Anda di halaman 1dari 14

DAFTAR ISI

DAFTAR ISI.....................................................................................................................................

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang.....................................................................................................................

BAB II PEMBAHASAN

A. Kontribusi islam terhadap pengembangan sains dan teknologi.....................................


B. Konstribusi islam terhadap peradaban barat...................................................................

C. Cendikiawan muslim dan kontribusinya terhadap perkembangan peradaban


dunia......................................................................................................................................

BAB III PENUTUP

Kesimpulan.......................................................................................................................................

DAFTAR PUSTAKA.......................................................................................................................
BAB 1 PENDAHULUAN
A. LATAR BELAKANG

Sejarah telah membuktikan bahwa kemajuan ilmu pengetahuan di dunia modern


menjadi fakta sejarah yang tak terbantahkan. Bahkan bermula dari dunia Islamlah ilmu
pengetahuan mengalami transmisi (penyebaran, penularan), dimensi dan poliferasi
(pengembangan) ke dunia Barat yang sebelumnyadiliputi oleh masa gelap (Dark Ages)
mendorong munculnya zaman renaissance atau enlightenment (pencerahan) di Eropa.

Melalui dunia Islam lah mereka mendapat akses untuk mendalamidan mengembangkan
ilmu pengetahuan modern. Menurut Gore barton, ketika dunia Barat sudah cukup masak
untuk merasakan perlunya ilmu pengetahuan yang lebih dalam, perhatiannya pertama-tama
tidak ditujukan kepada sumber-sumber Yunani, melainkan kepada sumber- sumber Arab
(Islam).

Islam juga hadir di tengah kerasnya peradaban jahiliyah. Akan tetapi, untuk selanjutnya
Islam mampu bermetamorfosa menyebar hampir ke seluruh penjuru dunia. Dalam
perkembangan peradaban dunia memang Islam tidak bisa dilepaskan dari perkembangannya
sejak dari zaman Rasulullah SAW sampai sekarang pun, islam banyak memberi kontribusi
terhadap dunia. Dari zaman Rasulullah SAW, Islam merubah peradaban yang ada di Jazirah
Arab  dan sampai sekarang kita masih dapat merasakan nikmat dari perubahan peradaban
yang dibawa Islam. Ajaran Islam yang telah tersebar ke berbagai penjuru dunia selama
berabad-abad tentunya meninggalkan tinta emas dan torehan positif berupa khasanah
keilmuan bagi peradaban dunia, meskipun tidak ada lagi kekuasaan Islam secara mutlak.

Secara historis, Islam telah memainkan peran yang signifikan dalam perkembangan
beberapa aspek pada peradaban dunia. Begitupun setelah selesai masa kenabian yang ditutup
dengan wafatnya Rasulullah SAW, perkembangan dan pemikiran peradaban Islam dalam
sejarahnya telah menunjukkan berbagai varian. Varian itu berupa metode, visi, dan kerangka
berpikir yang berbeda dari pemikiran yang satu dengan yang lainnya. Islam dalam
ekspansinya, tidak hanya mengambil keuntungan materi dari daerah yang dapat dikuasai,
melainkan ikut membangun dan memajukan peradaban yang ada dan tetap toleran terhadap
budaya lokal yang ada.
BAB II PEMBAHASAN
A.Kontribusi Islam terhadap Pengembangan Sains dan Teknologi.
Empat belas abad yang lalu, tepatnya abad ke-6 M, Allah melalui ayat yang pertama
kali turun yaitu surat Al-alaq ayat 1-5, mengandung makna yang sangat luas, memerintahkan
kepada umat manusia agar umat manusia menelaah, meneliti, menguasai ilmu pengetahuan
dan teknologi. sejak saat itu melalui berbagai kegiatan ilmiah yang dinamis, terbuka dan
jujur, tokoh dan ilmuwan muslim ikut berperan dalam mengembangkan ilmu pengetahuan
dan teknologi, dan mengajukan berbagai pengetahuan dalam berbagai disiplin ilmu, (UMJ,
1998). Dunia tanpa batas (world bourderless) saat ini mengisyaratkan umat islam harus peka
dan tanggap terhadap isu-isu aktual dan faktual yang berlangsung hari ini. Kemajuan sains
yang berlangsung begitu cepat perlu diselaraskan dengan pemahaman agama dan disesuaikan
dengan nilai sosial budaya yang ada.

Pada hakikatnya perkembangan sains dan teknologi tidak bertentangan dengan agama
islam, karena agama islam adalah agama rasional yang lebih menonjolkan akal dan dapat
diamalkan tanpa mengubah budaya setempat, (Jumin, 2012). Apresiasi umat islam terhadap
ilmu pengetahuan sangat menakjubkan. Bermunculanlah nama-nama Ibnu Hayyan (Geber),
al-Khawarismi al-Kindi (Alkindus), al-Farabi (Alpharibius), alBiruni, al-Ghazali, Ibnu
Rusyd, Ibnu sina dan lainnya. Satu hal yang menarik adalah cerdi cendekiawan tersebut
mempunyai pandangan yang menunjukkan adanya keterpaduan antara Ilmu pengetahuan
dengan Iman. Sebut saja tokoh Ibnu Sina(Avicena), sebagai sosok yang dikenal peletak dasar
ilmu kedokteran dunia namun beliau juga faqih ad-diin terutama dalam hal ushul fiqh. Masih
ada tokoh-tokoh dunia dengan perannya yang penting dan masih menjadi acuan
perkembangan sains dan teknologi berasal dari kaum muslimin yaitu Ibnu Khaldun(bapak
ekonomi), Ibnu Khawarizm (bapak matematika/Algorism), Ibnu Batutah (bapak geografi),
Al-Khazini dan Al-Biruni (Bapak Fisika), Al-Battani (Bapak Astronomi), Jabir bin Hayyan
(Bapak Kimia), Ibnu Al-Bairar alNabati (bapak Biologi), Ibnu Rusyd Ibnu Hayyan (Geber),
al-Khawarismi al-Kindi (Alkindus), alFarabi (Alpharibius), al-Biruni, al-Ghazali, dan masih
banyak lagi lainnya berkibar di berbagai buku teks, dan penerbitan ilmiah lainnya. Sistem
pendidikan yang mengembangkan insan yang kreatif dan inovatif sangat mendukung suasan
keilmuan pada saat itu, (UMJ, 1998). Mereka dikenal tidak sekadar paham terhadap sains dan
teknologi namun diakui kepakarannya pula di bidang ilmu diniyyah.

