PERADABAN DUNIA
Disusun oleh:
Kelompok 8 :
Arumrahmadia (2210020062)
2023
KATA PENGANTAR
Penulis mengucapkan syukur kepada Allah Subhanahu Wa Ta’ala atas limpahan nikmat
sehat-Nya, baik itu merupakan sehat fisik maupun akal pikiran, sehingga penulis mampu untuk
menyelesaikan pembuatan makalah sebagai tugas dari mata kuliah Pendidikan Agama Islam
dengan judul “BAGAIMANA KONTRIBUSI ISLAM DALAM PENGEMBANGAN
PERADABAN DUNIA”.
Penulis tentu menyadari bahwa makalah ini jauh dari kata sempurna dan masih banyak
terdapat kesalahan serta kekurangan di dalamnya. Untuk itu, penulis mengharapkan kritik serta
saran dari pembaca untuk makalah ini, supaya makalah ini nantinya dapat menjadi makalah yang
lebih baik lagi. Demikian, dan apabila terdapat banyak kesalahan pada makalah ini penulis
mohon maaf yang sebesar-besarnya.
Penulis
ii
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR............................................................................................................ii
DAFTAR ISI...........................................................................................................................iii
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang...........................................................................................................1
B. Rumusan Masalah......................................................................................................2
C. Tujuan Penulisan.......................................................................................................2
BAB II PEMBAHASAN
A. Kesimpulan..................................................................................................................14
DAFTAR PUSTAKA.............................................................................................................16
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Sejarah telah membuktikan bahwa kemajuan ilmu pengetahuan di dunia modern menjadi
fakta sejarah yang tak terbantahkan. Bahkan bermula dari dunia Islamlah ilmu pengetahuan
mengalami transmisi (penyebaran, penularan), dimensi dan poliferasi (pengembangan) ke dunia
Barat yang sebelumnyadiliputi oleh masa gelap (Dark Ages) mendorong munculnya zaman
renaissance atau enlightenment (pencerahan) di Eropa.
Melalui dunia Islam lah mereka mendapat akses untuk mendalamidan mengembangkan
ilmu pengetahuan modern. Menurut Gore barton, ketika dunia Barat sudah cukup masak untuk
merasakan perlunya ilmu pengetahuan yang lebih dalam, perhatiannya pertama-tama tidak
ditujukan kepada sumber-sumber Yunani, melainkan kepada sumber- sumber Arab (Islam).
Islam juga hadir di tengah kerasnya peradaban jahiliyah. Akan tetapi, untuk selanjutnya
Islam mampu bermetamorfosa menyebar hampir ke seluruh penjuru dunia. Dalam perkembangan
peradaban dunia memang Islam tidak bisa dilepaskan dari perkembangannya sejak dari zaman
Rasulullah SAW sampai sekarang pun, islam banyak memberi kontribusi terhadap dunia. Dari
zaman Rasulullah SAW, Islam merubah peradaban yang ada di Jazirah Arab dan sampai
sekarang kita masih dapat merasakan nikmat dari perubahan peradaban yang dibawa Islam.
Ajaran Islam yang telah tersebar ke berbagai penjuru dunia selama berabad-abad tentunya
meninggalkan tinta emas dan torehan positif berupa khasanah keilmuan bagi peradaban dunia,
meskipun tidak ada lagi kekuasaan Islam secara mutlak.
Secara historis, Islam telah memainkan peran yang signifikan dalam perkembangan
beberapa aspek pada peradaban dunia. Begitupun setelah selesai masa kenabian yang ditutup
dengan wafatnya Rasulullah SAW, perkembangan dan pemikiran peradaban Islam dalam
sejarahnya telah menunjukkan berbagai varian. Varian itu berupa metode, visi, dan kerangka
berpikir yang berbeda dari pemikiran yang satu dengan yang lainnya. Islam dalam ekspansinya,
tidak hanya mengambil keuntungan materi dari daerah yang dapat dikuasai, melainkan ikut
1
2
membangun dan memajukan peradaban yang ada dan tetap toleran terhadap budaya lokal yang
ada.
