan peradaban Islam, ia mengatakan bahwa Islam tidak mengenal
pemisahan yang kaku antara ilmu pengetahuan, etika, dan ajaran agama.
Andalusia, yang menjadi pusat ilmu pengetahuan di masa kejayaan Islam, telah
melahirkan ribuan ilmuwan, dan menginsiprasi para ilmuwan Barat untuk belajar
dari kemajuan iptek yang dibangun kaum muslimin.

Terjemahan buku-buku bangsa Arab, terutama buku-buku keilmuan hampir


menjadi satu-satunya sumber-sumber bagi pengajaran di perguruan-perguruan
tinggi Eropa selama lima atau enam abad. Fakta sejarah menjelaskan antara lain,
bahwa Islam pada waktu pertama kalinya memiliki kejayaan, bahwa ada masanya
umat Islam memiliki tokoh-tokoh seperti Ibnu Sina di bidang filsafat dan
kedokteran, Ibnu Khaldun di bidang Filsafat dan Sosiologi, Al-jabar dll. Islam
telah datang ke Spanyol memperkenalkan berbagai cabang ilmu pengetahuan
seperti ilmu ukur, aljabar, arsitektur, kesehatan, filsafat dan masih banyak cabang
ilmu yang lain lagi. Kekhilafahan Abbasiyah tercatat dalam sejarah Islam dari
tahun 750-1517 M / 132-923 H. Diawali oleh khalifah Abu al-’Abbas as-Saffah
(750-754) dan diakhiri Khalifah al-Mutawakkil Alailah III (1508-1517). Dengan
rentang waku yang cukup panjang, sekitar 767 tahun, kekhilafahan ini mampu
menunjukkan pada dunia ketinggian peradaban Islam dengan pesatnya
perkembangan Ilmu Pengetahuan dan Teknologi di dunia Islam. Di era ini, telah
lahir ilmuwan-ilmuwan Islam dengan berbagai penemuannya yang mengguncang
dunia. Sebut saja, al-Khawarizmi (780-850) yang menemukan angka nol dan
namanya diabadikan dalam cabang ilmu

Pada abad ke-8 dan 9 M, negeri Irak dihuni oleh 30 juta penduduk yang 80% nya
merupakan petani. Hebatnya, mereka sudah pakai sistem irigasi modern dari
sungai Eufrat dan Tigris. Hasilnya, di negeri-negeri Islam rasio hasil panen
gandum dibandingkan dengan benih yang disebar mencapai 10:1 sementara di
Eropa pada waktu yang sama hanya dapat 2,5:1. Ini membuktikan bahwa ilmu
pengetahuan dan pengembangannya berdampak cukup besar bagi
peradaban dan kesejahteraan umat pada masa itu. Kecanggihan teknologi
masa ini juga terlihat dari peninggalan-peninggalan sejarahnya. Seperti
arsitektur mesjid Agung Cordoba; Blue Mosque di Konstantinopel; atau
menara spiral di Samara yang dibangun oleh khalifah al-Mutawakkil, Istana
al-Hamra (al-Hamra Qasr) yang dibangun di Seville, Andalusia pada tahun
913 M. Sebuah Istana terindah yang dibangun di atas bukit yang menghadap ke
kota Granada. Masa kejayaan Islam, terutama dalam bidang ilmu pengetahun dan
teknologi, terjadi pada masa pemerintahan Harun Al-Rasyid. Dia adalah khalifah
dinasti Abbasiyah yang berkuasa pada tahun 786. Banyak lahir tokoh dunia yang
kitabnya menjadi referensi ilmu pengetahuan modern. Salah satunya adalah bapak
kedokteran Ibnu Sina atau yang dikenal saat ini di Barat dengan nama Avicenna.
Sebelum Islam datang, Eropa berada dalam Abad Kegelapan. Tak satu pun bidang
ilmu yang maju, bahkan lebih percaya tahayul. Dalam bidang kedoteran,
misalnya. Saat itu di Barat, jika ada orang gila, mereka akan menangkapnya
kemudian menyayat kepalanya dengan salib. Di atas luka tersebut mereka akan
menaburinya dengan garam. Jika orang tersebut berteriak kesakitan, orang Barat
percaya bahwa itu adalah momen pertempuran orang gila itu dengan jin. Orang
Barat percaya bahwa orang itu menjadi gila karena kerasukan setan, Ilmu
pengetahuan dipandang sebagai suatu hal yang sangat mulia dan berharga.

