Anda di halaman 1dari 20

ANALISIS PENERAPAN AKUNTANSI LINGKUNGAN PADA RSUD

UNDATA PALU

PROPOSAL

Oleh

MOH AKBAR

NIM : C 301 18 066

JURUSAN AKUNTANSI

FAKULTAS EKONOMI & BISNIS

UNIVERSITAS TADULAKO

2021
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Selain memberikan dampak positif rumah sakit sebagai organisasi yang


bergerak dibidang kesehatan juga memberikan dampak negative yang memiliki
potensi mengganggu kesehatan dan juga lingkungan. Terkait tanggung jawab
lingkungan yang dibebankan kepada rumah sakit, maka pemerintah mengeluarkan
Peraturan Menteri Kesehatan 1204/Menkes/PerIX/2004. Permenkes ini dimaksudkan
untuk mengatur mengenai persyaratan kesehatan rumah sakit dimana rumah sakit
sebagai sarana kesehatan sekaligus tempat berkumpulnya pasien dan orang sehat
yang menyebabkan timbulnya potensi penularan penyakit. Terkait dengan peraturan
tersebut dimana rumah sakit dibebankan sejumlah tanggung jawab seperti
pengelolaan limbah akibat kegiatan operasionalnya. Untuk tidak menimbulkan
pencemaran lingkungan rumah sakit harus mengeluarkan biaya dalam rangka
pengelolaan limbah yang dimana biaya tersebut dikenal dengan biaya lingkungan.

Akuntansi sebagai sebuah system informasi mengenai aktivitas dan kondisi


ekonomi perusahaan yang disajikan dalam laporan keuangan tidak hanya
memperhatikan aspek bisnis saja tetapi juga digunakan dalam upaya pelestarian
lingkungan. Dalam hal penyajian laporan keuangan biaya lingkungan dilaporkan
secara terpisah sesuai dengan klasifikasi biayanya hal ini dimaksudkan agar laporan
biaya lingkungan dapat memberikan informasi yang berguna untuk penilaian kinerja
perusahaan yang berdampak pada lingkungan. Selain itu agar perusahaan
memperoleh kepercayaan dari stakeholder dalam hal pengelolaan limbah yang
efektif, maka perusahaan perlu membuat akun khusus dalam laporan keuangannya
terkait dengan pengelolaan limbahya. Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa
akuntasi ligkungan berfungsi untuk mengidentifikasi, mengukur, mengakui,
menyajikan dan mengungkapkan informasi lingkungan dalam laporan keuangan
sebagai bentuk tanggung jawab social perusahaan kepada masyarakat.

Terkait dengan pengelolaan limbah, rumah sakit perlu menerapkan akuntansi


lingkungan untuk memberikan informasi mengenai seberapa besar biaya lingkungan
yang dikeluarkan dalam rangka pengelolaan limbah, perlakuan akuntansi terkait
pengelolaan limbah rumah sakit meliputi mengidentifikasi, mengukur, mengakui,
menyajikan dan mengungkapkan informasi biaya pengelolaan limbah rumah sakit
yang nantinya akan disajikan dalam laporan keuangan sebagai bentuk pertanggung
jawaban rumah sakit terkait dengan tanggung jawab, laporan keuangan diungkapkan
sebagai bentuk tanggung jawab rumah sakit terhadap pihak internal sedangkan
tanggung jawab terhadap pihak eksternal disebut CSR atau tanggung jawab social.
Dalam dunia bisnis Indonesia CSR merupakan wacana umum karna kesadaran dalam
perusahaan mengenai CSR setiap tahun terlihat makin menurun. Hal tersebut
direspon pemerintah dengan mengeluarkan UUD No 40 Tahun 2007 tentang
pengungkapan mengenai peraktik CSR, pengungkapan mengenai CSR sangat penting
karena merupakan salah satu factor penilaian keberhasilan suatu perusahaan yang
disajikan dengan mengedepankan prinsip moral dan etika demi tersajinya informasi
yang bermanfaat bagi stakeholder.

