Anda di halaman 1dari 6

A.

Pajak Daerah
1. Dasar Hukum

2. Defenisi Pajak Daerah

3. Objek

B. Bea Materai
1. Dasar Hukum
 Undang-Undang Nomor 10 Tahun 2020 tentang Bea Meterai
 Peraturan Menteri Keuangan Nomor 4/PMK.03/2021 tentang Pembayaran Bea
Meterai, Ciri Umum dan Ciri Khusus Meterai Tempel, Meterai Dalam Bentuk Lain,
dan Penentuan Keabsahan Pemeteraian Kemudian

2. Defenisi Umum
Bea Meterai adalah pajak atas dokumen yang terutang sejak saat dokumen tersebut
ditanda tangani oleh pihak-pihak yang berkepentingan, atau dokumen tersebut
selesai dibuat atau diserahkan kepada pihak lain bila dokumen tersebut hanya
dibuat oleh satu pihak.

3. Objek Bea Materai


 Bea Meterai dikenakan atas:
a. Dokumen yang dibuat sebagai alat untuk menerangkan mengenai suatu
kejadian yang bersifat perdata;
b. Dokumen yang digunakan sebagai alat bukti di pengadilan.
 Dokumen yang bersifat perdata, meliputi:
a. surat perjanjian, surat keterangan, surat pernyataan, atau surat lainnya yang
sejenis, beserta rangkapnya;
b. Akta notaris beserta grosse, salinan, dan kutipannya;
c. Akta Pejabat Pembuat Akta Tanah beserta salinan dan kutipannya;
d. Surat berharga dengan nama dalam bentuk apa pun; dan
e. Dokumen transaksi surat berharga, termasuk Dokumen transaksi kontrak
berjangka, dengan nama dan dalam bentuk apa pun;
f. Dokumen lelang yang berupa kutipan risalah lelang, minuta risalah lelang,
salinan risalah lelang, dan grosse risalah lelang;
g. Dokumen yang menyatakan jumlah uang dengan nilai nominal lebih dari
Rp5.000.000,00 (lima juta rupiah) yang:
 Menyebutkan penerimaan uang; atau
 Berisi pengakuan bahwa utang seluruhnya atau sebagiannya telah
dilunasi diperhitungkan.
h. Dokumen lain yang ditetapkan dengan Peraturan Pemerintah.

4. Bukan Objek Pajak Bea Materai


 Dokumen yang terkait lalu lintas orang dan barang:
a. Surat penyimpanan barang;
b. Konosemen;
c. Surat angkutan penumpang barang;
d. Bukti untuk pengiriman dan penerimaan barang;
e. Surat pengiriman barang untuk dijual atas tanggungan pengirim;
f. Surat lainnya yang dapat dipersamakan dengan surat sebagaimana dimaksud
pada huruf a sampai dengan angka e;
 Segala bentuk Ijazah;
 Tanda terima pembayaran gaji, uang tunggu, pensiun, uang tunjangan, dan
pembayaran lainnya yang berkaitan dengan hubungan kerja, serta surat yang
diserahkan untuk mendapatkan pembayaran dimaksud;
 Tanda bukti penerimaan uang negara dari kas negara, kas pemerintah daerah,
bank, dan lembaga lainnya yang ditunjuk oleh negara berdasarkan ketentuan
peraturan perundang- undangan;
 kuitansi untuk semua jenis pajak dan untuk penerimaan lainnya yang dapat
dipersamakan dengan itu yang berasal da kas negara, kas pemerintahan daerah,
bank, dan lembaga yang ditunjuk berdasarkan lainnya ketentuan peraturan
perundangundangan;
 Tanda penerimaan uang yang dibuat untuk keperluan intern organisasi;
 Dokumen yang menyebutkan simpanan uang atau surat berharga, pembayaran
uang simpanan kepada penyimpan oleh bank, koperasi, dan badan lainnya yang
menyelenggarakan penyimpanan uang, atau pengeluaran surat berharga oleh
kustodian kepada nasabah;
 Surat gadai;
 Tanda pembagian keuntungan, bunga, atau imbal hasil dari surat berharga,
dengan nama dan dalam bentuk apa pun; dan
 Dokumen yang diterbitkan atau dihasilkan oleh Bank Indonesia dalam
pelaksanaan kebijakan moneter.

5. Subjek Bea Materai


Subjek Bea meterai atau disebut dengan pihak-pihak yang terutang Bea Meterai
adalah pihak yang menerima atau mendapat manfaat dari dokumen, kecuali pihak
atau pihak-pihak yang bersangkutan menentukan lain. Jadi semua pihak yang
dengan sengaja menggunakan atau memanfaatkan semua jenis dokumen sesuai
dengan peraturan perundang-undangan bea cukai harus membayar atau
menempelkan meterai baik benda meterai atau bentuk lainnya pada dokumen
tersebut.