Para khalifah dan para pembesar lainnya mengantisipasi kemungkinan seluas-


luasnya untuk kemajuan dan perkembangan ilmu pengetahuan. Pada umumnya
khalifah adalah para ulama yang mencintai ilmu, menghormati sarjana dan
memuliakan pujangga. Kebebasan berpikir sebagai hak asasi manusia diakui
sepenuhnya. Pada waktu itu akal dan pikiran dibebaskan dari belenggu taklid,
yang menyebabkan orang sangat leluasa mengeluarkan pendapat dalam segala
bidang, termasuk bidang aqidah, falsafah, ibadah dan sebagainya.

Kecanggihan teknologi masa ini juga terlihat dari peninggalan-peninggalan


sejarahnya. Seperti arsitektur mesjid Agung Cordoba Blue Mosque di
Konstantinopel. atau menara spiral di Samara yang dibangun oleh khalifah al-
Mutawakkil, Istana al-Hamra (al-Hamra Qasr) yang dibangun di Seville,
Andalusia pada tahun 913 M. Sebuah Istana terindah yang dibangun di atas bukit
yang menghadap ke kota Granada. Saat itu “kata Lutfi” banyak lahir tokoh dunia
yang kitabnya menjadi referensi ilmu pengetahuan modern. Salah satunya adalah
bapak kedokteran Ibnu Sina atau yang dikenal saat ini di Barat dengan nama
Avicenna. Pada saat itu tentara Islam juga berhasil membuat senjata bernama
‘manzanik’, sejenis ketepel besar pelontar batu atau api. Ini membuktikan bahwa
Islam mampu mengadopsi teknologi dari luar. Pada abad ke-14, tentara Salib
akhirnya terusir dari Timur Tengah dan membangkitkan kebanggaan bagi
masyarakat Arab. Peradaban Islam memang peradaban emas yang mencerahkan
dunia. Itu sebabnya menurut Montgomery, tanpa dukungan peradaban Islam yang
menjadi dinamonya, Barat bukanlah apa-apa. Wajar jika Barat berhutang budi
pada Islam.

Berikut ini adalah beberapa penemu atau ilmuan muslim yang sangat berpengaruh
terhadap ilmu pengetahuan yang hingga sekarang masih bermanfaat dan masih
digunakan.
1. Al khawarizmi: ia adalah seorang yang menemukan ilmu aljabar di dalam
matematika.
2. ibnu sina ia adalah: membuat buku tentang kedoteran
3. jabbir ibnu hayyan: ahli kimia yang di kenal sebagai bapak kimia
4. albiruni: meletakkan dasar-dasar satu cabang keilmuan tertua yang
berhubungan dengan lingkungan fisik bumi. Dia di nobatkan sebagai
bapak antropologi, idiologi
5. Abu alzahwari: penemu tehnik patah tulang dan membuat kitab untuk
menyembuhkan luka pada saat oprasi
6. ibnu haitham: dikenal sebagai bapak ilmu mata yang mengurai bagai mana
mata bekerja
7. Ar razi: orang pertama yang bia menjelaskan tentang penyakit cacar dan
juga alergi asma dan demam sebagai daya mekanisme tubuh.
Jadi wajar jika Gustave Lebon mengatakan bahwa terjemahan buku-buku bangsa
Arab, terutama buku-buku keilmuan hampir menjadi satu-satunya sumber-sumber
bagi pengajaran di perguruan-perguruan tinggi Eropa selama lima atau enam abad.
Tidak hanya itu, Lebon juga mengatakan bahwa hanya buku-buku bangsa Arab-
Persia lah yang dijadikan sandaran oleh para ilmuwan Barat seperti Roger Bacon,
Leonardo da Vinci, Arnold de Philipi, Raymond Lull, san Thomas, Albertus
Magnus dan Alfonso X dari Castella. Belum lagi ribuan buku yang berhasil
memberikan pencerahan kepada dunia. Itu sebabnya, jangan heran kalau
perpustakaan umum banyak dibangun di masa kejayaan Islam. Perpustakaan al-
Ahkam di Andalusia misalnya, merupakan perpustakaan yang sangat besar dan
luas. Buku yang ada di situ mencapai 400 ribu buah. Uniknya, perpustakaan ini
sudah memiliki katalog. Sehingga memudahkan pencarian buku. Perpustakaan
umum Tripoli di daerah Syam, memiliki sekitar tiga juta judul buku, termasuk
50.000 eksemplar al-Quran dan tafsirnya. Dan masih banyak lagi perpustakaan
lainnya. Tapi naas, semuanya dihancurkan Pasukan Salib Eropa dan Pasukan
Tartar ketika mereka menyerang Islam.

