Anda di halaman 1dari 6

NAMA : RAHMANIA

NIM : 200602064

PRODI : SOSIOLOGI AGAMA

KELAS : II C

TUGAS : NGE RESUME BUKU DIALEKTIKA ISLAM DAN BUDAYA

RESUME BAB 4
DIALEKTIKA ISLAM DAN BUDAYA NUSANTARA

ISI PEMBAHASAN

Sejara proses perteman antara islam dengan budaya lokal tersebut berlangsung penuh
dinamika. Pada masa-masa awal, interaksi antara islam dengan budaya lokal Nusantara berjalan
secara reseptif akomodatif, tetapi pada masa-masa tertentu berjalan dalam suasana tegang dan
konflik. Untuk melihat proses interaksi secara lebih utuh, pada bab ini akan disajiakan
setidaknya dua hal pentung : sejarah kedatangan Islam di Nusantara, ragam dialektika antara
Islam dan budaya lokal, serta strategi elite agama dalam mencari pola relasi yang tepat antara
agama dan budaya.

A. KONSEP AKULTURASI DAN ASIMILASI

1. Akulturasi

Akulturasi dimaknai sebagai proses percampuran dua budaya yang menghasilkan budaya
baru tanpa mengetahui langkah ciri khas budaya masing-masing. Akulturasi dimungkinkan
karena adanya interaksi atau pertemuan antara orang-orang dan budaya yang berbeda-beda
dalam kurun waktu yang lama. Seseorang atau sekelompok orang yang pergi menetap wilayah
biasanya akan mendapati perbedaan budaya. Budaya dari tempat asal pasti berbeda dengan
budaya di tempat yang baru.

Dalam proses interaksi dan intensif, lambat laun kedua kelompok saling memahami,
menyuasaikan, dan menyerap kebudayaan tersebut. Proses penyerapan unsur-unsur kebudayaan
ini selanjutnya menghasilkan unsur budaya baru, tetapi karakteristik utama budaya awal tidak
hilang sama sekali.
Dalam perspektif antropologi budaya ada unsur-unsur kebudayaan yang mudah terpengaruh
oleh budaya baru atau asing yang biasa dikenal dengan sebutan over culture. Tetapi ada juga
unsur budaya yang sulit sekali untuk terpengaruh (cover culture ). Unsur-unsur budaya yang
tidak mudah terpengaruh oleh budaya asing adalah :

a. Sistem nilai budaya;


b. Keyakinan keagamaan;
c. Adat- adat yang sudah ditradisikan sejak lama secara turun-temurun; dan
d. Adat-adat yang dipraktikan dan berfungsi secara luas di masyarakat.

Akulturasi dapat berlangsung dalam banyak kasus secara damai. Masayrakat pengusung
masing-masing budaya saling berinteraksi secara intensif dalam kurun waktu yang lama. Tampa
di sadari terjadilah proses akultrasi budaya. Proses akulturasi melalui jalur damai semacam ini
meskipun berlangsung lama, hasilnya dipastikan akan bertahan sangat lama.

Berikut ini adalah sebagian contoh akulturasi di Nusantara.

 Masjid Cina di Dusun Sangiang, Desa Langko. Kecamatan Lingsar, Kabupaten Lombok
Barat.
 Masjid Menara Kudus di Jawa Tengah.

Contoh akulturasi lainnya adalah bentuk tulisan Arab pegon yang merupakan akulturasi antara
huruf hijaiyah dan bunyi atau ujaran bahasa jawa, melayu maupun indinesia. Bentuk tulisan
dengan huruf hijaiyah masih tetap terlihat namun bunyi lafalnya bukan lafal Arab.

2. Asimilasi

Asimilasi dapat dimaknai sebagai perpaduan antara dua budaya sehingga menghasilkan
budaya baru yang menghilangkan ciri khas budaya asal. Proses asimilasi dapat terjadi jika
interaksi antar kebudayaan berlangsung intensif dan sangat lama. Koentjaraningrat menyatakan
bahwa asimilasi terjadi pada berbagai golongan manusia yang berlatar belakang kebudayaan
yang berbeda.