6. Tarif Bea Materai


Tarif Bea Meterai yang berlaku mulai 1 Januari 2021 (UU No. 10 Tahun 2020) adalah
Rp. 10.000,-

7. Saat Terutang Bea Materai


 Dokumen dibubuhi Tanda Tangan, untuk:
a. Surat perjanjian beserta rangkapnya;
b. Akta notaris beserta grosse, salinan dan;
c. Akta Pejabat Pembuat Akta Tanah beserta salinan dan kutipannya.
 Dokumen selesai dibuat, untuk:
a. Berharga dengan nama dan dalam bentuk apa pun, dan
b. Transaksi surat berharga, termasuk Dokumen transaksi kontrak berjangka,
dengan nama dan dalam bentuk apapun.
 Dokumen diserahkan kepada pihak untuk siapa Dokumen tersebut dibuat, untuk:
a. Keterangan, surat pernyataan, atau surat lainnya yang sejenis, beserta
rangkapnya;
b. Dokumen lelang; dan
c. Dokumen yang menyatakan jumlah uang.
 Dokumen diajukan ke pengadilan, untuk Dokumen yang digunakan sebagai alat
bukti di pengadilan.
 Dokumen digunakan di Indonesia, untuk Dokumen yang dibuat di luar negeri.

8. Benda Materai, Penggunaan, Dan Cara Pelunasannya


a) Benda Materai
 Meterai tempel memiliki ciri umum dan ciri khusus.
Ciri umum paling sedikit memuat:
1. Gambar lambang negara Garuda Pancasila
2. Frasa "Meterai Tempel"
3. Angka yang menunjukkan nilai nominal.
Selain memiliki ciri umum, meterai tempel juga memiliki ciri khusus sebagai
unsur pengaman yang terdapat pada desain, bahan, dan teknik cetak yang dapat
bersifat terbuka, semi tertutup, dan tertutup. Ketentuan lebih lanjut mengenai
penentuan ciri umum dan ciri khusus pada meterai pemberlakuannya tempel
diatur serta dalam Peraturan Menteri.
 Meterai elektronik memiliki kode unik dan keterangan tertentu yang diatur
dalam Peraturan Menteri.
 Meterai dalam bentuk lain yang ditetapkan oleh Menteri merupakan Meterai
yang dibuat dengan menggunakan mesin teraan Meterai digital, sistem
percetakan, dan komputerisasi, teknologi sistem atau teknologi lainnya.
Ketentuan lebih lanjut mengenai Meterai dalam bentuk lain diatur dalam
Peraturan Menteri.
b) Penggunaan Materai
1. Materai Tempel.
Meterai tempel direkatkan seluruhnya dengan utuh dan tidak rusak di atas
dokumen yang dikenakan Bea Meterai. Meterai tempel direkatkan di tempat
tanda tangan akan dibubuhkan. Pembubuhan tanda tangan disertai dengan
pencantuman tanggal, bulan, dan tahun dilakukan dengan tinta atau yang
sejenis dengan itu, sehingga sebagian tanda tangan ada di atas kertas dan
sebagian lagi di atas meterai tempel. Jika digunakan lebih dari satu meterai
tempel, tanda tangan harus dibubuhkan sebagian di atas semua meterai
tempel dan sebagian di atas kertas.
2. Kertas Materai
Kertas meterai yang sudah digunakan tidak boleh digunakan lagi. Sehelai
kertas meterai hanya dapat digunakan untuk sekali pemakaian, sekalipun
dapat saja terjadi tulisan atau keterangan yang dimuat dalam kertas meterai
tersebut hanya menggunakan sebagian saja dari kertas meterai. Andaikata
bagian yang masih kosong atau tidak terisi tulisan atau keterangan, akan
dimuat tulisan atau keterangan lain, maka atas pemuatan tulisan atau
keterangan lain tersebut terutang Bea Meterai tersendiri yang besarnya
disesuaikan dengan besarnya tarif berlaku sebagaimana dimaksud dalam
Pasal 2 Undang-Undang Bea Meterai.
c) Cara Pelunasan Bea Materai
Bea Meterai atas dokumen dilunasi dengan cara-cara berikut:
1. Menggunakan benda meterai.
2. Pelunasan Bea Meterai menggunakan cara lain dengan membubuhkan tanda
Bea Meterai Lunas dengan menggunakan mesin teraan meterai, teknologi
percetakan, sistem komputerisasi, dan alat lain dengan teknologi tertentu.
Pelunasan Bea Meterai dengan menggunakan cara ini harus mendapat izin
tertulis dari Direktur Jenderal Pajak.
Penerbit dokumen dengan tanda Bea Meterai Lunas yang Bea Meterainya tidak
atau kurang dilunasi harus melunasi Bea Meterai yang terutang berikut
dendanya dua ratus persen dari Bea Meterai yang tidak atau kurang dilunasi
dengan cara menyetorkannya ke Kas Negara atau Bank Persepsi.

Link :

https://djpb.kemenkeu.go.id/kppn/kotabumi/id/informasi-umum/publikasi-kemenkeu/bea-
meterai.html#:~:text=Bea%20Meterai%20adalah%20pajak%20atas,hanya%20dibuat%20oleh
%20satu%20pihak.

Anda mungkin juga menyukai