2.2 Sebab-Sebab kemajuan IPTEK di masa-masa kejayaan Islam


Disamping secara eksternal saat itu Barat tengah tertidur lelap dalam buaian
teosentrisme dan alam pikiran yang jumud, bahkan bangsa barat saat itu dalam
kondisi terbelakang. Islam mengalami kebangkitan intelektual dan kultural yang
sepektakuler dengan revolusi pemikiran dan budaya Islam yang bercorak
peradaban baru, menyambung matarantai peradaban sebelumnya (Yunani,
Babilon, dan Persia). Islam yang kosmopolit, humanistik, kultural, dan saintifik
yang puncaknya pada era Abasiyyah. Secara umum menurut Arif ada beberapa
faktor yang telah mendorong kemajuan sains di dunia Islam saat itu yakni :
1. Kesungguhan dalam mengimani dan mempraktikkan ajaran Islam
sehingga lahirlah individu-individu unggul.
2. Motivasi agama.
3. Faktor sosial politik.
4. Faktor ekonomi.
5. Faktor dukungan dan perlindungan penguasa saat itu

2.3 Sebab- Sebab Kemunduran Umat Islam dalam IPTEKS


Pada masa kemunduran iptek di dunia islam, kaum Muslimin tidak lagi
mempunyai semangat yang tinggi dalam menuntut ilmu. Bahkan sebagian mereka
menjauhkan diri dari ilmu pengetahuan, karena dianggap sekular dan produk
Barat. Menurut Prof DR. Abdus Salam, seorang ilmuwan Muslim asal Pakistan,
kemunduran ilmu pengetahuan dan teknologi di Dunia Islam lebih banyak
disebabkan oleh faktor-faktor internal umat Islam. Misalnya, terjadinya
pemisahan dalam mempelajari ayat-ayat Qauliyah dan ayat-ayat Kauniyah, kurang
terjalinnya kerjasama antara ilmuwan Muslim dan penguasa setempat untuk
menjaga tradisi keilmuan di Dunia Islam, dan sikap mengisolasi diri terhadap
perkembangan iptek dunia luar. Di zaman dewasa ini perkembangan iptek di
Dunia Islam amat memprihatinkan. Berbagai penemuan ilmiah mutakhir seperti
nuklir, cloning, dan kosmologi, meskipun tersirat secara simbolik dalam Al-
Qur’an, tetapi yang menemukannya adalah orang-orang nonMuslim. Demikian
pula penemuan ilmiah di bidang lain. Kaum Muslimin baru menyadari bahwa
prinsip-prinsip ilmu tersebut telah diungkapkan dalam Al-Qur’an lima belas abad
yang lalu, setelah ilmu tersebut ditemukan oleh ilmuwan-ilmuwan non-Muslim.
Suatu fakta menunjukkan bahwa, dewasa ini kaum Muslimin senantiasa tertinggal
dalam perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi dan datang terlambat
menafsirkan ilmu tersebut dari kebenaran Al-Qur’an. Suramnya kondisi keilmuan
di Dunia Islam diperparah oleh fenomena rendahnya persentase umat Islam yang
menuntut ilmu dari SD sampai perguruan tinggi, dan adanya ketidakseimbangan
antara ilmuwan Muslim dengan besarnya populasi penduduk Muslim di dunia
yang hampir mencapai 1,5 miliar.

