DASAR HUKUM
1. UU PPh
2. UU PPN
3. UU PPh nomor 36 tahun 2008
4. PP NO 5 TH. 2002 jo KMK-120/KMK.03/2002 jo. KEP-227/2002 Tentang
Pembayaran Pajak Penghasilan Atas Penghasilan Dari Persewaan Tanah Dan/Atau
Bangunan
5. PMK-184/PMK.03/2007 jo. PMK-80/PMK/03/2010 Tentang Penentuan Tanggal Jatuh
Tempo Pembayaran Dan Penyetoran Pajak, Penentuan Tempat Pembayaran Pajak,
Penyetoran Dan Pelaporan Pajak, Serta Tatacara Pengangsuran Dan Penundaan
Pembayaran Pajak.
6. PER-70/2007 Tentang Jenis Jasa Lain Dan Perkiraan Penghasilan Neto
7. PMK-154/PMK.03/2010 jo. PER-15/PJ/2011 Tentang Pemungutan PPH 22
Sehubungan Dengan Pembayaran Atas Penyerahan Barang Dan Kegiatan di bidang
impor / kegiatan usaha dibidang lain.
8. PP 19 Tahun 2009 jo. Se-01/PJ.03/2009 Tentang Deviden
9. PER-33/PJ/2009 jo. SE-58/PJ/2009 Tentang Royalti
I. PERSEDIAAN
Dalam SAK-ETAP yang diatur oleh IAI, persediaan adalah asset untuk dijual dalam
kegiatan usaha normal; dalam proses produksi untuk kemudian dijual; atau dalam bentuk bahan
atau perlengkapan untuk digunakan dalam proses produksi atau pembelian kerja.
Menurut Weygandt, Kimmel dan Kieso, aktivitas perusahaan dagang adalah untuk
menghasilkan pedapatan yang digunakan untuk membeli barang dagangan yang kemudian dijual
kembali kepada pelanggan. Pendapatan dari barang dagangan yang telah dijual dilaporkan
sebagai penjualan (sales). Sedangkan beban dari membeli barang dagang tersebut dilaporkan
sebagai Harga Pokok Penjualan. HPP dikurangkan dengan penjualan menghasilkan laba
bruto.
Perhitungan fisik dilakukan pada akhir periode. Sistem ini cocok digunakan untuk
perusahaan dengan persediaan yang tidak banyak.
2. Perpetual : setiap pencatatan dilakukan secara menerus dimana setiap pembelian dan
penjualan barang dagang dicatat dalam akun persediaan. Sistem ini dapat menyediakan
informasi mengenai HPP dan persediaan secara terus menerus tanpa harus mengecek
persediaan fisik berulang kali. Cocok digunakan untuk perusahaan dengan stok
persediaan yang banyak dan beragam.
Contoh kasus perbedaan penjurnalan sistem periodik dan perpetual
1. Periodik
Perusahaan dagang Dipasen merupakan sebuah perusahaan dagang yang
menggunakan sistem pencatatan persedian periodik. Pada persediaan awal barang
dagang sebesar Rp2.000.000. dan berikut ini adalah transaksi pada bulan oktober 2015.
a. Pada 2 oktober PD. Dipasen membeli barang dagang dari PD. Jaya senilai
Rp.3.000.000, dengan sarat 2/10 n/30 dan didalamnya terdapat beban angkut sebesar
Rp.200.000,-.
b. 5 okt, pembeli barang dagang dari PD Sejahtera Rp.5.000.000,- dengan syarat
pembayaran 2/15 n/30.
c. 6 Okt. Dikembalikannya barang dagang yang telah dibeli dari PD Sejahtera karena
rusak sebesar Rp 500.000,00
d. 10 Okt. Menjual barang dagang kepada PD Ceria sebesar Rp.6.000.000,00 dengan
syarat 2/10 n/30 dan dengan beban angkut sebesar Rp 200.000,00
e. 11 Okt. Melakukan pembeli barang dagang dari PD Jaya dengan nominal sebesar Rp
5.000.000,00 dengan syarat 2/10 n/30 serta beban angkut sebesar Rp.500.000,00
f. 13 Okt. Terjadi pengembalian barang dagang oleh PD Ceria sebesar Rp 1.000.000,00
dikarenakan barang yang dikirim tidak sesuai pesanan.
g. 14 Okt. Diterima pelunasan faktur tanggal 10 Oktober 2015 dari PD Ceria
h. 15 Okt. Membayar hutang kepada Perusahaan Dagang Jaya atas faktur tanggal 2
Oktober 2015 lalu.
i. 20 Okt. Menjual barang dagang pada PD Sentosa senilai Rp.5.000.000,00 dengan
syarat pembayaran 2/10 n/30 dan beban angkut sebesar Rp 200.000,00
j. 28 Okt. Pengembalian barang dagang dari PD Sentosa sebesar Rp 1.500.000,00
k. 31 Okt. Persediaan barang dagang akhir Rp 8.000.000,00
Diminta:
Buatlah jurnal atas transaksi tersebut di atas.