Pada masa ini umat islam mampu memainkan peran dan menguasai berbagai disiplin
ilmu. Selain hal di atas faktor-faktor lain yang mendukung antara lain :

a. Adanya keseimbangan antara pemahaman ilmu Al-Qur’an dan alhadist oleh kaum
muslimin

b. Orang islam yang menguasai ilmu mendapat status yang amat tinggi dan terhormat.

c. Kaum muslimin mempunyai sikap toleran dengan orang di luar Islam beserta pikirannya.
Dari abad ke-6 sampai ke-14 umat islam mempunyai peran yang sangat menonjol,
namun adanya berbagai krisis politik dan krisis internal dalam pemikiran yang dialami,
peranan umat islam menurun dan sangat memprihatinkan hingga dewasa ini. Sementara itu
orang-orang barat berdatangan ke universitas-universitas Islam yang berada di Cordova dan
Toledo (keduanya berada di Andalusia dan Spanyol) untuk belajar dan menerjemahkan buku-
buku karya tokoh dan ilmuwan muslim. Gerardo de Cremona menyalin sekitar 90 karya
ilmuwan muslim kedalam bahasa latin. Termasuk karya al-Battoni, al-Farabi, al-Hayyan, dan
Ibnu Haitham. Bahkan menurut profesor Fuad Sezgin, tidak sedikit karya ilmuwan muslim
yang dibajak dengan menyalinnya dalam bahasa latin, dan kemudian dibubuhi nama penyalin
itu sendiri sebagai ganti nama pengarang aslinya. Barat yang tadinya mengalami zaman
kegelapan, mulai mengalami zaman pencerahan dan mulai mengambil alih peran islam dalam
memandu peradaban dunia. Kelebihan dan keunggulan ilmu pengetahuan dan teknologi yang
dikembangkan oleh barat lebih berimplikasi terhadap bidang ekonomi, politik, bahkan juga
sosial keagamaan. Hal ini menjadi tantangan ummat. Kemudian umat islam mencanangkan
kebangkitan kembali kejayaan islam yang dimulai pada abad ke-20 M.

Modernisasi yang ditopang oleh keunggulan Iptek kemudian merupakan model yang
dinilai paling ideal untuk diterapkan di lingkungan dan negaranegara muslim. Namun
demikian, menyadari bahwa modernisasi ala barat ini dalam beberapa hal bermasalah, maka
muncul berbagai respon dari kalangan muslim,secara kategoris antara lain:
a. Bahwa model pembangunan atau modernisasi yang dikembangkan oleh barat mengandung
masalah serius, karena nanti akan melahirkan masyarakat dan peradaban sekuler, diakibatkan
oleh kesalahan-kesalahan filsafat, epistemologi, dan ideologi barat. Pengikut dari faham ini
antara lain Dr. Ali Shariati , Ziauddin Sardar, dan secara khusus tentang kaitan Islam dan
Ilmu pengetahuan Ismail Raji Alfaruqi yang menawarkan program islamisasi ilmu
pengetahuan. Di Indonesia, diantar Ilmuwan yang memberikan perhatian serius terhadap
kaitan fungsional antara nilai-nilai tauhid dan islam dengan Ilmu pengetahuan dan teknologi
adalah Dr. Hidayat Nataatmaja, (UMJ, 1998).

b. Untuk mewujudkan secara lebih konkret gagasan pertautan fungsional antara islam dengan
iptek, dibentuklah suatu sistem atau lembaga pendidikan yang benar-benar dipercaya. Di
lembaga inilah iptek dikembangkan sesuai dengan epistemologi islam. Atas dasar inilah
Syekh Muhammad Naquib al-Attas merintis berdirinya ISTAC (International Institute of
Islamic Thought and Civilization) di Kuala Lumpur pada tahun 1982. Kecenderungan
mendirikan lembaga pendidikan Islam dalam rangka menggali dan mengembangkan iptek
dan juga meningkatkan kualitas SDM muslim juga berkembang antara lain di Indonesia.
Sejumlah Universitas Islam menunjukkan keseriusan ummat islam untuk memberikan
jawaban konkret terhadap tantangan kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi modern
dengan modernisasi pendidikan Islam,

c. Untuk mendukung berbagai program pengembangan iptek dan peningkatan kualitas SDM
juga didirikan berbagai asosiasi. Misalnya Forum Islam Internasional yang merupakan bagian
dari revivalisme Islam Kontemporer yang memberikan perhatian khusus kepada riset,
pengembangan iptek dan pengembangan kualitas SDM muslim Dalam buku milik Mehdi
Nakosteen disebutkan beberapa kontribusi Ilmu keislaman terhadap sains modern:
a. Melalui abad keduabelas dan sebagian abad ke tiga belas, karya-karya Muslim tentang
sains, filsafat, dan bidang-bidang lain telah diterjemahkan ke dalam bahasa latin, terutama
dari bahasa Spanyol dan memperkaya kurikulum barat, khususnya Eropa barat laut.