Berdasarkan beberapa penelitian terdahulu seperti Pada penelitian yang telah


dilakukan Arther Y. Sela, Herman Karamoy, Lidia M. Mawikere (2019) dengan
objek penelitian yang dilakukan di RSUD DR.Samratulangi Tondano. Hasil dari
penelitian ini menunjukan identifikasi biaya-biaya yang dikeluarkan untuk proses
pengelolaan limbah belum maksimal, pengukuran terhadap biaya-biaya yang terkait
dengan proses pengelolaan limbah mengacu pada realisasi biaya sebelumnya.
Penelitian yang dilakukan oleh Aminah dan Noviani (2014) dengan objek penelitian
yang dilakukan di RS Mardi Waluyo Metro. Hasil dari penelitian ini menyatakan
bahwa elemen yang terkait dengan pengelolaan lingkungan belum tersaji secara
eksplisit didalam laporan keuangannya sebab elemen tersebut masih tergabung
dengan elemen lainnya yang dianggap satu kategori dan Perlakuan alokasi biaya
lingkungan yang dilakukan oleh RS Mardi Waluyo dilakukan oleh bagian keuangan
RS secara langsung.

Dari penelitian-penelitian yang telah dilakukan tersebut, maka penulis tertarik


untuk melakukan penelitian di RSUD Undata Palu di karenakan di rumah sakit
tersebut merupakan rumah sakit rujukan covid 19 yang dimasa pandemic ini banyak
menangani pasien Covid 19 dan tentunya memiliki potensi pencemaran lingkungan
jika pengelolaan limbahnya tidak dilakukan secara efektif dan efesien. Dari
pemaparan latar belakang diatas, maka penulis tertarik dengan mengangkat judul
“Analisis Penerapan Akuntansi Lingkungan Pada RSUD Undata Palu”

1.2 Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang diatas, maka dirumuskan masalah sebagai


pertanyaan penelitian yang akan diajukan kepada informan untuk memperoleh
informasi adalah sebagai berikut:

1. Bagaimana Penerapan akuntansi lingkungan pada RSUD Undata Palu?


2. Bagaimana bentuk pertanggungjawaban social RSUD Undata Palu terkait
dengan pengelolaan limbahnya?

1.3 Tujuan Penelitian

Adapun tujuan penelitian ini sebagai berikut :

1. Mendeskripsikan bentuk penerapan akuntansi lingkungan pada RSUD Undata


Palu.
2. Mendeskripsikan bentuk pertanggungjawaban social RSUD Undata Palu terkait
dengan pengelolaan limbahnya.
1.4 Manfaat Penelitian

Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat sebagai berikut:

1. Bagi penulis, dapat menambah wawasan tentang konsep akuntansi lingkungan


yang merupakan konsep baru dalam akuntansi.
2. Bagi rumah sakit, sebagai bahan pertimbangan RSUD Undata Palu dalam
menjalankan operasi usahanya terutama masalah perlakuan RSUD Undata
palu terhadap limbah yang mereka hasilkan.
3. Bagi kalangan akademi, hasil penelitian ini akan menambah wawasan dan
pengetahuan tentang lingkungan hidup dalam ruang lingkup akuntansi.
BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Penelitian Terdahulu

Berikut di sajikan secara ringkas dalam bentuk table beberapa penelitian


terdahulu mengenai pengelolaan limbah pada berbagai rumah sakit yang ada di
Indonesia.

Tabel 2.1
Hasil Penelitin Terdahulu

No Penulis Judul Penelitian Alat Hasil


Analisis
1 Arther Y. Sela, Analisis Study Kasus Hasil dari penelitian ini
Herman penerapan menunjukan identifikasi
Karamoy, Lidia akuntansi biaya-biaya yang
M. Mawikere lingkungan pada dikeluarkan untuk proses
(2019) RSUD DR. Sam pengelolaan limbah
Ratulangi belum maksimal,
Tondano pengukuran terhadap
biaya-biaya yang terkait
dengan proses
pengelolaan limbah
mengacu pada realisasi
biaya sebelumnya,
pengakuan transaksi
akuntansi dengan metode
akrual basis, penyajian
biaya-biaya yang terkait
dengan proses
pengelolaan limbah
rumah sakit
menyajikannya dalam
laporan keuangan umum,
Pengakuan biaya
pengelolaan limbah
dimasukkan dalam
CALK