B. Rumusan Masalah
1. Bagaimana kontribusi Islam dalam pengembangan peradaban dunia?
2. Bagaimana sumber historis, sosiologis, filosofis, dan teologis kontribusi Islam bagi
peradaban dunia?
C. Tujuan Penulisan
1. Untuk mengetahui kontribusi Islam dalam pengembangan peradaban dunia.
2. Untuk mengetahui bagaimana sumber historis, sosiologis, filosofis, dan teologis
kontribusi Islam bagi peradaban dunia.
BAB II
PEMBAHASAN
3
4
Menurut Harun Nasution, islam terbagi menjadi tiga periode, yaitu periode klasik
(650-1250 M), periode pertengahan (1250-1800 M), dan periode modern (1800 M-
sekarang). Pada masing-masing periode terdapat perbedaan dimensi yang khas yang
tampil dalam setiap perkembangannya. Periode Klasik terbagi menjadi 2, yaitu masa
kemajuan Islam I (650-1000M) dan masa disintegasi (1000-1250M). Masa ini bisa
disebut sebagai awal dari masa keemasan Islam.Sebelum Nabi Muhammad SAW wafat,
ekspansi Islam telah berhasil menguasai semenanjung Arabia (Arabian Peninsula).
Ekspansi ke luar wilayah Arab baru dimulai pada masa Khalifah pertama Abu Bakar Ash
Shiddiq.
Masa kemajuan Islam I (bagian dari periode klasik) ini ditandai oleh adanya
sejarah empat sahabat Nabi Muhammad yang dalam kajian Islam akrab disebut sebagai
Khulafā`ur Rāsyidīn, yaitu Abu Bakar (menjabat sebagai amīr al-mu‟minīn tahun 632-
634 M), Umar bin Khattab (634-644 M), Utsman bin Affan (644- 656 M), dan Ali bin
Abi Thalib (656-661 M). Pada masa ini Islam mulai tersebar di luar wilayah
Semenanjung Arab. Terjadi penaklukan-penaklukan Islam terhadap beberapa wilayah,
seperti Damaskus, Mesir, Irak, Palestina, Syiria, dan Persia. Pergerakan dari ‘kerajaan’
Kulafa’ur Rasyidin selanjutnya diteruskan oleh Dinasti Umayyah (661-750M). Pada
zaman ini penyebaran Islam semakin luas. Daerah yang dikuasai pada zaman ini. Yaitu
Syiria, palestina, Afrika Utara, Irak, Semenanjung Arabia, Persia, Afganistan, dan Asia
Tengah (Pakistan, Turkmenistan, Uzbekistan, dan Kirgistan). Pada masa ini ditandai
dengan berkembangnya kebudayaan Arab.
Peradaban Islam semakin maju dengan perpindahan kekuasaan dari Dinasti bani
Umayyah ke Dinasti bani Abbasiyah. Pada Zaman ini, perekonomian Negara mulai
meningkat dengan berkembangnya bidang pertanian dan pertambangan. Perhatian
terhadap Ilmu pengetahuan mulai tumbuh, khususnya pada masa kepemimpinan harun
Al-Rasyid (785-809 M) dan Al-Ma’mun (813-833 M). perhatian terhadap Ilmu
pengetahuan ini ditandai dengan penerjemahan buku-buku yang berbahasa Yunani dan
Bizantium ke dalam bahasa Arab. Khalifal Al-Ma’mun mendirikan Bait al-Hikmah.
Cabang-cabang ilmu pengetahuan yang diutamakan dalam Bait al-Hikmah ini
diantaranya kedokteran, fisika, geografi, astronomi, optic, sejarah, dan filsafat.
5
Pada periode ini, ilmu-ilmu keagamaan dalam islam mulai disusun. Dalam bidang
penyusunan hadis dikenal nama Imam Bhukari dan Muslim. Dalam bidang fikih, terkenal
nama Imam Abu Hanifah, Imam Malik bin Anas dan sebagainya. Imam Ath-Thabari
terkenal dengan dalam bidang tafsir dan Ibnu Hisyam terkenal dalam bidang sejarah.