b. Orang-orang Muslim, telah memberi kepada Barat metode eksperimental, sekalipun masih
kurang sempurna. Pandangan Dan Kontribusi Islam Terhadap Perkembangan Sains (Nasrul
Fauzi) 7

c. Sistem notasi dan desimal Arab telah diperkenalkan kepada Arab.

d. Karya-karya terjemahan mereka, terutama dari orang-orang seperti Avicenna dalam ilmu
kedokteran, sudah digunakan sebagai teks (kuliah) di dalam kelas-kelas sekolah tinggi, jauh
ke dalam pertengahan abad ke tujuh belas.

e. Mereka merangsang pemikiran orang-orang Eropa, dipelajari kembali hal itu dengan
kebudayaan-kebudayaan klasik dan lainnya, sehingga membantu menghasilkan (abad)
Renaisance.

f. Mereka adalah perintis universitas-universitas Eropa, mereka telah mendirikan ratusan


sekolah tinggi sebelum Eropa.

g. Mereka memelihara pemikiran Greco-Persian ketika Eropa bersikap tidak toleran terhadap
kebudayaan-kebudayaan Pagan.

h. Mahasiswa-mahasiswa Eropa di dalam Universitas Muslim membawa kembali (ke


negaranya) metode-metode baru tentang pengajaran.

i. Mereka telah memberi kontribusi tentang pengetahuan rumah sakit-rumah sakit, sanitasi
dan makanan kepada Eropa.

Peran Islam dalam perkembangan Iptek setidaknya ada dua yaitu Pertama, menjadikan
Aqidah Islam sebagai paradigma ilmu pengetahuan. Paradigma inilah yang seharusnya
dimiliki umat Islam, bukan paradigma sekuler seperti yang ada sekarang. Paradigma Islam ini
menyatakan bahwa Aqidah Islam wajib dijadikan landasan pemikiran (qaidah fikriyah) bagi
seluruh bangunan ilmu pengetahuan. Ini bukan berarti menjadi Aqidah Islam sebagai sumber
segala macam ilmu pengetahuan, melainkan menjadi standar bagi segala ilmu pengetahuan.
Maka ilmu pengetahuan yang sesuai dengan Aqidah Islam dapat diterima dan diamalkan,
sedang yang bertentangan dengannya, wajib ditolak dan tidak boleh diamalkan. Kedua,
menjadikan Syariah Islam (yang lahir dari Aqidah Islam) sebagai standar bagi pemanfaatan
iptek dalam kehidupan sehari-hari. Standar atau kriteria inilah yang seharusnya yang
digunakan umat Islam, bukan standar manfaat (pragmatisme/utilitarianisme) seperti yang ada
sekarang. Standar syariah ini mengatur, bahwa boleh tidaknya pemanfaatan iptek, didasarkan
pada ketentuan halal-haram (hukum-hukum syariah Islam). Umat Islam boleh memanfaatkan
iptek, jika telah dihalalkan oleh Syariah Islam. Sebaliknya jika suatu aspek iptek telah
diharamkan oleh Syariah, maka tidak boleh umat Islam memanfaatkannya, walau pun ia
menghasilkan manfaat sesaat untuk memenuhi kebutuhan manusia. Islam menegaskan bahwa
alam semesta, langit, dan bumi semuanya dibuat menjadi mudah untuk digarap dan
dimanfaatkan seoptimal mungkin oleh manusia,atau dengan kata lain dapat di eksplorasi
demi kesejahteraan umat manusia. Selain itu juga semakin terbuka dengan lebar jalan
kemajuan bagi teknologi dan sains yang akan menggarap bahan-bahan mentah menjadi hasil-
hasil industri yang bermanfaat, lebih menarik dan lebih enak dipakai. Namun dengan tidak
kehilangan nilai transendensi sebagai media untuk lebih mengenal Allah.

B.Kontribusi Islam terhap peradaban barat


Perjumpaan Islam dengan Yunani mendorong para filosof Muslim untuk mempelajari karya-
karya filosof Yunani, menerjemahkannya, dan kemudian mengembangkannya sehingga turut
memberikan sumbangan pada kemajuan peradaban Islam. Namun, Islam memiliki jasa yang besar
karena Islamlah yang menyelamatkan peradaban Yunani yang pada awal Islam hampir tenggelam,
dan menginternasionalisasikannya sehingga dikenal di seantero dunia. Setelah perjumpaan dengan
Yunani, seiring dengan ekspansi Islam ke Spanyol, perjumpaan dilanjutkan Islam dengan Barat.
Perjumpaan itu melalui kontak politik, kontak militer, kontak sosial dan kontak ilmiah atau kontak
keilmuan yang terjadi secara langsung dan vis to vis terutama saat berada di bawah kekuasaan dinasti
Umayyah yang berada di Spanyol. Melalui Spanyol ini, Islam memancarkan cahaya pencerahan di
Barat.

Gerakan filosofis dalam Islam yang menghasilkan khazanah paling kaya dari budaya intelektual
Islam serta mempengaruhi pemikiran Barat begitu dalam dan berlangsung lama, adalah kontinuitas
pengalaman-pengalaman berpikir rasional Mu'tazilah selama abad-abad kedua, ketiga dan keempat.

Mu'tazilah memang dikenal sebagai aliran teologi yang paling rasional dalam Islam, yang memiliki
kerangka berpikir ke depan. Aliran ini memiliki semangat yang kuat untuk memberdayakan akal baik
dalam memahami ajaran-ajaran agama maupun dalam mencapai kemajuan.