Dalam kehidupan sehari-hari, kita menjumpai banya sekali contoh asimilasi seperti model
pakaian, gaya hidup, seni musik, seni pahat, pendidikan, system ekonomi, desain, arsistektur,
adat istiadat, dan bahasa. Salah satu contoh bentuk asimilasi adalah music dangdut.

Dari Pengertian dan contoh-contoh di atas, asimilasi dapat terbentuk jika memenuhi beberapa
syarat:

a. Adanya sejumlah kelompok dengan kebudayaan yang berbeda;


b. Adanya proses interaksi antar individu atau kelompok secara intensif dan dalam waktu yang
relative lama;
c. Adanya kesediaan masing-masing kelompok untuk berbaur dan menyuasaikan diri; dan
d. Adanya kreasi budaya baru yang lahir dari proses saling serap sehingga unsur budaya lama
tidak terlihat lagi.

Faktor-faktor yang menghambat asimilasi, adalah sebagai berikut

a. Ketertutupan suatu daerah atau wilaya secara geografis maupun pisikologis.


b. Sikap seperioritas budaya.
c. Ikatan komunal yang sangat kuat.
d. Minimnya pengetahuan terhadap budaya baru sehingga menyebabkan seseorang khawatir
atau canggung mengikuti budaya asing tersebut.

B. SEKILAS SEJARAH KEDATANGAN ISLAM DI NUSANTARA

Secara historis, ada banyak teori tentang masuknya islam ke wilayah Nusantara. Salah satu
kersajanaan yang banyak memberi informasi rinci tentang hal ini diantaranya Azyu mardi, yang
berjudul Jaringan Ulama Timur Tengah dan Kepulauan Nusantara Abad XVII dan XVIII:
Melacak Akar-akar Pembarua Pemikiran Islam di Indonesia. Dibuku yang terbit pada 1994 ini
Azra mencatat sejumlah teori masuknya Islam ke Nusantara:

1. Teori India
Sebagai sejarawan menyatakan islam masuk ke Indonesia tidak langsung dari Arab,
melainkan melalui para pedagang Muslim dari India. Baru setelah itu pedagang Arab. Para
sejarawan yang mengemukakakn teori ini adalah sejarawan dari Belanda, seperti S.
Hurgrononje, J pilanel, dan Monquette
2. Teori Begal
S.Q Fatimi menyatakan bahwa kota india itu bukan Gujarat, melainkan Begal. Menurut teori
ini, Islam ke wilayah Indonesia sejak abad ke-11 Masehi.
3. Teori Malabar
Teori ini dikemukakan oleh sarjana Barat bernama Thomas W. Arnold dan Morisson.
Menurut teori ini, Islam yang datang ke Indonesia awalnya disebarkan oleh para pedagang
dari Coromandel dan Malabar.
4. Teori Arab
Menurut teori ini, Islam masuk dan disebarkan ke wilayah Nusantara oleh para pedagang
Arab. Sarajana yang mendukung teori ini anatara lain Crawfurd, Niemann, dan Hollander.
Menurut para sarjana ini, islam disebarkan oleh orang-orang dari wilayah Hadharamaut. Dan
sebagian menyatakan bahwa Islam telah masuk ke Indonesia sejak abad ke-7 M
C. PERJUMPAAN ISLAM DAN BUDAYA LOKAL DI NUSANTARA

Dari rekaman sejarah kita juga dapat melihat bahwa proses Islam di Nusantara bukanlah
proses sekali jadi melainkan melalui beberapa tahapan: kedatangan Islam, penyebaran Islam, dan
perlembagaan Islam. Menurut catatan para ahli, proses islamisasi di Nusantara dilakukan oleh
pedagang muslim, kemudian dilanjutkan oleh para dai dan orang suci (dari India dan Arab). Para
pedagang Arab, India, dan juga Cina yang masuk ke wilayah Nusantara kemudian menetap dan
sebagaian menikah dengan gadis lokal. Melalui proses perkawinan seperti ini kemudian Islam
menyebar. Proses isimilasi selanjutnya diteruskan oleh para dai untuk lebih meningkatkan
keimanan umat.

