NIM : F3316054
Bea Materai, PBB serta Pajak Daerah dan Retribusi Daerah: PBB-P2
dan BPHTB
“Bea Materai adalah pajak tidak langsung yang dipungut secara insidentil ( sekali
pungut ) atas dokumen yang disebut oleh Undang – undang Bea Matrai yang digunakan
masyarakat dalam lalu lintas hukum sehingga dokumen tersebut dapat digunakan sebagai
alat bukti dimuka pengadilan .”
Dengan kata lain Bea Meterai adalah pajak yang dikenakan atas pemanfaatan
dokumen, seperti surat perjanjian, akta notaris, kwintansi pembayaran, surat berharga
dan efek, yang memuat jumlah uang atau nominal diatas jumlah tertentu,sesuai dengan
ketentuan dokumen yang digunakan sebagai alat bukti di dokumen.
NIM : F3316054
1) Surat perjanjian dan surat-surat lainnya yang dibuat dengan tujuan untuk digunakan
sebagai alat pembuktian mengenai perbuatan, kenyataan atau keadaan yang bersifat
perdata.
2) Akta-akta notaris termasuk salinannya.
3) Akta-akta yang dibuat oleh Pejabat Pembuat Akta Tanah termasuk rangkap -
rangkapnya.
4) Surat yang memuat jumlah uang lebih dari 250.000 yaitu:
yang menyebutkan penerimaan uang
yang menyatakan pembukuan uang atau penyimpanan uang dalam rekening bank
yang berisi pemberitahuan saldo rekening di bank
yang berisi pengakuan bahwa utang uang seluruhnya atau sebagian telah dilunasi atau
diperhitungkan.
5) Surat berharga seperti wesel, promes, aksep dan cek yang nomialnya lebih dari
250.000.
6) Dokumen yang dikenakan Bea Meterai juga terhadap dokumen yang akan digunakan
sebagai alat pembuktian di muka pengadilan yaitu surat-surat biasa dan surat-surat
kerumahtanggaan, dan surat-surat yang semula tidak dikenakan Bea Meterai
berdasarkan tujuannya, jika digunakan untuk tujuan lain atau digunakan oleh orang
lain, lain dan maksud semula.
Tidak Dikenakan Bea Meterai
Secara umum dokumen yang tidak dikenakan bea meterai adalah dokumen yang
berhubungan dengan transaksi intern perusahaan, berkaitan dengan pembayaran pajak
dan dokumen Negara.
Dokumen yang tidak termasuk objek Bea Meterai adalah:
1) Dokumen yang berupa:
surat penyimpanan barang;
konosemen;
surat angkutan penumpang dan barang;
keterangan pemindahan yang dituliskan diatas dokumen surat penyimpanan barang,
konosemen, dan surat angkutan penumpang dan barang;
bukti untuk pengiriman barang untuk dijual atas tanggungan pengirim;
surat pengiriman barang untuk dijual atas tanggungan pengirim;
surat-surat lainnya yang dapat disamakan dengan surat-surat di atas.
NAMA : SHERIN DINDA SHEILA
NIM : F3316054
NIM : F3316054
NIM : F3316054
NIM : F3316054
Dasar Hukum:
Peraturan Direktur Jenderal Pajak Nomor PER-36/PJ/2011 tanggal 18 November
2011 tentang Pengenaan Pajak Bumi dan Bangunan Sektor Perhutanan. Surat
Edaran Direktur Jenderal Pajak Nomor SE-89/PJ/2011 tanggal 18 November 2011.
Berdasarkan peraturan di atas, objek pajak PBB Perhutanan adalah bumi atau
bangunan yang digunakan untuk kegiatan usaha perhutanan yang diberikan hak pengusahaan
hutan. Objek pajak bumi di dalam sektor perhutanan terdiri dari areal produktif, areal belum
produktif, areal emplasemen, dan areal lain.