Sebagai contoh, Indonesia yang mayoritas penduduknya Muslim, saat ini hanya
11% siswa lulusan SMA yang melanjutkan ke perguruan tinggi. Sementara itu, di
Korea Selatan terdapat 70% lulusan SMA yang melanjutkan ke PT. Sebagai
ilustrasi pula jumlah ilmuwan dan insinyur per satu juta orang di negara-negara
non-Muslim seperti Cina 71.297, Jepang 59.611, Jerman 42.557, Amerika Serikat
14.757 dan Korea Selatan 2.426. Sedangkan Indonesia yang merupakan salah satu
negeri Islam terbesar hanya sekitar 1.280. Dari jumlah ilmuwan tersebut yang
terlibat dalam penelitian dan pengembangan adalah Indonesia sebesar 3,2%,
Korea Selatan 46,5%, AS 22,1%, Jepang 8,1% dan Jerman 5,5%. Data tersebut
mengindikasikan bahwa Indonesia yang mayoritas berpenduduk Muslim
merupakan negara yang memiliki ilmuwan dan insinyur paling sedikit.
Kemunduran pengembangan Ilmu Pengetahuan dalam Islam terjadi ketika
kejatuhan Islam ke tangan Barat dimulai pada awal abad ke-18. Ada beberapa
faktor penyebab kemunduran ilmu pengetahuan dalam islam, yakni :

1. Kesadaran orang barat akan arti penting penguasaan ilmu pengetahuan dan
teknologi bagi peningkatan kesejahteraan rakyat sangat tinggi.
2. Orang barat yang pada umumnya beragama Nasrani, ingin menunjukan
pula bahwa melalui agama Nasrani merekapun dapat maju dalam bidang
iptek sejajar dengan umat islam. Akan tetapi dalam perkembangan
selanjutnya setelah mereka mendapatkan kemajuan dalam bidang iptek,
mereka justru mulai menjauh dari agama mereka. Mereka menjadi sekuler.
3. Urusan agama berjalan sendiri, begitu pula dengan iptek. Orang-orang
barat yang berjiwa petualang berusaha menemukan “benua” baru,
sehinggga mereka menemukan pusat perdagangan baru .
4. Route perdagangan yang semula Syria dan Mesir ramai dikunjungi
pedagang-pedagang dari India dan dari Eropa, setelah penemuan route
(benua) baru, Mesir dan Syria jadi sepi yang mengakibatkan sumber
pendapatan negeri-negeri Islam jadi berkurang banyak Orang-orang barat
sengaja menghancurkan observatorium Islam yang didirikan oleh Taqi Al
Din di Konstantinopel pada tahun 1580, menjadikan Islam kehilangan
sumber pengetahuan dan pengamatan bintang (astronomi) yang sudah
sangat maju pada masa itu. Ironisnya, pada waktu yang sama sekitar tahun
1580 juga, orang barat baru pertama kali membangun observatoriumnya
oleh Tycho Brace.
5. Perlu dicatat bahwa Islam telah memiliki observatorium pertama kali yang
dibangun pada tahun 500-an M di Ulugh Beg (Samarkand). Akibat
kolonialisme stabilitas politik dan kemakmuran ekonomi negara-negara
islam mulai menurun, padahal stabilitas politik dan kemakmuran
merupakan akar bagi berkembangnya ilmu pengetahuan dan teknologi.
Hal ini lebih diperjelas lagi dengan munculnya kapitalisme barat.

Faktor-faktor yang menyebabkan kemuduran Islam di masa IPTEK.


1. Perpecahan Umat Islam
Adanya perpecahan yang terjadi dikalangan umat Islam sendiri merupakan
faktor yang menyebabkan kemunduran Islam.
 Keberagaman Garis Keturunan (Bani), Adanya keragaman Islam ini
mengakibatkan konflik-konflik antarkelompok dalam perebutan
kekuasaan.
 Keberagaman Tafsiran (Interpretasi), Dalam penafsiran Alquran dan hadis
terdapat perbedaan antara kelompok umat muslim. Oleh karena itu,
muncul berbagai mazhab yang menggangap tafsiran merekalah yang
paling benar.

2. Ilmu Pengetahuan yang Menyimpang


Islam adalah agama yang sangat menghargai ilmu pengetahuan sebagaimana
yang dicontohkan Rasulullah saw. dan sesuai dengan Alquran. Keruntuhan
kekhalifahan Islam membuat pemikiran-pemikiran Islam tidak berkembang,
bahkan mengalami stagnasi. Salah satu penyebab stagnasi tersebut adalah
hancurnya pusat peradaban di Bagdad.