Tanggal Keterangan Ref Debet Kredit
Oktober 2 Pembelian 1-1500 Rp3.000.000
Beban angkut pembelian 5-1200 Rp200.000
Utang dagang 2-1100 Rp3.200.000
5 Pembelian 1-1500 Rp5.000.000
Utang dagang 2-1100 Rp5.000.000
6 Utang dagang 2-1100 Rp500.000
Persediaan barang 1-1500 Rp500.000
dagang
10 Piutang dagang 1-1200 Rp6.000.000
Beban angkut penjualan 9-1400 Rp200.000
Penjualan 4-1100 Rp6.200.000
11 Pembelian 1-1500 Rp5.000.000
Beban angkut pembelian 5-1200 Rp500.000
Utang dagang 2-1100 Rp5.500.000
13 Retur Penjualan 4-1200 Rp1.000.000
Piutang dagang 1-1200 Rp1.000.000
14 Kas 1-1100 Rp5.900.000
Potongan Penjualan 4-1300 Rp100.000
Piutang dagang 1-1200 Rp6.000.000
15 Utang dagang 2-1100 Rp3.200.000
Kas 1-1100 Rp3.136.000
Potongan pembelian 5-1300 Rp64.000
20 Piutang dagang 1-1200 Rp5.000.000
Beban angkut penjualan 9-1400 Rp200.000
Penjualan 4-1100 Rp5.200.000
28 Retur Penjualan 4-1200 Rp1.500.000
Piutang dagang 1-1200 Rp1.500.000
2. Perpetual
Perusahaan dagang Abadi adalah salah satu contoh dari sebuah perusahaan dagang
yang melakukan pencatatan berdasarkan sistem perpetual. Berikut ini transaksi PD Abadi
selama bulan Juli 2015
a. 2 Juli. Membeli sejumlah barang dagang dari PD Jaya Rp 3.000.000,00 dengan
syarat 2/10 n/30 dan beban angkut sebesar Rp.200.000,00
b. 5 Juli. Membeli barang dagang dari PD Sejahtera Rp 5.000.000,00 dengan syarat
2/15 n/30
c. 6 Juli. Mengembalikan barang dagang yang telah dibeli dari PD Sejahtera karena
rusak sebesar Rp 500.000,00
d. 10 Juli. Menjual barang dagang pada PD Ceria sebesar Rp.6.000.000,00 (harga
pokok Rp 4.500.000,00) dengan syarat pembayaran 2/10 n/30 dan beban angkut
sebesar Rp 200.000,00
Diminta:
Buatlah jurnal dari transaksi di atas
Tanggal Keterangan Ref Debet Kredit
Juli 2 Pembelian 1-1500 Rp3.000.000
Beban angkut pembelian 5-1200 Rp200.000
Utang dagang 2-1100 Rp3.200.000
5 Pembelian 1-1500 Rp5.000.000
Utang dagang 2-1100 Rp5.000.000
6 Utang dagang 2-1100 Rp500.000
Persediaan barang dagang 1-1500 Rp500.000
10 Piutang dagang 1-1200 Rp6.000.000
Beban angkut penjualan 9-1400 Rp200.000
Penjualan 4-1100 Rp6.200.000
Harga Pokok Penjualan 5-1100 Rp4.500.000
Persediaan barang dagang 1-1500 Rp4.500.000
Sistem penilaian persediaan menurut Wild and Kwok, sistem ini dibagi menjadi 3, yaitu :
1. Specific Identification Method, metode ini digunakan dengan cara mengidentifikasi
setiap barang yang akan dijual dan setiap barang dalam akun persediaan.
2. Gross profit method, sering digunakan untuk menguji nilai kewajaran persediaan
akhir. Dan juga untuk mendeteksi kesalahan yang besar dalam menilai persediaan
akhir.
3. Retail inventory method, sering dipakai utuk menaksir nilai persediaan guna
penyusunan laporan perhitungan laba-rugi atau untuk menentukan apakah terjadi
kekurangan persediaan.
Notes : pencatatan perpetual. Asumsi sudah memenuhi criteria perpajakan dan faktur
tidak ada kesalahan dan sesuai dengan UU PPN pasal 9 ayat 8.
Kas 2.310.000
Kas 2.100.000 PK 210.000
31.3.2017 Penjualan 2.100.000 Penjualan 2.100.000
Beban dibayar dimuka adalah pos-pos yang pada awalnya dicatat sebagai harta tetapi
diharapkan menjadi beban di kemudian hari setelah melampaui kegiatan normal perusahaan.
Asuransi dibayar dimuka adalah bagian dari premi asuransi yang telah dibayar tetapi
belum berlaku pada saat pelaporan Neraca dan tidak dikenakan PPN dan PPh.
Sewa dibayar dimuka, menurut PP no 5 Th. 2002 jo KMK-120/KMK.03/2002 jo.
KEP-227/2002, adalah penghasilan yang diterima atau diperoleh OP atau badan dari
persewaan tanah dan/atau bangunan berupa tanah, rumah susun, apartemen, kondominium,
gedung perkantoran, rumah kantor, toko, gudang, dan industry dikenakan PPh final yaitu PPh
pasal 4 ayat 2 dengan tarif 10% dari bruto nilai persewaan atas tanah atau bangunan.