Dalam bidang tasawuf , terdapat nama Abu Yazid Al-Busthami, husainbin Mansur Al-
Hallaj, dan sebagainya. Periode ini merupakan peradaban islam yang tertinggi dari
periode-periode sebelumnya. Namun upaya diterjemahkannya buku-buku ilmu
pengetahuan dan filsafat karangan para ahli dan filsuf Islam ke dalam bahasa Eropa pada
abad ke-12 M, menandai berakhirnya fase kemajuan islam I (650-1000 M). Periode ini
ditandai dengan masa disintegrasi (1000-1250 M). Masa ini ditandai dengan adanya
kerajaan-kerajaan independen yang ingin memisahkan diri dari kepemimpinan seorang
khalifah. Disintegrasi politik tersebut yang menyebabkan perpecahan di kalangan umat
islam.
Selanjutnya adalah periode pertengahan (1250-1800 M). pada zaman ini tidak ada
perkembangan yang berarti bagi peradaban Islam, kecuali hanya sedikit. Pada zaman ini
terdapat 3 kerajaan besar yaitu Kerajaan Utsmani di Turki, Kerajaan Safawi di Persia,
dan Kerajaan Mughal di India. Peperangan demi peperangan sering terjadi pada masa tiga
kerajaan besar ini untuk menguasai wilayah tertentu. Disintegrasi politik pada masa ini
terlihat semakin besar dibandingkan dengan masa Bani abbasiyah dan sekaligus
menandai berakhirnya perkembangan peradaban islam. Di samping itu, di barat mulai
tumbuh kesadaran untuk menaruh perhatian lebih terhadap ilmu pengetahuan. Untuk itu,
umat islam tidak hanya berdiam diri melihat kegemilangan dunia Barat, tetapi membuat
pola perubahan kiblat pengetahuan dari yang sebelumnya berkiblat kepada peradaban
Yunani, menjadi berkiblat kepada peradaban Barat. Masa ini disebut dengan periode
modern (1800 M– sekarang).
Pada masa ini bisa disebut juga sebagai masa kebangkitan dunia islam. Sejumlah
tokoh Islam melakukan pembaharuan pemikiran Islam atau modernisasi dalam islam
untuk mengembalikan kejayaan Islam. Beberapa tokoh pemaharu itu di antaranya seperti
di Mesir terkenal nama Muhammad Abduh, rasyid Ridha, dan Jamaluddin Al-Afghani.Di
India pembaharuan dilakukan oleh Sir Sayyid Ahmad Khan dan lainnya. Ide
6
Dinamika peradaban Islam dipengaruhi oleh konteks social, politik, budaya, dan
agama yang melekat di dalamnya. Peradban islam pada masa awal/klasik, pertengahan,
sampai modern memiliki nuansa atau dimensi peradaban yang berbeda satu sama lain.
Masa kejayaan Bani Abbasiyah terjadi pada masa Khalifah Harun Al-Rasyid dan
anaknya Al – Ma’mun. Pada masanya ilmu pengetahuan agama dan ilmu pengetahuan
umun berkembang peast. Perkembangan ilmu agama meliputi pembukaan sejumlah
bidang agama yaitu, fikih, tafsir, hadis, kalam dan tasawuf. Adapun bidang ilmu
pengetahuan umum antara lain filsafat, ilmu kedoktern, ilmu astronomi, farmasi,
geografi, sejarah, dan bahasa.
Banyak peradaban yang hancur (mati) karena “bunuh diri” bukan karena
benturan dengan kekuatan luar. Peradaban hancur karena peradaban tersebut tidak
dibangun di atas nilai-nilai spiritualisasi yang kokoh.
Islam yang berkembang pada masa Bani Umayyah melalui ekspansi besar-
besaran dilanjutkan pada masa Al-Walid ibn Abdul Malik pada tahun 711 M.,
kemudian terus berlanjut pada masa Bani Abbasiyah dan Bani Umayyah di Spanyol ,
akhirnya sampai di Spanyol. Dari peradaban Islam yang ada di Spanyol, Islam
mampu memberikan pengaruh besar kepada dunia Barat yang turut serta mempelajari
ilmu pengetahuan yang ada di dunia Islam.