3. Kurangnya Kesadaran Umat Islam akan Pentingnya Ilmu Pengetahuan.


Di masa modern sekarang ini, banyak umat Islam yang bersikap masa bodoh
tentang perkembangan ilmu pengetahuan . Sikap ini kemudian menyebabkan etos
belajar yang menurun dari masa ke masa. Kemunduran inilah yang kemudian
dimanfaatkan oleh bangsa Barat untuk melewati pencapaian peradaban Islam.
Nabi SAW bersabda
“Tuntutlah ilmu sampai ke negeri Cina”, “Tuntutlah ilmu dari lahir sampai liang
lahat.” Inilah sebuah hadist yang menggugah umat Islam untuk mencari ilmu
dimanapun dan kapanpun.
Menurut Ibnu Khaldun, hancurnya suatu peradaban diakibatkan oleh hal-hal
berikut.
1. Penindasan penguasa dan ketidakadilan.
2. Despotisme atau kezaliman.
3. Orientasi kemewahan masyarakat.
4. Egoisme.
5. Opporyunisme.
6. Penarikan pajak secara berlebihan.
7. Keikutsertaan penguasa dalam kegiatan ekonomi rakyat.
8. Rendahnya komitmen masyarakat terhadap agama.
9. Penggunaan pena dan pedang secara tidak tepat.
Poin-poin tersebut mengarah kepada masalah-masalah moralitas masyarakat
khususnya penguasa. Ibnu Khaldun berpegang pada asumsi bahwa karena kondisi
moral tersebut, maka kekuatan politik, ekonomi, dan sistem kehidupan hancur,
dan pada gilirannya membawa dampak terhadap terhentinya pendidikan dan
kajian-kajian keislaman, khususnya sains. Menurutnya, ketika Maghrib dan
Spanyol jatuh, pengajaran sains di kawasan Barat kekhalifahan Islam tidak
berjalan.

2.4 Upaya-Upaya Kebangkitan Kembali Umat Islam dalam IPTEKS


KH Akhmad Kholil Ridwan menyatakan optimismenya bahwa Islam akan
kembali berjaya di muka bumi. Ridwan menyebut saat ini merupakan momen
kebangkitan Islam kembali. ”Seperti janji Allah, 700 tahun pertama Islam berjaya,
700 tahun berikutnya Islam jatuh dan sekarang tengah mengalami periode 700
tahun ketiga menuju kembalinya kebangkitan Islam,” ujarnya.
Meskipun saat ini umat Islam banyak ditekan, ujar Ridwan, semua upaya ini
justru semakin memperkuat eksistensi Islam. Ini sesuai janji Allah yang
menyatakan bahwa meskipun begitu hebatnya musuh menindas Islam namun hal
ini bukannya akan melemahkan umat Islam. ”Ibaratnya paku, semakin ditekan,
Islam akan semakin menancap dengan kuat,”ujarnya.
Sementara itu, Luthfi menyatakan sistem khilafah Islamiyah masih relevan
diterapkan pada zaman sekarang ini asal dimodifikasi. Ia mencontohkan konsep
pemerintahan yang dianut Iran yang menjadi modifikasi antara teokrasi
(kekuasaan yang berpusat pada Tuhan) dan demokrasi (yang berpusat pada
masyarakat).
Di Iran, kekuasaan tertinggi tidak dipegang parlemen atau presiden, melainkan
oleh Ayatullah atau Imam, yang juga memiliki Dewan Ahli dan Dewan
Pengawas. Sistem pemerintahan Iran ini, menurut Luthfi, merupakan tandingan
sistem pemerintahan Barat. ”Tak heran kalau Amerika Serikat sangat takut dengan
Iran karena mereka bisa menjadi tonggak peradaban baru Islam.”
Konsep khilafah Islamiyah, kata Luthfi, mengharuskan hanya ada satu
pemerintahan Islami di dunia dan tidak terpecah-belah berdasarkan negara atau
etnis. ”Untuk mewujudkannya lagi saat ini, sangat sulit,” kata dia.
Sementara Kholil Ridwan menjelaskan ada tiga upaya konkret yang bisa
dilakukan umat untuk mengembalikan kejayaan Islam di masa lampau. Yang
pertama adalah merapatkan barisan. Allah berfirman dalam QS Ali Imran ayat
103 yang isinya “Dan berpeganglah kalian semuanya dengan tali (agama) Allah,
dan janganlah kalian bercerai berai.”
Upaya lainnya adalah kembali kepada tradisi keilmuan dalam agama Islam.
Dalam Islam, jelasnya, ada dua jenis ilmu, yaitu ilmu fardhu ‘ain dan fardhu
kifayah. Yang masuk golongan ilmu fardhu ‘ain adalah Al-Quran, hadis, fikih,
tauhid, akhlaq, syariah, dan cabang-cabangnya. Sedangkan yang masuk ilmu
fardhu kifayah adalah kedokteran, matematika, psikologi, dan cabang sains
lainnya.
Sementara upaya ketiga adalah dengan mewujudkan sistem yang berdasarkan
syariah Islam.
BAB III
PENUTUP