D. RESPONS TERHADAP AKULTURASI BUDAYA

Pada perkembangan selanjunya model dakwah yang melahirkan akuturasi ini mengalami
perubahan. Pada bagian ini kita akan menganalisis bagaimana respons masarakat atau umat islam
terhadap model keberagaman yang masih mencapurkan antara budaya lokal dengan ajaran Islam.
Secara umum, setidaknya ada beberapa respons umat Islam terhadap budaya lokal.

Pertama, menerima atukurasi sebagai setrategi dakwa. Kelompok ini memandang bahwa proses
islamisasi Nusantara berlangsu secara damai

Kedua, menerima dan terus berupaya sebisa mungkin mendekatkan praktik keagamaan dengan
Islam. Kelompok ini menerima strategi akulturasi sebagai proses awal menerima Islam.

Ketiga, menolak tradisi yang terkontak minasi unsur-unsur tak islami. Diluar kelompok yang
merespons tradisi lokal dengan sikap menerima kemudian memodifikasi unsur-unsur budaya
lokal tersebut, terdapad juga kelompok yang dengan tegas menolak praktik-praktik
keberagamaan semacam itu.

Keempat, menerima sepenuhnya praktik budaya lokal. Respons berikutnya berkaitan dengan
interaksi Islam dan budaya lokal sebagai sesuatu keniscayaan dan bersifat alamiah.

E. RAGAM AKULTURASI ISLAM DAN BUDAYA LOKAL DIMASA MODERN

Di era modern, alkulturasi, asimilasi, dan berbagai proses pembauran budaya kini semakin
kini semakin cepat terjadi. Proses-proses alkulturasi dan asimilasi taklagi mengandalkan adanya
pertumuan atau perjumpaan secara fisik sebagai mana pada masa-masa sebelumnya. Dimasa
modern, dengan perkembangan teknologi informasi yang sedemikian cepat memungkinkan
pertemuan, pertukaran, dan saling menyerap unsur-unsur budaya kian cepat terjadi.
Bahkan di era globalisasi sekarang ini saat batas-batas teritorial geografis tak lagi menjadi
penghalang, proses akulturasi menjadi sesuatu yang tak terbendung lagi. Munculnya budaya-
budaya baru akibat percampuran berbagai budaya dari luar melalui teknologi informasi seperti
TV, internet adalah buktu bahwa proser akuturasi dan asimilasi tersebut kini menjadi fenomena
yang tak terelakkan.

Globalisasi sebagai sebuah keniscayaan tentu tidak dapat di hindari. Kemampuan teknologi
informasi menembus setiap batas budaya tidak lagi dapat dikendalikan. Yang diperlukan adalah
kesediaan untuk melakukan kesediaan melakukan filter terhadap udaya baru agar tidak merusak
nilai-nilai luhur yang dimiliki setiap komunitas.

Pandangan moderat yang dahulu menjadi karakteristik Islam di Indonesia terkadang


tercoreng oleh pengaruh negative gerakan Islam transnasional ini. Di antara paham atau aliran
yang dibawa masuk oleh kelompok-kelompok Islam transnasional ini anatara lain sikap
beragama yang radikal, kurang ramah terhadap perbedaan dan swring antitradisi lokal.
SOAL PILIHAN GANDA :
Pililah salah satu jawaban dengan tepat dan benar:

1. Tentukan yang manakah yang tidak termasuk unsur-unsur yang tidak mudah terpengaruh
oleh budaya asing
a) Sistem nilai kebudayaan
b) Keyakinan keagamaan
c) Rasa kepercaan antar sesama selalu di utamakan
d) Adat-adat yang sudah ditradisikan sejak lama secara turun temurun

2. Yang manakah factor yang menghambat asimilasi


a) Tidak adanya sikap seperioritas budaya
b) Ikatan komunal yang tidak lemah
c) Kurang nya minim pengetahuan budaya lama
d) Ketertutupan suatu daerah atau wilayah secara geografis maupun psikologis

Anda mungkin juga menyukai