Pola pikir Mu'tazilah yang mengapresiasikan akal itu pada perkembangan berikutnya setelah
kemunduran Islam tidak lagi dijadikan pola di kalangan umat Islam, sebaliknya, pola pikir itu sangat
direspons dan dikembangkan oleh Barat sehingga kawasan Barat dapat mencapai kemajuan yang luar
biasa terutama di bidang pengetahuan.

Para filosof dan ilmuan muslim memiliki andil besar didalam melakukaan transmisi keilmuan
itu dari dunia Islam ke dunia Barat. A. Qodri Azizy sebagaimana dikutip oleh Muzamil Qomar
menegaskan bahwa dari segi pemikiran, renaissance yang merupakan cikal bakal kemajuan Barat
tidak bisa lepas dari pengaruh dan sumbangan pemikiran para sarjana Muslim di abad sebelumnya.
Ketika Barat masih menyandang gelar dark ages (abad kegelapan), dunia Muslim sudah memiliki
peradaban yang maju dan sudah memperkenalkan metode induktif dan beberapa metode yang menjadi
embrio kemajuan masa berikutnya di Barat.

Islam telah menempuh perjalanan yang panjang ke arah Barat hingga ke Maroko yang terkenal
dengan daerah Maghriby, dan Spanyol dalam waktu yang lebih dari dua abad. Perjalanan tersebut
mengakibatkan terjadinya interaksi antara Islam dengan Barat makin intens sekali, baik interaksi
sosial, interaksi kultural dan interaksi intelektual antara keduanya, sehingga terjadi titik pertemuan
antara peradaban Islam yang dibawa orang-orang Arab dan peradaban Barat yang dimiliki Spanyol
khususnya, sebuah pertemuan dua macam peradaban dengan corak yang berlawanan yaitu peradaban
Islam yang maju dan peradaban Barat yang terbelakang saat itu. Sebagai peradaban yang telah maju,
banyak menumbuhkaan kreasi-kreasi baru baik bercorak kultural maupun intelektual. Kreasi kultural
diwujudkan dalam bentuk peningkatan semangat dan etos kerja, kedisiplinan dan pemanfaatan waktu.
Sedangkan kreasi intelektual diwujudkan dalam bentuk upaya-upaya perenungan untuk
mengungkapkan konsep-konsep teoritis aplikatif. Maurice Bucaille sebagaimana dikutip oleh
Muzamil Qomar menuturkan sebagai berikut:

“Di Cordoba (Qurtubah) perpustakaan khalifah memuat 400.000 buku, Ibn Rusyd mengajar di situ.
Banyak orang dari berbagai daerah di Eropa datang ke Qurtubah untuk belajar seperti pada waktu ini
banyak orang belajar ke Amerika Serikat. Banyak manuskriprnanuskrip lama sampai kepada kita
dengan perantaraan orang-orang dan membawa kebudayaan kepada negerinegeri yang ditaklukkan.
Banyak hutang kami (orang-orang Barat) kepada pengetahuan Arab dalam matematika (kata al-Jabar
adalah kata Arab), astronomi, fisika dan optik, geologi, ilmu tumbuh-tumbuhan (botanik), ilmu
kedokteran (Ibnu Sina) dan lain-lain. Untuk pertarna kali sains mempunyai sifat internasional dalam
universitas Islam pada abad pertengahan.”

Muzamil Qomar menjelaskan bahwa “Para filosof dan ilmuan Muslim ibarat guru sedangkan
para filosof dan ilmuan Barat ibarat murid. Mereka (para filosof dan ilmuan Muslim) menjalankan
tugasnya sebagai guru dalam membangun kepribadian murid, antara lain; memberikan bimbingan
kepada murid-murid yang belum mengerti, memberikan petunjuk bagi mereka yang tersesat,
memberikan pelatihan bagi mereka yang belum terampil, memberikan pemahaman bagi mereka yang
belum paham, memberikan penjelasan bagi mereka yang belum jelas, dan memberi pengetahuan
mengenai orientasi yang dituju.

Lebih lanjut Muzamil Qomar Sebagai guru yang baik, para filosof dan ilmuan justru bersikap sangat
terbuka kepada siapapun, bersikap adil kepada siapapun termasuk kepada orang-orang Barat yang
berbeda agama sekalipun, menyelamatkan mereka yang terancam dari bahaya kehancuran. Semua
tindakan ini dilakukan untuk kemajuan muridnya, yakni dunia Barat yang pada waktu itu masih
tertinggal bahkan terbelakang, di samping tentu juga untuk mempertahankan integritas kepribadian
guru, yakni para filosof dan ilmuan Muslim tersebut agar tetap berkembang dan terus berkreasi. Dari
sini tampak betapa besarnya pengaruh peradaban Islam pada dunia Barat melalui perjumpaan dan
pergumulan yang intent sekali dengan literatur-literatur hasil karya sarjana Islam. Melalui literatur-
literatur ini, pikiran mereka terpengaruhi, kemudian mereka mengikuti dan mengalokasikan dalam
pembahasan-pembahasan ilmiah mereka, bahkan mereka berusaha mempertahankan hingga sekarang
ini.