Optimalisasi potensi akal merupakan salah satu kunci yang memungkinkan Islam
memberikan kontribusinya bagi peradaban dunia.Tuhan telah menganugerahi manusia
dengan potensi akal dan hati/kalbu.Kedua potensi itu bisa dimiliki oleh seseorang dalam
kadar yang seimbang,namun dapat pula salah satu potensi dalam kadar yang seimbang,
namun dapat pula salah satu potensi lebih berkembangdaripada lainnya.
Bila kita menekankan pada sebab normatif, maka kesimpulan yang akan ditarik
adalah bahwa kemampuan komunitas islam klasik kala itu tidak lain diilhami oleh ajaran-
ajaran profetik islam yang dibawa itu adalah Muhammad.Dengan kata lain, progresivitas
komunitas islam klasik adalah inheren dalam ajaran islam yang paling autentik, yakni Al-
Quran dan As-Sunnah.Namun akan menjadi timpang jika kita tidak menelisik sebab-
sebab historisnya.Karena bagaimana pun, komunitas islam klasik kala itu, yang tidak bisa
disebut sedikit menerima ilham dari Al-Quran dan As-Sunnah, hanyalah satu pihak dari
berbagai pihak yang bekerja sama dalam mengembangkan peradaban yang maju.Dipihak
lain, kita tidak bisa menutup mata dari adanya ilham-ilham lain berupa khazanah-
9
khazanah ilmu yang datang dari luar komunitas islam.Inilah yang disebut ‘ulum al-
awa’il (ilmu-ilmu orang terdahulu), yang tercakup didalamnya warisan-warisan berharga
dari Yunani, Romawi, China ,Persia dan India.
Jika kita bicara tentang peradaban, apalagi peradaban dalam konteks yang amat
modern, maka kita sedang berhadapan dengan “binatang” yang amat besar dan kompleks.
Untuk itu, kita memeras dan mrngambil sari dari peradaban itu, yang darinya kita akan
selidiki, peran islam sebagai komunitas dan ajaran mampu berkontribusi untuk
mengembangkannya.
Perlu kita ketahui, bahwa salah satu faktor penyelamat bagi Eropa dan Barat
menuju kegemilangan sains adalah ketika belenggu gereja terlepas dari
mereka.Dahulu,ortodoksi agama yang diwakili oleh gereja katolik begitu menakutkan
dan mencekam bagi para ilmuwan dan para pemikir bebas.Hal ini karena gereja yang
berkaitan dengan ilmu pengetahuan.Maka dari itu, tidak aneh jika Copernicus dan Galileo
Galilei harus bersedia menjadi martir (syahid) dihadapan gereja, karena pendapat-
pendapat dan tesis-tesis ilmiah mereka dianggap menyalahi fatwa gereja.
Pada sisi lain, bagaimana dengan Islam? Kita akan cukup dikejutkan dengan
kenyataan bahwa, “ketertinggalan” yang dahulu menimpa Eropa, justru terjadi pada kita.
Agak sedikit menyedihkan, mengingat islam sebagai sebuah komunitas tidaklah memiliki
kelembagaan gereja atau kependetaan, yang menyebabkan kebenaran mutlak dianggap
hanya ada pada mereka (gereja dan pendeta).Abdus salam dan hoodbhoy (1996)
mengungkapkan, “Islam tidak memiliki gereja dan tidak memiliki penguasa agama tirani
sebagai pusat agam resmi.Secara paradoks, posisi moral tertinggi hak setiap orang untuk
menafsirkan doktrin tanpa bantuan pendeta tampaknya telah mengarah kepada suatu
kelemahan organisasional sistemik.Kelemahan ini terbukti fatal bagi kekuasaan politik
dan ekonomi islam juga bagi ilmu pengetahuan dan teknologi dalam jangka panjang.