Beberapa pengertian yang perlu dipahami dalam menghitung PBB Perhutanan sesuai PER-
36/PJ/2011 diantaranya :
1. Areal Produktif adalah areal hutan yang telah ditanami pada Hutan Tanaman,
atau areal blok tebangan pada Hutan Alam.
2. Areal Belum Produktif adalah areal yang sudah diolah tetapi belum ditanami
pada Hutan Tanaman, atau areal hutan yang dapat ditebang selain blok tebangan
pada Hutan Alam.
3. Areal Emplasemen adalah areal yang digunakan untuk berdirinya bangunan dan
sarana pelengkap lainnya dalam perhutanan termasuk areal jalan yang diperkeras.
4. Areal Lainnya adalah areal selain Areal Produktif, Areal Belum Produktif, dan
Areal Emplasemen.
NAMA : SHERIN DINDA SHEILA
NIM : F3316054
Standar lnvestasi Tanaman( SIT ) adalah jumlah biaya tenaga kerja, bahan dan alat yang
diinvestasikan untuk pembukaan lahan, penanaman, dan pemeliharaan tanaman.
Angka Kapitalisasi adalah angka yang digunakan untuk mengonversi pendapatan bersih
setahun menjadi nilai tanah Areal Produktif pada Hutan Alam.
Log Ponds yaitu areal perairan didalam hutan yang digunakan untuk tempat penimbunan
kayu. Log Yards yaitu areal daratan didalam hutan yang digunakan untuk penimbunan kayu.
Untuk menentukan NJOP sektor kehutanan dapat dibagi atas 2(dua) kategori tergantung
kepada jenis hak untuk mengelola hutan tersebut yaitu :
Dasar Hukum:
Peraturan Direktur Jenderal Pajak Nomor PER-64/PJ/2010 tanggal 27 Desember
2010. Surat Edaran Direktur Jenderal Pajak Nomor SE-36/PJ/2014 tanggal 13
Oktober 2014.
b. wilayah di luar hak guna usaha atau yang sedang dalam proses mendapatkan
hak guna usaha yang merupakan sate kesatuan yang digunakan untuk kegiatan
usaha perkebunan.
NAMA : SHERIN DINDA SHEILA
NIM : F3316054
UU No. 12 Tahun 1985 stdtd UU No. 12 Tahun 1994 Tentang Pajak Bumi dan Bangunan
PP No 25 Tahun 2002 Tentang Penetapan Besarnya Nilai Jual Kena Pajak Untuk Penghitungan PBB.
PMK Nomor 23/PMK.03/2014 Tentang Penyesuaian Besarnya Nilai Jual Objek Pajak Tidak Kena Pajak
PBB
PER No 43/PJ/ 2013 tentang Bentuk dan Isi Surat Setoran Pajak PBB
Pengalihan pengelolaan Bea Perolehan Hak atas Tanah dan Bangunan (BPHTB) dan Pajak
Bumi dan Bangunan Perdesaan dan Perkotaan (PBB-P2) dari Pemerintah Pusat kepada
Pemerintah Daerah merupakan suatu bentuk tindak lanjut kebijakan otonomi daerah dan
desentralisasi fiskal. Bentuk kebijakan tersebut dituangkan ke dalam Undang-undang Nomor
28 Tahun 2009 tentang Pajak Daerah dan Retribusi Daerah. Hal ini adalah titik balik dalam
pengelolaan Bea Perolehan Hak atas Tanah dan Bangunan, dan pengelolaan Pajak Bumi dan
Bangunan sektor Perdesaan dan Perkotaan. Dengan pengalihan ini maka kegiatan proses
pendataan, penilaian, penetapan, pengadministrasian, pemungutan/penagihan dan pelayanan
PBB-P2 akan diselenggarakan oleh Pemerintah Daerah (Kabupaten/Kota).
Tujuan Pengalihan pengelolaan PBB-P2 menjadi pajak daerah sesuai dengan Undang-undang
Pajak Daerah dan Retribusi Daerah adalah:
apan kabupaten/kota dapat mulai mengelola PBB sektor perdesaan dan perkotaan
(PBB-P2)?