Itulah gambaran sepintas konstribusi Islam terhadap perdaban Barat modern. Islam telah
membukakan jalan bagi dunia Barat melalui berbagai kreasi yang diciptakan, berbagai percobaan
yang diupayakan, berbagai temuan yang digali, dan berbagai teori yang dirumuskan. Ini semua
mengilhami dan mempengaruhi para sarjana Barat, sehingga mereka berupaya meniru dan
melanjutkan prestasi peradaban Islam tersebut hingga sekarang. Pada masa klasik umat Islam telah
mengukir prestasi yang gemilang. Mereka telah berhasil mencapai kejayaan di berbagai bidang
peradaban. Kejayaan itu memantulkan sinarnya ke seantero dunia yang berasal dari Timur dan Barat.
Poros Timur berpusat di Baghdad sedangkan poros Barat berpusat di Cordova Spanyol. Kedua poros
itu meskipun berasal dari dua dinasti yang berseteru yaitu Abbasiyyah di Timur dan Umayyah di
Barat, namun keduanya memiliki komitmen yang tinggi untuk memajukan peradaban Islam.

Pada saat itu umat Islam menjadi penguasa dunia, sementara negeri-negeri yang telah maju
seperti Romawi sedang mengalami kemunduran karena didera kekalahan perang sedangkan
negerinegeri lainnya masih tertinggal. Keberhasilan menjadi penguasa dunia itu sebagai hasil dari
perjuangan panjang mulai dari Nabi sebagai peletak dasar peradaban Islam pertama. Nabi merintis
jalan paling awal untuk dilalui peradaban, kemudian para sahabat, tabi'in dan tabi'at melanjutkannya.
Mereka tinggal melanjutkan bangunan yang telah dirancang oleh Nabi. Memang membicarakan
peradaban Islam, tentu saja tidak bisa dilepaskan dari Islam periode Nabi Muhammad SAW, di
Semenanjung Arab pada permulaan abad ke-7 M, bagaimana situasi Arab sebelum kemunculan Islam,
Nabi sebagai kepala agama di Mekkah, dan pembinaan masyarakat hingga pembentukan Negara
Madinah pertama, serta penyatuan penduduk Jazirah Arab dalam mengembangkan agama Islam.

Setelah itu, proses ekspansi besarbesaran dilakukan, sehingga kawasan Islam pun meluas ke
beberapa wilayah di sekitarnya: Persia dan Asia Tengah, Afrika Utara dan Pantai Atlantik, kawasan
pusat-pusat peradaban lama, Spanyol sampai ke pegunungan Pyrenia, dari Tunisia ke Sisilia di Italia
Selatan. Wilayah Balkan, Kaukasus dan Eropa Tengah atau apa yang terkenal sekarang dengan Rusia
Selatan juga tak ketinggalan mendapat sentuhan kekuasaan Islam. Cukup luas wilayah kekuasaan dan
pengaruh Islam di dunia, karena juga sampai ke India, Cina dan bahkan Asia Tenggara dan Indonesia.
.32 Tak ketinggalan pula di Eropa, kekuasaan Islam tidak hanya terbatas di Barat. Di Eropa Timur
terdapat beberapa wilayah yang pernah ditaklukkan dan berada di bawah pengaruh kekuasaan Islam,
puncak kejayaan Islam atas Eropa ketika berkuasanya Sulaiman al-Qanuni (al-Fatih), penguasa Turki
Utsmani dengan ibukota Konstantinopel pada tahun 1453. Setelah itu Islam meluas ke Yunani,
Balkan, Hongaria dan Polandia.33 Dari titik inilah Barat banyak belajar dari Islam dan dari titik ini
pula Islam sesungguhnya memiliki kontribusi yang besar terhadap peradaban Barat.

C.Cendikiawan muslim dan kontribusinya terhadap perkembangan


peradaban dunia
Banyak ilmuwan muslim yang berkiprah di bidang sains dengan keahliannya masingmasing dan
memiliki pengaruh yang sangat besar bagi pertumbuhan dan perkembangan sains itu sendiri,
diantaranya :

1. Ibnu Sina

Nama lengkap Ibnu Sina adalah Abu Ali Husain bin Abdullah bin Hasan bin Ali bin Sina. Dikalangan
masyarakat barat ia dikenal dengan nama “Avicienna”. Selain sebagai ahli kedokteran, Ibnu Sina juga
dikenal sebagai filosof, psikolog, pujangga, pendidik dan sarjana Muslim yang hebat. Ibnu Sina
belajar filsafat dari Abu Abdillah an-Natili, seorang filosof kenamaan yang kebetulan sedang
berkunjung ke Bukhara. Beliau diminta ayah Ibnu Sina tinggal di kediamannya untuk mengajarkan
filsafat pada anaknya. Dalam waktu yang singkat Ibnu Sina berhasil menguasai filsafat sehingga
membuat kagum gurunya. Setelah berhasil mendalami ilmu-ilmu alam dan ketuhanan, Ibnu Sina pun
merasa tertarik untuk mempelajari ilmu kedokteran, mulai mendik di bidang kedokteran, sehingga
dalam waktu singkat ia meraih hasil yang luar biasa. Berkat ketekunan dan semangatnya yang tinggi
dalam mempelajari ilmu tersebut, Ibnu Sina sanggup mengobati orang-orang yang sakit.