Tabel 2.1
Hasil Penelitian Terdahulu (Lanjutan)

No Penulis Judul Penelitian Alat Hasil


Analisis
2 Ni Made Analisis Kualitatif Hasil dari penelitian ini
Indrawati, I Penerapan deskriktif adalah aktivitas
G A Intan Akuntansi lingkungan yang
Saputra Rini Lingkungan Pada dilakukan Badan Rumah
(2018) Badan Rumah Sakit Umum Daerah
Sakit Umum (BRSUD) Tabanan yaitu
Daerah (Brsud) pengolahan limbah padat
Tabanan dan cair dengan
menggunakan incinerator
dan IPAL.
Tabel 2.1
Hasil Penelitian Terdahulu (Lanjutan)

No Penulis Judul Penelitian Alat Hasil


Analisis
3 Aminah dan Analisis Penerapan Analisis Hasil dari penelitian ini
Noviani (2014) Akuntansi deskriktif menyatakan bahwa elemen
Lingkungan Di komparatif yang terkait dengan
Rumah Sakit Mardi pengelolaan lingkungan
Waluyo Metro belum tersaji secara
eksplisit didalam laporan
keuangannya sebab elemen
tersebut masih tergabung
dengan elemen lainnya dan
Perlakuan alokasi biaya
lingkungan yang dilakukan
oleh RS Mardi Waluyo
dilakukan oleh bagian
keuangan RS secara
langsung dengan Unit
Sanitasi Lingkungan yang
diakui sebagai salah satu
aset tetap (aktiva tetap)
rumah sakit dengan
konsekuensi logis biaya
yang dikeluarkan oleh unit
tersebut selama operasional
diakui sebagai biaya
operasional rumah sakit
yang berpengaruh pada
laporan keuangan.
Tabel 2.1
Hasil Penelitian Terdahulu (Lanjutan)

No Penulis Judul Penelitian Alat Hasil


Analisis
9 Mitra Sari Analisis Penerapan Analisis Hasil Rumah Sakit Umum
(2017) Akuntansi deskriktif Daerah Daya Makassar
Lingkungan Pada komparatif telah melakukan
Rumah Sakit identifikasi, pengakuan,
Umum Daerah pengukuran, pencatatan,
Daya Makassar penyajian, dan
pengungkapan
sebagaimana dijelaskan
SAP 1 Tahun 2010 dan
juga telah menerapkan
pengendalian lingkungan
terhadap persampahan,
hasil operasi sudah cukup
baik, namun masih terdapat
beberapa kelemahan antara
lain: Rumah Sakit Umum
Daerah Daya Makassar
belum mengungkapkan
secara spesifik tentang
penyajian akuntansi
lingkungan, dalam hal
pencatatan biaya masih
dikombinasikan dengan
item lain yang serumpun.

2.2 Kajian Teoritis


2.2.1 Pengertian Akuntansi Lingkungan
Sesuai dengan struktur fundamental untuk perencanaan dan pengenalan
laporan fiskal pembukuan moneter, target ringkasan anggaran adalah data yang ada
dalam posisi moneter, pelaksanaan dan perubahan dalam situasi moneter suatu
organisasi yang membantu klien yang tak terhitung jumlahnya dalam menyelesaikan
keuangan. pilihan (IAI, bagian 12, 2009). Ketergantungan iklim pada Undang-
Undang Nomor Jangka Panjang 2009 pasal 1 angka 1 adalah: “kekompakan ruangan
dengan segala benda, kekuatan negara dan makhluk hidup, termasuk individu dan
tingkah lakunya yang mempengaruhi ketahanan dan bantuan pemerintah terhadap
manusia dan hewan hidup lainnya”.