Abdus salam dan hoodbhoy (1996) menyatakan, “Ordotoksi agama dan semangat
intoleransi merupakan dua faktor utama yang bertanggung jawab atas musnahnya
lembaga ilmu pengetahuan yang pernah jaya dalam islam.Sains hanya dapat hidup
bilamana terdapat praktisi yang memadai berupa suatu komunitas yang dapat bekerja
10
dengan tenang, didukung oleh infrastruktur eksperimental dan pustaka yang lengkap, dan
memiliki kemampuan untuk saling memberi kritik secara terbuka kepada masing-masing
bidang.Ironisnya, komddisi-kondisi ini tidak terpenuhi dalam masyarakat islam sekarang
ini”.
Pentingnya Peran Pendidikan Islam Dalam Ilmu Pengetahuan yaitu sebagai fungsi
pengembangan kedewasaan berpikir melalui proses transmisi ilmu pengetahuan. Peran
Islam dalam perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi pada dasarnya ada 2 (dua),
yaitu:
Peran pertama Islam dalam ilmu pengetahuan dan teknologi, yaitu aqidah Islam
harus dijadikan basis segala konsep dan aplikasi ilmu pengetahuan dan teknologi. Aqidah
Islam sebagai landasan ilmu pengetahuan dan teknologi dimaksudkan bertujuan sebagai
konsep ilmu pengetahuan dan teknologi wajib bersumber kepada Al-Quran dan Al-Hadits
artinya ilmu pengetahuan dan teknologi wajib berstandar pada Al-Quran dan Al-Hadits.
”Bacalah denan (menyebut) nama Tuhanmu yang menciptakan” (Qs. Al-‘Alaq (1)
Pada Ayat tersebut manusia telah diperintahkan untuk membaca guna memperoleh
berbagai pemikiran dan pemahaman. Tetapi segala pemikirannya itu tidak boleh lepas
dari Aqidah Islam, karena iqra` haruslah dengan bismi rabbika, yaitu tetap berdasarkan
iman kepada Allah, yang merupakan asas Aqidah Islam.
Jika kita menjadikan Aqidah Islam sebagai landasan iptek, bukan berarti bahwa
ilmu astronomi, geologi, agronomi, dan seterusnya, harus didasarkan pada ayat tertentu,
atau hadis tertentu. Kalau pun ada ayat atau hadis yang cocok dengan fakta sains, itu
adalah bukti keluasan ilmu Allah yang meliputi segala sesuatu,
“Dan milik Allah-lah apa yang ada di langit dan apa yang ada di bumi, dan
(pengetahuan) Allah meliputi segala sesuatu.” (Qs. An-Nisaa’ (-isaa126)
ۗ ٰ هّٰللا هّٰللا
قَ ت َسـ ْب َع َخلَـ ِ ْبِ ُك ِّل اَ َحاطَ قَ ْد َ َّواَ َّن ەۙ قَ ِد ْي ٌر َش ْي ٍء ُك ِّل عَلى َ اَ َّن لِتَ ْعلَ ُم ْٓوا بَ ْينَه َُّن ااْل َ ْم ُر يَتَنَـ َّز ُل ِم ْثلَه َُّن ااْل َر
ٍ ض َّو ِمنَ َسـمٰ ٰو
الَّ ِذيْ هّٰللَا ُ ِع ْل ًما َش ْي ٍء
“Allah yang menciptakan tujuh langit dan dari (penciptaan) bumi juga serupa. Perintah
Allah berlaku padanya, agar kamu mengetahui bahwa Allah Mahakuasa atas segala
sesuatu, dan ilmu Allah benar-benar meliputi segala sesuatu.” (Qs. At-Talaq (12))
Namun bukan berarti konsep iptek harus bersumber pada ayat atau hadis tertentu.
Misalnya saja dalam astronomi ada ayat yang menjelaskan bahwa matahari sebagai
pancaran cahaya dan panas, bahwa langit (bahan alam semesta) berasal dari asap (gas)
sedangkan galaksi-galaksi tercipta dari kondensasi (pemekatan) gas tersebut, dan
seterusnya.