Ibnu Sina memiliki julukan “Bapak Kedokteran Dunia” dan “Bapak Kedokteran Modern”. Pada
usia 18 tahun, Ibnu Sina memperoleh predikat sebagai seorang fisikawan. Ibnu Sina pula yang
mencatat dan menggambarkan anatomi tubuh manusia secara lengkap untuk pertama kalinya. Dan
dari sana ia berkesimpulan bahwa, setiap bagian tubuh manusia, dari ujung rambut hingga ujung kaki
kuku saling berhubungan. Ia adalah orang yang pertama kali merumuskan, bahwa kesehatan fisik dan
kesehatan jiwa ada kaitan dan saling mendukung. Lebih khusus lagi, ia mengenalkan dunia
kedokteran pada ilmu yang sekarang diberi nama pathology dan farma, yang menjadi bagian penting
dari ilmu kedokteran. Ibnu Sina telah menulis tidak kurang dari 450 buku yang kebanyakan tentang
ilmu kedokteran. Buku-bukunya banyak digunakan sebagai pedoman dan rujukan oleh para dokter di
seluruh dunia. Al-Qanun Fi Al-Thib (Aturan Pengobatan) adalah karya Ibnu Sina yang paling
terkenal, buku ini telah dijadikan rujukan dan pedoman di bidang kedokteran selama berabad-abad.
Juga bukunya yang berjudul Asy-Syifa, dalam buku ini, Ibnu Sina juga menuliskan tentang masalah
penyakit dan pengobatan sekaligus obat yang dibutuhkan berkaitan dengan penyakit bersangkutan.
Kitab ini terdiri dari 18 jilid dan berisi berbagai macam ilmu pegetahuan.

2. Abu Ali Al Hasan Ibnu Haytam

Ali Muhammad Al-Hassan Al-Haytham atau Ibn al-Haytam merupakan kelahiran Iraq. Ibn al-Haytam
dilahirkan di Al-Basrah pada tahun 354 Hijriah atau 965 Masehi dan meninggal pada tahun 1039
Masehi di Kairo, Mesir. Alhazen merupakan ahli sains, matematika, filosofi, astronomi, dan polimath
dari masa ke-emasan Kekaisaran Islam. Masa muda Ibn al-Haytam bertepatan dengan dikuasainya
Mesir oleh Ke-khalifahan Fatimiyah. Dikuasainya Mesir oleh Ke-khalifahan Fatimiyah dimulai
setelah keberhasilannya menguasi lembah Nil pada tahun 969 M, yang akhirnya Mesir dijadikan
ibukota baru ke-Khalifahan Fatimiyah.

Ibn al-Haytham merupakan ilmuwan yang gemar melakukan penyelidikan. Penyelidikannya


mengenai cahaya telah memberikan ilham kepada ahli sains Barat seperti Boger Bacon, dan Kepler,
pencipta mikroskop serta teleskop. Beliau merupakan orang pertama yang menulis dan menemukan
berbagai data penting mengenai cahaya. Beberapa buah buku mengenai cahaya yang ditulisnya telah
diterjemahkan ke dalam bahasa inggris, antara lain Light on Twilight Phenomena. Kajiannya banyak
membahas mengenai senja dan banyak lingkaran cahaya di sekitar bulan dan matahari serta bayang-
bayang dan gerhana. Beberapa percobaan dilakukan oleh Ibn al-Haytham, di antaranya percobaan
terhadap kaca yang dibakar, dan dari situ ditemukanlah teori lensa pembesar. Teori itu telah
digunakan oleh para ilmuwan di Itali untuk menghasilkan kaca pembesar yang pertama di dunia dan
prinsipnya tetap diadopsi oleh ilmuwan-ilmuwan setelahnya.[3, p. 169] Ibn al-Haytham juga
disinyalir telah menyampaikan keberadaan gaya tarik bumi atau gravitasi sebelum Issaac Newton
mengetahuinya. Selain itu, teori Ibn alHaytham mengenai jiwa manusia sebagai satu rentetan perasaan
yang bersambungsambung secara teratur telah memberikan ilhan kepada ilmuwan Barat untuk
menghasilkan wayang gambar. Teori beliau telah membawa kepada penemuan film yang kemudian
disambung-sambung dan dimainkan kepada para penonton sebagaimana yang dapat kita lihat pada
masa kini. Ibn al-Haytham meninggal di Kairo, Mesir, sekitar tahun 1040 M. Karena pengamatannya
yang mendalam pada bidang optika, konsep-konsepnya menjadi dasar ilmu optika. Selain itu, dia
mengantarkan optika pada kemajuan pesat masa kini. Dengan demikian, Ibn al-Haytham mendapat
julukan sebagai “Bapak Optika Modern”

3. Al-Farghani

Al-Farghani adalah seorang ahli astronomi muslim yang sangat berpengaruh. Nama lengkapnya
adalah Abu al-Abbas bin Muhammad bin Kalir al-Farghani. Di Barat, para ahli astronomi abad
pertengahan mengenalnya dengan sebutan alFarghanus. Didirikannya Akademi al-Makmun
merupakan salah satu bukti kecintaan khalifah terhadap ilmu pengetahuan. Dalam akademi inilah al-
Farghani memulai pengkajian tentang ilmu astronomi. Kesungguhan al-Farghani diikuti dengan
dukungan khalifah berupa peralatan canggih peneropong bintang untuk mengetahui ukuran bumi dan
juga membuat laporan ilmiah.

Karier al-Farghani berlanjut dalam ilmu astronomi. Ia berhasil menyelesaikan penelitian


mengetahui diameter bumi dan jarak antara bumi dengan planet lain. Selain itu, ia juga turut
merancang hadirnya Darul Hikmah al-Makmun, ikut dalam proyek pengukuran garis lintang bumi,
menjabarkan jarak, dan diameter beberapa planet. Sebuah pencapaian yang luar biasa pada masa itu.
[6] Hasil penelitian al-Farghani di bidang astronomi ditulisnya dalam berbagai buku. Harakat as-
Samawiyya wa Jawami Ilm an-Nujum (Asas-Asas Ilmu Bintang) adalah salah satu karya utamanya
yang berisi kajian bintang-bintang. Sebelum masa Regiomontanus, Harakat as-Samawiyya wa Jawami
Ilm anNujum adalah salah satu buku yang sangat berpengaruh bagi perkembangan astronomi di
Eropa. Di dalam buku tersebut, al-Farghani memang mengadopsi sejumlah teori Ptolemaeus, tapi ia
mengembangkanya lebih lanjut hingga membentuk teorinya sendiri. Tak heran, Harakat a-Samawiyya
wa Jawami Ilm an-Nujum mendapatkan respon yang positif dari para ilmuwan muslim dan
nonmuslim. Buku ini pun diterjemahkan dalam berbagai bahasa. Harakat as-Samawiyya wa Jawami
Ilm an-Nujum yang diterjemahkan dalam bahasa Inggris mengalami perubahan judul menjadi “The
Elements of Astronomy”.