Dari perasaan terkait lainnya (2008). Pembukuan alami adalah istilah yang
diidentifikasi dengan penggabungan biaya ekologis ke dalam praktik pembukuan
organisasi atau kantor pemerintah. Pengeluaran alami adalah dampak yang
berhubungan dengan uang dan non-keuangan yang harus ditanggung karena latihan
yang mempengaruhi kualitas ekologi.

Dalam penyusunan istilah ekologis bagi para pelaksana Solihin (2009)


pemikiran pembukuan alam diekspresikan secara rinci bahwa pembukuan alam
adalah siklus pembukuan yang dimulai, mencari dan kemudian mengurangi dampak
ekologi negatif dari latihan pengumuman biasa, secara mandiri biaya dan koneksi
terkait. dengan itu. iklim dalam kerangka pengungkapan tradisional, menemukan cara
yang dinamis untuk menciptakan kegiatan untuk meningkatkan dampak ekologis
yang muncul dari pengumuman rutin, mengatur jenis baru kerangka kerja detail
moneter dan kerangka kerja data non-moneter dan memeriksa kerangka kerja untuk
semua yang lebih mungkin membantu secara alami tidak berbahaya pilihan
administrasi. Tumbuhkan jenis baru estimasi eksekusi, pengungkapan, dan eksplorasi
untuk tujuan luar dan dalam. Bedakan, uji, temukan, dan perbaiki zona di mana
standar-standar ini dicirikan secara moneter dan aturan alam yang sulit. Analisis
dengan cara di mana kerangka kerja pengelolaan dapat diawasi dan digabungkan
dengan asosiasi.

Berdasarkan penilaian di atas, maka pembukuan ekologi cenderung dapat


diterima sebagai gerakan pendampingan yang berperan memberikan data pembukuan
yang dapat diandalkan oleh organisasi untuk hal-hal yang membahayakan ketahanan
manusia dan makhluk hidup lainnya.

2.2.2 Tujuan Penerapan Akuntansi Lingkungan


Tujuan akuntansi merupakan untuk meningkatkan jumlah data relevan
untuk mereka yang membutuhkan ataupun bisa memakainya (Hadi, 2012).
Tujuan lain dari pengungkapan akuntansi lingkungan berkaitan dengan
aktivitas konservasi lingkungan oleh industri ataupun organisasi yang lain
ialah mencakup kepentingan organisasi public serta industri–perusahaan
public yang bertabiat local. Bagi ikhsan (2008) tujuan serta iktikad
dikembangkannya akuntansi lingkungan ialah selaku berikut:

1. Akuntansi lingkungan ialah perlengkapan manajemen lingkungan, selaku


perlengkapan manajemen lingkungan. Akuntansu lingkunan digunakan buat
memperhitungkan keefektifan aktivitas konservasi lingkungan. Informasi
akuntansi lingkungan pula digunakan untuk menetukan bayaran sarana
pengelolaan lingkungan, bayaran totalitas konservasi lingkungan serta pula
investasi yang dibutuhkan buat aktivitas pengelolaan lingkungan. Akuntansi
lingkungan selaku perlengkapan komunikasi dengan warga, selaku
perlengkapan komunikasi public, akuntansi lingkungan digunakan buat
mengantarkan akibat negative lingkungan, aktivitas konservasi lingkungan.

2.2.3 Pentingnya Akuntansi Lingkungan


Biaya lingkungan ialah salah satu sebagian jenis biaya yang dikorbankan
semacam halnya industri membagikan benda serta jasa kepada
konsumen( pelanggannya). Kinerja lingkungan ialah salah satu dari sebagian dimensi
berarti tentang keberhasilan industri. Sebagian alasan manajemen butuh mencermati
biaya lingkungan serta kinerja lingkungan bagi sudarno( 2008) antara lain:

1. Sebagian biaya lingkungan bisa dikurangi serta dieliminasi secara signifikan


selaku hasil dari keputusan bisnis, mulai dari pembedahan pergantian
pergudangan, keinvestasi dalam teknologi pemprosesan yang lebih hijau,
mendesain proses/ produk.
2. Biaya lingkungan (misalnya penghematan biaya lingkungan secara potensial)
bisa dikaburkan dalam akun biaya overhead ataupun apalagi diabaikan.
3. Sebagian industri sudah menciptakan kalau biaya lingkungan bisa di offset
dengan perolehan pemasukan lewat penjualan limbah, produk sampingan
ataupun cadangan polusi yang dipindahkan ataupun lisensi teknologi buat
penjumlahan.
4. Manajemen biaya lingkungan yang lebih baik bisa dihasilkan dengan
meningkatkan kinerja lingkungan serta mendapatkan khasiat yang signifikan
terhadap kesehatan manusia semacam halnya dalam keberhasilan bisnis.
5. Dengan biaya lingkungan serta kinerja lingkungan, pemprosesan serta produk
bisa memperbaiki penetapan bayaran produk serta penetapan harga yang lebih
pas serta bisa menolong industri dalam mendesain pemprosesan, produk serta
jasa yang lebuh ramah lingkungan pada waktu yang akan datang.
6. Keunggulan kompetitif terhadap pelanggan bisa dihasilkan dari pemprosesan,
produk jasa yang bisa dipaparkan dengan lingkungan yang lebih baik.
7. Akuntansi biaya serta kinerja lingkungan bisa menunjang pengembangan
industri serta pembedahan system manajemen lingkungan secara merata.

2.2.4 Fungsi Akuntansi Lingkungan


Fungsi akuntansi lingkungan dibagi jadi 2 ialah fungsi internal serta fungsi
eksternal:

1. Fungsi internal ialah yang berkaitan dengan pihak internal industri sendiri.
Pihak internal dalah pihak yang menyelenggarakan usaha, semacam rumah
tangga konsumen serta rumah tangga penciptaan ataupun jasa yang lain. Ada
pula yang jadi actor serta factor dominan pada fungsi internal ini merupakan
pimpinan peusahaan. Karena pimpinan industri ialah orang yang bertanggung
jawab dalam tiap pengambilan keputusan ataupun penentuan tiap kebijakan
internal industri.
2. Fungsi eksternal ialah fungsi yang berkaitan dengan aspek pelaporan
keuangan. SFAC Nomor 1 menarangkan kalau pelaporan keuangan
membagikan data yang berguna untuk investor serta kreditor, serta pemakai
yang lain dalam mengambil kepuutusan investasi, kredit serta yang seragam
secara rasional.

2.2.5 Bayaran Lingkungan

Bayaran lingkungan bisa dimaksud selaku biaya yang timbul dalam usaha
buat menggapai tujuan seperti pengurangan biaya lingkungan yang di tingkatkan
pemasukannya, meningkatkan kinerja lingkunga yang butuh dipertimbangkan dikala
ini serta yang hendak dating (irawan, Lintasan Ekonomi: 2001). Biaya lingkungan
pula didefinisikan oleh Susenohaji (2003 dalam Roosje, 2006 dalam Hadi, 2012)
selaku biaya yang dikeluarkan oleh industri berhubungan dengan kehancuran
lingkungan yang ditimbulkan serta proteksi yang dicoba. Saat sebelum data bayaran
lingkungan bisa disediakan untuk manajemen, biaya- biaya lingkungan bisa
didefinisikan. Terdapat bermacam berbagai mungkin, hendak namun pendekatan
yang menarik merupakan dengan mengadopsi definisi dengan model mutu
lingkungan total. Dalam model mutu lingkungan total, kondisi yang sempurna
merupakan tidak terdapat kehancuran lingkungan (sama dengan cacad nol pada
manajemen mutu total). Kehancuran didefinisikan selaku degradasi langsung dari
lingkungan, semacam emisi residu barang padat, cair, ataupun gas kedalam
lingkungan (misalnya pencemaran air serta pencemaran hawa), ataupun degradasi
tidak langsung semacam pemakaian bahan baku serta energy yang tidak butuh
(Hansen serta Mowen, 2005).

Dengan demikian biaya lingkungan bisa dikatakan selaku bayaran mutu


lingkungan total (Environmental Quality cost), sama halnya dengan biaya mutu,
biaya lingkungan merupakan biaya- biaya yang terjalin sebab terdapatnya mutu yang
buruk. Sehingga, biaya lingkungan berhubungan dengan kreasi, deteksi, revisi, serta
penangkalan degradasi lingkungan (Hansen serta Mowen, 2005).