Jadi, yang dimaksud menjadikan Aqidah Islam sebagai landasan iptek bukanlah
bahwa konsep iptek wajib bersumber kepada Al-Quran dan Al-Hadits, tapi yang
dimaksud, bahwa iptek wajib berstandar pada Al-Quran dan Al-Hadits. Ringkasnya, Al-
Quran dan Al-Hadits adalah standar (miqyas) iptek, dan bukannya sumber (mashdar)
iptek. Artinya, apa pun konsep iptek yang dikembangkan, harus sesuai dengan Al-Quran
dan Al-Hadits, dan tidak boleh bertentangan dengan Al-Quran dan AlHadits itu. Jika
suatu konsep iptek bertentangan dengan Al-Quran dan Al-Hadits, maka konsep itu berarti
harus ditolak. Misalnya saja Teori Darwin yang menyatakan bahwa manusia adalah hasil
evolusi dari organisme sederhana yang selama jutaan tahun berevolusi melalui seleksi
alam menjadi organisme yang lebih kompleks hingga menjadi manusia modern sekarang.
12
Berarti, manusia sekarang bukan keturunan manusia pertama, Nabi Adam AS, tapi hasil
dari evolusi organisme sederhana. Ini bertentangan dengan firman Allah SWT yang
menegaskan, Adam AS adalah manusia pertama, dan bahwa seluruh manusia sekarang
adalah keturunan Adam AS itu, bukan keturunan makhluk lainnya sebagaimana fantasi
Teori Darwin .18 Firman Allah SWT (artinya): “(Dialah Tuhan)
Peran agama Islam dalam perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi adalah bahwa
syariah Islam harus dijadikan standar pemanfaatan ilmu pengetahuan dan teknologi.
Tolok ukur syariah ini didasarkan pada banyak ayat dan juga hadits yang mewajibkan
umat Islam menyesuaikan perbuatannya (termasuk menggunakan iptek) dengan
ketentuan hukum Allah dan Rasul-Nya. Salah satu ayat Al-Qur’an yang menjadi tolok
ukur syariah adalah:
“Maka demi Tuhanmu, mereka tidak beriman sebelum mereka menjadikan engkau
(Muhammad) sebagai hakim dalam perkara yang mereka perselisihkan, (sehingga)
kemudian tidak ada rasa keberatan dalam hati mereka terhadap putusan yang engkau
berikan, dan mereka menerima dengan sepenuhnya.” (Qs An-Nisa’: 65)
َاِتَّبِعُوْ ا َمٓا اُ ْن ِز َل اِلَ ْي ُك ْم ِّم ْن َّربِّ ُك ْم َواَل تَتَّبِعُوْ ا ِم ْن ُدوْ نِ ٖ ٓه اَوْ لِيَ ۤا ۗ َء قَلِ ْياًل َّما تَ َذ َّكرُوْ ن
” Ikutilah apa yang diturunkan kepadamu dari Tuhanmu, dan janganlah kamu ikuti selain
Dia sebagai pemimpin. Sedikit sekali kamu mengambil pelajaran.” (Qs. Al-A’raf: 3)
Karena itu, sudah saatnya standar manfaat yang salah itu dikoreksi dan diganti dengan
standar yang benar. Yaitu standar yang bersumber dari pemilik segala ilmu yang ilmu-
Nya meliputi segala sesuatu, yang amat mengetahui mana yang secara hakiki bermanfaat
bagi manusia, dan mana yang secara hakiki berbahaya bagi manusia. Standar itu adalah
segala perintah dan larangan Allah SWT yang bentuknya secara praktis dan konkret
adalah syariah Islam.
Dari uraian di atas dapat disimpulkan, bahwa peran Islam yang utama dalam
perkembangan iptek setidaknya ada 2 (dua). Pertama, menjadikan Aqidah Islam sebagai
paradigma pemikiran dan ilmu pengetahuan. Jadi, paradigma Islam, dan bukannya
paradigma sekuler, yang seharusnya diambil oleh umat Islam dalam membangun struktur
ilmu pengetahuan. Kedua, menjadikan syariah Islam sebagai standar penggunaan iptek.
Jadi, syariah Islam-lah, bukannya standar manfaat (utilitarianisme), yang seharusnya
dijadikan tolok ukur umat Islam dalam mengaplikasikan iptek.
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
14
DAFTAR PUSTAKA
15