4. Jabir Ibn Hayyan

Beliau merupakan seorang ilmuwan dan filosof terkemuka yang memiliki nama lengkap Abu
Musa Jabir ibn Hayyan al-Azdi. Kalangan Barat mengenal dengan nama Geber. Beliau lahir di Thus
Khurasan, Iran (Persia), pada tahun 721 M atau sekitar abad ke-8. Jabir adalah seorang yang
berketurunan Arab, namun ada juga yang mengatakan bahwa ia adalah orang Persia. Ketika ayahnya
sedang melakukan pemberontakan, ia tertangkap oleh pasukan Dinasti Umayyah di Khurasan,
kemudian ia dieksekusi dan dihukum mati. Setelah ayahnya meniggal, Jabir dan keluarganya kembali
ke Yaman dan ia mulai mempelajari al-Qur’an dan berbagai ilmu lainnya dari seorang ilmuwan yang
bernama Harbi al-Himyari.

Jabir kembali ke Kufah setelah Abbasiyah berhasil menumbangkan Umayyah dan mulai merintis
karirnya di bidang kimia. Ketertarikannya dalam bidang ini yang membuatnya terus mendalaminya
sehingga menjadi seorang ahli dalam kimia. Jabir kemudian mempelajari ilmu kedokteran pada masa
Kekhalifahan Abbasiyah di bawah pimpinan Harun al-Rashīd dari seorang guru yang bernama
Barmaki Vizier. Jabir pun terus bekerja dan bereksperimen dalam bidang kimia dengan tekun di
sebuah laboratorium dekat Bawaddah di Damaskus dengan ciri khas eksperimeneksperimennya yang
dilakukan secara kuantitatif, bahkan instrumen-instrumen yang digunakan untuk eksperimennya
dibuat sendiri dari bahan logam, tumbuhan dan hewani. Di laboratoriumnya itulah Jabir berhasil
menemukan berbagai penemuan besar yang sangat bermanfaat sampai saat ini, bahkan di
laboratorium itu pula telah ditemukan berbagai peralatan kimia miliknya.

Kontribusi terbesar Jabir adalah dalam bidang kimia. Keahliannya ini didapatnya dengan
berguru pada Barmaki Vizier, pada masa pemerintahan Harun alRashid di Baghdad. Ia
mengembangkan teknik eksperimentasi sistematis di dalam penelitian kimia, sehingga setiap
eksperimen dapat direproduksi kembali. Jabir menekankan bahwa kuantitas zat berhubungan dengan
reaksi kimia yang terjadi, sehingga dapat dianggap Jabir telah merintis ditemukannya hukum
perbandingan tetap. Kontribusi lainnya antara lain dalam penyempurnaan proses kristalisasi, distilasi,
kalsinasi, sublimasi dan penguapan serta pengembangan instrumen untuk melakukan proses-proses
tersebut. Beberapa penemuan Jabir Ibn Hayyan diantaranya adalah: asam klorida, asam nitrat, asam
sitrat, asam asetat, tehnik distilasi dan tehnik kristalisasi. Dia juga yang menemukan larutan aqua
regia (dengan menggabungkan asam klorida dan asam nitrat) untuk melarutkan emas. Jabir Ibn
Hayyan mampu mengaplikasikan pengetahuannya di bidang kimia ke dalam proses pembuatan besi
dan logam lainnya, serta pencegahan karat. Dia jugalah yang pertama mengaplikasikan penggunaan
mangan dioksida pada pembuatan gelas kaca. Jabir Ibn Hayyan juga pertama kali mencatat tentang
pemanasan wine akan menimbulkan gas yang mudah terbakar. Hal inilah yang kemudian memberikan
jalan bagi Al-Razi untuk menemukan etanol.

Jika kita mengetahui kelompok metal dan non-metal dalam penggolongan kelompok senyawa,
maka Jabirlah yang pertamakali melakukannya. Dia mengajukan tiga kelompok senyawa, yaitu: 1)
“Spirits“ yang menguap ketika dipanaskan, seperti camphor, arsen dan amonium klorida. 2) “Metals”
seperti emas, perak, timbal, tembaga dan besi. 3) “Stones” yang dapat dikonversi menjadi bentuk
serbuk.

5. Az-Zahrawi

Az-Zahrawi memiliki nama lengkap Abu Al-Qasim Khalaf Ibn Al-‘Abbas AzZahrawi. Beliau
lahir di Madinatu Az-Zahra, sebuah daerah di dekat Kordoba, Spanyol, pada 936 M.Az-Zahrawi
dikenal sebagai “Bapak Ilmu Bedah” dan pakar kedokteran pada masa Islam abad pertengahan.
Kontribusinya sangan besar dalam pengembangan ilmu bedah. Selain melahirkan prosedur dan
metode ilmu bedah modern, beliau juga menciptakan beragam alat dan teknologi yang digunakan
untuk bedah. Maka dari itu, beliau mendapat julukan “Bapak Ilmu Bedah”. Karya dan hasil
pemikirannya banyak diadopsi para dokter di dunia Barat.