2.2.6 Klasifikasi Bayaran Lingkungan

Bagi Hansen dan Mowen (2004) dalam Anggawari (2007)


mengemukakan biaya lingkungan bisa diklasifikasikan jadi 4 jenis, antara
lain:

a. Biaya penangkalan lingkungan (Environmental prevension cost)

Biaya- biaya buat kegiatan yang dicoba buat menghindari diproduksinya


limbah ataupun sampah yang bisa menimbulkan kehancuran lingkungan,
contohnya penilaian serta pemeliharaan perlengkapan buat mengatur polusi,
desain proses dan produk buat kurangi serta menghapus limbah.

b. Biaya deteksi lingkungan (Enviromental detection costs)

Biaya- biaya untuk kegiatan yang dicoba buat menetukan apakah produk,
proses, serta kegiatan yang lain diperusahaan sudah terpenuhi standar
lingkungan yang berlaku ataupun tidak.
c. Biaya kegagalan internal lingkungan (Environmental internal costs)

Biaya- biaya buat kegiatan yang dicoba sebab produksin limbah serta sampah,
namun tidak dibuang kelingkungan eksternal. Contohnya pengelolaan limbah
beracun, pemeliharaan perlengkapan polusi.

d. Biaya kegagalan eksternal (Enviromental external failure costs)

Biaya- biaya buat kegiatan yang dicoba sehabis melepas limbah ataupun
sampah kedalam lingkungan. Contohnya biaya pembersihan danau yang
tercemar, pembersihan tanah yang tercemar.

2.2.7 Tipe Limbah Rumah Sakit

Limbah layanan kesehatan bagi permenkes Nomor. 1204/ MENKES/ SK/ X/


2004 tentang persyaratan kesehatan lingkungan Rumah Sakit tipe limbah
ialah:

1. Limbah medis padat

Merupakan limbah padat yang terdiri dari limbah infeksius, limbah patologi,
limbah barang tajam, limbah farmasi, limbah sitoktosis, limbah kimiawi,
limbah radioaktif, limbah kontainer bertekanan, serta limbah dengan isi logam
berat yang besar.

2. Limbah non medis padat

Yaitu limbah padat yang dihasilkan dari aktivitas dirumah sakit diluar medis
yang berasal dari dapur, perkantoran, halaman serta taman yang bisa di
manfaatkan kembali apabila terdapat teknologinya.

3. Limbah cair
Merupakan seluruh air buangan tinja yang berasal dari aktivitas rumah sakit
yang mungkin memiliki mikroorganisme, bahan kimia serta radioaktif yang
beresiko untuk kesehatan.

4. Limbah gas

Merupakan limbah yang bebrbentuk gas yang berasal dari aktivitas


pembakaran di rumah sakit semacam hasil dari incinerator, dapur masak,
peralatan generator, anastesi serta pembuatan obat citotoksik.

5. Limbah infeksius

Merupakan limbah yang terkontaminasi organism pathogen yang tidak secara


teratur terdapat di lingkungan serta organism tersebut dalam jumlah serta
virulensi yang lumayan buat menularkan penyakit pada manusia yang rentan.

6. Limbah sangan infesius

Ialah limbah dari limbah pembiakan serta stok bahan yang sangat infeksius,
otopsi, organ fauna percobaan serta bahan lain yang sudah di inokulasi,
terinfeksi ataupun kontak dengan bahan yang sangat infeksius.