3.1 Kesimpulan
Kejayaan Islam pada masa Dinasti Abbasiyah mencerminkan bahwa Islam
adalah agama yang luar biasa. Bahkan Eropa pun seolah-olah tidak berdaya
menghadapi kemajuan Islam terutama di bidang IPTEK. Walaupun pada akhirnya
kejayaan Islam masa Dinasti Abbasiyah telah berakhir dan hanya menjadi
kenagngan manis belaka kita sebagai generasi penerus harus senantiasa berusaha
untuk menjadi generasi yang pantang menyerah apalagi di zaman serba modern
ini kemajuan IPTEK semakin sulit untuk dibendung. Kemajuan IPTEK
merupakan tantangan yang besar bagi kita. Apakah kita sanggup atau tidak
menghadapi tantangan ini tergantung pada kesiapan pribadi masing-masing .
Diantara penyikapan terhadap kemajuan IPTEK masa terdapat tiga kelompok
yaitu:
1. Kelompok yang menganggap IPTEK moderen bersifat netral dan
berusaha melegitimasi hasil-hasil IPTEK moderen dengan mencari ayat-
ayat Al-Qur’an yang sesuai;
2. Kelompok yang bekerja dengan IPTEK moderen, tetapi berusaha juga
mempelajari sejarah dan filsafat ilmu agar dapat menyaring elemen-
elemen yang tidak islami,
3. Kelompok yang percaya adanya IPTEK Islam dan berusaha
membangunnya.

3.2 Saran
Islam merupakan agama yang punya perhatian besar kepada ilmu
pengetahuan. Islam sangat menekankan umatnya untuk terus menuntut ilmu.
Dalam surat Ar-Rahman, Allah menjelaskan bahwa diri-Nya adalah pengajar
(‘Allamahu al-Bayan) bagi umat Islam. Dalam agama-agama lain selain Islam kita
tidak akan menemukan bahwa wahyu pertama yang diturunkan adalah perintah
untuk belajar. Kita tahu bahwa ayat pertama yang diturunkan adalah Surat
Al-‘Alaq yang memerintahan kita untuk membaca dan belajar. Allah mengajarkan
kita dengan qalam – yang sering kita artikan dengan pena. Akan tetapi sebenarnya
kata qalam juga dapat diartikan sebagai sesuatu yang yang dapat dipergunakan
untuk mentransfer ilmu kepada orang lain. Kata Qalam tidak diletakkan dalam
pengertian yang sempit. Sehingga pada setiap zaman kata qalam dapat memiliki
arti yang lebih banyak. Seperti pada zaman sekarang, komputer dan segala
perangkatnya termasuk internet bisa diartikan sebagai penafsiran kata qalam.
Dalam surat Al-‘Alaq, Allah swt memerintahkan kita agar menerangkan ilmu.
Setelah itu kewajiban kedua adalah mentransfer ilmu tersebut kepada generasi
berikutnya.
DAFTAR PUSTAKA

Farhana. Peradaban Islam Masa Dinasti Abbasiyah; Kebangkitan dan Kemajuan


Media ilmu.

https://id.quora.com/Apa-penyebab-kemajuan-dan-kemunduran-umat-Islam-di-
bidang-IPTEK

https://asbarsalim009.blogspot.com/2015/03/upaya-upaya-kebangkitan-kembali-
umat.html?m=1

https://www.google.com/amp/s/bedabedablog.wordpress.com/2016/12/28/zaman-
kejayaan-islam-di-bidang-iptek/amp/

Anda mungkin juga menyukai