Paling lambat tanggal 1 Januari 2014 PBB-P2 akan dikelola oleh kabupaten/kota dan dalam
hal sebelum tahun 2014 terdapat kabupaten/kota sudah siap untuk mengelola PBB-P2, yang
dibuktikan dengan telah disahkannya Perda, maka kabupaten/kota dimaksud dapat mengelola
PBB-P2 mulai tahun tersebut.
NAMA : SHERIN DINDA SHEILA
NIM : F3316054
Apa tujuan dari pengalihan PBB-P2 menjadi Pajak daerah sesuai UU Pajak Daerah
dan Retribusi Daerah (PDRD)?
Terkait PBB-P2, kewenangan apa saja yang akan dialihkan oleh pemerintah pusat
kepada kabupaten/kota?
Pemerintah pusat akan mengalihkan semua kewenangan terkait pengelolaan PBB-P2 kepada
kabupaten/kota. Kewenangan tersebut antara lain: proses pendataan, penilaian, penetapan,
pengadministrasian, pemungutan/penagihan dan pelayanan.
Apakah sama antara subjek pajak PBB-P2 saat dikelola oleh pemerintah pusat (Ditjen
Pajak) dan saat dikelola oleh kabupaten/kota?
Subjek pajaknya sama, yaitu Orang atau Badan yang secara nyata mempunyai suatu hak atas
bumi, dan/atau memperoleh manfaat atas bumi, dan/atau memiliki, menguasai dan/atau
memperoleh manfaat atas bangunan. (Pasal 4 Ayat 1 UU PBB sama dengan Pasal 78 ayat (1)
dan (2) UU PDRD)
Untuk objek pajak PBB-P2 sesuai UU PDRD apakah ada perbedaan dengan saat
dikelola oleh Pusat?
Saat ini tarif PBB adalah tunggal, yaitu 0,5%. Ketika dikelola oleh pemda, maka tarifnya
paling tinggi 0,3% (sesuai dengan UU PDRD)
Selain tarif, perbedaan apa yang akan timbul ketika PBB-P2 dikelola oleh
kabupaten/kota?
NIM : F3316054
Penerimaan dari PBB 100% akan masuk ke pemerintah kabupaten/kota. Saat dikelola oleh
Pemerintah Pusat (DJP) pemerintah kabupaten/kota hanya mendapatkan bagian sebesar
64,8%.
Apakah ada ketentuan yang bisa dijadikan acuan oleh kabupaten/kota dalam
mempersiapkan pengelolaan PBB-P2?
Selain itu Direktur Jenderal Pajak juga telah menerbitkan Peraturan Direktur Jenderal Pajak
Nomor PER-61/PJ/2010 tentang Tata Cara Persiapan Pengalihan PBB Perdesaan dan
Perkotaan sebagai Pajak Daerah
Apa saja tugas dan tanggung jawab kabupaten/kota dalam rangka persiapan
pengalihan PBB-P2?
Hal-hal apa saja yang bisa diadopsi oleh kabupaten/kota dari Pusat?
Banyak hal yang bisa diadopsi oleh pemda dari DJP, antara lain:
NIM : F3316054
Apa saja yang perlu diperhatikan oleh kabupaten/kota dalam mengelola PBB-P2?
Peluang apa saja yang dapat diperoleh oleh kabupaten/kota dengan pengalihan PBB-P2
ini?
Dalam setiap kegiatan pasti ada tantangan, dalam pengalihan PBB-P2 ini apa saja
tantangannya?
1. Kesiapan kabupaten/kota pada masa awal pengalihan yang belum optimal, sehingga
dapat berdampak pada penurunan pelayanan, penerimaan, dll.
2. Kesenjangan (disparitas) kebijakan PBB-P2 antar kabupaten/kota
3. Hilangnya potensi penerimaan bagi provinsi (16,2%) dan hilangnya potensi
penerimaan insentif PBB khususnya bagi kabupaten/kota yang potensi PBB-P2nya
rendah
4. Beban biaya pemungutan PBB-P2 yang cukup besar