7. Limbah sitotoksis
Merupakan limbah dari bahan yang terkontaminasi dari persiapan serta
pemberian obat sitotoksi buat chemotherapy kanker yang memiliki keahlian
buat menewaskan ataupun membatasi perkembangan sel hidup.
2.2.8 Upaya Pengelolaan Limbah Rumah Sakit

penerapan sanitasi Rumah Sakit Diktorat Jenderal pengendalian penyakit


serta penyehatan lingkugan serta pemantauan bahan beracun. Rumah Sakit
ialah penghasil limbah klinis terbanyak. Bermacam tipe limbah yang
dihasilkan di Rumah Sakit serta unit-unit pelayanan kesehatan bisa
membahayakan serta memunculkan kendala kesehatan untuk wisatawan serta
paling utama kepada petugas yang menanggulangi limbah tersebut dan warga
dekat Rumah Sakit. Pengelolaan limbah selaku berikut:
1. Pengelolaan limbah klinis ataupun medis
Limbah klinis ataupun medis merupakan limbah yang berasal dari pelayanan
medis, perawatan, gigi, venetary, farmasi ataupun sejenis, riset, penyembuhan
ataupun pembelajaran yang memakai bahan-bahan yang beracun, infeksius
ataupun beresiko ataupun bisa membahayakan kecuali bila dicoba pengamatan
tertentu.
2. Pengelolaan limbah non klinis ataupun non medis
Limbah padat non klinis dari ruangan administrasi ialah kertas sebaliknya,
dari unit pelayanan ialah karton, kertas bungkus, kaleng, botol plastic dan dari
unit dapur ialah sisa pembungkus, sisa makanan, sayur serta dari taman
berbagai ranting tumbuhan dedaunan.
3. Pengelolaan limbah cair
Limbah cair Rumah Sakit merupakan seluruh limbah cair yang berasal dari
Rumah Sakit yang mungkin memiliki mikroorganisme, bahan beracun serta
radio aktif. Watak limbah yang dibuang kesaluran dimana dimensi, guna
serta aktivitas Rumah Sakit mempengaruhi keadaan air limbah yang
dihasilkan. Secara universal air limbah memiliki buangan penderita, bahan
otopsi jaringan hewan yang digunakan di labolatorium, sisa santapan dari
dapur, limbah laundry, limbah labolatorium berbagai bahan kimia baik
beracun ataupun tidak beracun.

4. Pengelolaan limbah gas

Pengelolaan limbah gas yang terdapat di Rumah Sakit dilakukan secara


lingkungan. Gas yang terdapat di Rumah Sakit dicoba pelabelan ataupun
pemberian perlengkapan deteksi gas dengan alarm. Pada permenkes Nomor
1204/ MENKES/ SK/ X. 2004 tentang persyaratan kesehatan lingkungan
Rumah Sakit dipaparkan kalau pengelolaan limbah gas dicoba monitoring gas
berbentuk NO2, SO2. Logam berat serta oksigen yang dicoba minimun 1
tahun. Pengelolaan ialah dikala pembakaran di incinerator wajib minimum
dengan temperatur 1000 derajat celcius buat pemusnahan pathogen kuman,
virus, dioksin serta menurangi jelaga, dilengkapi perlengkapan buat kurangi
emisi gas serta debu serta dicoba penghijauan di sekitar Rumah Sakit yang
banyak memproduksi gas oksigen serta bisa meresap debu.

2.2.9 Minimasi Limbah

Pengelolaan yang teliti terhadap ruang penyimpanan bisa menghindari


penimbunan zat kimia ataupun bahan farmasi yang telah kadarluwarsa serta
menghalangi tipe limbah yang cuma berbentuk kemasan (kotak, botol, serta
sebagainya) serta residu produk yang paling tinggi dalam wadah. Limbah zat kimia
serta farmasi yang jumlahnya sedikit, lebih gampang dibuang serta relative lebih
murah. Sebaliknya limbah dalam jumlah besar membutuhkan baiaya yang besar serta
pengelolaan spesial, perihal yang lebih menekankan berartinya meminimasi limbah.

Minimasi limbah biasanyamenguntungkan produsen limbah itu sendiri yang


dikeluarkan buat pembelian bahan baku serta buat pengelolaan dan pembuangan
limbah jadi menurun sehingga pertanggung gugatan yang berkaitan dengan
pembuangan limbah yang beresiko jadi menurun.