Karya terkenalnya adalah Al-Tasrif, kumpulan praktik kedokteran yang terdiri atas 30 jilid. Al-
Tasrif berisi kumpulan praktik kedokteran, yang ditulis berdasarkan penelitian dan pengalaman Az-
Zahrawi di bidang ilmu bedah. Buku ini terdiri dari 30 jilid dan menjadi pedoman bagi para peneliti
dan ahli bedah untuk pengembangan bidang kedokteran, khsusnya ilmu bedah.

6. al-Khawarizmi

Al-Khawarizmi memiliki nama lengkap Abdullah Muhammad bin Musa al-Khawarizmi, beliau
dilahirkan di daerah Khawarizmi, yaitu suatu derah di bawah pemerintahan provinsi Khurasan dan
sekarang bernama negara Uzbekistan, pada tahun 164 H (780 M). Beliau wafat di Bagdad, Irak pada
tahun 232 H (847 M), dan dalam literatur lain disebutkan bahwa beliau wafat pada tahun 235 H (850
M). Di Barat, terutama di Eropa, al- Kawarizmi dikenal dengan nama Algorismi atau Algorism.
Beliau dikenal sebagai tokoh Muslim yang banyak membangun dan menemukan teori-teori
matematika, salah satunya aljabar, yang oleh para ilmuwan barat disebut aritmetika (ilmu hitung)
yaitu dengan menggunakan angka-angka Arab.

Dalam buku karangannya yaitu, al-Jabr wa al-Muqabalah beliau merumuskan dan menjelaskan
tabel trigonometri secara detail. Beliau juga mengenalkan teori-teori kalkulus dasar dengan cara yang
mudah, yang pada akhirnya al-Khawarizmi menjadi tonggak dalam sejarah aljabar yang saat ini
berkembang menjadi matematika, bahkan beliau menjadikan aljabar menjadi sebuah ilmu eksak.
Maka pantas jika alKhawarizmi disebut sebagai bapak aljabar. Kemudian, dari fakta sejarah
menunjukkan bahwa pada abad pertengahan ilmu matematika di dunia Barat lebih banyak
dipengaruhi oleh karya al-Khawarizmi dibandingkan dengan karya penulis lainnya. Karena itu,
masyarakat modern saat ini sangat berhutang budi kepada al-Khawarizmi dalam bidang ilmu
matematika, dan alKhawarizmi layak dijadikan figur penting dalam bidang ilmu matematika.
BAB III PENUTUP
KESIMPULAN
Sejarah perkembangan ilmu pengetahuan sejak dulu hingga dewasa ini tidak terjadi secara
mendadak, melainkan terjadi secara bertahap dan evolutif. Pertama: Zaman Pra Yunani Kuno (abad
ke 15-7 SM), Zaman Yunani Kuno (abad ke 7-2 SM), Zaman Pertengahan (abad 2-14 M), Zaman
Renasaince (abad 4-17 M), Zaman Modern (abad ke 17-19 M),Zaman Kontemporer. Secara garis
besar perkembangan sains Islam dapat dibagi menjadi tiga tahap, yakni pertama adalah pewarisan dan
penerjemahan, kedua adalah pengklasifikasian cabang-cabang ilmu, tahap ketiga adalah
pengembangan dan penemuan ilmu-ilmu pengetahuan baru. Pandangan Islam terhadap sains sendiri
adalah positif, artinya Islam mewajibkan untuk selalu mengembangkan ilmu pengetahuan. Firman
Allah yang pertama diturunkan telah menjadi bukti nyata terhadap kewajiban umat Islam tersebut.
Firman Allah yakni “Bacaalah!” yang artinya sudah sejak awal mewajibkan untuk membaca.

Pada masa pembaharuan modern Islam ini banyak muncul tokoh-tokoh yang memberikan
kontribusi dalam bidang pengetahuan Islam. Apa yang dikembangkan oleh mereka berpengaruh
sangat besar pada perkembangan sains modern dan merupakan angin segar bagi perkembangan sains
dan teknologi di era kontemporer seperti sekarang ini. Banyak pemikir Barat yang mengadopsi pola
pikir mereka, sehingga tidak sedikit dari mereka yang berkiblat pola pemikirannya kepada para saintis
muslim. Apa yang disuguhkan dan dipersembahkan oleh para pemikir muslim telah mampu menyulap
sains modern sebagaimana yang berkembang di dunia sekarang ini, baik di Barat maupun di Timur.
DAFTAR PUTAKA
W. Rosyidi, "Sains dalam Sejarah Peradaban ISlam",

"Makalah Ilmuwan Muslim Dinasti Abbasyah Terbaru".


http://ahsanawacell.blogspot.com/2018/11/makalah-ilmuwan-muslim-dinasti.html (accessed
Oct. 26, 2020).

R. Abqary," 101 Info Tentang Ilmuwan Muslim: Menambah Pengetahuan Seputar Ilmuan
Muslim". DAR! Mizan, 2010.

Koenta Wibisono. (1955). Islam dan Iptek dalam Konteks Kehidupan Manusia: Pendekatan
Filsafat Ilmu”, Makalah Diskusi, Pusat Studi Islam. Lembaga Penelitian UII.

R. Slamet Imam Santoso. (1977). Capita Selecta Sejarah Perkembangan Ilmu pengetahuan. Sastra
Budaya.

Al-Jawi, M. S. (2014). Peran Islam Dalam Perkembangan Ilmu Pengetahuan Dan Teknologi.
http://dyuliastuti.blogspot.com

a.
b. T

Anda mungkin juga menyukai