Persewaan atas tanah dan bangunan akan dipotong PPh nya oleh penyewa dan disetorkan
paling lambat tanggal 10 bulan berikutnya dan dilaporkan paling lambat tanggal 20 bulan
berikutnya. Namun, apabila peneyewa tidak memotong PPh pasal 4 ayat 2 tersebut, maka
pemberi sewa harus memotong sendiri PPh nya dan menyetorkan paling lambat tanggal 15
bulan berikutnya dan melaporkan paling lambat tanggal 20 bulan berikutnya sesuai dengan
PMK-184/PMK.03/2007 jo. PMK-80/PMK/03/2010.
Contoh Kasus :
Pada tanggal 2 Maret 2012 PT. Wawan menyewakan ruang perkantoran pada PT. Johan
dengan harga sewa sebesar Rp10.000.000 (belum termasuk PPN) untuk masa 1 tahun.
Bagaimana pembukuan yang dilakukan oleh PT. Wawan dan PT. Johan?
(PM dapat dikreditkan oleh PT. Johan) (PM tidak dapat dikreditkan oleh PT. Johan)
PT. Wawan Sewa ddm 10.000.000 Sewa ddm 10.000.000
(non PKP) PPh 4(2) 1.000.000 PPh 4(2) 1.000.000
Kas 9.000.000 Kas 9.000.000
Sewa dan penghasilan lain sehubungan dengan harta,menurut UU PPh pasal 23 ayat 1,
menyatakan bahwa Atas penghasilan tersebut di bawah ini dengan nama dan dalam bentuk
apa pun yang dibayarkan, disediakan untuk dibayarkan, atau telah jatuh tempo
pembayarannya oleh badan pemerintah, subjek pajak badan dalam negeri, penyelenggara
kegiatan, bentuk usaha tetap, atau perwakilan perusahaan luar negeri lainnya kepada Wajib
Pajak dalam negeri atau bentuk usaha tetap, dipotong pajak oleh pihak yang wajib
membayarkan:
a. Sebesar 15% (lima belas persen) dari jumlah bruto atas: dividen sebagaimana dimaksud
dalam Pasal 4 ayat (1) huruf g; bunga sebagaimana dimaksud dalam Pasal 4 ayat (1)
huruf f; royalti; dan hadiah, penghargaan, bonus, dan sejenisnya selain yang telah
dipotong Pajak Penghasilan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 21 ayat (1) huruf e;
b. dihapus;
c. sebesar 2% (dua persen) dari jumlah bruto atas:
Sewa dan penghasilan lain sehubungan dengan penggunaan harta, kecuali sewa
dan penghasilan lain sehubungan dengan penggunaan harta yang telah dikenai
Pajak Penghasilan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 4 ayat (2); dan
Imbalan sehubungan dengan jasa teknik, jasa manajemen, jasa konstruksi, jasa
konsultan, dan jasa lain selain jasa yang telah dipotong Pajak Penghasilan
sebagaimana dimaksud dalam Pasal 21.
Contoh kasus :
PT. Maju Makmur Mandiri pada tanggal 1 September 2015 melakukan pembayaran atas
sewa mobil yang disewanya dari CV. SB Rent sebesar Rp. 40 Juta untuk sewa mobil selama
4 bulan (September 2015 s/d Desember 2015). Kedua perusahaan baik PT. MMM maupun
CV. SB Rent telah dikukuhkan sebagai Pengusaha Kena Pajak (PKP). Bagaimana Jurnal
untuk kedua perusahaan tersebut?
3. PPh 24, Merupakan akun yang menampung pembayaran pajak yang dibayar di muka
Fiskal dan penghasilan perusahaan dari luar negeri.
Besarnya kredit pajak penghasilan pasal 24 yang boleh dikurangkan dengan Pajak
Penghasilan Tahunan adalah sebesar pajak penghasilan yang dibayar atau terutang di luar
negeri tetapi tidak boleh melebihi penghitungan pajak yang terutang berdasarkan UU
PPh nomor 36 tahun 2008.
Jawab :
Pajak di Amerika = 100 M x 20% = 20 M
Pajak di Singapura = 200 M x 25% = 50 M
Total Penghasilan = 100 M + 200 M + 300 M = 600 M
Pajak terutang = 600 M x 28% = 168 M
Besarnya PPh 24 yang boleh dikreditkan untuk :
a. Deviden dari Amerika
4. PPh 25, Merupakan akun yang didebet atas setiap pembayaran angsuran bulanan pajak
penghasilan. Pada akhir tahun buku, saldo akun ini diperhitungkan dengan pajak
penghasilan yang sebenarnya.
5. PPN Masukan, Didebet sebesar jumlah yang harus dibayar oleh perusahaan pada waktu
pembelian barang atau jasa kena pajak. Pembayaran ini merupakan pembayaran dimuka
pada akhir bulan dan dapat dikreditkan dengan PPN Keluaran atau bila telah mendapat
restritusi.