Seluruh tenaga di layanan kesehatan memainkan satu kedudukan didalam


proses tersebut serta karenanya harus dilatih menimpa minimisasi limbah serta
pengelolaam bahan yang beresiko. Perihal ini berarti spesialnya untuk staf yang
bekerja dibagian yang menciptakan limbah beresiko dalam jumlah besar.

Pemasok bahan kimia serta farmasi pula bisa jadi mitra yang bertanggung
jawab dalam program minimasi limbah. Dorongan pusat layanan kesehatan pada
program ini bisa berbentuk pengajuan pesanan pada pemasok yang bisa membagikan
pelayanan hantaran kilat buat pesanan yang sedikit, yang mau menerima
pengembalian stok yang belum dibuka, serta yang menawarkan fasilitas pengolahan
limbah eksternal buat limbah yang beresiko (Pruss Dkk, 2002).

2.3 Kerangka Berfikir

Dalam riset ini menerangkan tentang analisis pelaksanaan akuntansi


lingkungan buat mengenali biaya pengelolaan limbahnya yang diterapkan oleh RSUD
Undata Palu yang dilihat dari kegiatan pegelolaan limbah Rumah Sakit sehingga bisa
mengenali biaya- biaya yang telah dikeluarkan buat menangani permasalahan limbah
tersebut serta pula buat mengetahuai pemasukan dari pengelolaan limbah tersebut
sehingga nanti hendak mempengaruhi pada laporan keuangan Rumah Sakit, dan bisa
pula menolong membagikan data pada pihak internal ataupun eksternal dari laporan
keuangan. selain itu, pula bisa menolong dalam pengambilan keputusan dalam upaya
meningkatkan performa ekonomi serta lingkungan didalm ataupun dekat Rumah
Sakit.

BAB III

METODE PENELITIAN

3.1 Pendekatan Penelitian


Metode penelitian ini menggunakan penelitian kualitatif dengan pendekatan
deskriptif. Menurun Moeleong (2007) adalah penelitian yang bermaksud untuk
memahami fenomena tentang apa yang dialami oleh subjek penelitian misalnya
prilaku, persepsi,motivasi, tindakan, secara holistic, dan dengan cara deskripsi dalam
bentuk kata-kata dan bahasa, pada suatu konteks khusus yang alamiah dan dengan
memanfaatkan berbagai metode alamiah.

3.2 Lokasi penelitian


RSUD Undata Palu yang beralamat di jalan R.E Martadinata, Tondo kec.Mantikulore
3.3 Subjek Penelitian
Subjek penelitian merupakan informasi yaitu orang yang memberikan
informasi tentang situasi dan kondisi ditempat penelitian. Informasi sebagai sumber
untuk mendapatkan data yang dibutuhkan oleh peneliti. Hal ini berguna untuk
mengetahui bagaimana penerapan akuntansi lingkungan beserta biaya-biaya dalam
pengelolaan limbah di RSUD Undata palu dan juga untuk mengetahui
pertanggungjawaban terhadap masyarakat sekitar.

3.4 Teknik Pengumpulan Data

Pengumpulan data yang direncanakan dan dilaksanakan secara cermat akan


sangat membantu dalam meningkatkan efektifitas dan efisiensi penelitian
(sujoko, 2013). Dalam pengumpulan data, peneliti meggunakan teknik
pengumpulan data yang dapat mendukung dan memperkuat analisis dalam
pembahasan hasil penelitian. Data dalam penelitian ini menggunakan data
primer dan data sekunder dimana data diperoleh dari wawancara, observasi,
dan analisis mendalam sementara data sekunder diperoleh melalui
penelusuran oliene.

3.5 Teknik Analisis Data


Metode analisis data kualitatif adalah metode penelitian yang melihat objek
penelitian secara dinamis dan mengahasilkan kontribusi pemikiran dan
mempresentasi terhadap gejala yang diamati pada RSUD Undata Palu. Proses
analisis data dengan menelaah seluruh data yang tersedia dari bebragai
sumber, yaitu dari wawancara, pengamatan yang sudah dituliskan dalam
catatan lapangan, dokumen resmi, gambar,foto,dan sebagainya.

Anda mungkin juga menyukai